11105259_0216-0846
DESCRIPTION
ekonomiTRANSCRIPT
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
ANALISIS PENGARUH KOREKSI FISKAL TERHADAP PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT TOARCO JAYA DI MAKASSAR
Luther P. Tangdialla’Staf Pengajar Jurusan Akuntansi UKIP Makassar
Abstrak
Karena sistem pemungutan pajak nasional menganut self assessment, dimana wajib pajak diberi hak dan kewenangan untuk menghitung dan membayar sendiri kewajiban perpajakannya, sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan petunjuk dan atau pedoman sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi negara maupun wajib pajak. Koreksi ( rekonsiliasi ) fiskal merupakan salah satu instrumen perpajakan, dimana dalam pelaksanaannya wajib pajak dapat melakukan sendiri koreksi fiskal yang diperlukan terhadap laporan keuangan perusahaan yang telah disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari beban (penghasilan) yang tidak diakui atau diperhitungkan menurut fiskal terhadap beban Pajak Penghasilan ( PPh. ) badan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa koreksi fiskal yang berpengaruh terhadap penentuan beban pajak penghasilan badan adalah koreksi fiskal atau perbedaan yang bersifat permanen yaitu sebesar RP. 141,882,748 atau 64.99 % untuk tahun 2004 dan RP. 185,412,736 atau 16.08 % untuk tahun 2005.
Kata kunci : koreksi fiskal, pajak kini, beban pajak
52
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
I. PENDAHULUAN
Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment menjadi self assessment. Untuk dapat menunjang pelaksanaan kewajiban perpajakan berdasarkan self assessment tersebut, pembukuan mempunyai peranan sentral dalam sistem perpajakan. Wajib pajak yang belum mampu melaksanakan pembukuan untuk tujuan perhitungan pajak, penghasilan netonya akan dihitung berdasarkan norma perhitungan dimana di dalam norma perhitungan tidak didasarkan pada realitas bisnis, sehingga norma perhitungan akan selalu memberikan hasil positip ( laba ). Oleh karena tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari wajib pajak, sehingga penggunaan norma perhitungan ini dapat mengakibatkan persentase penghasilan neto yang dihitung akan lebih tinggi dari jumlah yang dapat dicapai oleh wajib pajak. Selain itu karena norma perhitungan selalu memberikan angka penghasilan positip, maka wajib pajak tidak mungkin dapat menikmati ketentuan tentang kompensasi kerugian sebagaimana diatur oleh undang-undang.
Walaupun secara teknis proses penyajian laporan tidak teratur secara rinci dalam perpajakan sebagaimana halnya dalam akuntansi, namun pengukuran dan penilaian atas suatu fakta sangat tergantung atau dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan, karena ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif yang mengikat semua anggota masyarakat termasuk bagi mereka yang berprofesi sebagai akuntan. Dengan demikian apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan dan praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, maka undang-undang perpajakan mempunyai prioritas untuk dipatuhi diatas praktik dan kelaziman akuntansi. Keengganan untuk mematuhi ketentuan perpajakan dapat membawa kerugian material bagi perusahaan.
Oleh sebab itu, walaupun sebuah perusahaan telah di audit oleh auditor external dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion ), tidaklah berarti bahwa perusahaan tersebut tidak perlu lagi di audit oleh tax auditor, melainkan pemeriksaan tetap harus dilakukan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan dari perusahaan yang bersangkutan.
P.T.Toarco Jaya sebagai salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing ( PMA ) yang berkiprah di bidang agribisnis melaksanakan proses pembukuannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan setiap tahun di audit oleh external auditor berskala nasional yang tidak diragukan kapabilitasnya, namun perusahaan ini tetap di audit oleh tax auditor untuk menguji
kepatuhan perusahaan dalam pelaksanaan ketentuan undang-undang perpajakan, khususnya tentang penetapan jumlah Pajak Penghasilan ( PPh ) badan setiap periode.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan menguji dan menganalisis pengaruh koreksi fiskal terhadap jumlah pajak penghasilan badan pada P.T.Toarco Jaya .
Secara umum elemen-elemen yang memainkan peranan penting dalam hubungannya dengan PPh. badan adalah sebagai berikut :
1. Laporan Keuangan Akuntansi ( Komersial )
Laporan keuangan Akuntansi merupakan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan ( SAK).
2. Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan pajak. Undang-undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, akan tetapi hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya.Pada umumnya laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus di dalam undang-undang.Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi dan laporan keuangan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi ( komersial ). Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal yang mencerminkan besarnya laba kena pajak atau laba fiskal.
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Akuntansi Dengan Laporan Keuangan Fiskal
Dengan adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara laporan keuangan komersial dan fiskal, maka akan menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu penandingan antara penghasilan dengan biaya-biaya terkait ( matching cost against revenue ), sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan akuntansi ( komersial ) yang dibuat berdasarkan SAK harus disesuaikan atau
53
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
dibuat koreksi fiskalnya terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Hubungan antara laporan keuangan komersial, koreksi fiskal dan laporan keuangan fiskal dapat dilihat seperti berikut ini .
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Perbedaan waktu ( timing differences )
adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu penghasilan dan biaya antara peraturan perpajakan dengan SAK.
b. Perbedaan tetap / permanen ( permanent differences ) adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa ada koreksi di kemudian hari.
4. Tarif Pajak Penghasilan ( PPh. ) Badan
Tarif PPh. badan merupakan tarif progresif yaitu persentase tarif yang digunakan akan semakin besar apabila jumlah yang dikenai pajak ( laba kena pajak ) juga semakin besar. Dalam hubungannya dengan lapisan penghasilan kena pajak, maka tarif PPh. badan akan nampak seperti dibawah ini :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan RP. 25,000,000 5 %
Diatas RP. 25,000,000 - RP. 50,000,000 10 %
Diatas RP. 50,000,000 - RP.100,000,000 15 %
Diatas RP.100,000,000 – RP.200,000,000 25 %Diatas RP.200,000,000
35 %
5. Angsuran PPh. Pasal 25
Ketentuan pasal 25 undang-undang pajak penghasilan mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan . Total dari angsuran bulanan selama periode berjalan ini, akan diperhitungkan atau
diselisihkan dengan hasil dari perhitungan jumlah PPh. badan pada akhir periode .
II. METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah berupa penelitian menerangkan (explanatory) yaitu penelitian yang menerangkan sesuatu yang terjadi sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu.
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada P.T.Toarco Jaya Makassar. Waktu penelitian lebih kurang 4 (empat) bulan, yaitu Mei sampai dengan Agustus 2005.
2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang terdiri dari angka-angka, dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan khususnya laporan laba rugi .
2.4 Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu dengan membandingkan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dengan menitik beratkan pada variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penentuan besarnya pajak penghasilan badan.
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kinerja Keuangan PT Toarco Jaya
Jika menggunakan ukuran umum dalam menilai perkembangan perusahaan yaitu kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba, maka nampak bahwa terjadi perkembangan yang signifikan, karena adanya peningkatan persentase laba bersih yang sangat tinggi dari tahun 2004 ke tahun 2005 yaitu sebesar 2,147.26 % , dimana dalam tahun 2004 perusahaan memperoleh laba sebesar RP. 94,831,570 dan pada tahun 2005 meningkat tajam menjadi RP. 2,131,112,582 .
3.2 Rekonsiliasi Antara Laba Sebelum Pajak Menurut Laporan Laba Rugi Komersial Berdasarkan hasil rekonsiliasi seperti pada tabel 1 nampak bahwa laba kena pajak tahun 2004 adalah sebesar RP. 1,593,847,735 dan pada tahun 2005 sebesar RP. 4,467,082,961. Laba kena pajak tersebut akan merupakan dasar untuk menghitung besarnya pajak penghasilan badan ( pajak kini )
54
Laporan keuangan komersial Koreksi fiskal Laporan keuangan fiskal
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
TABEL 1 Laporan Laba Rugi Fiskal ( Laba kena Pajak )
3.3 Pajak Penghasilan Badan ( Pajak Kini ), Piutang Pajak dan Hutang Pajak
Untuk menghitung besarnya PPh. badan ( pajak kini ), maka dasar yang digunakan adalah hasil dari
laporan laba rugi sebelum pajak yang sudah direkonsiliasikan yang merupakan laba rugi fiskal ( laba kena pajak ) . Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
55
Tahun Tahun2005 2004Rp Rp
Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugikomersial 3.284.321.618 313.163.218 Koreksi Fiskal :Perbedaan Temporer : Cadangan imbalan pasca kerja 564.718.546 807.471.506 Perbedaan permanen yang tidak dapat Diperhitungkan menurut Fiskal : Sumbangan 302.803.000 20.475.000 Sewa rumah 77.722.233 43.478.180 Pajak penghasilan pasal 21 66.769.950 91.137.185 Denda dan beban pajak 50.224.363 78.722.518 Pengobatan 28.002.400 26.152.400 Penginapan 25.069.750 18.124.150 Jamuan 22.783.500 130.267.900 Seragam 21.856.500 16.630.000 Konsumsi 12.252.550 7.030.350 Penghasilan jasa giro dan bunga deposito (40.809.349) (25.172.031) Tunjangan lain 51.367.900 66.367.359 Total perbedaan permanen 618.042.797 473.213.011 Laba Kena Pajak 4.467.082.961 1.593.847.735
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
TABEL 2 Pajak Penghasilan Badan, Piutang Pajak dan Hutang Pajak
Pada perhitungan diatas nampak bahwa jumlah PPh. badan ( pajak kini ) pada tahun 2004 adalah sebesar RP. 460,573,100 dan pada tahun 2005 sebesar RP. 1,322,624,600.Selain itu dapat juga dilihat bahwa sebagai akibat dari pajak kini tersebut, maka pada tahun 2004 dapat diketahui jumlah piutang pajak kini yaitu
sebesar RP. 741,964,909, sedangkan pada tahun 2005 terjadi yang sebaliknya yaitu timbul hutang pajak kini sebesar RP. 725,750,492Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada tanggal 31 Desember untuk mencatat timbulnya piutang pajak kini pada tahun 2004 dan hutang pajak kini pada tahun 2005 akan nampak seperti berikut ini .
TABEL 3 Jurnal Per 31 Desember
56
Tahun Tahun2005 2004Rp Rp
Laba Kena Pajak 4.467.082.961 1.593.577.735
Tarif Pajak : 10 % x Rp. 50,000,000 5.000.000 5.000.000 15 % x Rp. 50,000,000 7.500.000 7.500.000 30 % x Rp. 4,367,082,000 1.310.124.600 - 30 % x Rp. 1,493,577,000 - 448.073.100 Jumlah PPh. badan ( pajak kini ) 1.322.624.600 460.573.100 Dikurangi pembayaran pajak dimuka Pajak Penghasilan : Fiskal luar negeri - 3.000.000 Pasal 22 11.781.528 1.630.009 Pasal 25 585.092.580 1.197.908.000 J u m l a h 596.874.108 1.202.538.009 Hutang ( Piutang ) pajak - kini 725.750.492 (741.964.909)
- Piutang pajak tahun lalu (741.964.909) (205.158.485) Restitusi ( pengembalian ) pajak - 134.117.973 Biaya pajak - 71.040.512 Jumlah Piutang Pajak - Tahun Lalu (741.964.909) -
Debit KreditTahun 2004 :PPh. badan 460.573.100 Piutang Pajak 741.964.909 PPh. Fiskal luar negeri dibayar dimuka 3.000.000 PPh. pasal 22 dibayar dimuka 1.630.009 PPh. pasal 25 dibayar dimuka 1.197.908.000
Tahun 2005 :PPh. badan 1.322.624.600 PPh. pasal 22 dibayar dimuka 11.781.528 PPh. pasal 25 dibayar dimuka 585.092.580 Hutang pajak 725.750.492
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
3.4 Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah pajak yang ditangguhkan atau ditunda pembebanannya karena biaya-biaya yang relevan sesungguhnya belum dikeluarkan
olehperusahaan, akan tetapi merupakan cadangan imbalan pasca kerja sesuai dengan yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 ( Revisi 2004 ). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
TABEL 4 Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan tersebut diatas, akan diperlakukan sebagai pengurang terhadap PPh. badan (pajak kini)
untuk mendapatkan beban pajak neto pada masing-masing periode
3.5 Rekonsiliasi Antara Beban Pajak Dan Hasil Perkalian Laba Komersial Sebelum Pajak Dengan Tarif Pajak Yang Berlaku
TABEL 5 Rekonsiliasi Antara Beban Pajak Dan Hasil Perkalian Laba Komersial
57
T ahun T ahun2005 2004Rp Rp
P ajak T angguhan :30 % x RP 807,471,506 - 242.241.452 30 % x RP 564,718,546 169.415.564 -
Tahun Tahun
2005 2004
Rp Rp
Laba sebelum beban pajak menurut
laporan laba rugi komersial 3.284.321.618 313.163.218
Tarif pajak yang berlaku :
10 % x (Rp. 50,000,000) (5.000.000) (5.000.000)
15 % x (Rp. 50,000,000) (7.500.000) (7.500.000)
30 % x (Rp. 213,163,000) - (63.948.900)
30 % x (Rp. 3,184,321,000) (955.296.300) -
Jumlah PPh. badan komersial (967.796.300) (76.448.900)
Pengaruh beban (penghasilan) yang tidak di-
perhitungkan menurut fiskal terhadap pajak
Sumbangan (90.840.900) (6.142.500)
Sewa rumah (23.316.670) (13.043.454)
Pajak penghasilan pasal 21 (20.030.985) (27.341.156)
Denda dan beban pajak (15.067.309) (23.616.755)
Pengobatan (8.400.720) (7.845.720)
Penginapan (7.520.925) (5.630.597)
Jamuan (6.835.050) (39.080.370)
Seragam (6.556.950) (4.908.000)
Konsumsi (3.675.765) (2.109.105)
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 12.242.805 7.551.764
Tunjangan lain (15.410.267) (19.716.855)
Total pengaruh koreksi fiskal atas beban pajak (185.412.736) (141.882.748)
Jumlah beban pajak (1.153.209.036) (218.331.648)
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
Dari hasil rekonsiliasi diatas memperlihatkan bahwa pengaruh koreksi fiskal terhadap beban pajak adalah sebesar RP. 141,882,748 atau 64.99 % untuk tahun 2004 dan RP. 185,412,736 atau 16.08 % untuk tahun 2005. Dengan demikian jumlah beban pajak untuk tahun 2004 adalah sebesar
RP. 218,331,648 dan RP. 1,153,209,036 untuk tahun 2005.Untuk lebih memperjelas hubungan antara pajak kini, pajak tangguhan dan beban pajak dapat dilihat pada laporan laba rugi sebagaimana pada tabel 6.
TABEL 6P.T.TOARCO JAYA
LAPORAN LABA RUGIUNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
58
Tahun Tahun
2005 2004
Rp Rp
PENJUALAN 28.892.864.896 17.110.885.009
BEBAN POKOK PENJUALAN 19.972.978.672 12.467.548.227
LABA KOTOR 8.919.886.224 4.643.336.782
BEBAN USAHA
Penjualan 1.939.547.912 1.275.381.472
Umum dan administrasi 3.753.946.043 3.412.020.292
Jumlah Beban Usaha 5.693.493.955 4.687.401.764
LABA ( RUGI ) USAHA 3.226.392.269 (44.064.982)
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Keuntungan kurs mata uang asing - bersih 230.069.940 579.177.760
Penghasilan bunga 40.809.349 25.172.031
Beban bunga dan keuangan (297.221.126) (142.068.116)
Lain-Lain - bersih 84.271.186 (105.053.475)
Penghasilan Lain-lain - Bersih 57.929.349 357.228.200
LABA SEBELUM PAJAK 3.284.321.618 313.163.218
MANFAAT (BEBAN) PAJAK
Pajak kini (1.322.624.600) (460.573.100)
Pajak Tangguhan 169.415.564 242.241.452
Beban Pajak (1.153.209.036) (218.331.648)
LABA BERSIH 2.131.112.582 94.831.570
Adiwidia Edisi Maret 2010, No. 1
Sumber : P.T. Toarco JayaIV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Koreksi ( rekonsiliasi ) fiskal terhadap laba akuntansi ( komersial ) mempunyai pengaruh significant terhadap besarnya beban pajak pada masing-masing periode yaitu sebesar RP. 141,882,748 atau 64.99 % untuk tahun 2004 dan RP. 185,412,736 atau 16.08 % untuk tahun 2005. Adapun koreksi fiskal yang mempengaruhi beban pajak adalah perbedaan yang bersifat permanen.
2. Perbedaan yang bersifat temporer tidak membawa pengaruh terhadap beban pajak melainkan diperlakukan sebagai pajak tangguhan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya atau beban yang terkait dengan imbalan pasca kerja.
4.2 SaranSaran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :1. Untuk menghindari sanksi perpajakan
sebaiknya perusahaan melakukan koreksi ( rekonsiliasi ) fiskal secara konsisten, sehingga kesalahan atau penyimpangan yang mungkin timbul dalam proses penyusunan laporan keuangan fiskal dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan demikian jika dilakukan pemeriksaan oleh
2. tax auditor akan menjadi cepat dan lancar .
3. Untuk menghindari sanksi perpajakan sebaiknya perusahaan menggunakan staf yang qualified dalam menyusun laporan keuangan perusahaan .
DAFTAR PUSTAKA
Erly Suandy, 2008. Perencanaan Pajak, Edisi 4 , Salemba Empat, Jakarta
Mardiasmo, 2006. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yokyakarta
Majalah Pajak, 2006. Indonesian Tax Review, Edisi 40, SMARTaxes
Publishing member Lembaga Manajemen Formasi, Jakarta
Gunadi, 2001. Ketentuan Perhitungan & Pelunasan Pajak Penghasilan,Salemba Empat, Jakarta
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Standar Akuntansi Keuangan (Buku Satu dan Buku Dua), Salemba Empat Jakarta
59