10. laporan pupuk
DESCRIPTION
DDITTRANSCRIPT
LAPORAN PENGENALAN DAN PENENTUAN
DOSIS PUPUK
Disusun Oleh :
NAMA : IRMAYANI KAHARUDDIN
NIM : G11112004
KELOMPOK : 1
ASISTEN : DIMAS TJAHYO KUSUMA
LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja
dan modal. Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah
dengan tujuan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.
Sifat fisis tanah berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas
dan daya serap. Sifat kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan
ketersediaan unsur hara. Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan
mikroorganisme yang hidup di dalam tanah.
Di Indonesia masih banyak hutan lebat yang tumbuh dengan subur tanpa
dipupuk. Dalam alam yang bebas dari pengaruh manusia perkembangan
tanaman seimbang dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa
organisme, tetapi dengan usaha pertanian yang dilakukan manusia ni maka
proses penghanyutan dan pencucian zat hara yang hilang dari tanah
diperbesar. Disamping itu unsur-unsur hara yang hilang dari tanah pertanian
bersama bagian-bagian tanaman yang dipanen manusia juga tidak sedikit.
Unsur-unsur hara dapat hilang akibat erosi dan pencucian.oleh karena itu,
tanah-tanah yang bekas hutan yang telah beberapa tahun diusahakan untuk
berladang menjadi kurus sehingga tidak dapat digunakan untuk berladang
lagi.
Pupuk memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil
pertanian. Dalam pemupukan juga diperlukan pemahaman mengenai tanah
tanaman karena akan berbeda jenis pupuk yang digunakan untuk masing-
masing jenis tanah yang memiliki karakteristik dan susunan kimia yang
berbeda.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan mengenai pengenalan
pupuk dan penentuan dosis pupuk untuk mengetahui jenis pupuk apa yang
sesuai agar menghasilkan tanaman yang produktif.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis pupuk dan
penentuan dosis pupuk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui
berbagai macam jenis pupuk dan penerapannya dalam upaya penyuburan
suatu lahan/areal pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pupuk
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan
memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah
berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya serap. Sifat
kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan ketersediaan unsur hara.
Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan mikroorganisme yang hidup di dalam
tanah. Sehingga pemberian pupuk ke tanah bertujuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah (Hardjowigeno, 2010).
Menurut Sudarmoto (1997), pupuk merupakan bahan yang memberikan
zat makanan kepada tanaman. Zat makanan (hara) tersebut, berupa unsur kimia
yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan mempertahankan
pertumbuhannya. Sedangkan pemupukan adalah pengaplikasian bahan/unsur-
unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat
meningkatkan produktifitas tanaman ( Anonim1, 2012).
Menurut Hardejowigeno (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemupukan antara lain:
1. Jenis tanaman yang akan dipupuk
Sifat-sifat tanaman yang perlu diperhatikan dalam pemupukan yaitu penggunaan
unsur hara oleh tanaman dan sifat-sifat akar. Unsur hara yang diserap tanaman
digunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah
unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman
berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun untuk jenis tanaman yang sama tetapi
dengan tingkat produksi yang berbeda. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut bila
merupakan bagian tanaman yang dipanen dan tidak kembali ke tanah maka unsur-
unsur hara yang ada di dalamnya merupakan unsur-unsur hara yang hilang dari
tanah.
Dalam pemupukan juga perlu mengetahui sifat-sifat akar tanaman. Akar
tanaman dapat berupa akar tunggang atau akar serabut dengan penyebaran yang
berbeda. Sifat-sifat akar tanaman menentukan cara penempatan pupuk maupun
jumlah pupuk yang diberikan. Pengambilan unsur hara dari tanah oleh tanaman
adalah melalui pertukaran kation atau anion antara akar dengan larutan tanah atau
kompleks jerapan koloid tanah. KTK akar berbeda untuk tiap jenis tanaman.
2. Jenis tanah yang akan dipupuk
Kandungan tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap
jenis tanah juga berbeda. Tingkat kemasaman tanah juga mempengaruhi jenis
pupuk yang akan diberikan. Dalam hal ini, reaksi fisiologis dari pupuk perlu
diperhatikan agar tidak mengubah tanah menjadi lebih masam (jangan memberi
pupuk masam pada tanah-tanah masam). Tanah-tanah yang dapat memfiksasi
unsur-unsur yang ditambahkan, menyebabkan penambahan unsur-unsur tersebut
tersebut efisien apabila daya fiksasinya tidak dihilangkan. Misalnya pengapuran
tanah masam mengurangi daya fiksasi Al terhadap P, sehingga pemberian pupuk
P menjadi lebih efisien.
3. Jenis pupuk yang digunakan
Tiap-tiap jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis,
kelarutan, kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk
yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya untuk setiap jenis tanaman
atau jenis tanah.
4. Dosis (jumlah) pupuk yang diberikan
Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara yang ada pada tanah, serta kadar unsur hara yang terdapat pada pupuk.
5. Waktu pemupukan
Pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan
sedikit demi sedikit dalm 2 atau 3 kali pemupukan, karena pupuk ini mudah
tercuci. Contoh ZA, Urea, ASN, NH4Cl.
Pupuk yang bekerjanya lambat diberikan sebelum tanamdan sekaligus. Untuk
tanaman tahunan yang telah lama tumbuh, diberikan setiap akan mulai kegiatan
maksimum pertumbuhan. Contoh ESP, DSP, TSP, FMP.
Pupuk yang bekerjanya sedang dapat diberikan sebelum atau sesudah tanam
asala jangan terlalu jauh dengan saat memulainya aktivitas tanaman. Contoh SS,
Rustica yellow.
6. Cara pemupukan
Pentingnya cara penempatan pupuk adalahagar dapat diambil oleh akar tanaman
dengan lebih efisien dan tidak merusak biji yang ditanam atau akar tanaman.
Menurut Hardjowigeno (2010), teknik pemupukan meliputi:
a. Broadcast (disebar) yaitu pupuk disebar secara merata dipermukaan tanah
sebelum tanam, kadang-kadang dilakukan pembajakan setelah pupuk disebar.
b. Sideband (disamping tanaman) yaitu dengan meletakkan pupuk disuatu sisi
atau kedua sisi tanaman dalam band (alur).
c. In the row (dalam larikan) yaitu pupuk diberikan dalam larikan tanaman.
d. Top dressed atau side dressed yaitu pupuk ditaburkan pada tanaman setelah
tumbuh. Top dressed disebarkan pada tanaman sedangkan side dressed disebar
disamping larikan tanaman seperti larikan jagung dan lain-lain.
e. Pup up yaitu dimasukkan bersamaan dengan biji yang ditanam, biasanya untuk
pupuk dengan Salt Index yang rendah seperti pupuk P.
f. Foliar application (pemupukan lewat daun) yaitu dengan melarutkan pupuk
dalam air kemudian disemprotkan pada daun. Pemupukan melalui daun dapat
menghindari fiksasi unsur hara oleh tanah dan dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian pestisida.
g. Fertigation (pemupukan lewat air irigasi) yaitu dilakukan terutama untuk
pupuk yang mudah larut seperti pupuk N. Dengan cara ini efisiensi pemupukan
untuk tanah berpasir sama dengan efisiensi pemupukan untuk tanah yang halus.
Menurut Hardjowigeno (2010), kriteria penilaian suatu pupuk dapat dilihat
berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya, sifat tersebut antara lain:
1. Kadar unsur hara
Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama
untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan
kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur hara dalam tanah. Pada dasarnya
makin tinggi kadar unsur haranya makin baik. Kadar unsur hara dalam pupuk N,
P, dan K dinyatakan dalam persen N, P2, O5, dan K2O. Misalnya urea 45% N
artinya tiap 100 kg urea mengandung 45 kg N.
2. Higroskopisitas
Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada di
udara. Pupuk yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup sehingga perlu penyimpanan yang baik. Bila
kelembaban udara menurun pupuk dapat menjadi kering kembali tetapi terjadi
bongkah-bongkah yang keras. Untuk mengurangi higroskopisitas biasanya pupuk
dibuat menjadi butiran-butiran sehingga luas permukaan yang menahan air
menjadi berkurang. Kadang butiran tersebut juga diberi selaput penahan air, yang
hanya dapat menyerap air jika kadar air cukup banyak.
3. Kelarutan pupuk
Kelarutan pupuk menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini
berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung pupuk diambil oleh tanaman.
4. Kemasaman
Pupuk dapat bereaksi fisiologis masam, netral, atau alkallis. Pupuk yang bersifat
masam dapat menurunkan pH tanah berarti menyebabkan tanah menjadi lebih
masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan pH tanah. Sifat
kemasaman pupuk dinyatakan dengan nilai ekivalen kemasaman. Dalam
pemupukan dianjurkan agar untuk tanah-tanah yang masam digunakan pupuk
yang mempunyai ekivalen kemasaman rendah atau pupuk yang bersifat alkalis.
Sebaliknya untuk tanah-tanah yang alkalis dapat digunakan pupuk dengan
ekivalen kemasaman tinggi.
5. Bekerjanya pupuk
Yang dimaksud dengan bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga
pupuk tersebut dapat diserap tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Ada
yang bekerja cepat, sedang, atau lambat. Bekerjanya pupuk ini sangat
mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk.
6. Salt index (index garam)
Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt index
suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotik dalam larutan tanah.
2.2. Macam-Macam Pupuk
Menurut Hardjowigeno (2010), pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam
(organik) dan pupuk buatan (anorganik).
2.2.1. Pupuk alam (organik)
Pupuk alam (organik) adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Macam-macam pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. Pupuk hijau. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari jenis
polong-polongan (leguminose), yang dibenamkan di lahan pertanian.
2. Pupuk kandang. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya
sapi, ayam, kambing, dan lain-lain. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian,
yaitu pupuk dingin dan pupuk panas. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal
dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime
sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran
sapi, kerbau, dan babi. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran
hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan
panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.
3. Pupuk kompos. Pupuk kompos diperoleh dari bahan organik limbah pertanian,
misalnya jerami, batang jagung, atau sampah yang dibusukkan bersama pupuk
kandang. Pupuk kompos lebih banyak digunakan untuk menyuburkan
tanaman-tanaman pot atau holtikultura.
4. Humus. Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga
tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari
daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan,
industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu),
kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah
padat perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta
berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.
2.2.2. Pupuk buatan (anorganik)
Pupuk buatan (anorganik) adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut
dalam jumlah tertentu. Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan
pupuk majemuk (Hardjowigeno, 2010).
− Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsure hara
sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.
a. Pupuk Nitrogen
Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah mempercepat pertumbuhan tanaman,
menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan, memperbaiki kualitas,
terutama kandungan proteinnya, menyediakan bahan makanan bagi mikroba
(jasad renik). Pupuk yang paling banyak mengandung unsure nitrogen adalah
pupuk urea (Anonim2, 2012).
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang
tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya
yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4
+ kemudian
dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga
bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, yang
bergabung dengan humus tanah dan nitrogen amonium yang dapat diikat oleh
mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik yang dapat larut dan senyawa
nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
Defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan
akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein
menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan
meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung
yang kahat akan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun
terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea
(CO(NH2)2). Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan
kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46%. Urea
termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban
73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea
mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).
b. Pupuk Posfor
Posfor (P) bagi tanaman berperan dalam proses respirasi dan fotosintesis,
penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah,
perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap
kekeringan, dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko
keterlambatan waktu panen (Anonim2, 2012).
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan
akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk
pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang
terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992).
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4.
menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH
sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7.
kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah memungkinkan tanaman
mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman diperkirakan
mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42-
(Poerwowidodo, 1992).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam),
phospor akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan
membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa),
phospor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat
yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan
demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan phospor tidak akan
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan
terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung
daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak
sempurna dan kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993)
c. Pupuk Kalium
Fungsi kalium bagi tanaman adalah mempengaruhi susunan dan mengedarkan
karbohidrat di dalam tanaman, mempercepat metabolisme unsure nitrogen, dan
mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur (Anonim2, 2012).
Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah
digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk
relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang
mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih
lanjut dijelaskan oleh Mulyani (1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah
beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi serta larutan
dalam tanah, dan pupuk buatan.
Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di
dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan
tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam
bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4.
Mekanisme penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan
langsung dari permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).
Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang
ditampakkan ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung,
gejalanya daun terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di
ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut (Keriting)
dimulai dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah
tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002)
− Pupuk Majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsure hara
yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu
NP, NK, dan NPK (Hardjowigeno, 2010).
a. Pupuk NP. Ammo-Phos dengan rumus kimia NH4H2PO4 (mono ammonium
fosfat), kadar unsur hara Amphos A 11 % N + 48 % P2O5 (larut dalam air),
Amophos B 16,5% N + 20% P2O5 (larut dalam air) (Hardjowigeno, 1992).
b. Pupuk NK. Pupuk ini jarang digunakan, misalnya kalium nitrat KNO3 dengan
kadar 13 % N + 44 % K2O, Potazote (13-0-22) yang bereaksi masam,
sendawa kali (13-0-44) yang bereaksi netral, Nitrapo (15-015) yang bereaksi
basa (Hardjowigeno, 1992).
c. Pupuk PK. Pupuk ini juga jarang digunakan, misalnya kalium metafosfat
dengan kadar 60 % P2O5 + 40 % K2O. mono kalium fosfat dengan kadar 52
% P2O5 + 34 % K2O.
d. Pupuk NPK. Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsure sekaligus (NPK)
disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk NPK dari jerman
yaitu Rustica Yellow dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4H2 P-O4-KCl
dengan kadar unsur hara 15 % N + 15 % P2O5 + 15 % K2O. yang sifatnya
berupa butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan.
2.3. Pengaruh Unsur Hara yang diperlukan Oleh Tanaman
Unsure yang diperlukan oleh tanaman terbagi atas dua jenis yaitu :
2.3.1. Unsur Makro
Unsur hara makro berisi hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak.
Namun, tidak berarti jumlah yang diberikan tak terbatas. Ada ambang tertentu
yang ditoleransi tanaman. Melebihi batas itu, tanaman mengalami keracunan yang
bisa berlanjut hingga mati. Macam-macam unsur makro yaitu:
a. Nitrogen ( N )
− Dibutuhkan untuk menyusun 1-4 % bahan kering (bagian keras) tanaman,
seperti batang, kulit, dan biji.
− Diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) atau amonium (NH4+).
− Berguna dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman; sebagai
penyusun protein, bahan sintetis klorofil, dan juga ikut berperan dalam
sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman, seperti
buah, daun, dan umbi.
− Gejala kekurangan : tanaman yang kekurangan nitrogen dikenali dari daun
bagian bawah, daun itu menguning karena kekurangan klorofil, mengering dan
rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun tampak pucat. Pertumbuhan
tanaman lambat, kerdil dan lemah. Produksi bunga dan biji rendah.
− Gejala kelebihan : Warna daun terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun.
Proses pembuahan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sukulen karena
mengandung banyak air. Hal ini menyebabkan rentan serangan cendawan dan
penyakit, dan mudah roboh. Produksi bunga menurun (Hardjowigeno, 2010).
b. Fosfor ( P )
− Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP, RNA,
dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan
DNA menentukan sifat genetik tanaman. Unsur P juga berperan pada
pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur
perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Berfungsi juga dalam
proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman, untuk pembelahan sel.
− Bila kekurangan daun tua cenderung kelabu. Tepi daun coklat, tulang daun
muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, akhirnya
rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.
− Bila kelebihan penyerapan unsur seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn)
pertumbuhan tanaman akan terganggu. Tetapi gejalanya tidak terlihat secara
fisik pada tanaman (Hardjowigeno, 2010).
c. Kalium (K)
− Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,
akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya
stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan sel,
− Gejala kekurangn daun menjadi kecil, memutih, kekuningan, atau kemerahan.
Bagian pingggir daun berwarna kuning atau kemerahan, menjadi coklat,
terbakar, dan akhirnya mati.
− Gejala kelebihan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat sehingga tanaman akan mengalami
defisiensi (Hardjowigeno, 2010).
d. Magnesium (Mg)
− Berperan dalam transportasi energi beberapa enzim didalam tanaman. Unsur
ini sangat dominan di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Unsur ini
juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai
proses sintesis protein.
− Gejala kekurangn muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal
ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan
akhirnya mudah terserang penyakit, terutama embun tepung.
− Bila kelebihan tidak menimbulkan gejala yang ekstrim (Hardjowigeno, 2010).
e. Kalsium (Ca)
− Berperan dalam pertumbuhan sel, menguatkan dan mengatur daya tembus,
serta merawat dinding sel.
− Gejala kekurangan yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun,
mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi
tetapi tidak kekar, karena efek langsung pada titik tumbuh, juga menyebabkan
produksi bunga terhambat, bunga gugur.
− Gejala kekurangan hanya mempengaruhi pH tanah. (Hardjowigeno, 2010).
2.3.2. Unsur Mikro
Unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit.
Unsur ini juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Sebagaimana halnya
unsure makro, unsur ini juga memiliki batas tertentu dalam pemberiannya.
Macam-macam unsur mikro yaitu:
a. Boron (B)
− Boron berkaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan, dan
diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam
sintesis RNA, bahan dasar pembentukan sel.
− Bila kekurangan daun lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan mengerut.
− Bila kelebihan daun kuning dan mengalami nekrosis (Hardjowigeno, 2010).
b. Tembaga (Cu)
− Berperan sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim, membantu proses
fotosintesis, pembentukan klorofil, dan berperan fungsi produksi.
− Bila kekurangan daun berwarna hijau kebiruan, tunas daun menguncup dan
tumbuh kecil, pertumbuhan bunga terhambat
Bila kelebihan tanaman tumbuh kerdil, percabangan terbatas, pembentukan akar
terhambat, akar menebal dan berwarna gelap (Hardjowigeno, 2010).
c. Seng (Zn)
− Berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan proses fotosintesis.
− Kekurangan pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil,
mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal
buah menguning terbuka, dan akhirnya gugur. Buahpun akan lebih lemas dan
sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.
− Kelebihan unsur seng tidak menunjukkan dampak nyata (Hardjowigeno, 2010).
d. Besi (Fe)
− Berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator pembentuka
klorofil, pembawa elektron pada proses fotosintesis dan respirasi. Aktivator
beberapa enzim.
− Gejala kekurangan klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda
tampak putih, akar rusak.
− Bila kelebihan menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-
bintik hitam pada daun (Hardjowigeno, 2010).
e. Molibdenum (Mo)
− berperan sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim,
berperan juga dalam fiksasi nitrogen.
− Kekurangan ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian
menjalar ke daun muda.
− Bila kelebihan pada tanaman tidak menunjukkan gejala yang nyata pada
adenium (Hardjowigeno, 2010).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan
pada Jumat, 30 November 2012 pukul 15.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Alat tulis
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Macam-macam pupuk seperti pupuk Urea, SP-36, dan KCl
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
1. Siapkan alat tulis
2. Perhatikan dan amati setiap jenis pupuk
3. Catat nama pupuk, kadar persentase, kandungan hara khususnya N, P, dan ,
bentuk dan warna pupuk, dan sifat pupuk tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan dalam penentuan dosis pupuk untuk tanaman jagung
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
- Urea = 300 kg/ha
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :
20 m210000 m2
x 300.000 gram=600 gram / petak
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :
600 gram20 m2/1 mx 0,2 m
= 6 gram/tanaman
- SP-36 = 150 kg/ha
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :
20 m210000 m2
x 150.000 gram=300 gram / petak
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :
300 gram20 m2/1 mx 0,2 m
= 3 gram/tanaman
- KCl = 100 kg/ha
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :
20 m210000 m2
x 100.000 gram=200 gram / petak
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :
200 gram20 m2/1 mx 0,2 m
= 2 gram/tanaman
1.2. Pembahasan
Penentuan dosis pupuk untuk tanaman jagung yaitu pada pupuk urea jika
memiliki luas lahan 20 m2 maka memerlukan 600 gram/petak pupuk urea.
Sehingga dapat diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu
sebanyak 6 gram/tanaman. Pada pupuk SP-36 jika diketahui luas lahan 20 m2
maka memerlukan 300 gram/petak pupuk SP-36. Sehingga dapat diketahui bahwa
kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 3 gram/tanaman. Pada pupuk
KCl jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 200 gram/petak pupuk
KCl. Sehingga dapat pula diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.
Adanya penentuan jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan
kebutuhan tanaman akan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara
yang terdapat dalam pupuk.
Sesuai dengan hasil penentuan dosis pupuk diatas menunjukkan bahwa
meskipun jenis tanaman yang akan dipupuk sama tetapi dosis yang ditetapkan
untuk pemberian pupuk pada tanaman berbeda. Hal tersebut tejadi karena tiap-tiap
jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan,
kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk yang
diberikan serta cara dan waktu pemberiannya juga berbeda-beda untuk setiap jenis
tanaman atau jenis tanah.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan luas suatu lahan yaitu 20 m2 maka memerlukan pupuk urea
600gram/petak dan kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak
6gram/tanaman. Pada pupuk SP-36 memerlukan 300gram/petak dan
kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 3gram/tanaman. Pada
pupuk KCl memerlukan 200 gram/petak dan kebutuhan pupuk untuk tiap
tanaman yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.
2. Pupuk dibedakan atas dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
3. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman. Unsur hara dapat berupa unsur hara makro dan mikro.
5.2. Saran
Dalam pemberian pupuk untuk tanaman maka diperlukan penentuan dosis terlebih
dahulu agar tanaman tidak mengalami kelebihan atau kekurangan unsur hara
sehingga tujuan penambahan pupuk ke tanah dapat tercapai agar tanah menjadi
subur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pence (diakses 16 Desember
2012 pukul 22.32 WITA)
Anonim2. 2012. http://marlina.blogspot.com/2012/06/laporan-Pupuk-dan-
Pemupukan.html (diakses 16 Desember 2012 pukul 22.40 WITA)
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
Sudarmoto, A.S. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius: Surabaya