02210007.pdf

76
i URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Nooryanti NIM 02210007 FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007

Upload: rahma

Post on 21-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

  • i

    URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN

    KELUARGA SAKINAH

    (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi Persyaratan

    Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

    Oleh:

    Nooryanti

    NIM 02210007

    FAKULTAS SYARIAH

    JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

    2007

  • ii

    URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN

    KELUARGA SAKINAH

    (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Nooryanti

    NIM 02210007

    Tanggal , 22 Februari 2007

    Telah disetujui Oleh, Dosen Pembimbing

    Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag NIP. 150 224 886

    Mengetahui Dekan Fakultas Syariah

    Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Pembimbing penulisan skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas

    Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca, mengamati

    kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang

    bersangkutan dengan judul:

    URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN

    KELUARGA SAKINAH

    (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)

    Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

    majelis dewan penguji.

    Malang, 22 Februari 2007

    Pembimbing,

    Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag NIP. 150 224 886

  • iv

    PENGESAHAN SKRIPSI

    Dewan penguji skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas Syariah

    angkatan tahun 2002, dengan judul:

    URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN

    KELUARGA SAKINAH

    (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)

    Telah dinyatakan LULUS denngan nilai B+ (Sangat Memuaskan)

    Dewan Penguji:

    1. Dra. Hj. Mufidah Ch, M.Ag ( _______________________ ) NIP. 150 240 393 (Penguji Utama)

    2. Drs. Badruddin M.Hi ( _______________________ ) NIP. 150 302 562 (Ketua Penguji)

    3. Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag ( _______________________ ) NIP. 150 224 886 (Sekretaris)

    Malang, 16 Maret 2007

    Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Demi Allah,

    Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis

    menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

    URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN

    KELUARGA SAKINAH

    (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)

    Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

    memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

    kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka

    skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya otomatis batal demi hukum.

    Malang, 22 Februari 2007

    Penulis,

    Nooryanti NIM.02210007

  • vi

    ABSTRAK Nooryanti, 2007, Urgensi Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) Skripsi. Jurusan Akhwal As-Syakhsiyyah. Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag. Kata Kunci: Urgensi, Pemeriksaan Kesehatan Pranikah, Keluarga Sakinah. Setiap orang menginginkan keluarga yang tentram, aman, damai atau yang biasa disebut keluarga sakinah mawaddah dan rahmah untuk mewujudkan kehidupan keluarga seperti itu diperlukan suatu kemampuan yang tidak mudah dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah sebagai persiapan mereka dalam megarungi bahtera rumah tangga, Disamping itu untuk menjelaskan peranan pemeriksaan kesehatan pra nikah bagi pembentukan keluarga sakinah sebagaimana tujuan perkawinan yang ingin dicapai. Penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan melalui sebuah penelitian yang berorientasi pada menumbuhkembangkan pemahaman masyarakat khususnya calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah terkait dengan peranannya bagi pembentukan keluarga sakinah. Berawal dari adanya Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin yang diterapkan melalui KUA sebagai persyaratan administratif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sehingga hasil penelitian tidak berupa angka-angka melainkan berupa interpretasi dan kata-kata. Pengumpulan data menggunakan metode interview, observasi dan dokumentasi. data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing dan klasifikasi data. Analisis data berdasarkan teori atau konsep umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan data tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan pra nikah berperan penting dan dapat dianggap sebagai langkah awal dalam pembentukan keluarga sakinah, demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga, karena kesehatan merupakan salah satu indikator dari keluarga sakinah. Oleh karena itu dengan pemeriksaaan akan dapat diketahui penyakit-penyakit yang dapat mengancam kelangsungan dan ketenangan sebuah keluarga. Dalam hal ini patutlah jika ungkapan mencegah lebih baik daripada mengobati dikatakan sebagai suatu usaha yang bijak.

  • vii

    MOTTO

    Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada

    muslim yang lemah

    (HR. Bukhari)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku

    Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal dan tongkat restu orang tua di tanganku

    sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku ..

    Dengan keyakinan, perjuangan, dan kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku

    Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati Kupersembahkan kepada:

    Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan tersayang yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan ikhlas

    membimbing dan mendoakan kesuksesan, putra putrinya menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak akan pernah

    luntur sampai kapanpun. Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid) Dengan naungan

    ilmu yang barokah mari bergandengan tangan bersama-sama tuk mewujudkan insani yang berguna bagi keluarga , agama, nusa, dan bangsa

    H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan banyak hal tentang pahit dan manisnya jalan kehidupan.

    Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah memberikan ilmu

    yang bermanfaat tiada batas.

    Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman Syariah serta sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu membuat tersenyum

    maupun menangis, dan penuh motivasi,

    mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.

  • Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal dan tongkat restu orang tua di tanganku sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku .. Dengan keyakinan, perjuangan, dan kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati Kupersembahkan kepada: Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan tersayang yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan ikhlas membimbing dan mendoakan kesuksesan, putra putrinya menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak akan pernah luntur sampai kapanpun. Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid) Dengan naungan ilmu yang barokah mari bergandengan tangan bersama-sama tuk mewujudkan insani yang berguna bagi keluarga , agama, nusa, dan bangsa H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan banyak hal tentang pahit dan manisnya jalan kehidupan. Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah memberikan ilmu yang bermanfaat tiada batas. Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman Syariah serta sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu membuat tersenyum maupun menangis, dan penuh motivasi, mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.

    vii

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirrabilalamin, Tidak ada daya dan upaya selain pertolongan-Nya.

    Serta sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, keluarganya,

    sahabatnya juga kepada pengikutnya, termasuk kita semua. Amin

    Penulis menyadari bahwa tanpa keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak,

    sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segenap hati

    patutlah penulis ucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

    Malang.

    2. Bapak Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari;ah Universitas

    Islam Negeri (UIN) Malang.

    3. Ibu Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing, yang banyak

    meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan serta memberi petunjuk dalam

    penulisan skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Zainudin A.M., selaku Dosen Wali, yang dengan tulus dan ikhlas telah

    membimbing penulis selama masa perkuliahan.

    5. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, khususnya dosen Fakultas

    Syariah, yang telah mengalirkan ilmu, pengetahuan, wacana dan wawasannya,

    sebagai pedoman dan bekal bagi penulis.

  • x

    6. Ayahanda dan ibunda tercinta (Salbani dan Rusmini) yang telah memberikan cinta

    kasih sayangnya, serta selalu mendoakan putra putrinya dengan pewnuh kesabaran

    dan ketulusan hati dengan cinta mereka kuarungi samudra kehidupan ini.

    7. H. Masjkur Sjahrum dan isti yang banyak memeberi motivasi agar terus menggali

    ilmu dan hikmah dari berbagai hal, terima kasih atas semua fasilitasnya.

    8. Bapak Ahmad Muzakkir, S.Ag., selaku kepala KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan serta

    seluruh stafnya yang telah bersedia memberi izin serta banyak memeberi informasi

    kepada penulis selama mengadakan penelitian.

    9. Seluruh pihak yang ada di PUSKESMAS Kec. Hanau Kab. Seruyan, khususnya

    Bidan Elis dan Bidan Fatima hang telah membantu penulis dalam melakukan

    penelitian ini.

    10. Saudara-saudara seperjuangan di IPS NU Paagar Nusa, terima kasih atas kenangan

    yang telah terenda dan tetap menemani di hari-hari terakhir, khususnya Angkatan

    02, GET A LIVE !

    11. Sahabat-sahabatku yang selalu mengucapkan kata SEMANGAT! Serta teman-

    teman PKLI Kelompok IV, sungguh tak akan pernah terlupakan.

    12. Teman-teman Fakultas Syariah, tantangan di depan mata. SELAMAT MENEMPUH

    HIDUP BARU!

    13. Teman-teman dan seluruh kewluarga yang ada di Pembuang Hulu serta yang

    terdekat di hati, Terima kasih telah memberikan motivasi dan segala

    pengorbanannya.

  • xi

    Teriring doa dan harapan ssemoga apa yang telah diberikan kepada penulis

    mendapatkan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin

    Penulis sangat sadar betapa sempit dan terbatasnya pengetahuan yang penulis

    miliki, walaupun penulis berkehendak tetapi Allah yang lebih mengetahui atas semua

    kehenak-Nya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

    saran dan kritik dari semua pihak khususnya pembaca demi keb aikan skripsi ini.

    Malang, 19 Februari 2007

    Penulis,

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .. i

    Halaman persetujuan .... ii

    Persetujuan Pembimbing . iii

    Pengesahan Skripsi .. iv

    Pernyataan Keaslian Skripsi . v

    Abstrak . vi

    Motto vii

    Persembahan viii

    Kata Pengantar ix

    Daftar Isi . Xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 6

    C. Tujuan Penelitian . 6

    D. Kegunaan Penelitian 6

    E. Paradigma Penelitian .. 7

    F. Penelitian Terdahulu 7

    G. Sistematika Pembahasan . 9

    BAB II PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH DAN KELUARGA

    SAKINAH

    A. Pemeriksaan Kesehatan 11

    1. Kesehatan Dalam Perkawinan 11

    2. Persyaratan Administrasi KUA .. 16

    3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan .. 18

    4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 24

    B. Keluarga Sakinah 29

    1. Pengertian Keluarga Sakinah 29

    2. Kriteria Keluarga Sakinah 31

  • xiii

    3. Metode Membangun Keluarga Sakinah 35

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian . 38

    B. Jenis Penelitian . 39

    C. Sumber Data . 39

    D. Metode Penelitian ........ 40

    E. Metode Pengolahan dan Analisis Data . 41

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

    A. Deskripsi KUA Kec. Hanau 43

    1. Kondisi sarana dan prasarana KUA Kec. Hanau .. 43

    2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau .. 44

    3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau 45

    4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau .46

    B. Profil Keluarga Sakinah KUA Kec. Hanau.. 47

    C. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 49

    1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

    di KUA Kec. Hanau . 49

    2. Pemahaman Calon Pengantin di KUA Kec. Hanau Terhadap

    Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 54

    D. Peranan Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan

    Keluarga Sakinah 58

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .. 62

    B. Saran-Saran .. 63

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam Islam, menikah merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan. Sebab,

    pernikahan merupakan sarana untuk mendapatkan ketenangan, melestarikan jenis

    manusia, memperbanyak jumlah kaum muslimin dan pintu berbagai jenis kebaikan.

    Lebih dari itu, bila pintu kebaikan yang bernama pernikahan ini dimaksimalkan,

    maka separuh agama seseorang akan selamat. Untuk itu suami istri ditugaskan untuk

    mengaturnya. Firman Allah:

    Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.1

    Mengingat fungsi rumah tangga begitu besar pengaruhnya terhadap

    kehidupan, maka tidak layak melangkah kedalam dunia pernikahan, sebelum

    mengkaji dan memahami tata cara memilih calon pasangan, oleh karena itu mereka

    harus membuat persiapan-persiapan pernikahan. Pada tingkat berikutnya, perlu bagi

    pria dan wanita untuk merencanakan pernikahan demi menghindari masing-masing

    pihak memiliki harapan-harapan yang tak pantas.

    Dalam menentukan pilihan terhadap calon istri atau calon suami, masing-

    masing pihak termasuk para wali, yang akan bertindak sebagai wakil calon istri,

    harus berpegang teguh pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh syariat.

    Penyimpangan dari kriteria-kriteria ini, bukan saja berarti pelanggaran terhadap 1QS al-Nisa (4): 1.

  • 2

    ketentuan Allah swt yang berarti akan mendapat sanksi hukum baik didunia maupun

    diakhirat, tetapi juga akan membawa akibat yang fatal, yang sangat merugikan bagi

    kehidupan suami istri beserta keturunannya. Sebab sebagaimana diketahui bahwa

    bentuk gen bapak dan ibu akan sangat mempengaruhi baik secara biologis maupun

    psikologis terhadap anak-anak yang akan dilahirkan.2

    Dalam kaitannya dengan penentuan calon pasangan, terdapat fenomena yang

    perlu dikaji yakni seringkali ketika menentukan pilihan jodoh, dikalangan

    masyarakat mengabaikan pentingnya untuk mengetahui riwayat kesehatan diri atau

    calon pasangannya sejak dini. Hal ini sering terjadi dimasyarakat terutama

    dikalangan pedesaan.

    Hal lain yang menjadi gejala atau fenomena terhadap berlangsungnya

    pernikahan adalah adanya pemahaman bahwa jika diantara mereka sudah mampu

    atau baligh, hal itu merupakan modal untuk bisa melangsungkan pernikahan, tanpa

    melihat faktor-faktor yang lain. Dikalangan masyarakat pun, berkembang

    pemahaman bahwa dalam pembentukan keluarga umumnya dipengaruhi oleh

    beberapa faktor seperti agama, kekayaan, maupun kecantikan. Hal ini memang sesuai

    dengan anjuran Rasulullah, sehingga dalam mencari jodoh ukuran-ukuran tersebutlah

    yang sangat dipertimbangkan, namun sangat disayangkan bahwa hadist tersebut

    seringkali hanya dipahami secara tekstual.

    Memang, setiap unsur yang dikemukakan diatas mengandung kebenaran,

    baik dalam hal harta benda, kecantikan wajahnya, saling cinta mencintai, terpelajar,

    beragama, dan sebagainya merupakan hal yang amat bermanfaat dalam usaha

    mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berkeluarga. Namun

    2Abdul Qodir Jailani, Keluarga Sakinah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), 63.

  • 3

    masih banyak hal-hal yang cukup penting perlu diusahakan pemiliknya oleh setiap

    warga masyarakat yang berkeinginan melangsungkan perkawinannya. Salah satu

    syarat lain yang tidak kurang pentingnya dari pemilikan unsur-unsur yang telah

    dikemukakan diatas adalah permasalahan kesehatan. Sejauh manakah faktor

    kesehatan seseorang menjadi ukuran bagi mereka?

    Mengutip perkataan dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan

    yang memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu.

    Mengetahui kondisi kesehatan pasangan sedini mungkin lewat pemeriksaan

    kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit-penyakit yang bisa

    ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini mungkin.

    Karena menurut Ilmu Genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu

    berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna,

    sipilis dan lain-lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari

    keturunan, seperti sikap tak senonoh, homo seks dan lain-lain.

    Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam

    diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian.

    Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS,

    impotensi atau penyakit yang lainnya yang belum di ketahui sebelumnya oleh

    mereka dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena

    dalam perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat

    menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh.sehingga

    memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa kesehatan dalam perkawinan

    merupakan hal yang penting.

    Hal ini juga terkait dengan salah satu qoidah fiqhiyah, yaitu

  • 4

    Menolak itu lebih kuat daripada mengangkat

    Artinya mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan

    seperti sebelum terjadi, menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada

    mengobati setelah sakit.3 Mengobati dan menyembuhkan penyakit setelah diderita,

    diibaratkan baru membuat senjata setelah di serang oleh musuh. Bukankah lebih baik

    kita membuat perisainya lebih dahulu sebelum penyakit menyerang kita. Ibaratkan

    kata pepatah sedia payung sebelum hujan.

    Nilai sehat saat ini dirasakan sangat mahal apalagi setelah kita terserang

    penyakit, maka tidaklah sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk biaya

    pengobatan, guna menyembuhkan penyakit yang telah bersarang di badan. Oleh

    karena itulah kalimat lebih baik mencegah daripada mengobati sangat tepat untuk

    dilaksanakan, sebuah kalimat yang sering terdengar tanpa kita menyadari secara

    mendalam apa makna kalimat tersebut.

    Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam

    diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian.

    Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS,

    impotensi atau penyakit yang lainnya belum diketahui sebelumnya oleh mereka

    dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena dalam

    perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat

    menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh. Hal ini

    memberikan pemahaman kepada penulis bahwa kesehatan dalam perkawinan

    merupakan hal yang penting.

    3Abdul Mudjib, Al-Qawa-'id al-Fiqhiyyah (Kaidah Ilmu Fiqih) (Jogjakarta: Nurcahaya, 1984), 60-61.

  • 5

    Sayang sekali kebanyakan orang baru menyadari hal ini setelah jatuh sakit.

    Kita harus menyadari betapa banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan

    kita. Dan ancaman yang paling berbahaya adalah kedunguan, yaitu ketidaktahuan

    atau tahu tapi tetap tidak mau melaksanakannya.

    Itulah yang menarik perhatian peneliti. Munculnya pengertian dan

    pemahaman masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah sangat dibutuhkan

    dewasa ini, sehingga pemeriksaan kesehatan pranikah yang pada awalnya hanya

    sekedar formalitas dalam menjalankan sebuah persyaratan administrasi KUA saja,

    kemudian dapat direspon sebagai salah satu upaya untuk mengenal pasangan antar

    satu sama lain yang sehingga tidak adanya sikap menyesali pernikahan lantaran

    merasa keliru memilih pasangan.

    Betapa banyak orang yang sesungguhnya mampu menggapai sumber-sumber

    kebahagiaan. Namun lantaran kebodohan dan kekeliruan yang dilakukan, mereka

    pun akhirnya menjauh dari jalan yang benar; jalan yang menghantarkan keduanya

    menggapai kehidupan yang diselimuti cinta, kasih sayang dan ketulusan untuk

    kemudian terhempas ke jurang penderitaan dan kesengsaraan hidup.

    Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap oleh peneliti

    sangat penting dalam melakukan penelitian antara lain pencarian data, biaya, tenaga

    dan lain-lain serta sebagai salah satu bentuk upaya pengabdian peneliti terhadap

    daerah tercinta, peneliti mengangkat judul URGENSI PEMERIKSAAN

    KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA

    SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) ini sebagai

    gambaran yang dapat dijadikan rujukan dan tawaran solusi dalam menjalankan

  • 6

    sebuah pernikahan. Permasalahannya adalah bagaimana pemeriksaan kesehatan

    pranikah turut berperan dalam upaya membentuk keluarga yang sakinah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka masalah yang perlu untuk di teliti

    adalah:

    1. Bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan

    pranikah di KUA Kec. Hanau?

    2. Bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah terhadap pembentukan

    keluarga sakinah?

    C. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui tentang pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan

    kesehatan pranikah di KUA Kec. Hanau.

    b. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi

    pembentukan keluarga sakinah.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Menambah wawasan keilmuan khususnya pemikiran hukum Islam terhadap

    masalah aktual yang terjadi di masyarakat.

    2. Dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya demi pengembangan keilmuan

    khususnya dalam kajian masail fiqhiyah.

    3. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sumber pengetahuan untuk

    mengetahui fungsi pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin.

  • 7

    E. Paradigma Penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma pendekatan kesehatan,

    dimana paradigma ini dipakai dalam mengarahkan peneliti agar mengetahui

    bagaimana cara untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang diteliti

    dengan sedemikian rupa, sehingga dapat memahami bagaimana pelaksanaan yang

    dilakukan.

    Sehingga dalam penelitian kualitatif itu sifatnya atau hasilnya bisa berubah-

    ubah sesuai dengan saat penelitian dilaksanakn. Bahkan terkadang penelitian dengan

    menggunakan paradigma interpretatif fenomenologis ini bisa menemukan teori baru

    sehingga tidak terpaku pada teori yang ada saja, karena bisa dinilai secara subyektif.4

    F. Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai masalah kesehatan dalam perkawinan maupun penelitian

    mengenai masalah keluarga sakinah telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti

    sebelumnya, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh:

    Muhammad Rofi, dengan judul AIDS Sebagai Salah Satu Alasan

    Perceraian. Dalam hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa penyakit AIDS dapat

    dijadikan alasan perceraian dalam perkawinan untuk mengajukan gugatan

    perceraian. Dan selanjutnya hakim dapat mengabulkan gugatan tersebut. Hal ini

    beralasan bahwa orang yang terkena penyakit AIDS tidak dapat menjalankan

    4Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Cet.II), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), 9.

  • 8

    kewajibannya sebagai suami istri dalam hal nafkah bathin, dan hal tersebut sesuai

    dengan syarat-syarat yang harus ada ketika suami atau istri mengajukan gugatan.5

    Abd. Afif, dengan judul Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya

    Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab.

    Lamongan). Dalam hasil penelitian ini ia menyimpulkan bahwa untuk terbentuknya

    keluarga sakinah dipengaruhi oleh segi ekonomi, pendidikan dan agama. Dan

    menurut tokoh setempat ekonomi dan pendidikan hanya sebagai penunjang dan

    pembina keluarga sakinah, agamalah sebagai indikator utama terbentuknya keluarga

    sakinah itu.6

    Imam Nuril Shofiyuddin, dengan Judul Impotensi Sebagai Salah Satu

    Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No. 949/Pdt.G/2003/PA.Mlg). Pengadilan Agama

    Malang, pada kasus tersebut mengabulkan gugatan cerai dari seorang istri

    (penggugat). Dalam gugatannya istri memberikan salah satu alasan yaitu suami tidak

    mampu melakukan hubungan seks secara baik (impotensi) dalam pernikahan selama

    3 tahun 3 bulan dan belum dikaruniai anak, hal ini telah diakui oleh suami

    (penggugat) didepan majelis hakim.7

    Rodin, dengan judul Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga

    Sakinah (Di Kampung Baru kel. Kota Lama kec. Kedung Kandang). Ia

    menyimpulkan keluarga sakinah menurut masyarakat tersebut adalah keluarga yang

    bisa makan dan minum setiap hari, bisa berkumpul bersama dan sehat serta tentram

    5Muhammad Rofi, AIDS Sebagai Salah Satu Alasan Perceraian, Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2003) 6Abd. Afif, Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab. Lamongan), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2004) 7Imam Nuril Shofiyuddin, Impotensi Sebagai Salah Satu Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No. 949/Pdt.G/2003/PA.Mlg), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005)

  • 9

    dalam keluarganya. Tingkat ekonomi yang rendah, bukanlah menjadi penyebab

    utama ketidakharmonisan keluarga.8

    Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa

    penelitian sebelumnya tidak ada yang secara khusus membahas tentang bagaimana

    pembentukan keluarga sakinah jika ditinjau dari segi pemeriksaan kesehatan. Oleh

    karena itu peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian secara khusus

    membahas tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan agar

    tercapainya sebuah keluarga yang sakinah.

    G. Sistematika Pembahasan

    BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, paradigma penelitian,

    penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Hal ini penting sebagai

    langkah awal bagi penulis untuk mengarahkan secara sistematis saat

    menangani penelitian yang direncanakan.

    BAB II : PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH.

    Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang Pertama, pemeriksaan

    kesehatan secara umum membahas tentang peranan kesehatan dalam

    perkawinan, persyaratan administrasi Kantor Urusan Agama (KUA),

    ketentuan Islam mengenai pemeriksaan kesehatan. Kedua yaitu keluarga

    sakinah, secara umum membahas tentang pengertian keluarga sakinah,

    kriteria keluarga sakinah dan metode membangun keluarga sakinah.

    8Rodin, Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah (Di Kampung Baru kel. Kota Lama kec. Kedung Kandang), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005)

  • 10

    Ketiga yaitu konsep dasar pemeriksaan kesehatan pranikah. Pembahasan

    tersebut berguna sebagai gambaran teori dasar dalam pelaksanaan

    penelitian yang dilakukan.

    BAB III : METODE PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan

    tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang terdiri

    dari lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan

    data serta metode pengolahan dan analisa data. Bab ini sebagai

    dokumen awal yang akan menjadi pegangan penulis selanjutnya ke

    mana dan dengan cara bagaimana penelitian yang direncanakan.

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA. Dalam bab ini penulis

    akan menguraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

    yaitu pertama deskripsi KUA Kec. Hanau, yaitu sebagai gambaran lokasi

    dilakukannya penelitian ini, yang membahas tentang kondisi sarana dan

    prasarana KUA Kec. Hanau, struktur organisasi KUA Kec. Hanau, visi

    dan misi KUA Kec. Hanau serta tugas dan fungsi KUA Kec. Hanau.

    Kedua Paparan data penelitian lapangan dan ketiga yaitu analisa data,

    sebagai proses akhir pengolahan data yang didapat dalam penelitian.

    BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

  • BAB II

    PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH

    A. Pemeriksaan Kesehatan

    1. Kesehatan Dalam Perkawinan

    Perkawinan menurut Islam disebut pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat

    atau mitsaqan gholidhon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

    merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

    tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (Pasal 2 dan 3 KHI). Sebagaimana

    tercantum dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 29

    Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah diciptakan untuk mu jodoh (istri) dari sejenismu sendiri, supaya kamu dapat bertempat tinggal dalam ketentraman jiwa pada sisinya dan dijadikan-Nya cinta dan kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu, ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

    Membina sebuah keluarga dan membangun rumah tangga adalah untuk

    kesinambungan hidup keturunan umat manusia. Suatu perkawinan dan sebuah rumah

    tangga yang dibina atas dasar taqwa kepada Allah, berarti meletakkan batu dasar

    untuk membangun suatu masyarakat yang kokoh-kuat, dengan tujuan memberikan

    tuntunan keselamatan dan kelangsungan hidup yang baik dan sejahtera.

    Pengalaman dalam kehidupan mengajarkan kepada kita betapa bervariasinya

    perjalanan keluarga yang telah didirikan oleh sepasang muda-mudi atas dasar cinta

    mencintai, kasih mengasihi dan seterusnya. Ternyata banyak dijumpai goncang dan

    bahkan hancur lebur di dalam perjalanannya. Walaupun usia perkawinannya masih

  • 12

    terasa singkat, hanya semusim bunga atau hanya seumur jagung, oleh karena itu

    mereka harus mempersiapkan bahtera perkawinan mereka. Diantaranya dengan

    memilih calon pasangan yang kriterianya telah dianjurkan oleh Islam.

    Menarik, memang kebanyakan orang memilih pasangan yang berharta,

    cantik, berkedudukan, bernasab tinggi atau nenek moyangnya terpandang tanpa

    memperhatikan lagi keluhuran akhlaknya dan baik buruk pendidikannya, sehingga

    perkawinannya hanya menghasilkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan

    kerugian, karena itulah mengenai kriteria-kriteria ini ada hadis Rasulullah saw:

    : :

    Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda: Wanita dikawini karena empat hal: karena harta-bendanya, karena status sosialnya, karena keindahan wajahnya, dan karena ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu akan berbahagia. 10

    Dari hadis tersebut , jelaslah menikah dengan seseorang hanya karena orang

    itu merupakan muslim yang baik tidaklah cukup! Kriteria-kriteria tersebut harus

    diupayakan terpenuhi secara pasti bagi calon suami atau calon istri, apabila mereka

    mau menjelmakan kehidupan keluarga sakinah dan damai. 11

    Dalam perkawinan pada umumnya menghendaki untuk memperoleh

    keturunan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Dengan demikian dalam

    perkawinan, salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan keturunan

    tersebut. Betapa pentingnya masalah keturunan dalam perkawinan, kiranya tidak

    dapat dielakkan.

    9QS. Ar-Rum (30): 21 10Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemah Shahih Bukhari Cet.5, jilid IV (Jakarta: WIDJAYA, 1992), 10.

  • 13

    Hal ini tercantum dalam Surat An-Nisa Ayat 112

    Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang banyak. Dalam kehidupan keluarga sudah barang tentu keluarga atau suami istri

    menginginkan memperoleh keturunan yang baik, yang sehat, keturunan yang tidak

    mengalami cacat. Walaupun belum ada alat yang cukup tangguh untuk mengetes

    bagaimana keadaan anak yang akan lahir, namun secara umum dapat dinyatakan

    bahwa bila ayah dan ibu - pasangan suami istri dalam keadaan sehat, tidak

    mengandung bibit penyakit, maka ikhtiar untuk menghasilkan keturunan yang

    berkualitas dapat tercapai.

    Dalam surat An-Nisa Ayat 9 juga disebutkan:

    .......

    Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah .............13 Dengan tegas-tegas ayat ini memperingatkan, jangan sampai kita

    berketurunan lemah, atau kita diperingatkan, jangan sampai keturunan kita itu lebih

    lemah daripada kita. Bila dikaji secara cermat, Allah SWT dan Rasullulah SAW

    mengajarkan agar umat Islam melahirkan dan mempersiapkan anak-anak keturunan

    yang sehat dan kuat, yang menyangkut kesehatan jasmani dan rohani, jadi yang

    diutamakan adalah kualitas anak. Anak yang diproduksi oleh suami istri yang

    telah melangsungkan aqad nikah itu adalah zurriyyatan thayyibathan, yaitu

    keturunan yang sehat dan baik, baik mental maupun fisik.

    11Sakinah yaitu ketentraman jiwa yang meliputi hidup kekeluargaan, dan adanya mawaddah dan rahmah yakni rasa cinta dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga satu sama lain. Abdul Qadir Al-Jailani, Op. Cit., 55. 12QS. An-Nisa (4): 1. 13QS. An-Nisa (4): 9.

  • 14

    Pengertian keturunan tersebut erat kaitannya dengan masalah kesuburan, tapi

    hal ini bukan hanya untuk wanita, tetapi juga berlaku untuk pria, sebab wanita harus

    berpasangan dengan pria, dan kesuburan bukan hanya terletak pada wanita tetapi

    juga pada pria. Ukuran dalam menentukan penilai calon suami dan calon istri, yang

    juga berfungsi sebagai pelengkap terhadap kriteria agama, mempunyai pertautan

    langsung dengan masalah kemurnian dan kualitas seseorang dalam masalah

    kesehatan jasmani dan kesehatan rohani.

    Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin bergantung pada

    kualitas sel sperma yang ada pada pria dan kualitas ovum (indung telur) yang ada

    pada wanita. Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik

    tubuh (fisik) maupun akalnya.14

    Mengenai gen ibu, menurut ilmu kedokteran ovum pun berpengaruh besar

    terhadap pembentukan janin. Ovum yang sakit akan menghasilkan bayi yang cacat

    tubuh. Seorang dokter, Marshan namanya, menyatakan bahwa dampak negatif dari

    susunan kesehatan ibu jelas memberi pengaruh terhadap ovum sejak masih dalam

    ovarium. Melalui ovariumlah segala sifat-sifat ibu berpindah kepada ovum. Kadang-

    kadang warisan penyakit baru mulai tampak kecenderungannya ketika ovum itu

    tumbuh dalam rahim (uterus).15

    Islam memperhatikan faktor keturunan dalam pernikahan, Pernah seorang

    sahabat meminang seorang wanita mandul, lalu ia bertanya: Wahai, Rasulullah!

    Saya telah meminang seorang wanita yang berbangsa dan cantik, tapi mandul. Maka

    Rasulullah saw mencegahnya, seraya bersabda:

    14Abdul Qadir Al-Jailani, Op, Cit.,64. 15Ibid, 65.

  • 15

    : . ) .

    Artinya: Dan daripadanya ia berkata: Adalah Rasulullah menyuruh kami berkawin dan melarang (kami) membujang dengan larangan yang keras, dan ia bersabda: Berkawinlah dengan (perempuan) peranak, penyayang, karena sesungguhnya dengan kamu aku akan melawan Nabi-nabi di hari Qiyamat (tentang banyaknya ummat) 16

    Menurut ilmu genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu berpindah kepada

    anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna, sipilis dan lain-

    lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari keturunan. Seperti sikap

    tak senonoh, homo seks dan lain-lain.17 Uraian sederhana tersebut, memberikan

    gambaran secara jelas betapa besar peran ibu dan bapak dalam menentukan anak,

    baik secara biologis maupun psikis. Faktor keturunan begitu dominan dalam

    menentukan profil jasmani, kesehatan fisik, intelektual dan kognitif, emosi dan

    afektif, bahkan sikap mental anak.

    Walaupun tidak secara eksplisit masalah kesehatan, khususnya kesehatan

    fisiologis ini dinyatakan dalam Undang-Undang Perkawinan, namun yang baik perlu

    diperhitungkan tentang soal kesehatan ini. Kesehatan dalam perkawinan merupakan

    hal yang penting. Hal tersebut disebabkan karena dalam perkawinan bila keadaan

    kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat menimbulkan permasalahan dalam

    keluarga. Hal ini akan mengganggu ketentraman keluarga yang bersangkutan, yang

    dapat berakibat cukup jauh, seperti kekerasan dalam keluarga, perceraian dan lain

    sebagainya.

    2. Persyaratan Administrasi Kantor Urusan Agama (KUA)

    16A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung: CV. Dipenegoro, 1975), 74. 17Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi, 2002), 36

  • 16

    Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat

    Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan

    Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan

    No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin

    menginstruksikan kepada : Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan

    kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk :

    1. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan bimbingan

    dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan pedoman

    pelaksanaan.

    2. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin

    di daerah masing-masing.

    3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada Dirjen Bimas

    Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas masing-masing.

    Dalam pelaksanaan, peraturan tersebut dapat dianggap sebagai dasar atau

    landasan salah satu syarat administrasi pernikahan yang dibutuhkan oleh KUA

    terhadap pasangan yang akan menikah, yaitu adanya surat/kartu bukti immunisasi

    TT1 bagi calon istri dari rumah sakit atau puskesmas terdekat.

    Immunisasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan kepada seseorang

    dengan cara memberikan cairan (vaksin) tertentu sehingga dapat tercegah dari

    penyakit. Penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi antara lain: Tetanus,

    TBC, Differi, Batuk rejan, Polio dan Campak.18 Bagi calon pengantin perlu

    memperoleh immunisasi agar tidak terserang penyakit tersebut diatas dan tidak

    18Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi Jawa Timur, TuntunanPraktis Rumah Tangga Bahagia (Jawa Timur: 2005), 38.

  • 17

    menular pada bayi yang akan dilahirkan sehingga angka kematian ibu melahirkan

    pun dapat dikurangi.

    Munculnya peraturan tersebut mengingat bahwa, Menurut Undang-Undang

    No.9 tentang pokok-pokok kesehatan dalam Bab I, Pasal 2 : Yang dimaksud

    kesehatan dalam undang-undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani

    (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan

    kelemahan.19 Adanya peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap

    orang berhak dan wajib untuk menjaga dan memelihara kesehatan demi tercapainya

    suatu tatanan masyarakat yang sejahtera.

    Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan dapat di bagi dalam tiga

    golongan yaitu: 20

    a. Usaha Pencegahan (usaha preventif), yaitu untuk pencegahan penyakit atau

    pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku

    sehat)

    b. Usaha Pengobatan (usaha kuratif), yaitu untuk mendapatkan diagnosis penyakit

    dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku

    sakit)

    c. Usaha Rehabilitasi, yaitu untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah

    dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakit tidak

    bertambah parah (peran sakit)

    Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit (preventif) menjadi

    tempat yang utama. Karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang

    lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah di bandingkan dengan usaha

    19Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2000), 26. 20Ibid, 13.

  • 18

    pengobatan maupun rehabilitasi. Oleh karena itu dianjurkan bagi calon mempelai

    wanita dan juga pria agar memeriksakan kesehatan sebagai persiapan pernikahan,

    disamping kesiapan batin/rohani dan mengikuti pengarahan atau kursus calon

    pengantin (SUSCATIN) dalam rangka usaha preventif.

    3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan

    Kesehatan dan kesejahteraan adalah anugerah terbaik dari Allah kepada

    manusia.Rasulullah menganjurkan kepada kita agar menjaga kesehatan dan

    memerintahkan kepada kita untuk berobat dalam rangka memelihara kesehatan.

    Dalam hadist sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan:

    Artinya: Dari Jabir r.a dari Rasulullah saw., sabdanya: Setiap penyakit ada obatnya. Apabila tepat obat suatu penyakit, tentu penyakit itu sembuh dengan izin Allah Azza wa jalla21

    Islam memerintahkan kepada kita untuk menghindari penyebab berbagai

    penyakit yang banyak muncul, diantaranya adalah: 22

    a. Segala hal yang dilarang dalam Islam, seperti makan dan minum berlebihan,

    mengonsumsi darah dan bangkai, minum khamar dan sebagainya.

    b. Islam menyuruh kita supaya menjauhi penyakit saluran pencernaan, lepra, thaun

    (penyakit pes) dan lain sebagainya, sehingga kita diperintahkan menjaga jarak

    dari penderita agar tidak tertular.

    c. Penyebab munculnya penyakit adalah tempat yang kotor dan banyaknya

    serangga yang membahayakan sepeti lalat, nyamuk, tikus dan lain sebagainya.

    21Mamur Daud, Terjemah Shahih Muslim Jilid IV (Jakarta: WIDJAYA, 1983), 147. 22Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam (Bandung: MARJA, 2006), 41-44.

  • 19

    d. Terjatuhnya seseorang pada keputusasaan dalam menyelesaikan masalahnya ke

    dalam hal-hal yang merusak dirinya (narkoba, free sex dan lain-lain). Hal

    tersebut akan menimbulkan berbagai penyakit jasmani dan rohani.

    Penyakit memang merupakan sunnah Tuhan dan ujian dari-Nya dan akan

    meleburkan dosa-dosa seorang hamba, jika ia menerima penyakit tersebut dengan

    penuh kesabaran. Namun Islam telah menjelaskan sebab-sebab penyakit tersebut

    diatas, agar seorang Muslim harus sadar dan tetap berikhtiar untuk melakukan

    pencegahan terhadap penyakit serta berusaha menyembuhkan dengan cara berobat

    jika penyakit itu datang.

    Tentang pencegahan penyakit, pada umumnya dalam ajaran Islam terdapat

    ajaran-ajaran antara lain:23

    a. Untuk mendiagnosis suatu penyakit dan memberikan dosis obatnya, Islam

    memerintahkan agar berobat kepada dokter spesialis

    b. Untuk menjaga kesehatan dari penyakit menular, Islam mengajarkan agar

    mengarantinakan orang yang menderita penyakit menular, sehingga penyakit itu

    tidak meluas.

    c. Islam juga menyarankan kepada orang yang sehat agar tidak memasuki daerah

    yang rentan penyakit atau menjauhkan dirinya sampai daerah itu bebas dari

    penyakit menular.

    d. Prinsip yang ditanamkan oleh Islam tersebut, Islam pun mendorong pengadaan

    makanan umum yang sehat sebagai usaha menghindari penyakit.

    Secara umum, pemeriksaan kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya

    menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian

    23Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 37-42.

  • 20

    setelah itu. Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena

    sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam yang sesuai dengan karakteristik,

    kemampuan dan keadaan fitrah manusia.24 Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan

    adalah salah satu langkah awal dalam menjaga kesehatan, gagasan semacam ini tiada

    lain karena dengan pemeriksaan dapat diketahui keadaan manusia tersebut.

    Terkait dengan upaya-upaya preventif tersebut, dalam pernikahan, Islam pun

    menganjurkan agar memperhatikan masalah kesehatan calon pasangannya.

    Kesehatan calon pasangannya dapat diketahui melalui kejujuran dari calon pasangan

    atau keluarganya atau dari pemeriksaan kesehatan pranikah bagi kedua calon

    pasangan tersebut.

    Sebagaimana dikutip oleh Adil Abdul Munim Abu Abbas dalam buku,

    Ketika Menikah Jadi Pilihan (Al-Mahira, 2001), Imam Al-Qurthubi berkata, Jika

    suami tahu bahwa dirinya tidak mampu menafkahi istri, atau memberi mahar,

    memenuhi hak-hak istri yang wajib atasnya maka ia tidak boleh menikahi wanita itu

    sampai ia menjelaskan hal itu kepadanya. Begitu juga jika si calon suami

    mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan

    seksual dengan istrinya, maka ia harus menjelaskan kepada wanita itu agar ia dapat

    mempertimbangkan. Demikian pula wajib bagi si calon istri menjelaskan kepada

    calon suami jika ia mengetahui bahwa dirinya tidak mampu memberikan hak kepada

    suami atau mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan

    hubungan seksual dengannya.25

    Memperhatikan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa kesehatan

    merupakan salah satu alasan untuk mempertimbangkan kualitas seseorang untuk

    24Hasan Raqith, Op. Cit., 45. 25M. Fauzil Adhim dan M. Nazhif Masykur, Diambang Pernikahan (Jakarta: Gema Insani, 2002), 24.

  • 21

    melakukan pernikahan. Pemeriksaan kesehatan menjadi hal yang penting untuk

    dilakukan sebelum menjalani pernikahan demi mencegah kekecewaan antara suami

    istri itu nantinya.

    Hal ini juga sesuai dengan salah satu kaidah fiqhiyah yang berbunyi:

    yaitu mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan seperti

    sebelum terjadi.26 Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga

    orang-orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati.

    Dari pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak

    sakit, lebih utama daripada mengobati setelah sakit.

    Ditinjau dari kaidah tersebut, ikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan hidup

    keluarga melalui pemeriksaan kesehatan pranikah, tidak dilarang agama. Al-Quran

    maupun Sunnah tidak ada yang melarang untuk melakukan hal tersebut, oleh karena

    itu, pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan hidup

    keluarga disebutkan diatas, pada dasarnya termasuk hal yang hukumnya mubah.

    Perbuatan mubah adalah sesuatu perbuatan yang bila diperbuat tidak diberi pahala

    dan bila ditinggalkan tidak dikenakan siksa. Mubah dinamakan halal dan jaiz.27

    Sebagaimana kita ketahui, hal yang pada dasarnya termasuk dalam kategori

    hukum mubah itu masih dapat mengalami perubahan ketentuan hukum, bergantung

    kepada motivasinya. Apabila pemeriksaan kesehatan pranikah benar-benar bertujuan

    untuk dapat mewujudkan kesejahteraan hidup keluarganya kelak agar lebih

    sempurna dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama maka hukumya bisa saja

    menjadi sunah, dengan suatu perkiraan kuat apabila dikhawatirkan akan terjadinya

    26H.Abdul Mudjib, Loc. Cit. 27A. Hanafie, Ushul Fiqh (Jakarta: Widjaya, 1989), 24

  • 22

    sebaliknya, pemeriksaan kesehatan pranikah itu justru dapat dinilai sebagai hal yang

    mulia.

    Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga orang-

    orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati. Dari

    pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak sakit,

    lebih utama daripada mengobati setelah sakit.

    Sebagian ahli berpandangan bahwa tak seorangpun, diantara pasangan

    suami istri- ini, mempunyai pilihan untuk memutuskan ikatan perkawinan dengan

    alasan ada nya cacat atau kekurangan pada diri pasangannya. Peraturan yang ada

    dalam Durr Mukhtar adalah: Baik suami ataupun istri tidak berhak memutuskan

    ikatan perkawinan dengan alasan cacat atau kekurangan yang ada pada pasangannya,

    walau betapa berat nya penyakit tersebut, seperti kegilaan, lepra, dan sebagainya.

    Pandangan ini telah dikemukakan oleh Khalifah Ali dan Ibnu Masud, para sahabat

    Nabi dan oleh Atha-Nakhai, Umar bin Abdul Aziz, Ibn Abi Laila, Auzai, Thauri,

    Abu Hanifah, dan Abu Yusuf.

    Sebagian ahli fikih lain berpandangan bahwa cacat, yang menghalangi

    dilakukannya hubungan seksual, memberikan hak pada keduanya untuk melakukan

    pemutusan ikatan perkawinan. Cacat yang disebutkan adalah kegilaan, lepra, bau

    busuk pada mulut, penyakit-penyakit kelamin. Imam Malik-lah yang mengemukakan

    pandangan ini. Dalam bukunya Al-Qowanin, Abu Ijaz menulis daftar penyakit diatas

    dan menyatakan bila salah seorangan diantara pasangan tersebut, menderita salah

    satu penyakit tersebut pasangannya berhak untuk memilih atau melakukan

    perpisahan.

  • 23

    Menurut Imam Syafii, kedua orang suami istri itu berhak memutuskan ikatan

    perkawinan bila salah seorang, diantara keduanya, menderita lepra atau leukoderma.

    Tetapi bau busuk pada mulut, gatal-gatal dan penyakit kelamin bukan alasan untuk

    memutuskan perkawinan. Tetapi, bila si wanita mempunyai penyakit kelamin dan

    menghalangi hubungan suami istri, atau suami menderita impotensi, atau alat

    kelaminnya telah diamputasi, pasangan itu berhak memutuskan ikatan perkawinan.28

    Dari semua pandangan ini, yang kedua-lah yang paling dekat dengan ajaran

    Al-Quran. Dalam pandangan Al-Quran, dua sasaran perkawinan adalah pemelihara

    kesucian dan ikatan kasih sayang diantara pasangan. Sasaran-sasaran ini hilang bila

    salah seorang dari pasangan tersebut terserang penyakit, atau mempunyai cacat yang

    mengganggu pasangannya, atau menghalanginya untuk memuaskan nafsu

    alamiahnya. Cacat atau penyakit yang telah disebutkan tadi, mengabitkan

    penderitaan pada pasangan yang normal. Dengan demikian pentinglah kiranya

    memberikan pilihan kepada pasangan tersebut untuk memutuskan ikatan

    perkawinan.

    Pembicaraan tadi terbatas pada kasus-kasus dimana pasangan tidak begitu

    saling mengenal sebelum dilangsungkannya perkawinan, dan mereka mengutarakan

    kekecewaan mereka segera setelah bertemu muka.

    Kebersihan dan kesucian, dan kesehatan jasmani menjadi syarat untuk

    mewujudkan tubuh yang kuat dan tegap; dan kondisi ini menurut Islam mempunyai

    nilai yang lebih baik dibanding dengan kondisi tubuh yang lemah menurut

    pandangan Allah SWT, karena tubuh yang lemah tidak mungkin bisa melaksanakn

    28Abul Ala Al-Maududi dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan Dalam Islam (Jakarta: Darul Ulum Press, 1987), 93

  • 24

    ibadah kepada Allah secara utuh dan sempurna. Dalam hubungan ini. Nabi saw

    menyatakan dalam sabdanya sebagai berikut:

    Artinya:Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah29 4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

    Perkawinan merupakan tahap awal untuk mencapai kebahagiaan dalam

    kehidupan individu. Untuk meraih keberhasilan dalam kehidupannya yang multi

    kompleks, dalam bidang sains, harta dan nama (pristise). Maka tahap awal untuk

    mencapainya haruslah berhasil terlebih dahulu dalam kehidupan berumah tangga.

    Menurut dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan yang

    memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu.

    Mengetahui kondisi kesehatan masing-masing pasangan sedini mungkin lewat

    pemeriksaan kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit-

    penyakit yang bisa ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini

    mungkin.30

    Pemeriksaan kesehatan pranikah atau pre marital medical examination

    sudah umum dilakukan di Negara-negara maju. Hal ini menandakan saling

    keterbukaan diantara kedua belah pihak. Sayang, di Indonesia, pemeriksaan ini

    belum begitu popular. Padahal filosofi di masyarakat khususnya masyarakat Jawa

    sudah menganjurkan hal tersebut. Terbukti sebelum menikah kita dianjurkan untuk

    melihat bibit, bebet dan bobotnya. Hanya, saat ini dengan penemuan-penemuan di

    bidang kesehatan, melihat bibit tidak secara kasat mata, namun bisa dilihat dengan

    29Abdul Qodir Jailani, Op. Cit., 230-231. 30Nova, (Minggu, 11 September 2005), 15.

  • 25

    pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih canggih melalui darah, air kencing, kotoran

    dan cairan tubuh lainnya.

    Manfaat pemeriksaan kesehatan tersebut antara lain:

    1. Dapat mengetahui status kesehatan, apabila ada penyakit bisa diketahui sejak

    dini.

    2. Bisa untuk memantau perjalanan penyakit yang diderita, misalkan seseorang

    yang menderita diabetes mellitus bisa mengetahui perkembangan penyakitnya

    sebelum komplikasi ke system syaraf atau organ penting lain.

    3. Bisa mencegah timbulnya penyakit. Misalkan seseorang yang menjalani check

    up kesehatan mengeluhkan bahwa ketika menstruasi ia selalu mengalami

    kesakitan yang hebat. Hal ini bisa menyebabkan penyakit pada rahim atau

    kandungannya. Apabila menstruasinya yang sakit itu di obati maka penyakit

    kandungannya dapat dicegah.

    Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi yang menjalani

    pemeriksaan tapi juga akan dapat mencegah penyakit atau kelainan yang mungkin

    timbul pada keturunan nanti. Sebaiknya pemeriksaan kesehatan dilakukan pada

    kedua calon pengantin, karena penyakit keturunan dapat diturunkan oleh salah satu

    dari suami atau istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik dan bebas dari penyakit,

    tetapi dimungkinkan salah satu mempunyai gen penyakit keturunan yang akan

    berpindah kepada anak-anaknya.

    Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain: 31

    1. Thalassimia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun dan

    terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah dan ibu

    31Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Op.C it., 184.

  • 26

    bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena pembiakana yang cepat pada

    butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka

    membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis penyakit ini

    termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh penderita.

    2. Heamopholia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya beku,

    sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit saja mungkin

    akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah

    melalui wanita, akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak pria dan bukan

    wanita. Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.

    3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini akan terjadi

    jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah sang suami yang

    positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan

    darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut perlu pencucian darah secara total

    sekurang-kurang sebulan sekali.

    Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan

    serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah

    kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh

    kesiapan mental karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon

    pasangan hidupnya.banyak lagi jenis penyakit keturunan ini, seperti penyakit gula

    hipertensi, penyakit/gangguan kejiwaan, IQ rendah dan lain-lain. Dalam kondisi

    seperti ini, anak memang membawa kesediaan menerima penyakit keturunan dari

    orang tuanya atau dari susunan keluarganya yang lain.

    Dikatakan oleh dr. Budi Santoso SpOG (K), spesialis obsteri dan ginekologi

    RSU dr Soetomo Surabaya, pre marital medical examination atau pemeriksaan

  • 27

    kesehatan pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan mental

    karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan

    hidupnya.32

    Bila memang ditemukan kelainan atau penyakit yang diderita salah satu

    pihak, pihak lain sudah mengetahui sehingga pengobatan bisa dijalani terlebih

    dahulu sebelum memasuki jenjang pernikahan. Jika kelainan atau penyakit tersebut

    tidak bisa disembuhkan, kedua belah pihak sudah saling mengetahui sebelum

    pernikahan terjadi sehingga, tidak ada pihak yang merasa dibohongi dan tidak

    menyesal di kemudian hari.

    Ukuran waktu itu pun fleksibel. Artinya, pemeriksaan kesehatan pranikah

    dapat dilakukan kapan pun selama pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya

    pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkan

    pernikahan. Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan

    kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling atau

    pengobatan terhadap penyakit yang diderita. 33 Dengan demikian, Jangan sampai

    timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa

    disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah ternyata harus berkali-kali

    mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa disembuhkan

    dari dulu.

    Secara garis besar pemeriksaannya bisa diawali dengan wawancara singkat

    yang berkaitan dengan riwayat kesehatan untuk mengetahui penyakit apa yang

    pernah di derita, riwayat penyakit anggota keluarga (seperti, diabetes mellitus,

    stroke, kanker, epilepsi dan lain sebagainya). Juga kebiasaan hidup lainnya, seperti

    32Jawa Pos (Sabtu, 9 Desember 2006), 43. 33Ibid.

  • 28

    merokok, mengunakan obat-obatan terlarang, atau mungkin menganut paham free

    seks. Selanjutnya, dilanjutkan pemeriksaan fisik dan laboratorium meliputi

    pemeriksaan darah lengkap (termasuk rhesus), urine lengkap, fungsi liver, fungsi

    ginjal, kesehatan paru-paru dan jantung. Kesehatan alat reproduksi juga tak luput dari

    pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesuburan dan fungsi anatomi alat

    reproduksi tersebut. 34

    Pemeriksaan kesehatan pranikah sebaiknya meliputi pemeriksaan klinis dan

    laboratorium. Pemeriksaan tersebut lebih diarahkan untuk penyakit yang dapat

    menular seperti penyakit Menular Seksual (PMS), TBC, dan lain-lain. Disamping itu,

    agar anak tidak terkena talasemia mayor; ada baiknya calon suami-istri diperiksa

    kemungkinan talasemia minor. Karena talasemia minor biasanya tidak menunjukkan

    gejala klinis, tetapi bila calon Bapak dan Ibu keduanya menderita talasemia minor,

    ada resiko anaknya akan terkena talasemia mayor. Untuk mencegah kemungkinan

    tersebut, sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter, sehingga mendapat informasi

    yang lengkap dan benar. Pun untuk mendeteksi ada atau tidak HIV/AIDS,

    Gonorrhoe, Sifilis, Herpes dan Papiloma Virus.35

    Calon pengantin bisa mendatangi dokter terdekat, atau kerumah sakit yang

    memang menyediakan paket pemeriksaan kesehatan pranikah. Pemeriksan tersebut

    bukan bertujuan untuk menggagalkan rencana perkawinannya, namun menyiapkan

    segala sesuatunya sehingga pilar-pilar perkawinan semakin kokoh.

    B. Keluarga Sakinah

    1. Pengertian Keluarga Sakinah

    34Ibid. 35Samsuridjal Djauzi, Panduan Hidup Sehat Dari Soal Pemeriksaan Kesehatan Sampai Vertigo (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), 22-23.

  • 29

    Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian antara

    lain:

    a. Sanak saudara, kaum kerabat

    b. Orang seisi rumah, suami-istri, anak

    c. Orang yang ada dalam naungan organisasi atau sejenisnya

    d. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya

    Dari beberapa definisi tersebut, maka keluarga adalah unit terkecil dari suatu

    masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat merupakan kumpulan keluarga-keluarga.

    Ini berarti, baik buruknya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya

    masyarakat kecil itu (keluarga). Jadi keselamatan dan kebahagiaan suatu masyarakat

    berpangkal pada masyarakat terkecil atau keluarga.

    Kata sakinah (Arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa. Kata

    ini disebutkan sebanyak enam kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Al-Baqarah

    ayat 248, Surat At-Taubah ayat 26 dan 40, Surat Al-Fath ayat 4, 18 dan 26. Dalam

    ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu didatangkan Allah SWT ke dalam

    hati para nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar

    menghadapi tantangan, ujian, cobaan, ataupun musibah. Sehingga sakinah dapat juga

    dipahami sebagai sesuatu yang memuaskan hati.

    Dari dua aspek tersebut diatas, maka Istilah keluarga sakinah merupakan

    dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk

    menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan

    pengertian keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera lahir dan batin.

    Terwujudnya suatu keluarga sakinah, yakni keluarga bahagia dan sejahtera

    atas jalinan cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dikehendaki oleh agama

  • 30

    islam adalah bersumber pada firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ar-Rum

    Ayat 21.

    Pada ayat ini tersurat kalimat litaskunu ilaiha yang menggambarkan suatu

    keadaan rumah tangga yang para anggotanya memperoleh ketenangan dan

    ketentraman serta kebahagiaan lahir batin, mengantarkan kemungkinan

    berkembangnya cinta dan kasih sayang dalam keluarga itu sendiri. Dalam kalimat itu

    terkandung pula arti tersirat, bahwa tujuan dari kehidupan rumah tangga untuk

    mencapai ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagian hidup lahir dan

    batin di atas jalinan kasih sayang antara suami dan istri.

    Berdasarkan dalam surat tersebut, Departemen Agama membuat rumusan

    pengertian Keluarga Sakinah, yaitu: Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina

    berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan

    material yang layak, mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayng

    (mawaddah wa rahmah), selaras, serasi dan seimbang, serta mampu menanamkan

    dan melaksanakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, amal shaleh dan akhlakul

    karimah dalam lingkungan keluarga sesuai ajaran Islam.36

    Keluarga sakinah merupakan dambaan dari setiap rumah tangga muslim, hal

    ini terefleksi dengan jelas dalam setiap undangan walimatul urs teruntai kalimat

    harapan terciptanya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Khusus di Indonesia

    program keluarga sakinah merupakan Proyek Nasional dalam pembangunan bangsa

    yang berada dalam ruang lingkup kerja Departemen Agama.

    2. Kriteria Keluarga Sakinah

    36BP.4 Propinsi Kal-Teng, Membangun Keluarga Sakinah ; Palangkaraya.

  • 31

    Masih berbicara tentang keluarga sakinah yang senantiasa diliputi suasana

    mawaddah wa rahmah, Rasullulah SAW menegaskan dalam salah satu sabdanya

    yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailamiy:37

    Artinya: Apabila Allah menghendaki keluarga (rumah tangga) itu mendapat kebahagiaan, maka ada lima ciri pembinaan keluarga itu, yaitu: anggota keluarga rumah tangga itu hidup taat beragama, yang muda menghormati yang lebih tua, serasi (harmonis) dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, melihat (mengawasi) cacat (kekurangan) mereka, dan kemudian melakukan taubat/minta maaf. Dan Allah menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka dalam kesesatan. (HR. Ad-Dailamiy). Salah satu dari program BP4 adalah membangun keluarga sakinah. Adapun

    dasar yang melandasi pembinaan Keluarga Sakinah tersebut adalah:38

    a. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1993 ;

    b. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan

    dan Pembangunan Keluarga Sejahtera ;

    c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa ;

    d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

    Dengan sasaran pembinaan adalah umat Islam yang berdomisili didesa dari

    Pra Sakinah, Sakinah I sampai Sakinah IV, menetapkan kriteria-kriteria antara lain:

    Pra Sakinah

    a. Perkawinan yang tidak memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku;

    b. Tidak mampu melaksanakan shalat ;

    c. Tidak mampu melaksanakan puasa ;

    37Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran dan As-Sunnah (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), 232.

  • 32

    d. Keluarga yang tidak mampu melaksanakan zakat/fitrah ;

    e. Tidak mampu membaca Al-quran ;

    f. Keluarga yang tidak memiliki pengetahuan dasar agama ;

    g. Tempat tinggal yang tidak menetap ;

    h. Tidak memiliki pendidikan dasar.

    Sakinah I

    a. Keluarga yang dibentuk melalui perkawinan yang sah berdasarkan peraturan

    yang berlaku atas dasar cinta kasih ;

    b. Melaksanakan shalat ;

    c. Melaksanakan puasa ;

    d. Membayar zakat fitrah ;

    e. Mempelajari dasar agama ;

    f. Mampu membaca Al-quran ;

    g. Memiliki pendidikan dasar ;

    h. Ada tempat tinggal ;

    i. Memiliki sejumlah pakaian ;

    Sakinah II

    a. Memenuhi kriteria Sakinah I ;

    b. Hubungan anggota keluarga harmonis ;

    c. Keluarga menamatkan sekolah 9 tahun ;

    d. Mampu berinfaq ;

    e. Memiliki tempat tinggal sederhana ;

    f. Mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan ;

    38BP.4 Propinsi Kal-Teng, Op. Cit.,

  • 33

    g. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

    Sakinah III

    a. Memenuhi kriteria Sakinah II ;

    b. Membiasakan shalat berjamaah ;

    c. Pengurus pengajian/organisasi ;

    d. Memiliki tempat tinggal layak ;

    e. Memahami kesehatan keluarga ;

    f. Harmonis ;

    g. Gemar memberikan shadaqah ;

    h. Melaksanakan qurban ;

    i. Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajibannya masing-masing ;

    j. Pendidikan minimal SLTA.

    Sakinah IV

    a. Memenuhi kriteria Sakinah III ;

    b. Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji ;

    c. Salah satu keluarga menjadi pimpinan organisasi Islam ;

    d. Mampu melaksanakan wakaf ;

    e. Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama kepada masyarakat ;

    f. Keluarga dan anggotanya sarjana, minimal di Perguruan Tinggi ;

    g. Keluarga mampu menjadi pemuka masyarakat ;

    h. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah ;

    i. Keluarga yang didalamnya tumbuh cinta dan kasih sayang.

    Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui

    bahwa banyak hal yang dapat menjadi ukuran sebuah keluarga itu adalah keluarga

  • 34

    sakinah. Oleh karena itu ada beberapa kesiapan yang sangat diperlukan dalam

    pembentukan keluarga sakinah, antara lain:

    a. Kesiapan Spiritual, yaitu kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat

    memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia secara

    sempurna.

    b. Kesiapan Mental/Psikis, yaitu kesiapan untuk membentuk sebuah keluarga yang

    ideal sehingga terbinanya rasa cinta dan kasih sayang yang diridhai Allah SWT.

    c. Kesiapan Fisik, yaitu kesiapan dalam arti memahami pentingnya kesehatan

    keluarga sehingga terbentuk keluarga yang jauh dari berbagai penyakit yang

    mengancam ketenangan keluarga.

    d. Kesiapan Sosial, kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat menjadi suri

    teladan dan dapat berguna bagi masyarakat.

    e. Kesiapan Ekonomi, kesiapan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya,

    seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.

    3. Metode Membangun Keluarga Sakinah

    Agar kehidupan suami istri dapat terbangun secara harmonis, hangat, mesra,

    serta dapat mencegah terjadinya perselingkuhan dalam suatu keluarga, maka ada

    beberapa hal yang perlu dilakukan oleh mereka antara lain:39

    a. Menciptakan kondisi rumah tangga yang sejuk, komunikaif dan hangat dalam

    kehidupan sehari-hari.

    b. Menanamkan sikap qanaah terhadap keadaan masing-masing.

    c. Menanamkan sebuah keyakinan dalam diri pasangan suami istri ; bahwa mencari

    jalan keluar untuk menghilangkan kejenuhan, kebuntuan dan keruwetan pikiran

    39BP 4, Perkawinan dan Keluarga (Jakarta: 2005), 31-32.

  • 35

    dengan jalan bersenang-senang dengan cara berselingkuh, adalah jalan yang

    tidak sehat dan tidak selamat.

    d. Berusaha dengan maksimal dalam memecahkan masalah kelainan seks, dengan

    mencari jalan yang sehat dan rasional, seperi berkonsultasi kepada ahlinya.

    Keempat hal tersebut diatas, harus mendapat perhatian kedua belah pihak

    (suami & istri), bahkan harus dirawat dan dikembangkan agar dapat berbuah

    sakinah. Rasulullah SAW mensyaratkan 5 (lima) hal bagi terwujudnya keluarga

    sakinah, sebagaimana hadits beliau yang maksudnya sebagai berikut:

    Apabila Allah menghendaki keluarga menjadi baik (sakinah), maka (ada lima hal) :

    1. keluarga itu memahami ajaran agama; 2. Dalam keluarga itu yang muda

    menghormati yang tua, (yang tua menyayangi yang muda); 3. Lembut dalam

    pergaulan; 4. hemat dalam pembelanjaan; 5. Mau mengakui kelemahan diri

    (introspeksi) dan berusaha memperbaikinya.

    Poin kelima dalam hadits tersebut yaitu mengakui kelemahan diri dengan

    instropeksi dan berusaha memperbaiki diri, dapat dikaitkan dengan aspek kesehatan

    yaitu jika terdapat kelemahan pada kesehatan seorang pasangan maka ia harus

    menyadari lemahnya kesehatan (penyakit) itu dan berusaha memperbaikinya melalui

    pengobatan.

    Dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 2, ada tiga kata kunci dalam ayat tersebut

    yang berfungsi untuk menjadikan berpasangan untuk menjadikan pasangan suami

    istri meraih keluarga sakinah, yaitu: 40

    a. Min-anfusikum (dari dirimu sendiri)

    40Ibid.

  • 36

    Kata kunci yang pertama, Min-anfusikum artinya dari dirimu sendiri. Untuk

    menjadi sakinah, maka seorang suami harus menjadikan isterinya bagian dari dirinya

    sendiri, begitu sebaliknya. Kalau isteri sudah tidak mau menjadi bagian dari diri

    suaminya, dan suami tidak lagi merupakan bagian dari diri istrinya, maka akan

    semakin jauh dari kehidupan keluarga yang sakinah. Bisa dilihat, banyaknya kasus

    perceraian dikarenakan pasangan sudah tidak lagi menjadi bagian dari dirinya (min-

    anfusikum). Satu sama lain saling mengungkap aib melalui media massa, bahkan

    saling menuding tak ubahnya laksana musuh.

    b. Mawaddah (cinta)

    Kata kunci yang kedua, mawaddah artinya cinta. Mawaddah biasa diartikan

    sebagai cinta yang disertai birahi, namun mawaddah juga mempunyai makna

    kekosongan jiwa dari berbuat jahat terhadap yang dicintai. Dengan mawaddah ini

    pasangan suami istri saling tertarik dan saling membutuhkan.

    c. Rahmah (kasih sayang)

    Kata kunci yang ketiga adalah Rahmah artinya kasih sayang. Rahmah adalah

    karunia Allah yang amat besar bagi pasangan suami istri. Meskipun mawaddah

    berkurang bersamaan perjalanan usia yang makin tua, namun dengan rahmah ini

    menjadi perekat pasangan suami istri bisa langgeng hingga akhir hayat.

    Setelah mengetahui tentang bagaimana metode membangun keluarga sakinah

    seperti yang telah disebutkan, maka dalam pelaksanaannya perlu diadakan kerja

    sama antara sepasang suami istri itu sehingga dapat memahami segala aspek yang

    yang akan dihadapi agar dapat membentuk keluarga yang sakinah dan barokah yang

    berguna bagi nusa dan bangsa, serta agama.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di KUA Kec. Hanau Kab.

    Seruyan Kal-Teng, dimana KUA sebagai lembaga yang memuat paraturan

    pemeriksaan kesehatan pra nikah. Lokasi penelitian ini terkait juga dengan

    pertimbangan adanya karakteristik lingkungan masyarakat yang masih hidup di

    pedesaan, sehingga perlu diketahui bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap

    pemeriksaan kesehatan pra nikah. Karena banyak di temukan di masyarakat, calon

    pengantin cenderung kurang memahami dan mengindahkan pemeriksaan kesehatan

    pra nikah sebagai persyaratan dari KUA, yang dianggap sebagai suatu formalitas

    saja.

    B. Jenis Penelitian

    Sesuai dengan objek kajian ini, maka penelitian diarahkan untuk mengetahui

    bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah,

    kaitannya dengan pengaruh kesehatan terhadap pembentukan keluarga sakinah.

    Sehingga penelitian yang dilakukan bersifat penelitian deskriptip kualitatif yaitu

    menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat,

    kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan

    41

  • 39

    Menurut Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif sebagai prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang prilaku yang dapat diamati.42

    C. Sumber Data

    Sumber data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a. Data Primer

    Data primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni

    sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.43 Dalam hal ini peneliti

    mewawancarai secara langsung orang-orang yang terkait dengan penelitian ini antara

    lain Kepala KUA Kec.Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa calon

    pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung dan

    Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli

    memuat informasi atau data tersebut.44 Dalam hal ini peneliti mengambil data-data

    yang berasal dari buku-buku, dokumen, arsip, catatan-catatan yang berkaitan dengan

    penelitian.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Interview

  • 40

    Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua

    orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan

    mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.45

    Pada metode ini peneliti pergunakan untuk mendata hal-hal yang berkenaan

    dengan penelitian, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun

    dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Interview

    dilakukan kepada Kepala KUA Kec. Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa

    calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung

    dan Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau

    2. Observasi.

    Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan

    sistematika fenomena yang diselidiki.46

    Dengan metode ini peneliti pergunakan untuk melihat secara langsung

    berbagai aktifitas yang berlangsung dan menggali data-data sekunder mengenai hal-

    hal yang berkaitan dengan gambaran umum tentang keadaan KUA Kec. Hanau,

    Keluarga Sakinah serta pemeriksaan kesehatan pra nikah yang dilaksanakan oleh

    calon pengantin.

    3. Dokumentasi

    Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yaitu

    mencari data mengenai hak-hak atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

    surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.47 Dibandingkan

    dengan metode lain, maka dalam metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti

    apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan belum berubah.48

  • 41

    E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:49

    1. Editing Data: Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari

    kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan

    kelompok data yang lain.

    2. Klasifikasi Data: Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan

    mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau

    permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya.

    Menurut Bogdan dan Biklen (1982) analisis data adalah upaya yang

    dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

    milahnya menjadi satuan yang dapat dilkelola, mensintesiskannya, mencari dan

    menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

    memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 50

    Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan:

    kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data yang

    secara spesifik tentang hubungan antar peubah.51

    Dalam analisis data, penulis berusaha untuk memecahkan permasalahan yang

    tertuang dalam rumusan masalah dengan menggunakan analisis data deskriptif

    kualitatif, yaitu menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata-

    kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh

    kesimpulan.52

    Dalam penelitian ini analisis data tidak keluar dari lingkup sample, bersifat

    deduktif, berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum, diaplikasikan untuk

  • 42

    menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan

    se[perangkat data dengan seperangkat data lainnya.53

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

    A. Deskripsi KUA

    1. Kondisi Sarana dan Pra Sarana

    Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Hanau Kab. Seruyan mempunyai kantor

    di Jl. Akasia RT. IV No. 246 Pembuang Hulu II. Membawahi 10 kelurahan di

    wilayah kec. Hanau, yaitu : Tj. Hanau, Parang Batang, Bahaur, Pembuang Hulu I,

    Pembuang Hulu II, Derangga, Asam Baru, Tj. Hara, Tj. Paring dan Tj. Rangas.

    Berdirinya KUA Kec. Hanau ini sangatlah erat kaitannya dengan kondisi keagamaan

    masyarakat Hanau pada saat itu. Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama

    Islam, maka kebutuhan akan terwujudnya sebuah lembaga yang berfungsi untuk

    mengatur pranata-pranata hukum Islam terutama masalah pernikahan, wakaf dan

    hibah sangat diperlukan.

    Di wilayah kec. Hanau, eksistensi KUA sangatlah berarti bagi masyarakat

    setempat, disamping sebagai lembaga formal yang menangani masalah-masalah

    Hukum Islam, KUA mempunyai peranan penting dalam pengembangan syiar agama

    Islam. Dalam bidang pernikahan misalnya, KUA mempunyai tugas untuk

    membimbing masyarakat serta sosialisasi tentang bagaimana tata cara pernikahan

    yang sah menurut Hukum Islam dan Hukum Formal sesuai yang diatur oleh

    pemerintah. Dari sini tampaklah bahwa keberadaan KUA dalam masyarakat sangat

    penting untuk melayani masyarakat utamanya dalam bidang Hukum Islam serta

    menjaga nilai-nilai hukum Islam.

  • 44

    Kantor KUA Kec. Hanau juga berfungsi sebagai rumah dinas yang ditempati

    oleh setiap Kepala KUA yang menjabat saat itu. Terdapat tiga ruangan di kantor

    tersebut yang terdiri dari ruangan kepala, ruangan balai nikah dan ruangan tata

    usaha. Ketiga ruangan tersebut mempunyai beberapa fasilitas pendukung

    diantaranya:

    a. Ruangan Kepala. Di dalamnya terdapat: meja tulis, kursi sice, kursi tamu dan

    meja.

    b. Ruangan Balai Nikah. Di dalamnya terdapat: meja sidang/nikah, kursi pengantin,

    kursi besi lipat busa dan rak besi.

    c. Ruangan Tata Usaha. Di dalamnya terdapat: Lemari buku, meja dan kursi

    panjang kayu.

    2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau

    KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan secara terstruktur lembaga ini merupakan

    bagian dari Departemen Agama dan bertanggung jawab secara langsung kepada

    Departemen Agama. Sedangkan struktur KUA Kec. Hanau sendiri, sesuai dengan

    KMA No: 517 Tahun 2001 dibangun dengan beberapa komponen yaitu:

    Kepala KUA Ahmad Muzakkir, S.Ag

    Nip.150 356 696

    Tata Usaha

    Wagiyo Nip.150 233 946

  • 45

    Petugas kepenghuluan

    Wagiyo Nip.150 233 946

    Wagiyo Nip.150 233 946

    Petugas Kemasjidan

    Wagiyo Nip.150 233 946

    Petugas Kemitraan Umat dan Produk halal

    Petugas Zakat Wakaf, Ibadah

    Sosial dan Baitul Maal

    Iga Nyoman.S.D Nip.150 356 740

    Petugas Kependudukan dan Keluarga SakinahIga Nyoman.S.D Nip.150 356 740

    3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau

    a. Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau

    Unggul dalam pelayanan dan bimbingan umat Islam berdasarkan iman,

    takwa dan akhlak mulia

    b. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau

    Meningkatkan pelayanan bidang organisasi dan ketatalaksanaan Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kependudukan dan keluarga

    sakinah, kemitraan umat dan produk halal

    Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kemasjidan Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi ZIS dan wakaf Meningkatkan pelayanan informasi tentang madrasah, pondok pesantren,

    Haji dan Umroh

    Melaksanakan pelayanan lintas sektoral 4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau

    a. Tugas

  • 46

    Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang

    Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka tugas Kantor urusan

    Agama adalah melaksanakan tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di

    bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan (pasal 2)

    b. Fungsi

    Dalam melaksanakan tugas seperti tersebut diatas maka Kantor Urusan

    Agama melaksanakan fungsi :

    Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan

    rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan

    Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga

    sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan

    Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    B. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

    1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah di Kec. Hanau

    Dalam Instruksi Bersama Departemen Agama dan Departemen Kesehatan No

    :02 Tahun 1989, mengintruksikan agar bagi setiap calon pengantin dapat

    melaksanakan bimbingan dan pelayanan imunisasi Tetanus Toxid. Hal ini di terapkan

  • 47

    melalui KUA sebagai lembaga yang berwenang dalam memberikan pelayanan

    pernikahan kepada masyarakat.

    Pengertian pemeriksaan kesehatan pranikah disini adalah pemeriksaan

    kesehatan yang dilakukan oleh seorang wanita sebagai calon pengantin ketika akan

    melangsungkan pernikahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan administrasi yang ada di

    KUA sebagai salah satu persiapan dan syarat administrasi pernikahan.

    Bagi KUA Kec. Hanau, peraturan itu telah dilaksanakan sepenuhnya oleh

    pejabat KUA Kec. Hanau, guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Setiap calon

    pengantin yang akan melangsungkan pernikahan