03 konsep dasar & siklus nussp

7
BB 03 Bahan Bacaan Pelatihan Dasar BKM NUSSP Konsep Dasar & Siklus Kegiatan NUSSP I. Pengantar Para tenaga pendamping masyarakat perlu mempelajari NUSSP secara mendalam agar mampu mengenalkan NUSSP kepada masyarakat dan menunjukkan berbagai peluang yang mungkin dapat diraih. Penularan pemahaman mengenai NUSSP ini oleh tenaga pendamping masyarakat akan lebih mudah karena menggunakan bahasa lokal yang mudah dipahami dan dapat dipercaya, mengingat keberadaannya sebagai bagian integral dari mereka. Pengenalan, substansi NUSSP kepada masyarakat setempat pengenalan NUSSP lebih dititikberatkan pada upaya menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap posisi strategis NUSSP sebagai peluang atau akses bagi warga masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraan mereka, dan tidak dipandang sebagai bantuan cuma-cuma atau belas kasihan (charity). NUSSP sebagai peluang atau akses sangat menuntut adanya upaya sungguh-sungguh dari masyarakat untuk memperkuat dan mendaya-gunakan segenap potensi yang ada sebelum dapat mengakses bantuan NUSSP. Tenaga pendamping masyarakat harus mampu menginternalisasikan pemahaman NUSSP sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang menuntut keseimbangan antara tanggungjawab dan hak masyarakat. Oleh karena itu, tenaga pendamping masyarakat harus secara tegas sejak awal menanamkan pemahaman bahwa NUSSP bukan kegiatan Penyaluran Dana Bantuan dan Pinjaman”, melainkan sebagai proses membangun kemandirian dan keberdayaan masyarakat berlandaskan nilai etika, moral dan norma, agar pada akhirnya masyarakat mampu lebih efektif dalam menangani persoalan hunian dan lingkungan permukiman tidak layak di wilayahnya secara berkelanjutan. Sebagai bagian integral dari masyarakat, maka penanaman atau internalisasi konsep dasar dan esensi NUSSP sebagai gerakan keberdayaan masyarakat dalam menangani permasalahan ketidakberdayaan harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Untuk lebih mendorong proses pemahaman masyarakat, maka internalisasi substansi NUSSP di samping dilakukan melalui forum-forum atau pertemuan atau rembug-rembug yang berkaitan dengan NUSSP, juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kegiatan “rutinitas” atau “kebiasaan” masyarakat yang sangat dipahami oleh tenaga pendamping masyarakat, misalnya; arisan, siskamling, posyandu, pengajian, hajatan, obrolan santai, kerja bakti, dan lain-lainnya. Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 1

Upload: dode-mulyadi

Post on 28-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

TRANSCRIPT

Page 1: 03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

BB 03

Bahan Bacaan Pelatihan Dasar BKM NUSSP

Konsep Dasar & Siklus Kegiatan NUSSP

I. PengantarPara tenaga pendamping masyarakat perlu mempelajari NUSSP secara mendalam agar mampu mengenalkan NUSSP kepada masyarakat dan menunjukkan berbagai peluang yang mungkin dapat diraih. Penularan pemahaman mengenai NUSSP ini oleh tenaga pendamping masyarakat akan lebih mudah karena menggunakan bahasa lokal yang mudah dipahami dan dapat dipercaya, mengingat keberadaannya sebagai bagian integral dari mereka.

Pengenalan, substansi NUSSP kepada masyarakat setempat pengenalan NUSSP lebih dititikberatkan pada upaya menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap posisi strategis NUSSP sebagai peluang atau akses bagi warga masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraan mereka, dan tidak dipandang sebagai bantuan cuma-cuma atau belas kasihan (charity). NUSSP sebagai peluang atau akses sangat menuntut adanya upaya sungguh-sungguh dari masyarakat untuk memperkuat dan mendaya-gunakan segenap potensi yang ada sebelum dapat mengakses bantuan NUSSP.

Tenaga pendamping masyarakat harus mampu menginternalisasikan pemahaman NUSSP sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang menuntut keseimbangan antara tanggungjawab dan hak masyarakat. Oleh karena itu, tenaga pendamping masyarakat harus secara tegas sejak awal menanamkan pemahaman bahwa NUSSP bukan kegiatan “Penyaluran Dana Bantuan dan Pinjaman”, melainkan sebagai proses membangun kemandirian dan keberdayaan masyarakat berlandaskan nilai etika, moral dan norma, agar pada akhirnya masyarakat mampu lebih efektif dalam menangani persoalan hunian dan lingkungan permukiman tidak layak di wilayahnya secara berkelanjutan.

Sebagai bagian integral dari masyarakat, maka penanaman atau internalisasi konsep dasar dan esensi NUSSP sebagai gerakan keberdayaan masyarakat dalam menangani permasalahan ketidakberdayaan harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Untuk lebih mendorong proses pemahaman masyarakat, maka internalisasi substansi NUSSP di samping dilakukan melalui forum-forum atau pertemuan atau rembug-rembug yang berkaitan dengan NUSSP, juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kegiatan “rutinitas” atau “kebiasaan” masyarakat yang sangat dipahami oleh tenaga pendamping masyarakat, misalnya; arisan, siskamling, posyandu, pengajian, hajatan, obrolan santai, kerja bakti, dan lain-lainnya.

II. Permasalahan Perumahan dan Lingkungan PermukimanDengan semakin beratnya investasi untuk pengembangan prasarana lingkungan di Indonesia, kondisi kawasan-kawasan miskin di perkotaan semakin memburuk dan situasi ini bertambah parah oleh akibat dampak krisis moneter dan ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Saat ini hanya sekitar 36% dari penduduk perkotaan di Indonesia yang dapat mengakses air bersih melalui sistem perpipaan, dan juga situasi dalam administrasi pertanahan sangat jauh dari yang diharapkan. Badan Pertanahan Nasional (BPN), yang bertanggung jawab terhadap urusan pengadministrasian tanah secara nasional, hanya mampu menjangkau sekitar 30% dari lahan permukaan yang ada dan tidak lebih dari 10% luas seluruh tanah negara yang ada di Indonesia telah didokumentasikan dan dilengkapi dengan peta kadaster.

Meskipun pendanaan untuk penyediaan perumahan telah mendapatkan perhatian yang sangat baik dari pihak pemerintah, khususnya sebagai suatu instrumen utama untuk menambah serta meningkatkan akses pada upaya pengembangan perumahan, namun

Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 1

Page 2: 03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

BB 03

respon dari sisi kebijakan sering mengabaikan perhatian terhadap keterlibatan masyarakat miskin. Tidak ada subsidi yang dapat menjangkau kelompok miskin, jika kondisi maupun persyaratan-persyaratan untuk mengaksesnya tidak memberikan kesempatan serta keberpihakan pada kepentingan masyarakat miskin (membutuhkan sertifikat tanah, 30% uang muka dan penghasilan yang memadai), terutama kepada individu miskin yang bekerja/berusaha sendiri atau bekerja di sektor informal.

Sebagai respon atas persoalan dan permasalahan tersebut di atas, Pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu kebijakan melalui komitmen untuk mengimplementasikan “Kota tanpa Kekumuhan” pada tahun 2010 dan “Program Satu Juta Rumah”, yang juga merupakan salah satu Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) dalam skala global berupa program komprehensif untuk perbaikan kawasan kumuh secara partisipatif di lebih dari 150 wilayah Pemerintah Daerah.

Terdapat 3 (tiga) sasaran kebijakan sektor Perumahan dan Permukiman (Perkim) dalam mendukung strategi pembangunan nasional, yang meliputi:

1. Melanjutkan kemampuan pengembangan pasar perumahan, yang ditujukan pada kebutuhan masyarakat dalam skala lebih luas (dengan intervensi khusus melalui pendekatan berbasis masyarakat).

2. Membangun dan memperkuat kapasitas dari organisasi maupun kelembagaan yang terkait dengan permukiman.

3. Memperbaiki sistem-sistem pendukung untuk Pembangunan perumahan dan permukiman.

III. Inisiatif dan Esensi NUSSPUntuk menerjemahkan 3 (tiga) sasaran kebijakan yang telah ditetapkan dalam sektor perumahan dan permukiman, seperti tersebut di atas, telah dipersiapkan dan disusun 3 (tiga) program utama berikut ini yang perlu digunakan sebagai koridor dan acuan untuk kegiatan implementasi:

1. Pengembangan hukum/perundangan dan peraturan serta menetapkan kelembagaan di bidang perumahan dan permukiman, dan melakukan fasilitasi implementasi untuk perencanaan dan perancangan kawasan hunian secara partisipatif dan transparan.

2. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni serta terjangkau oleh masyarakat miskin dan berpendapatan rendah.

3. Mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat, aman, nyaman, harmonis dan berkelanjutan.

Tiga program utama tersebut merupakan landasan esensial untuk mengembangkan NUSSP sebagai suatu proyek di sektor perumahan dan permukiman secara komprehensif dan berkelanjutan, yang ditujukan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan kondisi tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan di Indonesia. Dan selanjutnya proyek diharapkan dapat memperbaiki kawasan-kawasan kumuh, memperbaiki rumah atau menyediakan rumah baru bagi masyarakat miskin di perkotaan yang terlibat dalam proyek.

IV. Konsep Dasar NUSSPKonsep dasar dalam Program Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan (NUSSP) adalah : (i) pelaksanaan dan pengelolaan seluruh kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat dan didampingi oleh konsultan. Jadi tidak diserahkan kepada birokrasi pemerintahan, fungsi birokrasi hanya memfasilitasi agar terjadi situasi yang kondusif sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengelola program secara maksimal. Dengan demikian NUSSP bukanlah program yang semata-mata menyalurkan dana ke masyarakat melainkan juga mendorong pemberdayaan masyarakat itu sendiri untuk

Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 2

Page 3: 03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

BB 03

dapat berdiri sendiri dalam menyelesaikan berbagai persoalaan lingkungan permukiman yang dihadapinya. (ii) Program ini tidak mempunyai batas waktu tertentu seperti yang ditentukan dalam program-program sejenis di perkotaan tetapi program ini harus tetap berproses dan berjalan terus walaupun program ini telah selesai. (iii) Program ini hanya bertugas mendampingi dan memfasilitasi masyarakat dalam mengimplementasikan konsep dasar NUSSP pada jangka waktu yang telah ditentukan.

Dalam konsep NUSSP, masyarakat adalah pelaku utama atau menjadi subyek bukan hanya menjadi penerima manfaat yang pasif atau sebagai obyek. Agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam keseluruhan kegiatan, maka perlu dikembangkan berbagai instrumen yang mendukung proses tersebut. Instrumen atau wadah tersebut adalah kemampuan kelembagaan lokal yang ada di masyarakat melalui peningkatan perannya sejauh lembaga tersebut masih berakar dan berfungsi di masyarakat. Bila lembaga lokal tersebut terasa sudah tidak representatif lagi dan tidak sejalan dengan kondisi yang ada di masyarakat, maka masyarakat diberikan pilihan, membentuk lembaga yang baru atau memfungsikan kembali lembaga yang ada sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai dalam NUSSP.

Peran utama dalam implementasi NUSSP akan dilakukan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat atau BKM. Pelaksana kegiatan operasional BKM khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin. BKM berfungsi pada tingkat kelurahan, walaupun instrumen masyarakat yang berfungsi pada tingkat daerah atau areal adalah Kelompok Swadaya Masyarakat atau KSM. KSM bertanggungjawab pada tingkat daerah atau neighborhood dan melapor kepada BKM. BKM menpunyai tiga bagian operasional yaitu Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Untuk descripsi dan peran UPL, UPK dan UPS lihat Pedoman NUSSP seri B-2, B-3 dan B-4.

Sesuai dengan paradigma keberlanjutan dalam prinsip-prinsip pemberdayaan komunitas, maka NUSSP akan menempatkan masyarakat setempat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi. Salah satu cara/bentuk yang ditempuh adalah dengan menyediakan bantuan pendampingan dan sumber daya untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya serta mendorong masyarakat agar dapat mengorganisasikan dirinya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk penanganan permasalahan terkait lingkungan permukiman kumuh.

V. Pendekatan Pemberdayaan MasyarakatPerumusan pendekatan implementasi NUSSP diharapkan mampu menjadi cara yang efektif dalam menanggapi secara proaktif seluruh tugas dan fungsi para pelaku serta karakteristik kegiatan dalam NUSSP, yaitu memberikan:

1. Dukungan pemenuhan pelayanan berbasis Kebutuhan Masyarakat (community driven)

2. Dukungan pelaksanaan kegiatan berbasis Partisipasi Masyarakat (community participation)

3. Dukungan implementasi program berbasis Pengelolaan Masyarakat (community management)

Dengan acuan 3 (tiga) prinsip dukungan tersebut di atas, pendekatan pelaksanaan NUSSP tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen tetapi juga pada prinsip-prinsip pengembangan berbasis masyarakat yang menjadi penyangga utama NUSSP. Diperkirakan kemandirian masyarakat, melalui kelembagaan masyarakat atau Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), akan menjadi salah satu komponen intervensi NUSSP yang esensial, disamping komponen intervensi penting lainnya; seperti pengembangan perumahan atau perbaikan sarana-prasarana dasar lingkungan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 3

Page 4: 03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

BB 03

Proses dan persiapan maupun kelangsungan BKM menjadi parameter signifikan dalam perumusan pendekatan ini. Diharapkan dengan potensi dan komitmen BKM yang tinggi, kegiatan oleh dan untuk masyarakat dapat berlangsung secara gradual di masyarakat. BKM beserta seluruh elemen yang ada di masyarakat dapat berjalan seiring dan saling melengkapi kekuatan masing-masing untuk memperoleh nilai tambah lebih optimal.

Atas dasar hal-hal tersebut, metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan perlu menjangkau hal-hal tersebut di bawah ini, yaitu:

1. Penerjemahan pengertian pengembangan berbasis masyarakat dan keterkaitannya dengan komponen NUSSP.

2. Penerjemahan pengertian peningkatan peran pemerintah daerah sebagai bentuk pengembangan jaringan di tingkat lokal.

3. Metoda operasional pelaksanaan pekerjaan NUSSP yang dimulai dari kegiatan persiapan sampai tingkat pelaksanaan di lapangan.

Secara lebih jelas, keterkaitan antara basis pendekatan yang digunakan serta bentuk kegiatan maupun bentuk intervensi yang diperlukan, dapat dilihat pada matriks berikut; yang menjelaskan tentang konsep pendekatan pemberdayaan masyarakat dan keterkaitannya dengan komponen program NUSSP.

Basis Kegiatan Intervensi

Kebutuhan Masyarakat

Refleksi permasalahan lingkungan

Membangun visi kedepan permukiman masyarakat

Pengetahuan Lingkungan

Bantuan Teknis Lingkungan Permukiman

Partisipasi Masyarakat

Penghimpunan kemampuan sumber daya yang dimiliki masyarakat

Bantuan Pengetahuan/Ketrampilan “Kewirausahaan”

Pengelolaan Masyarakat

Pengelolaan sumber daya masyarakat

Pengembangan kemampuan manajemen pengelolaan masyarakat

Penguatan Institusi UPL

Pengetahuan pengeloloaan Lingkungan Permukiman (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemanfaatan, Pemeliharaan, Pengawasan’Pengaturan)

Konsep pemberdayaan sebagaimana telah disebutkan di atas akan memberikan landasan yang kokoh pada komponen program NUSSP yang akan menjangkau 2 (dua) hal pokok berikut ini:

1. Memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan masyarakat berpendapatan rendah berupa dana yang bersifat pinjaman untuk pembangunan rumah baru atau perbaikan/renovasi rumah maupun berupa dana yang bersifat hibah untuk pembangunan atau perbaikan prasarana dan sarana dasar pendukung lingkungan permukiman.

2. Memberikan bantuan teknis, berupa:

a. Pengorganisasian masyarakat, melalui kelembagaan di tingkat komunitas.

b. Penguatan kemampuan perencanaan dan pemrograman di bidang perumahan dan lingkungan permukiman, bagi Pemerintah di daerah dan masyarakat.

c. Peningkatan kesejahteraan, melalui peningkatan hunian/tempat tinggal, perbaikan sarana prasarana dasar lingkungan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 4

Page 5: 03 Konsep Dasar & Siklus NUSSP

BB 03

VI. Kerangka Kerja PelaksanaanDi tingkatan pemerintah daerah, diselenggarakan lokakarya tingkat provinsi hingga tingkat kecamatan dalam rangka mempertinggi pemahaman NUSSP dan penyepakatan terhadap hal-hal yang bersifat teknis pelaksanaan di lapangan. Acuan dari bentuk kegiatan ini tetap bersumber dari strategi dan action plan yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP). Dengan demikian, berbekal pada pengembangan jaringan yang telah melibatkan pemerintah daerah atau pelaku lainnya di tingkat lokal (melalui pelibatan dalam forum), serta dukungan manajemen yang diberikan oleh Project Management Unit (PMU - sebagian Departemen Pekerjaan Umum Pemerintah Pusat) pada KMP, pelaksanaan NUSSP oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) sebagaimana acuan pokok yang ada (strategi, action plan, standar operasional prosedur, panduan teknik dan indikator kinerja pencapaian) dapat lebih mudah dicapai.

VERIFIKASI LOKASI NUSSP YANG

TERCANTUM DALAM SPAR

PEMBENTUKAN BKM melalui REMBUG WARGA

PENETAPAN BKM pada LOKASI SASARAN

NUSSP

Pengusulan Kader

Masyarakat

SOSIALISASI INTENSIF DI TK. KELURAHAN yang difasilitasi

oleh KMW (Konsultan Manajemen Wilayah)

MOBILISASI KMW - FASKEL

(Fasilitator Kelurahan)

SOSIALISASI DAN PERSIAPAN NUSSP

FGD PEMBANGUNAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

YANG PRO – POOR GOOD GOVERNANCE

REMBUG WARGA dalam rangka PENYUSUNAN NUP (Neighborhood Upgrading

Plan)

PENYUSUNAN DETAIL DESIGN

EVALUASI OLEH LCO, BKP4D DAN

PERSETUJUAN DARI

PMU NUSSP

PELAKSANAAN INFRASTRUKTUR secara

SWADAYA bersama INSTITUSI LOKAL

MASYARAKAT (BKM)

BANTUAN TEKNIS

PENCAIRAN DANA KOMPONEN INFRASTRUKTUR UNTUK

PEMBANGUNAN FISIK

Siklus Pelaksanaan Komponen Infrastruktur Lingkungansecara keseluruhan

6 Bulan 6 Bulan

MONITORING DAN EVALUASI

PENYELENGGARAAN NUSSP

VERIFIKASI LOKASI NUSSP YANG

TERCANTUM DALAM SPAR

PEMBENTUKAN BKM melalui REMBUG WARGA

PENETAPAN BKM pada LOKASI SASARAN

NUSSP

Pengusulan Kader

Masyarakat

SOSIALISASI INTENSIF DI TK. KELURAHAN yang difasilitasi

oleh KMW (Konsultan Manajemen Wilayah)

MOBILISASI KMW - FASKEL

(Fasilitator Kelurahan)

SOSIALISASI DAN PERSIAPAN NUSSP

FGD PEMBANGUNAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

YANG PRO – POOR GOOD GOVERNANCE

REMBUG WARGA dalam rangka PENYUSUNAN NUP (Neighborhood Upgrading

Plan)

PENYUSUNAN DETAIL DESIGN

EVALUASI OLEH LCO, BKP4D DAN

PERSETUJUAN DARI

PMU NUSSP

PELAKSANAAN INFRASTRUKTUR secara

SWADAYA bersama INSTITUSI LOKAL

MASYARAKAT (BKM)

BANTUAN TEKNIS

PENCAIRAN DANA KOMPONEN INFRASTRUKTUR UNTUK

PEMBANGUNAN FISIK

Siklus Pelaksanaan Komponen Infrastruktur Lingkungansecara keseluruhan

6 Bulan 6 Bulan

MONITORING DAN EVALUASI

PENYELENGGARAAN NUSSP

Di tingkat masyarakat, organ KMW akan menyediakan Tim Fasilitator dengan peran nampak menonjol. Dengan memfasilitasi pembentukan Tenaga Penggerak Masyarakat (BKM) melalui jalur-jalur pertemuan atau pengorganisasian masyarakat, diharapkan pelaksanaan NUSSP dapat dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat/komunitas itu sendiri. Melalui pelaksanaan rembug-rembug warga, mekanisme pelaksanaan NUSSP oleh, dari dan untuk warga/komunitas dapat berjalan dengan proporsional. Dengan demikian, rembug warga menjadi sangat dominan dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan lanjutan lainnya dibidang perencanaan, ataupun pengelolaan dan pelaksanaan NUSSP oleh, dari dan untuk komunitas.

Pelatihan Dasar BKM NUSSP KMW 5 5