02 bab i

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Pasien sebagai mahluk biopsikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan pasien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008). Menurut American Nurse Association (2003; dalam Rohman, 2009), sebagai profesi, perawat menggunakan berbagai ketrampilan dalam melaksanakan aktivitas profesionalnya, baik ketrampilan berfikir kritis, penggalian masalah maupun ketrampilan dalam pembuatan keputusan. Aktivitas profesional itu dilakukan melalui suatu proses keperawatan untuk mencapai stabilitas dan fungsi maksimal dari pasien. Dimensi spiritual mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu disamping dimensi

Upload: jumiyanti

Post on 05-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ggggg

TRANSCRIPT

Page 1: 02 BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai

kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu

pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Pasien sebagai mahluk

biopsikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik

terhadap perubahan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian

integral dari interaksi perawat dengan pasien. Perawat berupaya untuk

membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari

kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan spiritual pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak

mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008).

Menurut American Nurse Association (2003; dalam Rohman, 2009),

sebagai profesi, perawat menggunakan berbagai ketrampilan dalam

melaksanakan aktivitas profesionalnya, baik ketrampilan berfikir kritis,

penggalian masalah maupun ketrampilan dalam pembuatan keputusan.

Aktivitas profesional itu dilakukan melalui suatu proses keperawatan untuk

mencapai stabilitas dan fungsi maksimal dari pasien. Dimensi spiritual

mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu disamping dimensi

Page 2: 02 BAB I

2

lainnya. Terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien, akan membantu mereka

beradaptasi dan melakukan koping terhadap sakit yang diderita.

Hanson et al (2008) menyatakan, dalam suatu penelitian sekitar 41-

94% pasien menginginkan tenaga kesehatan menanyakan tentang kebutuhan

spiritual mereka. Hasil suatu studi wawancara menunjukkan bahwa spiritual

yang kuat dan koping religius mempunyai hubungan dengan support social

yang baik, sedikitnya beban psikologis, mempunyai kesehatan fisik yang baik

dan kualitas hidup yang lebih baik pula.

Pasien sangat mungkin memiliki masalah psikososial atau keadaan

yang mengancam status kesehatannya seperti cemas menghadapi operasi, atau

hubungan yang kurang mendukung dengan kerabat. Untuk mempertahankan

atau meningkatkan kesehatan pasien, perawat sebaiknya memperhatikan semua

aspek yang ada dalam diri pasien. Pendekatan holisitik memberikan perhatian

pada fungsi spiritual pasien yang akan mempengaruhi keadaan sejahtera

pasien. Individu dikuatkan melalui “spirit” mereka, yang mengakibatkan

peralihan ke arah kesejahteraan. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting

selama periode sakit. Ketika sakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi

seseorang, energi orang tersebut menipis, dan spirit orang tersebut akan

terpengaruhi (Potter & Perry, 2005).

Florence Nightingale, sebagai tokoh keperawatan modern,

menekankan perawat untuk menghormati aspek psikologi dan spiritual pasien

dalam upaya meningkatkan kesehatan pasien. Tanyi (2002; dalam Wu, 2011)

menekankan bahwa memahami dimensi spiritual sangat penting dalam

Page 3: 02 BAB I

3

keperawatan, karena keperawatan adalah praktik disiplin ilmu yang berfokus

pada manusia. Perawat memberikan perawatan kepada pasien dalam

kesehariannya dan semestinya tidak memisahkan asuhan atau perawatan

spiritual untuk memandang pasien secara holistik. Tiap individu manusia

adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, mind, dan spirit.

Manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri

atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.

Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi

tersebut akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat.

Inggriane (2005; dalam Puspita, 2009), menyatakan fenomena yang

menarik dari pasien-pasien dewasa yang sedang rawat inap. Ekspresi spiritual

pasien dengan penyakit akut maupun kronis sangat beragam, mulai dari

kondisi pasien yang pasrah dan menerima takdir penyakitnya sampai dengan

kondisi menggugat Tuhan nya melalui ekspresi kemarahan dan menolak

pengobatan maupun perawatan yang diberikan, ketidaktahuan maupun

ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan ibadah yang diyakininya,

sementara dukungan spiritual dari perawat menurut pengakuan pasien tersebut

tidak mereka dapatkan. Dukungan spiritual dari seorang perawat sangat

diperlukan dan perawat sebaiknya mampu memperhatikan dan memenuhi

kebutuhan spiritual pasien karena perawat senantiasa hadir selama 24 jam

mendampingi pasien.

Setiap manusia mempunyai tiga kebutuhan spiritual yang sama yaitu

kebutuhan akan arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan

Page 4: 02 BAB I

4

berhubungan, dan kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan. Ketika

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat peka terhadap

kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan

perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan

tersebut, antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan

spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak

mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau

merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bukan menjadi tugasnya,

tetapi tanggung jawab pemuka agama (Hamid, 2008).

Videback (2008) menyatakan bahwa spiritualitas berbeda dari agama,

agama merupakan sistem keyakinan yang terorganisasi tentang satu atau lebih

kekuatan yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui yang mengatur alam

semesta dan memberi pedoman untuk hidup harmonis dengan alam semesta

dan sesama. Spiritualitas dan agama memberi rasa nyaman dan harapan

kepada individu dan dapat mempengaruhi kesehatan dan praktik perawatan

kesehatan individu. Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan

holistik kemanusiaan. Dalam Utomo (2011) menyebutkan spiritualitas sebagai

tahapan aktualisasi diri seseorang, dimana seseorang berlimpah dengan

kreativitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih, kedamaian, toleransi,

kerendahan hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.

Definisi spiritualitas berkaitan dengan nilai personal yang mendalam

yang merentang dari pengertian kesadaran paling sederhana sampai yang

kompleks. Spiritualitas berisi satu unsur kunci yang umum yaitu nilai (value),

Page 5: 02 BAB I

5

keyakinan, sikap atau emosi yang mempengaruhi seseorang (Kolodinsky et al,

2008, Moore, 2005; dalam Mulyono, 2010).

Sejalan dengan pengertian konsep nilai bahwa nilai adalah keyakinan

personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek

yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai individu

merefleksikan kebutuhan personal, budaya, dan pengaruh sosial, serta

hubungan dengan orang tertentu. Persepsi orang lain dan respon kita terhadap

mereka dipengaruhi oleh nilai. Fungsi filter dalam nilai membantu seseorang

untuk membuat banyak keputusan yang penting dan memberikan rasa percaya

diri pada seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Potter & Perry,

2005).

Individu mencapai tahap perkembangan spiritual yang berbeda,

bergantung pada karakteristik individual dan interpretasi tentang pengalaman

dan pertanyaan dalam kehidupan. Konsep perkembangan spiritualitas ini

penting dalam memahami spiritualitas pasien dan bagaimana kematangan

spiritualitas perawat mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi

kebutuhan spiritual pasien, membentuk hubungan, dan kemudian membantu

pasien dengan kebutuhan perawatan kesehatannya (Potter & Perry, 2005).

Kompetensi perawat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

kesuksesan pelayanan yang dimiliki rumah sakit untuk memberikan kepuasan

pada pasien dalam memperoleh pelayanan asuhan keperawatan yang

maksimal (Muchson, 2012). Salah satu kompetensi perawat yang cukup

penting adalah kompetensi asuhan spiritual pasien. Kompetensi dalam

Page 6: 02 BAB I

6

perawatan spiritual mengacu pada satu set kompleks ketrampilan bekerja

dalam konteks profesional, yaitu proses keperawatan klinis.

Asuhan spiritual mempunyai tujuan yang sama dengan perawatan

aspek lainnya. Sama halnya dengan asuhan keperawatan, penggunanan

terapeutik proses keperawatan penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual

pasien (Rieg, 2006). Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual

pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian

asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan

pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan

diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, yang sebelumnya

dikenal sebagai RSUD Purbalingga, mempunyai visi menjadi pusat pelayanan

kesehatan dan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi pada tahun 2015. Visi

ini berusaha diwujudkan melalui misi memberikan pelayanan yang

profesional, efisien, efektif, dan memuaskan semua pihak. Data yang

diperoleh bahwa jumlah tenaga keperawatan yang terdapat di RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata adalah sebanyak 223 orang. Jumlah pasien rawat inap

pada bulan Juli 2012 berjumlah 1347 orang, bulan Agustus 2012 berjumlah

1340 orang, bulan September 2012 berjumlah 1317 orang. Dengan melihat

fluktuasi banyaknya jumlah pasien rawat inap setiap bulannya maka sudah

sebaiknya perawat mampu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual

kepada pasien.

Page 7: 02 BAB I

7

Penelitian yang pernah dilakukan Purnamasari (2011) di RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu hubungan kecerdasan spiritual

dengan caring perawat didapatkan hasil bahwa kecerdasan spiritual

mempunyai hubungan yang bermakna dengan caring. Sikap caring perawat di

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga menunjukkan hasil yang

baik. Untuk melihat bagaimanakah kompetensi asuhan spiritual pasien yang

dilakukan oleh perawat apakah diperoleh hasil yang baik juga seperti sikap

caring, dimana dalam memberikan asuhan spiritual diperlukan sikap caring

perawat, maka peneliti memilih tempat penelitian di RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga.

Dalam wawancara dengan kepala seksi keperawatan dan perawat

ruangan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata, perawat di RSUD tersebut

belum secara komprehensif menerapkan asuhan spiritual kepada pasien. Yang

sudah dilakukan antara lain, memfasilitasi pasien yang membutuhkan

bimbingan rohani dan implementasi berupa ajakan atau mengingatkan pasien

untuk melaksanakan ibadah. RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata ini

didukung oleh tim pembinaan rohani islam yang berjumlah 4 orang dengan

spesifikasi tugas adalah memberikan santunan rohani bagi pasien yang sedang

rawat inap berdasarkan prosedur dari perawat ruangan maupun dilihat dari

kebutuhan pasien itu sendiri.

Untuk melihat sejauh mana hubungan spiritualitas dengan kompetensi

perawat dalam asuhan spiritual dan berdasarkan uraian tersebut di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan

Page 8: 02 BAB I

8

Spiritualitas dengan Kompetensi Perawat Dalam Asuhan Spiritual Pasien di

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan spiritualitas

dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual terhadap pasien.

B. Perumusan Masalah

Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien

dalam proses penyembuhan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat

mempunyai peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual dalam bentuk

asuhan spiritual kepada pasien. Namun ada kemungkinan perawat tidak

memberikan asuhan spiritual kepada pasien, salah satu alasannya yaitu karena

perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan : “Apakah ada hubungan antara spiritualitas

dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien di RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual

pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Page 9: 02 BAB I

9

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakterisitik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan masa kerja.

b. Mengidentifikasi spiritualitas perawat di RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga.

c. Mengidentifikasi kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien di

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

d. Mengidentifikasi hubungan karakteristik responden (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan spiritualitas.

e. Mengidentifikasi hubungan karakteristik responden (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan kompetensi

asuhan spiritual.

f. Menganalisa hubungan spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam

asuhan spiritual pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan

kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan

mengenai hubungan spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam

asuhan spiritual pasien.

Page 10: 02 BAB I

10

2. Manfaat praktis

a. Bagi Responden

Memberikan wawasan mengenai hubungan spiritualitas dengan

kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien dengan demikian

dapat diaplikasikan dalam perawatan pasien dan mendorong perawat

untuk meningkatkan spiritualitas agar dapat memberikan asuhan

spiritual dengan baik kepada pasien.

b. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam bidang penelitian serta menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan spiritualitas dengan

kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan (RS)

Memberikan masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya bagi lahan

penelitian terkait untuk dapat memberikan dukungan spiritual kepada

perawat misalnya melalui aktivitas kerohanian, pelatihan soft skill,

sehingga dapat mempengaruhi kompetensi perawat dalam memberikan

asuhan spiritual kepada pasien.

d. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

menambah referensi bagi pendidikan mengenai hubungan spiritualitas

dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien.

Page 11: 02 BAB I

11

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul Hubungan spiritualitas dengan kompetensi

perawat dalam asuhan spiritual pasien belum pernah dilakukan sebelumnya,

tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan.

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berhubungan dengan

penelitian ini adalah :

1. Idianola (2009) dengan judul penelitian “Hubungan Kecerdasan Spiritual

Perawat dengan Kompetensi Perawat dalam Asuhan Spiritual Pasien di

Ruang Rawat Intensif RS. Dr. M. Djamil Padang”. Desain penelitian yang

digunakan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat

intensif RS. DR. M. Djamil Padang yaitu ruang CVCU, HCU Irna B, HCU

Irna C. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling yang berjumlah

51 perawat. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengolahan dan analisa

data dilakukan secara univariat dan bivariat serta diuji dengan uji korelasi

Spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan

antara kecerdasan spiritual perawat dengan kompetensi perawat dalam

asuhan spiritual (p=0,001), dengan kekuatan sedang (rho=0,462) dan arah

hubungan positif. Persamaan penelitian Idianola (2009) dengan penelitian

ini terletak pada variabel terikat yaitu kompetensi asuhan spiritual, analisis

data yang digunakan uji korelasi Spearman. Perbedaan penelitian Idianola

(2009) dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu kecerdasan

spiritual sementara penelitian ini yaitu spiritualitas, sampel adalah perawat

ruang intensif, sementara penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap.

Page 12: 02 BAB I

12

2. Utomo (2011) dengan judul penelitian “Hubungan Spiritualitas Perawat

terhadap Perilaku Caring Perawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong”.

Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif non experimental

dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total

sampling 77 orang responden. Analisis data dilakukan secara univariat dan

bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara spiritualitas

terhadap perilaku caring perawat kepada pasien di RS PKU

Muhammadiyah Gombong (rho=0,355, p=0,02). Persamaan penelitian

Utomo (2011) dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu

spiritualitas, uji yang digunakan uji Spearman Rank. Perbedaan penelitian

Utomo (2011) dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu

perilaku caring sementara penelitian ini kompetensi asuhan spiritual.

3. Wu & Lin (2011) dengan judul penelitian “Exploration of Clinical Nurses’

Perception Spirituality and Spiritual Care”. Metode penelitian yang

digunakan deskriptif survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel

berjumlah 350 orang perawat klinis di Taiwan. Kebanyakan responden

adalah wanita, dengan usia antara 23 sampai 64. Pengalaman kerja klinis

berkisar antara 1 tahun sampai 40 tahun, dengan rerata pengalaman adalah

13 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu adanya hubungan

yang positif antara persepsi spiritualitas dengan tingkat pendidikan,

pengalaman kerja 11-19 tahun, pendidikan asuhan spiritual yang sudah

diperoleh. Perbedaan penelitian Wu & Lin (2011) dengan penelitian ini

Page 13: 02 BAB I

13

pada variabel yang diteliti yaitu persepsi dari spiritualitas sementara

penelitian ini adalah spiritualitas, variabel yang juga diteliti Wu & Lin

(2011) yaitu persepsi asuhan spiritual sementara dalam penelitian ini

adalah kompetensi asuhan spiritual, uji yang digunakan dalam penelitian

Wu & Lin (2012) adalah t test dan ANOVA sementara dalam penelitian ini

adalah Spearman.