103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/buku fasilitas dan insentif pajak...melalui penurunan...

116

Upload: phamnhi

Post on 22-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 2: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 3: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 4: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 5: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

i

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Banyak cara yang ditempuh suatu negara dalam menarik investasi

sebagai salah satu penggiat roda ekonomi. Kemudahan perizinan,

kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan fiskal

sering menjadi faktor pertimbangan para investor sebelum

memutuskan investasi yang akan dilakukan.

Kebijakan fiskal yang ditransformasikan dalam seperangkat

peraturan perpajakan yang pro-investasi dapat menjadi salah satu

medium penarik investor. Hal ini disebabkan penarikan pajak yang

tinggi dan eksesif dapat mengurangi kemampuan ekonomis

investor bahkan membuat investor mencari alternatif negara lain

untuk berinvestasi, sehingga tidak memberikan efek multiplier bagi

perekonomian nasional.

Berkenaan dengan hal tersebut, Indonesia, seperti layaknya

negara lain, terus berusaha menjadikan tarif perpajakannya kian

menarik dan kompetitif. Hal ini telah diwujudkan salah satunya

melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari

sebelumnya 28% sebagaimana yang diamanatkan Pasal 17 ayat

(2a) Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008.

Selain penurunan tarif pajak dalam ketentuan UU PPh, Indonesia

juga menawarkan berbagai fasilitas perpajakan antara lain

penurunan tarif bagi perusahaan terbuka, tax holiday, investment

allowance, dan fasilitas lainnya yang tersebar dalam Undang

Undang PPh maupun aturan pelaksanaannya.

Dengan berbagai paket fasilitas dan insentif perpajakan yang

ditawarkan, diharapkan geliat investasi di tanah air akan semakin

semarak. Hal ini juga mengingat berbagai fakta menggembirakan

seperti peningkatan credit rating Indonesia, performa bursa saham

yang cemerlang, serta Indonesia menjadi satu dari sedikit negara

yang pertumbuhan ekonominya tetap positif di tengah krisis

ekonomi dunia 2008.

Page 6: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

ii

Terlepas dari berbagai fasilitas perpajakan dan kinerja yang diraih

Indonesia, karakteristik Indonesia yang unik turut menawarkan

berbagai advantage bagi dunia investasi dan

keberlangsungannya.

Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di

dunia, diapit oleh dua benua, serta dianugerahi kekayaan sumber

daya alam yang melimpah, menawarkan comparative

advantage tersendiri. Potensi gas alam, panas bumi, dan sumber

energi terbarukan lainnya, serta perikanan, dan pariwisata,

merupakan sedikit dari banyak sektor yang dapat dipilih oleh

calon investor.

Dari segi competitive advantage, Indonesia, sebuah negara

berpenduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan kelas menengah

yang signifikan, merupakan pasar yang sangat menjanjikan.

Kondisi sosio-demografis tersebut juga menawarkan ketersediaan

professional labour maupun skilled labour yang andal dan

berkesinambungan bagi investasi pada industri manufaktur

maupun berbasis high-technology.

Kini, buku di tangan Anda berusaha menyediakan informasi

mengenai berbagai insentif dan fasilitas di bidang Pajak

Penghasilan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu

Wajib Pajak, khususnya Anda para investor dan calon investor

yang hendak berinvestasi di Indonesia dengan segala

keuntungannya.

Pada akhirnya, terima kasih dan penghargaan yang tulus saya

sampaikan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam

penyusunan buku ini, serta agar tetap bersemangat dan

melanjutkan kerja kerasnya dalam berkarya untuk Republik

Indonesia yang kita cintai. Kepada Anda para Wajib Pajak dan

Investor, saya ucapkan terima kasih telah turut membangun

bangsa dan selamat berinvestasi di Indonesia.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semoga Allah SWT selalu memberikan

rahmat-Nya kepada kita semua.

Jakarta, Februari 2012

Direktur Jenderal Pajak

A. Fuad Rahmany

NIP 195411111981121001

Page 7: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

iii

KATA PENGANTAR

Insentif dan fasilitas perpajakan merupakan satu dari banyak

upaya yang ditawarkan banyak negara untuk menarik minat

investor terutama investasi yang memiliki efek multiplier yang

signifikan bagi perekonomian nasional. Investasi diharapkan dapat

membawa teknologi baru, menggerakkan sektor yang belum

terolah secara maksimal ataupun sektor dan daerah tertentu yang

menjadi prioritas nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan

pada akhirnya turut menambah kontribusi dalam meningkatkan

pendapatan nasional dan kemandirian bangsa.

Insentif dan fasilitas seharusnya bersifat dinamis mengikuti

perkembangan ekonomi nasional, regional, maupun pengaruh

dari perekonomian global. Salah satu prinsip yang harus selalu

dianut dalam formulasi dan penerapan fasilitas dan insentif

perpajakan adalah perlakuan yang sama terhadap semua Wajib

Pajak atau terhadap kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang

hakikatnya sama serta harus mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Namun demikian, selama ini harus diakui banyak investor yang

belum mengetahui berbagai fasilitas dan investasi perpajakan di

tanah air, mengingat peraturan terkait insentif dan fasilitas

perpajakan bersifat dinamis dan terus berkembang. Untuk itu, buku

yang ada dihadapan Saudara hadir sebagai salah satu langkah

dari usaha sinergis dan komprehensif Direktorat Jenderal Pajak di

dalam mengajak Wajib Pajak, investor, dan calon investor agar

dapat memahami dan pada akhirnya memanfaatkan fasilitas dan

insentif yang ada.

Buku ini juga dibuat dalam versi bahasa Inggris agar para calon

investor dari berbagai negara dapat mengetahui berbagai insentif

dan fasilitas pajak penghasilan di Indonesia yang sangat atraktif

dan kompetitif, sehingga diharapkan Indonesia menjadi salah satu

negara tujuan utama para investor global.

Page 8: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

iv

Format buku ini dirancang secara sederhana, tanpa mengurangi

substansi informasi yang diperlukan dan diharapkan dapat

menjadi referensi yang mudah dipahami tentang berbagai fasilitas

dan insentif yang telah diformulasikan. Setiap bentuk insentif dan

fasilitas yang disajikan dalam buku ini menginformasikan latar

belakang, bentuk insentif dan fasilitas, persyaratan bagi Wajib

Pajak yang berhak memanfaatkan, serta prosedur untuk

memanfaatkan insentif dan fasilitas pajak penghasilan.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih pada jajaran

Direktorat Jenderal Pajak, khususnya Direktur Jenderal Pajak yang

telah berkenan memberi sepatah kata pada buku ini dan juga

penghargaan yang tulus bagi rekan-rekan di Direktorat Peraturan

Perpajakan II, khususnya Subdirektorat Peraturan PPh Badan yang

telah merealisasikan buku ini menjadi sebuah panduan sederhana

yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga

upaya yang telah dilakukan ini dapat memberi kontribusi dalam

membawa Indonesia yang lebih baik.

Jakarta, Februari 2012

Direktur Peraturan Perpajakan II

A. Sjarifuddin Alsah

NIP 060044664

Page 9: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

v

DAFTAR ISI

NO. J U D U L HALAMAN

Sambutan Direktur Jenderal Pajak i

Kata Pengantar iii

Daftar isi v

A. PAJAK PENGHASILAN BADAN

A-1 Tax Holiday untuk Industri Pionir 1

A-2 Investment Allowance untuk Penanaman Modal

Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu 5

A-3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 8

A-4 Pernurunan Tarif PPh bagi Perseroan Terbuka 9

A-5 Pengurangan 50% Tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan 11

A-6 Fasilitas untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan 13

A-7 Fasilitas dalam Rangka Merger atau Pemekaran

Usaha 16

A-8 Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh 18

A-9

Bantuan/Santunan yang Dibayarkan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Dikecualikan dari

Objek PPh

20

A-10 Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang

Dikecualikan dari Objek PPh 22

A-11 Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang

Dikecualikan dari Objek PPh 24

A-12 Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur Kecil

Dikecualikan dari Objek Pajak 26

A-13 Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Dikecualikan

sebagai Objek PPh 28

A-14 Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan

yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 30

A-15 Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan

yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 32

Page 10: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

vi

A-16 Fasilitas PPh atas Sumbangan Bencana Alam Provinsi

NAD dan Sumut 34

A-17 Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan Bencana

Alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi

Sumatera Utara

37

A-18 Fasilitas PPh atas Bantuan Bencana Alam Gempa

Bumi di Provinsi DIY dan Sebagian Provinsi Jawa

Tengah serta Gempa Bumi dan Tsunami di Pesisir

Pantai Selatan Pulau Jawa

39

A-19 Sumbangan yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto 41

A-20 Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata Tidak

Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto

43

A-21 Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah dan

Pinjaman Luar Negeri 45

A-22 Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk Subjek

PPh

47

A-23 Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat

Dibebankan sebagai Biaya

50

A-24 Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan

Angsuran Pembayarannya

52

A-25 Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit Non-

Performing oleh Bank 55

A-26 Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan

Berupa Keuntungan Karena Pembebasan Utang

yang Diperoleh Debitur Tertentu

57

A-27 Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan dari

Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau

Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu

59

Page 11: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

vii

B. PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

B-1 WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT 61

B-2 Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 63

C. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

C-1 PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi

Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para

Pensiunan

65

C-2 Kantor Perwakilan Negara Asing dan Organisasi

Internasional yang Tidak Berkewajiban Memotong

PPh Pasal 21/26

67

C-3 Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih

Rendah dan Bersifat Final 69

C-4 PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan

Pegawai Tidak Tetap Lainnya 71

D. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

D-1 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor

dan Kegiatan Lain 73

E. PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

E-1 Pengecualian Pemotongan PPh atas Bunga Deposito

dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 78

E-2 Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4)

(Branch Profit Tax) 80

E-3 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau

Pemungutan PPh oleh Pihak Lain 82

E-4 Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas Bunga

Obligasi 84

Page 12: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

viii

DAFTAR SINGKATAN 86

DAFTAR PERATURAN 88

A. UNDANG-UNDANG (UU) 88

B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) 88

C. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 90

D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

(KMK)/PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)

91

E. KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 95

F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE) 97

Page 13: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

1

A-1. Tax Holiday untuk Industri Pionir

Penanaman modal mempunyai peran penting dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang

berkelanjutan serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan

teknologi nasional. Untuk mendorong investasi di Indonesia,

Pemerintah Indonesia melalui kebijakan fiskalnya memberikan

fasilitas di bidang perpajakan berupa tax holiday bagi industri

pionir yang diberikan lebih promotif dibandingkan dengan fasilitas

yang diberikan oleh negara lain.

Wajib Pajak (WP) badan baru atau yang berdiri paling lama

12 bulan sebelum 15 Agustus 2011, dengan syarat:

a. merupakan industri pionir, yaitu Industri logam dasar,

pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik

yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam,

permesinan, sumberdaya terbarukan, dan/atau peralatan

komunikasi;

b. investasi minimal Rp1 Triliun;

c. menempatkan dana di perbankan Indonesia minimal 10%

dari total rencana investasi.

Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing

industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha

tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas

untuk industri pionir lainnya

Yang Berhak

Page 14: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

2

\

- Permohonan WP kepada Menteri Perindustrian atau

Kepala BKPM untuk dilakukan penelitian mengenai:

a. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;

b. penyerapan tenaga kerja domestik;

c. pemenuhan kriteria industri pionir;

d. rencana tahapan alih teknologi;

e. ketentuan tax sparing di negara domisili.

- Berdasarkan penelitian tersebut, permohonan WP akan

diteruskan kepada Menteri Keuangan.

- Apabila disetujui, Keputusan Menteri Keuangan mengenai

pemberian fasilitas akan diterbitkan.

Prosedur

- Pembebasan PPh Badan (tax holiday) 5 s.d 10 Tahun, sejak

dimulainya produksi komersial.

- Pengurangan PPh Badan 50% selama 2 tahun setelah

periode tax holiday.

- Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing

industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha

tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas

dengan jangka waktu lebih panjang.

Bentuk Fasilitas

Page 15: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

3

- WP wajib menyampaikan Laporan berkala kepada DJP

dan Komite Verifikasi mengenai:

a. penggunaan dana triwulanan dilampiri rekening koran;

dan

b. realisasi penanaman modal triwulanan (tidak wajib

audit) dan laporan tahunan yang diaudit.

- WP dapat memanfaatkan tax holiday apabila:

a. seluruh penanaman modal telah direalisasikan; dan

b. telah berproduksi secara komersial (SMB).

Untuk penetapan SMB, WP mengajukan permohonan ke

Dirjen Pajak, dengan melampirkan:

a. fotokopi akta pendirian;

b. fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai

pemberian fasilitas tax holiday;

c. laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit;

d. surat kuasa khusus dalam hal permohonan

disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak; dan

e. dokumen terkait transaksi penjualan hasil produksi

minimal terdiri dari faktur penjualan, faktur pajak, dan

bukti pengiriman barang.

Kewajiban WP

Pemanfaatan

Page 16: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

4

\

- PP 94/2010

- PMK-130/PMK.011/2011

- PER-44/PJ/2011

- PER-45/PJ/2011

Referensi

Page 17: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

5

A-2. Investment Allowance untuk Penanaman Modal

Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu

Dalam rangka lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung

guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk

pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan,

perlu diberikan insentif PPh bagi WP yang melakukan kegiatan

usaha di bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu.

- WP badan berbentuk PT atau koperasi yang melakukan

penanaman modal pada:

a. 52 bidang usaha pada Lampiran I atau;

b. 77 bidang usaha di daerah tertentu pada Lampiran II

dalam PP 52/2011

- WP sebagaimana dimaksud di atas termasuk WP yang

telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya

PP Nomor 52 Tahun 2011, dengan syarat:

a. rencana penanaman modal minimal Rp1 Triliun; dan

b. belum beroperasi secara komersial pada saat PP

52/2011 berlaku.

Yang Berhak

Page 18: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

6

\

- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman Modal

yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar

5%;

- Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

- Tarif PPh 10% atas dividen kepada Subjek Pajak Luar

Negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan

- Kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:

a. penanaman modal di kawasan industri dan kawasan

berikat;

b. tenaga kerja Indonesia minimal 500 orang selama 5

tahun berturut-turut;

c. pengeluaran infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi

usaha minimal Rp10 miliar;

d. biaya litbang di dalam negeri untuk pengembangan

atau efisiensi produk minimal 5% dari investasi dalam

jangka waktu 5 tahun; dan/atau

e. menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil

produksi dalam negeri minimal 70% sejak tahun ke-4.

Bentuk Fasilitas

Page 19: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

7

- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala

BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri

Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:

a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,

termasuk rinciannya.

- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk

kemudian diterbitkan keputusan mengenai

pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari

kerja setelah usulan diterima.

Fasilitas dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan

rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi WP

yang telah mendapat fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau

PP 62/2008

Prosedur

- Pasal 31A UU PPh

- PP 1/2007 s.t.d.t.d. PP 52/2011

- PMK-16/PMK.03/2007

- PER-67/PJ./2007

- SE-16/PJ/2007

Referensi

Pemanfaatan

Page 20: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

8

\

A-3. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di

wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan

ekonomi nasional, perlu diberikan insentif pajak guna mendukung

pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

- Fasilitas Pajak Penghasilan;

- Tambahan fasilitas PPh dapat diberikan sesuai karakteristik

Zona;

- Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa tidak

dipungut PPh impor.

Bentuk Fasilitas

UU No. 39 Tahun 2009

Referensi

WP yang melakukan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus

Yang Berhak

Page 21: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

9

A-4. Penurunan Tarif PPh

bagi Perseroan Terbuka

Dalam rangka meningkatkan peranan pasar modal sebagai

sumber pembiayaan dunia usaha dan untuk mendorong

peningkatan jumlah perseroan terbuka serta peningkatan

kepemilikan publik pada perseroaan terbuka, diperlukan fasilitas

PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan

Terbuka.

WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka,

dengan syarat:

a. Minimal 40% dari keseluruhan saham disetor dan

diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

b. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pihak;

c. Masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang

dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor; dan

d. Ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam waktu minimal

6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.

Yang Berhak

Penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah dari tarif

tertinggi PPh WP badan dalam negeri sebagaimana diatur

dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh.

Bentuk Fasilitas

Page 22: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

10

\

- Pasal 17 ayat (2b) UU PPh

- PP 81/2007

- PMK-238/PMK.03/2008

- SE-42/PJ/2009

Referensi

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada

saat penyampaian SPT PPh WP badan, yaitu dengan:

a. Melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi Efek

berupa formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap

tahun pajak terkait;

b. Mencantumkan nama WP, NPWP, Tahun Pajak, serta

menyatakan bahwa ketentuan tersebut dipenuhi dalam

waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun

pajak.

Prosedur

Page 23: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

11

A-5. Pengurangan 50% Tarif PPh

bagi Wajib Pajak Badan

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang didukung

oleh pelaku usaha kecil dan menengah, diperlukan insentif PPh

berupa pengurangan tarif PPh kepada pelaku usaha dengan

skala usaha yang terbatas.

- WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai

dengan Rp50 Miliar.

- Peredaran bruto dalam hal ini, yaitu penghasilan yang

diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum

dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, meliputi:

a. Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final;

b. Penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final; dan

c. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

Yang Berhak

Pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif WP badan dalam

negeri yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari

bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 Miliar.

Bentuk Fasilitas

Page 24: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

12

\

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan.

Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan

permohonan fasilitas.

Prosedur

- Pasal 31E UU PPh

- SE-66/PJ/2010

Referensi

Page 25: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

13

A-6. Fasilitas untuk

Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

Dengan semakin berkurangnya cadangan energi yang berasal

dari fosil, maka diperlukan inovasi penggunaan energi terbarukan

untuk menjamin tersedianya pasokan energi yang berkelanjutan.

Indonesia sangat berpotensi untuk memanfaatkan energi

terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,

aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu

lapisan laut. Oleh karena itu, insentif Pajak Penghasilan diperlukan

untuk mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan yang

memerlukan investasi yang sarat teknologi serta memiliki risiko

yang tinggi.

WP yang melakukan kegiatan pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan

Yang Berhak

Page 26: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

14

\

- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman

Modal, selama 6 tahun.

- penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

- tarif PPh 10% atas dividen kepada subjek pajak luar

negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan

- kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:

a. tambahan 1 tahun: penanaman modal di kawasan

industri dan kawasan berikat;

b. tambahan 1 tahun: tenaga kerja Indonesia minimal

500 orang selama 5 tahun berturut-turut;

c. tambahan 1 tahun: pengeluaran infrastruktur

ekonomi dan sosial di lokasi usaha minimal Rp10

Miliar;

d. tambahan 1 tahun: biaya litbang di dalam negeri

untuk pengembangan atau efisiensi produk minimal

5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun;

dan/atau

e. tambahan 1 tahun: menggunakan bahan baku

dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri

minimal 70% sejak tahun ke-4.

- Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor atas

impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam

keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk

suku cadang.

Bentuk Fasilitas

Page 27: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

15

PMK-21/PMK.011/2010

Referensi

- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala

BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri

Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:

a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,

termasuk rinciannya.

- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk

kemudian diterbitkan keputusan mengenai

pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari

kerja setelah usulan diterima.

Pemanfaatan

- Fasilitas investment allowance dapat dimanfaatkan

setelah WP merealisasikan rencana penanaman modal

minimal 80%, kecuali bagi WP yang telah mendapat

fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau PP 62/2008.

- Fasilitas Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor dimanfaatkan

secara otomatis tanpa menggunakan Surat Keterangan

Bebas (SKB).

Prosedur

Page 28: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

16

\

A-7. Fasilitas dalam Rangka Merger

atau Pemekaran Usaha

Dalam rangka menyelaraskan kebijakan perpajakan dengan

kebijakan di bidang sosial, ekonomi, investasi, moneter, dan

kebijakan lainnya, Pemerintah memperbolehkan WP

menggunakan nilai buku pada saat pengalihan harta dalam

rangka merger atau pemekaran usaha dengan persyaratan

tertentu.

- WP yang melakukan pengalihan harta dalam rangka

merger atau pemekaran usaha.

- Merger yang diperbolehkan dalam hal ini meliputi:

a. penggabungan usaha dengan syarat salah satu badan

usaha tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai

sisa kerugian yang lebih kecil;

b. peleburan usaha dua atau lebih WP badan dengan

cara mendirikan badan usaha baru;

- Pemekaran usaha yang diperbolehkan dalam hal ini

meliputi pemekaran usaha oleh:

a. WP belum Go Public yang akan melakukan penawaran

umum perdana (Initial Public Offering); atau

b. WP Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil

pemekaran melakukan penawaran umum perdana.

Yang Berhak

Page 29: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

17

- Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak

dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan

merger dan pemekaran usaha paling lama 6 (enam)

bulan setelah tanggal efektif merger/pemekaran usaha;

- Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang

terkait; dan

- Memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose

test).

- Melampirkan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang

mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib

Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun pajak

dilakukannya pengalihan harta yang diaudit oleh akuntan

publik.

Prosedur

WP yang melakukan merger atau spin-off tersebut

diperbolehkan untuk menggunakan nilai buku pada saat

pengalihan harta.

Bentuk Fasilitas

- Pasal 10 ayat (3) UU PPh

- PMK-43/PMK.03/2008

- PER-28/PJ/2008

- SE-45/PJ/2008

Referensi

Page 30: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

18

\

A-8. Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh

Untuk mengoptimalkan penggunaan dana beasiswa oleh

penerima yang menjalankan pendidikan formal dan/atau

pendidikan nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri,

diperlukan insentif fiskal yang turut mendukung peningkatan

kualitas rakyat Indonesia dengan dikecualikannya beasiswa yang

memenuhi persyaratan tertentu dari objek Pajak Penghasilan.

Warga Negara Indonesia yang menerima beasiswa dengan

syarat:

- untuk pendidikan formal dan/atau nonformal di dalam

negeri dan/atau di luar negeri;

- tidak memiliki hubungan istimewa dengan pemilik,

komisaris, direksi, atau pengurus WP pemberi beasiswa;

- komponen beasiswa dalam hal ini adalah tuition fee, biaya

ujian, biaya penelitian, biaya buku, dan/atau biaya hidup.

Yang Berhak

Beasiswa dikecualikan dari objek PPh

Bentuk Fasilitas

Page 31: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

19

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

- Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh

- PMK-246/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-154/PMK.03/2009

-

Referensi

Page 32: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

20

\

A-9. Bantuan/Santunan yang Dibayarkan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Dikecualikan dari Objek PPh

Untuk memberikan keringanan bagi WP yang tidak mampu atau

sedang mendapat bencana alam atau tertimpa musibah,

diperlukan fasilitas pajak penghasilan berupa pengecualian

bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial sebagai objek PPh.

WP yang menerima bantuan/santunan dari:

- Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);

- Persero Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);

- Persero Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (ASABRI);

- Persero Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES); dan/atau

- badan hukum lainnya yang dibentuk untuk

menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.

Yang Berhak

Page 33: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

21

- Pasal 4 ayat (3) huruf n UU PPh

- PMK-247/PMK.03/2008

Referensi

Bantuan/santunan yang diberikan kepada WP dan/atau

masyarakat yang:

a. hidup di bawah garis kemiskinan sesuai data dan

kriteria Biro Pusat Statistik;

b. sedang tertimpa bencana alam;

c. tertimpa kecelakaan yang tidak dapat diperkirakan

sebelumnya dan membahayakan atau mengancam

keselamatan jiwa.

dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan

Bentuk Fasilitas

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 34: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

22

\

A-10. Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang

Dikecualikan dari Objek PPh

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

pendidikan, penelitian, dan pengembangan, diperlukan sarana

dan prasarana yang memadai. Pemerintah mendukung program

tersebut, salah satunya melalui pemberian fasilitas perpajakan

berupa pengecualian sisa lebih yang diterima atau diperoleh

oleh badan/lembaga nirlaba sebagai objek PPh.

Badan/lembaga nirlaba bergerak di bidang pendidikan

dan/atau litbang terdaftar pada instansi yang

membidanginya, yang menanamkan kembali sisa lebihnya

dalam bentuk sarana dan prasarana, meliputi:

a. gedung dan prasarana pendidikan, litbang, termasuk

pembelian tanah;

b. sarana/prasarana kantor, lab, dan perpustakaan;

c. asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen, atau

karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang

berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan

formal.

Sisa lebih dalam konteks ini adalah selisih dari seluruh

penerimaan yang merupakan objek PPh selain

penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi

dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari.

Yang Berhak

Page 35: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

23

Sisa lebih yang ditanamkan kembali dalam bentuk

sarana/prasarana dikecualikan dari objek PPh paling lama

4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih.

Bentuk Fasilitas

- WP menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPP

tempat WP terdaftar mengenai:

a. rencana fisik sederhana, dan

b. rencana biaya pembangunan dan pengadaan.

- Pemberitahuan tersebut disampaikan:

a. pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh tahun pajak

diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama

sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan

prasarana dimulai, dalam jangka waktu 4 tahun sejak

diperolehnya sisa lebih tersebut;

b. dengan tindasan/carbon copy kepada instansi yang

membidanginya.

Prosedur

- Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh

- PMK-80/PMK.03/2009

- PER-44/PJ./2009

Referensi

Page 36: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

24

\

A-11. Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang

Dikecualikan dari Objek PPh

Penanaman modal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk

pengembangan dan merupakan dana yang akan dibayarkan

kembali kepada peserta pensiun di kemudian hari, sehingga

penanaman modal tersebut perlu diarahkan pada bidang-

bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang beresiko tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, penghasilan dana pensiun dari bidang-

bidang tertentu dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.

Dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri

Keuangan.

Yang Berhak

Pengecualian dari objek PPh atas penghasilan tertentu

dana pensiun sebagai berikut:

a. bunga, diskonto, imbalan dari deposito, sertifikat

deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta

SBI;

b. bunga, diskonto, imbalan dari obligasi, obligasi syariah

(sukuk), Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat

Perbendaharaan Negara, pada bursa efek di Indonesia;

atau

c. dividen dari saham pada PT yang tercatat pada bursa

efek Indonesia.

Bentuk Fasilitas

Page 37: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

25

- Untuk dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga

deposito dan tabungan serta diskonto SBI, WP harus

mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

dengan syarat:

a. Permohonan SKB pertama kali diajukan paling lambat 14

hari kerja sebelum masa berlakunya SKB;

b. Pengajuan kembali SKB yang akan habis masa

berlakunya paling lambat 14 hari kerja sebelum habis

masa berlakunya;

c. Kepala KPP memberikan jawaban permohonan WP

paling lambat 7 hari kerja setelah permohonan WP; jika

tidak, permohonan WP dianggap diterima dan SKB

diterbitkan 3 hari kerja berikutnya;

d. Dana pensiun yang memperoleh SKB wajib

menyampaikan laporan investasi setiap semester pada

tanggal 30 bulan berikutnya setelah akhir semester yang

bersangkutan.

- Masa berlaku SKB meliputi periode 1 Maret s.d. 31 Agustus

dan 1 September s.d. 28 Februari.

Prosedur

- Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh

- PMK-234/PMK.03/2009

- PER-160/PJ/2005 s.t.d.t.d. PER-39/PJ/2010

Referensi

Page 38: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

26

\

A-12. Keuntungan karena Pembebasan Utang

Debitur Kecil Dikecualikan dari Objek Pajak

Secara umum, pembebasan utang merupakan penghasilan bagi

penerima utang dan merupakan biaya yang boleh dibebankan

bagi pemberi utang. Namun, untuk membantu meringankan

beban pajak pengusaha kecil yang kesulitan menyelesaikan

utang kreditnya, diberikan fasilitas PPh berupa pengecualian atas

penghasilan dari pembebasan utang debitur kecil sebagai objek

PPh.

- Debitur Kecil yang mempunyai utang usaha berjumlah

tidak lebih dari Rp350 Juta termasuk:

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);

b. Kredit Usaha Tani (KUT);

c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS);

d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

e. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan

BI dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

Yang Berhak

Page 39: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

27

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan.

Prosedur

Keuntungan atas pembebasan utang Debitur Kecil

dikecualikan dari objek PPh

Bentuk Fasilitas

- Pasal 4 ayat (1) UU PPh

- PP 130/2000

Referensi

Page 40: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

28

\

A-13. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang

Dikecualikan sebagai Objek PPh

Secara umum, bantuan, sumbangan, dan hibah dapat dianggap

sebagai penghasilan yang dikenakan pajak. Namun demikian,

dalam hal-hal tertentu hibah, bantuan, dan sumbangan

dikecualikan dari objek PPh agar selaras dengan norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

Pihak-pihak yang meliputi:

a. anggota keluarga, yaitu orang tua dan anak kandung;

b. badan keagamaan;

c. badan pendidikan;

d. badan sosial nirlaba tertentu; atau

e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil

dengan batasan tertentu,

yang menerima bantuan, sumbangan, dan hibah

Yang Berhak

Page 41: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

29

Hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima

dikecualikan dari objek PPh.

Bentuk Fasilitas

- Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4 UU PPh

- Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU PPh

- Pasal 8 PP 94/2010

- PMK-245/PMK.03/2008

Referensi

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan.

Prosedur

Page 42: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

30

\

A-14. Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan

yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya

sebagai Biaya

Secara umum, pembentukan dana cadangan tidak dapat

dibebankan sebagai biaya. Namun demikian, pembentukan

dana cadangan oleh WP tertentu dapat dibebankan sebagai

biaya dengan syarat-syarat tertentu.

- Bank, dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,

sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan

pembiayaan konsumen, dan perusahan anjak piutang;

- Asuransi dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

- Lembaga Penjamin Simpanan;

- WP pertambangan;

- WP di bidang usaha kehutanan; dan

- WP di bidang usaha pengolahan limbah industri.

Yang Berhak

Page 43: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

31

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment tanpa

perlu menyampaikan permohonan.

Prosedur

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh

dikurangkan sebagai biaya:

a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan

badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna

usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan

konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

b. cadangan premi untuk usaha asuransi;

c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin

Simpanan;

d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha

kehutanan; dan

f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan

limbah industri.

Bentuk Fasilitas

- Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh

- PMK-81/PMK.03/2009

- SE-97/PJ/2011

Referensi

Page 44: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

32

\

A-15. Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan

yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya

Secara umum pengeluaran yang tidak digunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M) tidak

boleh dibebankan secara pajak. Pengeluaran tersebut termasuk

biaya-biaya guna keperluan pribadi yang tidak terkait dengan

3M. Namun demikian, mengingat dalam hal-hal tertentu

pemisahan antara biaya yang terkait dan tidak terkait dengan

3M sulit untuk dilakukan, maka perlu untuk memberikan

pengaturan atas pengeluaran tertentu antara lain atas biaya

pemakaian telepon seluler dan kendaraan perusahaan.

Wajib Pajak yang membebankan biaya telepon seluler dan

kendaraan perusahaan.

Yang Berhak

- Biaya terkait telepon seluler untuk pegawai tertentu:

a. Pembelian unit telepon seluler dapat dibebankan 50%

melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I;

b. biaya pulsa dan perbaikan telepon seluler dapat

dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.

Bentuk Fasilitas

Page 45: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

33

- PMK-96/PMK.03/2009

- KEP-220/PJ./2002

- SE-09/PJ.42/2002

Referensi

- Biaya Kendaraan Perusahaan berupa:

a. bus, minibus/sejenis untuk antar-jemput para pegawai:

perolehan/perbaikan besar dapat dibebankan

seluruhnya melalui penyusutan kelompok II;

biaya pemeliharaan/perbaikan rutin dapat

dibebankan seluruhnya di tahun pajak bersangkutan.

b. sedan/sejenis untuk pegawai tertentu:

perolehan/ perbaikan besar dapat dibebankan

sebesar 50% melalui penyusutan kelompok II;

biaya pemeliharaan/perbaikan rutin

dapat dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.

Bentuk Fasilitas

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan.

Prosedur

Page 46: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

34

\

A-16. Fasilitas PPh atas Sumbangan

Bencana Alam Provinsi NAD dan Sumut

Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi bencana

alam tsunami dan gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam

(NAD) dan Sumatera Utara (Sumut) pada Desember 2004 yaitu

dengan mendorong peran serta WP melalui pemberian insentif

fiskal berupa pajak yang ditanggung Pemerintah dan

diperbolehkannya pembebanan secara fiskal atas bantuan dan

sumbangan yang diberikan untuk para korban bencana. Insentif

tersebut diharapkan dapat menggiatkan para WP untuk menjadi

donatur serta meringankan para korban yang terkena musibah.

WP yang memberikan sumbangan bencana alam di Provinsi

NAD dan Sumut, yang terdiri dari:

- WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh final;

dan

- WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,

namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya

dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma

penghitungan penghasilan neto.

Yang Berhak

Page 47: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

35

- Fasilitas sumbangan yang dapat dibiayakan ini dapat

dimanfaatkan secara self-assesment melalui penyampaian

SPT PPh tahun pajak yang bersangkutan sepanjang

memenuhi persyaratan:

a. Sumbangan dicatat sebagai “Sumbangan Bencana

Alam di Provinsi NAD dan Sumatra Utara”;

b. Sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah

dan dapat diuji kebenarannya; dan

c. Sumbangan harus ditampung, disalurkan, dan/atau

dikelola oleh:

instansi pemerintah antara lain Kantor Wakil Presiden,

Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,

dan Kementerian Keuangan

pihak-pihak lain, termasuk PMI, media massa cetak

dan elektronik dan organisasi sosial dan/atau

keagamaan;

- Instansi pemerintah atau pihak-pihak lain sebagai

penampung, penyalur, dan/atau pengelola sumbangan

harus mendaftarkan diri dan menyampaikan laporan ke

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

Prosedur

Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut

dapat dibiayakan secara fiskal dan PPh atas sumbangan

tersebut ditanggung oleh Pemerintah.

Bentuk Fasilitas

Page 48: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

36

\

- PMK-609/PMK.03/2004

- PMK-14/PMK.03/2005

Referensi

Page 49: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

37

A-17. Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan

Bencana Alam di Provinsi NAD

dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut

Untuk mempercepat pemulihan kondisi sosial ekonomi di daerah

bencana alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi

Sumut, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2007 yang

juga mengatur fasilitas PPh atas bantuan dan sumbangan yang

diberikan oleh WP.

- WP yang memberikan sumbangan bencana alam di

Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut, yang

terdiri dari:

a. WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh

final; dan

b. WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,

namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya

dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma

penghitungan penghasilan neto.

- Korban bencana alam Provinsi NAD dan Kepulauan Nias

Provinsi Sumut beserta ahli warisnya yang menerima

sumbangan bencana alam.

Yang Berhak

Page 50: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

38

\

PP 32/2007

*catatan:

PP ini berlaku sejak 1 Januari 2005 sampai dengan1 Mei 2009.

Referensi

- Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut

Utara yang diberikan oleh WP dapat dibiayakan secara

fiskal

- Pajak Penghasilan tidak dikenakan atas:

a. Bantuan atau sumbangan berupa uang/barang,

tanah/bangunan yang diterima korban bencana alam;

atau

b. Warisan termasuk tabungan dan/atau deposito yang

diterima oleh ahli waris korban bencana.

Bentuk Fasilitas

Page 51: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

39

A-18. Fasilitas PPh atas

Bantuan Bencana Alam Gempa Bumi di Provinsi DIY

dan Sebagian Provinsi Jawa Tengah

serta Gempa Bumi dan Tsunami

di Pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa

Kerusakan parah akibat bencana alam gempa bumi di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian Provinsi Jawa

Tengah, serta gempa bumi dan tsunami di pesisir Pantai Selatan

Pulau Jawa pada pertengahan 2006 membutuhkan penanganan

yang cepat untuk pemulihannya. Pemulihan tersebut

memerlukan partisipasi dan kepedulian seluruh masyarakat, salah

satunya melalui bantuan dan sumbangan yang diberikan oleh

WP. Pemerintah mendukung partisipasi tersebut dengan

memberikan insentif fiskal berupa diperbolehkannya bantuan dan

sumbangan tersebut dibiayakan secara fiskal.

WP yang memberikan sumbangan dalam rangka bantuan

kemanusiaan bencana alam gempa bumi di Provinsi DIY

dan sebagian Provinsi Jawa Tengah yang terjadi pada

tanggal 27 Mei 2006 serta gempa bumi dan tsunami di

pesisir pantai selatan Pulau Jawa pada tanggal 17 Juli 2006

Yang Berhak

Page 52: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

40

\

PMK-93/PMK.03/2006

Referensi

Sumbangan atas bencana alam tersebut dapat dibiayakan

Bentuk Fasilitas

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment.

Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan

permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 53: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

41

A-19. Sumbangan yang Dapat Dikurangkan

dari Penghasilan Bruto

Untuk meningkatkan peran serta WP dalam berkontribusi untuk

penanggulangan bencana nasional, pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pengembangan pendidikan,

pembinaan olahraga, dan turut serta membantu pemerintah

dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial di

Indonesia, maka pengeluaran WP untuk kontribusi tersebut dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

WP yang memberikan:

a. sumbangan bencana nasional;

b. sumbangan untuk litbang di Indonesia;

c. sumbangan fasilitas pendidikan;

d. sumbangan pembinaan olahraga; dan

e. biaya pembangunan infrastruktur sosial

sepanjang memenuhi kriteria:

a. berdasarkan SPT PPh WP untuk Tahun Pajak sebelumnya

terdapat penghasilan neto fiskal;

b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak

menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan

diberikan.

Yang Berhak

Page 54: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

42

\

WP wajib melampirkan bukti penerimaan sumbangan/biaya

sesuai dengan lampiran PMK-76/PMK.03/2011 pada SPT

Tahunan PPh di tahun pajak pemberian sumbangan/biaya.

Prosedur

Sumbangan/biaya berikut dapat dibebankan secara fiskal:

a. Sumbangan bencana nasional, kepada badan

penanggulangan bencana atau lembaga atau pihak yang

telah mendapat izin;

b. Sumbangan untuk litbang di Indonesia, kepada lembaga

penelitian dan pengembangan;

c. Sumbangan fasilitas pendidikan, kepada lembaga

pendidikan;

d. Sumbangan pembinaan olahraga, kepada lembaga

pembinaan olah raga;

e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial, dengan cara

membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan

umum dan bersifat nirlaba,

sepanjang total sumbangan/biaya tersebut tidak melebihi 5%

dari penghasilan neto fiskal tahun sebelumnya.

Bentuk Fasilitas

- PP 93/2010

- PMK-76/PMK.03/2011

Referensi

Page 55: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

43

A-20. Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata

Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan

dari Penghasilan Bruto

Secara umum pengeluaran yang boleh dibebankan meliputi

biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan (3M). Namun demikian, penghapusan piutang yang

nyata-nyata tidak dapat ditagih juga dapat dibebankan secara

fiskal sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.

WP yang melakukan sepanjang memenuhi persyaratan:

a. telah dibebankan dalam laporan rugi laba komersial;

b. menyerahkan daftar piutang tersebut kepada DJP; dan

c. telah menyerahkan perkara penagihannya kepada

Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang

menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis

mengenai penghapusan piutang tersebut, atau telah

dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau

adanya pengakuan debitur tentang penghapusan utang.

* Persyaratan pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan

piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada

debitur kecil (jumlah piutang s.d. Rp100 Juta untuk kredit

Kukesra, KUT, KPRSS, KUK, KUR) atau debitur kecilnya (jumlah

piutang s.d. Rp5 Juta).

Yang Berhak

Page 56: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

44

\

Bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan WP harus

menyampaikan:

- daftar piutang tersebut (hardcopy/softcopy) yang

mencantumkan identitas debitur berupa nama, NPWP,

alamat, dan jumlah piutang; dan

- fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya; atau

- fotokopi perjanjian penghapusan piutang yang telah

dilegalisasi oleh notaris; atau

- fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau

penerbitan khusus; atau

- surat pengakuan dari debitur tentang penghapusan

utang.

Prosedur

Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

dapat dibebankan secara fiskal sepanjang memenuhi

persyaratan

Bentuk Fasilitas

- Pasal 6 ayat (1)huruf h UU PPh

- PMK-105/PMK.03/2009 s.t.d.d. PMK-57/PMK.03/2010

Referensi

Page 57: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

45

A-21. Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah

dan Pinjaman Luar Negeri

Bahwa dalam rangka pembangunan nasional dan pemulihan

kegiatan ekonomi serta kelangsungan pembiayaan proyek-

proyek pembangunan yang belum sepenuhnya dapat dibiayai

dari penerimaan dalam negeri, maka peranan dana bantuan

luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri maupun hibah

masih diperlukan. Untuk itu, masih perlu diberikan pemberian

fasilitas berupa pajak penghasilan ditanggung oleh pemerintah

atas hibah atau dana pinjaman luar negeri. Namun demikian,

fasilitas hanya bersifat sementara dan akan dipertimbangkan

kembali sesuai dengan kemampuan pembiayaan dari sumber

dalam negeri dan perkembangan sosial ekonomi nasional.

Kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) utama yang

berdasarkan kontrak melaksanakan proyek-proyek

Pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah dan atau

dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan

tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah luar negeri.

Yang Berhak

Page 58: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

46

\

PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier)

utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka

pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai

dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar negeri,

ditanggung oleh Pemerintah.

Bentuk Fasilitas

- PP 42/1995 s.t.d.t.d. PP 25/2001

- KMK-239/KMK.01/1996 s.t.d.t.d. KMK-486/KMK.04/2000

- KEP-526/PJ./2000

- SE-05/PJ.42/2001

Referensi

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment pada

saat penyampaian SPT PPh. Dengan demikian, WP tidak

perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 59: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

47

A-22. Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk

Subjek PPh

Peran organisasi internasional sebagai salah satu mitra

Pemerintah dalam menjalankan pembangunan di berbagai

bidang semakin penting seiring dengan perkembangan

globalisasi. Untuk memfasilitasi peran positif organisasi

internasional tersebut di Indonesia dan sesuai kelaziman

internasional, Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur bahwa

organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat

perwakilan organisasi internasional tidak termasuk sebagai Subjek

PPh.

- Organisasi internasional apabila memenuhi syarat:

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia selain

pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang

dananya berasal dari iuran para anggota.

- Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik

dan atau kebudayaan apabila memenuhi syarat:

a. kerjasama teknik tersebut memberi manfaat pada

Negara/Pemerintah Indonesia;

b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Yang Berhak

Page 60: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

48

\

Untuk dapat ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan sebagai organisasi internasional yang tidak

termasuk subjek pajak PPh, organisasi internasional

tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari Sekretariat

Negara dan memenuhi proses pendaftaran organisasi

internasional di Indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, antara lain

sebagaimana diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 1999

tentang Hubungan Luar Negeri.

Prosedur

Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi

persyaratan tidak termasuk Subjek PPh.

Bentuk Fasilitas

- Pejabat-pejabat perwakilan dari organisasi internasional

apabila memenuhi syarat:

a. bukan Warga Negara Indonesia; dan

b. tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia.

* Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi

persyaratan harus ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan

Yang Berhak (lanjutan)

Page 61: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

49

- Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh

- UU Nomor 37 Tahun 1999

- PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010

Referensi

Page 62: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

50

\

A-23. Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat

Dibebankan sebagai Biaya

Secara umum, pemberian natura dan kenikmatan tidak dapat

dibebankan secara fiskal bagi pemberi kerja dan bukan

merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.

Namun, dalam rangka mendukung pengembangan daerah

terpencil, program keselamatan kerja dan pelaksanaan kerja

pegawai, pemberian natura dan kenikmatan tertentu kepada

pegawai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi

kerja.

Pemberian natura dan kenikmatan dalam bentuk:

a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;

b. sarana dan prasarana berkenaan dengan pelaksanaan

pekerjaan yang belum tersedia di daerah tertentu; dan

c. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam

perkerjaan

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan

merupakan objek pajak bagi karyawan

Bentuk Fasilitas

WP pemberi kerja yang memberikan natura dan kenikmatan

tertentu bagi pegawainya;

Yang Berhak

Page 63: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

51

- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa:

a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;

b. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam

pekerjaan.

dapat dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada

saat penyampaian SPT Tahunan PPh dan WP tidak perlu

menyampaikan permohonan fasilitas.

- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa sarana dan

prasarana berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan yang

belum tersedia di daerah tertentu, WP harus mengajukan

permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang

membawahi KPP tempat WP terdaftar untuk ditetapkan

sebagai WP di daerah tertentu, dengan mengisi formulir dan

melampirkan:

a. Fotokopi Surat Persetujuan penanaman modal dari BKPM;

b. Fotokopi peta lokasi;

c. Fotokopi laporan keuangan terakhir sebelum tahun

permohonan; dan

d. Pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan

sarana transportasi umum dengan menggunakan

formulir yang telah disediakan.

-

Prosedur

- Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh

- PMK-83/PMK.03/2009

- PER-51/PJ/2009

Referensi

Page 64: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

52

\

A-24. Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan

Angsuran Pembayarannya

Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan

kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan

kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat

mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.

Dalam keadaan demikian, WP badan dalam negeri dan BUT

tertentu dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap

perusahaan untuk tujuan perpajakan dan pembayaran atas PPh

yang timbul dapat dilakukan dengan cara diangsur selama 12

(dua belas) bulan.

Selisih lebih revaluasi aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal

dikenakan PPh Final 10% dan pembayarannya dapat diangsur

paling lama 12 bulan.

Bentuk Fasilitas

WP Badan dalam negeri dan BUT dapat melakukan

penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dengan syarat:

a. telah memenuhi semua kewajiban pajaknya s.d. masa

pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi;

b. tidak termasuk WP dengan izin pembukuan dalam bahasa

Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Yang Berhak

Page 65: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

53

- Untuk dapat melakukan revaluasi aktiva tetap, WP harus

mengajukan permohonan kepada DJP melalui Kepala

Kantor Wilayah DJP dengan mengisi formulir dan

melampirkan:

a. Fotokopi surat izin usaha jasa penilai atau ahli penilai

yang dilegalisir;

b. Laporan Penilaian oleh Perusahaan Jasa Penilai;

c. Daftar revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan;

d. Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum

revaluasi aktiva tetap.

- Ketentuan revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan

adalah sebagai berikut:

a. Revaluasi dilakukan terhadap seluruh aktiva berwujud

termasuk tanah atau tidak termasuk tanah;

b. Revaluasi tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat

5 tahun sejak revaluasi terakhir;

c. Revaluasi didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajar

aktiva tetap dengan penilaian (appraisal) oleh jasa

penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari

pemerintah;

d. Revaluasi dilakukan selambatnya 1 tahun setelah

appraisal.

-

Prosedur

Page 66: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

54

\

- Pasal 19 UU PPh

- PMK-79/PMK.03/2008

- PER-12/PJ./2009

- SE-56/PJ./2009

-

Referensi

- Untuk dapat mengangsur PPh final 10% atas selisih lebih

revaluasi aktiva tetap, WP mengajukan permohonan

angsuran kepada Kepala Kantor Wilayah DJP bersamaan

dengan permohonan revaluasi aktiva tetap.

- Permohonan angsuran disampaikan sesuai dengan

formulir dan melampirkan proyeksi arus kas yang

menunjukkan bahwa kondisi keuangan WP tidak

memungkinkan untuk melunasi sekaligus PPh Final 10%.

Prosedur (lanjutan)

Page 67: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

55

A-25. Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit

Non-Performing oleh Bank

Perlakuan pajak atas penghasilan bank berupa bunga kredit non-

performing diatur khusus dalam rangka menunjang percepatan

proses restrukturisasi perbankan sesuai dengan kebijaksanaan

Pemerintah dan adanya perubahan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan/PSAK nomor 31 tentang Akuntansi

Perbankan (revisi tahun 2000). Oleh karena itu, DJP menetapkan

saat pengakuan penghasilan bagi WP bank berupa penghasilan

bunga non-performing loan, yaitu pada saat penghasilan bunga

tersebut diterima.

Wajib Pajak Bank

- Penghasilan bank berupa bunga kredit non-performing

diakui pada saat penghasilan bunga tersebut diterima

oleh bank (cash basis).

- Dalam hal bank membukukan penerimaan bunga kredit

non-performing sebagai pengurang pokok kredit, saat

pengakuan penghasilan ditunda hingga saat diterimanya

penghasilan bunga setelah pelunasan pokok kredit.

Bentuk Fasilitas

Yang Berhak

Page 68: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

56

\

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh badan

dengan melampirkan formulir daftar debitur yang

kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan

macet yang memuat:

a. Nomor urut;

b. Nama debitur;

c. NPWP;

d. Jumlah kredit non-performing loan yang digolongkan

kurang lancar, diragukan, dan macet;

e. Jumlah bunga accrual yang belum diakui sebagai

penghasilan dalam laporan keuangan.

Prosedur

- KEP-184/PJ./2002

- SE-08/PJ.42/2002

Referensi

Page 69: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

57

A-26. Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan

Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang

yang Diperoleh Debitur Tertentu

Dalam rangka menyelaraskan kebijakan ekonomi dan kebijakan

perpajakan akibat krisis moneter tahun 2008, Pemerintah

memberikan fasilitas perpajakan terkait pengalokasian

pengakuan penghasilan atas keuntungan pembebasan utang

usaha bagi Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian

restrukturisasi utang usaha dengan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN) sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah dalam

jangka waktu paling lama 5 tahun

Saat pengakuan penghasilan atas keuntungan karena

pembebasan utang dapat dialokasikan dalam jangka

waktu paling lama 5 tahun, yaitu dalam jumlah bagian yang

sama besarnya setiap tahun dan dimulai dari tahun pajak

saat diperolehnya pembebasan utang.

Bentuk Fasilitas

Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian

restrukturisasi utang usaha dengan BPPN sesuai dengan

Kebijakan Pemerintah.

Yang Berhak

Page 70: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

58

\

- Mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP

tempat debitur terdaftar sebagai Wajib Pajak;

- Permohonan diajukan paling lambat sebelum batas

waktu penyampaian SPT Tahunan tahun pajak

diperolehnya penghasilan tersebut, dengan dilampiri

fotokopi perjanjian restrukturisasi utang usaha yang

dilegalisasi oleh BPPN.

Prosedur

- KEP-563/PJ./2001

Referensi

Page 71: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

59

A-27. Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan

dari Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau

Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu

Dalam rangka menunjang kelancaran proses restrukturisasi

perusahaan maupun penyelesaian kredit perbankan terkait imbas

krisis moneter 1998, perlu diberikan kemudahan berupa

penundaan saat pengakuan penghasilan atas pengalihan

agunan berupa tanah dan/atau bangunan milik WP tertentu

yang dilakukan oleh Bank Umum yang melaksanakan

restrukturisasi sesuai program Pemerintah sampai dengan pihak

Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada pembeli yang

sebenarnya.

- Bank Dalam Penyehatan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN);

- Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam Penyehatan;

- Debitur yang langsung atau tidak langsung mempunyai

kewajiban pembayaran kepada Bank Dalam Penyehatan,

BPPN, dan atau Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam

Penyehatan atau BPPN, termasuk Bank yang mempunyai

kewajiban kepada Bank Indonesia dalam kaitan dengan

Fasilitas Bank Indonesia;

- Pemegang Saham, Direktur, atau Komisaris Bank Dalam

Penyehatan;

- Debitur/Pemilik Agunan pada Bank Umum; yang

diambilalih harta/agunannya dalam rangka melaksanakan

restrukturisasi perusahaan.

Yang Berhak

Page 72: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

60

\

Penundaan pengakuan penghasilan atas pengalihan:

- harta berupa tanah dan atau bangunan milik WP tertentu

yang dilakukan oleh BPPN sampai pihak BPPN mengalihkan

harta tersebut kepada pembeli yang sebenarnya;

- agunan berupa tanah dan atau bangunan milik WP

tertentu yang dilakukan oleh Bank Umum sampai dengan

pihak Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada

pembeli yang sebenarnya.

Bentuk Fasilitas

WP Tertentu tersebut ditetapkan dalam PP Nomor 17 Tahun

1999 tentang BPPN dan Undang Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan.

Yang Berhak (lanjutan)

Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

- KEP-141/PJ/1999

- SE-27/PJ.42/1999

Referensi

Page 73: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

61

B-1. WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT

Dalam rangka memberikan kemudahan kepada WP dalam

penyampaian SPT Masa dan/atau Tahunan, Pemerintah

memberikan fasilitas berupa dikecualikannya WP Pajak

Penghasilan tertentu dari kewajiban menyampaikan SPT yang

merupakan bentuk realisasi dari amanah Pasal 3 ayat (8) UU

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

s.t.d.t.d. UU Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP).

WP PPh tertentu, yaitu:

a. WP OP dibawah PTKP, yaitu WP orang pribadi (OP) yang

dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh

penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP); atau

b. WP OP tidak melakukan usaha/pekerjaan bebas, yaitu

WPOP yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau

tidak melakukan pekerjaan bebas.

Yang Berhak

- WP OP di bawah PTKP tidak wajib menyampaikan SPT

Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh WP OP.

- WP OP tidak melakukan usaha/pekerjaan bebas tidak

wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.

Bentuk Fasilitas

Page 74: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

62

\

WP PPh tertentu yang berhak atas fasilitas ini tidak perlu

menyampaikan permohonan.

Prosedur

- Pasal 3 ayat (8) UU KUP

- PMK-183/PMK.03/2007

Referensi

Page 75: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

63

B-2. Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan sesuatu

yang harus disesuaikan menurut perkembangan di bidang

perekonomian dan moneter serta mengingat harga kebutuhan

pokok yang semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, dalam

amandemen UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, besarnya PTKP

dinaikkan baik untuk diri WP OP, maupun untuk setiap tambahan

PTKP.

WP OP dalam negeri

Yang Berhak

PTKP per tahun diberikan paling sedikit sebesar:

a. Rp15.840.000,00 untuk diri WP orang pribadi;

b. Rp1.320.000,00 tambahan untuk WP yang kawin;

c. Rp15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan

d. Rp1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang

untuk setiap keluarga.

Bentuk Fasilitas

Page 76: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

64

\

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

- Pasal 7 UU PPh

Referensi

Page 77: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

65

C-1. PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi

Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan

Pemerintah menyadari bahwa atas penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan atau pensiunan yang diterima

oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan pensiunan

belum memadai. Untuk itu, Pemerintah menanggung PPh yang

terutang atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau

jabatan atau pensiunan yang diterima secara tetap yang

dananya dibebankan kepada Keuangan Negara atau

Keuangan Daerah.

a. Pejabat Negara, untuk:

1) gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan

teratur setiap bulan; atau

2) imbalan tetap sejenisnya;

b. PNS, Anggota TNI, dan Anggota POLRI, untuk gaji dan

tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap

bulan; dan

c. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain

yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan.

Yang Berhak

Page 78: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

66

\

PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan

teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD

ditanggung oleh pemerintah.

Bentuk Fasilitas

- PP 80/2010

- PMK-262/PMK.03/2010

Referensi

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 79: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

67

C-2. Kantor Perwakilan Negara Asing dan

Organisasi Internasional yang Tidak Wajib Memotong

PPh Pasal 21/26

Dalam rangka lebih memberikan kepastian hukum, kantor

perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan telah ditetapkan tidak

termasuk sebagai subjek PPh dan dikecualikan dari kewajiban

memotong PPh Pasal 21/26 atas penghasilan yang

diterima/diperoleh pejabat/pegawai yang bekerja di organisasi

internasional tersebut.

Tidak diwajibkan memotong PPh Pasal 21/Pasal 26 atas

penghasilan yang diterima/diperoleh pejabat/pegawai

yang bekerja di kantor perwakilan negara asing atau

organisasi internasional tersebut.

Bentuk Fasilitas

Kantor perwakilan negara asing dan organisasi

internasional yang telah ditetapkan dengan Peraturan

Menteri Keuangan.

Yang Berhak

Page 80: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

68

\

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

- Pasal 21 ayat (2) UU PPh

- KMK-649/KMK.04/1994

- PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010

Referensi

Page 81: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

69

C-3. Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih

Rendah dan Bersifat Final

Dalam rangka meringankan beban pegawai yang telah pensiun

atau telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

diberikan fasilitas pengenaan tarif PPh yang lebih rendah dan

bersifat final. Dengan penerapan tarif progresif yang lebih rendah

dari ketentuan umum tarif PPh, manfaat yang diperoleh pegawai

tersebut menjadi lebih besar dan memberikan keringanan,

kemudahan, kesederhanaan, serta kepastian hukum.

Pengenaan PPh Pasal 21 secara final atas penghasilan

berupa Uang Pesangon sebesar:

- 0% atas penghasilan bruto ≤ Rp50 Juta;

- 5% atas penghasilan bruto di atas Rp50 Juta s.d. Rp100

Juta;

- 15% atas penghasilan bruto di atas Rp100 Juta s.d. Rp500

Juta;

- 25% atas penghasilan bruto > Rp500 juta.

Bentuk Fasilitas

Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan

Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus

Yang Berhak

Page 82: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

70

\

- PP 68/2009

- PMK-16/PMK.03/2010

Referensi

Pengenaan PPh Pasal 21 secara final atas penghasilan

berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,

Jaminan Hari Tua sebesar:

- 0% atas penghasilan bruto ≤ Rp50 Juta;

- 5% atas penghasilan bruto > Rp50 Juta.

Bentuk Fasilitas (lanjutan):

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 83: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

71

C-4. PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan

Pegawai Tidak Tetap Lainnya

Sejalan dengan batasan nominal Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP), maka atas penghasilan dari gaji pegawai harian,

mingguan, dan pegawai tidak tetap lainnya sampai dengan

batasan nominal tertentu tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal

21.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh sampai dengan

jumlah Rp150 Ribu sehari tidak dikenakan pemotongan

PPh Pasal 21.

Namun demikian, hal ini tidak berlaku dalam hal

penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi

Rp1.320.000,00 sebulan atau dalam hal penghasilan

dimaksud dibayar secara bulanan.

Bentuk Fasilitas

Pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap

lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan

bruto sampai dengan jumlah Rp150 Ribu sehari.

Yang Berhak

Page 84: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

72

\

- PMK-254/PMK.03/2008

Referensi

Pegawai yang berhak atas fasilitas ini tidak perlu

menyampaikan permohonan.

Prosedur

Page 85: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

73

D-1. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas

Impor dan Kegiatan Lain

Sesuai dengan ketentuan Pasal 22 UU PPh, dilakukan

pemungutan PPh atas impor dan kegiatan tertentu lainnya.

Namun demikian, untuk kepentingan perekonomian nasional,

diberikan pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 atas impor

barang dan kegiatan tertentu.

Wajib Pajak pemungut yang melakukan kegiatan tertentu

yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22

Yang Berhak

Kegiatan yang dikecualikan dari pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22:

a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;

b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea

Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai yaitu:

- barang perwakilan negara asing beserta para

pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan

asas timbal balik;

Bentuk Fasilitas

Page 86: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

74

\

- barang untuk keperluan badan internasional beserta

pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak

memegang paspor Indonesia;

- barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah

umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk

kepentingan penanggulangan bencana;

- barang untuk keperluan museum, kebun binatang,

konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang

terbuka untuk umum;

- barang untuk keperluan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan;

- barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan

penyandang cacat lainnya;

- peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu

jenazah;

- barang pindahan;

- barang pribadi penumpang, awak sarana

pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman

sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan kepabeanan;

- barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah yang ditujukanuntuk kepentingan

umum;

- persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer,

termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi

keperluan pertahanan dan keamanan negara;

- barang dan bahan yang dipergunakan untuk

menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan

dan keamanan negara;

Bentuk Fasilitas

Page 87: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

75

- vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program

Pekan Imunisasi Nasional (PIN);

- buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku

pelajaran agama;

- kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan

danau, kapal angkutan;

- penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal

penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang

serta alat keselamatan pelayaran atau alat

keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan

oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau

perusahaan penangkapan ikan nasional;

- pesawat udara dan suku cadang serta alat

keselamatan penerbangan atau alat keselamatan

manusia, peralatan untuk perbaikan atau

pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh

Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

- kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk

perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang

diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;

- peralatan yang digunakan untuk penyediaan data

batas dan foto udara wilayah Negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional

Indonesia; dan/atau

- barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi

yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak

Kerja Sama;

Bentuk Fasilitas

Page 88: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

76

\

c. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-

nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali;

d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang

yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam

kualitas yang sama atau barang-barang yang telah

diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan

pengujian, yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak

yaitu bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA), bendahara pengeluaran untuk

pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang

persediaan (UP),Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau

pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi

delegasi oleh KPA berkenaan dengan:

1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak

Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak

merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,

listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-

benda pos.

f. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras

oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG);

g. Emas batangan yang akan diproses untuk

menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan

ekspor;

h. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan

dengan penggunaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS).

Bentuk Fasilitas

Page 89: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

77

Tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB), untuk:

a. impor yang dibebaskan dari pemungutan bea masuk

dan PPN; dan

b. impor sementara,

yang ketentuannya dilaksanakan oleh Dirjen Bea Cukai

dan tata caranya diatur oleh Dirjen Bea Cukai

dan/atau Dirjen Pajak.

Dengan SKB, untuk:

a. Impor yang tidak terutang PPh-nya; dan

b. Impor Emas batangan.

Prosedur

- PMK-154/PMK.03/2010

- PER-57/PJ/2010 s.t.d.d. PER-15/PJ/2011

Referensi

Page 90: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

78

\

E-1. Pengecualian Pemotongan PPh atas

Bunga Deposito dan Tabungan serta

Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

Bunga deposito dan tabungan lainnya, serta diskonto Sertifikat

Bank lndonesia (SBI) merupakan penghasilan yang dikenai pajak

bersifat final dengan tarif 20% untuk WP dalam negeri dan BUT.

Namun demikian, terhadap deposito dan tabungan kecil, perlu

dikecualikan pengenaannya guna melindungi para penabung

kecil yang pada umumnya masih berpenghasilan rendah.

Selain itu, pengecualian juga diberikan kepada dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

sebagai insentif bagi dana pensiun agar mengarahkan

investasinya pada produk perbankan yang tidak bersifat

spekulatif atau yang berisiko tinggi, sehingga pembayaran

kembali dana pensiun kepada peserta pensiun di kemudian hari

dapat terjamin.

Pengecualian dari pemotongan PPh untuk penghasilan

tertentu bunga deposito/tabungan serta diskonto SBI.

Bentuk Fasilitas

- Orang pribadi subjek pajak dalam negeri yang seluruh

penghasilannya dalam 1 (satu) tahun pajak termasuk

bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP.

- Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

Yang Berhak

Page 91: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

79

- PP 131 Tahun 2000

- KMK 51/KMK.04/2001

- PER-160/PJ/2005 s.t.d.t.d. PER-39/PJ/2010

Referensi

- Tanpa diperlukan prosedur permohonan, pemotongan PPh

tidak dilakukan dalam hal:

a. jumlah deposito/tabungan serta SBI tidak melebihi Rp7,5

Juta;

b. diterima bank yang didirikan di Indonesia atau cabang

bank luar negeri di Indonesia; atau

c. bunga tabungan pada bank untuk pemilikan rumah

sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap

bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana,

atau rumah susun sederhana, untuk dihuni sendiri.

- Untuk dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan, pengecualian pemotongan PPh

diberikan berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB). Untuk

memperoleh SKB tersebut, WP harus mengajukan

permohonan tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Prosedur

Page 92: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

80

\

E-2. Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 Ayat (4)

(Branch Profit Tax)

Branch profit tax merupakan pengenaan PPh berdasarkan Pasal

26 ayat (4) UU PPh sebesar 20% atas Penghasilan Kena Pajak

sesudah dikurangi PPh dari suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) di

Indonesia.

Namun demikian, untuk mendorong BUT melakukan penanaman

kembali di Indonesia guna mendukung pertumbuhan ekonomi

dalam negeri, pengenaan branch profit tax tersebut dikecualikan

dalam hal seluruh penghasilan BUT tersebut ditanamkan kembali

di Indonesia.

Pengecualian dari pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4).

Bentuk Fasilitas

BUT yang melakukan penanaman kembali dalam bentuk:

a. penyertaan modal pada perusahaan baru di

Indonesia sebagai pendiri;

b. penyertaan modal pada perusahaan di Indonesia

sebagai pemegang saham;

c. pembelian aktiva tetap; atau

d. investasi aktiva tidak berwujud;

yang dilakukan paling lama akhir Tahun Pajak berikutnya,

setelah diperolehnya penghasilan.

Yang Berhak

Page 93: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

81

- Pasal 26 ayat (4) UU PPh

- PMK 14/PMK.03/2011

- PER-16/PJ/2011

Referensi

Menyampaikan pemberitahuan tertulis yang menyatakan:

- bentuk penanaman kembali, dilampirkan pada SPT

Tahunan untuk Tahun Pajak diterimanya penghasilan;

- realisasi penanaman kembali dan/atau saat mulai

berproduksi komersial, dilampirkan pada SPT Tahunan

untuk Tahun Pajak berikutnya setelah penghasilan diterima

Pemberitahuan tertulis disampaikan minimal dalam 3 tahun

berturut-turut sejak tahun penanaman kembali.

Prosedur

Page 94: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

82

\

E-3. Pengecualian dari Pemotongan dan/atau

Pemungutan PPh oleh Pihak Lain

Ketentuan perpajakan Indonesia menerapkan sistem

pemotongan/pemungutan PPh untuk jenis penghasilan tertentu.

Dengan sistem ini, dimungkinkan terjadinya kondisi dimana jumlah

PPh yang telah dipotong dan/atau dipungut melebihi jumlah PPh

terutang saat penghitungan PPh kurang/lebih bayar di akhir

tahun. Mengingat hal tersebut, perlu ada ketentuan khusus

tentang pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan

PPh oleh pihak lain untuk kondisi-kondisi tertentu.

Seluruh WP, dengan syarat:

a. membuktikan bahwa dalam tahun pajak berjalan tidak

akan terutang PPh karena:

1) mengalami kerugian fiskal;

2) berhak atas kompensasi kerugian fiskal; atau

3) PPh yang telah dan akan dibayar lebih besar dari PPh

yang akan terutang; atau

b. penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.

c. telah menyampaikan SPT Tahunan Badan tahun terakhir.

(kecuali untuk WP baru berdiri)

Catatan:

WP yang mengalami kerugian fiskal yaitu dalam hal:

a. baru berdiri dan masih dalam tahap investasi;

b. belum sampai pada tahap produksi komersial; atau

c. mengalami suatu peristiwa yang berada di luar

kemampuan (force majeur).

Yang Berhak

Page 95: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

83

­ WP mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.

­ Permohonan diajukan untuk setiap pemotongan

dan/atau pemungutan PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22

impor, dan/atau Pasal 23 dengan menggunakan

formulir yang telah ditentukan.

­ Permohonan dilampiri penghitungan PPh yang

diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak

diajukannya permohonan (kecuali untuk permohonan

pembebasan karena WP yang atas penghasilannya

hanya dikenakan pajak bersifat final).

­ Apabila disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak akan

menerbitkan Surat Keterangan Bebas (SKB).

Prosedur

Dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh

oleh pihak ketiga.

Bentuk Fasilitas

- PP 94/2010

- PER -1/PJ/2011

Referensi

Page 96: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

84

\

E.4. Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas

Bunga Obligasi

Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang dapat

digunakan oleh investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mengatur pengenaan PPh

atas bunga obligasi dengan tujuan untuk memberikan

kemudahan kepada WP, meningkatkan efektifitas dan efisiensi

pengenaan pajak, serta untuk mendorong berkembangnya

perdagangan obligasi di Indonesia.

Penghasilan berupa bunga obligasi tidak dikenai

pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final

Bentuk Fasilitas

- Dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi

persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3)

huruf h UU PPh

- Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar

negeri di Indonesia.

Yang Berhak

Page 97: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

85

- Pasal 4 ayat (2) huruf a dan Pasal 17 ayat (7) UU PPh

- PP 16/2009

- PMK-234/PMK.03/2009

- PMK-85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK-07/PMK.03/2012

Referensi

Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh. Dengan

demikian, WP tidak perlu menyampaikan permohonan

untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.

Prosedur

Page 98: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

86

\

DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN U R A I A N

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bapepam dan LK Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan

BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal

BOS Bantuan Operasional Sekolah

BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional

BUT Bentuk Usaha Tetap

BULOG Badan Urusan Logistik

DIY Daerah Istimewa Yogyakarta

Dirjen Direktur Jenderal

DJP Direktorat Jenderal Pajak

KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

KEK Kawasan Ekonomi Khusus

KPP Kantor Pelayanan Pajak

KPPRSS Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

KUK Kredit Usaha Kecil

KUP Ketentuan Umum Perpajakan

Kukesra Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera

KUT Kredit Usaha Tani

Litbang Penelitian dan Pengembangan

NAD Nanggroe Aceh Darusallam

NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak

OP Orang Pribadi

P3B Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

Page 99: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

87

PHK Pemutusan Hubungan Kerja

PIN Pekan Imunisasi Nasional

PNS Pegawai Negeri Sipil

POLRI Kepolisian Republik Indonesia

PPh Pajak Penghasilan

PPN Pajak Pertambahan Nilai

PT Perseroan Terbatas

PTKP Penghasilan Tidak Kena Pajak

SBI Sertifikat Bank Indonesia

SKB Surat Keterangan Bebas

SMB Saat Mulai Berproduksi

SPT Surat Pemberitahuan

s.t.d.d. sebagaimana telah diubah dengan

s.t.d.t.d. sebagaimana telah diubah terakhir dengan

TNI Tentara Nasional Indonesia

WP Wajib Pajak

3M mendapatkan, menagih, dan memelihara

Page 100: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

88

\

DAFTAR PERATURAN

A. UNDANG-UNDANG (UU)

UU KUP Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

UU PPh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008

UU PM Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal

UU KEK Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang

Kawasan Ekonomi Khusus

B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES)

Keppres 68/1983 Peniadaan Pengusutan Perpajakan Terhadap

Deposito Berjangka dan Tabungan-Tabungan

Lainnya

Keppres 75/1994 Fasilitas Pajak Penghasilan bagi Esso Exploration

and Production Natuna Inc. yang Melakukan

Pengeboran dan Pengolahan Gas Bumi dalam

Rangka Kontrak Bagi Hasil di Kepulauan Natuna

dan Laut Sekitarnya

Keppres 71/1996

s.t.d.t.d. Keppres

117/1999

Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Natuna sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Keppres Nomor 117 Tahun 1999

Keppres 89/1996

s.t.d.d. Keppres

9/1998

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET) sebagaimana telah diubah dengan

Keppres Nomor 9 Tahun 1998

Keppres 90/1996

s.t.d.d. Keppres

10/1998

Tentang Penetapan Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Biak sebagaimana telah diubah

dengan Keppres Nomor 10 Tahun 1998

Page 101: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

89

Keppres 11/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Batulicin

Keppres 12/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa,

dan Balikpapan

Keppres 13/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Sanggau

Keppres 14/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Manado-Bitung

Keppres 15/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Mbay

Keppres 164/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Pare-Pare

Keppres 165/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Seram

Keppres 166/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Bima

Keppres 167/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Batui

Keppres 168/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Bukari

Keppres 169/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Betano, Natarbora dan Viqueque

Keppres 170/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Das Kakab

Keppres 171/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu Sabang

Page 102: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

90

\

C. PERATURAN PEMERINTAH (PP)

PP 42/1995

s.t.d.t.d. PP

25/2001

Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam

Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang

Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar

Negeri sebagaimana telah diubah terakhir

dengan PP Nomor 25 Tahun 2001

PP 20/2000

s.t.d.d. PP

147/2000

Perlakuan Perpajakan di Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu sebagaimana

telah diubah dengan PP Nomor 147 Tahun 2000

PP 130/2000 Pengecualian Sebagai Objek Pajak atas

Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur

Kecil

PP 131/2000 Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan

Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

PP 1/2007

s.t.d.t.d. PP

52/2011

Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman

Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau

di Daerah-daerah Tertentu sebagaimana telah

diubah terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun 2011

PP 32/2007 Pemberian Fasiltas Perpajakan dalam Rangka

Penanganan Bencana Alam di Provinsi NAD dan

Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

PP 81/2007 Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib

Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk

Perseroan Terbuka

PP 16/2009 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa

Bunga Obligasi

PP 68/2009 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan

Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,

Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang

Dibayarkan Sekaligus

Page 103: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

91

PP 80/2010 Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang

Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah

PP 93/2010 Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional,

Sumbangan Penelitian dan Pengembangan,

Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan

Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan

Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto

PP 94/2010 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan

Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun

Berjalan

D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN (KMK)/

PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)

KMK-649/KMK.04/

1994

Organisasi Internasional yang Tidak Berkewajiban

Memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal

26 ayat (1) huruf d

KMK-

239/KMK.01/1996

s.t.d.t.d. KMK-

486/KMK.04/2000

Pelaksanaan PP Nomor 42 Tahun 1995 Tentang

Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam

Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang

Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar

Negeri sebagaimana telah diubah terakhir

dengan KMK Nomor 486/KMK.04/2000

KMK-

200/KMK.04/2000

s.t.d.d. KMK-

11/KMK.04/2001

Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor

11/KMK.04/2001

Page 104: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

92

\

KMK-51/KMK.04/

2001

Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga

Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat

Bank Indonesia

PMK-609/PMK.03/

2004

Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan

Kemanusiaan Bencana Alam di Nanggroe Aceh

Darussalam dan Sumatera Utara

PMK-14/PMK.03/

2005

Persyaratan Sumbangan serta Tata Cara

Pendaftaran dan Pelaporan oleh Penampung,

Penyalur dan/atau Pengelola Sumbangan dalam

Rangka Bantuan Kemanusiaan Bencana Alam di

Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara

PMK-93/PMK.03/

2006

Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan

Kemanusiaan Bencana Alam Gempa Bumi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Sebagian Provinsi Jawa Tengah serta Gempa

Bumi dan Tsunami di Pesisir Pantai Selatan Pulau

Jawa

PMK-16/PMK.03/

2007

Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha

Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

PMK-183/PMK.03/

2007

Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tertentu yang

Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan

PMK-43/PMK.03/

2008

Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta

dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau

Pemekaran Usaha

PMK-79/PMK.03/

2008

Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk

Tujuan Perpajakan

PMK-215/PMK.03/

2008 s.t.d.t.d.

PMK-

142/PMK.03/2010

Penetapan Organisasi-organisasi Internasional

dan Pejabat-pejabat Perwakilan Organisasi

Internasional yang Tidak Termasuk Subjek Pajak

Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir

dengan PMK Nomor 142/PMK.03/2010

Page 105: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

93

PMK-238/PMK.03/

2008

Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan

Pemberian Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak

Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan

Terbuka

PMK-245/PMK.03/

2008

Badan-Badan dan Orang Pribadi yang

Menjalankan Usaha Mikro dan Kecil yang

Menerima Harta Hibah, Bantuan, atau

Sumbangan yang Tidak Termasuk sebagai Objek

Pajak Penghasilan

PMK-

246/PMK.03/2008

s.t.d.d. PMK-

154/PMK.03/2009

Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek Pajak

Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan

PMK Nomor 154/PMK.03/2009

PMK-247/PMK.03/

2008

Bantuan atau Santunan yang Dibayarkan oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada

Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Objek

Pajak Penghasilan

PMK-254/PMK.03/

2008

Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan

dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan

Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya

yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak

Penghasilan

PMK-80/PMK.03/

2009

Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan

atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam

Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian

dan Pengembangan yang Dikecualikan dari

Objek Pajak Penghasilan

PMK-81/PMK.03/

2009

Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan

yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya

PMK-83/PMK.03/

2009

Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh

Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam

Bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah

Tertentu dan yang Berkaitan Dengan

Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan

dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja

Page 106: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

94

\

PMK-96/PMK.03/

2009

Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok

Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan

Penyusutan

PMK-

105/PMK.03/2009

s.t.d.d. PMK-

57/PMK.03/2010

Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih

yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto

sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor

57/PMK.03/2010

PMK-234/PMK.03/

2009

Bidang Penanaman Modal Tertentu yang

Memberikan Penghasilan kepada Dana Pensiun

yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak

Penghasilan

PMK-16/PMK.03/

2010

Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal

21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon,

Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan

Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus

PMK-154/PMK.03/

2010

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Sehubungan dengan Pembayaran atas

Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang

Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain

PMK-21/PMK.011/

2010

Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan

untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan

PMK-

262/PMK.03/2010

Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal

21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,

Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas

Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah

PMK-14/PMK.03/

2011

Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan Kena

Pajak Sesudah Dikurangi Pajak dari Suatu Bentuk

Usaha Tetap

Page 107: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

95

PMK-76/PMK.03/

2011

Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan

Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional,

Sumbangan Penelitian dan Pengembangan,

Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan

Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan

Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto

PMK-130/PMK.011

/2011

Pemberian Fasilitas Pembebasan atau

Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

PMK-

85/PMK.03/2012

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan

Pelaporan Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi

E. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (KEP)/

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (PER)

KEP-141/PJ/1999 Pengakuan Penghasilan dari Pengalihan

Harta/Agunan Berupa Tanah dan/atau Bangunan

bagi Wajib Pajak Tertentu

KEP-526/PJ./2000 Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 239/KMK.01/1996

tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam

Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang

Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar

Negeri sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

486/KMK.04/2000

KEP-229/PJ./2001 Perlakuan Perpajakan di Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

KEP-417/PJ./2001

s.t.d.t.d.

PER-15/PJ/2011

Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal

22, Sifat dan Besarnya Pungutan, serta Tata Cara

Penyetoran dan Pelaporannya, perlu untuk

memberikan petunjuk lebih lanjut dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak s.t.d.t.d.

PER-15/PJ/2011

Page 108: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

96

\

KEP-563/PJ./2001 Saat Pengakuan Penghasilan Berupa Keuntungan

karena Pembebasan Utang yang Diperoleh

Debitur Tertentu dari Perjanjian Restrukturisasi

Utang Usaha

KEP-184/PJ./2002 Pengakuan Penghasilan atas Penghasilan Berupa

Bunga Kredit Non Performing

KEP-220/PJ./2002 Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya

Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan

Perusahaan

PER-160/PJ/2005

s.t.d.t.d. PER-

39/PJ/2010

Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas

(SKB) Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga

Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat

Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh

Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan

oleh Menteri Keuangan sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2010

PER-67/PJ./2007 Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan

untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha

tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

PER-28/PJ/2008 Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin

Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta

dalam rangka Penggabungan, Peleburan, atau

Pemekaran Usaha

PER-12/PJ./2009 Tata Cara Pengajuan Permohonan

Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva

Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan

PER-44/PJ./2009 Pelaksanaan Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima

atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba

yang Bergerak dalam Bidang Pendidikan

dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan

yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan

Page 109: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

97

PER-57/PJ/2010

s.t.d.d. PER-

15/PJ/2011

Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan

Pembayaran atas Penyerahan Barang dan

Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di

Bidang Lain sebagaimana telah diubah dengan

PER-15/PJ/2011

PER-1/PJ/2011 Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan

dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak

Penghasilan oleh Pihak Lain

PER-44/PJ/2011 Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan

Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak

Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan

atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

PER-45/PJ/2011 Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya

Berproduksi Secara Komersial bagi Wajib Pajak

Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan

atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE)

SE-27/PJ.42/1999 Pengakuan Penghasilan dari Pengalihan

Harta/Agunan Berupa Tanah dan/atau Bangunan

bagi Wajib Pajak Tertentu

SE-05/PJ.42/2001 Penegasan Masa Transisi Berlakunya PP Nomor 43

Tahun 2000

SE-09/PJ.42/2002 Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya

Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan

Perusahaan

SE-16/PJ/2007 Penyampaian PP Nomor 1 Tahun 2007 Tentang

Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman

Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau

di Daerah-Daerah Tertentu beserta Peraturan-

Peraturan Pelaksanaannya

Page 110: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

98

\

SE-45/PJ/2008 Penyampaian dan Pemonitoran Pelaksanaan

PMK Nomor 43/PMK.03/2008 Tentang

Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta

dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau

Pemekaran Usaha beserta Peraturan

Pelaksanaannya

SE-42/PJ/2009 Penyampaian dan Penegasan atas Pelaksanaan

PMK Nomor 238/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian

Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Dalam Negeri

yang Berbentuk Perseroan Terbuka

SE-56/PJ./2009 Penyampaian dan Penegasan atas Pelaksanaan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

12/PJ./2009 Tentang Tata Cara Pengajuan

Permohonan Pengadministrasian Penilaian

kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan

Perpajakan

SE-66/PJ./2010 Penegasan atas Pelaksanaan Pasal 31E ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008

Page 111: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang

Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

99

TIM PENYUSUN

“FASILITAS DAN INSENTIF PAJAK PENGHASILAN INDONESIA”

Pengarah :

A. FUAD RAHMANY

A. SJARIFUDDIN ALSAH

YUNIRWANSYAH

Koordinator:

FERY CORLY

KUNTO LAKSITO

IMAM ISWAHYUDI

Tim Penyusun:

ADRIAN MUNANDAR

ARIEF SANTOSO

ENY SETYOWATI

HENDRA MEDIANTO

MALATIKA SEPTIASARI

MAYDA NURBAETI

OKFEL DJERMOR

OKI OEPOYO SANTOSO

RENI ILMIYAH

RIENAL YAFFID

RIO FERNANDO

RIVA RIFIANTI

ROBERT

RONDANG FRISCA LUNARIS

RUDI HENDRIAWAN

SAMUDERA PUTRA

SIMON P. H. HUTABARAT

SYARIF IBRAHIM BUSONO ADI

WAHYUDIANTO

Editor :

SUBDIT PERATURAN PPH BADAN

Page 112: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 113: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 114: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 115: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang
Page 116: 103.28.106.79103.28.106.79/sites/default/files/Buku Fasilitas dan Insentif Pajak...melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari sebelumnya 28% sebagaimana yang