1. pendahuluan 1.1. latar belakang -...

24
2 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Ada kesadaran umum di seluruh dunia untuk perlu lebih memperhatikan peningkatan manajemen sektor publik dikarenakan pemerintah merupakan bisnis tunggal terbesar entitas dan pola pengeluarannya melalui lembaga dan komisi yang dapat merangsang banyak kegiatan ekonomi. Keterlibatan pemerintah sangat besar dalam kegiatan ekonomi yang di ambil dari seluruh dunia terhadap peningkatan standar akuntansi dan audit departemen dalam pemerintahan. Akuntan sektor publik memiliki tanggung jawab mengembangkan pengaturan sistematis untuk membantu manajemen dalam melakukan kinerja. Sistem pengawasan dalam sebuah organisasi memegang peran penting untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan visi, misi, tujuan serta target- target organisasi. Pengawasan sendiri sebagai kegiatan diagnosis (berupa pengumpulan dan analisis data) yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal penerapan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) pada suatu instansi pemerintah, guna memperoleh gambaran area-area yang memerlukan perbaikan. Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka tercapainya tujuan usaha secara efektif dan efisien sangatlah penting. Dengan perkataan lain pengertian tersebut mengandung arti bahwa tujuan pengawasan intern menjamin pemakaian kekayaan perusahaan yang telah ditetapkan. Usaha untuk melaksanakan sistem internal control yang baik adalah dilakukan pemeriksaan yang teratur terhadap pimpinan perusahaan dengan membantu suatu departemen atau bagian yang disebut departeman Internal Auditing. Dalam kondisi seperti ini diharuskan adanya pengawasan yang dapat membatu perusahaan dalam melakukan pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan adalah meningkatkan peran internal audit dalam memonitor kinerja sistem pengawasan perusahaan dan internal audit melakukan mekanisme umpan balik kepada fungsi manajemen. Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka tercapainya tujuan usaha secara efektif dan efisien sangatlah penting. Pada prinsipnya, upaya pembuatan Standar Pemerintah Minimal pada setiap Instansi atau Lembaga Pemerintahan dalam rangka menegakkan tiga pilar utama good governance, yaitu akuntabilitas, transparansi, dan pertisipasi masyarakat luas, yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak dimulainya era reformasi hingga saat ini.

Upload: phamthu

Post on 06-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

2

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ada kesadaran umum di seluruh dunia untuk perlu lebih memperhatikan peningkatan

manajemen sektor publik dikarenakan pemerintah merupakan bisnis tunggal terbesar entitas

dan pola pengeluarannya melalui lembaga dan komisi yang dapat merangsang banyak

kegiatan ekonomi. Keterlibatan pemerintah sangat besar dalam kegiatan ekonomi yang di

ambil dari seluruh dunia terhadap peningkatan standar akuntansi dan audit departemen dalam

pemerintahan. Akuntan sektor publik memiliki tanggung jawab mengembangkan pengaturan

sistematis untuk membantu manajemen dalam melakukan kinerja.

Sistem pengawasan dalam sebuah organisasi memegang peran penting untuk

memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan visi, misi, tujuan serta target-

target organisasi. Pengawasan sendiri sebagai kegiatan diagnosis (berupa pengumpulan dan

analisis data) yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal penerapan SPIP (Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah) pada suatu instansi pemerintah, guna memperoleh gambaran

area-area yang memerlukan perbaikan.

Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka tercapainya tujuan usaha secara

efektif dan efisien sangatlah penting. Dengan perkataan lain pengertian tersebut mengandung

arti bahwa tujuan pengawasan intern menjamin pemakaian kekayaan perusahaan yang telah

ditetapkan. Usaha untuk melaksanakan sistem internal control yang baik adalah dilakukan

pemeriksaan yang teratur terhadap pimpinan perusahaan dengan membantu suatu departemen

atau bagian yang disebut departeman Internal Auditing.

Dalam kondisi seperti ini diharuskan adanya pengawasan yang dapat membatu

perusahaan dalam melakukan pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Pendekatan yang dapat

dilakukan dalam melaksanakan pengawasan adalah meningkatkan peran internal audit dalam

memonitor kinerja sistem pengawasan perusahaan dan internal audit melakukan mekanisme

umpan balik kepada fungsi manajemen. Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka

tercapainya tujuan usaha secara efektif dan efisien sangatlah penting. Pada prinsipnya, upaya

pembuatan Standar Pemerintah Minimal pada setiap Instansi atau Lembaga Pemerintahan

dalam rangka menegakkan tiga pilar utama good governance, yaitu akuntabilitas,

transparansi, dan pertisipasi masyarakat luas, yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak

dimulainya era reformasi hingga saat ini.

Page 2: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

3

Beberapa lembaga pemantau juga mengkritisi lemahnya SPI yang diterapkan di

pemerintahan, sehingga membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan

dalam pelaksanaan anggaran APBN atau APBD. Setiap perusahaan bertanggung jawab

terhadap item-item SPIP dengan baik sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah serta

prinsip-prinsip yang ada untuk mengembangkan praktek-praktek GoodCorporate

Governance yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat. Tata kelola

perusahaan yang baik sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah

derencanakan oleh sebuah perusahaan.

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna

menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaanguna memberikan

saran-saran kepada manajemen (Bambang,1999). Tujuannya adalah untuk mengetahui

apakah pengendalian internal pada organisasi tersebut telah berjalan dengan baik sesuai

dengan rencana dan aturan-aturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membantu organisasi

agar dapat melakukan tanggung jawabnya scara efektif, yaitu dengan cara melakukan analisa

dan melakukan penilaian serta memberikan rekomendasi dan saran, sehingga

penyelenggaraan kegiatan BUMD berjalan secara efisien, efektif, ekonomis, lancar, aman dan

tertib.

Internal auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal audit,

oleh sebab itu internal auditor senantiasa berusaha untuk menyempurnakan dan melengkapi

setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat

mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dalam instansi pemerintahan,

pengawasan dilakukan oleh auditor intern yang ditunjuk langsung oleh pemerintah berupa

Dewan Pengawas. Dewan Pengawas sendiri ditugaskan untuk dapat memastikan jalannya

pelaksanaan pengendalian manajemen tersebut agar secara terus menerus dapat ditingkatkan

keefektifitasannya sesuai dengan tujuan dari SPIP. Dengan demikian Dewan Pengawas dapat

menilai apakah BUMD tersebut telah bertanggung jawab atas implementasi terhadap SPIP

yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Pasal 20, jumlah

anggota Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan jumlah pelanggan dengan ketentuan :

a) Paling banyak 3 (tiga) orang untuk jumlah pelanggan sampai dengan 30.000; dan

b) Paling banyak 5 (lima) orang untuk jumlah pelanggan diatas 30.000,

Page 3: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

4

Hal tersebut dilakukan bedasarkan atas asas efisiensi pengawasan dan efektivitas

pengambilan keputusan.

Menurut keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan Penyelenggaraan

Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007, adalah sebagai berikut (1)Pengawasan

penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota. (2)Pemeriksaan kasus

kasus pengaduan masyarakat yang disampaikan langsung oleh masyarakat dan yang diterima

dari instansi maupun pelimpahan penanganan kasus dari instansi lain. (3)Pemeriksaan dalam

rangka berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah. (4)Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu

maupun pemeriksaan terpadu. (5)Pemeriksaan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan. (6)Pemeriksaan khusus untuk hal-hal tertentu.

BUMD Kabupaten Semarang terdiri dari PD BPR BKK Ungaran, PD BKK Susukan,

BKPD Kabupaten Semarang, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Semarang,

Apotek Sidowaras 1, Apotek Sidowaras 3. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan

BUMD yang memiliki pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas, yaitu PD BPR

BKK Ungaran, PD BKK Susukan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten

Semarang.

Pada umumnya manajer memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu melakukan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta penyususnan staf namun dari sisi tingkat

atau level manajemen dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Manajemen puncak / top management

Tanggung jawab dari manajemen puncak adalah keseluruhan kinerja dan keefektifan dari

suatu perusahaan Manajer tingkat puncak membuat kebijakan, keputusan, dan strategi

yang berlaku secara umum pada suatu perusahaan. Jabatan yang temasuk manajemen

puncak adalah Chief Financial Officer, Chief Executive Officer, Chief Information

Officer

2. Manajemen tingkat menengah / middle management

Manajemen tingkat menengah berada diantara manajemen puncak dan manajemen lini

pertama, kebijakan serta keputusan yang diambil oleh manajer tingkat atas atau

puncak.Jabatan yang termasuk manajemen menengah adalah kepala bagian, pemimpin

proyek, manajer divisi, manajer pabrik.

Page 4: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

5

3. Manajemen operasional /first line management

Manajemen tingkat bawah ini kebanyakan melakukan pengawasan atau supervise pada

karyawan dan memastikan strategi , kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh

manajer puncak menengah telah dijalankan dengan baik. Manajemen lini pertama juga

memiliki andil dan turut serta dalam proses mengimplementasikan strategi yang telah

ditetapkan. Jabatan yang termasuk dalam manajemen operasional adalah supervisor,

manajer departemen, manajer area, manajer kantor, atau manajer shift.

Jumlah pejabat dalam tiap tingkatan manajemen dari atas ke bawah berbentuk kerucut

atau piramida, yaitu semakin tinggi level maka semakin sedikit jumlah pejabatnya. Dalam

penelitian ini, responden yang dipilih termasuk jajaran manajemen operasional dan

manajemen tingkat menengah BUMD Kabupaten Semarang.

Kasus-kasus yang biasa terjadi banyak mengalami kecurangan, seperti korupsi, tidak

maksimalnya pegawai dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat menimbulkan kerugian

yang sangat besar yang dialami oleh pemerintah. Seperti yang banyak terjadi di Indonesia

saat ini, sebagai contoh korupsi yang terjadi di RSUD Kabupaten Semarang terhadap

penggelembungan dana alat-alat kesehatan yang dinaikan sebesar 25 %.

Peneliti ini mengacu dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia, peneliti

tersebut meneliti tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh internal audit di

Malaysia (Ahmad, et al., 2009). Masalah-masalah yang dihadapi adalah kurangnya staf audit

sehingga masalah ini paling besar dihadapi pada internal auditor dalam keefektifan internal

auditor. Hal ini memperbesar peran penting audit internal untuk memastikan transparansi,

intregitas, kualitas dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap menjadi titik akhir dari

setiap proses. Peneliti ini mengutamakan pentingnya audit internal di sektor publik Malaysia.

Data diperoleh melalui responden yaitu kepada kepala auditor internal, auditor internal dan

staf lain dari departemen audit internal dari kategori departemen dan badan-badan

sektorpublik di Malaysia. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa fungsi audit internal dalam

sektorpublik di Malaysia dibatasi oleh kekurangan pegawai, terhambat oleh dukungan

memadai dari manajemen puncak, jarang terjadinya kerjasama antar auditor, dan kurangnya

pengetahuan dan pelatihan yang tepat tentang pendekatan audit yang efektif.

Pada penelitian sebelumnya di sektor publik malaysia terdapat masalah-masalah yang

dihadapi auditor internal, sehingga dapat mempengaruhi terhadap hasil dari pengawasan yang

dilakukan oleh staf pengawas di Malaysia. Pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti

Page 5: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

6

persepsi manjemen BUMD Kabupaten Semarang terhadap masalah-masalah yang dihadapi

oleh Dewan Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang dan

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan sehingga

dapat mempengaruhi audit internal di BUMD Kabupaten Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsimanajemen BUMD Kabupaten Semarang mengenai permasalahan

yang dihadapi Dewan Pengawas ?

2. Bagaimana persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan ?

2. Telaah Teoritis

2.1. Audit Internal

Pandangan Adeniji (2004) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of

Improving Audit internal merupakan bagian dari sistem pengendalian internal yang

diterapkan oleh manajemen organisasi. Hal Ini merupakan bantuan untuk manajemen agar

dapat memastikan bahwa operasi keuangan dilakukan dengan benar sesuai dengan hukum.

Audit internal merupakan cabang dari manajemen yang memungkinkan keuangan ditetapkan

sesuai dengan petunjuk tentang pengeluaran. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah

disetujui merupakan tanggung jawab internal audit untuk memastikan kepatuhan terhadap

instruksi dengan personel yang terlibat dalam administrasi sektor publik. Auditor internal

bertanggung jawab kepada manajemen atau dewan dengan memberikan informasi tentang

kecakupan dan efektivitas sistem sektor internal kontrol dan kualitas kerja. Auditor internal

harus memastikan kepatuhan terhadap semua keuangan, personalia, pinjaman, pengelolaan

data, kebijakan administratif lainnya, prosedur ekonomi yang efisien dan efektivitas dengan

sumber daya yang digunakan. Dari pandangan tersebut Tracey (1994) mengatakan bahwa

tanggung jawab auditor internal adalah untuk meninjau bagaimana sistem akuntansi bekerja

dengan baik serta evaluasi dan efisiensi operasi organisasi. Berdasarkan pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah:

1. Pemeriksaan dilakukan oleh karyawan dalam suatu perusahaan

2. Pemeriksa berfungsi sebagai staf pembantu manajemen

3. Pemeriksa harus bersifat independen

Page 6: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

7

4. Pemeriksaan terhadap operasi dan pengendalian intern dilaksanakan untuk mendorong

ketaatan pada kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

5. Pemeriksaan terhadap berbagai aktivitas perusahaan secara terus menerus

Menurut Robert Tampubolon (2005 : 1) audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan

telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang telah

ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang. Audit internal melayani manajemen

utama sebagai alat kontrol yang digunakan untuk memberikan keyakinan kepada manajemen

bahwa informasi keuangan diserahkan kepada manajemen dengan handal, akurat dan

didasarkan pada catatan yang handal dan dinyatakan untuk menarik perhatian manajemen

atas kekurangan dalam organisasi atau sistem pengendalian internal, serta untuk menyoroti

bidang praktek manajemen yang membutuhkan tindakan korektif.

Owler dan Brown (1999) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of

Improving Audit internal menetapakan bahwa tujuan dari auditor internal sendiri adalah

untuk melindungi manajemen terhadap kesalahan prinsip dan mengabaikan tugas yang

berfungsi untuk meninjau operasi dan melakukan catatan, dalam perjalanan ini banyak

memeriksa karya rinci organisasi yang sehubungan dengan laporan keuangan secara efektif

atas laporan yang diaudit. Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai

analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang

diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang

efektif dengan biaya yang wajar. Tujuan utama pengendalian intern menurut Hiro Tugiman

(2006 : 44) adalah meyakinkan keandalan (realiabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian

dengan berbagai kebijaksanaan, rencana prosedur, dan ketentuan perundang-undangan;

perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien,

serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Terdapat tiga jenis utama dari laporan audit yang pada dasarnya erat untuk tujuan

audit, yaitu:

a. Pelaporan internal ke manajer untuk tujuan perencanaan dan pengendalian arus dan

operasi saat ini dan untuk antisipasi di masa yang akan datang.

b. Pelaporan internal untuk eksekutif kepala dan Direksi atau Manajer kebijakan

institusional keputusan dan perumusan rencana janka panjang.

c. Pelaporan eksternal terutama untuk tujuan kredibilitas.

Page 7: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

8

Peran dan tugas auditor internal yang tertulis dalam Angus, et. Al, (2009) yang

meneliti tentang efektivitas internal audit pada sektor publik di Nigeria adalah:

1. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan, dalam menyediakan

informasi tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal dan kualitas

kinerja.

2. Auditor internal memastikan kepatuhan terhadap semua keuangan, personalia, pemberian

pinjaman, pengolahan data, kebijakan dan prosedur administratif lainnya, serta ekonomi,

efisiensi dan efektivitas tentang sumber daya yang digunakan.

3. Audit internal merupakan alat control manajemen utama untuk memberikan keyakinan

kepada manajamen bahwa informasi keuangan diserahkan kepada manajemen untuk

membantu dalam pengambilan keputusan yang handal, akurat dan berdasarkan catatan

yang handal dan dinyatakan untuk memberikan informasi tentang kekurangan dalam

organisasi ataupun sistem pengendalian internal, serta menyoroti pratek manajemen yang

memerlukan tindakan korektif.

Tanggung jawab lainnya adalah:

1. Untuk meninjau, mengevaluasi dan melaporkan kecukupan atau kerangka pengawasan

keuangan yang ada di badan dan efisiensi dalam menjamin properti, kehati-hatian,

kelengkapan dan keakuratan kegiatan instansi bersangkutan dan transaksi.

2. Untuk melaksanakan audit yang lengkap dan berkelanjutan dari rekening dan catatan

pendapatan, pengeluaran, tanaman, toko-toko dan properti lainnya.

3. Untuk mengevaluasi apakah kinerja aktual dalam kerangka kontrol didirikan keuangan

(audit kepatuhan).

2.2. Audit internal pada BUMD

Pengawasan pada BUMD dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati dan meneliti

proses kegiatan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta melakukan tindakan

yang diperlukan untuk memeriksa, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi agar

sesuai dengan rencana pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Pengawasan terhadap

BUMD dapat dilakukan oleh Dewan Pengawas dan manajemen atau pengelola BUMD itu

sendiri melalui Satuan Pengawas Intern serta oleh pihak luar atau ekstern yaitu Bank

Indonesia dan Akuntan Publik.

Pengawas terus menerus berkembang, terutama dengan adanya pengelolaan BUMD

dan pengendalian resiko yang sehat. BUMD harus bisa menciptakan suatu pengendalian

Page 8: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

9

untuk operasionalnya sendiri yaitu dengan menciptakan pengendalian internal. Untuk

diyakininya bahwa pengendalian internal itu sudah dilakukan dengan baik perlu dilakukan

suatu audit oleh pihak internal sendiri yaitu internal audit. Dengan semakin berkembangnya

BUMD tersebut, maka rentang kendali antara Direksi dan Dewan Pengawas dengan para

pelaksana operasional semakin lebar dan komplek, sehingga fungsi internal audit diharapkan

dapat menjadi penghubung antara keduanya, terutama membantu Direksi dalam

mengamankan kegiatan operasional yang melibatkan dana dari masyarakat luas untuk

meyakinkan bahwa penyelenggaraan kegiatan BUMD berjalan secara efisien, efektif,

ekonomis, lancar, aman dan tertib.

Dewan pengawas berasal unsur pejabat pemerintah daerah yang ditunjuk langsung

oleh pemerintah untuk menjamin agar pemerintahan kota atau kabupaten dapat berjalan

dengan baik dan benar sesuai dengan rencana dan aturan undang-undang yang telah

ditetapkan. Tugas Dewan Pengawas adalah melaksanakan pengawasan, pengendalian dan

pembinaan terhadap pengurusan dan pengelolaan BUMD, sehingga BUMD dapat berjalan

sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dalam melakukan pengawasan terhadap

BUMD, Dewan Pengawas menggunakan SPIP sebagai acuan kerjanya.

Menurut Johnson (1996) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of

Improving Audit internal, tugas-tugas umum auditor internal meliputi :

1. Salinan audit tentang laporan dari akun yang disampaikan dalam tata cara penulisan yang

ditentukan bersama-sama dengan laporan kepada menteri atau sekretaris Negara.

2. Para auditor harus menyatakan apakah akun menurut mereka dapat memberikan

pandangan yang benar dan adil sesuai terhadap urusan operasi.

3. Auditor harus menyatakan apakah akun tersebut telah memberikan semua informasi yang

diperlukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

4. Para auditor biasanya akan melaporkan jika mereka tidak puas dengan aspek dalam

laporan keuangan.

Agar memperkuat dan menilai apakah BUMD telah menerapkan SPIP (Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah) dengan baik menurut peraturan pemerintah, maka dilakukan

pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan

salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian

independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintahan. Lingkup pengaturan

pengawasan intern mencakup kelembagaan, tugas, kompetensi SDM, kode etik, standart

audit, pelaporan. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis,

Page 9: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

10

penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan, serta bimbingan dan konsultasi SPIP,

dan peningkatan kompetensi auditor selaku aparat pengawas internpemerintah.

Penasehat IIA (2004) menyatakan bahwa auditor internal harus memiliki

pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya. Kurangnya kopetensi dan pengetahuan

tentang audit adalah masalah utama yang dihadapi oleh fungsi audit internal. National Audit

Departemen (NAD 2007) dalam The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian Public

Sectormengungkapkan bahwa banyak petugas melakukan audit internal di pemerintah daerah

tidak memiliki pengetahuan dan eksposur pada teknik yang tepat. Masalah utama yang biasa

di hadapi oleh fungsi audit internal adalah kurangnya staf audit, staf audit yang kurang

memadai adalah peringkat pertama dan dianggap sebagai kemunduran besar yang dapat

menahan efektivitas fungsi audit internal di sektorpublik. Tanggapan lebih lanjut fungsi audit

internal dalam sektor publik juga kurangnya kerjasama antara pengawas. Kurangnya

kerjasama antara pengawas dapat menghambat upaya untuk mencapai pekerjaan audit

internal yang efektif, dengan alasan bahwa tanpa penuh kerjasama dari pengawas maka akan

sulit bagi auditor internal untuk memiliki akses penuh ke semua kegiatan dan catatan.

Menurut Mihret dan Yismau (2007) dalam penelitian Ahmad, et al (2009), kurangnya

perhatian dari manajemen dapat mengirim salah sinyal tentang pentingnya jasa internal

auditor. Selain kurangnya perhatian dari manajemen, masalah lain bahwa kurangnya

pemahaman tentang peran dan tanggung jawab fungsi audit internal adalah faktor lain yang

berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama antara fungsi audit internal. Hal ini didukung

oleh temuan dari penelitian sebelumnya dimana hampir 75% dari negara-negara dan badan-

badan pemerintah daerah cukup setuju bahwa kurangnya pemahaman peran fungsi audit

internal sebagai fungsi penilai independen dalam suatu organisasi. Responden pada penelitian

sebelumnya mengungkapkan bahwa diantara masalah yang dihadapi oleh fungsi audit

internal dalam sektor publik yang menghambat efektivitas mereka adalah bahwa staf

pengawas kurang dalam hal pelatihan yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kompetensi

dan pengetahuan tentang praktek pengawasan dan teknik audit.

Pencapaian optimalisasi terhadap keberhasilan hasil pengawasan sangat ditentukan

oleh prestasi kerja para pengawasnya, Oleh karena itu faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja para auditor internal sangat mempengaruhi pula pada hasil

pengawasannya. Dari penelitian sebelumnya The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian

Public Sector Hung dan HAN (1998) menyatakan terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi audit internal di instansi pemerintahan,diantaranya sikap positif dari kontroler

Page 10: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

11

untuk pekerjaan audit internal, pendidikan yang dirancang dengan baik dan pelatihan auditor

internal yang berguna untuk meningkatkan kinerja manajemen, maka dari itu Dewan

Pengawas harus dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor penting terhadap

berkontribusi fungsi audit internal, antara lain keterampilan interpersonal, komitmen auditor

internal, dukungan dari komite auditor internal, dukungan dari komite audit, audit kinerja dan

integritas, departemen audit efisiensi, audit kompetensi, pengetahuan auditor internal

terhadap operasi bisnis perusahaan dan industri. Auditor yang kemandiriannya ditemukan

dapat menjadi atribut penting yang dapat memberikan kontribusi terhadap fungsi audit

internal.

Dukungan dari manajemen puncak adalah pertimbangan yang signifikan untuk

memastikan tindakan yang diambil atas temuan audit internal. Dalam penelitian Ahmad, et

al., 2009 responden menyatakan bahwa tanpa dukungan dari manajemen puncak auditor sulit

untuk memperkuat fungsi audit internal dalam suatu organisasi. Responden berharap agar

manajemen puncak akan memfasilitasi departemen audit internal dengan staf audit yang

memadai, sumber daya lebih baik dan merekomendasi staf yang terampil dan berpengalaman.

Responden pada penelitian tersebut juga mengatakan bahwa kecukupan sumber daya sangat

penting, seperti jumlah staf yang memadai, fasilitas dan anggaran yang penting bagi

pengawas untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai auditor internal. Temuan ini juga

mengungkapkan bahwa kerjasama antara auditor dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai auditor internal sangat penting. Persepsi umum dari responden adalah

auditor internal hanya tertarik untuk menemukan kesalahan orang lain dan dapat

memperbaiki jika auditor memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab audit internal.

Dengan demikian, auditor internal sendiri perlu mempromosikan peran audit internal dan

manfaatnya sehingga pihak luar fungsi dari audit internal dapat menghargai kontribusi

mereka terhadap pencapaian keseluruhan tujuan organisasi.

Secara ekonomi, audit internal dimaksudkan untuk konsumsi internal dengan berbagai

manfaat sosial ekonomi.Dalamsektor publik menurut Azubike (2002) dalam Effectiveness of

Internal Audit as Instrument of Improving Audit internal, pengendalian internal sangat

efektif dalam meningkatkan keandalan akuntansi data dan dalam melindungi terhadap

penipuan, hal tersebut mengimplikasikan ekonomi dari suatu audit tidak efektif. Hal-hal

yang biasa menjadi alasanketidakefektifan audit internal dalam manajemen sektor publik

adalah sebagai berikut :

Page 11: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

12

a. Lack of audit manual: tidak adanya panduan standar audit internal dan rencana audit kerja

secara terperinci akan mempengaruhi kualitas pekerjaan audit terutama untuk audit

internal baik non-akuntan ataupun akuntan yang non-qualified.

b. Non-Career Auditors and lack of growth prospect: karir auditor yang memenuhi syarat

professional akuntan memiliki level atau status dibawah dengan yang dimiliki oleh rekan-

rekan professional mereka di departemen keuangan sebagai auditee. Hal ini memberikan

auditee keuntungan dan perasaan superioritas kepada auditor internal maka mereka dapat

menahan akses auditor untuk mendapatkan informasi dengan ketidakseimbangan proses

arus informasi sehingga informasi yang didapatkan auditor adalah informasi yang mereka

ingin sediakan untuk auditor lihat.

c. Reporting structure and professional independence: pada masa lalu auditor internal

merupakan sebuah unit dari accounts department, tetapi untuk menjamin independensi

auditor, auditor internal harus melaporkan langsung kepada kepala eksekutif. Perubahan

ini berdampak negatif karena kebanyakan kepala eksekutif merupakan pemegang jabatan

politik, yang tidak memiliki kepentingan permanen dan mengarah ke non-komitmen

untuk laporan audit internal.

d. Scope of work: tidak adanya definisi yang tepat dari tugas, hak, keistimewaan dan

keterbatasan auditor internal sehingga dapat menghambat auditor untuk melakukan

tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

e. Privileges of office: kurangnya upah yang memadai dan pra-syarat kantor telah membuat

beberapa auditor internal ikut andil dalam melakukan kecurangan.

f. Hazards of office: faktor lain yang menghambat efisiensi audit internal adalah resiko yang

dihadapi oleh auditor internal yang jujur dan berprinsip. Auditor mungkin akan

dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat mengganggu kehidupan dan sifat dari

auditor internal.

Kinerja Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD dapat dikatakan baik

apabila Dewan Pengawas dapat menjamin bahwa tidak terdapat penyimpangan atau

penyalahgunaan atas aset pemerintah yang dilakukan oleh BUMD terkait, dan dapat

melakukan perbaikan di area-area yang harus memerlukan perbaikan agar untuk periode

berikutnya BUMD dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Apabila Dewan Pengawas telah

menjamin bahwa BUMD telah menerapkan SPIP dengan baik dan sesuai dengan visi, misi,

Page 12: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

13

dan tujuan yang telah direncanakan serta sesuai dengan peraturan pemerintah maka kinerja

Dewan Pengawas sebagai auditor internal terhadap BUMD telah dilakukan dengan baik.

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang

digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang bersumber dari survey melalui

kuesioner yang ditujukan kepada manajemen BUMD Kabupaten Semarang. Kuesioner yang

digunakan berupa dua bagian. Bagian pertama berisi masalah utama yang dialami fungsi staf

pengawas dan bagian kedua berisi tentang faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf

pengawas.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi data yang diteliti atas manajemen BUMD Kabupaten Semarang meliputi

manajemen operasional dan manajemen tingkat menengah. Jumlah populasinya sebanyak 35

orang yang berada di PDAM KABUPATEN SEMARANG, 25 orang pada PD. BPR BKK

UNGARAN, dan 24 orang pada PD. BKK SUSUKAN. Pada penelitian ini teknik sampel

yang digunakan adalah non probability sampling. Pada teknik non probabilty sampling

peneliti memilih menggunakan purposive sampling dalam pemilihan sampel. Peneliti

menetukan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 45 orang, dimana terdiri dari 15 orang di

setiap BUMD.

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun kuesioner yang

didasarkan pada penelitian Ahmad, et al., 2009.

2. Penentuan respoden dilakukan dengan cara bertanya kepada pegawai BUMD terkait

mengenai staf yang mengetahui praktek pengawasan pada BUMD Kabupaten Semarang.

3. Memberikan langsung kuesioner kepada responden yang dituju untuk mencegah

terjadinya salah sasaran dan menunggu langsung hasil dari pengisian kuesioner yang di

lakukan oleh responden

4. Menjelaskankepada responden secara garis besar maksud dari isi kuesioner di setiap

bagian dan meminta responden mengisi kuesioner sesuai dengan keadaan Dewan

Pengawas

Page 13: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

14

5. Pada bagian pertama kuesioner peneliti meminta persepsi responden untuk menilai setuju

atau tidak dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas. Informasi yang

digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit Ahmad, et al.,

2009. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)

6. Pada bagian kedua peneliti meminta persepsi responden untuk menilai setuju atau tidak

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi staf pengawas. Informasi yang

digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit Ahmad, et al.,

2009. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)

7. Dari hasil yang diperoleh pada point 5 sampai 6, tiap item informasi dihitung rata-

ratanya.

8. Untuk melihat tingkat persepsi responden, maka digunakan rumus interval sebagai

berikut:

Dimana I = Interval

K = Kategori jawaban

Max = Nilai tertinggi

Min = Nilai terendah

Range Kriteria

1,00 ­ 1,80

1,81– 2,60

2,61– 3,40

3,41- 4,20

4,21-5,00

Sangat Tidak Setuju/Sangat buruk

Tidak Setuju/buruk

Netral/Cukup

Setuju/Baik

Sangat Setuju/Sangat baik

9. Dalam kuesioner ini juga diberikan ruang kosong untuk menampung informasi yang

dianggap penting oleh responden faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas.

10. Setelah didapat data-data mengenai seberapa baiknya penerapan item-item SPIP tadi

dilakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik deskriptif, untuk dapat

memaknai data yang telah didapat dari hasil penelitian.

Page 14: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

15

3.4. Analisis Data

Setelah didapat data dari hasil penyebaran kuesioner di BUMD Kabupaten Semarang,

langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data dengan

menggunakan metode statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum

atau generalisasi (Sugiyono, 2008).

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data adalah memasukan data

dari hasil kuesioner kemudian menjumlahkan skor dari setiap item-item kuesioner. Langkah

kedua mencari rata-rata pada setiap item-item tersebut. Dari hasil rata-rata tersebut dapat

dikelompokan kriteria sesuai dengan interval yang telah ditetapkan pada metode

pengumpulan data sehingga setiap item kuesioner dapat disimpulkan hasilnya.

4. Temuan dan Pembahasan

4.1. Tugas Pokok dan Wewenang Dewan Pengawas

Tugas Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pengurusan

Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk

pelaksanaan rencana jangka panjang perusahaan, rencana kerja dan anggaran perusahaan

serta ketentuan-ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 02 tahun 2007 pasal 22 tentang tugas

pokok dan wewenang Dewan Pengawas dijabarkan sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap pengurusan dan

pengelolaan BUMD.

b. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala Daerah diminta atau tidak diminta

guna perbaikan dan pengembangan BUMD.

c. Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategi Bisnis , dan rencana bisnis dan anggaran

tahunan BUMD terkait yang dibuat Direksi kepada Kepala Daerah untuk mendapatkan

pengesahan.

Page 15: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

16

Wewenang Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal

22 yaitu :

a. Menilai kinerja Direksi dalam mengelola BUMD.

b. Menilai laporan triwulan dan laporan tahunan yang disampaikan Direksi untuk mendapat

pengesehan Kepala Daerah.

c. Meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan BUMD.

d. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian

Direksi kepada Kepada Daerah.

4.2. Gambaran secara umum responden penelitian

Secara umum responden penelitian ini dibagi menurut jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, dan lama bekerja. Dari total 45 orang, yang bersedia dan tidak berhalangan untuk

mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 40 orang (88,89%). Menurut jender penelitian ini

didominasi oleh responden laki-laki daripada perempuan yaitu laki-laki berjumlah 27 orang

dan perempuan berjumlah 13 orang. Menurut usia penelitian lebih banyak responden yang

berusia kurang dari sama dengan 50 tahun. Pendidikan terakhir responden dalam penelitian

ini hanya berkisar antara SMA, S1, dan S2, dan didominasi oleh responden yang

berpendidikan terakhir S1. Dalam penelitian ini masa jabatan responden dibagi menjadi tiga,

yaitu antara 1 sampai 10 tahun, 11 sampai 20 tahun, dan 20 tahun ke atas, temuan

menunjukan bahwa penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki masa jabatan 11

sampai 20 tahun (lihat lampiran 2, hal. 31).

Responden pada penelitian ini manajemen BUMD Kabupaten Semarang yang

meliputi manajemen tingkat menengah dan manajemen operasional yang memiliki jabatan

seperti pada tabel 4.2. Responden dipilih berdasarkan kriteria yang memiliki pengetahuan dan

berhubungan langsung serta mengerti dengan masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas

Page 16: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

17

Tabel 4.2.

Gambaran umum responden berdasarkan jabatan menurut manajemen operasional

dan manajemen tingkat menengah BUMD Kabupaten Semarang

BUMD PD BPR BKK Ungaran

Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM)

Kabupaten Semarang

PD BKK Susukan

Jabatan 1. Kepala bidang kredit 1. Kepala bagian teknik 1. Kepala bidang kredit

2. Kepala bidang dana

2. Kepala bagian

keuangan dan umum

2. Kepala bidang dana

3. Kepala bidang umum

3. Kepala bagian

pelayanan pelanggan

3. Kepala bidang umum

4. Pemimpin KPO

4. Kasubag teknik 4.Pemimpin KPO

5. Sub bidang

pengawas kredit

5. Kasubag umum 5.Pemimpin cabang

6. Sub bidang kas

6. Kasubag akuntansi 6. Sub bidang pengawas

kredit

7. Sub bidang SDM dan

Sekretariat

7. Kasubag kepegawaian 7. Sub bidang kas

8. Sub bidang account

officer

8. Kasubag

perlengkapan

8. Sub bidang SDM dan

Sekretariat

9. Sub penghimpunan

dan

9. Kasubag perencanaan 9. Sub bidang account

officer

10. Sub bidang

perencanaan,

pelaporan, dan IT

10. Kasubag transmisi

dan distribusi

10. Subpenghimpunan

dana

11. Sub bidang akuntansi

11. Kasubag perawatan 11. Sub bidang

perencanaan,

pelaporan, dan IT

12. Kepala Seksi

pemasaran

12. Kepala seksi

keuangan

12. Sub bidang

akuntansi

13. Humas 13.Kepala seksi

penagihan

13. Humas

14. Kepala Seksi

pelayanan

Page 17: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

18

4.3. Persepsi responden mengenai item-item di dalam kuesioner

4.3.1. persepsi responden mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas

Pada bagian ini diuraikan persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang

mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh staf pengawas seperti yang ditunjukan pada

tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1.

Persepsi responden mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

1 Jumlah pengawas kurang memadai 91 2,28

tidak

setuju

2

Kerjasama diantara pengawas/audit

internal baik 147 3,68 Setuju

3 Fungsi pengawas bersifat independen 144 3,60 Setuju

4

Pengetahuan teknik staf pengawas

memadai 147 3,68 Setuju

5 Pengalaman staf pengawas memadai 149 3,73 Setuju

6

Hasil pengawasan diperhatikan oleh

pihak yang diawasi 148 3,70 Setuju

7

Posisi staf pengawas terhormat dalam

organisasi 142 3,55 Setuju

8 Fungsi staf pengawas banyak dimusuhi 115 2,88

tidak

setuju

Sumber: Data Primer, 2012

Secara rata-rata responden menilai bahwa jumlah pengawas memadai, responden

memberikan pernyataan tersebut dikarenakan tidak terjadi kemunduran terhadap efektivitas

fungsi staf pengawas dalam melakukan pengawasan. Sedangkan yang terjadi pada jurnal

Ahmad, et al. (2009) yang menyatakan bahwa kurangnya staf pengawas merupakan masalah

utama yang dihadapi oleh audit internal sektor publik di Malaysia. Dilihat dari sisi jumlah

Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD Kabupaten Semarang tidak

Page 18: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

19

mempengaruhi hasil dari pengawasan, maka dengan demikian Dewan Pengawas telah

memberikan fungsi pengawasan dengan baik dan memberikan peran yang efektif dalam

melakukan pengawasan, sehingga Dewan Pengawas dapat memastikanbahwa transparansi,

intergritas, kualitas, dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap menjadi titik akhir

dari setiap proses.

Kerjasama fungsi staf pengawas baik, responden beranggapan kerjasama staf

pengawas telah dilakukan dengan baik karena pengawas telah mencapai pekerjaan audit

internal yang efektif dan memiliki akses penuh ke semua kegiatan dan catatan. Responden

setuju bahwa fungsi pengawasan bersifat independen, dikarenakan pengawas melaporkan

langsung hasil pengawasan kepada Direksi.

Menurut responden, pengetahuan staf pengawas memadai. Bisa dilihat dari hasil

pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas pada BUMD Kabupaten Semarang.

Pengalaman staf pengawas menurut responden telah memadai, dikarenakan responden

sebagian besar telah bekerja cukup lama di BUMD Kabupaten Semarang sehingga mereka

dapat mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh Dewan Pengawas dalam melakukan

pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang.

Mengenai hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi responden

menyatakan setuju. Responden beranggapan bahwa auditor internal merupakan sebuah unit

dari account departement yang melaporkan hasil pengawasan langsung kepada Direksi

sehingga hasil dari pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas sangat diperhatikan

untuk lebih meningkatakan kualitas kerja dan pencapaian tujuan dari oraganisasi tersebut.

Posisi staf pengawas terhormat dalam organisasi BUMD, sehingga Dewan Pengawas dapat

melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, dan pembinaan terhadap BUMD Kabupaten

Semarang. Menurut responden mengenai staf pengawas banyak dimusuhi responden tidak

setuju. Dalam melakukan pengawasannya Dewan Pengawas telah jujur dan memiliki prinsip

sehingga tidak menghambat terhadap efisiensi audit internal, dan pengawas tidak dihadapkan

pada masalah-masalah yang dapat mengganggu kehidupan dan sifat dari auditor internal.

Dilihat dari hasil pendapat responden secara rata-rata dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

masalah yang dihadapi oleh pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten

Semarang.

Page 19: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

20

4.3.2. Persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi

staf pengawas

Pada bagian ini diuraikan persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas seperti yang ditunjukan

dalam tabel berikut.

Tabel 4.3.2.

Persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi

staf pengawas

No Item informasi Total

Skor Rata-rata Persepsi

1 Kualitas Pengawas yang mengawasi

BUMD 149 3,73 Setuju

2 Dukungan dari Pimpinan BUMD 156 3,90 Setuju

3 Kecukupan sumber daya manusia dan

dana operasional yang memadai 159 3,98 Setuju

4 Kerjasama diantara staf pengawas 163 4,08 Setuju

Sumber: Data Primer, 2012

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa secara rata-rata responden menilai item-

item yang diajukan dalam kuesioner (bagian 2) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas dalam fungsi pengawasan. Para responden berpendapat bahwa kualitas pengawas

yang mengawasi BUMD berpengaruh terhadap efektivitas fungsi staf pengawas, dikarenakan

pengawas harus memiliki keterampilan dan pengalaman yang memadai agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Pelatihan teknis pengawas juga berpengaruh terhadap

kualitas pengawas untuk menjalankan peran, fungsi, dan tanggung jawab sebagai auditor

internal.

Dukungan dari pimpinan BUMD menurut responden mereka menjawab setuju,

Dewan Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD harus mendapat dukungan dari

pimpinan BUMD untuk melakukan pertimbangan atas temuan audit.Dengan tidak adanya

dukungan dari pimpinan BUMD maka sulit bagi auditor internal untuk menerapkan fungsi

dari audit internal. Hal ini juga dijelaskan oleh Ahmad, et al. (2009) kurangnya kerjasama

Page 20: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

21

dari auditee dapat menghambat upaya auditor untuk mencapai pekerjaan yang efektif, dimana

auditor akan kesulitan mendapatkan akses penuh untuk melakukan kegiatan pengawasan.

Responden berpendapat setuju mengenai kecukupan sumber daya manusia dan dana

operasional yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi staf

pengawas. Kecukupan jumlah staf pengawas yang memadai dan fasilitas yang baik serta

anggaran yang memadai harus diberikan kepada pengawas untuk dapat melakukan

pengawasan dengan baik dan bertanggung jawab. Seperti yang dijelaskan dalam bahasan

sebelumnya bahwa jumlah staf merupakan faktor yang penting dalam pengawasan dan juga

harus diimbangi dengan anggaran yang memadai. Selanjutnya kualitas pengawas adalah

faktor yang penting dalam melakukan pengawasan yang efektif. Jika sumber daya manusia

yang berkualitas tentu akan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas juga.

Kerjasama diantara staf pengawas menurut responden termasuk faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi fungsi staf pengawas. Dalam melakukan pengawasan, pengawas harus

melakukan kerjasama agar dapat mendapatkan akses penuh di setiap kegiatan dan pencatatan,

sehingga pengawas dapat mengetahui di area-area mana yang memerlukan perbaikan agar

BUMD berjalan sesuai dengan visi, misi,tujuan dan target-target yang telah

ditetapkan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerjasama diantara staf merupakan faktor yang

penting dalam mencapai efektivitas pengawasan. Menurut Ahmad, et al (2009) jika auditor

memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing dan dapat bekerja sama dengan

baik maka pihak luar dari fungsi audi internal dapat menghargai kontribusi mereka terhadap

pencapaian tujuan organisasi.

4.4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan

Secara umum responden dalam penelitian ini telah menganggap faktor-faktor yang

tertera di dalam kuesioner pada bagian kedua telah mewakili pemikiran mereka. Namun

terdapat empat responden yangmemberikan pendapat tentang faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi efektivitas fungsi pengawas. Data berikut merupakan item-item lain yang

diberikan responden menurut pemikiran pribadinya tentang faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi efektivitas pengawasan:

Page 21: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

22

Tabel 4.4

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pengawasan

No

Responden Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

1 Intensitas pengawasan yang dilakukan secara

berkala dan kontinuitas

6 Fungsi pengawasan kurang menyeluruh disetiap

bagian

31 Fungsi pengawasan, pengendalian, keputusan atau

kebijakan agar terkontrol

32 Laporan hasil pengawasan serta tindak lanjutnya

32

Pemahaman ketentuan perbankan dibutuhkan dalam

fungsi pengawasan dan pengarahan kepada

karyawan dan direksi dalam menjalankan tugasnya

32 Adanya perencanaan yang strategis

32 Diri pribadi pengawas yang bermoral

Sumber: Data Primer, 2012

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang diberikan oleh keempat

responden sebagian besar menyangkut dengan masalah internal Dewan Pengawas (seperti :

intensitas pengawasan, pengawasan kurang mnyeluruh di setiap bagian, keputusan Dewan

Pengawas agar tekontrol, pemahaman fungsi pengawasan, adanya perencanaan strategis,

pribadi pengawas yang bermoral).

Responden pertama berpendapat bahwa perencanaan dalam melakukan pengawasan

itu sangat penting, hal ini bisa dilihat dari kurangnya intensitas dalam melakukan

pengawasan, menurut responden apabila intensitas pengawasan lebih ditingkatkan maka hasil

dari pengawasanakan lebih baik dan dapat memberikan kontribusi yang baik untuk BUMD

tersebut.Responden kedua menyatakan pengawasan dilakukan pada bagian-bagian tertentu

saja dan tidak dilakukan secara menyeluruh, sehingga menurut responden Dewan Pengawas

kurang dapat mengetahui di area-area mana sajakah yang perlu di perbaiki sehingga dapat

memaksimalakan kinerja manajemen.Responden ketiga menambahakan fungsi pengawasan,

pengendalian, keputusan atau kebijakan agar terkontrolsehingga pengawas dalam melakukan

pengawasan di BUMD dapat berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Responden keempat menambahkan tentangtindak lanjut dari laporan hasil

pengawasan dan persiapan sebelum melakukan pengawasan juga harus diperhatikan, seperti

Page 22: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

23

pemahaman tentang ketentuan aturan yang akan diawasi,serta memiliki moral sebagai

pengawas dengan baik. Hal ini seperti yang di jelaskan dalam penelitian Ahmad, et al (2009)

mengenai kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab fungsi audit internal

adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama antara fungsi audit

internal. Hal yang menghambat efektivitas mereka adalah bahwa staf pengawas kurang dalam

hal pelatihan yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kompetensi dan pengetahuan

tentang praktek pengawasan dan teknik audit.

5. Kesimpulan dan Keterbatasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajemen BUMD Kabupaten

Semarang mengenai permasalahan yang dihadapi oleh pengawas dan dapat memberikan

wawasan tentang faktor-faktor yang memepengaruhi efektivitas fungsi pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Pengawas terhadap BUMD Kabupaten Semarang.Berdasarkan data

dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dewan

Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang tidak memiliki

masalah. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja staf pengawas yang menurut responden sebagai

pihak yang diawasi sudah cukup baik, sehingga responden dapat mengatakan bahwa tidak

terdapat masalah yang dihadapi oleh Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD

Kabupaten Semarang.

Mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi staf pengawas, responden

berpendapat bahwa kerjasama diantara pengawas merupakan faktor yang paling

mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawasan. Dengan melakukan kerjasama dalam

melakukan pengawasan, maka mempermudah Dewan Pengawas untuk melakukan akses

keseluruh bagian dan mempermudah dalam melakukan pencatatan, sehingga pengawasan

dapat berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil dari kuesioner pada item

kerjasama diantara pengawas secara rata-rata memiliki nilai paling besar diantara item-item

lainnya.Dukungan dari pimpinan BUMD, kecukupan sumber daya manusia dan dana

operasional yang memadai, serta kualitas pengawas yang mengawasi BUMD menurut

responden merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi staf

pengawas.

Beberapa responden menambahkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

efektivitas fungsi staf pengawas, yaitu intensitas pengawasan yang dilakukan secara berkala

Page 23: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

24

dan kontinuitas; fungsi pengawasan kurang menyeluruh disetiap bagian; fungsi pengawasan,

pengendalian, keputusan atau kebijakan agar terkontrol; laporan hasil pengawasan serta

tindak lanjutnya; pemahaman ketentuan perbankan dibutuhkan dalam fungsi pengawasan dan

pengarahan kepada karyawan dan direksi dalam menjalankan tugasnya; adanya perencanaan

yang strategis;diri pribadi pengawas yang bermoral. Hal ini berguna untuk meningkatkan

kualitas praktik pengawasan oleh Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD agar

mendapatkan hasil yang lebih baik lagi secara terus menerus.

Di dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,

adanya beberapa responden yang tidak bersedia dan berhalangan di dalam pengisian

kuesioner. Keseluruhan responden dari BUMD Kabupaten Semarang berjumlah 45 orang,

sedangkan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang (88,89%).

Kedua, kemungkinan adanya conflict of interest antara Dewan Pengawas dan BUMD yang di

awasi sehingga data yang di dapat bias. Ketiga, penelitian ini masih berada dalam taraf

deskriptif kualitatif, belum terdapat kajian statistik yang mendalam.

Page 24: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2954/2/T1_232007144_Full... · Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pengawasan

25

Daftar Pustaka

Adeniji (2004), Tracey (1994), Johnson (1996), Owler dan Brown (1990), Azubike (2002).

Effectiveness of Internal Audit as Instrument of Improving Audit internal.

Angus Okechukwu Unegbu, Mohammed Isa Kida, 2011. Effectiveness of Internal Audit as

Instrument of Improving Public Sector Management.

Anthony Harrison, Auditing the Public Sector

Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Halimah, Nasibah Ahmad, Radiah Othman, Rohana Othma, Kamaruzaman Jusoff, 2009.

NAD (2007), Hung dan HAN (1998).The Effectiveness Internal Audit of Malaysian

Sector Public.

Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara.

Jakarta.

Ihalauw, John J.O.I, (2003). Bangun Teori Edisi Milenium. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Santoso, Singgih. 2003. Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan

SPSS. Andi. Yogyakarta.

Sastrohadiwiryo,B. Siswanto.2003.Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, edisi 2. PT. Bumu

Aksara. Jakarta.

Supramono dan Intiyas Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian, Cetakan 1. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Perundang-undangan

Republik Indonesia: Peraturan Menteri Dalam Negeri No.02 Tahun 2007 tentang “Organ Dan

Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum”

_______________: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang “

Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan”

_______________: Keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang “Kebijakan

Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007”