1 web viewkey word : ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara...

30
ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN BERAS DI PROVINSI JAMBI Oleh : Adlaida Malik, MS dan A. Rahman 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan beras di daerah Provinsi Jambi untuk beberapa dekade terakhir pada masa sebelum atau sesudah periode penyuluhan dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri – Menteri Pertanian tahun 1996 dimana penyuluhan pertanian diserahkan ke daerah otonom. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras, khususnya pengadaan daerah, nilai tukar petani, tingkat konsumsi per kapita, serta luas panen padi dan kebijakan otonomi daerah. Penelitian ini memakai data sekunder, dari tahun 1984 sampai tahun 2009, yang dibagi dalam dua fase yaitu periode sebelum SKB (1984–1995) dan periode sesudah SKB (1996–2009). Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menghitung pertumbuhan, baik data ketersediaan beras yang terdiri atas produksi dan perubahan stok pada Bulog. Kemudian untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel ketersediaan beras, digunakan analisis regresi linieir berganda (multiple linear regression). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat trend perkembangan yang cenderung meningkat pada ketersediaan pangan beras, konsumsi beras, dan pengadaan beras, sementara indeks nilai tukar petani dan luas panen memiliki trend yang menurun. Variabel pengadaan beras, indeks nilai tukar petani, konsumsi beras, luas panen dan peranan penyuluhan pertanian secara nyata mempengaruhi ketersediaan pangan beras di Provinsi Jambi. Secara parsial konsumsi beras per kapita dan luas panen padi berpengaruh sangat nyata terhadap kemampuan ketersediaan pangan beras. Key word :Ketersediaan, Pangan dan beras

Upload: trinhkhue

Post on 30-Jan-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN BERAS

DI PROVINSI JAMBI

Oleh : Adlaida Malik, MS dan A. Rahman 1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan beras di daerah Provinsi Jambi untuk beberapa dekade terakhir pada masa sebelum atau sesudah periode penyuluhan dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri – Menteri Pertanian tahun 1996 dimana penyuluhan pertanian diserahkan ke daerah otonom. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras, khususnya pengadaan daerah, nilai tukar petani, tingkat konsumsi per kapita, serta luas panen padi dan kebijakan otonomi daerah. Penelitian ini memakai data sekunder, dari tahun 1984 sampai tahun 2009, yang dibagi dalam dua fase yaitu periode sebelum SKB (1984–1995) dan periode sesudah SKB (1996–2009). Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menghitung pertumbuhan, baik data ketersediaan beras yang terdiri atas produksi dan perubahan stok pada Bulog. Kemudian untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel ketersediaan beras, digunakan analisis regresi linieir berganda (multiple linear regression). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat trend perkembangan yang cenderung meningkat pada ketersediaan pangan beras, konsumsi beras, dan pengadaan beras, sementara indeks nilai tukar petani dan luas panen memiliki trend yang menurun. Variabel pengadaan beras, indeks nilai tukar petani, konsumsi beras, luas panen dan peranan penyuluhan pertanian secara nyata mempengaruhi ketersediaan pangan beras di Provinsi Jambi. Secara parsial konsumsi beras per kapita dan luas panen padi berpengaruh sangat nyata terhadap kemampuan ketersediaan pangan beras.

Key word :Ketersediaan, Pangan dan beras

PENDAHULUANLatar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar hampir seperempat miliar

jiwa dan wilayah yang sangat luas memberikan konsekuensi bahwa pangan dan

pemenuhannya merupakan agenda yang penting dalam pembangunan ekonomi.

Status konsumsi pangan penduduk misalnya ’cukup pangan’ merupakan salah

satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan konsumsi pangan

melalui penyediaan dalam negeri saat ini merupakan tema sentral pembangunan

pertanian. Walaupun suplai bahan pangan yang dibutuhkan mungkin lebih murah

melalui impor, namun pemenuhan melalui produksi dalam negeri tetap menjadi

Page 2: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

penting dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pasar dunia. Betapa

pentingnya pengembangan sistem ketahanan pangan ini dilakukan secara dinamis

dan berkelanjutan mengingat (a) konsumsi pangan saat ini khususnya beras cukup

tinggi dengan rata-rata diatas 100 kg/kapita/tahun, (b) konsumsi sayuran dan

buah-buahan sekitar 30 kg/kapita/tahun, (c) konsumsi ikan 20 kg/kapita/tahun.

Dibandingkan dengan konsumsi pangan beras di negara-negara Asia

khususnya Jepang, Indonesia jauh lebih tinggi dimana rata-rata konsumsi beras di

Jepang hanya sekitar 60 kg/kapita/ tahun (Sutrisno dan Rudi Wibowo, 2005).

Untuk Provinsi Jambi, walaupun belum ada penelitian khusus untuk itu,

diperkirakan konsumsi beras 135 kg/kapita/tahun. Dengan pertambahan

penduduk Provinsi Jambi sekitar 2% per tahun, sementara laju pertumbuhan

produktivitas menurun, maka analisis terhadap ketersediaan beras perlu dilakukan

karena selain konsumsi untuk rumah tangga, beras juga digunakan sebagai bahan

baku industri terutama untuk tepung beras, bihun dan industri makanan lainnya.

Krisis penyediaan pangan menjadi masalah besar dan sensistif karena

semakin mahal terutama sejak terjadinya perubahan iklim global dan semakin

gencarnya alih fungsi lahan produktif padi menjadi lahan kelapa sawit, termasuk

yang terjadi di Provinsi Jambi. Memperhatikan data statistik produksi beras di

Provinsi Jambi, dapat dikatakan ada peningkatan, tetapi jika diperhatikan laju

tumbuh produktifitasnya ternyata relatif rendah. Hal ini dapat dijadikan sebagai

salah satu indikator bahwa adanya pertumbuhan produksi padi tersebut dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat lebih disebabkan oleh upaya

ekstensifikasi dibandingkan dengan intensifikasi.

Fenomena ini pada gilirannya menimbulkan masalah baru dalam konsumsi

beras dikemudian hari disatu pihak mengurangi kemampuam melestarikan

swasembada beras, sementara di lain pihak dapat meningkatkan ketergantungan

terhadap impor. Dengan demikian, konsumsi beras rumahtangga penting

diantisipasi secara cermat pada masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 dimana pemerintah mengambil posisi

kebijakan dengan pilihan kecukupan pangan dengan menjaga ketat produksi beras

dalam negeri pada tingkat ketersediaan minimal 90% dari kebutuhan domestik

bagi kemandirian pangan. Kemandirian mampu menjamin kecukupsediaan

Page 3: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

makanan pokok dengan mengandalkan kekuatan sendiri, untuk mengantisipasi

ancaman fluktuasi pasar dan tekanan politik internasinal seminimum mungkin.

Upaya-upaya dalam program ketahanan pangan belum dapat sepenuhnya

terlepas dari beras, ini tercermin dari strategi pembangunan pertanian dimana

komoditas utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan

pemerintah masih berbasis beras. Dengan semakin terbatasnya areal pangan per

petani dan ketersediaan pasokan air irigasi serta semakin meningkatnya harga

input khususnya pupuk dan insektisida menjadi faktor-faktor pembatas untuk

peningkatan produksi beras.

Sebagaimana diketahui bahwa produsen beras pada umumnya tergolong

petani subsisten dalam arti bahwa petani padi sawah berperan sebagai produsen

sekaligus sebagai konsumen. Ini berarti bahwa produksi yang dijual ke pasar

tergantung dari surplus konsumsi rumah tangga, harga beras dan harga komoditas

lain yang tidak dihasilkan oleh petani atau sering diidentifikasi melalui nilai tukar

beras. Dengan demikian ketersediaan beras daerah Provinsi Jambi dipengaruhi

oleh pengadaan daerah, nilai tukar, tingkat konsumsi per kapita, serta luas panen

padi. Sejak tahun 1996 dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB)

Mendagri – Mentan (April 1996) yang lebih menegaskan pelaksanaan penyuluhan

sub sektor, dan Kepala Daerah Provinsi Jambi sebagai penanggung jawab

pelaksanaan penyuluhan dalam pelaksanaan otonomi daerah, diduga berpengaruh

pada ketersediaan beras daerah ini. Pada masa sebelum timbulnya SKB tersebut,

keberhasilan pembangunan pertanian khususnya untuk padi, telah dinikmati yang

menggambarkan adanya suatu jalinan kerja yang harmonis.

Setelah tahun 1996, sistem kerja penyuluhan pertanian tidak diuraikan

secara eksplisit walaupun disebutkan adanya aturan tentang program

penyelenggaraan penyuluhan pertanian, programa penyuluhan pertanian beserta

rencana kerja penyuluhannya sampai pada kelembagaan, ketenagaan serta

pembiayaan penyuluhan pertanian. Berbeda dengan periode sebelumnya, secara

tegas disebutkan dengan pendekatan latihan dan kunjungan. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan kinerja penyuluhan pertanian dan petani produsen, yang

mempengaruhi ketersediaan beras dimaksud.

Page 4: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Tujuan Penelitian

Penelitian ini berusaha menjawab masalah di atas dengan tujuan :

Mengetahui laju pertumbuhan ketersediaan pangan beras dan beberapa variabel-

variabel ekonomi yang mempengaruhinya; dan untuk mengetahui begaimana

pengaruh pengadaan pangan beras, nilai tukar petani, konsumsi beras dan luas

panen serta kebijakan pemerintah dalam program penyuluhan terhadap

ketersediaan pangan beras.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Belum banyak penelitian yang dapat diakses berkaitan dengan ketersediaan

pangan beras hingga saat ini apalagi skala provinsi. Untuk skala nasional, dengan

mengambil sampel tiga provinsi yaitu Jawa barat, Jawa Tengan dan Jawa Timur

tentang dampak negatif pembangunan di bidang pangan termasuk beras

menghasilkan rekomendasi antara lain (a) memperketat konversi lahan pertanian

ke lahan non pertanian, (b) meningkatkan peran kelembagaan yang menunjang

peningkatan produksi, (c) meningkatkan pemantauan terhadap distribusi sarana

produksi agar dapat mencapai sasaran secara tepat, (d) meningkatkan

kerjasama/kemitraan dengan pengusaha/swasta. Sedangkan strategi yang

direkomendasikan adalah (a) pemanfaatan lahan pertanian secara maksimal baik

riil maupun yang potensial, (b) memantapkan kelembagaan yang menunjang, baik

di tingkat produksi, pengolahan maupun pemasaran, (c) merancang dan

memantapkan jaringan informasi tentang ketersediaan pangan antara lain

mengenai produksi dan harga, (d) memantapkan pola pembinaan dengan

pendekatan agribisnis melalui konsep kemitraan (Anonim, 1995).

Apabila diasumsikan bahwa produksi beras sebagai mata pencaharian

pokok rumah tangga, maka sudah barang tentu kontribusinya dalam pendapatan

rumah tangga akan semakin besar. Namun demikian petani akan mengalokasikan

produksi berasnya (Q0) untuk konsumsi keluarga (C0) dan selebihnya dijual ke

pasar yaitu sejumlah M0.Pada kondisi ini, petani akan mencapai ekuilibrium pada

titik E0. Jika terjadi perubahan harga komoditas yang tidak diproduksi petani,

Page 5: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

dalam arti rasio harga beras semakin besar maka utilitas petani akan ekuilibrium

paa E1, maka jumlah beras yang dijual ke pasar semakin sedikit (M1). Demikian

seterusnya, jika rasio harga beras dengan komoditas lain semakin besar maka

pasokan beras di pasar semakin kecil (M2). Oleh karena itu rasi harga beras

dengan harga komoditas lain yang dipahami sebagai indeks nilai tukar petani akan

berpengaruh terhadap ketersediaan beras. Perlu diantisipasi dalam hal ini jika

semakijn banyak beras dijual ke pasar karena pengaruh NTP, berarti kesejahteraan

petani semakin rendah.

Variabel konsumsi per kapita per tahun merupakan variabel selanjutnya

yang dideteksi sebagai variabel yang mempengaruhi ketersediaan beras di daerah

ini. Semakin besar jumlah penduduk maka ketersediaan beras semakin besar.

Namun demikian, konsumsi per kapita yang semakin menurun dapat berlaku lain.

Hal ini berarti konsumsi non beras semakin rendah dengan adanya diversifikasi

makanan pokok. Variabel lain yang diduga mempengaruhi adalah produksi beras

daerah itu sendiri melalui luas panen tanaman padi. Semakin besar luas panen

tanaman padi maka diharapkan menunjang ketersediaan beras. Namun demikian

ada peluang lain yang menyebabkan tidak demikian, mengingat prasarana

pengairan yang kurang baik atau iklim yang berubah sehingga air irigasi tidak

tersedia. Salah satu variabel yang cukup menarik dianalisis dalam penelitan ini

adalah penyuluhan pertanian.Sebagaimana diketahui sejak 1996 dengan adanya

otonomi daerah, kegiatan penyuluhan beserta lembaganya diserahkan sepenuhnya

kepada kepala daerah masing-masing. Diduga setelah otonomi daerah, dengan

pengelolaan penyuluhan pertanian yang belum mantap, turut mempengaruhi

ketersediaan pangan beras di daerah.

Ruang Lingkup Penelitian dan Variabel Penelitian

Penelitian ini memakai memakai data sekunder yang tersedia pada Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, BPS dan atau Bappeda Provinsi Jambi serta

Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jambi termasuk Bank Indonesia Bulog dan BPS

Pusat. Sedapat mungkin dianalisis dalam jangka panjang yaitu perode 1984 –

2009. Periode jangka panjang ini dibagi dalam periode jangka pendek yaitu 1984

–1995 dan periode 1996–2009.

Page 6: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas ketersediaan beras pada Provinsi

Jambi sebagai variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent

variable) yang akan dideteksi pengaruhnya terdiri atas (a) buffer stock (pengadaan

daerah), (b) nilai tukar petani, (c) konsumsi beras per kapita per tahun, (d) luas

panen padi dan (e) kebijakan penyuluhan pertanian sebelum tahun 1996 dan

sesudah tahun 1996.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah sesuai dengan variabel

penelitian. Pengumpulannya dilakukan dengan pengisian kuesioner dari dokumen

instansi Pemerintah Daerah maupun Pusat. Selain itu juga dilakukan

pengumpulan data melalui penulusuran internet, khususnya data dari BPS Pusat.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung

pertumbuhan, baik data ketersediaan beras yang terdiri atas produksi dan

perubahan stok pada Bulog,. Menghitung pertumbuhan dilakukan menurut rata-

rata ukur :

r ={k√ ( x1, x2, … xn )−1 }❑

100%

dengan r = rata-rata pertumbuhan

xi = rasio data tahun ke-i dengan tahun i-1

k = n – 1

Selain menghitung rata-rata pertumbuhan dari data yang diperoleh, juga

digambarkan trend Y = f(X), dengan adalah variabel

Untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel

ketersediaan beras pada periode jangka pendek maupun periode jangka,

digunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear) dengan matematis

model :

Yt= f(PDt, INTPt, KKPt, LPi, P, ε)

: Yt = Ketersediaan beras pada tahun ke-t (ton)

PDt = Pengadaan daerah pada tahun ke–t

Page 7: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

INTPt = Indeks nilai tukar petani pada tahun ke–t

KKPt = Tingkat konsumsi per kapita pada tahun ke-t

LPt = Luas panen padi pada tahun ke-t

P = Variabel dummy kebijakan penyuluhan pertanian

P = 1, sebelum tahun 1996

P = 0, sesudah tahun 1996

ε = error

Pendugaan parameter menggunakan metode kuadrat minimum (OLS) atas

dasar asumsi parameter dugaan yang diperoleh merupakan parameter tak bias

(Pindyck and Rubinfeld, 1981, Maddala, 1977). Penafsiran hasil penelitian

dilakukan dengan uji-t dengan criteria

t = ¿

Analisis data menggunakan program SPSS versi 17,0. Selain kriteria

statistik, juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel

bebas dengan variabel tidak bebas (Soekartawi, 1984). Kemudian analisis dengan

data deret waktu sangat sering terjadi masalah otokorelasi (Makridakis,

Wheelwright, McGee, 1983), karena itu dilakukan uji D-W untuk mengetahui

otokorelasi dimaksud.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Pangan

Beras di Provinsi Jambi

Ketersediaan beras di Provinsi Jambi ini berdasarkan produksi beras yang ada di

Provinsi Jambi. Ketersediaan beras memiliki peran secara langsung dalam

pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat. Laju pertumbuhan ketersediaan

beras di Provinsi Jambi adalah sebesar 61,88%, artinya ketersediaan beras

cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana ketersediaan beras yang

tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 396.714 ton.

Page 8: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Untuk mendukung ketersediaan pangan beras tersebut produksi pengadaan beras

terutama dari sumber-sumber daerah. Selama sepuluh tahun terakhir (2000-2009)

perkembangan luas tanam dan produksi di daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 1. Ada kecenderungan luas tanam maupun luas panen fluktuatif dengan laju

yang menurun dari waktu ke waktu, begitu pula dengan produksi meskipun naik

pada tahun 2009, tetapi perubahannya relative kecil.

Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Padi di Provinsi

Jambi Tahun 2000– 2009

Tahun Luas tanam padi (Ha) Luas panen padi (Ha) Produksi

Padi

sawah

Padi

ladang

Padi sawah Padi

ladang

Padi

sawah

Padi

ladang

2000 193.904 49.827 135.187 36.208 456.884 79.895

2001 198.744 44.383 137.698 27.128 496.952 59.612

2002 190.316 40.148 138.323 27.406 501.125 59.882

2003 185.884 38.821 132.571 26.892 518.442 59.893

2004 171.992 33.985 131.601 25.202 519.512 59.892

2005 174.382 45.014 129.082 25.859 518.140 61.495

2006 158.919 47.774 115.127 25.486 481.183 63.414

2007 171.400 46.028 120.210 29.678 510.989 75.642

2008 170.270 39.242 119.486 23.548 514.941 66.762

2009 180.316 44.821 127.981 27.821 556.007 88.940

Rataan 203.149,7 62.099,5 137.487,9 35.536,4 481.943,2 72.759,5

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi/Dinas Pertanian Provinsi Jambi

Pengadaan beras di Provinsi Jambi selain berasal dari pengadaan beras

dalam daerah, juga berasal luar daerah (Move Nasional) serta stok (persediaan)

beras dari tahun sebelumnya. Adapun tujuan pengadaan beras dari luar daerah

(Move Nasional) adalah untuk menjamin ketersediaan beras apabila pengadaan

beras dari dalam daerah Provinsi Jambi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi. Seperti pada tahun 2006 dimana produksi dari dalam daerah tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sehingga pengadaan beras

mengalami gangguan, maka untuk mengatasi kondisi ini dilakukan dengan

Page 9: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

mendatangkan beras dari luar daerah (move nasional). Dari data yang ada laju

pertumbuhan pengadaan beras di Provinsi Jambi dari tahun 1984-2009 sebesar

8,98 %, dimana pengadaan beras tertinggi di Provinsi Jambi pada tahun 1998

sebesar 47.291.588 kg.

Pengadaan beras di Provinsi Jambi mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 1985

pengadaan beras mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kemudian pada

tahun 1986 sampai tahun 1988 pengadaan beras di Provinsi Jambi mengalami

peningkatan. Tetapi setelah itu pengadaan beras mengalami penurunan kembali,

yang mengakibatkan pengadaan beras mengalami fluktuasi. Adapun fluktuasi

yang terbesar terjadi dari tahun 1997 sampai tahun 1999 dimana pada tahun 1998

pengadaan beras mengalami peningkatan yang sangat tajam, kemudian pada tahun

1999 pengadaan beras mengalami penurunan yang sangat tajam juga.

Untuk melihat trend perubahan data perkembangan pengadaan beras, nilai tukar

petani, konsumsi beras dan luas panen dapat dilihat hasil perhitungan persamaan

garis trend yang telah dipilih berdasarkan nilai R2 terbesar dari model terpilih

yang dipakai sebagai berikut (Tabel 2) :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Trend Perkembangan Variabel Pengadaan Beras,

Nilai Tukar Petani, Konsumsi Beras dan Luas Panen Padi di Provinsi

Jambi (1984-1996)

Variabel

 

Koefisien Model R2

(%)Konstanta X2 X

Pengadaan beras 3.107 23643 – 26452 27.7

Nilai Tukar Petani (NTP) 100,2 0,029 0,994  4,6

Konsumsi Beras  3. 108  -  4.106 68,6 

Luas panen  16157  -225,9  4838 70,7 

Perkembangan pengadaan beras di Provinsi Jambi ke depan dapat diestimasi

dengan menggunakan garis trend diatas meskipun memiliki kelemahan dari aspek

koefisien determinasi model yang relative kecil yaitu R2 sebesar 27,7 persen.

Keadaan ini disebabkan oleh berfluktuasinya pengadaan beras dari luar daerah

(move nasional).

Page 10: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Indeks nilai tukar petani (INTP) merupakan perbandingan antara indeks harga

yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Adapun untuk laju

pertumbuhan indeks nilai tukar petani di Provinsi Jambi adalah sebesar -90,09 %,

artinya indeks nilai tukar petani di Provinsi Jambi cenderung mengalami

penurunan.

Perkiraan perkembangan INTP di Provinsi Jambi ke depan dengan menggunakan

garis trend menunjukkan nilai R2 hanya sebesar 4,6 persen sehingga kurang kuat

untuk maksud estimasi. Pada tahun 1984 sampai 1996 nilai INTP cenderung

tetap, tetapi pada saat terjadi krisis moneter INTP mengalami fluktuasi yang

sangat tajam. Pada tahun 1997-1998 INTP mengalami peningkatan yang sangat

tajam, tetapi pada tahun 1999 INTP berbalik arah mengalami penurunan yang

sangat tajam.

Dari aspek konsumsi, beras merupakan kebutuhan yang setiap tahunnya

harus dipenuhi. Apabila semakin tinggi tingkat konsumsi beras maka kebutuhan

beras yang harus dipenuhi akan semakin tinggi pula. Tingkat konsumsi beras di

Provinsi Jambi yang tertinggi yaitu pada tahun 1989 sebasar 155,93

kg/kapita/tahun. Sementara ini semenjak tahun 1990-2009, konsumsi beras

perkapita di Provinsi Jambi mulai mengalami penurunan. Adapun untuk laju

pertumbuhan tingkat konsumsi beras di Provinsi Jambi periode 1984-2009 adalah

sebesar 9,66 %. Dari garis trend dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi otonom

dengan tingkat rata-rata variasi sebesar 3.108 kg beras. Dari garis trend dengan

nilai R2 sebesar 0,686, maka dapat diperkirakan bahwa setiap tahunnya konsumsi

beras di Provinsi Jambi akan bertambah 4.106 kg beras.

Apabila dilihat dari aspek luas panen sebagaimana pada data pada Tabel 1,

penyumbang luas panen padi terbanyak berasal dari luas panen padi sawah,

sedangkan luas panen padi darat menyumbang sebagian kecilnya. Selama periode

tahun 1984-200, laju pertumbuhan total luas panen padi di Provinsi Jambi adalah

sebesar -8,97 %, artinya luas panen padi di Provinsi Jambi cenderung mengalami

penurunan.

Hal ini dapat saja terjadi karana banyaknya masyarakat petani padi yang

beralih mengusahakan tanaman perkebunan terutama kelapa sawit, kerena setelah

adanya krisis moneter tahun 1997 yang melanda Indonesia produk perkebunan ini

Page 11: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

mampu bersaing dipasar internasional, bahkan mampu meingkatkan taraf hidup

petaninya. Meskipun demikian pemerintah pada akhirnya haurs tetap

memperhatikan masalah ketersediaan pangan terutama beras, hal ini ditunjukkan

dengan adanya peningkatan luas panen padi pada tahun 2009 dari tahun 2008.

Tingkat presisi model peramalan perkembangan luas panena (R2 cukup

tinggi yaitu sebesar 70.7. Oleh karena itu sejalan dengan waktu dengan asumsi

tidak ada alih fungsi lahan berkelanjutan dan masih cukup tersedia lahannya, baik

lahan tidur maupun lahan baru, maka setiap tahun akan ada tambahan seluas 20,769.1 ha lahan padi baru yang bisa dipanen di Provinsi Jambi untuk menopang

ketersediaan pangan

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Pangan Beras

Ketersediaan beras memiliki kontribusi bagi pertumbuhan dan

pembangunan pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan

beras (Y) sangat bergantung pada pengadaan beras (X1), nilai tukar petani (X2),

konsumsi perkapita (X3), luas panen (X4), dan kebijakan penyuluhan pertanian

(D). Dari hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan, terlihat koefisien

parameter hasil penelitian Y = f(Xi), dengan persamaan regresi linier berganda

yang diperoleh sebagai berikut :

Y= 9,528E6 – 0,503 X1– 556912,1 X2 + 1,115X3 + 293,624X4 + 6,599E6 D

(-1.2) (-2.488*) (11.301**) (2.027*) (0.905)

Adapun Analisis sidik ragam faktor-faktor yang mempengaruhi

ketersediaan pangan beras di Provinsi Jambi bahwa secara bersama-sama

pengadaan beras, nilai tukar petani, konsumsi beras, luas panen, dan kebijakan

penyuluhan pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap ketersediaan beras

(F hit = 57.85> F Tabel 0.01 (5,20) = 4.1).

Besarnya koefisien determinasi R2 adalah 0,935. Hal ini berarti 93,5 persen

variasi besarnya ketersediaan beras di Provinsi Jambi dipengaruhi oleh besarnya

variasi nilai-nilai pengadaan beras, nilai tukar petani, luas panen, konsumsi, dan

Page 12: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

kebijakan penyuluhan, sedangkan sisanya 6,5 persen dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi berganda yang digunakan.

Pengaruh Pengadaan Beras Terhadap Ketersediaan Pangan Beras

Pengadaan beras termasuk faktor utama yang berhubungan dengan

ketersediaan pangan beras.Pengadaan beras berkaitan dengan aksesbilitas,

keamanan pangan, dan stabilitas pangan beras. Apabila pengadaan beras cukup

terjamin maka ketersediaan beras dari aspek produksi akan berkurang. Besarnya

koefisien regresi pengadaan beras terhadap ketersediaan pangan beras adalah b1 = -

0,503. Hal ini berarti apabila terjadi penambahan pengadaan beras sebesar 1.000

Kg maka akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan beras sebesar

503 Kg. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya elastisitas pengaruh

pengadaan beras terhadap ketersediaan beras adalah EX1|Y = -5,48. Hal ini berarti

apabila terjadi perubahan kenaikan dalam pengadaan beras sebesar 1 persen,

mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan beras di Provinsi Jambi sebesar

5,48 persen. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa thit = -1,200 < ttabel

(α/2 = 5%, 21) = 1,96, (terima H0). Artinya pengaruh pengadaan beras terhadap

ketersediaan pangan beras adalah tidak berbeda nyata. Hal ini berarti variasi

besarnya ketersediaan pangan beras tidak dipengaruhi oleh pengadaan beras.

Pengaruh Indeks Nilai Tukar Petani Terhadap Ketersediaan Pangan Beras

Besarnya nilai tukar petani dapat digunakan sebagai indikator ekonomi yang

menyajikan besarnya kemampuan daya beli petani. Nilai tukar petani

menggambarkan besarnya pendapatan petani yang dapat dibelanjakan untuk

tujuan konsumsi. Aksesibilitas petani terhadap ketahanan pangan beras, stabilitas

pangan beras, dan pangan beras sangat tergantung pada besarnya nilai tukar

petani. Besarnya rata-rata indeks nilai tukar petani adalah 106,52 dan rata-rata

ketersediaan pangan beras adalah 3,3441.108 kg. Besarnya koefisien regresi

indeks nilai tukar petani terhadap ketersediaan pangan beras adalah b2= -

556912,1. Hal ini berarti apabila terjadi penambahan indeks nilai tukar petani

sebesar 1 maka akan mengakibatkan bertambahnya ketersediaan pangan beras

sebesar 556912,1 ton. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa besarnya

Page 13: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

elastisitas pengaruh indeks nilai tukar petani terhadap ketersediaan pangan beras

EX2|Y = -13,32. Hal ini berarti apabila terjadi perubahan kenaikan dalam indeks

nilai tukar petani sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan pangan beras sebesar 13,32 persen. Dalam hal ini apabila nilai tukar

petani meningkat maka akan terjadi diversifikasi pangan dan akibatnya terjadi

pergeseran dari konsumsi pangan beras ke pangan non beras. Hasil uji t terhadap

pengaruh indeks nilai tukar petani terhadap ketersediaan pangan beras

menunjukkan beda yang nyata. Hal ini berarti variasi besarnya ketersediaan

pangan beras tergolong faktor yang berpengaruh nyata terhadap ketersediaan

pangan beras.(thit = -2,488>t tab = (α/2 = 5 % db = 21 =1,96 tolak H0). Hal ini

berarti variasi besarnya nilai–nilai indeks nilai tukar petani berpengaruh secara

nyata terhadap ketersediaan pangan beras.

Pengaruh Konsumsi Beras Terhadap Ketersediaan Pangan Beras

Pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi (BPS 2010) sebesar 1,93% atau

62.563 jiwa pertahun mendorong terjadinya penurunan struktur kebutuhan pangan

(Balitbangda, 2010). Pertumbuhan konsumsi pangan beras ini mengakibatkan

terjadinya perkembangan ketersediaan pangan beras. Ada kecenderungan apabila

konsumsi pangan beras bertambah maka harus ada upaya meningkatkan

ketersediaan pangan beras. Konsumsi pangan beras berkaitan dengan kemampuan

penduduk untuk menyediakan pangan beras, dan dipengaruhi oleh aksesibilitas,

keamanan pangan, dan stabilitas pangan beras.

Dari data diketahui bahwa rata-rata konsumsi pangan beras sebesar

3.100.828 kg dan rata-rata ketersediaan pangan sebesar 3.344.108 kg, dan

koefisien regresi konsumsi pangan beras terhadap ketersediaan pangan ini adalah

1.115. Hal ini berarti apabila terjadi penambahan konsumsi sebesar 10 kg maka

akan berakibat keharusan untuk menambah ketersediaan pangan beras sebesar

1.115 kg. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa besarnya elastisitas

pengaruh konsumsi pangan beras terhadap ketersediaan pangan beras adalah

sebesar EX3|Y= 7,24. Hal ini berarti apabila terjadi perubahan kenaikan dalam

konsumsi pangan beras sebesar 10% maka akan mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan pangan beras sebesar 7,24%. Dalam hal ini apabila konsumsi

Page 14: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

penduduk meningkat maka perlu dilakukan diversifikasi pangan, sehingga dapat

menggeser konsumsi pangan beras ke pangan non beras. Hasil uji t menunjuk-

kan bahwa terdapat pengaruh nyata antara konsumsi penduduk terhadap

ketersediaan pangan beras. Hal ini berarti variasi besarnya ketersediaan pangan

beras merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan

beras (thit ;11,301> tα/0.025;21 = 3,47 ; tolak H0). Dengan demikian dapat diketahui

bahwa variasi besarnya nilai-nilai ketersediaan pangan beras dipengaruhi secara

nyata oleh besarnya konsumsi pangan beras. Hal ini sejalan dengan pendapat

Mulyadi (2007), yang menyatakan bahwa konsumsi pangan beras sangat

mempengaruhi keterbatasan dalam pengadaan beras. Apabila konsumsi pangan

beras bertambah maka akan terbatas ketersediaan pangan beras, dan masalah

ketersediaan pangan beras akan menjadi bertambah apabila terjadi peningkatan

konsumsi pangan beras.

Pengaruh Luas Panen Terhadap Terhadap Ketersediaan Pangan Beras

Luas panen merupakan faktor penentu terhadap produksi beras di Provinsi

Jambi. Dalam hal ini luas panen menjadi faktor yang menentukan tingkat

ketersediaan pangan beras apabila luas panen padi bertambah dan diikuti dengan

peningkatan produktifitas usaha tani padi akan mengakibatkan meningkatnya

ketersediaan pangan beras. Rata-rata luas panen padi Provinsi Jambi adalah

173.024 ha dengan rata-rata ketersediaan pangan beras 320.310.ton . Data ini

menunjukkan bahwa rasio ketersediaan pangan beras dengan luas panen adalah

1,85. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan beras beras sebesar

1,85 ton maka memerlukan luas lahan panen sebesar 1 ha. Hasil analisis data luas

panen dan ketersediaan pangan menghasilkan koefisien regresi sebesar 293,624

dengan derajat signifikansi sebesar 0.05 (nyata). Hal ini mengindikasikan bahwa

bila terjadi perubahan luas lahan / jika meningkat sebanyak 1 satuan (ha) maka

akan meningkatkan ketersediaan pangan beras sebanyak 293.6 kg. Berdasarkan

data rata-rata produksi beras dan luas panen, maka selama periode 1984-2009 satu

hektar hanya menghasilkan 999 kg beras. Artinya hanya sebagian kecil saja (29,5

%) produksi beras yang bersedia disumbangkan petani untuk memenuhi

ketersediaan pangan.

Page 15: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Pengaruh Kebijakan Pemerintah di Bidang Penyuluhan

Adanya kebijakan Pemerintah sejak tahun 1996 mengenai kelembagaan

Penyuluhan Pertanian, tidak memiliki dampak atau pengaruh terhadap

ketersediaan pangan beras. Koefisien regressi dari variabel Dummy kebijakan

penyuluhan pertanian sebesar 5,999E6 dengan signifikansi sebesar 38 % artinya

tidak signifikan. Dengan demikian pemerintah perlu didorong untuk membuat

kebijakan yang lebih progresif dan relevan dengan cita-cita swasembada pangan

khususnya beras yang pernah diraih pada masa lalu.

Implikasi Hasil Penelitian

Betapa pentingnya pengembangan sistem ketahanan pangan secara

dinamis dan berkelanjutan terhadap konsumsi pangan saat ini masih bertumpu

pada beras. Fenomena ini pada akhirnya menimbulkan masalah baru dalam

konsumsi beras terutama dalam melestarikan swasembada beras, dan terhindar

dari ketergantungan terhadap impor. Dengan demikian ketersedian beras rumah

tangga penting diantisipasi secara cermat pada masa yang akan datang.

Ketersediaan pangan sangat ditentukan oleh kemandirian pangan. Adanya

kemandirian pangan akan menjamin kecukupan dan ketersediaan pangan serta

diharapkan mampu mengantisipasi ancaman fluktuasi pasar dan ketergantungan

impor.

Ketersediaan beras di daerah Provinsi Jambi untuk dekade terakhir baik

sebelum dan sesudah periode penyuluhan dengan keluarnya SKB Mendagri-

Mentan tahun 1996 bahwa kebijakan ketahanan pangan diserahkan kepada

otonomi daerah. Banyak faktor yang dianggap mempengaruhi ketersediaan

pangan beras seperti pengadaan beras, nilai tukar petani, tingkat konsumsi

perkapita, serta luas panen padi. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa

ketersediaan pangan beras meningkat 6,188% pertahun, pengadaan beras 8,981%

pertahun, nilai tukar petani -9,0% pertahun, tingkat konsumsi 9,66% pertahun dan

luas panen padi -8,97% pertahun. Dari variabel–variabel tersebut yang paling

berpengaruh terhadap ketersedian pangan di Provinsi Jambi adalah tingkat

konsumsi dan luas panen padi.

Page 16: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan beras pada tingkat daerah

maka terdapat dua pilihan yaitu untuk mencapai swasembada pangan beras atau

mencapai kecukupan pangan beras. Untuk meningkatkan ketersediaan pangan

beras dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan pertanian diantaranya (1)

meperluas jaringan irigasi, kualitas dan layanan irigasi yang dapat menunjang

perluasan sawah, (2) meningkatkan produktivitas usahatani padi dengan

menerapkan teknologi terpadu melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT), (3)

meningkatkan bimbingan dan pelayanan PPL terhadap petani, (4) menjamin

pengadaan sarana produksi bagi petani untuk menunjang penerapan teknologi

baru pada usahatani padi, (5) menjamin kemitraan petani dengan lembaga

ekonomi lain yang dapat menjamin harga dan distribusi beras. Sedangkan

kebijakan kecukupan pangan beras dapat dilakukan dengan kebijakan impor

beras. Kebijakan ini bertujuan agar makanan pokok berupa beras tersedia dalam

jangkauan seluruh rumah tangga dengan tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan

mutu. Kebijakan impor haruslah mampu menjaga keberlanjutan dan

kecukupsediaan beras dalam jangka panjang dengan meminimalkan

ketergantungan impor pangan beras. Kebijakan ini hendaknya ditinjau kembali

dari waktu ke waktu untuk melindungi petani dan mendorong produksi domestik.

Selain itu masyarakat perlu didorong untuk meningkatkan keanekaragaman

ketersediaan bahan pangan beras dan non beras. Untuk itu dukungan pemerintah

terhadap agroindustri pengolah pangan nonberas yang berbasis produk pengganti

yang dapat dihasilkan masyarakat di daerah harus semakin diperkuat secara politis

berupa penyusunan kebijakan dan program pembinaan, maupun ekonomi berupa

komitmen untuk bantuan finansial dan permodalan.

Page 17: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : terdapat trend

perkembangan yang cenderung meningkat pada ketersediaan pangan beras,

konsumsi beras, pengadaan beras sedangkan variable indeks nilai tukar petani dan

luas panen memiliki trend yang menurun. Adanya kesenjangan diantara faktor ini

terhadap ketersediaan, kecukupan dan swasembada akan cenderung menjadi

faktor pembatas dalam peningkatan kemandirian pangan.

Kemampuan ketersediaan pangan beras dipengaruhi secara bersama-sama oleh

pengadaan beras, indeks nilai tukar petani, konsumsi beras, luas panen dan

kebijakan penyuluhan pertanian secara nyata. Variabel yang paling

mempengaruhi variasi nilai-nilai kemampuan ketersediaan pangan beras adalah

besar kecilnya tingkat konsumsi beras dan luas panen padi.

Kebijakan otonomi daerah di bidang penyuluhan belum memiliki peran yang

signifikan karena terbukti belum mampu melampaui sasaran seperti periode

sebelum pelaksanaan otonomi daerah.

Saran

Dari hasil kesimpulan maka dalam rangka meningkatkan kemampuan

ketersediaan pangan beras yang dapat disarankan sebagai berikut:Program

diversifikasi pangan non-beras melalui usaha-usaha peningkatan ketersediaan

pangan non-beras, aksesibiltas, stabilitas, dan kualitas pangan non-beras.

Program perluasan sawah, ladang dan sawah tadah hujan harus diikuti dengan

upaya peningkatan produktifitas sehingga menunjang ketersediaan pangan beras.

Program pemberian insentif berupa pengadaan sarana produksi, permodalan,

bimbingan dan latihan penggunaan teknologi baru sehingga petani dapat

meningkatkan intensitas tanam usahatani padi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Pengkajian Penanggulangan Dampak Negatif Pembangunan di Bidang Pangan. Kerjasama Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan

Page 18: 1  Web viewKey word : Ketersediaan ... juga diperhatikan arti ekonomik dan logika hubungan antara variabel bebas ... Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, Jakarta.

______, 1997. Dilema Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian: Persfektif Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian dalam Operasional SKB Mendagri-Mentan 1996. Ekstensia Vol. 5 Tahun IV Februari 1997. Hal 5 – 28.

______, 2000. Kebijakan Operasional Pembangunan Pertanian Kabinet Persatuan Nasional: Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Ekstensia, Vol. 11 Tahun VI Ha15-20.

Darwant, D.H an Prima Y Ratnaningtyas, 2007. Kesejahteraan Petani dan Peningkatan Ketersediaan Pangan: Sebuah Dilemma?. Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV Perhepi, Solo, 3 Agustus 2007.

Maddala, G.S. 1977. Econometrics. McGraw-Hill, Inc.

Makridarkis, S., Steven C. Wheelwright, Victor E. McGee, 1983. Forcasting, 2nd

edition. Yohn Wiley & Sons, Inc.

Mulyadi. 2007. Indeks Ketahanan Pangan Nasional Pada Berbagai Provinsi di Indonesia. Badan Survei Susenas Bappenas. Jakarta.

Pindyk, R.S, and Daniel L Rubineld, 1981. Econometrics Model and Economic Forcasts. 2nd McGraw-Hill, Ltd.

Soekartawi, 1984. Pendugaan dan Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Doughlas. EKI Vol. XXX N. 1 LPEM- FE UI Jakarta.

Sutrisno, N dan Rudi Wibowo, 2007. Strategi Pembangunan Katahanan Pangan. Makalah pada Kompernas XV dan Kongres XIV PERHEPI, Solo, 3-5 Agustus 2007.