05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

19
ILO Education and Skills Training project Usulan Kerangka Pendidikan Kewirausahaan Draft Nota Konsep untuk Diskusi I. Latar Belakang: Mengapa pendidikan kewirausahaan? Terlepas dari catatan laju pertumbuhan 6.2 persen pada tahun 2008, di tengah-tengah krisis keuangan global, peningkatan PDB tidak diterjemahkan menjadi jumlah lapangan kerja yang memadai untuk menyerap angkatan kaum muda baru Indonesia di pasar kerja. Indonesia menghadapai angka penangguran terbuka sebesar 8,39 persen dan angka setengah menganggur 27,8 persen, 1 dan 61 persen orang Indonesia yan menganggur berusia antara 15 sampai 24 tahun. Setiap tahunnya hampir 2 juta kaum muda perempuan dan laki-laki masuk ke pasar kerja Indonesia. Kombinasi dari kurangnya kesempatan di pasar tenaga kerja dan kurangnya keterampilan berakibat pada banyak kaum muda tidak dapat mendapatkan pekerjaan di sektor ekonomi formal. Banyak di antara mereka yang akhirnya bekerja di ekonomi informal, tetapi produktifitas mereka terbatas karena kurangnya persiapan di sekolah. Kenyataan bahwa sebagian besar pelajar Indonesia nantinya akan mendapatkan penghidupan dari ekonomi informal tidak tercermin sepenuhnya dalam pembelajaran di sekolah dan luar sekolah dan modul-modul pelatihan. Sebagian besar sekolah di Indonesia tidak memberikan pendidikan kewirausahaan sama sekali yang dibutuhkan kaum muda untuk memulai usaha, bergabung ke dan meningkatkan produktifitas usaha keluarga, atau secara lebih umum mengembangkan sikap kewirausahaan yang proaktif dalam karir profesional mereka. 1 Trend dari beberapa indikator sosio-ekonomi Indonesia, BPS, Maret 2009

Post on 21-Oct-2014

2.835 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

ILO Education and Skills Training project

Usulan Kerangka Pendidikan Kewirausahaan

Draft Nota Konsep untuk Diskusi

I. Latar Belakang: Mengapa pendidikan kewirausahaan?

Terlepas dari catatan laju pertumbuhan 6.2 persen pada tahun 2008, di tengah-tengah krisis

keuangan global, peningkatan PDB tidak diterjemahkan menjadi jumlah lapangan kerja yang

memadai untuk menyerap angkatan kaum muda baru Indonesia di pasar kerja. Indonesia

menghadapai angka penangguran terbuka sebesar 8,39 persen dan angka setengah menganggur

27,8 persen,1 dan 61 persen orang Indonesia yan menganggur berusia antara 15 sampai 24 tahun.

Setiap tahunnya hampir 2 juta kaum muda perempuan dan laki-laki masuk ke pasar kerja

Indonesia. Kombinasi dari kurangnya kesempatan di pasar tenaga kerja dan kurangnya

keterampilan berakibat pada banyak kaum muda tidak dapat mendapatkan pekerjaan di sektor

ekonomi formal. Banyak di antara mereka yang akhirnya bekerja di ekonomi informal, tetapi

produktifitas mereka terbatas karena kurangnya persiapan di sekolah.

Kenyataan bahwa sebagian besar pelajar Indonesia nantinya akan mendapatkan penghidupan dari

ekonomi informal tidak tercermin sepenuhnya dalam pembelajaran di sekolah dan luar sekolah

dan modul-modul pelatihan. Sebagian besar sekolah di Indonesia tidak memberikan pendidikan

kewirausahaan sama sekali yang dibutuhkan kaum muda untuk memulai usaha, bergabung ke

dan meningkatkan produktifitas usaha keluarga, atau secara lebih umum mengembangkan sikap

kewirausahaan yang proaktif dalam karir profesional mereka.

1 Trend dari beberapa indikator sosio-ekonomi Indonesia, BPS, Maret 2009

Page 2: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Teori-teori pengembangan ekonomi memasukkan pendidikan kewirausahaan sebagai perangkat

penting untuk pengembangan sektor usaha mikro dan kecil yang vibran. Di Indonesia Usaha

Kecil dan Menengah berkontribusi terhadap 53,6 persen PDB nasional,2 dan mempekerjakan

lebih dari 91,8 juta orang. Terlepas dari peran yang dimainkan oleh usaha kecil dalam

perekonomian, banyak usaha yang tidak dapat berkembang karena antara lain kurangnya sumber

daya manusia yang handal. Menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan pelajar dan

kaum muda tidak hanya akan berkontribusi untuk mengurangi pengangguran, tetapi juga dapat

membantu mendorong produktifitas dan daya saing dalam UKM.

Terdapat berbagai upaya untuk mengkonseptualisasikan pendidikan kewirausahaan, tetapi

sampai saat ini belum muncul definisi yang disepakati bersama. Untuk dokumen ini, pendidikan

kewirausahaan berarti “dalam kerangka pembelajaran seumur hidup, proses memberikan

seseorang konsep dan keterampilan praktis untuk mengenali kesempatan, sumber daya-sumber

daya utama dan mungkin juga memulai dan mengelola suatu usaha.” Definisi ini meliputi

pendidikan kewirausahaan yang bertujuan untuk penciptaan usaha dan yang bertujuan untuk

memperbaiki sikap siswa terhadap kehidupan profesionalnya. Pendidikan kewirausahaan

dipandang sebagai bagian dari proses pembelajaran seumumr hidup untuk memastikan bahwa

individu dapat berkembang secara koheren dalam mendapatkan kompetensi kewirausahaan dan

meningkatkan sikap kewirausahaan mereka baik di dalam maupun di luar sistem pendidikan.

Keterbatasan dari pendidikan kewirausahaan juga harus disadari:

• Tidak semua orang dapat menjadi wirausaha. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk

menjadikan individu wirausaha dan memiliki jiwa kewirausahaan. Pendidikan

kewirausahaan juga tidak hanya bertujuan untuk penciptaan usaha. Tujuannya adalah juga

untuk mendorong sifat-sifat seperti kreatifitas, otonomi, dan inisiatif di dalam diri seseorang

(sebagai bagian dari keterampilan hidup).

2 BPS

Page 3: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

• Untuk menjadi efektif dalam penciptaan usaha, pendidikan kewirausahaan harus diikuti

dengan komponen-komponen layanan/ coaching/ mentoring paska pelatihan yang bagus dan/

atau menghubungkan dengan layanan pengembangan usaha (business development services).

• Untuk memaksimalkan kesempatan bekerja, pendidikan kewirausahaan harus menjadi bagian

dari fokus yang lebih luas untuk memperkuat usaha mikro dan kecil di Indonesia, bersama-

sama dengan upaya untuk memperbaiki iklim usaha.

Dokumen ini dibagi menjadi enam bagian. Bagian ke dua menggambarkan inisiatif-inisiatif

utama yang sejauh ini dilaksanakan dalam pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Bagian ke

tiga mencoba untuk menarik pelajaran awal dari pengalaman ini, dan bagian keempat

menjabarkan tujuh rekomendasi kebijakan untuk pendidikan kewirausahaan yang komprehensif

di Indonesia. Bagian ke lima dan ke enam memberikan rekomendasi lebih lanjut lagi untuk

pendidikan guru, dan pemantauan dan evaluasi.

II. Kerangkan sistem pendidikan kewirausahaan saat ini di Indonesia

A. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah melaksanakan pendidikan kewirausahaan

sejak tahun 1994 di Sekolah Menengah Kejuruan. Pengenalan kurikulum kewirausahaan di SMK

dilihat sebagai suatu kesempatan untuk mengkombinasikan pembelajaran kewiausahaan dengan

keterampilan teknis untuk mendorong siswa untuk menjadi wirausaha. Sebagai tambahan,

banyak SMK membuat “Unit Produksi” tetapi masih berfokus pada mempraktekkan

keterampilan kejuruan mereka. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK –

Depdiknas) juga telah memulai kegiatan ekstra kurikuler untuk kewirausahan, di mana beberapa

siswa mendapatkan manfaat dari (a) satu minggu pelatihan bisnis intensif (dengan paket

pelatihan Start Your Business ILO), dan (b) modal awal untuk usaha berbasis kelompok di

sekolah.

Page 4: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

B. Pendidikan Kewirausahaan di Sistem Politeknik

Dalam sistem politeknik, ASPI (Asosiasi Politeknik Indonesia) melaksanakan Proyek

Pengembangan Keterampilan Kewirausahaan (ESDP) yang didanai oleh NUFFIC, Belanda.

Proyek ini bertujuan antara lain untuk

mengarusutamakan kewirausahaan melalui

pengembangan kurikulum kewirausahaan dan

pembentukan Unit Pelatihan Kewirausahaan.

Kurikulum kewirausahaan dikembangkan oleh

TRIODOS FACET, berdasarkan paket pelatihan

Know About Business ILO, Permainan Bisnis

ILO, dan CEFE GTZ. International Training

Centre ILO di Turin memberikan bantuan teknis

untuk pendirian Unit Pelatihan Kewirausahaan.

C. Pendidikan Kewirausahaan di

Pendidikan Tinggi

Beberapa universitas negeri dan swasta telah

menggunakan kurikulum kewirausahaan sebagai

mata kuliah wajib untuk satu semester. Sebagai

tambahan, semenjak tahun 2007 Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi memberikan dana

bagi beberapa universitas untuk memberikan

dana bagi mahasiswa mereka untuk memulai usaha.

D. Pendidikan Kewirausahaan di Balai Latihan Kerja.

Selayang Pandang mengenai Proyek

Percontohan Pendidikan Kewirausahaan Departemen Pendidikan Nasional – ILO

ILO bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, terutama Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan sejak tahun 2002 melalui uji coba program Start Your Business Programme (SYB). SYB sekarang telah digunakan di seluruh Indonesia dan telah ada jaringan pelatih-pelatih SYB di delapan propinsi. Pada tahun 2005/2006, Depdiknas dan ILO memperkenalkan program pelatihan kewirausahaan Know About Business (KAB) di dalam sistem pendidikan menengah kejuruan dan teknis dalam tahap uji coba. Indonesia bergabung dengan 30 negara untuk menggunakan paket pelatihan KAB. Untuk memastikan keberlanjutan proyek dan juga rasa kepemilikan nasional, ILO telah menguatkan kapasitas dari Pusat Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dalam memberikan pelaihan kewirausahaan. 33 Master Trainer dari enam P4TKs saat ini menggunakan KAB sebagai bagian dari program pelatihan kelembagaan reguler mereka.

Page 5: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Beberapa Balai Latihan Kerja (BLKI) seperti BLKI

Lembang, Bekasi, BLK Lombok, dan Sulawesi

Selatan telah mulai menggunakan kurikulum Start

Your Business untuk peserta yang tertarik untuk

memulai usaha mereka. Sebagai contoh, BLKI

Lembang memperkenalkan program Start Your

Business untuk sector Pertanian sedangkan BLKI

Bekasi menggunakan program SYB untuk peserta

mereka yang merupakan calon tenaga kerja ke

Jepang.

E. Pendidikan Kewirausahaan untuk Kaum

Muda yang Tidak Bersekolah

Pendidikan kewirausahaan untuk kaum muda yang

tidak bersekolah sebagian besar ditujukan untuk

membantu kaum muda dalam memulai usaha mereka sendiri. Pemerintah secara aktif

mempromosikan program-program untuk menstimulasi penciptaan usaha baru untuk kaum

muda. Sebagai contoh, Kementerian Pemuda dan Olah Raga di bawah Deputi Menteri untuk

Kewirausahaan secara aktif mempromosikan kewirausahaan dengan mentargetkan kaum muda di

daerah pedesaan. Pemerintah memberikan dukungan pendanaan kepada lembaga-lembaga yang

melatih kaum muda mengenai keterampilan kejuruan dan kewirausahaan. Sebagai tambahan,

modal awal juga diberikan untuk membantu kaum muda memulai usaha mereka. Kementerian

Koperasi dan UKM memiliki skema yang serupa seperti Program Kewirausahaan Kaum Muda

melalui Gerakan Koperasi dan Agro Bisnis. Direktur Jenderal PNFI, Departemen Pendidikan

Nasional juga sedang dalam proses untuk mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan untuk

kaum muda yang tidak bersekolah. Hal ini ditujukan untuk memberikan sikap, keterampilan dan

pengetahuan kewirausahaan bagi siswa.

Program Start and Improve Your

Business ILO

Program Start and Improve Your Business ILO dibagi menjadi tiga: i) Generate Your Business Idea, ii) Start Your Business, iii) Improve Your Business. Program SIYB telah dilaksanakan di lebih dari 90 negara dengan lebih dari 80 Master Trainer dan 4.500 pelatih. SIYB memiliki system penjaminan mutu yang kuat, dengan badan sertifikasi yang tersentralisasi di International Training Center ILO di Turin. Di Indonesia program ini diperkenalkan pada tahun 2002 bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Enam master trainer, lebih dari 230 pelatih dan 35 organisasi mitra secara aktif mempromosikan dan melaksanakan program SIYB, termasuk KADIN dan APINDO.

Page 6: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

F. Pendidikan kewirausahaan yang diadaptasi untuk kelompok-kelompok spesifik

Organisasi pekerja migrant dan BLK Malang telah melaksanakan Program SYB yang menyasar

pekerja rumah tangga yang kembali dari luar negeri. Pelatihan ini juga meliputi anggota-anggota

keluarga dari pekerja. Secara keseluruhan terdapat 39 pelatih SIYB yang bekerja dengan

organisasi-organisasi ini untuk mendukung para pekerja migrant dan keluarga mereka untuk

menggunakan tabungan mereka secara produktif. KSBSI Aceh menggunakan program SIYB

untuk memberikan dukungan bagi anggota mereka yang pensiun atau yang diperkirakan akan di-

PHK. Di Surabaya, UKM Center Dinas Koperasi dan UKM melatih pekerja-pekerja yang sudah

pensiun dari salah satu perusahaan rokok tentang SYB untuk memungkinkan mereka memulai

usaha sendiri dengan menggunakan tabungan dan pesangon. Beberapa BDS juga menggunakan

program SYB untuk melatih warga binaan pemasyarakatan yang akan dikeluarkan dari tahanan.

Terdapat pula contoh-contoh penyedia BDS memasarkan pendidikan kewirausahaan di pusat

rehabilitasi narkoba termasuk untuk ODHA. Di Papua, ILO bekerja sama dengan Pemerintah

Propinsi dan Kabupaten untuk melatih masyarakat Papua, juga berdasarkan adapt (tradisi local).

III. Pembelajaran

Di bawah ini adalah pembelajaran-pembelajaran utama dari inisiatif pendidikan kewirausahaan

di Indonesia:

• Kebutuhan untuk kerangka menyeluruh dengan tanggungjawab-tanggungjawab spesifik –

Terdapat banyak penekanan dalam pengembangan dan perbaikan kurikulum kewirausahaan.

Sebagai contoh, PSMK (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan) telah merevisi

kurikulum kewirausahaan setiap empat tahun sekali (1994, 1999, 2002 dan 2007). ILO juga

telah membantu mengadaptasi dan mengujicoba modul-modul pelatihan internasional.

Namun lebih sedikit sumber daya yang digunakan untuk meluncurkan pelatihan untuk guru

dan instruktur, sebagai bagian dari rencana komprehensif. Sebagian besar kegiatan

pendidikan kewirausahaan sejauh ini merupakan inisiatif dari Pemerintah Pusat, sementara

hanya beberapa pemerintah Propinsi dan Kabupaten yang memberikan kontribusi keuangan

untuk pelatihan guru.

Page 7: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

• Pendidikan kewirausahaan memerlukan pergesertan paradigm dalam metodologi

pengajaran – Untuk kasus-kasus tersebut di mana pelatihan individu-individu berpusat pada

siswa dan diikuti oleh dukungan coaching dan penghubungan ke sector swasta, dampak yang

lebih besar terlihat, terkait dengan: (a) pendekatan-pendekatan praktis, b) jumlah siswa yang

mempertimbangkan untuk membuka usaha di masa yang akan dating, c) jumlah siswa yang

dapat menghubungkan pembelajaran mereka sekarang dan pekerjaan mereka di masa yang

akan datang.

• Kaum muda memerlukan lebih banyak lagi bantuan dalam memformulasikan ide-ide

bisnis, dorongan dan motivasi, sementara orang dewasa memerlukan lebih banyak bantuan

yang terkait dengan pengelolaan bisnis (sumber evaluasi SIYB di Aceh).

• Pendidikan kewirausahaan di sekolah berjalan lebih baik lagi dengan pendekatan

keseluruhan sekolah – Pengalaman juga menunjukkan bahwa penting untuk melatih guru-

guru bersama-sama dengan kepala sekolah, pengawas pendidikan, komite sekolah, dan/atau

perwakilan dari sector swasta untuk melaksanakan modul kewirausahaan yang berhasil dan

dinamis.

• Pendekatan yang terintegrasi yaitu akses ke pelatihan keterampilan praktis, pengetahuan

mengenai pengelolaan bisnis dan akses ke lembaga keuangan merupakan pendekatan

yang efektif untuk penciptaan usaha – Penilaian Dampak Start Your Business di Aceh pada

tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 41,5% dari total responden memulai usaha (27%)

atau kegiatan yang menghasilkan pendapatan (14,5%). Tantangan-tantangan yang dihadapi

oleh sebagian besar responden dalam memulai usaha mereka meliputi menarik pelanggan,

mendapatkan bahan baku, mengelola keuangan, dan mengakses keuangan eksternal.

Keterlibatan BDS dikaitkan secara langsung ke keberlanjutan usaha mikro.

IV Tujuh Usulan Prioritas untuk Pendidikan Kewirausahaan

o Memastikan dukungan politik di semua departemen dan propinsi dan kabupaten untuk

pendidikan kewirausahaan sebagai kompetensi kunci untuk semua warga Indonesia,

sebagai bagian dari kebijakan untuk mengurangi angka setengah menganggur dan

Page 8: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

memberikan dukungan bagi usaha-usaha kecil dan menengah. Dukungan politik yang luas

ini juga harus diterjemahkan ke dalam

� Pendanaan yang berkelanjutan dan terkoordinasi untuk program,

� suatu model pendidikan bisnis untuk disesuaikan dengan perbedaan budaya di

tingkat propinsi.

o Menetapkan tujuan yang jelas mengenai apa yang harus dicapai, melalui proses

pembelajaran seumur hidup termasuk untuk kaum muda yang bersekolah maupun tidak

bersekolah, untuk pekerja yang di-PHK, dengan anggaran yang terkait dan indicator-

indikator dampak. Insentif-insentif praktis diperlukan, terutama karena sekolah dan guru-

guru memiliki kewenangan yang lebih luas di bawah system yang ada pada saat ini

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Penting bahwa manajemen sekolah dan guru-guru

diyakinkan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ini dan bahwa lingkungan sekolah

mendukung pendidikan kewirausahaan.

o Setelah kajian pengalaman di masa lampau dan berdasarkan kompetensi-kompetensi yang

disepakati (lihat draft di Lampiran 1),

� Merekomendasikan kurikulum sebagai bagian dari kurikulum SMP, SMA, SMK dan

kaum muda, dan untuk pekerja yang di-PHK,

� mengkaji bagaimana kewirausahaan dapat diarusutamakan ke dalam mata

pelajaran yang ada pada saat ini;

o Membangun kemitraan public-swasta yang inovatif dengan (a) penyedia pelatihan, (b)

perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk meng-sub-kontrak-kan sebagian produksi/

produksi mereka, dan (c) serikat pekerja (untuk pendidikan pekerja). Sebagai bagian dari

rekomendasi yang sama, penting untuk:

� Merekrut badan-badan yang berpartisipasi untuk kewirausahaan untuk kaum muda

yang tidak bersekolah berdasarkan kinerja dan kapasitas mereka dan bukan karena

status mereka (PKBM, LSM, swasta..);

� Menyadari dan memaksimalkan peran pendidik selain guru (orang tua, praktisi,

pengusaha, siswa sendiri);

� Menetapkan insentif untuk perusahaan-perusahaan yang mengkontribusikan waktu

dan sumber daya untuk pendidikan bisnis,

Page 9: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

� Menghubungkan siswa ke perusahaan dan pelaku bisnis, untuk memastikan hubungan

mentoring/coaching yang erat dengan para pelaku usaha.

o Membangun kapasitas guru-guru kewirausahaan dan memutuskan suatu system sertifikasi

yang seragam. Pembangunan kapasitas guru harus berfokus pada mempelajarai dengan

melakukan. Hal ini tidak boleh dibatasi hanya pada pelatihan satu kali saja, tetapi meliputi

coaching dan dukungan setelah pelatihan, pemagangan ke perusahaan kecil dan kunjungan

studi ke sekolah-sekolah yang berhasil agar guru-guru terlibat sepenuhnya dan untuk

membangun kompetensi mereka. Peran educator dilihat sebagai

� Menyediakan lingkungan yang memungkinkan individu untuk merasa terberdayakan

untuk mengambil resiko,

� Memfasilitasi perubahan perilaku di kalangan siswa menjadi pendekatan yang lebih

dinamis terhadap dunia kerja dan kehidupan profesionalnya.

o Membangun satu atau lebih Unit untuk Pendidikan Kewirausahaan yang terdesentralisasi,

dengan focal point di propinsi yang bertanggungjawab untuk:

� Menstimulasi cara-cara yang inovatif untuk membawakan pendiidikan kewirausahaan

melalui block grant dengan sasaran yang jelas,

� Melaksanakan studi pelacakan dan mendokumentasikan dampak,

� Mendokumentasikan, memvalidasi dan menyebarkan pembelajaran-pembelajaran

spesifik melalui praktek online,

� Memberikan label “sekolah kewirausahaan” ke sekolah-sekolah yang telah

menunjukkan capaian yang luar biasa.

o Mendukung proyek-proyek bisnus sekolah dan incubator bisnis, bermitra dengan sector

swasta, di mana siswa dilibatkan dalam kegiatan usaha konkrit baik pada tingkat produksi

dan manajemen (dengan memperhatikan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja), dengan

mengakui kinerja mereka melalui nilai dan kompetisi.

V Usulan Pelatihan dan Sertifikasi Guru

Master trainer yang memiliki kualifikasi adalah factor utama untuk keefektifan pendidikan

kewirausahaan di suatu Negara. Dengan menggunakan pengalaman ILO, diusulkan untuk

memiliki tiga tingkat system pelatihan untuk menciptakan sekelompok pakar pendidikan

kewirausahaan. Ketiga lapisan ini adalah 1) master trainer, 2) fasilitator utama dan 3)fasilitator

Page 10: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

(guru). Masing-masing akan dilatih dan didukung dengan coaching dan pelatihan peningkatan

keterampilan regular, untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing. Tugas-tugas yang

diusulkan untuk masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Peran master trainer di P4TK adalah:

- Untuk memastikan bahwa para fasilitator utama menggunakan metode pengajaran yang

berpusat pada peserta didik pada saat melaksanakan pelatihan kewirausahaan bagi guru-guru.

- Untuk membangun metodologi pengajaran yang inovatif mengenai pendidikan

kewirausahaan baik di kelas dan ekstra-kurikuler.

- Untuk mengumpulkan praktek-praktek yang baik mengenai keefektifan pendidikan

kewirausahaan, dan untuk mendiseminasikannya melalui berbagai media.

b. Peran dari fasilitator utama di tingkat propinsi:

- Untuk mempromosikan program pelatihan pendidikan kewirausahaan untuk sekolah dan

guru dan memasarkan program ke pemerintah propinsi/ nasional.

- Untuk melatih guru-guru mengenai pendidikan kewirausahaan dengan menggunakan

kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Untuk memberikan dukungan paska pelatihan untuk guru-guru seperti keterampilan

mengajar baru mengenai kewirausahaan, coaching, dll.

c. Peran fasilitator/ guru

- Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa di ruangan kelas

mereka.

- Untuk melaksanakan pemantauan berkala mengenai kepuasan peserta yang berpartisipasi

dalam program pendidikan kewirausahaan.

- Untuk memotivasi siswa untuk mendirikan klub bisnis, dll.

Page 11: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74/2008, terdapat dua cara untuk mendapatkan sertifikasi

guru, yaitu: 1) uji kompetensi melalui penilaian portofolio, dan 2) sertifikasi langsung untuk

mereka yang memiliki gelar master dan doktor.

Penilaian portofolio meliputi 1) kualifikasi akademis, 2) pelatihan dan pendidikan, 3)

pengalaman guru, 4) rencana pembelajaran dan pelaksanaan, 5) penilaian dari pengawas dan

inspektur, 6) pencapaian akademis, 7) pengembangan pencapaian professional, sebagai contoh,

melaksanakan penelitian, 8) partisipasi dalam lokakarya, 9) pengalaman organisasional yang

terkait dengan pendidikan dan isu-isu social, dan 10) penghargaan yang terkait dengan

pendidikan. Komponen-komponen dari potofolio meliputi empat kompetensi inti guru yaitu 1)

Kompetensi pedagogis, 2) kompetensi personal, 3) kompetensi social, 4) kompetensi profesional.

Setiap tahunnya, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan target untuk sertifikasi guru yang

meliputi semua subyek pengajaran. Guru yang mengajar kewirausahaan harus didorong untuk

mendaftarkan diri untk sertifikasi. Partisipasi mereka dalam pelatihan kewirausahaan

internasional seperti KAB dan SYB akan berkontribusi untuk memberikan mereka skor yang

lebih tinggi.

No Komponen portofolio Usulan criteria untuk sertifikasi guru kewirausahaan

1 Kualifikasi akademis

- Diploma IV atau S1

Guru-guu harus memiliki kualifikasi akademis yang

disyaratkan. Depdiknas mungkin perlu untuk membantu

guru-guru yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan

minimum pada saat ini untuk mendapatkan sedikitnya

kualifikasi Diploma IV.

2 Pelatihan dan Pendidikan Guru-guru harus berpartisipasi dalam program pelatihan

kewirausahaan yang berfokus pada metode pengajaran

modern. Program pelatihan KAB dapat digunakan sebagai

referensi untuk lembaga-lembaga pelatihan guru.

3 Pengalaman mengajar Tidak ada

4 Rencana pengajaran dan

pelaksanaan

Kepala sekolah/ manajemen memastikan bahwa guru

mempersiapkan rencana ajar dengan menggnakan

metodologi pengajaran modern.

Page 12: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

5 Penilaian dari pengawas

dan kepala sekolah

Terdapat dua bidang yang dapat dinilai terkait dengan gaya

pengajaran. Pengawas dan kepala sekolah dapat

memainkan peran penting untuk mengkaji guru

kewirausahaan dalam:

- Inovasi dan kreatifitas terkait kewirausahaan.

- Keterampilan komunikasi.

- Keterampilan berjejaring dengan bisnis dan asosiasi.

6 Pencapaian Akademis - Skor dapat diberikan apabila guru-guru dapat

membantu siswa memenangkan kompetisi

keterampilan kewirausahaan

7 Pencapaian Profesional - Guru-guru harus didorong untuk menulis artikel di

Koran mengenai kisah keberhasilan mengenai

kewirausahaan

- Guru-guru harus didorong untuk melaksanakan

penelitian mengenai kewirausahaan

8 Keikutsertaan dalam

lokakarya

- Mendorong dinas pendidikan propinsi/ kabupaten untuk

melakukan lokakarya pertukaran pengetahuan

mengenai kewirausahaan.

9 Pengalaman organisasi

yang terkait dengan isu

pendidikan dan social

- Mendorong guru-guru untuk membentuk atau

berpartisipasi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran)

- Mendorong guru-guru untuk membentuk klub bisnis

yang terkait dengan kewirausahaan.

10 Penghargaan yang terkait

dengan subyek pendidikan

Tidak ada

Page 13: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

6. Pemantauan dan Evaluasi

Untuk menjamin pengembangan Pendidikan Kewirausahaan yang cepat dan mantap, diusulkan

untuk membentuk system standard untuk Pemantauan dan Evaluasi, untuk memungkinkan

pembuat kebijakan nasional dan propinsi, guru dan lainnya untuk menilai dampak dan

mengadaptasi strategi secara sesuai. Indikator-indikator yang diusulkan diringkas dalam table di

bawah ini.

Indikator Kinerja Program

Fokus

Siswa

Sekolah Fasilitator Kunci (P4TK,

LPMP3)

Skala

Jumlah siswa yang

mendapatkan program

pendidikan

kewirausahaan

Jumlah siswa yang

berpartisipasi dalam

usaha yang dikelola

siswa

Jumlah guru yang

dilatih mengenai

pendidikan

kewirausahaan

Jumlah guru yang

mendapatkan

sertifikasi keguruan

Jumlah propinsi di

mana pendidikan

kewirausahaan tersedia

Jumlah propinsi di mana

fasilitator utama tersedia

Jumlah fasilitator utama

yang bekerja dalam

kegiatan program

pendidikan

kewirausahaan

Mutu

Kepuasan siswa akan

layanan yang diberukan

oleh guru dan sekolah

Kepuasan siswa

terhadap materi-materi

Kepuasan sekolah

dengan ketersediaan

layanan dan kepusaan

terhadap bahan.

Kepuasan guru dengan

pelatihan dan layanan

paska pelatihan yang

diberikan oleh fasilitator

utama

3 Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (Education Quality Assurance Body)

Page 14: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

yang diproduksi

(permainan bisnis, buku

teks, buku kerja)

Dampak

Sikap siswa berubah

Peningkatan kompetensi

personal meningkat

Transisi dari pendidikan

ke lingkungan kerja

difasilitasi dan

diterapkan

Persentase sekolah

yang berubah menjadi

lingkungan belajar

yang kondusif

Keefektifan dari segi

biaya

Biaya per guru

(pelatihan, paska

pelatihan dan

sertifikasi) dikaitkan

dengan penilaian

untuk memantau

dampak

Biaya per organisasi/

fasilitator yang dikaitkan

dengan penilaian

dampak

Keberlanjutan

Persentase guru dan

sekolah yang secara

aktif melaksanakan

pembelajaran yang

berpusat pada siswa

Sistem nasional untuk

pengendalian mutu,

dukungan terus-menerus

dan pelatihan fasilitator

Dukungan terus-

menerus dari pemerintah

propinsi/ nasional

Perangkat yang digunakan untuk keperluan pemantauan dapat meliputi Focus Group Discussion

dengan siswa untuk mengkaji sikap kewirausahaan pra dan paska pelatihan, evaluasi proses

pengajaran (persiapan, metodologi, partisipasi siswa).

Page 15: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Lampiran 1 Usulan Kompetensi Kewirausahaan berdasarkan Sasaran Peserta

Sasaran Peserta Kompetensi kunci Modul yang

diujicobakan di

Indonesia

Untuk

ditindaklanjuti

segera

SMP Mengetahui peran

bisnis dan wirausaha di

masyarakat

SMA - Mendemonstrasikan

karakteristik-

karakteristik

kewirausahaan

- Memahami

keterampilan yang

diperlukan untuk

memulai usaha

Know About

Business yang

dimodifikasi.

- Untuk

mengembangkan

kurikulum sebagai

bagian dari life

skill, bimbingan

karir atau muatan

lokal.

- Untuk

memberikan

pengembangan

kapasitas secara

terus-menerus

untuk guru-guru

terutama dalam

mengembangkan

lingkungan

pembelajaran

yang kondusif.

- Untuk

menghubungkan

sekolah dengan

sector swasta.

- Untuk

Page 16: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

menghubungkan

sekolah dengan

penyedia Business

Development

Services –

Layanan

Pengembangan

Usaha

SMK • Menunjukkan

semangat

kewirausahaan

yang dinamis

• Menunjukkan

pemahaman akan

struktur

perencanaan usaha.

Know About Business - Untuk

memberikan

pembangunan

kapasitas secara

terus-menerus

kepada guru-guru

terutama dalam

mengembangkan

lingkungan

pembelajaran

yang kondusif.

- Untuk

menghubungkan

sekolah dengan

swasta

- Untuk

menghubungkan

sekolah dengan

penyedia Business

Development

Services –

Page 17: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Layanan

Pengembangan

Usaha untuk

kebutuhan di masa

yang akan datang.

Pendidikan Tinggi - Mendemonstrasikan

keterampilan untuk

mengubah masalah

menjadi

kesempatan.

- Mampu

menerapkan

prinsip-prinsip

pengelolaan

hubungan manusia

- Mendemonstrasikan

penerapan

keterampilan teknis

dalam konteks

kewirausahaan

- Mampu merancang

rencana usaha

- Untuk

mengembangkan

modul

percontohan

dengan

menggunakan

praktek

pembelajaran

langsung bagi

siswa.

- Untuk

memberikan

pelatihan bagi

para dosen dalam

mengembangkan

lingkungan

pembelajaran

dengan praktek

langsung.

- Untuk

membangun

kerjasama yang

lebih kuat antara

universitas dan

masyarakat bisnis,

Page 18: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

terutama usaha

kecil dan

menengah.

- Untuk

mengembangkan

incubator bisnis.

Di luar sekolah - Memahami

karakteristik

kewirausahaan

- Memahami

keterampilan yang

diperlukan untuk

memulai usaha.

- Memahami dan

mendemonstrasikan

keterampilan yang

dibutuhkan untuk

meningkatkan suatu

usaha

- Mampu untuk

membuat rencana

usaha

- GET Ahead4

- Generate Your

Business Ideas

- Start Your

business

- Improve Your

Business

- Untuk

memperkuat

kapasitas business

development

services dalam

program pelatihan

kewirausahaan

dan pengelolaan

usaha.

- Untuk

menetapkan

proses sertifikasi

untuk

pelatih/instruktur

dengan

bekerjasama

dengan Badan

Nasional

4 GET Ahead adalah paket pelatihan untuk perempuan-perempuan miskin yang melakukan atau berniat untuk memulai usaha kecil. GET Ahead berbeda dengan bahan-bahan bisnis konvensional karena menekankan pada keterampilan kewirausahaan dari sudut pandang gender. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat keterampilan bisnis dan manajemen dasar dari pesertanya. Pelatihan ini menunjukkan kepada perempuan bagaimana mengembangkan keterampilan kewirausahaan dan bagaimana mendapatkan dukungan melalui kelompok, jejaring, dan lembaga-lembaga yang menangani pengembangan usaha. Silahkan menghubungi ILO Jakarta untuk informasi lebih lanjut.

Page 19: 05 framework for entrepreneurship education bahasa indonesia

Sertifikasi Profesi

dan Kementerian

Negara Koperasi

dan UKM.

- Untuk

membangun

kerjasama yang

lebih kuat dengan

LSM dan sector

swasta untuk

penjangkauan

yang lebih baik.

- Untuk membuat

hubungan dengan

lembaga keuangan

dan kemungkinan

untuk

megumpulkan

dana untuk

jaminan kredit

untuk memulai

usaha yang

dimiliki oleh

kaum muda.