113862713-penatalaksanaan-dislipidemia
DESCRIPTION
Jurnal KlinisTRANSCRIPT
Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:
1. Penatalaksanaan Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologist yang meliputi
modifikasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. terapi diet memiliki tujuan untuk
menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori.
2. Penatalaksanaan non farmakologik
Meliputi terapi nutrisi medik, aktivitas fisik serta beberapa upaya lain seperti berhenti
merokok, menurunkan berat badan bagi yang gemuk dan mengurangi asupan alkohol. Penurunan
berat badan dan peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan kadar trigliserida dan
meningkatkan kadar HDL kolesterol serta sedikit menurunkan kadar LDL kolesterol.
A. Terapi nutrisi medik
Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaan dislipidemi, oleh karena itu disarankan
untuk berkonsultasi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah pembatasan jumlah kalori dan jumlah
lemak. Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi dianjurkan untuk
mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan
ganda ( mono unsaturated fatty acid = MUFA dan poly unsaturated fatty acid = PUFA). Pada
pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol dan
lemak.
Tabel 3. Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia
B. Aktivitas fisik
Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan
kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, naik
sepeda, berenang dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis olahraga disesuaikan dengan
kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar dilakukan secara terus menerus. Pasien DM
yang mempunyai BB berlebih sebaiknya mendapat Terapi Nutrisi Medik dan meningkatkan
aktivitas fisik. The American Heart Association merekomendasikan untuk pasien DM dengan
Penyakit Kardiovaskular bahwa Terapi Nutrisi Medik maksimal dapat menurunkan kadar LDL
kolesterol sebesar 15 sampai 25 mg/dl. Jadi, bila kadar LDL kolesterol mengalami peningkatan
lebih dari 25 mg/dl diatas kadar sasaran terapi, hendaklah diputuskan untuk menambahkan terapi
farmakologik terutama terhadap pasien2 dengan risiko tinggi (pasien DM dgn riwayat infark
miokard sebelumnya atau dengan kadar LDL kolesterol tinggi (diatas 130 mg/dl).
3. Penatalaksanaan farmakologi
Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat-obat penurun
lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid dan menurunkan komplikasi Kardiovaskular pada
pasien-pasien diabetes. Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat memperbaiki
propil lipid serum yaitu:
A. HMG-CoA reduktase inhibitor
B. Derivat asam fibrat
C. Sekuestran asam empedu
D. Asam nikotinat
E. Ezetimibe
F. Asam lemak omega-3.
A. HMG-CoA reduktase inhibitor
Dalam 10 tahun terakhir ini di seluruh dunia, HMG-CoA reduktase inhibitor
yang biasa disebut sebagai statin menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai obat
penurun kadar lipid. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim HMG-CoA
reduktase yaitu suatu enzim di hati yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Dengan
menurunnya sintesis kolesterol maka hati akan mengkompensasi dengan meningkatkan reseptor
LDL pada permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol LDL di dalam darah akan ditarik
ke hati, sehingga akan menurunkan kadar kolesterol LDL dan juga VLDL.
Mengenai dosis obat sangat individual sekali, tergantung pada karakteristik pasien seperti
target terapi dan respon terhadap terapi yang diberikan. Dibawah ini dapat dilihat dosis beberapa
obat golongan statin.
Tabel x. Dosis-dosis obat golongan statin
Popularitas statin dipengaruhi oleh banyaknya data uji klinik yang mengkonfirmasi
bahwa penurunan kadar lipid pada pasien yang diterapi akan berakibat juga pada turunnya risiko
penyakit kardiovaskuler terutama pada penyakit jantung, infark miokard, prosedur
revaskularisasi dan menurunnya angka kematian. Heart Protection Study melakukan penelitian
yang berskala besar melibatkan 5963 pasien penderita diabetes berusia > 40 tahun dengan kadar
total kolesterol > 135 mg/dl. Pada penelitian ini, pasien diabetes yang diberikan simvastatin
mengalami penurunan risiko hingga 22% terhadap terjadinya penyakit CVD (Cardio Vascular
Disease). Penurunan resiko ini terjadi pada semua subkategori LDL yang diperiksa, termasuk
pasien dengan kadar kolesterol LDL yang lebih rendah sebelum terapi (<116 mg/dl).
Efek samping pemakaian statin biasanya terjadi peningkatan yang sifatnya minor pada
kadar enzim hati sering dijumpai pada 5 bulan pertama terapi statin yang biasanya akan normal
kembali dengan sendirinya. Peningkatan yang bermakna terjadi pada 2% pasien pada awal terapi
tergantung pada dosis statin yang digunakan, dan akan normal kembali jika dosis statin
diturunkan atau dihentikan. Pemantauan enzim hati secara teratur selama penggunaan statin,
yaitu pada 1‐bulan, 3 bulan dan 6 bulan setelah terapi statin dimulai, dan kemudian sekali setiap
tahun. Walaupun ada pembatasan penggunaan statin, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan
bahwa statin berbahaya untuk pasien dengan penyakit hati kronik seperti hepattis B dan C atau
kholestasis.
Efek samping lain yang dijumpai pada 5% pasien adalah miopati , muncul sebagai gejala
nyeri pada otot dan persendian tanpa adanya perubahan kadar kreatin kinase (CK). Miopati yang
parah (rhaddomiolisis fatal) dialami oleh 0,2% pasien, disertai dengan peningkatan CK (10 kali
batas atas kadar normal, CK normal adalah 10‐150 IU/L), dan dalam hal ini penggunaan statin
harus segera dihentikan. Jika CK berkisar antara 3‐10 kali batas atas normal, statin tetap
dilanjutkan tetapi CK harus terus dipantau sampai diketahui apakah keadaan membaik atau
memburuk (sehingga memerlukan penghentian statin). Jika perlu dosis statin diturunkan untuk
meredakan efek samping tersebut. Gejala efek samping pada otot ini bisanya lebih banyak terjadi
pada pasien yang menggunakan kombinasi obat penurun kadar lipid, misalnya kombinasi statin
dan fibrat atau asam nikotinat.
B. Derivat asam fibrat Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah:
Gemfibrozil, Fenofibrate, Ciprofibrate dan Bezafibrate. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan oksidasi asam lemak bebas di hati ataupun otot dan mengurangi lipogenesis dihati
sehingga sekresi dari VLDL dan trigliserid hati menjadi menurun.
Fibrat di absorpsi dengan baik di saluran cerna, kadar puncaknya di plasma dapat
ditemukan 6 sampai 8 jam setelah di konsumsi. Setelah diabsorpsi fibrat dieksresikan melalui
urine dalam bentuk metabolitnya, asam fibrat terkonjugasi. Rata-rata 60% dosis di eksresikan
melalui urine dan 25 % nya di eksresikan melalui feses. Asam fibrat di eliminasi dengan waktu
paruh sekitar 20 jam, sehingga di berikan dengan dosis sekali sehari . Fibrat meningkatkan kadar
statin. Karena itu dosis statin seharusnya lebih rendah jika di berikan bersamaan dengan fibrat.
Dosis fibrat harusnya juga di kurangi pada pasien dengan gagal ginjal sedang dan berat. Para ahli
merekomendasikan pemberian di pagi hari, sedangkan statin di malam hari.
Efek samping yang paling sering dijumpai adalah gangguan saluran cerna pada 5%
pasien. Seperti juga pada statin, peningkatan enzim hati juga terjadi pada awal terapi tapi tidak
berlanjut. Miopati jarang dilaporkan jika fibrat digunakan sebagai terapi tunggal. Harus
dipertimbangkan risiko dan manfaatnya sebelum memberikan fibrat sebagai terapi kombinasi.
Fibrat di kontraindikaskan pada pasien – pasien yang hipersensitif terhadap fibrat, pasien dengan
kerusakan ginjal yang berat, sirhosis bilier, dan pasien dengan kerusakan fungsi hepar yang
persisten, serta penyakit kandung empedu.
Veterans Affairs High-Density Lipoprotein Cholesterol InterventionTrial (VA-HIT)
mendapatkan bahwa gemfibrozil 1200 mg/hari dihubungkan dengan penurunan cardiovascular
events sebesar 24% pada penderita diabetes yang sebelumnya telah menderita penyakit
kardiovaskuler dengan HDL rendah (<40 mg/dl) dan peningkatan trigliserida.
C. Sekuestran asam empedu (Penangkap asam empedu)
Terdapat tiga jenis Sekuestran asam empedu yaitu cholestyramin, colestipol dan
Colesevelam dengan dosis masing-masing adalah 8-16 g/hari, 10-20 g/hari dan 6,5 g/hari.
Mekanisme kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol dan menurunkan
resirkulasi asam empedu. Mula‐mula obat ini mengikat asam empedu pada usus halus sehingga
mencegah resirkulasinya ke dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi asam empedu
meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena asam empedu berkurang, hati berespon meningkatkan
produksi asam empedu dengan cara memecah kolesterol. Selain itu reseptor LDL juga meningkat
untuk mengikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam sirkulasi darah makin
menurun.
Sekuestran asam empedu menurunkan kolesterol LDL 15‐30%, dan meningkatkan HDL
sampai 5%. Pada beberapa pasien sekuestran asam empedu meningkatkan kadar trigliserida,
sehingga penggunaannya dihindari untuk pasien hipertrigliseridemia atau hiperlipidemia
campuran dengan peningkatan kadar trigliserida yang signifikan. Sekuestran asam empedu dapat
menurunkan kejadian gangguan fungsi jantung dan progresi aterosklerosis. Obat ini terutama
berguna untuk mengobati pasien yang mengalami peningkatan kolesterol LDL saja atau sebagai
obat tambahan jika monoterapi gagal mencai target terapi.
Masalah utama pada terapi sekuestran asam empedu ini adalah penerimaan pasien karena
rasa obat yang tidak enak. Biasanya obat diminum 4 kali sehari, dalam bentuk serbuk yang
dicampurkan ke dalam sejumlah besar air.Pada dosis maksimum, golongan obat ini sering
menimbulkan rasa tidak nyaman pada abdomen, refluks esofagus dan konstipasi. Obat ini juga
dapat mengikat obat lain, misalnya digoksin, levotiroksin, atau warfarin, sehingga harus
diperhatikan agar penggunaan antar obat‐obat tersebut dengan sekuestran asam empedu ini
terpisah paling sedikit 4‐6 jam.
D.Asam nikotinik
Asam nikotinik merupakan obat penurun lipid yang pertama kali diperkenalkan. Oleh
karena bentuk yang lama yaitu asam nikotinik serap cepat mempunyai efek samping cukup
banyak, maka obat ini tidak banyak dipakai. Dengan diperkenalkannya asam nikotinik yang
lepas lambat ( niaspan ) sehingga absorpsi di usus berjalan lambat, maka efek samping menjadi
lebih kurang.
Obat ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan
demikian akan mengurangai asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas yang ada
dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL.
Dengan menurunnya sintesis VLDL dihati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan
juga kolesterol LDL plasma. Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar
kolesterol HDL bahkan merupakan obat yang terbaik untuk meningkatkan kolesterol HDL. Oleh
karena menurunkan trigliserida, menurunkan LDL dan meningkatkan kolesterol HDL maka
disebut juga sebagai broad spectrum lipid lowering agent.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu perasaan panas pada muka
bahkan di badan. Untuk mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam nikotinik sebaiknya
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan, misalnya selama satu minggu 375 mg/hari
kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai dosis maksimal sekitar 1500- 2000 mg/hari.
Dengan asam nikotinik yang baru yaitu lepas lambat, efek samping sangat berkurang. Hasil yang
sangat baik didapatkan bila dikombinasikan dengan golongan HMG-CoA reductase inhibitor.
E.Ezetimibe
Ezetimibe tergolong obat penurun lipid yang baru, diperkenalkan di pasaran sejak tahun
2003. Obat ini bekerja sebagai Karena jumlah kolesterol yang masuk melalui usus halus turun,
maka hati meningkatkan asupan kolesterolnya dari sirkulasi darah, sehingga kadar kolesterol
serum akan turun. Ezetimibe 10 mg/hari digunakan untuk hiperkolesterolemia primer.
Sebagai terapi tunggal, efek utama ezetimibe adalah menurunkan kadar kolesterol LDL
sampai 18%,dengan sedikit efek pada trigliserida dan HDL.Jika dikombinasi dengan statin, bisa
menghasilkan penurunan kadar LDL serum 20% lagi dibanding statin saja, penurunan kadar
trigliserida 9%, dan peningkatan kolesterol HDL 3%.Saat ini ezetimibe digunakan jika terapi
tunggal statin gagal mencapai target terapi,atau sebagai alternatif monoterapi jika pasien tidak
tahan statin. Efek samping yang yang sering muncul pada pemakaian ezetimibe adalah gangguan
intestinal,sakit kepala dan mialgia.
F.Asam lemak omega-3.
Bukti epidemiologi sejak lama menunjukkan bahwa diet kaya asam lemak omega‐3 yang
diperoleh dari minyak ikan menurunkan resiko kardiovaskuler. Asam lemak omega‐3,terutama
asam eikosapentanoat(EPA) dan asam dokosaheksanoat(DHA) mempunyai beberapa efek pada
lipid dan metabolism lipid.
Asam lemak omega‐3 menurunkan kadar lipid dengan cara menekan produksi trigliserida
dan VLDL di hati dan meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. Kadar trigliserida menurun
hingga 30% disertai sedikit peningkatan HDL.Suplemetasi asam lemak omega‐3 4‐6g/hari
digunakan untuk hiperkolestrolemia. Juga dapat ditambahkan pada terapi statin atau fibrat untuk
meningkatkan efektivitas penurunan lipidnya. Dosis rendah 1g/hari digunakan untuk
menurunkan risiko kardiovaskular dengan hasil penurunan mortalitas infark miokard dan stroke
10%, dan kematian jantung mendadak 44%. Efek samping utama adalah pada saluran cerna,
berupa diare.