06110040 nafi-fadilah-hayati

200
1 MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG SKRIPSI Disusun oleh : Nafi’ Fadlilah Hayati 06110040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010

Upload: radikalzen

Post on 25-Jun-2015

1.947 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06110040 nafi-fadilah-hayati

1

MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES

BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Disusun oleh :

Nafi’ Fadlilah Hayati

06110040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Juli, 2010

Page 2: 06110040 nafi-fadilah-hayati

2

MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES

BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Oleh:

Nafi’ Fadlilah Hayati

06110040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Juli, 2010

Page 3: 06110040 nafi-fadilah-hayati

3

HALAMAN PERSETUJUAN

MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES

BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Nafi’ Fadlilah Hayati

06110040

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Marno, M. Ag

NIP. 197208222002121001

Tanggal, 31 Juli 2010

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pd.I

Page 4: 06110040 nafi-fadilah-hayati

4

NIP. 196512051994031003

HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Nafi’ Fadlilah Hayati (06110040)

telah dipertahankan di depan dewan penguji

pada tanggal 31 Juli 2010 dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

pada tanggal: 31 Juli 2010

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Dr. H. Farid Hasyim, M.Ag :

NIP. 19520309198303002

Sekretaris Sidang

Marno, M.Ag :

NIP. 197208222002121001

Pembimbing

Marno, M.Ag :

NIP. 197208222002121001

Penguji Utama

Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag :

NIP. 196712201998031002

Mengesahkan,

Page 5: 06110040 nafi-fadilah-hayati

5

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA

NIP. 19620507 199503 1 001

HALAMAN PERSEMBAHAN Ku bersujud di atas sajadah seraya mengucapkan syukur alhamdulillah atas segala yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini. Karena, atas kehendak dan keridhloan-Mu maka akan ku persembahkan karyaku ini kepada: Ayahku Amiruddin (alm.) dan Bundaku Hutimah tercinta, yang telah mengayomi dan mengasihiku dengan kasih sayang, setulus hati mendoakan putrinya selama studi di UIN MALIKI Malang dan telah menjadikan dan mengajariku menjadi manusia dewasa dan lebih baik sebelumnya. Kakakku Mas Oo dan adik-adikku tersayang, Guling & Dadak, yang selalu memberiku motivasi agar aku selalu bersemangat. Mereka yang selalu menghiburku di saat aku gundah. Mereka adalah masa depanku dan harapanku. Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku, yang tidak mungkin kusebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi dan doa yang telah diberikan untukku. Dosen pembimbingku, Pak Marno, yang senantiasa memberikan dukungan serta membimbingku dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran. Terima kasih Pak Marno…… Para guru dan dosen-dosenku, yang selalu menjadi pelita dalam hidupku yang telah membimbing dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berarti. Jasamu tiada tara…… Sahabat-sahabatku (Bahak, Devi, Iqbal, Alfian, Berta, Iqro’, Luluk, Leli, Fidho, Nurul, Lia, Kemplu, Mieng2, Vina, Santi), yang dengan sabar dan setia telah menjadi tempat berbagi cerita dan berdiskusi untukku. Kalian telah mengajariku untuk mengenal arti kehidupan dan merasakan betapa indahnya sebuah persahabatan. Aku selalu merindukan canda tawa kalian di saat kita masih bersama……. Kawan-kawanku yang ceria di kos “Kavling 8“ (Pipiel, Emi, Iswatik, Mbak Cemcem, Mumuf, Popok, Mbak Rika, Itjah, Chenul, A’yun, Ari Sumi, Bundo Beti, Dwi, Nopreth, Zahra, Yeni, Chiko, Ima, Emak Widya, Fitri, Mbak Lia,), terima kasih atas

Page 6: 06110040 nafi-fadilah-hayati

6

kekompakan dan motivasinya. Di saat aku tergoda oleh keputusasaan, kalian semua yang membangkitkan semangatku kembali. Ya Allah……kuhaturkan ucapan syukur pada-Mu yang telah menghadirkan orang-orang di sampingku yang selalu tulus mencintaiku, mengasihiku dan menyayangiku dengan sebening cinta dan sesuci doa.

MOTTO

������������������������ ������������ ��������

��������������������������������

���������������� ������������������������

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan

(Departemen Agama RI, 2003. AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA. Bandung:

Dipenogoro)

Page 7: 06110040 nafi-fadilah-hayati

7

Marno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) MALIKI Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Nafi’ Fadlilah Hayati Malang, 31 Juli 2010

Lamp. : 5 Eksemplar Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah

ini:

Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati

NIM : 06110040

Jurusan : PAI

Judul Skripsi : Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses

Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Page 8: 06110040 nafi-fadilah-hayati

8

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Marno, M.Ag

NIP. 197208222002121001

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 31 Juli 2010

Nafi’ Fadlilah Hayati

Page 9: 06110040 nafi-fadilah-hayati

9

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Dengan kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, penulis panjatkan

syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul ”Manajemen Kelas dalam

Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang” dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad saw, yang telah mengantar umatnya menuju

jalan kebenaran dan semoga kita diberi kekuatan untuk melanjutkan perjuangan

beliau.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

pengarahan dan bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda (alm.), Ibunda, kakak serta adik-adikku tercinta, yang dengan

kelembutan dan kesabaran hati telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan

motivasi baik spiritual maupun material yang senantiasa mengiringi langkahku.

Page 10: 06110040 nafi-fadilah-hayati

10

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN MALIKI Malang.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, M.A selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI

Malang.

4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah UIN

MALIKI Malang.

5. Bapak Marno, M.Ag selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas

dan penuh tanggung-jawab telah memberikan bimbingan di tengah-tengah

kesibukannya, petunjuk serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Jazakumullah Khoiron Katsiro.

6. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang, yang telah

melayani kami dengan baik.

7. Bapak Hari Mulyadi, S.Pd selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Malang yang telah mengizinkan dan memberikan informasi dan data yang penulis

butuhkan selama penelitian berlangsung.

8. Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI selaku Guru Keislaman SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang yang telah memberikan informasi dan data yang penulis

butuhkan selama penelitian berlangsung.

9. Seluruh Guru dan staf karyawan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang yang

telah berkenan meluangkan waktunya dan mempermudah penulis dalam

melakukan penelitian.

10. Seluruh siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang yang telah ikut

membantu penulis dalam penelitian.

Page 11: 06110040 nafi-fadilah-hayati

11

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

membantu sehingga terselesainya penulisan skripsi ini.

Kepada semua pihak tersebut diatas, semoga Allah SWT memberikan imbalan

pahala yang sepadan dan balasan yang berlipat ganda di dunia dan di akhirat kelak,

amin.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis berharap

semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi saya

pribadi khususnya, amin ya rabbal’alamin.

Malang, 31 Juli 2010

Penulis

Page 12: 06110040 nafi-fadilah-hayati

12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................. vii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

ABSTRAK ...................................................................................................... xix

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

Page 13: 06110040 nafi-fadilah-hayati

13

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

E. Batasan Masalah ................................................................................ 8

F. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 9

G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 12

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 15

A. Pendidikan Agama Islam ................................................................... 15

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................ 15

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 16

3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................ 18

4. Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI ........................ 20

B. Manajemen Kelas............................................................................... 22

1. Pengertian Manajemen Kelas ........................................................ 22

2. Pendekatan Dalam Manajemen Kelas ........................................... 26

3. Prosedur Manajemen Kelas ........................................................... 31

4. Tujuan Manajemen Kelas.............................................................. 38

5. Hambatan-hambatan Manajemen Kelas ........................................ 39

6. Perencanaan Manajemen Kelas ..................................................... 41

7. Pelaksanaan Manajemen Kelas ..................................................... 55

8. Evaluasi Manajemen Kelas ........................................................... 64

C. Efektifitas Proses Belajar Mengajar ................................................... 65

1. Pengertian Efektifitas Proses Belajar Mengajar ............................ 65

Page 14: 06110040 nafi-fadilah-hayati

14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses

Belajar Mengajar ........................................................................... 67

3. Unsur-unsur Efektifitas Proses Belajar Mengajar ......................... 73

4. Komponen Belajar Mengajar ........................................................ 75

5. Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar ..... 81

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 84

A. Lokasi Penelitian ............................................................................. 84

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 84

C. Kehadiran Peneliti ........................................................................... 86

D. Jenis Data ......................................................................................... 87

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 87

F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 90

G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 91

H. Tahap-tahap Penelitian .................................................................... 92

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN .............................................. 94

A. Latar Belakang Objek Penelitian .................................................... 94

1. Identitas Objek Penelitian ........................................................... 94

2. Sejarah Berdirinya Objek Penelitian ........................................... 94

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ........ 95

4. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ............. 98

5. Keadaan Guru & Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ... 99

6. Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .......... 100

Page 15: 06110040 nafi-fadilah-hayati

15

7. Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ......... 100

8. Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .......... 101

B. Paparan dan Analisis Data ............................................................... 102

1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ........................................................................ 102

a. Analisis Masalah Manajemen Kelas ...................................... 102

b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar ........................................ 105

2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ........................................................................ 111

a. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas ......................... 112

b. Iklim/Suasana Kelas ............................................................... 113

c. Metode Pembelajaran ............................................................. 116

d. Penggunaan Media ................................................................. 117

e. Pola Interaksi .......................................................................... 118

3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ........................................................................ 119

a. Tujuan Evaluasi ...................................................................... 120

b. Bentuk Evaluasi ..................................................................... 122

c. Tindak Lanjut Setelah Diadakan Evaluasi ............................. 123

Page 16: 06110040 nafi-fadilah-hayati

16

BAB V : PEMBAHASAN .............................................................................. 124

A. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ............................................................................. 125

B. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ............................................................................. 133

C. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang ............................................................................. 140

BAB VI : PENUTUP ...................................................................................... 143

A. Kesimpulan ...................................................................................... 143

B. Saran-saran ...................................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 17: 06110040 nafi-fadilah-hayati

17

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Malang........................... 98

Tabel 1 : Keadaan Guru dan Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ......... 99

Tabel 2 : Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ................... 100

Tabel 3 : Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .................. 100

Tabel 4 : Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .... 101

Page 18: 06110040 nafi-fadilah-hayati

18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Konsultasi

Lampiran 2 : Surat Penelitian dari Fakultas

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah

Lampiran 4 : Perangkat Pembelajaran Kelas XI

Lampiran 5 : Daftar Nilai Kelas XI

Lampiran 6 : Instrumen Penelitian

Lampiran 7 : Dokumentasi

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup Penulis

Page 19: 06110040 nafi-fadilah-hayati

19

ABSTRAK

Hayati, Nafi’ Fadlilah. Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) MALIKI Malang. Dosen Pembimbing: Marno, M.Ag

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan dalam pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas. Oleh karena itu, diperlukan Manajemen kelas yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Manajemen Kelas merupakan upaya mengelola siswa di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau kondisi kelas yang menunjang program pengajaran, agar siswa ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah. Di samping itu, Proses Belajar Mengajar dapat terwujud dengan baik apabila terdapat interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa, sesama siswa maupun dengan sumber belajar lainnya. Dalam Manajemen Kelas, guru sebagai pemeran utama yang sangat menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar, harus senantiasa memperhatikan dan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas. Dengan adanya guru yang berkompeten dan berkualitas diharapkan mampu dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, khususnya pada materi PAI.

Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, untuk mengetahui Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, dan untuk mengetahui evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen.

Page 20: 06110040 nafi-fadilah-hayati

20

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti menganalisis data dengan memaparkan dan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait kemudian data dianalisis lebih lanjut secara intensif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1.Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Analisis Masalah Manajemen Kelas: 1) Masalah individual: siswa tidak mempunyai buku pegangan sendiri; kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran; siswa kurang aktif; menarik perhatian orang lain, 2)Masalah kelompok: sebagian siswa mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, beberapa kelompok siswa cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan dan semangat belajar rendah. b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar: 1) menyusun silabus disesuaikan dengan karakteristik materi; 2) menyusun RPP disesuaikan dengan karakteristik, potensi,, kebutuhan dan keinginan siswa, 3) Strategi pembelajaran: a) memilih cara belajar mengajar yang efektif; b) menggunakan metode yang bervariasi; c) memberikan contoh yang baik terhadap siswa, 4) pengembangan sumber belajar: memanfaatkan kelas dan masjid. 5) pengembangan bahan ajar: membuat buku diklat/rangkuman. 2.Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a.tindakan-tindakan dalam manajemen kelas: 1) membuat buku diklat/rangkuman; 2) memotivasi siswa agar konsentrasi pada pelajaran; 3) merangsang siswa agar aktif di kelas. b. Iklim/suasana kelas: 1) ruang kelas cukup memadai; 2) pengaturan tempat duduk dibuat bervariasi. 3) ventilasi, pengaturan cahaya serta penyimpanan barang-barang di dalam kelas baik. c.Metode: ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan, disesuaikan dengan kondisi waktu itu d. Media: buku, Lembar Kerja Siswa (LKS), LCD, dan OHP, memfasilitasi siswa dalam belajar. e. Pola interaksi: interaksi edukatif antara personal. 3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari hasil penelitian ini, saran-saran yang diharapkan penulis adalah: (1) Bagi seluruh warga SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, baik Kepala Sekolah, para guru, dan siswa hendaknya selalu berupaya untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikannya semaksimal mungkin. (2) Bagi peneliti lanjutan, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan lebih sempurna tentang Manajemen Kelas dalam meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI. Kata Kunci: Manajemen Kelas, Efektifitas Proses Belajar Mengajar, PAI

Page 21: 06110040 nafi-fadilah-hayati

21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan,

baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi

dalam Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 pada BAB II, Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab.1

1Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun. 2003) (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), hlm. 7

Page 22: 06110040 nafi-fadilah-hayati

22

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peningkatan dan

penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu

proses belajar mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas.

Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Karenanya, manajemen kelas memegang peranan

yang sangat menentukan dalam proses belajar mengajar. Manajemen kelas

menurut Sunaryo adalah masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru

menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas

sedemikian rupa, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pengajaran secara

efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.2

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

formal dengan guru sebagai pemeran utama. Guru sangat menentukan suasana

belajar-mengajar di dalam kelas. Guru yang kompeten akan lebih mampu dalam

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga

hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Keberhasilan tersebut,

dipengaruhi banyak faktor terutama terletak pada pengajar (guru) dan yang

diajar (siswa), yang berkedudukan sebagai pelaku dan subyek dalam proses

tersebut. Adapun kegiatan manajemen kelas dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu (1) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik, dan

2 Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm.

62

Page 23: 06110040 nafi-fadilah-hayati

23

(2) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non-fisik. Kedua hal tersebut

perlu dikelola secara baik dalam rangka menghasilkan suasana yang kondusif

bagi terciptanya pembelajaran yang baik pula.

Hal-hal fisik yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas

mencakup pengaturan ruang belajar dan perabot kelas, serta pengaturan

peserta didik dalam belajar. Sedangkan hal-hal yang bersifat non-fisik lebih

memfokuskan pada aspek interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya,

peserta didik dengan guru dan lingkungan kelas maupun kondisi kelas

menjelang, selama, dan akhir pembelajaran. Atas dasar inilah, maka hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Kelas adalah tingkah laku siswa

(aspek psikologis), susana belajar di kelas yang menyenangkan (sosial) dan

hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan siswa dengan

siswa. Hal ini merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar

mengajar yang efektif.3

Menurut Mulyadi bahwa manajemen kelas adalah seperangkat

kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan

mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,

mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif

3 Moh. Uzer Usman, Mejadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 97

Page 24: 06110040 nafi-fadilah-hayati

24

serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan

produktif.4

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif,

apabila: Pertama; diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat

menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar

mengajar. Kedua; diketahui masalah apa sajakah yang biasa timbul dan dapat

merusak suasana belajar mengajar. Ketiga; dikuasainya berbagai pendekatan

dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana

suatu pendekatan tersebut digunakan.5

Oleh karena itu, pengelola sekolah perlu menciptakan suasana

gembira/menyenangkan di lingkungan sekolah melalui manajemen kelas.

Karena, dengan menjalin keakraban antara guru-siswa, maka guru dapat

mengarahkan siswa dengan lebih mudah untuk mendorong dan memotivasi

semangat belajar siswa. Disamping itu, juga dimaksudkan untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi kelas secara kondusif yang memberi

kemungkinan tujuan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan

efisien.6 Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang

4 Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 4

5 Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah

(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 116

6 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

hlm. 184

Page 25: 06110040 nafi-fadilah-hayati

25

dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan sarana yang tersedia

untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.

Jadi, proses belajar mengajar dapat terwujud dengan baik apabila ada

interaksi antara guru dan siswa, sesama siswa atau dengan sumber belajar

lainnya. Dengan kata lain “belajar dikatakan efektif apabila terjadi interaksi yang

cukup maksimal”. Namun, adapula kendala atau kesulitan yang dialami guru

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya keadaan siswa,

jumlah siswa, fasilitas yang kurang memadai, letak sekolah, dsb. Sehingga,

seorang guru dituntut mempunyai kemampuan/keahlian tertentu untuk dapat

menciptakan suasana kelas yang mendukung efektifitas belajar mengajar, agar

tercipta suasana/iklim belajar yang nyaman, kondusif, komunikatif, serta

dinamis yang diharapkan akan menghasilkan hasil belajar yang optimal dan

semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan dari pada pendidikan itu sendiri.

Manajemen kelas merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap guru

dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif, agar proses belajar mengajar

dapat berjalan efektif.

Implementasi manajemen kelas melibatkan siswa di dalam kelas

untuk menentukan prinsip, prosedur, dan aturan bersama demi tujuan

bersama. Siswa dilibatkan melalui aktivitas-aktivitas belajar yang positif seperti

diskusi, laporan lisan, penelitian, simulasi, field trip, studi kasus, permainan

Page 26: 06110040 nafi-fadilah-hayati

26

peran, penyajian multi-media, dan sebagainya. Melalui aktivitas belajar tersebut

dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk berpikir aktif, kritis dan kreatif. Selain

itu, aktivitas tersebut dapat meningkatkan interaksi antara siswa yang satu

dengan yang lainnya semakin baik.

Kecenderungan manajemen kelas sebagai upaya untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa ini terlihat pada aspek potensi, bakat, dan minat siswa

dalam belajar. Dalam hal ini, potensi, bakat dan minat siswa akan berkembang

dengan optimal sesuai dengan yang diinginkan. Bahkan Manajemen Kelas yang

memotivasi siswa yang semakin aktif dalam belajar akan semakin baik prestasi

yang diraih.

Karena betapa pentingnya manajemen kelas dengan serangkaian

manfaatnya dalam kegiatan proses belajar mengajar, maka SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen mencoba mengimplementasikan manajemen kelas

ini, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Meskipun

siswanya banyak yang minim tentang pengetahuan agama dan minimnya

alokasi waktu pembelajaran, guru PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

bersikeras dalam me-manage kelas agar pembelajaran sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

Kegiatan proses belajar mengajar dilakukan dengan berbagai metode

dan media yang bervariasi sesuai dengan materi yang diberikan pada saat itu.

Page 27: 06110040 nafi-fadilah-hayati

27

Selain itu, suasana kelasnya pun tidak monoton. Sekali waktu pengaturan

tempat duduk dibuat bervariasi agar suasana kelas menyenangkan sehingga

membantu siswa dalam belajar di kelas. Pola interaksi antara guru PAI dan siswa

pun terlihat harmonis. Hal ini terbukti, di dalam dan di luar kelas komunikasi

antara keduanya seperti berjalan dengan baik.

Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin

meneliti lebih lanjut mengenai upaya mengembangkan efektifitas

pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh

siswa melalui prosedur pengelolaan kelas dengan mengambil judul:

“Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis akan merumuskan

masalah yang menjadi dasar pokok pembahasan skripsi ini. Adapun rumusan

masalah tersebut adalah :

1. Bagaimana Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?

Page 28: 06110040 nafi-fadilah-hayati

28

2. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?

3. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam meningkatkan

Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, tujuan yang ingin dicapai adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tentang Perencanaan Manajemen Kelas dalam

Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang.

2. Untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Malang.

3. Untuk mendeskripsikan bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Kelas

dalam meningkatkan Efektifitas Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di

SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.

D. Manfaat Penelitian

Page 29: 06110040 nafi-fadilah-hayati

29

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara

teoritis dan praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan teori tentang manajemen kelas berikut inovasi yang terkait

dengan Manajemen Kelas. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat bagi:

1. Sekolah Lainnya

Sebagai contoh pemikiran dan pelaksanaan bagi perkembangan mutu

kegiatan proses belajar mengajar secara efektif melalui manajemen kelas

yang baik.

2. Peneliti Berikutnya

Sebagai dasar pengembangan penelitian berikutnya dengan meneliti

dimensi yang berbeda terkait dengan manajemen kelas yang dapat

menciptakan proses belajar mengajar secara efektif.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan

manajemen kelas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mencakup

analisis masalah manajemen kelas, desain kegiatan belajar mengajar, tindakan-

tindakan manajemen kelas, pengaturan suasana kelas, penggunaan metode dan

media, pola interaksi, dan evaluasi hasil belajar manajemen kelas.

Page 30: 06110040 nafi-fadilah-hayati

30

F. Penelitian Terdahulu

Dalam pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas

memadukan sumber-sumber pendidikan, agar terpusat dalam usaha mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu,

manajemen bertugas memadukan sumber-sumber pendidikan secara

keseluruhan dan mengontrol/mengawas agar tepat dengan tujuan pendidikan.

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok manajemen

yang terdiri dari: Planning, Organizing, Leading/Actuating, dan Controlling.7

Planning (perencanaan) adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang

hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk

mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.8 Organizing

(pengorganisasian) adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-

alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan

kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas tersebut.

Leading/Actuating/ Directing adalah pelaksanaan/pengarahan kepada semua

anggota, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

7 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 1

8 Ibid., hlm. 49

Page 31: 06110040 nafi-fadilah-hayati

31

Controlling (pengawasan/pengendalian) merupakan pengukuran dan perbaikan

terhadap pelaksanaan kerja anggota, agar rencana yang telah dibuat untuk

mencapai tujuan dapat terselenggara.

Setelah diketahui deskripsi singkat beberapa fungsi manajemen

diatas, serta mengingat penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu terkait

dengan Manajemen Kelas, maka penulis menunjukkan permasalahan yang

berkaitan dengan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), evaluasi

(controlling) dalam manajemen kelas. Permasalahan tersebut terkait dengan

perencanaan manajemen kelas dalam proses belajar mengajar Pendidikan

Agama Islam. Selanjutnya, tentang pelaksanaan manajemen kelas dalam proses

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dan yang terakhir evaluasi

pelaksanaan manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam.

Pembahasan tentang manajemen kelas, belum terlalu banyak dibahas

dalam penelitian sebelumnya, sehingga penulis mengambil judul: ”Manajemen

Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.

Penelitian tentang manajemen kelas yang akan penulis bahas, masih

sangat jarang diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya, walaupun ada itu hanya

beberapa peneliti saja dengan obyek yang berbeda. Salah satunya adalah

Page 32: 06110040 nafi-fadilah-hayati

32

Husnul Khotimah, 2006, dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Kelas

dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Siswa (Studi Kasus di SMK

Negeri 1 Batu)”.

Penulis tersebut membahas tentang implementasi manajemen kelas

Pendidikan Agama Islam dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan

manajemen kelas Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Batu. Hasil dari

penelitian tersebut adalah manajemen kelas yang diterapkan dalam

meningkatkan efektifitas pembelajaran di SMK Negeri 1 Batu meliputi

perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, disiplin kelas,

konflik kelas, evaluasi pembelajaran. Untuk faktor penghambatnya: kurangnya

kesadaran dan tanggung jawab siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran

PAI, kurangnya fasilitas dan media pembelajaran PAI yang ada di SMK N 1 Batu,

keadaan ekonomi orang tua yang kurang cukup, lingkungan siswa yang keras

serta keadaan keluarga yang broken home. Dan usaha-usaha yang dilakukan

dalam manajemen kelas terkait dengan pembelajaran PAI di SMK Negeri 1 Batu,

adalah: mempersiapkan tugas administratif, memberi motivasi kepada siswa,

membuat modul sesuai dengan materi, mengatasi setiap permasalahan siswa,

memilih metode, membentukan kelompok diskusi, meningkatkan kedisiplinan

siswa.

Page 33: 06110040 nafi-fadilah-hayati

33

Dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Husnul Khotimah, sama halnya

dengan yang akan peneliti laksanakan, yaitu membahas tentang manajemen

kelas. Namun terdapat beberapa perbedaan dan beberapa alasan tentang

pengambilan judul ini, antara lain:

a. Lokasi

Lokasi penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu terletak di

SMK Negeri 1 Batu, sedangkan lokasi yang akan diobservasi oleh peneliti

pada kali ini terletak di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.

b. Peneliti melihat pelaksanaan manajemen kelas belum seluruhnya

menyeluruh dan terlaksana dengan baik di setiap sekolah. Sehingga peneliti

ingin mengkaji lebih dalam dan mengkomparasikan pelaksanaan Manajemen

Kelas di kedua tempat tersebut. Dengan alasan berbagai faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan Manajemen Kelas di kedua tempat tersebut

sangat berbeda.

Untuk mengetahui pembahasan tentang judul tersebut maka penulis

akan menjelaskan mengenai Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar

Mengajar PAI.

G. Sistematika Pembahasan

Page 34: 06110040 nafi-fadilah-hayati

34

Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini,

maka pembahasan ini dibagi menjadi lima bab. Uraian masing-masing bab ini

disusun sebagai berikut:

Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan. Yang menggambarkan

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah, penelitian terdahulu, dan sistematika

pembahasan.

Bab Kedua, berisi tentang Kajian Pustaka. Yang memaparkan tentang

Pendidikan Agama Islam terdiri dari; pengertian PAI, dasar dan tujuan PAI,

kedudukan dan fungsi PAI dan Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI.

Untuk Manajemen Kelas meliputi; pengertian Manajemen Kelas, prosedur

Manajemen Kelas, pendekatan dalam Manajemen Kelas, tujuan Manajemen

Kelas, hambatan-hambatan Manajemen Kelas, Perencanaan Manajemen Kelas,

Pelaksanaan Manajemen Kelas dan Evaluasi Manajemen Kelas. Sedangkan

Efektifitas Proses Belajar Mengajar meliputi; pengertian Efektifitas Proses

Belajar Mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses Belajar

Mengajar, unsur-unsur efektifitas Proses Belajar Mengajar, komponen belajar-

mengajar dan Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar.

Bab Ketiga, berisi tentang Metode Penelitian. Dalam Bab ini, penulis

menjelaskan tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian,

Page 35: 06110040 nafi-fadilah-hayati

35

kehadiran peneliti, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab Keempat, berisi tentang Laporan Hasil Penelitian. Pada bab ini

penulis mengemukakan masalah-masalah yang diperoleh dari penelitian pada

obyek, meliputi: latar belakang obyek penelitian, penyajian data dan analisis

data.

Bab Kelima, Pembahasan. Pada bab ini penulis membahas tentang

laporan hasil penelitian.

Bab Keenam, Penutup. Pada akhir pembahasan, penulis akan

mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan

dengan realita hasil penelitian, kata penutup serta pada bagian terakhir penulis

cantumkan Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

Page 36: 06110040 nafi-fadilah-hayati

36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiah Daradjat, pengertian Pendidikan Agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang dilakukan secara

sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh, serta menghayati tujuan, yang

Page 37: 06110040 nafi-fadilah-hayati

37

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.9

Dalam Kurikulum PAI tahun 2002 seperti yang telah dikutip oleh

Abdul Majid, mengatakan bahwa Pendidikan agama Islam adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang

dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.10

Sedangkan menurut Azizy, Pendidikan Agama Islam merupakan

proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua

kepada generasi muda yang mencakup dua hal yaitu, mendidik siswa untuk

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam dan mendidik siswa-

siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam.11

Sejalan dengan pendapat Ahmad Tafsir yang menyatakan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran

9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130 10

Ibid.. 11

Ibid., hlm. 131

Page 38: 06110040 nafi-fadilah-hayati

38

Islam. Bila disingkat, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap

seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin.12

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pembelajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan

perundang-undangan. Yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-

sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

b. Dasar Religi

Dasar religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam

ayat Al-Qur’an dan Hadits, yaitu:

1) Sumber dari al-Qur’an. Antara lain:

12

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

hlm. 32

13

Abdul Majid dan Dian Andayani. Op. Cit., hlm. 132

Page 39: 06110040 nafi-fadilah-hayati

39

a) Surat Al-Mujadalah ayat 11:

)11: المجادله(. . .. . .. . .. . .درجت العلم اوتوا والذين منكم امنوا الذين اهللا يرفع. . .

“. . . niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)

b) Hadist Riwayat Baihaqi:

)يهقىالب رواه( يمجسانه او اوينصرانه نهيهودا فابواه الفطرة على يولد مولود كل

“Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragam

(perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang

menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR.

Baihaqi)

c. Dasar Sosial-Psikologi

Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu

pegangan hidup, yaitu agama. Mereka merasakan, bahwa dalam jiwanya

ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat

mereka berlindung dan meminta pertolongan. Hal semacam ini terjadi

pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan

merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan

dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa.14

14

Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang:

Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 12

Page 40: 06110040 nafi-fadilah-hayati

40

Adapun tujuan dari Pendidikan Agama Islam secara umum adalah

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan dan peranan

penting dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia. Sedangkan

fungsinya adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga

dan digunakan sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

Secara khusus kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah

berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.

Page 41: 06110040 nafi-fadilah-hayati

41

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

baik fisik maupaun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai

dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya

atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem

dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan

orang lain.15

15

Ibid., hlm. 134-135

Page 42: 06110040 nafi-fadilah-hayati

42

4. Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI

a. Dapat melibatkan siswa secara aktif

Menurut William Burton mengajar adalah membimbing kegiatan

belajar siswa sehingga ia mau belajar.16

Dengan demikian, aktivitas murid

sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sehingga muridlah yang

seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subyek didik adalah yang

merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

b. Dapat menarik minat dan perhatian siswa

Kondisi belajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap

pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar

sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa,

baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sehingga hal itu

akan menjadikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berjalan secara

efektif.

c. Dapat membangkitkan motivasi siswa

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif

menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

16

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 21

Page 43: 06110040 nafi-fadilah-hayati

43

mencapai tujuan, atau kesadaran dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai

tujuan tertentu. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dikatakan

efektif apabila dapat membangkitkan motivasi siswa yang sedang belajar.

d. Prinsip individualitas

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan berjalan efektif jika

guru selalu memperhatikan keragaman karakteristik setiap siswa. Dengan

kata lain hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar

dengan kebutuhan-kebutuhan siswa secara individual tanpa harus

mengajar siswa secara individual.17

Dengan demikian, maka siswa akan

merasakan perhatian guru dan pembelajaran juga akan terlaksana dengan

maksimal.

e. Peragaan dalam pengajaran

Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau

pengalaman konkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.

Dan apabila pembelajaran dilaksanakan dengan melaksanakan peragaan

yang sesuai maka akan dapat membantu siswa dalam pengajaran.18

f. Pembelajaran yang dapat menjadikan siswa antusias

17

Ibid., hlm. 30 18

Ibid., hlm. 31

Page 44: 06110040 nafi-fadilah-hayati

44

Keantusiasan siswa dalam pembelajaran khususnya Pendidikan

Agama Islam akan berpengaruh pada efektifitas proses pembelajaran yang

dilakukannya.

B. Manajemen Kelas

1. Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen Kelas berasal dari dua kata, yaitu dari kata manajemen

dan kelas. Manajemen dari kata Management, yang diterjemahkan pula

menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif

untuk mencapai sasaran.19

Dengan kata lain arti dari Manajemen adalah

pengelolaan usaha, kepengurusan, direksi, ketatalaksanaan penggunaaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.20

Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada

semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maka,

dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses penyelenggaraan

atau pengurusan sekaligus pengawasan pada sesuatu yang terlibat dalam

19

Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 2

20

Pius A.Partanto dan M.Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.

434

Page 45: 06110040 nafi-fadilah-hayati

45

pelaksanaan dan pencapaian tujuan agar sesuatu tersebut berjalan dengan

lancar, efektif dan efisien.

Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas

dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi

siswa. Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni :

a. Kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,

tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar

mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis

karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat

perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis

masing-masing.

b. Kelas dalam arti luas: suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari

masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit

kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar

yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.21

Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan

istilah kelas adalah sekelompok siswa yang belajar dalam waktu yang sama,

menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.22

21

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 176

22

Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), hlm. 3

Page 46: 06110040 nafi-fadilah-hayati

46

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kelas diartikan sebagai ruangan

belajar dan atau sekelompok siswa yang belajar (rombongan belajar), dimana

guru mengajar, peserta didik belajar, dan tingkatan (grade) sebagai satu

kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai

suatu tujuan.

Setelah berbicara tentang pengertian dari manajemen dan kelas di

atas, maka di bawah ini para ahli pendidikan mendefinisikan manajemen

kelas, antara lain:

a. Made Pidarta mengatakan, manajemen kelas adalah proses seleksi dan

penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Guru

bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi

kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya,

bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.23

b. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa manajemen kelas adalah

keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar

yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses

belajar mengajar.24

23

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,

2000), hlm. 172

24

Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 97

Page 47: 06110040 nafi-fadilah-hayati

47

c. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa manajemen kelas adalah

suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal

mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan

pembelajaran.25

d. Johanna Kasin Lemlech, dalam bukunya Cecep Wijaya & A. Tabrani Rusyan

mengatakan bahwa Classroom management is the orchestration of

classroom life: planning curriculum, organizing procedures and resources,

arranging the environment to maximize efficiency, monitoring student

progress, anticipating potential problems.26

Menurut definisi ini, yang

dimaksud dengan manajemen kelas adalah usaha dari pihak guru untuk

menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya,

penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya

untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan

mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.

e. Menurut Mulyadi, bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan

untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan

mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,

mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang

25

Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 173 26

Cece Wijaya, A.Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 113

Page 48: 06110040 nafi-fadilah-hayati

48

positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang

efektif dan produktif.27

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa manajemen kelas merupakan upaya mengelola siswa

di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan

suasana/kondisi kelas yang menunjang program pembelajaran dengan

jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut

terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah. Jadi

manajemen kelas harus mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi

kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar

dengan efektif.28

2. Pendekatan Dalam Manajemen Kelas

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen

kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap

tingkah laku siswa, karakteristik, watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada

waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Di bawah ini ada beberapa

pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam

upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:

27

Mulyadi., Op.Cit., hlm. 4 28

Ibid., hlm. 2

Page 49: 06110040 nafi-fadilah-hayati

49

a. Pendekatan Manajerial

Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang

berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat

dibedakan menjadi :

1) Kontrol Otoriter

Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika

perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini,

disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam, dan

mendengarkan perkataan guru.

2) Kebebasan Liberal

Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya

untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas

anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi,

sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat

terjadinya kekacauan atau kericuhan di dalam kelas karena kebebasan

yang didapat oleh siswa disalahgunakan.

3) Kebebasan Terbimbing

Page 50: 06110040 nafi-fadilah-hayati

50

Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan

kebebasan liberal. Di sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan

aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Di satu pihak siswa diberi

kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus

dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat

penyalahgunaan kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep

ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.

b. Pendekatan Psikologis

Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi

psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin

kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai

berikut:

1) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification)29

Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang

mengemukakan pendapat bahwa:

a) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan

hasil proses belajar.30

b) Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan

untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu

29

Ibid., hlm. 35 30

Ibid..

Page 51: 06110040 nafi-fadilah-hayati

51

diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti

hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan

aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative

reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman.31

Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penguatan Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti

makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.

2. Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses

belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan

sosial (pujian, sanjungan, perhatian, dsb), penguatan simbolik

(nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan

dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi

oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya).

Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus

(continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan

yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu),

misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.

2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)32

31

Ibid., hlm. 36 32

Ibid., hlm. 46

Page 52: 06110040 nafi-fadilah-hayati

52

Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling

yang mempradugakan:

a) Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan

sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan inter

personal yang harmonis antar guru dengan guru, guru dengan

siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan kondisi yang

memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang

efektif.33

b) Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim

sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus di

hadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai

manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri.

Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa

menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut

memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif

dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang

perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.

c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)34

33

Ibid.. 34

Ibid., hlm. 55

Page 53: 06110040 nafi-fadilah-hayati

53

Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika

kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah:

1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok

sosial.

2) Tugas pokok guru yang utama dalam manajemen kelas ialah membina

kelompok yang produktif dan efektif.35

d. Pendekatan Elektif (Electic Approach)

Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan

masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok

untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai

tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk

memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai

pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk

menggunakannya bahkan dapat memadukannya.

Pendekatan Elektik disebut juga dengan pendekatan pluralistik,

yaitu manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam

pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan

mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar

mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan

35

Ibid..

Page 54: 06110040 nafi-fadilah-hayati

54

menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan

kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan

proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.36

3. Prosedur Manajemen Kelas

Upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang

diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi, perlu dilakukan langkah-langkah

tertentu untuk me-manage kelas dengan baik. Langkah-langkah ini disebut

sebagai prosedur manajemen kelas. Adapun prosedur manajemen kelas ini

dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) maupun kuratif

(penyembuhan).37

Perbedaan kedua jenis pengelolaan kelas

tersebut, akan berpengaruh terhadap perbedaan langkah-langkah yang perlu

dilakukan oleh seorang guru dalam menerapkan kedua jenis manajemen

kelas tersebut. Dikatakan secara preventif apabila langkah-langkah/upaya

yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk mengatur siswa, peralatan

(fasilitas) atau format belajar mengajar yang tepat yang dapat mendukung

berlangsungnya proses belajar mengajar.38

Sedangkan yang dimaksud

dengan manajemen kelas secara kuratif adalah langkah-langkah tindakan

36

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

hlm. 184

37

Mulyadi. Op. Cit, hlm. 19 38

Ibid., hlm. 20

Page 55: 06110040 nafi-fadilah-hayati

55

penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu

kondisi-kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung.39

a. Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Preventif meliputi :

1) Peningkatan Kesadaran Pendidik Sebagai Guru

Suatu langkah yang mendasar dalam strategi manajemen

kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri

pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang

pendidik harus menyadari bahwa dirinya memiliki tugas dan fungsi

yaitu sebagai fasilitator bagi siswanya yang sedang belajar,40

serta

bertanggung-jawab terhadap proses pendidikan. Ia yakin bahwa

apapun corak proses pendidikan yang akan terjadi terhadap siswa,

semuanya akan menjadi tanggung-jawab guru sepenuhnya.

2) Peningkatan Kesadaran Siswa

Kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam proses

pendidikan ini baru akan diperoleh secara menyeluruh dan seimbang

jika siswa itu menyadari akan kebutuhannya dalam proses pendidikan.

Dalam hal proses pembelajaran, siswa harus menyadari bahwa

dia belajar adalah dengan tujuan tertentu. Keefektifan siswa dalam

39

Ibid., hlm. 25

40

Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 112

Page 56: 06110040 nafi-fadilah-hayati

56

proses pembelajaran sebenarnya bergantung pada tingkat kesadaran

siswa tersebut di dalam proses. Semakin tinggi tingkat kesadarannya

semakin tinggi pula keefektifannya. Kondisi ini selanjutnya berdampak

pada tingkat penguasaan kemampuan dari siswa yang bersangkutan.41

Adakalanya siswa tidak dapat menahan diri untuk melakukan

tindakan yang menyimpang, karena ia tidak sadar bahwa ia

membutuhkan sesuatu dari proses pendidikan itu.

Untuk membangkitkan kesadaran siswa dalam peran sertanya

dalam proses pembelajaran kelas, tidak cukup hanya guru yang harus

berkutat pada metode-metode pembelajaran yang disesuaikan dengan

kondisi kelas. Proses tersebut memerlukan keikutsertaan siswa yang

sebenarnya merupakan subyek yang sedang belajar,42

agar dapat

menimbulkan suasana kelas yang mendukung untuk melakukan proses

belajar mengajar.

3) Penampilan Sikap Tulus Guru

Guru mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan

kondisi belajar yang optimal. Guru perlu bersikap dan bertindak secara

wajar, tulus dan tidak pura-pura terhadap siswa.43

Penampilan sikap

41

Ibid., hlm. 100 42

Ibid., hlm. 111-112

43

Mulyadi. Op. Cit, hlm. 23

Page 57: 06110040 nafi-fadilah-hayati

57

guru diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa yang disajikan

dengan sikap tulus dan hangat. Yang dimaksud dengan sikap tulus

adalah sikap seorang guru dalam menghadapi siswa secara berterus-

terang tanpa pura-pura, tetapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap

tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa

sebagai si terdidik. Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah

keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar

yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas

peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat

sekolah.

Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan

proses interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah

kepada suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan

pendidikan.

4) Pengenalan Terhadap Tingkah Laku Siswa

Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik

yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang

diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut

bisa bersifat perseorangan maupun kelompok. Identifikasi akan variasi

tingkah laku siswa itu diperlukan bagi guru untuk menetapkan pola

Page 58: 06110040 nafi-fadilah-hayati

58

atau pendekatan manajemen kelas yang akan diterapkan dalam situasi

kelas tertentu.

5) Penemuan Alternatif Manajemen Kelas

Agar pemilihan alternatif tindakan manajemen kelas dapat

sesuai dengan situasi yang dihadapinya, maka perlu kiranya pendidik

mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam

manajemen kelas. Dengan berpegang pada pendekatan yang sesuai,

diharapkan arah manajemen kelas yang diharapkan akan tercapai.

Selain itu, pengalaman guru yang selama ini dilakukan dalam

mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara sadar

maupun tidak sadar perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup

berharga dalam melakukan manajemen kelas.44

6) Pembuatan Kontrak Sosial

Kontrak sosial pada hakekatnya berupa norma yang dituangkan

dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tetulis maupun tidak

tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai

individu maupun sebagai kelompok. Kontrak sosial yang baik adalah

44

Ibid., hlm. 24

Page 59: 06110040 nafi-fadilah-hayati

59

yang benar-benar dihayati dan dipatuhi sehingga meminimalkan

terjadinya pelanggaran.

Dengan kata lain, kontrak sosial yang digunakan untuk upaya

manajemen kelas, hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan

pengarahan dan bimbingan dari pendidik.

a) Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Kuratif meliputi :

1) Identifikasi Masalah

Pertama-tama guru melakukan identifikasi masalah dengan

jalan berusaha memahami dan menyidik penyimpangan tingkah

laku siswa yang dapat mengganggu kelancaran proses pendidikan

didalam kelas, dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang

berdampak negatif secara luas atau tidak, ataukah hanya sekedar

masalah perseorangan atau kelompok, ataukah bersifat sesaat

saja ataukah sering dilakukan maupun hanya sekedar kebiasaan

siswa.

2) Analisis Masalah

Dengan hasil penyidikan yang mendalam, seorang guru dapat

melanjutkan langkah ini yaitu dengan berusaha mengetahui latar

belakang serta sebab-musabbab timbulnya tingkah laku siswa

Page 60: 06110040 nafi-fadilah-hayati

60

yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, akan dapat

ditemukan sumber masalah yang sebenarnya.

3) Penetapan Alternatif Pemecahan

Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan

tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang

dapat digunakan dalam manajemen kelas dan juga memahami

cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan

pendekatan masing-masing.45

Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang

mungkin dapat dipergunakan, seorang guru akan dapat memilih

alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah pada situasi

yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan,

maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat

ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan manajemen kelas

yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat

dilakukan.

4) Monitoring

Hal ini diperlukan, karena akibat perlakuan guru dapat saja

mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang

45

Ibid., hlm. 26

Page 61: 06110040 nafi-fadilah-hayati

61

menyimpang, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau

bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang

berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah

monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat

dari apa yang telah terjadi.

5) Memanfaatkan Umpan Balik (Feed-Back)

Hasil Monitoring tersebut, hendaknya dimanfaatkan secara

konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk:

a) Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan

bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang

sama.

b) Dasar dalam melakukan kegiatan manajemen kelas berikutnya

sebagai tindak lanjut dari kegiatan manajemen kelas yang

sudah dilakukan sebelumnya. Yakni untuk lebih menciptakan

dan mempertahankan kondisi yang optimal, dengan

diusahakannya pencapaian tujuan melalui kegiatan

pengaturan siswa, bahan/alat pelajaran dan format belajar

mengajar yang kesemuanya difokuskan pada penciptaan

Page 62: 06110040 nafi-fadilah-hayati

62

kondisi belajar mengajar yang menunjang cara belajar siswa

aktif.46

4. Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam

tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan

manajemen kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam

kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual

dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar

dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana

disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para

siswa.

Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah sebagai berikut:

a. Agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa

dalam pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat

dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa,

terutama siswa yang tergolong lamban.

46

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta: Bumi

Aksara, 1994), hlm. 49

Page 63: 06110040 nafi-fadilah-hayati

63

c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting

untuk dibicarakan di kelas demi perbaikan pembelajaran pada masa

mendatang.

Jadi, manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di

dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang

memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian,

dengan manajemen kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

5. Hambatan-hambatan Manajemen Kelas

a. Faktor guru, faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal,

seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar

yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik,

pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta

didik yang kurang.47

b. Faktor peserta didik. Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi

tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi

masalah dalam pengelolaan kelas.

47

Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 151-152

Page 64: 06110040 nafi-fadilah-hayati

64

c. Faktor keluarga. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan

pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan

tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di

dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penganggu dan pembuat

ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.

d. Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang

terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan

kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya,

ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang

membutuhkannya.48

e. Faktor sekolah sebagai lembaga pendidikan. Faktor ini meliputi:

pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan,

pengaturan upacara bendera pada setiap hari Senin dan masalah-masalah

yang bertalian dengan disiplin.49

Misalnya, menegur peserta didik yang

selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang

tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang

rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik

yang merokok di kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras,

48

Ibid., hlm. 153-154

49

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm. 135

Page 65: 06110040 nafi-fadilah-hayati

65

sampai kepada mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar

sekolah.

f. Faktor yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah. Dalam

mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang

tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna,

bahkan para pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.

6. Perencanaan Manajemen Kelas

a. Analisis Masalah Manajemen Kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok.50

Meskipun

seringkali terjadi perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan

perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan

efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah

yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi dengan

penanggulangan yang tepat pula.

1) Masalah Individual

50

Ahmad Rohani, Op. Cit., hlm. 124

Page 66: 06110040 nafi-fadilah-hayati

66

Dalam konteks ini dapat dibedakan menjadi empat kelompok

masalah manajemen kelas yang bersifat individual, yaitu:

a) attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang

lain).

b) power-seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan).

c) revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas).

d) peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali

menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya

kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

2) Masalah Kelompok

Louis V Johson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh

kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas,51

yaitu:

1) kelas kurang kohesif lantaran alasan karena jenis kelamin, suku, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

2) penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang telah disepakati

sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca

perpustakaan.

51

Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 15

Page 67: 06110040 nafi-fadilah-hayati

67

3) kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya

mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi

dengan suara sumbang.

4) membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,

misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas.

5) kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang

tengah dikerjakan.

6) semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada

guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.

7) kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti

gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain

dan sebagainya.

b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar

Desain kegiatan belajar mengajar/desain pembelajaran merupakan

suatu perencanaan atau persiapan yang sistematis dalam suatu aktivitas

pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta

melalui langkah-langkah pembelajaran yang akan dimanifestasikan

bersama-sama pada peserta didik. Singkat kata, desain pembelajaran

merupakan alat yang dapat membantu guru dalam melaksanakan

Page 68: 06110040 nafi-fadilah-hayati

68

kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.52

Kegiatan ini

merupakan tugas guru sebagai desainer dalam menyusun perangkat dan

instrumen pembelajaran.

1) Menyusun Silabus

Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai ”Garis besar,

ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pelajaran”. Silabus

digunakan menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa

penjabaran lebih lanjut dari standart kompetensi dan kemampuan

dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang

perlu dipelajari siswa dalam mencapai standart kompetensi dan

kemampuan dasar.

Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana

bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu,

sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian

materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan

kebutuhan daerah setempat.

52

Ibid,, hlm. 69

Page 69: 06110040 nafi-fadilah-hayati

69

Dalam kurikulum 2004 yang dimaksud dengan silabus

adalah:53

• Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

• Komponen silabus menjawab: kompetensi apa yang akan

dikembangkan pada siswa?; bagaimana cara mengembangkannya?;

bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dikuasai oleh

siswa?.

• Tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dan tenaga

kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi

perencanaan belajar mengajar.

• Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata

pelajaran di sekolah/madrasah kelompok guru, musyawarah guru

mata pelajaran dan dinas pendidikan.

Pada umumnya suatu silabus paling sedikit harus mencakup

unsur-unsur: tujuan mata pelajaran yang diajarkan; sasaran-sasaran

mata pelajaran; keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai

mata pelajaran tersebut dengan baik; urutan topik-topik yang

53

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 39

Page 70: 06110040 nafi-fadilah-hayati

70

diajarkan; aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung

keberhasilan pembelajaran; berbagai teknik evaluasi yang digunakan.

Contoh Format Silabus54

Nama Sekolah : (diisi nama sekolah)

Mata Pelajaran : (diisi nama mata pelajaran)

Kelas : (diisi kelas berapa standar kompetensi tersebut harus

dicapai melalui proses belajar mengajar)

Semester : (diisi semester berapa standar kompetensi tersebut

harus dicapai melalui proses belajar

mengajar)

Standar Kompetensi : (diisi rumusan standar kompetensi yang akan

dikembangkan silabusnya)

Kompe

tensi

Dasar

Materi

Pokok

Pengalaman

Belajar

Indikator PENILAIAN Alokasi

Waktu

(menit)

Sumber

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Rumusan

Instrumen

Memu

at

kompe

tensi

dasar

hasil

penjab

aran

dari

standa

r

kompe

tensi

yang

telah

dirumu

Memu

at

materi

pokok

yang

diambil

/dikuti

p dari

buku

KBK.

Kemud

ian

diuraik

an

secara

agak

Memuat

alternatif

kegiatan

siswa dalam

berinteraksi

secara

langsung

dengan

objek/sumber

belajar.

Misalnya

tugas

mandiri,

tugas

kelompok,

melakukan

Berisi

penjabar

an

kompete

nsi dasar

yang

dirumusk

an

dengan

kata

kerja

operasio

nal yang

bisa

diukur

dan

Berisi

jenis-

jenis

tagihan

untuk

mencapai

indikator.

Jenis

tagihan

yang

dapat

digunaka

n antara

lain: kuis,

pertanya

an lisan,

Instumen

dikategorikan

menjadi dua,

yaitu tes dan

nontes. Tes

meliputi pilihan

ganda,uraian

objektif,

jawaban

singkat,

menjodohkan,

benar salah,

portofolio.

Nontes meliput:

wawancara,

angket,

Diisi

contoh

rumusan

sesuai

dengan

bentuk

instrume

n yang

digunaka

n

Memu

at

alokasi

yang

diperlu

kan

untuk

mengu

asai

masing

-

masing

kompe

tensi

dasar.

Memuat

nomor atau

kode jenis

sumber

bahan yang

digunakan

beserta

halaman

yang

dirujuk.

54

Marno, Siti Kusrini & Sutiah, Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL 1) (Malang: Fakultas Tarbiyah,

2009), hlm. 146

Page 71: 06110040 nafi-fadilah-hayati

71

skan

dalam

KBK.

rinci

dalam

bentuk

materi

pembel

ajaran.

observasi. dibuat

instrume

n

penelitia

nnya.

ulangan

harian

blok,

tugas

individu,

tugas

kelompo

k, ujian

praktik,

laporan

kerja

praktik.

inventori, dan

pengalaman.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses

yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya

mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya

dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Proses penyusunan

perencanaan memerlukan pemikiran-pemikiran sistematis untuk

memproyeksikan/memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan

dalam waktu melaksanakan pembelajaran.

Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan

pelajaran adalah sebagai berikut:55

• Identitas mata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu

atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

55

Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 97-98

Page 72: 06110040 nafi-fadilah-hayati

72

• Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak

dicapai atau dijadikan tujuan dapat dikutip/diambil dari kurikulum

dan hasil belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

• Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam

rangka mencapai kompetensi dasar).

• Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran)

• Strategi pembelajaran/skenario/tahapan-tahapan proses belajar

mengajar yaitu kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus

dilakukan oleh guru dan siswa dalam berinteraksi dengan materi

pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi.

Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi:

a) Kegiatan awal

Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan

motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui

apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan

dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara, antara lain:

• Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu

Page 73: 06110040 nafi-fadilah-hayati

73

menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa

dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak

mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa.

• Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya:

Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui

bimbingan guru kepada siswa dan menciptakan suasana

pembelajaran yang demokratis dalam belajar, melalui cara dan

teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk

berkreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang

dimilikinya.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk

menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.

Kegiatan ini setidaknya mencakup: 1) pencapaian tujuan

pembelajaran; 2) penyampaian materi/bahan ajar dengan

menggunakan pendekatan dan metode, sarana dan alat/media

yang sesuai dll.; 3) pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa;

4) melakukan pemeriksaan/pengecekan tentang pemahaman

siswa.

Page 74: 06110040 nafi-fadilah-hayati

74

c) Penutup

Kegiatan penutup ini adalah kegiatan yang

memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap

penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.

Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sama dengan

siswa. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan

tindak lanjut ini adalah melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji

hasil penelitian; melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan

alternatif kegiatan diantaranya memberikan tugas atau latihan-

latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu, dan

memberikan motivasi/bimbingan belajar; dan mengakhiri proses

pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi informasi materi

pokok yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

d) Menentukan jenis penelitian dan tindak lanjut

Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari tahapan pembelajaran yang telah dilaksanakan

dan alternatif tindakan yang akan dilakukan. Beragam jenis

penilaian yang dapat digunakan misalnya tes tulis, kinerja, produk,

proyek/penugasan dan lain sebagainya tergantung dari aspek apa

Page 75: 06110040 nafi-fadilah-hayati

75

yang hendak diukur. Teknik penyampaiannya dapat diajukan

kepada siswa baik secara lisan maupun tertulis.

e) Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai

dicantumkan).

Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran56

I. Identitas Mata Pelajaran

1. Mata Pelajaran

2. Materi Pokok

3. Kelas/Semester

4. Pertemuan minggu ke

5. Alokasi Waktu

II. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar

III. Materi Pembelajaran

IV. Indikator (mencakup ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif)

V. Tujuan Pembelajaran

VI. Media/alat Pembelajaran

Alat-alat

56

Marno, Siti Kusrini & Sutiah, Op. Cit., hlm. 147

Page 76: 06110040 nafi-fadilah-hayati

76

VII. Strategi Pembelajaran/Tahapan Pembelajaran

No. Kegiatan Belajar Waktu

(menit)

Aspek life skill yang

dikembangkan

1. Pendahuluan

a. Prasyarat:

menanyakan tentang

b. Motivasi:

mengapa manusia

memerlukan?

Contoh:

- Kesadaran diri (kesadaran

eksistensi diri dan

kesadaran potensi diri)

2. Kegiatan inti - Kecakapan sosial

(kecakapan kerjasama)

- Kecakapan akademik

(melakukan percobaan)

- dst

3. Penutup

a. Menyimpulkan

b. Pemberian tugas

pokokbahasan berikutnya

- Kesadaran potensi diri

- Kecakapan akademik

VIII. Kriteria Keberhasilan

IX. Penilaian atau Tindak Lanjut

1. Prosedur Penilaian

2. Jenis Penilaian

3. Alat Penilaian (cantumkan alat penilaian yang digunakan secara utuh,

misalnya soal, tugas, atau lembar observasi)

X. Sumber Bacaan

Page 77: 06110040 nafi-fadilah-hayati

77

3) Menyusun Perangkat dan Instrumen Lain

Selain menyusun silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran, seorang guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar

mengajar, maka perlu mengetahui sekaligus menyusun instrumen lain.

Instrumen tersebut dapat berwujud keras (hardware), seperti gedung

perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan juga

lunak (software), seperti kurikulum, bahan/program yang harus

dipelajari, pedoman belajar, prota, promes, dsb.

4) Analisis Strategi Pembelajaran dalam Manajemen Kelas

Keputusan untuk menskenariokan serangkaian kegiatan

pembelajaran secara tertentu merupakan keputusan strategis.

Maksudnya dilakukannya pengaturan pelbagai faktor yang komplek

guna pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Banyaknya

faktor yang harus dipertimbangkan di dalam mengambil keputusan

pembelajaran, secara sadar dilatarbelakangi oleh estimasi dampak yang

harus dicapai dan/atau dihindarkan adalah profesionalitas pekerjaan

mengajar yang mesti dipikul oleh guru sebagai seorang manajer

pembelajaran sekaligus sebagai desainer pembelajaran.

Page 78: 06110040 nafi-fadilah-hayati

78

Dalam pendidikan, strategi merupakan cara-cara atau teknik

yang dikembangkan oleh guru guna menunjang berlangsungnya proses

belajar mengajar.

Dalam pembelajaran, istilah strategi diartikan sebagai suatu

pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi kegiatan

pembelajaran.57

Pandangan strategi menekankan pada perencanaan

dan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Strategi pembelajaran

ini berkaitan dengan kemungkinan variasi pola dan karakteristik yang

berbeda macamnya dan sekuensinya secara prinsipil antara yang satu

dengan yang lain.

5) Pengembangan Sumber Belajar dan Bahan Ajar58

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan

dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu

siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.

Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Tempat atau lingkungan alam sekitar, misalnya perpustakaan, pasar,

museum, sungai, gunung, kolan ikan, dll.

57

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 32

58

Abdul Majid, Op. Cit, hlm. 169

Page 79: 06110040 nafi-fadilah-hayati

79

b) Segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah

laku terhadap peserta didik, misalnya internet, candi, benda-benda

peninggalan sejarah, dll.

c) Manusia/orang, yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu

dimana peserta didik dapat belajar sesuatu kepadanya, misalnya

guru, dokter, ahli geologi, polisi, ibu rumah tangga, dll.

d) Buku bacaan, misalnya buku pelajaran, kamus, ensiklopedi, buku

teks, buku fiksi, dll.

e) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kriminal,

peristiwa bencana, peristiwa pemilu, dll.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik

maupun bagi guru jika sumber belajar diorganisir melalui satu

rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya

sebagai sumber belajar.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Dengan

bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi

atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara

Page 80: 06110040 nafi-fadilah-hayati

80

akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan

terpadu.

Bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat59

,

yaitu:

a) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar

kerja siswa, foto/gambar, brosur, model, leaflet, dll.

b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact

disk, film,dll.

d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact

disk interaktif.

7. Pelaksanaan Manajemen Kelas

a. Analisis Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas

Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan

oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses

belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat

berupa pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik

59

Ibid, hlm. 174

Page 81: 06110040 nafi-fadilah-hayati

81

maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik

rasa nyaman dan aman untuk belajar.60

Tindakan lain dapat berupa

tindakan korelatif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang

dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung.

Dimensi korelatif dapat terbagi menjadi dua yaitu tindakan

yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi

pencegahan dan tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah

laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut

tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat berupa tindakan guru

dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan

sosio-emosional.

b. Iklim/Suasana Kelas

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar

sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi

fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada

kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam

menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa.

60

Ibid,, hlm. 127

Page 82: 06110040 nafi-fadilah-hayati

82

Suasana kelas ini mempunyai pengaruh positif terhadap

pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana kelas ini terkait dengan hal-hal

sebagai berikut:61

1) Ruang Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

harus memungkinkan siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan

dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang

lainnya saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruang kelas

tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan

kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya

menggunakan hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan. Dalam

pengaturan ruang kelas harus diusahakan memenuhi ukuran 8 m x 7

m.62

2) Pengaturan Tempat Duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat

mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan

mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Ada

61

Abdul Majid, Op. Cit, hlm. 167

62

Ibid,, hlm. 169

Page 83: 06110040 nafi-fadilah-hayati

83

berbagai macam bentuk pengaturan tempat duduk yang disesuaikan

denga kebutuhan aktivitas dalam proses belajar mengajar yaitu o-

shape, u-shape, v-shave, theater, dan acak.

O-shape, bentuk tempat duduk di dalam kelas dimaksudkan

agar peserta didik dapat mendengarkan informasi dari guru secara

utuh, karena suara guru lebih mudah dijangkau dan memudahkan guru

berinteraksi dengan semua siswa.

U-shape, bentuk pengaturan tempat duduk ini biasanya

digunakan pada saat diskusi panel dengan dibagi menjadi tiga

kelompok. Gunanya agar diskusi menjadi lebih efektif dan efisien.

V-shape, bentuk tempat duduk seperti ini cocok untuk

pembelajaran yang membutuhkan kreatifitas siswa, misalnya pelajaran

membaca al-Quran, seni lukis dan seni musik. Dengan pengaturan

seperti ini diharapkan siswa dapat mengikutinya dengan baik.

Theater, model tempat duduk ini model yang sering dijumpai

di dalam kelas. Model tempat duduk ini juga dapat digunakan dalam

ujian, karena memungkinkan siswa bekerja dengan hasil sendiri.

Acak, tempat duduk seperti ini digunakan pada saat kegiatan

belajar mengajar yang berlangsung tidak membutuhkan konsentrasi

tinggi, misalnya melihat film dan video (mempunyai nilai pendidikan).

Page 84: 06110040 nafi-fadilah-hayati

84

Hal ini dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas sehingga siswa tidak

bosan dalam belajar.

SETTING KELASU-SHAPE

V-SHAPE

O-SHAPE

THEATER ACAK

3) Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan merupakan aset penting untuk

terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi

harus cukup menjamin kesehatan siswa.

4) Pengaturan Penyimpanan Barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang

mudah dicapaibila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan

Page 85: 06110040 nafi-fadilah-hayati

85

belajar. Selain itu, barang-barang seperti buku pelajaran, alat peraga,

pedoman kurikulum, jurnal kelas ditempatkan pada tempat yang tidak

mengganggu gerak kegiatan siswa.

Penataan ruang dan fasilitas yang ada di dalam kelas harus

mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar,

sehingga siswa merasa senang untuk belajar.

c. Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus

dilalui/dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam konteks pendidikan, metode adalah suatu cara yang dipergunakan

untuk mentransformasikan isi atau bahan pendidikan dari guru kepada

peserta didik.63

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh

guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat

melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh

karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode

63

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2008), hlm.

131

Page 86: 06110040 nafi-fadilah-hayati

86

yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa

menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

d. Penggunaan Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara

harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab,

media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media. Dalam proses belajar mengajar, media

cenderung didefinisikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.64

Adapun penggunaan media dalam pembelajaran sebagai

berikut:

1) Media Berbasis Manusia

Media berbasis manusia merupakan media tertua yang

digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Media ini bermanfaat

khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara

langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa.

64

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 3

Page 87: 06110040 nafi-fadilah-hayati

87

2) Media Berbasis Cetakan

Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum

dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan

lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang

perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsisten, format,

organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan ruang (spasi)

kosong.

3) Media Berbasis Visual

Media berbasis visual memegang peran sangat penting dalam

KBM. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan membantu

memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa

dan dapat memberikan hubungan antara isi materi dan dunia nyata.

Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi, misal

gambar lukisan, foto; (b) diagram; (c) peta; (d) grafik seperti tabel,

grafik, bagan. Lebih baik lagi, mengusahakan visual itu sesederhana

mungkin agar mudah diproses dan dipelajari.

4) Media Berbasis Audio-Visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara

memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu

pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah

Page 88: 06110040 nafi-fadilah-hayati

88

penulisan naskah dan stroryboard yang memerlukan persiapan yang

banyak, rancangan, dan penelitian.

5) Media Berbasis Komputer

Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda

dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai

manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama

Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer

sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi

penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.

Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI).65

e. Pola Interaksi

Interaksi merupakan bentuk komunikasi guru dan siswa dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Interaksi yang terjadi

haruslah interaksi edukatif66

yang menarik dan menyenangkan sehingga

kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pengkomunikasian harus selalu terjalin antara guru dan

wali kelas dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang

dinamis. Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara

65

Ibid., hlm. 96-97

66

Ahmad Rohani. Op. Cit., hlm. 93

Page 89: 06110040 nafi-fadilah-hayati

89

formal dalam acara rapat, musyawarah, diskusi dan dapat berlangsung

secara informal melalui kontak antar pribadi dalam setiap kesempatan di

dalam dan di luar sekolah.

Iklim hubungan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan

siswa, guru dengan guru, dan antara pimpinan sekolah akan menciptakan

gairah dan kegembiraan belajar siswa sehingga mereka memiliki motivasi

kuat dan keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. Selain

interaksi antar personal, harus terjalin pula pola interaksi/hubungan yang

baik antar guru dengan materi pelajaran, yakni guru berkompeten dalam

mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung efektif, dan

interaksi antra siswa dengan materi pelajaran, yakni siswa aktif dan rajin

belajar.

Tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam kegiatan formal di sekolah sangat bergantung pada kondisi

yang tercipta pada interaksi antarpersonal. Oleh karena itu, interaksi

antarpersonal tersebut harus dikondisikan dengan kondusif.67

67

Muhammad Saroni. Op. Cit., hlm. 111

Page 90: 06110040 nafi-fadilah-hayati

90

8. Evaluasi Manajemen Kelas

Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan,

dan penentuan nilai.68

Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perubahan

perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan

dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan

pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur kinerja

yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan

yang memuaskan), serta penilaian program.69

Berbeda dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K., mengatakan

bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,

sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna

mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan

mengembangkan kemampuan belajar.70

68

Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op. Cit., hlm. 163

69

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

hlm. 108

70

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 50

Page 91: 06110040 nafi-fadilah-hayati

91

Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui tujuan

penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

a. Tujuan Umum dari Evaluasi adalah:

1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid

dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang

didapat.

3) Menilai metode mengajar yang digunakan.

b. Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah:

1) Merangsang kegiatan siswa.

2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.

3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan

dan bakat siswa yang bersangkutan.

4) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang

diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.

Page 92: 06110040 nafi-fadilah-hayati

92

5) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode

mengajar.71

C. Efektifitas Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Efektifitas Proses Belajar Mengajar

Jika dilihat dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang

berbeda, yakni efektifitas dan pembelajaran. Makna dari efektifitas itu

sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.72

Sedangkan Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana

kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik

yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai

pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan

guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan

pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-

sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan

siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.

Organisasi (pembelajaran di kelas) yang betul-betul efektif adalah

organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja

71

Ibid., hlm. 50-51

72

Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op.Cit., hlm. 128

Page 93: 06110040 nafi-fadilah-hayati

93

tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi

juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak

secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.73

Apabila pembelajaran dirancang untuk mencapai suatu tujuan belajar

tertentu (a specific learning objective), maka pembelajaran itu mungkin akan

lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa,

sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan

oleh si belajar dapat dipermudah/difasilitasi.

Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat

memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui

penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu

memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang

diharapkan.

Selain itu pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

mampu melahirkan proses belajar mengajar yang berkualitas, yaitu proses

73

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), hlm. 8

Page 94: 06110040 nafi-fadilah-hayati

94

belajar mengajar yang melibatkan partisipasi dan penghayatan peserta didik

secara intensif.74

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses Belajar Mengajar

a. Faktor raw input (yakni faktor murid itu sendiri), dimana tiap anak

memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :

1) kondisi fisiologis (tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-

fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera)75

2) kondisi psikologis (kondisi kejiwaan)

b. Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan

alami maupun lingkungan sosial.

c. Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari:

1) kurikulum

2) program/bahan pembelajaran

3) sarana dan fasilitas

4) guru (tenaga pengajar).

Faktor pertama disebut sebagai faktor dari dalam, sedangkan

faktor kedua dan ketiga sebagai faktor dari luar.

74

Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 161

75

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008), hlm. 235

Page 95: 06110040 nafi-fadilah-hayati

95

Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor dari luar (Eksternal)

1) Faktor Environmental Input (Lingkungan)76

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan

lingkungan sosial.

Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti

keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada

keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar

dalam keadaan udara yang panas dan pengap.

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal

lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang

yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan

konsentrasi tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk,

bercakap-cakap didekatnya dengan suara keras,dsb.

2) Faktor-faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

76

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005),

hlm. 105

Page 96: 06110040 nafi-fadilah-hayati

96

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.

Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras

(hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum,

perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti

kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar,

dsb.

b. Faktor dari dalam (Internal)

Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun psikologis

anak.

1) Kondisi Fisiologis Anak

Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb

akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping

kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi

pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.

Page 97: 06110040 nafi-fadilah-hayati

97

Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka

dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai

penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat

peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru

yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan

pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya.

2) Kondisi Psikologis Anak

Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang

dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar77

:

a) Minat

Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar.

Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia

tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam

mempelajari hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang

mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan

akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik

minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan

usaha mereka.

b) Kecerdasan

77

Ibid., hlm. 107

Page 98: 06110040 nafi-fadilah-hayati

98

Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan

memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya

seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program

pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih

mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan

seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat

tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan

dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang

terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ).

c) Bakat

Disamping intellegensi, bakat merupakan faktor yang besar

pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara

definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai

prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan

yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan

program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan di luar

jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan

sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.

Seorang guru berkewajiban memberikan bimbingan kepada

Page 99: 06110040 nafi-fadilah-hayati

99

peserta didik secara rutin dan berkesinambungan terkait dengan

bakat yang dimiliki peserta didik.78

d) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang terbentuk di dalam

individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat

ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Artinya, motivasi terbentuk

oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar

individu.79

Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif,

yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri

orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang

lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat

rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif

dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada

motif ekstrinsik.

e) Kemampuan-kemampuan Kognitif

Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga

tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek

78

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

hlm. 113

79

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 131

Page 100: 06110040 nafi-fadilah-hayati

100

afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari,

bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan

untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan

aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap

dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah.

Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor

penting dalam belajar siswa/peserta didik.

Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan

seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir.

Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan

hasil belajar seperti diuraikan di atas, maka hal penting yang harus

dilakukan bagi para pendidik, guru, orang tua, dsb adalah

mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal

mungkin.80

3. Unsur-unsur Efektifitas Proses Belajar Mengajar

a. Bahan Belajar

Bahan belajar adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang

terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna membentuk siswa

80

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Op. Cit., hlm. 111

Page 101: 06110040 nafi-fadilah-hayati

101

seutuhnya.81

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi

pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan

metode pemerolehan.

b. Suasana Belajar

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar

sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi

fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada

kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam

menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa.

c. Media dan Sumber Belajar

Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan

mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata,

museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni,

sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan didekat sekolah. Disamping

itu, buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga telah

tersedia semakin baik dan berkembang maju.

Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat

program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar

81

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Op. Cit., hlm. 3

Page 102: 06110040 nafi-fadilah-hayati

102

diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan untuk meningkatkan

kegiatan belajar-mengajar, sehingga mutu hasil belajar semakin

meningkat.

d. Guru sebagai Subyek Pembelajar

Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai subyek pembelajar,

guru berhubungan/berinteraksi secara langsung dengan siswa.

Sebagaimana mestinya setiap individu mempunyai karakteristik, motivasi

belajar siswa yang berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka guru dapat

menggolongkan motivasi belajar siswa dengan melakukan penguatan-

penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi

berprestasi, dan motivasi intrinsik siswa. Selain itu, seorang guru perlu

memahami perannya di dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut

diantaranya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasihat, pelatih,

innovator dan tentunya sebagai suri tauladan bagi siswa-siswinya.82

4. Komponen Belajar Mengajar

a. Tujuan

Tujuan dalam pendidikan dan pembelajaran adalah suatu cita-cita

yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah

82

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 36

Page 103: 06110040 nafi-fadilah-hayati

103

nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan

sosialnya maupun di luar sekolah.

Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi

komponen pembelajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, Kegiatan

Belajar Mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari

semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk

mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

Tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku

(performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari

bahan pelajaran yang kita ajarkan.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam

proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka proses belajar

mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan

bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan

pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang

menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan

profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/

penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan

Page 104: 06110040 nafi-fadilah-hayati

104

seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan

pelajaran pokok.

Bahan pelajaran ini merupakan segala bentuk bahan yang tertulis

maupun tidak tertulis yang menjadi salah satu informasi atau sumber

belajar bagi siwa.83

Bahan yang disebut sebagai sumber belajar

(pembelajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan

pembelajaran.

Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau pengembang

kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang

topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada

usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan

bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka

inginkan.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan.

Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen

pembelajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan

anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai

83

Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 173

Page 105: 06110040 nafi-fadilah-hayati

105

mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya

berperan sebagai motivator dan fasilitator.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan

perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual,

dan psikologis. Kerangka demikian, dimaksudkan agar guru mudah dalam

melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.

Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan merapatkan hubungan

guru dengan anak didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan

Mastery Learning yang merupakan salah satu strategi belajar-mengajar

pendekatan individual.84

d. Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus

dilalui/dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam konteks pendidikan, metode adalah suatu cara yang dipergunakan

untuk mentransformasikan isi atau bahan pendidikan dari guru kepada

peserta didik.85

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh

guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat

84

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Op. Cit, hlm. 132

85

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2008), hlm.

131

Page 106: 06110040 nafi-fadilah-hayati

106

melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh

karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode

yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa

menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

e. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru ketika

mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang

disampaikannya kapada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada

diri siswa.86

Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai

tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan,

pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai

tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu

pembelajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,

perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pembelajaran adalah

berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.

f. Sumber Belajar

Drs. Sudirman N, dkk mengemukakan macam-macam sumber

belajar sebagai berikut:

86

Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 31

Page 107: 06110040 nafi-fadilah-hayati

107

1) Manusia (people)

2) Bahan (materials)

3) Lingkungan (setting)

4) Alat dan Perlengkapan (tool and equipment)

5) Aktivitas (activities) meliputi: pembelajaran berprogram, simulasi,

karyawisata, sistem pembelajaran modul. Sedangkan aktivitas sebagai

sumber belajar, biasanya meliputi: tujuan khusus yang harus dicapai

oleh siswa, materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari, aktivitas

yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.87

g. Evaluasi

Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan,

dan penentuan nilai.88

Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perubahan

perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat

dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir

satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur

87

Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 49

88

Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op. Cit., hlm. 163

Page 108: 06110040 nafi-fadilah-hayati

108

kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu

keunggulan yang memuaskan), serta penilaian program.89

Berbeda dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K.,

mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-

luasnya, sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna

mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong

dan mengembangkan kemampuan belajar.90

Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui

tujuan penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus.

1) Tujuan Umum dari Evaluasi adalah:

a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid

dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang

didapat.

c) Menilai metode mengajar yang digunakan.

2) Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah:

a) Merangsang kegiatan siswa.

89

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

hlm. 108

90

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 50

Page 109: 06110040 nafi-fadilah-hayati

109

b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.

c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.

d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang

diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.

e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode

mengajar.91

5. Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar

Organisasi (pembelajaran di kelas) yang betul-betul efektif adalah

organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja

tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi

juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak

secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.92

Ada asumsi bahwa manajemen kelas yang baik merupakan hasil sadar

atas peranan guru untuk mengintegrasikan manajemen interaksi (belajar

mengajar) dengan perencanaan interaksi pembelajaran. Perpaduan ini

seringkali menghasilkan persoalan dalam masalah disiplin. Interaksi belajar

mengajar dan manajemen hakikatnya tidak terpisah, tetapi lebih merupakan

91

Ibid., hlm. 50-51

92

Aan Komariah & Cepi Triatna, Op. Cit., hlm. 8

Page 110: 06110040 nafi-fadilah-hayati

110

dua komponen utama yang harus dibangun satu dengan lainnya jika

menginginkan tercapainya kelas yang harmonis.

Dengan kata lain, manajemen kelas merupakan keterampilan guru

dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Yang termasuk dalam hal ini

misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian

kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh

siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga

hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan siswa dengan

siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas

yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar

mengajar yang efektif.93

Jadi keterampilan guru yang efektif yaitu akan mengawasi perilaku

siswa dengan waktu yang baik, dengan memberikan pertanyaan yang baik,

atau jenis pengalaman pembelajaran. Pengawasan itu justru bisa efektif

93

Moh. Uzer Usman. Op. Cit., hlm. 97

Page 111: 06110040 nafi-fadilah-hayati

111

sebagai tindakan manajemen kelas secara langsung. Meskipun pembelajaran

dan manajemen dilakukan berbeda, keduanya saling melengkapi dan

berinteraksi dalam cara-cara yang produktif. Guru juga menyusun

perencanaan pembelajaran. Selanjutnya memimpin dalam proses

pembelajaran, memotivasi dalam belajar, dan selanjutnya mengawasi atau

mengevaluasi hasil belajar. Semua itu adalah tindakan manajemen kelas yang

dipadukan untuk mencapai efektifitas pembelajaran.

Page 112: 06110040 nafi-fadilah-hayati

112

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Status : Swasta ( terakreditasi )

2. Alamat Sekolah

Provinsi : Jawa Timur

Kabupaten/Kota : Malang

Kecamatan : Kepanjen

Desa : Kepanjen

Jalan : Jl. K.H.Akhmad Dahlan 34 Kepanjen

Kode Pos : 65163

Telpon/Fax : ( 0341 ) 395284

E-mail/Website: [email protected]/wwwsmamuhammadiyahkepanjen

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Page 113: 06110040 nafi-fadilah-hayati

113

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.94

Selanjutnya,

penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan

menempuh langkah-langkah menghimpun informasi/pengumpulan data,

klasifikasi, dan analisis data, interpretasi, membuat kesimpulan dan laporan.95

Hal ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang

sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan

metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping itu

juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat

komperatif dan korelatif. Maka, peneliti akan menggambarkan/memaparkan

data-data yang telah diperoleh berkaitan dengan “Manajemen Kelas dalam

Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di

SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.

94

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.

4

95

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 76

Page 114: 06110040 nafi-fadilah-hayati

114

C. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama,

yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data.

Sebagai pelaksana, peneliti melaksanakan penelitian ini di SMA Muhammadiyah

1 Kepanjen Malang pada manajemen kelas dalam proses belajar mengajar.

Peneliti berperan sebagai pengamat untuk mengamati bagaimana perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

manajemen kelas dalam proses belajar mengajar.

Dalam penelitian kulitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan alat pengumpul data utama. Sebagaimana dikatakan oleh Lexy

Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia

sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Page 115: 06110040 nafi-fadilah-hayati

115

Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi

segalanya dari keseluruhan proses penelitian.96

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

D. Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data-data dari dua sumber,

yaitu:

1. Data primer adalah data yang langsung dan diperoleh dari sumber data oleh

peneliti untuk tujuan yang khusus.97

Data ini merupakan sumber asli yang

dapat memberikan data secara langsung dari tangan pertama, baik

berbentuk dokumen maupun sebagai peninggalan lain. Dalam hal ini, peneliti

memperoleh data secara langsung, mengamati dan mencatat kejadian/

peristiwa melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara), serta

dokumentasi.

96

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.

168

97

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 163

Page 116: 06110040 nafi-fadilah-hayati

116

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua atau dari

tangan yang kesekian.98

Data ini sebagai hasil penggunaan sumber-sumber

lain, tidak langsung merupakan dokumen historis yang murni, ditinjau dari

kebutuhan penyelidikan. Maka, dalam hal ini peneliti memperoleh data dari

data-data yang telah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah yang

akan diteliti lebih lanjut, melalui literature atau bibliografi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, penulis menggunakan Field

Research (penelitian lapangan). Adapun dalam penelitian ini, penulis

menggunakan Observasi (pengamatan), Interview (wawancara), serta

Dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan)

Metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang

fenomena-fenomena sosial, dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan

dan pencatatan. Di dalam pengertian psikologik, observasi (pengamatan)

meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera, baik itu melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba dan pengecap. Dalam artian penelitian observasi dapat

98

Ibid., hlm. 163

Page 117: 06110040 nafi-fadilah-hayati

117

dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, maupun rekaman

suara.99

Secara garis besar, dalam penelitian ini peneliti/pengamat sebagai

partisipan, artinya bahwa peneliti merupakan bagian yang integral dari

situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi

situasi tersebut dalam kewajarannya.100

Metode ini digunakan untuk

memperoleh data tentang manajemen kelas dalam proses belajar mengajar

PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.

2. Interview (Wawancara)

Metode interview merupakan suatu percakapan, tanya-jawab lisan

antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan

diarahkan pada suatu masalah tertentu. Interview (wawancara) dapat

dikatakan pula sebagai bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang

bertujuan memperoleh informasi.101

Wawancara dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.102

Maka, dengan interview tersebut diharapkan dapat memperoleh

jawaban/keterangan dari responden sesuai dengan tujuan penelitian. Ditinjau

99

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 128

100

S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 107 101

Ibid., hlm. 113

102

Lexy J. Moleong, Op. Cit., 186

Page 118: 06110040 nafi-fadilah-hayati

118

dari pelaksanaannya, peneliti menggunakan model interview bebas terpimpin,

yang merupakan kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin,

dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan

data apa yang akan dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan,

serta berupaya untuk menciptakan suasana santai tapi tetap serius dan

sungguh-sungguh.103

Peneliti menggunakan metode ini untuk mendapatkan

informasi mengenai manajemen kelas dari Kepala Sekolah, Guru PAI, serta

siswa kelas XI yang mewakili.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang

tertulis. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai teknik

pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa transkrip, buku-buku, majalah, dokumen, surat kabar, prasasti,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.104

Metode ini digunakan

untuk memperoleh data tentang latar belakang SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen Malang, yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi-misi dan

tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan siswa-siswi, serta

keadaan sarana dan prasarana yang tersedia.

103

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 128 104

Ibid., hlm. 131

Page 119: 06110040 nafi-fadilah-hayati

119

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa

data-data yang diperoleh dari penelitian. Menganalisis data merupakan suatu

langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola

analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah analisis

non-statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan analisis non-statistik sesuai untuk data

deskriptif atau data textular yang tidak diwujudkan dalam bentuk angka.

Dalam penerapannya, metode deskriptif ini melalui beberapa

tahapan, yaitu identifikasi, klasifikasi, kemudian diinterpretasikan. Metode

deskriptif kualitatif, diartikan sebagai metode dengan memaparkan dan

menafsirkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang

terkait serta pengamatan tentang situasi yang dialami berkaitan dengan

kegiatan, pandangan, sikap yang tampak maupun proses yang sedang bekerja.

Dalam hal ini, peneliti akan terjun secara langsung di lapangan dan

mengalami situasi yang terjadi selama proses belajar mengajar PAI berlangsung,

berkaitan dengan manajemen kelas di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Malang. Disamping itu, juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan data,

dimana semua data yang telah diperoleh di lapangan dibaca, dipahami,

kemudian dibuat ringkasannya. Setelah data terkumpul, kemudian data

Page 120: 06110040 nafi-fadilah-hayati

120

dianalisis lebih lanjut secara intensif. Maka, dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif ini, penulis dapat menyajikan data yang ada, baik dengan

informasi maupun analisis tanpa perlu merumuskan hipotesis.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap

pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih

kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi

pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat data yang tidak

relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi

di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi.

Moloeng berpendapat bahwa: Dalam penelitian diperlukan suatu

teknik pemeriksaan keabsahan data105

. Sedangkan untuk memperoleh

keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik

sebagai berikut:

1. Presistent Observation (Ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan observasi

secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih

mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi

penelitian.

105

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.

324.

Page 121: 06110040 nafi-fadilah-hayati

121

2. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data.

3. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif.

4. Peerderieting (Pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang dimaksud

dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan

dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh

dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

H. Tahap –Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan atau evaluasi

diri. Artinya peneliti mengamati kenyataan yang ada di lapangan. Dalam

analisis kebutuhan ini dilakukan pendataan mengenai mengapa, bagaimana

dan apa saja yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Page 122: 06110040 nafi-fadilah-hayati

122

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah:

1) Wawancara dengan Kepala Sekolah.

2) Wawancara dengan Guru Keislaman.

3) Wawancara dengan siswa kelas XI yang mewakili.

4) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.

5) Menelaah teori-teori yang relevan.

b. Mengidentifikasi Data

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi

diidentifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai

dengan tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.

b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Page 123: 06110040 nafi-fadilah-hayati

123

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Identitas Objek Penelitian

a. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Status : Swasta ( terakreditasi )

b. Alamat Sekolah :

Provinsi : Jawa Timur

Kabupaten/Kota : Malang

Kecamatan : Kepanjen

Desa : Kepanjen

Jalan : Jl. K.H.Akhmad Dahlan 34 Kepanjen

Kode Pos : 65163

Telpon/Fax : ( 0341 ) 395284

E-mail/Website :

[email protected]/wwwsmamuhammadiyahkepanjen

2. Sejarah Berdirinya Objek Penelitian

Page 124: 06110040 nafi-fadilah-hayati

124

Pada tahun 1977 pendidikan tingkat lanjutan (SMA) di wilayah

Kepanjen sangat minim. Lembaga pendidikan yang saat itu ada adalah SMA

Negeri Kepanjen dan SMAK. Melihat kondisi yang seperti itu maka muncul

keinginan atau gagasan dari PCM Kepanjen untuk mendirikan sekolah tingkat

menengah yaitu SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen yang terletak di Jl. KH. A.

Dahlan No. 34. Walau sebenarnya di Kepanjen sudah berdiri SPG

Muhammadiyah di perguruan Efendi. Namun berkat usaha yang maksimal

maka SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen dapat berdiri dan membuka

pendaftaran siswa baru pada tahun 1978.

Adapun Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen:

1. Periode 1978/1989 : Moh. Fadjer Syuaib, BA

2. Periode 1989/1994 : Drs. Samlah

3. Periode 1994/1996 : Drs. Wahyu Sutrisno,M.Pd

4. Periode 1996/2000 : Dra. Niniek Emawatie

5. Periode 2000/2004 : Drs. Moch. Nurfadholi

6. Periode 2004/…… : Hari Mulyadi, S.Pd

Itulah sejarah singkat berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen,

yang terus berkembang seiring waktu berjalan dan kini SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen telah ditetapkan menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN)

mulai tahun ajaran baru 2009-2010.

Page 125: 06110040 nafi-fadilah-hayati

125

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

a. Visi

Perkembangan dan tantangan masa depan seperti:

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat

cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua

terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus

peluang itu. SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen memiliki citra moral yang

menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang yang

diwujudkan dalam visi sekolah sebagai berikut: ”Semangat Berinovasi

Kompetitif Melalui Keseimbangan Penguasaan Iptek dan lmtaq”.

b. Misi

Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang

berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai

dengan norma dan harapan masyarakat. Untuk mewujudkannya, Sekolah

menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam misi

menyelenggarakan pendidikan yang seimbang baik di bidang IPTEK

maupun IMTAQ dengan mewujudkan:

1) Lingkungan pembelajaran yang kondusif, bersih, asri, nyaman, dan

agamis, dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

Page 126: 06110040 nafi-fadilah-hayati

126

2) PBM yang berorientasi pada Student Active Learning, Fullday Learning

dan bimbingan belajar serta efektifitas pembinaan ekstrakurikuler.

3) Pemberdayaan masjid sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan

sholat berjamaah, dan tartil Al-Qur`an.

4) Perilaku sopan dan kekeluargaan serta menjalin kerjasama dengan

perserikatan dan masyarakat.

5) Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan bernalar sehat

kepada para peserta didik, guru dan karyawan sehingga berkemauan

kuat untuk terus maju.

6) Meningkatkan profesionalisme, dan komitmen guru.

7) Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

pembelajaran dan administrasi sekolah.

8) Mengembangkan kewirausahaan sebagai keterampilan siswa.

c. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional

adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut. Adapun tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Mempersiapkan sarana dan prasarana serta peserta didik yang

bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Page 127: 06110040 nafi-fadilah-hayati

127

2) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang

berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi.

3) Membekali peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4) Membekali peserta didik agar memiliki etika pergaulan baik kepada

guru dan lingkungan masyarakat.

5) Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi

informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara

mandiri.

6) Menanamkan sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi

7) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.

8) Meningkatkan dan mengembangkan Sofskill siswa secara maksimal.

4. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Diknas Yayasan

Muhammadiyah

Kepala Sekolah

Hari Mulyadi, S.Pd

Komite

Page 128: 06110040 nafi-fadilah-hayati

128

5. Keadaan Guru & Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

NO NAMA TUGAS MENGAJAR STATUS

1 Hari Mulyadi, S.Pd Bahasa Indonesia GTY

2 Drs. Edy Wiyono PPkn GTY

3 Roufur Rozi, S.PdI Al Islam GTY

4 Drs. Moch. Nurfadloli Matematika PNS

5 Mas'amah, S.Pd Bahasa Inggris GTY

6 Gianto,S.Pd Penjaskes GTY

7 Dra. Titik Sri Endahwati Sosiologi GTY

8 Dra. Endang Sriwinarti Biologi GTY

9 Pribadi Luhur, S.Ag Bahasa Arab GTY

10 Nurul Rochmarini, S.Pd. Bahasa Indonesia GTY

11 Dra. Nyariati Geografi GTY

12 Sigit Dwi Purwanto, S.Pd PKn GTY

13 Drs. Suwardi, M.Pd Fisika GTY

14 Subekti Andarbeni, S.Pd. Matemaika GTY

15 Drs. Julianto Kimia GTY

16 Muh. Ibrahim, S.Ag Kemuhammadiyahan GTY

17 Dra. Jubaidah Efiati Ekonomi GTY

18 Mulyono TIK GTY

19 Drs. Moh. Sugeng W. Penjaskes GTY

Tata Usaha

Wk.

Kurikulum

Drs. Moch.

Fadholi

Wk.

Kesiswaan

Mas’amah,

S.Pd

Wk. Humas

Dra. Titik Sri

Endahwati

Wk. Sapras

Drs. Julianto

Bendahara

Sigit Dwi

Purwanto, S.Pd

Guru

Siswa-siswi

Page 129: 06110040 nafi-fadilah-hayati

129

20 Rini Astini, S.Pd Seni Budaya GTY

21 Wildan Hamidy, S.Sn TIK GTY

22 Ai Mulyani Az zahra, S.Hum Bahasa Inggris GTY

23 Vickin Lukmanto, S.Pd Ekonomi GTY

24 Rupi'ani TU PTY

25 Putranto Arif TU PTY

26 Sarkam Adiono Pesuruh PTY

27 Amin Pesuruh PTY

28 Irul Muhaiminim Petugas Koperasi PTY

29 Diah Ayu Ermawati Petugas Perpustakaan PTY

30 Muhammad Hasanuddin Petugas Bank SMUMDA PTY

6. Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Kelas Jumlah Jumlah Laki-laki Perempuan

X 16 27 43

XI-IPA 2 29 31

XI-IPS 22 19 41

XII-IPA 15 19 33

XII-IPS 11 18 29

JUMLAH 64 109 178

7. Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

MATA PELAJARAN KKM

Pendidikan Agama

a. Al - Islam

b. Kemuhammadiyahan

80

80

Page 130: 06110040 nafi-fadilah-hayati

130

Pendidikan Kewarganegaraan 75

Bahasa Indonesia 75

Bahasa Inggris 75

Matematika 70

Fisika 70

Biologi 70

Kimia 70

Sejarah 70

Geografi 75

Ekonomi 75

Sosiologi 75

Seni Budaya 80

Penjaskes 80

TIK 75

Muatan Lokal

1. Bahasa Arab

2. Desaingrafis

75

80

Pengembangan Diri )* 75

8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen106

a. Tanah dan Halaman

Tanah sekolah sepenuhnya milik amal usaha. Luas areal seluruhnya

6.350 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 667 m.

Keadaan Tanah SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Status : Milik Yayasan

Luas Tanah : 6.350 m2

Luas Bangunan : 2768 m2

Pagar : 667m

106

Data diperoleh dari Kepala Sekolah, Hari Mulyadi, S.Pd (Kamis, 18 Maret 2010, pukul 12.45-13.00 WIB)

Page 131: 06110040 nafi-fadilah-hayati

131

Halaman : 450 m2

Lapangan Olah Raga : 324 m2

Lain – lain : 2,808 m2

b. Gedung Sekolah

Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah

ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.

Keadaan Gedung SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Luas Bangunan : 2768 m2

Ruang Kepala Sekolah : 1 Baik

Ruang TU : 1 Baik

Ruang Guru : 1 Baik

Ruang Kelas : 7 Baik

Ruang Lab. IPA : 1 Baik

Ruang Perpustakaan : 1 Cukup

Ruang Serba Guna : 1 Baik

Masjid : 1 Baik

Ruang Lab. Komputer : 1 Baik

Ruang Multimedia : 1 Cukup

Ruang Musik : 1 Cukup

B. Paparan dan Analisis Data

1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Page 132: 06110040 nafi-fadilah-hayati

132

Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki

oleh seorang guru dalam merumuskan, memahami, mendiagnosis, dan

kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis dengan

tujuan agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. Manajemen

kelas sangat identik dengan salah satu fungsinya, yaitu perencanaan

(Planning) pembelajaran yang sangat membantu berlangsungnya proses

belajar mengajar. Adapun perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen sebagai berikut:

a. Analisis Masalah Manajemen Kelas

Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila

ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi,

sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi dengan

penanggulangan yang tepat pula.

1) Masalah individual

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 11 Maret 2010 dan hari Senin tanggal 15 Maret 2010 pukul

07.00-08.15 WIB, diperoleh hasil observasi mengenai masalah-masalah

yang terkait dengan individu masing-masing siswa, yaitu siswa tidak

Page 133: 06110040 nafi-fadilah-hayati

133

mempunyai buku pegangan sendiri sehingga ia bergabung dengan

siswa lain yang mempunyai buku pegangan. Ada juga yang terpaksa

berdiam saja sambil mendengarkan penjelasan dari guru di bangku

tempat ia duduk. Masalah ini juga ditemukan dalam teori T. Raka Joni

yang menyatakan bahwa salah satu masalah individu yang terjadi di

dalam kelas ialah peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama

sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya

kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

Yang kedua, kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap

pelajaran yang sedang dibahas. Ada yang melamun, ada juga yang

memainkan alat tulisnya dengan pelan-pelan. Kemudian selanjutnya,

siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Singkat kata, siswa pasif saat pembelajaran

berlangsung. Masalah-masalah ini sama halnya dengan yang

diungkapkan oleh Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI yaitu:

”Faktor-faktor penghambat yang ada di kelas ketika

pelaksanaan proses belajar mengajar yang paling utama

adalah kurangnya buku-buku pegangan dan penunjang,

kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap pelajaran dan

siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan”.107

107

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 134: 06110040 nafi-fadilah-hayati

134

Selain itu, ada juga yang berusaha menarik perhatian teman

sebangkunya untuk ikut kegiatan kecil yang dia lakukan saat itu. Entah

diajak berbincang-bincang, berbisik-bisik, menggoda teman

sebangkunya dengan menggelitik, mengajak temannya bercanda,

sengaja menjatuhkan alat tulis ke lantai sehingga dapat menarik

perhatian orang lain, dan sebagainya.

2) Masalah kelompok

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 11 Maret 2010 dan hari Senin tanggal 15 Maret 2010 pukul

07.00-08.15 WIB, diperoleh hasil observasi mengenai masalah-masalah

kelompok di kelas, diantaranya sebagian siswa mereaksi negatif

terhadap salah seorang anggotanya, misalnya saja mengejek ketika

salah satu seorang yang membaca buku salah melafalkan

pengucapannya. Selain itu, terkadang beberapa kelompok siswa

cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah

dikerjakan dan semangat kerja rendah, artinya siswa malas

mengerjakan tugas dari guru.

b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar

Page 135: 06110040 nafi-fadilah-hayati

135

Pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi terkait dengan perencanaan

kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

”Sebelum mengajar seorang guru sebaiknya menyusun

perangkat pembelajaran, khususnya silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini dilakukan untuk

mempermudah guru dalam mengajar dengan alasan ada

pedoman pembelajaran yang dijadikan alat bantu dalam

pembelajaran. Selain itu guru harus membuat prota, promes

dll”.108

1) Menyusun Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil

belajar. Pembuatan silabus ini disesuaikan dengan karakter materi yang

sesuai kurikulum dan dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan

daerah setempat. Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik,

potensi, dan kebutuhan peserta didik.

Silabus ini dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran

untuk membantu guru yang bersangkutan dalam menjabarkan

kompetensi dasar menjadi perencanaan belajar mengajar, yakni

menyangkut kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa?;

108

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)

Page 136: 06110040 nafi-fadilah-hayati

136

bagaimana cara mengembangkannya?; bagaimana cara mengetahui

bahwa kompetensi sudah dikuasai oleh siswa?.

2) Menyusun RPP

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih

dahulu sebelum mengajar merupakan bagian yang penting dalam

proses belajar mengajar. Dengan adanya RPP ini, seorang guru merasa

lebih percaya diri dan berwibawa dalam berinteraksi dengan siswa di

dalam kelas, karena mempunyai pedoman/panduan dalam mengajar.

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ini

disesuaikan dengan karakter materi yang sesuai kurikulum dan

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.

Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan

peserta didik. Hal ini dilakukan sebelum pelaksanaan pengelolaan kelas

demi memperoleh dan mencapai tujuan pembelajaran yang sebaik-

baiknya.

3) Menyusun Perangkat dan Instrumen Lain (kurikulum, prota, promes,

bahan/program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb)

Hal-hal yang juga dapat mempengaruhi pembelajaran PAI

adalah penyusunan perangkat pembelajaran diantaranya kalender

Page 137: 06110040 nafi-fadilah-hayati

137

pendidikan, prota, promes, dan pedoman belajar. Berbicara terkait

dengan kurikulum yang digunakan, di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

menggunakan kurikulum yang baik dan seimbang yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dianggap sesuai dengan

kebutuhan siswa zaman sekarang. Pengembangan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan

dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari ke

delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi

satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program

pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan

peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh

warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di

lingkungan sekitar sekolah.

Page 138: 06110040 nafi-fadilah-hayati

138

KTSP SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen disusun mengarah

pada kondisi sekolah dengan melibatkan seluruh komponen sekolah

mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah,

siswa, dan Dinas terkait. Keterlibatan semua komponen tersebut

dengan harapan agar KTSP yang sudah disusun dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya.109

4) Analisis Strategi Pembelajaran dalam Manajemen Kelas

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila terjadi

interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan bertujuan untuk

mencapai suatu tujuan belajar tertentu dengan cara memfasilitasi

pengetahuan dan keterampilan siswa melalui kegiatan/aktivitas yang

dapat membantu dan memudahkan siswa dalam belajar. Maka, untuk

menciptakan suasana yang harmonis, dan komunikatif, tugas guru

adalah meningkatkan prestasi belajar serta senantiasa memberikan

bimbingan dan pengarahan pada siswa dengan menggunakan berbagai

strategi pembelajaran. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan

efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah

109

Wawancara dengan Kepala Sekolah, Hari Mulyadi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 12.45-13.00 WIB)

Page 139: 06110040 nafi-fadilah-hayati

139

yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi

pembelajaran yang tepat pula.

Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:

”Strategi pembelajaran yang efektif yakni menggunakan

teknik-teknik yang disesuaikan dengan karekter siswa,

keinginan dan kebutuhan siswa yakni dengan cara memilih

cara belajar mengajar yang efektif dan menggunakan metode

yang bervariasi, serta memberikan contoh yang baik terhadap

siswa, misalnya disiplin dan datang di kelas tepat waktu”.110

Dari uraian di atas tergambar bahwa tiga hal penting yang

dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan Manajemen Kelas agar

kegiatan belajar mengajar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, memilih cara belajar mengajar yang efektif. Bagaimana guru

memandang suatu persoalan dan teori apa yang digunakan dalam

memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.

Kedua, menggunakan metode yang bervariasi. Seorang guru

dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai

metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan supaya

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan. Perlu

110

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)

Page 140: 06110040 nafi-fadilah-hayati

140

diingat, bahwa dalam pemilihan metode pembelajaran juga harus

memperhatikan kondisi emosional dan sosial siswa pada saat itu.

Ketiga, memberikan contoh yang baik terhadap siswanya.

Misalnya, datang di kelas tepat waktu. Hal ini senada dengan yang

dikatakan oleh Denik, Defri, Saiful Anwar, Agung, Widya, Riska, Kholil,

Elis, Irjila, dan Imam Zarkasih, yang mengatakan bahwa:

”Saat pengajaran Keislaman menyenangkan karena gurunya

asyik dan tidak cerewet, juga terbuka jika diajak sharing. Selain

itu, Pak Rozi selalu tepat waktu dan tidak bohong dengan apa

yang beliau katakan”.111

Penanaman sikap yang baik dimaksudkan untuk meningkatkan

perubahan tingkah laku siswa dimana tingkah laku siswa menjadi lebih

baik dari sebelumnya. Dengan demikian strategi yang ketiga ini menjadi

sarana spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang

diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Misalnya,

datang di kelas tepat waktu.

5) Pengembangan Sumber Belajar dan Bahan Ajar

Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:

111

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 09.45-10.10 WIB)

Page 141: 06110040 nafi-fadilah-hayati

141

”Sumber belajar yang selama ini digunakan dalam

pembelajaran Keislaman terdiri dari kelas dan masjid,

penjelasan-penjelasan dari guru, dan buku diklat/rangkuman.

Untuk informasi dari internet, siswa dapat mengaksesnya

sendiri di ruang multimedia. Sedangkan bahan ajarnya berupa

buku, materi dari LKS dan penjelasan dari guru”.112

Pemanfaatan kelas dan masjid sebagai sumber belajar sangat

berperan aktif dalam pengelolaan kelas yang menunjang kegiatan

belajar mengajar PAI. Dengan adanya kelas sebagai ruang belajar setiap

hari dan masjid sebagai tempat untuk melaksanakan sholat dhuha

berjamaah sekaligus sebagai tempat peragaan/praktik sholat dari teori

yang telah didapat di dalam kelas. Keduanya saling berkaitan dan tidak

dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi kekurangan yang satu

dengan yang lainnya.

Untuk bahan ajarnya, berupa buku, materi dari LKS, dan

penjelasan dari guru. Ketiga bahan ajar ini dapat dispesifikasikan dalam

bentuk-bentuk bahan ajar pembelajaran. Buku dan materi dari LKS

sebagai bahan cetak (printed). Penjelasan guru sebagai bahan ajar

dengar (audio).

112

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)

Page 142: 06110040 nafi-fadilah-hayati

142

2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Pelaksanaan Manajemen Kelas yang efektif dalam

pembelajaran ketika dimana mewujudkan kondisi kelas sebagai lingkungan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kemampuan seoptimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang

dapat menghalangi interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur

fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan

siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual

siswa, serta dapat membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar

sosial, ekonomi, budaya dan sifat/karakter siswa yang berbeda. Oleh karena

itu, dalam pelaksanaan pembelajaran perlu diketahui kondisi dan masalah

yang terjadi pada siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

a. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas

Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan

masalah ekstern lainnya, guru PAI berusaha untuk mencari solusinya agar

tanggung jawab guru berfungsi dengan maksimal. Dengan diterapkannya

konflik kelas maka akan mengurangi masalah yang terjadi dalam

pembelajaran PAI.

Page 143: 06110040 nafi-fadilah-hayati

143

Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:

”Setiap pembelajaran berlangsung masalah itu selalu ada saja.

Jadi perlu adanya usaha-usaha preventif yang dilakukan untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut. Usaha-usaha yang

paling utama yang perlu diberikan adalah membuat buku

diklat/rangkuman yang dijadikan hand out, memotivasi siswa

agar konsentrasi pada pelajaran dan merangsang siswa agar

bertanya dan aktif di kelas”.113

Tindakan guru tersebut dapat berupa pencegahan yaitu

dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-

emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa nyaman dan

aman untuk belajar. Sekaligus tindakan penyembuhan terhadap tingkah

laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut

tidak berlarut-larut.

Guru juga perlu menyediakan dan mengatur fasilitas serta

media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar

sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta

membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi,

budaya dan sifat/karakter siswa yang berbeda dengan sikap tulus dan

hangat. Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan proses

113

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 144: 06110040 nafi-fadilah-hayati

144

interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah kepada

suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan pendidikan.

b. Iklim/Suasana Kelas

Lingkungan fisik tempat belajar dalam pengelolaan kelas

mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan

fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung

meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh

positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang

dimaksud meliputi:

1) Ruang Kelas

Menurut pernyataan yang dikemukakan Bapak Ro’ufur Rozi,

S.PdI bahwa:

”Keadaan kelas sebagai ruang tempat berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar cukup memadai, memungkinkan

siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan sehingga

suasana kelas kondusif, tertib dan tenang saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung”.114

Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-

114

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 145: 06110040 nafi-fadilah-hayati

145

desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan

kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan

kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya

menggunakan hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.

2) Pengaturan Tempat Duduk

Menurut pernyataan yang dikemukakan Bapak Ro’ufur Rozi,

S.PdI bahwa:

”Variasi tempat duduk siswa di dalam kelas perlu dilakukan

pada saat-saat tertentu, agar tidak monoton, sehingga siswa

tidak bosan. Terkadang pengaturan tempat duduk

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Yang perempuan

duduk di deretan depan sedang yang laki-laki duduk di deretan

belakangnya. Atau yang laki-laki duduk di deretan sebelah

kanan sedang yang perempuan duduk di deretan sebelah

kiri”.115

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat

mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk yang

bervariasi, tidak monoton, dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas

115

Wawancara dengan guru PAI, Roufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 146: 06110040 nafi-fadilah-hayati

146

sehingga siswa tidak bosan dalam belajar. Pengaturan tempat duduk

akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di kelas.

3) Ventilasi, Pengaturan Cahaya serta Penyimpanan Barang-barang di

dalam Kelas

Bapak Ro’ufur Rozi mengatakan bahwa:

“Ventilasi, pengaturan cahaya dan peletakan barang-barang di

dalam kelas yang cukup baik akan menciptakan suasana kelas

yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang efektif,

karena tidak mengganggu gerak kegiatan guru maupun

siswa”.116

Ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk

terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi

harus cukup menjamin kesehatan siswa. Penataan ruangan yang baik

apabila menunjang efektifitas proses belajar mengajar yang salah satu

petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru

dapat mengelola kelas dengan baik.

Penataan ruang tersebut bersifat fleksibel sehingga

perubahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut

oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu. Penataan ruang dan

116

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 147: 06110040 nafi-fadilah-hayati

147

fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka merasa

senang belajar. Indikator ini tentu tidak dengan segera diketahui, tetapi

guru yang berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa belajar

dengan senang atau tidak.

c. Metode Pembelajaran

Menurut pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru

PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:

”Metode yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar PAI

adalah ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan.

Metode-metode ini diterapkan untuk merangsang siswa dalam

belajar. Penggunaan metode disesuaikan dengan bahan

pelajaran yang akan disampaikan dengan tidak mengabaikan

keinginan siswa sehingga metode yang digunakan mampu

mencapai sasaran yang komprehensip yaitu dari ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik”.117

Dalam pengelolaan kelas, metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat

melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh

117

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)

Page 148: 06110040 nafi-fadilah-hayati

148

karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode

yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa

menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

Penggunaan metode harus mampu mencapai sasaran yang komprehensip,

yaitu menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

d. Penggunaan Media

Menurut pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru

PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:

”Media yang digunakan pada proses belajar mengajar PAI

adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), LCD, dan OHP. Penggunaan

media ini sangat membantu dalam mengajar. Penggunaan

media juga membuat kondisi kelas kondusif saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Dengan penggunaan media

yang bervariasi siswa menjadi aktif dan antusias”.118

Penggunaan media memang memang turut mempengaruhi

iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

118

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

Page 149: 06110040 nafi-fadilah-hayati

149

dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membantu pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa.

Media yang digunakan sebaiknya tidak monoton agar siswa

tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Adapun media yang

digunakan dalam Manajemen Kelas PAI di SMA Muhammadiyah 1

Kepanjen dapat digolongkan menjadi beberapa media, media berbasis

manusia yaitu guru itu sendiri, media berbasis cetakan yaitu berupa buku

dan LKS, media berbasis visual yaitu berupa OHP, dan media berbasis

komputer yaitu LCD. Media-media ini digunakan untuk memfasilitasi siswa

dalam proses belajar mengajar di kelas.

e. Pola Interaksi

Dalam Manajemen Kelas, suatu pembelajaran dapat dikatakan

efektif, apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan

bertujuan untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu dengan cara

memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan siswa melalui

kegiatan/aktivitas yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam

belajar. Interaksi yang baik adalah interaksi yang terjadi tidak hanya di

dalam kelas, akan tetapi juga terjadi di luar kelas, karena keduanya dapat

membangkitkan semangat/motivasi belajar siswa.

Page 150: 06110040 nafi-fadilah-hayati

150

Berdasarkan penuturan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru

PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen menyatakan bahwa:

”Interaksi antara guru dan siswa yang terjadi saat

pembelajaran di kelas maupun di luar kelas berjalan dengan

baik, sehingga hal ini dapat membangkitkan

semangat/motivasi belajar siswa”.119

Iklim hubungan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan

siswa, guru dengan guru, dan antara pimpinan sekolah akan menciptakan

gairah dan kegembiraan belajar siswa sehingga mereka memiliki motivasi

kuat dan keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. Selain

interaksi antar personal yang edukatif, harus terjalin pula pola

interaksi/hubungan yang baik antar guru dengan materi pelajaran, yakni

guru berkompeten dalam mengajar sehingga proses belajar mengajar

berlangsung efektif, dan interaksi antra siswa dengan materi pelajaran,

yakni siswa aktif dan rajin belajar.

3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam

Manajemen Kelas, evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus.

Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi

119

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

Page 151: 06110040 nafi-fadilah-hayati

151

yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari

proses interaksi edukatif yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dengan

demikian, dengan adanya evaluasi akan memberikan tujuan kepastian

mengenai keberhasilan belajar dan memberikan masukan kepada guru

mengenai pengajaran yang dia lakukan dalam pembelajaran melalui

Manajemen Kelas. Setelah diadakan evaluasi pelaksanaan Manajemen Kelas

memang menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Di bawah

ini akan diuraikan mengenai tujuan dari evaluasi.

a. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui

efektifitas pembelajaran dan pemahaman setiap siswa terhadap materi

yang telah disampaikan oleh guru. Dengan begitu maka efektifitas

pembelajaran akan terlihat. Di sana juga mengandung tujuan dari evaluasi

itu sendiri. Adapun tujuan dari evaluasi mata pelajaran PAI dikelompokkan

menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini tujuan

umum dan tujuan khusus dari evaluasi pembelajaran PAI di SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen.

1) Tujuan Umum

Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA

Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:

Page 152: 06110040 nafi-fadilah-hayati

152

”Tujuan umum diadakannya evaluasi mata pelajaran

Keislaman adalah memberikan informasi terhadap pihak-

pihak yang terkait tentang hasil yang dicapai siswa baik dari

segi kognitif, afektif maupun psikomotorik”.120

Pendapat tersebut sesuai dengan beberapa tujuan evaluasi

yang menyatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk

memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang

diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan yang pada akhirnya akan

diketahui data-data yang membuktikan taraf kemajuan siswa dalam

mencapai tujuan yang diharapkan, yakni untuk memperbaiki mutu

pelajaran, khususnya dalam pembelajaran PAI.

2) Tujuan Khusus

Demikian pula dengan tujuan khusus diadakannya evaluasi,

Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI mengatakan bahwa:

“Tujuan khusus evaluasi Keislaman adalah untuk bahan

instrospeksi/umpan balik bagi siswa maupun guru. Tujuan

khusus ini dibedakan menjadi dua evaluasi yaitu evaluasi bagi

siswa dan evaluasi bagi guru. Bagi siswa ialah untuk

mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga siswa

dapat memperbaiki diri dan sebagai motivasi belajar agar

lebih baik. Bagi guru ialah untuk melihat hasil belajar siswa

dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan

cara/metode mengajar”.121

120

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

121

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

Page 153: 06110040 nafi-fadilah-hayati

153

Bila kita lihat kembali, tujuan khusus tersebut senada dengan

tujuan evaluasi yaitu sebagai penilaian hasil belajar siswa dan metode

guru yang digunakan saat kegiatan proses belajar mengajar

berlangsung, sehingga guru mampu memberikan bimbingan yang

sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang

bersangkutan.

b. Bentuk Evaluasi

Dari pelaksanaan Manajemen Kelas, maka perlu diadakan

evaluasi untuk mengetahui apakah pembelajaran yang efektif dapat

diraih. Evaluasi ini digunakan untuk mengevaluasi perilaku dan evaluasi

pembentukan kompetensi siswa, yang dapat dilakukan dengan

pengamatan perilaku, penilaian kelas, dan tes kemampuan dasar.

Disamping itu, Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI menambahkan

bahwa:

”Bentuk evaluasi yang saya terapkan ketika mengajar bisa

tertulis dan praktik. Keduanya ada kelebihan dan

kekurangannya. Untuk evaluasi yang tertulis bisa hemat

Page 154: 06110040 nafi-fadilah-hayati

154

waktu, namun kurang meratanya pemahaman siswa.

Sedangkan kelebihan dari evaluasi praktik siswa secara

langsung dapat meragakan apa yang mereka pelajari, tetapi

banyak menggunakan waktu”.122

Meskipun dalam evaluasi tertulis dan evaluasi praktik terdapat

beberapa kekurangan dan perbedaan, kedua bentuk evaluasi tersebut

tidak dapat dipisahkan. Sebelum praktik membutuhkan teori. Teori pun

juga perlu dipraktikkan agar bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Evaluasi juga tidak boleh dilakukan dengan

sekehendak hati guru, siswa yang cantik diberikan nilai tinggi dan siswa

yang tidak cantik diberikan nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan

pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana, sesuai dengan hasil

kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh siswa. Menurut Bapak Ro’ufur

Rozi, S.PdI,

”Evaluasi tersebut juga sesuai dengan sistem evaluasi

terprogram berdasarkan program semester yang ada”.123

Artinya evaluasi yang dilaksanakan berdasarkan kriteria

tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif

dimulai dari dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif. Dalam

122 Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-

16.40 WIB)

123

Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

Page 155: 06110040 nafi-fadilah-hayati

155

kaitan ini penilaian dan pengukuran turut berperan di dalamnya.

Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menetukan

kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan

penilaian terarah pada penentuan kualitas atau nilai sesuatu.

c. Tindak Lanjut Setelah Diadakan Evaluasi

Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI mengatakan bahwa:

”Setelah diadakan evaluasi, jika ada kekurangan, hasil evaluasi

tersebut perlu diperbaiki. Bagi siswa tindak lanjut dari evaluasi

adalah remidi/memperbaiki lagi hasil belajar. Sedangkan bagi

guru, setelah evaluasi perlu memperbaiki metode mengajar

yang telah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar”.124

Perbaikan adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan

setelah diadakan evaluasi. Perbaikan tidak hanya sekedar dilakukan sekali

atau dua kali saja. Namun perbaikan harus dilakukan secara terus

menerus sama halnya denga evaluasi. Dengan terus menerus berusaha

memperbaiki kekurangan, sedikit demi sedikit sesuatu tersebut akan

menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Tindak lanjut ini juga dapat dilakukan dengan istilah

Monitoring yaitu pengawasan yang objektif terhadap hasil evaluasi.

124

Wawancara dengan guru PAI, Roufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)

Page 156: 06110040 nafi-fadilah-hayati

156

Langkah monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat

dari apa yang telah terjadi. Apakah ada perkembangan setelah diadakan

evaluasi, ataukah sebaliknya. Maka dari itu, guru harus terus memantau

dan memberikan perhatian kepada siswa agar mengetahui perubahan dan

perkembangan kondisinya dengan memberikan bimbingan, pengarahan

dan memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai.

BAB V

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Page 157: 06110040 nafi-fadilah-hayati

157

1. Analisis Masalah Manajemen Kelas

a. Masalah Individual

Pertama, siswa tidak mempunyai buku pegangan sendiri dan siswa

yang terpaksa berdiam saja sambil mendengarkan penjelasan dari guru di

bangku tempat ia duduk. Masalah ini juga ditemukan dalam teori T. Raka

Joni yang menyatakan bahwa salah satu masalah individu yang terjadi di

dalam kelas ialah peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama

sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya

kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

Kedua, kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap pelajaran yang

sedang dibahas. Siswa dapat berkonsentrasi/memusatkan pikirannya pada

pelajaran dengan baik, tergantung dari cara guru dalam mengelola kelas baik

secara fisik maupun non-fisik. Sehingga, apabila siswa sudah merasa

nyaman, tenang dan senang berada di dalam kelas dengan sendirinya akan

melupakan hal lain dan mulai berkonsentrasi pada pelajaran.

Ketiga, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Sikap siswa yang seperti ini biasanya

didukung dengan kondisi yang tidak bersahabat dengannya. Selain itu,

kurangnya motivasi dari dalam dirinya bahwasanya dia belajar di bangku

sekolah membawa segudang harapan. Kalau bermalas-malasan apa kata

dunia?.

Page 158: 06110040 nafi-fadilah-hayati

158

Keempat, menarik perhatian orang lain, misalnya berusaha menarik

perhatian teman sebangkunya untuk ikut kegiatan kecil yang dia lakukan

saat itu. Entah diajak berbincang-bincang, berbisik-bisik, menggoda teman

sebangkunya dengan menggelitik, mengajak temannya bercanda, sengaja

menjatuhkan alat tulis ke lantai sehingga dapat menarik perhatian orang lain,

dan sebagainya. Tingkah laku pencari perhatian ini tergolong aktif. Tingkah

laku ini dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, membikin onar,

melawak, terus menerus bertanya, memperlihatkan kenakalan dan

sebagainya.

b. Masalah Kelompok

Kurangnya kohesifnya kelompok dalam suatu kelas ditandai dengan

adanya konflik di antara para anggota kelompok. Misalnya konflik antara

siswa-siswi dan kelompok yang disebabkan perbedaan jenis kelamin, suku,

dan agama. Dapat dibayangkan bahwa kelas terdiri dari siswa-siswi yang

tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai adanya ketegangan,

kekerasan dan konflik.

Masalah-masalah kelompok tersebut diantaranya sebagian siswa

mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya saja mengejek

ketika salah satu seorang yang membaca buku salah melafalkan

pengucapannya. Selain itu, terkadang beberapa kelompok siswa cenderung

Page 159: 06110040 nafi-fadilah-hayati

159

mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan dan

semangat kerja rendah, artinya siswa malas mengerjakan tugas dari guru.

2. Desain Kegiatan Belajar Mengajar

a. Menyusun Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

Pembuatan silabus ini disesuaikan dengan karakter materi yang sesuai

kurikulum dan dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah

setempat. Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik, potensi, dan

kebutuhan peserta didik.

Silabus ini dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran untuk

membantu guru yang bersangkutan dalam menjabarkan kompetensi dasar

menjadi perencanaan belajar mengajar, yakni menyangkut kompetensi apa

yang akan dikembangkan pada siswa?; bagaimana cara

mengembangkannya?; bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi

sudah dikuasai oleh siswa?.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Page 160: 06110040 nafi-fadilah-hayati

160

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu

sebelum mengajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar

mengajar. Dengan adanya RPP ini, seorang guru merasa lebih percaya diri

dan berwibawa dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas, karena

mempunyai pedoman/panduan dalam mengajar.

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ini disesuaikan

dengan karakter materi yang sesuai kurikulum dan dipertimbangkan

berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Kemudian disesuaikan

pula dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Hal ini

dilakukan sebelum pelaksanaan pengelolaan kelas demi memperoleh dan

mencapai tujuan pembelajaran yang sebaik-baiknya.

c. Menyusun Kalender Pendidikan, Prota dan Promes

Selain menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,

seorang guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu

mengetahui sekaligus menyusun perangkat dan instrumen lain. Sebab,

perangkat-perangkat pembelajaran tersebut juga mempengaruhi

pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut diantaranya kalender

pendidikan, prota, promes, dan pedoman belajar.

d. Strategi Pembelajaran

Secara khusus, dalam kaitannya dengan belajar mengajar, istilah

strategi merupakan daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem

Page 161: 06110040 nafi-fadilah-hayati

161

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya

agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara

berdaya guna dan berhasil guna. Strategi berupa pilihan pola kegiatan belajar

mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila di dalam

pembelajaran tercipta suasana yang harmonis dan komunikatif, yang dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa senang belajar. Hal

ini merupakan tugas seorang guru terkait dengan prestasi belajar serta

senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan pada siswa dengan

menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Tindakan pengelolaan kelas

seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat

hakikat masalah yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih

strategi pembelajaran yang tepat pula. Adapun strategi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah

sebagai berikut:

1) Memilih Cara Belajar Mengajar yang Efektif

Pemilihan cara belajar mengajar yang paling efektif

dimaksudkan untuk mencapai sasaran. Bagaimana seorang guru

memandang suatu masalah dan teori apa yang digunakan dalam

memecahkan masalah tersebut guna mencapai hasil yang diharapkan.

Dalam memilih cara belajar mengajar yang efektif harus dapat

memotivasi siswa untu mau berfikir, ia mampu menerapakan

Page 162: 06110040 nafi-fadilah-hayati

162

pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan suatu topik

permasalahan, mendorong siswa mampu berfikir bebas dan cukup

keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Dalam hal ini,

seorang guru dituntut untuk mampu memilih cara belajar mengajar yang

efektif dan tentunya relevan dengan masa sekarang.

2) Menggunakan Metode yang Bervariasi

Cara atau pendekatan dalam belajar mengajar yang bervariasi

harus disesuaikan dengan materi yang diperbincangkan saat itu. Suatu

topik materi tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghafal, akan

berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan caca diskusi atau

seminar, juga akan lain hasilnya andai kata topik materi yang sama

dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori. Perlu

digaribawahi, dalam memilih cara belajar yang efektif memang

disesuikan dengan topik materi yang dipelajari, akan tetapi hal itu

dilakukan dengan tanpa mengabaikan karekteristik siswa.

Jika beberapa tujuan pembelajaran ingin diperoleh, maka guru

dituntut memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau

mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang

satu mungkin lebih menekankan kepada peranan siswa, sementara metode

yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau pada alat-alat

pengajaran seperti buku, atau mesin komputer, dan lain-lain. Ada pula

metode yang lebih berhasil bila dipakai untuk siswa dalam jumlah

Page 163: 06110040 nafi-fadilah-hayati

163

terbatas atau dalam mempelajari topik materi tertentu. Demikian juga bila

kegiatan balajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, di

laboratorium, di masjid, atau di kebun, tentu metode yang diperlukan

berbeda.

3) Memberikan Contoh yang Baik terhadap Siswa

Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan hal-hal positif dan menghindarkan pemusatan perhatian

siswa pada hal-hal yang negatif. Salah satu caranya memberikan contoh

yang baik terhadap siswa. Semua itu dapat diterapkan dengan penanaman

sikap disiplin dengan datang di kelas tepat waktu. Penanaman sekaligus

pengembangan sikap disiplin siswa ini merupakan tujuan akhir dari

pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi

contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung

jawab.

e. Pengembangan Sumber Belajar

Sumber belajar berfungsi sebagai informasi yang disajikan dan

disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam

belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Salah satu contoh

pengembangan sumber belajar memanfaatkan kelas dan masjid sebagai

sumber belajar.

Page 164: 06110040 nafi-fadilah-hayati

164

Memanfaatkan kelas dan masjid sebagai sumber belajar sangat

berperan aktif dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya

kelas sebagai ruang belajar setiap hari dan masjid sebagai tempat untuk

melaksanakan sholat dhuha berjamaah sekaligus sebagai tempat

peragaan/praktik sholat dari teori yang telah didapat di dalam kelas.

Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahan. Keduanya saling

melengkapi kekurangan yang satu dengan yang lainnya.

f. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk membantu

guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa

berupa bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar

memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi

dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu

menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Salah satu pengembangan bahan ajar ini dapat dilakukan dengan

membuat buku diklat/rangkuman sebagai materi tambahan. Dalam

pengembangan bahan ajar ini, seorang guru dituntut kreatif memanfaat

sarana dan prasarana yang ada sesuai denga situasi dan kondisi lingkungan

belajar mengajar.

Page 165: 06110040 nafi-fadilah-hayati

165

B. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Pelaksanaan manajemen kelas yang efektif dalam pembelajaran ketika

dapat mewujudkan kondisi kelas sebagai lingkungan pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin,

menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi interaksi

pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas yang mendukung siswa belajar

sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta dapat

membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi, budaya dan sifat/karakter

siswa yang berbeda. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran perlu

diketahui kondisi dan masalah yang terjadi pada siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru dalam manajemen kelas

adalah:

1. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas

Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan masalah

ekstern lainnya, seorang guru berusaha untuk mencari solusinya agar tanggung

jawab guru berfungsi dengan maksimal. Dengan diterapkannya konflik kelas

maka akan mengurangi masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Beberapa

usaha preventif yang dilakukan untuk mengatasi masalah adalah sebagai

berikut:

Page 166: 06110040 nafi-fadilah-hayati

166

a. Membuat Buku Diklat/Rangkuman yang Dijadikan Hand Out

Guru perlu menyediakan dan mengatur fasilitas serta media

pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai

dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta membina

dan membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi, budaya dan

sifat/karakter siswa yang berbeda dengan sikap tulus dan hangat. Dengan

membuat buku diklat/rangkuman yang dijadikan hand out diharapkan dapat

memudahkan siswa dalam belajar.

b. Memotivasi Siswa agar Konsentrasi pada Pelajaran

Siswa dapat berkonsentrasi/memusatkan pikirannya pada pelajaran

dengan baik, tergantung dari cara guru dalam mengelola kelas baik secara

fisik maupun non-fisik. Jadi, seorang guru harus selalu memberi semangat

terhadap siswanya agar konsentrasi dalam belajar.

c. Merangsang Siswa agar Bertanya dan Aktif di Kelas

Dalam hal ini, seorang guru dengan berbekal kesabaran, harus

senantiasa membuat siswa belajar lebih aktif, artinya guru memberikan

kebebasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas yang disenanginya dalam

proses belajar mengajar. Guru tidak menuntut suasana kelas harus sepi,

tenang dan siswa hanya diam saja mendengarkan penjelasan dari guru, akan

tetapi dengan melibatkan seluruh siswa dalam kelas akan jauh lebih efektif

untuk menggali potensi yang dimiliki masing-masing siswa.

Page 167: 06110040 nafi-fadilah-hayati

167

2. Iklim/Suasana Kelas

a. Ruang Kelas

Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus cukup

memadai, memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-

desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang

lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas

tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.

Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya menggunakan

hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.

b. Pengaturan Tempat Duduk dibuat Bervariasi agar Tidak Monoton

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan

terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat mengontrol tingkah

laku siswa. Pengaturan tempat duduk yang bervariasi, tidak monoton,

dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas sehingga siswa tidak bosan

dalam belajar. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran

proses belajar mengajar di kelas.

c. Ventilasi, Pengaturan Cahaya serta Penyimpanan Barang-barang

Ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk terciptanya

suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup

menjamin kesehatan siswa. Penataan ruangan yang baik apabila menunjang

efektifitas proses belajar mengajar yang salah satu petunjuknya adalah

Page 168: 06110040 nafi-fadilah-hayati

168

bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas

dengan baik.

Penataan ruang tersebut bersifat fleksibel sehingga perubahan dari satu

tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada

waktu itu. Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu

membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga

mereka merasa senang belajar. Indikator ini tentu tidak dengan segera

diketahui, tetapi guru yang berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa

belajar dengan senang atau tidak.

3. Metode Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya,

bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi

guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari

berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang

sesuai dengan keadaan siswa. Penggunaan metode harus mampu mencapai

sasaran yang komprehensip, yaitu menyentuh ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan

Page 169: 06110040 nafi-fadilah-hayati

169

yang diharapkan. Di bawah ini beberapa metode yang digunakan dalam

pembelajaran, yaitu:

a. Ceramah

Ceramah adalah suatu penjelasan secara verbal yang bersifat satu arah.

Dalam aplikasinnya sebagai metode pengajaran, metode ceramah merupakan

sebuah interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru.

Dalam penerapan metode ceramah ini guru merupakan sumber yang

sangat penting dalam belajar mengajar, karena kedudukan guru sebagai

seorang informan yang pertama didalam kelas, sehingga dalam metode

cermah ini seorang guru harus mengetahui informasi-informasi yang

berhubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga

diharapkan akan menguasai, memahami materi yang disampaikan oleh guru

dengan mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa-siswanya.

b. Driil

Metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-

ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu

asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat

permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa

pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Dengan demikian

terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap

untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.

Page 170: 06110040 nafi-fadilah-hayati

170

c. Tanya Jawab Interaktif

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru

mengajukan beberapa pertanyaan dan siswa memberikan jawaban

sebagaimana yang telah diajarkan. Penggunaan metode tanya jawab dapat

dinilai sebagai metode yang cukup wajar dan tepat, karena suasana/situasi

akan lebih hidup, karena siswa dirangsang untuk berfikir aktif. Kelebihan

dari metode tanya jawab ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai positif untuk melatih keberanian siswa mengemukakan

pendapatnya dengan lisan.

2) Memberikan dorongan aktifitas dan kesungguhan siswa, dalam arti siswa

yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan

aktif mengikuti pelajaran.

3) Walaupun prosesnya agak lambat namun secara pasti guru dapat

mengontrol pemahaman atau pengertian siswa sesuai pada masalah

yang dibicarakan.

4) Bila dibanding dengan metode ceramah, metode tanya jawab dapat

membangkitkan aktifitas siswa.

d. Peragaan/Praktik

Metode peragaan/praktek adalah metode pengajaran dimana guru atau

orang lain sengaja diminta atau siswa sendiri memperlihatkan kepada

Page 171: 06110040 nafi-fadilah-hayati

171

seluruh kelas suatu proses atau suatu cara melakukan sesuatu. Dengan

menggunakan metode ini, siswa dapat menghayati dengan sepenuh hati

mengenai pelajaran yang diberikan, perhatian anak dapat terpusat pada hal

penting yang di demonstrasikan, mengurangi kesalahan dalm mengambil

kesimpulan dari apa yang diterangkan guru secara lisan maupum tulisan

karna siswa memperoleh gambaran melalui pengamatan langsung perhadap

suatu proses, masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung

terjawab.

4. Penggunaan Media

Penggunaan media memang memang turut mempengaruhi iklim,

kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, bahkan membantu pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa.

Media yang digunakan sebaiknya tidak monoton agar siswa tidak

merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Beberapa media yang digunakan dalam

pembelajaran dapat digolongkan menjadi media berbasis manusia yaitu guru itu

sendiri, media berbasis cetakan yaitu berupa buku dan LKS, media berbasis

visual yaitu berupa OHP, dan media berbasis komputer yaitu LCD.

Page 172: 06110040 nafi-fadilah-hayati

172

5. Pola Interaksi

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila terjadi interaksi

yang baik antara guru dengan siswa dan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan

belajar tertentu dengan cara memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan siswa

melalui kegiatan/aktivitas yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam

belajar. Interaksi yang baik adalah interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya di

dalam kelas, akan tetapi juga terjadi di luar kelas, karena keduanya dapat

membangkitkan semangat/motivasi belajar siswa.

C. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang

Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran,

evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar

menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih penting adalah sebagai

dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang

dilaksanakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, dengan adanya evaluasi akan

memberikan tujuan kepastian mengenai keberhasilan belajar dan memberikan

masukan kepada guru mengenai pengajaran yang dia lakukan dalam pembelajaran.

Di bawah ini akan diuraikan mengenai tujuan dari evaluasi.

1. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas

pembelajaran dan pemahaman setiap siswa terhadap materi yang telah

Page 173: 06110040 nafi-fadilah-hayati

173

disampaikan oleh guru. Dengan begitu maka efektifitas pembelajaran akan

terlihat. Di sana juga mengandung tujuan dari evaluasi itu sendiri.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum evaluasi untuk memperoleh bahan laporan tentang

perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan

yang pada akhirnya akan diketahui data-data yang membuktikan taraf

kemajuan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan, yakni untuk

memperbaiki mutu pelajaran.

b. Tujuan Khusus

Sebagai penilaian hasil belajar siswa dan metode guru yang digunakan

saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, sehingga guru mampu

memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan

bakat siswa yang bersangkutan.

2. Bentuk Evaluasi

Bentuk evaluasi yang sudah umum adalah tertulis dan praktik.

Keduanya baik evaluasi tertulis maupun evaluasi praktik terdapat beberapa

kekurangan dan perbedaan, kedua bentuk evaluasi tersebut tidak dapat

dipisahkan. Sebelum praktik membutuhkan teori. Teori pun juga perlu

dipraktikkan agar bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Evaluasi juga tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati guru,

siswa yang cantik diberikan nilai tinggi dan siswa yang tidak cantik diberikan

Page 174: 06110040 nafi-fadilah-hayati

174

nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif

dan bijaksana, sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh

siswa.

3. Tindak Lanjut setelah Diadakan Evaluasi

Perbaikan adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan setelah

diadakan evaluasi. Perbaikan tidak hanya sekedar dilakukan sekali atau dua kali

saja. Namun perbaikan harus dilakukan secara terus menerus sama halnya

denga evaluasi. Dengan terus menerus berusaha memperbaiki kekurangan,

sedikit demi sedikit sesuatu tersebut akan menjadi jauh lebih baik dari

sebelumnya.

Tindak lanjut ini juga dapat dilakukan dengan istilah monitoring yaitu

pengawasan yang objektif terhadap hasil evaluasi. Langkah monitoring ini pada

hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat dari apa yang telah terjadi. Apakah

ada perkembangan setelah diadakan evaluasi, ataukah sebaliknya. Maka dari

itu, guru harus terus memantau dan memberikan perhatian kepada siswa agar

mengetahui perubahan dan perkembangan kondisinya dengan memberikan

bimbingan, pengarahan dan memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai.

Page 175: 06110040 nafi-fadilah-hayati

175

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa:

Manajemen kelas (yang terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran) di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

terealisasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan efektifitas proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam.

1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Analisis Masalah

Manajemen Kelas: 1) Masalah Individual: siswa tidak mempunyai buku

pegangan sendiri; kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran; siswa

kurang aktif; menarik perhatian orang lain. 2) Masalah Kelompok: sebagian

siswa mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, beberapa

kelompok siswa cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang

tengah dikerjakan dan semangat kerja/belajar rendah. b. Desain Kegiatan

Belajar Mengajar: 1) menyusun silabus yang disesuaikan dengan karakteristik

materi; dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat;

Page 176: 06110040 nafi-fadilah-hayati

176

2) menyusun RPP disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan dan

keinginan siswa. 3) strategi pembelajaran: a) memilih cara belajar mengajar

yang efektif; b) menggunakan metode yang bervariasi; c) memberikan

contoh yang baik terhadap siswa, 4) pengembangan sumber belajar:

memanfaatkan kelas dan masjid, 5) pengembangan bahan ajar: membuat

buku diklat/rangkuman.

2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Tindakan-tindakan

dalam Manajemen Kelas: 1) membuat buku diklat/rangkuman; 2) memotivasi

siswa agar konsentrasi pada pelajaran, 3) merangsang siswa agar aktif di

kelas. b. Iklim/suasana kelas: 1) ruang kelas cukup memadai; 2) pengaturan

tempat duduk dibuat bervariasi; 3) ventilasi, pengaturan cahaya serta

penyimpanan barang-barang di dalam kelas baik, c. Metode Pembelajaran:

ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan, disesuaikan dengan

kondisi pada saat itu. d. Media Pembelajaran: buku, Lembar Kerja Siswa

(LKS), LCD, dan OHP, memfasilitasi siswa dalam belajar. e. Pola interaksi: baik

(interaksi edukatif antara personal).

3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama

Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: meningkatkan hasil belajar

siswa.

Page 177: 06110040 nafi-fadilah-hayati

177

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen

Penulis mempunyai harapan agar pelaksanaan manajemen kelas yang

ada di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen di masa yang akan datang akan

menjadi lebih baik dari masa sekarang yaitu dapat meningkatkan penerapan

pelaksanaan manajemen kelas yang lebih efektif lagi sesuai dengan situasi

dan kondisi tertentu.

2. Bagi Siswa-siswi

Diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran pada dirinya masing-

masing untuk dapat belajar dengan giat dan sungguh-sungguh sesuai dengan

cara/metode yang diberikan guru melalui bimbingan atau pengarahan.

Sebagai siswa yang baik, harus ikut bertanggung-jawab dan berperan aktif

dalam proses pendidikan agar manajemen kelas dapat berjalan efektif sesuai

dengan apa yang kita harapkan bersama.

Page 178: 06110040 nafi-fadilah-hayati

178

3. Bagi Sekolah Lainnya

Diharapkan bagi sekolah lain menjadikannya sebagai contoh

pemikiran dan pelaksanaan bagi perkembangan mutu kegiatan proses belajar

mengajar secara efektif melalui manajemen kelas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

____________, Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bahri, Syaiful Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta.

_________ & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Komariah, Aan & Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.

Jakarta: Bumi Aksara.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 179: 06110040 nafi-fadilah-hayati

179

Majid, Abdul & Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marno, Siti Kusrini & Sutiah. 2009. Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL 1). Malang:

Fakultas Tarbiyah.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang: UIN-MALANG PRESS.

Mulyasa. E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

________. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nasution S. 2006. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Partanto, Pius A & M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.

Redaksi Sinar Grafika. 2008. UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun.

2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

__________& Abu Ahmadi. 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi

Pendidikan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP

Malang.

Surachmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Page 180: 06110040 nafi-fadilah-hayati

180

Suryabara, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Uzer, Moh. Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya. cet.IV.

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-PRESS

MALANG.

Zuhairini & Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Page 181: 06110040 nafi-fadilah-hayati

181

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 182: 06110040 nafi-fadilah-hayati

182

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULATS TARBIYAH

Jln. Gajayana 50 Tlpn. (0341) 551354 Faks (0341) 572533 Malang 65144

BUKTI KONSULTASI

Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati

NIM/ Jurusan : 06110040/ PAI

Pembimbing : Marno, M.Ag

Judul Skripsi : Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar

Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.

No. Tanggal Materi Konsultasi Ttd Pembimbing

Page 183: 06110040 nafi-fadilah-hayati

183

1

4 Maret 2010 Konsultasi Awal (Proposal)

2

9 Maret 2010 Konsultasi Bab I, Bab II, Bab III

3

16 Maret 2010 Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab

III

4 17 Maret 2010

Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab

III

5 23 Maret 2010

Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab

III

6 24 Maret 2010

ACC Bab I, Bab II, Bab III

7 29 Maret 2010

Konsultasi Bab IV

8 30 Maret 2010

Konsultasi Revisi Bab IV

9 31 Maret 2010

Konsultasi Revisi Bab IV

10 8 April 2010

Konsultasi Bab V

11 9 April 2010

Konsultasi Revisi BabV

12 28 Mei 2010

Konsultasi Bab VI

13 12 Juni 2010

Konsultasi Revisi Bab VI

14 9 Juli 2010

Konsultasi Skripsi Keseluruhan

15 12 Juli 2010

ACC

Malang, Juli 2010

Dekan

Page 184: 06110040 nafi-fadilah-hayati

184

Dr. H. M. Zainuddin, MA

NIP. 196205071995031001

KKEEMMEENNTTEERRIIAANN AAGGAAMMAA

UUNNIIVVEERRSSIITTAASS IISSLLAAMM NNEEGGEERRII MMAAUULLAANNAA MMAALLIIKK IIBBRRAAHHIIMM MMAALLAANNGG

FFAAKKUULLTTAASS TTAARRBBIIYYAAHH JJaallaann GGaajjaayyaannaa NNoo.. 5500 TTeelleeppoonn ((00334411)) 555522339988 FFaakkssiimmiillee ((00334411))

555522339988

Nomor : Un. 3.1/TL.00/114/2010 19 Pebruari 2010

Lampiran : 1 (satu) berkas proposal

Perihal : Penelitian

Kepada Kepala SMA Muhamadiyah I

Kepanjen-Malang

di

Malang

Page 185: 06110040 nafi-fadilah-hayati

185

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di

bawah ini:

Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati

NIM : 06110040

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Semester/ Th. Ak : Genap, 2009/2010

Judul Skripsi : Implementasi Manajemen Kelas dalam

Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhamadiyah 1

Kepanjen Malang

dalam rangka menyelesaikan skripsinya, yang bersangkutan mohon

diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di

lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/Ibu disampaikan terima

kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dekan,

Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001

Page 186: 06110040 nafi-fadilah-hayati

186

KELAS XI IPA / Semester 1 AL ISLAM

NO Nama L/P

No Induk

NILAI RAPOR KKM /

SKM A B C

agk hrf

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Agung Dwi Pamungkas L 3441 85 80 80 B 80

2 Alen Anggraeni P 3443 86 85 85 B 80

3 Anisa Kasih Abadi P 3445 85 85 85 B 80

4 Arsita Fitri Suhartanti P 3448 85 85 85 B 80

5 Atik Wijayanti P 3449 81 80 80 B 80

6 Defri Sherujadi Felani L 3450 83 85 80 B 80

7 Denik Eva S P 3451 91 90 90 B 80

Page 187: 06110040 nafi-fadilah-hayati

187

8 Devi Lestari P 3507 80 80 80 B 80

9 Eka Fasi Agustina P 3454 84 85 85 B 80

10 Elys Setyorini P 3456 80 80 80 B 80

11 Enis Elok Ainun Nisa P 3457 84 80 85 B 80

12 Farida Riska P 3458 84 85 85 B 80

13 Fifit Triani P 3459 91 90 85 B 80

14 Girlya Riki Rinenci P 3463 88 85 85 B 80

15 Kusti Chotimah P 3471 88 85 85 B 80

16 Linda Aprilia Setiorini P 3473 86 85 85 B 80

17 Linda Laila P 3474 82 85 85 B 80

18 Mega Himatul Habiba P 3476 86 90 90 B 80

19 Nita Anggraini P 3459 87 85 85 B 80

20 Nur Holilah P 3463 83 80 80 B 80

21 Prisma Anisa Sari P 3486 80 80 80 B 80

22 Reni Eka Purwanti P 3487 93 90 90 B 80

23 Rica Armilia P 3488 90 90 90 B 80

24 Rida Irjila P 3509 96 90 90 B 80

25 Sinta Winda Khotimah P 3494 88 90 85 B 80

26 Siti Robianida P 3496 93 90 90 B 80

27 Siti Rohima P 3497 93 90 90 B 80

28 Siti Rohma P 3498 93 90 90 B 80

29 Umi Nurjanah P 3501 86 85 85 B 80

30 Vokalia Meygawati P 3502 84 85 85 B 80

31 Widya Astutik P 3504 92 90 90 B 80

KELAS XI IPS / Semester 1

AL ISLAM

NO Nama L/P

No Induk

NILAI RAPOR KKM /

SKM A B C

agk hrf

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Ahmad Asrori Wibowo L 3442 81 80 86 B 80

2 Ana Rosdiana P 3444 82 85 84 B 80

Page 188: 06110040 nafi-fadilah-hayati

188

3 Andri Setyo Suyono L 80 80 75 B 80

4 Ara Osiris P 3511 82 80 80 B 80

5 Arief Efendi L 3447 80 75 75 B 80

6 Ari Darmawangsyah L 3446 82 80 80 B 80

7 Desinta Putri Amalia P 3452 85 85 85 B 80

8 Diana Indrawati P 3453 85 80 85 B 80

9 Elok Eka Pertiwi P 3455 90 80 85 B 80

10 Farid Permana L 3510 80 75 70 C 80

11 Fitri Aprolia P 3461 87 80 85 B 80

12 Gatut Pringgo Utomo L 3462 80 75 75 B 80

13 Iga Maya Sari P 3465 86 85 80 B 80

14 Ika Kristiana P 3466 84 85 80 B 80

15 Ilham Bahrudin R L 3467 83 80 80 B 80

16 Imam Dzakarsih L 3468 80 70 70 C 80

17 Irfan Ardiansyah L 3469 85 85 80 B 80

18 Khoirul Rizal Imami L 3470 80 80 75 B 80

19 Lia Wulandari P 3472 85 85 80 B 80

20 Moh. Atok Illah L 3477 85 85 80 B 80

21 Murni Diah Puspita Sari P 3478 83 80 80 B 80

22 Nensi Wulandari P 3479 82 80 80 B 80

23 Nur Susilo Wati P 3483 84 85 85 B 80

24 Nurhadi Wijianto L 3481 80 70 70 C 80

25 Perri Setyopurnomo L 3484 84 80 80 B 80

26 Rega Randa Kurniawan L 3485

80 75 75 B 80

27 Rosi Lestiawan L 3489 80 85 80 B 80

28 Rudi Santoso L 3490 80 80 75 B 80

29 Sabti Desy Wulansari P 3491 87 85 85 B 80

30 Saiful Anwar L 3492 80 75 75 B 80

31 Siska Nurhayati P 3495 84 80 80 B 80

32 Sulistyowati P 3499 83 85 85 B 80

33 Tantyo Prawirahadi L 3500 80 80 75 B 80

34 Wawan Harianto L 3503 80 80 75 B 80

35 Yuli Prihandini P 3506 83 85 80 B 80

Page 189: 06110040 nafi-fadilah-hayati

189

36 Zulfatul Khoiriyah P 3508 83 85 80 B 80

37 Satria Bagus L 80 70 70 C 80

38 Wahyu Ika P 85 85 85 B 80

39 Alif Safitri P 81 80 80 B 80

40 Sandi Prasetya Arisona L

80 70 70 C 80 41 Yusufa Ita Kumala P 3562 KS 80

INSTRUMEN PENELITIAN

A. INTERVIEW

a. Informan: Kepala Sekolah

1. Bagaimana profil SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

2. Bagaimana visi dan misi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

3. Bagaimana struktur organisasi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

4. Bagaimana keadaan guru SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

5. Bagaimana keadaan siswa-siswi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

6. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana SMA 1 Muhamadiyah Kepanjen?

Page 190: 06110040 nafi-fadilah-hayati

190

7. Kurikulum seperti apa yang digunakan pada pengelolaan kelas Pendidikan

Agama Islam?

8. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam?

9. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam?

b. Informan: Guru PAI

Rumusan Masalah 1

1. Bagaimana perencanaan manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?

2. Bagaimana perencanaan strategi mengajar Pendidikan Agama Islam?

3. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan

silabus?

4. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan RPP?

5. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan

perangkat dan instrumen lainnya yaitu instrumen keras (hardware), seperti

gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan lunak

(software), seperti kurikulum, prota, promes, bahan/program yang harus

dipelajari, pedoman belajar, dsb.?

6. Bagaimana pengembangan sumber belajar dan bahan ajar Pendidikan Agama

Islam?

Rumusan Masalah 2

1. Bagaimana pelaksanaan manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan Agama

Islam?

2. Apa saja masalah siswa yang terjadi ketika berlangsungnya proses belajar

mengajar di dalam kelas?

Page 191: 06110040 nafi-fadilah-hayati

191

3. Bagaimana usaha preventif yang dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut?

4. Metode apa yang digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung?

5. Apakah metode yang digunakan mencapai sasaran yang komprehensip siswa?

6. Media apa yang digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung?

7. Bagaimana respon & reaksi siswa ketika proses belajar mengajar

berlangsung?

8. Kurikulum seperti apa yang dipergunakan pada pengelolaan kelas Pendidikan

Agama Islam?

9. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar mengajar?

10. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar?

11. Bagaimana suasana kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung?

12. Bagaimana keadaan ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar?

13. Bagaimana pengaturan tempat duduk siswa ketika proses belajar mengajar

berlangsung?

14. Bagaimana ventilasi dan pengaturan cahaya serta pengaturan penyimpanan

barang-barang di dalam kelas?

15. Bagaimana pola interaksi yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar

mengajar berlangsung?

16. Bagaimana pula pola interaksi yang terjadi di luar kelas?

17. Apakah kedua interaksi tersebut dapat membangkitkan semangat/motivasi

belajar siswa?

Rumusan Masalah 3

1. Bagaimana sistem evaluasi manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan

Agama Islam?

2. Jenis evaluasi apa yang Anda gunakan untuk mengevaluasi hasil belajar

siswa? Apa kelebihan dan kekurangannya?

Page 192: 06110040 nafi-fadilah-hayati

192

3. Apakah tujuan umum diadakannya evaluasi?Mengapa?

4. Apakah tujuan khusus diadakannya evaluasi?Mengapa?

5. Bagaimana tindak lanjut dari hasil evaluasi?

Informan: Siswa Kelas XI

1. Bagaimana proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di kelas?

2. Apakah metode, sarana & prasarana yang digunakan guru mampu

membantu kelancaran proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di

kelas?

3. Bagaimana pola interaksi antara siswa dan guru selama berlangsungnya

pelaksanaan proses belajar mengajar?

4. Apakah pola interaksi tersebut dapat membangkitkan semangat/motivasi

belajar?

5. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar

mengajar?

6. Kendala-kendala apa saja yang muncul selama berlangsungnya pelaksanaan

proses belajar mengajar?

7. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar?

B. DOKUMENTASI

1. Profil SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

2. Visi dan misi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

3. Struktur organisasi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

4. Daftar guru SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

5. Daftar siswa-siswi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

6. Daftar sarana dan prasarana SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen

7. Daftar mata pelajaran

Page 193: 06110040 nafi-fadilah-hayati

193

8. Kalender pendidikan

9. Perangkat pembelajaran (prota, promes, RPP, Silabus)

10. Kegiatan ekstrakurikuler

11. Daftar nilai siswa

DOKUMENTASI

Page 194: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Wawancara dengan Kepala Sekolah

Foto Wawancara dengan Guru PAI/Keislaman

Foto Wawancara dengan Kepala Sekolah

Foto Wawancara dengan Guru PAI/Keislaman

194

Page 195: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

195

Page 196: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

196

Page 197: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XIFoto Wawancara dengan Siswa Kelas XI

Foto Proses KBM di Kelas XI

197

Page 198: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Proses KBM di Kelas XI

Foto Proses KBM di Kelas XI

198

Page 199: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Foto Proses KBM di Kelas XI

Foto Proses KBM di Kelas XI

199

Page 200: 06110040 nafi-fadilah-hayati

Nafi’ Fadlilah

27 September 1987.

semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat

bersaudara, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya

dimulai pada taman sekolah anak

tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro

pada tahun 1994 sampai tahun

kecamatan Pasirian pada tahun 2000

SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang pada tahu

Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al

UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu

semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,

INOVASI UAPM (Unit Aktivitas Pers Mahasiswa) UIN

1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8

Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan

pendidikan, khususnya Pendidikan Islam.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nafi’ Fadlilah Hayati, S.PdI., lahir di Candipuro-Lumajang,

September 1987. Mahasiswi yang tengah menempuh S

semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat

ra, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya

dimulai pada taman sekolah anak-anak, TK Dharma Wanita pada tahun 1992 sampai

tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro

pada tahun 1994 sampai tahun 2000. Sekolah menengah pertama, SMP N 1 Pasirian

kecamatan Pasirian pada tahun 2000-2003, dilanjutkan pada tahun 2003

SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang pada tahun 2006-2010.

Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al

UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu

semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,

t Aktivitas Pers Mahasiswa) UIN MALIKI Malang. Setelah lulus S

1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8

Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan

pendidikan, khususnya Pendidikan Islam.

200

Lumajang,

Mahasiswi yang tengah menempuh S-1

semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat

ra, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya

anak, TK Dharma Wanita pada tahun 1992 sampai

tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro

2000. Sekolah menengah pertama, SMP N 1 Pasirian

2003, dilanjutkan pada tahun 2003-2006 di

SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama

Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly

UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu

semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,

Malang. Setelah lulus S-

1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8

Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan