11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

9
Ilmu Jarh wa ta’dil dan Urgensinya

Upload: fakhri-cool

Post on 21-May-2015

3.298 views

Category:

Education


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Ilmu Jarh wa ta’dil dan Urgensinya

Page 2: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

A. Pengertian

Secara bahasa, al-jarh merupakan masdar dari kata jaraha – yajrahu yang berarti akibat atau bekas luka pada tubuh disebabkan oleh senjata. Luka yang dimaksud dapat berkaitan dengan fisik, misalnya luka terkena senjata tajam, atau berkaitan dengan non fisik misalnya luka hati karena kata-kata kasar yang dilontarkan seseorang

Secara istilah ilmu hadis, kata al-jarh berarti tampak jelasnya sifat pribadi atau keadaan seorang rawi yang tidak adil dan menyebabkan gugurnya atau lemahnya riwayat yang disampaikan. Kata al-tajrih menurut istilah berarti pengungkapan keadaan periwayat tentang sifat-sifatnya yang tercela yang menyebabkan lemahnya atau tertolaknya riwayat oleh periwayat tersebut

Page 3: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Adapun kata ta’dil berasal dari kata ‘addala, yang berarti mengemukakan sifat-sifat adil yang dimiliki seseorang.

ilmu al-jarh wa ta’dil ialah ilmu yang mempelajari tentang etika dan aturan dalam menilai cacat (kritik: al-jarh) dan sekaligus mengungkap dan memberi rekomendasi positif atas (kesalehan: al-ta’dil) terhadap seorang rawi melalui lafadz-lafadz penilaian yang tertentu, juga untuk mengetahui tingkatan lafadz-lafadz tersebut (Abdurrahman Al-Mu’allimi Al-Yamani)

Page 4: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Pada prinsipnya, ilmu jarh wa ta’dil adalah bentuk lain dari upaya untuk meneliti kualitas hadis bisa diterima (maqbul) atau ditolak (mardud). Adapun yang menjadi objek penelitian suatu hadis selalu mengarah pada dua hal penting, yang pertama berkaitan dengan sanad/rawi (rangkaian yang menyampaikan) hadis, dan kedua berkaitan dengan matan (redaksi) hadis

Page 5: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

bahwa kesulitan penelitian matan disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:

Adanya periwayatan secara maknaAdanya beragam pendekatanSulitnya melacak latar belakang asbab al-wurud

hadisAdanya kandungan petunjuk hadis yang

berkaitan dengan hal-hal yang berdimensi “supra rasional”

Sulitnya mendapat kitab-kitab khusus tentang penelitian matan hadis

Page 6: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Tujuan Penelitian Sanad dan Matan

untuk mengetahui kualitas hadis. Kualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan ke-hujjah-an hadis yang bersangkutan. Hadis yang kualitasnya tidak memenuhi syarat tidak dapat digunakan sebagai hujjah

Penelitian hadis mencakup penelitian sanad dan matan. Dalam penelitian sanad, pada dasarnya yang diteliti adalah kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat yang terlibat dalam sanad, di samping metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat itu

Page 7: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Landasan tentang bolehnya Men-Jarh

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

اِم�ٍع� َس� ِم�ْن� ْو�َع�ى� َأ �ٍغ� �ِّل ِم�َب َّب� َف�ُر� ِم�ٍع� َس� �ِم�ا َك �َغ�ُه� �ِّل َف�َب �ا �ًئ ْي َش� �ا ِم�َّن ِم�ٍع� َس�

� َأ اِم�ُر� الِّلُه� �َّض�ُر� َن“Semoga Allah mencerahkan wajah orang yang mendengar

sesuatu dari kami, kemudian dia menyampaikan (kepada orang lain) sebagaimana yang dia dengar. Bisa jadi orang yang diberi kabar darinya lebih paham dari dia (yang mendengar langsung). ”

Page 8: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Dengan mengacu pada ayat dan hadis di atas, secara tegas menganjurkan tentang wajibnya tabayyun dan tasabbut (meneliti kebenaran berita) dari seseorang yang fasik. Anjurannya adalah kecermatan dan ketelitian menerima suatu berita. Apalagi dari orang yang belum dikenal sosio-historisnya atau belum dikenal terpercaya (siqah). Pada kasus periwayatan hadis, di samping tabayyun dan tasabut atas ke-siqah-an, diperlukan juga penilaian terhadap kapabilitas dalam kuatnya hafalan (dhabith).

Page 9: 11 .ilmu jarh wa ta’dil dan urgensinya

Mengomentari dua dalil di atas, Al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengatakan: bahwa al-jarh (kritik) terhadap para rawi yang menukilkan suatu berita atau riwayat adalah boleh. [16] Bahkan wajib, berdasarkan kesepakatan para ulama karena adanya kebutuhan mendesak dan memang mengharuskan untuk dikritik demi membangun dan melindungi syariat.