11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/bab 2.pdf · pengetahuan,...

26
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Hasil Belajar 1. Deskripsi Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar,termasuk dalam cakupan tanggungjawab guru. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. 1 Tohirin berpendapat bahwa “belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam inetraksi dengan lingkungannya”. 2 Menurut Basleman dan Mappa, Learning is a change in the individual and his environment, which fils a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi 1 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemprer,(Jakarta: Modern English Press,2002),h. 1190. 2 Tohirin, Psikologi pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: raja Grafindo Persada,2005), h. 8.

Upload: others

Post on 20-May-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Hasil Belajar

1. Deskripsi Hasil Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap

aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman

belajar, menilai proses dan hasil belajar,termasuk dalam cakupan tanggungjawab

guru. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata

pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.1

Tohirin berpendapat bahwa “belajar ialah suatu proses yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam inetraksi

dengan lingkungannya”.2

Menurut Basleman dan Mappa, Learning is a change in the individual

and his environment, which fils a need and makes him more capable of dealing

adequately with his environment, belajar adalah suatu perubahan dalam diri

individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi

1 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemprer,(Jakarta:Modern English Press,2002),h. 1190.

2 Tohirin, Psikologi pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: raja Grafindo Persada,2005), h.8.

Page 2: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

11

kebutuhan dan menjadikannya menjadi lebih mampu melestarikan lingkungannya

secara memadai.3

Sudjana mengatakan bahwa “hasil belajar adalah terjadinya perubahan

pada diri sendiri ditinjau dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik

siswa”.4Apa yang dimaksud Sudjana di atas menunjukan bahwa hasil belajar tidak

hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan (kognitif) semata, namun secara

menyeluruh mencakup perkembangan dan kemajuan siswa dalam aspek

pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku.

Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa hasil belajar

merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti

kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Kemajuan tersebut dapat mewujud dalam

bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku sebagai akibat dari

proses belajar.

Hasil belajar sebagai parameter keberhasilan belajar siswa membutuhkan

suatu standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan apakah siswa telah

berhasil dalam belajarnya atau tidak. Dalam rangka itu, Djamarah dan Zain

merumuskan acuan dasar yang dapat dijadikan kriteria dalam menentukan tingkat

keberhasilan siswa yaitu:

a) Apabila daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individu maupun secara kelompok.

3 Anisa Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 7.

4 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar BaruAlgensindo, 2009), h. 49

Page 3: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

12

b) Apabila perilaku yang digariskan dalam tujuan

pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa secara

individu maupun kelompok.5

Dari uraian dan penjelasan dari beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan

beberapa hal terkait dengan hasil belajar siswa, antara lain bahwa: hasil belajar

merupakan buah dari kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Hasil belajar dapat

diketahui melalui kegiatan pengukuran dengan menggunakan tes baik tes tertulis,

tes lisan, maupun tes perilaku. Hasil dari tes tersebut selanjutnya dijadikan bahan

evaluasi untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan guru dalam mengajar,

sekaligus juga menunjukan sejauhmana siswa mampu menyerap materi pelajaran

yang telah disajikan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri

yang meliputi dua aspek, yakni: pertama,aspek fisiologis(yang bersifat

jasmania),yaitu kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat

kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Kedua, aspek psikologis

5 Saiful Bhri Djamarah dan Aswin Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta RinekaCipta, 2006), h.106

Page 4: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

13

(yang bersifat rohaniah), yaitu tingkat kecerdasan/intelegensi siswa,

seperti sikap siswa, bakat siswa, minat maupun motivasi siswa.6

2) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor

eksternal siswa juga teerdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan

sosial seperti para guru dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan

sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman

sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Dan faktor

nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal

siswa dan letaknya,alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang

digunakan siswa.

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

opersional yang direkayasa sedemikian untuk memecahkan masalah atau

mencapai tujuan belajar tertentu.7

Pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidaklah

mengherankan apabila hasil belajar dari setiap siswa dalam satu kelas mempunyai

nilai yang berfariasi. Keragaman tingkat prestasi siswa seiring dengan perbedaan

siswa dalam faktor-faktor tersebut, baik secara internal maupun eksternal.

6 Muhbbin Syah, Psikologi belajar,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), Cet. 2, h. 131-137.

7 Ibid.,h. 138-140.

Page 5: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

14

Sudjana mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa yaitu:

1) Bakat siswa

2) Waktu yang tersedia untuk belajar

3) Waktu yang diperlukan untuk menjelaskan pelajaran

4) Kualitas pengajaran

5) Kemampuan individu8

Dari uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas belajar seseorang dapat dikategorikan pada tiga aspek

yaitu faktor internal baik secara fisik maupun psikis yang terjadi dalam diri

seseorang dan faktor eksternal berupa kualitas mengajar guru, keadaan

lingkungan, fasilitas pendukung, serta faktor pendekatan belajar, yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

3. Indikator Hasil Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,

khususnya ranah rasa murid, sangat sulit.hal ini disebabkan perubahan hasil

belajar itu ada yang bersifat intangible(tak dapat dirabah). Oleh karena itu, yang

dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanyaa mengambil cuplikan perubahan

tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan

8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009)h. 40

Page 6: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

15

perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta,

rasa maupun berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator

(petunjuk adanya hasil belajar tertentu) dikait kan dengan jenis hasil belajar yang

hendak diungkapkan atau diukur.9

Indikator hasil belajar ada tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Jika dikaitkan dengan indikator hasil belajar PAI maka: pertama, ranah kognitif

yaitu berkenaan dengan intelektual(pengetahuan, pemahaman, ingatan, analisis,

dan evaluasi) siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama islam. Kedua,

ranah afektif yaitu berkenaan dengan sikap. Ketiga, ranah psikomotorik yaitu

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak siswa.

B. Hakikat Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Abuddin Nata, mengemukakan bahwa pendidikan islam itu secara umum

mempu`nyai corak yang spesifik, yaitu adanya cap agama dan etika yang

kelihatan nyata pada sasaran –sasaran dan saranahnya, dengan tidak mengabaikan

masalah-masalah keduniaan. 10 Di dalam kurikulum PAI di sekolah umum,

dijelaskan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan

9 Muhibbin Syah, Psikologis Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosda Karya,1995), Cet. 2,h. 150.

10 Abuddin Nata, pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,2001), Cet. 1, h. 86

Page 7: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

16

tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Usaha pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran Islam

dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi

juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti kualitas atau

kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan

keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat). “Hakikat pendidikan Islam

adalah proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan

anak didik agar menjadi dewasa sesuai tujuan pendidikan.

Manusia adalah makhluk yang mungkin dapat dan harus di didik sesuai

dengan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang hidup sebagai satu

dari (individu) dalam kebersamaan di dalam masyarakat dan karena memiliki

kemungkinan tumbuh dan berkembang. Didalam keterbatasan dirinya sebagai

manusia, pendidikan menjadi keharusan bagi manusia. Zakiah Daradjat

mendefinisikan pendidikan yaitu:

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaranagama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agarnantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayatidan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininyasecara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatupandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di duniamaupun di akhirat kelak.11

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam

adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan, mendidik,

11 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Bumi Askara: Jakarta, 1995), h. 86

Page 8: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

17

memahamkan, dan mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam kepada pribadi peserta

didik untuk menjadi anak yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan

menjadikan Islam sebagai ideologi atau pandangan hidupnya dalam berbuat dan

bertingkah laku untuk mendapatkan ridho Allah SWT agar selamat dan sejahtera

di dunia maupun di akhirat.

2. Landasan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Landasan Pendidikan Agama Islam

Islam sebagai agama sangat memperhatikan masalah pendidikan. Dalam

Al-Quran maupun Sunnah Rasulullah SAW, dapat diketahui bahwa Islam

mewajibkan setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut

ilmu. Bahkan Allah SWT memberi derajat yang lebih tinggi kepada setiap orang

yang berpengetahuan. Dalil-dalil mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:12

Terjemahnya:Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramudan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S. Al-Mujadalah (58): 1113

Rasulullah SAW juga bersabda:

طلب ا لعم فریضة على كل مسلم

Artinya:“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”(HR Ibnu Majah, Ibn Adi, al-

Baihaqi dan ath-Thabrani).14

12 Arief B. Iskandar, Materi Dasar Islam (Al-Azhar Press: Bogor, Cet. V, 2011), h. 144

13Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (PT Sinergi Pustaka Indonesia:Jakarta, 2012), h. 793

14 Opcit. , h. 145

Page 9: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

18

Dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan As-

Sunnah (Hadits). Menetapkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidikan

Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang di dasarkan pada keimanan

semata. Namun, justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut

dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau

pengalaman kemanusiaan.

Sebagai Pedoman Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya terdapat dalam

Q.S. Al-Baqarah (2): 2

Terjemahnya:“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merekayang bertaqwa”.15

Allah SWT menamakan Al-Quran dengan Al-kitab yang dalam bahasa

arab berarti yang buku, sebagai isyarat bahwa Al-Quran diperintahkan untuk

dibaca namun tidak hanya sekedar dibaca tetapi juga dipahami isi kandungan dan

maknanya serta diaplikasikan dalam kehidupan. Takwa Yaitu memelihara diri dari

siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya, dan menjauhi

segala larangan-larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja.

Begitu pula dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 21 Allah SWT berfirman:

Terjemahnya:

15 Opcit, h. 2

Page 10: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

19

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”16

Demikian pula dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua bagi

pendidikan Islam. Sebagaiman diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwasanya:

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu

pengetahuan (ilmu agama) maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju

surga (H.R. Bukhari).17

Secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun

ketetapannya, begitupun kepribadian Rasul sebagai uswatun hasanah yaitu contoh

teladan yang baik bagi umatnya.

Dari beberapa ayat dan hadits di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Al-

Quran dan As-Sunnah (hadits) adalah sumber hukum Islam yang memiliki

keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan yang patut bahkan wajib dijadikan sebagai

pedoman hidup serta mentaati ajaran dan syariat Islam.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, pendidikan agama islam bertujuan untuk”meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan,dan pengamalan peserta didik tentang agama

islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi, masyarakat,

berbangsa dan bernegara”.

16 Ibid, h. 59517Opcit., h. 27

Page 11: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

20

Tujuan pendidikan agama Islam tidak lepas kaitannya dengan eksistensi

hidup manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Secara umum, tujuan

pendidikan agama Islam sinkron dengan tujuan agama Islam itu sendiri, yaitu

untuk mencetak setiap individu muslim untuk tunduk, takwa dan beribadah

kepada Allah SWT untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat

sebagaimana firman Allah SWT Q.S. Adz-Zariyat (51): 56

Terjemahnya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamengabdi kepada-Ku.”18

Ibnu Taimiyah dalam Hasniyati Gani Ali mengemukakan bahwa:Tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya pribadi muslim yangbaik dan amalnya sesuai yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah, sehingga memiliki jiwa yang bersih dan berkepribadian yangsempurna. Selanjutnya ia tegaskan pula tentang tujuan sosial, bahwapendidikan harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik dansejalan dengan ketentuan Al-Quran dan As-Sunnah.19

Ahmad D. Marimba dalam Arif B . Iskandar mengemukakan bahwa

“tujuan pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya pribadi muslim yang sesuai

dengan tujuan hidup manusia yakni untuk menghamba kepada Allah SWT”.Fadhil

al-Jamaly merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yang lebih rinci yakni

sebagai berikut:

1) Mengenalkan manusia akan peranannya diantara sesama makluk dan

tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini,

18 Ibid, h. 75619 Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan (Kendari:Istana Profesional, 2007), h. 29

Page 12: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

21

2) Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata

hidup bermasyarakat,

3) Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk mengetahu

hikma yang diciptakan-Nya serta memberikan kemungkinan kepada mereka

untuk mengambil manfaat alam tersebut,

4) Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini.20

Sedangkan Ibnu Sahnun lebih menekankan kepada guru dan siswa untuk

lebih kreatif dalam mempelajari Al-Quran dan ilmu-ilmu agama Islam lainnya,

seperti tafsir, fiqh dan lain-lain dalam rangka ta’budillah.21Menurut Ali Al-

Jumbulati diterjemahkan H.M. Arifin mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam

adalah:

Setiap pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk danilham keagamaan yang benar yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam yang bersih dan suci, atau dapat diartikan mempertemukandiri pribadi terhadap Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskantentang hak dan kewajiban, yang fardhu dan Sunnah bagi seorangmukallaf.22

Selain itu, H.M. Arifin mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan islam

adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak dicapai

dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran islam secara bertahap.23

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan

pendidikan Agama Islam adalah agar manusia taat kepada Allah SWT yang telah

menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan serta untuk mendapatkan

20 Opcit, h. 3021Ibid., h. 3122 H.M. Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam (Rineka Cipta: Jakarta, 1994), h. 3723 Aramai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam (Ciputat Press: Jakarta,

2002), h. 19

Page 13: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

22

ridha Allah SWT. Mempelajari dan memahami serta mengamalkan ajaran-ajaran

Islam pada setiap sendi-sendi kehidupan agar menjadi manusia yang terbaik

(kuntum khairah ummah), beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

C. Hakikat Metode Cooperative Tipe Jigsaw

1. Pengertian Metode Jigsaw

Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang terdiri dari

tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi disajikan peserta didik

dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota

lain.

Metode Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Materi

pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap anggota

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari.

Teknik ini serupa dengan pertukaran antar kelompok. Bedanya setiap

siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi

belajar yang bisa disegmentasikan. Tiap siswa mempelajari setiap bagian yang

bila digabungkan akan membentuk pengetahuan yang padu.24 Para anggota dari

kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok

untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing

anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik

mereka tersebut.

24 Mel Siberrnen, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), (Bandung: NusaMedia, 2004), hlm. 65

Page 14: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

23

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali

kepada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompok nya apa

yang mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik secara mandiri juga

dituntut saling ketergantungan yang positif terhadap teman sekelompoknya

selanjutnya diakhiri pembelajaran.

Peserta didik diberi kuis secara individu yang mencakup materi setiap

peserta didik terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan

dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.25 Jadi metode jigsaw

merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan memanfaatkan kelompok asal

dan kelompok ahli dalam mengembangkan materi yang diajarkan.

2. Dasar Metode Jigsaw

Metode jigsaw sebagaimana proses pembelajaran kelompok lainnya

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan

pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang

digunakan dalam cooperative script dapat memberi siswa lebih banyak waktu

berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya

melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang

menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan

lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan

25 Ibid, h. 237.

Page 15: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

24

belajar kelompok pasangan untuk membandingkan tanya jawab kelompok

keseluruhan.26

Di dalam Islam juga menganjurkan proses pembelajaran dilakukan dengan

bentuk kerja sama diantara siswa termaktub dalam Q.S. al-Maidah ayat 2 yang

berbunyi:

….

Terjemahnya:Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. danbertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah:2)27

Muhammad Fadlil al Jamali menyatakan, bahwa pendidikan yang dapat

disarikan dari Al Qur'an berorientasi pada :

a) Mengenalkan individu akan perannya diantara sesama makhluk dengan

tanggung jawabnya di dalam hidup ini.

b) Mengenalkan individu akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya

dalam tata hidup bermasyarakat.

26 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruksvitis, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 81

27 Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm. 156.

Page 16: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

25

c) Mengenalkan individu akan pencipta alam ini dan memerintahkan

beribadah kepada-Nya.28

Dari sinilah tampak bahwa pada hakekatnya dalam diri manusia terdapat

suatu potensi yang sangat besar berupa kreatifitas dan keaktifan Sehingga tidak

menerima begitu saja dengan lingkungannya, akan tetapi dilandasi dengan pikiran

dan renungan yang dalam.

3. Unsur-Unsur Metode Jigsaw

Sebagai bagian dari Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran yang dilakukan

diantaranya (1) “Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti,

fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama (2)

Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai.29

Menurut Anita Lie Metode jigsaw sebagaimana pembelajaran berbasis

kelompok yang lain memiliki unsur-unsur yang saling terkait, diantaranya:

a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence).

Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung secara

menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan teman lain tanpa

dirinya memberi ataupun menjadi tempat bergantung bagi sesamanya, hal

itu tidak bisa dinamakan ketergantungan positif.

28 Muh Fadlil al Jamali dikutip oleh Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam sebuah TelaahKomponen Dasar Kurikulum, (Solo: CV. Romadloni, 2001), hlm. 51.

29 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm.58

Page 17: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

26

Perasaan saling membutuhkan inilah yang dinamakan positif

interdependence. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui

ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar, peran dan hadiah.

b. Akuntabilitas individual (individual accountability)

Model jigsaw menuntut adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi

balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga mereka saling

mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok

tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas

sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam model jigsaw, peserta didik

harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing

anggota.

c. Tatap muka ( face to face interaction )

Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar

dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya

dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu

memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini

diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya

dari pada dari guru.

d. Keterampilan Sosial (Social Skill)

Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai keterampilan

sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat keputusan (decision

making), membangun kepercayaan (trust building), kemampuan

Page 18: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

27

berkomunikasi dan ketrampilan manajemen konflik (management conflict

skill). Ketrampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada

teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat

dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan.

e. Proses Kelompok (Group Processing)

Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh

mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama.

Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak

kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau

dipertahankan.30Jadi unsur-unsur di atas mendorong terciptanya masyarakat

belajar dimana hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan

orang lain berupa sharing individu, antar kelompok dan antar yang tahu dan

belum tahu.

4. Langkah –Langkah Metode Jigsaw

Langkah-langkah yang dipersiapkan dalam metode jigsaw adalah sebagai

berikut:

a) Materi

Memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-

masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari, kemudian membuat

sebuah lembar ahli untuk tiap topik. Lembar ahli ini akan mengantarkan

30 Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 32-35

Page 19: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

28

kepada siswa untuk berkonsentrasi saat membaca dan dengan kelompok

ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi empat sampai enam topik.

b) Membagi siswa ke dalam kelompok asal

Membagi siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai

enam anggota, tim tersebut terdiri dari seorang siswa yang berprestasi

tinggi, berprestasi sedang dan yang berprestasi rendah.

c) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli

Kelompok ahli diambil dari kelompok asal yang berbeda, apabila jumlah

siswa lebih dari enam maka kelompok ini dibagi menjadi dua supaya lebih

maksimal.

Adapun kegiatan pembelajaran aktif tipe Jigsaw ini diatur secara

instruksional sebagai berikut:31

a. Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk

menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.

b. Diskusi kelompok ahli

Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya

dalam kelompok-kelompok ahli.

c. Laporan tim

Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing (kelompok

asal) untuk menyampaikan topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

d. Tes

31 Ibid. h.242.

Page 20: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

29

Setelah selesai dijelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang

dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes secara

individual.

Langkah-langkah praktis pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Guru memilih materi yang bisa dipecah atau disegmentasikan dalam

beberapa bagian.

b) Menjelaskan sistem belajar yang akan dipakai

c) Membentuk home teams sebagai kelompok asal

d) Membentuk expert teams yang terdiri dari anggota-anggota kelompok yang

mempelajari segmen yang sama dalam home teams masing-masing.

2) Pelaksanaan

a. Setelah siswa terbagi dalam beberapa kelompok, tiap segmen materi

diberikan pada siswa dalam home teams.

b. Guru menginstruksikan siswa untuk mempelajari “bagian” nya secara

mendalam dengan expert teams, yakni siswa yang mempelajari segmen

yang sama.

c. Guru selalu memantau proses belajar siswa dalam tiap kelompok ahli

sebagai bahan evaluasi bagi proses kelompok dalam kelas maupun untuk

mengetahui sejauh mana keaktifan siswa.

d. Setelah proses belajar dalam expert teams usai, masing-masing siswa

kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan apa yang telah

Page 21: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

30

didapat dari hasil belajar bersama anggota expert teams. Di dalam home

teams siswa saling belajar dari rekannya mengenai segmen materi yang

berbeda-beda.

e. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang selalu mengawasi dan mengarahkan

transisi kelompok agar suasana kelas tetap terkendali

3) Penyelesaian

Guru memberikan evaluasi terhadap proses kelompok dan juga

pemahaman mereka terhadap materi.

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Jigsaw

Setiap pemilihan dan penggunaan metode di dalam proses belajar

mengajar tentu saja tidak lepas dari keinginan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Masing-masing metode mengajar mempunyai tujuan yang berbeda

antar metode yang satu dengan metode yang lainnya. Maka Walgito

mengemukakan beberapa tujuan antara lain:

a. Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya bagaimana

anak mengemukakan dan menerima pendapat dari temannya.

b. Belajar secara berkelompok turut pula merealisasikan tujuan pendidikan

dan pengajaran.

c. Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat

yang lebih luas.

Page 22: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

31

d. Memupuk rasa gotong-royong yang merupakan sifat dari bangsa

Indonesia.32

Di samping tujuan dari belajar kelompok yang telah disebutkan di atas

maka belajar kelompok juga mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.

yaitu:

1) Kelebihan kerja kelompok

a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar secara

individu

b. Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih

kuat dibandingkan pendapat perorangan.

c. Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat tali

persatuan, tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense belonging)

dan menghilangkan egoisme.33

2) Kelemahan kerja kelompok yaitu:

a. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit daripada

metode lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih tinggi dari pihak

pendidik.

b. Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan tugas akan

lebih buruk.

32 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta, Andi Offset, 2002), hlm. 11433 Basirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 15

Page 23: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

32

c. Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif

dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi

anggota lainnya.34

Jadi kelebihan dari penerapan asas kooperatif dalam pembelajaran lebih

meningkatkan solidaritas dan saling menghargai diantara peserta didik sedangkan

kelemahannya yaitu terjadinya persaingan yang tidak sehat dan sikap saling

ketergantungan dari peserta didik.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Astiti (2017) berjudul “Penerapan metode

pembelajaran Jigsawsebagai upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

kelas IV SD 1 Sobangan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau pra tindakan

rata-rata hasil belajar siswa yaitu 58,08 dengan presentase 58%. Hanya 2

dari 12 siswa yang mencapai KKM. Setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw yaitu pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa

mencapai 72,25 siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 6 siswa

dengan presentase sebesar 72%. Dan pada siklus II rata-rata hasil belajar

siswa menjadi 87,67 dengan presentase sebesar 88%. Begitu juga dengan

tingkat aktivitas siswa dari siklus I ke siklus berikutnya mengalami

peningkataan secara signifikan.35

34 Zuhairini, Dkk, “Metodik Khusus Pendidikan Agama”, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), hlm. 89

35 Astiti (2017) berjudul “Penerapan metode pembelajaran Jigsaw sebagai upayaMeningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas IV SD 1 Sobangan

Page 24: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

33

2. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Haetami Aceng(2012)

berjudul “Penerapan pembelajaran kooperative tipe jigsaw untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan.” dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan metode

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu dilihat berdasarkan

atas hasil evaluasi yang menunjukan peningkatan hasil belajar siswa dari

satu suklus ke siklus berikutnya. Dengan Penerapan model pembelajaran

koperatif tipe jigsaw, pada pra tindakan yaitu dengan presentase ketuntasan

46,67% dengan nilai rata-rata 65,57 setelah diterapkan model

pembbelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I meningkat menjadi

73,33% dengan nilai rata-rata 71,13. Dan pada siklus II meningkat menjadi

86,67%.36

Perbedaan penelitian ini terletak pada subyek yang akan diajar dan

mata pelajarannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astiti di Kelas IV

SD 1 Sobongan. dan penelitian yang dilakukan oleh Haetami Aceng di

kelas IV Sekolah Dasar Swasta Antam Pomala Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh penulis dilakukan di Kelas X A1 SMAN 2 Tongkuno.

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dibuat kerangka pemikiran

sebagai berikut:

36 Haetami Aceng(2012) berjudul “Penerapan pembelajaran kooperative tipe jigsaw untukmeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Siswa Kelas IVSekolah Dasar Swasta Antam Pomalaa Kabupaten Kolaka.

Page 25: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

34

Dalam pendidikan keberhasilan belajar siswa merupakan hal yang sangat

penting. Hal ini terkait dengan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Pada kondisi awal sebelum menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, pembelajaran PAI SMA Negeri 2 Tongkuno masih

didominasi oleh pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah.

Dengan penggunaan metode konvensional yang berkepanjangan ini,

menyebabkan siswa merasa cepat bosan dan akhirnya berdampak pada rendahnya

hasil belajar siswa. Jika dibiarkan hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa

yang kurang maksimal dan siswa terkesan menjadi pasif, karena selama proses

pembelajaran kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun antar

siswa. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut dalam penelitian ini akan

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok

yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota yang lain.

Metode kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan antara lain dapat

menumbuhkan kreativitas, rasa tanggungjawab, keberanian menyampaikan

pendapat, kemandirian belajar, rasa percaya diri dan kepemimpinan siswa. Setelah

guru menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan siswa akan

lebih aktif, terjalin interaksi antar siswa maupun guru dengan siswa. Pada kondisi

akhir diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Bertolak dari kerangka

berfikir tersebut maka melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Page 26: 11 - digilib.iainkendari.ac.iddigilib.iainkendari.ac.id/2217/3/BAB 2.pdf · pengetahuan, keteranpilan sikap, dan perilaku. Dari uraiannya di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa

35

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa kelas X A1 SMAN 2

Tongkuno. Maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Alur Kerangka Berpikir

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat ditarik hipotesis

tindakan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PAI Siswa kelas X A1 SMAN 2

Tongkuno.

Kondisi awal

Guru menggunakanmetode yang kurangvariatif

Hasil BelajarSiswa Rendah

Guru MenerapkanModel PembelajaranKooperatif tipeJigsaw

Kondisi Akhir

Tindakan Siklus ISiklus II

Hasi Belajar SiswaMeningkat