1. keuangan negara 2013

Upload: santa-ulina-sitorus

Post on 02-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    1/60

    KATA PENGANTAR

    Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan

    Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun modul panduan dalam

    pengelolaan dan penatausahaan keuangan negara dengan nama Modul KeuanganNegara.

    Penyusunan modul ini bertujuan agar Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga

    memiliki panduan dalam pengelolaan keuangan negara yang berdasarkan Undang-

    Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1

    Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah menjadi tanggung jawabnya serta

    Undang-Undang No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara.

    Modul ini disusun oleh Tim Penyusun Modul Program Percepatan AkuntabilitasKeuangan Pemerintah (PPAKP) yang terdiri dari pihak-pihak yang berkompeten di

    bidangnya dan telah dikaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Modul ini disusun berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara dengan

    sistematika penulisan uraian detail pemaparan yang merupakan penjabaran dari peraturan

    perundang-undangan yang berlaku sehingga memudahkan dalam pemahamannya.

    Semoga Modul Keuangan Negara ini bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya

    bagi Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

    Jakarta, 2012

    Penyusun

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    2/60

    DAFTAR ISIHalaman

    KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... . ii

    BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................

    A. Tujuan Pembelajaran...........................................................

    B. Deskripsi Ringkas.....

    C. Metode Pembelajaran...........................................................................

    1

    2

    2

    3

    BAB II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGANNEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN.............................................

    A. Pengertian dan Lingkup Keuangan Negara.............

    B. Siklus APBN...

    4

    4

    5

    BAB III. PERENCANAAN .....................................................................................

    A. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.................................

    B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang..

    C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah......................................

    D.Rencana Strategis Kementerian/Lembaga........

    E. Rencana Pembangunan Jangka Tahunan.....

    9

    9

    11

    12

    13

    14

    BAB IV. PENGANGGARAN ..................................................................................A. Pengertian Anggaran....

    B. Prinsip-prinsip Penganggaran............................................................

    C. Anggaran Berbasis Kinerja..................................................................

    D. Perencanaan Kinerja.............................................................................

    E. Target Kinerja.........................................................................................

    F. Standar Analisis Belanja.......................................................................

    G. Standar Biaya.........................................................................................

    H. Penyusunan RKA-K/L..........................................................................

    I. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara......................................

    1516

    18

    19

    20

    24

    25

    26

    26

    27

    BAB V. PELAKSANAAN ANGGARAN.............................................................

    A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.....................................

    B. Dokumen Pelaksanaan Anggaran..

    C. Pembagian Wewenang.........

    30

    30

    31

    33

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    3/60

    D. Sistem Penerimaan...

    E. Sistem Pembayaran...........................

    35

    35

    BAB VI. PENGELOLAAN ASET DAN UTANG.................................................A. Pengertian dan Ruang Lingkup.........................................................B. Pengelolaan Kas....................................................................................C. Pengelolaan Piutang.............................................................................D. Pengelolaan Utang................................................................................E. Pengelolaan Investasi...........................................................................F. Pengelolaan Barang Milik Negara.....................................................G. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum..............................

    3838394041424345

    BAB VII. PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN........A. Laporan Keuangan Pemerintah..........................................................

    B. Standar Akuntansi Pemerintahan......................................................C. Sistem Akuntansi Pemerintahan.......................................................

    4646

    4849

    BAB VIII. PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA............................................................A. Lingkup Pemeriksaan..........................................................................B. Pelaksanaan Pemeriksaan...................................................................C. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut.............................................D. Pidana, Sanksi, dan Ganti Rugi.........................................................

    5151545556

    LAMPIRAN

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    4/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    5/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    6/60

    3

    akuntansi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan, serta berakhir dengan

    pertanggungjawaban hasil pengelolaan keuangan negara.

    C. Metode Pembelajaran

    Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan

    konsep-konsep pokok undang-undang di bidang keuangan negara (UU 17/2003, UU

    1/2004, UU 15/2004) dan UU 25/2004. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat

    tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta latih dalam aktivitas tanya jawab

    dan diskusi.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    7/60

    4

    BAB II

    PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPKEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN

    A. Pengertian dan Lingkup Keuangan Negara

    Sampai dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara, pengelolaan keuangan negara Republik Indonesia sejak kemerdekaan

    tahun 1945 masih menggunakan aturan warisan pemerintah kolonial. Peraturan

    perundangan tersebut terdiri dari Indische Comptabiliteitswet (ICW), Indische

    Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB). ICW

    ditetapkan pada tahun 1864 dan mulai berlaku tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW)

    Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer

    (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Dengan terbitnya UU 17/2003 diharapkan pengelolaan

    keuangan negara dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam

    sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik

    Indonesia.

    Undang-undang 17/2003 memberi batasan keuangan negara sebagai semua

    hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

    berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung

    dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Secara rinci sebagaimana diatur

    dalam pasal 2 UU 17/2003, cakupan Keuangan Negara terdiri dari :

    a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

    melakukan pinjaman;

    b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan

    negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

    c. Penerimaan Negara/Daerah;

    d. Pengeluaran Negara/Daerah;

    e. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

    berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai

    dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/

    perusahaan daerah;

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    8/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    9/60

    6

    Siklus APBN terdiri dari:

    Perencanaan dan Penganggaran

    Penetapan Anggaran Pelaksanaan Anggaran

    Pemeriksaan Anggaran

    Pertanggungjawaban

    1. Perencanaan dan Penganggaran

    Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

    terintegrasi. Program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan

    dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalamUndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional.

    Rencana kerja terdiri dari RPJP untuk masa 20 tahun, RPJM untuk masa 5

    tahun, dan RKP untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian/Lembaga untuk

    rencana jangka menengah disebut Renstra Kementerian/Lembaga dan untuk

    rencana kerja tahunan disebut RKA-KL sebagaimana diatur dalam PP 20 Tahun

    2004.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan demikian, yang memperoleh alokasi

    anggaran adalah program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana kerja

    (RKA KL). Dengan mekanisme demikian, program/kegiatan Pemerintah yang

    direncanakan itulah yang akan dilaksanakan.

    RKA-KL selanjutnya disampaikan ke Menteri Keuangan untuk dihimpun

    menjadi RAPBN. RAPBN ini selesai disusun pada awal Agustus untuk

    disampaikan ke DPR disertai Nota Keuangan.

    2. Penetapan Anggaran

    Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan

    Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak

    budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju

    dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan

    perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan

    mengajukan usulan RAPBN.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    10/60

    7

    Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun

    sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi,

    fungsi, program/kegiatan dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian berartiDPR telah memberikan otorisasi kepada kementerian/lembaga untuk

    melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN

    yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN dan

    selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan

    rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.

    3. Pelaksanaan APBN

    APBN dilaksanakan oleh Pemerintah untuk periode satu tahun anggaran. Tahunanggaran Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 1 Januari sampai dengan

    31 Desember. Dengan demikian maka setelah berakhirnya tahun anggaran,

    tanggal 31 Desember anggaran ditutup dan tidak berlaku untuk tahun anggaran

    berikutnya.

    Berdasarkan UU APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan dokumen

    pelaksanaan anggaran untuk setiap Kementerian/Lembaga. APBN, walaupun

    telah diundangkan sebagai UU, tetap merupakan anggaran. Oleh karena itu, azas

    anggaran yang dikenal dengan nama azas flexibilitas tetap berlaku. Dalam rangkapelaksanaan azas ini, maka untuk mengakomodasi kondisi riil yang dapat saja

    berbeda dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan anggaran, setiap

    tengah tahun berjalan dilakukan revisi APBN yang dikenal dengan APBN-

    Perubahan (APBN-P).

    Untuk keperluan penyusunan APBN-P, pemerintah menyampaikan realisasi

    anggaran semester I disertai prognosis penerimaan dan pengeluaran semester II.

    Untuk keperluan internal seluruh Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun

    Laporan Keuangan Semesteran.

    Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang tidak

    tersedia anggarannya. Apabila pengeluaran tersebut terjadi sebelum APBN-P

    maka pengeluaran ini dimasukkan dalam APBN-P dan dilaporkan di Laporan

    Realisasi Anggaran disertai penjelasan. Apabila pengeluaran terjadi setelah

    APBN-P diundangkan, maka pengeluaran ini dilaporkan dalam Laporan

    Realisasi Anggaran disertai dengan penjelasan.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    11/60

    8

    Apabila pada akhir tahun terdapat program/kegiatan yang belum selesai

    dilaksanakan atau anggaran belum terserap, tidak dapat dilanjutkan ke tahun

    anggaran berikutnya kecuali ada kebijakan pemerintah untuk luncuran APBN.Namun demikian, berhubung APBN hanya berlaku untuk periode satu tahun,

    maka apabila ada kebijakan luncuran APBN wajib dimasukkan dalam APBN

    tahun anggaran berikutnya.

    Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan

    dimaksud setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

    Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang

    disampaikan ke DPR adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK.

    Laporan keuangan tersebut dilampiri dengan laporan keuangan perusahaannegara dan badan lainnya.

    Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, keseluruhan komponen tersebut

    dipertanggungjawabkan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan

    negara, yang ruang lingkupnya telah diuraikan sebelumnya.

    Untuk penyusunan LKPP, setiap Kementerian/Lembaga sebagai pengguna

    anggaran/barang wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada

    Presiden yang berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas

    Laporan Keuangan. Kementerian/Lembaga merupakan entitas pelaporansehingga terhadap laporan keuangannya dilakukan pemeriksaan oleh BPK untuk

    memberikan opini atas kewjaran penyajian laporan keuangan.

    4. Pemeriksaan Anggaran

    Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh

    BPK. Pemeriksaan ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah laporan

    pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan keuangan,

    selesai disusun. Disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan

    yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pemeriksanaan ini dapat

    dilaksanakan oleh BPK ataupun APIP.

    5. Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran

    Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2003, RUU pertanggungjawaban atas

    pelaksanaan anggaran disampaikan ke DPR paling lambat akhir bulan Juni

    tahun berikutnya.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    12/60

    9

    BAB IIIPERENCANAAN

    Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

    bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan nasional dapat berjalan

    dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran demokrasi dan mengacu pada prinsip-

    prinsip penting yang tidak boleh diabaikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah

    kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian

    dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Agar kegiatan

    pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran diperlukan adanya suatu

    perencanaan pembangunan yang matang.

    Perencanaan, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004

    tentang Sistem Pembangunan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan suatu proses

    untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan

    memperhitungkan sumber daya yang tersedia. i) Perencanaan sangat penting sebagai

    salah satu proses dalam pengelolaan keuangan negara. Perencanaan sangat bermanfaat

    dalam (a) mengurangi ketidakpastian serta perubahan di masa datang; (b) mengarahkan

    semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi; (c) sebagai wahana untuk

    mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi.

    A. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

    Sistem Perencanaan pembangunan nasional diharapkan dapat menjamin

    tercapainya tujuan dalam bernegara. SPPN mencakup penyelenggaraan perencanaan

    makro dari semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan

    secara terpadu dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu

    diperlukan adanya sistem perencanaan pembangunan nasional. SPPN adalah satu

    kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana

    pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang

    akan dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat baik di tingkat

    pusat maupun daerah.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    13/60

    10

    Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga periode perencanaan,

    yaitu:

    a. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

    dengan jangka waktu 20 tahun;

    b. Jangka menengah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    (RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun, dan

    c. Jangka pendek dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan periode

    tahunan.

    Selanjutnya, SPPN tersebut disusun dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut :

    a. menjamin adanya koordinasi di antara pelaku pembangunan, baik ditingkat

    pusat, pusat dengan daerah maupun antar daerah;

    b. menjamin terciptanya intergrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah,

    antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

    daerah;

    c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

    pelaksanaan, dan pengawasan;

    d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

    e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

    berkeadilan, dan berkelanjutan.

    Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan

    yang dilalui, yakni:

    a. penyusunan rencana;

    b. penetapan rencana;

    c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan

    d. evaluasi pelaksanaan rencana.

    Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan

    membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana dilaksanakan

    untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan

    yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan

    rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    14/60

    11

    kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja

    dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

    Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat ( stakeholders ) danmenyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang

    pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah

    keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya

    adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak

    untuk melaksanakannya.

    Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin

    tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui

    kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebutoleh pimpinan Kementerian/Lembaga. Selanjutnya Menteri Perencanaan

    menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana

    pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga sesuai dengan

    tugas dan kewenangannya. Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari

    kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan

    menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan

    kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran

    kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dansasaran kinerja mencakup masukan ( input ), keluaran ( output ), hasil ( result ),

    manfaat ( benefit ) dan dampak ( impact ). Dalam rangka perencanaan pembangunan,

    setiap Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk

    melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait

    dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek

    pembangunan, Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja, baik Pusat maupun Daerah,

    mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin

    keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.

    B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan suatu dokumen

    perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

    Perencanaan ini bersifat makro yang memuat penjabaran dari tujuan dibentuknya

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    15/60

    12

    pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah

    pembangunan Nasional. ii) Proses penyusunan RPJP dilakukan secara partisipatifdengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.

    Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:

    a. Penyiapan Rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan

    gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan nasional.

    b. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang yang

    dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari seluruh

    pemangku kepentingan/ stakeholders terhadap rancangan RPJP.c. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP. Seluruh masukan dan komitmen hasil

    Musrenbang menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan.

    d. Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi Bappenas yang

    bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan

    akhir RPJP beserta lampirannya disampaikan kepada DPR sebagai inisiatif

    Pemerintah, untuk diproses lebih kanjut menjadi undang-undang tentang RPJP

    Nasional.

    C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala negara

    terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga bulan setelah dilantik. Dalam

    penyusunannya, RPJMN harus berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat

    strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program baik di dalam maupun

    lintas Kementerian/Lembaga, dalam satu maupun lintas kewilayahan, serta

    kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah kebijakan fiskal dalamrencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

    indikatif.

    Tahapan Penyusunan RPJM

    a. Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Bappenas sebagai lembaga yang

    bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan secara

    nasional.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    16/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    17/60

    14

    Mengidentifikasikan program presiden terpilih terhadap capaian kinerja

    program K/L periode sebelumnya

    Membuat kesimpulan.

    b. Menyusun Rancangan Renstra K/L dengan berpedoman pada Rancangan Awal

    RPJM Nasional.

    E. Rencana Pembangunan Jangka Tahunan

    Rencana Pembangunan Jangka Tahunan adalah perencanaan yang meliputi periode

    satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah dan

    merupakan penjabaran dari RPJM Nasional. RKP berisi prioritas pembangunan,

    rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian yang

    menyeluruh termasuk kebijakan fiskal, serta program K/L, lintas K/L, kewilayahan

    dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang masih bersifat

    indikatif.

    Selain RKP, pada tingkat kemeterian/lembaga disusun Rencana Kerja

    Kementerian/Lembaga (Renja-KL). Renja-KL disusun berpedoman pada Renstra-KL

    yang telah ada lebih dulu dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional.

    Penyusunan Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan RKP karena

    keduanya saling terkait. Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut:

    a. penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional;

    b. penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

    dengan mengacu kepada rancangan awal RKP;

    c. Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan

    menggunakan rancangan Renja-KL;

    d. musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang);

    e. penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrenbang; dan

    f. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.

    Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana

    Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL).

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    18/60

    15

    BAB IV

    PENGANGGARAN

    Tujuan suatu negara pada dasarnya adalah memajukan kesejahteraan dan melindungi

    rakyatnya, serta mencukupi kepentingan-kepentingan lain rakyatnya. Untuk mencapai

    tujuan tersebut, pemerintah memiliki tugas yang sekaligus melekat pada fungsi negara

    yang dapat dikategorikan sebagai fungsi reguler/utama negara dan fungsi sebagai agen

    pembangunan. Kedua fungsi dimaksud dilaksanakan dalam operasional pemerintahan

    yang sebagian besar terletak di pundak pemerintah.

    Fungsi regular/fungsi utama negara adalah melaksanakan tugas yang membawa akibat

    yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Fungsi utama negara terdiri dari empat

    macam. Pertama negara sebagai political state . Dalam hal ini pemerintah menjalankan

    fungsi pokoknya dalam pemeliharaan ketenangan, ketertiban, pertahanan, dan

    keamanan. Kedua negara sebagai legal state yang bertujuan untuk mengatur tata

    kehidupan bernegara dan tata kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya negara sebagai

    administrative state. Kedudukan ini menitikberatkan pada azas demokrasi yaitu

    kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemerintah hanyalah menerima pendelegasian

    kekuasaan dari rakyat melalui wakil-wakilnya. Terakhir adalah negara sebagai

    diplomatical state . Sebagai diplomatical state , negara bertujuan untuk menjalin

    persahabatan dan memelihara hubungan internasional dengan negara-negara lain.

    Fungsi negara lainnya yang wajib dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai a gent of

    development . Dalam menjalankan peran ini, pemerintah antara lain bertindak sebagai

    pendorong inisiatif atau pendorong motivasi rakyat dalam usahanya untuk mengadakan

    perubahan dan pembangunan masyarakat menuju ke arah kehidupan yang lebih baik,

    berupa pemberian fasilitas-fasilitas fisik, kemudahan dalam perizinan dan birokrasi,

    bimbingan dan kebijakan yang diarahkan kepada tercapainya pembangunan. Fungsi ini

    dibagi lebih lanjut dalam dua peran. Pertama pemerintah sebagai stabilisator apabila di

    dalam pembangunan terjadi adanya ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi dan

    sosial budaya. Kedua adalah pemerintah sebagai inovator. Artinya pemerintah harus

    dapat mengadakan penemuan-penemuan baru dalam metode maupun sistem dalam

    rangka pembangunan masyarakat dan negara.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    19/60

    16

    Selain menjalankan fungsi reguler dan agent of development , pemerintah memiliki

    tugas yang lain dan sangat penting yaitu sebagai pengelola keuangan negara yang harus

    dilaksanakan sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang berlaku didalampemerintahan. Berdasarkan UU No. 17/2003, Keuangan Negara adalah semua hak dan

    kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

    maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

    pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    Hak negara mencakup untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,

    dan melakukan pinjaman. Kewajiban negara mencakup untuk menyelenggarakan tugas

    layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Pelaksanaan

    pengelolaan keuangan negara/daerah adalah perencanaan (yang didalamnya terdapatproses penyusunan anggaran).

    Untuk itu, pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk

    menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud

    perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas

    kenegaraan selama satu tahun.

    A. Pengertian Anggaran

    Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget yang

    sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette. Kata ini mempunyai arti sebuah

    tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan adanya unsur

    keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena keterbatasan sumber

    daya yang dimiliki pemerintah, dalam hal ini adalah dana. Karena terbatasnya dana,

    maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam kurun waktu yang telah

    ditentukan. Ada beberapa pengertian angaran yang dapat dikutip.

    Anggaran negara ( state budget ) menurut John F. Due dalam Government Finance

    and Economic Analysis adalah: A budget, in the general sense of the term, is a

    financial plan for a spesific period of time. A government budget therefore, is a

    statement of proposed expenditures and expected revenues for the coming period,

    together with data of actual expenditures and revenues for current and past

    period . Sedangkan menurut Wildavsky , anggaran adalah:

    - catatan masa lalu;

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    20/60

    17

    - rencana masa depan;

    - mekanisme pengalokasian sumber daya;

    - metode untuk pertumbuhan;

    - alat penyaluran pendapatan;

    - mekanisme untuk negosiasi;

    - harapan-aspirasi-strategi organisasi;

    - satu bentuk kekuatan kontrol;

    - alat atau jaringan komunikasi.

    Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, anggaran negara meliputi:

    - rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja;

    - gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk

    pembangunan;

    - alat pengendalian;

    - instrumen politik; dan

    - disusun dalam periode tertentu.

    Selanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurut UU

    17/2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui

    oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan

    Negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.

    APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana kemampuan

    pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan dari

    sumber daya yang terbatas. Anggaran pemerintah setiap tahun selalu berubah-ubah

    baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi belanja, serta proporsi

    alokasinya. Pada tahun tertentu, pemerintah memprioritaskan sektor pekerjaan

    umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah memprioritaskan sektor pendidikan dan

    kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan berbagai faktor, antara lain perkembangan

    politik, dinamika perekonomian dunia/nasional/daerah, peristiwa sosial/alam,

    tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    21/60

    18

    B. Prinsip-prinsip penganggaran

    Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan

    alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi

    dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai

    tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari

    penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.

    Secara umum, prinsip-prinsip penganggaran adalah sebagai berikut:

    a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran

    APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,

    hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk

    mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

    masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

    Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana

    ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

    b. Disiplin Anggaran

    Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat

    guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara

    rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja

    yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran

    belanja.

    Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedia

    penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakanprogam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya.

    c. Keadilan Anggaran

    Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat

    dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam

    pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    22/60

    19

    anggaran berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran

    serta seluruh anggota masyarakat.

    d. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran

    Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat

    menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan

    masyarakat.

    e. Disusun dengan pendekatan kinerja

    APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya

    pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi biaya

    atau masukan/ input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus mampu menumbuhkan

    profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang terkait.

    C. Anggaran Berbasis Kinerja

    Anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan

    perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara

    dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan . Dengan demikian, anggaran

    berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk

    mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat

    yang dihasilkan. Manfaat tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan

    dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.

    Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti

    dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran

    berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik aktivitas langsung

    maupun tidak langsung yang mendukung program sekaligus melakukan estimasi

    biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut

    disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi

    dari rencana kinerja tahunan (Renja) yang merupakan rencana operasional dari

    Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja

    Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis

    kinerja adalah:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    23/60

    20

    Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya,

    Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat

    diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan

    prestasinya.

    Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam

    manajemen perencanaan, pemograman, penganggaran dan evaluasi.

    Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi

    penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu:

    Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi;

    Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus;

    Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu

    dan orang);

    Penghargaan ( reward ) dan sanksi ( punishment ) yang jelas; dan

    Keinginan yang kuat untuk berhasil.

    D. Perencanaan Kinerja

    Perencanaan Kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan

    untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada

    prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yang

    dinyatakan dengan ukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang

    telah ditetapkan.

    Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan

    mengefisienkan Pemerintah Daerah. Sedangkan perencanaan kinerja membantu

    pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana

    stratejik, termasuk didalamnya pembuatan terget kinerja dengan menggunakan

    ukuran-ukuran kinerja.

    Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator kinerja yang

    diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

    kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran

    penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    24/60

    21

    a. Masukan ( I n p u t )

    Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

    dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator merupakan tolok ukur

    kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya

    manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk

    melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya,

    suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki

    telah sesuai dengan rencana strategik yang telah ditetapkan. Tolok ukur ini dapat

    juga digunakan untuk perbandingan ( benchmarking ) dengan lembaga-lembaga

    lain yang relevan. Contoh indikator masukan untuk kegiatan penyuluhan

    lingkungan sehat untuk daerah pemukiman masyarakat kurang mampu adalah

    jumlah dana yang dibutuhkan dan tenaga penyuluh kesehatan.

    Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan secara

    luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat

    menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Beberapa hal

    berikut ini sering dijumpai dalam menetapkan tolok ukur masukan yang dapat

    menyesatkan:

    Pengukuran Sumber Daya Manusia tidak menggambarkan intensitas

    keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan.

    Pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang

    dibebankan ke suatu kegiatan tidak mempunyai kaitan yang kuat dengan

    pencapaian sasaran kegiatan tersebut.

    Banyaknya biaya-biaya masukan ( input ) seperti gaji bulanan personalia

    pelaksana, biaya pendidikan dan pelatihan, dan biaya penggunaan

    peralatan dan mesin seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya

    kegiatan.

    b. Keluaran ( o u t p u t )

    Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program

    atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah

    sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa

    fisik dan / atau non fisik.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    25/60

    22

    Dengan membandingkan indikator keluaran instansi dapat menganalisis sejauh

    mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya

    dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolokukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik

    dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan

    sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat penelitian berbagai indikator

    kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah sering

    dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi. Untuk kegiatan yang

    bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan produk, pelanggan,

    serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut mungkin lebih tepat untuk

    digunakan.Beberapa indikator keluaran juga bermanfaat untuk mengidentifikasikan

    perkembangan instansi. Sebagai contoh besarnya pendapatan yang diperoleh

    melalui pelayanan teknis, kontrak riset, besarnya retribusi yang diperoleh, serta

    perbandingannya dengan keseluruhan anggaran instansi, menunjukkan

    perkembangan kemampuan instansi memenuhi kebutuhan pasar, serta

    mengindikasikan tingkat ketergantungan instansi yang bersangkutan pada

    APBN.

    Dalam mempergunakan indikator keluaran, beberapa permasalahan berikut

    perlu dipertimbangkan:

    Perhitungan keluaran seringkali cenderung belum menentukan kualitas.

    Sebagai contoh jumlah layanan medik di RSU mungkin belum

    memperhitungkan kualitas layanan yang diberikan.

    Indikator keluaran sering kali tidak dapat menggambarkan semua

    keluaran kegiatan, terutama yang bersifat intangible . Sebagai contoh,

    banyak hasil penelitian yang walaupun mengandung penemuan yang baru, namun karena berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat

    dipatenkan.

    c. Hasil ( o u t c o m e )

    Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan

    pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu manfaat

    yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan hasil

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    26/60

    23

    nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan

    paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya.

    Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkalitidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu

    mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu

    kegiatan.

    Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator

    keluaran. Sebagai contoh penghitungan jumlah bibit unggul yang dihasilkan

    oleh suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran. Namun penghitungan besar

    produksi per hektar yang dihasilkan oleh bibit-bibit unggul tersebut atau

    penghitungan kenaikan pendapatan petani pengguna bibit unggul tersebutmerupakan tolok ukur hasil. Dari contoh tersebut, dapat pula dirasakan bahwa

    penggunaan tolok ukur hasil seringkali tidak murah dan memerlukan waktu yang

    tidak pendek, karena validitas dan reliabilitasnya tergantung pada skala

    penerapannya. Contoh nyata yang membedakan antara indikator output dan

    indikator outcome adalah pembangunan gedung sekolah dasar. Secara output

    gedung sekolah dasar tersebut telah seratus persen berhasil dibangun. Akan

    tetapi belum tentu gedung tersebut diminati oleh masyarakat setempat.

    Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output . Walaupun produk telah

    dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah dicapai.

    Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang

    mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome ,

    organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk

    output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan

    kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

    Pencapaian indikator kinerja outcome ini belum tentu akan dapat terlihat dalam

    jangka waktu satu tahun. Seringkali outcome baru terlihat setelah melewati

    kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya sekedar

    hasil. Dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan dalam ukuran

    kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    27/60

    24

    E. Target Kinerja

    Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap

    indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja yang

    diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun anggaran

    tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan. Target kinerja harus

    mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang mungkin

    timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam

    menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis, dapat

    diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil, dapat

    diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan.

    Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja:

    Memiliki dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang

    diprioritaskan pada setiap fungsi/bidang pemerintahan.

    Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh

    Pemerintah Daerah terhadap suatu kegiatan tertentu.

    Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi

    bagian yang penting dalam menentukan target kinerja.

    Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut: dana, SDM, sarana,

    prasarana pengembangan teknologi, dan lain sebagainya.

    Kendala yang mungkin dihadapi di masa depan.

    Penetapan target kinerja kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

    a. Spesifik

    Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna

    atau diinterpretasikan lain

    b. Dapat diukur

    Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif

    c. Dapat Dicapai ( attainable )

    Sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan pada kondisi yang diharapkan

    akan dihadapi

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    28/60

    25

    d. Realistis

    e. Kerangka waktu pencapaian ( time frame ) jelas, dan

    f. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin dicapai.

    F. Standar Analisis Belanja

    Standar Analisa Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus

    dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan

    APBN dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis anggaran

    belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan

    tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

    SAB digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program atau

    kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun anggaran.

    Penilaian terhadap usulan anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan

    yang akan dicapai melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang

    tidak sesuai dengan SAB akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang ditetapkan.

    Rancangan APBN disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja

    yang diusulkan unit kerja.

    Dalam rangka menyiapkan rancangan APBN, SAB merupakan standar atau pedoman

    yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu

    kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja. SAB dalam hal ini digunakan

    untuk menilai dan menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja

    yang paling efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan

    SAB berkaitan dengan kewajaran biaya suatu program atau kegiatan yang dinilai

    berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya dengan tingkat pencapaian

    kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Disamping atas dasar SAB, dalamrangka menilai usulan anggaran belanja dapat juga dilakukan berdasarkan

    kewajaran beban kerja yang dinilai berdasarkan kesesuaian antara program atau

    kegiatan yang direncanakan oleh suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi

    unit kerja yang bersangkutan.

    Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1)

    mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan program dan

    atau kegiatannya, (2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif dalam upaya

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    29/60

    26

    pencapaian kinerja, (3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan investasi

    dan non investasi.

    G. Standar Biaya

    Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan sebagai dasar

    untuk mengukur kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain Standar

    Analisa Biaya dan tolok ukur kinerja. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya

    yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja

    suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar kebutuhan

    atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan standar biayaakan dilakukan dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan

    harga yang berlaku.

    H. Penyusunan RKA K/L

    Penyusunan RKA-K/L dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan

    pengeluaran jangka menengah, terpadu dan prestasi kerja. Pendekatan kerangka

    pengeluaran jangka menengah (KPJM) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan

    maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang

    direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang

    direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan

    program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

    Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan

    mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L

    untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.

    Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan denganmemperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan

    dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam

    pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

    RKA-KL, memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan

    kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan

    rincian objek pendapatan, belanja, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    30/60

    27

    Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan Renja-KL yang memuat kebijakan,

    program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu pada

    prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta prakiraan maju untuktahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan tahap dimulainya mengaitkan

    rencana kerja dengan jumlah anggaran yang tersedia dan persiapan untuk menyusun

    RKA-KL. Selanjutnya Renja dimaksud ditelaah oleh Bappenas berkoordinasi dengan

    Menteri Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendaanan dan pengkodean.

    Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum fiskal dan RKP antara

    pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan menerbitkan SE tentang Pagu

    Sementara bagi masing-masing program pada K/L pada pertengahan bulan Juni.

    Pagu Sementara ini merupakan dasar bagi K/L untuk menyesuakan Rencana Kerjamereka menjadi RKA-KL yang dirinci per kegiatan untuk setiap unit kerja yang ada

    di K/L. Selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan komisi

    di DPR mitra kerjanya.

    RKA-K/L hasil pembahasan kemudian diserahkan kepada Menteri Perencanaan

    untuk ditelaah. Penelaahan dilakukan oleh Menteri Perencanaan untuk

    kesesuaiannya dengan RKP dan oleh Menkeu untuk kesesuaiannya dengan Pagu

    Sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi penganggaran dengan

    perencanaan dan prioritas pembangunan nasional serta tidak melampaui pagu.

    Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun seluruh RKA hasil

    telaahan untuk dijadikan bahan menyusun rancangan APBN dan nota keuangan.

    Tahap ini dilakukan oleh Menkeu dan hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.

    I. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri dari Pendapatan, Belanja,

    dan Pembiayaan. Anggaran Pendapatan merupakan estimasi pendapatan yang

    mungkin dicapai dalam periode yang bersangkutan. Kelompok anggaran pendapatan

    terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah.

    Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang dapat dibebankan

    pada APBN. Belanja diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

    kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan

    dengan susunan organisasi pemerintahan.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    31/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    32/60

    29

    penganggaran oleh pemerintah daerah dapat digambarkan secara utuh seperti

    gambar berikut ini.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    33/60

    30

    BAB V

    PELAKSANAAN ANGGARAN

    A. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu dokumen yang

    sangat penting artiya dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara.

    Undang_Undang APBN mencerminkan otorisasi yang diberikan oleh Dewan

    Perwakilan Rakyat (DPR) kepada Pemerintah untuk melaksanakan program-

    program pembangunan dalam batas-batas anggaran yang telah ditetapkan.

    Anggaran pendapatan merupakan estimasi penerimaan ( estimated revenue ) yang

    diperkirakan akan diterima dalam satu tahun anggaran, sedangkan anggaran belanja

    merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan untuk membiayai program dan

    kegiatan selama satu tahun anggaran ( appropriation ). Undang-undang APBN inilah

    yang mengatur program dan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah

    dalam suatu tahun anggaran.

    Selanjutnya Undang-Undang APBN dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

    Presiden tentang Rincian APBN, yang dalam istilah keuangan Negara dikenal

    sebagai apportionment . Peraturan Presiden dimaksud diperlukan sebagai landasan

    operasional bagi Pemerintah untuk melaksanakan APBN.

    Periode pelaksanaan APBN adalah satu tahun, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31

    Desember. Dalam rangka menjaga agar APBN dapat dilaksanakan secara tepat waktu

    maka dalam Undang-Undang 17/2003 maupun PP 21/2004 telah ditentukan

    kalender anggarannya, yaitu APBN harus sudah diundangkan paling lambat bulan

    Oktober tahun sebelumnyan demikian diperlukan agar Pemerintah mempunyai waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran. Demikian

    pula bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dengan ditetapkannya APBN pada bulan

    Oktober, mereka dapat menyelesaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    secara tepat waktu.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    34/60

    31

    B. DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

    Dokumen pelaksanaan anggaran memuat alokasi anggaran yang disediakan kepada

    pengguna anggaran. Alokasi anggaran pendapatan disebut Estimasi pendapatan

    yang dialokasikan dan alokasi anggaran belanja disebut allotment. Dokumen

    pelaksanaan anggaran di Pemerintah Pusat disebut Daftar Isian Pelaksanaan

    Anggaran (DIPA) sedangkan di Pemerintah daerah disebut Dokumen Pelaksanaan

    Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD).

    Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan Negara adalah beralihnya konsep

    administrasi keuangan ( financial administration ) ke manajemen keuangan

    ( financial management ). Hal ini memerlukan pembaharuan pada setiap fungsi

    manajemen, baik pada tataran perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran,

    akuntansi dan pertanggungjawaban, serta pemeriksaan. Semua fungsi diarahkan

    pada pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif dalam penyelenggaraan

    pemerintahan.

    Salah satu pendekatan yang digunakan dalam refomasi manajemen keuangan

    Negara adalah let the managers manage . Dengan pendekatan ini kepada pengguna

    anggaran diberikan fleksibilitas untuk melaksanakan anggaran. Pengguna anggaran

    diberikan kewenangan untuk menyusun DIPA sesuai dengan program dan kegiatan

    yang telah ditetapkan serta plafon anggaran yang telah disediakan. Dengan

    mekanisme yang demikian maka kepada para pengguna anggaran diberikan

    fleksibilitas yang seluas-luasnya untuk mengatur anggarannya, dituangkan dalam

    DIPA sesuai dengan kebutuhan.

    Namun demikian mekanisme check and balance tetap dilaksanakan sehingga DIPA

    yang disusun oleh pengguna anggaran tidak serta merta langsung diberlakukan,

    namun harus dibahas dulu dengan Kementerian Keuangan, dalam hal ini

    dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Direktorat JenderalPerbendaharaan untuk memperoleh pengesahan. Pembahasan ini merupakan

    pelaksanaan fungsi pengendalian, dilakukan untuk meyakini bahwa DIPA disusun

    sesuai dengan Undang-Undang APBN serta menggunakan standar harga yang wajar

    sesuai dengan ketentuan.

    Anggaran dalam DIPA diklasifikasikan terinci sampai organisasi, fungsi, sub fungsi,

    program, kegiatan, dan jenis belanja. Dengan demikian maka azas spesialitas benar-

    benar digunakan di sini, yaitu anggaran secara spesifik disediakan untuk membiayai

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    35/60

    32

    kegiatan tertentu dan tidak dapat digeser tanpa mekanisme revisi DIPA sesuai

    dengan ketentuan.

    Sehubungan dengan diberlakukannya manajemen keuangan dalam pengelolaan

    keuangan Negara maka setiap pengguna anggaran wajib menyusun rencana

    penarikan dana untuk setiap progam/kegiatan yang ada dalam DIPA. Hal yang sama

    berlaku untuk penerimaan, yaitu rencana penerimaan pendapatan juga disiapkan

    jika penguna anggaran tersebut mempunyai alokasi anggaran pendapatan. Informasi

    tentang rencana penarikan dana serta rencana penerimaan ini diperlukan oleh

    Bendahara Umum Negara untuk menyusun perencanaan kas bertujuan memastikan

    ketersediaan dana guna memenuhi kewajiban negara, mengoptimalkan kelebihan

    kas atau menutupi kekurangan kas dengan efisien, kementerian/lembagamemperoleh dana sesuai waktu pelaksanaan kegiatan.

    Suatu hal yang perlu diingat dalam anggaran adalah digunakannya pendekatan

    anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja mengamanatkan bahwa

    anggaran dialokasikan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Yang dimaksud

    dengan prestasi kerja adalah output atau outcome yang dihasilkan atau akan

    dihasilkan dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Dengan demikian maka

    dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu adanya informasi tentang indikator

    kinerja berikut target yang akan dicapai dari suatu kegiatan atau program dengan

    dana yang disediakan dalam anggaran.

    Paradigma Barudalam pengelolaan Keuangan Negara

    letthe managers

    manageSemangat yangmelandasi

    Check & BalanceMechanism

    Pengendalian

    dari Financial AdministrationKe Financial Management

    Perubahanmendasar

    Pada Pemerintah Pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya DIPA.

    Dalam rangka menjaga agar anggaran dapat dimulai segera pada awal tahun

    anggaran maka DIPA harus diselesaikan dalam bulan Desember tahun sebelumnya.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    36/60

    33

    Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan

    untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada

    kementrian/lembaga. Setelah masa transisi pada T.A. 2005, maka mulai T.A. 2006,DIPA telah dapat serentak dibagikan pada awal tahun anggaran dimulai, tepatnya

    tanggal 2 Januari tahun bersangkutan. Dalam perkembangannya, menghadapi T.A.

    2011 secara resmi Presiden menyerahkan DIPA kepada seluruh Menteri/Pimpinan

    Lembaga dan Gubernur selaku Pengguna Anggaran pada tanggal 28 Desember 2010

    guna memastikan bahwa pada awal T.A. 2011 dapat segera dilaksanakan program

    dan kegiatan yang telah dicanangkan dalam DIPA dimaksud. Seperti pada

    Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah pun digunakan mekanisme yang sama

    dengan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di daerah.Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen

    Pelaksanaan Anggaran (DPA). Dengan demikian maka fleksibilitas penggunaan

    anggaran diberikan kepada Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci sampai

    dengan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator

    kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana penarikan dana untuk mendanai

    kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan maka rencana

    penerimaan kas juga dilampirkan. DPA disampaikan kepada kepala SKPKD untuk

    dimintakan pengesahan.

    Jika DIPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat dijadikan dokumen untuk segera

    melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah masih

    diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan suatu dokumen yang

    menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. SPD ini diperlukan

    untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan telah

    tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-

    masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

    C. PEMBAGIAN KEWENANGAN

    Dalam rangka pelaksanaan anggaran, Presiden mendelegasikan kewenangannya

    kepada menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran. Sedangkan

    kewenangan untuk pengelolaan keuangan didelegasikan kepada Menteri Keuangan

    selaku Bendahara Umum Negara. Pembagian kewenangan tersebut dapat dilihat

    pada gambar berikut:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    37/60

    34

    PendelegasianKewenangan dalam PelaksanaanAnggaranPresiden

    (sebagai CEO)

    Kepala KPPN(selaku Kuasa CFO)

    Kepala Kantor(selaku Kuasa COO)

    Menteri Keuangan(sebagai CFO)

    Menteri Teknis(sebagai COO)

    Pendelegasian kewenangan pelaksanaan programPendelegasian kewenangan perbendaharaan

    Menteri teknis/pimpinan lembaga merupakan chief of opertional officer sedangkan

    Menteri Keuangan merupakan chief of financial officer . Dalam pelaksanaan

    anggaran, mereka mempunyai kedudukan yang seimbang dalam rangka menjaga

    terlaksananya mekanisme check and balance. Kuasa Pengguna Anggaran dapat

    ditunjuk sehubungan dengan kompleksitas kegiatan, rentang kendali yang luas,

    jumlah anggaran yang besar, atau karena lokasi kegiatan. Demikian pula di

    pemerintah daerah, dapat ditetapkan adanya Kuasa Pengguna Anggaran yang

    diusulkan oleh pengguna anggaran dan ditetapkan oleh kepala daerah karena alasan

    yang sama.

    Dalam pelaksanaan anggaran sangat penting diperhatikan pembagian kewenangan

    dimulai dari proses penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) sampai dengan

    penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah sebagai berikut:

    Comptabel beheer Ad mi ni st rat ief beh eer

    PEMBUATAN

    KOMITMENPENGUJIAN

    PEMBEBANAN

    PERINTAH

    PEMBAYARANPENGUJIAN

    PENCAIRAN

    DANA

    Pemisahan Kewenangan

    Menteri Teknis Menteri Keuangan

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    38/60

    35

    D. SISTEM PENERIMAAN

    Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum

    Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan

    kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto). Pendapatan diakui setelah uang

    disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu

    penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari

    berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum

    Negara/Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang

    bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke

    Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

    E. SISTEM PEMBAYARAN

    Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu

    terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Pada dasarnya alokasi

    anggaran kepada satuan kerja (DIPA) akan diberikan jika sudah tersedia alokasinya

    dalam APBN. Berdasarkan DIPA satuan kerja dapat melakukan kegiatan perolehan

    barang/jasa. Barang/jasa yang diperoleh harus diverifikasi kebenarannya. Setelah

    diverifikasi barulah dilakukan pembayaran. Urut-urutan tahapan yang harus dilaluidalam pelaksanaan anggaran belanja tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

    PELAKSANAAN ANGGARAN

    APBN

    PERPRES RINCIAN APBN

    DIPA

    KOMITMEN

    VENDOR

    VERIFIKASI

    PEMBAYARAN

    PESANAN

    BARANG/JASA

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    39/60

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    40/60

    37

    Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah

    tertentu untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.

    Berikut mekanisme pembayaran non belanja pegawai, adalah sebagai berikut:

    KPPN

    DJPB KP BOI

    BO I

    RPKBUN P

    Rekeningyang dituju/

    berhak

    Pengisian dana

    Penyampaian SP2D/SPT

    Pemindahbukuandan /transfer

    BO I

    e-kirana/pengajuan kebutuhan dana

    BIG eB

    MEKANISME PEMBAYARAN NON BELANJA PEGAWAI

    SPM

    1

    Penihilan

    BO I menarikdana

    6

    5

    4

    3

    2

    7

    Rek. KUN

    8Penihilan

    9

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    41/60

    38

    BAB VI

    PENGELOLAAN ASET DAN UTANG

    A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

    Aset merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan

    pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau

    dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

    manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

    oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

    masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah

    dan budaya.

    Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak hanya yang dimiliki oleh

    pemerintah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah

    dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Aset

    pemerintah bukanlah sebagai sumber daya untuk memperoleh pendapatan, namun

    mencerminkan potensi pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam mengukur

    kemampuan keuangan pemerintah tidaklah tepat jika dilakukan dengan

    membandingkan antara pendapatan dan total aset yang tersedia. Kecukupan

    tersedianya aset dapat diukur dengan membandingkan antara aset yang tersedia

    dengan kebutuhan dalam pelayanan, yang pada umumnya ditentukan dalam rasio-

    rasio yang relevan sesuai dengan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan.

    Definisi aset di atas mencerminkan bahwa ruang lingkup aset pemerintah sangatlah

    luas. Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan aset non

    keuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang, dan investasi. Dalam rangka

    manajemen kas pada umumnya terintegrasi dengan manajemen utang. Aset non

    keuangan ada yang dapat diidentifikasi dan ada yang tidak dapat diidentifikasi. Aset

    non keuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud dan aset tidak

    berwujud. Aset berwujud berupa persediaan dan aset tetap, yang dalam peraturan

    perundang-undangan lebih dikenal dengan nama barang milik negara. Aset yang

    tidak teridentifikasi dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia.

    Bagan aset pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    42/60

    39

    ASETPEMERINTAH

    AsetKeuangan &

    Utang

    Aset

    Non

    keuangan

    Kas &Setara kas

    Piutang &

    Utang

    Investasi

    DapatDiidentifikasi

    Tidak dapat

    diidentifikasi

    Berwujud

    TidakBerwujud

    SDM

    dll

    Persediaan

    Aset

    Tetap

    SDA

    B. PENGELOLAAN KAS

    Kas merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan untuk menjalankanpemerintahan. Kas seringkali dikatakan bagaikan darah bagi suatu organisasi. Tanpa

    kas suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu Pemerintah

    dituntut melakukan pengelolaan kas dengan baik.

    Pengelolaan kas di pemerintah terutama bertujuan untuk dapat melaksanakan

    anggaran secara efisien serta melakukan manajemen sumber daya keuangan yang

    baik. Pengelolaan kas yang baik dapat menghasilkan pengendalian pengeluaran

    secara efisien, meminimumkan biaya pinjaman, dan memaksimumkan hasil yang

    diperoleh dari penempatan kas. Hal ini dilakukan melalui:

    Perencanaan kas ( cash planning ) dan perencanaan kebutuhan kas ( cash

    forecasting ).

    Memperpendek waktu yang diperlukan untuk penagihan dan pembayaran

    dilakukan secara tepat waktu ( float management ).

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    43/60

    40

    Manajemen rekening bank dengan melakukan pemusatan saldo kas (Treasury

    Single Account/TSA).

    Pembentukan dana kas kecil dengan sistem dana tetap ( imprest fund ) untuk

    membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.

    Penempatan saldo kas yang belum digunakan dalam bentuk setara kas atau

    penanaman sementara (temporary investment).

    Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan

    Negara. Pada prinsipnya pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan dana yang

    diperlukan secara tepat waktu dan aman dalam rangka pelaksanaan anggaran. Agar

    kas tersedia pada saat diperlukan maka perlu adanya rencana penarikan dana danrencana penyetoran dana dari pengguna anggaran. Dari rencana ini dapat disusun

    budget kas sehingga dapat diketahui jumlah arus masuk dan arus keluar kas untuk

    suatu periode serta surplus/defisit kas yang terjadi. Dengan informasi demikian

    maka Bendahara Umum Negara dapat mengatur penempatan saldo kas yang

    menganggur serta menerapkan strategi pinjaman untuk menutup defisit kas.

    C. PENGELOLAAN PIUTANG

    Piutang merupakan hak pemerintah untuk menagih pada pihak lain Piutang ini

    dapat terjadi karena hubungan perdata, seperti adanya jual beli atau pinjam

    meminjam, namun bisa juga terjadi karena ketentuan perundang-undangan, seperti

    piutang pajak.

    Dalam Undang-undang diatur bahwa kementerian/lembaga yang mempunyai

    piutang wajib mengupayakan penerimaannya kembali secara tepat waktu. Dalam hal

    terdapat piutang tak tertagih penyelesainnya dilakukan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Dalam rangka menjaga agar piutang dapat diterima kembali secara tepat waktu,

    kementerian/lembaga dituntut untuk mengatur berbagai hal yang terkait dengan

    piutang secara seksama. Hal-hal seperti perencanaan, pemberian pinjaman atau

    penjualan secara kredit atau penerbitan surat ketetapan, pencatatan, pelaporan,

    penilaian, penagihan, dan penghapusan piutang harus diatur secara tegas.

    Pengendalian intern harus tercermin dan melekat sejak proses timbulnya piutang

    sampai dengan berakhirnya, karena pembayaran atau penghapusan.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    44/60

    41

    Piutang pemerintah jenis tertentu, seperti piutang pajak, mempunyai hak

    mendahului. Penyelesaian piutang yang terjadi karena hubungan keperdataan dapat

    dilakukan melalui perdamaian kecuali untuk piutang yang penyelesaiannya diatursendiri dalam undang-undang. Penyelesaian piutang yang demikian ditetapkan oleh

    Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp 10 milyar, oleh Presiden untuk

    jumlah diatasnya sampai dengan Rp 100 milyar, dan jumlah diatas 100 milyar oleh

    Presiden setelah mendapat pertimbangan DPR.

    Dalam hal terdapat piutang tak tertagih dapat dihapuskan secara mutlak atau

    bersyarat dari pembukuan. Penghapusan piutang tak tertagih sampai dengan Rp 10

    milyar dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan. Penghapusan piutang di atas Rp 10

    milyar sampai dengan Rp 100 milyar dilakukan oleh Presiden, sedangkan di atas Rp100 milyar oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan DPR.

    D. PENGELOLAAN UTANG

    Sehubungan diberlakukannya anggaran defisit ( I Account ) berarti anggaran

    pendapatan tidak harus sama dengan anggaran belanja. Dalam UU 17/2003

    ditekankan bahwa dalam memanfaatkan surplus anggaran atau membiayai defisit

    anggaran harus mempertimbangkan keseimbangan generasi. Defisit anggaran antaralain dapat dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan UU 17/2003 defisit anggaran dalam

    suatu tahun anggaran maksimum sebesar 3 (tiga) persen dari Pendapatan Domestik

    Bruto, dan akumulasi utang maksimum sebesar 60 (enam puluh) persen dari

    Pendapatan Domestik Bruto. Dalam rangka pengendalian defisit anggaran dan

    akumulasi pinjaman secara nasional, Menteri Keuangan mempunyai kewenangan

    untuk mengaturnya. Ketentuan tentang besarnya defisit serta jumlah utang yang

    dapat dimiliki oleh suatu pemerintah daerah diatur setiap tahun dengan Peraturan

    Menteri Keuangan.Dalam melakukan pengelolaan utang harus diperhatikan struktur portofolio utang

    berikut biaya serta risikonya. Risiko-risiko yang perlu dipertimbangkan antara lain

    risiko pasar, risiko pendanaan kembali, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko

    penyelesaian, dan risiko operasional. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh

    pinjaman yang paling efisien dan untuk meyakini bahwa pemerintah mampu

    membayar bunga dan angsuran secara tepat waktu.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    45/60

    42

    Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan untuk

    mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan secara

    bilateral atau multilateral. Pinjaman ini dapat diteruspinjamkan kepada pemerintahdaerah/BUMN/BUMD. Pinjaman ini dituangkan dalam suatu naskah perjanjian

    pinjaman. Sejalan dengan azas bruto maka biaya yang terjadi karena penarikan

    pinjaman dibebankan pada anggaran belanja. Disamping itu pemerintah juga dapat

    menerbitkan surat utang negara.

    Disamping ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa mempunyai

    utang karena kegiatan operasional atau utang perhitungan pihak ketiga (PFK). Utang

    operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan barang/jasa

    yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar. Dengandemikian utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di

    kementerian negara/lembaga. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut

    oleh pemerintah untuk kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak

    tersebut.Terhadap utang-utang ini, pengguna anggaran atau kuasa pengguna

    anggaran juga wajib menatausahakan dan melaporkannya dalam laporan keuangan.

    Pengguna Anggaran atau Kuasanya berkewajiban mengelola utang dalam

    kepengurusannya dan menguji setiap klaim sebelum memerintahkan pembayaran

    atas beban anggaran

    Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan. Hak tagih atas utang

    sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh

    tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang-undang. Kedaluwarsa ini akan

    tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum

    berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk

    pembayaran bunga dan pokok utang yang timbul karena pinjaman.

    E. PENGELOLAAN INVESTASI

    Pemerintah dapat melakukan investasi karena berbagai alasan, antara lain

    memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan atau

    memanfaatkan dana yang belum digunakan dalam bentuk invetasi jangka pendek

    dalam rangka manajemen kas. Investasi jangka pendek yang dilakukan pemerintah

    harus memenuhi karakteristik dapat segera dicairkan, ditujukan dalam rangka

    manajemen kas, dan berisiko rendah.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    46/60

    43

    Investasi jangka panjang dapat berupa investasi permanen dan investasi non

    permanen. Investasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pasar modal atau

    investasi langsung pada bidang usaha tertentu. Investasi melalui pasar modal dapatdilakukan dengan membeli saham atau surat utang. Investasi yang dilakukan oleh

    pemerintah tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi,

    seperti diperolehnya keuntungan, tetapi bisa juga karena diperolehnya manfaat

    sosial, atau manfaat lainnya.

    Investasi permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

    dimiliki secara berkelanjutan, misalnya penyertaan modal pemerintah pada BUMN.

    Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

    dimiliki secara tidak berkelanjutan. Dengan demikian investasi nonpermanen inidimaksudkan akan dicairkan kembali suatu saat, misalnya dana bergulir.

    F. PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

    Barang milik negara mencakup semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

    APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan ini antara lain dapat

    dilakukan melalui pembelian, pembangunan, pertukaran, kerja sama, hibah/donasi,

    dan rampasan.

    Dalam rangka menertibkan pengelolaan barang milik negara, maka dilakukan

    pembagian kewenangan yang jelas atas barang milik negara. Menteri Keuangan

    adalah sebagai pengelola barang berwenang mengatur pengelolaan barang milik

    negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga

    berkedudukan sebagai pengguna barang pada instansi yang dipimpinnya. Para

    pengguna barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang

    berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

    Pengelolaan barang milik negara dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pada

    suatu negara yang masih menganut line item budgeting , pada umumnya belum

    memperhatikan kebutuhan barang untuk melaksanakan fungsinya secara efisien.

    Hal ini dikarenakan belum dilakukan perhitungan biaya layanan secara benar dalam

    memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukuran kinerjanya belum

    dilakukan secara utuh dengan menerapkan full costing . Di negara yang telah

    menerapkan anggaran berbasis kinerja, pengelolaan barang pada umumnya

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    47/60

    44

    dilakukan dengan cara lebih efisien karena seluruh komponen biaya dimasukkan

    sebagai unsur biaya layanan. Dengan demikian maka barang yang diminta dan

    digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

    Dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan

    pengaturan atas penghapusan serta pemindahtanganan barang milik negara. Barang

    milik negara yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan tidak

    dapat dipindahtangankan. Pengahapusan barang milik negara pada prinsipnya harus

    mendapat persetujuan DPR. Pemindahtanganan dapat dilakukan setelah mendapat

    persetujuan DPR.

    Dengan memperhatikan bahwa tanah dan bangunan merupakan kekayaan negara

    yang sangat penting artinya serta nilainya signifikan maka pemindahtanganan tanah

    dan bangunan harus mendapat persetujuan DPR kecuali untuk tanah dan bangunan

    yang tidak sesuai lagi dengan tata ruang wilayah atau penataan kota. Demikian pula

    untuk bangunan yang sudah memperoleh alokasi anggaran untuk menggantinya,

    diperuntukkan bagi pegawai negeri, untuk kepentingan umum, ataupun yang jika

    status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis. Hal ini terjadi

    karena pada dasarnya DPR telah menyetujuinya pada saat pembahasan tata ruang

    ataupun pembahasan APBN.

    Dalam rangka efisiensi pengelolaan barang selain tanah dan bangunan, proses

    penghapusan dan pemindahtanganannya dapat dilakukan dengan cara yang lebih

    sederhana. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan bangunan

    dengan nilai sampai dengan Rp 10 milyar dilakukan oleh Menteri Keuangan, di atas

    Rp 10 milyar sampai dengan Rp 100 milyar oleh Presiden, sedangkan di atas Rp 100

    milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Apabila pemindahtanganan ini

    dilakukan dengan penjualan maka harus dilakukan dengan lelang. Dengan

    pengaturan demikian diharapkan pengelolaan barang dapat dilakukan dengan lebih

    efisien.

    Pengamanan barang milik negara merupakan salah satu sasaran pengendalian

    intern, baik dari aspek fisik, administrasi, maupun hukum. Oleh karena tanah dan

    bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan dan ditatausahakan dengan

    tertib. Tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI. Tanah dan bangunan

    yang tidak lagi digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan wajib

    dikembalikan kepada Menteri Keuangan. Barang milik negara tidak diperkenankan

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    48/60

    45

    untuk digadaikan atau digunakan sebagai jaminan dan tidak boleh diserahkan

    kepada pihak lain sebagai pembayaran utang. Disamping itu barang milik negara

    atau barang pihak lain yang dikuasai negara yang diperlukan untuk penyelenggaraantugas pemerintahan tidak dapat disita.

    G. PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

    Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

    bangsa, Pemerintah dapat membentuk Badan Layanan Umum (BLU). Kekayaan BLU

    merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta dapat dikelola sepenuhnya

    untuk pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu BLU tetap menyusun anggaransebagaimana instansi pemerintah pada umumnya untuk digabungkan dalam

    Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga maupun APBN.

    Pendapatan dan belanja yang dilakukan dilaporkan dalam laporan keuangan

    kementerian negara/lembaga yang membawahinya dan dikonsolidasikan dalam

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    Upaya peningkatan kinerja pelayanan maupun kinerja keuangan dilakukan dengan

    memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.

    Pendapatan BLU dapat bersumber dari APBN, jasa layanan, hibah atau sumbangan

    dari masyarakat. Pendapatan BLU dapat digunakan secara langsung untuk

    membiayai belanjanya. Dalam pelaksanaan anggaran belanja, BLU juga diberikan

    pengecualian untuk tidak mengikuti ketentuan pengadaan barang/jasa sebagaimana

    yang berlaku di pemerintahan karena alasan efisiensi dan produktivitas. Di samping

    itu BLU juga diperkenankan memperoleh pinjaman untuk mendanai kegiatannya.

    Untuk menjaga kinerja pelayanan dan kinerja keuangan BLU maka diperlukan

    adanya pembinaan. Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan

    sedangkan pembinaan teknis dilakukan oleh kementerian teknis yang

    membawahinya.

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    49/60

    46

    BAB VII

    PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN

    A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

    Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang

    harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas. Pada

    dasarnya penyelenggara negara wajib menyampaikan pertanggungjawaban kepada

    masyarakat, berupa akuntabilitas keuangan (financial accountability ) dan

    akuntabilitas kinerja (performance accountability) . Dengan polapertanggungjawaban yang demikian, Pemerintah tidak hanya dituntut untuk

    mempertanggungjawabkan uang yang dipungut dari rakyat tetapi juga dituntut

    tuntuk mempertanggungjawabkan atas hasil-hasil yang dicapainya.

    Pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara dikembangkan sejalan

    dengan teori keagenan (Agency Theory) . Pada prinsipnya, Pemerintah merupakan

    orang suruhan atau agen dari rakyat. Rakyat dalam hal ini diwakili oleh DPR.

    Pemerintah diberi kekuasaan untuk memungut uang dari rakyat berdasarkan

    Undang-undang. Setiap tahunnya anggaran pendapatan dan belanja dituangkan

    dalam Undang-undang APBN. Pemerintah yang memungut, Pemerintah yang

    mengelola, maka Pemerintah juga berkewajiban untuk mencatat

    (mengakuntansikan) dan melaporkannya kepada rakyat melalui DPR. Dalam rangka

    meyakini bahwa laporan dimaksud telah menyajikan kondisi yang sesungguhnya

    serta Pemerintah telah mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan, maka

    laporan keuangan tersebut wajib diperiksa oleh pemeriksa yang independen.

    Berdasarkan UUD 45 yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan

    keuangan pemerintah adalah BPK RI.

    Gambar atas pola pertanggungjawaban tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    50/60

    47

    3

    LEMB

    AG

    A

    PERW AKIL

    AN

    HUBUNGAN KONTRAK PRINSIPAL AGEN: SOLUSI

    Akun tan si Pelapo ran

    Au di ti ng

    PRINSIP

    AL

    R AKY

    AT

    AGE

    N

    PEMERIN

    T AH

    Ketentuan Undang-Undang

    Rencana Kerja/ RK Anggaran

    AKUNTABILITAS

    Laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN berupa Laporan Keuangan.

    Laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari:

    Neraca;

    Laporan Realisasi Anggaran;

    Laporan Arus Kas; dan

    Catatan atas laporan Keuangan.

    Laporan keuangan yang disampaikan dalam RUU Pertanggungjawaban atas

    Pelaksanaan APBN adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI. Laporankeuangan ini paling lambat disampaikan ke DPR pada akhir bulan Juni tahun

    berikutnya. Laporan keuangan dilampiri dengan Laporan Kinerja dan laporan

    keuangan Badan Usaha Milik Negara dan badan lainnya. Laporan keuangan disertai

    dengan Surat Pernyataan Tanggung jawab atau Statement Of Responsibility (SOR ).

    Laporan keuangan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN tersebut dapat

    dilihat pada gambar berikut:

  • 8/11/2019 1. Keuangan Negara 2013

    51/60

    48

    10

    PAKET LAPORANKEUANGAN DAN KINERJA

    SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

    IKHTISAR

    KINERJA

    IKHTISAR

    LAIN

    IKHTISAR

    LAIN

    IKHTISAR LK

    BUMN/BUMD

    LRA NERACA LAK CALK

    Dari gambar tersebut tampak bahwa terdapat lampiran yang bersifat wajib dan

    diamanatkan dalam undang-undang, yaitu laporan kinerja dan laporan keuangan

    BUMN dan badan lainnya. Yang dimaksud dengan badan lainnya, saat ini yang ada

    di Pemerintah adalah Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Hukum Milik Negara

    (BHMN).Laporan Keuangan Pemerintah disusun dengan menggabungkan seluruh laporan

    keuangan Kementerian negara/Lembaga selaku pengguna anggaran dengan laporan

    keuangan Bendahara Umum Negara. Laporan keuangan kementerian

    negara/lembaga ini harus disampaikan ke Presiden melalui Menteri Keuangan