10. laporan pupuk

37
LAPORAN PENGENALAN DAN PENENTUAN DOSIS PUPUK Disusun Oleh : NAMA : IRMAYANI KAHARUDDIN NIM : G11112004 KELOMPOK : 1 ASISTEN : DIMAS TJAHYO KUSUMA LABORATORIUM FISIKA TANAH JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN

Upload: kioko-maruko

Post on 22-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

DDIT

TRANSCRIPT

LAPORAN PENGENALAN DAN PENENTUAN

DOSIS PUPUK

Disusun Oleh :

NAMA : IRMAYANI KAHARUDDIN

NIM : G11112004

KELOMPOK : 1

ASISTEN : DIMAS TJAHYO KUSUMA

LABORATORIUM FISIKA TANAH

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja

dan modal. Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah

dengan tujuan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.

Sifat fisis tanah berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas

dan daya serap. Sifat kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan

ketersediaan unsur hara. Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan

mikroorganisme yang hidup di dalam tanah.

Di Indonesia masih banyak hutan lebat yang tumbuh dengan subur tanpa

dipupuk. Dalam alam yang bebas dari pengaruh manusia perkembangan

tanaman seimbang dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa

organisme, tetapi dengan usaha pertanian yang dilakukan manusia ni maka

proses penghanyutan dan pencucian zat hara yang hilang dari tanah

diperbesar. Disamping itu unsur-unsur hara yang hilang dari tanah pertanian

bersama bagian-bagian tanaman yang dipanen manusia juga tidak sedikit.

Unsur-unsur hara dapat hilang akibat erosi dan pencucian.oleh karena itu,

tanah-tanah yang bekas hutan yang telah beberapa tahun diusahakan untuk

berladang menjadi kurus sehingga tidak dapat digunakan untuk berladang

lagi.

Pupuk memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil

pertanian. Dalam pemupukan juga diperlukan pemahaman mengenai tanah

tanaman karena akan berbeda jenis pupuk yang digunakan untuk masing-

masing jenis tanah yang memiliki karakteristik dan susunan kimia yang

berbeda.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan mengenai pengenalan

pupuk dan penentuan dosis pupuk untuk mengetahui jenis pupuk apa yang

sesuai agar menghasilkan tanaman yang produktif.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis pupuk dan

penentuan dosis pupuk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui

berbagai macam jenis pupuk dan penerapannya dalam upaya penyuburan

suatu lahan/areal pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk

Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan

memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah

berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya serap. Sifat

kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan ketersediaan unsur hara.

Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan mikroorganisme yang hidup di dalam

tanah. Sehingga pemberian pupuk ke tanah bertujuan untuk memperbaiki

kesuburan tanah (Hardjowigeno, 2010).

Menurut Sudarmoto (1997), pupuk merupakan bahan yang memberikan

zat makanan kepada tanaman. Zat makanan (hara) tersebut, berupa unsur kimia

yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan mempertahankan

pertumbuhannya. Sedangkan pemupukan adalah pengaplikasian bahan/unsur-

unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki

kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat

meningkatkan produktifitas tanaman ( Anonim1, 2012).

Menurut Hardejowigeno (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan pemupukan antara lain:

1. Jenis tanaman yang akan dipupuk

Sifat-sifat tanaman yang perlu diperhatikan dalam pemupukan yaitu penggunaan

unsur hara oleh tanaman dan sifat-sifat akar. Unsur hara yang diserap tanaman

digunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah

unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman

berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun untuk jenis tanaman yang sama tetapi

dengan tingkat produksi yang berbeda. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut bila

merupakan bagian tanaman yang dipanen dan tidak kembali ke tanah maka unsur-

unsur hara yang ada di dalamnya merupakan unsur-unsur hara yang hilang dari

tanah.

Dalam pemupukan juga perlu mengetahui sifat-sifat akar tanaman. Akar

tanaman dapat berupa akar tunggang atau akar serabut dengan penyebaran yang

berbeda. Sifat-sifat akar tanaman menentukan cara penempatan pupuk maupun

jumlah pupuk yang diberikan. Pengambilan unsur hara dari tanah oleh tanaman

adalah melalui pertukaran kation atau anion antara akar dengan larutan tanah atau

kompleks jerapan koloid tanah. KTK akar berbeda untuk tiap jenis tanaman.

2. Jenis tanah yang akan dipupuk

Kandungan tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap

jenis tanah juga berbeda. Tingkat kemasaman tanah juga mempengaruhi jenis

pupuk yang akan diberikan. Dalam hal ini, reaksi fisiologis dari pupuk perlu

diperhatikan agar tidak mengubah tanah menjadi lebih masam (jangan memberi

pupuk masam pada tanah-tanah masam). Tanah-tanah yang dapat memfiksasi

unsur-unsur yang ditambahkan, menyebabkan penambahan unsur-unsur tersebut

tersebut efisien apabila daya fiksasinya tidak dihilangkan. Misalnya pengapuran

tanah masam mengurangi daya fiksasi Al terhadap P, sehingga pemberian pupuk

P menjadi lebih efisien.

3. Jenis pupuk yang digunakan

Tiap-tiap jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis,

kelarutan, kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk

yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya untuk setiap jenis tanaman

atau jenis tanah.

4. Dosis (jumlah) pupuk yang diberikan

Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan

unsur hara yang ada pada tanah, serta kadar unsur hara yang terdapat pada pupuk.

5. Waktu pemupukan

Pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan

sedikit demi sedikit dalm 2 atau 3 kali pemupukan, karena pupuk ini mudah

tercuci. Contoh ZA, Urea, ASN, NH4Cl.

Pupuk yang bekerjanya lambat diberikan sebelum tanamdan sekaligus. Untuk

tanaman tahunan yang telah lama tumbuh, diberikan setiap akan mulai kegiatan

maksimum pertumbuhan. Contoh ESP, DSP, TSP, FMP.

Pupuk yang bekerjanya sedang dapat diberikan sebelum atau sesudah tanam

asala jangan terlalu jauh dengan saat memulainya aktivitas tanaman. Contoh SS,

Rustica yellow.

6. Cara pemupukan

Pentingnya cara penempatan pupuk adalahagar dapat diambil oleh akar tanaman

dengan lebih efisien dan tidak merusak biji yang ditanam atau akar tanaman.

Menurut Hardjowigeno (2010), teknik pemupukan meliputi:

a. Broadcast (disebar) yaitu pupuk disebar secara merata dipermukaan tanah

sebelum tanam, kadang-kadang dilakukan pembajakan setelah pupuk disebar.

b. Sideband (disamping tanaman) yaitu dengan meletakkan pupuk disuatu sisi

atau kedua sisi tanaman dalam band (alur).

c. In the row (dalam larikan) yaitu pupuk diberikan dalam larikan tanaman.

d. Top dressed atau side dressed yaitu pupuk ditaburkan pada tanaman setelah

tumbuh. Top dressed disebarkan pada tanaman sedangkan side dressed disebar

disamping larikan tanaman seperti larikan jagung dan lain-lain.

e. Pup up yaitu dimasukkan bersamaan dengan biji yang ditanam, biasanya untuk

pupuk dengan Salt Index yang rendah seperti pupuk P.

f. Foliar application (pemupukan lewat daun) yaitu dengan melarutkan pupuk

dalam air kemudian disemprotkan pada daun. Pemupukan melalui daun dapat

menghindari fiksasi unsur hara oleh tanah dan dapat dilakukan bersamaan

dengan pemberian pestisida.

g. Fertigation (pemupukan lewat air irigasi) yaitu dilakukan terutama untuk

pupuk yang mudah larut seperti pupuk N. Dengan cara ini efisiensi pemupukan

untuk tanah berpasir sama dengan efisiensi pemupukan untuk tanah yang halus.

Menurut Hardjowigeno (2010), kriteria penilaian suatu pupuk dapat dilihat

berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya, sifat tersebut antara lain:

1. Kadar unsur hara

Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama

untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan

kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur hara dalam tanah. Pada dasarnya

makin tinggi kadar unsur haranya makin baik. Kadar unsur hara dalam pupuk N,

P, dan K dinyatakan dalam persen N, P2, O5, dan K2O. Misalnya urea 45% N

artinya tiap 100 kg urea mengandung 45 kg N.

2. Higroskopisitas

Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada di

udara. Pupuk yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi basah atau

mencair bila tidak tertutup sehingga perlu penyimpanan yang baik. Bila

kelembaban udara menurun pupuk dapat menjadi kering kembali tetapi terjadi

bongkah-bongkah yang keras. Untuk mengurangi higroskopisitas biasanya pupuk

dibuat menjadi butiran-butiran sehingga luas permukaan yang menahan air

menjadi berkurang. Kadang butiran tersebut juga diberi selaput penahan air, yang

hanya dapat menyerap air jika kadar air cukup banyak.

3. Kelarutan pupuk

Kelarutan pupuk menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini

berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung pupuk diambil oleh tanaman.

4. Kemasaman

Pupuk dapat bereaksi fisiologis masam, netral, atau alkallis. Pupuk yang bersifat

masam dapat menurunkan pH tanah berarti menyebabkan tanah menjadi lebih

masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan pH tanah. Sifat

kemasaman pupuk dinyatakan dengan nilai ekivalen kemasaman. Dalam

pemupukan dianjurkan agar untuk tanah-tanah yang masam digunakan pupuk

yang mempunyai ekivalen kemasaman rendah atau pupuk yang bersifat alkalis.

Sebaliknya untuk tanah-tanah yang alkalis dapat digunakan pupuk dengan

ekivalen kemasaman tinggi.

5. Bekerjanya pupuk

Yang dimaksud dengan bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga

pupuk tersebut dapat diserap tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Ada

yang bekerja cepat, sedang, atau lambat. Bekerjanya pupuk ini sangat

mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk.

6. Salt index (index garam)

Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt index

suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotik dalam larutan tanah.

2.2. Macam-Macam Pupuk

Menurut Hardjowigeno (2010), pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam

(organik) dan pupuk buatan (anorganik).

2.2.1. Pupuk alam (organik)

Pupuk alam (organik) adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Macam-macam pupuk organik adalah sebagai berikut:

1. Pupuk hijau. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari jenis

polong-polongan (leguminose), yang dibenamkan di lahan pertanian.

2. Pupuk kandang. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya

sapi, ayam, kambing, dan lain-lain. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian,

yaitu pupuk dingin dan pupuk panas. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal

dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime

sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran

sapi, kerbau, dan babi. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran

hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan

panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.

3. Pupuk kompos. Pupuk kompos diperoleh dari bahan organik limbah pertanian,

misalnya jerami, batang jagung, atau sampah yang dibusukkan bersama pupuk

kandang. Pupuk kompos lebih banyak digunakan untuk menyuburkan

tanaman-tanaman pot atau holtikultura.

4. Humus. Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun

pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk

(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga

tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari

daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan,

industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu),

kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah

padat perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta

berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.

2.2.2. Pupuk buatan (anorganik)

Pupuk buatan (anorganik) adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk

dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut

dalam jumlah tertentu. Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan

pupuk majemuk (Hardjowigeno, 2010).

− Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsure hara

sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.

a. Pupuk Nitrogen

Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah mempercepat pertumbuhan tanaman,

menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan, memperbaiki kualitas,

terutama kandungan proteinnya, menyediakan bahan makanan bagi mikroba

(jasad renik). Pupuk yang paling banyak mengandung unsure nitrogen adalah

pupuk urea (Anonim2, 2012).

Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang

takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang

tersimpan dalam tubuh jasad.  Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya

yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).

Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4

+ kemudian

dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994).  Ada juga

bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, yang

bergabung dengan humus tanah dan nitrogen amonium yang dapat diikat oleh

mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik yang dapat larut dan senyawa

nitrat (Buckman dan Brady, 1992).

Defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan

akibatnya menyusutkan pertumbuhan.  Selain itu, kekahatan senyawa protein

menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan

meningkatkan kandungan selulosa dan lignin.  Ini menyebabkan tanaman jagung

yang kahat akan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun

terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).

Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea

(CO(NH2)2).  Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang.  Persenyawaan

kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46%. Urea

termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air).  Pada kelembaban

73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara.  Oleh karena itu urea

mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).

b. Pupuk Posfor

Posfor (P) bagi tanaman berperan dalam proses respirasi dan fotosintesis,

penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah,

perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap

kekeringan, dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko

keterlambatan waktu panen (Anonim2, 2012).

Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan

akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk

pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang

terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992).

Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4.

menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH

sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7.

kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah memungkinkan tanaman

mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman diperkirakan

mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42-

(Poerwowidodo, 1992).

Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi

yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam),

phospor akan bereaksi dengan ion besi (Fe)  dan aluminium (Al). reaksi ini akan

membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air

sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH  tinggi (basa),

phospor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat

yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan

demikian, tanpa memperhatikan  pH tanah, pemupukan phospor tidak akan

berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).

Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan

terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung

daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak

sempurna dan kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993)

c. Pupuk Kalium

Fungsi kalium bagi tanaman adalah mempengaruhi susunan dan mengedarkan

karbohidrat di dalam tanaman, mempercepat metabolisme unsure nitrogen, dan

mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur (Anonim2, 2012).

Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah

digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk

relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang

mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih

lanjut dijelaskan oleh  Mulyani (1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah

beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad  renik, air irigasi serta larutan

dalam tanah, dan pupuk buatan.

Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di

dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan

tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam

bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4.

Mekanisme penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan

langsung dari permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).

Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang

ditampakkan ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung,

gejalanya daun terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di

ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut  (Keriting)

dimulai dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah

tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002)

− Pupuk Majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsure hara

yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu

NP, NK, dan NPK (Hardjowigeno, 2010).

a. Pupuk NP. Ammo-Phos dengan rumus kimia NH4H2PO4 (mono ammonium

fosfat), kadar unsur hara Amphos A 11 % N + 48 % P2O5 (larut dalam air),

Amophos B 16,5% N + 20% P2O5 (larut dalam air) (Hardjowigeno, 1992).

b. Pupuk NK. Pupuk ini jarang digunakan, misalnya kalium nitrat KNO3 dengan

kadar 13 % N + 44 % K2O, Potazote (13-0-22) yang bereaksi masam,

sendawa kali (13-0-44) yang bereaksi netral, Nitrapo (15-015) yang bereaksi

basa (Hardjowigeno, 1992).

c. Pupuk PK. Pupuk ini juga jarang digunakan, misalnya kalium metafosfat

dengan kadar    60 % P2O5 + 40 % K2O. mono kalium fosfat dengan kadar 52

% P2O5 + 34 % K2O.

d. Pupuk NPK. Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsure sekaligus (NPK)

disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk NPK dari jerman

yaitu Rustica Yellow dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4H2 P-O4-KCl

dengan kadar unsur hara  15 % N + 15 % P2O5 + 15 % K2O. yang sifatnya

berupa butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan.

2.3. Pengaruh Unsur Hara yang diperlukan Oleh Tanaman

Unsure yang diperlukan oleh tanaman terbagi atas dua jenis yaitu :

2.3.1. Unsur Makro

Unsur hara makro berisi hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak.

Namun, tidak berarti jumlah yang diberikan tak terbatas. Ada ambang tertentu

yang ditoleransi tanaman. Melebihi batas itu, tanaman mengalami keracunan yang

bisa berlanjut hingga mati. Macam-macam unsur makro yaitu:

a. Nitrogen ( N )

− Dibutuhkan untuk menyusun 1-4 % bahan kering (bagian keras) tanaman,

seperti batang, kulit, dan biji.

− Diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) atau amonium (NH4+).

− Berguna dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman; sebagai

penyusun protein, bahan sintetis klorofil, dan juga ikut berperan dalam

sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman, seperti

buah, daun, dan umbi.

− Gejala kekurangan : tanaman yang kekurangan nitrogen dikenali dari daun

bagian bawah, daun itu menguning karena kekurangan klorofil, mengering dan

rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun tampak pucat. Pertumbuhan

tanaman lambat, kerdil dan lemah. Produksi bunga dan biji rendah.

− Gejala kelebihan : Warna daun terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun.

Proses pembuahan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sukulen karena

mengandung banyak air. Hal ini menyebabkan rentan serangan cendawan dan

penyakit, dan mudah roboh. Produksi bunga menurun (Hardjowigeno, 2010).

 b. Fosfor ( P )

− Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP, RNA,

dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan

DNA menentukan sifat genetik tanaman. Unsur P juga berperan pada

pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur

perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Berfungsi juga dalam

proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman, untuk pembelahan sel.

− Bila kekurangan daun tua cenderung kelabu. Tepi daun coklat, tulang daun

muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, akhirnya

rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.

− Bila kelebihan penyerapan unsur seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn)

pertumbuhan tanaman akan terganggu. Tetapi gejalanya tidak terlihat secara

fisik pada tanaman (Hardjowigeno, 2010).

c. Kalium (K)

− Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,

akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya

stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan sel,

− Gejala kekurangn daun menjadi kecil, memutih, kekuningan, atau kemerahan.

Bagian pingggir daun berwarna kuning atau kemerahan, menjadi coklat,

terbakar, dan akhirnya mati.

− Gejala kelebihan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.

Pertumbuhan tanaman akan terhambat sehingga tanaman akan mengalami

defisiensi (Hardjowigeno, 2010).

d. Magnesium (Mg)

− Berperan dalam transportasi energi beberapa enzim didalam tanaman. Unsur

ini sangat dominan di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Unsur ini

juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai

proses sintesis protein.

− Gejala kekurangn muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal

ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan

akhirnya mudah terserang penyakit, terutama embun tepung.

− Bila kelebihan tidak menimbulkan gejala yang ekstrim (Hardjowigeno, 2010).

e. Kalsium (Ca)

− Berperan dalam pertumbuhan sel, menguatkan dan mengatur daya tembus,

serta merawat dinding sel.

− Gejala kekurangan yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun,

mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi

tetapi tidak kekar, karena efek langsung pada titik tumbuh, juga menyebabkan

produksi bunga terhambat, bunga gugur.

− Gejala kekurangan hanya mempengaruhi pH tanah. (Hardjowigeno, 2010).

2.3.2. Unsur Mikro

Unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit.

Unsur ini juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Sebagaimana halnya

unsure makro, unsur ini juga memiliki batas tertentu dalam pemberiannya.

Macam-macam unsur mikro yaitu:

a. Boron (B)

− Boron berkaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan, dan

diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam

sintesis RNA, bahan dasar pembentukan sel.

− Bila kekurangan daun lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan mengerut.

− Bila kelebihan daun kuning dan mengalami nekrosis (Hardjowigeno, 2010).

b. Tembaga (Cu)

− Berperan sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim, membantu proses

fotosintesis, pembentukan klorofil, dan berperan fungsi produksi.

− Bila kekurangan daun berwarna hijau kebiruan, tunas daun menguncup dan

tumbuh kecil, pertumbuhan bunga terhambat

Bila kelebihan tanaman tumbuh kerdil, percabangan terbatas, pembentukan akar

terhambat, akar menebal dan berwarna gelap (Hardjowigeno, 2010).

c. Seng (Zn)

− Berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan proses fotosintesis.

− Kekurangan pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil,

mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal

buah menguning terbuka, dan akhirnya gugur. Buahpun akan lebih lemas dan

sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

− Kelebihan unsur seng tidak menunjukkan dampak nyata (Hardjowigeno, 2010).

d. Besi (Fe)

− Berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator pembentuka

klorofil, pembawa elektron pada proses fotosintesis dan respirasi. Aktivator

beberapa enzim.

− Gejala kekurangan klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda

tampak putih, akar rusak.

− Bila kelebihan menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-

bintik hitam pada daun (Hardjowigeno, 2010).

e. Molibdenum (Mo)

− berperan sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim,

berperan juga dalam fiksasi nitrogen.

− Kekurangan ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian

menjalar ke daun muda.

− Bila kelebihan pada tanaman tidak menunjukkan gejala yang nyata pada

adenium (Hardjowigeno, 2010).

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan

pada Jumat, 30 November 2012 pukul 15.00 WITA sampai selesai.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

1. Alat tulis

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

1. Macam-macam pupuk seperti pupuk Urea, SP-36, dan KCl

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:

1. Siapkan alat tulis

2. Perhatikan dan amati setiap jenis pupuk

3. Catat nama pupuk, kadar persentase, kandungan hara khususnya N, P, dan ,

bentuk dan warna pupuk, dan sifat pupuk tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil

Berdasarkan pengamatan dalam penentuan dosis pupuk untuk tanaman jagung

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

- Urea = 300 kg/ha

Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :

20 m210000 m2

x 300.000 gram=600 gram / petak

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :

600 gram20 m2/1 mx 0,2 m

= 6 gram/tanaman

- SP-36 = 150 kg/ha

Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :

20 m210000 m2

x 150.000 gram=300 gram / petak

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :

300 gram20 m2/1 mx 0,2 m

= 3 gram/tanaman

- KCl = 100 kg/ha

Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20m2) :

20 m210000 m2

x 100.000 gram=200 gram / petak

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :

200 gram20 m2/1 mx 0,2 m

= 2 gram/tanaman

1.2. Pembahasan

Penentuan dosis pupuk untuk tanaman jagung yaitu pada pupuk urea jika

memiliki luas lahan 20 m2 maka memerlukan 600 gram/petak pupuk urea.

Sehingga dapat diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu

sebanyak 6 gram/tanaman. Pada pupuk SP-36 jika diketahui luas lahan 20 m2

maka memerlukan 300 gram/petak pupuk SP-36. Sehingga dapat diketahui bahwa

kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 3 gram/tanaman. Pada pupuk

KCl jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 200 gram/petak pupuk

KCl. Sehingga dapat pula diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman

yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.

Adanya penentuan jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan

kebutuhan tanaman akan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara

yang terdapat dalam pupuk.

Sesuai dengan hasil penentuan dosis pupuk diatas menunjukkan bahwa

meskipun jenis tanaman yang akan dipupuk sama tetapi dosis yang ditetapkan

untuk pemberian pupuk pada tanaman berbeda. Hal tersebut tejadi karena tiap-tiap

jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan,

kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk yang

diberikan serta cara dan waktu pemberiannya juga berbeda-beda untuk setiap jenis

tanaman atau jenis tanah.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dengan luas suatu lahan yaitu 20 m2 maka memerlukan pupuk urea

600gram/petak dan kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak

6gram/tanaman. Pada pupuk SP-36 memerlukan 300gram/petak dan

kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 3gram/tanaman. Pada

pupuk KCl memerlukan 200 gram/petak dan kebutuhan pupuk untuk tiap

tanaman yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.

2. Pupuk dibedakan atas dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

3. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman. Unsur hara dapat berupa unsur hara makro dan mikro.

5.2. Saran

Dalam pemberian pupuk untuk tanaman maka diperlukan penentuan dosis terlebih

dahulu agar tanaman tidak mengalami kelebihan atau kekurangan unsur hara

sehingga tujuan penambahan pupuk ke tanah dapat tercapai agar tanah menjadi

subur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2012. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pence (diakses 16 Desember

2012 pukul 22.32 WITA)

Anonim2. 2012. http://marlina.blogspot.com/2012/06/laporan-Pupuk-dan-

Pemupukan.html (diakses 16 Desember 2012 pukul 22.40 WITA)

Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press: Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

Sudarmoto, A.S. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius: Surabaya