06410066-fahimatul-ilmiyah
TRANSCRIPT
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 1/42
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Locus of Control
1. Pengertian Locus of Control
Konsep locus of control pertama kali dikembangkan oleh Julian Rotter
pada tahun 1966 yang memberikan gambaran pada keyakinan seseorang
mengenai sumber penentu perilaku. Rotter sendiri telah menegaskan tentang
konsep locus of control, bahwa locus of control bukanlah sebuah typology atau
proposition, karena locus of control adalah pengharapan umum yang akan
memeprediksikan perilaku seseorang dari berbagai keadaan.
Menurut Pervin locus of control merupakan konsep dari teori social
learning yang telah dikembangkan oleh JB. Rotter yang menyangkut
kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan, hadiah, dan hukuman pada kehidupan seseorang.1
Duffy&Atwarer (2005) mengemukakan definisi Locus of control adalah
sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan peristiwa
yang terjadi baik itu dari diri sendiri ataupun dari luar dirinya.2
Locus of control refers to the extent to which an individual
attributes personal life events to external factors or other people
(external) or to their own disposition (internal).3
1Smet, Psikologi Kesehatan. Jakarta:Grasindo, 1994
2Patricia, dkk. Peranan locus control, self-esteem, self-effecacy, dan prestasi belajar terhadap
kematangan karir, Gifted Review Jurnal no.02 Agustus 2009, hlm 883 Amanda Stake. Religiosity, Locus of Control, and Superstitious Belief . UW-L Journal of
Undergraduate Research VII (2004)
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 2/42
Locus of control mengacu pada sejauh mana seseorang individu
mengubungkan peristiwa kehidupan pribadinya kepada faktor-faktor eksternal
atau orang lain (eksternal) atau terhadap deposisi mereka sendiri (internal)
Sedangkan Rotter sendiri mendefinisikan Locus of Control sebagai:
Locus of control refers to the extent to which individuals believe
that they can control events that affect them.4
Locus of control mengacu pada sejauh mana individu percaya bahwa
mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi mereka.
Locus of control is a term used to refer to individual perceptionsregarding personal control, particularly with regard to control
over important outcomes.5
Locus of control adalah istilah yang digunakan untuk mengacu kepada
persepsi individu tentang pengendalian pribadi, khususnya berkaitan dengan
kontrol atas hasil-hasil yang penting. Dalam kutipan yang sama Benson
mendefinisikan locus of control sebagai:
Locus of control refers to a person's beliefs regarding how
instrumental individual effort is in achieving a desired result .
Locus of control mengacu pada keyakinan seseorang tentang bagaimana
upaya individu dalam mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan Peterson
mendifinisikan locus of control sebagai harapan seseorang tentang sumber
penguatan yang khusus.6
4 Anonymous. Locus of Control.Di kutip tanggal 12 April 2010. Avalaible at :
http://en.wikipedia.org/ 5 Eric Benson, & Steele, G, Ric. Locus of Control. Encyclopedia of Human Development. 2005.
SAGE Publications. 10 May 2010. Avalaible at :
http://www.sage-ereference.com/humandevelopment/article_n382.html 6 Christopher Peterson. Locus of Control. Encyclopedia of psychological Assessment. 2003. SAGE
Publications. 10 May 2010. Avalaible at:
http://www.sage-ereference.com/Psychassessment/article_n121.html
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 3/42
Berdasarkan berbagai macam definisi yang berbeda-beda dapat ditarik
kesimpulan bahwa locus of control adalah keyakinan seseorang tentang sejauh
mana seseorang merasakan ada atau tidaknya hubungan antara usaha yang
dilakukan dengan hasil yang diterima, sehingga mereka mampu mengontrol
peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya.
2. Jenis-Jenis Locus of control
Dalam locus of control dibagi menjadi dua kategori yaitu Locus of control
internal dan Locus of control eksternal. Rotter menyatakan bahwa
Internal versus external control refers to the degree to which
person expect that a reinforcement or outcome of their behavior
is contingent on their own behavior or personal characteristics
versus the degree to which persons expect that the reinforcement
or outcome is a function of chance, luck, or fate, is under the
control of powerful others, or is simply unpredictable.7
Internal-eksternal kontrol mengacu pada sejauh mana seseorang
mengharapkan bahwa penguatan atau hasil dari perilaku mereka tergantung
pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik pribadi, sebaliknya sejauh mana
seseorang mengharapkan bahwa penguatan atau hasil merupakan fungsi dari
kesempatan, keberuntungan, atau nasib, adalah berada di bawah kendali
kekuatan orang lain, atau tidak terduga.
Beberapa ahli juga sepakat dengan pendapat Rotter tentang Internal-
Eksternal locus of control. Lefcourt dan Martin (1983) mendefinisikan locus of
control internal adalah suatu keyakinan yang dihasilkan dari interaksi antara
7 JB. Rotter. Internal versus External Control of Reinforcement A Case. History of A Variable. The
American Psychological Association. Vol. 45. No. 4. April 1990. hlm. 489
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 4/42
individu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah dari individu itu sendiri.
Sedangkan locus of control eksternal adalah merupakan suatu keyakinan
terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi karena alasan-alasan yang tidak ada
hubunganya dengan tingkah laku individu dan dengan demikian di luar usaha
untuk mengontrolnya. Dengan kata lain orang yang memiliki locus of control
eksternal beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi pada diri individu
dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti nasib dan
keberuntungan.8
Hal senada juga di ungkapkan oleh Benson dan Steele:9
Internal locus of control is the belief that a person's actions or
involvement in a given situation can directly affect the attainment
of a particular reinforcer . Conversely external locus of control is
the belief that the attainment of a goal has little to do with one's
involvement or actions, but is instead due to outside forces such
as luck, chance, or the control of powerful others.
Locus of control internal adalah keyakinan tentang tingkah laku seseorang
atau keterlibatan dalam suatu situasi tertentu yang dapat mempengaruhi hasil
pencapaian sebuah penguat tertentu secara langsung. Sebaliknya Locus of
control eksternal adalah keyakinan tentang hasil pencapaian suatu tujuan tidak
ada hubungannya dengan keterlibatan atau perilaku seseorang, tetapi karena
adanya kekuatan luar seperti keberuntungan, kesempatan, atau kontrol dari
orang lain yang berkuasa.
Menurut Rotter10
, orang yang memiliki locus of control internal merasa
yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengendalikan penguat
8 D.J, Walmsley, dan J.M. Jenkins. Mental Maps, Locus of Control, and Activity: A Study of
Business Tourists in Coffs Harbour . The Journal of Tourism Studies Vol. 2. No. 2. December 1991 9 Benson & Steele, Locus of Control,.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 5/42
(reinforcement ) yang diterimanya, sedangkan orang yang memiliki locus of
control eksternal memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi baik maupun
buruk disebabkan oleh faktor-faktor kesempatan, keberuntungan, nasib, dan
orang-orang lain yang berkuasa serta kondisi-kondisi yang tidak mereka kuasai.
Bagi seseorang yang mempunyai locus of control internal akan
memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu
turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai locus of control
eksternal akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan,
demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan
mempunyai peran didalamnya.
Menurut Phillip Zimbardo (1985) salah satu ahli psikologi yang terkenal
menyatakan bahwa orientasi locus of control adalah keyakinan tentang hasil
perilaku kita adalah tergantung kepada apa yang kita lakukan (orientasi internal)
atau tentang peristiwa-peristiwa di luar kontrol pribadi kita (orientasi
eksternal).11
Tabel 2.1. Orientasi External-Internal Locus of Control
External Locus of Control Internal Locus of Control
Seseorang menyakini bahwa
perilakunya di kendalikan oleh
nasib, keberuntungan atau keadaan
eksternal lainnya.
Seseorang menyakini bahwa
perilakunya dikendalikan oleh
keputusan peribadinya (Personal
decision) dan usahanya (efforts).
10 B. Winner, Theory of Motivation: From Mechanism to Cognition. Markham Publishing
Company: Chicago, 1972. (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita. Teori-Teori Psikologi. hlm
67) 11 James Neill. What is Locus of Control. 2006. Akses 01 Maret 2011. Available at:
http://wilderdom.com/JamesNeill.html
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 6/42
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orientasi locus of control
internal ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat yang positif. Lao12
mengemukakan bahwa status sosial ekonomi, kepercayaan diri, aspirasi, serta
harapan pada mereka yang memiliki locus of control internal ternyata lebih
tinggi. Menurut Parvin (1980) orang-orang internal lebih aktif mencari
informasi dan menggunakannya untuk mengontrol lingkungan serta lebih suka
menentang pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan orang yang memiliki locus
of control eksternal lebih bersikap konform terhadap pengaruh-pengaruh
tersebut. Solomon dan Oberlander (1974) mengatakan bahwa orang yang
memiliki locus of control internal bertanggung jawab terhadap kegagalannya,
sedangkan orang yang memilki locus of control eksternal memiliki anggapan
bahwa kegagalannya berasal dari faktor di luar dirinya sendiri.
Crider (1983) menjelaskan perbedaan karakteristik antara locus of control
internal dengan locus of control eksternal sebagai berikut:13
NO Internal locus of control External locus of control
1. Suka bekerja keras Kurang memiliki inisiatif
2. Memiliki inisiatif
Mempunyai harapan bahwa ada
sedikit korelasi antara usaha dan
kesuksesan
3. Selalu berusaha menemukan Kurang suka berusaha karena
12 AS Munandar. 1980. Locus of Control Pada Para Mahasiswa Fakultas Psikologi UI , Panitia
Kongres Ilmu Psikologi dan Ikatan Sarjan Psikologi Indonesia. hlm. 259-265 (dalam M. Nur
Ghufron & Rini Risnawita. Teori-teori Psikologi. hlm 67) 13 M. Nur Ghufron, dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media. hlm. 68
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 7/42
pemecahan masalah percaya bahwa faktor luar yang
mengontrol
4.
Selalu mencoba untuk berfikir
seefektif mungkin
Kurang mencari informasi untuk
memecahkan masalah
5.
Selalu mempunyai persepsi
bahwa usaha harus dilakukan
jika ingin berhasil
Locus of control tidak bersifat stastis, tetapi dapat berubah, sehingga
apabila individu yang berorientasi internal dapat berubah menjadi individu yang
berorientasi eksternal. Begitu pula sebaliknya, hal tersebut disebabkan situasi
dan kondisi yang menyertainya, yaitu di tempat mana individu tinggal dan
sering melakukan aktivitasnya. Menurut Robbin (1996) setiap orang memiliki
faktor internal dan eksternal, perbedaannya hanya terletak pada
perbandingannya. Orang yang memiliki skor internal tinggi akan memiliki skor
eksternal rendah, dan begitu sebaliknya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki
locus of control internal mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada dirinya, baik berupa kegagalan maupun keberhasilan karena
pengaruh dirinya sendiri, sedangkan orang yang memiliki locus of control
eksternal memiliki anggapan bahwa faktor-faktor yang ada di luar dirinya akan
mempengaruhi tingkah lakunya seperti kesempatan, nasib, dan keberuntungan.
Table 2.2 Karakteristik locus of control internal dan eksternal
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 8/42
3. Aspek-Aspek Locus of control
Konsep tentang locus of control yang dikembangkan oleh Rotter memiliki
empat konsep dasar, yaitu:14
a. Potensi Perilaku ( Behavior Potential)
Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan
terjadi dalam situasi tertentu. Kemungkinan itu ditentukan dengan refrensi
pada penguatan atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku
tersebut.
b. Pengharapan ( Expectancy)
Pengharapan merupakan kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara
khusus pada situasi yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang
telah diprediksikan. Kepercayaan ini berdasarkan pada probabilitas atau
kemungkinan penguatan yang akan terjadi.
c. Nilai Penguatan (reinforcement value)
Merupakan penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu penguatan
(reinforcement ) sebagai penganti yang lain. Setiap orang menemukan
penguat yang berbeda nilainya pada aktifitas yang berbeda-beda. Pemilihan
penguatan ini berasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan masa
lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan hubungan ini, berkembang
pengharapan untuk masa depan. Karena itulah terdapat hubungan antara
konsep pengharapan (expectancy) dan nilai penguatan (reinforcement value).
14 Jack Mearns. 2004. The Social Learning Theory Of Julian B Rotter . Diakses pada tanggal 12
April 2010. Available at: http://Psych.fullerton.edu/jmearns/rotter.htm
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 9/42
d. Situasi Psikologi (Psychological Situation)
Merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku. Rotter percaya
bahwa secara terus menerus seseorang akan memberikan reaksi pada
lingkungan internal maupun lingkungan eksternalnya. Seseorang tidak hanya
merespon stimulus eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Pengabungan
ini yang disebut situasi psikologis, dimana situasi dipertimbangkan secara
psikologis karena seseorang mereaksi lingkungan berdasarkan pola-pola
persepsi terhadap stimulus eksternal.
Phares menjelaskan aspek-aspek Locus of control lebih terperinci, ada dua
aspek dalam locus of control yaitu:15
1. Aspek Internal
Seseorang yang memiliki locus of control internal selalu menghubungkan
peristiwa yang dialaminya denga faktor dalam dirinya, karena mereka
percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan faktor dari dalam dirinya.
Faktor dalam aspek internal antara lain kemampuan, minat dan usaha.
a. Kemampuan
Seseorang yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan yang telah terjadi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki.
b. Minat
Seseorang memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku,
peristiwa dan tindakannya.
15 E. Jerry Phares. Locus of control in personality. (dalam Verawati Silalahi. 2009. Hubungan
Locus of Control dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Perdesaan. Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara. hlm. 30-32. Tidak dipublikaikan)
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 10/42
c. Usaha
Seseorang yang memiliki locus of control internal bersikap optimis,
pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengontrol perilakunya.
2. Aspek Eksternal
Seseorang yang memiliki locus of control eksnternal percaya bahwa hasil dan
perilakunya disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal
antara lain nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain.
a. Nasib
Sesorang akan memenganggap kesuksesan dan kegagalan yang dialami
telah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang
telah terjadi. Mereka percaya akan firasat baik dan buruk.
b. Keberuntungan
Seseorang yang memiliki tipe eksternal sangat mempercayai adanya
keberuntungan, mereka menganggap bahwa setiap orang memiliki
keberuntungan.
c. Sosial ekonomi
Seseorang yang memiliki tipe eksternal menilai orang lain berdasarkan
tingkat kesejahteraan dan bersifat materialistik.
d. Pengaruh orang lain
Seseorang yang memiliki tipe eksternal menganggap bahwa orang yang
memiliki kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi mempengaruhi
perilaku mereka dan sangat mengharapkan bantuan orang lain.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 11/42
Berbeda dengan konsep Rotter yang memandang Locus of control sebagai
unidimensional (internal ke eksternal), Hannah Levenson (1973) Menyatakan
bahwa locus of control mencakup tiga aspek, yaitu aspek internal (internality)
yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam
hidupnya ditentukan oleh kemampuan dirinya sendiri, aspek powerful others
(kekuatan orang lain) yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa
kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang yang berkuasa, dan
aspek chance (kesempatan) yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa
kejadian-kejadian dalam hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang dan
keberuntungan. Menurut model Levenson, salah satu dari ketiganya dapat
mendukung masing-masing dimensi locus of control secara independen dan
pada waktu bersamaan. Misalnya, seseorang secara bersamaan mungkin percaya
bahwa baik diri sendiri dan kekuatan orang lain mempengaruhi hasil, namun
kesempatan tidak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek locus of control
Dari berbagai pendapat diatas, meliputi potensi perilaku, pengharapan, nilai
penguatan dan situasi psikologi, dimana terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya juga, antara lain kemampuan, minat, dan usaha ( internal)
dan juga faktor nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain
(eksternal). Serta internality, powerful others, change. Dapat dilihat bahwa
banyak karakteristik yang baik berhubungan dengan locus of contol internal.
Meskipun demikian tidak selalu individu yang berorientasi internal selalu
melakukan hal-hal yang positif
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 12/42
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Locus of Control
Menurut Monks dkk,16
bahwa Perkembangan locus of control seseorang
dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan
sosial yang pertama bagi seseorang adalah keluarga. Di dalam keluarga inilah
terjadi interaksi antara orang tua dan anak, sehingga orang tua dapat
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang akan diwariskan terhadap anak-
anaknya. Seorang anak akan terbentuk locus of control internal, apabila tingkah
laku anak mendapatkan respons dan merasakan sesuatu di dalam lingkungannya,
sehingga tingkah laku tersebut dapat menimbulkan motif yang dipelajari.
Sebaliknya, anak akan terbentuk locus of control eksternal jika tingkah lakunya
tidak mendapatkan reaksi dan anak akan merasa bahwa perilakunya tidak
mempunyai akibat apapun. Keadaan di luar dirinyalah yang menentukan.
Interaksi antara anak dan orang tua yang hangat, fleksibel akan
menghasilkan anak yang berorientasi ke internal, bila dibandingkan dengan
orangtua yang menolak, memusuhi, dan mendominasi dalam segala sesuatu.
Sering tidaknya orangtua berada di rumah ikut pula mempengaruhi terbentuknya
locus of control. Anak-anak yang orangtuanya sering tidak berada di rumah
lebih eksternal bila dibandingkan dengan dengan orangtua yang sering berada
dirumah.
Selain faktor lingkungan sosial, perkembangan locus of control kearah
internal terjadi dengan bertambahnya usia seseorang. Menurut Englar semakin
dewasa usia maka locus of control berkembang ke arah internal dan stabil pada
16 M. Nur Ghufron, dan Rini Risnawita S. Teori-Teori Psikologi. hlm. 70
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 13/42
usia paruh baya. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya kemampuan
persepsi sehingga memungkinkan mereka melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap model-model penalaran logis yang menyangkut sebab-akibat yang
terjadi antara perilaku dan motivasi yang melatarbelakanginya.
Pada usia dewasa perkembangan orientasi locus of control internal lebih
ditentukan kemampuannya menunda pemuasan kebutuhan untuk pencapaian
hadiah yang lebih besar. Locus of control akan menjadi semakin eksternal dari
masa dewasa hingga usia tua, yaitu terjadi peningkatan keyakinan bahwa takdir
atau nasib dan kekuatan orang lain mempengaruhi kehidupannya. Hal ini
mungkin berkaitan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang lain untuk
kebutuhan pribadi seperti kesehatan dan keuangan.
Sejarah dan konteks budaya juga penting dalam perkembangan locus of
control karena dapat mempengaruhi kontrol persepsi seseorang tentang
perhitungan nilai-nilai sosial.17
Adanya kemampuan kontrol dan ketidak
mampuan kontrol menunjukkan tingkat dimana seseorang menganggap dirinya
mampu mempengaruhi suatu peristiwa dan penyebabnya terletak didalam atau
diluar dirinya.18
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan locus
of control diperoleh dari hasil belajar, dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
berkembang sejalan dengan pertambahan usia, sejarah dan konteks budaya. dan
arah perkembangannya ke arah internal atau eksternal akan terus mengalami
perubahan sesuai pertambahan usia.
17 Eric Benson dan Ric G Steele. 2005. Locus of control, Encyclopedia of Human Development .
18 Smet. 1994. Psikologi Kesehatan.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 14/42
5. Locus of Control dalam Perspektif Islam
a. Pemahaman Konsep Locus of Control dalam Perspektif Psikologi
Locus of control adalah keyakinan seseorang mengenai sumber penentu
perilakunya, dimana terdapat perbedaan dalam mempersepsikan kejadian
tertentu. Beberapa orang percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan yang
telah dialaminya adalah karena dirinya sendiri (internal locus of control),
sedangkan beberapa orang percaya bahwa nasib, keberuntungan, kesempatan
dan kekuatan orang lain merupakan faktor yang mempengaruhi tingkah
lakunya (external locus of control). Menurut Rotter aspek-aspek yang
mempengaruhi locus of control, antara lain:
a. Potensi Perilaku (behavior potential), yang mana perilaku tertentu akan
terjadi dalam situasi tertentu.
b. Pengharapan (expentancy), yang mana berbagai kejadian akan muncul dan
dialami oleh seseorang.
c. Nilai penguatan (reinforcement value): tingkat pilihan untuk satu penguatan
(reinforcement ) sebagai penganti yang lain.
d. Situasi psikologi (Psychological Situation) : bentuk rangsangan baik secara
internal maupun eksternal yang diterima seseorang suatu saat tertentu.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 15/42
Gambar 2. 1
Aspek-Aspek Locus of Control
Sumber: Rotter (1960)
b. Pemahaman Konsep Locus of Control dalam Perspektif Islam
Locus of control merupakan sumber keyakinan yang dimiliki oleh
individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri sendiri
ataupun dari luar dirinya.
Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam kelebihan. Tinggal
bagaimana manusia mensyukuri dan memanfaatkan semua karunia yang
diberikan kepada mereka. Manusia sebagai ciptaan-Nya, diciptakan untuk
beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dengan cara menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi laranga-Nya. Bersikap optimis, berusaha dengan keras untuk
mencapai tujuan dan bertanggung jawab adalah salah satu contoh diantaranya.
Dalam konsep Islam telah dijelaskan bahwa bagaimana seorang mukmin
harus bersikap optimis terhadap kemampuan dirinya sendiri, karena ini
merupakan faktor yang sangat penting sehingga dapat menguatkan pribadi
seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang mendasari semua aspek
kehidupan, diantaranya yang mendasari perilaku dan sikap hidup seseorang.
Aspek-Aspek
Locus of Control
Potensial Perilaku (behavioral potential)
Harapan ( Expentancy)
Nilai Pen uatan rein orcement value
Situasi Psikolo i P cholo situation
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 16/42
Keyakinan bahwa dunia ini baik membawa seseorang pada pemahaman
bahwa segala yang terjadi ini tidaklah sia-sia; pasti ada tujuan. Memang tak
selalu mudah untuk bisa memahami tujuan, pelajaran atau hikmah, di balik
setiap kejadian. Namun, optimisme menawarkan cara pandang bahwa
seseorang dapat memenuhi harapannya. Sebagaimana Firman Allah Surat An-
Najm Ayat 39-41:19
β r &u ρ} § øŠ ©9Ç ≈ | ¡ ΣM∼ Ï9āω Î)$ t Β4 t ë y ™∩⊂∪β̈ r &u ρ… çµ u Š ÷è y ™t ∃ô θ y ™3“ t ãƒ∩⊆⊃∪§Ν èO çµ 1t “ øg ä †
u !# t “ y f ø9 $#4’ n û÷ ρF{ $#∩⊆⊇∪
“39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang Telah diusahakannya, 40. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihat (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna”
Seseorang yang memiliki orientasi locus of control internal mempunyai
Pikiran positif sehingga memberikan dorongan sikap dan tingkah laku yang
positif pula. Mereka menganggap segala bentuk ujian dalam bentuk psikis
yang kurang baik maupun berbagai masalah dan rintangan sebagai kesempatan
dan sarana meningkatkan kualitas diri bukan sebagai beban serta menyakini
bahwa Allah tidak akan membebani hambanya melebihi kemampuannya.
Sebagaimana firman Allah Surat Al-Baqaroh ayat 286:20
Ÿωß # Ïk= s 3 ムª! $#$ ²¡ ø t Ρāω Î)$ y γ y è ó™ã ρ 4 $ y γ s 9$ t Βô M t 6 | ¡ x . $ p κ ö n = t ã u ρ$ t Βô M t 6 | ¡ t F ø . $# 3 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengankesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya….”
19 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 528
20 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 50
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 17/42
Sebaliknya orang yang memilki orientasi locus of control Ekternal
mempunyai sikap pesimis yang sering kali merasa bimbang apabila
menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah
kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak
percaya diri, mudah menyalahkan sesuatu.
Allah melarang umatnya untuk bersikap putus asa (pesimis), karena
putus asa tidak dapat berkumpul di dalam hati seorang mukmin tetapi pada
hatinya orang kafir. Sebagaimana firman Allah dalam Surat yusuf ayat 87:21
Ÿω………ß § t ↔ ÷ƒ($ t ƒ ÏΒÇy ÷ ρ§ ‘«! $#āω Î)ãΠö θ s ) ø9 $#t βρã Ï ≈ s 3 ø9 $#∩∇∠∪
“……, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir"
Allah juga berfirman dalam Surat Ali Imran Ayat 139:22
Ÿω u ρ(# θ ãΖ Îγ s ?Ÿωu ρ(# θ çΡt “ øt r BãΝ çF Ρr &u ρt βö θ n = ôãF{ $#β Î) Ο çG Ψ ä . t ÏΖ ÏΒ÷ σ •Β∩⊇⊂∪ “ Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula)kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Dalam Surat diatas, Allah menganggap manusia yang beriman sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya, oleh karenanya Allah melarang
seseorang untuk bersikap putus asa (pesimis) karena sikap pesimis merupakan
penyakit yang membahayakan pribadi setiap manusia.
21 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 247
22 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 68
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 18/42
Dalam Surat An-Naml ayat 47, Allah berfirman:23
(# θ ä9$ s %$ t Ρ÷ ¨ ©Û $#y 7 Î/ y ϑ Î/ u ρy 7 t è ̈Β 4 t Α$ s %öΝ ä . ç È ∝ ‾ ≈ s Ûy ‰ Ζ Ïã«! $# ( ö≅ t /ó Ο çF Ρr & ×Πö θ s %t βθ ãΖ t F ø è ?∩⊆∠∪
“Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan
kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu
ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu
kaum yang diuji".
Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa
mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen dan menganggap bahwa
kejadian-kejadian yang dialami disebabkan karena lingkungan luar dan orang
lain.
Dalam Surat Al-Fushshilat Ayat 49, Allah berfirman:24
āωãΝ t ↔ ó¡ o „ ß ≈ | ¡ ΡM} $# ÏΒÏ !% t æߊ Î ö y ‚ ø9 $#β Î)u ρ çµ ¡¡ ̈Β• ¤ ³ 9 $#Ó ̈θ ä↔ u ‹ s ùÔÞ θ ãΖ s %∩⊆∪
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa
malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan”.
Ayat diatas menjelaskan betapa mudahnya manusia bersikap putus asa
(pesimis), hanya dengan ujian yang diberikan oleh Allah. Padahal semua
keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa diri kita bisa melakukannya.
Meskipun Allah juga memiliki ketentuan atas diri manusia yang mana
ketentuannya tidak dapat seorangpun menolaknya.
23 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 382
24 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 483
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 19/42
c. Rumusan Konseptual tentang Locus of Control
Locus of control dalam psikologi adalah keyakinan seseorang mengenai
sumber penentu perilakunya, dimana terdapat perbedaan dalam
mempersepsikan kejadian tertentu. individu yang memiliki orientasi locus of
control internal menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
baik berupa keberhasilan maupun kegagalan adalah disebabkan oleh dirinya
sendiri, sedangkan individu yang memiliki orientasi locus of control eksternal
menyakini bahwa semua kejadian yang menimpah dirinya disebabkan oleh
nasib, kesempatan, dan kekuatan dari luar.
Dalam konsep Islam locus of control Keyakinan bahwa dunia ini
membawa seseorang pada pemahaman bahwa segala yang terjadi ini tidaklah
sia-sia; pasti ada tujuan. Tinggal bagaimana manusia mensyukuri dan
memanfaatkannya. Dalam konsep Islam orang yang memiliki orientasi
internal sama dengan orang yang memiliki sikap yang optimis, yang mana
selalu berpandangan positif tentang kehidupan dan berkeyakinan bahwa
keberhasilan dan kegagalan berasal dari dirinya sendiri. Sedangkan orang
yang memiliki orientasi eksternal sama dengan orang yang memiliki sikap
yang pesimis dan putus asa, yang mana selalu beranggapan bahwa peristiwa
yang menimpa dirinya cenderung permanen dan tidak dapat berubah serta
tidak mau berusaha untuk merubah hidupnya.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 20/42
B. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Setiap manusia selalu dihadapkan pada sebuah pilihan, oleh karenanya
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya,
sehingga setiap manusia membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat.
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (decision
making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang
didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih
karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada keputusan yang
harus diambil.25
Menurut Terry, pengambilan keputusan (decision making) adalah
pemilihan alternatif perilaku dari dua atau lebih. Dalam kutipan yang sama,
Siangan mendefinisikan pengambilan keputusan (decision making) adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-
fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan
pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat.26
25 Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN), hlm. 81526 Ibnu Syamsi. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara. hlm:5
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 21/42
John Adair mendefinisikan Pengambilan keputusan (decision making)
sebagai:
Decision making is about deciding what action to take; it usually
involves choice between options. The object of problem solving is
usually a solution, answer or conclusion.27
Pengambilan keputusan adalah tentang memutuskan apa tindakan yang
diambil, biasanya melibatkan pilihan diatara beberapa pilihan. Objek
permasalahan biasanya berupa sebuah solusi, jawaban atau kesimpulan.
Pengambilan keputusan (decision making) merupakan salah satu bentuk
perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan.28
sehingga
dengan melihat bagaimana seorang mahasiswa mengambil suatu keputusan,
maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya.
Dalam The Free Dictionary mengungkapkan bahwa
Decision making can be regarded as the mental processes
(cognitive process) resulting in the selection of a course of action
among several alternatives. Every decision making process
produces a final choice. The output can be an action or an opinion
of choice.29
Pengambilan keputusan dapat dilakukan sebagai proses mental (proses
kognitif) yang menghasilkan pemilihan suatu tindakan di antara beberapa
alternatif. Setiap proses pengambilan keputusan menghasilkan pilihan akhir.
hasilnya dapat berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.
27 John Adair. 2007. Decision Making & problem Solving Strategies. London and Philadelphia:
The Sunday Times. 28 Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.2008. hlm 198
29Online Dictionary. Diakses pada tanggal 02 Februari 2011. available at:
www.thefreedictionary.com
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 22/42
Definisi yang berbeda juga diberikan oleh Deb Feldman-Stewart yang
mendefiniskan Pengambilan keputusan sebagai:
Decision making in cognitive psychology focuses on how people
make choices. The field is distinct from problem solving, which is
characterized by situations where a goal is clearly established and
where reaching the goal is decomposed into sub-goals that, in
turn, help clarify which actions need to be taken and when.
Decision making is also distinct from reasoning, which is
characterized as the processes by which people move from what
they already know to further knowledge. 30
Pengambilan keputusan dalam psikologi kognitif di fokuskan kepada
bagaimana seseorang membuat keputusan. Dalam kajiannya berbeda dengan
pemecahan masalah, yang mana ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan
ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan
menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang
harus dan kapan diambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan
penalaran, yang mana ditandai sebagai sebuah proses oleh perpindahan
sesesorang dari apa yang telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih
lanjut.
Menurut Suharman pengambilan keputusan adalah proses memilih atau
menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti.
Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang
harus: a) membuat prediksi ke depan, b) memilih salah satu di antara dua pilihan
30 Deb Feldman-Stewart. Cognitive Psychology and Process. Encyclopedia of Medical Decision
Making. 2009. SAGE Publications. 11 May. 2010. Dikutip tanggal 11 Mei 2010. Available at:
http://www.sage-ereference.com/medical/Article_n40.html
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 23/42
atau lebih, atau c) membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian
berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.31
Hal senada yang diungkapkan oleh Rakhmat bahwa keputusan yang
diambil beraneka ragam, tapi ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan
merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, (2) keputusan selalu
melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, (3) keputusan selalu melibatkan
tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditanggung atau dilupakan.32
Dengan banyaknya definisi yang memaparkan tentang pengambilan
keputusan ( Decision Making), maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ( Decision Making) adalah suatu proses pemilihan
alternatif terbaik terhadap beberapa alternatif yang ada secara sistematis untuk
digunakan sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah.
2. Tahapan-Tahapan Pengambilan Keputusan
John Adair menyebutkan lima tahapan dalam pengambilan keputusan,
sebagai berikut:33
a. Pengambaran Tujuan ( Defining the objective)
Pengambaran tujuan sangat penting dalam pengambilan keputusan. Dengan
mengambarkan tujuan akan membantu untuk mencapai kejelasan yang
diperlukan pikiran.
31Suharman, 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. hlm. 194
32 Rahmat, Psikologi Komunikasi, hlm. 71
33 John Adair. 2007. Decision Making & problem Solving Strategies. hlm. 24-38
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 24/42
b. Pengumpulan Informasi yang Relevan (collect Relevant Information)
Pengumpulan dan penyaringan informasi yang relevan melibatkan adanya
ketersediaan informasi dan mengambil langkah untuk memperoleh kembali
informasi yang hilang.
c. Menghasilkan Opsi yang layak (generate feasible options)
Untuk menghasilkan opsi yang layak, seseorang harus dapat bergerak secara
sistematis dari kemungkinan-kemungkinan, yang dihasilkan dari berfikir
imajinatif untuk mengurangi beberapa pilihan, serta bertindak secara praktis.
Sebagaimana illustrasi yang dibuat oleh Adair.
Figure 2.2 The Lobster Pot Model
Sumber: John Adair (2007)
d. Membuat Keputusan ( Make the Decision)
Dalam mempersiapkan pengambilan keputusan, sebelumnya harus
menetapkan pemilihan kriteria-kreteria yang ada. Kriteria sukses yang di
pilih seseorang adalah hasil dari peran penting penilaian fungsi pikiran. Hal
Creative
Possibilities
Feasible
Options
Three
Options
Alternatives
Chosen
course of
action
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 25/42
ini berguna sebagai tolak ukur kriteria, serta memperkirakan resiko-resiko
yang terjadi.
e. Penerapan dan Pengevaluasian (implementing and evaluating)
Menerapkan dan mengevaluasi keputusan harus dilihat sebagai bagian dari
proses keseluruhan. Seseorang akan menerapkan keputusan yang telah
diambilnya dan akan mengevaluasi kembali apabila sebuah keputusan itu
dianggap tidak berhasil.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan
Arroba (1998) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan, yaitu:34
a. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi
b. Tingkat pendidikan
c. Personality
d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan
permasalahan (proses adaptasi)
e. Culture.
Sedangkan dalam kutipan yang sama, Siagian (1991) mengemukakan
bahwa terdapat aspek-aspek tertentu yang bersifat eksternal dan intenal yang
dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
34 Agus. Konsep Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Pendidikan. Jurnal-online,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 26/42
Aspek internal tersebut, antara lain:
a. Pengetahuan, Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan
keputusan.
b. Aspek kepribadian, Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi
besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sedangkan aspek eksternal antara lain
a. Kultur, kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan
individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
b. Orang lain, orang lain dalam hal ini menunjukkan bagaimana individu
melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat) dalam melakukan
pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil
keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku individu dalam
pengambilan keputusan.
Sedangkan menurut Kotler, faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah:35
a. Faktor Budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya, dan kelas sosial
b. Faktor Sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status
c. Faktor Pribadi, yang meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri
35 Yekti Indra Utami dan Anita Nurfitriyanah. Metode Letting Go untuk Membantu Individu dalam
Mengambil Keputusan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. (penelitian tidak diterbitkan)
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 27/42
d. Faktor Psikologis, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan
dan pendirian.
Berbeda dengan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) yang menjelaskan
bahwa proses pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, faktor perbedaan individu dan proses psikologi.36
a. Faktor lingkungan tersebut antara lain:
1. Lingkungan Sosial
Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat memiliki strata
sosial yang berbeda-beda. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk
kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan sebagainya.
Keberadaan lingkungan sosial memegang peranan kuat terhadap proses
pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan perilaku baik yang positif
maupun yang negatif . Karena dalam lingkungan sosial tersebut individu
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
2. Lingkungan Keluarga
Menurut Engel keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, adopsi, serta
tinggal bersama. Lingkungan keluarga sangat berperan penting pada
bagaimana keputusan untuk melakukan perilaku negatif seperti seks pranikah,
minum-minuman keras, balap motor dan sebagainya itu dibuat karena
keluarga adalah lingkungan terdekat individu sebelum lingkungan sosialnya.
36 J.F Engel, R.D Blackwell, dan Miniard, P.W. 1994. Prilaku Konsumen. Jakarta: Bina Rupa
(dalam Wasiska.2008. Faktor yang melatar belakangi pengambilan keputusan mahasiswi
memakai jilbab. Skripsi UM tidak diterbitkan. hlm. 20)
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 28/42
Bila dalam suatu keluarga tidak harmonis atau seorang anak mengalami
“broken home” dan kurangnya pengetahuan agama dan pendidikan, maka
tidak menuntut kemungkinan seorang anak akan melakukan perilaku yang
beresiko.
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil
yang juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.37
Sedangkan menurut
Mufidah keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, namun
mempunyai peranan yang sangat penting.38
Dalam keluarga, seseorang mulai
belajar berinteraksi dengan orang lain. Keluarga juga merupakan lingkungan
belajar pertama dan yang memberikan serta memperkenalkan nilai-nilai
budaya, agama yang kemudian bisa mempengaruhi pribadi seseorang.
b. Faktor Perbedaan individu antara lain:
1. Status Sosial
Menurut Kartono status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki
seseorang dalam hubungannya dengan atau untuk membedakannya dari
anggota-anggota lainnya dari suatu kelompok sosial. Status sosial dapat
dijadikan alasan seseorang melakukan perilaku negatif.
Sedangkan menurut Kotler status sosial merupakan kelompok yang
relative homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarkis dan anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang mirip.39
37 Kotler, P. dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Prespektif Asia. Yogyakarta: Andi
38 Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender . Malang: UIN- Malang Press.
39 Kotler, P. dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Prespektif Asia
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 29/42
Status sosial yang dimiliki individu memposisikan seseorang pada
tempat-tempat tertentu dalam masyarakat. Seseorang cenderung akan
berperilaku, dan mengambil keputusan tentang sesuatu, sesuai dengan status
sosial yang disandangnya.
2. Kebiasaan
Kebiasaan adalah respon yang sama cenderung berulang-ulang untuk
stimulus yang sama.40
Kebiasaan merupakan perilaku yang telah menetap
dalam keseharian baik pada diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.
Perilaku beresiko di sebagian mahasiswa dapat terjadi dikarena kebiasaan
dalam lingkungan sosial maupun keluarga, menyebabkan mereka terbiasa
melakukan perilaku beresiko. Sehingga perilaku beresiko dapat diterima oleh
lingkungan dan dianggap sebagai hal yang biasa serta menjadi kebiasaan
semata.
3. Simbol Pergaulan
Simbol pergaulan adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting
dalam lingkungan pergaulan seseorang. Lingkungan pergaulan yang terdiri
dari mahasiswa yang senang gonta-ganti pasangan dan melakukan perilaku
beresiko menunjukkan simbol dan ciri pada kelompok tersebut. Sehingga
apabila seseorang yang ingin menjadi salah satu kelompoknya, mau tidak mau
harus mengikuti kebiasaan dalam kelompok tersebut.
40 Alwisol. 2009.Pikologi Kepribadian edisi Revisi. Malang: UMM Press. hlm. 7
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 30/42
4. Tuntutan
Adanya pengaruh dominan dalam lingkungannya, baik itu lingkungan
keluarga, pergaulan maupun lingkungan sosialnya, maka dengan kesadaran
diri ataupun dengan terpaksa seseorang akan melakukan prilaku beresiko.
c. Faktor Psikologi antara lain:
1. Persepsi
Menurut Walgito persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera.41
Sedangkan menurut Rahmat, persepsi seseorang
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya
individual sehingga antara individu satu dengan yang lainnya dapat terjadi
perbedaan individu terhadap obyek yang sama.42
Mahasiswa yang memiliki persepsi bahwa perilaku beresiko itu
merupakan hal yang biasa, sangat berpotensi terjerumus menjadi perilaku
negatif yang beresiko tinggi serta cenderung melakukan perilaku beresiko
tersebut apabila ada kesempatan karena rem atau kontrol diri mereka lemah.
Selain itu, mahasiswa yang sudah melakukan perilaku beresiko akan sulit
menghentikannya pula akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan perilaku
beresiko sudah merupakan hal biasa.
41 Prof. Dr. Bimo Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Offset. hlm. 69
42 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. hlm. 57
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 31/42
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. 43 Manifestasi sikap
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek .
3. Motif
Motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri organisme yang
mendorong untuk berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi
motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku.44
Apabila seseorang dapat
menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan itu benar, maka
seseorang dapat memprediksikan tentang apa yang akan diperbuat oleh orang
yang bersangkutan dalam waktu yang akan datang.
Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan dan bersikap tertentu untuk
mencapai suatu tujuan.
4. Kognitif
Menurut Rahmat kognisi adalah kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
45
43 Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (dalam Pirana
ginting. Persepsi Remaja Terhadap Prilaku Seks Pra Nikah. skripsi) 44 Prof. Dr. Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. hlm. 168-169
45 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. hlm. 71
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 32/42
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.46 Penginderaan terjadi
melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
dan informasi merupakan stimulus yang diterima oleh mahasiswa dari
lingkungannya. Mahasiswa akan memiliki dan memberi reaksi pada stimulus
yang dijumpai sehingga menjadi lebih berarti bagi kepentingan hidupnya.
Marlin (1998) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang
dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan
keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka
selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan,
menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif
yang ada.
Demikian beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan. Menurut peneliti dari beberapa faktor-faktor diatas maka dapat
disimpulkan bahwa setiap individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda
dalam bereaksi, hal ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.
Ada individu yang dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang
telah dilakukan, namun ada juga individu lain yang tampaknya mengalami
kesulitan untuk menentukan sikapnya dalam pengambilan keputusan.
46 Pirana Ginting. Persepsi Remaja Terhadap Prilaku Seks Pra Nikah.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 33/42
4. Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam
a. Pemahaman Konsep Pengambilan Keputusan dalam Perspektif
Psikologi
Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir.
Masa mahasiswa adalah masa dimana pengambilan keputusan meningkat,
Dalam pengambilan keputusan, mahasiswa yang lebih tua lebih kompeten
daripada mahasiswa yang lebih muda.47 Meskipun dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa yang lebih tua dan orang dewasa
sering kali jauh lebih sempurna, namun kemampuan dalam mengambil
keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam
kehidupan sehari-hari, dimana luasnya pengalaman sering memainkan peran
yang sangat penting.
Oleh karenanya dalam pengambilan keputusan diperlukan lebih banyak
waktu dan kesempatan untuk mempraktekan dan mendiskusikannya sehingga
mendapatkan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak pengambilan
keputusan dunia nyata yang terjadi di dalam lingkungan yang menegangkan
atau situasi stress yang meliputi faktor-faktor seperti hambatan waktu dan
keterlibatan emosional.48 Seperti masalah seks, obat-obatan, kebut-kebutan di
jalan.
Tidak jarang mahasiswa terpaksa mengambil keputusan-keputusan yang
salah karena dipengaruhi oleh orientasi masyarakat terhadap mahasiswa dan
47Santrock. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Ed.5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
2002. hlm. 1348 Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 198
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 34/42
kegagalannya untuk memberi mahasiswa pilihan-pilihan yang memadai. Oleh
sebab itu, sebagaimana dikemukakan oleh Daniel Keating, kalau keputusan
yang diambil mahasiswa tidak disukai, maka kita perlu memberi mereka suatu
pilihan yang lebih baik untuk mereka pilih49
Menurut Engel, Blackwell, dan
Miniard dalam pengambilan keputusan mahasiswa di pengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Faktor lingkungan, meliputi: Lingkungan Keluarga, Lingkungan sosial
2. Faktor Perbedaan individu, meliputi : status sosial, kebiasaan, simbol
pergaulan dan tuntutan
3. Faktor Psikologi, meliputi: Persepsi, Sikap, Motif, Kognitif, dan
pengetahuan
Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard
49 Santrock, Life Span Development Perkembangan Masa Hidup, hlm. 14
Gambar 2.3
Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Psikologi
Faktor Lingkungan
Faktor Perbedaan
Individu
Faktor Psikologi
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Sosial
Pengetahuan
Kognitif
Motif
Sikap
Persepsi
Pengambilan
Keputusan
Status Sosial
Kebiasaan ( Habit )
Simbol Pergaulan
Tuntutan
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 35/42
b. Pemahaman Konsep Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mengambil ribuan keputusan
yang sebagian dilakukan secara serampangan dan sebagian lagi dilakukan
berdasarkan analisa, dan mengaktifkan pengetahuannya lebih dahulu.
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan penetapan
suatu alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang
ada. Untuk itu diperlukan teknik pengambilan keputusan dengan membuat
langkah-langkah yang logis dan sistematis, yang meliputi: merumuskan
masalah, mengumpulkan informasi, memilih pemecahan masalah yang paling
layak dan melaksanakan keputusan, bisa dengan cara musyawarah.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Syura ayat 38:50
t Ï% © ! $#u ρ(# θ ç/$ y f t G ó™ $#öΝ Íκ Íh 5 t Ï9(# θ ãΒ$ s %r &u ρ n ο4 θ n = ¢Á 9 $#öΝ èδã øΒr & u ρ3“ u ‘ θ ä©öΝ æη u Ζ ÷ t /$ £ϑ ÏΒ u ρ
öΝ ßγ≈ u Ζ ø%y —u ‘t βθ à) Ï Ζ ãƒ∩⊂∇∪
“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruanTuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”.
Islam menganjurkan kepada manusia untuk mengoreksi keputusan-
keputusan berdasarkan pemikiran sistematis yang bersumber dari Al-qur’an
dan Hadits, karena keputusan akan menuntun sebagian manusia menuju jurang
yang dalam pada saat seseorang jauh dari kebenaran dan terlena oleh
kebatilan. Keputusan juga akan menuntun sebagian manusia yang lain menuju
50 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 36/42
hidup mulia di dunia dan meraih ketinggian surga di akhirat dengan izin
Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:51
أ و ل ا لر أ ا ا ا ن أ آ
أ و ا د
“Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.”Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah yang enggan?”
Beliau menjawab, “Siapa yang mentaatiku, akan masuk surga dan
siapa yang menentangku, ia telah enggan.”
Keputusan merupakan batu pondasi yang digunakan untuk membangun
amal. Jika ia diletakkan ditempat yang sesuai, bangunan diatasnya akan
sempurna dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jika tidak, bangunannya akan
memiliki banyak cacat dan kekurangan. Sehingga menyebabkan kegagalan
dan harus dibangun kembali.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqaroh ayat 195:52
(Ÿωu ρ....
(# θ à) ù= è ?ö / ä 3ƒÏ‰ ÷ƒr ' Î/’ n < Î)Ïπ s 3 è= öκ − J 9 $# ¡(#þ θ ãΖ Å¡ ô mr &u ρ ¡β̈ Î) ©! $# = Ït ä † t ÏΖ Å¡ ós ßϑ ø9 $#∩⊇∈∪
“.... Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Ayat tersebut mengandung perintah untuk menjaga jiwa dan tidak
menjerumuskannya kepada kebinasaan karena keputusan-keputusan yang
serampangan. Selain itu juga perintah untuk memperbaiki keputusan, baik
besar maupun kecil.
51 HR Al-Bukhori di dalam Shahihnya, VI/6851 (dalam Iman Kurdi. Seni Mengambilan
Keputusan..) 52 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 31
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 37/42
Segala sesuatu perbuatan diawali dengan dengan niat dan dianjurkan
untuk selalu memperbaruinya sebelum memutuskan setiap keputusan. Oleh
karenanya Islam mengajarkan kesungguhan untuk menyadari berbagai
keputusan dan setiap kata yang terucap. Rasulullah SAW bersabda:
ى اىء او ت ال ا)......را اور(
“Tiap amal tergantung dari niatnya dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan yang diniatkanya…(HR. Bukhori)
Dalam Surat Al-Qalam ayat 36 Allah Berfirman:53
$ t Βö / ä 3 s 9y # ø‹ x . t βθ ãΚ ä 3 øt r B∩⊂∉∪ “Atau Adakah kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu
mengambil keputusan?”.
Dalam ayat ini Allah mempertanyakan bagaimana manusia mengambil
keputusan terhadap apa yang telah diperbuatnya. Apakah sesuai dengan
syariat Islam atau mengikuti hawa nafsu.
c. Rumusan Konseptual tentang Pengambilan Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan memiliki tujuan dan makna yang
berbeda-beda terhadap keputusan yang diambil. Ada orang yang memilih
karena pertimbangan ekonomi, ada yang dikarenakan pertimbangan
kedekatan, pertimbangan rasional, ikut orang lain, dan lain sebagainya. Hal ini
tergantung kebutuhan masing-masing individu sehingga mengarah pada
tingkah laku individu tersebut.
53 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 566
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 38/42
Pengambilan keputusan dalam psikologi merupakan bentuk perbuatan
berfikir, sehingga dengan melihat bagaimana seorang mahasiswa mengambil
keputusan, maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya. Dalam Islam
Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada Al-Quran dan Hadits.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada keduanya akan membawakan
hasil yang baik.
C. Hubungan Locus of Control (Pusat Kendali) dengan Decision Making
(Pengambilan Keputusan)
Roter (1966) mengemukakan bahwa Locus of control disusun untuk
menilai sejauh mana seseorang dapat mengontrol keyakinan mereka terhadap
sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control internal adalah keyakinan
tentang tingkah laku seseorang atau keterlibatan dalam suatu situasi tertentu
yang dapat mempengaruhi hasil pencapaian sebuah penguat tertentu secara
langsung. Sebaliknya Locus of control eksternal adalah keyakinan tentang hasil
pencapaian suatu tujuan tidak ada hubungannya dengan keterlibatan atau
perilaku seseorang, tetapi karena adanya kekuatan luar seperti keberuntungan,
kesempatan, atau kontrol dari orang lain yang berkuasa.
Dalam Smith dkk, Locus of control didasarkan kepada apakah seorang
individu mempercayai ada hubungan sebab akibat antara keputusan dengan
perilakunya dan hasil pontesial dari keputusan dan perilaku.54
Seseorang yang
54 Alieen Smith, Dkk. The Global Significance of Locus of Control in Ethnical Decision Making: A
multi-Country Examination of University Students. Journal of College Teaching & Learning-
February 2007. Vol 4, No 2.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 39/42
memiliki karakteristik internal percaya bahwa ada penyebab yang berhubungan
antara keputusan atau tindakannya dengan akibat yang diharapkannya (the
expected consequences). Seseorang dengan karakteristik internal percaya bahwa
akibat yang terjadi pada kehidupan mereka adalah langsung berhubungan
dengan keputusan yang mereka buat dan tindakan yang mereka ambil. Pada
umumnya orang-orang yang memiliki karakteristik internal menerima tanggung
jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka karena mereka percaya akibat
yang mereka terima berhubungan dengan keputusan yang mereka ambil.
Sedangkan orang dengan karakteristik eksternal percaya bahwa hasil yang
diharapkan atau akibat dalam kehidupan mereka tidak ada hubungannya dengan
usahanya mereka atau keputusannya. Bahkan, mereka percaya bahwa hasil yang
diperoleh dibawah kontrol keberuntungan, nasib, atau kekuatan orang lain.
Seseorang dengan karakteristik eksternal secara umum tidak percaya bahwa
mereka menerima tanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Locus of control merupakan
faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang kompeten.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk yang menegaskan
hubungan antara locus of control dengan pengambilan keputusan yang
kompeten (ethical decision) yang difokuskan kepada mahasiswa dari 13
universitas di delapan Negara yang berbeda kebudayaan, dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa locus of control merupakan variabel kepribadian yang
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 40/42
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pengambilan keputusan yang
kompeten.55
Berdasarkan pada teori locus of control, adalah memungkinkan bahwa
seseorang dalam mengambil keputusan akan dipengaruhi oleh karakteristik
locus of control-nya. Seseorang dengan internal locus of control akan
mengambil keputusan yang kompeten, dibandingkan dengan seseorang yang
mememiliki external locus of control. Ciri pembawaan internal locus of control
adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam rentang
kendalinya dan akan selalu mengambil peran serta tanggung jawab dalam
penentuan benar atau tidaknya tindakan yang diambil, sehingga orang yang
dengan karakteristik internal locus of control, kecil kemungkinannya
mengambil keputusan yang tidak kompeten.
Disisi lain seseorang dengan external locus of control, percaya bahwa
kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya
dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan dan kesempatan serta lebih
mempercayai kekuatan diluar dirinya, oleh karena itu seseorang dengan
karakteristik external locus of control, lebih besar kemungkinannya untuk
mengambil keputusan yang kurang etis dan kompenten dalam hidupnya.
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa locus of
control yang dikembangkan oleh Rotter mengacu pada sejauh mana individu
percaya bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi mereka. Dalam locus of control sendiri dibagi menjadi dua
55 Ibid.
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 41/42
kategori yaitu internal locus of control dan external locus of control. Orang
yang memiliki internal locus of control merasa yakin bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengendalikan penguat (reinforcement ) yang diterimanya,
sedangkan orang yang memiliki external locus of control memandang peristiwa-
peristiwa yang terjadi baik maupun buruk disebabkan oleh faktor-faktor
kesempatan, keberuntungan, nasib, dan orang lain yang berkuasa serta kondisi-
kondisi yang tidak mereka kuasai. Disamping itu locus of control juga dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.
Pengambilan keputusan yang kompeten sangat penting bagi mahasiswa
untuk memutuskan tindakan yang terbaik menurut dirinya. Pengambilan
keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai
masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga setiap
individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Apabila seseorang
berada dibawah tekanan untuk membuat suatu keputusan yang penting, akan
mempengaruhi kesejahteraan masa depanya. Dimana akan sangat menyakitkan
untuk melakukan hal tersebut karena ada beberapa resiko yang akan timbul
karena tindakan yang dihasilkan.
Mahasiswa yang memiliki internal locus of control dalam mengambil
keputusan akan mempertimbangkan sebab akibatnya terlebih dahulu, karena
mahasiswa yang memiliki internal locus of control dapat mengendalikan dirinya
sendiri. Sedangkan mahasiswa yang memiliki external locus of control sulit
untuk membuat keputusan karena mahasiswa yang memiliki external locus of
control kurang memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri dan percaya bahwa
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah
http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 42/42
hal yang terjadi pada dirinya lebih dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yan ada
diluar dirinya, mempunyai sifat mengalah, tergantung dan sulit menentukan
pilihan dalam hidupnya.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa locus of control mempunyai
pengaruh dalam pengambilan sebuah keputusan dalam melakukan perilaku yang
beresiko, sehingga dapat dilihat bahwa orang yang memiliki internal locus of
control memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan yang kompeten
untuk tidak melakukan perilaku beresiko, begitu pula sebaliknya.
D. Hipotesis
Menurut Sudarwan hipotesa adalah kesimpulan teoritik yang masih harus
dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris.56
Hal
senada juga diunggapkan oleh Sugiyono yang menganggap bahwa hipotesa
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dimana
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.57
Adapun hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat hubungan antara locus of
control (pusat kendali) dengan decision making (pengambilan keputusan) pada
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”.
56 Sudarman Danim. 2004. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara.
hlm: 115 57
Prof Dr Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D 2009 Bandung: