06 bab 5
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
105
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan Keteranagn Ahli Tanatologi forensik sangat penting bagi penyidik
adalah untuk mengetahui.
a. Penyebab dan cara kematian;
b. Jenis kelamin;
c. Apakah korban telah meninggal atau belum;
d. Identitas korban;
e. Memperkirakan saat kematian;
f. Peristiwa apa yang sebenarnya terjadi.
2. Hambatan pemeriksaan keterangan ahli Tanatologi dalam penyidikan
tindak pidana pembunuhan, yaitu;
a. Hancurnya jenazah tersebut sehingga susah diidentifikasi. Jenazah
yang terbakar sangat sulit diidentifikasi, apalagi kalau satu-satunya
yang tersisa adalah tulang, bahkan tinggal abu;
b. Kurangnya pengetahuan penyidik tentang tanatologi;
c. Kondisi tempat kejadian perkara yang dijumpai petugas telah
berubah dan mengalami kerusakan;
d. Faktor alat penunjang yang kurang lengkap sehingga
mempengaruhi kinerja penyidik menjadi tidak efektif dan efisien.
106
B. Saran
1. Alat bukti yang sudah selesai dipakai untuk pembuktian dan sudah selesai
dalam taraf putusan hukum hendaknya segera ditindaklanjuti sesuai
keputusan Hakim meskipun pembuktian dengan thanalogi mempunyai
nilai kekuatan pembuktian bebas, karena tidak mengikat seorang Hakim
untuk memakainya jika bertentangan dengan keyakinannya.
2. Diperlukan kerjasama yang baik antar dokter tanatologi serta harus bekerja
secara optimal, tekun, sabar dan professional juga meningkatkan bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan khususnya mengenai jenazah yang
dapat digunakan untuk menganalisa secara ilmiah semua jenis barang
bukti yang berhasil didapatkan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Literatur:Dahlan, Sofwan. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang; Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 1983. Pedoman Pelaksanaan KUHP. Jakarta.
Hamzah, Andi. 2000. Pengantar Hukum Acara Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
_________. 2009. Delik-delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP. Jakarta: Sinar Grafika.
Idries, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama), Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Marbun, Rocky. 2009. Cerdik dan Taktis Menghadapi Kasus Hukum. Jakarta: Visimedia.
Prakoso, Djoko dan I Ketut Murtika. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Poernomo, Bambang. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992.
Ranoemihardja, Atang. 1991. Ilmu Kedokteran Kehakiman Forensic Science, Bandung: Tarsito.
Soemitro, Ronny Hanitijo,. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soeharto. 2010. Panduan Praktis Bila Anda Menghadapi Perkara Pidana (Mulai Proses Penyidikan sampai Persidangan). Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Soesilo, R. 1982. Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminil, Bogor: Politeia.
________. 1982. Hukum Acara Pidana, Bogor: Politeia.
________. 1989. Kriminalistik Ilmu Penyidikan Kejahatan. Bogor: Politeia.
Wisnubroto, AL. 2002. Praktek Peradilan Pidana (Proses Persidangan Perkara Pidana). Yogyakarta: Galaxy Puspa Mega.
108
Yahya Harahap, M. 2002. Pembahasan Masalah dan Penerapan Kuhap Bagian Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika.
Sasngka, Hari dan Rosita, Lily. 2003. Tahap-Tahap Penyidikan Hukum Acara Pidana. Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan:Animous, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
_________, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.2001
_________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.
Internet
http://annisatridamayanti.wordpress.com/2010/11/19/sulitnya-identifikasi...
yasinfadillah.blogspot.com