11. bab i

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2012, dari 112,8 juta tenaga kerja Indonesia sebesar 36,5% bekerja di sektor pertanian. 1 Para petani menggunakan pestisida dalam upaya meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian, khususnya penggunaan insektisida untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman. 2 Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan istilah pestisida sebagai setiap zat atau campuran yang diharapkan sebagai pencegahan, pemusnahan atau pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit binatang, tanaman yang tidak diinginkan atau binatang yang dapat merugikan atau mempengaruhi selama produksi, proses, penyimpanan, transportasi atau pemasaran makanan, komoditas agrikultural, kayu dan produk kayu atau makanan hewan. 1

Upload: eni-siti-nuraeni

Post on 09-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ungraduated Thesis

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianPetani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2012, dari 112,8 juta tenaga kerja Indonesia sebesar 36,5% bekerja di sektor pertanian.1 Para petani menggunakan pestisida dalam upaya meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian, khususnya penggunaan insektisida untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman.2 Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan istilah pestisida sebagai setiap zat atau campuran yang diharapkan sebagai pencegahan, pemusnahan atau pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit binatang, tanaman yang tidak diinginkan atau binatang yang dapat merugikan atau mempengaruhi selama produksi, proses, penyimpanan, transportasi atau pemasaran makanan, komoditas agrikultural, kayu dan produk kayu atau makanan hewan. Zat yang termasuk ke dalam pestisida diantaranya adalah insektisida, fungisida dan herbisida.3 Penggunaan pestisida ternyata tidak hanya menguntungkan untuk petani tapi juga menimbulkan efek samping pada kesehatan dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan pestisida yang tidak bisa dihindari untuk mengendalikan hama tanaman dan penggunaannya yang tidak tepat, diperkirakan dapat meningkatkan angka kesakitan pada petani.4 Hal tersebut menjadi suatu masalah yang perlu diperhitungkan, mengingat bahwa jumlah petani yang cukup banyak di Indonesia.Paparan pestisida merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia.5 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2000 telah memperkirakan bahwa setiap tahun ada tiga juta kasus serius keracunan akut pestisida atau insektisida dengan 220.000 kasus kematian.5,6 Sebagian besar insidensinya terjadi di negara berkembang terutama di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, meskipun faktanya penggunaan pestisida di negara berkembang hanya 20-25%.5,6,7 Karbamat merupakan senyawa beracun terutama karena menghambat asetilkolinesterase (AChE) di sinaps sistem saraf dan neuromuskular.8 AChE adalah suatu enzim yang ditemukan di sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer, dan fungsi normalnya bekerja untuk metabolisme asetilkolin (ACh). Keracunan karbamat akan menimbulkan akumulasi ACh karena terhambatnya enzim AChE.9 Keracunan karbamat dapat dideteksi dengan mengukur aktivitas AChE di dalam sel darah merah manusia.8 Penurunan aktivitas AChE 50% dari normal atau lebih rendah mengindikasikan keracunan akut sebagai akibat meningkatnya aktivitas ACh di reseptor muskarinik, nikotinik dan reseptor kolinergik susunan saraf pusat.5,10 Tanda dan gejala keracunan akut ini termasuk salivasi, lakrimasi, berkeringat, bronkokonstriksi, bradikardi, peningkatan motilitas di saluran cerna, kelemahan otot, penurunan fungsi sistem saraf pusat atau koma.5 Tanda dan gejala akut biasanya muncul dalam hitungan menit sampai beberapa jam dari paparan, tergantung pada bahan kimia yang terlibat, rute paparan dan dosis.11 Orang dengan paparan kronik terhadap karbamat dengan dosis rendah sampai sedang menimbulkan pesticide-related illness.5 Tanda dan gejala keracunan ringan sampai sedang ini termasuk mual, nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri di bagian perut, muntah dan sesak dengan penurunan AChE.5 Akan tetapi tanda dan gejala keracunan ini karbamat tidak selamanya spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala dari penyakit lain, misalnya infeksi virus influenza, infeksi respiratorius, gastroenteritis, asma atau disfungsi psikologis. 11,12Matthew dkk. telah melaporkan bahwa rata-rata nilai AChE secara signifikan lebih rendah pada kelompok yang terpapar pestisida dibandingkan kelompok kontrol.13 Proporsi subjek yang mengeluh satu atau lebih gejala akut atau kronik lebih tinggi (87%) pada kelompok yang terpapar daripada kelompok kontrol (53%).13 Grace dkk. dalam penelitiannya tentang analisis hubungan antara penurunan AChE dan gejala menunjukkan bahwa ratio prevalensinya signifikan >1 untuk gejala pada sistem pernapasan, mata dan sistem saraf pusat pada pekerja dengan penurunan AChE lebih dari 30%.14 Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara aktivitas AChE dan gejala yang dikeluhkan.13,14Departemen Kesehatan pada tahun 1996 memantau keracunan organofosfat dan karbamat pada petani yang terpapar di 27 provinsi Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa 61,8% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal, 1,3% keracunan berat dan 26,9% keracunan ringan.15 Adapun data mengenai keracunan pestisida karbamat untuk setiap provinsi belum ada yang mempublikasikan di Jawa Barat khususnya.Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Cisarua memaparkan bahwa penggunan pestisida di Desa Tugumukti cukup tinggi dan jenis dari pestisida karbamat yang digunakan petani Desa Tugumukti yaitu propineb dan mankozeb. Selain itu, para petani di daerah tersebut masih kurang memperhatikan bagaimana penggunaan insektisida yang baik dan aman. Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat memiliki luas lahan pertanian 81,63 Ha, dengan jumlah kelompok tani sebanyak 8 kelompok. Pada umumnya mereka bercocok tanam sayuran dan palawija. Di kalangan petani sayuran dan palawija pestisida memberikan manfaat yang besar karena dapat meningkatkan produksi pertanian secara signifikan dengan memberantas populasi organisme pengganggu tanaman secara efektif. Berdasarkan uraian tersebut, untuk mendeteksi dini dan mencegah bahaya paparan pestisida, dianggap perlu untuk meneliti hubungan antara tanda dan gejala keracunan dengan aktivitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua.

1.2 Identifikasi Masalah PenelitianBerdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidetifikasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut:1. Tanda dan gejala keracunan apa saja yang timbul pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti?2. Bagaimana rata-rata aktivitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti?3. Apakah terdapat hubungan antara tanda dan gejala keracunan pestisida karbamat dengan aktivitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian1.3.1 Maksud PenelitianMaksud dari penelitan ini adalah untuk menggambarkan dan menganalisis hubungan paparan pestisida karbamat terhadap kesehatan penyemprot Desa Tugumukti.1.3.2 Tujuan PenelitianPenelitian ini dilakukan bertujuan untuk:1. Mengetahui tanda dan gejala keracunan yang timbul pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti.2. Mengetahui rata-rata aktivitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti. 3. Mengetahui adakah hubungan antara tanda dan gejala keracunan pestisida karbamat dengan aktivitas astilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat AkademisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dampak yang akan terjadi bila terpapar pestisida karbamat.1.4.2 Manfaat PraktisHasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas terkait sebagai deteksi dini dan pencegahan terhadap dampak negatif dari paparan pestisida karbamat.1