01. prosiding adhi muhtadi

8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013 ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-1 FENOMENA THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PELAKU PERJALANAN UNTUK MENGGUNAKAN BIS KOTA SURABAYA I Putu Artaya¹, I Gede Arimbawa², Adhi Muhtadi³, dan Sapto Budi Wasono 4 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas Narotama Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya 3,4 Fakultas Teknik, Universitas Narotama Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Jumlah penumpang bis kota dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini menjadikan fenomena yang menarik, di tengah gempuran iklan kendaraan pribadi ternyata masih ada pelaku perjalanan yang menggunakan bis kota. Oleh karena itu, tim peneliti dalam kajian sudut keilmuan Perilaku Konsumen mencoba mengetahui lebih dalam fenomena yang terjadi tersebut melalui The Theory of Planned Behavior (sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control) yang pernah diungkapkan oleh Ajzen (1998) dan Evans (2006). Hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: Perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh (a) Sikap (X1) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota, (b) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna bis kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan yang muncul dalam dirinya, dan (c) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor Bungurasih sampai dengan Jembatan merah. Kata kunci: Sikap, Norma Subyektif, Perceived Behavioral Control, Behavioral Intention. PENDAHULUAN Latar Belakang Bis Kota Surabaya belum menjadi pilihan moda transportasi utama warga kota yang akan bepergian. Hal ini dibuktikan dari data Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Timur Surabaya yang menyatakan bahwa jumlah bis kota di Surabaya hanya sebesar 1% saja dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor. Dibandingkan dengan data jumlah kendaraan bermotor lainnya, jumlah bis kota terlalu sedikit untuk melayani warga Kota Surabaya. Pada Tahun 2011 jumlah sepeda motor sebesar 10.095.753 unit dan jumlah mobil sebesar 929.670 unit. Sehingga total 2 kendaraan pribadi tersebut adalah sebesar 11.025.423 unit. Sedangkan jumlah bis kota pada Tahun 2010 hanya sebesar 220 unit (BPS Kota Surabaya, 2012). Sedangkan load factor penumpang yang didata oleh tim peneliti pada survey pendahuluan adalah sangat rendah. Pada jam sibuk, load factor hanya mencapai 70%, dan pada jam-jam lainnya hanya berkisar 37%. Rentang waktu keberangkatan apabila pada jam sibuk berkisar 15 hingga 20 menit sedangkan pada jam tidak sibuk rentang waktu keberangkatannya bisa mencapai 45 menit hingga 1 jam 15 menit. Hal ini untuk orang kebanyakan adalah sangat mengganggu dikarenakan rentang waktu tunggu yang terlalu lama di dalam bis kota hingga mencapai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa bis kota belum menjadi pilihan utama warga Kota Surabaya guna melakukan perjalanan sehari-hari.

Upload: adhimuhtadi1974

Post on 14-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FENOMENA TPB PELAKU PERJALANAN BUS KOTA SURABAYA

TRANSCRIPT

Page 1: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-1

FENOMENA THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PELAKU PERJALANAN UNTUK MENGGUNAKAN BIS KOTA SURABAYA

I Putu Artaya¹, I Gede Arimbawa², Adhi Muhtadi³, dan Sapto Budi Wasono4

1,2Fakultas Ekonomi, Universitas Narotama Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya

3,4Fakultas Teknik, Universitas Narotama Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Jumlah penumpang bis kota dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini menjadikan fenomena yang menarik, di tengah gempuran iklan kendaraan pribadi ternyata masih ada pelaku perjalanan yang menggunakan bis kota. Oleh karena itu, tim peneliti dalam kajian sudut keilmuan Perilaku Konsumen mencoba mengetahui lebih dalam fenomena yang terjadi tersebut melalui The Theory of Planned Behavior (sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control) yang pernah diungkapkan oleh Ajzen (1998) dan Evans (2006). Hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: Perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh (a) Sikap (X1) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota, (b) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna bis kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan yang muncul dalam dirinya, dan (c) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor Bungurasih sampai dengan Jembatan merah.

Kata kunci: Sikap, Norma Subyektif, Perceived Behavioral Control, Behavioral Intention. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bis Kota Surabaya belum menjadi pilihan moda transportasi utama warga kota yang akan bepergian. Hal ini dibuktikan dari data Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Timur Surabaya yang menyatakan bahwa jumlah bis kota di Surabaya hanya sebesar 1% saja dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor. Dibandingkan dengan data jumlah kendaraan bermotor lainnya, jumlah bis kota terlalu sedikit untuk melayani warga Kota Surabaya. Pada Tahun 2011 jumlah sepeda motor sebesar 10.095.753 unit dan jumlah mobil sebesar 929.670 unit. Sehingga total 2 kendaraan pribadi tersebut adalah sebesar 11.025.423 unit. Sedangkan jumlah bis kota pada Tahun 2010 hanya sebesar 220 unit (BPS Kota Surabaya, 2012).

Sedangkan load factor penumpang yang didata oleh tim peneliti pada survey pendahuluan adalah sangat rendah. Pada jam sibuk, load factor hanya mencapai 70%, dan pada jam-jam lainnya hanya berkisar 37%. Rentang waktu keberangkatan apabila pada jam sibuk berkisar 15 hingga 20 menit sedangkan pada jam tidak sibuk rentang waktu keberangkatannya bisa mencapai 45 menit hingga 1 jam 15 menit. Hal ini untuk orang kebanyakan adalah sangat mengganggu dikarenakan rentang waktu tunggu yang terlalu lama di dalam bis kota hingga mencapai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa bis kota belum menjadi pilihan utama warga Kota Surabaya guna melakukan perjalanan sehari-hari.

Page 2: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-2

Sehingga lambat laun jumlah jalan di Kota Surabaya yang mengalami kemacetan tidak hanya di jalan-jalan utama akan tetapi juga sudah melebar ke jalan-jalan yang menuju akses ke luar kota misalnya di Jl. Gunungsari yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kab. Sidoarjo dan Kab. Gresik.

Dalam penelitian TPB nanti akan diketahui sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control pengguna bis kota yang pada akhirnya berpengaruh terhadap niat menggunakan bis kota Surabaya. Semoga hasil penelitian ini pada Tahun ke-1 bisa menyimpulkan fenomena TPB pengguna bis kota yang ada dan pada Tahun ke-2 nantinya akan diteliti bagaimana sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control pengguna kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil) yang kurang memanfaatkan pelayanan bis kota.

Permasalahan

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control secara

simultan terhadap behavioral intention menggunakan bis kota Surabaya? 2. Bagaimana pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control secara

parsial terhadap behavioral intention menggunakan bis kota Surabaya? TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned Behavior)

TPB merupakan kelanjutan dari TRA (Arnould, Price, dan Zinkhan, 2005:647). Sikap dan perilaku tiap orang dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berada di sekililingnya, seperti orang tua, teman, pengalaman, serta pengetahuan yang dimiliki dalam proses pengambilan keputusan. Tidak adanya keinginan, keuangan yang tidak mencukupi, perubahan lingkungan, maupun tidak adanya motivasi merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan (Evans, 2006:74).

Model TPB merupakan pengembangan dari model TRA dengan adanya penambahan satu variabel, yaitu kontrol keperilakuan yang dirasakan. Kontrol keperilakuan secara langsung mempengaruhi niat untuk melaksanakan suatu perilaku dan juga mempengaruhi perilaku di mana dalam situasi pengguna berniat untuk melaksanakan suatu perilaku namun dihalangi dalam melakukan tindakan tersebut. Kontrol keperilakuan yang dirasakan ditunjukan dengan tanggapan seseorang terhadap halangan dari dalam atau halangan dari luar sewaktu melakukan perilaku atau tingkah laku. Kontrol keprilakuan dapat mengukur kemampuan seseorang dalam mendapatkan sesuatu dalam mengambil suatu kegiatan.

Menurut Ajzen (1991:3), keinginan dari individu dalam menunjukkan suatu perilaku merupakan faktor utama dari TPB. Keinginan dapat diasumsikan untuk mendapatkan faktor motivasi yang akan mempengaruhi perilaku. Konsumen memberikan petunjuk bagaimana seseorang mencoba, bagaimana dampak yang akan berpengaruh akan rencana mendesak jika semuanya menunjukan perilaku. Keinginan yang kuat dapat melawan perilaku, sehingga akan menunjukan kinerja.

Niat dapat menjelaskan tingkah laku seseorang yang juga dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol keprilakuan yang dirasakan. Sikap lebih melihat kepada penilaian dari seseorang bahwa pelaksanaan pada suatu tingkah laku adalah positif dan itu berlaku pula sebaliknya, sedangkan norma subyektif lebih melihat kepada persepsi seseorang bahwa orang yang memikirkan orang lain yang dekat dengannya harus atau tidak harus melakukan suatu tingkah laku dalam konteks tertentu. Norma subyektif juga ditujukan kepada persepsi seseorang terhadap orang lain dimana orang tersebut perlu memberikan atau

Page 3: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-3

menunjukkan tingkah laku tersebut (Evans, 2006:75). Model dari TPB ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Theory of Planned Behavior Sumber: Evans (2006:75)

TPB telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan menjelaskan niat perilaku serta perilaku aktual dalam psikologi sosial (Miliar dan Shevlin 2003, dalam Lin dan Lee 2004). TPB digunakan dalam penelitian ini untuk memprediksi faktor yang diyakini dapat mempengaruhi sikap manajer terhadap perilaku berbagi pengetahuan dalam lingkungan kerja (Ryu et al. 2003, dalam Lin dan Lee 2004).

TPB diperkenalkan oleh Icek Ajzen melalui artikelnya “From Intention to Actions: a Theory of Planned Behavior.” Teori perilaku rencanaan telah menjadi salah satu teori yang paling berpengaruh dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku, selain itu teori perilaku rencanaan juga telah banyak digunakan untuk memprediksi cakupan luas perilaku-perilaku (Pavlou dan Fygenson, 2006). Teori perilaku rencanaan berasumsi bahwa individu-individu adalah rasional, mereka menggunakan informasi yang tersedia dan mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka.

Dua faktor penentu dasar dari intensi dalam teori perilaku rencanaan sama dengan model asli dalam teori tindakan beralasan. Dua faktor tersebut adalah sikap seseorang berhubungan dengan suatu perilaku dan norma-norma subyektif. Sikap ke arah suatu perilaku merupakan penilaian positif atau negatif dari seseorang terhadap perilaku tertentu yang akan dibentuknya. Norma-norma subyektif adalah keyakinan normatif seseorang dan motivasi untuk patuh dengan pihak-pihak tertentu (Ajzen, 1991).

Faktor ketiga anteseden intensi dalam teori perilaku rencanaan adalah kendali perilaku persepsian (Ajzen, 1988:132). Kendali perilaku persepsian berkenaan dengan perasaan mudah atau sulit melakukan perilaku dan kendali perilaku yang dirasakan diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lalu dan juga antisipasi halangan dan rintangan (Ajzen, 1988:132).

Teori Statistika

Metode Analisa: Uji Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis). Adapun formula dari model regresi linier berganda tersebut menurut Arief (Metode Penelitian Ekonomi, 1993:91) adalah sebagai berikut:

Sikap terhadap Perilaku

Kontrol Keperilakuan

yang

Norma Subyektif Perilaku Niat

Page 4: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-4

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Sumber : Arief, Sritua, 1993, “Metode Penelitian Ekonomi”. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Dimana: Y = Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya X1 = Sikap / perilaku Responden Pengguna Perjalanan Bus kota X2 = Norma Subyektif X3 = Perceived Behavioral Control b0 = Merupakan intersep yang menggambarkan pengaruh rata-rata semua variabel

yang tidak dimaksudkan ke dalam variabel model terhadap Y b1, b2, b3, = Adalah koefísien regresi e = Merupakan faktor penggangu

Hasil analisa regresi linier berganda dapat digunakan sebagai dasar dalam menganalisis untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Bentuk pengujian hipótesis, hipótesis pertama dan hipótesis kedua, disajikan sebagai berikut:

Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan uji F, yaitu untuk menguji keberartian koefísien regresi secara keseluruhan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut : H0 = b1 = b2 = b3 = 0 Ha : minimal Satu bl 0 Pengujian melalui uji F atau variasinya adalah dengan menibandingkan Fhitung (Fh) dengan Ftabel (Ft) pada = 0,05 Apabila hasil perbitungan menunjukkan:

a. Fh > Ft maka H0 ditolak, Ha diterima. Artinya dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebasnya.

b. Fh < Ft maka H0 diterima, Ha ditolak. Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebasnya.

Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan uji t, yaitu untuk menguji keberartian koefísien regresi secara parsial dengan rumus sebagai berikut :

H0 : b1= b2= b3= b4= b5 = 0 Ha : b1 b2 b3 b4 b5 0 Pengujian dilakukan melalui uji t dengan cara membandingkan antara thitung (th) dengan ttabel (tt) pada = 0,05. a. Th > tt maka H0 ditolak, Ha diterima.

Artinya : 1) Variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas, dan 2) Ada pengaruh diantara dua variabel yang diuji.

b.Th < tt maka H0 diterima, Ha ditolak Artinya :

1) Variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebasnya, dan 2) Tidak ada pengaruh diantara dua variabel yang diuji.

Page 5: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-5

HASIL DAN DISKUSI

Dari 200 lembar kuesioner yang telah disebarkan hanya 195 lembar kuesioner yang kembali dan dapat diolah atau digunakan untuk analisis selanjutnya, sedangkan 5 lembar angket dinyatakan tidak bisa digunakan, karena 3 lembar kuesioner tidak kembali dan 2 lembar kuesioner lainnya dinyatakan pengisiannya tidak lengkap (ada beberapa item butir pernyataan yang tidak diisi oleh responden). Sehingga hanya 195 kuesioner yang bisa digunakan atau diolah untuk analisis selanjutnya.

Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin Responden

Tabel 1. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah (%) Pria

Wanita 107 88

54,87 45,13

Total 195 100% Sumber: Data Kuesioner Diolah

b. Usia Responden

Tabel 2. Usia Responden

Usia (th) Jumlah (%) < 17

17 – 25 26 – 55

55 <

17 36 134 8

8,71 18,46 68,72 4,10

Total 195 100% Sumber: Data Kuesioner Diolah

c. Pendidikan Responden

Tabel 3. Pendidikan Responden

Pedidikan Jumlah (%) < SLTA Sarjana

Pasca Sarjana

173 20 2

88,71 10,26 1,03

Total 195 100% Sumber: Data Kuesioner Diolah

d. Pekerjaan Responden

Tabel 4. Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah (%) PNS / TNI / POLRI Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pelajar / Mahasiswa

14 86 11 51 33

7,18 44,10 5,64 26,15 16,92

Total 195 100 Sumber: Data Kuesioner Diolah

Page 6: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-6

Analisis Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya Melalui Pendekatan Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Terhadap Variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya

Variabel Bebas Koefisien Regresi

Standar Error t-rasio Sig. t r. Parsial

Constant 1,225 0,394 3,107 0,002 - X1 0,394 0,066 5,937 0,000 0,366 X2 0,180 0,066 2,720 0,007 0,168 X3 0,144 0,064 2,404 0,029 0,139

R 0,723 R Square 0,473 Adjusted R Square 0,762 F-ratio 23,940 Sig F 0,000 DW test 1,975

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada analisis regresi linier berganda tersebut di atas akan dibahas mengenai besarnya koefisien regresi yang menyatakan pengaruh secara bersama-sama dan parsial variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y) dan pengujian hipotesis (uji F dan uji t) untuk mengukur signifikansi pengaruh variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y). Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y)

Pengujian Hipotesis Pertama: Uji Simultan atau Uji F

Dalam melakukan pengujian secara simultan, hjipotesa dalam penelitian ini dibentuk sebagai berikut: Ho: Seluruh variabel bebas tidak satupun memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel

tidak bebas Ha: Seluruh variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Dengan kaidah keputusan dalam pengujian hipotesa sebagai berikut : Ho diterima jika F-hitung atau F-Ratio < dari F-tabel (signikansi F > 5%) dan, Ha diterima jika F-hitung atau F-Ratio > dari F-tabel (signifikansi F < 5%).

Besarnya nilai F hitung pada Tabel 5 menunjukkan angka sebesar 23,940 nilainya lebih besar dari nilai F tabel 3,89 dengan taraf signifikansi 95% dan nilai probabilitasnya sebesar 0,000 dan lebih kecil dari = 0,05 maka diputuskan untuk menerima Ha yang berarti secara serempak terbukti semua variabel X yakni Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y). Artinya perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh: 1) Sikap (X¹) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota 2) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna bis

kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan yang muncul dalam dirinya, dan

Page 7: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-7

3) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor Bungurasih sampai dengan jembatan merah.

Pengujian Hipotesis Kedua: Uji Parsial atau Uji t.

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh secara parsial masing-masing variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y). Untuk proses pengujian hipótesis, disajikan pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Uji t variabel SIKAP RESPONDEN (x1), NORMA SUBYEKTIF RESPONDEN (x2), PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (x3) terhadap variabel BEHAVIORAL INTENTION PENGGUNA BIS KOTA SURABAYA (Y).

Variabel Signifikansi t Keterangan Sikap Responden (X₁) 0,000 0,05 Signifikan Norma Subyektif Responden (X²) 0,007 0,05 Signifikan Perceived Behavioral Control (X³) 0,029 0,05 Singnifikan Sumber: Hasil Pengolahan Data.

Berdasarkan hasil pengujian yang tampak pada Tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa: 1. Variabel Sikap Responden (X1) memiliki tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05

ini menunjukkan bahwa variabel Sikap Responden (X1) memiliki pengaruh terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y),

2. Tingkat signifikansi variabel Norma Subyektif Responden (X2) sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05 berarti variabel Norma Subyektif Responden (X2) memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y), dan

3. Variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05 artinya variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y).

Berarti antara Uji F atau uji simultan dengan dengan uji t atau uji parsial memiliki kesamaan, yakni keseluruhan variabel bebas memiliki pengaruh nyata dalam menumbuhkan motivasi, kepercayaan dan keyakinan bagi pengguna bis kota. Artinya secara nyata seluruh variabel bebas memiliki peran nyata terhadap menumbuhkan Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y). KESIMPULAN

1. Besarnya nilai F hitung pada Tabel 5 menunjukkan angka sebesar 23,940 nilainya lebih besar dari nilai F tabel 3,89 dengan taraf signifikansi 95% dan nilai probabilitasnya sebesar 0,000 dan lebih kecil dari = 0,05 maka diputuskan untuk menerima Ha yang berarti secara serempak terbukti semua variabel X yakni Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y). Artinya perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh: a) Sikap (X1) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota b) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna

bis kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan yang muncul dalam dirinya, dan

Page 8: 01. Prosiding Adhi Muhtadi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ISBN : 978-602-97491-8-2 A-1-8

c) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor Bungurasih sampai dengan jembatan merah.

2. Berdasarkan hasil pengujian yang tampak pada Tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa: a) Variabel Sikap Responden (X1) memiliki tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari

0,05 ini menunjukkan bahwa variabel Sikap Responden (X1) memiliki pengaruh terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y),

b) Tingkat signifikansi variabel Norma Subyektif Responden (X2) sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05 berarti variabel Norma Subyektif Responden (X2) memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y), dan

c) Variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05 artinya variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y).

Berarti antara Uji F atau uji simultan dengan dengan uji t atau uji parsial memiliki kesamaan, yakni keseluruhan variabel bebas memiliki pengaruh nyata dalam menumbuhkan motivasi, kepercayaan dan keyakinan bagi pengguna bis kota. Artinya secara nyata seluruh variabel bebas memiliki peran nyata terhadap menumbuhkan Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y). DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behavior 2nd ed. New York: Open University Press.

Dharmesta, Basu Swastha & T.Hani Handoko (1998). Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Liberty: Yogyakarta.

Engel, Blackwell and Miniard (2002), Perilaku Konsumen. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Husein, Umar, 2000. Metodelogi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mowen, J. C. & Minor,M. (2002), Perilaku Konsumen. Jakarta : Erlangga.

Peter, J. Paul, dan Jerry C. Olson. (2000), Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jilid1. Edisi 4.Terjemahan. Jakarta

Schiffman, Leon G. & Leslie Kanuk,. 2004. Consumer Behaviour. 8th edition. USA. Prentice Hall International, Inc.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Timotius and Chwee Beng Lee, 2007. Explaining The Intention to Use Technology among Student teacher an Application of The Theory of Planned Behavioral (TPB),Vol.26.No.4,(Online).(http//www.emeraldinsight.com/diakses 22 Pebruari 2010).