1 pendahuluan...1 pendahuluan pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya membangun...

17
1 PENDAHULUAN Pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya membangun secara fisik semata, tetapi juga non fisik berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam persaingan global saat ini, dunia kerja sangat membutuhkan orang yang bisa berfikir untuk maju, cerdas, inovatif, dan mampu berkarya dengan semangat tinggi dalam menghadapi kemajuan jaman. Tidak hanya itu, dalam kondisi saat ini sumber daya manusia sendiri mempunyai peran penting dalam suatu lembaga, juga diprioritaskan pada aspek manajerial yang matang dalam pengelolaan organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi sehingga mampu bersaing secara global. Karyawan merupakan aset sumber daya manusia yang menjadi kekayaan bagi setiap organisasi atau perusahaan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang penulis lakukan serta informasi dari sejumlah mahasiswa terdapat fenomena-fenomena yang terjadi di kantor pegawai non akademik UKSW. Hasil yang diperoleh dari wawancara dua puluh orang mahasiswa mengaku sangat terbantu dengan pelayanan yang diberikan pegawai, pada saat mereka masih menjadi calon mahasiswa yang mengikuti proses pendaftaran sebagai mahasiswa, pegawai di bagian terkait memberikan informasi yang jelas sehingga calon mahasiswa tanpa kebingungan bisa memenuhi persyaratan akademik yang dibutuhkan. Di sisi lain beberapa bagian masih juga memiliki kelemahan-kelemahan secara professional di antaranya masih terdapat pegawai bagian Keuangan yang tidak memberikan pelayanan dengan baik dalam bekerja.

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENDAHULUAN

    Pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya

    membangun secara fisik semata, tetapi juga non fisik berupa peningkatan

    kualitas sumber daya manusia. Dalam persaingan global saat ini, dunia kerja

    sangat membutuhkan orang yang bisa berfikir untuk maju, cerdas, inovatif,

    dan mampu berkarya dengan semangat tinggi dalam menghadapi kemajuan

    jaman. Tidak hanya itu, dalam kondisi saat ini sumber daya manusia sendiri

    mempunyai peran penting dalam suatu lembaga, juga diprioritaskan pada

    aspek manajerial yang matang dalam pengelolaan organisasi. Sumber daya

    manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni

    bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan

    serta berdaya saing tinggi sehingga mampu bersaing secara global. Karyawan

    merupakan aset sumber daya manusia yang menjadi kekayaan bagi setiap

    organisasi atau perusahaan.

    Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang penulis lakukan serta

    informasi dari sejumlah mahasiswa terdapat fenomena-fenomena yang terjadi

    di kantor pegawai non akademik UKSW. Hasil yang diperoleh dari

    wawancara dua puluh orang mahasiswa mengaku sangat terbantu dengan

    pelayanan yang diberikan pegawai, pada saat mereka masih menjadi calon

    mahasiswa yang mengikuti proses pendaftaran sebagai mahasiswa, pegawai

    di bagian terkait memberikan informasi yang jelas sehingga calon mahasiswa

    tanpa kebingungan bisa memenuhi persyaratan akademik yang dibutuhkan.

    Di sisi lain beberapa bagian masih juga memiliki kelemahan-kelemahan

    secara professional di antaranya masih terdapat pegawai bagian Keuangan

    yang tidak memberikan pelayanan dengan baik dalam bekerja.

  • 2

    Permasalahan yang terjadi merupakan indikasi adanya

    ketidakdisiplinan pegawai yang memberikan dampak negatif seperti kurang

    optimalnya kinerja untuk organisasi maupun kurang optimalnya pelayanan

    yang diberikan kepada mahasiswa sehingga menjadi penghambat bagi

    organisasi dalam mencapai tujuannya. Terkait dengan hal ini perlu untuk

    dikaji lebih jauh dan diteliti. Martoyo (1994), berpendapat dalam suatu badan

    usaha disiplin kerja merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian,

    demi konstitusi badan usaha sesuai dengan motif badan usaha tersebut.

    Keterkaitan kepuasan kerja dan disiplin kerja pernah dikaji

    sebelumnya oleh Sinta (2005) yang mana hasil penelitian menemukan bahwa

    tidak terdapat hubungan yang berarti di antara kepuasan kerja dengan disiplin

    kerja karyawan pada bagian Administrasi di Universitas Widyatama

    Bandung. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor lain yang

    mempengaruhi disiplin kerja, menurut wawancara yang dilakukan Sinta

    adalah karena adanya peraturan beserta sanksi-sanksi yang diberlakukan di

    Universitas Widyatma Bandung. Hal ini membuat karyawan merasa

    terpaksa, takut dan menjadi beban dalam menjalankan disiplin kerjanya.

    Berdasarkan beberapa temuan penelitian terdahulu tersebut di atas

    mendorong dilakukannya penelitian. Adapun alasan dilakukannya penelitian

    serupa adalah karena: (1) adanya perbedaan temuan dari beberapa penelitian

    di atas sehingga hal ini mendorong untuk dilakukannya suatu kajian ulang

    untuk membuktikan apakah memang terdapat hubungan diantara kepuasan

    kerja dengan disiplin kerja ataukah tidak, (2) penelitian-penelitian

    sebelumnya yang menghubungkan kedua variabel ini secara langsung masih

    relatif terbatas, hal ini menjadikan pertanyaan yang menarik untuk dikaji

    bahwa apakah memang terdapat hubungan diantara kepuasan kerja dengan

    disiplin kerja, (3) penulis sendiri memiliki pendapat dan ingin membuktikan

  • 3

    bahwa seorang pegawai yang memiliki sikap disiplin dalam bekerja

    merupakan pegawai yang merasakan kepuasan kerja dari tempat kerjanya

    Penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan latar belakang masalah

    apakah ada hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan

    disiplin kerja pada pegawai non akademik di UKSW Salatiga khususnya di

    bagian Admisi dan Registrasi (BARA), bagian Keuangan serta bagian Nilai

    dan Ijasah.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau

    tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan

    mereka (Handoko, 2000).

    Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai suatu cara pandang seseorang

    baik yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya (Siagian,

    1999).

    Kepuasan kerja juga diartikan sebagai sekumpulan emosi dan

    perasaan yang mendukung atau tidak mendukung dari karyawan terhadap

    pekerjaannya. Menurut Davis dan Newstrom dalam bukunya Organizational

    Behavior (2002), “Job satisfaction is a set of favourable of unfavorable

    feeling and emotions with which employees view their work”.

    Berikut ini ada juga yang menyatakan bahwa kepuasan kerja

    merupakan penyataan emosional yang positif dan menyenangkan yang

    dihasilkan atas penghargaan terhadap pekerjaan seseorang atau pengalaman

    kerja. Pernyataan tersebut diuangkapkan oleh Luthans (1998), “Job

  • 4

    satisfaction is a pleasurable or positive emotional state resulting from the

    appraisal of one's job or job experience”.

    Sementara itu menurut Wexley & Yukl (1977) menyebutkan bahwa

    kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. ”Job

    satisfaction is the way an employee feels abaut his or her job.”

    Menurut Wexley & Yukl (1977) dalam bukunya yang berjudul

    “Organisational Behavior And Personnel Psychology” yang dikutip oleh

    As’ad (1999) pada dasarnya teori-teori kepuasan kerja yang lazim dikenal

    ada tiga macam yaitu :

    1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)

    Theori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Dimana

    kepuasan ini diukur dengan menghitung selisih antara apa yang

    seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan (difference between

    how much of something there should be and how much there is

    now”). Kemudian Locke dalam As’ad (1999) menyatakan kepuasan

    atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan

    mencerminkan penimbangan atas dua nilai yaitu pertentangan yang

    dipersepsikan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ia terima,

    dan pentingnya apa yang diinginkan individu.

    2. Teori Keadilan ( Equity Theory)

    Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Adapun

    pendahulu dari teori ni adalah Zalenznik (1958) Prinsip dari teori ini

    adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung

    apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu

    situasi, diperoleh orang dengan membandingkan dirinya dengan orang

    lain. Bila perbandingan itu dianggap tidak seimbang tetapi

    menguntungkan, bisa menimbulkan kepuasan tetapi bisa pula tidak.

  • 5

    Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan maka

    akan menimbulkan ketidakpuasan (dalam As’ad, 1999)

    3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)

    Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg dikutip

    oleh (As’ad, 1999). Berdasarkan atas hasil penelitiannya situasi yang

    mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya dibagi menjadi

    dua kelompok yaitu : kelompok satisfier atau motivator dan kelompok

    dissatisfier atau hygiene factors. Satisfiers (motivator) ialah faktor-

    faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja

    yang terdiri dari : Achievement, recognation, work it self,

    responsibility and advancement. Dikatakannya bahwa hadirnya faktor

    ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini

    tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfier (hygiene

    factors) ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber

    ketidakpuasan, yang terdiri dari : company policy and administration,

    supervision technical, salary, interpersonal relations, working

    condition, job security and status (Wexley & Yulk, 1977). Perbaikan

    terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan

    ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia

    bukan sumber kepuasan (dalam As’ad, 1999).

    Disiplin Kerja

    Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang

    berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan jaman, kata tersebut

    mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau

    yang menyangkut tata tertib. Disiplin adalah sikap dari seseorang/

    kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti/ mematuhi

    segala aturan/ keputusan yang ditetapkan (Sinungan 1997).

  • 6

    Menurut Siagian (1999), disiplin kerja adalah sikap mental yang

    tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok

    masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan, norma yang

    berlaku dalam masyrarakat.

    Dalam kesempatan lain Sastrohadiwiryo (2002) memberikan

    definisi disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai,

    patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang

    tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak

    mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas

    dan wewenang yang diberikan kepadanya.

    Sedangkan Nitisemito (1984) mendefinisikan kedisiplinan kerja

    adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan

    peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

    Sementara itu Lateiner & Levine (1983) berpendapat bahwa

    disiplin kerja merupakan suatu kekuatan atau perilaku yang berkembang

    di dalam diri karyawan dan menyebabkan karyawan tersebut dapat

    menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan yang

    ditetapkan.

    Ada tiga pendekatan disiplin menurut Mangkunegara (2001) yaitu

    :

    a. Pendekatan disiplin Modern

    Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah

    keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman.

    1) Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk

    hukuman secara fisik.

    2) Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses

    hukum yang berlaku.

  • 7

    3) Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau

    prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses

    penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya.

    4) Melakukan proter terhadap keputusan yang berat sebelah pihak

    terhadap kasus disiplin.

    b. Pendekatan disiplin dengan tradisi

    Yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman.

    Pendekatan ini berasumsi :

    1) Disiplin dilakukan atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada

    peninjauan kembali bila telah diputuskan.

    2) Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya

    harus sesuai dengan tingkat pelanggarannya.

    3) Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada

    pelanggar maupun kepada karyawan lainnya.

    4) Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang

    lebih keras.

    5) Pemberian hukuman terhadap karyawan yang melanggar kedua

    kalinya harus di beri hukuman yang lebih berat.

    c. Pelaksanaan disiplin bertujuan

    Yaitu pembentukan prilaku disiplin dengan adanya kesadaran.

    Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa :

    1) Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua

    karyawan.

    2) Disiplin bukan merupakan suatu hukuman, tetapi merupakan

    pembentukan perilaku.

    3) Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang baik.

  • 8

    4) Disiplin Karyawan bertujuan agar pegawai bertanggung jawab

    terhadap perbuatannya.

    Untuk keberhasilan perusahaan upaya mengurangi tingkat

    kemangkiran karyawan perlu ditekan dengan adanya disiplinan kerja.

    Pada dasarnya karyawan adalah manusia yang mempunyai perasaan dan

    kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini menuntut adanya

    pemenuhan atas keinginan tersebut agar tercapai suatu kepuasan. Jika

    perusahaan dapat memberikan kepuasan kerja terhadap karyawannya

    maka para karyawan akan melakukan tugasnya dengan baik dan sesuai

    dengan aturan yang telah ditetapkan, saling menghargai dan mempunyai

    rasa memiliki terhadap tempat ia bekerja sehingga hal ini akan

    menimbulkan disiplin kerja yang baik (Kanina, 2005). Dengan kata lain

    apabila karyawan mematuhi semua peraturan dan norma-norma

    perusahaan yang berlaku, hal tersebut dikarenakan karyawan merasakan

    adanya perasaan puas dalam bekerja. Kepuasan kerja yang diupayakan

    perusahaan dan diterima karyawan akan menentukan kedisiplinan dalam

    bekerja sehingga karyawan dapat berfungsi secara optimal dalam

    organisasi atau perusahaan.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai

    berikut:

    Ada hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan

    disiplin kerja. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi pula

    disiplin kerja. Demikian pula semakin rendah kepuasan kerja, semakin

    rendah pula disiplin kerja.

  • 9

    METODOLOGI PENELITIAN

    Variabel-Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent

    variable) yaitu kepuasan kerja, serta variabel tergantung (dependent variable)

    yaitu disiplin kerja.

    Subjek

    Subjek penelitian ini adalah keseluruhan pegawai non akademik tetap

    Bagian Admisi dan Registrasi(BARA), Bagian Keuangan, Bagian Nilai dan

    Ijasah berjumlah 26 orang. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel

    yang digunakan adalah total sampling.

    Alat Ukur

    Untuk mendapatkan data, digunakan dua alat ukur. Data kepuasan

    kerja diperoleh melalui Skala Kepuasan Kerja. Skala kepuasan kerja yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah skala pengukuran Job Descriptive

    Index (JDI) (Smith, Kendal, & Hullin, 1969 ) yg terdiri dari Work (kerja),

    Supervision (Supervisi), Pay (Upah/ Gaji), Co-workers (Rekan kerja),

    Promotion Opportunities (Kesempatan promosi). yang telah diterjemahkan

    dan disesuaikan. Data disiplin kerja diperoleh dengan Skala Disiplin Kerja.

    Item-item pengukuran disiplin kerja ini dibuat berdasarkan ciri-ciri disiplin

    kerja yang diungkapkan oleh Lateiner & Levine (1983 : 63) yang meliputi

    keteraturan dan ketepatan waktu kerja, ketepatan dalam menggunakan

    pakaian dan perlengkapan kerja, mempergunakan bahan dan peralatan

    dengan hati-hati, menghasilkan jumlah dan kualitas kerja yang memuaskan,

    semangat dan inisiatif menyelesaikan pekerjaan. Data diperoleh dengan

    menggunakan metode skala Likert, dengan empat kategori jawaban yaitu: SS

    (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

  • 10

    Metode Analisis Data

    Hasil yang telah diperoleh dari kedua macam angket itu kemudian

    diolah dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang dipakai yaitu uji

    korelasional, dengan menggunakan koefisien korelasi Rank Sperman (rs).

    Hasil

    Hasil uji terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan uji

    korelasional Spearman, dirangkum pada Tabel 1 di bawah ini.

    Tabel 1 Hasil Pengujian Kepuasan Kerja Dengan Disiplin Kerja Karyawan

    Correlations

    Kepuasan_Kerja

    Disiplin_Kerja

    Kepuasan_Kerja Pearson Correlation

    1 .471*

    Sig. (2-tailed) .015

    N 26 26

    Disiplin_Kerja Pearson Correlation

    .471* 1

    Sig. (2-tailed) .015

    N 26 26

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien

    korelasi antara kepuasan kerja dan disiplin kerja sebesar 0,471 dengan sig.

    0,015 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan. Hal

    ini menunjukan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja akan semakin tinggi

    disiplin kerja. Sebaliknya semakin rendahnya tingkat kepuasan kerja akan

    semakin rendah disiplin kerja. Besarnya variasi kepuasan kerja dapat

  • 11

    menjelaskan disiplin kerja sebesar 22.14% (diperoleh dari r2x 100%) dan

    sisanya sebesar 77.86% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil analisis di atas, kepuasan kerja berada pada

    kategori tinggi dan disiplin kerja juga berada pada kategori tinggi. Hasil uji

    hipotesis menunjukkan kedua variabel tersebut berhubungan positif dan

    signifikan, artinya kepuasan kerja berdampak positif pada disiplin kerja

    pegawai. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja akan semakin tinggi disiplin

    kerja pegawai, sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan kerja akan

    semakin rendah disiplin kerja pegawai.

    Adanya hubungan yang positif antara kepuasan kerja dan disiplin

    kerja dapat disebabkan adanya pertama, adanya pekerjaan (work) yang

    menarik dan dapat memberikan kesempatan karyawan utuk belajar dan

    bertanggung jawab. Kedua, adanya Supervisi (Supervision) yang fleksibel

    dan bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi. Ketiga adanya upah

    (pay) yang dirasa sesuai oleh karyawan. Keempat, adanya rekan kerja (co-

    worker) yang mampu berinteraksi dengan baik, ramah, dan mendukung.

    Terakhir, adanya kesempatan ptomosi (promotion opportunities) untuk maju

    yang dibuat secara adil dan wajar sehingga memacu karyawan untuk

    mendapatkan kepuasan kerja saat menerima promosi tersebut (Spector,

    2007). Interaksi yang positif di antara reward yang diterima oleh individu

    yang menyebabkan munculnya rasa kepuasan dalam diri individu sehingga

    menimbulkan feedback dari individu untuk memenuhi kedisiplinan yang

    ditetapkan oleh institusi (Sinungan, 2008). Dalam kegiatan bekerja, terjadi

    hubungan (interaksi) timbal balik antara reward dan kewajiban yang harus

    ditaati yang saling mempengaruhi satu sama lain yang mendorong individu

    dalam bekerja, yang akan muncul dorongan berupa motivasi untuk mentaati

  • 12

    peraturan karena didukung dengan kepuasan akan reward yang diperoleh.

    Semakin tinggi reward yang diperoleh, akan semakin mendorong individu

    untuk bekerja lebih baik, mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu.

    Dengan kata lain disiplin kerja individu menjadi lebih baik.

    Menurut Nitisemito (1984) ada beberapa hal yang dapat menunjang

    keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu ancaman, kesejahteraan,

    partisipasi, tujuan dan kemampuan, dan keteladanan kepemimpinan.

    Selanjutnya dikemukakan oleh Kanina (2005) bahwa disiplin kerja yang

    dimiliki karyawan bergantung pada faktor kepuasan kerja karyawan di mana

    bila kepuasan kerja karyawan terpenuhi dengan baik maka akan tercermin

    pada disiplin kerjanya. Dari pendapat-pendapat tersebut terdapat benang

    merah, bahwa disiplin kerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja, dan kepuasan

    kerja dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan pegawai.

    Di lingkungan kantor, pegawai sering berupaya untuk bisa melakukan

    pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu. Untuk dapat melakukan

    pekerjaannya dengan baik, pegawai harus mendapatkan reward yang sesuai

    atas pekerjaannya yang terdahulu. Dengan adanya reward yang sesuai akan

    mendorong kepuasan kerja pegawai sehingga hal ini juga akan mendorong

    pegawai untuk berlaku disiplin dalam bekerja. Reward yang mendorong

    timbulnya kepuasan pegawai dapat muncul dari nyamannya lingkungan kerja,

    adanya upah yang memadai, promosi sesuai yang distandarkan.

    Berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu, hasil penelitian ini sejalan

    dengan hasil penelitian Muhaimin (2004) dalam penelitiannya ia

    mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara

    kepuasan kerja karyawan dengan disiplin kerja karyawan operator shawing

    computer bagian produksi pada PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk

  • 13

    Bandung. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja

    karyawan maka akan semakin tinggi pula disiplin kerja karyawan.

    Sumbangan Kepuasan Kerja terhadap Disiplin Kerja relatif sedang,

    yaitu 22.14%, yang menunjukkan masih terdapat faktor-faktor lain diluar

    kepuasan kerja yang lebih dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya

    kedisiplinan kerja yaitu sebesar 77.86%. Hal ini sejalan dengan pendapat

    Nitisemito (1984) ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan

    dalam pendisiplinan pegawai yaitu ancaman, kesejahteraan, partisipasi,

    tujuan dan kemampuan, dan keteladanan kepemimpinan, sehingga kepuasan

    kerja adalah bagian kecil dari dampak kesejahteraan yang diperoleh pegawai

    di lingkungan pekerjaan, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi

    kedisiplinan kerja pegawai.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya,

    maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara kepuasan kerja

    dengan disiplin kerja pegawai non akademik bagian admisi dan

    registrasi, bagian keuangan, bagian nilai dan ijasah di UKSW.

    Semakin tinggi kepuasan kerja akan semakin tinggi disiplin kerja.

    Sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan kerja maka akan

    semakin rendah pula disiplin kerja.

    2. Sumbangan efektif kepuasan kerja terhadap disiplin kerja relatif

    sedang, dan masih terdapat faktor-faktor lain di luar kepuasan kerja

    yang lebih dominan mempengaruhi tinggi rendahnya didiplin kerja.

  • 14

    Saran – saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan berdasarkan kesimpulan yang ada maka

    penulis memberikan saran, antara lain :

    1. Bagi Organisasi UKSW

    Disarankan untuk melakukan pendekatan kepada pegawai sehingga

    dapat mengetahui apa yang menjadi hambatan pegawai dalam bekerja

    serta dapat menerima masukan-masukan dan memberi solusi

    mengenai keluhan apa saja yang dirasakan pegawai, misalnya

    mengenai pekerjaan yang tidak mudah terselesaikan, gaji yang dirasa

    belum sesuai, dan kurangnya kesempatan untuk naik jabatan.

    Beberapa upaya yang dilakukan organisasi untuk mengatasi

    permasalahan tersebut dapat memunculkan kepuasan kerja bagi para

    pegawai sehingga sikap disiplin kerja para pegawai juga akan

    meningkat.

    2. Bagi Pegawai

    Dapat mengadakan pertemuan rutin untuk melakukan breefing

    sebagai sarana bertukar pendapat oleh sesama rekan kerja sehingga

    ada kejelasan mengenai peran masing-masing, bekerja menjadi lebih

    efektif dan memudahkan tercapainya tujuan organisasi. Terciptanya

    iklim kerja yang baik akan menumbuhkan rasa cinta terhadap

    pekerjaan yang pada akhirnya memunculkan kepuasan kerja dalam

    diri pegawai sehingga mereka juga memiliki disiplin kerja yang baik.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Peneliti mendatang hendaknya dapat mengembangkan penelitian

    serupa dengan subjek penelitian yang berbeda sehingga dapat

    terungkap faktor lain apa saja yang memengaruhi Kepuasan kerja dan

    Disiplin Kerja.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    As'ad. (1999). Psikologi Industri (Edisi 4). Yogyakarta : Liberty. Azwar. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Bowling Green State University Departement of Psychology. (2009). The

    Job Descriptive Index. Retrieved 28 Mei 2010 from www.bgsu.edu/departements/psych/io/jdi/index.html

    Davis, Newstrom W., dan John. (2002). Organizational Behavior. New York

    : The Mc. Graw Hill. Ellitan, L. (2002). Praktik-praktik Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan

    Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

    Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif. Malang : Yayasan Asih Asah Asuh.

    Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : BPFE UNDIP.

    Handoko, T., Hani. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Edisi II, Cetakan Keempat Belas). Yogyakarta : BPFE.

    Hadi, S. (1993). Metodologi Research 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

    Helmi, A. F. (1996). Disiplin Kerja. Buletin Psikologi, Tahun IV No.2.

    Jogjakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Husein, Umar. (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka

    Utama.

    Ihalauw, J. (1996). Statuta UKSW. Salatiga.

    Jewel, L.N, dan Siegel M. (1998). Psikologi Industri/ Organisasi Modern. Penerjemah, A Hadyana Pudjatmaka dan Maetasari. Jakarta : Archan.

  • 16

    Jogiyanto. (2004). Pengenalan Komputer, Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem. Informasi dan Intelegensi Buatan. Yogyakarta : Andi Offset.

    Lateiner, F., Levine, J. E. (1983). Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Alih Bahasa : Imam Sudjoko. Jakarta : Cemerlang.

    Luthans, F. (1998). Organisasi Behaviour (Eight Edition). New York : Mc.

    Graw Hill. Manggala. (2004). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja

    Karyawan Di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang. Skripsi (tidak diterbitkan). UNIKOM.

    Mangkunegara. (2001). Psikologi Perusahaan. Bandung : PT. Trigenda Karya.

    ____________. (2001). Manajemen sumber daya manusia. Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya.

    Martoyo (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi ketiga). Yogyakarta : BPFE.

    Masyjui. (2005). Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : UNNES.

    Muhaimin. (2004). Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Disiplin Kerja Karyawan Operator Shawing Computer bagian Produksi pada PT. Primarindo Asia Infrakstruktur Tbk di Bandung. Jurnal Pshyche Fakultas Psikologi, Vol. 1 No. 1, Desember 2004.

    Nitisemito, A. S. (1984). Pembelajaran Perusahaan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

    Pratiwiningsih. (2006). Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Di Klaten. Skripsi (tidak diterbitkan). Yoyakarta : UNY.

  • 17

    Robbins, S. (1998). Perilaku Organisasi Jilid 1. Jakarta : Prenhallindo. __________. (1998). Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo.

    __________. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta : Prentice Hall.

    Sastrohadiwiryo. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara.

    Siagian P. S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Bumi Aksara.

    Sinta. (2005). Hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja karyawan pada bagian Administrasi di Universitas Widyatama Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung : Universitas Widyatama Bandung.

    Sinungan. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

    ________. (2008). Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.

    Spector, P. E. (2007). Industrial and Organizational Psychology Research and Practice (5th edition). New York : Jhon Wily & Sons, Inc.

    Supramono & Sugiarto. (1993). Statistika. Yogyakarta : Andi Offset.

    Susanto. (2006). Metode Penelitian Sosial . Surakarta : UNS Press. Umar. (2003). Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.

    Wexley K. N., & Yukl G. A. (1977). Organizational Behavior and Personnel Psychology. Homewood, Illinois : Richard D. Irwin.