108. kesadaran penggunaan sebagai perlindungan dalam berkendaraan

10

Click here to load reader

Upload: ahmad-yani

Post on 05-Aug-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

KESADARAN PENGGUNAAN HELM SEBAGAI PERLINDUNGAN DALAM BERKENDARAAN

(STUDI KASUS DI YOGYAKARTA) Ir. P. Eliza Purnamasari, M.Eng Dosen Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Telp (0274)487711 , Fax (0274)487748 E-mail : [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran responden untuk menggunakan helm pengaman, faktor yang mempengaruhi pemilihan helm dan apakah ada perbedaan tingkat luka yang diderita dengan penggunaan jenis helm yang berbeda. Penelitian tersebut menggunakan questioner dengan 426 responden dan terdapat 29254 pengguna motor dari pengamatan lapangan. Data dianalisis secara diskripti f dan analisis uji korelasi Poin Biserial dan uji Chi-Square. Dari hasil analisis diperoleh Tingkat kesadaran masyarakat Daerah Istimewa Yogyakart a untuk menggunakan helm secara benar masih rendah (11,8% di daerah rural dan 42,64% di daerah urban ), yang berani tidak berhelm saat berkendaraan 4,59%. Sebanyak 68,38% dari pengguna motor yang tidak berhelm adalah anak-anak. Helm “ ciduk” merupakan helm yang paling banyak digunakan dikalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini terbukti 64,24% dari 523 pengguna motor di t empat parkir umum; 84,62% dari 234 pelajar SMU dan 70,87% dari 484 mahasiswa menggunakan helm jenis “ ciduk”. Diperoleh masing-masing 21 alasan untuk memilih helm “standar” dan helm jenis “ ciduk”. Dari uji Point Biserial maupun Chi-Square, ternyata tidak ada perbedaan antara responden menggunakan jenis helm yang berbeda dengan tingkat luka dan sebab utama kecel akaan yang diderita, tetapi ada perbedaan penggunaan jenis helm berdasarkan gender serta lokasi saat terjadi kecel akaan.

Kata Kunci : Sepeda motor, helm, pengendara, pembonceng, kesadaran 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jumlah kendaraan bermotor roda dua di Indonesia pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada khususnya meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan harga yang relatif terjangkau dan mudah mengendarainya. Tetapi pengguna kendaraan jenis ini rawan dalam hal kecelakaan dibandingkan dengan pengguna kendaraan bermotor roda empat.

Pengguna sepeda motor di Daerah Istimewa Yogyakarta dewasa ini banyak yang tidak menyadari arti pentingnya penggunaan helm sebagai alat untuk memproteksi diri dari tingkat kecelakaan yang parah pada kepala. Padahal penggunaan helm telah ditetapkan dan diwajibkan dalam Undang-undang no 14 tahun 1992, pasal 23 ayat 1 huruf E. Sedangkan pengertian mengenai helm pengaman itu sendiri tercantum di dalam Keputusan Menteri Perhubungan no KM 72 tahun 1993, bab II pasal 4 ayat (1). Hanya sayangnya dari pihak pemerintah belum ada satu kesepakatan tentang bentuk helm yang dianggap standar untuk digunakan di jalan raya, sehingga bermacam-macam bentuk helm beredar dan digunakan oleh pengguna sepeda motor, dari helm yang berbentuk penutup kepala sampai telinga serta menutup sampai tengkuk yang nantinya diberi istilah “helm standar” sampai helm yang biasa digunakan di proyek, bentuknya tidak menutup telinga dan tengkuk, yang nantinya dalam penelitian diberi istilah “helm ciduk” (karena bentuknya seperti gayung yang dalam bahasa Jawa disebut ciduk).

Masyarakat tampaknya cenderung menggunakan “helm ciduk”, seringkali pengguna helm juga tidak menalikan tali pengikat helm, akibatnya helm yang dipergunakan sering terbang tertiup angin / terjatuh saat sepeda motor sedang melaju kencang, hal ini dapat menimbulkan kecelakaan bagi pengendara tersebut maupun pengguna jalan yang lain. Berkaitan dengan keselamatan berlalu lintas, fenomena lemahnya kesadaran pengguna sepeda motor di jalan raya berkaitan dengan penggunaan helm untuk melindungi kepala dari

Page 2: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

12

benturan, terutama keengganan untuk menggunakan “helm standar” menarik untuk diteliti.

1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. menginvestigasi tingkat kesadaran pengemudi sepeda motor untuk menggunakan helm secara benar dalam berkendaraan di jalan raya.

2. menginvestigasi pengertian responden tentang helm. 3. mengevaluasi alasan responden dalam memilih jenis helm dan alasan menalikannya. 4. mencari hubungan antara jenis helm yang dipakai dengan tingkat luka; lokasi saat kecelakaan; sebab utama kecelakaan serta gender.

1.3. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak yang berwajib seperti

pihak Perhubungan dalam hal pembuatan peraturan tentang standar helm, pihak kepolisian mengenai hal menegakkan peraturan penggunaan helm saat berlalu lintas di jalan raya. Bagi pihak industri sebagai masukan untuk meningkatkan mutu helm dan mengetahui helm jenis apa yang diinginkan oleh pengguna, serta mutu helm yang dijual bisa seragam, agar masyarakat tidak perlu membeli helm berulang-ulang.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Sepeda Motor Menurut oglesby C.H., 1988, kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan skuter di jalan raya mengakibatkan jumlah kematian dan cedera yang meningkat. Dari hasil studi di Inggris menunjukkan bahwa tingkat kematian sepeda motor per mil-kendaraan adalah 20 kali lipat dari tingkat kematian untuk mobil, dan tingkat cedera adalah tiga kali lebih besar. Hal ini dapat dimengerti bahwa pertama, secara keseluruhan, mereka pengemudi sepeda motor mungkin bersedia mengambil lebih banyak resiko. Kedua, bertentangan dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor tidak dilengkapi dengan bantalan udara dan tidak terlindung dari massa kendaraan. Yang terakhir, pada saat terjadi tabrakan, pengendara sepeda motor terlempar ke depan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan sebelum tabrakan, umumnya kepala terlebih dahulu, sampai membentur kendaraan atau obyek tetap atau tergelincir sampai berhenti. Kejadian ini dapat mengakibatkan cedera atau kematian.

Menurut psikolog keselamatan ( Goldenson dalam Rahmawati, 1998 ) ada ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat membahayakan keselamatan baik dirinya sendiri maupun orang lain. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Kurang rasa tanggung jawab. Ciri tersebut sering terdapat pada usia remaja sekitar usia 18-20 tahun. ceroboh serta kurang mampu menghadapi bahaya,

2. Sifat ego sentries. Sifat mementingkan diri sendiri dan kurang memperhatikan dan atau kurang menghargai orang lain, sehingga dalam berlalu lintas mudah menimbulkan kecelakaan, karena semua yang ada disekitarnya dianggap hanya untuk kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Misalnya helm yang tidak ditalikan sehingga saat kendaraan dilarikan dalam kecepatan tinggi, helm tersebut dapat terbang tertiup

angin, hal ini sangat membahayakan pengendara yang ada dibelakangnya. 3. Rasa percaya yang berlebihan. Orang jenis ini merasa mampu mengatasi semua rintangan dan cenderung mudah mengabaikan peraturan.

2.2. Helm Pengaman Menurut Oglesby C.H., 1988, penggunaan helm telah terbukti efektif dan secara dramatis mengurangi cedera fatal yang sering kali menimpa pengendara sepeda motor. Di salah satu negara bagian di USA, dengan penggunaan helm, kecelakaan fatal mengalami penurunan dari 10 sampai 7 per 10.000 sepeda motor yang tercatat bila diberlakukan

Page 3: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

13

peraturan wajib helm. Di samping itu, didapati pula bahwa 95% dari pengendara tanpa helm meninggal karena cedera pada bagian kepala atau leher bila dibandingkan dengan satu dari setiap tiga orang yang berhelm.

Definisi helm menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 72 (1993) tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor bab II pasal 4 ayat (1) adalah : bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan. Ayat (2e) Tali pemegang, yaitu bagian dari helm berupa tali yang dilengkapi dengan kunci pengikat, berfungsi sebagai pengikat helm dengan kepala pemakainya, sehingga tidak mudah lepas. Ayat (2i) tentang lubang pendengaran yaitu lubang pada helm yang terletak di bagian telinga, sehingga pemakai tetap dapat mendengar pada waktu menggunakan helm. Pada pasal 5 dijelaskan: Tempurung helm dan lapisan pelindungnya harus menutupi bagian kepala dan diteruskan sekurang-kurangnya sampai pada kedua sisi dari kepala. Pasal 7 ayat (f) tentang tali pengikat dagu lebarnya minimum 14 milimeter dan harus benar - benar berfungsi sebagai pengikat helm ketika dikenakan di kepala dan dilengkapi dengan penutup telinga dan tengkuk.Cara penggunaan helm dalam pasal 11 ayat (1) Helm harus digunakan dalam posisi menempel secara erat pada kepala pemakainya dan sabuk pengikat harus dalam keadaan terkunci, dan ayat (2) menegaskan pemakaian helm sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh mengakibatkan terganggunya kebebasan gerak kepala pemakainya.

2.3. Pedoman Keselamatan di Jalan Raya Menurut Asian Development Bank (1996) Pengguna sepeda motor baik pengendara maupun pembonceng merupakan pengguna jalan yang paling mudah menjadi korban seandainya terjadi kecelakaan (“vulnerable road users”), Pembuatan undang-undang tentang kewajiban penggunaan helm bagi pengguna berbagai ukuran dan kecepatan sepeda motor harus didukung oleh penerapan dan penegakan peraturan yang benar, dengan demikian penggunaan helm dapat mengurangi tingkat keparahan dalam kecelakaan sepeda motor. Tetapi perancangan dan konstruksi helm harus memenuhi standar minimum yang resmi terlebih dulu, baru dapat memberikan proteksi yang memadai bagi penggunanya. Selain itu pendidikan, latihan dan sosialisasi tentang pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas di jalan raya termasuk helm sebagai salah satu faktor keselamatan perlu dilakukan.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel-variabel dalam Penelitian

Variabel-variabel dalam questioner penelitian tentang helm sebagai berikut : 1. Pengertian tentang kegunaan helm, 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengemudi dan/ atau pembonceng dalam membeli

helm, 3. Jenis helm yang digunakan saat berkendaraan dan alasannya, 4. Cara responden menggunakan helm (ditalikan atau tidak ditalikan), 5. Kecelakaan yang pernah dialami, 6. Lokasi kecelakaan (dalam/luar kota), 7. sebab utama kecelakaan dan akibat kecelakaan yang diderita oleh korban.

3.2. Teknik Pengumpulan Data Data diambil dengan cara pengamatan di lapangan di ruas dan simpang jalan dengan

pengamatan di tiap lokasi selama 1 jam untuk pengendara dan pembonceng sepeda motor yang lewat, yang akan mewakili tiap kabupaten di wilayah DIY. Dicatat pengguna sepeda motor yang menggunakan helm maupun tanpa helm, pemakai helm masih dibedakan lagi sebagai pengendara atau pembonceng, helm “standar” atau helm “tidak standar” / “ciduk”, helm yang penggunaannya ditalikan atau tidak ditalikan. Selain data dari hasil pengamatan,

Page 4: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

14

juga dilakukan wawancara dengan menggunakan questioner secara acak. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengetahui alasan mereka dalam menggunakan berbagai macam helm dan dikaitkan dengan kecelakaan yang pernah dialami.

3.3. Metoda Analisis Data Untuk profil, kesadaran dan alasan responden dalam menggunakan helm maupun

jenisnya akan dilakukan analisis secara diskriptif.Untuk mencari apakah ada perbedaan jenis luka yang diderita saat kecelakaan sepeda motor dikaitkan dengan jenis helm yang dikenakan pengendara saat kecelakaan, dilakukan analisis dengan uji korelasi Poin Biserial dan Uji independensi dengan Chi-Square. Alasan responden tentang jenis helm yang digunakan, alasan yang mirip dikelompokkan menjadi satu dan ditabelkan. Demikian juga untuk alasan responden berkaitan dengan hal menalikan tali helm.

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Pengambilan Data Data primer sebanyak 426 responden diambil secara random dari lapangan menggunakan lembar pertanyaan. Responden terdiri dari pelajar/mahasiswa, pegawai negeri dan karyawan swasta, ibu rumah tangga, pedagang dan lain-lain diberbagai lokasi. (lihat tabel 4.1 untuk lokasi survei). Data dari hasil wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui alasan responden dalam memilih helm, dan berusaha mencari data kecelakaan yang pernah dialami dikaitkan denganpenggunaan helm.

Hasil dari pengamatan selama 1 jam di tiap – tiap lokasi terhadap pengendara / pembonceng yang lewat di ruas jalan maupun di simpang di wilayah DIY tercatat sebanyak 29254 orang. Hasil pengamatan tersebut digunakan untuk mengetahui kesadaran responden untuk menggunakan helm sebagai perlindungan kepala dalam berkendaraan di jalan raya dan juga cara menggunakannya.

Tabel 4.1. Lokasi penyebaran lembar pertanyaan

No Lokasi penyebaran lembar pertanyaan 1 Perempatan jl Sudirman dekat toko buku Gramedia 2 Perempatan Mirota Kampus UGM 3 Ruas jalan wates (ke arah Kabupaten Kulon Progo) 4 Perempatan ring road selatan dgn jl kearah sewon Bantul 5 Ruas jalan di daerah Patuk Gunungkidul 6 Tempat parkir kampus I Univ Atma Jaya Yogyakarta di Mrican 7 Tempat parkir kampus II Univ Atma Jaya Yogyakarta di Babarsari 8 Tempat parkir kampus III Univ Atma Jaya Yogyakarta di Babarsari 9 Tempat parkir SMU Piri di jl MT Haryono 10 Tempat parkir SMU 3 kota Yogyakarta 11 Tempat parkir Toko Ramai 12 Tempat parkir pasar di jalan Parangtritis 13 Tempat parkir RS Panti Rapih

4.2. Profil Responden Dari hasil analisis data diperoleh 31,4% responden yang berumur sampai dengan 20 tahun diikuti oleh 25,9% yang berumur antara 21 - 25 tahun. Sebagian besar responden adalah mahasiswa (30,5%) diikuti pelajar (17,1%). Hal ini memang sesuai dengan sasaran penelitian yang mengutamakan anak muda yang masih belum stabil emosinya. Secara rinci dapat dilihat di dalam table 4.2.

4.3. Kesadaran Masyarakat Menggunakan Helm dalam Berkendaraan Berdasarkan hasil pengolahan data pengguna sepeda motor baik pengemudi maupun

Page 5: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

15

pembonceng di ruas dan simpang, di luar kota maupun dalam kota per kabupaten se DIY (lihat Grafik 4.1), tampak bahwa di kota Yogyakarta pengguna helm yang ditalikan dan tidak ditalikan mempunyai persentase yang hampir sama (16,89% dan 16,75%). Secara keseluruhan jika dilihat dari hanya sekedar menggunakan helm saja tanpa melihat penggunaannya secara benar, kesadaran pengguna sepeda motor tentang helm sudah sangat tinggi (95,41%). Tetapi kesadaran penggunaan helm secara benar bagi pengguna sepeda motor di seluruh wilayah DIY masih rendah ( 11,8% di rural area dan 42,64% di urban area ), yang berani tidak berhelm saat berkendaraan 4,59%. Jika dipisahkan berdasarkan jenis helm yang digunakan di ruas dan simpang di seluruh DIY, sebanyak 39,8% menggunakan helm “ciduk” dan 60,2% menggunakan helm “standar” (lihat Grafik 4.2)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Karakteristik

Responden se DIY

Pria (orang)

% Wanita (orang)

% Karakteristik Responden

se DIY

Pria (orang)

% Wanita (orang)

%

≤ 15 7 1.6 1 0.2 Mahasiswa 93 21.8 37 8.7 16-20 88 20.7 38 8.9 Pelajar 53 12.4 20 4.7 21-25 88 20.7 22 5.2 Wiraswasta 47 11.0 6 1.4 26-30 56 13.1 8 1.9 Swasta 31 7.3 7 1.6 31-35 38 8.9 5 1.2 PNS 20 4.7 3 0.7 36-40 27 6.3 6 1.4 Tukang Ojek 10 2.3 0 0 41-45 22 5.2 0 0 Guru / D osen 11 2.6 2 0.5 46-50 10 2.3 1 0.2 Pedagang 9 2.1 0 0 51-55 4 0.9 1 0.2 Buruh 5 1.2 0 0 56-60 2 0.5 0 0 Karyawan 10 2.3 1 0.2 ≥61 2 0.5 0 0 Petani 7 1.6 1 0.2 Satpam / Polisi 8 1.9 0 0 Ibu RmhT angga 0 0 3 0.7 Lain-lain 40 9.4 2 0.5

UM

UR

Total 344 80.8 82 19.2

PEKE

RJA

AN

Total 344 80.8 82 19.2

13 .38%

16 .89%

12 .37%

0.90%

0.76%

1.41%

0.54%

0.98%

4.96%

6.84%

8.74%

4.59%

7.59%

3.31%

16 .75%

0.00% 5.00% 10 .00% 15 .00% 20 .00%

Bantul

Gunungkidul

Kota Yogya

Kulon Progo

Sleman

berhelm d itali berhelm tdk dita li tdk berhelm

Grafik 4.1. Pengamatan Penggunaan Helm per Kabupaten se DIY

Dari pengguna jalan yang tidak berhelm di ruas jalan maupun simpang serta di tempat wawancara, 68,38%nya atau dengan kata lain 2/3 responden adalah anak-anak. Hal ini sangat memprihatinkan, karena orang tua yang seharusnya memberi contoh yang baik serta berkewajiban melindungi bagi anak-anaknya berlaku sebaliknya, tidak menyadari bahwa membiarkan anaknya tidak pakai helm dapat berakibat buruk jika terjadi kecelakaan. Meskipun di ruas dan simpang jalan di wilayah DIY lebih banyak yang menggunakan helm jenis standar, hal ini dapat dimengerti karena orang yang telah menyadari manfaat helm dan saat dalam perjalanan jauh akan cenderung memilih jenis standar. Tetapi di urban area, helm “ciduk” di kalangan muda cukup disenangi, hal ini terbukti dari 64,24% dari 523 pengguna motor di tempat parkir umum; 84,62% dari 234 pelajar SMU dan 70,87% dari 484 mahasiswa menggunakan helm jenis “ciduk”.

Page 6: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

16

60.20%

39.80%

standar ciduk

Grafik 4.2. Jenis helm yang digunakan di ruas dan simpang di DIY . Jika data didegradasi lagi menurut pengemudi dan pembonceng berdasarkan gender, tampak bahwa 11 dari 25 pengemudi pria dan 9 dari 25 pengemudi wanita tidak menalikan tali helmnya, sedangkan 12 dari 25 pembonceng pria serta 9 dari 20 pembonceng wanita juga tidak menalikan tali helmnya (lihat Grafik 4.3).

9.8%7.0%

34.6%

5.7%

26.6%

5.4% 5.8%5.1%

0.0%5.0%10.0%15.0%20.0%25.0%30.0%35.0%40.0%

pengemudi pria pengemudiwanita

pemboncengpria

pemboncengwanita

dita likan tidak dita likan

Grafik 4.3 Persentase pengemudi & pembonceng berdasarkan gender.

4.4 Pengertian Responden Tentang Helm Dari hasil wawancara di seluruh wilayah DIY, sebanyak 84,8% responden mempunyai

pengertian yang baik tentang manfaat helm, 7% menilai helm untuk melindungi kepala dari matahari dan hujan, 8,2% menganggap helm cukup digantung saja di stang sepeda motor dan dipakai saat ada tilang (lihat grafik 4.4).

70%

14 .80%

4.20%

2.80%

6.80%

1.40%

0% 20% 40% 60% 80%

pria

wanita

digantu ng d i stang, dip aka i saa t ada tilangmelindungi kepa la d ari matahari dan hujanmelindungi kepa la saa t kecelakaan

Grafik 4.4. Pengertian helm bagi responden di DIY

Saat membeli helm, 21 dari 25 responden yang lebih memperhatikan tentang kualitas helm adalah pria, 1 dari 4 orang yang memperhatikan model helm serta 4 dari 25 orang yang

Page 7: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

17

mempertimbangkan harga saat membeli helm adalah wanita. Atau dalam persentase, sebanyak 47,4% pria dan 8,9% wanita lebih memperhatikan tentang kualitas helm, 20,2% pria dan 7,5% wanita lebih mementingkan model serta 13,4% pria dan 2,6% wanita cenderung mempertimbangkan harga helm terlebih dulu saat membelinya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Yogyakarta lebih banyak mengutamakan kualitas dibanding faktor model dan harga (lihat Grafik 4.5)

0 .0%10.0%20.0%30.0%40.0%50.0%60.0%

pers

enta

se

kualitas model harga

Faktor-fak tor

Faktor-faktor yang diperhatikan saat membeli helm

% wanita

% pria

Grafik 4.5. Faktor-faktor yang dipertimbangkan saat membeli helm 4.5. Alasan-alasan Responden Terhadap Jenis Helm yang Digunakan Di dalam penelitian ini, diamati penggunaan dua kelompok jenis helm yaitu jenis helm “standar” dan helm “ciduk” melalui lembar pertanyaan, dengan ditanyakan alasan mengapa responden menggunakan jenis helm tersebut. Meskipun jawabannya bervariasi, dari jawaban 426 responden dikelompokkan berdasarkan kesamaan pengertian menjadi 21 alasan sebagai berikut (Tabel 4.3) :

Tabel 4.3. Alasan-alasan jenis helm yang digunakan Alasan pakai helm “standar” Alasan pakai helm “ciduk” 1 Perjalanan jarak jauh lebih enak Bila hilang t idak rugi besar 2 Melindungi semua daerah kepala Untuk formalitas 3 Enak dan nyaman dipakai Helm standar terasa berat di kepala 4 Lebih mantap Kalau standar gatal dan panas di kepala 5 Lebih kuat terhadap benturan Lebih nyaman 6 Modelnya keren Jarang keluar 7 Lebih aman Mudah dibawa 8 Keselamatan terjamin Ringan dan t idak panas 9 Biar nggak ditangkap dan disuruh gant i tidak mudah hilang dicuri 10 Biar aman dari operasi polisi Helm “standar” kegedean, malas pakai 11 Biar t idak terkena angin dan aman Model helm “standar” tidak menarik 12 Nyaman dan t idak mudah jatuh Kalau pakai helm standar tidak gaul 13 Hanya memiliki helm “standar” Hanya memiliki helm “ciduk” 14 Bagian muka dapat terlindungi juga Lebih prakt is 15 Mengurangi resiko kecelakaan Lebih simpel dan murah 16 Sudah biasa Lebih suka pakai helm “ciduk” 17 Biar t idak dit ilang Sedang ngetrend dan lucu modelnya 18 Sesuai dengan peraturan pemerintah Gampang dipakai 19 Aman biar tidak dikejar polisi Helm “standar”mahal harganya 20 Melindungi kepala saat terjadi kecelakaan Biar tampak keren 21 Karena hanya untuk memenuhi tata tert ib Kecil, ringan dan praktis

4.6. Alasan-alasan Responden Berkaitan dengan Hal Menalikan Helm Berbagai alasan disampaikan oleh responden di seluruh DIY berkaitan dengan hal menalikan helm saat berkendaraan. Alasan tersebut secara garis besar dirangkum tanpa membedakan apakah jenis helm yang digunakan. Meskipun alasan yang disampaikan dengan

Page 8: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

18

susunan kelimat yang berbeda-beda, diusahakan untuk dikelompokkan dalam kelompok yang mempunyai makna yang sama (lihat tabel 4.4).

Tabel 4.4. Alasan responden tentang menalikan atau tidaknya tali helm No Alasan untuk menalikan tali helm Alasan untuk t idak menalikan tali helm 1 Agar helm tidak mudah lepas dari kepala Kadang-kadang lupa 2 Agar helm tidak jatuh Tidak nyaman 3 Agar aman di jalan Talinya hilang 4 Agar kencang memakainya Gatal dan gerah bila ditalikan 5 Agar helm tidak terbang Sering tergesa-gesa 6 Bila terjatuh, helm t idak lepas dari kepala Repot dan malas menalikannya 7 Sesuai dengan peraturan Sepert i mau muntah 8 Karena temanku sudah ada yang meninggal, jadi takut Helm yang dipakai sudah pas 9 Lebih aman Merusak penampilan 10 Karena kesadaran Malu dan gengsi 11 Demi keselamatan Risih 12 Supaya tidak berbahaya jika jatuh Kurang prakt is dan malas 13 Agar t idak bergeser Repot mesti pasang dan lepas tali 14 - Jika ditalikan terasa sakit dan sesak 15 - Tersiksa 16 - Karena hanya dalam jarak dekat

4.7. Korelasi Tingkat Kecelakaan dengan Penggunaan Berbagai Jenis Helm Di dalam penelitian ini juga ingin dicari apakah ada hubungan antara jenis helm yang digunakan dengan tingkat keparahan pada kecelakaan yang dialami oleh baik pengemudi maupun pembonceng sepeda motor.

4.7.1. Analisis Korelasi dengan cara Poin Biserial Dari hasil analisis korelasi dengan cara poin biserial, diperoleh koefisien korelasi

sebesar 0.12032 Untuk menguji signifikansi besarnya koefisien korelasi tersebut digunakan tabel nilai-nilai kritis t. Hipotesis yang diajukan (Ho).

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

koef

Nkoeft

−−

=1

2

12032,01

218712032,0

−−

=t = 1,7448

Dengan df =:, pada taraf signifikansi 5% dari tabel t diperoleh t tabel = 1.960. Jadi , nilai t hitung yang diperoleh (1.7448) < t Tabel (1.960). Dengan demikian hipotesis nol (Ho) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara penggunaan helm standar dengan helm ciduk dalam tingkat luka saat kecelakaan sepeda motor di jalan raya.

4.7.2. Uji Independensi Chi-Square : Untuk menguji apakah ada hubungan antara variabel dalam baris dengan kolom pada

sebuah tabel kontingensi. Hipotesis untuk kasus ini : Ho= Tidak ada hubungan antara baris dan kolom, H1= Ada hubungan antara baris dan kolom. Dasar pengambilan keputusan adalah: a. Berdasarkan perbandingan Chi-Square Uji dan Tabel : - Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka Ho diterima, - Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka Ho ditolak. b. Berdasarkan Probabilitas : - Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima,

Page 9: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

19

- Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak. Setelah diuji dengan korelasi Poin Biserial, tingkat luka dan jenis helm yang

digunakan masih diuji kembali dengan menggunakan Chi-Square untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara responden yang menggunakan jenis helm yang berbeda akan mengalami tingkat luka yang berbeda saat terjadi kecelakaan. Dari hasil uji Chi-Square, tidak ada perbedaan antara tingkat luka dengan jenis helm yang digunakan, demikian pula untuk sebab utama kecelakaan dengan jenis helm. Tetapi ada perbedaan antara jenis helm dengan jenis kelamin serta jenis kelami dengan lokasi kecelakaan. (lihat table 4.5 – table 4.9).

Tabel 4.5. Cross tabulasi tingkat luka * jenis helm saat kecelakaan

jenis helm Total tdk berhelm ciduk standar

jenis luka luka berat 6 21 12 39 luka ringan 14 71 63 148

Total 20 92 75 187 Tabel 4.6. Cross tabulasi Jenis kelamin * jenis helm saat kecelakaan

jenis helm Total tdk berhelm ciduk standar

jenis kelamin wanita 3 21 5 29 pria 17 71 70 158

Total 20 92 75 187

Tabel 4.7. Cross tabulasi Sebab utama kecelakaan * jenis helm jenis helm Total tdk berhelm ciduk standar

sebab utama accident

menabrak 6 33 16 55

sebab lain 9 28 30 67 ditabrak 5 31 29 65 Total 20 92 75 187

Tabel 4.8. Cross tabulasi Lokasi kecelakaan * jenis helm jenis helm Total

lokasi kecelakaan

tdk berhelm ciduk standar

dalam kota 10 70 42 122 luar kota 10 22 33 65

Total 20 92 75 187

Tabel 4.9. Hasil Uji Chi-Square jenis helm * cell pada kolom 1 Pearson Chi-Square

Value df Asymp. Sig (2 sided)

Contingency Coefficient

Nilai tabel H0 Kesimpulan

Tingkat luka 2.301 2 0.316 0.110 5.991 diterima Tidak ada perbedaan Jenis Kelamin 8.238 2 0.016 0.205 5.991 ditolak Ada Perbedaan Sebab utama kecelakaan

5.459 4 0.243 0.168 9.488 diterima Tidak ada perbedaan

Lokasi kecelakaan

9.645 2 0.008 0.221 5.991 ditolak Ada Perbedaan

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kesadaran masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggunakan helm secara benar masih rendah (11,8% di rural area dan 42,64% di urban area ), yang berani tidak berhelm saat berkendaraan 4,59%. Sebanyak 68,38% yang tidak berhelm adalah anak-anak.

2. Helm “ ciduk ” merupakan helm yang banyak digunakan di kalangan pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta, meskipun di ruas dan simpang pengguna helm standar lebih banyak dibanding pengguna helm jenis “ ciduk ”. 3. Sebanyak 11 dari 25 pengemudi pria dan 9 dari 25 pengemudi wanita tidak menalikan

tali helmnya, sedangkan 12 dari 25 pembonceng pria serta 9 dari 20 pembonceng

Page 10: 108. Kesadaran Penggunaan Sebagai Perlindungan Dalam Berkendaraan

Simposium VI FSTPT, Universitas Hasanuddin Makassar, 4-5 September 2003

20

wanita juga melakukan hal yang sama. 4. Sebanyak 84,8% responden mempunyai pengertian yang baik tentang manfaat helm

sebagai pelindung kepala saat kecelakaan. 5. Sebanyak 21 dari 25 responden yang lebih memperhatikan tentang kualitas helm

adalah pria, 1 dari 4 orang yang memperhatikan model helm serta 4 dari 25 orang yang mempertimbangkan harga saat membeli helm adalah wanita.

6. Diperoleh masing-masing 21 alasan untuk jenis helm yang digunakan, 13 alasan menalikan helm dan 16 alasan tidak mau menalikan helm yang dipakai.

7. Dari hasil uji Chi-Square, tidak ada perbedaan antara tingkat luka dengan jenis helm yang digunakan, demikian pula untuk sebab utama kecelakaan dengan jenis helm. Tetapi ada perbedaan antara jenis helm dengan jenis kelamin serta jenis kelami dengan lokasi kecelakaan.

5.2. Saran 1. Untuk mengubah pengertian dan kebiasaan berlalu lintas yang salah dari seseorang

perlu waktu yang cukup lama, hal ini perlu didukung oleh penegakan hokum dan contoh yang baik dari pihak yang berwajib serta dukungan dari lingkungan sekitar.

2. Perlu diadakan pendidikan dan penyuluhan serta peningkatan kesadaran tentang keselamatan berlalu lintas di jalan raya bagi semua lapisan masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Koshi sensei selaku pengurus IATSS di Jepang, Dr. Ir. Heru Sutomo dari PUSTRAL UGM yang mewakili IATSS di Indonesia, serta Universitas Atma Jaya Yogyakart a yang memberi dukungan dana maupun dukungan moril sehingga penelitian ini dapat dilakukan. . DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1993, Undang - Undang No 14 Tahun 1992 Tentang Lalu lintas dan Angkutan

Jalan beserta Peraturan Pelaksanaannya, Direktorat Jendral Perhubungan Darat. Anonim, 1993, Keputusan Menteri Perhubungan No KM 72 Tahun 1993 Tentang

Perlengkapan Kendaraan Bermotor, Departemen Perhubungan. Arikunto S., 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka

Cipta, Jakarta. Asian Development Bank, 1996, Road Safety Guidelines for The Asian and Pacific Region, Road Safety Seminar, Asian Development Bank, Philippines.

Nurgiyantoro B. et al, 2000, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Oglesby, C.H., 1988, Teknik Jalan Raya, Edisi ke empat, Erlangga. Poei, E.P., 2001, Perilaku Pengemudi Kendaraan Bermotor Roda Dua Terhadap Tertib

Lalu Lintas di Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Akhir Penelitian DCRG. Rahmawati, 1998, Korelasi Surat Ijin Mengemudi (SIM) dengan Kecelakaan yang terjadi

di Jalan, Tugas Akhir Program Sarjana Ekstensi Teknik Sipil UGM ( Tidak dipublikasikan).

Sutomo, H., 1999, Road Accidents in Indonesia, IATSS Research, 23 (2), 110, Tokyo. Santoso, S., 2001, SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Elex Media

Komputindo, Jakarta. Sudjana, 1986, Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.