1 2 analisis kemampuan menstimulasi perkembangan 3 …

21
ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI di PAUD KB.Mutiara Insan Cendekia Boyolali Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhannadiyah Surakarta Oleh : NANIK ISNAENI Q100170064 MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

1

ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 2

ANAK USIA DINI di PAUD KB.Mutiara Insan Cendekia Boyolali 3

4

5

6 7

8

9

10

11 12 13

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan 14 15

Magister Administrasi Pendidikan 16 Sekolah Pascasarjana Universitas Muhannadiyah Surakarta 17

18

19

20 21

Oleh : 22

23

NANIK ISNAENI 24

Q100170064 25 26

27

28

29

30

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN 31

SEKOLAH PASCA SARJANA 32

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 33

2020 34 35

36 37

38 39

40

Page 2: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

i

Page 3: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

ii

1 2 3 4 5 6

7

Page 4: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

iii

Page 5: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

1

ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN ANAK

USIA DINI di PAUD KB MUTIARA INSAN CENDEKIA BOYOLALI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1)mengkaji dan mendeskripsikan

kemampuan pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak usia dini melalui

pijakan lingkungan main dan (2) mengkaji dan mendeskripsikan kemampuan

pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak usia dini melalui pijakan

individu pada saat anak main . Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan di PAUD

KB Mutiara Insan Cendekia kecamatan Teras Boyolali. Data yang dikumpulkan

adalah data kemampuan guru dalam menstimulasi perkembangan anak melalui

pijakan lingkungan main dan pijakan individu saat main. Sumber data berasal dari

pendidik beserta perangkat pembelajarannya. Data yang diperoleh divalidasi

dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Data dikumpulkan dianalisis

dengan teknik analisis menurut Miles and Hubberman. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) Kemampuan pendidik PAUD KB Mutiara Insan Cendekia

dalam menstimulasi anak melalui pijakan lingkungan main sebesar 80% penataan

lingkungan main sesuai dengan tujuan pembelajaran dan yang 20% penataan

lingkungan main belum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

pada rencana pembelajaran, dan (2) Kemampuan pendidik PAUD KB Mutiara

Insan Cendekia dalam menstimulasi perkembangan anak usia dini saat main

menggunakan kontinum The Teaching Behaviour Continum with

Construction/TBC berupa visually looking on/pengamatan, non direct

statement/pernyataan tidak langsung, question/pertanyaan, direct

statement/pernyataan langsung dan Physically Intervention/intervensi fisik maka

diperoleh jumlah stimulasi pendidik sebanyak 60 perilaku dan stimulasi yang

paling sering muncul yaitu question/pertanyaan sebesar 35,4%.

Kata Kunci : anak usia dini, stimulasi, pijakan lingkungan main, pijakan individu

saat main, teaching behaviour continuum

ABSTRACT

The purpose of this study was to: (1) assess and describe capacity of

educators in stimulating early childhood development through environmental

scaffolding around and (2) assess and describe capacity of educators in stimulating

early childhood development through individual scaffolding while the child is

playing . This research is a descriptive qualitative research with a case study

research design. The study was carried out in the PAUD KB Mutiara Insan

Cemndekia Teras Kabupaten Boyolali. The data collected is data on the ability of

teachers to stimulate child development through playing environment and

individual scaffolding when playing . Source data comes from educators as well as

learning devices. Data obtained was validated by triangulation techniques and

source triangulation. Data collected were analyzed using analysis techniques

according to Miles and Hubberman . The results showed that (1) The ability of

Page 6: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

2

educators in PAUD KB Mutiara Insan Cendekia in stimulating children through the

playing environment based on 80% of the playing environment structuring

according to the learning objectives and 20% of the playing environment structuring

is not in accordance with the learning objectives set in the learning plan, and (2)

The ability of educators from PAUD KB Mutiara Insan Cendekia in stimulate child

development early age while playing using continuum The Teaching Behavior

continum with Construction / TBC form of visually looking on / observation, non-

direct statement / statement indirectly, question / questions, direct statements /

direct statements and Physically Intervention / physical intervention then obtained

the number of stimulation of educators as many as 60 behaviors and the most

frequent stimulation arises namely question / question by 35.4%.

Keywords: early childhood, stimulation, foothold play environment, individual

foothold when playing, teaching behavior continuum

1. PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum memasuki jenjang

sekolah dasar. Pendidikan anak usia dini atau yang disebut PAUD adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut National

Association for the Education Young children, Early childhood education adalah

pendidikan yang diberikan kepada anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun.

Pada usia dini merupakan periode awal yang sangat penting dan mendasar untuk

mengembangkan seluruh kemampuannya. Terdapat banyak potensi yang bisa

dikembangkan dari anak usia dini. Melalui pendidikan anak usia dini,

diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut sesuai dengan

lingkup perkembangan diantaranya nilai-nilai moral agama, fisik motorik,

kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Dengan pengembangan potensi yang

tepat, maka akan berpengaruh pada kehidupan anak selanjutnya.

Keith Osborn, Bhurton L. White, dan Benyamin S. Bloom (1993)

mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada

tahun-tahun awal kehidupan. Masa anak usia dini memegang peranan yang

sangat penting, karena perkembangan otak manusia pada usia tersebut terjadi

Page 7: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

3

lompatan yang sangat pesat. Saat lahir, anak telah mencapai perkembangan otak

sebesar 25%, kemudian pada saat usia 4 tahun mencapai 50% dan usia 8 tahun

telah mencapai 80%. Pada saat inilah, sel-sel tubuh anak akan mengalami

pertumbuhan perkembangan yang sangat pesat. Untuk itu, anak usia dini perlu

mendapatkan layanan pendidikan yang holistik melalui strategi pembelajaran

sesuai dengan prinsip dan karakteristik anak usia dini serta dan lingkungan yang

kondusif. Oleh karena itu, pendidik anak usia dini harus mendapatkan perhatian

dari beberapa pihak baik dari pemerintah , keluarga dan guru/pendidik.

Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang

anak, karena dari keluarga anak berada di kandungan dan akan dihantarkan pada

masa kemandiriannya kelak menuju rumah tangga sendiri. Menurut Ki Hajar

Dewantara, “Keluarga adalan tempat pendidikan pertama dan utama.”.

Penelitian Elmanora dkk (2016) menunjukkan bahwa stimulasi dari lingkungan

keluarga mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kognitif anak

dibandingkan stimulasi dari lingkungan sekolah. Selain lingkungan keluarga,

yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

lingkungan sekolah. Pendidik PAUD mempunyai peranan penting dalam

kehidupan anak usia dini. Pendidik menjadi orangtua di lingkungan sekolah

meskipun keberadaan orangtua kandung memberikan banyak pengaruh.

Kolaborasi yang baik antara pendidik dan orangtua sangat dibutuhkan sehingga

dihasilkan kekuatan yang besar dalam menanamkan pendidikan pada anak.

Lingkungan prasekolah diharapkan dapat membantu memberikan stimulasi

tumbuh kembang anak supaya bisa berkembang optimal. Pemilihan strategi

pembelajaran yang tepat dan penataan lingkungan yang kondusif di sekolah akan

membantu anak dalam mengembangkan semua potensi yanga ada. Bermain

merupakan bagian dari perkembangan yang harus dijalani untuk menstimulasi

aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Orang dewasa dalam hal ini pendidik

PAUD sangat berperan penting dalam membantu bermain agar anak

memperoleh pengalaman belajar (Beaty, 1996, 1998; Walker et al., 1967).

Banyak hal yang harus diketahui anak dalam bermain, diantaranya cara, aturan,

alat dan tempat bermain. Orang dewasa dapat berperan langsung dan tidak

Page 8: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

4

langsung dalam bermain anak. Secara langsung bisa menjadi pemain, secara

tidak langsung bisa menjadi pengelolanya. Juga bisa berperan diantara keduanya

( Dockett & Fleer,2000; Dogde et al’,2000).

PAUD KB. Mutiara Insan Cendekia Teras, Boyolali merupakan PAUD

percontohan di kecamatan Teras. Dalam menerapkan pembelajaran anak usia

dini berusaha menstimulasi perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya.

Namun berdasarkan pengamatan dan latar belakang diatas, pendidik di

Kelompok Bermain Mutiara Insan Cendekia memberikan stimulasi kepada anak

didiknya pada saat pijakan penataan lingkungan main dan pijakan individu saat

main, teramati bahwa terdapat bermacam-macam perilaku pendidik. Pada saat

pijakan penataan lingkungan main, ada beberapa pendidik yang menyiapkan

lingkungan main mendadak/tidak disiapkan sebelumnya. Ada pula, pendidik

yang telah menyiapkan penataan lingkungan main dihari sebelumnya dengan

alat dan bahan pembelajaran yang lengkap dan dengan jumlah yang cukup untuk

bermain anak.

Pada pijakan individu saat main, teramati pendidik memberikan instruksi

kepada anak. Anak diberi tugas dan anak dibiarkan dalam bermain tanpa diberi

stimulus supaya ketercapaian anak optimal sesuai dengan tujuan

pembelajarannya. Terdapat pula pendidik yang terlalu aktif dalam menstimulasi,

intervensi pendidik tinggi sehingga anak tidak banyak melakukan kegiatan

namun pendidik yang melakukan kegiatan tersebut. Dari masalah tersebut,

penulis menganalisa kasus ini melalui penelitian kemampuan pendidik dalam

menstimulasi perkembangan anak usia dini melalui pijakan lingkungan main dan

pijakan individu saat main.

Stimulasi (Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016) adalah kegiatan

merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan

berkembang secara optimal. Menurut Soetjiningsih (1998: 106), Pemberian

stimulasi akan lebih efektif apabila mempertahankan kebutuhan-kebutuhan anak

sesuai dengan tahap perkembangannya. Penelitian Aulia Rohmawati (2018)

menunjukkan bahwa pendidik dapat mengatur jadwal, menentukan jenis

stimulasi yang diperlukan serta mengamati dan mengendalikan pelaksanaan

Page 9: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

5

kegiatan pembelajaran tersebut. Hasil penelitian Siswina (2016) bahwa stimulasi

pendidikan yang bermakna akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan

anak, meningkatkan prestasi dan IQ. Dengan stimulasi yang baik akan

meningkatkan perkembangan kognitif, seperti pandangan Piaget (1952) bahwa

perkembangan kognitif merupakan rangkuman/hasil pengalaman-pengalaman

yang telah dilakukan individu dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Pendidik sebaiknya mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam

pendidikan dan memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian

rangsangan/stimulasi pada setiap aspek perkembangan. Aspek perkembangan

sesuai dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 adalah nilai agama dan moral,

fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni. Santrock dalam Sit

(2015:5) menyatakan bahwa ruang lingkup bidang pengembangan

perkembangan anak usia dini terdiri dari aspek perkembangan fisik, kognitif,

sosial-emosional, konteks sosial, moral, bahasa, identitas diri dan gender.

Tingkat pencapaian perkembangan anak merupakan capaian tumbuh kembang

anak pada rentang usia tertentu. Gambaran capaian perkembangan anak pada

akhir layanan PAUD disebut dengan Kompetensi Inti, yang disingkat menjadi

KI. Pencapaian perkembangan yang mengacu pada Kompetensi Inti dalam

konteks muatan pembelajaran, tema pembelajaran dan pengalaman belajar

disebut dengan Kompetensi Dasar atau disingkat menjadi KD. Tujuan

pembelajaran yang tercantum pada RPPH adalah KD. Seorang pendidik harus

memahami setiap rumusan yang terdapat dalam standar kompetensi tersebut.

Hasil penelitian Abdul Ghafur (2017) yaitu guru sudah menyiapkan tema serta

membuat alat permainan edukatif secara terpadu untuk mengembangkan semua

aspek yaitu nilai moral agama, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa

dan seni.Sebelumnya guru telah menyusun Rencana Program Semestean

(Promes), Rencana program Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana

Program Harian (RPPH) yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan

pembelajaran.

Pijakan merupakan dukungan yang berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan yang dicapai anak sebagai pijakan untuk meningkatkan

Page 10: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

6

pencapaian perkembangan yang lebih tinggi. Pijakan lingkungan main

merupakan aktifitas dimana guru mempersiapkan tempat, alat, bahan, kondisi,

administrasi dan hal-hal lain yang mendukung kegiatan pembelajaran. Sebelum

memulai kegiatan belajar mengajar, pendidik sebaiknya merencanakan dan

mempersiapkan rangkaian kegiatan dalam menstimulasi perkembangan anak

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajarannya. Penataan lingkungan main

sangat penting dalam pembelajaran karena memudahkan proses bermain anak

sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Seperti yang

dikemukakan Albert Bandura (1925) bahwa penekanan perkembangan seorang

anak berada pada lingkungan bukan keturunan.

Penataan lingkungan main sangat bermanfaat, Wolfgang dkk (1981:13)

merekomendasikan supaya guru menyiapkan alat dan bahan main yang

bervareasi. Hal ini sangat menantang bagi anak untuk mampu menguasai dan

mengontrolnya serta membantu dalam membangun pemikiran simboliknya.

Martini Jamaris (2006:122-123) merekomendasikan bahwa penyediaan

alat/bahan main dan penataannya harus didasarkan pada prinsip-prinsip seperti

meningkatkan perkembangan anak, menstimulasi perkembangan anak dan

menghindari anak dari cedera. Hasil penelitian Abdul Ghafur (2017) bahwa guru

telah melakukan penataan pijakan lingkungan main secara aman, nyaman untuk

mendorong anak berekspresi, berinteraksi dengan sesama teman maupun

lingkungan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, anak mampu

mengembangkan sikap mandiri serta percaya diri. Guru telah menyiapkan ragam

main serta menata alat main untuk menyambut kedatangan anak dan telah

melalukan pijakan selanjutnya dengan baik.

Pijakan individu saat main merupakan kegiatan inti pembelajaran atau saat

dimana anak berperan aktif dalam bermain. Pada pijakan individu saat main,

pendidik mempunyai 3 (tiga) peran sebagai pengamat/observer, pendamping

anak main dan penilai/evaluator. Sebagai pendamping anak main, pendidik

harus mampu memberikan stimulasi-stimulasi pijakan individu pada saat anak

main. Seperti yang diungkapkan Urie Bronfenbrenner(1996) bahwa dimana

anak tumbuh akan mempengaruhi perkembangannya dan orang-orang yang

Page 11: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

7

berinteraksi di lingkungan tersebut sangat berpengaruh termasuk pendidik yang

berada di lingkungan sekolah.. John Dewey (1859–1952) mengungkapkan

bahwa pendidik tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan namun

harus bisa mendampingi anak dalam pembelajaran untuk hidup, melibatkan

dalam sebuah pemikiran dan membangun kerjasama.

Terdapat beberapa urutan/kontinum yang akan digunakan dalam penelitian

ini yaitu “ The Teaching Behaviour Continum with Construction/TBC” dalam

Arriyani & Wismiarti (2010:71). Kontinum TBC terdiri dari visually looking

on/pengamatan, non directive statement/pernyatan tidak langsung,

question/pertanyaan, directive statement/pernyataan terbuka dan Physical

Intervention /intervensi fisik.

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif menurut Sugiyono (2005) adalah suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian ini

menggambarkan kemampuan pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak

usia dini. Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Teknik

pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Observasi dilakukan

dengan mengamati semua kegiatan pendidik dalam menstimulasi perkembangan

anak baik pada pijakan lingkungan main maupun pijakan individu saat main.

Data yang diperoleh divalidasi dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Analisis data dilakukan dengan teknik analisis menurut Miles and Hubberman

melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan mengurangi data yang tidak perlu,

penyajian data disajikan berdasarkan rumusan masalah baik data yang

dikumpulkan maupun data hasil triangulasi kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan.

Page 12: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

8

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kemampuan pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak melalui

pijakan Lingkungan Main

Mengamati hasil penelitian dari paparan data dan temuan, bahwa

pijakan main yang telah dilakukan oleh pendidik di PAUD KB Mutiara

Insan Cendekia sebesar 80% penataan lingkungan main sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Ini artinya lembaga sudah mampu menyiapkan

penataan lingkungan main dengan baik sesuai dengan tujuan

pembelajarannya. Analisa ini menggunakan kerangka dasar dan struktur

kurikulum 2013 PAUD. Dari hasil penelitian tersebut, ketercapaian tujuan

pembelajaran dari stimulasi melalui pijakan lingkungan main sangat

beragam. Diantaranya, ada beberapa tujuan pembelajaran dalam satu RPPH

terstimulasi oleh semua penataan lingkungan main. Namun tidak semua

penataan lingkungan main mendukung pada semua tujuan pembelajaran.

Ada satu penataan lingkungan yang hanya mendukung dua tujuan

pembelajaran, bahkan ada satu penataan lingkungan main yang hanya

mendukung satu tujuan pembelajaran. Hasil kesesuaian penataan

lingkungan main dengan tujuan pembelajaran sebesar 80% sangat

bervareasi.

Temuan tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Renti Oktaria

(2014), bahwa setelah menyusun rencana pembelajaran, dilaksanakan

penentuan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan saling mendukung

untuk ketercapaian tujuan pembelajaran harian. Demikian pula oleh

Soendari (2010:1), bahwa setiap sentra yang disediakan mempunyai

centerpoin yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan.

Tujuan pembelajaran yang telah disusun pendidik, sudah

mengandung keenam aspek perkembangan. Artinya potensi anak dapat

dikembangkan dengan stimulasi penataan lingkungan main yang

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Penelitian dari Nuryanto (2017)

menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual menjadi pondasi kecerdasan

Page 13: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

9

intelektual dan emosional. Anak mampu mencapai perkembangan nilai

moral agama dengan optimal maka anak terjaga dalam aturan ke-Tuhanan

yang harus dipatuhi.

Pendidik mampu menstimulasi perkembangan anak melalui pijakan

lingkungan dengan melatih motorik anak melakukan kegiatan dengan

alat/bahan yang telah dipilih. Sependapat dengan Musrifoh dalam Jamaris

(2009:103) bahwa perkembangan motorik yang terdiri dari motorik halus

dan kasar perlu distimulasi dan keterampilan motorik halus seperti

keterampilan tangan, koordinasi mata, tangan, kepekaan sentuhan, daya

tahan dan daya reflek termasuk juga mencoret-coret, menggambar dan

menulis.

Penataan kegiatan main mampu menstimulasi anak untuk bersikap

mandiri, mengambil keputusan atas inisiatif sendiri, memilih alat/bahan

dan kegiatan atas pilihan sendiri, melakukan sesuatu atas keinginan sendiri

tanpa dibantu atau dengan bantuan yang minimal. Ini merupakan dukungan

pencapaian perkembangan pada aspek sosial emosional. Temuan ini

sejalan dengan Sunar Astuti (2004:19) bahwa anak mandiri merupakan

anak yang mampu memikirkan dan berbuat atas dirinya sendiri dan

biasanya anaknya bersikap kreatif, aktif, kompeten dan tidak bergantung

kepada orang lain. Pendidik mampu menstimulasi perkembangan anak

dalam aspek sosial emosionalnya melalui kegiatan dan alat/bahan yang

menyertainya.

Pendidik mampu menstimulasi perkembangan anak dalam aspek

kognitif melalui kegiatan main beserta alat dan bahannya sesuai dengan

tujuan pembelajarannya. Sebagai contoh tujuan pembelajaran memiliki

perilaku ingin tahu, dalam pemetaan lingkup perkembangan dengan

kompetensi dasar di STPPA merupakan aspek perkembangan kognitif. Hal

ini sependapat dengan Elmanora (2016) bahwa stimulasi perkembangan

kognitif di lingkungan sekolah sangat penting untuk mendukung

perkembangan kognitif anak lebih optimal. Barnett & Ackerman (2006)

dalam Elmanora (2016) menyatakan bahwa pendidik prasekolah yang

Page 14: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

10

mempunyai kualitas baik mampu menghasilkan anak dengan

perkembangan kognitif yang lebih baik.

Pendidik telah menstimulasi perkembangan bahasa anak melalui

media bermain. Kesesuaian ini sejalan dengan penelitian Yenny Safitri

(2017), bahwa kemampuan berbahasa merupakan indikator dari semua

aspek perkembangan anak. Jika seorang anak kurang dalam stimulasi

kemampuan berbahasanya maka akan mengganggu perkembangan

berbicara dan berbahasa, bahkan gangguan ini bisa menetap.

Stimulasi pendidik pada penataan lingkungan main juga

mengandung aspek perkembangan pada bidang seni ini sependapat dengan

pernyataan Lowenfeld dalam Ardita (2016:8) bahwa kegiatan yang

bermuatan seni berperan dalam mengembangkan kemampuan dasar

seseorang seperti kemampuan fisik, perseptual, intelektual, emosional,

kreativitas, sosial dan estetik. Pembelajaran seni yang dikemas dalam

kegiatan yang kreatif dan menyenangkan akan menjadi dasar pengalaman

edukatif.

Berdasarkan temuan diatas, sesuai pula dengan hasil penelitian

Abdul Ghafur (2017), bahwa menata lingkungan main sangat perlu dalam

menyiapkan pembelajaran karena menyediakan alat dan bahan bermanfaat

untuk memudahkan proses bermain anak, sehingga tema yang telah

dirancang dalam pembelajaran dapat disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan dan tidak menyimpang dari tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan

Pendidik yang mampu menstimulasi perkembangan anak dalam hal

ini terkait dengan penataan lingkungan main maka pendidik telah

memenuhi tugas perkembangan dan telah memberikan pendidikan yang

bermakna. Sesuai dengan hasil penelitian Siswina (2016) bahwa stimulasi

pendidikan yang bermakna akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan

anak, meningkatkan prestasi dan IQ.

Page 15: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

11

Dalam penelitian ini, pendidik belum mampu menstimulasi

perkembangan anak melalui pijakan main sebesar 20% dari total tujuan

pembelajaran dan penataan lingkungan main yang telah diteliti. Temuan ini

berarti bahwa sebagian penataan lingkungan main yang ditata pendidik

belum menstimulai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari hasil

penelitian disimpulkan bahwa pendidik kurang memahami dalam penyajian

alat dan bahan main yang terbingkai dalam kegiatan main. Penelitian Wisjnu

Martani (2017) menunjukkan bahwa pendidik telah memahami

perkembangan anak namun untuk stimulasinya didasarkan pada persepsi

masing-masing pendidik. Berdasarkan wawancara dengan beberapa

pendidik bahwa dalam penentuan alat main itu bersumber dari rapat

mingguan. Sejalan dengan penelitian Hijriati (2016) bahwa guru harus

mendapatkan umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun tentang

cara mengajarnya sehingga yang bersangkutan dapat memperbaiki

kekurangannya, karena ini merupakan salah satu peningkatan kualitas

pendidik dan tercapainya tujuan pendidikan. Kedepan, pendidik harus tekun

belajar dan berlatih dalam memenuhi standar kompetensi. Salah satu standar

kompetensi pendidik yang berkaitan adalah kompetensi paedagogik.

Sebenarnya masih banyak kesempatan dan ada alat bahan main yang bisa

ditata untuk mendukung pembelajaran, namun karena tingkat pemahaman

pendidik terhadap prinsip perkembangan anak masih kurang maka tidak

bisa menstimulasi ketercapaian perkembangan dengan baik.

Kompetensi paedagogik sangat penting dalam pembelajaran.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan mengemukakan bahwa kompetensi paedagogik merupakan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi

pemahaman wawasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

pengembangan peserta didik..

Page 16: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

12

Sependapat dengan hasil penelitian Khasanah (2011), bahwa dunia

anak adalah dunia bermain. Melalui bermain anak dapat bereksplorasi

dengan lingkungan mainnya dan kaya akan pengalaman main serta

mendapat kesempatan untk bersosialisasi dengan teman sebayanya, ini akan

menjadi media stimulasi perkembangan mereka.

Sesuai dengan penelitian Martani (2012) bahwa pendidik harus

memahami bagaimana menstimulasi anak yang dituangkan dalam

kurikulum sekolah yang kemudian menyusun rencana pembelajaran dalam

bentuk kegiatan main anak beserta alat dan bahan mainnya. Pendidik yang

belum paham akan pemberian stimulasi artinya bahwa pendidik

menghalangi ketercapaian perkembangan anak dan kreativitas anak tidak

terfasilitasi.

Hal ini sejalan dengan Pusari (2014), bahwa lingkungan main

merupakan salah satu kekuatan yang mendorong munculnya kreativitas

anak. Kreativitas akan menciptakan hal-hal baru. Sebuah kesalahan yang

besar jika pendidik tidak memahami tentang kegiatan main dimana penataan

lingkungan main tidak berorientasi pada tujuan.

3.2 Kemampuan pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak melalui

pijakan individu saat main

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulasi perkembangan anak

melalui pijakan individu saat main yaitu berupa instruksi sebesar 20% dan

perilaku berdasarkan TBC sebesar 80%. Perilaku TBC tersebut berupa

visually looking on/pengamatan 14,6%, non direct statement/pernyataan

tidak langsung 8,3%, question/pertanyaan 35,4%, direct

statement/pernyataan langsung 31,3% dan intervensi fisik sebesar 10%. Jadi

perilaku pendidik dalam stimulasi perkembangan anak saat main paling

sering muncul melalui question/pertanyaan yaitu sebesar 35,4%. Berikutnya

diikuti direct statement/pernyataan langsung sebesar 31,3% dan instruksi

sebesar 20% namun untuk instruksi tidak termasuk dalam kontinum TBC.

Untuk non direct statement/pernyataan tidak langsung merupakan perilaku

pendidik paling sedikit muncul yaitu sebesar 8,3%. Jadi kontinum perilaku

Page 17: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

13

stimulasi pendidik melalui pijakan individu saat main mulai dari yang sering

digunakan yaitu question/pertanyaan, direct statement/pernyataan

langsung, visually looking on/pengamatan, intervensi fisik dan yang paling

jarang dilakukan non direct statement/pernyataan tidak langsung.

Hasil yang paling jarang digunakan ini sejalan dengan hasil

penelitian Darsinah (2018) yang menunjukkan bahwa urutan kontinum yang

paling jarang digunakan adalah non direct statement/pernyataan tidak

langsung

Hasil penelitian terkait perilaku yang sering dilakukan sependapat

dengan Johnston, Halocha & Chater,2007 yang menyatakan bahwa seorang

pendidik harus menguasai keterampilan bertanya. Hal ini sangat penting

karena Philphot (2009) mengemukakan bahwa bertanya merupakan sarana

dalam memperluas dan mengembangkan komunikasi dengan peserta didik

serta sangat baik untuk kegiatan belajar mengajar. Jenis pertanyaan tersebut

termasuk jenis pertanyaan tertutup/ closed-ended questions

(Kyriaucou:2007 & Sale:2005), yakni pertanyaan yang membutuhkan satu

jawaban dari beberapa pilihan jawaban, atau jawaban ya/tidak. Jika menurut

Bloom (Cooper,2011) pertanyaan tersebut merupakan jenis pertanyaan

pengetahuan/Knowledge question, yaitu pertanyaan yang membutuhkan

jawaban dari pengetahuan anak atau informasi yang sudah dipelajari

sebelumnya.

Melihat pada temuan rumusan masalah kedua, 100% jenis pertanyaan yang

diajukan pendidik merupakan jenis pertanyaan dengan tingkat kognitif

rendah, yang hanya membutuhkan satu jawaban dan merupakan

pengetahuan atau informasi yang didapat anak sebelumnya.

Melihat dari jenis pertanyaan yang diajukan pendidik kepada anak

didik, sebaiknya pendidik belajar dan berlatih untuk menguasai teknik

bertanya. Kegiatan menanya sangat dominan didalam kelas, lebih-lebih

terkait dengan kurikulum 2013 PAUD terdapat pendekatan saintifik yang

mana kegiatan menanya merupakan langkah kedua yang harus dilaksanakan

anak setelah mengamati sesuatu. Siswa harus menanyakan sesuatu yang

Page 18: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

14

sudah diamati. Artinya disini adalah pendidik menjadi inspirator

kemampuan siswa dalam menanya. Ketika pendidik menjadi inspirator

untuk anak dan pendidik tidak mempunyai keterampilan bertanya maka

pencapaian perkembangan kognitif dan bahasa anak tidak bisa optimal.

Pertanyaan harus disusun dengan baik dan teknik bertanya yang mampu

mengarahkan anak untuk mempunyai jawaban dengan kognitif tingkat

tinggi. Sehingga dengan pertanyaan yang disampaikan pendidik, maka anak

menggunakan daya pikirnya dalam menjawab dan apa yang menjadi tujuan

pembelajaran dapat tercapai karena apapun tujuan pembelajaran tersebut

tetap membutuhkan keterampilan pendidik dalam bertanya.

Sependapat dengan Djamarah ( 2010:99) pertanyaan yang diajukan

pendidik, diharapkan relevan dengan materi pembelajaran sehingga

membantu anak dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Jika

dikaitkan dengan hasil wawancara, jawaban pendidik tidak konsisten

dengan alat ukur penilaian melalui TBC. Namun sedikit yang bisa

disimpulkan menurut hasil wawancara bahwa stimulasi melalui pijakan

individu saat main dengan cara memberi contoh dan pendampingan bermain

bersama anak, terutama anak yang ketercapaian perkembangannya rendah.

Jika dihubungkan dengan TBC, perilaku tersebut termasuk pada perilaku

intervensi fisik. Meski demiikian secara garis besar, hasil penelitian

kemampuan pendidik dalam menstimulasi perkembangan anak melalui

pijakan individu saat main yang paling sering digunakan yaitu melalui

question/pertanyaan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di PAUD KB

Mutiara Insan Cendekia tentang kemampuan pendidik dalam menstimulasi

perkembangan anak dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat 80% pendidik yang melaksanakan pijakan main dengan menata

lingkungan main menggunakan alat dan bahan yang mendukung tujuan

pembelajaran. Alat dan bahan main yang disediakan digunakan untuk

Page 19: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

15

melaksanakan kegiatan main yang dipilih. Kegiatan main dipilih

berdasarkan tema pembelajaran pada saat itu dan tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran sangat beragam setiap

harinya, namun tetap mengandung aspek-apek perkembangan anak usia

dini. Hasil penelitian menyebutkan pula bahwa sebanyak 20% penataan

lingkungan main yang telah ditata belum bisa menstimulasi tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dikarenakan beberapa pendidik

kurang memahami penyajian alat dan bahan dalam mengemas kegiatan

main. Hasil wawancara menyebutkan bahwa sebagian besar pendidik

tidak menyebutkan tujuan pembelajarannya. Kesesuaian alat dan bahan

yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan main selalu berdasarkan

pada tema yang berlaku saat itu.

Pendidik sebaiknya lebih cermat dalam menyiapkan lingkungan

main untuk merangsang perkembangan anak sehingga tujuan

pembelajaran akan terstimulasi. Karena kemampuan pendidik dalam

melaksanakan pijakan main sangat berpengaruh dengan hasil

perkembangan anak. Dalam memilih alat dan bahan main untuk

mendukung kegiatan main sebaiknya pendidik tidak hanya

menyesuaikan pada sentra dan tema saat itu namun tetap berfokus pada

tujuan pembelajarannya.

2. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perilaku pendidik berupa instruksi

sebesar 20%, selanjutnya yang sesuai perilaku berdasarkan TBC sebesar

80%. Berupa visually looking on/pengamatan 14,6%, non direct

statement/pernyataan tidak langsung 8,3%, question/pertanyaan 35,4%,

direct statement/pernyataan langsung 31,3% dan intervensi fisik sebesar

10%. Stimulasi pendidik pada pijakan saat main yang paling sering

muncul adalah question/pertanyaan sebesar 35,4% dengan jenis

pertanyaan tertutup/closed ended question atau bisa termasuk jenis

pertanyaan Bloom knowledge question/pertanyanan pengetahuan. Jenis

pertanyaan tersebut termasuk pertanyaan kognitif tingkat rendah.

Page 20: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

16

Sehingga kurang merangsang daya pikir anak untuk berpikir lebih kritis

dan kurang mengoptimalkan perkembangan bahasa dan kognitif anak.

Pendidik hendaknya menggunakan kontinum perilaku mengajar

yang bervariasi terutama menggunakan non directive statement/

pernyataan langsung atau statement-statement yang dapat merangsang

anak karena hal tersebut akan membangun pemikiran anak menuju

kognitif tingkat tinggi. Sebaiknya pendidik menggunakan pertanyaan

yang membuka daya pikir anak untuk lebih kritis seperti pertanyaan

pemahaman, penerapan bahkan bisa membuat pertanyaan yang

menganalisa, sintesis ataupun mengevaluasi, tentunya yang sesuai

dengan perkembangan anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Asef,Umar Fakhruddin.2018. Sukses Menjadi Pendidik PAUD. Bandung

:PT Remaja Rosdakarya

Asmah,Ayu,dkk.2018.“Pendampingan Penerapan Model Pembelajaran

Sentra Di Gugus PAUD III Keamatan Pakisaji Kabupaten

Malang.”Universitas Kanjuruan Malang. Jurnal Akses Pengbdian

Indonesia. Vol 3 No 1:42-47.

Child development theorists From Wikipedia, the free encyclopedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Child_development

Cholifah,dkk.2016.”Hubungan Faktor Lingkungan Keluarga Dengan

Perkembangan Anak Usia Sekolah”.Artikel Ilmiah. Rakernas

AIPKEMA. University Recearch Coloquium.

Destiani, Ardita. 2016. “Upaya Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Siswa

Melalui Teknik Pencetakan Dengan Bantuan Media Asli”.Jurnal

Ilmiah Potensial. Vol.1,7-14.

Dewi,Fitri Yuliana, dkk. “Pendekatan Beyonds Center and Circle Time

(BCCT).”Artikel Ilmiah. FKIP Universitas Lampung.

Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas. 2015. Kerangka Dasar dan

Struktur Kurikulum 2013 PAUD.

Elmanora,dkk. 2016. “Lingkungan Keluarga Sebagai Sumber Stimulasi

Utama Untuk Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah”. Jur.

Ilm. Kel. & Kons., Mei 2017, p : 143-156

Page 21: 1 2 ANALISIS KEMAMPUAN MENSTIMULASI PERKEMBANGAN 3 …

17

Fakhrudin, Asef U. 2018. Sukses Menjadi Guru PAUD. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Halimah, Leli. 2017. Keterampilan Mengajar. Bandung : PT Refika

Aditama.

Hapsari, Iriani Indri. 2016. Psikologi Perkembangan Anak. Penerbit Indeks

Masnipal. 2018. Menjadi Guru PAUD Profesional. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. 2017. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Susanto, Ahmad.2017. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Bumi

Aksara.