06410066-fahimatul-ilmiyah

42
7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 1/42 BAB II LANDASAN TEORI  A.  Locus of Control  1. Pengertian Locus of Control  Konsep locus of control pertama kali dikembangkan oleh Julian Rotter pada tahun 1966 yang memberikan gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilaku. Rotter sendiri telah menegaskan tentang konsep locus of control, bahwa locus of control bukanlah sebuah typology atau  proposition , karena locus of control adalah pengharapan umum yang akan memeprediksikan perilaku seseorang dari berbagai keadaan. Menurut Pervin locus of control merupakan konsep dari teori social learning yang telah dikembangkan oleh JB. Rotter yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai faktor-faktor yang menentukan keberhasilan, hadiah, dan hukuman pada kehidupan seseorang. 1  Duffy&Atwarer (2005) mengemukakan definisi Locus of control adalah sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri sendiri ataupun dari luar dirinya. 2   Locus of control refers to the extent to which an individual attributes personal life events to external factors or other people (external) or to their own disposition (internal). 3  1 Smet, Psikologi Kesehatan. Jakarta:Grasindo, 1994 2 Patricia, dkk. Peranan locus control, self-esteem, self-effecacy, dan prestasi belajar terhadap kematangan karir, Gifted Review Jurnal no.02 Agustus 2009, hlm 88 3  Amanda Stake. Religiosity, Locus of Control, and Superstitious Belief . UW-L Journal of Undergraduate Research VII (2004)

Upload: badrut-tamam

Post on 14-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 1/42

BAB II

LANDASAN TEORI

 A.   Locus of Control  

1. Pengertian Locus of Control  

Konsep locus of control pertama kali dikembangkan oleh Julian Rotter

pada tahun 1966 yang memberikan gambaran pada keyakinan seseorang

mengenai sumber penentu perilaku. Rotter sendiri telah menegaskan tentang

konsep locus of control, bahwa locus of control bukanlah sebuah typology atau

 proposition, karena locus of control adalah pengharapan umum yang akan

memeprediksikan perilaku seseorang dari berbagai keadaan.

Menurut Pervin locus of control merupakan konsep dari teori social

learning yang telah dikembangkan oleh JB. Rotter yang menyangkut

kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai faktor-faktor yang

menentukan keberhasilan, hadiah, dan hukuman pada kehidupan seseorang.1 

Duffy&Atwarer (2005) mengemukakan definisi Locus of control adalah

sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan peristiwa

yang terjadi baik itu dari diri sendiri ataupun dari luar dirinya.2 

 Locus of control refers to the extent to which an individual

attributes personal life events to external factors or other people

(external) or to their own disposition (internal).3 

1Smet, Psikologi Kesehatan. Jakarta:Grasindo, 1994

2Patricia, dkk. Peranan locus control, self-esteem, self-effecacy, dan prestasi belajar terhadap

kematangan karir, Gifted Review Jurnal no.02 Agustus 2009, hlm 883 Amanda Stake. Religiosity, Locus of Control, and Superstitious Belief . UW-L Journal of 

Undergraduate Research VII (2004)

Page 2: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 2/42

 Locus of control mengacu pada sejauh mana seseorang individu

mengubungkan peristiwa kehidupan pribadinya kepada faktor-faktor eksternal

atau orang lain (eksternal) atau terhadap deposisi mereka sendiri (internal) 

Sedangkan Rotter sendiri mendefinisikan Locus of Control sebagai:

 Locus of control refers to the extent to which individuals believe

that they can control events that affect them.4 

 Locus of control mengacu pada sejauh mana individu percaya bahwa

mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi mereka.

 Locus of control is a term used to refer to individual perceptionsregarding personal control, particularly with regard to control

over important outcomes.5 

 Locus of control adalah istilah yang digunakan untuk mengacu kepada

persepsi individu tentang pengendalian pribadi, khususnya berkaitan dengan

kontrol atas hasil-hasil yang penting. Dalam kutipan yang sama Benson

mendefinisikan locus of control sebagai:

 Locus of control  refers to a person's beliefs regarding how

instrumental individual effort is in achieving a desired result .

 Locus of control  mengacu pada keyakinan seseorang tentang bagaimana

upaya individu dalam mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan Peterson

mendifinisikan locus of control sebagai harapan seseorang tentang sumber

penguatan yang khusus.6 

4 Anonymous.  Locus of Control.Di kutip tanggal 12 April 2010. Avalaible at :

http://en.wikipedia.org/  5 Eric Benson, & Steele, G, Ric. Locus of Control. Encyclopedia of Human Development. 2005.

SAGE Publications. 10 May 2010. Avalaible at :

http://www.sage-ereference.com/humandevelopment/article_n382.html 6 Christopher Peterson. Locus of Control. Encyclopedia of psychological Assessment. 2003. SAGE

Publications. 10 May 2010. Avalaible at:

http://www.sage-ereference.com/Psychassessment/article_n121.html 

Page 3: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 3/42

Berdasarkan berbagai macam definisi yang berbeda-beda dapat ditarik 

kesimpulan bahwa locus of control adalah keyakinan seseorang tentang sejauh

mana seseorang merasakan ada atau tidaknya hubungan antara usaha yang

dilakukan dengan hasil yang diterima, sehingga mereka mampu mengontrol

peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya.

2. Jenis-Jenis Locus of control  

Dalam locus of control dibagi menjadi dua kategori yaitu Locus of control

internal dan Locus of control eksternal. Rotter menyatakan bahwa

 Internal versus external control refers to the degree to which

 person expect that a reinforcement or outcome of their behavior 

is contingent on their own behavior or personal characteristics

versus the degree to which persons expect that the reinforcement 

or outcome is a function of chance, luck, or fate, is under the

control of powerful others, or is simply unpredictable.7  

Internal-eksternal kontrol mengacu pada sejauh mana seseorang

mengharapkan bahwa penguatan atau hasil dari perilaku mereka tergantung

pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik pribadi, sebaliknya sejauh mana

seseorang mengharapkan bahwa penguatan atau hasil merupakan fungsi dari

kesempatan, keberuntungan, atau nasib, adalah berada di bawah kendali

kekuatan orang lain, atau tidak terduga.

Beberapa ahli juga sepakat dengan pendapat Rotter tentang Internal-

Eksternal locus of control. Lefcourt dan Martin (1983) mendefinisikan locus of 

control internal adalah suatu keyakinan yang dihasilkan dari interaksi antara

7 JB. Rotter. Internal versus External Control of Reinforcement A Case. History of A Variable. The

American Psychological Association. Vol. 45. No. 4. April 1990. hlm. 489

Page 4: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 4/42

individu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah dari individu itu sendiri.

Sedangkan locus of control eksternal adalah merupakan suatu keyakinan

terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi karena alasan-alasan yang tidak ada

hubunganya dengan tingkah laku individu dan dengan demikian di luar usaha

untuk mengontrolnya. Dengan kata lain orang yang memiliki locus of control

eksternal beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi pada diri individu

dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti nasib dan

keberuntungan.8 

Hal senada juga di ungkapkan oleh Benson dan Steele:9 

 Internal locus of control is the belief that a person's actions or 

involvement in a given situation can directly affect the attainment 

of a particular reinforcer . Conversely external locus of control is

the belief that the attainment of a goal has little to do with one's

involvement or actions, but is instead due to outside forces such

as luck, chance, or the control of powerful others.

 Locus of control internal adalah keyakinan tentang tingkah laku seseorang

atau keterlibatan dalam suatu situasi tertentu yang dapat mempengaruhi hasil

pencapaian sebuah penguat tertentu secara langsung. Sebaliknya  Locus of 

control eksternal adalah keyakinan tentang hasil pencapaian suatu tujuan tidak 

ada hubungannya dengan keterlibatan atau perilaku seseorang, tetapi karena

adanya kekuatan luar seperti keberuntungan, kesempatan, atau kontrol dari

orang lain yang berkuasa.

Menurut Rotter10

, orang yang memiliki locus of control internal merasa

yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengendalikan penguat

8  D.J, Walmsley, dan J.M. Jenkins.  Mental Maps, Locus of Control, and Activity: A Study of 

 Business Tourists in Coffs Harbour . The Journal of Tourism Studies Vol. 2. No. 2. December 1991 9 Benson & Steele, Locus of Control,. 

Page 5: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 5/42

(reinforcement ) yang diterimanya, sedangkan orang yang memiliki locus of 

control eksternal memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi baik maupun

buruk disebabkan oleh faktor-faktor kesempatan, keberuntungan, nasib, dan

orang-orang lain yang berkuasa serta kondisi-kondisi yang tidak mereka kuasai.

Bagi seseorang yang mempunyai locus of control internal akan

memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu

turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai locus of control

eksternal akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan,

demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan

mempunyai peran didalamnya.

Menurut Phillip Zimbardo (1985) salah satu ahli psikologi yang terkenal

menyatakan bahwa orientasi locus of control adalah keyakinan tentang hasil

perilaku kita adalah tergantung kepada apa yang kita lakukan (orientasi internal)

atau tentang peristiwa-peristiwa di luar kontrol pribadi kita (orientasi

eksternal).11

 

Tabel 2.1. Orientasi External-Internal Locus of Control 

 External Locus of Control   Internal Locus of Control 

Seseorang menyakini bahwa

perilakunya di kendalikan oleh

nasib, keberuntungan atau keadaan

eksternal lainnya.

Seseorang menyakini bahwa

perilakunya dikendalikan oleh

keputusan peribadinya (Personal

decision) dan usahanya (efforts).

10  B. Winner, Theory of Motivation: From Mechanism to Cognition. Markham Publishing

Company: Chicago, 1972. (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita. Teori-Teori Psikologi. hlm

67) 11 James Neill. What is Locus of Control. 2006. Akses 01 Maret 2011. Available at:

http://wilderdom.com/JamesNeill.html 

Page 6: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 6/42

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orientasi locus of control

internal ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat yang positif. Lao12

 

mengemukakan bahwa status sosial ekonomi, kepercayaan diri, aspirasi, serta

harapan pada mereka yang memiliki locus of control internal ternyata lebih

tinggi. Menurut Parvin (1980) orang-orang internal lebih aktif mencari

informasi dan menggunakannya untuk mengontrol lingkungan serta lebih suka

menentang pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan orang yang memiliki locus

of control eksternal lebih bersikap konform terhadap pengaruh-pengaruh

tersebut. Solomon dan Oberlander (1974) mengatakan bahwa orang yang

memiliki locus of control internal bertanggung jawab terhadap kegagalannya,

sedangkan orang yang memilki locus of control eksternal memiliki anggapan

bahwa kegagalannya berasal dari faktor di luar dirinya sendiri.

Crider (1983) menjelaskan perbedaan karakteristik antara locus of control

internal dengan locus of control eksternal sebagai berikut:13

 

NO  Internal locus of control External locus of control 

1. Suka bekerja keras Kurang memiliki inisiatif 

2. Memiliki inisiatif 

Mempunyai harapan bahwa ada

sedikit korelasi antara usaha dan

kesuksesan

3. Selalu berusaha menemukan Kurang suka berusaha karena

12 AS Munandar. 1980.  Locus of Control Pada Para Mahasiswa Fakultas Psikologi UI , Panitia

Kongres Ilmu Psikologi dan Ikatan Sarjan Psikologi Indonesia. hlm. 259-265 (dalam M. Nur

Ghufron & Rini Risnawita. Teori-teori Psikologi. hlm 67) 13 M. Nur Ghufron, dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz

Media. hlm. 68 

Page 7: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 7/42

pemecahan masalah percaya bahwa faktor luar yang

mengontrol

4.

Selalu mencoba untuk berfikir

seefektif mungkin

Kurang mencari informasi untuk 

memecahkan masalah

5.

Selalu mempunyai persepsi

bahwa usaha harus dilakukan

 jika ingin berhasil

 Locus of control tidak bersifat stastis, tetapi dapat berubah, sehingga

apabila individu yang berorientasi internal dapat berubah menjadi individu yang

berorientasi eksternal. Begitu pula sebaliknya, hal tersebut disebabkan situasi

dan kondisi yang menyertainya, yaitu di tempat mana individu tinggal dan

sering melakukan aktivitasnya. Menurut Robbin (1996) setiap orang memiliki

faktor internal dan eksternal, perbedaannya hanya terletak pada

perbandingannya. Orang yang memiliki skor internal tinggi akan memiliki skor

eksternal rendah, dan begitu sebaliknya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki

locus of control internal mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu yang

terjadi pada dirinya, baik berupa kegagalan maupun keberhasilan karena

pengaruh dirinya sendiri, sedangkan orang yang memiliki locus of control

eksternal memiliki anggapan bahwa faktor-faktor yang ada di luar dirinya akan

mempengaruhi tingkah lakunya seperti kesempatan, nasib, dan keberuntungan. 

Table 2.2 Karakteristik locus of control internal dan eksternal  

Page 8: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 8/42

3. Aspek-Aspek Locus of control  

Konsep tentang locus of control yang dikembangkan oleh Rotter memiliki

empat konsep dasar, yaitu:14 

a.  Potensi Perilaku ( Behavior Potential)

Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan

terjadi dalam situasi tertentu. Kemungkinan itu ditentukan dengan refrensi

pada penguatan atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku

tersebut.

b. Pengharapan ( Expectancy)

Pengharapan merupakan kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara

khusus pada situasi yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang

telah diprediksikan. Kepercayaan ini berdasarkan pada probabilitas atau

kemungkinan penguatan yang akan terjadi.

c.  Nilai Penguatan (reinforcement value) 

Merupakan penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu penguatan

(reinforcement ) sebagai penganti yang lain. Setiap orang menemukan

penguat yang berbeda nilainya pada aktifitas yang berbeda-beda. Pemilihan

penguatan ini berasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan masa

lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan hubungan ini, berkembang

pengharapan untuk masa depan. Karena itulah terdapat hubungan antara

konsep pengharapan (expectancy) dan nilai penguatan (reinforcement value).

14 Jack Mearns. 2004. The Social Learning Theory Of Julian B Rotter . Diakses pada tanggal 12

April 2010. Available at: http://Psych.fullerton.edu/jmearns/rotter.htm 

Page 9: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 9/42

d. Situasi Psikologi (Psychological Situation) 

Merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku. Rotter percaya

bahwa secara terus menerus seseorang akan memberikan reaksi pada

lingkungan internal maupun lingkungan eksternalnya. Seseorang tidak hanya

merespon stimulus eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Pengabungan

ini yang disebut situasi psikologis, dimana situasi dipertimbangkan secara

psikologis karena seseorang mereaksi lingkungan berdasarkan pola-pola

persepsi terhadap stimulus eksternal.

Phares menjelaskan aspek-aspek  Locus of control lebih terperinci, ada dua

aspek dalam locus of control yaitu:15

 

1. Aspek Internal

Seseorang yang memiliki locus of control internal selalu menghubungkan

peristiwa yang dialaminya denga faktor dalam dirinya, karena mereka

percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan faktor dari dalam dirinya.

Faktor dalam aspek internal antara lain kemampuan, minat dan usaha.

a.  Kemampuan

Seseorang yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan yang telah terjadi

sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki.

b. Minat

Seseorang memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku,

peristiwa dan tindakannya.

15 E. Jerry Phares. Locus of control in personality. (dalam Verawati Silalahi. 2009. Hubungan

 Locus of Control dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Perdesaan. Skripsi Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara. hlm. 30-32. Tidak dipublikaikan) 

Page 10: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 10/42

c.  Usaha

Seseorang yang memiliki locus of control internal bersikap optimis,

pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk 

mengontrol perilakunya.

2. Aspek Eksternal

Seseorang yang memiliki locus of control eksnternal percaya bahwa hasil dan

perilakunya disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal

antara lain nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain.

a.  Nasib

Sesorang akan memenganggap kesuksesan dan kegagalan yang dialami

telah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang

telah terjadi. Mereka percaya akan firasat baik dan buruk.

b. Keberuntungan

Seseorang yang memiliki tipe eksternal sangat mempercayai adanya

keberuntungan, mereka menganggap bahwa setiap orang memiliki

keberuntungan.

c.  Sosial ekonomi

Seseorang yang memiliki tipe eksternal menilai orang lain berdasarkan

tingkat kesejahteraan dan bersifat materialistik.

d. Pengaruh orang lain

Seseorang yang memiliki tipe eksternal menganggap bahwa orang yang

memiliki kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi mempengaruhi

perilaku mereka dan sangat mengharapkan bantuan orang lain.

Page 11: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 11/42

Berbeda dengan konsep Rotter yang memandang Locus of control sebagai

unidimensional (internal ke eksternal), Hannah Levenson (1973) Menyatakan

bahwa locus of control mencakup tiga aspek, yaitu aspek internal (internality)

yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam

hidupnya ditentukan oleh kemampuan dirinya sendiri, aspek  powerful others

(kekuatan orang lain) yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang yang berkuasa, dan

aspek chance (kesempatan) yang mana mencakup keyakinan seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang dan

keberuntungan. Menurut model Levenson, salah satu dari ketiganya dapat

mendukung masing-masing dimensi locus of control secara independen dan

pada waktu bersamaan. Misalnya, seseorang secara bersamaan mungkin percaya

bahwa baik diri sendiri dan kekuatan orang lain mempengaruhi hasil, namun

kesempatan tidak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek  locus of control 

Dari berbagai pendapat diatas, meliputi potensi perilaku, pengharapan, nilai

penguatan dan situasi psikologi, dimana terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhinya juga, antara lain kemampuan, minat, dan usaha ( internal)

dan juga faktor nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain

(eksternal). Serta internality,  powerful others, change. Dapat dilihat bahwa

banyak karakteristik yang baik berhubungan dengan locus of contol internal.

Meskipun demikian tidak selalu individu yang berorientasi internal selalu

melakukan hal-hal yang positif 

Page 12: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 12/42

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Locus of Control  

Menurut Monks dkk,16

bahwa Perkembangan locus of control seseorang

dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan

sosial yang pertama bagi seseorang adalah keluarga. Di dalam keluarga inilah

terjadi interaksi antara orang tua dan anak, sehingga orang tua dapat

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang akan diwariskan terhadap anak-

anaknya. Seorang anak akan terbentuk locus of control internal, apabila tingkah

laku anak mendapatkan respons dan merasakan sesuatu di dalam lingkungannya,

sehingga tingkah laku tersebut dapat menimbulkan motif yang dipelajari.

Sebaliknya, anak akan terbentuk locus of control eksternal jika tingkah lakunya

tidak mendapatkan reaksi dan anak akan merasa bahwa perilakunya tidak 

mempunyai akibat apapun. Keadaan di luar dirinyalah yang menentukan.

Interaksi antara anak dan orang tua yang hangat, fleksibel akan

menghasilkan anak yang berorientasi ke internal, bila dibandingkan dengan

orangtua yang menolak, memusuhi, dan mendominasi dalam segala sesuatu.

Sering tidaknya orangtua berada di rumah ikut pula mempengaruhi terbentuknya

locus of control. Anak-anak yang orangtuanya sering tidak berada di rumah

lebih eksternal bila dibandingkan dengan dengan orangtua yang sering berada

dirumah.

Selain faktor lingkungan sosial, perkembangan locus of control kearah

internal terjadi dengan bertambahnya usia seseorang. Menurut Englar semakin

dewasa usia maka locus of control berkembang ke arah internal dan stabil pada

16 M. Nur Ghufron, dan Rini Risnawita S. Teori-Teori Psikologi. hlm. 70 

Page 13: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 13/42

usia paruh baya. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya kemampuan

persepsi sehingga memungkinkan mereka melakukan penyesuaian-penyesuaian

terhadap model-model penalaran logis yang menyangkut sebab-akibat yang

terjadi antara perilaku dan motivasi yang melatarbelakanginya.

Pada usia dewasa perkembangan orientasi locus of control internal lebih

ditentukan kemampuannya menunda pemuasan kebutuhan untuk pencapaian

hadiah yang lebih besar.  Locus of control akan menjadi semakin eksternal dari

masa dewasa hingga usia tua, yaitu terjadi peningkatan keyakinan bahwa takdir

atau nasib dan kekuatan orang lain mempengaruhi kehidupannya. Hal ini

mungkin berkaitan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang lain untuk 

kebutuhan pribadi seperti kesehatan dan keuangan.

Sejarah dan konteks budaya juga penting dalam perkembangan locus of 

control karena dapat mempengaruhi kontrol persepsi seseorang tentang

perhitungan nilai-nilai sosial.17

  Adanya kemampuan kontrol dan ketidak 

mampuan kontrol menunjukkan tingkat dimana seseorang menganggap dirinya

mampu mempengaruhi suatu peristiwa dan penyebabnya terletak didalam atau

diluar dirinya.18

 

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan locus

of control diperoleh dari hasil belajar, dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan

berkembang sejalan dengan pertambahan usia, sejarah dan konteks budaya. dan

arah perkembangannya ke arah internal atau eksternal akan terus mengalami

perubahan sesuai pertambahan usia.

17 Eric Benson dan Ric G Steele. 2005. Locus of control, Encyclopedia of Human Development . 

18 Smet. 1994. Psikologi Kesehatan.

Page 14: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 14/42

5.  Locus of Control dalam Perspektif Islam 

a. Pemahaman Konsep Locus of Control dalam Perspektif Psikologi

 Locus of control adalah keyakinan seseorang mengenai sumber penentu

perilakunya, dimana terdapat perbedaan dalam mempersepsikan kejadian

tertentu. Beberapa orang percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan yang

telah dialaminya adalah karena dirinya sendiri (internal locus of control),

sedangkan beberapa orang percaya bahwa nasib, keberuntungan, kesempatan

dan kekuatan orang lain merupakan faktor yang mempengaruhi tingkah

lakunya (external locus of control). Menurut Rotter aspek-aspek yang

mempengaruhi locus of control, antara lain:

a.  Potensi Perilaku (behavior potential), yang mana perilaku tertentu akan

terjadi dalam situasi tertentu.

b. Pengharapan (expentancy), yang mana berbagai kejadian akan muncul dan

dialami oleh seseorang.

c.  Nilai penguatan (reinforcement value): tingkat pilihan untuk satu penguatan

(reinforcement ) sebagai penganti yang lain.

d. Situasi psikologi (Psychological Situation) : bentuk rangsangan baik secara

internal maupun eksternal yang diterima seseorang suatu saat tertentu.

Page 15: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 15/42

Gambar 2. 1

Aspek-Aspek Locus of Control 

Sumber: Rotter (1960)

b. Pemahaman Konsep Locus of Control dalam Perspektif Islam 

 Locus of control merupakan sumber keyakinan yang dimiliki oleh

individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri sendiri

ataupun dari luar dirinya.

Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam kelebihan. Tinggal

bagaimana manusia mensyukuri dan memanfaatkan semua karunia yang

diberikan kepada mereka. Manusia sebagai ciptaan-Nya, diciptakan untuk 

beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dengan cara menjalankan perintah-Nya

dan menjauhi laranga-Nya. Bersikap optimis, berusaha dengan keras untuk 

mencapai tujuan dan bertanggung jawab adalah salah satu contoh diantaranya.

Dalam konsep Islam telah dijelaskan bahwa bagaimana seorang mukmin

harus bersikap optimis terhadap kemampuan dirinya sendiri, karena ini

merupakan faktor yang sangat penting sehingga dapat menguatkan pribadi

seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang mendasari semua aspek 

kehidupan, diantaranya yang mendasari perilaku dan sikap hidup seseorang.

Aspek-Aspek 

 Locus of Control

Potensial Perilaku (behavioral potential) 

Harapan ( Expentancy) 

Nilai Pen uatan rein orcement value

Situasi Psikolo i P cholo situation

Page 16: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 16/42

Keyakinan bahwa dunia ini baik membawa seseorang pada pemahaman

bahwa segala yang terjadi ini tidaklah sia-sia; pasti ada tujuan. Memang tak 

selalu mudah untuk bisa memahami tujuan, pelajaran atau hikmah, di balik 

setiap kejadian. Namun, optimisme menawarkan cara pandang bahwa

seseorang dapat memenuhi harapannya. Sebagaimana Firman Allah Surat An-

Najm Ayat 39-41:19 

β r &u  ρ}   § øŠ ©9Ç ≈ |  ¡  ΣM∼ Ï9āω Î)$ t Β4 t  ë y  ™∩⊂∪β̈ r &u  ρ… çµ u Š ÷è y  ™t  ∃ô θ y  ™3“ t   ãƒ∩⊆⊃∪§Ν  èO çµ 1t  “ øg  ä † 

u  !# t  “ y  f ø9 $#4’  n  û÷ ρF{ $#∩⊆⊇∪ 

“39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

 yang Telah diusahakannya, 40. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan

diperlihat (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya

dengan balasan yang paling sempurna”

Seseorang yang memiliki orientasi locus of control internal mempunyai

Pikiran positif sehingga memberikan dorongan sikap dan tingkah laku yang

positif pula. Mereka menganggap segala bentuk ujian dalam bentuk psikis

yang kurang baik maupun berbagai masalah dan rintangan sebagai kesempatan

dan sarana meningkatkan kualitas diri bukan sebagai beban serta menyakini

bahwa Allah tidak akan membebani hambanya melebihi kemampuannya.

Sebagaimana firman Allah Surat Al-Baqaroh ayat 286:20

 

Ÿωß # Ïk= s  3 ãƒ ª! $#$ ²¡ ø t Ρāω Î)$ y  γ y  è ó™ã ρ 4 $ y  γ s 9$ t Βô M t 6 |  ¡ x   . $  p κ ö   n = t ã u  ρ$ t Βô M t 6 |  ¡ t F ø .  $# 3  “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengankesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya….”

19 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 528 

20 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 50 

Page 17: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 17/42

Sebaliknya  orang yang memilki orientasi locus of control Ekternal

mempunyai sikap pesimis yang sering kali merasa bimbang apabila

menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah

kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak 

percaya diri, mudah menyalahkan sesuatu.

Allah melarang umatnya untuk bersikap putus asa (pesimis), karena

putus asa tidak dapat berkumpul di dalam hati seorang mukmin tetapi pada

hatinya orang kafir. Sebagaimana firman Allah dalam Surat yusuf ayat 87:21

 

Ÿω………ß § t ↔ ÷ƒ($ t ƒ  ÏΒÇy ÷ ρ§ ‘«! $#āω Î)ãΠö θ s ) ø9 $#t βρã  Ï  ≈ s  3 ø9 $#∩∇∠∪ 

“……, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan

kaum yang kafir" 

Allah juga berfirman dalam Surat Ali Imran Ayat 139:22

 

Ÿω u  ρ(# θ ãΖ  Îγ s  ?Ÿωu  ρ(# θ  çΡt  “ øt  r  BãΝ  çF Ρr &u  ρt βö θ  n = ôãF{ $#β Î) Ο  çG Ψ ä . t  ÏΖ ÏΒ÷ σ •Β∩⊇⊂∪ “ Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula)kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi

(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.

Dalam Surat diatas, Allah menganggap manusia yang beriman sebagai

makhluk yang paling tinggi derajatnya, oleh karenanya Allah melarang

seseorang untuk bersikap putus asa (pesimis) karena sikap pesimis merupakan

penyakit yang membahayakan pribadi setiap manusia.

21 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 247 

22 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 68 

Page 18: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 18/42

Dalam Surat An-Naml ayat 47, Allah berfirman:23

 

(# θ ä9$ s %$ t Ρ÷ ¨  ©Û $#y   7  Î/  y  ϑ  Î/ u  ρy   7 t è ̈Β 4 t Α$ s %öΝ ä .  ç È ∝  ‾ ≈ s Ûy  ‰ Ζ Ïã«! $# ( ö≅ t /ó Ο  çF Ρr & ×Πö θ s %t βθ ãΖ t F ø  è ?∩⊆∠∪ 

“Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan

kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu

ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu

kaum yang diuji".

Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa

mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen dan menganggap bahwa

kejadian-kejadian yang dialami disebabkan karena lingkungan luar dan orang

lain.

Dalam Surat Al-Fushshilat Ayat 49, Allah berfirman:24

 

āωãΝ t ↔ ó¡  o  „ ß ≈ |  ¡ ΡM} $#  ÏΒÏ !% t æߊ Î ö  y  ‚ ø9 $#β Î)u  ρ çµ ¡¡ ̈Β• ¤ ³ 9 $#Ó   ̈θ ä↔ u ‹ s ùÔÞ θ ãΖ s %∩⊆∪ 

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan”.

Ayat diatas menjelaskan betapa mudahnya manusia bersikap putus asa

(pesimis), hanya dengan ujian yang diberikan oleh Allah. Padahal semua

keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa diri kita bisa melakukannya.

Meskipun Allah juga memiliki ketentuan atas diri manusia yang mana

ketentuannya tidak dapat seorangpun menolaknya.

23 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 382 

24 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 483 

Page 19: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 19/42

c.  Rumusan Konseptual tentang Locus of Control  

 Locus of control dalam psikologi adalah keyakinan seseorang mengenai

sumber penentu perilakunya, dimana terdapat perbedaan dalam

mempersepsikan kejadian tertentu. individu yang memiliki orientasi locus of 

control internal menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya

baik berupa keberhasilan maupun kegagalan adalah disebabkan oleh dirinya

sendiri, sedangkan individu yang memiliki orientasi locus of control eksternal

menyakini bahwa semua kejadian yang menimpah dirinya disebabkan oleh

nasib, kesempatan, dan kekuatan dari luar.

Dalam konsep Islam locus of control Keyakinan bahwa dunia ini

membawa seseorang pada pemahaman bahwa segala yang terjadi ini tidaklah

sia-sia; pasti ada tujuan. Tinggal bagaimana manusia mensyukuri dan

memanfaatkannya. Dalam konsep Islam orang yang memiliki orientasi

internal sama dengan orang yang memiliki sikap yang optimis, yang mana

selalu berpandangan positif tentang kehidupan dan berkeyakinan bahwa

keberhasilan dan kegagalan berasal dari dirinya sendiri. Sedangkan orang

yang memiliki orientasi eksternal sama dengan orang yang memiliki sikap

yang pesimis dan putus asa, yang mana selalu beranggapan bahwa peristiwa

yang menimpa dirinya cenderung permanen dan tidak dapat berubah serta

tidak mau berusaha untuk merubah hidupnya.

Page 20: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 20/42

B.  Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Setiap manusia selalu dihadapkan pada sebuah pilihan, oleh karenanya

Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya,

sehingga setiap manusia membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat.

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (decision

making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang

didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih

karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada keputusan yang

harus diambil.25

 

Menurut Terry, pengambilan keputusan (decision making) adalah

pemilihan alternatif perilaku dari dua atau lebih. Dalam kutipan yang sama,

Siangan mendefinisikan pengambilan keputusan (decision making) adalah suatu

pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-

fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan

pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang

paling tepat.26

 

25  Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN), hlm. 81526 Ibnu Syamsi. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara. hlm:5 

Page 21: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 21/42

John Adair mendefinisikan Pengambilan keputusan (decision making)

sebagai:

 Decision making is about deciding what action to take; it usually

involves choice between options. The object of problem solving is

usually a solution, answer or conclusion.27

 

Pengambilan keputusan adalah tentang memutuskan apa tindakan yang

diambil, biasanya melibatkan pilihan diatara beberapa pilihan. Objek 

permasalahan biasanya berupa sebuah solusi, jawaban atau kesimpulan.

Pengambilan keputusan (decision making) merupakan salah satu bentuk 

perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan.28

sehingga

dengan melihat bagaimana seorang mahasiswa mengambil suatu keputusan,

maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya.

Dalam The Free Dictionary mengungkapkan bahwa

 Decision making can be regarded as the mental processes

(cognitive process) resulting in the selection of a course of action

among several alternatives. Every decision making process

 produces a final choice. The output can be an action or an opinion

of choice.29

 

Pengambilan keputusan dapat dilakukan sebagai proses mental (proses

kognitif)  yang menghasilkan pemilihan suatu tindakan di antara beberapa

alternatif. Setiap proses pengambilan keputusan menghasilkan pilihan akhir.

hasilnya dapat berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

27 John Adair. 2007. Decision Making & problem Solving Strategies. London and Philadelphia:

The Sunday Times. 28 Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.2008. hlm 198 

29Online Dictionary. Diakses pada tanggal 02 Februari 2011. available at:

www.thefreedictionary.com 

Page 22: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 22/42

Definisi yang berbeda juga diberikan oleh Deb Feldman-Stewart yang

mendefiniskan Pengambilan keputusan sebagai:

 Decision making in cognitive psychology focuses on how people

make choices. The field is distinct from problem solving, which is

characterized by situations where a goal is clearly established and 

where reaching the goal is decomposed into sub-goals that, in

turn, help clarify which actions need to be taken and when.

 Decision making is also distinct from reasoning, which is

characterized as the processes by which people move from what 

they already know to further knowledge. 30 

Pengambilan keputusan dalam psikologi kognitif di fokuskan kepada

bagaimana seseorang membuat keputusan. Dalam kajiannya berbeda dengan

pemecahan masalah, yang mana ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan

ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan

menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang

harus dan kapan diambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan

penalaran, yang mana ditandai sebagai sebuah proses oleh perpindahan

sesesorang dari apa yang telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih

lanjut.

Menurut Suharman pengambilan keputusan adalah proses memilih atau

menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti. 

Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang

harus: a) membuat prediksi ke depan, b) memilih salah satu di antara dua pilihan

30 Deb Feldman-Stewart. Cognitive Psychology and Process. Encyclopedia of Medical Decision

Making. 2009. SAGE Publications. 11 May. 2010. Dikutip tanggal 11 Mei 2010. Available at:

http://www.sage-ereference.com/medical/Article_n40.html 

Page 23: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 23/42

atau lebih, atau c) membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian

berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.31

 

Hal senada yang diungkapkan oleh Rakhmat bahwa keputusan yang

diambil beraneka ragam, tapi ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan

merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, (2) keputusan selalu

melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, (3) keputusan selalu melibatkan

tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditanggung atau dilupakan.32

 

Dengan banyaknya definisi yang memaparkan tentang pengambilan

keputusan ( Decision Making), maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

pengambilan keputusan ( Decision Making) adalah suatu proses pemilihan

alternatif terbaik terhadap beberapa alternatif yang ada secara sistematis untuk 

digunakan sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah.

2. Tahapan-Tahapan Pengambilan Keputusan

John Adair menyebutkan lima tahapan dalam pengambilan keputusan,

sebagai berikut:33

 

a.  Pengambaran Tujuan ( Defining the objective) 

Pengambaran tujuan sangat penting dalam pengambilan keputusan. Dengan

mengambarkan tujuan akan membantu untuk mencapai kejelasan yang

diperlukan pikiran.

31Suharman, 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. hlm. 194 

32 Rahmat, Psikologi Komunikasi, hlm. 71

33 John Adair. 2007. Decision Making & problem Solving Strategies. hlm. 24-38 

Page 24: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 24/42

b. Pengumpulan Informasi yang Relevan (collect Relevant Information) 

Pengumpulan dan penyaringan informasi yang relevan melibatkan adanya

ketersediaan informasi dan mengambil langkah untuk memperoleh kembali

informasi yang hilang.

c.  Menghasilkan Opsi yang layak (generate feasible options)

Untuk menghasilkan opsi yang layak, seseorang harus dapat bergerak secara

sistematis dari kemungkinan-kemungkinan, yang dihasilkan dari berfikir

imajinatif untuk mengurangi beberapa pilihan, serta bertindak secara praktis.

Sebagaimana illustrasi yang dibuat oleh Adair.

Figure 2.2 The Lobster Pot Model 

Sumber: John Adair (2007)

d. Membuat Keputusan ( Make the Decision)

Dalam mempersiapkan pengambilan keputusan, sebelumnya harus

menetapkan pemilihan kriteria-kreteria yang ada. Kriteria sukses yang di

pilih seseorang adalah hasil dari peran penting penilaian fungsi pikiran. Hal

Creative

 Possibilities

 Feasible

Options

Three

Options

 Alternatives

Chosen

 course of 

 action

Page 25: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 25/42

ini berguna sebagai tolak ukur kriteria, serta memperkirakan resiko-resiko

yang terjadi.

e.  Penerapan dan Pengevaluasian (implementing and evaluating) 

Menerapkan dan mengevaluasi keputusan harus dilihat sebagai bagian dari

proses keseluruhan. Seseorang akan menerapkan keputusan yang telah

diambilnya dan akan mengevaluasi kembali apabila sebuah keputusan itu

dianggap tidak berhasil.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan

Arroba (1998) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan, yaitu:34

 

a.  Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi

b. Tingkat pendidikan

c.  Personality

d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan

permasalahan (proses adaptasi)

e.  Culture.

Sedangkan dalam kutipan yang sama, Siagian (1991) mengemukakan

bahwa terdapat aspek-aspek tertentu yang bersifat eksternal dan intenal yang

dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

34 Agus. Konsep Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Pendidikan. Jurnal-online,

http://akhmadsudrajat.wordpress.com 

Page 26: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 26/42

Aspek internal tersebut, antara lain:

a.  Pengetahuan, Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan

keputusan.

b. Aspek kepribadian, Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi

besar peranannya bagi pengambilan keputusan.

Sedangkan aspek eksternal antara lain

a.  Kultur, kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan

individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

b. Orang lain, orang lain dalam hal ini menunjukkan bagaimana individu

melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat) dalam melakukan

pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil

keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku individu dalam

pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Kotler, faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan adalah:35

 

a. Faktor Budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya, dan kelas sosial

b. Faktor Sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status

c. Faktor Pribadi, yang meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri

35 Yekti Indra Utami dan Anita Nurfitriyanah. Metode Letting Go untuk Membantu Individu dalam

 Mengambil Keputusan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. (penelitian tidak diterbitkan) 

Page 27: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 27/42

d. Faktor Psikologis, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan

dan pendirian.

Berbeda dengan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) yang menjelaskan

bahwa proses pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, faktor perbedaan individu dan proses psikologi.36

 

a.  Faktor lingkungan tersebut antara lain:

1. Lingkungan Sosial

Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat memiliki strata

sosial yang berbeda-beda. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk 

kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan sebagainya.

Keberadaan lingkungan sosial memegang peranan kuat terhadap proses

pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan perilaku baik yang positif 

maupun yang negatif . Karena dalam lingkungan sosial tersebut individu

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. 

2. Lingkungan Keluarga

Menurut Engel keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau

lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, adopsi, serta

tinggal bersama. Lingkungan keluarga sangat berperan penting pada

bagaimana keputusan untuk melakukan perilaku negatif seperti seks pranikah,

minum-minuman keras, balap motor dan sebagainya itu dibuat karena

keluarga adalah lingkungan terdekat individu sebelum lingkungan sosialnya.

36 J.F Engel, R.D Blackwell, dan Miniard, P.W. 1994. Prilaku Konsumen. Jakarta: Bina Rupa

(dalam Wasiska.2008. Faktor yang melatar belakangi pengambilan keputusan mahasiswi

memakai jilbab. Skripsi UM tidak diterbitkan. hlm. 20)

Page 28: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 28/42

Bila dalam suatu keluarga tidak harmonis atau seorang anak mengalami

“broken home” dan kurangnya pengetahuan agama dan pendidikan, maka

tidak menuntut kemungkinan seorang anak akan melakukan perilaku yang

beresiko.

Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil

yang juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.37

Sedangkan menurut

Mufidah keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, namun

mempunyai peranan yang sangat penting.38

Dalam keluarga, seseorang mulai

belajar berinteraksi dengan orang lain. Keluarga juga merupakan lingkungan

belajar pertama dan yang memberikan serta memperkenalkan nilai-nilai

budaya, agama yang kemudian bisa mempengaruhi pribadi seseorang.

b. Faktor Perbedaan individu antara lain:

1. Status Sosial

Menurut Kartono status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki

seseorang dalam hubungannya dengan atau untuk membedakannya dari

anggota-anggota lainnya dari suatu kelompok sosial. Status sosial dapat

dijadikan alasan seseorang melakukan perilaku negatif.

Sedangkan menurut Kotler status sosial merupakan kelompok yang

relative homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara

hierarkis dan anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang mirip.39

 

37 Kotler, P. dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Prespektif Asia. Yogyakarta: Andi

38 Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender . Malang: UIN- Malang Press. 

39 Kotler, P. dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Prespektif Asia 

Page 29: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 29/42

Status sosial yang dimiliki individu memposisikan seseorang pada

tempat-tempat tertentu dalam masyarakat. Seseorang cenderung akan

berperilaku, dan mengambil keputusan tentang sesuatu, sesuai dengan status

sosial yang disandangnya.

2. Kebiasaan

Kebiasaan adalah respon yang sama cenderung berulang-ulang untuk 

stimulus yang sama.40

Kebiasaan merupakan perilaku yang telah menetap

dalam keseharian baik pada diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.

Perilaku beresiko di sebagian mahasiswa dapat terjadi dikarena kebiasaan

dalam lingkungan sosial maupun keluarga, menyebabkan mereka terbiasa

melakukan perilaku beresiko. Sehingga perilaku beresiko dapat diterima oleh

lingkungan dan dianggap sebagai hal yang biasa serta menjadi kebiasaan

semata.

3. Simbol Pergaulan

Simbol pergaulan adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting

dalam lingkungan pergaulan seseorang. Lingkungan pergaulan yang terdiri

dari mahasiswa yang senang gonta-ganti pasangan dan melakukan perilaku

beresiko menunjukkan simbol dan ciri pada kelompok tersebut. Sehingga

apabila seseorang yang ingin menjadi salah satu kelompoknya, mau tidak mau

harus mengikuti kebiasaan dalam kelompok tersebut.

40 Alwisol. 2009.Pikologi Kepribadian edisi Revisi. Malang: UMM Press. hlm. 7

Page 30: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 30/42

4. Tuntutan

Adanya pengaruh dominan dalam lingkungannya, baik itu lingkungan

keluarga, pergaulan maupun lingkungan sosialnya, maka dengan kesadaran

diri ataupun dengan terpaksa seseorang akan melakukan prilaku beresiko.

c.  Faktor Psikologi antara lain:

1. Persepsi

Menurut Walgito persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera.41

Sedangkan menurut Rahmat, persepsi seseorang

sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya

individual sehingga antara individu satu dengan yang lainnya dapat terjadi

perbedaan individu terhadap obyek yang sama.42

 

Mahasiswa yang memiliki persepsi bahwa perilaku beresiko itu

merupakan hal yang biasa, sangat berpotensi terjerumus menjadi perilaku

negatif yang beresiko tinggi serta cenderung melakukan perilaku beresiko

tersebut apabila ada kesempatan karena rem atau kontrol diri mereka lemah.

Selain itu, mahasiswa yang sudah melakukan perilaku beresiko akan sulit

menghentikannya pula akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan perilaku

beresiko sudah merupakan hal biasa.

41 Prof. Dr. Bimo Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Offset. hlm. 69 

42 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. hlm. 57

Page 31: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 31/42

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. 43 Manifestasi sikap

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek .

3. Motif 

Motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri organisme yang

mendorong untuk berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi

motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku.44

Apabila seseorang dapat

menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan itu benar, maka

seseorang dapat memprediksikan tentang apa yang akan diperbuat oleh orang

yang bersangkutan dalam waktu yang akan datang.

Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan dan bersikap tertentu untuk 

mencapai suatu tujuan.

4. Kognitif 

Menurut Rahmat kognisi adalah kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang.

45

 

43 Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (dalam Pirana

ginting. Persepsi Remaja Terhadap Prilaku Seks Pra Nikah. skripsi) 44 Prof. Dr. Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. hlm. 168-169

45 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. hlm. 71 

Page 32: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 32/42

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.46 Penginderaan terjadi

melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

dan informasi merupakan stimulus yang diterima oleh mahasiswa dari

lingkungannya. Mahasiswa akan memiliki dan memberi reaksi pada stimulus

yang dijumpai sehingga menjadi lebih berarti bagi kepentingan hidupnya.

Marlin (1998) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang

dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan

keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka

selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan,

menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif 

yang ada.

Demikian beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan. Menurut peneliti dari beberapa faktor-faktor diatas maka dapat

disimpulkan bahwa setiap individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda

dalam bereaksi, hal ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.

Ada individu yang dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang

telah dilakukan, namun ada juga individu lain yang tampaknya mengalami

kesulitan untuk menentukan sikapnya dalam pengambilan keputusan.

46 Pirana Ginting. Persepsi Remaja Terhadap Prilaku Seks Pra Nikah.  

Page 33: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 33/42

4. Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam 

a. Pemahaman Konsep Pengambilan Keputusan dalam Perspektif 

Psikologi

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir.

Masa mahasiswa adalah masa dimana pengambilan keputusan meningkat,

Dalam pengambilan keputusan, mahasiswa yang lebih tua lebih kompeten

daripada mahasiswa yang lebih muda.47 Meskipun dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa yang lebih tua dan orang dewasa

sering kali jauh lebih sempurna, namun kemampuan dalam mengambil

keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam

kehidupan sehari-hari, dimana luasnya pengalaman sering memainkan peran

yang sangat penting.

Oleh karenanya dalam pengambilan keputusan diperlukan lebih banyak 

waktu dan kesempatan untuk mempraktekan dan mendiskusikannya sehingga

mendapatkan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak pengambilan

keputusan dunia nyata yang terjadi di dalam lingkungan yang menegangkan

atau situasi stress yang meliputi faktor-faktor seperti hambatan waktu dan

keterlibatan emosional.48 Seperti masalah seks, obat-obatan, kebut-kebutan di

 jalan.

Tidak jarang mahasiswa terpaksa mengambil keputusan-keputusan yang

salah karena dipengaruhi oleh orientasi masyarakat terhadap mahasiswa dan

47Santrock. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Ed.5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

2002. hlm. 1348 Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 198

Page 34: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 34/42

kegagalannya untuk memberi mahasiswa pilihan-pilihan yang memadai. Oleh

sebab itu, sebagaimana dikemukakan oleh Daniel Keating, kalau keputusan

yang diambil mahasiswa tidak disukai, maka kita perlu memberi mereka suatu

pilihan yang lebih baik untuk mereka pilih49

Menurut Engel, Blackwell, dan

Miniard dalam pengambilan keputusan mahasiswa di pengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

1. Faktor lingkungan, meliputi: Lingkungan Keluarga, Lingkungan sosial

2. Faktor Perbedaan individu, meliputi : status sosial, kebiasaan, simbol

pergaulan dan tuntutan

3. Faktor Psikologi, meliputi: Persepsi, Sikap, Motif, Kognitif, dan

pengetahuan

Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard 

49 Santrock, Life Span Development Perkembangan Masa Hidup, hlm. 14 

Gambar 2.3

Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Psikologi 

Faktor Lingkungan

Faktor Perbedaan

Individu

Faktor Psikologi

Lingkungan Keluarga

Lingkungan Sosial

Pengetahuan

Kognitif 

Motif 

Sikap

Persepsi

Pengambilan

Keputusan

Status Sosial

Kebiasaan ( Habit )

Simbol Pergaulan

Tuntutan

Page 35: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 35/42

b. Pemahaman Konsep Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam 

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mengambil ribuan keputusan

yang sebagian dilakukan secara serampangan dan sebagian lagi dilakukan

berdasarkan analisa, dan mengaktifkan pengetahuannya lebih dahulu.

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan penetapan

suatu alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang

ada. Untuk itu diperlukan teknik pengambilan keputusan dengan membuat

langkah-langkah yang logis dan sistematis, yang meliputi: merumuskan

masalah, mengumpulkan informasi, memilih pemecahan masalah yang paling

layak dan melaksanakan keputusan, bisa dengan cara musyawarah.

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Syura ayat 38:50

 

t  Ï% © ! $#u  ρ(# θ  ç/$ y  f t G ó™ $#öΝ Íκ Íh 5 t   Ï9(# θ ãΒ$ s %r &u  ρ n ο4 θ  n = ¢Á 9 $#öΝ  èδã  øΒr & u  ρ3“ u  ‘ θ ä©öΝ  æη u Ζ ÷ t /$ £ϑ ÏΒ u  ρ

öΝ ßγ≈ u Ζ ø%y   —u  ‘t βθ à) Ï Ζ ãƒ∩⊂∇∪ 

“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruanTuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”. 

Islam menganjurkan kepada manusia untuk mengoreksi keputusan-

keputusan berdasarkan pemikiran sistematis yang bersumber dari Al-qur’an

dan Hadits, karena keputusan akan menuntun sebagian manusia menuju jurang

yang dalam pada saat seseorang jauh dari kebenaran dan terlena oleh

kebatilan. Keputusan juga akan menuntun sebagian manusia yang lain menuju

50 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya 

Page 36: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 36/42

hidup mulia di dunia dan meraih ketinggian surga di akhirat dengan izin

Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:51

 

أ و ل ا لر أ ا ا ا ن أ آ

أ و ا د 

“Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.”Para

sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah yang enggan?”

 Beliau menjawab, “Siapa yang mentaatiku, akan masuk surga dan

siapa yang menentangku, ia telah enggan.”

Keputusan merupakan batu pondasi yang digunakan untuk membangun

amal. Jika ia diletakkan ditempat yang sesuai, bangunan diatasnya akan

sempurna dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jika tidak, bangunannya akan

memiliki banyak cacat dan kekurangan. Sehingga menyebabkan kegagalan

dan harus dibangun kembali.

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqaroh ayat 195:52

 

(Ÿωu  ρ....

(# θ à) ù=  è ?ö / ä 3ƒÏ‰ ÷ƒr '  Î/’  n  < Î)Ïπ s  3  è= öκ  − J 9 $# ¡(#þ θ ãΖ Å¡ ô mr &u  ρ ¡β̈ Î) ©! $# = Ït  ä † t  ÏΖ Å¡ ós ßϑ ø9 $#∩⊇∈∪ 

“.... Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,

dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berbuat baik”.

Ayat tersebut mengandung perintah untuk menjaga jiwa dan tidak 

menjerumuskannya kepada kebinasaan karena keputusan-keputusan yang

serampangan. Selain itu juga perintah untuk memperbaiki keputusan, baik 

besar maupun kecil.

51  HR Al-Bukhori di dalam Shahihnya, VI/6851 (dalam Iman Kurdi. Seni Mengambilan

Keputusan..) 52 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 31 

Page 37: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 37/42

Segala sesuatu perbuatan diawali dengan dengan niat dan dianjurkan

untuk selalu memperbaruinya sebelum memutuskan setiap keputusan. Oleh

karenanya Islam mengajarkan kesungguhan untuk menyadari berbagai

keputusan dan setiap kata yang terucap. Rasulullah SAW bersabda:

ى اىء او ت  ال ا)......را اور(

“Tiap amal tergantung dari niatnya dan setiap orang akan

mendapatkan sesuai dengan yang diniatkanya…(HR. Bukhori)

Dalam Surat Al-Qalam ayat 36 Allah Berfirman:53 

$ t Βö / ä 3 s 9y   # ø‹ x   . t βθ ãΚ ä 3 øt  r  B∩⊂∉∪ “Atau Adakah kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu

mengambil keputusan?”.

Dalam ayat ini Allah mempertanyakan bagaimana manusia mengambil

keputusan terhadap apa yang telah diperbuatnya. Apakah sesuai dengan

syariat Islam atau mengikuti hawa nafsu.

c.  Rumusan Konseptual tentang Pengambilan Keputusan 

Pada dasarnya pengambilan keputusan memiliki tujuan dan makna yang

berbeda-beda terhadap keputusan yang diambil. Ada orang yang memilih

karena pertimbangan ekonomi, ada yang dikarenakan pertimbangan

kedekatan, pertimbangan rasional, ikut orang lain, dan lain sebagainya. Hal ini

tergantung kebutuhan masing-masing individu sehingga mengarah pada

tingkah laku individu tersebut.

53 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 566 

Page 38: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 38/42

Pengambilan keputusan dalam psikologi merupakan bentuk perbuatan

berfikir, sehingga dengan melihat bagaimana seorang mahasiswa mengambil

keputusan, maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya. Dalam Islam

Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada Al-Quran dan Hadits.

Pengambilan keputusan yang didasarkan pada keduanya akan membawakan

hasil yang baik.

C.  Hubungan  Locus of Control  (Pusat Kendali) dengan  Decision Making 

(Pengambilan Keputusan)

Roter (1966) mengemukakan bahwa  Locus of control disusun untuk 

menilai sejauh mana seseorang dapat mengontrol keyakinan mereka terhadap

sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control internal adalah keyakinan

tentang tingkah laku seseorang atau keterlibatan dalam suatu situasi tertentu

yang dapat mempengaruhi hasil pencapaian sebuah penguat tertentu secara

langsung. Sebaliknya Locus of control eksternal adalah keyakinan tentang hasil

pencapaian suatu tujuan tidak ada hubungannya dengan keterlibatan atau

perilaku seseorang, tetapi karena adanya kekuatan luar seperti keberuntungan,

kesempatan, atau kontrol dari orang lain yang berkuasa.

Dalam Smith dkk,  Locus of control didasarkan kepada apakah seorang

individu mempercayai ada hubungan sebab akibat antara keputusan dengan

perilakunya dan hasil pontesial dari keputusan dan perilaku.54

Seseorang yang

54 Alieen Smith, Dkk. The Global Significance of Locus of Control in Ethnical Decision Making: A

multi-Country Examination of University Students. Journal of College Teaching & Learning-

February 2007. Vol 4, No 2. 

Page 39: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 39/42

memiliki karakteristik internal percaya bahwa ada penyebab yang berhubungan

antara keputusan atau tindakannya dengan akibat yang diharapkannya (the

expected consequences). Seseorang dengan karakteristik internal percaya bahwa

akibat yang terjadi pada kehidupan mereka adalah langsung berhubungan

dengan keputusan yang mereka buat dan tindakan yang mereka ambil. Pada

umumnya orang-orang yang memiliki karakteristik internal menerima tanggung

 jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka karena mereka percaya akibat

yang mereka terima berhubungan dengan keputusan yang mereka ambil.

Sedangkan orang dengan karakteristik eksternal percaya bahwa hasil yang

diharapkan atau akibat dalam kehidupan mereka tidak ada hubungannya dengan

usahanya mereka atau keputusannya. Bahkan, mereka percaya bahwa hasil yang

diperoleh dibawah kontrol keberuntungan, nasib, atau kekuatan orang lain.

Seseorang dengan karakteristik eksternal secara umum tidak percaya bahwa

mereka menerima tanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa  Locus of control merupakan

faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang kompeten.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk yang menegaskan

hubungan antara locus of   control dengan pengambilan keputusan yang

kompeten (ethical decision) yang difokuskan kepada mahasiswa dari 13

universitas di delapan Negara yang berbeda kebudayaan, dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa locus of control merupakan variabel kepribadian yang

Page 40: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 40/42

memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pengambilan keputusan yang

kompeten.55

 

Berdasarkan pada teori locus of control, adalah memungkinkan bahwa

seseorang dalam mengambil keputusan akan dipengaruhi oleh karakteristik 

locus of control-nya. Seseorang dengan internal locus of control akan

mengambil keputusan yang kompeten, dibandingkan dengan seseorang yang

mememiliki external locus of control. Ciri pembawaan internal locus of control

adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam rentang

kendalinya dan akan selalu mengambil peran serta tanggung jawab dalam

penentuan benar atau tidaknya tindakan yang diambil, sehingga orang yang

dengan karakteristik  internal locus of control, kecil kemungkinannya

mengambil keputusan yang tidak kompeten.

Disisi lain seseorang dengan external locus of control, percaya bahwa

kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya

dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan dan kesempatan serta lebih

mempercayai kekuatan diluar dirinya, oleh karena itu seseorang dengan

karakteristik  external locus of control, lebih besar kemungkinannya untuk 

mengambil keputusan yang kurang etis dan kompenten dalam hidupnya.

Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa locus of 

control yang dikembangkan oleh Rotter mengacu pada sejauh mana individu

percaya bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang

mempengaruhi mereka. Dalam locus of control sendiri dibagi menjadi dua

55 Ibid. 

Page 41: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 41/42

kategori yaitu internal locus of control dan external locus of control. Orang

yang memiliki internal locus of control merasa yakin bahwa dirinya memiliki

kemampuan untuk mengendalikan penguat (reinforcement ) yang diterimanya,

sedangkan orang yang memiliki external locus of control memandang peristiwa-

peristiwa yang terjadi baik maupun buruk disebabkan oleh faktor-faktor

kesempatan, keberuntungan, nasib, dan orang lain yang berkuasa serta kondisi-

kondisi yang tidak mereka kuasai. Disamping itu locus of control  juga dapat

mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.

Pengambilan keputusan yang kompeten sangat penting bagi mahasiswa

untuk memutuskan tindakan yang terbaik menurut dirinya. Pengambilan

keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai

masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga setiap

individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Apabila seseorang

berada dibawah tekanan untuk membuat suatu keputusan yang penting, akan

mempengaruhi kesejahteraan masa depanya. Dimana akan sangat menyakitkan

untuk melakukan hal tersebut karena ada beberapa resiko yang akan timbul

karena tindakan yang dihasilkan.

Mahasiswa yang memiliki internal locus of control dalam mengambil

keputusan akan mempertimbangkan sebab akibatnya terlebih dahulu, karena

mahasiswa yang memiliki internal locus of control dapat mengendalikan dirinya

sendiri. Sedangkan mahasiswa yang memiliki external locus of control sulit

untuk membuat keputusan karena mahasiswa yang memiliki external locus of 

control kurang memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri dan percaya bahwa

Page 42: 06410066-fahimatul-ilmiyah

7/29/2019 06410066-fahimatul-ilmiyah

http://slidepdf.com/reader/full/06410066-fahimatul-ilmiyah 42/42

hal yang terjadi pada dirinya lebih dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yan ada

diluar dirinya, mempunyai sifat mengalah, tergantung dan sulit menentukan

pilihan dalam hidupnya.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa locus of control mempunyai

pengaruh dalam pengambilan sebuah keputusan dalam melakukan perilaku yang

beresiko, sehingga dapat dilihat bahwa orang yang memiliki internal locus of 

control memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan yang kompeten

untuk tidak melakukan perilaku beresiko, begitu pula sebaliknya.

D.  Hipotesis 

Menurut Sudarwan hipotesa adalah kesimpulan teoritik yang masih harus

dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris.56

Hal

senada juga diunggapkan oleh Sugiyono yang menganggap bahwa hipotesa

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dimana

rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.57

Adapun hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat hubungan antara locus of 

control (pusat kendali) dengan decision making (pengambilan keputusan) pada

mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”.

56 Sudarman Danim. 2004. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara.

hlm: 115 57

Prof Dr Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D 2009 Bandung: