1.1.4.08.080 hukum shalat

69
Des 2012

Upload: muhammad-luthfan

Post on 22-Jul-2015

218 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Des 2012

Maroji’fiqhus Sunnah karangan Sayyid SabiqAl Iqna` Syarhu Alfadzi Abi Syuja

Kerangka Materi1. Hukum, dan keutamaan shalat serta hukum orang yang meninggalkannya2. Waktu Shalat3. Adzan dan iqamat4. Syarat Shalat5. Rukun Shalat6. Sunnah Shalat7. Hal-hal yang makruh dalam shalat8. Hal-hal yang mubah dalam shalat9. Hal-hal yang membatalkan shalat10. Tatacara shalat11. Macam-macam shalat12. Shalat-shalat sunnah13. Shalat berjamaah14. Shalat dalam perjalanan

Kedudukan Shalat Shalat adalah atau dari lima rukun Islam. Shalat

merupakan tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah saw kepada ummatnya ketika hendak meninggalkan dunia. Shalat adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan.

Allah swt menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan (2:238-239)

Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu perang, yang menegaskan bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting (4:101-103)

Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa shalat menghapus kesalahan

Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat

عوا ب ت وا ة صل ل ا عوا ضا أ ف ل خ م ه د ع ب ن م ف ل خ فا ي غ ن و ق ل ي ف و س ف ت وا ه ش ل ا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.

(QS. Maryam: 59)ن ( ي ل ص م ل ل ل ي و ن) (4ف هو سا م ه ت صل ن ع م ه ن ذي ل 5ا )

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (QS. Al

Ma’un: 4-5)

Hukum Meninggalkan Shalat Hadits Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda

صلة كا ال كرفرا تر لا وال بينا الرجBatas antara kufur dengan seseorang adalah shalat. (HR Muslim,

Abu Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad) Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw bersabda:

رفر ك فقدا تركهاا صلة،ا فمنا بينهما ال دا الذيا بينناا و العه “perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka

barang siapa yang meninggalkannya, maka ia kafir.” HR. Ahmad dan Ashabussunan.

Hadits Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqailiy, berkata: Para shahabat Nabi Muhammad saw tidak pernah menganggap amal yang jika ditinggalkan menjadi kafir selain shalat. HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan menshahihkannya dengan standar Al Bukhari Muslim

Berbagai Pendapat Para sahabat dan para imam telah berijma’, bahwa

barang siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya, atau melecehkannya hukumnya kafir murtad.

Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat, antara lain: Umar bin Khaththab, Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian juga menurut imam Ahmad bin Hanbal.

Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya tidak membuatnya kafir, akan tetapi fasik yang disuruh bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat maka dihukum mati, bukan kafir murtad menurut Asy Syafi’iy dan Malik. Abu Hanifah berkata: Tidak dibunuh tetapi dita’zir dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.

Shalat Anak-anakMeskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim

yang berakal, dan baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun, dan dipukul, jika tidak mengerjakannya setelah berusia sepuluh tahun, agar menjadi kebiasaannya.

Seperti dalam hadits: “perintahkan anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur mereka. HR Ahmad, Ab Daud, dan Al Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan imam Muslim

Waktu Shalat 1. Shalat fajar, wakutnya sejak terbit fajar shadiq sehingga

terbit matahari, disunnahkan pelaksanaannya di awal waktu menurut Syafi’iyah , inilah yang lebih shahih, dan disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu meurut madzhab Hanafi.

2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari pertengahan langit, sehingga bayangan benda sama dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika sangat panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Anas ra.

3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan aslinya, di luar bayangan waktu zawal, sampai terbenam matahari. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan makruh melaksanakannya setelah matahari menguning. Shalat ashar disebut shalat wustha.

Waktu Shalat 4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga

hilang rona merah. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan diperbolehkan mengakhirkannya selama belum hilang rona merah di langit.

5. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merak sehingga terbit fajar. Disunnahkan mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam. Diperbolehkan juga melaksanakannya setalah tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan berbincang sesudahnya Hujjah Imam Syafi;I adalah hadits Ibnu Mas’ud, Bahwa Rasulullah saw shalat shubuh pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat Rasulullah pada saat masih gelap setelah itu sampai wafat. HR Al Baihaqi, dengan sanad shahih. Juga hadits Aisyah ra: “Bahwasannya para wanita mukminah kembali ke rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi Muhammad saw, mereka tidak dapat dikenali karnea masih gelap. HR Al Jama’ah

Hadits Awal dan Akhir Waktu Shalat

Dari Jabir bin Abdillah ra: Bahwa Rasulullah saw kedatangan Malaikat Jibril alaihissalam, dan berkata: Bangun lalu shalatlah, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika matahari bergeser ke arah barat, kemudian Jibril as datang kembali di waktu ashar dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril as mendatanginya di waktu maghrib ketika matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya’ dan mengatakan bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat isya’ ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril datang waktu zhuhur dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat zhuhur ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar dan berkata: Bangun dan shalatlah. Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda telah dua kali benda aslinya. Jibril as mendatanginya waktu maghrib di waktu yang sama dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya’ ketika sudah berlalu separoh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya’. Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril as berkata: antara dua waktu itulah waktu shalat. HR Ahmad, An Nasa’I dan At Tirmidziy. Al Bukhari mengomentari hadits ini: Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.

Waktu Jawaz dan Darurat Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu

jawaz (boleh), dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu membentang sampai datang waktu shalat berikutnya.

Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari. Seperti yang diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw bersabada: Waktu zhuhur itu ketika matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang sama dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar, dan waktu ashar itu selama matahari belum menguning, waktu maghrib selama belum hilang awan merah, waktu isya’ hingga tengah malam, dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit matahari….HR Muslim

Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau lupa belum melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika ingat, seperti yang pernah disebutkan dalam hadits Rasulullah saw

Adzan dan Iqamat1. Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan

shalat fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut imam Ahmad

2. Disunnhkan bagi yang mendengar adzn untuk mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan ) 2ح يا علىا الصلةا x) ا ح يا على

2الرفل حا ( x) yang dijawab dengan : لا ولا قوةا إلا باللها العليا العظي kemudianلا حوbershalawat atas Nabi sesudah adzan dan mengucapkan : ة ها الدعو با هذ ما ر ا اللهمح مداا الوسيلةا والرفضيلة،ا وابعثها مقاماا محموداا الذيا وعدته تا ةا آ ةا القائم ةا والصل م ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا التا Ya Allah Pemiliki panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan ا ا kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan. HR. Al Bukhariy

3. Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini adalah yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw:”Barang siapa yang mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin: رضيتا بالله عبدها ورسوله،ا محمداا كا له،ا وأنا شري ا وأناا أشهدا أنا لا إلها إ لا اا وحدها لا ذنوبه غرفرا اا لها ما دينا،ا وبمحم دا صلىا اا عليها وسلما رسو ،ل،ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ربا،ا وبالسل Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutuا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا baginya. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, Nabi Muhammad saw sebagai utusan. Akan diampuni dosa-dosanya. HR Muslim dan At Tirmidziy.

Adzan dan Iqamat4. Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi

kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan. Disunnahkan bagi yang mendengar qamat untuk menguapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat mengucapkan (قدا قامتا الصلة

5. Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak maka adzan unutk shalat pertama dan qamat untuk setiap shalat.

6. Diperbolehkan berbicara dll antara qamat dan shalat, dan tidak mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As Sunnah seperti dalam riwayat Al Bukhariy

7. Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa jika melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi hadits yang menyatakan: Barang siapa adzan dia yang qamat, adalah dhaif

Syarat Shalat1. Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat (4:103) 2. Suci badan (74:4). Seperti dalam sabda Nabi: «كر»ك كذرك لس ل او أ واغ ض berwudhu dan «تو

basuhah kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari. 3. Bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang

badui yang kencing di masjid. 4. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu (5:6)5. Menutup aurat (7:31). Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan

yang dimaksud dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

6. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap ke mana saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari

Rukun Shalat 1. Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud. 2. Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah

shalat. Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw.

: «مفتاح الصل ة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم»“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy

dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim. 1. Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat

fardhu. Sabda Nabi: او ن ب » كج او ع فعلى لط كت او س كت او م كل او ن لطع فقاعدا، فإ كت كتس كلم لئما، فإن كص ل قا »Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari. Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al Bukhari dan Muslim

Rukun Shalat4. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah. Sabda

Nabi: لكتاب » لة ال كح لت كفا لب او قرأ كي او م كل او ن كم لل ك ة كصل « ل

Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jama’ahMembaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat sendirian) menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mumhukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy,makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah di Al A’raf: 204Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka ma’mum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat imam diam (antara dua bacaan).

4. Ruku’; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut, dengan thuma’ninah. Sabda Nabi:

لركعا ». متفق عليه. كرا ن لئ كم او ط كت او ع حتى كرك « ثم ارLalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’. Muttafaq alaih

4. Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:كتدل قائما » متفق عليه. او ع كت كفع حتى « ثم ار

Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih

Rukun Shalat7. Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thuma’ninah.

» »، متفق عليه س ن ساجدا لئ كم او ط كت دجد حتى س م اس « ثLalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thuma’ninah. Muttafaq

alaihKesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy

7. Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya: دم » سل دته، ال دة ا وبرركا نبي ورحم يها ال كك أ طيبات، السلم علي صلوات وال تحيات لله وال ال

دله...» دد ه ورسو دمحمدا عب س ل ا، وأشهد أن لد ا الصالحين، أشهد أن ل إله إ لعبا علينا وعلى روا ه الجماعة

7. Salam, seperti dalam hadits Nabi : : «مفتاح الصل ة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم»

“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy

dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim. Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan

dua kali dalam beberapa hadits. 7. Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas

Sunnah Shalat 1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga

jari jempol setinggi daun telinga, atau bahunya, bagian dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga disunnahkan ketika hendak ruku’ dan bangun ruku’. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang berbeda kecuali madzhab Hanafi dan sebagian madzhab Malikiy.

2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, atau di bawahnya, atau di bawah pusar. Semua ini bersumber dari Rasulullah saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu.

3. Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan do’a istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw

Sunnah Shalat 4. Membaca isti’adzah yaitu: (لن الرجيم لبالله من الشيطا دذ (أعو

setelah membaca doa iftitah, dan sebelum membaca AL Fatihah di rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca setiap rakaat sebelum membaca.

5. Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik mejadi imam, makmum maupun sendirian. Dengan suara keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam tidak boleh mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan.

6. Membaca sebagian Al Qur’an setelah surah Al Fatihah, kecuali pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup dengan surah Al Fatihah

Sunnah Shalat 7. Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk,

kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’ disunnahkan rata antara kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu ke lutut, dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir, كعيظيم) كن ربي ال x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang (سبحاbersumber dari Rasulullah saw seperti:

1. ( روح ل وا ككة لئ المل ب كر س دوس دق ح بو دس )،لك( .2 كخشع ربي، أنت أسلمت، كك ول آمنت، كك وب دت، رركع لك م له ل ا

كقدمي به استقلت وما كعصبي، و كعيظمي و دم خي و كبصري، و كسمعيالعالمين رب )لله

8. Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : (كسمع ا لمن لمد ه كح ) dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (كك بنا ول س م ر س له ال ,(الحمد

كحمدا ركثيرا طيبا مبارركا فيه) م ربنا لك الحمد Atau kalimat lain yang (اللهbersumber dari Rasulullah saw

Sunnah Shalat 9. Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud,

menempelkan hidung, dahi dan kedua telapak tangan ke tanah (alas shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung, meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau punggung, membuka jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah (كن ربي العلى (سبحاdan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan do’a khusus yang bersumber dari Rasulullah saw, seperti:

ور ه - كخلقه وص كسجد وجهي للذي دت وبك آمنت، ولك أسلمت وأنت ربي، س م لك سجد س له الدن الخالقين. روا ه مسلم ك»ك ا أحس كسمعه وبصر ه فتبار ق كسن صور ه، وش فأح

9. Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat, dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi), antara lain:

دزقني) روا ه الترمذي لني وار لد لفني واه كحمني وعا س م اغفر لي وار (الله Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah sujud

kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud

Sunnah Shalat 11. Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan

duduk iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan. Disunnahkan agak lebih cepat.

12. Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan kaki kanan, dan duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan pula bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah.

13. Berdo’a sebelum salam dengan do’a am’tsur, antara lain: وما« او علنت، أ وما كررت او س أ وما خرت، أ وما دت دم كق ما لي اغفر م لله اإله ل المؤ خر وأنت المق دم كت ن أ مني، به أعلم كت ن أ وما او فت أسر

. مسلم ». روا ه أنت س ل إلة » - ن فت ومن القبر، عذاب ومن نم، جه عذاب من بك أعوذ إني م لله ا

« مسلم روا ه ، دجال ل ا المسيح لة ن فت كش ر ومن كممات، ل وا كمحيا ل ا

Sunnah Shalat 14. Memperbanyak dzikir setelah salam dengan dzikir

ma’tsur, antara lain: » -الجلل ذا يا كتبارركت السلم، ومنك السلم كت ن أ لهم ل ا

. مسلم » روا ه ، للركرام وا » -ا كحمد و كثلثين، و ثلثا ة صل رك ل ددبر في بح كس من

لتسعون، و لتسعة فتلك وثلثين، ثلثا ا بر ورك وثلثين، ثلثا : كله له، كشريك ل كوحد ه ا إل إله ل المائة تمام وقال

دغفرت كقدير، شيء رك ل على وهو الحمد كله و الملك . « مسلم روا ه ، كبحر ل ا كزبد مث ل كركانت وإن خطايا ه

« » -، كدتك ا عب لن وحس ك»ك لر دشك و ك»ك لذركر على أع ني س م لله ا . س نسائي ل وا داود وأبو أحمد روا ه

» -كحمد ل ا كله و دملك ل ا له له، كك كشري ل كوحد ه ا إل إله لول كأعطيت، لما لنع ما ل للهم ا كقدير، ء شي رك ل على وهو

.« روا ه د كج ل ا كك لمن كج د ل ا ذا كفع او ن كي ول كنعت، كم لما لطي دمعالشيخان

Hal-hal yang Makruh dalam Shalat1. Meninggalkan salah satu sunnah yang tersebut di atas2. Menggaruk-garuk baju atau anggota badan tanpa ada

udzur3. Melihat ke atas –seperti yang diriwayatkan imam Al

Bukhari-4. Memakai atau menghadap sesuatu yang mengganggu

konsentrasi shalat –seperti yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhariy-

5. Shalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan, kuburan, jalanan, kamar mandi, peristirahatan onta, di atas ka’bah (HR Muslim)

Hal-hal yang Makruh dalam Shalat6. Memakai baju yang terbuka leher; menggulung lengan

baju panjang; shalat dengan pakaian kerja padahal ada pakaian lain. Karena hal ini meninggalkan adab.

7. Takhashshur – meletakkan tangan di pinggang- para ulama memakruhkannya kecuali imam Ibnu Majah-

8. Menggunakan lengan tangan untuk tumpua ketika sujud -makruh menurut jama’ah ulama-

9. Ash Shaqd (berdiri dengan merapatkan kedua kaki; ash shaqn- berdiri dengan satu kaki

10. Membaca surah (setelah Al fatihah) di rakaat kedua, sebelum surat di rakaat pertama (dalam urutan mushaf )

Hal-hal yang Makruh dalam Shalat11. Sujud di atas tutup kepala yang menghalangi dahi dan tanah

(tempat sujud), mengusap bekas sujud selama dalam shalat –diriwayatkan oleh Ibnu Majah

12. Miring ketika shalat, karena menyerupai Yahudi (riwayat Al Bukhari); menguap (riwayat imam Muslim dan At Tirmidzi), disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di luar shalat

13. Shalat dengan menahan hadats, atau berhadapan dengan makanan (riwayat imam Muslim dan Abu Daud); atau ketika sangat mengantuk (riwayat Al Jama’ah)

14. Memanjangkan kain sampai ke tanah; menutup mulut (riwayat lima imam dan Al Hakim) Batal menurut madzhab Syafii

15. Kencing dan buang air besar

Hal-hal yang Mubah dalam Shalat1. Menangis, merintih, seperti dalam firman Allah QS. Maryam: 58

Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw menangis ketika shalat, Abu Bakar juga menangis salam shalatnya. Diriwayatkan pula bahwa Umar ra shalat shubuh dan membaca surah Yusuf, sehingga sampai pada ayat: Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah Aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, QS. Yusuf: 86. terdengar suara tangisnya.

Menurut madzhab Syafi’iy, jika dalam tangisnya itu ada terdengar satu atau dua huruf yang tidak difahami maka batal shalatnya.

1. Menoleh dengan wajah ketika diperlukan saja. Sebab jika tidak ada kebutuhan yang mendesak masuk dalam kategori, «خيتختلسه الشيطان من اختل س خعبد» رواه البتخاري ا ة ال celingukan karena godaan syetan. Dan jika memalingkan صلdadanya dari arah kiblat, maka batal shalatnya.

2. Membunuh hewan yang membahayakan, karena hadits Nabi:برقبرب»، رواه أصحاب السنن. خع يو ة وال صلة، الح «اقتلوا الوسودين في الBunuhlah dua hewan hitam dalam shalat, ular dan kala jengking.

Hal-hal yang Mubah dalam Shalat4. Berjalan sedikit karena ada kebutuhan tanpa merubah posisi dari

arah kiblat. Rasulullan saw pernah melakukannya sebagaimana riwayat imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’iy, dari Aisyah ra, dengan syarat kurang dari tiga langkah pindah, atau tiga gerakan.

5. Membawa anak kecil dengan digendong sambil shalat. Hal ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, An Nasa’iy, Al Hakim dan Muslim dari Rasulullah saw

6. Mengingatkan Al Fatihah imam jika kelupaan, atau salah dalam membaca. Abu Daud meriwayatkan kebolehannya. Bertahmid bagi orang yang bersin, Rasulullah saw pernah memperbolehkannya kepad Rifa’ah seperti diriwayatkan oleh Al Bukhari, An Nasa’iy dan At Tirmidziy. Demikian juga diperbolehkan tasbih bagi laki-laki dan tepuk tangan bagi wanita untuk mengingatkan. Sseperti diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’iy.

Hal-hal yang Mubah dalam Shalat7. Sujud di atas sorban atau pakaian yang dikenakan karena

kondisi tertentu (seperti sangat panas). Rasulullah saw pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad yang sahih.

8. Membaca Al Qur’an dengan memegang mushaf. Seperti yang diriwayatkan oleh imam Malik. Hal ini menjadi madzhab imam Syafi’iy

9. Menghentikan shalat karena untuk membunuh binatang yang membahayakan, atau mengembalikan hewan (kendaraan) yang kabur, atau takut kehilangan barang, atau menahan buang air besar dan kecil, atau karena panggilan salah satu orang tua jika khawatir bahaya. Bahkan wajib menghentikan shalat untuk menolong orang yang dalam bahaya, atau karena akan terjadi bahaya besar pada seseorang, atau kebakaran

Hal-hal yang Membatalkan Shalat1. Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau

rukunnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada orang a’rabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:

ل» رواه الشيتخان ل فإنك لم تص «ارجع فصKembalilah shalat karena kamu belum shalat. HR Asy

Syaikhani. Diantaranya adalah terbuka aurat, berubah arah kiblat, berhadats saat shalat.

1. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit. Sedang jika terjadi karena lupa, atau tidak tahu, atau ada selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak membatalkan menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.

Hal-hal yang Membatalkan Shalat3. Sengaja berbicara di laur bacaan shalat. Sedang jika

dilakukan karena tidak tahu hukumnya, atau lupa maka tidak membatalkan shalat, seperti dalam hadits Muawiyah bin Al Hakam As Salamiy, yang berbicara ketika shalat karena tidak tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya mengulang shalat, tetapi mengatakan kepadanya: تسبيح والتكبيبر » : ن هذه الصلة ل يصلح فيها شيء من كل م النا س، إنما هي ال إ

وقبراءة القبرآن»، رواه أحمد ومسلم وأبو داود والنسائيSesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan sesama manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan membaca Al Qur’an. HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasa’iy

3. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan shalat. Tetapi jika terpaksa seperti menolang orang dalam bahaya, menyelamatkan orang yang hendak tenggelam, ia wajib menghentikan shalatnya

Hal-hal yang Membatalkan Shalat5. Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan

shalat. Tertawa adalah yang terdengar orang yang melakukan itu saja, sedang terbahak-bahak adalah yang terdengar orang lain. Sedang tersenyum tidak membatalkan.

6. Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang keji, atau kalimat kufur.

7. Makmum yang ketinggalan dua rukun fi’liyah dengan sengaja tanpa sebab, atau mendahuluinya dengan dua rukun fi’liyah menurut madzhab Syafi’iy meskipun ada sebab. Seperti jika imam membaca dengan cepat sehingga makmum di belakangnya ketinggalan asal tidak lebih dari tiga rukun dimaksud.

8. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam membetulkan bacaan orang yang tidak ikut shalat bersamanya menurut madzhab Hanafi

Tatacara (Kaifiyah) Shalat Rasulullah saw bersabda:

أصلي» متفق عليه» اولوا كما رأيتموني خصShalatlah kamu sebagaimana aku shalat. Hadits

Muttafaq alaih. Dan berikut ini akan kamu sebutkan amaliyah shalat

secara berurutan dari pertama sampai terakhir, dengan disertai statusnya (fardhu) atau (sunnah) sesuai dengan pilihan pada fashal-fashal sebelumnya.

Tatacara (Kaifiyah) Shalat1. Niat shalat yang hendak ditunaikan (fardhu)2. Mengangkat kedua tangan sehingga ibu jari setinggi telinga

atau bahu, telapak tangan menghadap kiblat (sunnah) kemudian bertakbiratul ihram, yang lafadlnya “ALLAHU AKBAR” (fardhu)

3. Masih beridri (fardhu) tegak menghadapkan wajhanya ke arah sujud, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas pusar, membuka kedua kakinya kira-kira empat jari (sunnah)

4. Membaca doa iftitah, dengan salah satu lafadh yang ada (sunnah)

5. Membaca isti’adzah dengan sirriyah (suara pelan), mengeraskan atau membaca pelan basmalah sebelum Al Fatihah di setiap rakaat. (sunnah)

Tatacara (Kaifiyah) Shalat6. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat shalat fardhu atau

shalat sunnah (fardhu) jika sebagai imam atau shalat sendirian. Sedang jika sebagai makmum, maka membaca Al Fatihah ketika imam membacanya siririyah (pelan) dan mendengarkan bacaan imam ketika membacanya jahriyah.

7. Membaca satu surah atau ayat dari Al Qur’an setelah membaca Al Fatihah pada dua rakaat pertama setiap shaat (sunnah)

8. Bertakbir (sunnah) lalau ruku’ (fardhu) dengan mengangkat kedua tangan (sunnah) bertasbih (sunnah) thuma’ninah ketika ruku’ (fardhu)

9. Bangun ruku’ dan berdiri tegak (fardhu) dan memabaca : خلك الحمد) بنا و خر ا مده، خح خوسمع ا لمن ) dengan mengangkat kedua tangan (sunnah)

Tatacara (Kaifiyah) Shalat10. Bertakbir (sunnah) turun untuk bersujud (fardhu) dengan

memperhatikan sunnah cara bersujud, memperbanyak dzikir (sunnah)

11. Bertakbir (sunnah) mengangkat kepala dan duduk (fardhu) dengan memperhatikan sunnah, lalu bertakbir (sunnah) dan sujud lagi (fardhu), bertakbir (sunnah) dan bangun dari sujud dengan mengangkat kedua tangan sebelum kedua kaki (sunnah) untuk meneruskan rakaat kedua.

12. Pada rakaat kedua melakukan apa yang sudah di lakukan pada rakaat pertama, sesudah itu duduk untuk tasyahhud awal, dan bershalawat atas Nabi Muhammad saw (sunnah)

13. Pada rakaat ketiga dan keempat, cukup dengan membaca surah Al Fatihah dengan sirriyah, meskipun dalam shalat jahriyah. Kemudian duduk tasyahhud akhir (fardhu) bershalawat atas Rasulullah saw (sunnah), berdo’a sebelum salam dengan doa ma’tsur yang disukai

Tatacara (Kaifiyah) Shalat14. Salam ke sisi kanan (fardhu) lalu ke kiri (sunnah),

memperbanyak dzikir ma’tzur sesudah salam (sunnah).خفصلى، ثم جاء إلى خدخل رجل المسجد خريضي ا عنه قال: هبريبرة خقد روى أبو خو

ل ل م، وقال: «ارجع فص لم، فبرد عليه الس النبي صلى ا عليه ووسلم يسخبعثك خثل ث مبرات. قال: فقال: والذي ل» فبرجع، ففعل ذلك خص ت نك لم فإ

ببر، ثم صلة فك خت إلى ال قم لمني. قال؛ « إذا خبر هذا، فع أحسن غي اوق ما بالحخفع حتى ا كعا، ثم ار ن را ا ئ ختطم خكع حتى قبرآن، ثم ار خمعك من ال سبر ختي اقبرأ ما

ا لسا، ثم ن جا ا ئ ختطم ن وساجدا، ثم ارفع حتى ا ئ ختطم جد حتى ا دل قائما، ثم اوس خت ختعلها »، رواه أحمد ك خك ا ت خصل خعل ذلك في ا جدا ثم اف ن وسا ا ئ برطم خت جد حتى اوس

والشيتخانAbu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seseorang masuk masjid lalu ia shalat, kemudian

datanga menemui Nabi Muhammad saw, memberi salam, dan Nabi menjawab salamnya, dan bersabda: “Kembalilah shalat karena kamu belum shalat” lalu ia

mengulanginya sampai tiga kali. Abu Hurairah berkata: Orang itu mengatakan: “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar. Saya tidak bisa shalat yang lebih baik lagi, maka ajarilah aku. Nabi bersabda: “Jika kamu berdiri shalat maka bertakbirlah,

kemudian bacalah Al Qur’an yang paling mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga thuma’ninah ruku’, kemudian bangunlah sehingga berdiri tegak, kemudian sujudlah

sehingga tuma’ninah sujud, kemudian bangunlah sehingga tuma’ninah duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah sujud, kemudian lakukan itu dalam seluruh

shalatmu”. HR Asy Syaikhani

Macam-macam ShalatShalat jum’atShalat janazah

Shalat-shalat Sunnah1. Shalat witir2. Shalat rawatib lima waktu3. Shalat-shalat sunnah lainnya

1. Shalat dhuha2. Shalat Gerhana Matahari dan Bulan3. Shalat istikharah4. Shalat taubat5. Shalat istisqa’6. Shalat tarawih (qiyamu Ramadhan)7. Qiyamullail8. Shalar Ied (fithri dan adha)

Keutamaan Shalat Berjamaahن أ عنهما، ا رضي عمر بن ا عبد عن

: قال وسلم عليه ا صلى ا رسولذ« - ف ل ا ة صل من ل أفض الجماعة ة صل

.« متفق - درجة عشرين و ع بسب فرد ل ا أيعليه

Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Shalat berjamaah itu leih utama dari

shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat. Muttafaq alaiah.

Hukum Shalat Berjamaah1. Fardhu ‘ain (Imam Ahmad bin Hanbal, Al Uza’iy,

dan Zhahiriyah)2. Fardhu kifayah (jumhurul ulama, yang terdiri dari

para Ulama pendahulu madzhab Syafi’iy, mayoritas madzhab Hanafi fan Maliki)

3. Sunnah mu’akkadah (Imam Abu Hanifah dan dua orang muridnya, Zaid bin Ali dan Al Muayyid Billah)

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah1. Sunnahnya berjamaah adalah di masjid. Sehingga

menampilkan syiar Islam dan jumlah umat yang banyak. Dan utamanya bagi wanita shalat di rumahnya, meskipun tidak dilarang ke masjid, menghadiri shalat berjamaah.

2. Disunnahkan shalat berjamaah itu juga dalam shalat yang diqadha, minimal ada imam dan makmum

3. Disunnahkan agar wanita terpisah dari laki-laki. Salah satunya menjadi imam (menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali. Makruh wanita menjadi imam bagi wanita menurut madzhab Hanafi. Tidak boleh wanita menjadi imam bagi wanita menurut imam Malik, dan wanita berdiri di tengah shaff.

4. Syarat sahnya laki-laki menjadi imam adalah: Islam, baligh, berkal, mampu membaca Al Qur’an, dan bebas dari udzur

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah

5. Orang yang paling berhak menjadi selain tuan rumah atau pejabat adalah: orang yang paling berilmu, kemudian yang paling banyak hafalan, yang paling wara’ (hati-hati dari perbuatan dosa, kemudian yang paling tua usianya.

6. Seorang makmum berdiri di sisi kanan imam, jika lebih dari satu maka berdiri di belakang imam. Dimulai dari shaf orang dewasa, kemudian shaf anak-anak, kemudian shaf wanita. Sedangkan jika anak kecil sudah ada di shaf depan maka tidak boleh ditarik ke belakang.

7. Sebaiknya imam memperingan shalat, tidak melebihi standar sunnah dalam bacaan shalat.

8. Tidak sah orang yang shalat fardhu makmum kepada orang yang shalat sunnah menurut madzhab Hanafi dan Jumhurul Ulama. Tetapi sah menurut madzhab imam Syafi’iy. Jika ada seorang muslim shalat sunnah kemudian ada orang makmum di belakangnya untuk shalat fardhu dan tahu bahwa orang yang di depannya itu shalat sunnah, maka sah shalatnya menurut madzhab Syafi’iy dan tidak sah menurut madzhab Hanafiy Menurut madzhab Maliki makmum dianggap sah shalatnya meskipun di depan imam

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah

9. Tidak sah seorang shalat fardhu makmum di belakang orang yang shalat fardhu lainnya, jika makmum mengetahui hal itu. Demikian juga tidak sah orang yang makmum melaksanaan shalat fardhunya tepat waktu, dengan imam yang mengqadha shalat fardhu. Tetapi madzhab Syafi’iy memperbolehkan semua ini.

10. Makmum wajib mengikuti imam, dan haram mendahuluinya, sedang bersamaan hukumnya makruh.

11. Makmum diperbolehkan mufaraqah (memisahkan diri) dari imam, yaitu dengan keluar dari shalatnya imam dan menyempurnakan shalatnya sendiri jika ada udzur. Seperti yang dilakukan sahabat ketika Mu’adz yang menjadi imam membaca surah Al Baqarah dalam shalatnya. (HR. Al Jamaah)

12. Disunnahkan bagi orang yang telah shalat munfarid, untuk mengulangi shalatnya dengan berjamaah, dan shalat munfaridnya menjadi shalat sunnah

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah13. Disunnahkan bagi imam, setelah shalat dan salam untuk

menengok ke kanan dan kiri, kemudian berpindah dari tempat shalatnya

14. Makmum diperbolehkan mengikuti imam meskipun di antara keduanya ada sekat, jika makmum mengetahui pergerakan imam lewat pendengaran atau penglihatan, dengan syarat shafnya bersambung. Sehingga tidak sah shalat dengan siaran radio atau televisi

15. Jika seorang imam mengalami sesuatu yang tidak bisa meneruskan shalatnya maka digantikan orang lain untuk menyempurnakan shalatnya dengan makmum yang ada.

16. Makruh seorang imam mengimami kaum yang tidak menyukainya

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah17. Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf,

seharusnya ia menarik salah satu dari jamaah yang ada di depannya untuk shalat bersamanya. Seperti dalam hadits Wabishah:

رأى » وسلم عليه ا صلى ا رسول أنأن مره فأ وحده، الصف خلف يصلي ل رج

« نس ل ا ل إ الخمسة رواه ، الصلة عيد يBahwasannya Rasulullah saw melihat seseorang yang shalat

sendirian di belakang shaf, lalu menyuruhnya untuk mengulang shalat. HR. Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy.

Dan sah shalat wanita yang sendirian di belakang shaf pria. Dan tidak boleh baginya ia berdiri sejajar dengan pria dalam satu shaf

Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah

18. Menghadiri shalat berjamaah menjadi tidak wajib karena hujan, sangat dingin, ketakutan, tertahan, sakit, atau lanjut usia, atau udzur-udzur lainnya yang disebutkan oleh para ulama untuk tidak memberatkan bagi kaum muslimin. Rasulullah saw pernah menyuruh muadzin untuk menyerukan: (صلوا في رحالكم). Shalatlah di kendaraan kalian masing-masing; ketika malam sangat dingin, di malam saat turun hujan waktu musafir. HR As Syaikhani. Udzur-udzur yang lain diqiaskan dengan yang tersebut di atas.

19. Ketika seorang yang masbuq (keduluan imam) di sebagian shalatnya, maka ia menyempurnakan sisa shalatnya itu setelah salam imam. Ia mengqadha awal shalatnya dalam hal bacaan, dan akhirnya dalam hal tasyahhud. Misalnya jika seseorang hanya mendapati rakaat terakhir imam dalam shalat maghrib maka ia mengqadha dua rakaat, dengan membaca Al Fatihah dan surah lainnya di setiap rakaat, karena ia mengqadha dua rakaat pertama dan kedua dilihat dari bacaan; dan duduk di rakaat pertama itu dengan bertasyahhud karena sesungguhnya itu rakaat kedua baginya, sehingga ia shalat maghrib dengan tiga kali duduk.

20. Seseorang tidak disebut masbuq rakaat dengan imam, kecuali jika mendapati imamnya telah mengangkat kepala, bangun ruku’

Dalilnya ن أ ح ا ن ج م ك ي عل س ي ل ف ض ر ل ا في م ت ب ر ض ذا إ و

روا ف ك ن ذي ل ا م ك ن فت ي ن أ م ت ف خ ن إ ة صل ل ا ن م روا ص ق تا ن ي ب م وا د ع م ك ل نوا كا ن ري ف كا ل ا ن إ

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-

orang kafir. QS. An Nisa: 101Ya’la bin Umayyah berkata: akubertanya kepada Umar bin Khaththab: Bagaimana pendapatmu tentang mengqashar shalat, padahal Allah swt berfirman:

روا ف ك ن ذي ل ا م ك ن ت ف ي ن أ م ت ف خ ن إJika kamu takut diserang orang-orang kafir... . Dan sekarang hal itu tidak ada. Umar berkata: Aku heran dari apa yang kau herankan. Lalu aku sampaikan hal itu kepada Rasulullah saw yang bersabda: Itu adalah shadaqah Allah kepada kalian maka terimalah shadaqahnya. HR. Al Jamaah

Hukumnya Menurut madzhab Hanafi, mengqashar shalat adalah

‘Azimah (hukum tetap), dan shalat sempurna hukumnya makruh berbeda dengan sunnah, tetapi tetap sah shalatnya; dan dua rakaat akhir dianggap sebagai shalat sunnah, dan tasyahhud awal menjadi wajib, jika ditinggalkan batal shalatnya.

Menurut madzhab Syafi’iy; qashar shalat adalah rukhshah (kemudahan), tetapi tidak dimakruhkan shalat sempurna yang berstatus Azimah, dan itu yang utama, jika safarnya belum sampai tiga marhalah, dan jika sudah melewatinya maka yang utama mengqashar shalat

Jarak SafarPara ulama berbeda pendapat tentang jarak safar

yang diperbolehkan qashar shalat. Menurut madzhab Maliki, Syafi;iy, dan Hanbali

sejauh kurang lebih 90 km (sembilan puluh kilo meter)

Lama Safar Para ulama juga berbeda pendapat tentang lama safar. Empat hari

menurut jumhurul ulama, lima belas hari menurut madzhab Hanafiy, jika niat mukim melebihi batas itu dihitung mukim, dan tidak boleh mengkoshor shalat. Sedang jika ia tidak tahu berapa lama ia mukim, dan setiap hari menyatakan : BESOK MAU JALAN kemudian ia terpaksa harus menetap, maka dihitung musafir, mengqoshor shalat meskipun lama di situ. Demikianlah madzhab Hanafi dan salah satu pendapat madzhab Syafi’iy, yang merupakan amalah mayoritas sahabat. Pendapat lain madzhab Syafi’iy jika lebih dari delapan belas hari dianggap muqim, dan tidak mengqashar apapun keadaannya.

Syarat untuk mengambil rukhshah qashar shalat agar keluar dari tempat tinggalnya, dan terus mengqashar sampai ia pulang ke negerinya.

Menurut madzhab Syafi’iy jika ia berniat mukim lebih dari tiga hari, ia menjadi orang mukim. Dan kurang dari empat hari dihitung musafir. Hari bearngkat dan pulang tidak dihitung.

Shalat Safar Berjamaah

Orang mukim boleh makmum kepada musafir, ketika musafir telah salam, yang mukim meneruskan, sebagaimana msafir yang shalat empat rakaat makmum kepada orang mukim.

Shalat di Atas Kendaraan Diperbolehkan shalat sunnah di atas kendaraan, kapal, mobil,

kereta, atau pesawat. Dan bagi yang mau shalat harus menghadap kiblat jika mampu. Dan gugur darinya beberapa rukun shalat dan kewajibannya yang tidak mungkin dilaksanakan, seperti cukup dengan isyarat membungkuk dengan kepala untuk ruku’ dan sujud. Menundukkan kepala ketika sujud lebih rendah daripada ruku’nya. Hal ini telah disepakati oleh para ulama fiqh, berdasar hadits Amir bin Rabi’ah ra berkata: على( وهو وسلم عليه ا صلى ا رسول رأيت

توجه، ة وجه أي بل ق ه س برأ ئ يوم ح ب يس راحلته ( متفق ، المكتوبة الصلة في ذلك يصنع يكن ولم

عليه. Aku melihat Rasulullah saw di atas kendaraannya bertasbih dengan

menundukkan kepalanya, menghadap ke mana saja, dan hal ini tidak pernah dilakukan di shalat fardhu. Muttafaq alaih