-1-jdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/docs/1554857541-61578375.pdf · lima, maka bupati wajib...
TRANSCRIPT
-1-
jdih.tubankab.go.id
BUPATI TUBAN
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR 11 TAHUN 2018
TENTANG
PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TUBAN,
Menimbang : a. bahwa kegiatan pedagang kaki lima sebagai salah satu
usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha
perdagangan sektor informal perlu dilakukan penataan
dan pemberdayaan untuk meningkatkan dan
mengembangkan usahanya;
b. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah
pedagang kaki lima di Kabupaten Tuban akan
berdampak pada estetika, kebersihan, fungsi prasarana
kawasan perkotaan serta kelancaran lalu lintas,
sehingga perlu dilakukan penataan dan pemberdayaan
yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
serta mewujudkan lingkungan kota yang bersih, sehat,
indah, tertib dan aman;
c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima, maka Bupati wajib melakukan penataan dan
pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;
-2-
jdih.tubankab.go.id
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Timur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4441);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
-3-
jdih.tubankab.go.id
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
10. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang
Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima;
11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012
tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 09 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tuban Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten
Tuban Tahun 2012 Seri E Nomor 24);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 16 Tahun
2014 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman
Masyarakat (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban
Tahun 2015 Seri E Nomor 09);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN
dan
BUPATI TUBAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN DAN
PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA.
-4-
jdih.tubankab.go.id
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Tuban.
3. Bupati adalah Bupati Tuban.
4. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL
adalah pelaku usaha yang melakukan usaha
perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan
prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan
dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang
bersifat sementara/tidak menetap.
5. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah melalui penetapan lokasi binaan
untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban
dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan
kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan,
ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan
masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan
iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL
sehingga mampu tumbuh dan berkembang baik
kualitas maupun kuantitas usahanya.
7. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha
PKL yang berada di lahan dan/atau bangunan milik
Pemerintah Daerah dan/atau swasta.
8. Lokasi Binaan adalah lokasi yang telah ditetapkan
peruntukannya bagi PKL yang diatur oleh Pemerintah
Daerah, baik bersifat permanen maupun sementara.
9. Tanda Daftar Usaha yang selanjutnya disingkat TDU
adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang
ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL
sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan
pengembangan usaha PKL di lokasi yang ditetapkan
oleh Pemeritah Daerah.
-5-
jdih.tubankab.go.id
10. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
11. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum
acara pidana untuk mencari serta mengumpulkan
bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
13. Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang selanjutnya
disingkat RTRW adalah RTRW Kabupaten Tuban Tahun
2012-2032.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Penataan dan Pemberdayaan PKL diselenggarakan
berdasarkan asas:
a. kesamaan;
b. pengayoman;
c. kemanusiaan;
d. keadilan; dan
e. kepastian hukum.
Pasal 3
Tujuan Penataan dan Pemberdayaan PKL adalah:
a. memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui
penetapan lokasi sesuai dengan peruntukannya;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh
dan mandiri;
c. mewujudkan Daerah yang bersih, sehat, indah, tertib,
dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan
yang memadai dan berwawasan lingkungan.
d. mampu menjadi daya tarik pariwisata di Daerah
sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
dan kesejahteraan masyarakat.
-6-
jdih.tubankab.go.id
BAB III
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
Pemerintah Daerah melalui Perangkat Daerah yang
membidangi urusan PKL wajib melakukan Penataan dan
Pemberdayaan PKL.
Pasal 5
Program Penataan dan Pemberdayaan PKL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disusun dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Perencanaan Pembangunan Daerah.
BAB IV
PENATAAN PKL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilakukan terhadap PKL dan lokasi tempat kegiatan
PKL.
(2) Penataan lokasi tempat kegiatan PKL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan di kawasan
perkotaan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban.
Pasal 7
Perangkat Daerah yang membidangi urusan PKL
melakukan Penataan PKL dengan cara :
a. pendataan PKL;
b. pendaftaran PKL;
c. penetapan lokasi PKL;
d. pemindahan/penghapusan lokasi PKL; dan
e. peremajaan lokasi PKL.
-7-
jdih.tubankab.go.id
Bagian Kedua
Pendataan PKL
Pasal 8
Bupati melalui Perangkat Daerah yang mebidangi PKL
melakukan pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf a dengan cara:
a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan;
b. memetakan lokasi; dan
c. melakukan validasi/pemutakhiran data.
Pasal 9
(1) Pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dilakukan berdasarkan:
a. identitas PKL;
b. lokasi PKL;
c. jenis tempat usaha;
d. bidang usaha; dan
e. modal usaha.
(2) Data PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai dasar untuk Penataan dan
Pemberdayaan PKL.
Pasal 10
(1) Identitas PKL dalam Pendataan PKL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a didasarkan
pada Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga yang
masih berlaku.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk kegiatan tertentu dan ditempat
tertentu sesuai dengan kearifan lokal.
Pasal 11
(1) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf b terdiri atas:
a. lokasi PKL sesuai peruntukannya; dan
b. lokasi PKL tidak sesuai peruntukannya.
(2) Lokasi PKL sesuai peruntukannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. lokasi PKL yang bersifat permanen; dan
b. lokasi PKL yang bersifat sementara.
-8-
jdih.tubankab.go.id
(3) Lokasi PKL tidak sesuai dengan peruntukannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
lokasi bukan peruntukan tempat berusaha PKL.
Pasal 12
(1) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a merupakan
lokasi yang bersifat tetap yang diperuntukkan sebagai
tempat usaha PKL.
(2) Lokasi PKL yang bersifat sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b merupakan
lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal, dan bersifat
sementara.
(3) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 13
Jenis tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. jenis tempat usaha tidak bergerak; dan
b. jenis tempat usaha bergerak.
Pasal 14
(1) Jenis tempat usaha tidak bergerak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf a terdiri atas:
a. gelaran;
b. lesehan;
c. tenda; dan
d. kios.
(2) Jenis tempat usaha bergerak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf b terdiri atas:
a. bermotor; dan
b. tidak bermotor.
(3) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf a terdiri atas;
a. kendaraan bermotor roda dua;
b. kendaraan bermotor roda tiga; dan
c. kendaraan bermotor roda empat.
(4) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf b antara lain gerobak beroda dan sepeda.
-9-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 15
(1) Bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf d meliputi barang dan/atau jasa.
(2) Bidang usaha barang dan/atau jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Pendaftaran PKL
Pasal 16
(1) Pendaftaran PKL dilakukan oleh Perangkat Daerah yang
membidangi urusan PKL bersama dengan Kelurahan/
Desa setempat.
(2) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk pengendalian PKL dan menjamin
kepastian hukum berusaha.
Pasal 17
(1) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dilakukan terhadap 2 (dua) kategori PKL yaitu:
a. PKL lama; dan
b. PKL baru.
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melengkapi dan menyampaikan berkas pendaftaran
usaha kepada Perangkat Daerah yang membidangi
urusan PKL.
Pasal 18
(1) PKL lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a dengan kriteria sebagai berikut:
a. PKL yang pada saat pendataan sudah berusaha di
lahan atau lokasi sesuai peruntukannya; dan/atau
b. PKL yang pada saat pendataan sudah berusaha di
lahan atau lokasi yang tidak sesuai peruntukannya
dan ditetapkan sebagai lokasi sementara.
(2) PKL yang sudah berusaha di lahan atau lokasi yang
tidak sesuai peruntukannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan relokasi.
-10-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 19
(1) PKL baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf b merupakan PKL yang pada saat pendataan
belum pernah berusaha sebagai PKL di Daerah.
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mengajukan permohonan pendaftaran untuk berusaha
pada lokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
melalui Perangkat Daerah yang membidangi urusan PKL.
Pasal 20
(1) Pendaftaran usaha bagi PKL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) meliputi:
a. permohonan TDU;
b. penerbitan TDU;
c. perpanjangan TDU; dan
d. pencabutan dan tidak berlakunya TDU.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran
usaha bagi PKL diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Penetapan Lokasi PKL
Pasal 21
(1) Bupati menetapkan lokasi binaan sesuai peruntukannya
sebagai lokasi tempat kegiatan usaha PKL.
(2) Penetapan lokasi binaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan
umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan,
ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai
dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tuban.
(3) Lokasi binaan yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilengkapi dengan papan nama
lokasi dan rambu atau tanda yang menerangkan batasan
jumlah PKL sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(4) Lokasi PKL binaan hanya boleh ditempati oleh PKL yang
sudah memiliki TDU.
Pasal 22
(1) Lokasi binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
terdiri atas:
-11-
jdih.tubankab.go.id
a. lokasi permanen; dan
b. lokasi sementara.
(2) Lokasi binaan yang bersifat permanen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan
aksesabilitas, dan sarana serta prasarana antara lain
fasilitas listrik, air, tempat sampah dan toilet umum.
(3) Lokasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a diarahkan untuk menjadi kawasan atau pusat-
pusat bidang usaha promosi, produksi unggulan daerah.
(4) Lokasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan lokasi tempat usaha PKL yang
terjadwal sampai jangka waktu yang ditetapkan oleh
Bupati.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi binaan yang
bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Pemindahan PKL dan Penghapusan Lokasi PKL
Pasal 23
(1) PKL yang menempati lokasi yang tidak sesuai
peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3) dapat dilakukan pemindahan atau relokasi PKL ke
tempat/ruang yang sesuai peruntukannya.
(2) Penghapusan lokasi tempat berusaha PKL yang telah
dipindahkan, ditertibkan dan ditata sesuai dengan fungsi
peruntukannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan PKL dan
penghapusan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Keenam
Peremajaan Lokasi PKL
Pasal 24
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan peremajaan lokasi
PKL pada lokasi binaan.
(2) Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan
utilitas kota.
-12-
jdih.tubankab.go.id
BAB V
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 25
PKL mempunyai hak:
a. mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL;
b. melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah
ditetapkan;
c. mendapatkan informasi dan sosialisasi atau
pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha di lokasi
yang bersangkutan;
d. mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan dan
pendampingan dalam pengembangan usahanya; dan
e. mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan
pinjaman permodalan dengan mitra bank.
Pasal 26
PKL mempunyai kewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. mendaftarkan usahanya untuk memperoleh TDU;
c. mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan
oleh Bupati;
d. memelihara keindahan, ketertiban, keamanan,
kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat usaha;
e. menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau
jasa serta peralatan dagangan dengan tertib dan teratur;
f. tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum;
g. menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa
menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila
lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu) bulan atau
sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh
Pemerintah Daerah; dan
h. menempati tempat atau lokasi usaha yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai TDU yang
dimiliki.
Pasal 27
(1) PKL dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang
tidak ditetapkan untuk lokasi PKL;
-13-
jdih.tubankab.go.id
b. merombak, menambah dan mengubah fungsi serta
fasilitas yang ada di tempat atau lokasi usaha PKL
yang telah ditetapkan dan/atau ditentukan Bupati;
c. menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan
tempat tinggal;
d. berpindah tempat atau lokasi dan/atau
memindahtangankan TDU PKL tanpa sepengetahuan
dan seizin Bupati;
e. menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi
tempat usaha tanpa kegiatan secara terus-menerus
selama 1 (satu) bulan;
f. mengganti bidang usaha dan/atau memperdagangkan
barang ilegal;
g. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak
dan/atau mengubah bentuk trotoar, fasilitas umum,
dan/atau bangunan di sekitarnya;
h. menggunakan badan jalan untuk tempat usaha,
kecuali yang ditetapkan untuk lokasi PKL terjadwal
dan terkendali;
i. berdagang diluar jadwal usaha;
j. berdagang menggunakan kendaraan di tempat-tempat
parkir, pemberhentian sementara atau trotoar; dan
k. memperjualbelikan atau menyewakan tempat usaha
PKL kepada pedagang lainnya.
(2) Berdagang diluar jadwal usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf i diatur dalam peraturan Bupati.
BAB VI
PEMBERDAYAAN PKL
Pasal 28
(1) Pemberdayaan usaha PKL berasaskan :
a. demokrasi ekonomi;
b. kebersamaan;
c. efisiensi berkeadilan;
d. berkelanjutan;
e. berwawasan lingkungan; dan
f. kemandirian.
(2) Pemberdayaan usaha PKL sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi satu kesatuan dengan Pasal 2 Peraturan
Daerah ini.
-14-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 29
Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi urusan
PKL melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 antara lain melalui:
a. peningkatan kemampuan berusaha;
b. fasilitasi akses permodalan;
c. fasilitasi bantuan sarana dagang;
d. penguatan kelembagaan;
e. fasilitasi peningkatan produksi;
f. pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi; dan
g. pembinaan dan bimbingan teknis.
Pasal 30
(1) Bupati dalam melakukan pemberdayaan PKL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 antara lain
dapat dilakukan melalui kemitraan dengan dunia usaha
melalui program tanggung jawab sosial perusahaan/
CSR (Corporate Social Responsibility).
(2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan bidang usaha berdasarkan data PKL yang
mempunyai TDU.
(3) Bentuk kemitraan dengan dunia usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. penataan peremajaan tempat usaha PKL;
b. peningkatan kemampuan berwirausaha melalui
bimbingan, pelatihan dan bantuan permodalan;
c. promosi usaha dan event pada lokasi binaan; dan
d. berperan aktif dalam penataan PKL di kawasan
perkotaan agar menjadi lebih tertib, bersih, indah
dan nyaman.
(4) Khusus untuk usaha toko Swalayan, bentuk kemitraan
dalam upaya pemberdayaan terhadap PKL ini adalah
dalam bentuk penyediaan lokasi berjualan yang
representatif dan terjangkau bagi PKL.
(5) Ketentuan mengenai penyediaan lokasi berjualan PKL
oleh toko Swalayan dimaksud pada ayat (4) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati.
-15-
jdih.tubankab.go.id
BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 31
(1) Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi
urusan PKL melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penataan dan pemberdayaan PKL.
(2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2
(dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 32
(1) Bupati menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
penataan dan pemberdayaan PKL kepada Gubernur
Jawa Timur dengan tembusan kepada Menteri Dalam
Negeri.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan paling lambat pada akhir bulan Februari
tahun berikutnya.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 33
(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan
pemberdayaan PKL yang dilaksanakan oleh Perangkat
Daerah yang membidangi urusan PKL.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 34
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penataan dan
pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (1) dibentuk Tim Koordinasi Penataan dan
Pemberdayaan PKL.
-16-
jdih.tubankab.go.id
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 35
Pembiayaan atas pelaksanaan penataan dan
pemberdayaan PKL bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Tuban; dan/atau
b. Sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 36
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 22 dan Pasal
23 dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
b. denda;
c. pencabutan TDU; dan/atau
d. pembongkaran.
(3) Mekanisme dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 37
(1) Selain Penyidik Umum, penyidikan atas tindak
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah .
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
-17-
jdih.tubankab.go.id
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran
peraturan daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di
tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penggeledahan;
e. melakukan pemasukan rumah dan/ atau tempat
kegiatan usaha;
f. melakukan pemeriksaan surat dan barang bukti;
g. melakukan pengambilan barang bukti, kartu
identitas diri yang sah dan/atau surat;
h. melakukan penyegelan;
i. melakukan pengambilan barang bukti, kartu
identitas diri yang sah dan/atau surat;
j. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
k. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
l. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
m. mengadakan penghentian penyidikan dalam hal
terdapat tidak cukup bukti dan/ atau peristiwa
tersebut bukan merupakan tindak pidana;
n. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1) Setiap orang dan/atau Badan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
selain dikenakan sanksi administrasi dapat pula
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
-18-
jdih.tubankab.go.id
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelanggaran.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun setelah
Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 40
Peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan
paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan
Daerah ini diundangkan.
Pasal 41
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Tuban.
Ditetapkan di Tuban
pada tanggal 4 Desember 2018
BUPATI TUBAN,
ttd.
H. FATHUL HUDA
Diundangkan di Tuban
pada tanggal 4 Desember 2018
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TUBAN,
ttd.
BUDI WIYANA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2018 SERI E NOMOR 58
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA
TIMUR NOMOR 355-11/2018.
-19-
jdih.tubankab.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR 11 TAHUN 2018
TENTANG
PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA
I. UMUM
Kegiatan PKL sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan
yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu
dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan
usahanya serta dalam upaya meningkatkan kebersihan, ketertiban
dan keindahan sebagai wujud terciptanya kondisi yang kondusif
terhadap ketentraman dan keteriban umum yang merupakan
kebutuhan hidup orang banyak, maka dipandang perlu melakukan
penataan dan pemberdayaan PKL dalam menjalankan kegiatan
usahanya dengan harapan adanya keseimbangan antara
penyelenggaraan kepentingan umum/pemerintah dan upaya
meningkatkan taraf hidup untuk kesejahteraan rakyat melalui
kegiatan ekonomi rakyat yang dilakukan oleh masyarakat termasuk
didalamnya PKL.
Pemerintah Daerah dalam memberikan perlindungan pada PKL
untuk menjalankan kegiatan usahanya dengan masyarakat tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
tidak melanggar ketertiban umum dan tetap mengutamakan
kepentingan umum. Penataan dan pemberdayaan terhadap PKL yang
diatur dalam Peraturan Daerah merupakan bentuk kepedulian
pemerintah daerah dalam mendukung perekonomian masyarakat
khususnya PKL dan dapat menciptakan situasi perekonomian yang
kondusif.
Suhubungan dengan hal tersebut diatas guna memberikan
landasan hukum dalam penataan dan pemberdayaan PKL agar
dapat memenuhi kepentingan Pemerintah Daerah dan pedagang
serta melindungi masyarakat diperlukan peraturan tentang penataan
dan pemberdayaan PKL yang dituangkan dalam Peraturan Daerah
ini.
-20-
jdih.tubankab.go.id
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud Asas “kesamaan” adalah bahwa
penyelenggaraan penataan dan pembinaan PKL tidak boleh
membedakan agama, suku, ras, golongan dan gender atau
status sosial.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas “pengayoman” adalah
penyelenggaraan penataan dan pembinaan PKL harus
memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman di masyarakat.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas “kemanusiaan” adalah
penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta harkat dan martabat setiap PKL secara
proporsional.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah bahwa
penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL harus
mencerminkan keadilan bagi setiap PKL tanpa terkecuali.
Huruf e.
yang dimaksud dengan asas “kepastian hukum” adalah
bahwa penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL
harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan asas kepastian hukum.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
-2-
-21-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “gelaran” adalah tempat usaha
untuk memperjualbelikan barang/jasa tanpa tempat
duduk yaitu di atas tanah atau lantai.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “lesehan” adalah tempat untuk
memperjualbelikan barang/jasa sembari duduk diatas
alas duduk.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “tenda” adalah tempat usaha
untuk memperjualbelikan barang/jasa yang bersifat
sementara dengan menggunakan penutup berupa kain
yang dipakai sebagai atap atau langit-langit.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “selter” adalah tempat usaha
untuk memperjualbelikan barang/jasa berupa bangunan
kecil beratap untuk tempat berteduh yang sifatnya
sementara.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “bermotor” adalah tempat usaha
PKL yang bergerak/dapat berpindah tempat dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda dua, kendaraan
bermotor roda tiga atau kendaraan bermotor roda empat.
-3-
-22-
jdih.tubankab.go.id
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tidak bermotor” adalah tempat
usaha PKL yang bergerak/dapat berpindah tempat dengan
menggunakan kendaraan tidak bermotor, antara lain
gerobak beroda atau sepeda.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud barang dan/atau jasa antara lain: kuliner,
kerajinan, tanaman, burung, ikan hias, baju, sepatu dan
tas, barang antik, barang baru dan bekas, pijat, servis
kompor, buah dan sayur.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas.
-4-
-23-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah
pemberdayaan PKL diselenggarakan sebagai kesatuan
dari pembangunan perekonomian daerah untuk
mewujudkan kemakmuran rakyat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kebersamaan” adalah asas yang
mendorong peran seluruh PKL dan Dunia Usaha secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "efisiensi berkeadilan" adalah
asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan PKL
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
kondusif dan berdaya saing.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah asas yang
secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangungan melalui pemberdayaan PKL yang
dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk
perekonomian yang tangguh dan mandiri.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "berwawasan lingkungan" adalah
asas pemberdayaan PKL yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "kemandirian" adalah asas
pemberdayaan PKL yang dilakukan dengan tetap
menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan dan
kemandirian PKL.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
-5-
-24-
jdih.tubankab.go.id
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pendapatan lain yang sah dan tidak
mengikat“ adalah sumber dana yang perolehannya tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan
sifat penggunaannya tidak dipersyaratkan dengan ketentuan
yang sifatnya membatasi/mengikat.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 99
-6-