1. pengaruh penggunaan dosis pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman...

8
Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330 1 PENGARUH PENGGUNAAN DOSIS PUPUK BOKASHI KOTORAN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG INFLUENCE OF USING SOME OF MANURE BOKASHI FERTILIZER DOSAGE TO GROWTH AND YIELD OF MAIZE Tola 1) , Faisal Hamzah 2) , Dahlan 2) , dan Kaharuddin 2) 1) Staf Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku 2) Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, serta untuk mendapatkan dosis pupuk bokashi yang tepat. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Diklat Mekanisasi Pertanian Batang Kaluku. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu p0 kontrol (0 ton ha -1 ), p1 (5 ton ha -1 ), p2 (10 ton ha -1 ), p3 (15 ton ha -1 ) dan p4 (20 ton ha -1 ) bokashi kotoran sapi. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dilakukan dengan uji Duncan multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi dosis 20 ton/ha (p4) menunjukkan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering pipilan. Kata kunci: Bokashi, pupuk bokashi kotoran sapi ABSTRACT Research aim to study of cow manure bokashi fertilizer applied to growth and yield of maize, and also to get fertilizer dosage is suitable. Research executed in Balai Diklat Mekanisasi Pertanian Batangkaluku. This research was arranged to block randomized design by 5 treatment, i.e. p0 (control, 0 ton ha -1 ), p1 ( 5 ton ha -1 ), p2 ( 10 ton ha -1 ), p3 (15 ton ha -1 ) and p4 ( 20 ton ha -1 ) and 4 replication. To know the significants different, the data was analysed by Duncan multiple range test (DMRT). Result of research indicated that the use of cow manure bokashi fertilizer with 20 ton ha -1 (p4) dosage showed the highest result to high of crop, sum up the leaf, sum up the cob, heavy of cob, wet heavy and dry weight of yield. Keyword: Bokashi, cow manure bokashi fertilizer PENDAHULUAN Pembangunan pertanian yang dilakukan pada beberapa periode yang lalu menekankan pada peningkatan produksi dengan menggunakan bahan-bahan kimia berupa pupuk anorganik dan pestisida sintetik telah memberikan kontribusi besar terhadap timbulnya pencemaran ling- kungan air tanah dan air permukaan serta kesehatan manusia dan hewan. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang mendorong terbentuknya tanah dan tanaman yang sehat dengan melakukan praktik-praktik budidaya tanaman seperti daur ulang hara pada bahan organik (sisa-sisa tanaman), rotasi

Upload: firmansyah-capasaputra

Post on 20-Jan-2016

429 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Dosis Pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

1

PENGARUH PENGGUNAAN DOSIS PUPUK BOKASHI KOTORAN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN JAGUNG INFLUENCE OF USING SOME OF MANURE BOKASHI FERTILIZER

DOSAGE TO GROWTH AND YIELD OF MAIZE

Tola1), Faisal Hamzah2), Dahlan2), dan Kaharuddin2) 1) Staf Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku

2) Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, serta untuk mendapatkan dosis pupuk bokashi yang tepat. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Diklat Mekanisasi Pertanian Batang Kaluku. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu p0 kontrol (0 ton ha-1), p1 (5 ton ha-1), p2 (10 ton ha-1), p3 (15 ton ha-1) dan p4 (20 ton ha-1) bokashi kotoran sapi. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dilakukan dengan uji Duncan multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi dosis 20 ton/ha (p4) menunjukkan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering pipilan.

Kata kunci: Bokashi, pupuk bokashi kotoran sapi

ABSTRACT

Research aim to study of cow manure bokashi fertilizer applied to growth and yield of maize, and also to get fertilizer dosage is suitable. Research executed in Balai Diklat Mekanisasi Pertanian Batangkaluku. This research was arranged to block randomized design by 5 treatment, i.e. p0 (control, 0 ton ha-1), p1 ( 5 ton ha-1), p2 ( 10 ton ha-1), p3 (15 ton ha-1) and p4 ( 20 ton ha-1) and 4 replication. To know the significants different, the data was analysed by Duncan multiple range test (DMRT). Result of research indicated that the use of cow manure bokashi fertilizer with 20 ton ha-1 (p4) dosage showed the highest result to high of crop, sum up the leaf, sum up the cob, heavy of cob, wet heavy and dry weight of yield.

Keyword: Bokashi, cow manure bokashi fertilizer

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian yang dilakukan pada beberapa periode yang lalu menekankan pada peningkatan produksi dengan menggunakan bahan-bahan kimia berupa pupuk anorganik dan pestisida sintetik telah memberikan kontribusi besar terhadap timbulnya pencemaran ling-

kungan air tanah dan air permukaan serta kesehatan manusia dan hewan.

Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang mendorong terbentuknya tanah dan tanaman yang sehat dengan melakukan praktik-praktik budidaya tanaman seperti daur ulang hara pada bahan organik (sisa-sisa tanaman), rotasi

Page 2: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

2

tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta mengurangi penggunaan pupuk buatan dan pestisida sintetik.

Kotoran ternak sapi telah dikenal penggunaannya sebagai pupuk kandang namun harus melalui proses yang panjang baru bisa dimanfaatkan pada tanaman. Kotoran ternak sapi sebagai suatu bahan baku untuk pembuatan bokashi yang diproses melalui fermentasi dengan EM4.

Efektif Mikroorganisme (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikro-organisme yang bermanfaat, yaitu bakteri sintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur yang dapat dimanfaatkan inokulan untuk mening-katkan keragaman mikrobia tanah.

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun hewan. Di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Jagung dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk makanan antara lain sebagai sayuran, namun demikian jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi sebagai sumber karbohirat.

Peningkatan produksi pertanian, khusus-nya tanaman jagung sangat ditentukan oleh meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan, serta permintaan pasar. Permintaan pasar yang semakin meningkat menjadi tantangan bagi petani jagung, sebab petani mempunyai kesempatan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksi jagung per hektar.

Produksi jagung hingga kini dikonsumsi manusia dalam berbagai bentuk penyajian, buah jagung yang masih muda terutama jagung manis (sweet corn) sangat disukai orang dan biasanya disajikan dalam bentuk jagung rebus atau jagung bakar,

selain itu juga sering dijumpai tepung jagung atau tepung maizena.

Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bokashi adalah kotoran sapi. Di Kelurahan Tamarunang ketersediaan kotoran sapi sangat banyak, karena adanya rumah pemotongan hewan (RPH). Kotoran sapi ini dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan bokashi kotoran sapi yang akan menjadi sumber unsur hara pada tanaman jagung.

Penggunaan bokashi kotoran sapi maupun mikroorganisme efektif telah banyak diteliti dan pada umumnya hasilnya positif. Menurut Higa dan James (1997) hasil fermentasi bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme efektif (EM) adalah asam laktat, asam amino, yang dapat diserap langsung oleh tanaman sebagai antibiotik yang mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan.

Pupuk bokashi kotoran sapi merupakan salah satu alternatif dalam penerapan teknologi pertanian organik yang berwawasan lingkungan dan berke-lanjutan. Kotoran sapi merupakan bahan organik yang mempunyai prospek yang baik untuk dijadikan pupuk organik (bokashi), karena mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi belum didapatkan dosis yang tepat dalam penggunaannya sehingga dalam tulisan ini penulis ingin melihat pengaruh penggunaan beberapa dosis pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, juga untuk mendapatkan dosis pupuk yang tepat dan memberikan keuntungan yang maksimal.

Page 3: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

3

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2006 di Kebun Percobaan Balai Besar Diklat Mekanisasi Pertanian Batangkaluku, Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Metode Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan meng-gunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan termasuk kontrol (P0) dan empat ulangan, sehingga diperoleh 20 petak atau plot dengan ukuran 3 x 3 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 40 cm, dengan total populasi 800 tanaman.

Pengolahan tanah I dilakukan 3 minggu sebelum penanaman dengan meng-gunakan traktor, kemudian pengolahan tanah II dilakukan 2 minggu sesudah pengolahan tanah I dan pemberian kapur dolomit dengan dosis 3 ton ha-1. Pembuatan bedengan 1 minggu sebelum penanaman. Penanaman dilakukan secara tugal dengan 2 biji per lubang. Aplikasi pupuk bokashi dilakukan 1 minggu sebelum penanaman dengan dosis yang berbeda, yaitu :

P 0 : Kontrol P 1 : 5 ton ha-1 P 2 : 10 ton ha-1 P 3 : 15 ton ha-1 P 4 : 20 ton ha-1

Adapun parameter yang akan diamati adalah : 1. Tinggi tanaman (cm) diukur pada saat

tanaman berumur 2 – 8 minggu setelah tanam dengan frekuensi pengamatan sekali seminggu.

2. Jumlah daun (helai) dihitung pada saat tanaman berumur 2 – 8 minggu

setelah tanam dengan frekuensi pengamatan sekali seminggu.

3. Jumlah tongkol, berat tongkol, berat pipil basah, dan berat pipil kering (kg) ditimbang pada saat penelitian berakhir.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (anova) dan dilanjutkan dengan uji lanjutan DMRT (duncan multiple range test)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman

Hasil uji Duncan tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam (MST). disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa pada 2 MST, perlakuan 20 ton ha-1 (P4) memberikan tinggi tanaman terbesar, yaitu 32.1250 cm. Perlakuan p4 ini, walaupun berbeda tidak nyata dengan perlakuan 15 ton ha-1 (P3) dengan tinggi tanaman 30,3750 cm, namun memberikan hasil tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pada 4 dan 6 MST Perlakuan 20 ton ha-1 (P4) memberikan tinggi tanaman terbesar yaitu 71.9375 cm dan 140.4375. Rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan ini berbeda nyata dengan rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan lainnya. Pada 8 MST Perlakuan P4 (20 ton ha-1) memberikan tinggi tanaman terbesar yaitu 239.1875 cm. Pada perlakuan P4, rata-rata tinggi tanaman yang dihasilkan hanya berbeda nyata dengan rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan P0 (kontrol).

Page 4: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

4

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST

Tinggi tanaman (cm) Perlakuan

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST

P0 P1 P2 P3 P4

24.8750 a 27.8750 b

29.0000 bc 30.3750 cd 32.1250 d

52.6875 a 57.4375 a 63.2500 b 66.1250 b 71.9375 c

118.4375 a126.0000 b 131.6875 c135.1250 c140.4375 d

209.6875 a 226.9375 b 230.3750 b 230.5000 b 239.1875 b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji Duncan 0,05

Jumlah daun

Hasil uji Duncan jumlah daun pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan bahwa, jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh perlakuan 20 ton ha-1 (P4) yaitu 5,2500 helai. Walaupun perlakuan P4 ini berbeda tidak nyata dengan perlakuan 15 ton ha-1 (P3) dengan jumlah daun 5,1250 helai, namun

jumlah daun yang dihasilkan berbeda nyata dengan jumlah daun pada perlakuan lainnya.

Pada umur 4 MST, jumlah daun terbanyak pada 4 MST diperoleh pada perlakuan 20 ton ha-1 (P4), yaitu 7.7500 helai. Rata-rata jumlah daun yang dihasilkan perlakuan P4 berbeda nyata dengan rata-rata jumlah daun pada perlakuan lainnya.

Tabel 2. Hasil rata-rata jumlah daun (helai) pada umur 2 MST

Rata-rata jumlah daun (helai) Perlakuan

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST

P0 P1 P2 P3 P4

4.4375 a 4.5000 a 4.7500 b 5.1250 c 5.2500 c

7.0000 a 7.2500 ab 7.3750 b 7.4375 b 7.7500 c

8.9375 a 9.5000 b 10.0000 c10.3125 c10.6875 c

12.8750 a13.5625 b13.6875 b13.7500 b14.4375 c

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji Duncan 0,05.

Pada umur 6 MST perlakuan 20 ton ha-1 (P4) memberikan jumlah daun terbanyak yaitu 10.6875 helai. Rata-rata jumlah daun yang dihasilkan perlakuan P4, hanya berbeda nyata dengan rata-rata jumlah daun pada perlakuan 0 ton ha-1 (P0, kontrol) dan 5 ton ha-1 (P1).

Pada umur 8 MST, perlakuan 20 ton ha-1 (P4) memberikan jumlah daun terbesar, yaitu 14.4375 helai. Rata-rata jumlah daun pada perlakuan P4 berbeda nyata dengan rata-rata jumlah daun pada perlakuan lainnya.

Page 5: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

5

Jumlah dan berat tongkol

Hasil uji Duncan jumlah dan berat tongkol disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tongkol tertinggi dicapai pada perlakuan 20 ton ha-1 (P4) yang menghasilkan 67,50 buah dan produksi tongkol terkecil pada

perlakuan 10 ton ha-1 (P2) 62,50 buah. Dari data ini juga terlihat ketidak-sinkronan antara peningkatan jumlah pupuk kandang yang diberikan dengan produksi yang didapatkan, seperti pada perlakuan 0 ton ha-1 (P0, kontrol) menghasilkan tongkol sebanyak 63,25 buah, lebih tinggi dari jumlah tongkol yang didapatkan pada perlakuan P2.

Tabel 3. Jumlah tongkol pada setiap perlakuan (buah)

Perlakuan Jumlah tongkol (buah) Berat tongkol (gram)

P0 P1 P2 P3 P4

63,25 63,50 62,50 64,50 67,50

743,75 a 837,50 b 850,00 b 906,25 c 912,50 c

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji Duncan 0,05.

Untuk berat tongkol, berat tertinggi diperoleh pada 20 ton ha-1 (P4) yaitu 912,5 gram. Walaupun rata-rata berat tongkol pada perlakuan P4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan 15 ton ha-1 (P3), namun berbeda nyata dengan berat tongkol pada perlakuan lainnya. Berat basah dan berat kering pipilan

Hasil uji Duncan Produksi rata-rata berat basah dan berat kering pipilan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwa, berat basah pipilan tertinggi dicapai perlakuan 20 ton ha-1

(P4) sebanyak 731,25 gram dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan 15 ton ha-1 (P3). berat basah pipilan yang dicapai perlakuan P4 berbeda nyata dengan berat basah pipilan yang dicapai oleh perlakuan lainnya. Untuk berat kering pipilan tertinggi diperoleh pada perlakuan 20 ton ha-1 (P4) yaitu 418.7500 gram. Berat kering pipilan pada perlakuan P4 hanya berbeda nyata dengan berat kering pipilan pada perlakuan 0 ton ha-1 (P0, kontrol).

Page 6: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

6

Tabel 4. Rata-rata berat basah pipilan (gram) pada setiap perlakuan

Perlakuan Berat basah pipilan (gram) Berat kering pipilan (gram)

P0 P1 P2 P3 P4

587,50 a 643,75 b 662,50 b 712,50 c 731,25 c

325.0000 a 368.7500 ab 393.7500 b 400.0000 b 418.7500 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji Duncan 0,05.

Pembahasan

Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat tongkol, berat basah pipilan, dan berat kering pipilan. Hanya pada jumlah tongkol penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh yang tidak nyata, namun cenderung memberikan hasil meningkat sesuai dengan peningkatan dosis yang digunakan. Hal ini disebabkan karena bokashi yang berasal dari pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula fase reproduktif dan hasil tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula. Menurut Buckman dan Brady (1982), pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi per-tumbuhan serta hasil tanaman. Adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan bokashi kotoran sapi dengan tanpa penggunaan bokshi, karena bokashi pupuk kandang merupakan pupuk yang lengkap yang dapat memperbaiki semua sifat-sifat tanah. Hal ini sesuai dengan Sutedjo (1994), bahwa pupuk kandang dapat dianggap sebagai pupuk yang lengkap, karena selain menghasilkan hara yang tersedia, juga meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Adanya EM4 sebagai elemen bokashi sangat bermanfaat, mengingat cara kerja EM4 dalam tanah secara sinergis dapat meningkatkan kesuburan tanah, baik fisik, kimia, dan biologis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan per-kembangan tanaman serta meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman (Wididana dan Higa, 1993). Lebih lanjut, Lingga (1995) menyatakan bahwa tanah yang berstruktur baik, dengan kata lain tanah yang banyak mengandung mikroorganisme dan kepadatan tanah yang berkurang dapat menyerap air dan unsur hara yang terlarut. Bokashi pupuk kandang yang diberikan mengandung EM4 yang dapat memfermentasikan bahan organik se-hingga menghasilkan senyawa yang dapat diserap langsung oleh akar tanaman.

Page 7: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

7

Secara umum, hasil produksi yang didapatkan belum maksimal mengingat potensi genetik tanaman jagung yang digunakan mampu berproduksi sampai 8 ton ha-1, sementara hasil yang didapatkan hanya sekitar 4 – 5 ton ha-1. Rendahnya hasil yang didapatkan karena unsur hara yang tersedia belum mencukupi untuk kebutuhan optimum pertumbuhan tanam-an jagung. Salah satu kendala yang dihadapi sehingga pupuk kandang jarang digunakan karena ketersediaan unsur hara yang sangat lambat (slow release), sehingga produksi tanaman tidak maksimal. Pada percobaan ini, varietas jagung yang digunakan adalah bisi 2, dimana diharapkan tongkol yang dihasilkan pertanaman adalah 2 buah, tetapi nyatanya seluruh tanaman jagung hanya menghasilkan 1 buah tongkol. Hal tersebut di atas diperkuat oleh hasil penelitian Katriani dkk (2003) pada tanaman kacang tanah, dimana produksi yang didapatkan hanya setengah dari potensi maksimalnya, dan menyimpulkan bahwa rendahnya produksi yang didapatkan karena unsur hara esensial dalam tanah masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman sehingga proses pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu.

Dalam mengatasi kenyataan tersebut di atas, dimana unsur hara pada pupuk organik sangat lambat tersedia, upaya lain yang dapat digunakan adalah meng-kombinasikan antara pupuk organik dan anorganik, mengingat sifat pupuk anorganik adalah dapat menyuplai hara dengan cepat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kombinasi pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh yang lebih baik, sebab terjadi hubungan yang sinergis yang saling menunjang (Syam, 2003). Hal ini didukung oleh Samosir (2000) yang menyatakan bahwa

penambahan N dapat menurunkan rasio C/N bahan organik (pupuk kandang), sehingga cepat melapuk (terurai). Semakin cepat bahan organik melapuk, maka semakin cepat pula unsur hara esensial tersedia bagi tanaman.

KESIMPULAN

1. Penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terutama pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering pipilan..

2. Perlakuan dengan dosis 20 ton ha-1 bokashi kotoran sapi memberikan hasil yang tertinggi pada semua parameter pengamatan, walaupun tidak semuanya berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. dan Brady, N.O., 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Sugiman). Bharata Karya Aksara. Jakarta

Higa, T. dan F.D. James, 1997. Effective Microorganism (EM4). Dimensi Baru. Kyusei Nature Farming Societies, Vol. 02/Th 1993. Jakarta

Katriani, M. Ramly, dan Jumriah, 2003. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada berbagai dosis bokhasi pupuk kandang ayam. Jurnal Agrivigor 3 (2): 128-135.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Samosir, S.S.R., 2000. Pengelolaan Lahan Kering. Fakultas Pertanian Univ. Hasanuddin, Makassar.

Page 8: 1. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330

8

Sutedjo, M.M., 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Syam, A., 2003. Efektivitas pupuk organik dan anorganik terhadap produktivitas padi di lahan sawah. Jurnal Agrivigor 3(3): 232 – 244.

Wididana, G.M. dan T. Higa, 1993. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan Teknologi Effective Microorganism 4. Songgolangit Persada, Jakarta.