(0659-h-2004) (2)
TRANSCRIPT
-
PENGGUNAAN FIBER REINFORCED COMPOSITE SEBAGAI RESIN BONDED PROSTHESIS DAN SPLINTING
PADA GIGI ANTERIOR
Laporan Kasus
Karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Dokter Gigi Spesialis I
Bidang Studi Prostodonsia
Ke
Diajukan oleh :
Hastoro Pintadi 187 /KG /SP /2000
KEPADA : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS I
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2003
-
v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Penggunaan Fiber
Reinforced Composite Sebagai Resin Bonded Prosthesis dan Splinting pada Gigi Anterior.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi jenjang Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis I Program Studi Prostodonsia Fakultas Kedoteran Gigi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan atas bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. drg. Faisol Mahrus, M.S., Sp. Pros. dan drg. Suparyono Saleh, Sp. Pros. yang dengan
kesabaran telah memberi bimbingan kepada penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini.
2. Rektor Universitas Gadjah Mada, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
Mada dan Pengelola Program Studi Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan Pendidikan Dokter Gigi Spesialis I.
3. Seluruh staf pengajar Program Studi Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi atas segala
bantuan yang diberikan sehingga memperluas wawasan penulis dalam bidang
kedokteran gigi.
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulisan
karya tulis ilmiah ini.
-
vi
Terima kasih kepada isteri tercinta Tetiana Haniastuti, anak tersayang Raihan Hananto
dan Rakha Hanantyawan, serta bapak, mertua, kakak-kakak dan adik serta adik-adik ipar
terkasih yang dengan kasih sayang dan pengertian, memberikan dukungan dan doa buat
penulis dalam menyelesaikan Program Dokter Gigi Spesialis I ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangannya, namun
penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan informasi ilmiah bagi
ilmu pengetahuan dan semoga bermanfaat dalam pengembangan penelitian lebih lanjut.
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN ... iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR viii INTISARI ix ABSTRACT x I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Permasalahan 4 C. Tujuan Laporan Kasus 4 D. Manfaat Laporan Kasus 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 5 1. Resin bonded prosthesis 5 2. Mobilitas gigi dan splinting ... 8 3. Fiber reinforced composite 11 4. Resin komposit 14 5. Bonding 17 6. Etsa asam fosfat 18 7. Adhesive cement resin komposit 19
III. LAPORAN KASUS 20 A. Subyek
1. Pemeriksaan subyektif 20 2. Pemeriksaan obyektif 20 3. Diagnosis .. 21 4. Rencana perawatan 21 5. Prognosis . 21
B. Prosedur Perawatan 1. Alat dan bahan 22 2. Perawatan 23
C. Hasil dan Pembahasan .......... 29 IV. KESIMPULAN DAN SARAN.. 32
DAFTAR PUSTAKA 33
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema reaksi hidrolisis dan kondensasi g-MPS (silane) sebagai pengikat glass fiber dan composite 12 Gambar 2. Perlekatan resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite 14 Gambar 3. Gigi 1 telah dicabut .. 24 Gambar 4. Bentuk disain preparasi 25 Gambar 5. Resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite .. 27 Gambar 6. Resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite setelah 3 bulan 27 Gambar 7. Gambaran radiografi sebelum dipasang resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite . 28 Gambar 8. Gambaran radiografi setelah 3 bulan dipasang resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite ... 28
-
ix
INTISARI
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengamati penggunaan fiber reinforced composite sebagai resin bonded prosthesis sekaligus sebagai splinting pada gigi anterior.
Seorang pasien lelaki, berumur 37 tahun datang ke Klinik Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada. Pemeriksaan obyektif menunjukkan bahwa gigi insisivus sentralis kanan rahang bawah telah hilang, sedangkan gigi insisivus lateralis kanan dan insisivus sentralis kiri rahang bawah goyah. Dilakukan perawatan dengan menggunakan resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite untuk menggantikan gigi yang hilang dan sebagai splinting gigi yang goyah. Sebagai gigi penyangga yaitu gigi insisivus lateralis kiri, insisivus sentralis kiri, insisivus lateralis kanan dan kaninus kanan rahang bawah yang dipreparasi pada permukaan lingual. Pemeriksaan klinis dan radiografis dilakukan setelah 3 bulan.
Hasil dari laporan kasus ini menunjukkan bahwa setelah 3 bulan, resin bonded prosthesis dengan bahan fiber reinforced composite masih tetap melekat dengan baik pada gigi-gigi penyangga dan jaringan periodontal tidak menunjukkan kerusakan lebih lanjut. Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah bahwa fiber reinforced composite dapat digunakan sebagai resin bonded prosthesis sekaligus splinting.
Kata kunci: resin bonded prosthesis; fiber reinforced composite; splinting
-
x
ABSTRACT
The purpose of this case report was to observe fiber reinforced composite as a resin bonded prosthesis and splinting on anterior teeth.
A man 37-years old patient came to Prosthodontic clinic, Faculty of Dentistry, Gadjah Mada University. Objective examinations showed that his mandibular right central incisor had lost, and his mandibular right lateral incisor and mandibular left central incisor were mobile. Resin bonded prosthesis with fiber reinforced composite as material was placed to replace the missing tooth and as a splinting for the mobile teeth. Mandibular left lateral incisor, mandibular left central incisor, mandibular right lateral incisor and mandibular right canine were used as abutment teeth and prepared on lingual surfaces. Clinical and radiographic examination of the resin bonded prosthesis with fiber reinforced composite as material were performed after 3 months.
The result of this study showed that fiber reinforced composite with fiber reinforced composite as material placed for 3 months still attached properly on the abutment and the periodontium did not show any advanced destruction. The conclusion of this case report is fiber reinforced composite can be used as a resin bonded prosthesis incorporating a splint. Key words: resin bonded prosthesis; fiber reinforced composite; splinting
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu mahkota dan jembatan adalah bagian dari ilmu Prostodonsia yang
digolongkan dalam ilmu pembuatan gigi tiruan cekat. Ilmu gigi tiruan cekat adalah
ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk mengganti satu atau lebih dari satu gigi
yang hilang dengan suatu gigi tiruan yang dilekatkan secara tetap pada gigi asli yang
masih ada. Gigi tiruan cekat tidak hanya mengganti gigi yang hilang tetapi harus
memulihkan dan menjamin terpeliharanya semua fungsi dari gigi dan mencegah
kerusakan lebih lanjut (Martanto, 1985).
Awal diperkenalkan pemasangan gigi tiruan cekat dengan menggunakan
teknik etsa asam dan ikatan resin adalah di University of Maryland pada tahun 1980
(Burgess dan Mcartney, 1989). Maryland Bridge dikenal sebagai gigi tiruan cekat
dengan ikatan resin pada bagian retainer (Malone dkk,1995).
Pada gigi tiruan lepasan dirasakan kurang nyaman serta meningkatkan resiko
penimbunan plak. Pembuatan gigi tiruan cekat secara konvensional pada umumnya
diperlukan ketrampilan preparasi gigi, selain itu banyak dilakukan pengurangan
jaringan gigi dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Resin bonded prosthesis
merupakan suatu alternatif pilihan untuk mengatasi kehilangan beberapa gigi, karena
lebih efisien, tidak melakukan pengurangan jaringan gigi terlalu banyak dan mudah
memasangnya. Akhir-akhir ini banyak dikembangkan gigi tiruan cekat dengan
menggunakan ikatan komposit resin pada retainer logam (Malone dkk., 1995).
-
2
Pendekatan dengan teknik etsa asam semakin populer pada pembuatan gigi
tiruan cekat. Ikatan resin pada gigi tiruan cekat telah dikenal secara luas di
lingkungan Kedokteran Gigi dan beberapa metode retensi dengan bermacam disain
untuk membuat ikatan resin pada gigi tiruan cekat. Pada preparasi resin bonded
prosthesis kerangka logam untuk meningkatkan retensi diberi alur dan vertical stop
(Simon dkk, 1995). Perkembangan penggunaan resin bonded prosthesis di Indonesia
berlangsung agak lambat. Hal ini disebabkan kurangnya ketrampilan operator klinik,
dan tidak banyak dokumen ilmiah serta tenaga laboratorium teknik gigi yang kurang
menguasai teknik pembuatannya (Hadijono, 2001). Dilaporkan bahwa pemakaian
resin bonded prosthesis dengan logam selama 10 tahun akan meningkatkan insidensi
karies dan penyakit periodontal (William,1989)
Resin bonded prosthesis yang menggunakan teknik sistem bonding
permukaan metal sering mengalami kegagalan atau diperlukan sementasi ulang,
sehingga dibutuhkan biaya yang lebih mahal (Valittu, 1999). Fiber reinforcement
diperkenalkan sekitar tahun 1960, tetapi mulai berkembang secara luas sekitar 1992
(Freilich, 1997). Fiber reinforced composite merupakan salah satu jenis bahan baru
yang menggunakan fiber untuk memperkuat komposit. Komposit sudah banyak
digunakan secara luas sebagai bahan restorasi gigi. Fiber reinforced composite
penggunaannya dalam kedokteran gigi masih terbatas, meskipun sudah banyak
digunakan secara luas didalam industri, demikian juga literatur mengenai studi klinis
penggunaan material ini masih jarang (Altieri,1994).
-
3
Penyakit periodontal dapat menyebabkan menurunnya dukungan pada gigi,
akibat lebih parah gigi bisa tanggal. Tindakan untuk mengurangi peradangan
periodontal yang terjadi biasanya dilakukan scaling, root planning, kuretase, menjaga
kebersihan mulut dengan tujuan meringankan inflamasi, sedangkan untuk
memperkuat dukungan gigi yang mengalami kelainan mobilitas digunakan alat splint.
Splinting berguna untuk mempertahankan hubungan oklusal gigi dan membantu
proses penyembuhan jaringan periodontal (Hoag , 1990).
Resin bonded splint merupakan salah satu metode stabilisasi gigi yang
mengalami mobilitas, berguna untuk melindungi gigi terhadap kerusakan jaringan
periodontal yang lebih parah. Fiber reinforced composite merupakan bahan baru yang
menggunakan teknik etsa asam, dengan ikatan resin yang disementasi pada email
gigi. Bahan ini memiliki beberapa keuntungan antara lain warna sesuai dengan gigi,
mudah aplikasinya serta mempunyai biokompatibilitas yang baik (Valittu, 2000).
Pada kasus penyakit periodontal yang berat, kadang diperlukan pencabutan gigi
yang sudah tidak bisa dipertahankan, sedangkan gigi lain yang masih ada dan bisa
dipertahankan mengalami mobilitas. Pada kasus tersebut perawatan yang dianjurkan
adalah pemakaian gigi tiruan cekat yang berfungsi sekaligus sebagai splinting
(Sturdevant, 1995)
-
4
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut timbul permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan fiber reinforced composite dapat diterapkan sebagai resin
bonded prosthesis dan splinting pada gigi anterior ?
C. Tujuan Laporan Kasus
Tujuan laporan kasus ini adalah :
Untuk mengamati secara klinis dan radiografis penggunaan fiber reinforced
composite sebagai resin bonded prosthesis dan splinting pada gigi anterior
D. Manfaat Laporan Kasus
Manfaat dari laporan kasus ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang penggunaan bahan fiber reinforced composite
dalam bidang Prostodonsia
2. Sebagai alternatif bagi pasien yang menghendaki gigi tiruan cekat dengan
preparasi minimal pada kasus sebagian gigi penyangga mengalami mobilitas
-
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Resin bonded prosthesis
Resin bonded prosthesis adalah gigi tiruan cekat untuk menggantikan satu atau
dua gigi yang hilang dengan mengandalkan ikatan resin dengan preparasi gigi yang
minimal. Metode ini pertama dikenalkan oleh Rochette untuk melakukan fiksasi gigi
yang goyah karena kelainan periodontal dengan menggunakan logam yang di
sementasikan pada permukaan gigi (Valittu, 1999). Resin bonded prosthesis ini
menjadi populer sebagai gigi tiruan cekat karena memiliki keunggulan menggunakan
logam serta dikerjakan dengan sistem etsa asam (Caputo, 1986).
Metode Rochette hampir sama dengan Maryland Bridge yang diterapkan pada
gigi anterior dengan bagian logam yang berfungsi sebagai retainer diberi beberapa
lubang, sedangkan Maryland bridge bagian sayap merupakan logam dapat digunakan
pada gigi posterior maupun anterior. Gigi tiruan cekat ini berbasis logam melekat
pada retainer dengan retensi mikro etsa asam dan resin komposit. Teknik etsa asam
sudah umum digunakan pada email gigi, beberapa macam prosedur untuk
mendapatkan retensi pada kerangka logam sebagai retainer adalah : pembuatan
lubang, etsa logam, sandblasting (pengasaran), retensi jala, ikatan kunci, dan
pelapisan silane (Compspan, 1994).
Resin bonded prosthesis mempunyai keuntungan lebih efisien, menggunakan
teknik etsa asam dan mudah memasangnya. Indikasi pada pasien resin bonded
-
6
prosthesis adalah kondisi gigi normal, tidak perlu dipreparasi terlalu luas, penderita
dengan gigitan ringan, misalnya gigi depan open bite, edge to edge dan gigi
antagonis menggunakan gigi tiruan lepasan sebagian ataupun penuh. Indikasi yang
paling spesifik adalah bagian email sebagai retainer masih dapat dietsa sehingga
retensi yang diperoleh cukup kuat. Kontra indikasinya adalah pasien yang
mempunyai kebiasaan buruk kerot (bruxism), pada penderita ini banyak gerakan
horizontal dan lateral karena resin bonded prosthesis mempunyai resistensi yang
lemah terhadap gerakan tersebut (Hadijono, 2001).
Keuntungan resin bonded prosthesis menggunakan restorasi ikatan resin
adalah pengurangan gigi yang dipreparasi minimal tanpa mengganggu dentin dan
pulpa, tidak diperlukan anastesi dan tanpa retraksi gusi, serta mengurangi beaya
(Wood dkk., 1996). Keuntungan yang dirasakan pada perawatan dengan resin bonded
prosthesis adalah persiapan pada gigi penyangga yang minimal yaitu hanya
melibatkan permukaan palatal atau lingual saja, sedang estetis gigi bagian bukal atau
labial tidak terpengaruh (Hadijono, 2001).
Hal yang perlu diperhatikan adalah resin bonded prosthesis hanya digunakan
untuk daerah tanpa gigi yang tidak terlalu lebar, maksimum dua gigi yang hilang,
Gigi depan sebaiknya menggunakan dua sayap bukan satu sayap (cantilever) supaya
protesa gigi stabil. Retainer tanpa diberi lubang, preparasi penyangga akan lebih baik
bila diberi alur, permukaan rata, oclusal rest, alur tegak, vertical stop. Beberapa
peneliti telah banyak memberikan gambaran teknik pembuatannya tetapi penelitian
mengenai teknik preparasi masih terbatas. Meningkatnya perkembangan bahan
-
7
restorasi dan jenis etsa sebagai bahan yang memberikan retensi pada restorasi yang
bersifat adhesive, maka diperlukan pengembangan tentang penentuan disain preparasi
(Pegoraro dan Barrack, 1987).
Sayap pada retainer yang ideal sebaiknya tipis, mudah dipoles, dapat
dibersihkan dan beradaptasi baik terhadap struktur gigi dengan tepi gusi. Pada
beberapa kasus retainer tidak selalu memberikan kontur yang ideal, karena adanya
variasi morfologi gigi, disain dari gigi tiruan cekat, kualitas prosedur laboratoris dan
ketrampilan dokter gigi (Wood dkk., 1996).
Penelitian secara longitudinal yang telah dilakukan terhadap modifikasi retensi
secara mekanik gigi yang dipreparasi, dengan menambah alur pada proksimal gigi
posterior gigi tiruan cekat ikatan resin membuktikan terjadi peningkatan retensi dari
60% menjadi 95% (Simon dkk, 1992). Pada preparasi gigi tiruan cekat secara
konvensional retensi yang terbentuk biasanya berasal dari besar ukuran luas jaringan
gigi yang dihilangkan. Retensi menggunakan pin akan menambah kekuatan terhadap
gaya tekan oklusal terutama pada gigi posterior yang hanya menggunakan ikatan
resin komposit. Pada penggunaan pin diperlukan syarat utama dengan dilakukan uji
klinis, dan gambaran radiografi (Wiltshire,1986).
Konsep perluasan proksimal, arah pemasangan dan vertical stop merupakan
salah satu yang direkomendasikan untuk menambah retensi. Banyak artikel tentang
ikatan resin komposit pada gigi tiruan cekat tetapi studi klinis yang melaporkan hasil
pengamatan pengggunaan dalam waktu yang lama di rongga mulut masih sedikit.
-
8
Teknik perawatan resin bonded prosthesis memerlukan kecermatan dalam pemilihan
kasus sebelum dilakukan perawatan , yang harus diperhatikan meliputi :
a. Seleksi kasus
Keberhasilan perawatan resin bonded prosthesis sangat ditentukan dalam seleksi
kasus. Harus dipertimbangkan kondisi penderita dan jaringan gigi yang mendukung
sehingga restorasi mendapatkan retensi yang cukup memadai.
b. Disain preparasi gigi
Resin bonded prosthesis hanya memerlukan preparasi yang minimal pada gigi
penyangga. Bagian yang perlu diperhatikan adalah ketebalan dan luas preparasi serta
bentuk retensi.
c. Instrumentasi
Preparasi pada gigi penyangga menggunakan engine high speed dengan macam bur :
diamond bur, dengan bentuk round end tapered, round football (flame)
(Hadijono,2001).
2. Mobilitas gigi dan splinting
Secara fisiologis, gigi normal memiliki mobilitas, meskipun mobilitasnya ringan.
Setiap gigi mempunyai variasi tingkat mobilitas, gigi akar tunggal mempunyai
mobilitas lebih besar dari pada gigi yang mempunyai akar lebih dari satu. Gerakan
mobilitas gigi pada umumnya ke arah horisontal, kadang ke arah axial meskipun
tingkat mobilitasnya lebih kecil (Pattison,1992).
-
9
Mobilitas gigi normal menurut Hoag (1990) dibedakan menjadi 2 tahap:
1. Tahap inisial
Mobilitas gigi berhubungan dengan aktivitas ligamentum periodontal. Hal ini
berkaitan dengan mengkerut atau melebarnya ligantum periodontal serta distribusi
cairan periodontal. Pada tahap ini bila diberi kekuatan sekitar 100 pon, gigi akan
mempunyai mobilitas 0,05 0,1 mm.
2. Terjadi deformitas tulang alveolar akibat tekanan horisontal dari gerakan
pengunyahan. Gigi diberi kekuatan sekitar 500 pon, gigi akan mempunyai mobilitas
0,1 0,2 mm.
Menentukan mobilitas gigi yang paling sederhana adalah dengan
menempatkan 2 batang logam pada 2 sisi yang berlawanan dari gigi atau dengan
menggunakan 1 batang logam dibantu dengan salah satu jari tangan, kemudian
digerakkan ke arah yang dikehendaki.(Carranza,1990).
Kelainan mobilitas gigi menurut Hoag (1990) pada umumnya terjadi karena:
1. Kehilangan sebagian jaringan pendukung gigi, misalnya kehilangan tulang
alveolar. Tingkat keparahan mobilitas gigi tergantung bagian dan penyebaran
kerusakan tulang yang terjadi.
2. Trauma akibat oklusi
Hal ini diakibatkan kebiasaan buruk misalnya bruxism dan clenching. Pada kasus
ini terjadi tekanan yang berlebihan pada gigi.
-
10
3. Perluasan inflamasi dari gusi atau periapikal gigi
Misalnya terjadi abses pada gusi atau periapikal yang dapat menyebabkan
mobilitas gigi.
4. Kerusakan terjadi karena tumor atau osteomilitis yang menyebabkan kerusakan
tulang alveolar.
Menurut Patison (1992), derajat mobilitas gigi dibagi menjadi 3 tingkatan:
1. Mobilitas derajat 1
Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 1 mm
2. Mobilitas derajat 2
Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 2 mm.
3. Mobilitas derajat 3
Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 3 mm atau lebih
Selain pengamatan secara klinis, pemeriksaan radiografi juga dapat digunakan
untuk mengamati kelainan jaringan periodontal yang menyebabkan terjadinya
mobilitas gigi. Kelainan periodontal yang dapat diamati dengan pemeriksaan
radiografi pada umumnya pada jaringan keras, sedangkan jaringan lunak seperti
pembuluh darah dan cairan jaringan tidak akan terlihat melalui pemeriksaan
radiografi.
Karakteristik pemeriksaan radiografi pada gigi yang mengalami kelainan mobilitas:
1. Crest interdental tulang alveolar jika terletak 2-3 mm di bawah cemento enamel
junction (CEJ)
2. Sebagian lamina dura tampak tidak jelas