document03

24

Click here to load reader

Upload: b2uty-rm

Post on 25-Sep-2015

72 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

010

TRANSCRIPT

MODUL 3PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)KASUS 3Seorang laki-laki usia 55 tahun berkonsultasi ke dokter umumnya karena chest pain yang samar-samar dan merasakan sesak nafas pada saat menaiki tangga selama dua sampai tiga tahun terakhir. Pada pemeriksaan X-ray menunjukkan gambar opasitas yang tersebar di seluruh lapangan paru-paru. Ditemukan juga gambaran egg shell calcification pada kedua area hili. Menurut International Labour Organization (ILO) kalsifikasi tersebut sesuai gambaran Pneumoconiosis.Secara klinis tidak ditemukan adanya kelainan. Nilai FEV1 adalah 84% dan FVC adalah 79%. Ia seorang pemahat/pengukir batu nisan selama 36 tahun, secara terus menerus terpapar dengan debu dari cutting, grinding, polishing, dan pemahatan dari batu nisan. Ia merokok sepuluh batang rokok sehari selama 30 tahun dan tidak mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis. Pemeriksaan X-ray dilakukan enam bulan kemudian menunjukkan gambaran yang sama.KATA/KALIMAT KUNCI Laki-laki 55 tahun Chest pain Sesak nafas saat menaiki tangga 2-3 tahun terakhir X-ray: Egg shell calcification pada kedua hilus Pneumoconiosis FEV1 84% dan FVC 79% Pemahat/pengukir batu nisan selama 36 tahun Merokok sepuluh batang/ hari selama 30 tahun Tidak ada riwayat tuberkulosis Gambaran yang sama pada X-ray 6 bulan kemudianPERTANYAAN1. Menjelaskan semua aspek diagnosis penyakit PAK ?2. Menjelaskan semua aspek dari survailans medis (pemantauan kesehatan kerja) ?3. Menjelaskan aspek monitoring biologis ?4. Menjelaskan semua aspek pemantauan hazard atau faktor-faktor ancaman bahaya kesehatan dari lingkungan kerja (faktor fisik, kimia, biologis, ergonomic, psikologis) ?5. Menjelaskan semua standar yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja seperti NAB (Nilai Ambang Batas) ?6. Menjelaskan semua aspek pencatatan dan pelaporan PAK ?7. Menjelaskan semua peraturan dan perundangan sebagai landasan hukum dari pelaksanaan pencegahan dan pengendalian PAK ?8. Menjelaskan semua aspek rehabilitasi PAK ?PEMBAHASAN 1. Aspek diagnosis penyakit PAK Pendekatan Klinis (Individu): Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: Diagnosis klinis Anamnesis Riwayat penyakit: Chest pain yang samar-samar dan merasakan sesak nafas pada saat menaiki tangga selama dua sampai tiga tahun terakhir. Ia merokok sepuluh batang rokok sehari selama 30 tahun dan tidak mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis. Riwayat keluarga: - Riwayat pekerjaan: Seorang pemahat/pengukir batu nisan selama 36 tahun, secara terus menerus terpapar dengan debu dari cutting, grinding, polishing, dan pemahatan dari batu nisan. Pemeriksaan fisis: Secara klinis tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penunjang:Pemeriksaan spirometri:Penilaian penderita Penderita dalam keadaan stabil tidak dalam keadaan sakit dan minum obat Derajat ketidakmampuan paru FEV1, FVC 60-80% mild impairment 50-60% moderate impairment < 50% severe impairmentPada kasus:Nilai FEV-1 adalah 84% dan FVC adalah 79% Mild impairment.Pemeriksaan X-ray: Menunjukkan gambar opasitas yang tersebar di seluruh lapangan paru-paru. Ditemukan juga gambaran egg shell calcification pada kedua area hili. Pemeriksaan X-ray dilakukan enam bulan kemudian menunjukkan gambaran yang sama.Menurut International Labour Organization (ILO) kalsifikasi tersebut sesuai gambaran Pneumoconiosis. Pajanan yang dialami Setelah mengetahui pekerjaan pasien tersebut, yakni seorang pemahat/pengukir batu nisan selama 36 tahun, secara terus menerus terpapar dengan debu dari cutting, grinding, polishing, dan pemahatan dari batu nisan. Maka, kami menyimpulkan bahwa pada untuk pembuatan batu nisan tersebut terdapat pajanan faktor kimia berupa debu silika. Hal ini karena silika bebas biasanya terjadi karena peledakan, penggerindaan, penghancuran, pengeboran, dan penggilingan batuan. Bisa juga terdapat dari usaha komersial yang menggunakan granit,batu pasir serta pasir giling atau pembakaran diatomit. Oleh karena silika bebas terdapat pada batu, maka pekerja yang berisiko terkena silikosis adalah para penambang dan ekstraksi batu-batu keras,pekerjaan teknik sipil dengan batu keras,penghalusan serta pemolesan batu, percetakan, pembentukan, dan penyemprotan pasir di tempat pengecoran dan pembersihan bangunan. Juga terdapat pada pengerokan wadah rebus, pabrik keramik, porselin dan enamel, serta pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan pasir sebagai amplas. Hubungan pajanan dengan penyakit:Partikel-partikel silika yang berukuran 0.5-5 m akan tertahan di alveolus. Partikel ini kemudian ditelan oleh sel darah putih yang khusus. Banyak dari partikel ini dibuang bersama sputum sedangkan yang lain masuk ke dalam aliran limfatik paru-paru, kemudian mereka ke kelenjar limfatik. Pada kelenjar, sel darah putih itu kemudia berintregasi, meninggalkan partikel silika yang akan menyebabkan dampak yang lebih luas. Kelenjar itu menstimulasi pembentukan bundel-bundel nodular dari jaringan parut dengan ukuran mikroskopik, semakin lama semakin banyak pula nodul yang terbentuk, mereka kemudian bergabung menjadi nodul yang lebih besar yang kemudian akan merusak jalur normal cairan limfatik melalui kelenjar limfe.Ketika ini terjadi, jalan lintasan yang lebih jauh dari sel yang telah tercemar oleh silika akan masuk ke jaringan limfe paru-paru. Sekarang, foci baru di dalam pembuluh limfatik bertindak sebagai gudang untuk sel-sel yang telah tercemar oleh debu, dan parut nodular terbentuk terbentuk pada lokasi ini juga. Kemudian, nodul-nodul ini akan semakin menyebar dalam paru-paru.Gabungan dari nodul-nodul itu kemudian secara berangsur-angsur menghasilkan bentuk yang mirip dengan masa besar tumor. Sepertinya, silika juga menyebabkan menyempitnya saluran bronchial yang merupakan sebab utama dari dyspnea (sesak napas). Pajanan yang dialami cukup besar :Pada pasien tersebut dapat dinyatakan bahwa pajanan yang dialaminya cukup besar dimana hal ini dapat kita lihat pasien yang sudah bekerja selama 36 tahun memahat/mengukir batu nisan. Artinya, selama 36 tahun pasien terpapar dengan debu silika. Peranan faktor individuPeranan faktor individu ini berhubungan dengan kepekaan individu dimana pada pasien ini dapat dinyatakan bahwa tingkat kepekaannya rendah terhadap silika dimana dapat dilihat bahwa pasien ini baru merasakan gejala ini setelah terpapar selama 36 tahun. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data di bawah ini:1. Penyakit silikosis kronis simplekPenyakit silikosis jenis ini terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun).2. Penyakit silikosis akselerataPenyakit silikosis jenis ini terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). 3. Penyakit silikosis akutPenyakit silikosis jenis ini terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek.

Faktor lain diluar pekerjaan Pasien ini merokok sebanyak sepuluh batang rokok sehari selama 30 tahun. Hal ini dapat mendukung bertambah parahnya penyakit pada pasien ini sehingga gambaran X-ray pada pasien tersebut menunjukkan gambar opasitas yang tersebar di seluruh lapangan paru-paru. Selain itu, ditemukan juga gambaran egg shell calcification pada kedua area hili. Diagnosis PAK atau bukan PAKSetelah membahas semua informasi yang didapatkan dari pasien tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini termasuk PAK (Penyakit Akibat Kerja). Karena pasien ini terpapar oleh debu silika selama 36 tahun pada saat bekerja memahat/mengukir batu nisan sehingga debu tersebut bisa masuk melalui pernapasannya dan melekat pada paru-parunya. Komponen riwayat pekerjaan masa kini dan masa lalu Job description (sifat pekerjaan)Ia seorang pemahat/pengukir batu nisan selama 36 tahun. Shift work (jumlah jam kerja)Pada kasus ini, tidak dipaparkan jumlah jam kerja pada pasien saat ia bekerja sebagai seorang pemahat/pengukir batu nisan. Jenis dari hazardTerpapar dengan debu dari cutting, grinding, polishing, dan pemahatan dari batu nisan dimana bahan yang digunakan adalah silika. Pekerjaan sebelumnya Pada kasus ini tidak dipaparkan pekerjaan masa lalu pasien. Pekerjaan lainnyaPada kasus ini tidak pula dipaparkan pekerjaan lain pasien, selain sebagai seorang pemahat/pengukir batu nisan. Pajanan domestikPada kasus tidak dipaparkan penjelasan tentang kegiatan yang biasa dilakukan oleh pekerja saat pulang ke rumah setelah bekerja. HobbyPasien ini memiliki kebiasaan merokok. Apakah ada pegawai lain yang menderita penyakit yang sama?Pada kasus ini tidak dipaparkan penjelasan tentang keadaan pegawai lain, tempat pasien bekerja. Komponen kebiasaan. Kebiasaan merokokPasien merokok sebanyak sepuluh batang rokok setiap hari selama 30 tahun. Keluhan yang sama pada pekerja lainPada kasus ini tidak dipaparkan penjelasan tentang keadaan pegawai lain, tempat pasien bekerja. Hubungan waktu antara pekerjaan dan gejala-gejalaWaktu antara mulai bekerja dan gejala I. Terdapat hubungan antara waktu pekerjaan dengan gejala-gejala yang dirasakan pasien saat ini, terpapar debu silika selama 36 tahun, dimana dalam jangka waktu tersebut dapat menyebabkan nodul-nodul perdangan kronis dan jaringan parut akibat silika tersebut di paru-paru dan kelenjar getah bening dada. Selain itu, silika juga menyebabkan menyempitnya saluran bronchial yang merupakan sebab utama dari sesak napas yang dirasakan oleh pasien juga nyeri dadanya.Sedangkan hubungan antara waktu libur dan waktu bekerja dengan gejala-gejala, tidak terdapat hubungan yang spesifik karena gejala ini baru dirasakan selama 2-3 tahun dan tidak ada lagi informasi tambahan dari kasus. Tingkat pajananPasien terpajan silika selama 36 tahun. penggunaan APD (PPE)Tidak ada informasi tambahan mengenai penggunaan APD pada pasien. Cara-cara menangani bahan/zatTidak ada informasi tambahan mengenai penanganan bahan/zat.

2. Aspek dari survailans medis (pemantauan kesehatan kerja) a. Pemeriksaan kesehatan prakaryaPemeriksaan kesehatan prakarya merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada calon SDM suatu perusahaan atau instansi atau pabrik, dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa SDM dalam kondisi sehat, termasuk tidak mengidap penyakit apapun yang dalam membahayakan atau mengganggu saat kerja atau menularkannya ke orang lain. Selain itu, SDM dapat diketahui apakah secara standar kesehatan mampu melakukan pekerjaan yang akan dilakukannya dengan baik sehingga terhindar dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.b. Pemeriksaan kesehatan berkalaPemeriksaan kesehatan berkala SDM merupakan pemeriksaan yang berfungsi untuk memastikan kesehatan dari SDM agar dapat bekerja dengan optimal & mengetahui sejak awal jika ada pengaruh dari kerja terhadap kesehatan sehingga dapat dicegah & diobati lebih dini.c. Pemeriksaan kesehatan berkala khususPemeriksaan kesehatan berkala khusus SDM merupakan pemeriksaan yang berfungsi untuk SDM yang memerlukan pelayanan khusus, terutama apabila ia menderita sakit. 3. Aspek monitoring biologis a. Jenis indeks pemaparan biologis (metabolit) tiap jenis bahan kimia Sampel yang dipilih adalah udara pernapasan dengan menggunakan spirometri.b. Jadwal pengambilan sampelPengambilan sampel ini dapat dilakukan pada waktu kerja. Selain itu, pasien harus menghindari hal-hal berikut sebelum tes: Merokok dalam waktu 1 jam Mengkonsumsi alkohol dalam waktu 4 jam Melakukan latihan fisik yang berat dalam waktu 30 menit Memakai pakaian yang ketat saat tes Makan makanan berat dalam waktu 2 jam

4. Aspek pemantauan hazard atau faktor-faktor ancaman bahaya kesehatan dari lingkungan kerja (faktor fisik, kimia, biologis, ergonomic, psikologis) Pengenalan faktor lingkungan kerjaPengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal, yang merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.Faktor lingkungan kerja pada kasus terdapat debu silika saat melakukan proses pemahatan/pengukiran batu nisan. Penilaian faktor lingkungan kerja Penilaian atau evaluasi karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.Disesuaikan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) silika yang akan dijelaskan pada tabel di bawah. Pengendalian faktor lingkungan kerjaPengendalian faktor lingkungan kerja dimaksudkan untuk menghilangkan pajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Jenis, kegunaan, dan pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya perlindungan dan alternatif untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan.Kebersihan personal dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama para pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lainnya.Alat yang digunakan ialah Kacamata untuk melindungi dari masuknya debu silika melalui mata yang dapat mengganggu penglihatan. Masker untuk melindungi dari masuknya debu silika melalui saluran pernapasan. Sarung tangan dan pakaian tertutup untuk melindungi tangan dari masuknya debu silika pada kulit. Faktor lingkungan kerjaa. Fisik = tidak adab. Kimia = debuc. Biologis = tidak adad. Ergonomic = 1. Sikap tubuh 2. Gerakan yang berulang e. Psikologis = tidak ada 5. Standar yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja seperti NAB (Nilai Ambang Batas)Nilai Ambang Batas (NAB)NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek hygene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.CATATAN:Identitas bahan-bahan kimia dimana diperlukan indikator Pemaparan Biologik (BEI = Biological Exposure Indices)

Bahan-bahan kimia yang NAB-nya lebih tinggi dari Batas Pemaparan yan Diperkenankan (PEL) dari OSHA dan atau Batas Pemaparan yang Dianjurkan dari NIOSH

Identitas bahan-bahan kimia yang dikeluarkan oleh sumber-sumber lain, diperkirakan atau terbukti karsinogen untuk manusia

CAS Chemical Abstracts Services adalah nomor pendaftaran suatu bahan kimia yang diterbitkan oleh American Chemical Society

A Menurut kategori A- Karsinogen

B Bahan-bahan kimia yang mempunyai komposisi berubah-ubah

T Kadar tertinggi

BDS Bagian Dalam Sejuta (Bagian uap atau gas per juta volume dari udara terkontaminasi)

mg/m3 Miligram bahan kimia per meter kubik udara

(c) Bahan kimia yang bersifat asfiksian

(d) NOC = not otherwise classified (tidak diklasifikasikan dengan cara lain)

(e) Nilai untuk partikulat yang dapat dihirup (total), tidak mengandung asbes dan kandungan silica kristalin < 1%

(f) Serat lebih panjang dari 5m dan dengan suatu rasio sama atau lebih besar dari 3:1

(g) Nilai untuk material partikulat yang mengandung Kristal silica < 5%

(h) Serat lebih panjang dari 5m; diameter kurang dari 3m; rasio lebih besar dari 5:1

(i) Partikulat dapat dihirup

(j) NAB untuk fraksi respirabel dari material partikulat

(k) Pengambilan contoh dengan metoda dimana tidak terambil bentuk uapnya

(l) Tidak termasuk stearat-stearat yang berbentuk logam-logam beracun

(m) Berdasarkan pengambilan contoh dengan High Volume Sampling

(n) Bagaimanapun respirabel partikulat tidak boleh melampaui 2mg/m3

(o) Untuk jaminan yang lebih baik dalam perlindungan tenaga kerja, disarankan monitoring sampel biologi

(p) Kecuali minyak kastroli (jarak), biji mete (cashew nut), atau minyak-minyak iritan yang sejenis

(q) Material partikulat bebas bulu kain diukur dengan vertical elutrior cotton-dust sampler

Silika Amorf Diatomaseous Earth Uncalcined ) (61790-53-2) Partikel inhalebel Partikel respirabel Prespitad silica (112926-00-8) Uap silica (69012-64-2) 10 (e) 3 (e) 10 2(j)

Silika, fused (60676-86-0) 0,1 (j)

Silika, gel (11292-00-8) 10

Silika kristalin Kristabalit (14464-46-1) Kwarsa (14808-60-7) Tridimid (15468-32-3) Tripoli (1317-95-9) 0,05 (j) 0,1 (j) 0,05 (j) 0,1 (j) 60,09 Mengandung kwarsa respiable

6. Aspek pencatatan dan pelaporan PAK Aspek pencatatan dan pelaporan PAK merupakan bagian atau aspek dari pemantauan dan evaluasi dalam K3 untuk mengetahuai dan menilai sejauh mana prosese kegiatan K3 berjalan dan memonitor efektivitas dan efisiensi dari sutau kegiatan K3 untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7. Semua peraturan dan perundangan sebagai landasan hukum dari pelaksanaan pencegahan dan pengendalian PAK a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/Sk/Iv/2007b. Pedoman Diagnosis PAK (Kepmenakertrans No 79/MEN/2003 tertanggal 21 Maret 2003) c. Kep Men Menteri PU No.384/2004 tentang Pedoman K3 Pada Proyek Bendungand. Kep Men Naker No.186/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakarane. Kep Men Kes No.1075/2003 tentang Pedoman Sistem Informasi Kesehatan Kerjaf. Kep Menaker No.187 Pengendalian Bahan Kimia Berbahayag. dll

8. Aspek rehabilitasi PAK Pengobatan/ rehabilitasi PAK sesuai dengan gejala pekerja.a. Chest painb. Sesak nafas