01 makalah naskah akademis tsunami

5
Prosiding Seminar Nasional Riset Kebencanaan, Mataram, 8-10 Oktober 2013 Analisis Pendahuluan Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia Syamsidik 1 , Hasanuddin 2 , M. Dirhamsyah 1 , Khairul Munadi 1 1) Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Universitas Syiah Kuala. Jl. Tgk. Abdurrahman, Gampong Pie, Banda Aceh, 23233 2) Ketua Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala, Kantor Pusat Administrasi Universitas Syiah Kuala, 23111 Abstrak. Bencana tsunami merupakan salah satu bencana yang kerap melanda Indonesia yang menyebabkan jumlah korban dan kerugian harta benda yang tidak sedikit. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah puluhan trilyun rupiah kerugian disebabkan oleh tsunami dan sekitar 200 ribu jiwa tewas diakibatkan oleh tsunami yang terjadi. Diantara bencana tsunami yang menimbulkan kerugian dan jumlah korban jiwa yang besar tersebut adalah tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, tsunami di Pangandaran di tahun 2006, dan tsunami yang terjadi di Kepulauan Mentawai 2010. Adanya seismic gap yang terdapat di beberapa tempat di Indonesia perlu diantisipasi dengan penyusunan analisa penanggulangan bencana tsunami. Tulisan ini bertujuan memaparkan analisis kajian potensi tsunami yang ada di Indonesia serta review terhadap kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menghadapi hal tersebut. Uraian ini didasarkan pada kajian yang dilakukan terhadap studi terdahulu dan dua kali Focus Group Discussion yang merupakan rangkaian dari proses Penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia. Key words: seismic gap, komunitas, peringatan dini, risiko. Pendahuluan Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana yang kerap melanda Indonesia yang menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah korban yang besar. Dalam kurun satu dekade terakhir, Indonesia telah dilanda beberapa kali bencana tsunami dengan kerusakan dan jumlah korban yang begitu banyak seperti peristiwa tsunami tahun 2004 di Aceh dan Nias, tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan tsunami di Kepulauan Mentawai di tahun 2010. Mengingat begitu banyak jumlah penduduk, perkotaan, dan infrastruktur yang berada di kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami, maka penanggulangan bencana tsunami di Indonesia semestinya mendapatkan perhatian yang memadai. Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Lempeng tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng tersebut adalah penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia. Tulisan ini bertujuan menguraikan bencana tsunami Indonesia dari sisi sejarah dan potensi bencana, serta menguraikan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami yang telah dan perlu dilaksanakan. Telaah terhadap kajian terdahulu yang bersandarkan pada penelitian atau investigasi lapangan digunakan untuk menyusun makalah ini. Dua kali Focus Group Discussion (FGD) dan dua kali workshop telah dilakukan untuk mendapatkan hasil telaahan yang melibatkan para peneliti tsunami yang berasal dari Perguruan Tinggi dan Kementerian/Lembaga terkait. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2013. Sejarah Tsunami Indonesia Tsunami umumnya terjadi karena gempa bumi di laut, longsor nya dasar laut, meletusnya gunung api, dan kejatuhan meteor. Di Indonesia, tsunami yang pernah terjadi adalah disebabkan oleh Gempabumi di laut, meletusnya gunung api, dan longsor nya dasar laut. Catatan tsunami paling awal yang pernah ditemukan adalah tsunami 1907 yang terjadi di sekitar Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Dengan metode kajian deposit sedimen (Paleotsunami), catatan tsunami di Indonesia dapat merekam hingga peristiwa tsunami hampir seribu tahun lalu. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa wilayah Provinsi Aceh telah mengalami beberapa kali peristiwa tsunami yang cukup besar. Beberapa tempat lainnya juga diketahui memiliki sejarah perulangan peristiwa tsunami seperti halnya yang ditemukan di Aceh. Salah satu tsunami yang disebabkan oleh meletusnya gunungapi adalah peristiwa tsunami yang terjadi pada Tanggal 27 Agustus 1883 yang disebabkan oleh meletusnya Gunungapi Krakatau (van der Bergh et al., 2003). Peristiwa tsunami akibat Gunungapi Krakatau ini tidak didahului

Upload: amalia-nur-azizah

Post on 28-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 01 Makalah Naskah Akademis Tsunami

Prosiding Seminar Nasional Riset Kebencanaan, Mataram, 8-10 Oktober 2013

Analisis Pendahuluan Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia

Syamsidik1, Hasanuddin2, M. Dirhamsyah1, Khairul Munadi1

1) Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Universitas Syiah Kuala. Jl. Tgk.

Abdurrahman, Gampong Pie, Banda Aceh, 23233 2) Ketua Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala, Kantor Pusat Administrasi Universitas Syiah Kuala,

23111

Abstrak. Bencana tsunami merupakan salah satu bencana yang kerap melanda Indonesia yang menyebabkan jumlah korban dan kerugian harta benda yang tidak sedikit. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah puluhan trilyun rupiah kerugian disebabkan oleh tsunami dan sekitar 200 ribu jiwa tewas diakibatkan oleh tsunami yang terjadi. Diantara bencana tsunami yang menimbulkan kerugian dan jumlah korban jiwa yang besar tersebut adalah tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, tsunami di Pangandaran di tahun 2006, dan tsunami yang terjadi di Kepulauan Mentawai 2010. Adanya seismic gap yang terdapat di beberapa tempat di Indonesia perlu diantisipasi dengan penyusunan analisa penanggulangan bencana tsunami. Tulisan ini bertujuan memaparkan analisis kajian potensi tsunami yang ada di Indonesia serta review terhadap kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menghadapi hal tersebut. Uraian ini didasarkan pada kajian yang dilakukan terhadap studi terdahulu dan dua kali Focus Group Discussion yang merupakan rangkaian dari proses Penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia. Key words: seismic gap, komunitas, peringatan dini, risiko. Pendahuluan

Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana yang kerap melanda Indonesia yang menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah korban yang besar. Dalam kurun satu dekade terakhir, Indonesia telah dilanda beberapa kali bencana tsunami dengan kerusakan dan jumlah korban yang begitu banyak seperti peristiwa tsunami tahun 2004 di Aceh dan Nias, tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan tsunami di Kepulauan Mentawai di tahun 2010. Mengingat begitu banyak jumlah penduduk, perkotaan, dan infrastruktur yang berada di kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami, maka penanggulangan bencana tsunami di Indonesia semestinya mendapatkan perhatian yang memadai.

Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Lempeng tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng tersebut adalah penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia.

Tulisan ini bertujuan menguraikan bencana tsunami Indonesia dari sisi sejarah dan potensi bencana, serta menguraikan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami yang telah dan perlu dilaksanakan. Telaah terhadap kajian terdahulu yang bersandarkan pada penelitian atau investigasi lapangan digunakan untuk menyusun makalah ini. Dua kali Focus Group Discussion (FGD) dan dua

kali workshop telah dilakukan untuk mendapatkan hasil telaahan yang melibatkan para peneliti tsunami yang berasal dari Perguruan Tinggi dan Kementerian/Lembaga terkait. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2013. Sejarah Tsunami Indonesia Tsunami umumnya terjadi karena gempa bumi di laut, longsor nya dasar laut, meletusnya gunung api, dan kejatuhan meteor. Di Indonesia, tsunami yang pernah terjadi adalah disebabkan oleh Gempabumi di laut, meletusnya gunung api, dan longsor nya dasar laut. Catatan tsunami paling awal yang pernah ditemukan adalah tsunami 1907 yang terjadi di sekitar Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Dengan metode kajian deposit sedimen (Paleotsunami), catatan tsunami di Indonesia dapat merekam hingga peristiwa tsunami hampir seribu tahun lalu. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa wilayah Provinsi Aceh telah mengalami beberapa kali peristiwa tsunami yang cukup besar. Beberapa tempat lainnya juga diketahui memiliki sejarah perulangan peristiwa tsunami seperti halnya yang ditemukan di Aceh. Salah satu tsunami yang disebabkan oleh meletusnya gunungapi adalah peristiwa tsunami yang terjadi pada Tanggal 27 Agustus 1883 yang disebabkan oleh meletusnya Gunungapi Krakatau (van der Bergh et al., 2003). Peristiwa tsunami akibat Gunungapi Krakatau ini tidak didahului

Page 2: 01 Makalah Naskah Akademis Tsunami

dengan surutnya air laut sebagaimana lazim yang ditemukan pada kasus tsunami yang disebabkan oleh gempabumi. Beberapa tsunami juga pernah mengakibatkan kerusakan yang masif di wilayah Selatan Pulau Jawa. Pada Tanggal 3 Juni 1994, tsunami dengan ketinggian gelombang 9,5 m menghantam wilayah Lumajang, Jember, dan Banyuwangi (Maramai dan Tinti, 1997). Tabel 1 menunjukkan daftar peristiwa tsunami yang disebabkan oleh gempabumi di wilayah Indonesia. Data ini merupakan gabungan dari beberapa sumber seperti data base NOAA dan Laporan BNPB. Berdasarkan Tabel tersebut dapat dilihat bahwa peristiwa tsunami yang terjadi di Indonesia didominasi oleh peristiwa gempabumi dasar laut. Namun demikian, penting diperhatikan bahwa beberapa peristiwa lain masih berpotensi menciptakan tsunami di masa yang akan datang seperti meletusnya Gunungapi Krakatau. Mengingat aktifitas gunungapi relatif lebih terpantau dalam waktu yang lebih panjang, maka bahaya tsunami yang disebabkan oleh gempabumi akan menjadi tantangan serius untuk diperhatikan. Pertanyaannya adalah sejauh mana potensi tsunami yang disebabkan oleh gempabumi di Indonesia? Seismic Gap Salah satu cara menganalisis potensi tsunami yan disebabkan oleh gempabumi adalah dengan melakukan Seismic Gap Analysis. Analisa ini

bertujuan mengetahui potensi akumulasi energi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi serta sejarah keruntuhan dasar laut yang disebabkan oleh gempabumi di wilayah tersebut. Pengamatan dengan menggunakan Continous GPS di beberapa stasiun pemantauan akan membantu analisis tersebut. Berdasarkan pendekatan tersebut maka Natawidjaja dkk memperlihatkan adanya Seismic Gap di sekitar wilayah Indonesia seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 tersebut memperlihatkan wilayah yang diduga kuat memiliki seismic gap ditandai dengan warna merah. Berdasarkan analisis ini dapat dilihat bahwa sebaran seismic gap cukup merata di hampir seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah dengan yang berada di sekitar Samudera Hindia dan Laut Banda dan Laut Papua. Ada sembilan wilayah yang diduga kuat memiliki potensi seismic gap dan mampu menghasilkan tsunami di Indonesia, yaitu sekitar Pulau Simeulu, Kepulauan Mentawai, sekitar wilayah Selat Sunda, sekitar wilayah Cilacap dan Pantai Selatan Jawa Tengah

dan Yogyakarta, sekitar Laut Selatan Pulau Bali, Laut Utara Pulau Papua, dan sebelah utara di Laut Banda (dua lokasi). Selain seismic gap yang ditandai dengan warna merah, terdapat pula wilayah yang memiliki patahan besar dengan pergerakan naik seperti yang ditandai dengan warna kuning pada Gambar 1. Melihat potensi yang dipaparkan tersebut, maka sewajarnyalah penanggulangan bencana tsunami Indonesia mendapatkan perhatian serius dan konsisten dari semua pihak.

Tabel 1. Peristiwa Tsunami Indonesia yang disebabkan oleh Gempabumi.

Meninggal Luka‐luka

Rumah 

Rusak

1 Aceh 2004 9,2 22.898 125.000 NA 50,9

2 Nias 2005 8,7 10 NA NA 3

3 Bali 1818 8,5 NA NA NA 3,5

4 Bengkulu 2007 8,4 0 0 0 1

5 Laut Sulawesi 1918 8,3 6 7,2

6 Papua 1996 8,2 110 100 7,7

7 Sunda 1997 8 189 75 15

8 Laut Banda 1996 7,9 9 63 283 3,4

9 Laut Andaman 1881 7,9

10 Laut Flores 1992 7,8 2500 500 31.785 26,2

11 Laut Jawa 1994 7,8 250 233 1500 13,9

12 Kep. Mentawai 2010 7,7 485

Maks 

Gelombang 

(m)

Akibat TsunamiBesaran 

Gempa 

(Mw)LokasiNomor

Tahun 

Peristiwa

Page 3: 01 Makalah Naskah Akademis Tsunami

Penelitian bagi Penanggulangan Tsunami Penanggulangan bencana menghendaki pendekatan yang valid, setidaknya dari aspek keilmuwan. Ini untuk berguna agar cara dan alat yang digunakan dalam penanggulangan bencana tersebut dapat ditelusuri kesahihannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Tsunami merupakan bencana yang memiliki karakter site specific yang memerlukan telaahan khusus. Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelum ini bahwa Indonesia memiliki begitu banyak lokasi yang berpotensi menghasilkan bencana tsunami di masa yang akan. datang. Tahapan penanggulangan bencana tsunami yang disarankan adalah seperti yang pernah diungkapkan oleh Prasetya 2010 dalam Rigg dan Robertson. Gambar 2 memperlihatkan tahapan tersebut. Gambar tersebut secara lugas menguraikan posisi dari tindakan praktis dan akademis dari penanggulangan bencana tsunami. Penting untuk dipahami bahwa Pengetahuan Asli dan Lokal juga merupakan salah satu unsur yang perlu dimasukkan dalam penanggulangan bencana tsunami setelah proses integrasi ilmu dan teknologi. Mitigasi Bencana Tsunami Upaya mitigasi bencana tsunami dapat dilakukan dengan cara struktural dan non struktural. Keduanya meletakkan manusia atau masyarakat sebagai fokus upaya mitigasi tersebut. Eisner (2005) menguraikan tujuh prinsip dasar dari mitigasi bencana tsunami yang berasosiasi pada pengurangan jumlah korban jiwa. Ketujuh prinsip tersebut adalah : 1. mengetahui tingkat risiko komunitas terhadap

tsunami, ancaman, kerentanan, dan tingkat keterpaparan;

2. menghindari pembangunan yang baru di kawasan yang diduga akan mengalami rambatan gelombang tsunami;

3. mengkaji secara seksama cara membangun di daerah yang diduga akan mengalami rambatan gelombang tsunami;

4. membangun bangunan dengan desain yang mempertimbangkan kerusakan akibat tsunami;

5. melindungi pembangunan yang telah ada dengan cara retrofit dan penataan ulang lahan;

6. memberikan perhatian khusus terhadap infrastruktur dan fasilitas kritis lainnya untuk mengurangi kerusakan akibat tsunami;

7. membuat perencanaan evakuasi. Salah satu upaya mitigasi struktural yang disarankan adalah penyediaan bangunan evakuasi. Diantara persyaratan bangunan evakuasi yang perlu diperhatikan adalah lokasi bangunan evakuasi dan desain bangunan evakuasi (tinggi bangunan dan struktur fisik bangunan). Lokasi bangunan evakuasi akan menentukan jumlah penduduk yang diharapkan akan ditampung pada saat evakuasi. Demikian pula akses yang tersedia untuk mencapai lokasi tersebut. Desain bangunan akan menentukan tinggi gelombang tsunami yang diantisipasi serta kekuatan bangunan untuk menahan gempa yang mengakibatkan tsunami serta energi gelombang yang dibangkitkan oleh tsunami. Beberapa contoh bangunan evakuasi dapat dilihat di Kota Banda Aceh dan Kota Padang. Bangunan evakuasi yang menggunakan fasilitas bangunan publik yang tidak secara khusus dibangun sebagai bangunan evakuasi dapat juga menjadi pilihan. Contoh tersebut dapat dilihat di Kota Meulaboh (Provinsi Aceh) dan beberapa bangunan evakuasi di Kota Padang.

Gambar 1. Peta Indikasi Seismic Gap Indonesia

Page 4: 01 Makalah Naskah Akademis Tsunami

Hal lain yang penting diperhatikan adalah pendidikan kebencanaan yang tidak saja mensasar mereka yang masih duduk di bangku sekolah, namun dapat juga kepada masyarakat umum. Pendidikan kebencanaan bagi masyakarat tersebut dapat bermanfaat sebagai berikut: Peringatan Dini Tsunami Peringatan Dini Tsunami pada hakikatnya bertujuan untuk memberikan informasi tentang status bencana tsunami kepada masyarakat dan pemerintah dalam waktu yang secepat mungkin, dan dengan informasi se-akurat mungkin, pesan peringatan dini dapat dimengerti oleh pengguna, dan masyarakat dapat bereaksi dengan tepat terhadap informasi tersebut. Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) terbagi pada dua, yaitu sisi struktural dan sisi kultural. Unsur kunci dari SPDT tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam gambar unsur kunci tersebut memperlihatkan empat dimensi dari pelaksanaan SPDT yang diharapkan dapat menjadi titik tolak pembangunan SPDT yang lebih baik. SPDT yang baik juga penting memperhatikan mekanisme umpan balik dari setiap unsur dalam SPDT tersebut (Basher, 2006). Pendidikan berperan penting juga pada dimensi kultur SPDT. Selain mengandalkan alat di Nasional

namun perlu dikembangkan juga EWS dengan pengetahuan lokal. Misalnya tanda surut, ditandai dengan goncangan yang keras, merupakan pendidikan praktis masyarakat yang berguna. Kesiapsiagaan Masyarakat dan Pemerintah Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan terhadap tsunami, maka peran pendidikan kebencanaan menjadi penting. Dengler (2005) menyebutkan bahwa peran pendidikan bagi peningkatan kesiapsiagaan terhadap tsunami adalah mengenali tanda-tanda akan datangnya tsunami, mengetahui daerah mana-mana saja yang berada dalam di daerah yang rawan terhadap tsunami, dan mengetahui bagaimana dan kapan mengevakuasikan diri dari bahaya tsunami. Hal lain yang juga dapat mendukung upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di kawasan rawan tsunami adalah penguatan Pengetahuan Asli dan Lokal (PAL). PAL tersebut dapat berupa praktik, sistem, atau keyakinan masyarakat terhadap sesuatu yang telah berlangsung antar generasi. PAL ini juga dapat digunakan sebagai bagian kewaspadaan masyarakat menerjemahkan gejala alam yang terjadi sebelum peristiwa tsunami. Diantara jenis PAL tersebut adalah Smong, Ie Beuna yang ditemukan di Pulau Simeulue dan daratan Aceh serta Teteu yang ditemukan di Kepulauan Mentawai.

Gambar 2. Unsur dasar dalam upaya penanggulangan bencana tsunami.

Page 5: 01 Makalah Naskah Akademis Tsunami

Namun demikian, mengingat PAL masih relatif sedikit dokumentasi fisik yang dapat digunakan sebagai bagian dari validasi, maka disarankan penggunaaan PAL tersebut dibarengi dengan integrasi terhadap ilmu dan teknologi. Inti dari peningkatan kesiapsiagaan berada pada unsur partisipasi dari masyarakat dalam mengetahui dan melaksanakan kegiatan tersebut. Salah satu bentuk terobosan upaya peningkatan partisipasi masyarakat adalah dengan melaksanakan kegiatan yang berbasis komunitas, seperti Program Desa Tangguh Bencana yang dilaksanakan oleh BNPB dan Program Desa Tangguh Pesisir yang dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penting untuk diperhatikan dalam hal ini adalah kajian threshold komunitas terhadap tingkat ketangguhan masyarakat terhadap tsunami. Kajian ini akan sekaligus menjadi indikator pemantauan kesuksesan program peningkatan ketangguhan masyarakat terhadap tsunami. Kesimpulan Selama proses penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami ini, telah digali beberapa aspek sejarah tsunami Indonesia, potensinya, serta upaya mitigasi bencana tsunami. Adapaun kesimpulan yang dapat diberikan sampai fase ini adalah sebagai berikut:

Adanya potensi peristiwa tsunami di wilayah Indonesia.

Adanya kemajuan dari sisi Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia terkait prosedur penyelenggaraan PDT.

Perlu kajian lebih lanjut terkait standar kajian risiko bencana tsunami terutama dari aspek skenario yang dibangun dan ketersediaan data.

Ucapan Terimakasih Tim Penyusun Naskah Akademik PB Tsunami Universitas Syiah Kuala menyampaikan ucapan terimakasih kepada BNPB atas kerjasama dalam proses penyusunan. Terimakasih juga kepada LIPI, Balai Pengkajian Kerentanan Pantai dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPDP BPPT di Yogyakarta, PT ASR Indonesia,Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Sam Ratulangi.

References Basher, R. (2006) Global early warning system for natural

hazards: systematic and people-centered. Philos Trans A Math Phys Eng. Sci 364: 2167-2182.

Dengler, L. (2005) The Role of Education in National Hazard Mitigation Program.Natural Hazards 35: 141-153.

Eisner, R.K. (2005) Planning for Tsunami: Reducing Fugture Losses Through Mitigation. Natural Hazards 35: 155-162.

Maramai, A. dan Tinti, S. (1997) The 3 June 1994 Java Tsunami: A Post-Event Survey of Coastal Effects. Natural Hazards 15: 31-49.

van der Berg, G.D., Boer, W., de Haas, H., van Weering, Tj.C.E, van Wijhe R. (2003) Shallow marine deposits in Teluk Banten (NW Java, Indonesia), generated by the 1883 Krakatau Eruption. Marine Geology 197: 13-34.

Gambar 3. Unsur kunci dalam Sistem Peringatan Dini