02.reaksi asam amino dan protein
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA : SALMINAH SALEH
NIM : H311 08 005
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL PERCOBAAN : SENIN/ 27 SEPTEMBER 2010
ASISTEN : YUSTIN
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara banyak fungsi yang harus dipenuhi oleh asam amino dalam sel
hidup, terdapat fungsi sebagai unit monomer untuk membangun rantai polipeptida
protein. Sebagian besar protein mengandung 20 buah asam amino L-α-amino
yang sama dalam proporsi yang beragam. Di samping itu, banyak protein khusus
yang juga mengandung asam L-α-amino yang diturunkan dari sebagian di antara
ke-20 asam amino tersebut.
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada
atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Jenis-jenis asam amino, urutan cara
asam amino tersebut terangkai, serta hubungan spasial asam-asam amino tersebut
akan menentukan struktur 3 dimensi dan sifat-sifat biologis protein sederhana.
Protein adalah makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup
dan protein juga mempunyai berbagai peranan biologis karena protein merupakan
instrumen molukuler yang menyampaikan informasi genetik. Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak
dimiliki lemak atau karbohidrat. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi asam
amino dan protein, ada beberapa uji reaksi yang dilakukan diantaranya tes
ninhidrin, reaksi dengan gugus R, reaksi biuret, reaksi Hopkins-Cole dan reaksi
Millon. Dengan demikian maka diadakanlah percobaan mengenai reaksi asam
amino dan protein ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
mengenai reaksi-reaksi spesifik dari asam amino dan protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini antara lain:
1. Mengidentifikasi adanya gugus α-amino bebas pada asam amino dan protein
melalui tes ninhidrin.
2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfihidril spesifik pada asam amino sistein
dengan nitroprussida dalam amonium hidroksida.
3. Mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada protein melalui tes biuret.
4. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik pada asam amino triptofan
melalui tes Hopkins-Cole.
5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin
melalui tes Millon.
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi asam amino dan protein dengan menggunakan beberapa
pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu tes ninhidrin, reaksi
gugus rantai samping, tes Biuret, tes Hopkins-Cole dan tes Millon yang hasilnya
ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa
adanya reaksi uji positif pada asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam
semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen,nitrogen, dan
kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000
sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang
polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan
ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau
menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur
sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini
dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural
beberapa polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai
asam atau basa kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat
membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). Proses ini biasanya
menataaktifkan sifat hayatinya (Daintith, 1999).
Menurut Prawihartono (2000), protein termasuk zat makanan yang
fungsinya sangat besar bagi tubuh, yaitu untuk :
a. Bahan dalam sintesis substansi penting seperti enzim, hormon, zat
antibodi, dan organel sel lainnya.
b. Perbaikan, pertumbuhan, dan pemeliharaan struktur sel jaringan dari organ
tubuh.
c. Sebagai sumber energi, setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori.
d. Mengatur dan melaksanakan metabolisme tubuh, misalnya sebagai enzim
protein mengaktifkan dan berpartisipasi pada reaksi kimia kehidupan.
e. Menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan tubuh
f. Membantu tubuh dalam menghancurkan ataupun menetralisir zat-zat asing
yang masuk ke dalam tubuh melalui darah
Protein adalah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan lainnya melalui ikatan amida (peptida). Protein
memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa protein merupakan
komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain
mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup, juga
ada yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan
untuk mempertahankan hidup (Hart dkk., 2003).
Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh gugus
-karboksil, -amino, dan gugus-gugus yang terdapat pada rantai samping
molakulnya. Gugus -karboksil dan gugus -amino bereaksi sebagaimana
lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester dan asil halida
lainnya. Beberapa reaksi khas protein, antara lain (Patong, 2010).
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada
atom karbon α dari posisi gugus –COOH (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu
struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan
jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan
antara asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga
menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis,
jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari
beberapa tahap yaitu Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri
yaitu:
1. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
2. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
3. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Menurut Girindra (1990), dari hidrolisis berbagai macam protein telah
didapatkan 20 macam asam amino yang dapat dibagi berdasarkan gugus R-nya
yaitu:
1. Asam Amino Nonpolar (Gugus R-nya hidrofobik). Dalam kelompok ini
terdapat asam amino yang alifatik yaitu alanin, valin, leusin, isoleusin, dan
metionin, sedangkan yang aromatic ialah fenilalanin dan triptofan
2. Asam Amino polar tanpa muatan pada gugus R.
3. Asam amino kelompok ini mempunyai residu R yang berpartisipasi pada
pembentukan ikatan hydrogen karena itu lebih larut dalam air disbanding dengan
asam amino nonpolar. Beberapa di antaranya memiliki gugus hidroksil yaitu serin,
treonin, dan tirosin; yang mengandung gugus sulfidril ialah sistein; yang
mengandung gugus amida ialah asparagin dan glutamin.
4. Asam Amino Bermuatan Positif pada gugus R. Termasuk kelompok ini ialah
lisin yang mengandung 2 gugus amino dengan pKa = 10,5.
5. Asam Amino Bermuatan Negatif pada Gugus R. Termasuk kelompok ini ialah
asam amino yang mengandung 2 gugus karboksilat yaitu asam aspartat dan asam
glutamat.
Reaksi ninhidrin adalah reaksi yang digunakan untuk mendeteksi dan
menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan
ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino
yang mempunyai gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh
prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino
(Lehninger, 1995).
Natrium Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna
merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi, protein yang
mengandung sistein dapat memberikan hasil positif (Lehninger, 1995).
Reaksi biuret adalah reaksi yang paling umum dalam penentuan warna
untuk protein, dan beberapa molekul simpel yang terdiri dari dua atau lebih ikatan
peptida akan memberikan reaksi positif pada reaksi biuret tersebut. Pada reaksi
biuret, ion kuprik akan memberikan warna untuk penentuan kuantitatif
(Lehninger, 1995).
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuab
asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang
mengandung triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole,
asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan dibawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas
antara kedua lapisan tersebut. Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole memberi hasil
positif khas untuk gugus indol dalam protein (Lehninger, 1995).
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pda larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksilfenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan
memberikan hasil positif (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah asam karbon yang terdiri dari gugus amina. Dalam
kondisi khusus satu molekul amine dan dua molekul karboksil dapat bereaksi,
terikat dua asam amino oleh ikatan amida. Keberadaan asam amino dapat
diidentifikasi dengan terbentuknya warna ungu pada penambahan dengan
ninhidrin. Pada senyawa yang sama hasil warna ungu dibentuk dari semua jenis
asam amino primer (Carey, 2000).
Salah satu cara yang digunakan untuk penentuan protein dalam bahan
makanan antara lain, cara Biuret; yaitu reaksi pembentukan kompleks berwarna
yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif
ditandai dengan terbentuknya warna ungu, karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+dan N dari ikatan peptida pada molekul protein.
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi intensitas
warna hasil reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru,
tripeptida warna ungu, tetrapeptida serta peptida memberikan warna merah.
Secara umum reaksi positif terhadap pereaksi biuret ini membentuk suatu
senyawa kompleks (Hunt, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: larutan
albumin, larutan glisin, larutan alanin, larutan serin, dan larutan asam aspartat,
larutan ninhidrin 0,1%, kristal Cysteina hydroklorida, larutan Natrium
nitroprussida 1%, NH4OH, NaOH 2,5M, CuSO4 0,01M, larutan glioksilik (Reagen
Hopkins), H2SO4 pekat, pereaksi Millon, akuades, tissue rol dan kertas label.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: tabung reaksi,
rak tabung, pipet tetes, penangas air, sendok tanduk, gegep, labu semprot, dan
sikat tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tes Ninhidrin
Disiapkan 5 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin, serin, dan asam aspartat pada masing-masing tabung.
Ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1% pada masing-masing tabung lalu
dipanaskan hingga mendidih. Diamati perubahan warnanya.
3.3.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Beberapa kristal Cysteina hidroklorida dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuades. Lalu ditambahkan 0,5 mL
Natrium nitroprussida 1% dan 0,5 mL NH4OH. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.3 Reaksi Biuret
Disiapkan 5 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin, serin, dan asam aspartat ke dalam masing-masing
tabung. Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M ke dalam masing-masing tabung lalu
dikocok dengan baik. Kemudian ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M dan dikocok.
Jika ada perubahan warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4.
3.3.4 Reaksi Hopkins-Cole
Disiapkan 5 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 2
mL larutan gliosilik pada masing-masing tabung. Ditambahkan 3 mL larutan
albumin, glisin, alanin, serin, dan asam aspartat lalu dikocok. Kemudian
ditambahkan lagi setetes demi setetes asam sulfat pekat. Diamati perubahan yang
terjadi.
3.3.5 Reaksi Millon
Disiapkan 5 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin, serin, dan asam aspartat pada masing-masing tabung.
Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon pada masing-masing tabung lalu dipanaskan.
Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan pereaksi Millon yang
berlebih lalu dipanaskan kembali dan diamati lagi perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tes Ninhidrin
Reaksi ninhidrin adalah reaksi yang digunakan untuk mendeteksi asam
amino. Ninhidrin merupakan suatu oksidator sangat kuat yang dapat
menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam α-amino. Senyawa ini
merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila dipanaskan dengan asam amino
hingga mendidih, maka akan terbentuk kompleks yang berwarna ungu. Kompleks
yang terbentuk adalah mengandung dua molekul ninhydrin yang bereaksi dengan
amonia setelah asam amino dioksidasi. Pada tes ini dilakukan proses pemanasan
karena untuk membebaskan gugus amino bebas dan untuk mengkatalisis
terjadinya reaksi di antara keduanya. Adapun data dari hasil percobaan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Untuk Tes Ninhidrin
NoLarutan protein dan
larutan asam amino
Warna
Dengan Ninhidrin Setelah pemanasan
1. Glisin Bening Coklat
2. Albumin Bening Coklat
3. Asam Aspartat Bening Ungu
4. Alanin Bening Coklat
5. Serin Bening Coklat
Reaksi yang terjadi pada tes ini yaitu :
Dari hasil tabel pengamatan diatas seharusnya reaksi asam amino dan
protein yang membentuk warna ungu setelah pemanasan adalah glisin, serin,
alanin dan asam aspartat, karena larutan ini merupakan asam -amino dan
mempuyai gugus amino bebas. Namun pada percobaan ini cuma asam aspartat
yang membentuk warna ungu. Sedangkan pada albumin berwarna coklat setelah
dipanaskan, hal ini menunjukan bahwa pada albumin tidak terdapat gugus amino
bebas dan menunjukkan bahwa larutan tersebut positif. Kesalahan ini mungkin
disebabkan karena tidak bersihnya peralatan ataupun larutan ninhidrinnya telah
mengalami kerusakan atau ninhidrinnya tereduksi, sehingga kurang bereaksi
dengan asam amino tersebut.
HS - CH2 - CH - C - OH
NH2
O
+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH
O
NH2
+ NaOH
HS - CH2 - CH - C - OH
NH2
O
+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH
O
NH2
+ NaOH
HS - CH2 - CH - C - OH
NH2
O
+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH
O
NH2
+ NaOH
4.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Reaksi gugus rantai samping digunakan untuk identifikasi gugus sulfhidril
pada protein. Natrium Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan
warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi, protein
yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus –S-S- pada
Sistein juga dapat memberikan hasil positif apabila direduksi terlebih dahulu.
Adapun data dari hasil percobaan adalah sebagai berikut:
No Larutan ContohWarna
Dengan Natrium nitroprussida
Dengan amonium hidroksida
1. Kristal Cysteina hydroklorida Tdk larut berwarna bening
Larut berwarna merah bata
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Dari tabel diatas dapat dilihat cystein hidroklorida direaksikan dengan
Natrium nitroprusida, maka larutan asam amino ini tetap bening dengan ada
endapan putih. Setelah ditambahkan dengan amoniak maka warnanya berubah
menjadi merah bata. Penambahan amoniak bertujuan untuk memperlihatkan
adanya gugus sulfhidril pada asam amino sistein dengan terbentuknya warna
HS - CH2 - CH - C - OH
NH2
O
+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH
O
NH2
+ NaOH
HS - CH2 - CH - C - OH
NH2
O
+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH
O
NH2
+ NaOH
CH2OH – CHNH2 – COOH + NaOH + CuSO4
merah bata. Warna merah bata ini menunjukkan uji positif adanya asam amino
sistein dalam sampel tersebut yang mengandung gugus rantai samping sulfuhidril.
4.3 Reaksi Biuret
Reaksi biuret dapat digunakan untuk mengidentifikasi ikatan peptida. Uji
positif dari reaksi ini akan membentuk warna ungu, yang merupakan kompleks
yang terbentuk dari Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida
dalam suasana basa. Adapun data dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
No Larutan Contoh
Warna
NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 MCuSO4 0,01 M berlebih
1. Glisin bening bening bening
2. Albumin bening ungu muda ungu tua
3. Asam Aspartat bening bening bening
4. Alanin bening bening bening
5. Serin bening bening bening
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Asam Aspartat
Serin
Albumin
Glisin
Alanin
Dari tabel diatas dapat dilihat semua larutan contoh yang dicampurkan
dengan NaOH menghasilkan warna bening. NaOH disini berfungsi memberikan
suasana basa pada larutan asam amino dan protein. Selanjutnya larutan tersebut
dicampurkan dengan larutan CuSO4 dimana glisin, asam aspartat, alanin, dan serin
tidak mengalami perubahan warna karena asam amino tidak memiliki ikatan
polipeptida seperti yang dimiliki oleh protein sedangkan pada albumin jika
direaksikan dengan CuSO4 maka akan menghasilkan larutan yang berwarna ungu.
Hal ini terjadi karena protein memiliki ikatan polipeptida yang apabila bertemu
dengan pereaksi biuret akan membentuk kompleks Cu dengan gugus CO dan
gugus NH dari rantai polipeptida dalam suasana basa. Dari percobaan ini
didapatkan bahwa albumin memberikan reaksi positif terhadap penambahan
CuSO4. Penambahan CuSO4 berlebih memperlihatkan perubahan intensitas warna
semakin tua.
4.4 Reaksi Hopkins-Cole
Reaksi Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukkan adanya suatu gugus
indol dalam asam amino. Gugus indol ini terikat pada asam amino triptofan. Oleh
karena itu reaksi Hopkins-Cole ini merupakan pereaksi spesifik untuk asam amino
triptofan. Pereaksi Hopkins-Cole terdiri atas larutan Glioksilik dan H2SO4
(sebagai katalis). Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan
dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Adapun data dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
No Larutan Contoh Warna
Dengan gliokslik Dengan H2SO4
1. Glisin bening bening
2. Albumin bening Cincin ungu
3. Asam Aspartat bening bening
4. Serin bening bening
5. Alanin bening bening
Adapun reaksi yang tejadi pada percobaan ini yaitu :
Albumin
Alanin
CH2OH – CHNH2 – COOH + Pereaksi Hopkins
Glisin
Asam Aspartat
COOH - CH2 – CHNH2 – COOH + Pereaksi Hopkins
Serin
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa glisin, asam aspartat, serin, dan
alanin tidak memberikan hasil positif karena tidak mengandung asam amino
triptofan. Sedangkan albumin menunjukan hasil yang positif, yang dapat ditinjau
setelah albumin ditambahkan pereaksi Hopkins dan asam sulfat pekat terjadi
perubahan yaitu terbentuk cincin flokulasi berwarna ungu. Perubahan ini
disebabkan karena adanya asam amino dengan gugus indol spesifik dalam hal ini
triptofan yang terkandung dalam albumin.
4.5 Reaksi Millon
Reaksi ini digunakan untuk uji gugus hidroksilfenil pada asam amino
tirosin. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol karena terbentuknya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil. Larutan yang mengandung tirosin
akan memberikan hasil positif yaitu dengan menghasilkan endapan putih yang
dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
Adapun data dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
No Larutan protein
Warna
Dengan Millon
Setelah Pemanasan
Millon berlebih
dipanaskan1. Albumin endapan putih endapan
orange mudaendapan
merah bata2. Glisin bening Bening coklat muda
3. Alanin bening Bening Bening
4. Serin bening Bening Bening
5. Asam aspartat bening Bening Bening
Adapun reaksi yang tejadi pada percobaan ini yaitu :
Albumin
2 OH CH2CHCOOH + Hg(NO3)2 →
NH2
HOOC–CH2–CH2 Hg CH2-CH–COOH + 2HNO3
NH2
Alanin
Glisin
Asam Aspartat
COOH - CH2 – CHNH2 – COOH + Hg(NO3)2
Serin
CH2OH – CHNH2 – COOH + Hg(NO3)2
Dari tabel diatas dilihat hanya albumin yang memberi hasil positif
sedangkan pada glisin, alanin, serin, dan asam aspartat tidak akibat senyawa
merkuri dengan hidroksilfebil pada asam amino tidak bereaksi karena tidak
adanya gugus fenol dalam penyusunanya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
albumin yang merupakan protein juga mengandung tirosin sebagai salah satu
penyusunnya. Reaksi yang menyebabkan warna merah adalah terjadinya senyawa
kompleks antara asam amino dengan Hg2+.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pada tes ninhidrin, hanya asam aspartat yang memberikan hasil positif yaitu
dengan terbentuknya kompleks ungu. Sedangkan pada albumin, alanin, serin,
dan glisin memberikan hasil negatif . Secara teori seharusnya semua asam
amino dan protein memberikan hasil positif dengan reaksi ninhidrin.
2. Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R), asam amino sistein yang
berbentuk kristal cysteina hidroklorida memberi hasil positif dengan
menghasilkan warna merah yang menunjukkan bahwa asam amino tersebut
mengandung gugus sulfhidril.
3. Pada reaksi Biuret, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk
kompleks ungu yang menunjukkan adanya ikatan peptida. Sedangkan pada
glisin, asam aspartat, alanin, dan serin memberikan hasil negatif karena tidak
terdapat ikatan peptida.
4. Pada reaksi Hopkins-Cole, albumin memberikan hasil positif karena
terbentuk cincin flokulasi berwarna ungu. Ini disebabkan karena adanya asam
amino dengan gugus indol spesifik yaitu triptofan yang terkandung dalam
albumin sedangkan pada alanin, serin, glisin, dan asam aspartat memang tidak
memberikan hasil positif karena tidak mengandung asam amino triptofan.
5. Pada reaksi Millon, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk
endapan putih yang berubah menjadi merah karena mengandung asam amino
tirosin sedangkan pada alanin, serin, glisin, dan asam aspartat memberikan
hasil negatif karena tidak mengandung asam amino tirosin.
5.2 Saran
Untuk laboratorium, sebaiknya penyediaan bahan lebih diperbanyak lagi
agar lebih banyak bahan pembanding untuk praktikan.
Untuk asisten, sudah baik tetapi mohon agar lebih memperhatikan
praktikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carey, F. A., 2000, Organic Chemistry, University of Virginia, Boston.
Daintith, J., 1999, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Girindra., 1990, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart D.J., 2003, Kimia Organik edisi kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Hunt, E., Gattolin, S., Newbury, H. J., Bale, J. S., Tseng, H. M., Barrett, D, A., and Pritchard, J., 2009, Journal of Experimental Botany, A mutation in amino acid permease AAP6 reduces the amino acid content of the Arabidopsis sieve elements but leaves aphid herbivores unaffected, 61(11), hal 55.
Lehninger, A. L., 1995, Dasar-Dasar Biokimia jiid 1, diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.
Patong, A. R., 2010, Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokmia, UI-Press, Jakarta.
Prawihartono, S., 2000, Biologi, Bumi Aksara, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 29 September 2010
ASISTEN PRAKTIKAN
(Y U S T I N) (SALMINAH SALEH)Lampiran 1
Bagan Prosedur Kerja
Tes Ninhidrin
- Ditambahkan 0,5mL larutan Ninhidrin
0,1% pada masing-masing tabung.
- dipanaskan hingga mendidih.
- Diamati perubahan warnanya.
Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
- Dilarutkan dengan 5mL aquades.
- ditambahkan 0,5mL Natrium nitroprussida 1% dan 0,5mL
NH4OH.
- Diamati perubahan yang terjadi.
Reaksi Biuret
3mL albumin 3mL glisin 3mL alanin3mL asam
aspartat
hasil
Kristal Cysteina hidroklorida
hasil
3mL albumin 3mL glisin 3mL alanin3mL asam
aspartat
3mL alanin3mL alanin 3 mL serin
3 mL serin
- Ditambahkan 1mL NaOH 2,5M ke
dalam masing-masing tabung lalu
dikocok dengan baik.
- ditambahkan setetes CuSO4 0,01M dan
dikocok.
- Jika ada perubahan warna, ditambahkan
lagi setetes atau lebih CuSO4.
Reaksi Hopkins-Cole
- Dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
- Ditambahkan 3 mL albumin, alanin, serin, glisin, dan
asam aspartat ke dalam masing-masing tabung lalu
dikocok.
- ditambahkan setetes demi setetes asam sulfat pekat.
- Diamati perubahan yang terjadi.
Reaksi Millon
hasil
hasil
Larutan glioksilik
3 mL asam aspartat
- Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon pada masing-masing
tabung.
- dipanaskan.
- Diamati perubahan yang terjadi.
- ditambahkan pereaksi Millon yang berlebih lalu
dipanaskan kembali.
- diamati lagi perubahan yang terjadi.
Lampiran 2
Gambar
3 mL albumin 3 mL alanin
hasil
3 mL glisin 3 mL serin
Tes Ninhidrin
Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Reaksi Biuret
Reaksi Hopkins – Cole
Reaksi Millon