1 pendahuluan latar belakangrepository.sb.ipb.ac.id/3363/5/r56-05-shafadina... · 2019. 6. 18. ·...

8
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu sarana investasi masyarakat, secara langsung berperan pada proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan. Pasar modal yang sehat dan berkembang dengan baik telah dianggap relevan terhadap pertumbuhan ekonomi negara dengan menyalurkan modal kepada investor dan pengusaha (Tripathi dan Seth 2014). Saham sebagai produk utama dari bursa efek mengalami fluktuasi tergantung transaksi yang dilakukan. Pergerakan harga saham ini menjadi acuan untuk investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Perkembangan industri saham di Indonesia dapat dilihat melalui Indeks Harga Saham Gabungan atau dikenal dengan IHSG. Hidayah (2012) menyatakan bahwa Indeks harga saham merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham apakah sedang mengalami peningkatan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan mencerminkan kondisi harga saham dari seluruh perusahaan yang tercatat di BEI. Perusahaan dalam BEI dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan investasi, dan manufaktur (BEI 2010). Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Indeks saham atau indeks harga saham adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari kumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan digunakan sebagai sarana tujuan investasi. Indeks harga saham sektoral yang terdapat di Bursa Efek Indonesia terdiri atas 9 sektor. Investor dapat melihat pergerakan indeks harga saham sektoral sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi di pasar modal. Pergerakan kesembilan indeks saham sektoral selama periode 2009 hingga 2016 tidak selalu serempak. Dalam gambar terlihat bahwa terdapat beberapa sektor yang mengalami pergerakan indeks harga saham secara bersamaan namun beberapa lainnya bergerak tidak beriringan dengan indeks harga saham sektoral lainnya.

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pasar modal sebagai salah satu sarana investasi masyarakat, secara

langsung berperan pada proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara

secara berkesinambungan. Pasar modal yang sehat dan berkembang dengan baik

telah dianggap relevan terhadap pertumbuhan ekonomi negara dengan

menyalurkan modal kepada investor dan pengusaha (Tripathi dan Seth 2014).

Saham sebagai produk utama dari bursa efek mengalami fluktuasi tergantung

transaksi yang dilakukan. Pergerakan harga saham ini menjadi acuan untuk

investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Perkembangan industri

saham di Indonesia dapat dilihat melalui Indeks Harga Saham Gabungan atau

dikenal dengan IHSG. Hidayah (2012) menyatakan bahwa Indeks harga saham

merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham apakah sedang

mengalami peningkatan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan

mencerminkan kondisi harga saham dari seluruh perusahaan yang tercatat di BEI.

Perusahaan dalam BEI dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu sektor pertanian,

pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, barang konsumsi, properti

dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan

investasi, dan manufaktur (BEI 2010).

Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh

masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan

asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara

manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

informasi. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini

berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi

lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan

lain.

Indeks saham atau indeks harga saham adalah ukuran statistik perubahan

gerak harga dari kumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan

digunakan sebagai sarana tujuan investasi. Indeks harga saham sektoral yang

terdapat di Bursa Efek Indonesia terdiri atas 9 sektor. Investor dapat melihat

pergerakan indeks harga saham sektoral sebagai acuan dalam pengambilan

keputusan dalam berinvestasi di pasar modal. Pergerakan kesembilan indeks

saham sektoral selama periode 2009 hingga 2016 tidak selalu serempak. Dalam

gambar terlihat bahwa terdapat beberapa sektor yang mengalami pergerakan

indeks harga saham secara bersamaan namun beberapa lainnya bergerak tidak

beriringan dengan indeks harga saham sektoral lainnya.

2

Sumber: Yahoo Finance (2017), diolah

Gambar 1 Pergerakan harga saham IHSS

Sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, perikanan, kehutanan, dan lainnya. Jika diperhatikan sektor pertanian

lebih didominasi oleh saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

khususnya tanaman sawit. Karena orientasi pasarnya lebih ke ekspor maka

pengaruh yang dominan adalah fluktuasi harga komoditas, kurs, regulasi

pemerintah seperti kebijakan ekspor, dan permintaan negara importir. Semakin

besar permintaan yang terjadi akan meningkatkan harga yang berimbas kepada

naiknya harga saham. Kondisi cuaca juga ikut mempengaruhi komoditas sektor

pertanian, cuaca yang buruk akan menurunkan jumlah produksi yang berimbas

pada kenaikan harga produk. Dalam gambar terlihat bahwa pergerakan indeks

harga saham sektor pertanian berfluktuasi namun tidak menunjukkan penurunan

atau peningkatan yang signifikan.

Sektor pertambangan terdiri atas subsektor batubara, minyak dan gas

bumi, logam dan mineral lainnya, batu batuan, dan lainnya. Sektor pertambangan

dapat dilihat dalam gambar memiliki pergerakan indeks harga saham yang

berbeda dibanding sektor lainnya. Pada tahun 2015 terdapat penurunan yang

cukup drastis pada indeks harga saham sektor pertambangan. Hal tersebut terjadi

karena adanya penurunan harga minyak dunia yang cukup tajam pada tahun 2015.

Harga minyak dunia yang biasa dengan harga 90 dolar/barel mendadak anjlok

pada harga 49 dolar/barel. Penurunan yang terjadi mencapai 40% menyebabkan

indeks harga pertambangan menurun cukup drastis. Penurunan minyak dunia yang

terjadi pada 2015 disebabkan oleh penurunan permintaan terhadap minyak

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Jan

-09

May

09

Sep

-09

Jan

-10

May

10

Sep

-10

Jan

-11

May

11

Sep

-11

Jan

-12

May

12

Sep

-12

Jan

-13

May

13

Sep

-13

Jan

-14

May

14

Sep

-14

Jan

-15

May

15

Sep

-15

Jan

-16

May

16

Sep

-16

JKPROP JKAGRI JKMING JKBIND JKMISC

JKCONS JKINFA JKFINA JKTRADE

3

sedangkan produksi minyak terus dilakukan. Hal tersebut menyebabkan

menumpuknya pasokan minyak sehingga dilakukan penurunan harga yang cukup

tajam dan berimbas pada indeks harga saham sektor pertambangan.

Sektor barang konsumsi menunjukkan pergerakan indeks harga saham

yang meningkat setiap tahunnya. Sektor ini terdiri atas subsektor makanan dan

minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tanggga, dan

peralatan rumah tangga. Dikarenakan terdiri atas produk produk yang selalu

dibutuhkan oleh masyarakat maka dapat dikatakan bahwa sektor barang konsumsi

merupakan sektor yang tahan banting terhadap segala kondisi ekonomi. Sektor

barang konsumsi merupakan sektor dengan produk kebutuhan primer yang akan

selalu dicari oleh masyarakat, semakin banyak jumlah penduduk Indonesia maka

akan semakin besar keuntungan yang didapatkan oleh saham di sektor ini

dikarenakan meningkatnya permintaan terhadap produk mereka.

Fluktuasi indeks harga saham dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi

yang terjadi. Faktor makroekonomi yang mempengaruhi Indeks saham antara lain

perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat

harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dll (Blanchard 2006). Terdapat

beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh makroekonomi terhadap indeks

saham. Tandelilin (2010) menyatakan bahwa secara teori, tingkat bunga dan harga

saham memiliki hubungan yang negatif. Kewal (2012) menyatakan bahwa

depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam

perekonomian yang mengalami inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya

dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Pada

umumnya apabila tingkat suku bunga dan harga energi dunia turun, maka indeks

harga saham di suatu negara akan naik (Sunariyah 2006). Sjahrir (1995)

menambahkan, variabel ekonomi yang berpengaruh terhadap IHSG di Indonesia

adalah tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai kurs.

Terjadinya krisis mata uang Euro yang pada tahun 2012 menyebabkan

terjadinya krisis global. Krisis tersebut dipicu oleh besarnya utang pemerintah

negara-negara kawasan Eropa. Nilai BI rate dari tahun 2011 yang sebesar 6.58%

diturunkan oleh pemerintah menjadi 5.77%. Penurunan BI rate pada tahun 2012

dilakukan karena mengkhawatirkan krisis Eropa dan Amerika mempengaruhi

kinerja ekspor dan ekonomi kawasan Asia. Isu krisis utang dan defisit anggaran di

Yunani membuat goncangan-goncangan ekonomi terutama di pasar keuangan

global, termasuk di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh negara-negara yang

tergabung dalam Uni Eropa (UE), dan khususnya 15 negara pengguna mata uang

euro, ternyata tidak berhasil mengembalikan keyakinan investor, bahkan

pesimisme menguat bahwa krisis UE akan memakan waktu yang lama.

Ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa menyebabkan melemahnya nilai

tukar rupiah terhadap dolar pada tahun 2013. Nilai tukar rupiah pada tahun 2012

sebesar 9384.24 rupiah /dolar melemah menjadi 10459.09 rupiah/dolar pada tahun

2013. Kebijakan pemerintah yang menerbitkan Empat Paket Kebijakan Ekonomi

dilakukan untuk membidik nilai tukar rupiah dengan mendorong ekspor.

Pelemahan rupiah yang terjadi pada 2015 menjadi 13389.41 rupiah/dolar dari

11868.67 rupiah/dolar pada tahun 2014 terjadi disebabkan kelanjutan krisis

berkepanjangan di Yunani dan pemulihan ekonomi AS dari krisis mortgage

subprime yang terjadi pada tahun 2008.

4

Adanya kerjasama antar negara dalam berbagai bidang mendorong

terbentuknya integrasi pasar modal. Integrasi pasar modal merupakan suatu

keadaan dimana harga-harga saham di berbagai pasar modal di dunia mempunyai

hubungan yang sangat dekat (closely corralated) antara suatu pasar modal dengan

pasar modal lainnya (Mailangkay 2013). Fenomena integrasi pasar modal telah

melahirkan sebuah efek domino atau contagion effect. Secara sederhana, efek

domino adalah mata rantai reaksi atas perubahan yang terjadi baik dalam skala

besar ataupun kecil, dimana akan menyebabkan perubahan yang sama pula.

Contagion effect dapat terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu: pertama, adanya

hubungan saling ketergantungan ekonomi seperti kesamaan makroekonomi dan

hubungan perdagangan antar negara dan yang kedua yaitu lebih menekankan pada

perilaku investor yang berasal dari adanya asimetri informasi.

Integrasi sektoral dapat didefinisikan sebagai pergerakan beberapa sektor

saham untuk menuju satu kesetimbangan dalam jangka yang panjang dengan pola

yang sama atau mirip yang disebabkan oleh kesamaan faktor-faktor yang

mempengaruhi sektor tersebut atau ketergantungan antara satu sektor dengan

sektor yang lainnya, sehingga ketika terjadi gejolak pada salah satu sektor yang

diakibatkan faktor global maka akan direspon oleh sektor lainnya dengan cepat.

Namun sektor sektor industri di bursa saham tidak selalu bergerak serempak.

Terkadang terdapat sektor yang lebih dulu membukukan kenaikan harga, dan

terkadang ada sektor yang terlihat statis atau bisa bergerak negatif disaat sektor

lainnya positif. Untuk itu perlu ditemukan sektor mana yang paling berpengaruh

dalam pergerakan saham antar sektor, jika investor dapat menemukan sektor yang

paling berpengaruh, maka akan berpotensi mendapatkan keuntungan yang optimal

di pasar saham (Wira 2014). Pergerakan indeks harga saham tiap sektor

digambarkan kedalam Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS).

Penelitian ini akan mengukur tingkat integrasi yang terjadi antar Indeks

Sektoral di Bursa Efek Indonesia antara lain sektor pertanian, pertambangan,

industri dasar dan kimia, aneka industri, barang konsumsi, properti dan real

estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, perdagangan, dan jasa dan

investasi. Integrasi akan menimbulkan contagion effect sehingga menarik untuk

dikaji mengenai sektor mana yang paling berpengaruh dalam pasar saham

Indonesia. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh faktor makroekonomi (kurs,

inflasi, harga minyak dunia, dan suku bunga) terhadap indeks sektoral di Bursa

Efek Indonesia, sehingga ketika terjadi guncangan makroekonomi yang berimbas

pada salah satu sektor, investor dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi

pada sektor lainnya.

Perumusan Masalah

Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk melihat perubahan

mengenai harga dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Indeks

adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan menyatakan perubahan

perubahan

perbandingan nilai suatu variabel tunggal atau nilai sekelompok variabel. Indeks

harga saham merupakan indikator utama yang digunakan investor dalam

menggambarkan pergerakan harga saham. Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki

5

berbagai macam indeks saham yang digunakan oleh investor dalam menentukan

keputusan investasi salah satunya adalah Indeks Sektoral. Indeks Sektoral

merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang sektor tercantum di BEJ di

klasifikasikan ke dalam sembilan sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri

yang ditetapkan oleh BEJ. Terdapat total 513 jumlah perusahaan yang terdaftar

dalam Fact Book IDX 2016. 513 jumlah emiten tersebut dibagi menjadi sembilan

sektor dan dijabarkan dalam tabel

Tabel 1 Indeks harga saham sektoral 2016

No Sektor Jumlah

Emiten

Harga

Tertinggi

Harga

Terendah

Harga

Rata-rata

1 Sektor Pertanian 21 2456.07 969.43 1963.04

2 Sektor Pertambangan 43 3362.55 785.29 1826.95

3 Sektor Industri Dasar

dan Kimia 64 627.31 124.08 417.489

4 Sektor Aneka Industri 43 1452.68 220.41 1076.76

5 Sektor Barang

Konsumsi 39 2495.86 337.85 1568.65

6 Sektor Properti dan Real

estate 54 580.71 96.03 338.368

7 Sektor Transportasi dan

Infrasturktur 51 1184.97 453.23 884.633

8 Sektor Keuangan 86 829.75 145.94 543.91

9 Sektor Perdagangan,

Jasa, dan Investasi 112 995.76 147.6 655.497

Sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki jumlah emiten terbanyak

dibanding sektor lain, sedangkan sektor pertanian memiliki jumlah emiten

terendah. Harga tertinggi menunjukkan jumlah harga tertinggi yang pernah

dicapai indeks saham tersebut sepanjang tahun 2016. Harga terendah

menunjukkan besar harga terendah yang pernah dicapai oleh indeks harga saham

tersebut selama tahun 2016.

Investor menggunakan indeks harga saham sebagai informasi dalam

pengambilan keputusan berinvestasi. Dengan adanya Indeks Harga Saham,

investor dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang

naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks dipengaruhi perubahan situasi pasar

yang terjadi, sehingga dijadikan barometer kesehatan ekonomi di suatu Negara

dan juga sebagai landasan analisis statistik pasar terakhir. Fenomena ekonomi

tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi. Fenomena makroekonomi

diantaranya perubahan nilai tukar, suku bunga, tingkat inflasi dan harga minyak

dunia. Oleh karena itu perlu diketahui apakah faktor makroekonomi tersebut

berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.

Pergerakan indeks harga saham tidaklah selalu serempak. Terdapat beberapa

sektor yang mengalami penurunan atau kenaikan indeks harga saham tidak diikuti

dengan penurunan atau kenaikan indeks harga saham sektor lain. Pergerakan

indeks harga saham sektoral dapat dilihat pada gambar berikut

6

Gambar 2 Pergerakan indeks harga saham sektoral

Dalam gambar terlihat bahwa pergerakan indeks harga saham antar sektor

tidaklah selalu sama. Terdapat beberapa sektor yang mengalami penurunan atau

kenaikan indeks harga saham lebih lama dibanding yang lain. Beberapa sektor

mengalami penurunan yang cukup tajam dalam grafik seperti penurunan yang

terus terjadi pada JKMING, namun JKCONS justru terus mengalami kenaikan.

Namun, terdapat pula beberapa sektor yang mengalami pergerakan indeks harga

saham dengan cukup serempak seperti JKTRADE, JKFINA, JKBIND, dan

JKPROP. Jika dapat diketahui hubungan antara satu sektor dengan sektor lainnya

maka dapat menjadi informasi yang sangat menarik bagi investor dalam

mengambil keputusan dalam berinvestasi.

Adanya kerjasama antar negara dalam berbagai bidang mendorong

terbentuknya integrasi pasar modal. Integrasi sektoral dapat didefinisikan sebagai

pergerakan beberapa sektor saham untuk menuju satu kesetimbangan dalam

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Jan-0

9

May

09

Sep

-09

Jan-1

0

May

10

Sep

-10

Jan-1

1

May

11

Sep

-11

Jan-1

2

May

12

Sep

-12

Jan-1

3

May

13

Sep

-13

Jan-1

4

May

14

Sep

-14

Jan-1

5

May

15

Sep

-15

Jan-1

6

May

16

Sep

-16

JKPROP JKINFA JKFINA JKTRADE JKAGRI

JKMING JKBIND JKMISC JKCONS

7

jangka yang panjang dengan pola yang sama atau mirip yang disebabkan oleh

kesamaan faktor-faktor yang mempengaruhi sektor tersebut atau ketergantungan

antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Sehingga ketika terjadi gejolak

pada salah satu sektor yang diakibatkan faktor global maka akan direspon oleh

sektor lainnya dengan cepat. Namun sektor sektor industri di bursa saham tidak

selalu bergerak serempak. Terkadang terdapat sektor yang lebih dulu

membukukan kenaikan harga, dan terkadang ada sektor yang terlihat statis atau

bisa bergerak negatif disaat sektor lainnya positif. Untuk itu perlu diketahui sejauh

apa integrasi yang terjadi antar indeks saham sektoral dan sektor mana yang

paling dominan dalam pergerakan saham antar sektor. Berdasarkan penjabaran

tersebut maka dapat dirumuskan perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat integrasi antar indeks saham sektoral di Bursa Efek

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh makroekonomi terhadap indeks saham sektoral di Bursa

Efek Indonesia?

3. Indeks saham sektoral apa yang paling berpengaruh dalam Bursa Efek

Indonesia?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis adanya integrasi pada indeks saham sektoral di Bursa

Efek Indonesia

2. Untuk menganalisis pengaruh makroekonomi terhadap indeks saham sektoral

di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk menganalisis indeks saham sektoral apa yang paling berpengaruh

dalam Bursa Efek Indonesia

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna bagi penulis maupun pihak lain

yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi regulator, dapat memberikan masukan untuk mengambil keputusan atau

kebijakan yang tidak merugikan investor.

2. Bagi pelaku pasar khususnya investor, dapat memberikan penjelasan dan

pehamanan agar dapat menggunakan informasi yanng tersedia dalam

pengambilan keputusan dalam investasi

3. Bagi pembaca, dapat menjadi sumber informasi dan masukan-masukan dalam

penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada indeks saham sektoral yang berada di Bursa

Efek Indonesia dan makroekonomi meliputi inflasi, kurs, harga minyak dunia, dan

BI rate selama periode pengamatan yaitu 2009 – 2016.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB