01 kajian kegiatan usaha di kawasan perumahan_final

33
Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya Ir. Mudji Irmawan, MS. Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 1 KAJIAN KETENTUAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL-MIKRO RUMAH TANGGA DAN USAHA RUMAH TANGGA PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI SURABAYA 1. Latar Belakang Kawasan perumahan/permukiman di Kota Surabaya mempunyai karakteristik historis yang sangat kuat terkait dengan kesejarahannya sebagai pembentuk identitas perkampungan yang berbasis pada kegiatan industri kecil dan rumah tangga. Selain terdapat situs industri rakyat pada jaman kolonial yang tidak lagi ada aktivitasnya tetapi wujud fisik tempatnya telah menjadi bangunan cagar budaya, juga terdapat wujud industri kecil dan industri rumah tangga yang memberikan kecirian yang kuat bagi eksistensi kampung yang bersangkutan. Kedua jenis kegiatan industri tersebut bersifat komunal potensial dan perlu diarahkan pemanfaatan ruangnya. Yang berupa situs industri rakyat dapat ditingkatkan pemanfaatan kualitas ruangnya sebagai bagian dari industri pariwisata sejarah. Sedangkan kawasan industri kecil dan rumah tangga diarahkan pemanfaatan ruangnya sehingga ruang rumah tinggal dan ruang usaha menjadi mempunyai kualitas habitat yang semakin baik, sehat, bersih dan ramah lingkungan. Lain daripada kedua jenis kawasan industri kecil dan rumah tangga dan situs industri rakyat diatas, terdapat jenis lokasi-lokasi industri yang bersifat heterogen jenis usahanya yang dapat berlokasi pada satu kawasan perumahan atau perkampungan, dimana kegiatannya dilakukan sejak sebelum adanya peraturan yang mengatur kegiatan industri di dalam perumahan/permukiman, dan kegiatan yang dilakukan setelahnya. Jenis-jenis kegiatan industri yang heterogen di dalam suatu kawasan ini sergkali mendatangkan berbagai permasalahan terhadap tetangganya dan lingkungan sekitar terdekat. Pelarangan bagi warga untuk melakukan kegiatan usaha industri kecil dan/atau rumah tangga tidak dapat serta merta dilakukan, meskipun melalui perda yang telah dimiliki saat ini. Pelarangan ini menjadi menyulitkan bagi seorang warga yang akan memulai kegiatan usaha barunya sebagai pemula yang belum mampu menyewa unit rumah toko. Secara fisik spesifikasi pengaturan persil bangunan untuk kegiatan industri kecil dan rumah tangga di dalam lingkungan perumahan/permukiman berdasarkan spesifikasi jenis dan kelas usahanya belum ada penjelasan peraturannya di Kota Surabaya. Peraturan Daerah di Kota Surabaya yang terkait dengan hal ini adalah tentang izin gangguan, penyelenggaraan usaha di bidang perdagangan dan industri, ketentuan pencegahan penanggulangan bahaya kebakaran, dan tentang bangunan.

Upload: andon-setyo-wibowo

Post on 06-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

panduan

TRANSCRIPT

Page 1: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 1

KAJIAN KETENTUAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL-MIKRO RUMAH

TANGGA DAN USAHA RUMAH TANGGA PADA KAWASAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI SURABAYA

1. Latar Belakang

Kawasan perumahan/permukiman di Kota Surabaya mempunyai karakteristik historis yang

sangat kuat terkait dengan kesejarahannya sebagai pembentuk identitas perkampungan

yang berbasis pada kegiatan industri kecil dan rumah tangga. Selain terdapat situs industri

rakyat pada jaman kolonial yang tidak lagi ada aktivitasnya tetapi wujud fisik tempatnya

telah menjadi bangunan cagar budaya, juga terdapat wujud industri kecil dan industri

rumah tangga yang memberikan kecirian yang kuat bagi eksistensi kampung yang

bersangkutan. Kedua jenis kegiatan industri tersebut bersifat komunal potensial dan perlu

diarahkan pemanfaatan ruangnya.

Yang berupa situs industri rakyat dapat ditingkatkan pemanfaatan kualitas ruangnya sebagai

bagian dari industri pariwisata sejarah. Sedangkan kawasan industri kecil dan rumah tangga

diarahkan pemanfaatan ruangnya sehingga ruang rumah tinggal dan ruang usaha menjadi

mempunyai kualitas habitat yang semakin baik, sehat, bersih dan ramah lingkungan.

Lain daripada kedua jenis kawasan industri kecil dan rumah tangga dan situs industri rakyat

diatas, terdapat jenis lokasi-lokasi industri yang bersifat heterogen jenis usahanya yang

dapat berlokasi pada satu kawasan perumahan atau perkampungan, dimana kegiatannya

dilakukan sejak sebelum adanya peraturan yang mengatur kegiatan industri di dalam

perumahan/permukiman, dan kegiatan yang dilakukan setelahnya. Jenis-jenis kegiatan

industri yang heterogen di dalam suatu kawasan ini sergkali mendatangkan berbagai

permasalahan terhadap tetangganya dan lingkungan sekitar terdekat.

Pelarangan bagi warga untuk melakukan kegiatan usaha industri kecil dan/atau rumah

tangga tidak dapat serta merta dilakukan, meskipun melalui perda yang telah dimiliki saat

ini. Pelarangan ini menjadi menyulitkan bagi seorang warga yang akan memulai kegiatan

usaha barunya sebagai pemula yang belum mampu menyewa unit rumah toko. Secara fisik

spesifikasi pengaturan persil bangunan untuk kegiatan industri kecil dan rumah tangga di

dalam lingkungan perumahan/permukiman berdasarkan spesifikasi jenis dan kelas

usahanya belum ada penjelasan peraturannya di Kota Surabaya. Peraturan Daerah di Kota

Surabaya yang terkait dengan hal ini adalah tentang izin gangguan, penyelenggaraan usaha

di bidang perdagangan dan industri, ketentuan pencegahan penanggulangan bahaya

kebakaran, dan tentang bangunan.

Page 2: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 2

Menyadari penting dan mendesaknya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan kepastian

hukum perizinan untuk menyelenggarakan kegiatan usahanya pada kawasan/lingkungan

perumahan/permukiman maka diperlukan kajian teknis yang dapat mencakup persyaratan

jenis dan klasifikasi kegiatan industri kecil dan rumah tangga; fisik bangunan; jarak, luasan

dan lokasi usaha di dalam persil terhadap tetangga yang dapat diizinkan; serta

mempertimbangkan tata cara menghindari gangguan lingkungan dengan memenuhi

persyaratan teknis lingkungan hidup.

2. Lingkup Kajian

Lingkup lokasi Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha

Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya adalah pada

kawasan perumahan dan permukiman di Kota Surabaya; bukan yang dimaksud oleh

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dimana

telah disyaratkan pada Pasal 13 ayat (a).

Sedangkan lingkup materi kajian ini dibatasi pada lingkup teknis terkait dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Pasal 7 (b)

sarana dan prasarana dan (f) kesempatan usaha yang meliputi: jenis kegiatan usaha, luasan

kegiatan usaha, intensitas bangunan rumah dan tempat usaha, jarak antara rumah usaha

dengan tetangga di sekitarnya, fasilitas/prasarana yang wajib disediakan, dan syarat akses

prasarana lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman. Kajian ini TIDAK

membahas tentang pendanaan usaha, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha,

promosi dagang dan dukungan kelembagaan yang telah tertuang di dalam peraturan

lainnya.

3. Permasalahan pada Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha

Rumah Tangga di Kawasan Perumahan dan Permukiman

Berbagai masalah terkait dengan gangguan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan usaha

industri kecil atau industri rumah tangga sering menjadi pemicu protes tetangga di

sekitarnya. Sebagai contoh adalah gangguan bau dari kegiatan peternakan, pengolahan

bahan kimia; gangguan asap dari kegiatan mengolah, memasak; gangguan suara yang

ditimbulkan oleh mesin pemroses; pencemaran air pada drainase yang diakibatkan oleh

buangan hasil olahan suatu kegiatan; meningkatnya suhu udara akibat kegiatan tertentu;

terjadinya kebakaran; gangguan penggunaan ruang umum/publik untuk kegiatan usaha

individu; dan seterusnya.

Selain itu masyarakat yang akan mendirikan kegiatan usaha mempunyai beberapa latar

belakang penyebab terjadinya masalah, seperti: keterbatasan modal untuk

mengembangkan usaha sehingga tidak mampu menjalankan usaha pada tempat yang telah

sesuai peruntukannya; belum memahami risiko yang lebih besar terhadap tetangga di

Page 3: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 3

sekitarnya; dengan sengaja menjalankan usaha tanpa izin tetangga; belum sadar hukum;

dan seterusnya.

4. Landasan Hukum Kegiatan Industri dan Usaha di Kawasan Perumahan dan

Permukiman di Kota Surabaya

Sebagai dasar acuan ketentuan yang mengatur tentang batasan kegiatan usaha dan industri

kecil dan industri rumah tangga pada kawasan perumahan dan permukiman yaitu:

a) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;

b) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

d) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan

Izin Gangguan di Daerah;

f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;

h) Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/SK/I/1986 tentang Sistem

Klasifikasi Industri serta Pemberian Nomor Kodenya yang Berada di bawah Pembinaan

Masing-Masing Direktorat Jenderal dalam Lingkungan Departemen Perindustrian;

i) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Izin Gangguan;

j) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan;

k) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha

di Bidang Perdagangan dan Perindustrian;

l) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara;

m) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya

2015;

n) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air;

o) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Standar

Teknis untuk Pelayanan Pemanfaatan Ruang;

p) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 74 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan;

Page 4: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 4

5. Sejarah Tempat Usaha di Perumahan dan Perkampungan Kota Surabaya

Surabaya adalah kota yang istimewa bagi sebagian masyarakat yang hidup pada awal abad

ke-20. Keistimewaannya bukan terletak pada kota itu sendiri, namun lebih pada citra

tentang kota Surabaya sebagai “...salah satoe kota dagang jang paling djempol di

Indonesia...” Selain terkenal sebagai kota dagang, sudah sejak lama kota Surabaya dikenal

sebagai kota industri. Howard Dick bahkan dengan tegas mengemukakan bahwa industri

modern di Indonesia lahir pertama kali di kota Surabaya. Pada awal abad ke-20,

industrialisasi di kota Surabaya setara dengan Kalkuta, Bombay (Mumbay, saat ini), dan

Osaka, Singapura, Bangkok, Hongkong, Shanghai, dan Tokyo, yang merupakan pusat-pusat

industri terkemuka di Asia. Namun, jauh sebelum kota Surabaya berkembang menjadi pusat

industri modern, di kota ini sebenarnya telah lahir industri rakyat yang berkembang cukup

luas dan mencakup banyak kawasan di kota ini.

A. Situs Industri Rakyat

Akselerasi modernisasi industri di kota Surabaya terjadi ketika kekuatan asing mulai

merambah ke kota ini dan menjadi kekuatan yang memerintah (the ruling class). Masuknya

kekuatan asing di kota Surabaya, dalam hal ini adalah penjajah Belanda, telah melahirkan

dua model industri. Pertama, industri rakyat berskala kecil yang dikerjakan secara manual

(handycraft). Industri ini sudah lahir jauh sebelum kota Surabaya dikuasai oleh orang-orang

Eropa. Jenisnya amat beragam, menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Kedua, industri modern yang dikerjakan secara massal dan pengerjaannya dibantu oleh

mesin-mesin modern (manufacture). Dua jenis industri tersebut melahirkan dampak yang

berbeda. Jenis industri yang pertama kurang melahirkan citra Surabaya sebagai kota

industri, sedangkan jenis yang kedua memiliki kekuatan yang besar untuk melahirkan citra

Surabaya sebagai kota industri.

Jauh sebelum orang-orang Eropa menduduki kota Surabaya, dinamika ekonomi kota ini

telah digerakkan oleh sektor industri rumah tangga yang diselenggarakan secara mandiri

oleh rakyat. Beberapa nama kampung yang unik di kota Surabaya sebagian terkait erat

dengan profesi masyarakat setempat, yang salah satunya berkaitan dengan aktivitas

industri rumah tangga. Lahirnya nama-nama kampung tersebut berhubungan dengan

kebiasaan orang Jawa yang dengan gampang menamai suatu tempat dengan menggunakan

nama orang, nama pohon, nama kejadian, atau nama aktivitas yang melekat dengan

kampung yang dimaksud. Von Faber mencatat profesi rakyat, sebagian besar terkait erat

dengan industri rumah tangga, yang identik dengan kampung-kampung di kota Surabaya

sebagai berikut:

Page 5: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 5

Zona Industri/Profesi Rakyat di Kota Surabaya sampai Akhir Abad ke-19

Jenis Pekerjaan (Beroep) Kampung

Horlogemakers (tukang jam) Cantian

Meubelmakers (pembuat mebel) Pesapen

Kopergieters (tukang cor tembaga) Kawatan

Geelgieters (tukang cor kuningan) Pabean

Draaiers (tukang bubut) Bubutan

Ivoor en hoornbew

(pembuatan kerajinan gading dan tanduk)

Bubutan

Tambanganmakers (tukang tali tambang) Bandaran

Batikkers (pembuat batik Kampung Baru

Schoenmakers (pembuat sepatu) Kampung Baru

Kleermakers (tukang jahit) Ampel

Zadelmakers (pembuat sadel) Kramatgantung

Rijtuigmakers (pembuat kereta kuda) Donorejo

Goudsmeden (tukang emas) Pekalongan

Bultzakmakers (tukang kasur) Ampel dan Koblen

Rottanbewerkers (pengrajin rotan) Ampel

Kalkbranders (pembakaran kapur) Pengampon

Steen en potten (pembuat batu bata dan tembikar) Keputran

Waschlieden (tukang cuci) Krembangan

Huidenbereiders (tukang kulit) Songojudan

Slachters rundvee (penyembelihan sapi/jagal) Jagalan

Slachters schapen (penyembelihan domba) Sasak

Slachters varkens (penyembelihan babi) Gili

Sumber: Von Faber, Oud Soerabaia, (Surabaya: Gemeente Soerabaia, 1931), hal. 185

Nama-nama kampung yang identik dengan profesi rakyat misalnya, Kampung Kawatan,

karena di tempat tersebut terdapat tempat pembuatan kawat yang berbahan dasar

tembaga. Kampung Bubutan, tempat tukang bubut serta kerajinan gading dan tanduk yang

pengerjaannya juga dibubut. Kampung Pengampon, terdapat tempat pembakaran

kapur(ampo). Kampung Jagalan, di tempat tersebut terdapat penjagalan/penyembelihan

sapi.

Tidak ada data yang pasti berapa tenaga kerja yang terserap dalam berbagai aktivitas

industri dan perdagangan yang dikelola oleh rakyat itu. J. Hageman yang pernah bertugas di

kota Surabaya pada pertengahan abad ke-19, memiliki catatan terbatas mengenai jenis

pekerjaan penduduk kota Surabaya beserta jumlah pekerjanya untuk tahun 1859,

sebagaimana tabel di bawah ini:

Page 6: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 6

Jenis Pekerjaan dan Jumlah Pekerja di Kota Surabaya Tahun 1859

Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja

Pembuatan Sepatu 60

Kerajinan Batik 210

Jahit Baju 165

Pembuatan Batu Bata dan Tembikar 425

Pertukangan Kayu 630

Kerajinan Emas dan Perak 170

Sumber: J. Hageman, “Aanteekeningen nopens de industrie, handel en nijverheid van Soerabaja”

dalam Tijdschrift voor Nijverheid en Landbouw in Nederlandsch Indie 5, 1859, hlm. 137-152

Menurut Hageman, pada tahun yang sama, penduduk kota Surabaya yang bekerja di sektor

pertanian dan perikanan sekitar 59 persen dari seluruh penduduk kota, sedangkan yang

bekerja pada sektor jasa seperti sebagai pembantu rumah tangga, buruh, dan pelaut

sebanyak 31,5 persen, dan sisanya yang 9,5 persen di sektor industri rakyat. Angka-angka

tersebut menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ke-19, kota Surabaya sedang

beranjak menjadi kota industri dan perdagangan, yang ditandai dengan besarnya orang-

orang yang bekerja pada sektor jasa. Periode itu juga menandakan bahwa secara perlahan-

lahan penduduk sudah mulai meninggalkan sektor agraris.

Memasuki abad ke-20, pengelompokan industri rakyat sebagaimana daftar di atas

mengalami penyurutan. Sebagian besar industri rakyat mengalami kebangkrutan yang

disebabkan masuknya modal asing yang besar. Investasi besar-besaran di sektor industri

telah menciptakan industri berskala besar dengan peralatan yang serba modern, yang

mampu menghasilkan barang-barang dalam jumlah masal. Sebagai contoh misalnya, pada

tahun 1930-an di daerah selatan kota Surabaya tepatnya di Kampung Wonocolo didirikan

pabrik kulit, yang terkenal dengan nama Pabrik Kulit Wonocolo. Pabrik kulit tersebut

mampu mengolah kulit-kulit mentah menjadi kulit jadi dalam skala besar dan dalam waktu

yang lebih cepat. Keberadaan pabrik kulit tersebut tentu saja mempengaruhi produksi kulit

rakyat yang terdapat di Kampung Songoyudan.

Perubahan lingkungan yang terjadi di perkampungan juga mempengaruhi eksistensi industri

rakyat. Sebagai contoh misalnya, ketika kawasan Kampung Pengampon semakin dipenuhi

oleh pemukiman penduduk maka aktivitas pembakaran kapur dianggap mengganggu

penduduk yang tinggal di kampung tersebut, karena kegiatan tersebut menciptakan polusi

udara. Asap dari cerobong pembakaran biasanya sangat pekat dan menyebar ke mana-

mana, di samping itu debu dari kapur yang dibakar juga mengganggu pernafasan. Industri

pembuatan batu bata dan tembikar yang dilakukan oleh penduduk Kampung Keputran

nasibnya sama dengan industri pembakaran kapur, yang harus menyingkir karena

mengganggu kenyamanan penduduk. Pada awal abad ke-20, baik di Pengampon maupun di

Keputran sudah tidak ada lagi aktivitas pembakaran kapur serta pembuatan batu bata dan

Page 7: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 7

tembikar. Kegiatan tersebut bergeser ke Sepanjang yang berada di barat daya kota

Surabaya.

B. Perubahan Pengelolaan Industri Rakyat

Seiring dengan penerapan otonomi kota, dengan pemberian status gemeente kepada kota

Surabaya, banyak aktivitas perekonomian rakyat yang kemudian diambil alih oleh Gemeente

Surabaya. Pasar-pasar yang semula dikelola oleh kampung, kemudian diambil alih

pengelolaannya oleh gemeente dengan membentuk Pasarbedrijf (Dinas Pasar). Aktivitas

jagal hewan yang semula ditangani oleh penduduk kampung juga diambil alih oleh

gemeente dengan membangun slachthuis (Rumah Pemotongan Hewan). Salah satu alasan

pembentukan slachthuis dalah agar kebersihan tempat pemotongan hewan bisa terjaga

dan dagingnya bisa dikontrol dengan baik. Di balik alasan pengambilalihan kegiatan

perekonomian dan industri rakyat oleh gemeente sejatinya adalah alasan ekonomi, karena

aktivitas tersebut bisa mendatangkan pemasukan uang yang besar bagi gemeente yang

sedang dituntut untuk mengelola keuangannya sendiri secara mandiri. Ketika pasar dan

penjagalan hewan dikelola oleh gemeente, kedua lembaga tersebut mampu memberikan

kontribusi finansial yang demikian besar kepada Gemeente Surabaya. Pada tahun 1930

semua pasar yang ada di kota Surabaya yang berjumlah 19 buah serta warung-warung di

tepi jalan memberikan pemasukan keuangan sebesar ƒ 830.026,44. Sedangkan slachthuisper

1 Januari 1931 memberikan penghasilan bagi gemeente sebesar ƒ 354.227,43.

Pengambilalihan penjagalan hewan dengan sendirinya telah mematikan aktivitas

pemotongan hewan yang dilakukan oleh penduduk, walaupun kematian aktivitas tersebut

tidak dengan sendirinya menghilangkan nama Kampung Jagalan. Sampai saat ini nama

Kampung Jagalan, namun kemungkinan besar masyarakat kota Surabaya sudah tidak tahu

lagi bahwa nama kampung tersebut terkait dengan aktivitas rakyat kota ini pada masa lalu.

Hal yang sama kemungkinan besar juga terjadi pada nama-nama kampung yang lain.

6. Kajian dan Analisis Kegiatan Usaha Industri Kecil Rumah Tangga pada

Kawasan Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya

A. Definisi Industri Kecil dan Usaha Mikro Rumah Tangga

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

mendefinisikan tentang:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

Page 8: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 8

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian

Nomor 19/SK/M/I/1986 tentang Sistem Klasifikasi Industri serta Pemberian Nomor

Kodenya yang Berada di bawah Pembinaan Masing-Masing Direktorat Jenderal

dalam Lingkungan Departemen Perindustrian menyebutkan:

a. Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan

teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya:

industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah

(gerabah).

b. Berdasarkan Peraturan Menteri Peridustrian RI Nomor 41/M-IND/PER/6/2008

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri menyebutkan bahwa jenis industri kecil yang

tercantum dalam Lampiran Huruf D Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

07/M-IND/PER/2005 dan atau perubahannya dengan nilai investasi perusahaan

seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha.

3) Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI

Nomor 23/PER/M.KUKM/XI/2005 tentang Pedoman Penumbuhan dan

Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah, klasifikasi usaha kecil (bukan

sentra usaha kecil) adalah:

a. Usaha Kecil (UK) adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dengan kekayaan

bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan, penjualan tahunan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar

rupiah) dan milik Warga Negara Indonesia serta berdiri sendiri bukan merupakan

anak perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya definisi industri kecil dan usaha mikro kecil

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang

dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga

kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya

Page 9: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 9

kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri

anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan

(BPS, 2002).

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19

orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga

kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.

Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

B. Batasan tentang Ketentuan Pengaturan Kegiatan Usaha

Ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang kegiatan usaha industri kecil dan industri

rumah tangga pada kawasan perumahan dan permukiman meliputi:

1) Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, pada Pasal 49 ayat (1) menyatakan suatu rumah diperbolehkan untuk

dipergunakan sebagai kegiatan usaha selama tidak membahayakan dan mengganggu

fungsi hunian. Yang dimaksud dengan kegiatan yang tidak mengganggu fungsi

hunian adalah kegiatan yang tidak menimbulkan penurunan kenyamanan hunian

dari penciuman, suara, suhu/asap, sampah yang ditimbulkan dan sosial.

2) Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2014 tentang Perindustrian pada Pasal 75

menyebutkan bahwa untuk mewujudkan industri kecil dan menengah yang berdaya

saing, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja,

das seterusnya maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan fasilitas

berupa penyediaan Kawasan Industri untuk Industri Kecil dan Industri Menengah

yang berpotensi mencemari lingkungan, dan seterusnya.

Di dalam Undang-Undang ini pada Pasal 13 menyebutkan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek sarana dan prasarana,

kesempatan berusaha dan seterusnya untuk:

a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan

pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil, dan seterusnya;

b. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar,

ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi

pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi

lainnya, dan seterusnya.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penetapan Izin Gangguan di Daerah menyebutkan dalam Pasal 3 yang dimaksud

dengan ‘gangguan’ meliputi:

a. Gangguan lingkungan yang meliputi: gangguan terhadap fungsi tanah, air tanah,

sungai, laut, udara dan gangguan yang bersumber dari getaran dan/atau

kebisingan;

b. Gangguan terhadap sosial kemasyarakatan yang meliputi: terjadinya ancaman

kemerosotan moral dan/atau ketertiban umum;

c. Gangguan terhadap ekonomi meliputi ancaman terhadap:

Page 10: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 10

i. penurunan produksi usaha masyarakat sekitar; dan/atau

ii. penurunan nilai ekonomi benda tetap dan benda bergerak yang berada di

sekitar lokasi usaha.

Kegiatan atau usaha yang ‘Tidak Wajib Izin’ menurut Undang-Undang ini meliputi:

a. kegiatan yang berlokasi di dalam Kawasan Industri, Kawasan Berikat, dan

Kawasan Ekonomi Khusus;

b. kegiatan yang berada di dalam bangunan atau lingkungan yang telah memiliki

izin gangguan; dan

c. usaha mikro dan kecil yang kegiatan usahanya di dalam bangunan atau persil

yang dampak kegiatan usahanya tidak keluar dari bangunan atau persil.

Jadi selain kegiatan atau usaha industri yang tidak termasuk klasifikasi diatas

diwajibkan untuk mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah setempat.

4) Perda Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya 2015

mengarahkan lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar

kawasan industri dan terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran

lingkungan akan direlokasi secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan

sebagai kawasan industri. Sedangkan lokasi industri kecil dan rumah tangga dapat

berada di kawasan perumahan sejauh tidak mengganggu fungsi lingkungan hunian.

Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya

terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai

dari penyusunan AMDAL atau UKL/UPL, penyediaan IPAL dan disertai dengan

pengawasan oleh Pemda secara intensif terhadap kegiatan industri yang

dilaksanakan.

5) Di dalam bagian Lampiran daripada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 01

Tahun 2004 tentang Izin Gangguan, untuk tempat usaha yang dimungkinkan berada

di daerah perumahan adalah jenis tempat usaha yang Wajib memiliki Izin Gangguan

dengan kategori gangguan ringan adalah sebagai berikut:

a. usaha yang tidak mengerjakan, menyimpan atau memproduksi bahan berbahaya

dan beracun ( B3 );

b. usaha yang tidak menggunakan peralatan produksi yang dijalankan dengan

memakai tenaga elektro motor maupun motor lain lebih dari 3 KW (4 PK);

c. usaha yang tidak menggunakan atau memakai asap, gas-gas atau uap-uap

dengan tekanan berat;

d. bangunan tempat usaha tidak bertingkat.

Tempat-tempat usaha lainnya yang dapat menimbulkan bahaya, yang menurut UURI

Nomor 01 Tahun 2011 yang dilarang di perumahan dan kawasan permukiman, dan

Wajib memiliki izin gangguan (mungkin masih dijumpai di dalam

perumahan/kawasan permukiman), meliputi:

a. usaha di bidang pariwisata (kecuali usaha bidang pariwisata yang memperoleh

izin usaha pariwisata bersyarat/khusus), meliputi:

Page 11: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 11

i. usaha rekreasi dan hiburan umum yaitu taman rekreasi, gelanggang renang,

pemandian alam, padang golf, kolam memancing, gelanggang permainan

ketangkasan, gelanggang bowling dan bilyard, klub malam, diskotik, panti

pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia fantasi, theatre atau

panggung terbuka dan tertutup, taman satwa, pentas pertunjukan satwa,

usaha fasilitas wisata tirta, usaha sarana fasilitas olah raga, balai pertemuan,

barber shop, salon kecantikan, pusat kesehatan atau health centre, pusat

kesegaran jasmani atau fitnes centre;

ii. rumah makan, restaurant, bar, depot dan cafe;

iii. tempat penginapan (hotel, penginapan remaja, losmen, motel, home stay

dan guest house) ;

iv. tempat penyelenggaraan musik hidup, tempat penyelenggaraan kesenian

tradisional dan sejenisnnya.

b. usaha di bidang perindustrian dan perdagangan, meliputi:

i. ruang/gedung/tempat penyimpanan penimbunan barang–barang dagangan;

ii. perusahaan konveksi dengan menggunakan 5 (lima) mesin atau lebih;

iii. perusahaan percetakan;

iv. pengelolaan gedung-gedung perkantoran/pertokoan;

v. perusahaan studio rekaman;

vi. setasiun bahan bakar umum, penjualan minyak pelumas eceran termasuk

servis ganti minyak pelumas;

vii. tempat penyimpanan dan penjualan bahan - bahan kimia;

viii. tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, minyak solar,

residu, spiritus, alkohol, gas elpiji dan karbit;

ix. tempat penyepuhan, pencelupan, chroom, elektronik pating dan sejenisnya;

x. bengkel perbaikan sepeda, sepeda motor, mobil, aki dan dinamo;

xi. tempat penampungan dan penjualan kertas bekas, besi bekas, kayu bekas,

plastik bekas, dan barang-barang bekas lainnya;

xii. pengepakan barang-barang dagangan, sortasi, perusahaan ekspedisi;

xiii. ruang pamer;

xiv. toko elektronik yang menimbulkan kebisingan;

xv. tempat menyimpan/mengolah/mengerjakan barang-barang hasil laut, hasil

bumi, hasil hutan;

xvi. tempat pembuatan makanan dan minuman;

c. usaha di bidang kesehatan, meliputi:

i. apotek, toko obat;

ii. klinik spesialis/rumah sakit bersalin/rumah bersalin/rumah sakit, labora-

torium, balai pengobatan, industri farmasi, klinik kecantikan;

iii. peredaran produk makanan, minuman dan rokok.

Page 12: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 12

d. usaha di bidang perhubungan :

i. stasiun radio dan televisi;

ii. tempat penyimpanan/pool container;

iii. tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan barang maupun

orang.

e. usaha di bidang jasa:

i. tempat pencucian kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil dan lain-lain );

ii. travel, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia.

f. usaha di bidang pertanian: tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah dan

sejenisnya;

g. jenis tempat usaha atau kegiatan lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Daerah.

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang menurut UURI Nomor 01 Tahun 2011 yang

dilarang di perumahan dan kawasan permukiman yaitu Jenis tempat usaha yang

Wajib memiliki izin gangguan dengan kategori gangguan berat berdasarkan

(Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 yang telah diubah dengan Staatsblad Tahun

1940 Nomor 14 dan Nomor 450) adalah:

a. usaha yang dijalankan dengan alat kerja tenaga uap air dan gas, termasuk pula

dengan elektro motor dan tempat usaha lainnya yang mempergunakan tenaga

uap, air dan gas atau uap bertekanan tinggi;

b. tempat yang dipergunakan untuk membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin

dan bahan peledak lainnya termasuk pabrik dan tempat penyimpanan petasan;

c. tempat yang dipergunakan untuk membuat ramuan kimia, termasuk pabrik

korek api;

d. tempat yang dipergunakan untuk memperoleh, mengerjakan dan menyimpan

bahan-bahan atsiri (vluchting) atau yang mudah menguap;

e. tempat yang dipergunakan untuk penyulingan kering dari bahan-bahan tumbuh-

tumbuhan dan hewani serta mengerjakan hasil yang diperoleh daripadanya,

termasuk pabrik gas;

f. tempat yang dipergunakan untuk mengerjakan lemak-lemak dan damar;

g. tempat yang dipergunakan untuk menyimpan dan mengerjakan sampah;

h. tempat pengeringan gandum/kecambah (mouterij), pabrik bir, tempat

pembuatan minuman keras dengan cara pemanasan (branderij), perusahaan

penyulingan, pabrik spiritus, pabrik cuka, perusahaan pemurnian, pabrik tepung

dan perusahaan roti serta pabrik setrup buah-buahan;

i. tempat pembantaian, tempat pengulitan (vinderij), perusahaan pencucian

jerohan (penserij), tempat penjemuran , tempat pengasapan bahan – bahan

hewani, termasuk tempat penyamakan kulit;

Page 13: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 13

j. pabrik porselin dan pecah belah (aaderwark), tempat pembuatan batu merah,

genteng, ubin dan tegel, tempat pembuatan barang dari gelas, tempat

pembakaran gamping, gipsa dan pembasahan (pembuatan) kapur;

k. tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi,

tempat penempatan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan

kuningan, kaleng dan tempat pembuatan ketel;

l. tempat penggilingan tras, penggergajian kayu dan pabrik minyak;

m. galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian

batu, tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong dan

tempat pertukangan kayu;

n. tempat persewaan kendaraan;

o. tempat penembakan;

p. gudang penggantungan tembakau;

q. pabrik tapioka;

r. pabrik untuk mengerjakan karet, getah (gummi), getah perca atau bahanbahan

yang mengandung zat karet;

s. gudang kapuk, perusahaan batik;

t. warung dalam bangunan tetap, begitu juga tempat usaha lainnya yang dapat

menimbulkan bahaya, kerugian atau gangguan.

Sedangkan di dalam Perda Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin

Gangguan, di dalam Lampirannya jenis tempat usaha/kegiatan yang wajib memiliki

izin gangguan tidak lagi diklasifikasikan menurut tingkatan bahayanya, seperti yang

ditetapkan di dalam UURI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman. Jenis-jenis kegiatan usaha yang berkembang pada saat ini setelah

Perda Kota Surabaya Nomor 01 Tahun 2004 tentang Izin Gangguan dan pada saat

diberlakukannya erda Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan,

yang termasuk ke dalam klasifikasi gangguan ringan meliputi: rumah kost, sekolah

KB/TK, tempat penitipan anak, tempat praktek dokter/pengobatan alternatif, bidan,

konsultan, teknisi elektronik, biro travel/tiket, biro jasa dan internet marketer;

pembuatan snack dan penganan, bisnis barang kerajinan/membuat souvenir,

percetakan kecil, bisnis kue, counter pulsa, video shooting, merangkai bunga, usaha

menjahit/konveksi, persewaan buku, toko kelontong, dan usaha lain sejenis; gudang,

bengkel kerja atau workshop, dan kantor, toko ATK, laundry, warnet, catering, toko

pakaian adat/pakaian muslim, usaha pijat kesehatan, butik, pengolahan air minum

isi ulang, salon, toko obat/apotek, toko roti, warung makan dan usaha makanan

sejenis lainnya (pinggir jalan utama perumahan).

6) Berdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 64/M-

IND/7/2011 jenis-jenis industri yang termasuk di dalam kategori industri kecil dan

menengah adalah:

a. Industri penggaraman/pengeringan ikan;

b. Industri pemindangan ikan;

Page 14: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 14

c. Industri penggaraman/pengeringan biota air lainnya;

d. Industri pemindangan biota air lainnya;

e. Industri pengasinan/pemanisan buah-buahan dan sayuran;

f. Industri tempe kedelai;

g. Industri tahu kedelai;

h. Industri pengupasan dan pembersihan dan kacang-kacangan;

i. Industri pengupasan dan pembersihan umbi-umbian (termasuk rizoma);

j. Industri gula merah;

k. Industri kain tenun ikat;

l. Industri pencetakan kain (motif batik dan tradisional);

m. Industri batik (tulis);

n. Industri kain rajutan (renda);

o. Industri kain sulaman/border;

p. Industri pakaian jadi (konveksi) dari tekstil;

q. Industri pengawetan rotan, bamboo dan sejenisnya

r. Industri barang anyaman dari tanaman bukan rotan dan bambu;

s. Industri kerajinan ukiran dari kayu bukan mebeler;

t. Industri alat dapur dari kayu, rotan, dan bambu;

u. Industribarang dari kayu, rotan, gabus lainnya yang tidak diklasifikasikan di

tempat lain;

v. Industri perlengkapan rumah tangga dari tanah liat/keramik;

w. Industri perkakas tangan untuk pertanian;

x. Industri perkakas tangan pertukangan;

y. Industri perkakas tangan yang digunakan dalam rumah tangga;

z. Industri peralatan umum;

aa. Industri alat music tradisional;

bb. IndustriJasa reparasi produk logam pabrikasi lainnya;

cc. Reparasi dan perawatan sepeda motor;

dd. Jasa reparasi peralatan rumah tangga dan peralatan rumah dan kebun;

ee. Jasa reparasi alas kaki dan barang dari kulit;

ff. Jasa reparasi furniture dan perlengkapan rumah;

gg. Jasa reparasi barang rumah tangga dan pribadi lainnya.

C. Persyaratan Teknis yang Wajib Dipenuhi untuk Kegiatan Usaha pada Perumahan/

Kawasan Permukiman

Selain dikenakannya Perda tentang Izin Gangguan, para pengelola/pemilik usaha juga

wajib memenuhi persyaratan-persyaratan teknis untuk kegiatan usaha yang berada di

perumahan dan kawasan permukiman, meliputi:

1) Ketentuan akses, dimensi jalan dan fasilitas parkir;

2) Ketentuan intensitas bangunan;

3) Ketentuan keselamatan kebakaran;

Page 15: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 15

4) Ketentuan kualitas udara ambien dan kebisingan untuk perumahan;

5) Standar pemenuhan cahaya dan ventilasi udara untuk rumah sehat;

6) Ketentuan kualitas air baku;

7) Ketentuan pengelolaan lingkungan untuk sanitasi, air limbah dan persampahan;

8) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga.

1) Ketentuan Akses, Dimensi Jalan dan Fasilitas Parkir;

Kendaraan yang memasuki perumahan dan kawasan permukiman mempunyai

batasan dimensi sesuai dengan kelas jalan yang ada pada kawasan yang

bersangkutan. Oleh karena itu dimensi dan berat/kelas kendaraan yang keluar-

masuk pada kawasan yang bersangkutan harus menyesuaikan dengan kelas jalan

yang disediakan. Adapun klasifikasi jalan pada perumahan dan kawasan permukiman

adalah sebagai berikut:

Hirarki dan

Kelas Jalan

Lebar Badan

Jalan

Kecepatan

Kendaraan

Jumlah

Kendaraan

Jarak antar

Simpang

Lokal Sekunder I

(III-C)

Minimum 5,00 m

(Dawasja min.4 m)

Min. 10 km/jam,

maks 40 km/jam

800-2000

kendaraan/hari

> 200 m

Lokal Sekunder II

(III-C)

Minimum 5,00 m

(Dawasja min.4 m)

Min. 10 km/jam,

maks 40 km/jam

200-1000

kendaraan/hari

100-200 m

Lokal Sekunder III

(III-C)

Minimum 5,00 m

(Dawasja min.4 m)

Min. 10 km/jam,

maks 40 km/jam

Kurang dari 350

kendaraan/hari

50-100 m

Lebar minimum bagian-bagian jalan untuk masing-masing hirarki jalan perumahan/

kawasan permukiman diatas adalah sebagai berikut:

Page 16: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 16

Sumber: SNI03-6967-2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan&Geometrik Jalan Perumahan.

Fasilitas pendukung, perlengkapan jalan dan angkutan umum dengan klasifikasi

jalan, dapat dilihat pada table dibawah ini.

Sumber: SNI03-6967-2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan&Geometrik Jalan Perumahan

Lahan parkir untuk perumahan dan kawasan permukiman pada skala unit RT (250

jiwa), unit RW (2500 jiwa) disediakan lahan parkir umum yang sekaligus dapat

Page 17: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 17

digunakan untuk tempat mangkal sementara bagi kendaraan umum. Pada malam

hari lahan parkir ini dapat dipergunakan sebagai tempat pool kendaraan penghuni.

Lokasi dan besaran luas yang disyaratkan untuk lahan parkir adalah:

Rumus luasan parkir untuk area perumahan:

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Untuk pusat-pusat kegiatan yang dilayani baik berkelompok maupun menyebar

maka standar besaran parkir yang umumnya dipakai adalah:

• Setiap luas 60 m2 luas area usaha untuk 1 lot parkir mobil.

• Setiap luas 100 m2 luas area kantor untuk 1 lot parkir mobil.

2) Ketentuan Intensitas Bangunan

Ketentuan untuk intensitas lahan dan bangunan di Kota Surabaya mengikuti

ketentuan Perwali Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Standar Teknis

Pelayanan Pemanfaatan Ruang, yang dituangkan ke dalam Surat Keterangan

Rencana Kota (SKRK) untuk setiap persil pemanfaatan lahan dan bangunan. SKRK

pada suatu persil/lahan berisikan:

a. peruntukan lahan dan penggunaan bangunan;

b. syarat-syarat zoning yang berisi KDB maksimum, KLB maksimum, KDH minimum,

KTB maksimum, jumlah lantai/ ketinggian maksimum bangunan, jumlah lantai

bangunan dibawah permukaan tanah, serta ketentuan-ketentuan khusus yang

berlaku pada lokasi yang bersangkutan;

Page 18: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 18

c. lampiran gambar yang memuat tentang GSP, GSB, serta prasarana dan sarana

jaringan utilitas apabila dibutuhkan.

GSP dan GSB ditentukan dengan mempertimbangkan rencana tata ruang yang ada

sebagai penjabaran detail teknis dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

yang berlaku. Pada lokasi yang belum ada perencanaannya, GSP dapat ditentukan

berdasarkan konsep Rencana Tata Ruang yang ada dan/atau mempertimbangkan

perizinan pemanfaatan ruang yang pernah diterbitkan. Pada lokasi yang belum ada

konsep Rencana Tata Ruang dan pelayanan perizinan pemanfaatan ruang yang

pernah diterbitkan, secara umum GSP pada jalan lingkungan paling sedikit 3 m (tiga

meter). Pada lokasi yang belum ada perencanaan, apabila terdapat saluran yang

direncanakan lebih dari sama dengan 8 (delapan) meter (termasuk penampang

basah dan kering), maka perlu ditentukan GSP yang berfungsi sebagai sempadan

sungai maupun jalan inspeksi paling sedikit 3 m (tiga meter) satu sisi atau

mempertimbangkan rencana tata ruang dan kondisi sekitarnya.

Pada lokasi yang belum ada perencanaan GSBnya dapat ditentukan berdasarkan

konsep Rencana Tata Ruang yang ada dan/atau mempertimbangkan pelayanan

perizinan pemanfaatan ruang yang pernah diterbitkan. Untuk tempat usaha pada

jalan lingkungan yang lebih dari 6 (enam meter), maka GSB ditentukan dengan

mempertimbangkan ukuran kavling dan peruntukan lahan.

Pada lokasi yang belum ada perencanaan, apabila terdapat saluran yang

direncanakan kurang dari 8 m (delapan meter) termasuk penampang basah dan

kering, maka perlu ditentukan GSB yang berfungsi sebagai sempadan sungai paling

sedikit 2 m (dua meter).

Pada bangunan yang pemanfaatannya untuk industri atau pergudangan sistem

tunggal, GSB Samping dan Belakang ditentukan paling sedikit 4 m (empat meter)

atau dengan memperhitungkan KDB paling banyak 50% (lima puluh persen).

Pada bangunan yang pemanfaatannya untuk perdagangan dan jasa komersial atau

fasilitas umum dengan panjang lahan setelah terpotong GSP paling sedikit adalah 20

m (dua puluh meter) atau dengan lebar lahan paling sedikit 20 m (dua puluh meter)

dan/atau bangunan maksimum 3 (tiga) lantai, GSB Belakang paling sedikit 3 m (tiga

meter).

Standar-standar teknis yang digunakan dalam pemberian pelayanan pemanfaatan

ruang antara lain standar parkir, standar luasan diatur di dalam Lampiran IV dari

Perwali ini.

3) Ketentuan Luasan Maksimum Bangunan

Luasan maksimum tempat usaha dan industri kecil dan mikro rumah tangga berikut

beserta bangunan tempat tinggalnya dapat dihitung berdasarkan definisi yang telah

diuraikan diatas dan standar perencanaan/perancangan arsitektur. Untuk industri

rumah tangga, tenaga kerja maksimum sebanyak 4 orang (termasuk anggota

Page 19: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 19

keluarganya), dan untuk industri kecil tenaga kerjanya berjumlah maksimum 19

orang.

Luasan tempat bekerja pada rumah usaha ataupun bangunan industri kecil yang

menjadi satu dengan tempat tinggal menurut buku standar The Architect’s

Handbook (Pickard, Q., 2002) hal. 206-216 adalah sebagai berikut:

Page 20: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 20

Untuk industri kecil (seperti sepatu dan lainnya) dengan karyawan yang diijinkan di

lokasi perumahan maksimum sebanyak 19 orang, luasan tempat kerja maksimum

lebih kurang 200 m2, dengan pendekatan luasan tempat kerja 10 m

2 per orang.

Page 21: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 21

Adapun pendekatan standar luasan sesuai standar arsitektural untuk luasan tempat

kerja adalah sebagai berikut:

NO KEGIATAN

JUMLAH

PEKERJA

MAKS.

(Org)

SATUAN

LUASAN

(m2/Org)

LUASAN

MAKSIMUM

TEMPAT KERJA

(m2)

A TEMPAT USAHA RUMAH TANGGA

1 Toko peracangan/ barang kelontong/sembako 5 20 100

2 Salon kecantikan/Rias pengantin/Spa/Sauna 10 20 200

3 Kos-kosan (Penyewa, bukan pekerja) 19 9 171

4 Katering 19 10 190

5 Kantin/Warung Kopi 10 10 100

6 Foto copy 10 10 100

7 Wartel/Warnet/Pengetikan 10 10 100

8 Laundry 10 20 200

9 Cabang biro perjalanan 19 10 190

10 Panti pijat/refleksologi 19 10 190

11 Klinik kecantikan/Klinik dokter bersama 10 20 200

12 Praktek dokter perorangan 10 20 200

13 Apotek 10 20 200

14 Laboratorium optik 10 10 100

15 Toko pulsa/mobilephone 10 10 100

16 Butik pakaian 10 10 100

17 Kelompok belajar/playgroup/tempat kursus

ketrampilan

19 10 190

18 Usaha MLM kesehatan, kecantikan 10 20 200

B INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI PERUMAHAN

1 Kerajinan dan reparasi kulit, sepatu, topeng, kaca/

kayu/ pigura

19 10 190

2 Jasa boga/Pembuatan kue/es krim 10 20 200

3 Konveksi/pembuatan pakaian, gorden, bed cover

(dengan memakai tenaga listrik maksimum total 3

KWh (4 PK).

19 10 190

4 Percetakan kertas, kotak makanan 4 30 120

5 Kerajinan/Reparasi alat musik, furniture/ukir kayu 4 85 340

6 Reparasi elektronik 4 25 100

7 Air isi ulang 10 10 100

8 Pembuatan tempe/tahu/bahan makanan 10 20 200

9 Pemindangan/penggaraman/pengeringan/

pengasapan ikan di perkampungan nelayan

8 25 200

10 Pembuatan batik, kain tenun/rajut 8 25 200

11 Peralatan rumah tangga dari kayu 8 25 200

13 Kerajinan dari plastik bekas, tumbuhan kering/ 10 10 190

Page 22: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 22

NO KEGIATAN

JUMLAH

PEKERJA

MAKS.

(Org)

SATUAN

LUASAN

(m2/Org)

LUASAN

MAKSIMUM

TEMPAT KERJA

(m2)

merangkai bunga

14 Pembuatan minuman tidak beralkohol, jamu

tradisional

10 10 100

15 Fotografi 4 20 80

16 Percetakan/sablon baju/spanduk 6 20 120

17 Pembuatan emping/kerupuk tanpa dibakar 10 20 200

18 Kerajinan besi tempa/elektro pada kelompok

industri

10 20 200

Sumber: The Architect’s Handbook, 2002

4) Ketentuan Keselamatan Kebakaran

Pengaturan lebar jalan, jarak antar bangunan dan fasilitas yang harus disediakan

untuk menjamin tempat usaha memenuhi ketentuan keselamatan kebakaran untuk

perumahan dan kawasan permukiman mengikuti ketentuan dari Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem

Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Bangunan tempat usaha pada perumahan dan kawasan permukiman ini menurut

klasifikasinya pada peraturan menteri ini adalah Kelas 3 dan Kelas 4 Bangunan

Gedung Hunian Campuran.

Berdasarkan peraturan ini, untuk melakukan proteksi kebakaran dan memudahkan

operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan gedung harus tersedia

jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam

kebakaran. Untuk akses mobil pemadam kebakaran ini maka ditentukan jarak

minimum antar bangunan gedung adalah sebagai berikut:

Sumber: Permen PU Nomor 26/PRT/M/2008.

Jalan akses pemadam kebakaran meliputi jalan kendaraan, jalan untuk pemadam

kebakaran, jalan ke tempat parkir, atau kombinasi jalan-jalan tersebut.

Page 23: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 23

Gambar – Posisi perkerasan pada bangunan rumah usaha.

Gambar – Perkerasan untuk ke luar masuknya mobil pemadam kebakaran.

5) Ketentuan Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan untuk Perumahan

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996

tentang Baku Tingkat Kebisingan ambang nilai kebisingan yang diizinkan untuk

perumahan adalah sebagai berikut:

Page 24: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 24

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718 Tahun 1987, terdapat

pembagian wilayah kesehatan menjadi 4 (empat) zona, yaitu:

i) Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan

kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingan yang diijinkan berkisar 35-45 dB.

ii) Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan

yang diijinkan antara 45-55 dB.

iii) Zona C Antara lain untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat

kebisingan yang diijinkan antara 50-60 dB.

iv) Zona D untuk lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, da terminal bus.

Tingkat kebisingan yang diijinkan Antara 60-70 dB.

Menurut Leslie (1993) tingkat kebisingan ruang luar bangunan yang dapat diterima

di dalam bangunan rumah tinggal untuk kota dekat dengan lalu lintas padat pada

ruang tidur adalah 35 dB, sedangkan pada ruang keluarga adalah 40 dB,

sebagaimana ditunjukkan pada table berikut ini:

Sebagai pembanding, penelitian gangguan kebisingan lalu lintas sebagai referensi

yang lakukan oleh Arifin Efendi dan tim (2003) pada lokasi perumahan di Kota

Page 25: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 25

Yogyakarta menunjukkan tingkat kebisingan lalu lintas di lingkungan perumahan tipe

tertutup adalah Antara 60,7 – 68,5 dB dan pada perumahan tipe terbuka mencapai

70,8 – 74,5 dB. Kedua hasil pengukuran pada tipe yang berbeda menunjukkan

bahwa kebisingan yang terjadi telah melampaui baku mutu kebisingan yang

disyaratkan.

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:

i) Gas H2S mempunyai konsentrasi maksimum 1 mg/m3

ii) Amonia (NH3) mempunyai konsentrasi maksimum 17 mg/m3

dan 25 ppm;

iii) Karbon Monooksida (CO) mempunyai konsentrasi maksimum 29 mg/m3

dan 25

ppm;

iv) Nitrogen Dioksida (NO2) mempunyai konsentrasi maksimum 5,6 mg/m3

dan 3,0

ppm;

v) Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3 ;

vi) Gas SO2 mempunyai konsentrasi maksimum 5,2 dan 2 ppm;

vii) Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.

viii) Kebisingan dan getaran

ix) Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

x) Untuk ruang kerja tingkat kebisingan maksimum yang diijinkan 85 dB.A.

xi) Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

Sedangkan baku mutu udara ambien untuk perumahan disyaratkan memenuhi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang

Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah sebagai berikut:

Page 26: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 26

Sumber: Permen LH 12/2010

6) Standar Pemenuhan Cahaya dan Ventilasi Udara untuk Rumah Sehat;

Kualitas udara yang disyaratkan untuk perumahan dan kawasan permukiman Antara

lain mempunyai benchmark sebagai berikut:

i) Suhu udara nyaman antara 18 – 28 °C;

ii) Kelembaban udara 40 – 60 %;

iii) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

iv) Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;

v) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

vi) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3;

vii) Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

viii) Intensitas cahaya di ruang kerja minimum 100 Lux.

Page 27: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 27

7) Ketentuan Kualitas Air Baku

Untuk memenuhi ketentuan kegiatan usaha maka sekurang-kurangnya perlu

disediakan air bersih dengan kebutuhan sebagai berikut:

i) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/

orang/hari untuk kegiatan usaha dan 120 liter/orang/hari untuk penghuni

rumah;

ii) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air

minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

8) Ketentuan Pengelolaan Lingkungan untuk Sanitasi, Air Limbah dan Persampahan

Kegiatan usaha pada perumahan dan kawasan permukiman juga wajib memenuhi

ketentuan pengelolaan sanitasi, air limbah dan persampahan. Untuk pengolahan

limbah cair (air limbah) dan limbah padat (sampah) secara umum kriterianya adalah:

i) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor

penyakit;

ii) Limbah cair yang berasal rumah tangga/tempat usaha tidak mencemari sumber

air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

iii) Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi

persyaratan kesehatan;

iv) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

mencemari permukaan tanah dan air tanah;

v) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat

kesehatan;

vi) Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;

vii) Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;

viii) Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;

ix) Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg.

9) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga.

Untuk mengatasi terjadinya gangguan akibat getaran/rusaknya bangunan tetangga,

maka pada saat kegiatan konstruksi bangunan, pemilik bangunan disyaratkan

mengikuti ketentuan metoda pelaksanaan konstruksi yang aman terhadap getaran.

Sedangkan pada saat dilakukannya kegiatan usaha, getaran yang ditimbulkan

sebagai akibat operasionalisasi mesin produksi harus diantisipasi atau diredam

sedemikian sehingga tidak menimbulkan getaran terhadap bangunan yang ada

disekelilingnya. Ketentuan untuk getaran maksimum untuk kenyamanan dan

kesehatan pekerja maka tingkat getaran maksimumnya yaitu:

Page 28: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 28

Page 29: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 29

7. Kesimpulan dan Rekomendasi

7.1. Kesimpulan

Kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan kawasan permukiman

Kota Surabaya tidak terlepas dari kesejarahannya sejak jaman colonial Belanda, jaman

penjajahan Jepang, datangnya industri modern hingga perkembangan yang terjadi saat ini.

Nilai kesejarahan ini menjadi salah satu asset wisata bagi Kota Surabaya dengan adanya

situs industri rakyat yang menjadi cagar budaya kegiatan ekonomi dan industri kecil.

Berlatar belakang industri kecil dan rumah tangga yang berakar kuat inilah tidak mudah

menata keberadaan kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan

kawasan permukiman.

Selain faktor nilai kesejarahan kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga, kegiatan ini

dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang signifikan. Perubahan

skala kegiatan dengan penambahan besaran ruang bangunan pada lahan yang kian terbatas

mendatangkan risiko gangguan terhadap lingkungannya. Dengan berbagai keluhan yang

dirasakan oleh para tetangganya ini maka kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di

dalam perumahan dan kawasan permukiman wajib dikendalikan, sesuai dengan ketentuan

UURI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Mengikuti

pembaruan undang-undang ini dan adanya UURI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, maka ketentuan Peraturan Daerah Kota Surabaya tentang Izin Gangguan juga

menyesuaikan dari Perda yang lama ke Perda yang baru yaitu Peraturan Daerah Kota

Surabaya Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Izin Gangguan dan Peraturan Daerah Kota

Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan.

Ketentuan terakhir dari Pemerintah Kota Surabaya yang mengatur intensitas lahan dan

bangunan pada kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan kawasan

permukiman yaitu adanya ketentuan pelaksanaan daripada Perda-perda diatas melalui

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Standar Teknis

untuk Pelayanan Pemanfaatan Ruang dan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 74 Tahun

2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang

Izin Gangguan.

Sebagai pegangan pelengkap bagi aparat instansi teknis terkait dalam menerapkan

instrumen perizinan untuk menerbitkan SKRK, diperlukan arahan pemanfaatan dan

pengendalian pemanfaatan ruang yang telah akan tertuang di dalam RDTRK dan RTBL

masing-masing Sub-blok di dalam blok peruntukan dan di dalam unit lingkungan dan unit

pengembangan perkotaan Kota Surabaya yang berwujud ‘zoning map’ dan ‘zoning text’,

serta matriks ITBX.

Bagi para pemohon izin usaha yang bersangkutan, selain wajib memenuhi persyaratan-

persyaratan administratif yang telah ditetapkan di dalam Perda dan Perwali tentang Izin

Gangguan dan SKRK, maka wajib pula memperhatikan syarat-syarat teknis yang meliputi:

Page 30: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 30

1) Ketentuan akses, dimensi jalan dan fasilitas parkir;

2) Ketentuan intensitas bangunan dan luasan maksimum ruang usaha/industri;

3) Ketentuan keselamatan kebakaran;

4) Ketentuan kualitas udara ambien dan kebisingan untuk perumahan;

5) Standar pemenuhan cahaya dan ventilasi udara untuk rumah sehat;

6) Ketentuan kualitas air baku;

7) Ketentuan pengelolaan lingkungan untuk sanitasi, air limbah dan persampahan;

8) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga;

sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian diatas.

7.2. Rekomendasi

Sebagai rekomendasi berikut ini diuraikan arahan pemanfaatan dan intensitas bangunan

yang dirangkum pada tabel dibawah ini.

Page 31: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 31

NO KEGIATAN

JUMLAH

PEKERJA

MAKS.

(Org)

LUASAN

MAKSIMUM

TEMPAT KERJA

(m2)

KDB/KLB

PARKIR

(tamu+

pemilik)

(srp)

KETERANGAN

A TEMPAT USAHA RUMAH TANGGA

Mengikuti

ketentuan

RDTR

setempat

• Jumlah

ruang

parkir di

dalam

persil

antara

tamu dan

pemilik

fleksibel

• Lebar jalan lingkungan

minimal 6 m

• Instalasi dan Utilitas pada

ruang Dawasja

(sempadan bangunan)

1 Toko peracangan/ barang kelontong/sembako 5 100 1 + 1

2 Salon kecantikan/Rias pengantin/Spa/Sauna 10 200 5 + 1

3 Kos-kosan (pengguna) 5 (19) 45 (171) 10 motor

(standar)

6 (mewah)

+ 1

• Maksimum jumlah srp

• Jumlah pekerja

maksimum 5 org

melayani 19 org

4 Katering 19 190 3 + 3 Parkir: 60 m2/srp

5 Kantin/Warung Kopi 10 100 2 + 1 Parkir: 60 m2/srp

6 Foto copy 10 100 2 + 1

7 Wartel/Warnet/Pengetikan 10 100 2 + 1

8 Laundry 10 200 4 + 2

9 Cabang biro perjalanan 19 190 4 + 2

10 Panti pijat/refleksologi 19 190 5 + 1

11 Klinik kecantikan/Klinik dokter bersama 10 200 5 + 1

12 Praktek dokter perorangan 10 200 5 + 1

13 Apotek 10 200 5 + 1

14 Laboratorium optik 10 100 2 + 1

Page 32: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 32

NO KEGIATAN

JUMLAH

PEKERJA

MAKS.

(Org)

LUASAN

MAKSIMUM

TEMPAT KERJA

(m2)

KDB/KLB

PARKIR

(tamu+

pemilik)

(srp)

KETERANGAN

15 Toko pulsa/mobilephone 10 100 2 + 1

16 Butik pakaian 10 100 2 + 1

17 Kelompok belajar/playgroup/tempat kursus

ketrampilan

19 190 5 + 1

18 Usaha MLM kesehatan, kecantikan 10 200 5 + 1

B INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI PERUMAHAN • Jumlah

ruang

parkir di

dalam

persil

antara

tamu dan

pemilik

fleksibel

• Lebar jalan lingkungan

minimal 6 m

• Instalasi dan Utilitas pada

ruang Dawasja

(sempadan bangunan)

1 Kerajinan dan reparasi kulit, sepatu, topeng, kaca/

kayu/ pigura

19 190

Mengikuti

ketentuan

RDTR

setempat

5 + 1

2 Jasa boga/Pembuatan kue/es krim 10 200 5 + 1

3 Konveksi/pembuatan pakaian, gorden, bed cover

(dengan memakai tenaga listrik maksimum total 3

KWh (4 PK).

19 190 5 + 1

4 Percetakan kertas, kotak makanan 4 120 2 + 2

5 Kerajinan/Reparasi alat musik, furniture/ukir kayu 4 340 5 + 2

6 Reparasi elektronik 4 100 2 + 2

7 Air isi ulang 10 100 2 + 2

8 Pembuatan tempe/tahu/bahan makanan 10 200 4 + 2

9 Pemindangan/penggaraman/pengeringan/ 8 200 3 + 3

Page 33: 01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah

Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya ����

Ir. Mudji Irmawan, MS.

Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 33

NO KEGIATAN

JUMLAH

PEKERJA

MAKS.

(Org)

LUASAN

MAKSIMUM

TEMPAT KERJA

(m2)

KDB/KLB

PARKIR

(tamu+

pemilik)

(srp)

KETERANGAN

pengasapan ikan di perkampungan nelayan

10 Pembuatan batik, kain tenun/rajut 8 200 3 + 3

11 Peralatan rumah tangga dari kayu 8 200 4 + 2

13 Kerajinan dari plastik bekas, tumbuhan kering/

merangkai bunga

10 190 3 + 3

14 Pembuatan minuman tidak beralkohol, jamu

tradisional

10 100 2 + 2

15 Fotografi 4 80 3 + 1

16 Percetakan/sablon baju/spanduk 6 120 2 + 2

17 Pembuatan emping/kerupuk tanpa dibakar 10 200 3 + 3

18 Kerajinan besi tempa/elektro pada kelompok

industri

10 200 3 + 3