07 modul 6 - kelompok.doc

94
ADPU4218/MODUL 1 1.1 Modul 6 KELOMPOK Prof.Dr. M. Enoch Markum Sebagian besar hidup kita berada dalam kelompok, seperti dalam keluarga, kelompok arisan, kelompok rekreasi, kampus, kantor sampai dengan negara. Kelompok merupakan nama generik yang merujuk pada berkumpulnya dua orang atau lebih. Selain ini, kelompok bisa dilihat dari berbagai dimensi : ukuran kelompok (kecil : keluarga, teman dekat; dan besar: suku, negara); keberadaan (sementara : kepanitiaan, kerumunan yang menyaksikan kecelakaan; dan tetap : kelompok agama, negara): struktur (sangat berstruktur: angkatan bersenjata, perusahaan; dan struktur longgar : pendukung tim sepakbola, rukun tetangga/RT); dan penyebaran (sangat tersebar : kelompok pengguna komputer, kolektor PENDAHULUAN

Upload: dede-firmansah-amd-mi-cht-cba

Post on 28-Dec-2015

194 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

07 Modul 6 - Kelompok.doc

TRANSCRIPT

Page 1: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.1

Modul 6KELOMPOK

Prof.Dr. M. Enoch Markum

Sebagian besar hidup kita berada dalam kelompok, seperti dalam

keluarga, kelompok arisan, kelompok rekreasi, kampus, kantor

sampai dengan negara. Kelompok merupakan nama generik yang

merujuk pada berkumpulnya dua orang atau lebih. Selain ini,

kelompok bisa dilihat dari berbagai dimensi : ukuran kelompok

(kecil : keluarga, teman dekat; dan besar: suku, negara); keberadaan

(sementara : kepanitiaan, kerumunan yang menyaksikan

kecelakaan; dan tetap : kelompok agama, negara): struktur (sangat

berstruktur: angkatan bersenjata, perusahaan; dan struktur longgar :

pendukung tim sepakbola, rukun tetangga/RT); dan penyebaran

(sangat tersebar : kelompok pengguna komputer, kolektor

perangko; dan terkonsentrasi: kelompok kerja penyusunan sistem

remunerasi, awak pesawat terbang) dan lain-lain.

Berbagai kelompok ini mempengaruhi perilaku kita

sehari-hari, keluarga, misalnya, menentukan bagaimana kita harus

berbicara atau berbahasa dan perilaku mana yang boleh dan tidak

boleh ditampilkan. Demikian pula kelompok agama menentukan

bagaimana perilaku kita bertetangga, sikap terhadap orangtua, sikap

terhadap orang miskin. Selain ini negara juga menentukan perilaku

kita, seperti harus membayar pajak, meminta ijin mendirikan

PENDAHULUAN

Page 2: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.2 Psikologi Sosial

bangunan, dan harus memiliki KTP serta mengemudikan kendaraan

di sebelah kiri. Perlu dikemukakan catatan bahwa individu yang

sebagaian besar hidupnya dalam kelompok ini, tidaklah pasif dalam

pengaruh kelompok, tetapi ia juga bisa mempengaruhi bahkan

merubah kelompok. Tokoh-tokoh terkemuka dunia merupakan

contoh dari individu yang merubah masyarakat atau dunia

(Soekarno, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Thomas Alva

Edison, Madame Currie, Karl Marx, dan lain-lain). Dalam lingkup

yang lebih kecil, selain kultur dikenal sub-culture, bahkan counter-

culture, yang mencerminkan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan

terhadap aturan atau kebiasaan kelompok mapan, Sebagai contoh

dari hal ini adalah kelompok remaja yang menggunakan “bahasa

gaul”, mencat rambut dengan warna merah dan hijau, serta

kelompok musik rock dan punk.

Setelah mempelajari Modul 6 ini, diharapkan Anda mampu:

1. Menjelaskan pengertian kelompok

2. Menjelaskan alasan orang berkelompok

3. Menerapkan konsep-konsep dinamika kelompok, dan

4. Menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan.

Page 3: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

PENGERTIAN KELOMPOK

Minggu pagi anda sedang santai membaca

surat kabar dengan ditemani secangkir kopi.

Pada halaman utama, tampak foto ribuan

aktivis mahasiswa sedang berdemonstrasi di

depan Istana Merdeka, lengkap dengan jaket

almamater dan berbagai macam bendera

mereka masing-masing. Pada pokoknya

mereka menolak kenaikan harga BBM yang

ditetapkan oleh pemerintah. Pada halaman

yang sama, ada pula foto antrian panjang

yang terdiri dari ratusan ibu-ibu yang

sedang antri membeli minyak tanah.

Melihat kedua foto yang dimuat dalam surat kabar yang sedang anda baca

itu, pertanyaannya adalah foto mana yang menggambarkan kelompok?

Tentunya, anda memilih foto pertama, ribuan mahasiswa yang

berdemonstrasi, dibandingkan dengan foto kedua yang berisi antrian ibu-ibu

membeli minyak tanah. Memang, kedua foto menunjukkan sekumpulan

manusia yang berada pada suatu tempat secara bersamaan, namun, secara

intuitif anda telah menerima definisi kelompok sebagaimana telah digunakan

oleh para psikolog sosial, yakni sekumpulan individu, yang dipersepsikan,

saling terkait satu sama lain, dalam suatu unit yang kompak.

Page 4: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.4 Psikologi Sosial

“A collection of persons who are perceived to be bonded together in a coherent unit to some degree” (Baron and Byrne, 1997:12)

Apakah ratusan ibu-ibu yang sedang mengantri membeli minyak

tanah itu termasuk sebagai kelompok atau bukan, ditentukan oleh

sejauhmana suatu kelompok dipersepsikan sebagai suatu unit yang kompak

atau entiativity (Campbell, 1958 dalam Vaughan dan Hogg, 2005). Entiativity

kelompok sangat beragam dan berbeda-beda antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya. Secara lebih khusus entiativity diartikan sebagai ciri

kelompok yang kahas, memiliki ikatan yang kuat, dan membedakan antara

kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Sekumpulan individu yang

secara kebetulan berada pada suatu tempat secara bersamaan pada waktu

tertentu, seperti ibu-ibu yang sedang mengantri membeli minyak tanah,

hanya memiliki entiativity yang rendah karena hanya memiliki sedikit

kesamaan antara satu sama lain. Sementara, mahasiswa yang sedang

berdemonstrasi, dapat dikatakan memiliki entiativity yang lebih tinggi karena

keberadaan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu terjadi bukan

karena suatu ketidaksengajaan, melainkan, sesuatu yang telah terencana.

Pada derajat entiativity yang tinggi, seperti dalam keluarga, pernikahan, dan

tim olahraga profesional, terdapat kedekatan yang intim antara anggotanya.

Semakin tinggi entiativity suatu kelompok, semakin dekat hubungan antara

anggota kelompok tersebut.

Kembali kepada pertanyaan sebelumnya, kedua foto yang berisi

baik kumpulan orang, mahasiswa maupun ibu-ibu, masing-masing

menggambarkan kelompok, hanya, mereka berbeda berdasarkan derajat

entiativity. Ibu-ibu yang mengantri membeli minyak tanah juga termasuk

sebagai kelompok, hanya memiliki entiativity yang sangat rendah. Dengan

demikian, jelas bahwa beberapa jenis kelompok, lebih mendekati

Page 5: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.5

pemahaman kita mengenai apa itu suatu kelompok, dibandingkan dengan

jenis kelompok lainnya.

Pertanyaan berikutnya adalah apa yang menentukan kekompakan

(entiativity) suatu kelompok, dan sejauhmana kita dapat mempersepsikan

bahwa sekumpulan individu membentuk kelompok yang erat/kompak, atau

tidak? Penelitian yang dilakukan oleh Lickle dkk. (2000) mencoba untuk

menjawab pertanyaan ini. Mereka merancang suatu penelitian yang

menggunakan daftar nama 40 jenis kelompok (misalnya: tim olahraga, dan

penonton dalam tayangan bioskop). Selanjutnya, mereka meminta subjek

penelitian untuk memberikan penilaian bagi masing-masing jenis kelompok

berdasarkan kriteria: (a) derajat entiativity kelompok, (b) derajat pentingnya

kelompok tersebut bagi anggotanya, (c) jumlah anggota kelompok yang

saling berinteraksi, (d) sejauhmana anggota kelompok memiliki kesamaan

tujuan dan hasil, dan (e) sejauhmana kemiripan satu anggota kelompok

dengan anggota kelompok lainnya. Selanjutnya, subjek penelitian diminta

untuk membuat prediksi berapa lama masing-masing kelompok akan

bertahan. Selain itu, subjek penelitian juga diminta untuk mengelompokkan

kelompok-kelompok tersebut ke dalam beberapa kategori, berdasarkan

kemiripan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian menilai kelompok-

kelompok tersebut berbeda berdasarkan entiativity masing-masing kelompok.

Beberapa kelompok dinilai memiliki entiativity tinggi (misalnya: keluarga,

kelompok musik), sementara kelompok lain dinilai rendah (misalnya: orang

yang sedang menunggu bis). Selain itu, derajat interaksi antara anggota

kelompok sangat berperan dalam penilaian tersebut. Berbagai faktor lain

yang berpengaruh adalah sejauhmana kelompok dianggap penting oleh

anggotanya, sejauhmana mereka memiliki tujuan yang sama, dan sejauhmana

Page 6: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.6 Psikologi Sosial

kemiripan masing-masing anggota kelompok. Semakin tinggi berbagai

dimensi tersebut dalam kelompok, semakin kompak kelompok tersebut

dipersepsikan oleh anggotanya.

Kembali ke kedua foto yang anda lihat di surat kabar, yaitu foto

mahasiswa yang sedang berdemonstrasi akan dipersepsikan sebagai

kelompok dengan derajat entiativity yang lebih tinggi. Pertama, sebagai

mahasiswa, interaksi antara anggota kelompok jelas lebih sering (misalnya:

di Universitas/fakultas, demonstrasi lainnya) dibandingkan dengan ibu-ibu

yang hanya kebetulan mengantri membeli minyak tanah , yang kemungkinan

hanya sekali seumur hidup. Kedua, organisasi kemahasiswaan lebih penting

bagi anggotanya (para mahasiswa) dibandingkan dengan ‘organisasi ibu-ibu’,

karena nyatanya memang tidak ada organisasi ibu-ibu pengantri minyak

tanah. Ketiga, dari segi tujuan, mahasiswa yang berdemonstrasi memiliki

tujuan bersama, yaitu menurunkan harga BBM, sementara ibu-ibu hanya

memiliki tujuan pribadi, yaitu untuk mendapatkan minyak tanah untuk

dirinya masing-masing. Keempat, kelompok yang terdiri dari mahasiswa

cenderung lebih homogen dibandingkan dengan kelompok ibu-ibu (mis:

berdasarkan usia, status pendidikan), sehingga mereka lebih mirip satu sama

lain.

Lickle, dkk (2000, dalam Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008:381)

melakukan penelitian mengenai derajat entiativity dan hubungannya dengan

pentingnya kelompok menurut responden. Hasilnya menunjukkan korelasi

yang tinggi antara derajat entiativity dengan pentingnya kelompok (r = 0.75).

Untuk lebih jelasnya berikut dikemukakan hasil studi Lickle, dkk

(diterjemahkan dalam bahasa Indonesia). Keterangan : 1 = bukan kelompok

9 = benar-benar kelompok.

Page 7: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.7

Tabel 1 : Hubungan entiativity dan pentingnya kelompok

Jenis kelompok Entiativity Pentingnya kelompok

Keluarga 8.57 8.78

Teman 8.27 8.06

Kelompok agama 8.20 7.34

Kelompok musik 7.33 5.48

Kelompok olahraga 7.12 6.33

Kelompok tugas 6.78 5.73

Kelompok etnis 6.67 7.67

Kelompok kepentingan 6.53 5.65

Kelompok nasional 5.83 5.33

Mahasiswa sekuliah 5.76 4.69

Kelompok jender 4.25 3.00

Kelompok sewilayah 4.00 3.25

Kelompok dengan ciri fisik yang sama

3.50 2.50

Berdasarkan berbagai dimensi di atas, kelompok dapat

diklasifikasikan menjadi berbagai jenis kelompok. Robbins (2003)

mengklasifikasikan kelompok sebagai berikut :

Kelompok formal (formal groups) : merupakan kelompok

yang memiliki baik struktur, pembagian tugas, maupun peraturan tertulis

yang jelas. Perilaku anggotanya dikendalikan oleh organisasi (mana yang

boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan ) dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Contoh organisasi formal adalah perguruan tinggi,

perseroan terbatas, induk organisasi olahraga, dan organisasi militer.

Kelompok informal (informal groups) : merupakan

kelompok yang berlawanan dengan kelompok formal karena kelompok

Page 8: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.8 Psikologi Sosial

ini selain tidak memiliki struktur yang jelas, juga tidak memiliki

pembagian tugas dan peraturan yang jelas. Contoh kelompok informal

adalah kelompok arisan para ibu, kelompok tenis untuk rekreasi suatu

instansi, dan kelompok alumni SMA.

Kelompok komando (command groups) : merupakan

kelompok yang terdiri dari sejumlah anggota yang dibawahi oleh

seorang atasan seperti sejumlah supervisor yang bertanggungjawab

kepada seorang manajer, sejumlah komandan peleton dibawah seorang

komandan kompi, dan kepala sekolah yang membawahi sejumlah guru.

Kelompok komando ini dalam organisasi tampak dari bagan organisasi.

Kelompok tugas (task groups) : merupakan kelompok yang

mempunyai tuas khusus untuk menyelesaikan suatu masalah. Di

Indonesia istilah kelompok tugas ini dikenal juga dengan sebutan

“kelompok kerja” (Pokja) yang anggotanya terdiri dari berbagai sub-

kelompok atau departemen, misalnya, kelompok kerja penyusunan suatu

peraturan, atau sistem remunerasi, dan pembukaan kantor cabang.

Sebagai contoh anggota sistem remunerasi bisa terdiri dari perwakilan

divisi sumberdaya manusia. Keuangan, hukum, dan pemasaran.

Kelompok kepentingan (interest group) : merupakan

kelompok yang anggotanya memperjuangkan kepentingan tertentu,

misalnya, sejumlah karyawan yang berkumpul melakukan protes atas

sistem remunerasi yang tidak adil, atau sejumlah tokoh masyarakat yang

bersatu menuntut hukuman seumur hidup bagi koruptor kelas kakap.

Kelompok paguyuban (friendship groups) : merupakan

kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik yang sama, dan

umumnya berkumpul di luar organisasi formal, misalnya, kelompok

yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang berasal dari daerah

tertentu, suku-bangsa tertentu, atau kelompok kolektor lukisan.

Page 9: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.9

Pembagian jenis kelompok juga dilakukan oleh Charles Horton

Cooley. Menurut pendapatnya terdapat beberapa jenis kelompok, yakni :

(a) kelompok primer (primary groups),

(b) kelompok referensi (reference groups),

(c) kelompok tugas formal (formal task groups),

(d) kelompok informal (informal groups), dan

(e) agregat (aggregates).

Kelompok primer mengacu pada kelompok yang merupakan sumber

kehidupan sosial individu. Kelompok ini memberikan dukungan sosial

sehingga individu mampu untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

Kelompok primer umumnya hanya terdiri dari anggota yang sedikit

jumlahnya dengan frekuensi interaksi antara anggota kelompok juga tinggi.

Selain itu, kelompok primer bentuknya cukup permanen dan tidak

berorientasi untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh: keluarga dan teman-

teman dekat.

Kelompok referensi, adalah kelompok yang menjadi bahan rujukan

dalam menilai sikap dan tingkah laku dan seseorang. Suatu kelompok bisa

dijadikan sebagai kelompok referensi karena individu yang bersangkutan

merasa bahwa kelompok tersebut lebih unggul, mereka ingin untuk

bergabung dengan kelompok tersebut, atau mereka merupakan bagian dari

kelompok tersebut. Seringkali kelompok primer juga menjadi kelompok

referensi. Kelompok referensi bisa bersifat positif atau negatif. Kelompok

yang kita inginkan untuk bergabung sebagai anggota disebut kelompok

referensi positif, sementara kelompok yang kita tolak dan tidak kita sukai

merupakan kelompok referensi negatif.

Kelompok tugas formal, memiliki karakteristik yang berisi norma-

norma tertentu yang diakui oleh masing-masing anggota. Kelompok ini

memiliki bentuk atau struktur yang pasti, dan dibentuk dengan tujuan untuk

Page 10: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.10Psikologi Sosial

mencapai hasil tertentu. Seperti memenangkan pertandingan sepak bola,

menyelesaikan proyek, kepanitiaan tertentu, dan lain-lain. Kelompok tugas

formal terdiri dari anggota dengan berbagai macam peran yang saling

berhubungan.

Kelompok informal, kelompok ini tidak memiliki norma atau

peraturan tertulis, dan pada umumnya hanya memiliki tujuan yang bersifat

sementara. Contohnya adalah kelompok teman sebaya yang bisa saja suatu

hari berkumpul untuk tujuan jalan-jalan di mal, dan pada waktu lain

berkumpul untuk main bowling bersama. Peran dalam kelompok ini berubah-

ubah, tergantung dari tujuan sementara kelompok tersebut.

Jenis terakhir adalah agregat. Kelompok ini berbeda dengan

kelompok informal karena dalam agregat masing-masing orang tidak

memiliki keterikatan satu sama lain. Kelompok dalam bentuk agregat

terbentuk tanpa sengaja, seperti ibu-ibu yang sedang mengantri minyak

tanah, sejumlah orang yang kebetulan saling bertemu pada suatu tempat dan

waktu yang sama. Hal serupa juga dapat terjadi ketika orang berkerumun di

halte menunggu bis atau di peron menunggu kereta api.

Page 11: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.11

.

Buatlah kelompok diskusi dengan empat rekan anda. Kemudian masing-

masing anggota kelompok membuat daftar keanggotaan kelompok apa

saja yang mereka miliki. Dari daftar tersebut sebutkan kelompok apa saja

yang menjadi kelompok primer, kelompok referensi, kelompok tugas

formal, dan kelompok informal. Diskusikan jawaban tersebut dalam

kelompok dan buatlah urutan kelompok berdasarkan seberapa besar

peran masing-masing kelompok bagi kehidupan anda.

Petunjuk Jawaban Latihan

Pelajarilah dengan seksama pengertian kelompok, dimensi dimensi

kelompok dan perbedaan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya,

serta bentuk nyata dalam masyarakat dari masing-masing dimensi.

Setelah berlatih menjawab pertanyaan di atas, bacalah rangkuman di

bawah ini supaya pemahaman Anda tentang hakekat kelompok menjadi

lebih mantap.

LATIHAN

Setelah membaca materi kegiatan belajar 1 di atas dengan cermat, untuk memantapkan pemahaman anda, cobalah kerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakannya berama-sama dengan teman-teman kelompok belajar sehingga Anda dapat saling bertukar pendapat.

Coba diskusikan dengan teman-teman Anda persamaan dan perbedaan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Buatlah daftar persamaan dan perbedaan tersebut.Di sekitar Anda tentu banyak fakta, atau konsep yang secara turun-temurun dipercaya kebenarannya. Pilihlah satu saja, kemudian cobalah kaji, apakah fakta atau konsep tersebut merupakan hasil suatu kajian ilmiah atau pemikiran non-ilmah.

Petunjuk Jawaban Latihan

Baca kembali materi pembahasan tentang hakekat pengetahuan.Baca kembali materi pembahasan tentang hakekat ilmu pengetahuan

Page 12: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.12Psikologi Sosial

Psikolog sosial mendefinisikan kelompok sebagai sekumpulan individu yang

dipersepsikan saling terkait satu sama lain, dalam satu unit yang kompak.

Menurut Campbell, ada faktor yang menentukan derajat kekompakan suatu

kelompok, yaitu entiativity. Suatu kelompok yang memiliki sedikit kesamaan

hanya memiliki entiativity yang rendah, sementara kelompok dengan banyak

kesamaan antara anggotanya memiliki entiativity yang tinggi. Pada dasarnya,

semakin tinggi entiativity suatu kelompok semakin dekat hubungan antara

anggota kelompok tersebut. Namun, penelitian oleh Lickle dan rekan (2000)

menunjukkan bahwa kekompakan suatu kelompok, dan persepsi akan

kekompakan suatu kelompok ditentukan oleh beberapa dimensi. Pertama

adalah entiativity, kemudian sejauh mana kelompok dianggap penting oleh

anggotanya, sejauhmana mereka memiliki tujuan yang sama, dan kemiripan

masing-masing anggota kelompok. Semakin tinggi dimensi tersebut, semakin

tinggi persepsi kekompakan kelompok oleh anggotanya. Berdasarkan

dimensi tersebut, kelompok dapat dimasukkan ke dalam kategori : kelompok

intim, kelompok tugas, kategori sosial, dan asosiasi. Charles Horton Cooley

membuat kategorisasi sendiri yang lebih sering digunakan. Kelompok

primer, yang merupakan sumber kehidupan sosial individu. Kelompok

referensi, menjadi sumber rujukan dalam menilai sikap dan perilaku

seseorang. Kelompok tugas formal, dibentuk untuk suatu tujuan yang pasti.

Kelompok informal, tidak memiliki norma maupun aturan tertulis, dan untuk

tujuan sementara. Jenis terakhir adalah agregat, dalam agregat anggota tidak

saling memiliki keterikatan satu sama lain.

RANGKUMAN

Page 13: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.13

1. Di bawah ini mana yang merupakan suatu kelompok dengan

entiativety tinggi

A. sekumpulan orang yang sedang menunggu bis

B. sekumpulan orang yang sedang mengantri tiket bioskop

C. sekumpulan orang yang sedang berteduh menunggu hujan

berhenti

D. sekumpulan orang yang sedang berdemonstrasi ke gedung

MPR/DPR

2. Di bawah ini mana yang merupakan kelompok dengan entiativity

yang paling tinggi

A. kelompok kerja yang dibentuk untuk menangani suatu

proyek

B. kelompok bermain di taman kanak-kanak

C. kelompok unit pasukan khusus di angkatan darat

D. kelompok belajar mahasiswa

3. Untuk menangani suatu proyek, perusahaan X membentuk

kelompok kerja yang terdiri dari para direktur. Kelompok ini

merupakan

A. Kelompok referensi

B. Kelompok primer

C. Agregat

D. Kelompok tugas formal

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 14: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.14Psikologi Sosial

4. Adhi adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta. Di

kampusnya, ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan, kelompok

musik dan kelompok drama. Kedua orangtua Adhi sangat taat

menjalankan agamanya, dan mereka pun menerapkan hal yang sama

pada Adhi. Bagi Adhi, kelompok referensi mana yang paling

dominan.

A. Kelompok mahasiswa

B. Kelompok agama

C. Kelompok drama

D. Kelompok musik

5. Menurut Likcle dan rekan, selain entiativity, dimensi lain yang

menjadi rujukan kekompakan suatu kelompok adalah :

A. sejauhmana kelompok dianggap penting oleh anggotanya

B. sejauhmana mereka memiliki tujuan yang sama

C. kemiripan masing-masing anggota kelompok

D. semua jawaban benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Tingkat penguasaan =

Page 15: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.15

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Page 16: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.16Psikologi Sosial

Kegiatan Belajar 2

ALASAN ORANG BERKELOMPOK

Mengapa orang berkelompok? Sebelum menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita perlu bertanya, apakah mungkin seseorang hidup tanpa kelompok? Jelas jawabannya adalah tidak. Mungkin anda akan berargumen bahwa ada orang yang bisa hidup tanpa berkelompok, seperti para petapa yang memilih untuk mengasingkan diri dari masyarakat. Mereka tinggal sendiri di tempat-tempat terpencil, dan dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sehari-hari. Itu benar, tapi pada awal kehidupannya semua manusia hidup dalam kelompok. Tanpa kelompok sejak awal hidupnya, manusia akan mati.

Manusia dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, dalam suatu

keluarga. Selain keluarga inti : ibu, bapak, kakak/adik, terdapat juga keluarga

besar : kakek, nenek, paman dan bibi, serta saudara-saudara lainnya. Di

Indonesia beberapa suku menerapkan sistem marga, sehingga seseorang yang

lahir dalam marga tersebut secara otomatis ia menjadi bagian dari marga.

Selanjutnya, identitas kelompok yang melekat pada keluarga juga akan

melekat pada seseorang yang dilahirkan dalam keluarga tersebut. Hal-hal

seperti, agama, status sosial ekonomi keluarga juga melekat pada anak.

Selain itu, seseorang juga dilahirkan sebagai warga suatu negara. Maka,

ketika manusia pertama kali menghirup udara segar, ia sudah menjadi

anggota berbagai macam kelompok : jender, keluarga, marga, ras/suku,

warga negara, agama, kelas dan status sosial.

Apabila kepada anda diajukan pertanyaan, ”siapa anda?” apa yang

akan anda jawab? Setelah memberikan nama anda, kemungkinan besar anda

Page 17: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.17

akan menjawab kewarganegaraan anda, atau suku/ras anda, apakah anda

sudah berkeluarga atau belum, tempat anda bekerja sekarang, dan mungkin

agama anda apabila anda orang yang taat beragama. Jadi jelas bahwa

identitas seseorang itu tidak bisa lepas dari keanggotaannya dalam kelompok.

Bahkan petapa diawal tulisan ini pun bagian dari kelompok, baik ia sadari

atau tidak, maupun ia terima atau tidak.

Menurut para psikolog sosial, setiap manusia memiliki identitas

sosial, yaitu definisi diri yang membimbing setiap individu dalam

mengonseptualisasikan dirinya dan ketika individu tersebut mengevaluasi

dirinya (Deaux, 1993). Deaux menjelaskan bahwa identitas diri mencakup

karakterisitik unik seseorang seperti nama dan konsep diri, dan hal-hal yang

juga dimiliki oleh orang lain seperti, usia, hubungan antar pribadi (bapak,

ibu, anak, dll); hobi, pekerjaan (kolektor tanaman, psikolog); ideologi

keagamaan (Islam, Kristen, ateis); atribut spesifik (kidal, tinggi); dan

etnisitas (orang Padang, Jawa, Batak).

Manusia berkelompok untuk keamanan. Seorang bayi tanpa

dukungan keluarga akan meninggal. Sejak awal hidupnya, manusia

membutuhkan orang lain agar dapat berlangsung hidup. Bayi mendapatkan

perawatan dan pengasuhan. Selanjutnya manusia bergabung dalam tali

persaudaran keterikatan keluarga melalui pernikahan, keluarga besar, dan

kemargaan. Selanjutnya keluarga besar merupakan bagian dari masyarakat

yang membentuk suatu negara. Masyarakat dan negara memberikan

perlindungan bagi anggotanya dari ancaman masyarakat dan negara lain.

Semua tingkatan kelompok memberikan suatu bentuk perlindungan bagi

anggotanya. Menurut Abraham Maslow, salah satu kebutuhan dasar manusia

adalah rasa aman. Sebagai mahluk sosial, manusia mendapatkan rasa aman

dengan menjadi bagian dari keluarga, dan/atau bagian dari komunitas. Pada

kebutuhan dasar ini manusia membutuhkan lingkungan hidup yang aman.

Page 18: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.18Psikologi Sosial

Individu merasa aman ketika ia menjadi bagian dari suatu kelompok.

Terdapat istilah safety in numbers, atau rasa aman dalam jumlah banyak.

Artinya, dengan berkelompok individu akan merasa aman karena merasa

menjadi bagian dari sekumpulan orang yang saling melindungi.

Ketika kebutuhan dasar sudah terpenuhi, manusia juga memiliki

kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis mencakup rasa kepemilikan,

berafiliasi, untuk diterima, dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Kebutuhan psikologis manusia mendorong individu untuk menjadi bagian

dari sesuatu (sense of belonging). Semua kebutuhan ini dapat tercapai dengan

bergabung dalam kelompok. Dengan bergabung dalam kelompok, dalam diri

individu akan muncul rasa memiliki terhadap kelompok tersebut, dan dengan

menjadi bagian dari kelompok, individu akan mendapatkan pengakuan.

Selanjutnya, di dalam kelompok terjadi interaksi antara anggotanya, sehingga

individu dapat berafiliasi dengan anggota kelompok lainnya. Rasa aman yang

diberikan oleh kelompok terhadap individu terbentuk seiring dengan

terjalinnya afiliasi dan pertemanan dalam kelompok. Hal tersebut menjadi

dukungan sosial (social support) bagi individu yang bersangkutan, yang

memberikan rasa aman.

Berkelompok memberikan sarana untuk mencapai tujuan dan ambisi

seseorang. Seorang individu bisa memiliki cita-cita, namun hal tersebut tidak

dapat dicapainya seorang diri. Dengan berkelompok, ia akan bertemu dengan

individu-individu lain yang memiliki tujuan yang serupa dengan dirinya.

Bersama-sama sebagai kelompok, kumpulan individu di dalamnya membuat

suatu tujuan bersama yang walaupun tidak sama persis dengan tujuan

masing-masing, dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan individual

masing-masing.

Selain untuk mencapai suatu tujuan tertentu, bergabung dengan

kelompok juga bisa menjadi tujuan bagi individu. Salah satu alasan kuat

Page 19: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.19

mengapa individu termotivasi untuk bergabung dengan kelompok adalah

untuk mendapatkan status tertentu. Kelompok menyediakan dan memberikan

imbalan bagi individu. Dengan mendapatkan imbalan, maka status yang

diinginkan individu akan terpenuhi dan individu merasa puas. Hal ini

memotivasi individu untuk bergabung dalam kelompok. Selain status,

kelompok juga memberikan sarana bagi individu untuk mewujudkan nilai-

nilainya (values). Individu dengan pandangan agama tertentu dapat

bergabung dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama agar

dapat menjalankan praktik beragama yang diinginkannya. Individu dengan

orientasi politik tertentu dapat bergabung dengan kelompok, partai politik,

yang memiliki orientasi politik yang sesuai.

Seseorang yang tidak merasa menjadi bagian dari suatu kelompok,

akan merasa terisolasi. Hal ini bisa berlanjut menjadi gangguan psikologis,

seperti depresi yang dapat berdampak terhadap kesehatan. Pada berbagai

kasus tertentu, individu yang mengalami depresi berat akan memutuskan

untuk bunuh diri. Kasus ini beberapa kali muncul dan bisa kita lihat melalui

media-massa, seorang anak SD bunuh diri karena tidak dapat bergabung

dengan kelompok ekstra kulikuler karena alasan ekonomi; seorang siswi

SMP bunuh diri karena dikucilkan oleh teman-temannya, dan kasus-kasus

lainnya.

Persoalan mengapa orang berkelompok ini dapat dikembalikan pada

kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan untuk afiliasi. Menurut

Baumeister dan Leary (1995, dalam Vaughan dan Hogg, 2005) manusia

memiliki kebutuhan yang sangat mendasar, yakni menjadi anggota suatu

kelompok. Hal ini mendorong manusia untuk bergabung dalam suatu

kelompok, dan karena kebutuhannya terpenuhi melalui interaksinya dengan

orang lain baik secara perorangan maupun kelompok, menyebabkan

munculnya manfaat- dari (self-worth) dan harga-diri (self-esteem).

Page 20: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.20Psikologi Sosial

Pendapat lain mengenai mengapa orang berkelompok dikemukakan

oleh Greenberg dkk (1986, dalam Vaughn dan Hogg, 2005) dengan terror

management theory. Ancaman yang sangat hakiki yang dihadapi manusia

adalah tidak dapat dihindari datangnya maut atau kematian. Ancaman

kematian ini meneror manusia secara terus-menerus, dan untuk mengatasi

atau mengurangi ancaman teror ini, manusia begabung dengan kelompok

atau melakukan afiliasi. Strategi melakukan afiliasi ini menyebabkan hidup

menjadi menarik, menyenangkan, positif, dan terbentuknya harga-diri.

Alasan penting dalam kehidupan manusia mengenai mengapa

manusia bergabung dalam kelompok adalah idenitas sosial (social identity,

Hogg dan Abrams, 1988: Tajfel dan Turner, 1979, dalam Vaughn dan Hogg,

2005). Menurut para pakar psikologi sosial ini kelompok menyediakan siapa

diri kita, bagaimana kita berperilaku, dan bagaimana orang lain

memperlakukan kita. Dengan demikian, kelompok berfungsi mengurangi

atau menghilangkan rasa ketidakpastian (uncertainty) individu. Atau dengan

rumusan lain, individu akan bergabung atau menyatukan diri (identification)

dengan kelompok manakala ia berada dalam kondisi ketidakpastian, dan

kelompok dapat memberikan rasa kepastian. Selanjutnya, alasan bahwa

faktor ketidakpastian sebagai alasan oarang berkelompok perlu juga diikuti

oleh bagaimana persepsi orang yang bersangkutan mengenai reputasi suatu

kelompok : positif atau negatif. Orang akan merasa bangga terhadap

kelompok yang reputasinya positif, seperti perguruan tinggi terkenal,

pasukan tempur yang elit, dan tempat tinggal yang mewah, karena akan

meningkatkan status dan harga dirinya. Dengan demikian, ia akan berusaha

untuk menjadi anggota kelompok dan mengidentifikasikan dirinya dengan

kelompok yang bersangkutan.

Mengenai alasan orang berkelompok, ada gejala menarik yang

dikemukakan oleh Williams (2002, dalam Vaughn dan Hogg, 2005), yakni

Page 21: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.21

dikucilkannya seseorang secara sosial (social ostracism). Dalam

eksperimennya, Williams menggunakan tiga mahasiswa yang saling

melempar bola satu sama lain. Setelah beberapa saat lemapr-melempar bola

itu hanya berlangsung di antara dua mahasiswa (mahasiswanya Williams

yang diinstruksikan untuk melakukan hal itu), sedangkan satu mahasiswa

sebagai objek eksperimen tidak diberikan bola sama sekali. Ternyata

mahasiswa yang tidak diikutsertakan dalam permainan lempar bola ini

merasa sangat tidak nyaman, bahkan saat menyaksikan tayangan rekaman

videonya pun tetap merasa tidak nyaman.

Buatlah daftar kelompok yang anda miliki, kemudian bagilah ke dalam kategori kelompok berdasarkan kapan anda menjadi anggota kelompok tersebut, apakah sejak lahir, atau setelah anda dilahirkan. Selanjutnya bagilah ke dalam kategori kelompok yang bisa anda keluar darinya dan yang tidak bisa. Kemudian dengan daftar kelompok yang sama, tentukan apakah anda sendiri yang memilih untuk menjadi anggota kelompok tersebut, atau keanggotaan anda bukan karena pilihan anda. Jika anda memilih untuk menjadi anggota kelompok tersebut, apa alasan anda.

Petunjuk Jawaban Latihan

Pelajari alasan mengapa orang berkelompok, khususnya yang berkenaan

dengan faktor ketidakpastian dan reputasi kelompok serta gejala pengucilan

sosial.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 22: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.22Psikologi Sosial

Ketika manusia pertama kali menghirup udara segar, ia sudah menjadi

anggota berbagai macam kelompok: jender, keluarga, marga, ras/suku, warga

negara, agama kelas dan status sosial. Menurut para pakar psikolog sosial,

manusia memiliki identitas sosial, yaitu definisi diri yang membimbing

individu untuk mengkonseptualisasikan dirinya. Menurut Deaux (1993)

identitas diri merupakan kumpulan karkateristik-karakteristik unik orang

tersebut. Manusia berkelompok karena beberapa hal. Pertama-tama adalah

keamanan, menurut Maslow, rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia

yang harus dipenuhi sebelum manusia bisa memenuhi kebutuhan lainnya.

Menjadi anggota suatu kelompok memenuhi kebutuhan ini dengan

memberikan rasa aman, safety in numbers.

Selanjutnya, menjadi anggota suatu kelompok juga memenuhi kebutuhan

psikologis seseorang, ada rasa sense of belonging dengan menjadi anggota

kelompok. Dengan berada dalam kelompok, individu juga mendapatkan

social support. Fungsi lain dari berkelompok adalah sebagai sarana untuk

mencapai tujuan dan ambisi seseorang. Dengan berkelompok, individu

bertemu dengan orang-orang lain yang memiliki tujuan yang sama. Menjadi

anggota suatu kelompok bisa menjadi tujuan individu itu sendiri, yaitu untuk

mendapatkan status tertentu. Seseorang yang tidak merasa bagian dari suatu

kelompok akan merasa terisolasi. Hal ini dapat menimbulkan gangguan

psikologis seperti depresi.

RANGKUMAN

Page 23: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

ADPU4218/MODUL 1 1.23

1. Alasan orang menjadi anggota suatu kelompok adalah :A. Untuk mendapatkan rasa amanB. Untuk mencapai tujuan yang diinginkanC. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisD. Semua jawaban benar

2. Karena urusan pekerjaan, Ida dipindahkan ke kantor cabang di luar kota. Ketika Ida berada di kota yang baru ia merasa sangat tidak nyaman. Hal ini terjadi karena :

A. Ida tidak menyukai pekerjaannyaB. Ida tidak menyukai kota di mana ia berada C. Ida kehilangan sense of belongingD. Ida tidak suka bepergian

3. Menurut Hogg dan Abrams, alasan orang menjadi anggota suatu kelompok adalah :

A. karena reputasi kelompok yang positifB. karena kelompok meningkatkan statusnyaC. karena kelompok meningkatkan harga dirinyaD. semua jawaban benar.

4. “Menjadi anggota kelompok merupakan kebutuhan dasar manusia”, dikemukakan oleh para pakar :

A. Hogg dan AbramsB. Vaughn dan HoggC. Baumister dan LearyD. Tajfel dan Turner

.

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 24: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1.24Psikologi Sosial

5. Greenberg, dkk mengemukakan suatu teori dalam menjelaskan orang berkelompok :

A. Social identity theoryB. Terror management theoryC. Self-esteem theoryD. Social ostracism theory

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Page 25: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Kegiatan Belajar 3

DINAMIKA KELOMPOK

Jika anda membuka koran hari ini atau menonton

berita di televisi, sering kali anda melihat berita mengenai

partai politik. Beritanya bisa mengenai partai yang baru

dibentuk, atau sedang dalam proses bubar, atau sebagian

anggotanya memisahkan diri dan membentuk partai baru, atau

mungkin beberapa partai bergabung menjadi satu partai.

Masing-masing kejadian menunjukkan bahwa kelompok

merupakan suatu entitas yang dinamis. Semua kelompok, baik

yang hanya beranggotakan beberapa orang (misalnya anggota

group band) hingga yang beranggotakan jutaan orang

(misalnya partai) selalu berubah. Dalam kegiatan belajar 2 ini

akan dibahas segala sesuatu yang berkait dengan dinamika

kelompok.

Dinamika kelompok atau group dynamics adalah suatu bidang ilmu

pengetahuan yang memusatkan diri pada pengkajian ilmiah mengenai

perilaku individu dalam kelompok. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian

dinamika kelompok adalah karakterisitik kelompok dan perkembangan

kelompok. Selain itu, sebagai suatu cabang ilmu, dinamika kelompok juga

meneliti pengaruh kelompok (group influence) yaitu hubungan antara

kelompok dengan individu, kelompok dengan kelompok lain, dan kelompok

dengan entitas lain di luar kelompok.

Page 26: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Konsep dinamika kelompok berasal dari Kurt Lewin (1890 – 1947)

yang dicetuskan pada tahun 1940-an. Menurut Lewin, pada dasarnya setiap

kelompok memiliki struktur tertentu yang mencakup norma dan peran.

Norma dan peran adalah bagian dari karakteristik kelompok. Kelompok juga

berubah dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu, melalui

beberapa tahap, yang mempengaruhi produktivitas kelompok tersebut.

Untuk memahami dinamika kelompok, kita perlu melihat

karakteristik yang mendasari setiap kelompok. Walaupun kelompok berbeda-

beda, terdapat kesamaan karakterisitik mendasar dalam setiap kelompok.

Karakterisitik pertama adalah adanya suatu tujuan yang menjelaskan ruang

lingkup kelompok tersebut dan mengikat anggotanya. Kedua, adanya pola

komunikasi yang stabil antara anggota. Ketiga, adanya fungsi spesifik bagi

masing-masing anggota yang melengkapi pembagian tugas dalam kelompok.

Keempat, adanya prosedur penanganan masalah. Kelima, adanya harapan

mengenai perilaku (conduct) mana yang dapat diterima dan perilaku mana

yang tidak dapat diterima, dan terakhir adalah berlangsungnya adaptasi

kelompok terhadap organisasi, masyarakat dan kebudayaan di mana ia

berada.

Khusus mengenai karakteristik ketiga dan kelima adalah berkenaan

dengan apa yang dimaksudkan oleh Lewin sebagai peran dan norma yang

besar pengaruhnya terhadap dinamika kelompok. Peran adalah sekumpulan

perilaku yang diharapkan ditampilkan oleh seseorang sesuai dengan

posisinya dalam kelompok. Dalam kelompok, masing-masing individu

melakukan tugas yang berbeda dan diharapkan dapat menyelesaikan hal-hal

yang berbeda untuk kelompok. Hal ini penting demi tercapainya tujuan

kelompok. Peran seseorang bisa ditentukan, namun dapat juga didapatkan

oleh seseorang tanpa secara langsung diberikan padanya. Misalnya, dalam

partai politik ada peran ketua, wakil ketua, bendahara, dan peran lainnya.

Page 27: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Peran-peran tersebut, merupakan peran yang ditentukan oleh kelompok bagi

anggotanya. Namun, sering kita mendengar istilah ”tokoh senior” atau ”tokoh

spiritual”. Individu dengan peran seperti itu, tidak mendapatkan perannya

melalui pemilihan, atau seleksi formal. Peran seperti itu didapatkan secara

tidak langsung oleh individu yang bersangkutan. Bagaimana pun cara

seseorang mendapatkan perannya, individu tersebut akan menginternalisasi

peran yang dimilikinya.

Karena keanggotaan individu bisa pada lebih dari satu kelompok,

maka salah satu masalah yang dapat muncul adalah konflik peran. Dampak

dari konflik peran adalah munculnya stres yang disebabkan oleh dua atau

lebih peran yang dimiliki oleh seseorang yang saling bertentangan.

Misalnya, seorang pemimpin partai sedang merapatkan calon-calon kader

yang akan diterima oleh partai. Salah satu kader adalah anaknya. Terjadi

konflik peran, antara peran sebagai orangtua dengan peran sebagai ketua

partai. Perannya sebagai bapak mengharuskan dirinya untuk memberi

dukungan penuh terhadap anaknya, namun sebagai ketua partai ia harus

bersikap objektif dan tindakannya harus demi kepentingan partai, bukan

kepentingan peribadi. Walaupun masing-masing peran sama pentingnya bagi

kelompok di mana peran itu didapatkan, sering kita amati bahwa dalam

konflik peran biasanya satu peran akan diutamakan dibandingkan peran

lainnya. Misalnya dalam kasus ini, peran sebagai bapak akan diutamakan

dibandingkan perannya sebagai ketua partai. Maka kader, yang notabene

adalah anaknya, akan dimudahkan dalam proses peneriman ke dalam partai

Peran individu berdampak langsung pada statusnya dalam kelompok. Status

adalah posisi atau peringkat dalam kelompok. Pada umumnya suatu

kelompok memiliki sistem hierarki berdasarkan peran masing-masing

individu. Ini jelas dengan adanya peran ketua umum, pimpinan daerah, dan

lain-lain. Peran berkaitan erat dengan posisi dalam kelompok. Keduanya pun

Page 28: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

diasosiasikan dengan peringkat dan status tertentu. Status sering digunakan

oleh kelompok sebagai mekanisme kontrol dan pengaruh terhadap

anggotanya. Contohnya, seorang anggota partai yang menolak keputusan

partai biasanya akan disingkirkan, diturunkan dari jabatannya, atau bahkan

dikeluarkan. Hanya anggota yang mengikuti peraturan kelompok dengan baik

yang akan mendapatkan status tinggi dan peran penting di dalam kelompok.

Status berkaitan dengan motivasi pribadi yang mendasari tujuan individu

untuk bergabung dalam kelompok tertentu. Status menjadi penting karena

individu yang berstatus yang tinggi mendapatkan lebih banyak akses dan

keutamaan dibandingkan dengan individu yang berstatus lebih rendah. Status

yang tinggi memberikan banyak manfaat bagi individu. Pada dasarnya, status

merupakan salah satu imbalan (reward) yang ditawarkan oleh kelompok

untuk anggotanya. Maka status merupakan salah satu faktor dari pengaruh

kelompok (group influence).

Karakterisitik kelompok yang berkaitan erat dengan peran dan status

adalah norma. Norma adalah semacam ”aturan main”, atau secara spesifik,

norma adalah peraturan dalam kelompok yang mengatur bagaimana perilaku

anggota kelompok seharusnya. Ketaatan inividu terhadap norma yang

berlaku merupakan hal yang penting untuk sejauhmana individu tersebut

dapat menaikkan statusnya dan untuk mendapatkan berbagai manfaat dari

kelompok. Norma bisa berupa norma deskriptif (decriptive norm) dan

injunctive norms. Norma deskriptif adalah norma yang menjelaskan apa yang

dilakukan oleh kebanyakan orang dalam situasi tertentu. Norma deskriptif

mempengaruhi perilaku dengan menginformasikan kepada individu perilaku

apa yang pada umumnya efektif pada situasi tertentu. Injuctive norms adalah

norma yang menjelaskan apa yang ’seharusnya’ dilakukan dalam situasi

tertentu, menjelaskan perilaku apa yang diterima atau tidak diterima dalam

situasi tertentu.

Page 29: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Telah dikemukakan terdahulu bahwa karakteristik kelompok yang

pertama adalah ”tujuan”. Tujuan kelompok mendefinisikan ruang lingkup

kelompok tersebut yang mengikat anggotanya. Suatu kelompok ada karena

ada suatu tujuan tertentu. Kelompok partai ada karena ada tujuan politis,

mengubah sistem pemerintahan, misalnya. Dengan adanya tujuan tersebut,

ruang lingkup kelompok tersebut pun dapat dirumuskan secara nyata, yakni

sebagai kelompok di bidang politik/pemerintahan. Tujuan mengikat

anggotanya karena ”tujuan” tersebut tidak dapat diraih oleh anggota

kelompok seorang diri. Sangat kecil kemungkinan seorang individu dapat

mengubah, memimpin sistem pemerintahan seorang diri, bahkan cenderung

mustahil.

Karakteristik kedua adalah adanya pola komunikasi yang stabil

antara anggota. Pola komunikasi ini terbentuk karena ada saling

ketergantungan antara anggota kelompok dan adanya interaksi antara

individu dalam kelompok. Dengan adanya rasa ketergantungan maka

dibutuhkan interaksi antar anggota. Dalam interaksi dibutuhkan suatu pola

komunikasi untuk memfasilitasi interaksi tersebut. Pola komunikasi dalam

kelompok bisa dalam bentuk yang terstruktur, formal, atau yang bersifat

informal. Misalnya, suatu keputusan ketua dalam partai disampaikan kepada

seluruh anggotanya secara formal melalui surat. Dalam situasi yang lain,

seorang anggota biasa bisa berbincang-bincang dengan ketua partai secara

informal. Suatu kelompok dapat disebut kelompok hanya apabila terdapat

komunikasi dan interaksi antar anggotanya.

Karakteristik berikutnya adalah adanya prosedur penanganan

masalah. Prosedur ini dapat bersifat formal, maupun non formal. Secara

formal, suatu kelompok memiliki prosedur tetap untuk mengatasi masalah.

Misalnya, bila terjadi pelanggaran peraturan, maka dapat diterapkan sanksi

lisan, sanksi tertulis, dan dikeluarkan dari kelompok. Penerapan sanksi

Page 30: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

tersebut tersusun dan tertulis, dan mengikuti mekanisme tertentu. Secara non

formal, konflik antara anggota dapat ditengahi oleh pemimpin, atau oleh

tokoh senior dalam kelompok. Suatu kelompok harus memiliki prosedur

penanganan masalah baik secara formal maupun non formal

Karakteristik terakhir dari kelompok adalah adaptasi. Kelompok

akan menyesuaikan dirinya terhadap organisasi, masyarakat dan kebudayaan

di mana ia berada. Pada dasarnya suatu kelompok berada dalam kelompok

lain yang lebih besar, di mana kelompok terbesar adalah masyarakat. Oleh

karena itu, untuk dapat diterima, suatu kelompok harus bisa mengikuti

peraturan (norma) kelompok yang lebih besar, dan norma yang paling besar

adalah kebudayaan.

Setiap kelompok pasti mengalami perubahan seiring dengan

berjalannya waktu. Hal ini terjadi baik karena perubahan dalam struktur

keanggotaan, tuntutan dalam kelompok itu sendiri, maupun sebagai adaptasi

kelompok terhadap tuntutan eksternal. Menurut Bales (1965, dalam Vaughn

dan Hugg, 2005), kelompok berubah melalui tahap-tahap yang berulang

(recurring phase theory). Menurut teori ini, suatu kelompok perlu

menemukan titik keseimbangan antara pekerjaan yang berorientasi pada

tugas dengan ekspresi emosional anggota kelompok. Hal ini dibutuhkan

untuk membangun hubungan baik antar anggota. Dinamika kelompok

berjalan dalam batasan dua hal tersebut, ada periode di mana kelompok akan

fokus pada ekspresi emosional untuk membangun solidaritas, dan akan ada

periode di mana kelompok akan lebih fokus pada kerja.

Pendekatan lain terhadap dinamika kelompok adalah teori

perubahan secara bertahap (sequential-stage theories). Dari sisi individual,

Morland dan Levine (1988, dalam Vaughn dan Hogg, 2005) menyatakan

bahwa anggota kelompok mengalami beberapa fase perkembangan. Diawali

dengan calon anggota (prospective member), anggota baru, anggota penuh,

Page 31: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

anggota marjinal, dan diakhiri dengan mantan anggota. Pada masing-masing

tahap, perhatian anggota terhadap kelompok berbeda-beda pula. Misalnya,

seorang mahasiswa yang sedang memilih antara beberapa partai politik yang

gencar menawarkan kaderisasi dalam kampus. Masing-masing partai akan

berusaha memikat calon dengan menawarkan berbagai macam fasilitas, dan

mencari kesamaan dalam tujuan. Pada tahap ini status mahasiswa tersebut

adalah calon anggota ia akan memilih kelompok (partai) mana yang

memiliki tujuan yang paling sama dengan tujuan peribadinya.Hal ini bisa

bedasarkan orientasi agama, atau berdasarkan visi partai dalam mekanisme

pemerintahan yang ”benar”.

Setelah mahasiswa tersebut memilih dan bergabung menjadi

anggota baru, ia akan mencoba mengubah kelompok sesuai dengan

kebutuhannya, sementara kelompok akan mencoba mengubah individu untuk

memenuhi kebutuhan kelompok. Hal ini lebih mudah dilakukan oleh

kelompok karena kelompok dapat menawarkan status sebagai imbalan

terhadap kepatuhan terhadap norma kelompok, group influence. Setelah

berada dalam kelompok, sebagai anggota penuh, individu akan mencari

posisi spesifik dalam kelompok yang sesuai untuk dirinya. Individu bisa

mencoba untuk masuk dalam berbagai divisi tertentu dalam partai, atau

masuk ke struktur kepemimpinan partai.Apabila individu berhasil, maka ia

bisa mendapatkan peran yang memberikannya status yang penting. Hanya

ketika individu memiliki status yang tinggi, misalnya ketua, ia dapat

melakukan perubahan untuk lebih memenuhi kebutuhan dan tujuannya.

Namun bisa juga individu tersebut tidak mendapatkan peran yang signifikan

hingga hanya menjadi anggota marjinal.

Tahap terakhir adalah mantan anggota, hal ini terjadi apabila

individu memilih untuk keluar, atau dikeluarkan oleh kelompok. Kebanyakan

mantan anggota tidak memiliki pengaruh apa pun terhadap kelompok, hanya

Page 32: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

dalam kasus-kasus khusus seorang mantan anggota kelompok masih dapat

memberikan pengaruh terhadap kelompok.

Tuckman (1965, dalam Vaughn dan Hogg, 2005) mengajukan teori

mengenai perubahan kelompok dari segi perkembangan kelompok itu sendiri,

khususnya yang berkenaan dengan kelompok kecil yang sifatnya ad-hoc,

seperti kelompok kerja atau satuan tugas. Menurut pendapatnya suatu

kelompok akan melalui lima tahap perkembangan yakni, (a) tahap

pembentukan kelompok (forming), (b) pencarian jati diri (storming), (c)

pengukuhan nilai-nilai dan struktur (norming), (d) berkarya (performing),

dan (e) pembubaran (adjourning). Secara skematis lima tahap perkembangan

kelompok ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar : Lima tahap perkembangan kelompok

Prestage Stage I Stage II Stage III Forming Storming Norming

Stage VI Stage V Performing Adjourning

Sumber : Robbins, 2003:221.

Page 33: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Berdasarkan lima tahap perkembangan ini, Johnson dan Johnson

(2006) mengembangkannya menjadi tujuh tingkat perkembangan kelompok,

sebagai berikut:.

Tahap pertama, mendefinisikan dan mementuk struktur pelaksanaan

(Defining and Structuring procedures). Ketika kelompok mulai dibentuk,

anggota akan bertanya mengenai peran mereka dan apa tujuan dibentuknya

kelompok tersebut. Pada tahap ini dibutuhkan seorang kordinator yang dapat

menjelaskan prosedur dalam kelompok, mendefinisikan tujuan kelompok,

membangun saling ketergantungan antara anggota kelompok, dan secara

umum mengorganiasikan kelompok.

Tahap kedua, mengikuti tatacara pelaksanaan kelompok dan saling

mengenal antar anggota (conforming to procedures and getting acquainted).

Ketika anggota kelompok mulai bekerja dalam kelompok, mereka mulai

memahami cara kelompok bekerja dan dalam prosesnya mulai berlangsung

pengenalan antar anggota. Dalam tahap ini fungsi kordinator tetap penting

sebagai sumber informasi mengenai arah dan tujuan kelompok, dan

cara/prosedur untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam tahap ini pula

kordinator menanamkan norma kelompok terhadap anggotanya.

Tahap ketiga, memahami kesamaan dan membangun kepercayaan

(recognizing mutuality and building trust). Sesuai dengan namanya, pada

tahap ini perkembangan kelompok ditandai dengan pemahaman anggota

kelompok mengenai perlunya saling ketergantungan antara anggota, dan

membentuk rasa percaya satu sama lain. Kelompok mulai berfungsi sebagai

satu unit atau sebagai suatu kesatuan yang menentukan kegagalan atau

keberhasilan bersama.

Tahap keempat, pemberontakan dan pembedaan (rebelling and

differentiating). Pada tahap ini anggota kelompok melakukan protes terhadap

kordinator dan prosedur yang berlaku. Selain itu anggota akan membedakan

Page 34: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

dirinya dari anggota lain melalui perbedaan pendapat dan konflik. Periode

penentangan terhadap otoritas bisa berlangsung dalam jangka waktu pendek

atau jangka panjang. Tahap ini merupakan titik ubah dari kelompok yang

bergantung pada satu sosok (kordinator) menjadi kelompok yang mandiri.

Selain itu proses pembedaan antara anggota menghasilkan batasan peran

yang jelas dan otonomi individual.

Tahap kelima, komitmen terhadap tujuan kelompok dan prosedur

(commiting to the groups’s goals and procedures). Pada tahap ini kelompok

tidak lagi bergantung pada koordinator. Terjadi saling ketergantungan antara

anggota, dan munculnya komitmen individual dalam proses kolaboratif

kelompok. Rasa memiliki kelompok semakin kental pada para anggota dan

terjadi internalisasi nilai-nilai kelompok. Kepedulian terhadap anggota lain

meningkat, rasa persaudaraan terbentuk, dan muncul tanggungjawab bersama

terhadap kesejahteraan anggota lain dan kelompok secara keseluruhan.

Motivasi anggota berubah menjadi motivasi intrinsik.

Tahap keenam, berfungsi secara dewasa dan produktif (functioning

maturely and productively). Setelah melewati tahap-tahap sebelumnya, pada

tahap ini kelompok telah memiliki kematangan, otonomi dan produktivitas.

Selanjutnya muncul identitas kelompok. Anggota kelompok bekerjasama

untuk mencapai berbagai macam tujuan dan konflik dapat diatasi secara

efektif. Fungsi kordinator berubah menjadi konsultan, kolaborasi antar

anggota meningkat, sementara hubungan baik terus dijaga. Tahap ini

menandai perubahan kelompok menjadi kelompok efektif, dan tidak semua

kelompok bisa sampai ke tahap ini.

Tahap ketujuh, pembubaran (terminating). Setiap kelompok

memiliki umur yang pasti, bisa singkat, beberapa bulan ( kelompok kerja

dalam proyek) atau bisa sangat lama (kelompok Freemason sudah berusia

ratusan tahun). Namun, pada akhirnya setiap kelompok akan bubar.

Page 35: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Pembubaran dapat terjadi secara menyeluruh, suatu kelompok dapat tidak

ada sama sekali, atau dapat juga terjadi hanya pada bagian-bagian tertentu,

kelompok tetap ada tapi anggotanya sudah berubah total. Misalnya,

kelompok struktur kepemimpinan partai pada periode tertentu, ketika masa

kepemimpinan berakhir, maka berakhir pula unit tersebut, namun partai

sebagai kelompok besar, tetap ada. Perubahan dalam kelompok pasti terjadi,

karena anggota meninggal, pensiun, atau ingin melakukan hal lain dalam

hidupnya.

Faktor lain yang berperan dalam dinamika kelompok adalah

kohesivitas (cohesiveness) yang merupakan kekuatan yang mengikat seluruh

anggota dalam kelompok. Dengan kata lain, kohesivitas merupakan suatu

bentuk keeratan dan kekompakan dalam kelompok. Secara spesifik,

kohesivitas mengacu pada semua kekuatan dan faktor yang membuat anggota

suatu kelompok tetap berada dalam kelompok tersebut, seperti menyukai

anggota kelompok lainnya dan keinginan untuk meningkatkan status dengan

berada dalam kelompok yang tepat. Kedekatan antar anggota kelompok tidak

semata-mata dilandasi oleh ketertarikan terhadap karakteristik individual,

akan tetapi sejauhmana individu dapat menampilkan perilaku dan memiliki

sifat yang sesuai dengan karakteristik kelompok. Misalnya, suatu kelompok

pemuda binaan partai terkenal sebagai kelompok yang ”ditakuti”. Seorang

anggota yang dapat menampilkan sifat ’macho’, ’sangar’ dan berani,

kemungkinan besar akan disukai karena ia dapat mereperesentasikan

karakterisitik perkumpulan pemuda tersebut. Terlepas apakah sebenarnya

sebagai individu, anggota tersebut lemah lembut, bertuturkata sopan, dan

cenderung pendiam. Gejala ini dikenal sebagai depersonalized attraction,

yaitu menyukai anggota kelompok lainnya karena individu tersebut berada

dalam kelompok yang sama, dan dapat menjiwai dan menampilkan

karkteristik kelompok, terlepas dari sifatnya sebagai individu.

Page 36: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Kohesivitas kelompok juga dipengaruhi oleh struktur kelompok.

Status dan peran anggota sangat mempengaruhi kohesivitas. Anggota dengan

status yang tinggi cenderung lebih erat dibandingkan dengan anggota dengan

status rendah. Selain itu, proses penerimaan ke dalam kelompok juga

berpengaruh terhadap keeratan. Pada umumnya semakin sulit untuk

bergabung dalam suatu kelompok, semakin tinggi kohesivitas dalam

kelompok tersebut. Faktor eksternal, seperti adanya ancaman dan kompetisi

dari luar juga meningkatkan kohesivitas suatu kelompok. Faktor terakhir

adalah ukuran kelompok. Kelompok kecil cenderung lebih erat dibandingkan

dengan kelompok dengan ratusan atau ribuan anggota.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa dinamika kelompok

merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan struktur kelompok dan

tahap-tahap perkembangan kelompok. Proses dinamika kelompok juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti kohesivitas, dan faktor

eksternal yang berupa tuntutan masyarakat dan budaya.

Menurut Kurt Lewin peran adalah sekumpulan perilaku yang diharapkan

ditampilkan oleh individu dalam kelompok. Pilih salah satu kelompok

dimana anda menjadi anggota, kemudian jelaskan peran anda dalam

kelompok tersebut, dan perilaku apa yang diharapkan dari anda. Kaitkan

peran yang diharapkan dari anda dengan norma yang berlaku dalam

kelompok, baik descriptive norm maupun injuctive norm. Diskusikan

jawaban anda dalam kelompok.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 37: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Petunjuk Jawaban Latihan

Pelajarilah dengan seksama karakteristik kelompok yang berkenaan dengan norma atau “aturan main” kelompok yang berisi perilaku apa yang diperbolehkan atau dilarang ditampilkan oleh individu sebagai anggota kelompok. Pelajari juga pengertian dan perbedaan antara descriptive norm dan injuctive norm.

Dinamika kelompok atau group dynamics adalah suatu bidang ilmu

pengetahuan yang mempelajari perilaku individu dalam kelompok, seperti

karakteristik, perkembangan, dan pengaruh kelompok (group influence).

Konsep dinamika kelompok pertama kali dicetuskan oleh Kurt Lewin pada

tahun 1940an, yang intinya menyatakan bahwa setiap kelompok memiliki

struktur, norma dan peran tertentu. Selanjutnya Lewin menyatakan bahwa

kelompok memiliki lima karakteristik dasar : tujuan, pola komunikasi,

fungsi spesifik masing-masing anggota, prosedur penanganan masalah, dan

adaptasi.

Tujuan kelompok mendefinisikan ruang lingkup kelompok, suatu

kelompok ada karena ada suatu tujuan tertentu. Misalnya, kelompok partai

ada karena ada tujuan politis. Karakteristik kedua, adalah adanya pola

komunikasi yang stabil antara anggota. Pola komunikasi terbentuk karena

adanya rasa ketergantungan antara anggota kelompok. Pola komunikasi

dalam kelompok bisa dalam bentuk yang terstruktur, formal, atau informal.

Karakteristik berikutnya adalah adanya prosedur penanganan masalah.

Prosedur ini bisa bersifat formal, misalnya dengan sanksi tertulis, atau non

RANGKUMAN

Page 38: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

formal, misalnya diselesaikan oleh pemimpin, atau tokoh senior.

Karakteristik terakhir adalah adaptasi, kelompok pasti akan mengalami

perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, kelompok

harus mampu beradaptasi terhadap perubahan organisasi, masyarakat, dan

kebudayaan di mana dia berada.

Mengenai peran, Lewin menjelaskannya sebagai sekumpulan

perilaku yang diharapkan ditampilkan oleh individu dalam kelompok.

Peran masing-masing individu berbeda dalam kelompok, namun

dibutuhkan untuk tercapainya tujuan kelompok. Peran seseorang dapat

ditentukan oleh kelompok, atau didapatkan secara tidak langsung. Karena

keanggotaaan individu bisa pada lebih dari satu kelompok, maka dapat

muncul konflik peran yang berakibat munculnya stres pada individu.

Dalam konflik peran, ada kecenderungan pada individu untuk

mengutamakan salah satu perannya.

Suatu kelompok juga memiliki sistem herarki, baik secara formal

maupun informal, peran individu dalam kelompok berkaitan erat dengan

statusnya (posisi/peringkat) dalam kelompok. Status juga digunakan

sebagai mekanisme kontrol keanggotaaan dalam kelompok. Semakin tinggi

status individu dalam kelompok, semakin penting peran yang dimilikinya,

dan dengan demikian semakin besar pula fasilitas dan imbalan yang

didapatkannya. Oleh karena itu, status merupakan salah satu faktor dari

pengaruh kelompok (group influence).

Karakteristik lain dari kelompok yang berkaitan dengan peran dan

status adalah norma, yaitu peraturan tidak tertulis mengenai perilaku apa

yang diperbolehkan, dan perilaku apa yang tidak. Ada dua macam norma,

descriptive norm dan injuctive norm. Descriptive norm mengacu pada apa

yang dilakukan oleh kebanyakan orang dalam situasi tertentu. Sementara

Page 39: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

injuctive norm mengacu pada apa yang “seharusnya” dilakukan dalam

situasi tertentu.

Proses dinamika kelompok dapat terjadi melalui tahap-tahap yang

berulang (recurring phase theory), atau secara berurut (sequential-stage

theories) Menurut recurring phase theory, suatu kelompok perlu

menenmukakn titik keseimbangan antara pekerjaan yang berorientasi pada

tugas dengan ekspresi emosional anggota kelompok. Dalam pendekatan

sequantial-stage theories, anggota kelompok mengalami beberapa fase

perkembangan, mulai sebagai calon anggota (prospectus member), anggota

penuh, dan terakhir sebagai mantan anggota. Individu dalam kelompok

akan mencoba untuk mengubah kelompok untuk kepentingannya,

sementara kelompok pun akan mengubah individu sesuai dengan keinginan

kelompok melalui group influence. Pendekatan lain memfokuskan pada

perkembangan kelompok itu sendiri. Perubahan kelompok melalui lima

tahap, pembentukan, pencarian jati diri, pengukuhan nilai-nilai, berkarya,

dan pembubaran.

Kelima tahap ini kemudian dikembangkan menjadi tujuh tingkat

tahap perkembangan kelompok. Tahap pertama adalah mendefinisikan dan

membentuk strukrur pelaksanaan. Tahap kedua adalah mengikuti tatacara

pelaksanaan kelompok dan saling mengenal antar anggota. Tahap ketiga,

memahami kesamaan dan membangun kepercayaan. Tahap keempat,

pemberontakan dan pembedaan. Tahap kelima, komitmen terhadap tujuan

kelompok dan prosedur. Tahap keenam, kelompok berfungsi secara

dewasa dan produktif. Tahap terakhir adalah pembubaran, karena pada

akhirnya setiap kelompok pasti akan mencapai umurnya.

Faktor lain yang berperan dalam dinamika kelompok adalah

kohesivitas, yang merupakan suatu bentuk keeratan dan kekompakan

dalam kelompok. Kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh struktur

Page 40: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

kelompok, status dan peran anggotanya. Faktor kesulitan masuk dalam

kelompok, ada atau tidaknya tekanan eksternal, dan ukuran kelompok juga

mempengaruhi keeratan kelompok.

Dari uraian di atas, jelas bahwa kelompok sangat dinamis. Baik

individu di dalam kelompok, maupun kelompok itu sendiri terus

mengalami perubahan dengan berjalannya waktu.

1. Dinamika kelompok mempelajari hal-hal berikut ini

A. Karakteristik individu dalam kelompok

B. Pengaruh kelompok terhadap individu didalamnya

C. Perkembangan individu maupun kelompok

D. Semua jawaban benar

2. Seorang senior di Fakultas Psikologi menganjurkan para yunior, dan

mahasiswa baru untuk ikut kegiatan perkemahan (camping).

Menurut anda, dalam pendekatan kelompok, hal apa yang ia

gunakan ? Pilih jawaban yang paling tepat.

A. Ia menggunakan statusnya sebagai senior

B. Ia menggunakan statusnya sebagai mahasiswa

C. Ia menggunakan perannya sebagai panitia acara

D. Ia menggunakan perannya sebagai teman

TES FORMATIF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 41: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

3. Seorang anggota partai berseteru dengan anggota lainnya. Apabila

permasalahan ini akan diselesaikan secara informal, maka caranya

adalah masing-masing anggota partai yang terlibat:

A. diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. dibawa ke pengadilan

C. dikeluarkan dari partai

D. diajak makan-makan di restoran besar kemudian

didamaikan

4. Di suatu desa akan dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir.

Beberapa warga merasa keberatan dengan rencana ini dan tanpa

diorganisir membentuk suatu kelompok “Warga Anti Nurklir”.

Warga desa tersebut membentuk kelompok karena :

A. Adanya kebutuhan untuk meningkatkan status mereka di

antara warga desa.

B. Adanya tujuan bersama utnuk menentang pembuatan

reaktor nuklir

C. Adanya kepentingan individu untuk melawan perubahan

D. Semua jawaban salah

5. Berdasarkan Johnson dan Johnson terdapat tujuh tahap

perkembangan kelompok. Pada tahap pembentukan kelompok

“Warga Anti Nuklir” hal apa saja yang menjadi pertimbangan

kelompok ?

A. Saling mengenal antar anggota dan mengikuti tatacara

pelaksanaan kelompok.

Page 42: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

B. Memahami kesamaan antar anggota dan membangun

kepercayaan

C. Dipilihnya koordinator untuk menjelaskan peran masing-

masing anggota dan tujuan kelompok

D. Komitmen terhadap tujuan kelompok dan mengikuti

prosedur yang ada

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Page 43: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Kegiatan Belajar 4

KEPEMIMPINAN

Ketika anda mendengar nama-nama seperti Soekarno, Mahatma

Gandi, Nelson Mandela, dan Mao Tse Tung, apa yang terlintas di pikiran

anda? Kemungkinan besar anda akan menjawab bahwa mereka semua adalah

pemimpin besar bangsanya. Mereka masing-masing telah membawa suatu

perubahan besar bagi bangsanya, selain itu mereka dicintai, dipatuhi dan

diiukuti oleh jutaan jiwa manusia. Maka muncul pertanyaan, sifat (trait) apa

yang dimiliki oleh para pemimpin besar? Selain itu apa yang dilakukan oleh

para pemimpin besar sehingga mereka diikuti oleh banyak orang? Untuk bisa

menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ikutilah uraian materi dalam Kegiatan

Belajar 4 berikut ini.

Sebelumnya menjawab pertanyaan ini, ada baiknya diperjelas

terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kepemimpinan (leadership).

Salah satu rumusan kepemimpinan adalah suatu proses yang merujuk kepada

adanya satu anggota kelompok (seorang pemimpin) yang mempengaruhi

anggota kelompok lainnya dalam mencapai suatu tujuan bersama (Baron dan

Byrne, 1997 :13).

Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah anggota kelompok yang

memiliki pengaruh yang paling besar dalam suatu kelompok,

Dengan demikian, jelas bahwa seorang pemimpin besar memiliki

sifat kepemimpinan tertentu. Untuk memahami sifat kepemimpinan ini, pada

awalnya ilmuwan melihat atau mempelajari sifat kepribadian pemimpin (trait

Page 44: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

approach) Pendekatan ini dikenal dengan The Great Person Theory (teori

orang hebat), yang mengacu pada pandangan bahwa pemimpin besar

memiliki berbagai karakterisitik sifat tertentu yang membedakan mereka dari

kebanyakan manusia. Karakterisitik tersebut selalu dimiliki oleh para

pemimpin hebat, kapan pun dan di mana pun mereka berada. Namun,

penelitan-penelitian terhadap hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan

antara kareakteristik sifat kepribadian pemimpin dengan efektivitas

kepemimpinan ternyata rendah (0,30). (Yukl, 1998 dalam Baron,

Branscombe, dan Byrne, 2008) Namun, ketika dilakukan rangkuman

terhadap penelitian-penelitian serupa ditemukan bahwa pemimpin yang

efektif cenderung memiliki kebutuhan akan keberhasilan (need for

achievement), harga diri (self esteem), motivasi (motivation), orisinalitas

(originality), dan toleransi terhadap stres (stress tolerance) yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pemimpin yang kurang efektif.

Meninjau sosok Soekarno, sebagai salah satu contoh pemimpin

efektif, jelas bahwa beliau adalah orang yang sangat percaya diri.

Kebutuhannya akan keberhasilan ditunjukkan dengan kegigihannya dalam

berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Perjuangan yang beliau lakukan

tidaklah sebentar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu motivasi yang

sangat besar dalam dirinya. Sementara serangkaian orasi beliau

menunjukkan gagasan yang orisinal. Toleransi yang tinggi terhadap stres

ditunjukkan dengan selalu tampil penuh semangat walaupun nyawanya

seringkali terancam.

Penelitian-penelitian selanjutnya mencoba untuk melihat dimensi

lain dari seorang pemimpin yang efektif, yaitu perilakunya. (Lippit & White,

1934; Stugdill, 1974 dalam Vaughn & Hogg, 2005). Pendekatan ini dikenal

sebagai Behavioral Theory of Leadership. Penelitian oleh Robert Bales

Page 45: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

(1950), misalnya, menunjukkan bahwa pada dasarnya ada dua macam gaya

kepemimpinan, yaitu pemimpin kerja (task leader) dan pemimpin sosio-

emosional (socio-emotional leader). Pemimpin kerja mengontribusikan ide-

ide, mencari dan memberikan informasi dan opini, mengoordinasi aktivitas

kelompok, memberikan ’energi’ ke dalam kelompok, dan mengeveluasi

kinerja kelompok. Sementara, pemimpin sosio-emosional memberikan

pujian, memediasi konflik, mendorong partisipasi, dan juga memberikan

umpan balik terhadap kelompok dan proses kelompok. Dengan kata lain,

pemimpin kerja adalah pemimpin yang berorientasi pada tugas yang

dihadapi, sedangkan pemimpin sosio-emosional lebih berorientasi pada

orang-orang yang menjalankan tugas. Pada kelompok informal seringkali

kedua peran tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda, tetapi dalam suatu

kelompok kerja (task force) yang pemimpinnya merupakan hasil pemilihan,

kedua peran tersebut dilakukan oleh satu orang.

Penelitian lain (Fleshman, 1973: Stogdill, 1974, dalam Vaughn &

Hogg, 2005) juga membagi gaya pemimpin menjadi dua dimensi. Dimensi

pertama adalah initiating structure/production orientation, yaitu gaya

kepemimpinan yang berfokus pada penyelesaian tugas. Pemimpin akan

mengorganisasi kerja, mendorong bawahan untuk mengikuti peraturan,

menetapkan target, dan memperjelas perbedaan peran pemimpin dan

bawahan. Dimensi kedua adalah consideration/person orientation,

pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih fokus pada menjalin

hubungan baik dengan bawahannya agar disukai. Mereka akan membantu

bawahannya, memberikan penjelasan kepada bawahan, dan meperhatikan

kesejahteraan bawahannya.

Gaya kepemimpinan lain (Lippit dan White, 1943, dalam Vaughn &

Hogg, 2005), yang masih berhubungan dengan dimensi kepemimpinan di

atas, adalah gaya otokratis (autocratic leadership style) dan gaya demokratis

Page 46: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

(democratic leadership style) Gaya otokratis lebih cenderung berorientasi

kepada pekerjaan karena pemimpin membuat semua keputusan. Sementara

gaya demokratis, cenderung berorientasi pada manusia (people oriented),

karena melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.

Penelitian-penelitian di atas menunjukkan adanya dua dimensi

mendasar perilaku pemimpin, yaitu pemimpin yang berorientasi pada tugas,

dan pemimpin yang berorientasi pada individu-individu yang melakukan

tugas. Jelas bahwa orang cenderung lebih menyukai pemimpin yang

demokratis dibandingkan dengan pemimpin otokratis, dan pada umumnya

perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas menimbulkan ketidakpuasan

yang lebih tinggi pada bawahan dibandingkan dengan perilaku pemimpin

yang berorientasi pada bawahan. Namun, tidak dapat dikatakan bahwa satu

jenis perilaku pemimpin akan memberikan hasil yang lebih baik

dibandingakan perilaku pemimpin yang lainnya. Kepemimpinan yang efektif

perlu menggabungkan kedua dimensi tersebut, yaitu pemimpin yang peduli

terhadap bawahannya dan tetap fokus pada tugas yang dihadapi.

Renis Likert, seorang peneliti dari Amerika, mencoba untuk

mengambil sudut pandang yang berbeda. Ia berhasil mengidentifikasi empat

macam perilaku pemimpin yang efektif. Dua dari perilaku tersebut adalah

perilaku mendukung (supportive behaviours), dan membuat target kerja yang

tinggi (high performance goal) telah ditunjukkan oleh kedua dimensi

kepemimpinan yang telah disebutkan di atas. Perilaku pemimpin yang efektif

lainnya adalah kemampuan untuk menyupervisi kelompok, bukan individu,

dan kemampuan untuk memosisikan dirinya sebagai juru bicara kelompok.

Seorang pemimpin yang menunjukkan keempat perilaku ini memiliki

kelompok yang lebih puas, hubungan yang lebih erat, mampu berkomunikasi

lebih efektif, dan kelompok lebih termotivasi. Selain itu, kelompok yang

dipimpin pun menjadi lebih produktif, lebih sedikit mengeluh, dan jarang ada

Page 47: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

anggota yang keluar dari kelompok. Penerapan sistem Likert telah terbukti

dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan.

Selain sifat kepribadian (personality strait) dan gaya kepemimpinan,

faktor lain yang juga berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan adalah

situasi dan kondisi kerja. Penelitian terhadap para politisi dari dua partai

besar di Amerika, Democrats dan Republicans, menunjukkan bahwa

efektivitas dari suatu gaya kepemimpinan bergantung pada situasi di mana

pemimpin tersebut bekerja. Situasi yang berbeda membutuhkan strategi

kepemimpinan yang berbeda pula (situational approach)

Perhatikan ilustrasi berikuti ini: Seorang jenderal sebagai pemimpin

di medan perang, dan seorang psikolog sosial yang menjadi pemimpin

program rehabilitasi pascabencana yang dijalankan oleh Lembaga Swadaya

masyarakat (LSM) Jenderal yang sangat otoriter memenangkan perang

dengan cepat dan memperoleh tanda jasa, sementara psikolog yang otoriter

dengan cepat diturunkan dan digantikan oleh anggota LSM yang lain.

Mengapa suatu kepemimpinan yang jelas efektif pada satu situasi,

berdampak sangat buruk pada situasi lainnya? Pertama-tama, terdapat

perbedaan organisasi: militer adalah organisasi formal, sementara LSM

adalah organisasi non-formal. Perbedaan jenis organisasi mempengaruhi

status pemimpin dalam organisasi. Seorang jenderal menjadi pemimpin

berdasarkan sistim hierarki formal yang diterapkan oleh institusi. Sementara

psikolog sebagai pemimpin sukarelawan menjadi pemimpin karena

kesepakatan anggota lainnya. Maka, walaupun statusnya sebagai pemimpin,

individu tersebut tidak memiliki kekuasaan yang sebenarnya, berbeda dengan

jenderal yang jelas memiliki wewenang atas prajurit-prajuritnya. Perbedaan

lainnya adalah kondisi kerja. Dalam medan perang, pemimpin dan anggota

dihadapkan pada kondisi hidup atau mati, sehingga keputusan yang diambil

oleh pemimpin sangat vital demi keselamatan kelompok. Maka seorang

Page 48: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

jenderal di medan perang membutuhkan gaya kepemimpinan yang otokratis

karena perlu membuat keputusan dengan cepat, dan keputusan tersebut harus

dipatuhi oleh semua bawahannya. Sementara kondisi kerja yang dialami para

sukarelawan jauh lebih aman, sehingga tidak dibutuhkan seorang pemimpin

yang otoriter. Di sini justru yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bisa

menjaga motivasi para sukarelawan. Pemimpin yang otoriter justru akan

ditinggalkan oleh rekan-rekannya. Selain itu jenis pekerjaan yang dilakukan

juga berbeda. Semakin cepat perang dapat dimenangkan semakin bagus.

Sementara proses rehabilitasi membutuhkan proses yang lebih lama. Maka

dapat disimpulkan bahwa tipe organisasi, kondisi dan lingkungan kerja, serta

jenis pekerjaan mempengaruhi strategi kepemimpinan yang dapat digunakan

agar efektif.

Suatu model kepemimpinan efektif yang cukup rumit diajukan oleh

Victor Vroom dan Phillip Yetton (1997). Mereka mempromosikan

Normative Model of Leadership (model normatif kepemimpinan). Menurut

mereka, strategi kepemimpinan yang paling efektif bergantung pada beberapa

hal, yakni sejauhmana keputusan dapat dilakukan secara rasional, dan

sejauhmana komitmen pengikut yang diinginkan, serta seberapa banyak

waktu yang tesedia untuk mengambil keputusan. Dengan bertanya kepada

dirinya sendiri, seorang pemimpin dapat memilih lima alternatif strategi yang

dapat digunakan dalam situasi tertentu. Pertanyaanya adalah sebagai berikut:

Apakah ada kebutuhan kualitas sehingga suatu solusi lebih

rasional dibandingkan dengan solusi lainnya?

Apakah anda memiliki cukup informasi untuk membuat

keputusan yang tepat?

Apakah masalahnya terstruktur?

Apakah bawahan menganggap keputusan yang ditetapkan

sebagai keputusan penting, sehingga bawahan mau menjalankan

Page 49: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

keputusan tersebut.

Jika anda harus mengambil keputusan sendiri, apakah anda

yakin akan diterima oleh bawahan anda?

Apakah bawahan anda turut memahami tujuan organisasi yang

akan dicapai dengan terpecahkannya masalah ini?

Apakah konflik di antara bawahan dapat anda selesaikan

diselesaikan dengan solusi yang anda pilih?

Berdasarkan jawaban terhadap masing-masing pertanyaan, seorang

pemimpin dapat memilih satu dari lima strategi berikut:

1. Anda menyelesaikan masalahnya sendiri,

2. Anda mencari informasi-informasi yang dibutuhkan dari

bawahan untuk menyelesaikan masalah dan kemudian baru

melakukan keputusan sendiri,

3. Anda menceritakan masalahnya pada bawahan anda secara

individual, baru kemudian anda mengambil keputusan,

4. Anda menceritakan masalahnya pada bawahan anda secara

berkelompok, baru kemudian anda mengambil keputusan, atau

5. Anda menceritakan masalahnya pada bawahan anda secara

berkelompok, baru kemudian anda mengambil keputusan

bersama dengan kelompok.

Kembali ke tokoh-tokoh pada awal tulisan ini, jelas bahwa mereka

adalah pemimpin yang efektif. Tidak hanya itu, mereka masuk ke dalam

kategori pemimpin transformational atau pemimpin karismatik. Hasil studi

House & Howell (1992, dalam Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008)

menunjukkan bahwa pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mampu

mempengaruhi dan menggerakkan jutaan orang, sehingga menghasilkan

Page 50: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

suatu perubahan yang besar. Mereka juga mengemukakan bahwa pemimpin

karismatik memiliki beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik pertama

adalah, idealized influence, mereka menjadi tokoh yang diidolakan dan

manjadi contoh bagi pengikutnya. Soekarno merupakan tokoh nasional yang

masih diidolakan oleh jutaan orang walaupun beliau telah lama tiada.

Karakteristik kedua adalah, intelectual stimulation, mereka menumbuhkan

kreativitas pada pengikutnya dengan mempertanyakan asumsi-asumsi dan

status quo. Pada periode sebelum kemerdekaan, Soekarno terus mendorong

perjuangan menuju kemerdekaan bangsa, beliau banyak mempertanyakan

hak Belanda selaku status quo. Karakteristik ketiga, inspirational motivation,

pemimpin karismatik mampu menggambarkan visi yang jelas dan

menumbuhkan semangat bagi pengikutnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa

pidato-pidato Soekarno mampu membangkitkan semangat jutaan rakyat

Indonesia. Karakteristik keempat, pemimpin karismatik menunjukkan

individual consideration, yaitu memperhatikan dan memberikan dukungan

terhadap kebutuhan individual pengikutnya. Walaupun setelah menjadi

Presiden, Soekarno sering terlihat berdialog langsung dengan rakyat,

menunjukkan kepedulian akan kebutuhan mereka. Keempat karakteristik

tersebut telah menjawab pertanyaan ”apa yang dimiliki oleh para pemimpin

besar?”.

Apa yang dilakukan oleh para pemimpin besar sehingga mereka

diikuti oleh banyak orang?. Menurut Shamir, House, dan Arthur (1993,

dalam Robbins, 2003) ada empat langkah yang dilakukan oleh para

pemimpin besar. Pertama, pemimpin karismatik menggambarkan keadaan di

masa depan yang dapat dan seharusnya dicapai oleh kelompok maupun

organisasi yang dipimpinnya. Soekarno yakin bangsa Indonesia pasti

merdeka. Sejauhmana gambaran tersebut diterima dan diyakini oleh

pengikutnya akan mempengaruhi komitmen mereka terhadap pemimpin

Page 51: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

tersebut. Kedua, pemimpin karismatik tidak hanya memberikan gambaran,

tapi mereka juga menjabarkan dengan jelas kepada pengikutnya rute yang

perlu ditempuh untuk mencapai visi tersebut. Di dalam orasi-orasinya,

Soekarno menjabarkan dengan rinci rute perjuangan menuju kemerdekaan.

Selain itu, Soekarno, dan para pemimpin karismatik lainnya, mampu

menjabarkan tujuannya dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga menjadi

lebih menarik dan lebih penting untuk dicapai, suatu tehnik yang disebut

sebagai framing. Ketiga perilaku tersebut didukung oleh kepercayaan diri

yang sangat tinggi, tehnik komunikasi yang luar biasa, dan pembawaan diri

yang memukau, menimbulkan tingkat komitmen dan motivasi yang sangat

tinggi pada pengikut pemimpin karismatik, seperti Soekarno.

Pemimpin karismatik juga ternyata erat hubungannya dengan tiga

sifat atau dimensi dari The Big Five Personality Theory yang dicetuskan,

antara lain, oleh Botwin dan Buss (1989) dan Goldberg (1993). Ketiga

dimensi dimaksud adalah agreeableness (bertanggungjawab, berterusterang,

penolong, rendah hati, dan lemah lembut), extraversion (hangat, asertif,

emosi positif, dan bersahabat), dan openness to experience (memiliki fantasi,

estetik, berperasaan, memiliki gagasan dan nilai).

Hasil penelitian itu mendukung penelitian-penelitian awal mengenai

kepemimpinan, bahwa beberapa aspek kepemimpinan memang berhubungan

dengan dimensi kepribadian.

Selain pemimpin karismatik, jenis pemimpin efektif lainnya adalah

pemimpin transactional. Pemimpin transactional mengarahkan kelompok

mereka dengan cara memberikan hadiah pada bawahan/kelompok untuk

setiap perilaku yang positif, menindak kesalahan dan penyimpangan

peraturan, dan secara umum memperkuat struktur dan strategi organisasi.

Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin karismatik lebih berhasil ketika

kondisi kerja sangat dinamis, cepat berubah, dan tidak pasti. Sementara

Page 52: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

pemimpin transactional, lebih berhasil dibandingkan pemimpin karismatik

pada lingkungan kerja yang stabil, dan relatif menetap (Goodwin, Wofford,

dan Whittington, 2001, dalam Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).

Kontras dengan kepemimpinan transactional adalah kepemimpinan

transformational yang dikemukan oleh Bass (1990, dalam Robbins, 2003).

Karakteristik pemimpin transformasional adalah memberikan perhatian

terhadap kebutuhan anggota, merubah suatu isu lama anggota menjadi isu

baru, dan menimbulkan gugahan (aronsal) atau inspirasi bawahan sehingga

bawahan bersedia menampilkan upaya lebih besar dalam mencapai tujuan

organisasi. Dengan kata lain, pada kempemimpinan transformasional setiap

bawahan dianggap penting kedudukan dan perannya karena pemimpin akan

mengajak bawahannya untuk melakukan transformasi ke masa depan. Secara

lebih rinci Bass mengemukakan empat karakteristik pemimpin

transformasional :

a. Charisma : menetapkan visi dan misi, serta menimbulkan rasa

bangga, hormat, dan percaya.

b. Inspiration : mengkomunikasikan harapan besar, menggunakan

berbagai simbol untuk memfokuskan upaya bawahan,

mengemukakan tujuan penting organisasi dengan cara yang mudah

dipahami.

c. Intellectual Stimulation : mendorong ke-intelektual-an, penalaran,

dan kehati-hatian dalam menyelesaikan masalah.

d. Individualized consideration : memberikan perhatian dan

memperlakukan bawahan secara pribadi, demikian pula dalam

memberikan arahan dan nasihat

Walaupun kepemimpinan transformasional bertentangan dengan

kepemimpinan transaksional, namun menurut Bass keduanya tidak boleh

dipertentangkan karerna keduanya justru saling melengkapi. Kepemimpinan

Page 53: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

transformasional yang mengajak bawahan berorientasi ke masa dapan, harus

tetap dibarengi oleh praktik kepemimpinan sehari-hari, seperti pemberian

imbalan dan hukuman, melakukan koreksi terhadap kesalahan bawahan, dan

melakukan intervensi bila standar kerja tidak terpenuhi.

.

Pilihlah salah satu tokoh dunia yang anda sukai, kemudian coba

gambarkan merupakan tipe pemimpin apakah dia berdasarkan

dimensi gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Robert Bales.

Selanjutnya perilaku apa saja yang ditampilkan oleh pemimpin

tersebut berdasarkan empat macam perilaku pemimpin yang efektif

yang dikemukakan oleh Renis Likert. Diskusikan jawaban anda

dalam kelompok.

Petunjuk Jawaban Latihan

Baik Bales maupu Likert menggunakan pendekatan perilaku dalam

menganalisis efektivitas seorang pemimpin. Pelajari perbedaan antara

pendekatan sifat dan pendekatan perilaku dalam menjelaskan

kepemimpinan, serta dimensi gaya kepemimpinan yang dikemukakan

oleh kedua pakar ini.

LATIHAN

Setelah membaca materi kegiatan belajar 1 di atas dengan cermat, untuk memantapkan pemahaman anda, cobalah kerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakannya berama-sama dengan teman-teman kelompok belajar sehingga Anda dapat saling bertukar pendapat.

Coba diskusikan dengan teman-teman Anda persamaan dan perbedaan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Buatlah daftar persamaan dan perbedaan tersebut.Di sekitar Anda tentu banyak fakta, atau konsep yang secara turun-temurun dipercaya kebenarannya. Pilihlah satu saja, kemudian cobalah kaji, apakah fakta atau konsep tersebut merupakan hasil suatu kajian ilmiah atau pemikiran non-ilmah.

Petunjuk Jawaban Latihan

Baca kembali materi pembahasan tentang hakekat pengetahuan.Baca kembali materi pembahasan tentang hakekat ilmu pengetahuan

RANGKUMAN

Page 54: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Sejarah telah memberikan contoh-contoh pemimpin besar, dan Indonesia

pun memiliki tokohnya seperti Soekarno. Menurut ahli psikologi sosial,

kepemimpinan (leadership) adalah suatu proses di mana seorang

anggota kelompok mempengaruhi anggota kelompok lainnya untuk

mencapai tujuan bersama (Baron and Byne, 1973). Untuk memahami

pemimpin besar, pada awalnya ilmuwan melihat kepribadian pemimpin

berlandaskan Great Person Theory. Ternyata, sifat pemimpin tidak

banyak berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan karena

diperlukan sifat yang berbeda untuk situasi yang berbeda. Meskipun

korelasi antara sifat dan efektivitas kepemimpinan itu rendah, namun

ditemukan kecenderungan bahwa seorang pemimpin yang efektif

memiliki sejumlah sifat : kebutuhan akan keberhasilan, kepercayaan diri,

motivasi, orisinalitas dan toleransi terhadap stres yang tinggi.

Atas dasar ini efektivitas kepemimpinan dipelajari melalui perilaku

pemimpin.

Robert Bales meninjau pemimpin hebat dari perilakunya, dan

menemukan dua macam gaya kepemimpinan, task leader dan socio –

emotional leader. Penelitian lain membagi perilaku pemimpin menjadi

dua dimensi, initiating structure dan consideration Gaya kepemimpinan

lain yang juga berhubungan adalah autocratic leadership style dan

democratic leadership style.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan adanya dua dimensi dasar

dari gaya kepemimpinan, pemimpin yang berorientasi pada tugas, dan

pemimpin yang berorientasi pada individu yang melakukan tugas.

Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang peduli terhadap

bawahannya dan tetap fokus pada tugas yang dihadapi.

Page 55: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Sudut pandang yang berbeda dikemukakan oleh Renis Likert,

yang mengidentifikasi empat macam perilaku pemimpin yang efektif :

perilaku mendukung, membuat sasaran kerja yang tinggi, kemampuan

untuk menyupervisi kelompok, dan kemampuan untuk memposisikan

dirinya sebagai juru bicara kelompok. Faktor lain yang juga berpengaruh

terhadap efektivitas kepemimpinan adalah tipe organisasi, kondisi dan

lingkungan kerja, serta jenis pekerjaan.

Vroom dan Yetton, mempromosikan Normative Model of

Leadership, strategi kepemimpinan yang efektif bergantung pada

sejauhmana keputusan dapat dilakukan secara rasional dan sejauhmana

komitmen pengikut yang diinginkan, serta berapa banyak waktu yang

tersedia untuk mengambil keputusan.

Selanjutnya Bass mengemukakan kepemimpinan transaktional

dan transformasional. Meskipun karakteristik kedua tipe kepemimpinan

ini berbeda, bahkan bertentangan, namun menurut Bass, keduanya

jangan dikontraskan, karena dalam kaitan dengan efektivitas

kepemimpinan keduanya saling melengkapi.

Page 56: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

1. ”Pendekatan sifat ” dianggap tidak memuaskan dalam menjelaskan

keberhasilan seorang pemimpin karena :

A. sifat setiap pemimpin itu unik

B. setiap situasi menuntut sifat yang berbeda

C. sifat merupakan karakteristik bawaan dari orangtua

D. sifat pemimpin terbentuk melalui proses yang panjang.

2. Dimensi kepemimpinan menurut Bales adalah :

A. autocratic dan task oriented

B. democratic dan socio-emotional

C. task dan socio-emosional

D. socio-emotional dan initiating structure

3. Yang dimaksud dengan consideration dalam kepemimpinan

menurut Stogdill adalah pemimpin yang :

A. menjalin hubungan baik dengan bawahan

B. mengutamakan tugas

C. mengutamakan tugas dan bawahan

D. semuanya salah.

TES FORMATIF 4

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 57: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

4. Pendekatan situasional dalam mempelajari efektivitas

kepemimpinan merupakan reaksi terhadap :

A. gaya kepemimpinan demokratik

B. gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas

C. pendekatan sifat

D. The great person theory

5. Mana yang paling mendekati atau sesuai untuk menilai Presiden

Republik Indonesia pertama (Soekarno) dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia.

A. Pemimpin otoriter

B. Pemimpin transaksional

C. Pemimpin situasional

D. Pemimpin transformasional

Page 58: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Page 59: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 11) D2) C3) D4) B5) A

Tes Formatif 21) D2) C3) D4) C5) B

Tes Formatif 31) D2) A3) C4) B5) C

Tes Formatif 31) B2) C3) A4) C5) D

Page 60: 07 Modul 6 - Kelompok.doc

Daftar Pustaka

Allport, G.W. (1958). The nature of prejudice. New York: Addison Wesley.

Baron, R.A., Branscombe, N.R. & Byrne, D. (2008) Social psychology, Boston ; Pearson Education, Inc.

Vaughn, G.M. & Hogg, M.A. (2005). Social psychology. Harlow: Printice Hall.

Johnson, D.W., & Johnson, F.P. (2006). Joining together, Group theory and group skills, Boston : pearson Education, Inc.

Moskowitz, G.B. (2005). Social Cognition. New York: The Guilford Press.

Myers, D.G. (1999). Social psychology. Boston: McGraw – Hill.

Sarwono, S.W. (1996). Psikologi sosial. Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.