1 pendahuluan latar belakang - · pdf filekeputusan dan atau peraturan walikota secara terpadu...

81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai tujuan seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea IV yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sehubungan dengan adanya kondisi ketentraman dan ketertiban, maka perlu diadakan pembinaan terhadap ketentraman dan ketertiban di daerah secara terencana dan terpadu. Kondisi ketentraman dan ketertiban yang mantap dalam masyarakat akan mendorong terciptanya stabilitas Nasional dan akan menjamin kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan di daerah maupun pelaksanaan pembangunan daerah. Terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu wujud reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman masyarakat dan ketertiban umum daerah yang kondusif

Upload: trankhuong

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia mempunyai tujuan seperti tertuang dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea IV yaitu melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Sehubungan dengan adanya kondisi ketentraman dan ketertiban, maka

perlu diadakan pembinaan terhadap ketentraman dan ketertiban di daerah

secara terencana dan terpadu. Kondisi ketentraman dan ketertiban yang

mantap dalam masyarakat akan mendorong terciptanya stabilitas Nasional dan

akan menjamin kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan di daerah maupun

pelaksanaan pembangunan daerah.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah merupakan salah satu wujud reformasi birokrasi dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah,

memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam

rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat

seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi

ketentraman masyarakat dan ketertiban umum daerah yang kondusif

Page 2: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

2

merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk

meningkatkan mutu kehidupannya. Untuk mewujudkan ketentraman dan

ketertiban umum daerah yang kondusif tersebut, disamping Lembaga atau

Instansi Pemerintah yang telah ada, Pemerintah Daerah membentuk Satuan

Polisi Pamong Praja. (Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004).

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pemerintah Daerah

mempunyai arti khusus yang cukup strategis karena Satuan Polisi Pamong

Praja mempunyai tugas membantu Kepala Daerah untuk menciptakan suatu

kondisi daerah yang tentram, tertib dan teratur, sehingga penyelenggaraan

roda Pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat

melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu disamping menegakkan

Peraturan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk

menegakkan kebijakan Pemerintah Daerah lainnya, yaitu Peraturan Kepala

Daerah (Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota). Dalam

melaksanakan tugasnya, tidak jarang Satuan Polisi Pamong Praja

berkoordinasi dan bekerja sama dengan Instansi Pemerintah seperti:

Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), Tentara Nasional Indonesia (TNI),

Dinas Pasar, Dinas Perhubungan, dan Instansi lainnya, tergantung tugas yang

dilaksanakan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi

Pamong Praja (PP No.6 Tahun 2010) untuk mengoptimalkan kinerja Satuan

Polisi Pamong Praja perlu dibangun kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja

Page 3: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

3

yang mampu mendukung terwujudnya kondisi daerah yang tentram, tertib,

dan teratur. Penataan kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja tidak hanya

mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di suatu daerah,

tetapi juga beban tugas dan tanggung jawab yang diemban, sosial budaya,

serta resiko keselamatan anggota Satuan Polisi Pamong Praja.

Memperhatikan tugas Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat

Kepala Daerah dalam penegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, maka Satuan Polisi Pamong

Praja dalam melaksanakan tugasnya sering berbenturan langsung dengan

kepentingan masyarakat dan tidak jarang menimbulkan dampak negatif

bahkan terjadi konflik sehingga pandangan atau persepsi yang kurang baik

terhadap keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sering terdengar di tengah

masyarakat.

Untuk mengubah pandangan atau persepsi yang kurang tepat terhadap

keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja, perlu dilakukan suatu pembinaan

yang meliputi tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

penyusunan, pembangunan, pengarahan serta pengendalian segala sesuatu

yang berkaitan dengan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat secara

berdayaguna dan berhasilguna sehingga aparatur Satuan Polisi Pamong Praja

mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, profesional dan sikap disiplin

serta ketahanan mental yang tinggi. Disamping itu aparatur Satuan Polisi

Pamong Praja dituntut untuk memperbaiki berbagai sektor yang masih lemah

dengan mempertahankan dan meningkatkan yang sudah mantap melalui suatu

Page 4: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

4

pola pembinaan yang tepat dan lebih konkret, sehingga peranan Satuan Polisi

Pamong Praja dapat lebih dirasakan manfaatnya di semua bidang termasuk

pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan.

Kota Palangka Raya merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah,

selain sebagai pusat Pemerintahan, Kota Palangka Raya dikenal juga sebagai

pusat perdagangan dan pusat pendidikan. Akhir-akhir yang lalu sering

dibicarakan wacana pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia ke Kota

Palangka Raya, hal ini sejalan dengan pembangunan Kota Palangka Raya

yang sangat pesat, yang dilihat dari maraknya pembangunan infrastruktur,

sarana dan prasarana umum, pusat-pusat perniagaan, Hote-hotel berbintang,

sehingga tidak mengherankan jika banyak orang yang datang dari berbagai

penjuru Provinsi Kalimantan Tengah bahkan yang berasal dari luar Provinsi

untuk berjuang merubah nasib dan berharap mendapatkan pekerjaan atau

sekedar melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Selain hal-hal positif yang diperoleh, dampak dari lajunya pembangunan

Kota Palangka Raya tersebut juga berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat khususnya di bidang ketenteraman dan ketertiban umum dengan

tingkat permasalahan yang cenderung semakin meningkat pula. Diantaranya

banyak pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tempat-tempat yang

peruntukannya bukan untuk berjualan, misalkan di bahu-bahu jalan, trotoar,

persimpangan jalan, jalur hijau, taman kota, dan tempat lainnya, seperti yang

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 13 tahun

Page 5: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

5

2009 tentang Pengaturan, Penertiban dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima

(PKL).

Menyikapi situasi dan kondisi seperti itu, sangatlah diperlukan adanya

peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya yang mempunyai pola

pikir yang cepat, produktif, proaktif, disiplin yang tinggi dan berwibawa untuk

mengatur, menertibkan dan mengawasi keberadaan pedagang kaki lima (PKL)

supaya aktifitas ekonomi yang dijalankan oleh pedagang kaki lima atau

masyarakat tidak mengganggu kenyamanan, keindahan dan ketertiban umum

dimasyarakat kota Palangka Raya dan dapat berjalan dengan selaras.

Terkait dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010, serta latar belakang masalah di atas,

peneliti tertarik untuk mendeskripsikan keberadaan Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya yaitu peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam

pengaturan, penertiban, dan pengawasan pedagang kaki lima, sesuai dengan

cita-cita dan amanat Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah batasan masalah, yang bersumber dari

pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber dari

pengalaman peneliti, melalui pengetahuan yang diperolehnya, melalui

kepustakaan ilmiah atau kepustakaan. (Moleong, 2004:115).

Penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan yaitu: pertama, penentuan

fokus membatasi studi, yang berarti bahwa dengan adanya fokus penentuan

Page 6: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

6

tempat menjadi layak. Kedua, penentuan fokus secara efektif menetapkan

kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang masuk, mungkin data

cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka data itu tidak dipakai

(Moleong, 2004:94).

Karena keterbatasan, baik tenaga, dana maupun waktu, supaya hasil

penelitian lebih terfokus, untuk menjadikan topik ini lebih jelas dan mudah

dipahami, peneliti memfokuskan penelitian ini hanya pada pengaturan,

penertiban, dan pengawasan yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL). (Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2009).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka

dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Peran

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya Dalam Pengaturan,

Penertiban dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai, digunakan

sebagai acuan dalam pengumpulan data dan sebagai pembatasan dalam

penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan

Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya Dalam Pengaturan,

Penertiban dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima.

Page 7: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

7

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah Khasanah Ilmu

Pengetahuan dan informasi bagi dunia akademis dibidang ilmu sosial,

serta sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya untuk lebih

memperdalam lagi hasil penelitian ini.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dengan masalah penelitian ini yaitu:

a. Pemerintah Kota Palangka Raya khususnya Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi

peningkatan kinerja aparatur dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya dalam melayani masyarakat, yaitu pelayanan di bidang

ketentraman dan ketertiban umum bekerja sama dengan Instansi

Pemerintah lainnya.

b. Masyarakat

Memberikan pengarahan dan pencerahan pada masyarakat agar

lebih memahami peran dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya, sehingga terjalin kerjasama untuk mewujudkan

ketentraman dan ketertiban masyarakat di Kota Palangka Raya.

Page 8: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Satuan Polisi Pamong Praja

1. Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat daerah yang bertugas

membantu Kepala Daerah dalam rangka menegakkan Peraturan Daerah

dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

(Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri juga disebutkan Satuan Polisi Pamong

Praja adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan

Peraturan Daerah. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun

2005).

Dan didalam Pasal 1 ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2010 disebutkan juga bahwa Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya

disingkat Satpol PP, adalah bagian Perangkat Daerah dalam penegakkan

Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat.

Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan

dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram,

tertib, dan teratur (pasal 1 ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 6

Page 9: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

9

Tahun 2010. Hal senada dinyatakan dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pedoman Prosedur Tetap

Operasional Satuan Polisi Pamong Praja (Permendagri Nomor 26 Tahun

2005), dinyatakan ketentraman dan ketertiban yaitu suatu keadaan

dimana Pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara aman,

tertib dan teratur.

Pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah adalah segala usaha,

tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

penyusunan,, pengembangan, pengarahan, pemeliharaan serta

pengendalian segala masalah ketenteraman dan ketertiban secara

berdayaguna dan berhasilguna meliputi kegiatan pelaksanaan atau

penyelenggaraan dan peraturan agar segala sesuatunya dapat dilakukan

dengan baik, tertib dan seksama sesuai ketentuan petunjuk, sistem dan

metode yang berlaku untuk menjamin pencapaian tujuan yang hendak

dicapai secara maksimal. (Pasal 150 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004).

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat maka dalam

melaksanakan tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja melakukan

berbagai cara seperti memberikan penyuluhan, kegiatan patroli dan

penertiban terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, keputusan Kepala

Daerah yang didahului dengan langkah-langkah peringatan baik

lisan maupun tertulis, setelah itu baru dilakukan penindakan.

Page 10: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

10

(Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, Satuan Polisi

Pamong Praja sebagai salah satu alat yang digunakan oleh Pemerintah

Daerah untuk menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat dengan melakukan pengawasan dan penegakan pelaksanaan

Peraturan Daerah dan atau keputusan Kepala Daerah yang bekerja

sama dengan Instansi-instansi terkait.

2. Peran, Tugas, dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja

Peran Satuan Polisi Pamong Praja secara umum adalah memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat di bidang ketentraman

dan ketertiban umum. Sedangkan tugas pokok Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya adalah melaksanakan penyelenggaraan urusan

Pemerintahan Kota di bidang ketentraman dan ketertiban umum,

diantaranya pengaturan, penertiban dan pengawasan pedagang kaki lima,

keputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama

Instansi terkait lainnya sesuai dengan ketentuan dan Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku seperti tertuang dalam pasal (4) Peraturan Daerah

Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya mempunyai fungsi:

a. Merumuskan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan ketentraman dan

ketertiban.

Page 11: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

11

b. Menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan ketentraman dan

ketertiban.

c. Melaksanakan pedoman dan petunjuk operasional penertiban

Penegakkan Peraturan Daerah, Keputusan dan atau Peraturan

Walikota.

d. Melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah,

Keputusan dan atau Peraturan Walikota dan Peraturan Perundang-

undangan lainnya.

e. Melaksanakan penertiban masyarakat dan pengamanan,

perizinan, pemeriksaan penindakan serta pengawalan dan

kesamaptaan.

f. Melaksanakan pengembangan kapasitas yang meliputi

pembinaan personil, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana kerja

Satuan Polisi Pamong Praja.

g. Melaksanakan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum sesuai

dengan program, pedoman dan petunjuk teknis.

h. Melaksanakan urusan ketatalaksanaan, kerumahtanggaan,

perlengkapan, kepegawaian dan keuangan.

i . Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan

penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta

penegakkan Peraturan Daerah, Keputusan dan atau Peraturan

Walikota dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya.

Page 12: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

12

j. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati

Peraturan Daerah, Peraturan dan atau Keputusan Walikota. (Pasal 5

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007).

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2010 yang menyatakan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai

fungsi :

a. Penyusunan Program dan pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta

perlindungan masyarakat;

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala

Daerah;

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat didaerah;

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala

Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri

Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya;

f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar

mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

dan

g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Page 13: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

13

3. Wewenang, Hak dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja

Untuk melaksanakan fungsi yang telah disebutkan di atas, Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya mempunyai kewenangan-

kewenangan yang telah diatur dan ditetapkan yaitu :

a. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang

mengganggu ketentraman dan ketertiban umum.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum

yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah, Keputusan dan

atau Peraturan Walikota.

c. Melakukan tindakan represif non Yudisial terhadap warga masyarakat

atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan

Daerah, Keputusan dan atau Peraturan Walikota. (Pasal 6 Peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2007).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 (PP No.6 Tahun

2010 pasal 6) tentang Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan juga bahwa

wewenang Satuan Polisi Pamong Praja yaitu :

a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran

atas Peraturan Daerah dan/atau Kepala Daerah;

b. Menindak warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

c. Fasilitasi dan pemberdayan kapasitas penyelenggaraan perlindungan

masyarakat;

Page 14: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

14

d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas

Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah;dan

e. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas

Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah.

Didalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai

perangkat daerah Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai hak sarana dan

prasarana serta fasilitas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan ketentuan Perundang-undangan. Polisi Pamong Praja dapat

diberikan tunjangan khusus sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(pasal 7 ayat (1-2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010)

Agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai dengan Perundang-

undangan maka dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Polisi Pamong

Praja wajib :

a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia,

dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang dimasyarakat;

b. Menaati disiplin Pegawai Negeri Sipil dan kode etik Polisi Pamong

Praja;

c. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas

ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana; dan

Page 15: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

15

e. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas

ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap

Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah.

B. Pedagang Kaki Lima (PKL)

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Menurut Husaini, (2003:187) Pedagang Kaki Lima adalah mereka

yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang

dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat, seperti

trotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain sebagainya, menggunakan

sarana atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan

mempergunakan lahan fasilitas umum sebagai tempat usaha.

Pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan usaha

perdagangan non formal dengan menggunakan lahan terbuka atau tertutup,

sebagian fasilitas umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai

tempat kegiatan usahanya baik dengan menggunakan peralatan bergerak

atau peralatan bongkar pasang sesuai waktu yang telah ditentukan (Pasal 1

ayat (4) Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009)

Sedangkan menurut Nurfansyah (dalam Tangkilisan, 2002:202)

mengatakan ‘pedagang kaki lima diartikan sebagai pedagang yang

melakukan usaha atau kegiatannya, yaitu berjualan di kaki lima atau

trotoar yang dahulu berukuran lebar kurang dari lima kaki, dan biasanya

mengambil tempat atau lokasi di daerah-daerah keramaian umum seperti

Page 16: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

16

di depan pertokoan, pasar, sekolahan, gedung bioskop dan lain-lain.

Pedagang Kaki Lima adalah pedagang yang melakukan dagangannya

di pinggir-pinggir jalan dengan menggunakan peralatan bongkar pasang

yang disaat waktu mau dipakai peralatan ini dipasang pada saat akan

menggelar dagangannya peralatan itu juga dibongkar kembali dan ada juga

benda yang bergerak, sarana yang digunakan berupa tenda, kios, meja,

gerobak dorong, sepeda, dan kendaraan roda empat (pick up).

Menurut Malik dan Indrawati et.Al, dalam Budiman Lumban Gaol,

(2010 : 8). Pedagang Kaki Lima di klasifikasikan menjadi :

a. Pedagang Kaki Lima yang benar-benar terpaksa menjadi pedagang

karena kesulitan hidup. Mereka berdagang warung beroda (dorong)

ataupun bangunan semi permanen di trotoar.

b. Pedagang Kaki Lima yang berdagang karena masalah ekonomi juga

namun mereka telah memiliki tempat tinggal dan simbol hidup modern

seperti telah mempunyai televisi dan radio.

c. Pedagang Kaki Lima yang berdagang karena melihat potensi

keuntungan jauh lebih besar daripada membuka toko, warung

dibanding menyewanya.

Page 17: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Metode pada hakekatnya memberi pedoman tentang cara-cara, seorang

ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan yang dihadapi.

(Soekanto, 1986:6). Lebih jauh menjelaskan metode penelitian pada dasarnya

“merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. (Sugiyono, 2012:158).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Menurut Bog dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4), yang

dimaksud penelitian kualitatif adalah sebagai ‘prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati dan diteliti’.

Menurut Sugiyono (2007:1) metode penelitian kualitatif adalah “metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci”.

Alasan peneliti memilih metode kualitatif dikarenakan

penyelesaian masalah akan lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan

dan secara langsung bisa berhubungan dengan responden. Menurut

(Moleong, 1990), metode kualitatif digunakan dengan pertimbangan :

Page 18: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

18

Pertama, penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda.

Kedua, metode ini menggunakan secara langsung hakekat hubungan antara

peneliti dan responden.

Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak pengaruh perubahan prazaman terhadap pola-pola yang dihadapi yang

mungkin terjadi pada saat penelitian.

Sedangkan penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. (Sumadi Suryabrata,

2010:75)

Metode ini digunakan dengan tujuan untuk mengungkapkan permasalahan

yang ada serta mendapatkan gambaran yang mendalam terhadap permasalahan

yang sedang diteliti dengan melakukan pengkajian objek yang alamiah dan apa

adanya tanpa melakukan manipulasi terhadap permasalahan maupun keadaan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya dan di sebagian wilayah Kota Palangka Raya, yaitu di

jalan Diponegoro dan di jalan Yos Sudarso, yang menjadi tempat dimana para

Pedagang Kaki Lima melakukan aktifitas berjualannya seperti ditrotoar dan

bahu jalan pada jalan-jalan protokol yang menjadi larangan berjualan bagi

para pedagang kaki lima pada waktu dan jam yang telah ditentukan oleh

Page 19: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

19

Pemerintah Kota Palangka Raya.

C. Sumber Data

Data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang

dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai

dasar penarikan kesimpulan. Sumber data adalah tempat dari mana data

diperoleh, diambil dan dikumpulkan. Sumber data utama penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2004:157).

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati

atau diwawancarai. (Moleong, 2002). Sumber data primer diperoleh

peneliti melalui pengamatan atau observasi secara langsung yang

didukung oleh wawancara terhadap informan atau pihak-pihak yang

bersangkutan. Pencatatan sumber data utama melalui pengamatan

atau obervasi dan wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar dan bertanya yang dilakukan secara sadar,

terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang

diperlukan. Data primer dalam penelitian ini yaitu bersumber dari:

a. Aparatur Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya yaitu:

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya,

Sekretaris, Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum, Kepala

Page 20: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

20

Seksi Ketertiban Umum, Kepala Seksi Operasional dan Pembinaan

Personil, Anggota Satuan Polisi Pamong Praja lainnya dan akan

berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi saat penelitian.

b. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedagang Kaki Lima adalah bagian dalam latar penelitian ini, yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian. Pihak-pihak tersebut dipilih karena

berkompeten dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya guna memenuhi kevalidan data.

2. Sumber Data Sekunder

Selain kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama

diperlukan juga data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain sebagai

sumber data sekunder. (Moleong, 2002). Data sekunder yang

berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung data primer,

bersumber dari literatur yaitu Peraturan Perundang-undangan,

dokumen-dokumen resmi yang berhubungan dengan Pemerintah

khususnya Satuan Polisi Pamong Praja serta yang ada hubungannya

dengan Pedagang Kaki Lima.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah kegiatan mengumpulkan dan pengolahan data.

Penelitian ini menggunakan instrumen yang tergolong notes diantaranya

menggunakan angket, wawancara, observasi, atau studi dokumentasi. (Subana

Page 21: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

21

dan Sudrajat (2005:127). Dalam hal ini yang menjadi instrumen utama yaitu

peneliti itu sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu

memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengelolaan dan

penyimpanan informasi dibidang pengetahuan, pemberian atau

pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan,

guntingan koran, dan bahan referensi lain). (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2007:272). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

berasal dari Peraturan Perundang-undangan, Arsip-arsip atau

dokumentasi, uraian tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya dan pernyataan-pernyataan yang ada hubungannya dengan

Pengaturan, Penertiban, dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186). Dapat

disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan

Page 22: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

22

data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara

peneliti dengan nara sumber data, bertujuan untuk mengumpulkan

data tentang Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya Dalam

Pengaturan, Penertiban, dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima.

3. Observasi

Kegiatan observasi meliputi kegiatan pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada

tahapan awal, observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan

data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus

melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau

informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola

perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah

diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan

diteliti.

Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk

menemukan interaksi yang kompeks dengan latar belakang sosial yang

alami. (Jonathan Sarwono, 2006:224).

Observasi ini dilakukan untuk mengecek data yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan sumber data baik dari Satuan Polisi Pamong Praja

maupun Pedagang Kaki Lima/masyarakat sehingga diperoleh kesimpulan.

Page 23: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

23

F. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi untuk melakukan

pengujian keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong,

2004:178). Lebih jauh Patton (dalam Moleong, 2004:178)

mengemukakan triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif.

Teknik triangulasi sumber data dapat dilakukan dengan cara:

1. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan

Data dari hasil wawancara kita bandingkan dengan pengamatan,

apakah yang dikatakan sumber data sesuai dengan kenyataan.

GAMBAR 3.1

Triangulasi sumber data hasil wawancara dengan pengamatan.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

Data dari hasil wawancara kita bandingkan juga dengan isi suatu

dokumen, supaya didapat kevalidan data.

Sumber Data

Pengamatan

Wawancara

Page 24: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

24

GAMBAR 3.2

Triangulasi sumber data hasil wawancara dengan isi dokumen.

G. Teknik Analisis Data

M e n u r u t P a t t o n ( d a l a m B a s ro w i d a n S u w a n d i ,

2 0 0 8 : 9 1 ) A n a l i s i s d a t a a d a l a h ‘p r o s e s m e n g a t u r u ru t a n

d a t a , mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Lebih jauh Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:91)

mendefinisikan analisis data ‘sebagai proses yang merinci usaha secara formal

untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang

disarankan oleh data, dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema

dan hipotesis itu. Dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis seperti

yang disarankan oleh data.

Teknik analisis data dalam penelitian sangat diperlukan agar data-

data yang sudah terkumpul dapat dianalisis sehingga dapat menghasilkan

jawaban guna memecahkan masalah yang sedang diteliti.

Sumber Data

Wawancara

Dokumen

Page 25: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

25

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif, yaitu ‘upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain’. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong,

2004:248). Komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan secara

bersama dengan mengumpulkan data, kemudian setelah data terkumpul,

maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasa

kurang maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali dengan

mengumpulkan data di lapangan.

Ketiga komponen tersebut adalah:

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data, yaitu memilih hal–hal

pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, data yang tidak penting

dapat dibuang atau diabaikan. Data-data yang telah direduksi

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

dan mempermudah peneliti untuk mencarinya kembali sewaktu-

waktu diperlukan.

2. Sajian data

Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskriptif dalam

bentuk narasi atau cerita yang memungkinkan kesimpulan dari penelitian

Page 26: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

26

dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara

logis dan sistematis, sehingga mudah dipahami. Sajian diantaranya dapat

meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja, dan tabel.

3. Verifikasi

Verifikasi atau penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir

dari analisis data, penarikan kesimpulan harus berdasarkan pada

reduksi data dan Sajian data. Dengan demikian komponen saling

mempengaruhi, jika terdapat kekurangan data dalam pemeriksaan

kesimpulan maka peneliti dapat mengamati catatan lapangan, jika

masih tidak ditemukan maka kembali melakukan pengumpulan data.

(Miles dan Huberman 1992:16-20).

GAMBAR 3.3

Komponen-Komponen Analisis Data : Model Analisis Interaksi (Miles

dan Huberman, 1992:20).

Telah dikemukakan tiga hal utama yaitu : reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Reduksi Data Penyajian Data

Page 27: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

27

pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk

yang sejajar, untuk membangun wawasan yang disebut “analisis”.

Dalam pandangan ini tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan

pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif.

Peneliti harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama

pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan

reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu

penelitiannya. Pengkodean data, misalnya (reduksi data), menjurus kearah

gagasan-gagasan baru guna dimasukkan kedalam suatu matriks (penyajian

data). Pencatatan data mempersyaratkan reduksi data selanjutnya. Begitu

matriks terisi, kesimpulan awal dapat ditarik, tetapi hal itu menggiring

pada pengambilan keputusan (misalnya) untuk menambah kolom lagi pada

matriks itu untuk dapat menguji kesimpulan tersebut.

Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang

berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan

secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul-

menyusul. Namun dua hal lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari

lapangan.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama enam bulan dari bulan Agustus

2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Di bawah ini adalah tabel jadwal

Page 28: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

28

penelitian yang akan dilakukan:

TABEL 3.1

Jadwal Penelitian

FASE KEGIATAN 2012 2013

8 9 10 11 12 1

1. Persiapan

a. Penyusunan Proposal

Skripsi

b. Konsultasi draf Proposal

Skripsi

c. Seminar Proposal Skripsi

2. Pengumpulan

dan pengolahan

data

a. Memasuki lapangan

b. Menentukan fokus

penelitian

c. Tahap seleksi, analisis

komponen

d. Menentukan tema,

analisis tema

e. Uji keabsahan data

3. Penulisan

laporan

penelitian dan

bimbingan

a. Membuat draf Skripsi

b. Konsultasi draf Skripsi

c. Penyempurnaan Skripsi

4. Ujian Skripsi a. Ujian Skripsi

b. Perbaikan Skripsi

5. Penyerahan

Skripsi

a. Penggandaan Skripsi

b. Penyerahan Skripsi

Page 29: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya merupakan kota satu-satunya diantara 13 (tiga

belas) Kabupaten yang menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah.

Kota Palangka Raya secara geografis merupakan wilayah yang cukup

strategis karena berada di tengah-tengah Pulau Kalimantan. Kota Palangka

Raya memiliki luas wilayah 2.678,51 Km2 (267.851 Ha), terletak pada

koordinat: 6040’-7020’ Bujur Timur dan 1030’-2030’ Lintang Selatan,

dengan ketinggian 25 meter sampai 35 meter diatas permukaan laut (dpl).

Batas wilayah administratif Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan

Letak Kota Palangka Raya berada tepat di tengah-tengah Kabupaten

hasil pemekaran sangat potensial untuk tumbuh dan berkembang pesat

didukung dengan semakin lancarnya transportasi darat yang melintasi

poros selatan dan poros tengah Jalan Lintas Kalimantan yang

menghubungkan antar Provinsi dan antar Kabupaten di sekitarnya.

Page 30: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

30

Jumlah penduduk Kota Palangka Raya sampai dengan tahun 2010

berjumlah 207.315 jiwa yang terbagi dalam lima daerah administratif, dan

terbagi dalam lima wilayah kecamatan dan 30 kelurahan yakni :

a) Kecamatan Pahandut, dengan jumlah penduduk 80.829 jiwa, yang

terdiri dari 6 kelurahan yaitu Pahandut, Panarung, Langkai,Pahandut

Seberang, Tumbang Rungan, dan Tanjung Pinang;

b) Kecamatan Jekan Raya, dengan jumlah penduduk 100.461 jiwa, yang

terdiri dari 4 kelurahan yaitu Palangka, Menteng, Bukit Tunggal, dan

Petuk Ketimpun;

c) Kecamatan Sebangau, dengan jumlah penduduk 12.428 jiwa, yang

terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kalampangan, Bereng Bengkel, Kameloh

Baru, Kereng Bangkirai, Sabaru, dan Danau Tundai;

d) Kecamatan Bukit Batu, dengan jumlah penduduk 10.888 jiwa, yang

terdiri dari 7 kelurahan yaitu Tangkiling, Sei Gohong, Marang,

Tumbang Tahai, Banturung, Habaring Hurung, dan Kanarakan; dan

e) Kecamatan Rakumpit, dengan jumlah penduduk 2.709 jiwa, yang

terdiri dari 7 kelurahan yaitu Mungku Baru, Petuk Barunai, Panjehang,

Petuk Bukit, Pager, Gaung Baru, dan Bukit Sua.

Jadi dengan potensi jumlah penduduk yang cukup besar tersebut akan

memunculkan masalah dibidang ketentraman dan ketertiban umum,

diantaranya banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan

dan di trotoar pada jalan-jalan protokol ataupun pada jalan-jalan yang

dilarang oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Dimana rata-rata dari

Page 31: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

31

mereka berasal dari luar Kota Palangka Raya maupun dari luar Provinsi

Kalimantan Tengah.

Untuk mengatasi masalah gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Pemerintah Kota Palangka Raya yang pada masa itu masih berbentuk

Kotamadya (Kodya) Daerah Tingkat II Palangka Raya, melalui Peraturan

Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda)

Kotamadya Daerah Tingkat II Palangka Raya, keberadaan Satuan Polisi

Pamong Praja tergabung kedalam Sub Bagian Ketertiban Umum (Tibum)

Bagian Tata Pemerintahan (Tapem) Sekretaris Wilayah Daerah

Kotamadya Daerah Tingkat II Palangka Raya. Dalam pasal 12 ayat (4)

dinyatakan : “Sub Bagian Ketertiban Umum mempunyai Tugas

mengumpulkan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis

pembinaan ketertiban umum, pembinaan Polisi Pamong Praja dan

menyiapkan bahan pertimbangan legalitas dan perizinan”. (Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya).

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor

07 Tahun 2000 tanggal 26 September 2000 tentang Pembentukkan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat Daerah Kota Palangka

Raya, dalam pasal 7 ayat (1) b Satuan Polisi Pamong Praja telah menjadi

Sub Bagian dari Tata Pemerintahan.

Setelah pencanangan Otonomi Daerah pada tahun 2001, melalui

Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 25 Tahun 2001 tanggal 20

Page 32: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

32

Desember 2001 tentang Pembentukkan, Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya, maka Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya telah berdiri sendiri dan menjadi

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang baru. Pembentukkan ini

dengan menelaah pada kebutuhan dan perkembangan Kota Palangka Raya

terhadap peningkatan jumlah penduduk yang berimbas pula pada

perkembangan penanganan permasalahan kebersihan dan penataan pasar

dan penertiban lokasi pedagang. (Profil Kelembagaan Pemerintah Kota

Palangka Raya, 2008).

Sejak pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003

tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, terdapat penyesuaian

nama nomenklatur SKPD, lalu diterbitkan Peraturan Daerah Kota

Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2004 tanggal 9 Juni 2004 tentang

Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya.

Setelah lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah, terjadi peningkatan status Satuan Polisi

Pamong Praja dari eselon III.a menjadi II.b sehingga terbit Peraturan

Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 tahun 2007 tangggal 10 September

2007 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya, dengan pertimbangan pada

faktor : posisi Kota Palangka Raya sebagai Ibukota Provinsi, luasnya

wilayah tugas yang ditangani dan semakin kompleksnya permasalahan

Page 33: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

33

bidang ketentraman dan ketertiban umum seiring dengan perkembangan

pesat Kota Palangka Raya. (Profil Kelembagaan Pemerintah Kota

Palangka Raya,2008).

Adapun Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya yaitu :

Visi :

Terwujudnya Masyarakat Kota Palangka Raya yang tertib, tentram dan

aman dalam “Huma Betang”.

Misi

a. Meningkatkan kapasitas hubungan sosial, budaya dan kemasyarakatan

dalam membangun kemitraan;

b. Meningkatkan kualitas pelayanan ketentraman dan ketertiban serta

perlindungan kemasyarakat;

c. Meningkatkan pengawasan dan penegakkan Peraturan Daerah serta

kebijakan Pemerintah Kota Palangka Raya;

d. Meningkatkan kualitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Satuan Polisi Pamong Praja.

2. Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

Dalam pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007, tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya. Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya terdiri dari :

Page 34: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

34

a. Kepala Satuan

b. Kelompok Jabatan Fungsional

c. Sekretariat, terdiri dari :

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

d. Bidang Bimbingan Masyarakat terdiri dari :

Seksi Penyuluhan

Seksi Pelayanan Pengaduan Masyarakat dan Penanggulangan

Bencana

e. Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum terdiri dari :

Seksi Ketertiban Umum

Seksi Operasional dan Pembinaan Personil

f. Bidang Penegakkan Peraturan Daerah dan Penindakan terdiri dari :

Seksi Penyelidikan dan Penyimpanan Barang Bukti

Seksi Penertiban Perizinan.

Sementara Kelompok Jabatan Fungsional hingga kini belum terisi dan

belum berfungsi sebagaimana mestinya, karena belum ada pejabat dan

pegawai yang ditempatkan disana. Sekretariat mengurus masalah

kepegawaian dan keuangan. Bidang Bimbingan Masyarakat mengadakan

penyuluhan dan pelayanan pengaduan masyarakat. Bidang Ketentraman

dan Ketertiban Umum menangani masalah ketentraman dan ketertiban

umum di wilayah Kota Palangka Raya. Sedangkan Bidang Penegakan

Page 35: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

35

Peraturan Daerah dan Penindakan mengurusi masalah penyidikan, barang

bukti dan penertiban perizinan.

Page 36: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

36

Page 37: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

37

Gambar 4.2

BAGAN STRUKTUR BIDANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN

Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum

HIDAYAT UDIANSYAH, BBA Pembina (IV/a)

NIP. 19580517 198603 1 011

Pelaksana

Kepala Seksi Ketertiban Umum

Drs. EMPAS LUDANG Penata Tingkat I (III/d)

NIP. 19600508 198503 1 014

Kepala Seksi Operasional dan Pembinaan Personil

WIDARNO, SH Penata Muda Tingkat I (III/b) NIP. 19641123 198803 1 009

Pelaksana

Pelaksana

Pelaksana

Page 38: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

38

Page 39: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

39

Jumlah Personil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

berdasarkan data dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dari

keseluruhan pegawai per 21 Januari 2013 adalah 185 orang, yang dapat

dilihat pada tabel 4.1 sampai tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan atau Bidang Tugas

No. Jabatan / Bidang Tugas Jumlah (orang) 1. Kepala Satuan 1

2.

Sekretariat a. Sekretaris b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

1 12 11

3.

Bidang Bimbingan Masyarakat a. Kepala Bidang b. Seksi Penyuluhan c. Seksi Pelayanan Pengaduan Masyarakat dan

Penanggulangan Bencana

1 19 20

4.

Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum a. Kepala Bidang b. Seksi Ketertiban Umum c. Seksi Operasional dan Pembinaann Personil

1 49 47

5.

Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Penindakan a. Kepala Bidang b. Seksi Penyidikan dan Penyimpanan Barang Bukti c. Seksi Penertiban Perizinan

1 12 10

Jumlah 185

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Kepangkatan dan Status

No. Pangkat / Status Golongan/Ruang Jumlah (orang) 1. Pembina Tingkat I IV/b 2 2. Pembina IV/a 3 3. Penata Tingkat I III/d 4 4. Penata III/c 3 5. Penata Muda Tingkat I III/b 4 6. Penata Muda III/a 15 7. Pengatur Tingkat I II/d 1 8. Pengatur II/c 2 9. Pengatur Muda Tingkat I II/b 45 10. Pengatur Muda II/a 6 11. Juru Tingkat I I/d 1 12. Tenaga Kontrak - 99

Jumlah 185

Page 40: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

40

TABEL 4.3

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) 1. Pasca Sarjana/S-2 3 2. Sarjana/S-1 21 3. Diploma-III 2 4. Diploma-II - 5. Diploma-I - 6. SLTA 152 7. SLTP 7

Jumlah 185

Sarana dan prasarana yang dimiliki Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya sebagai penunjang tugas dan operasional berdasarkan data yang diperoleh

dari Pengurus Barang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya adalah :

TABEL 4.4

Sarana Penunjang Operasional Yang Dimiliki

No. Nama Barang Jumlah 1. Mobil Dinas 2 2. Mobil Truck 2 3. Mobil Patroli 2 4. Mobil Patroli Pengawal 1 5. Sepeda Motor Dinas 2 6. Sepeda Motor Patroli Pengawal 1 7. Komputer 8 8. Mesin Tik 2 9. Pentungan 150 10. Linggis 3 11. Palu/ Godam 5 12. Gergaji 3 13. Pengait Spanduk 2

Page 41: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

41

3. Uraian Tugas Pejabat Struktural Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya

Uraian Tugas Jabatan Struktural Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya telah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Walikota

Palangka Raya Nomor 22 Tahun 2012. Adapun uraian tugas yang

dimaksud yaitu:

a. Uraian Tugas Kepala Satuan

1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok

merumuskan kebijakan operasional Satuan, mengendalikan,

membina dan memberikan pelayanan teknis dibidang Ketentraman

dan Ketertiban Umum, serta Penegakan Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota dan atau Keputusan Walikota secara terpadu

bersama-sama Instansi terkait sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Uraian Tugas yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan dan menyusun kebijakan Satuan berdasarkan

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;

b. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di Bidang Ketentraman

dan Ketertiban Umum berdasarkan Pedoman dan ketentuan

yang berlaku;

c. Menyelenggarakan kegiatan di Bidang Ketentraman dan

Ketertiban Umum, Bimbingan Masyarakat dan Penegakan

Page 42: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

42

Peraturan Daerah dan Penindakan sesuai ketentuan dan

peraturan yang berlaku;

d. Mengkoordinir kegiatan Sekretaris dan para Kepala Bidang di

Lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

sesuai petunjuk dan ketentuan yang berlaku, sehingga diperoleh

sinkronisasi dalam pelaksanaan tugas;

e. Mengarahkan dan mengatur Sekretaris dan para Kepala Bidang

dalam melaksanakan tugasnya agar sesuai dengan petunjuk dan

ketentuan yang berlaku;

f. Membina kegiatan administrasi, Organisasi dan Tatalaksana

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya sesuai

petunjuk dan ketentuan yang berlaku agar tercapai hasil yang

optimal;

g. Mengevaluasi perkembangan penyelenggaraan kegiatan dan

program di Bidang Bimbingan Masyarakat, Ketentraman dan

Ketertiban, Penegakan Peraturan Daerah dan Penindakan pada

Satuan Polisi Pamong Praja untuk menentukan skala prioritas

dalam penyelenggaraannya dan program tahun berikutnya;

h. Melakukan koordinasi dengan Instansi terkait untuk kelancaran

pelaksanaan tugas;

i. Melakukan pengawasan, penugasan pembinaan dan bimbingan

kepada para pemegang jabatan fungsional di Lingkungan

Satuan Polisi Pamong Praja yang ada dibawahnya;

Page 43: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

43

j. Meneliti surat-surat masuk dan keluar, nota dinas dan nota

pertimbangan serta arah disposisi baik kepada pimpinan tingkat

atas maupun pimpinan terbawah sesuai petunjuk dan ketentuan

yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan;

k. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil kerja yang

dicapai sebagai bahan penilaian untuk pengajuan Daftar

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3);

l. Melaporkan pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Palangka Raya berdasarkan pelaksanaan

kegiatan bawahan sebagai bahan masukan bagi pimpinan;

m. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugas.

b. Uraian Tugas Sekretaris

1. Sekretaris mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan

administrasi kepada semua unsur di Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya meliputi administrasi umum, kepegawaian,

keuangan, urusan perencanaan, evaluasi dan mengkoordinir

penyusunan Rencana Kerja (RENJA), Rencana Strategis

(RENSTRA), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ),

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD),

Penetapan Kinerja, Standar Operasional Prosedur (SOP), Surat

Perintah Pembayaran (SPM), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA),

Page 44: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

44

dan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya;

2. Uraian Tugas dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Membuat Rencana Kerja dan langkah-langkah kegiatan

Sekretariat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

sebagai acuan pelaksanaan tugas;

b. Mengkoordinir dan mendistribusikan tugas kepada kepala Sub

Bagian di Lingkungan Sekretariat sesuai dengan bidang tugas

masing-masing agar tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan

baik;

c. Memberi petunjuk kepada para Kepala Sub Bagian di

Lingkungan Sekretariat baik tertulis maupun lisan agar tugas

dapat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku;

d. Memeriksa dan mengoreksi hasil kerja para Kepala Sub Bagian

di Lingkungan Sekretariat sesuai dengan petunjuk agar tidak

terjadi kesalahan atau kekeliruan;

e. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian, meliputi proses

usulan kenaikan pangkat, menyusun Daftar Urutan

Kepegawaian (DUK), Daftar Nominatif dan Formasi Pegawai

Negeri Sipil (PNS), Pendidikan dan Latihan (Diklat) PNS,

Surat Ijin, Cuti, Sakit, serta menyiapkan dan merekapitulasi

daftar hadir PNS;

Page 45: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

45

f. Menyelenggarakan administrasi keuangan, perencanaan

anggaran dan penyiapan dana serta pertanggungjawaban

keuangan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku;

g. Menyelenggarakan administrasi perlengkapan meliputi

inventarisasi aset Satuan pemeliharaan barang, membuat

usulan/mengadakan Alat Tulis Kantor (ATK) dan perlengkapan

Rumah Tangga Kantor serta menyusun Rencana Tahunan

Barang Unit (RTBU) sesuai ketentuan yang berlaku;

h. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja (RENJA), Rencana

Strategis (RENSTRA), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggung

Jawaban (LKPJ), Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (LPPD), Penetapan Kinerja, Standar Operasional

Prosedur (SOP), Surat Perintah Pembayaran (SPM), Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA), dan Daftar Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya;

i. Memproses usulan pengangkatan/pemberhentian Bendahara

Pengeluaran, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (P2BJ),

Pemeriksaan Barang, Pengurus Barang di Lingkungan Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya;

j. Menyelenggarakan urusan surat menyurat, rumah tangga, dan

urusan lainnya yang belum diuraikan pada bidang lain;

Page 46: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

46

k. Mengoordinir penyusunan laporan berkala Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Palangka Raya dan para Kepala Bidang;

l. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil kerja yang

dicapai sebagai bahan penilaian untuk pengajuan Daftar

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3);

m. Melaporkan pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Sekretariat

berdasarkan pelaksanaan kegiatan bawahan sebagai bahan

masukan bagi pimpinan;

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugas.

c. Uraian Tugas Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban

1. Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai

tugas pokok melakukan tugas operasional dan pembinaan personil

serta melaksanakan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum;

2. Uraian Tugas yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja/kegiatan Bidang Ketentraman dan

Ketertiban Umum sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Mempelajari ketentuan, peraturan, kebijakan dan pedoman

yang berhubungan dengan bidang tugas;

c. Menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

d. Melakukan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi

dan mentaati Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota;

Page 47: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

47

e. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga

masyarakat atau Badan Hukum yang melakukan pelanggaran

atas Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota;

f. Menjaga dan mengamankan aset-aset Pemerintah Kota

Palangka Raya dan fasilitas umum lainnya;

g. Melakukan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan

Daerah, Peraturan Walikota dan Aparat Kepolisian Negara,

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan aparat lainnya;

h. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait di Bidang

Ketentraman dan Ketertiban Umum untuk kelancaran

pelaksanaan tugas;

i. Mengerjakan tugas pengawasan dan pembinaan teknis

operasional kepada bawahan/anggota;

j. Memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan sebelum

disampaikan kepada atasan;

k. Menilai prestasi kerja bawahan di Bidang Ketentraman dan

Ketertiban Umum berdasarkan hasil kerja yang dicapai sebagai

bahan pengajuan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-

3);

l. Melaporkan pelaksanaan kegiatan Bidang Ketentraman dan

Ketertiban Umum berdasarkan pelaksanaan kegiatan bawahan

sebagai bahan masukkan bagi pimpinan;

Page 48: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

48

m. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugas.

d. Uraian Tugas Kepala Seksi Ketertiban Umum

1. Kepala Seksi Ketertiban Umum mempunyai tugas pokok

melaksanakan ketertiban umum dalam menyelenggarakan

Pemerintahan di Wilayah Kota Palangka Raya;

2. Uraian Tugas dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja/kegiatan Seksi Ketertiban Umum

sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Mempelajari ketentuan, peraturan, kebijakan, dan pedoman

yang berhubungan dengan bidang tugas;

c. Melaksanakan kebijakan pemerintah daerah yang mengacu

pada kebijakan nasional di bidang penegakan peraturan daerah,

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat,

Kepolisipamongprajaan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) serta perlindungan masyarakat;

d. Menyelesaikan perselisihan warga serta menegakkan

perlindungan masyarakat dalam rangka penegakkan Hak Azasi

Manusia (HAM);

e. Menjaga dan mengamankan aset-aset Pemerintah Kota

Palangka Raya dan fasilitas umum lainnya;

f. Mengatur, menertibkan dan pengawasan terhadap Pedagang

Kaki Lima (PKL);

Page 49: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

49

g. Menertibkan warga masyarakat atau Badan Hukum yang

melanggar ketentraman dan ketertiban umum, Peraturan

Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota Palangka

Raya;

h. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan teknis operasional

kepada anggota Polisi Pamong Praja yang sedang bertugas;

i. Membuat jadwal kegiatan penertiban umum;

j. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait di Bidang

Umum untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

k. Dalam melaksanakan tugas selalu menjaga sopan santun dan

tata krama yang berlaku;

l. Memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan sebelum

disampaikan kepada atasan;

m. Menilai prestasi kerja bawahan di Lingkungan Seksi Ketertiban

Umum berdasarkan hasil kerja yang dicapai sebagai bahan

pengajuan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3);

n. Melaporkan pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Seksi

Ketertiban Umum berdasarkan pelaksanaan kegiatan bawahan

sebagai bahan masukkan bagi pimpinan;

o. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugas.

Page 50: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

50

e. Uraian Tugas Kepala Seksi Operasional dan Pembinaan Personil

1. Kepala Seksi Operasional dan Pembinaan Personil mempunyai

tugas pokok melaksanakan opersional dan pembinaan personil

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya;

2. Uraian Tugas dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja/kegiatan Seksi Operasional dan

Pembinaan Personil sebagai pedoman dalam pelaksanaan

tugas;

b. Mempelajari ketentuan, peraturan, kebijakan dan pedoman

yang berhubungan dengan bidang tugas;

c. Melaksanakan tugas operasional dilapangan yang dapat

mengganggu kinerja Pemerintah Kota Palangka Raya;

d. Melaksanakan pembinaan personil untuk peningkatan kinerja

pada Satuan Polisi Pamong Praja;

e. Dalam melaksanakan tugas selalu menjaga sopan santun dan

tata krama yang berlaku;

f. Membuat jadwal Operasional Anggota Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya dan pengawalan maupun piket Anggota

Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya;

g. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait tugas

operasional untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

h. Memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan sebelum

disampaikan kepada atasan;

Page 51: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

51

i. Menilai prestasi kerja bawahan di Lingkungan Seksi

Operasional dan Pembinaan Personil berdasarkan hasil kerja

yang dicapai sebagai bahan pengajuan Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3);

j. Melaporkan pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Seksi

Operasional dan Pembinaan Personil berdasarkan pelaksanaan

kegiatan bawahan sebagai bahan masukkan bagi pimpinan;

k. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

sesuai bidang tugas.

Untuk para pelaksana di Lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya dalam melaksanakan tugasnya selalu memperhatikan

ketentuan dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta

bimbingan/petunjuk atasan langsung/pimpinan. (Peraturan Walikota

Palangka Raya Nomor 22 Tahun 2012).

4. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengaturan, Penertiban,

Dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima.

a. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengaturan Pedagang Kaki

Lima

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya memiliki peran

yang strategis untuk mengatur dan menata pedagang kaki lima yang

melakukan aktifitas berjualan di tempat yang menjadi larangan bagi

pedagang kaki lima seperti dibahu jalan, trotoar, maupun tempat yang

menjadi fasilitas umum. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) a

Page 52: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

52

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009 bahwa “Setiap kegiatan usaha

Pedagang Kaki Lima tidak diperbolehkan : melakukan kegiatan

usahanya dijalan, trotoar, jalur hijau dan atau fasilitas umum kecuali di

kawasan dan waktu tertentu yang ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota

Palangka Raya”. Hal ini juga senada seperti yang dikatakan Kepala

Bidang Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya Hidayat Udiansyah, BBA berikut ini :

“Untuk pengaturannya tidak melanggar berjualan di atas bahu jalan itu (tempat yang menjadi larangan berjualan), dan kalau bisa dimundurkan sebelum parit, supaya tidak melanggar Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009”. (Wawancara, 17 Januari 2013).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kepala Seksi Ketertiban Umum

Drs. Empas Ludang ketika ditanya tentang bagaimana pengaturan yang

dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja kepada pedagang kaki lima,

beliau mengatakan :

“Peran Satpol PP untuk menegakkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009 dalam pengaturannya kami selalu memberi tahu dan mengarahkan kepada pedagang kaki lima agar tidak melakukan usahanya di pinggir jalan, di trotoar dan di atas parit (saluran air) supaya semua pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya bisa tertib dan patuh mentaati semua aturan yang berlaku serta tidak mengganggu arus lalu lintas kendaraan yang lewat”. (Wawancara, 17 Januari 2013).

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Kepala Seksi Operasional dan

Pembinaan Personil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

Widarno, SH yang mengatakan : “Apabila pedagang kaki lima

melanggar aturan menempati di atas drainase (saluran air/parit) atau di

Page 53: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

53

bahu jalan, maka akan dilakukan penertiban oleh Satuan Polisi

Pamong Praja”. (Wawancara, 17 Januari 2013).

Penertiban dimaksudkan agar padagang kaki lima tidak melakukan

aktifitas berjualannya ditempat yang menjadi larangan pada kawasan

dan waktu yang telah ditentukan Pemerintah Kota Palangka Raya.

Sedangkan Zulkifli salah seorang petugas Seksi Ketertiban Umum

dalam wawancara tanggal 17 Januari 2013 mengatakan bahwa “Satuan

Polisi Pamong Praja sangat berperan dalam mengatur para PKL

(pedagang kaki lima) agar mematuhi Peraturan Daerah Nomor 13

Tahun 2009”

Disisi lain seorang pedagang buah di jalan Diponegoro yang

bernama Ibu Tin ketika ditanya bagaimana petugas Satuan Polisi

Pamong Pamong Praja dalam melakukan pengaturan pedagang kaki

lima, beliau mengatakan : “Pertamanya dibilang dulu baik-baik,

dikasih batas (waktu) berapa lama gitu maksudnya (Satuan Polisi

Pamong Praja) biar gak boleh jualan disini (tempat yang menjadi

larangan berjualan)”. (Wawancara,18 Januari 2013).

Jawaban serupa juga dikatakan oleh Suwandi seorang pedagang

buah yang mengatakan : “Biasanya mereka (Satuan Polisi Pamong

Praja) bilangi dulu pak kalau kami (pedagang kaki lima) mau jualan

setelah sore hari gitu”. (Wawancara, 18 Januari 2013).

Disamping melakukan pengaturan kepada para pedagang kaki lima

yang berjualan di trotoar dan bahu jalan dan di atas drainase (saluran

Page 54: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

54

air), Satuan Polisi Pamong Praja juga melakukan sosialisasi agar

pedagang kaki lima yang berjualan pada trotoar dan bahu jalan

memiliki kesadaran untuk berlaku tertib mematuhi aturan yang

ditetapkan Pemerintah Kota Palangka Raya seperti yang dikatakan

Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya Hidayat Udiansyah, BBA :

“Jadi kita (Satuan Polisi Pamong Praja) selalu mensosialisasikan dengan lisan dulu, setelah lisan baru kita inikan (sosialisasikan) tertulis dan dikasih waktu bagi yang melanggar itu (pedagang kaki lima) paling lambat satu minggu supaya segera pindah atau memposisikan lokasi yang tidak melanggar aturan, supaya tidak terkena Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009” (Wawancara, 17 Januari 2013). Serupa dengan pendapat tersebut, ketika ditanya tentang bagaimana

Satuan Polisi Pamong Praja melakukan sosialisasi kepada pedagang

kaki lima, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

Drs. Fransiscus Welafubun, MM dalam wawancara tertulis tanggal 22

Januari 2013 mengatakan : “Siaran keliling, surat edaran, dan papan

larangan di lokasi (tempat dimana sering terjadinya pelanggaran oleh

(pedagang kaki lima).

b. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pedagang Kaki

Lima

Demi keindahan, kebersihan, keamanan, ketentraman dan

ketertiban Kota Palangka Raya, hendaknya setiap pedagang kaki lima

yang berjualan ditempat-tempat yang menjadi larangan berjualan pada

kawasan dan waktu yang telah ditentukan Pemerintah Kota Palangka

Raya mematuhi segala aturan yang telah ditentukan Pemerintah Kota

Page 55: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

55

Palangka Raya. Bila ada pedagang yang melanggar aturan tersebut

maka wajib ditertibkan Walikota Palangka Raya atau Pejabat yang

ditunjuk dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2009 bahwa “Untuk keindahan, kebersihan, dan

keamanan, maka setiap orang yang berjualan pada jalur hijau, trotoar

dan bahu jalan di Wilayah Kota Palangka Raya wajib ditertibkan oleh

Walikota Palangka Raya atau Pejabat yang ditunjuk”.

Dari keterangan diatas petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya secara yuridis mempunyai dasar yang kuat untuk

melaksanakan Penertiban kepada Pedagang kaki Lima yang melanggar

aturan yang telah ditentukan Pemerintah Kota Palangka Raya.

Penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya di lakukan dengan pendekatan persuasif seperti yang dikatakan

oleh Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya Hidayat Udiansyah, BBA berikut ini :

“Untuk penertibannya (pedagang kaki lima) kita panggil, kita ingatkan jangan berbuat lagi dengan membuat pernyataan di atas materai dan foto copy KTP (Kartu Tanda Penduduk)”. (Wawancara, tangal 17 Januari 2013).

Hal senada juga diungkapkan oleh Cerio Jaya seorang petugas

Seksi Operasional dan Pembinaan Personil Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya yang mengatakan bahwa :

Page 56: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

56

“Tiap kali ada penertiban kami (Satuan Polisi Pamong Praja) tidak

akan langsung bertindak, paling tidak kami memberikan

penyuluhan dulu kepada PKL, artinya kami menertibkan PKL

harus sesuai aturan yang ada”. (Wawancara, tanggal 18 Januari

2013).

Di tempat yang sama Zulkifli petugas Seksi ketertiban Umum juga

mengatakan bahwa “Peran kita (Satuan Polisi Pamong Praja) dalam

menertibkan PKL (pedagang kaki lima) adalah dengan cara kita

memberikan surat teguran dengan waktu yang sudah kita tetapkan,

apabila sudah jatuh tempo (batas waktu) tidak diindahkan (tidak

dilaksanakan) maka akan kita ambil tindakan sesuai dengan peraturan

yang ada, atau yang berlaku”. (Wawancara, tanggal 17 Januari 2013).

Hal tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan Ibu Samdanah seorang

pedagang buah yang berjualan diatas trotoar di jalan Diponegoro yang

mengatakan : “Biasanya menegur (petugas Satuan Polisi Pamong

Praja) kalau anu (berjualan diatas trotoar) kada (tidak) boleh buka

(berjualan)”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Jawaban tersebut di amini oleh Yanto, pedagang kaset CD

(Compac Disk) yang berjualan di bahu jalan Yos Sudarso ketika

ditanya pendapatnya tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang

mengatakan :

“Lumayan bagus juga sih orangnya Satpol PP tu ya kalau bertindak

tu ya sabar juga sih, ibaratnya kalau razia tu ga langsung di bawa

Page 57: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

57

mereka tu, pasti ada peringatan, ibaratnya harus gini,gini,gini

pedagang harus gini, harus mentaati peraturan ini-ini”.

(Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Di sisi lain Kepala Seksi Operasional dan Pembinaan Personil

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya Widarno, SH saat

ditanya peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam penertiban pedagang

kaki lima mengatakan :

“Polisi Pamong Praja bekerja sama dengan Dinas Pasar sesuai dengan permintaan dari dinas/instansi yang terkait dalam hal ini adalah Dinas Pasar atau berdasarkan laporan daripada warga masyarakat yang mengeluh tentang keadaan (keberadaan) PKL-PKL, sehingga Polisi Pamong Praja melakukan penertiban setelah diberikan instruksi dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, lalu diterbitkan surat tugasnya, lalu berangkat kelokasi (tempat dimana terjadi pelanggaran oleh PKL) sesuai dengan mekanisme (aturan) yang ada dalam Satuan Polisi Pamong Praja”. (Wawancara, tanggal 17 Januari 2013).

Penertiban yang rutin dilakukan oleh satuan Polisi Pamong Praja

menunjukkan ketidaktahuan pedagang kaki lima tentang Peraturan

Daerah Nomor 13 Tahun 2009, sehingga banyak dari para pedagang

kaki lima yang melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Seperti yang

dikatakan Tarmiko salah seorang pedagang mainan anak-anak yang

berjualan dijalan Diponegoro yang mengatakan : “ Kalau Peraturannya

sih saya belum begitu tau, belum juga tahu Peraturannya”.

(Wawancara, 18 Januari 2013).

Pernyataan itu didukung oleh Ibu Samdanah seorang pedagang

buah dijalan Diponegoro, ketika ditanya tentang Peraturan Daerah

Page 58: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

58

Nomor 13 Tahun 2009 yang mengatakan : “Kada tau (tidak tahu), apa

yo!!??”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Ditempat lain, Yanto seorang pedagang kaki lima juga mengatakan :

“Kurang tau sih Pak”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Ketika ditanya tentang Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009.

Di lokasi yang sama pendapat berbeda dikatakan oleh ibu Yogi

seorang pedagang bensin eceran dan rokok yang mengatakan : “Tau ja,

ya tahunya dari penyuluhan keliling yang dilakukan Satpol PP”.

(Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Banyaknya pedagang kaki lima yang tidak mengetahui tentang

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009, menandakan belum

maksimalnya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh Satuan

Polisi Pamong Praja kepada pedagang kaki lima dalam menyampaikan

informasi yang jelas tentang aturan-aturan yang ditetapkan Pemerintah

Kota Palangka Raya.

Adanya oknum yang melakukan pungutan liar kepada pedagang

kaki lima juga merupakan masalah yang ditemui dalam penertiban

pedagang kaki lima yang mengatasnamakan Satuan Polisi Pamong

Praja ataupun instansi lainnya seperti yang dikatakan Tarmiko

pedagang mainan anak-anak :

“Kalau waktu itu jujur saja, waktu baru-baru saya berdagang didepan, saya per-per aja, saya mau dimasukan (ditertibkan) kena per-per aja saya yang salah, waktu baru datang kesitu (berjualan) ada yang mengaku, kada tau jua, ada yang pakaian dinas satu (orang), ada yang pakaian preman satu, minta uang sama saya, saya gak kasih, oleh karna apa saya jualan ja sepi, jualan susah, minta uang rokok dia bilang,

Page 59: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

59

kalau rokok ya saya kasih rokok aja, ambil rokok, hisap. Kalau minta uang rokok maaf, maaf saja, bukan saya gak mau ngasih, saya ja susah, sakit bejualan ja ku bilang, ya itu aja. Cuma beberapa minggu lalu langsung ja penggusuran, ga tau apa sebabnya”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Masih menurut Tarmiko pedagang yang setiap harinya berjualan di

bahu jalan di depan SMPN-2 ini, ketika ditanya tentang mengapa

masih berjualan di tempat ini, dia mengatakan :

“Ya, intinya sih mana bisa berjualan ke lokasi lain lagi selain ini, ya menurut saya sih ga terlalu mengganggu, anak-anak sudah pulang sekolah, ibaratnya berjualan sore, mau ga mau, mau ga mau ya harus bertahan tetap disini. Mau ga mau itu oleh karna terdesak kebutuhan hidup. Ya, ibaratnya perut harus dikasih makan, anak perlu biaya, jajan, mau kada mau ga perduli peraturan-peraturan gimana. Asli!! (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Katanya ketika ditanya.

Selain karena terdesak oleh kebutuhan hidup, alasan pedagang kaki

lima yang masih tetap berjualan dilokasi yang menjadi larangan untuk

melakukan aktifitas dagangnya, karena alasan lokasi yang strategis

seperti yang dikatakan Yanto pedagang kaset CD (Compac Disk) : “Ya

memang karena disini yang potensi Pak ya, kalau ditempat lain kan

mungkin kurang pendapatan, kalau dagang ni kan ga cuma sembarang

tempat, cari yang strategis juga Pak ya”. (Wawancara, tanggal 18

Januari 2013).

Alasan serupa juga dikatakan oleh Ibu Tin, pedagang buah di jalan

Diponegoro yang mengatakan : “Ya karena gimana, pas tempatnya

untuk bisa usaha, maksudnya apa gitu, dekat dengan teman-teman

Page 60: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

60

sama-sama jualan buah, jadi rame gitu lah”. (Wawancara, tanggal 18

Januari 2013).

Ditempat yang berbeda seorang pedagang buah yang bernama

Nanang juga mengatakan hal yang serupa : “Habis mau kayak apa

(bagaimana) lagi pak disini ja yang ramai banyak yang menukar

(membeli), banyak orang lalu lalang (lewat) disini, kalo (kalau)

ditempat lain kan agak sepi”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

c. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengawasan Pedagang Kaki

Lima

Demi tercapainya maksud dan tujuan dari cita-cita Peraturan

Daerah Nomor 13 Tahun 2009, yaitu agar keberadan para pedagang

kaki lima di Kota Palangka Raya tidak merubah Tata Kota Cantik

Palangka Raya. Hal itu sesuai dengan Pasal 2 ayat (1 dan 2) Peraturan

Daerah Nomor 13 Tahun 2009 yang menyatakan “Maksud, mengatur

pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya sesuai dengan Motto Kota

Cantik Palangka Raya. Tujuan, membina pedagang kaki lima sesuai

yang telah ditetapkan Walikota Palangka Raya”.

Untuk melaksanakan maksud dan tujuan dari Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2009, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya melakukan pengawasan terhadap pedagang kaki lima.

Pengawasan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan

Patroli secara rutin yang sudah menjadi agenda bulanan di Satuan

Page 61: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

61

Polisi Pamong Praja. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang

Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya Hidayat Udiansyah, BBA yang mengatakan :

“Untuk pengawasannya (pedagang kaki lima) kita cukup satu bulan

(sebanyak) empat belas kali (patroli rutin), minimal dua hari

sekali”. (Wawancara, tanggal 17 Januari 2013).

Senada dengan itu Zulkifli, petugas Seksi Ketertiban Umum

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya mengatakan :

“Dalam pengawasan PKL (pedagang kaki lima), terkadang setiap satu

bulan ada tiga sampai empat kali patroli keliling dan melihat situasi

dan kondisi dilapangan (keberadaan) para PKL”. (Wawancara, tanggal

17 Januari 2013).

Pendapat yang serupa juga dikatakan oleh Karto pedagang buah

yang berjualan di jalan Diponegoro yang mengatakan : “Biasanya sih

pak kalau pagi, kadang sampai tengah hari juga mereka (Satuan Polisi

Pamong Praja) sering keliling gitu, patroli banyak gitu orangnya

(petugasnya). Bilangi kami gak (tidak) boleh jualan maksudnya kalau

pagi hari sampai kira-kira jam 2 (dua) siang, baru kami boleh jualan”.

(Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Pendapat yang hampir sama juga dikatakan oleh Rahman pedagang

buah yang sehari-harinya menggunakan pick-up sebagai tempat

menaruh dagangannya yang mengatakan : “Kalau mereka sering

patroli kami kada (tidak) berani jua (juga) berjualan disini, kecuali

Page 62: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

62

kalau waktu yang sudah ditentukan untuk berjualan kami wani ja

(berani saja) atau pas mereka jarang patroli wani ja (berani saja) kami

berjualan pagi hari”. (Wawancara, tanggal 18 Januari 2013).

Perlunya kerja sama dan koordinasi antar instansi terkait

merupakan hal yang selalu dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja.

Koordinasi dimaksudkan agar dalam setiap bertugas dilapangan dapat

berjalan dengan lancar seperti yang dikatakan Kepala Bidang

Ketentraman dan Ketertiban Hidayat Udiansyah, BBA yang

mengatakan :

“Ya memang didalam melaksanakan tugas Satuan Polisi Pamong Praja berkoordinasi dengan Dinas Pasar, Tata Kota, dan Dinas Perhubungan, karena itu kan Dinas Perhubungan masalah lalu lintasnya, Dinas Pasar masalah aturannya berdagang di wilayah lokasi tertentu, Tata Kota kan penataannya kan kita inikan (Peraturannya) sesuai apa tidak”. (Wawancara, tanggal 17 Januari 2013).

Dengan perannya sebagai Pengaturan, Penertiban serta

Pengawasan kepada para pedagang kaki lima pelanggaran yang

dilakukan pedagang kaki lima tentunya akan menurun, namun ketika

pada saat musim buah akan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh

pedagang kaki lima yang berjualan buah musiman. Seperti yang

dikatakan oleh Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya Charles Kadarismanto, SH yang mengatakan :

“Kalau menurun atau meningkat elastis saja, karena ketika pada musim buah itu meningkat, tapi ketika tidak musim buah maka menurun, jadi itu musiman saja, jadi tidak bisa dikategorikan oow tahun ini menurun oow tidak kalau kecuali tahun itu tidak musim buah. Jadi PKL inikan kebanyakan yang meresahkan itu adalah pedagang buah, ketika musim durian dia (PKL) itu meningkat, tapi ketika durian

Page 63: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

63

sudah tidak ada itu menurun. Jadi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi itu tergantung musim, jadi kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Jadi perannya terus mengawasi keberadaan pedagang kaki lima, dan dari informasi masyarakat”. (Wawancara, tanggal 21 Januari 2013)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kewajiban menjaga ketertiban

umum, sesuai dengan Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa “Untuk

membantu Kepala Daerah dalam menegakan Peraturan Daerah dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk

Satuan Polisi Pamong Praja”. Hal tersebut sesuai juga dengan Pasal 6 (a)

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa : “Polisi

Pamong Praja berwenang melakukan tindakan penertiban nonyustisial

terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan

pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah”.

Mengacu pada Peraturan Perundang-undangan tersebut, Satuan Polisi

Pamong Praja hendaknya selalu melakukan tugasnya secara profesional dalam

menjaga ketentraman dan ketertiban umum di Kota Palangka Raya. Terkait

tentang keberadan padagang kaki lima, Satuan Polisi Pamong Praja di dalam

melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan aturan yang berlaku dan

mengikuti Prosedur yang telah ditetapkan.

1. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengaturan Pedagang Kaki Lima

Pengaturan pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja

dilakukan untuk menata dan membina pedagang kaki lima di Kota

Page 64: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

64

Palangka Raya agar keberadaan pedagang kaki lima yang melakukan

aktifitas di trotoar, bahu jalan, jalur hijau, serta fasilitas umum lainnya

tidak merusak tata Kota Cantik Palangka Raya. Pengaturan pedagang kaki

lima dilakukan dengan tujuan agar keberadaan mereka tidak meresahkan,

merusak dan mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

serta fasilitas umum lainnya.

Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan

dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

Masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan

teratur.

Fasilitas umum adalah lahan, bangunan/peralatan atau perlengkapan

yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk dipergunakan oleh

masyarakat luas. Fasilitas umum yang dimaksud adalah :

a. Trotoar, yaitu bahu jalan yang dipertinggi dengan konstruksi yang

diperuntukkan bagi pejalan kaki. Karena bahu jalan tersebut

merupakan bagian dari jalan yang letaknya berada di luar jalur lalu

lintas.

b. Jalur hijau, yaitu fasilitas umum lainnya yang merupakan jalur tanah

terbuka yang meliputi taman, lapangan olah raga, taman monumen,

yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Berdasarkan keterangan diatas, segala aktifitas pedagang kaki lima

yang melakukan usahanya pada tempat-tempat tersebut akan dilakukan

Page 65: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

65

pengaturan dan penataan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya. Pengaturan dan penataan pedagang kaki lima dimaksudkan agar :

a. Pedagang kaki lima tidak melakukan kegiatan usahanya di jalan,

trotoar, jalur hijau, dan fasilitas umum;

b. Pedagang kaki lima tidak mendirikan tempat usaha yang bersifat semi

permanen atau permanen;

c. Pedagang kaki lima tidak melakukan kegiatan usahanya yang

menimbulkan kerugian dalam hal kebersihan, keindahan, ketertiban

dan keamanan;

d. Pedagang kaki lima tidak melaksanakan kegiatan yang dapat

menghambat kelancaran lalu lintas umum, seperti kendaraan bermotor

serta pejalan kaki;

e. Pedagang kaki lima tidak menggunakan bahan atau material sebagai

tempat usaha yang melebihi ketentuan yang telah di izinkan oleh

Walikota Palangka Raya;

f. Pedagang kaki lima tidak berpindah tempat dan memindah tangankan

izin tanpa sepengetahuan dan seizin Walikota Palangka Raya;

g. Pedagang kaki lima tidak menelantarkan dan atau membiarkan kosong

tanpa kegiatan secara terus-menerus selama 1 (satu) bulan;

h. Pedagang kaki lima tidak menjadikan tempat usaha sebagai tempat

penyimpanan, penimbunan barang dan atau tempat tinggal; dan

Page 66: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

66

i. Pedagang kaki lima tidak memperdagangkan barang-barang yang

dilarang oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku.

Didalam menetapkan suatu kawasan yang hendak dijadikan sebagai

tempat berkumpulnya pedagang kaki lima melakukan aktifitas usahanya,

Walikota Palangka Raya harus mempertimbangkan kepentingan umum,

sosial, pendidikan, ekonomi, kebersihan, ketertiban, keamanan

dilingkungan sekitarnya.

Kepentingan-kepentingan yang dimaksud tersebut yaitu seperti Jalan

Raya, lingkungan di sekitar Rumah Sakit, Sekolah dan lain sebagainya.

Untuk mewujudkan hal tersebut Pemerintah Kota Palangka Raya harus

mengatur dan menata dengan baik lokasi yang ingin dijadikan tempat

berjualan, lokasi yang ingin ditetapkan sebagai tempat usaha pedagang

kaki lima, jenis jualan, serta jenis tenda yang digunakan, agar keberadaan

mereka bisa menjadi daya tarik Pariwisata bagi Daerah, dan dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta kesejahteraan

masyarakat dan tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum.

Pengaturan yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka

Raya dilakukan dengan pendekatan persuasif kepada pedagang kaki lima,

yaitu dengan cara memberikan teguran, peringatan kepada pedagang kaki

lima agar tidak melakukan aktifitas usahanya di trotoar, di atas drainase,

maupun di tempat yang menjadi fasilitas umum lainnya.

Page 67: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

67

Apabila teguran yang disampaikan oleh petugas Satuan Polisi Pamong

Praja tidak di laksanakan maka petugas Satuan Polisi Pamong Praja

memberikan teguran secara tertulis, yaitu berupa surat edaran yang

diberikan kepada pedagang kaki lima agar segera pindah atau

memposisikan usahanya ke lokasi lain yang tidak melanggar aturan seperti

meletakkan barang dagangannya sebelum drainase (saluran air).

Jika teguran yang diberikan berupa teguran lisan dan surat edaran tidak

dilaksanakan, maka akan dilakukan pemanggilan kepada pedagang kaki

lima kekantor Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan pelanggaran

tersebut. Pemanggilan kepada pedagang kaki lima dilakukan untuk

membuat surat pernyataan diatas materai enam ribu, atas pelanggaran yang

dilakukan pedagang kaki lima agar tidak mengulangi perbuatannya

tersebut.

Mengacu pada uraian diatas, peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam

pengaturan pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya merupakan amanat

yang diberikan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya dalam melaksanakan

penyelenggaraan urusan Pemerintah Kota dibidang ketentraman dan

ketertiban umum, Peraturan Daerah dan Keputusan dan atau Peraturan

Walikota yang dibebankan kepada Satuan Polisi Pamong Praja untuk

mengatur, menata keberadaan pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya,

melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum sesuai dengan program,

dan melakukan hubungan yang baik dengan pedagang kaki lima maupun

masyarakat agar segala aturan yang sudah dirumuskan dan disusun dapat

Page 68: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

68

tercipta suatu kondisi masyarakat yang tertib dan teratur ditengah

masyarakat Kota Palangka Raya.

2. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas menegakkan Peraturan

Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat serta memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Memperhatikan tugas Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penyelenggara

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Satuan Polisi Pamong

Praja mempunyai peran yang strategis dalam :

a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran

atas Peraturan Daerah dan atau Peraturan Kepala Daerah.

b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

c. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan

masyarakat.

d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas

Peraturan Daerah dan atau Peraturan Kepala Daerah.

e. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas

Peraturan Daerah dan atau Peraturan Kepala Daerah.

Page 69: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

69

Terkait dengan pedagang kaki lima yang keberadaannya berada di

lokasi-lokasi yang menjadi fasilitas umum, sebagai tempat aktifitas

masyarakat luas, maka Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kewajiban

untuk menertibkan pedagang kaki lima yang melakukan pelanggaran dari

aktifitas usaha yang dilakukan pedagang kaki lima di trotoar, jalur hijau

dan fasilitas umum lainnya agar tercipta kondisi masyarakat yang aman,

tentram, tertib dan teratur. Penertiban yang dilakukan Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Palangka Raya dilakukan dengan mentaati prosedur

yang sudah ditetapkan yaitu dengan cara :

a. Pemberitahuan, yaitu berupa penyuluhan dan teguran. Penyuluhan

adalah sosialisasi mengenai peraturan-peraturan yang ditetapkan

Pemerintah Kota Palangka Raya, tentang larangan melakukan kegiatan

usaha diatas trotoar, jalur hijau, drainase maupun fasilitas umum

lainnya. Sedangkan teguran, yaitu berupa himbauan atau pernyataan

lisan yang disampaikan petugas Satuan Polisi Pamong Praja kepada

pedagang kaki lima secara langsung agar tidak melakukan aktifitas

usahanya pada lokasi atau tempat yang dilarang Pemerintah Kota

Palangka Raya.

b. Surat peringatan, yaitu berupa perintah yang disampaikan secara

tertulis dari pejabat yang berwenang, oleh petugas Satuan Polisi

Pamong Praja kepada pedagang kaki lima agar segera memindahkan

segala aktifitas usahanya di lokasi atau tempat yang di larang

Pemerintah Kota Palangka Raya.

Page 70: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

70

Pemberian surat peringatan melalui tiga tahap yaitu, surat peringatan

kesatu, kedua, dan surat peringatan ketiga. Dan masing-masing

tahapan memiliki batas waktu paling lambat satu minggu sejak surat

peringatan tersebut dibuat

c. Penertiban, yaitu sikap yang diambil Satuan Polisi Pamong Praja untuk

menyita segala perlengkapan usaha yang digunakan pedagang kaki

lima dalam menjalankan aktifitas usahanya. Penertiban yang dilakukan

Satuan Polisi Pamong Praja di sertai dengan tindakan, yaitu sikap

Satuan Polisi Pamong Praja dalam memberikan sanksi kepada

pedagang kaki lima yang melanggar aturan berupa pernyataan tertulis

di atas materai untuk tidak mengulangi perbuatannya dan mematuhi

segala aturan yang dibuat dan ditetapkan Pemerintah Kota Palangka

Raya.

Perilaku oknum yang mengatasnamakan Satuan Polisi Pamong Praja

maupun Instansi lainnya merupakan masalah yang menjadi kendala dalam

penertiban pedagang kaki lima. Hal itu dikarenakan oknum yang meminta

sesuatu berupa imbalan kepada pedagang kaki lima sebagai jaminan

kepada pedagang kaki lima agar leluasa melakukan kegiatan usahanya di

tempat-tempat atau lokasi yang menjadi larangan usaha bagi pedagang

kaki lima.

Tidak tegasnya sikap Satuan Polisi Pamong Praja, baik kepada

pedagang kaki lima yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah,

maupun kepada oknum yang mengatasnamakan Satuan Polisi Pamong

Page 71: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

71

Praja maupun Instansi lainnya, menjadikan aktifitas usaha yang dilakukan

pedagang kaki lima menjadi sulit untuk ditertibkan.

Rendahnya kedisiplinan yang dimiliki pedagang kaki lima dalam

mentaati peraturan yang di buat Pemerintah Kota Palangka Raya

menunjukkan rendahnya jiwa seorang wirausaha yang dimiliki pedagang

kaki lima.

Hal itu ditunjukkan dengan keberadaan pedagang kaki lima di tempat-

tempat atau lokasi yang seharusnya menjadi tempat fasilitas umum, yang

menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat usaha dan sebagai tempat

mencari keuntungan semata. Dengan alasan yang beragam pedagang kaki

lima berdalih, seperti karena lokasi usahanya berada ditempat yang

strategis, tidak ada tempat lain yang cocok untuk melakukan aktifitas

usahanya serta beragam alasan lainnya yang menyebabkan pedagang kaki

lima tidak tahu dan tidak mau tahu tentang Peraturan yang dibuat oleh

Pemerintah Kota Palangka Raya.

Seorang wirausaha yang sejati seharusnya mentaati segala peraturan

yang dibuat oleh Pemerintah untuk kepentingan bersama, dengan mencari

lokasi usaha yang tidak mengganggu aktifitas masyarakat demi tercipta

ketentraman dan ketertiban umum.

Keindahan, kebersihan, dan keamanan menjadi tanggung jawab

bersama, baik Pemerintah Kota, Pedagang Kaki Lima maupun Masyarakat

agar dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur.

Page 72: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

72

3. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengawasan Pedagang Kaki

Lima

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

adanya kemungkinan pelanggaran atau penyimpangan atas tujuan yang

akan di capai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu

melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan

yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan melalui

pengawasan tercipta suatu aktifitas yang berkaitan erat dengan penentuan

atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah di

laksanakan.

Terkait dengan keberadaan pedagang kaki lima, pengawasan Satuan

Polisi Pamong Praja terhadap pedagang kaki lima dilakukan dengan

melaksanakan kegiatan patroli yang sudah dilakukan secara rutin oleh

Satuan Polisi Pamong Praja.

Patroli adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Satuan Polisi

Pamong Praja dilakukan secara berkelompok terdiri dari sepuluh (10)

orang atau lebih, menggunakan kendaraan roda empat (pick-up). Patroli

dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui sejauhmana pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan pedagang kaki lima

b. Untuk mengetahui kondisi dilapangan pedagang kaki lima

Patroli yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dengan cara

memantau keberadaan pedagang kaki lima yang melakukan aktifitas pada

Page 73: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

73

tempat-tempat atau lokasi yang menjadi larangan untuk aktifitas usaha

pedagang kaki lima pada waktu yang telah ditentukan oleh Pemerintah

Kota Palangka Raya.

Pengawasan dengan cara melakukan patroli diharapkan dengan

maksud semua pedagang kaki lima tunduk pada Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku. Di dalam melaksanakan tugasnya mengawasi

pedagang kaki lima, Satuan Polisi Pamong Praja selalu melakukan

kooordinasi dengan Instansi terkait sesuai dengan tugas yang dijalankan

dan diembankan.

Koordinasi yang dijalankan haruslah terpusat, sehingga ada unsur-

unsur pengendalian guna menghindari tiap-tiap bagian bergerak sendiri-

sendiri. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan

keadaan yang saling mengisi dan memberi. Koordinasi harus

berkesinambungan yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung,

selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan

dengan kegiatan sebelumnya. Koordinasi harus menggunakan pendekatan

multi intansional, dengan ujud saling memberikan informasi yang relevan

untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas

yang lain.

Koordinasi yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dilakukan pada

saat akan mengadakan kegiatan patroli. Koordinasi yang dilakukan

tergantung jenis tugas yang diberikan, jika tugas yang diberikan

berhubungan dengan pedagang kaki lima, maka Satuan Polisi Pamong

Page 74: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

74

Praja melakukan koordinasi dengan Dinas Pasar dan Kebersihan yang

memiliki aturan tentang usaha yang dijalankan pedagang kaki lima.

Selain melakukan pengawasan yang berkoordinasi dengan Instansi

terkait, Satuan Polisi Pamong Praja juga melakukan sosialisasi kepada

pedagang kaki lima, yaitu berupa penyuluhan-penyuluhan peraturan

tentang pedagang kaki lima. Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan

pengetahuan dan kesadaran kepada pedagang kaki lima agar mematuhi

aturan yang dibuat untuk ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Sosialisasi merupakan cara yang dipakai untuk memperkenalkan apa yang

ingin disampaikan dan ingin diterapkan di suatu lingkungan masyarakat.

Sosialisasi yang disampaikan yaitu berupa Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun

2009 tentang pedagang kaki lima. Sosialisasi berisikan tentang himbauan,

peringatan, dan larangan kepada pedagang kaki lima untuk tidak melakukan

aktifitas usahanya ditempat yang menjadi fasilitas umum.

Keterbatasan sarana yang disediakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya

sebagai tempat atau lokasi berjualan merupakan salah satu pemicu banyaknya

pedagang kaki lima yang melakukan pelanggaran pada aturan yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Di samping hal tersebut,

banyaknya ketidaktahuan pedagang kaki lima tentang Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2009, hendaknya Pemerintah Kota Palangka Raya terus-

menerus melakukan sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009

tentang pedagang kaki lima. Penertiban yang sering dilakukan dan sanksi yang

sering diberikan Pemerintah Kota Palangka Raya bukan menjadi cara yang

Page 75: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

75

terbaik tanpa di iringi dengan pemberian solusi yang tepat kepada pedagang

kaki lima, yaitu salah satunya dengan menyediakan tempat yang layak, aman,

serta nyaman bagi pedagang kaki lima agar keberadan mereka menjadikan

daya tarik wisata bagi Kota Palangka Raya.

Koordinasi antar Instansi yang terkait dan Masyarakat serta Pedagang kaki

Lima sangat diharapkan untuk terus ditingkatkan dan dijaga, sehingga apa

yang diharapkan Pemerintah dan masyarakat Kota Palangka Raya, yaitu

tercipta suasana Kota Palangka Raya yang bersih, rapi, aman, tentram, tertib

dan teratur sesuai Motto-nya sebagai Kota Cantik.

Page 76: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti

diatas, diperoleh kesimpulan :

1. Peran yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

dalam pengaturan pedagang kaki lima sudah cukup baik dan terarah

karena mengikuti prosedur serta aturan-aturan yang ada di Satuan Polisi

Pamong Praja, dan hal tersebut mampu menciptakan ketentraman dan

ketertiban umum ditengah masyarakat Kota Palangka Raya. Pengaturan

yang telah dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

antara lain :

a. Pedagang kaki lima di larang melakukan aktifitas usahanya di trotoar,

bahu jalan dan diatas drainase pada kawasan dan waktu yang telah

ditetapkan pemerintah Kota Palangka Raya.

b. Pengaturan pedagang kaki lima di lakukan dengan cara humanis, yaitu

pendekatan persuasif kepada para pedagang kaki lima dengan cara

teguran secara lisan, teguran tertulis, dan surat pemanggilan kepada

pedagang kaki lima.

c. Sosialisasi merupakan bagian terpenting dalam melakukan pengaturan

pedagang kaki lima yang dilakukan dengan cara peringatan berupa

siaran keliling, penyebaran surat edaran kepada pedagang kaki lima,

Page 77: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

77

dan pemasangan papan larangan di kawasan atau lokasi yang menjadi

larangan berjualan.

2. Peran yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

dalam penertiban pedagang kaki lima masih belum maksimal dan kurang

tegasnya tindakan yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam

memberikan sanksi yang tegas kepada pedagang kaki lima. Adapun

penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja antara lain :

a. Melakukan penyuluhan kepada para pedagang kaki lima

b. Melakukan pemanggilan secara personal dengan membuat surat

pernyataan di atas materai

c. Berdasarkan laporan dari masyarakat tentang keberadaan pedagang

kaki lima yang meresahkan

3. Peran yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya

dalam pengawasan pedagang kaki lima belum baik dan belum maksimal,

karena patroli rutin yang sering dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja

belum mampu mengurangi jumlah pedagang yang sering melanggar

ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu jam buka untuk diperbolehkannya

berjualan pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan Pemerintah Kota

Palangka Raya. Pengawasan yang dilakukan tersebut adalah kegiatan

patroli rutin pada lokasi yang menjadi tempat-tempat yang dilarang untuk

melakukan aktifitas berjualan pada waktu yang telah ditentukan, yang

dilakukan secara intensif disetiap bulannya, dilakukan sebanyak minimal

dua kali dalam satu minggunya.

Page 78: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

78

B. Saran

Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas saran yang

disampaikan peneliti antara lain :

1. Untuk Pemerintah Kota Palangka Raya Dan Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya

a. Agar lebih intensif melakukan sosialisasi dan pengawasan kepada

pedagang kaki lima pada kawasan yang menjadi larangan aktifitas

pedagang kaki lima.

b. Peraturan yang dibuat hendaknya bisa lebih tegas dalam memberikan

sanksi kepada pedagang kaki lima yang melanggar aturan.

c. Menindak tegas perilaku petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang

menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan.

d. Memberikan tempat relokasi yang layak, aman dan nyaman bagi

pedagang kaki lima.

e. Menata dengan baik pedagang kaki lima sesuai dengan jenis dan

bentuk usahanya agar mampu menjadi daya tarik wisata bagi daerah

dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Untuk Pedagang Kaki Lima Di Kota Palangka Raya

a. Agar lebih mengetahui dan memahami serta mematuhi segala aturan

yang dibuat dan ditetapkan Pemerintah Kota Palangka Raya

b. Untuk tidak memberikan sesuatu berupa apapun kepada oknum yang

mengatasnamakan Satuan Polisi Pamong Praja maupun instansi

lainnya

Page 79: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

79

c. Jangan melakukan tindakan berlindung kepada oknum yang

mengatasnamakan Satuan Polisi Pamong Praja maupun instansi

lainnya dengan memberikan imbalan dan sesuatu berupa apapun

Page 80: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

80

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta :

PT.Rineka Cipta

Budiman Lumban Gaol, 2010. Analisis Upaya Penanganan Ketertiban Pedagang

Kaki Lima di Kabupaten Katingan. (Studi Kasus di Kecamatan Katingan

Hilir). Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka : Jakarta

Moleong Lexy J, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Miles B. Matthew dan Huberman A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Prees)

Pemerintah Kota Palangka Raya, 2010. Kota Palangka Raya Dalam Angka.

Palangka Raya : Badan Pusat Statistik

Pemerintah Kota Palangka Raya, 2008. Profil Kelembagaan Pemerintah Kota

Palangka Raya. Palangka Raya : Bag ORTAL. Setda

Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Pengaturan, Penertiban, dan Pengawasan Pedagang Kaki lima.

Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Palangka Raya.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

Page 81: 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - · PDF filekeputusan dan atau Peraturan Walikota secara terpadu bersama-sama ... Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

81

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pedoman

Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja.

Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 22 Tahun 2012 tentang Uraian

Tugas Jabatan Struktural Di Lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Palangka Raya.

Satuan Polisi Pamong Praja, 2012. Profil Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Palangka Raya. Palangka Raya : Satpol PP Kota Palangka Raya

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV

Alfabeta

Suryabrata Sumadi, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers

Sarwono Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Tangkilisan Hessel S Nogi, 2002. Kebijakan Dan Manajemen Otonomi Daerah.

Yogyakarta : Lukman Offset

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.