1 bab i. pendahuluan 1.1 latar...

16
1 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain pencahayaan merupakan salah satu faktor dalam perencanaan pembangunan gedung, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam hal ini, tata cara perancangan sistem pencahayaan ruang digunakan para perancang sebagai pegangan untuk menciptakan kenyamanan visual ruang. Desain pencahayaan ini mempunyai peranan penting dalam rangka peningkatan produktivitas kerja, khususnya pada ruang kerja kantor (Pirchar, 1986). Distribusi cahaya tidak hanya berfungsi agar suatu obyek visual dapat dilihat dengan jelas, namun juga berfungsi untuk membangkitkan kenyamanan visual yang secara psikis berpengaruh terhadap ketahanan pengguna ruang dalam mempertahankan kinerjanya. Parameter-parameter kenyamanan visual pada ruang kerja kantor adalah tercukupinya tingkat iluminasi untuk tugas visual (task visual) pada bidang kerja, kontras yang tidak melebihi ambang kontras (threshold contras), kecerahan (brightness) masih dalam batas normal, serta luminasi obyek sumber cahaya yang tidak menyebabkan kesilauan (glare). Kenyamanan visual pada ruang kerja kantor, tercipta jika pengguna ruang dapat melakukan aktivitas dengan baik dan dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan pada ruang kerja kantor sangat terkait dengan tingkat penerangan (ilumination). Pada umumnya tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor, disesuaikan dengan standar iluminasi yang telah direkomendasikan (SNI, 2001). Menurut Kaufman (2004) penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan visual performance. Standar tingkat iluminasi merupakan panduan dalam merencanakan pencahayaan ruang. Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang kerja kantor mengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE (Commision International de I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar Nasional dan International untuk perancangan

Upload: nguyendung

Post on 19-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desain pencahayaan merupakan salah satu faktor dalam perencanaan

pembangunan gedung, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam hal

ini, tata cara perancangan sistem pencahayaan ruang digunakan para perancang

sebagai pegangan untuk menciptakan kenyamanan visual ruang. Desain

pencahayaan ini mempunyai peranan penting dalam rangka peningkatan

produktivitas kerja, khususnya pada ruang kerja kantor (Pirchar, 1986).

Distribusi cahaya tidak hanya berfungsi agar suatu obyek visual dapat

dilihat dengan jelas, namun juga berfungsi untuk membangkitkan kenyamanan

visual yang secara psikis berpengaruh terhadap ketahanan pengguna ruang dalam

mempertahankan kinerjanya.

Parameter-parameter kenyamanan visual pada ruang kerja kantor adalah

tercukupinya tingkat iluminasi untuk tugas visual (task visual) pada bidang kerja,

kontras yang tidak melebihi ambang kontras (threshold contras), kecerahan

(brightness) masih dalam batas normal, serta luminasi obyek sumber cahaya yang

tidak menyebabkan kesilauan (glare).

Kenyamanan visual pada ruang kerja kantor, tercipta jika pengguna ruang

dapat melakukan aktivitas dengan baik dan dapat merasakan kenyamanan dalam

beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan pada ruang kerja kantor sangat terkait

dengan tingkat penerangan (ilumination). Pada umumnya tingkat iluminasi pada

ruang kerja kantor, disesuaikan dengan standar iluminasi yang telah

direkomendasikan (SNI, 2001).

Menurut Kaufman (2004) penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi

oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan visual

performance. Standar tingkat iluminasi merupakan panduan dalam merencanakan

pencahayaan ruang. Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang

kerja kantor mengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE

(Commision International de I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society)

yang merupakan standar Nasional dan International untuk perancangan

2

pencahayaan (UNEP, 2006). Sejak tahun 1958, IES telah menerbitkan

rekomendasi tingkat luminasi berdasarkan metode penetapan pada waktu itu (IES,

1958). Pada tahun 1979, rekomendasi tersebut diperbaharui melalui penetapan

prosedur tambahan dalam standar pencahayaan berupa penerapan langkah baru

(IES, 1980). Pada penetapan standar baru ini, IES mempersiapkan rekomendasi

iluminasi interior dengan pertimbangan visual, umur pengamat,

kecepatan/ketelitian, dan reflektansi.

Intenational standard ISO 8995-1:2002 merekomendasi standar iluminasi

pada ruang kerja (membaca) sebesar 500 lux, ruang gambar sebesar 750 lux, dan

ruang konferensi sebesar 500 lux. Standar Nasional Indonesia (SNI, 2001)

mengeluarkan rekomendasi tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor sebesar 350

lux, CIE (ISO standard, 2002) sebesar 500 lux, European Standard (2002)

sebesar 500 lux, CIBSE Code (1997) sebesar 500 lux, dan IESNA (2004) sebesar

300-500 lux. Beberapa Negara merekomendasikan standar iluminasi yang

berbeda, hal ini diuraikan pada tabel rekomendasi berikut ini (tabel 1.1).

Tabel 1.1 Rekomendasi tingkat iluminasi perkantoran oleh CIBSE (1997), EN

12464 (2002), IESNA (2004), Mills (1998), Zhao (2005).

Country Year General Area Task Area Reading

Australia 1990 160 320 320

Brazil 1990 750-1000 ---- 200-500

China 2004 200-300 300-500 300-500

Japan 1989 300-750 300-750 300-750

USA/Canada 2004 100-500 300-500 300-500

European standar 2002 200-500 500 500

CIE/ISO standar 2002 200-500 500 500

CIBSE code 1997 300 500 500

Sumber : Pramod Bhusal, Eino Tetri, and Liisa Halone (2006)

4

Gambar 1. 1. Peta perbandingan spesifikasi visual performance ruang kerja kantor.

(Sumber : Lighting and Energy Standards Codes, 2002)

5

Gambar 1.1 merupakan peta beberapa Negara yang menunjukkan

perbandingan spesifikasi visual performance pada bangunan perkantoran.

Standar iluminasi yang direkomendasikan adalah tingkat iluminasi minimum

pada ruang kerja, ruang gambar, dan ruang konferensi.

Rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja yang dikeluarkan oleh

beberapa Negara tersebut di antaranya:

1) Jepang, Eropa, Brazil, Argentina, dan Afrika Selatan merekomendasikan

tingkat iluminasi sebesar 500 lux;

2) Amerika merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 100-300-500-100 lux

berdasarkan contrast size dan task size;

3) India dan Rusia merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 300 lux;

4) Malaysia merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 200 lux dan;

5) Singapore merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 320 lux.

Rekomendasi standar iluminasi pada ruang gambar di antaranya: (1) Rusia,

Afrika Selatan, dan India sebesar 500 lux; (2) Malaysia dan Jepang sebesar 750

lux dan (3) Australia sebesar 600 lux.

Adapun rekomendasi standar iluminasi untuk ruang konferensi di antaranya:

(1) Eropa, Malaysia, Afrika Selatan merekomendasikan 500 lux; (2) Australia

merekomendasikan 240 lux dan (3) India merekomendasikan 300 lux.

Uraian mengenai rekomendasi standar iluminasi pada ketiga jenis ruang

tersebut, semakin mempertegas bahwa standar iluminasi antara Negara yang satu

dengan Negara lainnya berbeda. Perbedaan tersebut tidak hanya pada ruang kerja

kantor, tetapi juga pada ruang gambar dan ruang konferensi.

Rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja kantor di Indonesia yang

dikeluarkan oleh SNI (2001) adalah 350 lux. Bangunan perkantoran di Indonesia

mendesain pencahayaan yang mengacu pada rekomendasi standar iluminasi.

Sebelum melakukan penelitian ini, perlu diketahui bentuk desain pencahayaan

bangunan di Indonesia, sesuai atau tidak dengan standar iluminasi yang telah

direkomendasikan, dan dapat tidaknya pengguna ruang beraktivitas dengan baik

pada tingkat iluminasi yang direkomendasikan. Hal ini akan diuraikan pada alinea

berikutnya.

6

Penelitian pertama (Nurul, 2001) menunjukkan bahwa meskipun desain

pencahayaan Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin tidak sesuai

rekomendasi standar iluminasi ruang baca perpustakaan, aktivitas di dalamnya

masih dapat berjalan dengan baik. Demikian pula dengan penelitian kedua (Nurul,

2010) yang menunjukkan bahwa meskipun ruang kuliah dan ruang studio gambar

pada Jurusan Teknik Arsitektur & Perencanaan Unversitas Gadjah Mada tidak

sesuai dengan standar iluminasi yang direkomendasikan, mahasiswa di dalamnya

tetap dapat beraktivitas dengan baik. Penelitian lain yang telah dilakukan adalah

tinjauan gedung Graha Pena (Esti, 2007) dan menyimpulkan bahwa kualitas ruang

pada kedua tipe ruang kantor adalah cukup buruk, terutama pada ruang kantor

terbuka yang mempunyai nilai iluminasi rendah dan tidak tersebar merata serta

tidak nyaman secara visual tetapi pengguna ruang justru merasa cukup puas.

Adapun pada kantor privat dengan tingkat luminasi yang sangat tinggi, pengguna

ruang justru merasa cukup puas. Beberapa hasil penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa aktivitas masih dapat berjalan dengan baik meskipun desain

pencahayaannya tidak sesuai standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan

oleh SNI tahun 2001.

Standar iluminasi sangat terkait dengan penelitian visual performance.

Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang visual performance sebagai acuan

untuk menentukan rekomendasi standar iluminasi, khususnya pada ruang kerja

kantor. Penelitian visual performance telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa

peneliti, antara lain H.K. Lewis (1962), Yonemura, dkk (1976), Smith dan Rea

(1978), Boyce (1979), Nelson, dkk (1983), Smith and Rea (1982), Nelson dkk

(1984), Horst, dkk (1988), Kaye (1988), Veitch (1990), Triyogo dan Leny (2004),

dan Veitch (1996).

Berdasarkan uraian ini, perlu dianalisis tingkat iluminasi pada ruang kerja

kantor di Indonesia dan pengaruhnya terhadap kinerja visual (visual

performance). Penelitian visual performance erat kaitannya dengan penentuan

rekomendasi standar iluminasi, sehingga perlu dicermati penelitian ini dengan

tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara task iluminance dan visual

performance pada ruang kerja kantor di Indonesia.

7

Norbert Lechner (2007) dalam bukunya mengutarakan bahwa beberapa ahli

menerangkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penelitian visual performance,

yaitu: a) Kegiatan dikategorikan: ukuran/jarak kedekatan, keterbatasan waktu,

tingkat terang, kontras, keakraban; (b) Kondisi pencahayaan: tingkat iluminasi,

ratio brightness, kesilauan; (c) Kondisi pengamat: kondisi mata, adapatasi, tingkat

kesadaran.

Dalam penelitian visual performance, faktor-faktor tersebut tidak harus

diamati secara keseluruhan. Setiap penelitian yang dilakukan hanya fokus pada

salah satu atau beberapa faktor yang terkait dengan visual performance. Sebagai

contoh, Rea (1982) menganalisis dan merancang pemodelan untuk mengetahui

hubungan nilai contrast, threshold dan task illuminance, sehingga parameter yang

harus diamati pada penelitiannya adalah nilai contrast dan task illuminance

Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa berpengaruh atau tidak

berpengaruh tingkat iluminasi pada bidang kerja (task illuminance) terhadap

visual performance. Peneliti yang menyimpulkan bahwa task illuminance

berpengaruh terhadap visual performance, antara lain: Boyce (1979), Van Lender

(1967), H.K. Lewis (1962), Kaufman (1981), Weston (1961), Smith dan Rea

(1978), Norbert Lechner (2007), dan Weston dalam Gleen (1962).

Boyce (1979) menjelaskan bahwa tingkat iluminasi berpengaruh terhadap

visual performance tergantung pada aktivitas yang dilakukan dalam penelitian,

yaitu membaca, landolt ring, membandingkan informasi, dan pemeriksaan

dokumen. Van Lender (1967) menjelaskan persentase tingkat kepuasan karyawan

sebesar 100 lux hingga 1000 lux, persentase tingkat kepuasan yang layak hingga

500 lux, dan di atas 500 lux hanya terjadi sedikit peningkatan, serta di atas 1000

lux akan terjadi penurunan. Lewis (1962) menjelaskan adanya peningkatan visual

performance yang signifikan pada tingkat iluminasi 100—500 lux. Weston (1961)

mendeskripsikan kaitan antara nilai iluminasi dan visual performance dengan

menggunakan parameter kecepatan & ketepatan. Smith dan Rea (1978)

menjelaskan bahwa terdapat pengaruh umur terhadap visual performance pada

kegiatan membaca dengan tingkat iluminasi 0 sampai 1000 lux pada tingkatan

usia 18—22 tahun dan 49—62 tahun. Norbert Lechner (2007) mengutarakan

8

bahwa hubungan nonlinier antara tingkat iluminasi dan visual performance, yaitu

peningkatan iluminasi dari 0—500 lux, menghasilkan peningkatan visual

performance sebesar 85% dan peningkatan 500 lux ke atas hanya meningkat

sebesar 5%. Weston dalam Gleen (1962) melakukan penelitian dengan aktivitas

landolt ring. Hasil yang diperoleh adalah bahwa peningkatan visual performance

pada tingkat iluminasi 5—500 lux relatif tinggi, sedangkan peningkatan visual

performance pada tingkat di atas 500 lux relatif rendah.

Meskipun penelitian tersebut menunjukkan korelasi yang jelas antara task

illuminance dan visual performance, beberapa peneliti yang lain menyimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh task illuminance terhadap visual performance.

Beberapa peneliti tersebut antara lain Nelson dkk (1983), Smith dan Rea (1982),

Nilsson dan Johnson (1984), Horst dkk (1988), Kaye (1988) dan Veitch (1990).

Nelson dkk (1984) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat

iluminansi 100 lux dan 300 lux pada kinerja menulis kreatif. Smith dan Rea

(1982) mengemukakan tidak adanya pengaruh tingkat pencahayaan terhadap

pemahaman bacaan pada 9,2—4540 lux. Nelson dkk (1983) menemukan efek

yang membingungkan pada performansi pekerjaan penyusuran (tracking task)

yang membutuhkan koordinasi tangan-mata (hand-eyecoordination) lebih baik di

bawah 80 lux, terburuk di bawah 160 lux, dan menengah di bawah 320 lux. Hasil

penelitannya menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh nilai iluminasi pada

aktivitas membaca atau pekerjaan yang berhubungan dengan keruangan.

Horst dkk (1988) mengemukakan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pencahayaan

lebih dari 100—800 lux pada aktivitas membaca dan aktivitas pengamatan pada

ruang kontrol pembangkit listrik tenaga nuklir. Kaye (1988) menunjukkan

perbandingan kinerja tugas (task performance) yang dilakukan di bawah 500 dan

1200 lux dan tidak ada efek pada pekerjaan pencarian atau koreksi. Veitch (1990)

mengutarakan bahwa dalam studi simulasi kantor, aktivitas membaca tidak

terpengaruh oleh tingkat pencahayaan 200—600 lux.

Beberapa penelitian terdahulu mempunyai hasil yang beragam, sehingga

penelitian visual performance perlu dilakukan. Gambar 1.2 berikut ini

menunjukkan alur pikir pada penelitian visual performance.

9

Gambar 1.2 Alur pikir penelitian visual performance

Gambar 1.2 menunjukkan gambaran alur pikir penelitian visual

performance yaitu penilaian dilakukan secara obyektif dengan melakukan

aktivitas koreksi/pertanyaan naskah untuk mengetahui bagaimana hubungan

tingkat iluminasi pada bidang kerja dan kinerja visual pada ruang kerja kantor.

Selanjutnya, aktivitas ini dilakukan pada enam setting dan berdasarkan beragam

setting yang digunakan pada eksperimen ini, sehingga perlu diketahui bagaimana

kinerja visual koreksi naskah apabila aktivitas dilakukan dengan urutan setting

yang berbeda. Penelitian visual performance hanya terkait tingkat iluminasi pada

bidang kerja (task illuminance). Oleh karena itu, perlu menganalisis faktor lain

dalam menciptakan kenyamanan visual ruang kerja kantor.

Pencahayaan merupakan unsur penting dalam sebuah kantor. Dengan

mendesain pencahayaan yang baik, penguna ruang akan mampu bekerja dengan

baik, dan dapat mewujudkan spasial dalam bentuk suasana yang nyaman sehingga

pada akhirnya berpengaruh pada semangat kerja para pengguna ruang dan

produktivitas kerja dapat meningkat.

Dalam melakukan aktivitas pada ruang kerja kantor, fokus penglihatan tidak

hanya pada pada bidang kerja tetapi juga pada sekeliling ruang. Penglihatan

sangat terkait dengan tingkat penerangan (ilumination) berbagai bidang

permukaan pada ruang kerja, yaitu task illuminance dan surround illuminance.

Apabila desain pencahayaan tidak sesuai keinginan pengguna ruang dalam

beraktivitas, produktivitas kerja akan menurun. Tanggapan tentang tingkat

Penelitian visual performance

Aktivitas koreksi naskah

dan pertanyaan naskah Hubungan task illuminance

dan visual performance

Task illuminance : 50

lux, 100 lux, 150 lux,

250 lux, 350 lux, dan

500 lux.

Hubungan aktivitas dengan

urutan setting yang berbeda

dan visual performance

10

iluminasi ruang dilakukan dengan mengutarakan persepsi ruang. Hal ini dapat

dilakukan pada penelitian visual perception dengan cara mengutarakan beberapa

kuesioner pada beberapa setting pencahayaan ruang, sehingga dapat diketahui

desain setting pencahayaan ruang yang bagaimana yang dapat mewujudkan

persepsi kenyamanan visual ruang kerja kantor.

Penelitian visual perception, akan dilakukan bukan hanya menganalisis task

illuminance seperti yang dilakukan pada penelitian visual performance. Tetapi

surround illuminance juga merupakan variabel yang akan diteliti. Penelitian

Visual perception bertujuan untuk mengetahui pengaruh task illuminance dan

surround illuminance (wall/ceiling illuminance) terhadap visual perception.

Visual perception juga bertujuan untuk mengetahui gambaran rasio antara task

dan surround illuminance dalam rangka menciptakan kenyamanan visual ruang

kerja kantor di Indonesia.

Veitch dan Newsham (1996) mengatakan bahwa penelitian Flynn (1972)

menjadi dasar bagi peneliti dalam merencanakan penelitian tentang visual

perception melalui penggunaan metode yang sama dengan sedikit modifikasi.

Pengertian dari impresi (impression) adalah mengenali simbol dari bentuk-bentuk

visual. Pengalaman dalam melihat merupakan pengalaman dalam mengenali dan

mengasimilasi pola-pola secara komunikatif (Flynn, 1979).

Beberapa penelitian visual perception antara lain: Flynn dkk (1988), Veitch

dan Newsham (1996), Fischer (1980), Bean dan Hopkins (1980), Balder (1957).

Flynn dkk (1988) menguraikan lima faktor impresi yaitu: kejelasan penglihatan,

luasan ruang, kenyamanan beraktivitas, kebutuhan spasial dan ruang yang

menyenangkan. Veitch dan Newsham (1996) menguraikan tentang persepsi

visual yang lebih mengarah pada penelitian psikologi arsitektur yang

berhubungan dengan persepsi visual pencahayaan ruang. Fisher (1980) meneliti

persepsi kenyamanan visual ruang kerja berdasarkan fungsi pencahayaan yaitu

local lighting dan general lighting. Bean dan Hopkins (1980) meneliti persepsi

responden tentang hubungan background luminance dan task luminance.

Balder (1957) meneliti penilaian responden secara subjekif tentang hubungan

11

antara luminance dinding/plafon dan luminance meja kerja dengan skala penilaian

gelap atau terang.

Penelitian visual perception yang dilakukan ini bertujuan untuk

mengkonstruksikan pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor. Hal ini

dapat dilihat pada skema alur pikir berikut ini (gambar 1.3).

Gambar 1.3 Alur pikir penelitian visual perception

Gambar 1.3 menunjukkan gambaran alur pikir penelitian visual perception

yaitu penelitian ini dilakukan dengan aktivitas menjawab 24 kuesioner untuk

mengetahui setting pencahayaan yang berpengaruh terhadap persepsi kuesioner

tersebut dan selanjutnya kuesioner akan diklasifikasikan. Kuesioner similarity

merupakan lanjutan pada penelitian visual perception yaitu untuk mengetahui

kemiripan dan perbedaan antara setting pencahayaan ruang. Kuesioner ini

dianalisis dengan menggunakan MDS similarity untuk mengetahui faktor atau

variabel apa yang berpengaruh terhadap similarity setting. Berdasarkan penelitian

visual perception ini, sehingga dapat dirancang model 3 dimensi kenyamanan

visual ruang kerja kantor dengan menggunakan program Matlab.

Beberapa penelitian visual perception mengemukakan cara menciptakan

kenyamanan visual ruang berdasarkan setting pencahayaan ruang. Hal ini

menunjukkan bahwa parameter kenyamanan visual tidak hanya dipengaruhi oleh

tingkat iluminasi pada bidang kerja, tetapi juga setting pencahayaan seluruh

Pemodelan kenyamanan visual ruang

kerja kantor

Penelitian visual perception

Hubungan

task &

surround

illuminance

terhadap

visual

perception

24 kuesioner

Klasifikasi kuesioner

Proporsi ruang

Sifat ruang

Pencahayaan ruang

Impresi spasial

Impresi bidang kerja

Faktor/

dimensi

1,2, dan 3

Similarity

(setting

pencahayaan

ruang)

12

permukaan ruang. Dengan demikian, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

dua faktor penelitian, yaitu visual performance dan visual perception dalam

satu rangkaian eksperimen, sehingga dapat merencanakan pemodelan

kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia.

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa kenyamanan visual ruang tidak

hanya tergantung pada tingkat iluminasi bidang kerja, tetapi distribusi cahaya

pada sekeliling ruang turut mempengaruhi terciptanya kenyamanan visual ruang

kerja kantor. Tingkat iluminasi task dan surround bukan hanya rendah atau tinggi

nilai iluminasinya, tetapi juga tergantung pada rasio antara keduanya. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa kenyamanan visual ruang kerja kantor

tercipta jika suround illuminance lebih tinggi dari pada task illuminance dengan

nilai ratio illuminance yang akan diuraikan pada penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian visual performance digunakan sebagai dasar penentuan standar

iluminasi sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Fokus penelitian visual

performance hanya pada task illuminance, sedangkan surround illuminance turut

berpengaruh dalam mencipakan suasana ruang. Dengan demikian, perlu dilakukan

penelitian visual perception secara subjektif yang berkaitan dengan task dan

surround illuminance untuk menciptakan pemodelan kenyamanan visual ruang

kerja kantor. Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Rekomendasi standar iluminasi berdasarkan penelitian visual performance,

sehingga perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana standar iluminasi pada

ruang kerja kantor di Indonesia dan apakah task iluminance berpengaruh

terhadap visual performance.

2. Penelitian visual performance hanya fokus pada task illuminance, sehingga

penelitian visual perception perlu dilakukan, untuk mengetahui bagaimana

pengaruh task dan surround illuminance terhadap visual perception

13

3. Dalam mendesain pencahayaan, diperlukan acuan untuk menciptakan

kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia sehingga perlu

mengkonstruksikan pemodelan pencahayaan ruang.

1.3 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian berkaitan dengan originalitas penelitian ini

dibandingkan penelitian dengan topik serupa yang telah dilakukan sebelumnya.

Landasan teori dan rancangan penelitian kenyamanan visual ruang kerja kantor

yang merupakan State of The Art pada penelitian ini, dijelaskan pada gambar 1.4

dibawah ini.

Gambar 1.4 State of The Art

Gambar 1.4 menjelaskan bahwa beberapa penelitian yang telah dilakukan

tidak menggabungkan beberapa variabel. Misalnya, pengaruh tingkat iluminasi,

nilai kontras, visibility, ukuran huruf, dan umur terhadap visual performance.

14

Beberapa penelitian terdahulu tentang visual perception adalah untuk

mengetahui apakah task illuminance, surround illuminance, dan ratio

illuminance berpengaruh terhadap visual perception. Penelitian yang dilakukan

ini, dimulai dengan membahas tentang tingkat iluminasi ruang kerja kantor yang

telah direkomendasikan, apakah penguna ruang dapat beraktivitas dengan baik

sehingga produktifitas kerja semakin meningkat. Penelitian ini juga untuk

mengetahui pengaruh tingkat iluminasi terhadap visual performance dan

pengaruh tingkat iluminasi pada seluruh permukaan (luminous environment)

terhadap visual perception. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan ini, yaitu menganalisis faktor visual performance dan

visual perception.

Sejumlah penelitian tentang visual performance, visual perception dan

pemodelan yang telah dilakukan sebelumnya, diuraikan pada tabel 1.2 berikut ini.

15

Tabel 1.2 Penelitian visual performance dan visual perception

No. Judul Penelitian Peneliti/ Tahun Fokus Penelitian

1. Practical Implications of a New Visual

Performance Model." Mark S.Rea. (1981)

Model kenyamanan visual berdasarkan performa visual berdasarkan

penilaian kecepatan, dan ketelitian.

2.

A guide to Methodology Procedures for

Measuring Subjective Impressions in

Lighting

Flynn, J. E., C. And Hendrick

(1979) Pemodelan ruang kerja berdasarkan visual perception

3. Performa Visual - Subjective Differences Guth, S. K. and J. F.

McNellis (1969)

Visual performance: hubungan antara umur pengamat dengan nilai kontras

pada background luminance

4. General Lighting Versus Local Lighting in

Office. Fischer (1980) Tanggapan tentang Local lighting dan general lighting

5. Prefered Luminance Distribution in

Working Area

Tommy Goven dan Lotta Bangens

(2002)

Penelitian tentang distribusi luminasi cahaya pada open plan office dengan

menggunakan general lighting dan kesesuaian distribusi luminasi cahaya

6. Rationally Recommended Illuminance

Levels Weston (1961)

Penelitian tentang hubungan antara visual performance (kecepatan dan

ketepatan) dan relatif iluminasi dengan perbedaan ukuran dan kontras

7. User’s Attitudes to Some Types of Local

Lighting)

Boyce (1979)

Penelitian visual performance dengan menggunakan 4 jenis lampu (local

lighting).

8.

Energy Effective Direct/Indirect Office and

VDU Lighting System : Test and

Application

Hentschel, Klein dan Roll (1987) penelitiannya dilakukan dengan penilaian kondisi pencahayaan pada VDU

screen (visual performance)

9. Task and Background Lighting Bean dan Hopkins (1980) Penelitian tentang penilaian responden pada hubungan background dan

task luminance

10. Multi-dimensional Scaling: a Method for

Environmental Studies, Building. Hawkes,R.J (1970) Pemodelan ruang kuliah (theater) dengan penilaian impresi responden.

11. Psychological Processes Influencing

Lighting Quality Veitch (2001)

Penilaian terhadap sebuah ruang berdasarkan pada penampilan pencahayaa

ruang

16

12. The Effect of Fluctuating Illuminance on

Visual Sensation in a Small Office

Soo-Young Kim dan Jong-Jin Kim

(2007)

Penelitian tentang visual persepsi berpengaruh pada perubahan tingkat

cahaya

13. Architectural Lighting Design Steffy (2002) Penelitian Persepsi visual secara psikologi

14.

The effect of Task Contrast on Visual

Performance and Visual Fatigue at a

Constant Illuminance

Clarke (1980) Penelitian visual performance terhadap nilai kontras.

15. Human Factors in Llighting Stone (1975) dalam Boyce (1981) Analisis MDS pada ruang kuliah (theater) yang merupakan pengukuran

seperti yang dilakukan Flynn (1975) pada pengukuran auditorium

16. Perception in Lighting as Formgivers For

Architecture Lam (1977)

Merancang pencahayaan yang berhubungan dengan kejelasan prinsip-

prinsip dan proses persepsi visual

17.

Research on Minimum Illumination as a

Function of Visual Performance

Triyogo Atmodipoero dan Leny

Pardede (2004)

Penelitian tentang tingkat iluminasi minimum dengan metode analisis

varians pada aktivitas membaca.

18.

Pengujian pada Penelitian Flynn:

Pengukuran Impresi dalam Pencahayaan

Melalui Simulasi Komputer.

Yulita Kodrat Prasetyaningsih

(2004)

Mengkaji hasil penelitian Flynn tentang impresi cahaya dengan

menggunakan program dialux .

19. Human Factors in Lighting

Van Lender, 1967) dalam Boyce

(1981).

Pada penelitian yang serupa menunjukkan prosentasi tingkat kepuasan

karyawan pada iluminasi meja

20. Determinant of Lighting Quality II:

Research and Rekomendation

Jennifer A. Veitch, Ph.D., and Guy R

. Newsham, Ph.D (1996) Mengemukakan hubungan nilai iluminasi dan visual Performance

21 Effect f Efficiency Measure on Quality Pramod Bhusal, Eino Tetri, and

Liisa Halone (2006) Gambaran faktor kualitas cahaya pada lingkungan perkantoran.

22 Lighting Design for Open Plan Offices Newsham, Veitch, Reinhart and

Sander (2004)

Pedoman kuantitatif nilai illuminace, luminance dan rasio pada

perkantoran.

17

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Penelitian visual performance untuk mengetahui apakah task illuminance

berpengaruh terhadap visual performance

2) Penelitian visual perception untuk mengetahui apakah task/surround

illuminanve berpengaruh terhadap visual perception

3) Mengkonstruksikan model 3 dimensi berdasarkan penelitian visual

performance dan visual perception, sebagai acuan dalam mendesain

pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia.

1.5 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat iluminasi ruang kerja kantor di Indonesia?

2. Apakah task illuminance berpengaruh visual performance?

3. Apakah task illuminance/surround illuminance berpengaruh terhadap visual

perception?

4. Bagaimana mengkonstruksikan model 3 dimensi kenyamanan visual ruang

kerja kantor di Indonesia?

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam merencanakan

desain pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia yang memenuhi persyaratan

kenyamanan visual untuk meningkatkan produktivitas kerja.

1.7 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian model 3 dimensi kenyamanan visual ini, dapat menjadi

acuan dalam mendesain pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam melanjutkan penelitian

tentang visual performance dan visual perception