tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/kuis-po-31.docx · web...

53
Kui 3 NAMA: DEUIS NISHA YUNITHA NIM: F1B008047 KUIS PO 3 July 26th, 2010 Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim, banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana solusi alaternatif menurut cara pandang PO. Jawaban kuis PO 3 Naturalisasi adalah peralihan kewarganegaraan menjadi WNI tetapi hanya untuk pemain yang memilki darah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan timnas, tetapi menurut

Upload: phamhanh

Post on 27-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Kui 3 NAMA: DEUIS NISHA YUNITHA

NIM: F1B008047

KUIS PO 3

July 26th, 2010

Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim

Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang

permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap

hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan

berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit

untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan

yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,

banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang

terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya

kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana

solusi alaternatif menurut cara pandang PO.

Jawaban kuis PO 3

Naturalisasi adalah peralihan kewarganegaraan menjadi WNI tetapi hanya untuk pemain yang

memilki darah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan timnas, tetapi

menurut saya harus lebih diperhatikan jugsa dalam hal pembinaannya baik itu mpemain maupun

dalam manajemen timnas. Mungkin memang bisa saja dengan adanya naturalisasi akan

memperbaiki timnas kita, tapi kita juga harus melihat apakah manajemen,kepemimpinan, dan

kerjasama timnas tersebut sudah maksimal.

Menurut pandangan PO mungkin memeng bisa saja dilakukan dengan naturalisasi sebab kita

juga hars kadang melihat Negara-negara lain dimana sinagpore juga memakai pendekatan seperti

ini.seharusnya pemain-pemian sepak bola yang merasa memilki darah Indonesia seharusnya bisa

sadar diri untuk bisa membangun dan memajukan ranah persepakbolaan Indonesia jangan malah

Page 2: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

mengharumkan nama baik Negara lain seperti  yang dikatakn kementrian olahraga dan  pemuda

Indonesia banyak pemain yang memilki darah Indonesia malah bermain di Negara orang..

Solusi alternative menurut cara pandang PO  adalah harus memperhatikan dalam hal pembinaan

dulu, perbaiki keorganisasian yang amburadul, perkuat mental dan perbesar reward bagi para

pemain.  Dalam hal ini, Jangan hanya terfokus pada pemain saja. Mungkin bisa dengan

diadakannya reward yang tinggi para pemain juga bisa lebih maksimal untuk berjuang sehingga

bisa mengharumkan nama indonesia. Dan juga pemimpin  harus bisa dekat  dengan pemain dan

memperhatikan tingkat kepuasan pemain itu agar pemain tersebut bisa termotivasi sehingga

pemain tersebut  merasa dihargai sehingga timbul rasa memilki organisasi tersebut(timnas),

sehingga apabila sudah timbul rasa memilki maka otomatis akan menjaga nama baik dan

mempertahankan timnas tersebut. Pemimpin timnas juga harus mengadakan penyuluhan dan

pendekatan kepada supporter agar mereka bisa menjadi supporter yang suportif sehingga tidak

membawa image jelek bagi persepakbolaan Indonesia.

 

Nama :Annisa MT

Nim :F1B008010

Kuis PO 3

Permasalahan tim nasional, bagaimana perilaku organisasi memandang hal ini dan bagaimana solusi alternatifnya?

Untuk memandang masalah ini dari sudut pandang perilaku organisai adalah akan ditemukan bahwa esensi dari permasalahan yang ada adalah pada manusianya. Dalam perilaku organisasi sendiri untuk memahaminya terdapat empat unsur yang perlu dimengerti yang itu dapat dijadikan dasar kita memandang permasalahan dalam tim nasional dari sudut perilaku organisasi, unsur tersebut ialah:

1. Orang, bahwa orang inilah yang memiliki pikiran dan juga perasaan untuk menciptakan suatu kondisi dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini orang-orang yang berperan dalam tim nasional mulai dari pimpinannya, manajemennya, pelatihnya dan juga personil tim nasional itu sendiri, mereka itulah sebagai pencipta kondisi untuk mencapai tujuan, akan dibawa kemana tim nasional ini. Perilaku organisasi memandang orang sebagai orang seutuhnya, yaitu sebagai system pembentuk manusia

Page 3: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

seutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan kondisi fisik. Pada intinya seluruh komponen yang membentuk manusia dalam perilaku organisasi diperhatikan dengan saksama karena itu sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia dalam organisasi.

Sehubungan dengan pernyataaan diatas, sesuai permasalahan yang terjadi di tim nasional adalah dapat dianalisis bahwa manajemen seharusnya lebih memperhatikan orang atau komponen timnas dengan seutuhnya. Khususnya masalah pembinaan, seharusnya lebih diperhatikan lagi, manajemen pembinaannya juga perlu direformasi, artinya hilangkan yang kurang baik dan teruskan yang sudah baik. Penjagaan akan kebutuhan mental, psikologis, social dan materi harus diperhatikan baik-baik, yang hal itu selanjutnya akan menjadi motivasi bagi komponen timnas itu sendiri, karena dari situlah timnas akan memberikan jawaban atas kondisi persepakbolaan Indonesia. Dampak-dampak yang tidak diinginkan harus mampu teranalisis dengan memperhatikan kebutuhannya diatas, sehingga harkat dan martabatpun akan terangkat dengan baik dan harapannya mempengaruhi peningkatan prestasi yang dicapai.

2. Struktur, artinya dalam masalah timnas, seharusnya terjalin hubungan yang efektif antara seluruh komponen yang bertanggung jawab, yang berperan dalam menghidupkan timnas. Yang efeknya adalah adanya kerjasama dan hasil yang mampu ditunjukkan kepada mata dunia bahwa Indonesia pun mampu bergabung dalam ajang piala dunia yang selama ini belum mampu tercapai. Masalah struktur ini berkaitan dengan bagaimana seluruh komponen dalam timnas mampu bekerja sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan maksimal dan menghasilkan sinergisasi yang maksimal dan mampu merapihkan benang kusut yang ada pada tubuh timnas dalam hal meluruskan masalah yang sekarang ini masih rumit.

Struktur ini selanjutnya berhubungan dengan bagaiman pola manajemen yang ada dalam timnas. Manajemen perlu dirapihkan lagi, dalam beberapa hal diantaranya :

a. dalam peaksanaan pertandingan, terapkan baik-baik fair play, baik oleh wasit maupun pemain sendiri.

b. harus ada tindakan tegas atau sanksi tegas untuk setiap pelanggaran, hal ini untuk meningkatkan sportifitas dan kedisiplinan.

c. untuk pemainnya, lebih difokuskan kepada pembinaannya, terkait teknis dilapangan, karena bagaimanapun baiknya pelatih, pemainlah yang memegang kunci kemenangan.

3. Teknologi, menurut saya, teknologi perannya dalam hal ini tidak terlalu besar, bukan menjadi masalah yang perlu diperbaiki dalam hal ini, karena saya rasa dalam konteks permasalahan persepakbolaan Indonesia tidak begitu bermasalah dalam hal teknologi.

4. Lingkungan, tidak dipungkiri bahwa lingkungan sangat mempengaruhi sikap orang dan kondisi kerja. Dalam hal ini saya lebih mengartikan lingkungan dengan pemerintah dan supporter. Pemerintah harusnya memberikan dukungan dan perhatian serius apabila menginginkan persepakbolaan kita ingin memiliki posisi di kelas internasional. Harus ada jaminan yang pasti dan kontinu atas profesi ini, bagi

Page 4: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

para pemain ataupun eks pemain, misal dalam bentuk pensiunan, sehingga dengan demikian akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pemain untuk meningkatkan dan memberikan kerjanya yang terbaik. Dapat juga dalam bentuk reward yang sesuai kompetensi. Siapa yang berpestasi secara jelas mendapat reward atas kinerjanya.

Memfokuskan pada naturalisasi, pendapat saya sebaiknya hal itu tidak dijadikan focus penyelesaian dari semua masalah persepakbolaan kita, tapi sebaiknya naturalisasi ini diposisikan sebagai pilihan, atau semacam pelengkap saja, karena melihat permasalahan yang ada, hal itu bukan solusi yang sifatnya menyeluruh. Lebih dari itu, yang perlu dibenahi adalah dari dalam tubuh timnas sendiri, yang pada intinya sesuai dengan pandangan perilaku organisasi adalah lebih mengedepankan pendekatan sumber daya manusia, yang hal ini berhubungan dengan perkembangan. Artinya bahwa penyelesaian dari keruwetan yang ada di timnas adalah bukan dengan mencari solusi dari luar timnas, tapi justru butuh perbaikan dari dalamnya dahulu. Sesuai dengan pendekatan suportif atau sumber daya manusia ini, yang dibutuhkan untuk penyelesaian adalah perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang-orang dalam timnas untuk mencapai tingkat kemampuan, kreatifitas, dan pemenuhan yang lebih tinggi, karena orang-orang dalam timnaslah sumber daya yang paling penting.

Melihat dari perhatian itu maka beberapa yang kemudian dapat menjadi bahan evaluasi adalah bahwa kualitas pemain masih jauh dibawah standar internasional, seperti stamina dan kekuatannya. Selain itu skill dan sportifitasnya masih lemah dan cenderung cepat puas. Untuk hal ini, yang menjadi fokusnya adalah pembinaan pemainnya baru kedua adalah factor pelatihnya.

Sehubungan dengan naturalisasi ini kalaupun yang menjadi keputusannya adalah tetap akan diadakan program ini, maka sebaiknya tidak kemudian terlenakan dan berkurang focus terhadap pemain kita sendiri, berkurang pembinaan dan pengembangan terhadap pemain kita sendiri. Artinya kembali ditekankan bahwa naturalisasi ini hanya sebagai pelengkap. Kalau kemudian akan diadakan maka pemain yang akan dimasukan adalah harus yang teruji kualitasnya, sehingga akan dapat secara efektif membantu mengangkat timnas menjadi lebih baik dan memberikan motivasi bagi pemain local, untuk kemudian pemain lokal itu mampu berkembang.

Perilaku organisasi secara umum memandang hal ini sebagai manusia yang bekerja, dalam hal ini kerja timnas dalam berhadapan dengan lingkungannya, yaitu dunia internasional dan internal timnas sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan timnas, yang bisa diartikan juga dalam rangka mengurai masalah yang merumit ini, maka ada banyak hal yang dibutuhkan, diantaranya adalah :

1. Harus ada perhatian terhadap sumber daya manusia yang membentuk timnas.

2. Dari manusia sebagai sumber daya itu, sebaiknya mampu membentuk iklim yang memberikan motivasi, sehingga menimbulkan semangat dan akhirnya mencapai kepuasan kerja tim. Dengan iklim yag sehat akan menjadi jawaban jangkan panjang dan kelangsungan dari timnas sendiri.

Page 5: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

3. Melihat secara sistem, maka dibutuhkan pula adanya perjanjian psikologis dan ekonomis yang itu akan mendukung terciptanya emosional yang mendukung, dan budaya kerjasama yang saling memegang peranan dengan tanggung jawab masing-masing. Dari hal itu akan mendukung kerapian sistem dan masalah satu per satu dapat dilihat siapa yang bertanggung jawab menyelesaikannya dan hal apa yang menjadi penyebabnya.

4. Untuk mampu melakukan tanggung jawab tadi, butuh dorongan utama untuk memotivasi semua komponen yang berperan. Untuk mampu menempatkan motivasi dengan tepat, maka perlu melihat kebutuhan dari semua komponen timnas itu sendiri.

5. Untuk melakukan motivasi salah satunya dapat melalui model harapan, dimana perlu diperhatikan antara valensi, harapan dan instrumentalitas yang ketiganya itu apabila semuanya tinggi maka akan membentuk motivasi. Dalam hal ini dibutuhkan pula pemahaman tentang peran persepsi, karena dari itu akan mudah dalam memberikan motivasi terhadap seluruh komponen timnas. Selanjutnya butuh pula proses atribusi untuk menganalisis apa yang kemudian akan terjadi dimasa depan, dengan melihat apa yang terjadi di maa sekarang, untuk kemudian keadaan buruk ini tidak berkelanjutan sampai esok hari dan harapannya dapat berubah menjadi lebih baik.

6. Selanjutnya setelah dimotivasi, harapannya adalah timbul kepuasan dalam diri timnas. Kepuasan akan timbul manakala mampu menciptakan prestasi yang lebih baik dan berefek pada adanya imbalan ekonomi, sosiologis dan psikologis yang lebih tinggi. Ketika imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasinya maka yang timbul adalah ketidakpuasan. Disinilah peranan reward berpengaruh.

7. Untuk mampu menciptakan kepuasan diatas, dibutuhkan kepemimpinan yang memilki keterampilan teknis, keterampilan memahami manusia dan mampu mengkonsep. Dengan demikian maka permasalahan akan dapat ditangani dengan memperhatikan seluruh aspek yang memberikan pengaruh. Kemudian dibutuhkan pula pemimpin yang mampu bersikap sesuai kebutuhan kondisi organisasi.

8. Tidak hanya pada pemipin, namun juga dibutuhkan partisipasi dari semua komponen timnas seperti pelatih, pemain, pemerintah dan juga suporter. Dengan adanya dukungan keterlibatan mental dan emosional dari seluruh komponen timnas, maka akan mendorong semua komponen itu memberikan kontribusi kepada tujuan timnas dan bersama memikul taggung jawab untuk pencapaian tujuan dan keberlanjutan timnas.

Page 6: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

SOLUSI

Hal diatas mungkin telah sedikit menjawab solusi permasalahannya menurut saya, yaitu melalui pandangan perilaku organisasi. Lebih lanjut, solusi lebih sederhana dari permasalahan yang ada, maka muncul dua pendapat yaitu :

1. Solusi dari permasalahan ini adalah sebaiknya perbaiki dulu dari manajemen keorganisasiannya. Dari pimpinannya, sebaiknya keputusan yang dibuat adalah yang holistic, dan focus pada pemberdayaan internal. Seperti dalam hal penyeleksian pemain, maksimalkan dari local dulu. Pencarian bibit unggul dapat dengan penjaringan sampai pada ke desa-desa yang itu dilakukan langsung oleh pemerintah atau pihak yang berfokus pada hal itu, sehingga standar dapat diterapkan dari awal. Terkait dengan pemain yang sudah ada, lebih dikembangkan lagi dalam hal teknik permainan, sportifitas dan mental kemudian dalam hal rasa nasionalisme, yang itu penting juga dalam hal pencitraan persepakbolaan Indonesia agar tidak lagi ada bentrokan antarpemain ataupun antarpendukung. Sehubungan dengan supporter itu diharapkan ketua masing-masing supporter perlu menumbuhkan solidaritas kepada supporter lain karena hal itu akan memberikan dampak psikologis pada pemainnya dan pada mental persepakbolaan kita.

Motivasi perlu diperhatikan dengan pemberian reward yang memenuhi standar kompetensi. Pembinaan dan segala manajemen perlu direformasi agar keorganisasian timnas lebih rapi dan mudah diselesaikan masalahnya satu persatu karena sudah terlihat dengan jelas indikasinya. Untuk kemudian direformasi untuk masing-masong diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Yang kemudian harapannya mampu tertata rapi dan berjalan lincah diatas organisasi yang rapi.

2. Lakukan evaluasi terlebih dahulu, kemudian berikan perhatian pada elemen yang bermasalah khususnya dalam timnas. Selanjutnya buat hal baik sebagai langkah perbaikan diantaranya dengan pemberian perhatian lebih pada psikoogi, ekonomi, emosional, iklim kerjasama antarelemen perlu ditekankan lagi. Tanggung jawab dari peran masing-masing juga perlu ditingkatkan. Sportifitas perlu diunjung tinggi untuk meningkatkan tatanan sikap dan mental semua elemen. Untuk itu pimpinanlah yang seharusnya berperan membuat konsepan dengan memperhatikan hal teknis dan juga unsur-unsur kemanusiaan, sehingga denga itu diharapkan mampu meningkatkan prestasi timnas yang membawa pada kepuasan tim sendiri dan seluruh elemen yang berpengaruh. Selain itu kontribusi antarelemen juga harus digalakkan untuk mendukung dan membentuk emosi dan sikap mental.

Pada intinya harus ada kesadaran semua elemen untuk berkontribusi positif dan mendukung baik secara ekonomi, psikologi, dan sosial untuk mencapai prestasi yang menjadi tujuan timnas. Bila perlu lakukan reformasi dalam tubuh timnas untuk membuka simpul-simpul yang membuat rumit permasalahan.

Nama : NENA ANDHINI S.

Page 7: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

NIM : F1B008086

Kuis 3 Perilaku Organisasi

Berdasarkan pandangan Perilaku Organisasi, permasalahan dalam dunia persepakbolaan yang

terkait dengan peningkatan prestasi sangatlah wajar dan hampir terjadi di seluruh negara di dunia,

namun dalam kasus ini yang menjadi sorotan adalah sepakbola Indonesia. Pada dasarnya

persepakbolaan dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang mana merupakan suatu system social

yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama. Dimana system social berarti suatu organisasi diatur

oleh hokum social dan psikologis, sedangkan kepentingan bersama berarti organisasi memerlukan

orang-orang dan orang-orang/masyarakat memerlukan organisasi.

Dalam permasalahan ini yang perlu diperhatikan yaitu kepentingan bersama organisasi

sepakbola Indonesia yang memang memerlukan orang-orang, namun masyarakat tidak memerlukan

organisasi. Magsudnya, masyarakat menganggap organisasi hanya sebagai alat untuk mencapai

kepentingan mereka, bukan sebagai kawan dalam mencapai kepentingan. Masyarakat tidak

memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh organisasi dalam melakukan setiap perilaku dan aktivitas.

Bentuk perhatian itu dapat diwujudkan dengan nilai, aturan, kebijakan dan struktur yang mengatur

organisasi serta apa yang ada dan terkait dengan kinerja dari organisasi.

Dalam kasus ini, masyarakat Indonesia ( masyarakat umum/supporter, pemain, dan tim

pelaksana yang bekerja dalam organisasi itu sendiri tidak terkecuali pelatih ) tidak memperhatikan hal-

hal yang mempengaruhi dan mampu meningkatkan prestasi sepakbola, mereka hanya menginginkan

hasil tanpa memperhatikan proses. Selain itu berdasarkan teori kepuasan kerja dan prestasi

dikemukakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi prestasi, dimana semakin tinggi prestasi yang diraih

maka akna semakin tinggi tingkat kepuasan kerja anggota organisasi, namun dengan pernyataan

tersebut pula dapat disimpulkan karena kepuasan kerja tinggi akan prestasi tinggi yang diraih, maka

orang-orang akan menglami penurunan motivasi kerja karena kebutuhan yang diinginkan yaitu

kepuasan kerja merasa telah terpenuhi, sehingga tidak ada lagi usaha yanng lebih kerasa lagi untuk

mencapai prestasi yang lebih tinggi.

Solusi alternative yang mungkin dilakukan menurut cara pandang Perilaku Organisasi dalam hal

penyusunan program kerja guna peningkatan prestasi Tim Nasional mungkin dapat dilakukan dengan

Page 8: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

membentuk tim kerja yang terdiri dari sekelompok orang yang melaksanakan tugas operasional dan

berusaha mengembangkan suasana kerja sama. Hal itu bertujuan agar dalam penyusunan program

untuk peningkatan prestasi benar-benar dilakukan secara terstruktur. Setiap aktivitas tim kerja juga

harus di dukung oleh lingkungan yang suportif terhadap kinerja mereka. Tindakan yang suportif dapat

dimulai dari pimpinan tim kerja yang mampu menciptakan lingkungan yang suportif, seperti halnya rasa

saling percaya akan kemampuan masing-masing anggota organisasi sepakbola, mulai dari pelaih,

pemain, hingga supporter. Selain di dukung oleh lingkungan yang suportif juga harus terdapat kejelasan

peran dan tujuan tinggi yang nantinya akan dicapai organisasi.

Selain membentuk tim kerja, pemberian imbalan atau bonus dapat dijadikan sebagai motivasi

yang akan menjadi harapan sebagai puncak kepuasan kerja. Motivasi tersebut juga dimaksudkan agar

pemain dan pelatih dapat meningkatkan kualitas mereka dalam berkompetisi, dengan meningkatnya

kualitas maka akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi pada bidang yang di maksud.

Nama: Astri Astuti

NIM : F1B008008

KUIS 3

Menurut saya, Perilaku Organisasi memandang permasalahan dalam persepakbolaan

Indonesia dikarenakan adanya kepuasan kerja yang rendah, salah satunya adalah sering terjadi

pergantian pemain. Hal itu mungkin pula bagian dari keluhan, rendahnya prestasi, penerimaan,

masalah disipliner, dll. Rendahnya kepuasan kerja ini dapat memberikan hasil-hasil yang tidak

sesuai harapan, seperti pada organisasi sepak bola tersebut antara lain timbulnya pembinanaan

yang kurang tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah, dll.

Terdapat hubungan yang terus menerus antara prestasi-kepuasan upaya. Hal ini berjalan

dengan urutan prestasi yang lebih tinggi menimbulkan imbalan ekonomi, psikologis, dan

sosiologis yang tinggi. Bila imbalan itu dirasa pantas dan adil akan memunculkan kepuasan yang

besar, kemudian menimbulkan keikatan yang lebih besar dan mempengaruhi upaya untuk

mencapai prestasi.

Page 9: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, solusi alternative selain adanya naturalisasi adalah

dengan meningkatkan kepuasan kerja bagi seluruh anggota organisasi dengan memberikan

imbalan ekonomi, sosiologis, psikologis yang adil dan pantas serta sesuai dengan apa yang

dikontribusikan anggota pada organisasi. Bisa juga diberikan insentif bagi anggota organisasi

yang mencapai target, contonhnya ada bonus bagi pelatih dan pemain sepak bola jika berhasil

memenangkan atau menjuarai suatu pertandingan. Hal ini sesuai dengan model harapan bahwa

uang menjadi motivator, dimana jika meginginkan lebih maka harus berupaya dan berprestasi

yang lebih baik. Selain itu harus berusaha menciptakan manajemen dan tim yang solid dengan

menciptakan lingkungan yang sportif guna membantu pengambilan langkah untuk membina

kerja tim, masing-masing anggota organisasi sepak bola juga harus mengetahui perannya dengan

jelas agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kemudian pemimpin juga harus

mampu mengelola waktu, perilaku, dan sumber daya-sunber daya lain dengan efektif dan efisien,

ia juga berusaha menjaga anggota tim untuk tetap berorientasi pada tugas mereka secara

menyeluruh.

Dengan demikian diharapkan dunia persepakbolaan Indonesia dapat mengatasi masalah-

masalah yang timbul serta terdorong untuk dapat meningkatkan prestasi dengan motivasi,

langkah-langkah, dan tindakan-tindakan yang diungkapkan tersebut.

KUIS PO 3

Nama : Endah Ratnasari

NIM : F1B008002

Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim, banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya kan dijawab

Page 10: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana solusi alaternatif menurut cara pandang PO.

Jawaban :

Semua orang dalam organisasi berurusan dengang upaya meningkatkan perilaku organisasi. Dalam permasalahan ini, upaya peningkatan prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi yaitu dengan merekrut kembali pemain sepak bola yang berasal dari Indonesia yang tadinya telah bergabung dengan tim dari luar negeri. Seperti yang terjadi oleh salah satu pesepak bola berdarah Indonesia yang tergabung dalam Tim Nasional dari Jerman dan Belanda. Mereka harus kembali ke Tanah Air untuk bergabung bersama dengan Tim Nasional, dengan begitu pula mau tidak mau mereka harus menjadi Warga Negara Indonesia. Namun, dengan tergabungnya mereka ke dalam Tim Nasional apakah kebutuhan mereka dapat terpenuhi seperti waktu mereka tergabung dalam Tim Nasional dari luar negeri ?. Dalam hal ini, cara pandang PO untuk menyikapinya adalah dengan memperbaiki kinerja organisasi itu sendiri. Pimpinan harus mampu memberikan timbal balik yang sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan oleh para pemain, dengan begitu mereka juga semakin bersemangat untuk mengharumkan nama Indonesia. Jangan sampai jasa yang telah mereka berikan sama sekali tidak dianggap atau bahkan dilupakan. Selain itu kerjasama dalam satu tim harus dijaga kekompakanya, iklim yang kondusif juga dapat memotivasi orang-orang dalam satu tim untuk bekerja lebih efektif lagi. Orang-orang akan lebih puas dalam melaksanakan pekerjaan mereka apabila terwujud kerja sama dan kerja tim disertai dengan adanya reward. Sedangkan permasalahan yang begitu kompleks mengenai supporter sepak bola yang semakin hari semakin anarkis. Memang hal ini terjadi diluar dugaan yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, namun hal ini dapat diminimalisasikan dengan memberikan arahan kepada para supoter dan juga memberikan wewenang kepada masing-masing kordinator dari tiap supporter untuk bertanggungjawab penuh atas kejadian-kejadian yang terjadi. Dengan begitu, apabila hal yang tidak diinginkan terjadi pihak yang berwenang akan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai oknum yang menjadi otak permasalahan yang sering dialami oleh supporter sepak bola di Indonesia.

KUIS 3 Perilaku Organisasi

Nama : Yuliana Dwi Wahyuni

NIM : F1B008050

Page 11: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Perilaku Organisasi memandang permasalahan yang ada tentang organisasi persepakbolaan di

Indonesia yakni adanya ketidakpuasan kerja yang dialami oleh pemain tim sepakbola di Indonesia dan

belum tercapainya suatu tim kerja yang solid.

Prestasi yang baik akan menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis, dan psikologis yang lebih

tinggi. Apabila imbalan itu dipandang pantas dan adil, maka timbul kepuasan yang lebih besar karena

pemain merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Ini terlihat pada

pemain sepakbola Indonesia yang menurut mereka, imbalan dengan usaha yang mereka berikan tidak

sesuai maka akhirnya timbullah ketidakpuasan kerja yang cenderung akan mempengaruhi tingkatan

prestasi yang diperoleh oleh pemain. Selain ketidakpuasan kerja persoalan ini menyangkut bagaimana

organisasi persepakbolaan memaksimalkan masalah tim kerja dalam timnya. Tim kerja yang solid dalam

suatu organisasi sangat berperan penting dalam menimbulkan keefektifan suatu kegiatan kerja tim

dalam mencapai tujuan.

Solusi alternatif menurut perilaku organisasi yakni mengubah ketidakpuasan kerja pemain tim

sepak bola Indonesia menjadi adanya kepuasan kerja dalam diri setiap pemain. Hal yang perlu dilakukan

untuk mewujudkannya dengan adanya imbalan atau reward yang maksimal atas apa yang telah pemain

usahakan untuk timnya. Secara otomatis prestasi merekapun akan meningkat seiring kepuasan kerja

yang mereka rasakan. Untuk peningkatan keefektifan keorganisasian Sepakbola di Indonesia perlu

adanya tim kerja yang solid. Adanya lingkungan yang suportif dalam tim, kejelasan peran masing-masing

pemain dalam tim tersebut, tetap berorientasi pada tugas sehingga tujuan atau prestasi yang diraih tim

sepakbola dapat tercapai, serta adanya kepemimpinan yang sesuai oleh pelatih yang mampu memimpin

tim sepakbola Indonesia. Pembinaan yang tepat yang dilakukan oleh pelatih, pelatih memberikan

dorongan psikologis kepada setiap pemain agar mental pemain kuat dalam menghadapi setiap

pertandingan, pola kepemimpinan yang efektif yang diterapkan oleh pelatih, serta pengelolaan

manajemen tim yang baik yang didukung oleh seluruh stakeholder dalam tim. Semua hal tersebut

diharapkan dapat menjadi suatu cara dalam peningkatan prestasi tim Sepakbola Nasional kita.

KUIS PERILAKU ORGANISASI 3

NAMA : Septina Cahyaninggar

NIM : F1B008090

Page 12: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Berbagai masalah yang dihadapi oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga pasti tidak jauh-jauh

dengan permasalahan timnas persepakbolaan di Indonesia. Berbagai cara telah dilakukan untuk dapat

menyelasaikan masalah persepakbolaan ini, salah satunya dengan naturalisasi, namun dengan adanya

naturalisasi yang diharapkan dapat menjadi penyelesaian terhadap masalah tersebut justru

menimbulkan berbagai masalah yang baru.

Sebagai sebuah timnas, ada berbagai hal yang dapat mereka lakukan untuk menyelesaikan

masal tersebut, antara lain dngan cara mengembangkan suasana kerjasama yang disebut tim kerja.

Untuk menjadi tim kerja yang efektif maka perlu didukung denga lingkungan yang suportif, yaitu

lingkungan yang mendukung untuk menimbulkan iklim kompetisi yang baik. Hal ini dapat dicontohkan

dengan para pendukung (supporter) yang seharusnya dapat menerima kekalahan apabila tim sepak bola

yang didukung oleh mereka kalah, bukannya justru melakukan tindakan-tindakan yang anarkis. Di dalam

suatu organisasi juga diperlukan adanya kejelasan peran. Dengan adanya kejelasan peran maka dalam

suatu tim dapat mengetahui perannya masing-masing dan mengetahui peran anggota lain sehingga

dapat memudahkan anggota organisasio dalam bekerjasama, karena apabila salah satu anggota tim

tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik maka hal tersebut akan berakibat pada hasil kinerja

anggota yang lain.

Hal yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan prestasi dari timnas sepakbola

Indonesiayaitu dengan meningkatkan kepuasan kerja dari para pemainnya. Salah saru cara yang dapat

dilakukan yaitu dengan cara memberikan reward yang cukup tinggi bagi para pemain yang berhasil

mencetak gold an sebagainya. Dengan memberikan reward yang tinggi maka para pemain dapat

termotivasi untuk mempu bekerja lebih baik untuk tim sepak bolanya. Dengan mampu meningkatkan

prestasi maka dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi para pemainnya.

Nama : Raras Dwi Anggraeni

NIM : F1B008049

Makul : Perilaku Organisasi

KUIS 3 PO

Page 13: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Pertanyaan :

Bagaimana PO memandang permasalahan Timnas dan bagaimana solusi alternatif menurut cara

pandang PO ?

Jawaban :

Naturalisasi memang saat ini dianggap solusi yang paling tepat untuk meningkatkan prestasi

sepakbola Indonesia sehingga ketertinggalan selama ini bisa dikejar dengan cepat dan tepat.

Menurut Andi Malarangeng, dengan merekrut pemain luar negeri yang berketurunan Indonesia

dan mempunyai prestasi merupakan salah satu cara untuk membuat suatu tim yang dapat

meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia. Akan tetapi, naturalisasi hanya untuk pemain yang

mempunyai keturunan Indonesia. Andi menganggap naturalisasi di dunia olahraga sebagai

fenomena yang biasa karena sering dilakukan banyak negara. Para pemain sepakbola naturalisasi

yang berkeinginan bermain di Indonesia harus menjalani uji kelayaka dan kepatutan. Baik yang

bersifat fit dan proper test maupun masalah administrasi. Tidak mudah bagi mereka untuk benar-

benar bisa masuk ke dalam persepakbolaan Indonesia, mengingat naturalisasi telah diatur oleh

badan sepakbola dunia (FIFA), sementara pemerintah juga memiliki aturan tersendiri sesuai UU

No. 20 Tahun 2006. Dalam UU No. 20 Tahun 2006 ini tercantum bahwa kewarganegaraan

seseorang dapat diperoleh dengan proses pewarganegaraan. Sementara menurut FIFA, seseorang

bisa dinyatakan naturalisasi apabila didukung promoter atas sponsor di negaranya dan memiliki

dua paspor. Selain itu menurut FIFA, apabila seseorang sudah 5 tahun berturut-turut berada di

negara lain/10 tahun tidak berturut-turut berada di negara itu, maka dia bisa menjadi warga

negara setempat. Bilamana pemain menyatakan menjadi warga negara Indonesia, maka jika

ingin kembali ke negara asalnya, maka harus mematuhi peraturan di negara tersebut. Dengan

adanya program naturalisasi ini diharapkan timnas akan dihuni oleh pemain terbaik. Namun

naturalisasi ini di atas seharusnya juga harus didukung oleh pembinaan yang tepat,

keorganisasian yang baik, mental yang kuat dan reward yang besar. Pembinaan yang tepat dapat

terlaksana dengan adanya pelatih yang professional. Pelatih disini harus mempunyai standar

untuk pemain internasional jadi Indonesia tidak membuang-buang uang untuk menggaji pelatih

yang tidak professional. Keorganisasian yang baik juga dapat terwujud apabila dalam pemilihan

staf-staf yang bekerja dalam organisasi tersebut benar-benar mendukung timnas sepenuhnya dari

segi manapun. Staf yang tidak produktif bisa diganti dengan staf yang baru yang lebih

Page 14: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

professional lagi dan produktif. Mental yang kuat sebenarnya muncul dari pemain sendiri apabila

mereka menganggap mereka mempunyai prestasi. Apabila mereka tidak mempunyai prestasi

yang cukup dibanggakan, bagaimana mungkin mereka mempunyai mental yang kuat. Dengan

pemberian reward yang besar sebenarnya dapat memotivasi para pemain timnas untuk lebih

berprestasi lagi. Pemerintah seharusnya lebih memberi perhatian terhadap hal ini. Sebenarnya

masalah ini tidak hanya di dunia sepakbola saja, tetapi juga untuk atlet lainnya. Faktanya saja

sekarang para atlet yang sudah pension sudah tidak diberi gaji lagi untuk memenuhi

kebutuhannya sehingga banyak mantan atlet yang hidupnya terlunta-lunta karena tidak memiliki

biaya lagi untuk hidupnya. Hal ini kontras sekali dengan keadaan para atlet/mantan atlet yang

ada di luar negeri. Mereka diberi reward yang sangat besar apalagi apabila mereka bisa

menjuarai suatu pertandingan. Selain itu juga, tidak sportifnya para suporter. Sebenarnya sportif

harus diciptakan terlebih dahulu oleh para pemain timnas. Sekarang apabila para suporter harus

sportif, tetapi para pemainnya tidak sportif sama saja bohong. Karena para suporter disini meniru

sikap/perilaku dari para pemain timnas itu sendiri. Para pemain juga harus bisa belajar

menghargai keputusan dari wasit dan wasit pun juga harus bisa profesional (adil) dalam

melaksanakan tugasnya. Jadi, solusinya tidak hanya naturalisasi saja, tetapi juga dari unsur-unsur

lainnya yang mendukung persepakbolaan Indonesia.

NAMA : ANNISA FAHMI

NIM : F1B008003

KOMENTAR KUIS 3

NATURALISASI SEPAK BOLA INDONESIA

Perilaku organisasi merupakan penerapan pengetahuan bagaimana orang-orang berfikir di

dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia. Perilaku

organisasi dapat diterapkan di semua jenis organisasi, seperti bisnis, pemerintah, sekolah, dan

organisasi jasa. Apa pun organisasi itu, ada kebutuhan untuk memahami perilaku organisasi.

Termasuk organisasi sepak bola Indonesia.

Page 15: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Naturalisasi atau pindah kewarganegaraan telah menjadi pokok bahasan penting di sepak

bola Indonesia sekarang ini. Namun di lain pihak, naturalisasi banyak menimbulkan pro dan

kontra terutaman dari anggota PSSI itu sendiri. Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, menegaskan,

proses naturalisasi pemain untuk memperkuat Timnas Indonesia bukanlah kebijakan utama. Dia

berkeras, PSSI akan tetap mengutamakan pembinaan usia muda di tanah air. Belakangan ini,

PSSI memang tengah gencar mendekati para pemain asing keturunan Indonesia untuk disertakan

dalam skuad Merah Putih. Kendati wacana ini ditanggapi antusias sebagian masyarakat, tidak

sedikit pula yang menentang karena menganggap PSSI hanya mencari jalan pintas dalam

mendongkrak prestasi. Memang Naturalisasi akan menimbulkan pro dan kontra tetapi demi

harapan kelak Timnas Indonesia akan berprestasi di tingkat Asia, bahkan dunia.  Gagasan ini

patut dioba oleh PSSI agar kualitas Timnas kita akan kembali dikenal sebagai Macan Asia.

Adanya hal ini menurut saya ada hubungan nya dengan pendekatan dasar sumber daya

manusia. Pendekatan sumber daya manusia berhubungan dengan perkembangan. Pendekankan

ini menekankan perhatian pada perumbuhan dan perkembangan orang-orang untuk mencapai

tingkat kemampuan, kreativitas, dan pemenuhan yang lebih tinggi, karena orang-orang adalah

sumber daya yang paling penting dalam organisasi mana pun. Termasuk dalam organisasi sepak

bola.

NAMA :ANISA PRAMITASARINIM : F1B008036

Maaf pak, dari kuis 1 sampai 3 saya ngirim kuisnya lewat email. masalahnya kalo lewat blog suka susah masuknya.

Menurut pendapat saya, sepertinya program naturalisasi mendapat pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya bagi mereka pecinta sepakbola. Sebagian orang memandang bahwa naturalisasi mampu meningkatkan kualitas tim nas indonesia, sebagian orang lagi berpandangan bahwa naturalisasi hanya sebuah cara instan untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Yang seharusnya hal itu tidak harus diterapkan selama indonesia di hari-hari sebelumnya gencar melaksanakan pembinaan para pemain muda sejak dini dan pembinaan mental para pemain kita dengan disertai pelatih yang capable dan profesional serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Seperti lapangan sepakbola, gym, dll.  Hal-hal seperti itu merupakan solusi yang sekiranya mampu menjawab masalah pembinaan yang tidak tepat selama ini.dan untuk masalah minimnya reward atau penghargaan mungkin sebelumnya dapat didahului dengan peningkatan anggaran negara untuk pemain dan pelatih tim nas kita, yang sekiranya mampu memotivasi mereka dan menanamkan perhatian pemerintah.Seharusnya naturalisasi dapat diterapkan ketika segala bentuk permasalahan yang ada dalam tim persepakbolaan indonesia dapat dibenahi dan dapat terselesaikan terlebih dahulu. Dalam hal ini PO berpandangan bahwa naturalisasi merupakan sebuah motivasi kerja bagi para pemain nasional kita pada khususnya yang akan berdampak pada kepuasan kerja. Motivasi dan kepuasan kerja sangat berkaitan dengan

Page 16: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

prestasi yang selama ini kita harapkan. Namun prestasi tersebut juga harus didukung dengan adanya tim kerja yang efektif, diantaranya adalah :

-       Lingkungan yang suportif : diharapkan pemimpin (ketua PSSI) mampu menciptakan lingkungan yang suportif baginya. Contohnya pemimpin harus mampu membuat para pemain tim nas terhindar dari masalah pribadi ataupun masalah kelompok. Baik antar pemain maupun antara pemain dengan tim managemennya.-       Kejelasan peran : setiap pemain diharapkan cakap dalam menjalankan tugasnya (profesional) berdasarkan pada pembagian tugas yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh : SERGIO VAN DIJCK, pemain asal belanda yang telah ditugaskan sebagai streaker dalam tim nas indonesia, harus menjalankan perannya hanya sebagai penyerang dan tidak lebih dari itu.-       Tujuan tinggi : ini merupakan tugas manager supaya para pemain dan tim managemen tetap berorientasi pada tugas mereka. Yang ditetankan adalah hasil kinrerja tiap orang dapat mencapai prestasi yang maksimal.-       Kepemimpinan yang sesuai :  adanya pola kepemimpinan yang sesuai, akan serta merta mampu meningkatkan prestasi tim nas kita. Contah : ketika nurdin halid menjabat sebagai ketua PSSI saya rasa itu bukanlah kebijakan yang tepat, karena beliau pernah terjerat kasus korupsi dana bulog dan statusnya pada saat itu adalah seorang narapidana. Bagaimana mungkin seorang narapidana mampu memimpin sebuat tim besar dengan skala nasional???. Sepertinya hal itu juga perlu menjadi perhatian bagi kita supaya pemerintah mampu melihat lebih jernih dalam mengambil segala bentuk kebijakan untuk kedepannya.

 

Nama: Bettriwani saragih

NIM : F1B008007

Kuis PO 3

Saat ini kementrian olahraga sedang berencana membuat kebijakan naturalisasi untuk pemain Timnas, tapi kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra, dan jelas ini tidak akan menjawab semua permasalahan yang terjadi pada persepakbolaan Indonesia. Bahkan tanpa disadari sebenarnya kebijakan naturalisasi ini dapat memperburuk sepak bola tanah air. Jadi untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia bukan naturalisasi solusinya, malah jika naturalisasi menjadi prioritas dari PSSI niscaya ini akan menjadi lubang besar yang dapat memperburuk atau memperparah kondisi sepakbola tanah air, sebab naturalisasi yang dilakukan dengan memasukkan pemain asing keturunan Indonesia pasti akan membuat pemain-pemain lokal yang telah dibina dan bertarung dikompetisi akan terbuang sia-sia. Naturalisasi itu adalah halal untuk dilakukan tapi bukan solusi yang dapat dijadikan sebagai sandaran meretas kebuntuan prestasi sepak bola Indonesia.

Solusi alternatif dilihat dari cara pandang Po yaitu dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan atau pembinaan pemain muda berbakat serta pengelolaan kompetisi domestik yang profesional dan berkualitas, dimana pelatihan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan para pemain. Di Indonesia sebenarnya kedua konsep ini merupakan konsep yang sangat asing karena belum pernah dilakukan seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. Di Indonesia saat ini hanya ada klub-klub dan sekolah sepak bola yang serius melakukan pembinaan tapi itu pun kurang mendapat dukungan dari PSSI. Dan yang paling penting lagi di Indonesia

Page 17: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

kurang adanya pengakuan terhadap pemain-pemain sepak bola Indonesia, dimana pemain-pemain sepakbola Indonesia selalu dianggap tidak bisa, jadi pengakuan ini sangat penting karena ini jelas juga akan berpengaruh pada mental dan psikologis para pemain, adanya pengakuan jelas akan menambah semangat para pemain sepak bola untuk meraih suatu prestasi, dimana pengakuan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan insentif atau tunjangan yang lebih untuk para pemain sepak bola kita, dimana saat ini imbalan adalah segalanya, hampir semua orang didunia ini semakin besar imbalan yang diberikan pasti semakin termotivasi untuk meraih suatu prestasi, dan jelas ini akan menjadi kepuasan tersendiri terhadappara pemain sepakbola Indonesia. Tapi saat ini yang terjadi pada pemain sepakbola Indonesia masih kurang termotivasi, karena minimnya reward yang diberikan atau kurang adanya penghargaan juga terhadap pemain sepakbola kita.

Solusi lain dari permasalahan tersebut bisa juga dilihat dari pemimpinnya, dimana peran pemimpin sangat krusial sekali dalam sebuah organisasi, jadi pemimpin yang diharapkan dalam organisasi sepakbola ini harus pemimpin yang benar-benar mempunyai komitmen serta pemimpin yang mengerti akan kebutuhan setiap anggotannya, dan memahami anggota satu dengan yang lainnya atau pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis. Untuk masalah memperbaiki organisasi yang amburadul dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sifat-sifat dan mental para manusianya atau mengubah pola pikir (mindset) orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut karena kalau merubah sistem itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Dan menerapkan “miskin stuktur kaya fungsi”

Masalah suporter sepakbola saat ini memang bisa dikatakan sangat memprihatinkan karena mereka bisanya hanya “jago kandang” maka untuk menghindari suporter yang kurang sehat dapat dilakukan dengan cara melakukan penjagaan yang lebih ketat, karena ini jelas akan berpengaruh pada pemain sepakbola kita.

Dan semua permasalahan itu dapat terselesaikan jika memang orang-orangnya mau berubah, jadi semua itu tergantung pada individunya sendiri.

From: Nur Amanah <[email protected]>    Add to Contacts

To: [email protected]

Melihat permasalahan persepakbolaan di Indonesia boleh dikatakan cukup rumit dan kompleks. Hal ini tidak terlepas dari timnas yang ada masih belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dilihat dari organisasi maupun pada manajemen. Apalagi sekarang tersiar kabar bahwa akan adanya program naturalisasi pada tubuh PSSI, dimana program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas persepakbolaan yang dilihat dari segi pemainnya.Tetapi apabila kita menganalisis lebih cermat mengenai program naturalisas ini, seharusnya kebijakan ini harus

Page 18: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

melihat dari berbagai aspek apabila ingin melakukan naturalisasi dengan menggunakan pemain dari luar yang katanya masih keturunan indonesia apakah hal tersebut dapat diwujudkan dengan prestasi persepakbolaan kita akan naik ?belum tentu!. Kenapa tidak memakai orang asli indonesia saja?. Apakah PSSI tidak merasa puas dengan performance mereka?. Ini yang seharusnya diperhatikan oleh segenap pejabat maupun pihak -pihak terkait yang membuat program naturalisasi, program ini membuktikan bahwa pemain yang berasal dari asli indonesia tidak membawa kemajuan pada tubuh PPSI, berarti PSSI telah gagal membina atlet-atlet sebelumnya dengan ditunjukkan seringkali terjadi pergantian pemain, berarti kepuasaan kerja atlet tidak diperhatikan yang bisa dilihat dari reward dan jaminan masa depan sebab kepuasaan kerja adalah bagian kepuasaan hidup dan sifat lingkungan seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan, oleh karena itu, pekerjaan merupakan bagian penting kehidupan dan kepuasaan kerja mempengaruhi kepuasaan hidup. dan kepuasaan kerja apabila sudah tercapai maka prestasi akan mengikuti dimana tidak lepas dari motivasi dengan imbalan ekonomik dan kenyamanan kerja. jika dikaitan kepuasan kerja dengan prestasi sangat jelas terlihat hubungannya, yang mana prestasi yang lebig baik secara khas menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis dan psikologis karena imbalan itu dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasaan yang lebih besar karena pemain atau atlet merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasi. Sebaliknya, apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasi cenderung timbuk ketidakpuasaan sehingga tingkat kepuasaan seseorang dapat menimbulkan keikatan lebih besar atau dapat pula menimbulkan keikatan lebih kecil yang kemudian mempengaruhi upaya dan akhirnya pada prestasi. Oleh karena itu, kebijakan ini yaitu program naturalisai sebaiknya ditinjau dan dievaluasi kembali memang dalam sebuah program ada sisi baik dan buruknya tetapi sebisa mungkin kita dapat meminimalisir dampak yang buruk pada persepakbolaan Indonesia. selain itu, tidak salahnya toh apabila kita tetap menggunakan pemain asli Indonesia apabila kita dapat memotivasi mereka dengan imbalan yang sesuai dan jaminan hidup ke depannya daripada kita harus membuang-buang uang demi pemain luar apa salahnya atlet kita digali kembali potensi mereka yang terpendam dan hal itu tidak kalah dengan kemampuan yang dimiliki oleh pemain luar. Dan diharapkan secara tidak langsung persepakbolaan Indonesia akan mengalami kemajuan yang cukup berarti di mata dunia.

Nama   : Maya Sri Rahayu

NIM    : F1B008004

 

KUIS PO 3

 

Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim

Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang

permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap

hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan

Page 19: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit

untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan

yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,

banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang

terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya

kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana

solusi alaternatif menurut cara pandang PO.

 

Jawaban Kuis Perilaku Organisasi (PO) 3

 

Menurut saya, tidak ada salahnya rencana naturalisasi ini dilakukan. Pemain keturunan

memang dinilai memiliki skill yang baik karena mereka ditempa di kompetisi yang elit dan

professional. Dan mungkin dengan pemain-pemain tersebut bisa membawa prestasi yang lebih

baik bagi Timnas. Namun untuk kondisi sekarang,  naturalisasi belum cukup efektif  untuk

dijadikan jalan keluar dari permasalahan minimnya prestasi sepak bola Tim Nasional Indonesia.

Itu hanya cara instan saja kalau menurut saya. Toh masih banyak pesepakbola asli dalam negeri

dengan bakat dan skill yang tidak kalah bagus jika olah secara tepat dan dengan manajemen

PSSI yang professional. Tidak sulit mencari pemain yang berkempuan mumpuni, apalagi

mengingat negara kita sebagai negara dengan jumlah penduduk banyak.  Intinya disini adalah

tinggal membenahi manajemen PSSI-nya dengan berbagai program dan rencana yang harus

matang.

Solusi pertama yang dapat dilakukan adalah pembinaan pemain muda dengan mendirikan

camp pelatihan untuk pemain berdasarkan semua jenis umur yang dikelola oleh setiap provinsi

atau kota yang dibawahi langsung oleh Kementrian Pemuda dan olahraga. Dan pemberian

beasiswa bagi pemain yang berpotensi dan diberi kesempatan untuk bermain di liga professional.

Dengan cara seperti itu, pemain-pemain muda jadi lebih berprestasi dan rekruitmen pemain-

pemain muda yang berkualitas jadi lebih mudah. Lalu membenahi motivasi pemain dan pelatih

dengan memperbanyak reward dan memperhatikan berbagai kebutuhan mereka. Baik itu dengan

memenuhi kebutuhan financial maupun pemberian reward atas prestasi dan kontribusi mereka

terhadap Timnas. Motivasi dengan hal tersebut dinilai efektif selama ini. Karena dengan cara itu

pemain merasa lebih dihargai atas usaha dan kontribusi mereka, sehingga mereka akan terus

Page 20: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

berprestasi dan berusaha keras dengan segala skill dan kemampuan yang mereka punya demi

mencapai tujuan yaitu menciptakan persepakbolaan Indonesia yang kaya akan prestasi.

Kemudian dengan melaksanakan program

Muhlisoh

F1B008067

PO Kuis 3

PO memandang masalah program peningkatan prestasi tim nasional melalui naturalisasi menurut saya

dapat dilihat dari pendekastan system dan pendekatan sumber daya manusia. Kalau dilihat dari

pendekatan sumber daya manusia, program tersebut sebenarnya bagus karena melihat sumber daya

manusia di cabang sepak bola ini masih sangat kurang kualitasnya. Tidak hanya pada pemainnya namun

juga pada pelatih dan pengelolanya. Sehingga tidak bias berjalan sinergis satu sama lain yang

mengakibatkan prestasinya pun belum bias bersaing dengan Negara-negara lain terutama eropa.

Melihat hal tersebut, menurut saya naturalisasi merupakan salah program yang bagus untuk

meningkatkan prestasi tim nasional. Toh pemain yang dinaturalisasi akan benar-benar memperjuangkan

nasib bangsa Indonesia demi pencapaian prestasi yang gemilang. Saatnya dunia persepak bolaan

Indonesia bangkit bersaing dengan Negara-negara lain. Kalau dilihat dari pendekatan system, PO

memandang naturalisasi sebenarnya tidak harus dilakukan, hal tersebut dikarenakan system yang ada

dari pengelolanya sendiri serta pelatihnya, pokoknya semua system sudah saling terpengaruh satu sama

lain yang menyebabkan timnas masih sangat kendor prestasinya. Jadi yang perlu diperbaiki adalah

sistemnya mulai dari pemain, pelatih, pengelola sehingga semuanya bias sinergis untuk meraih prestasi

di dunia.

Solusi alternative menurut cara pandang PO yaitu dengan pendekatan system dimana semua sub system

yang mendukung peningkatan prestasi harus diperbaiki. Mulai dari memperbaiki system pembinaan,

harus adanya pembenahan dalam pembinaan yaitu dengan pembinaan dari dini. Mulai merintis pemain-

pemain cilik yang benar-benar di bina dengan baik. Kemudian mengganti pelatih-pelatih yang kurang

Page 21: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

berkualitas, cari pelatih-pelatih yang benar-benar bisa mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk

melatih para pemain. Selain pembinaan dan pelatih hal penting lainnya adalah meningkatkan insentif

bagi pemain yang dapat memberikan motivasi yang lebih besar untuk pencapaian prestasi para pemain.

Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan memilih ketua yang benar-benar capable di bidang itu

karena sangat berpengaruh terhadap setiap kebijakan dan tindakannya. Kalau semua hal tersebut sudah

dibenahai, system yang ada pun akan lebih sehat sehingga dapat meningkatkan prestasi timnas.

Nama : Septiandita Arya Muqovvah

NIM : F1B008051

Jawab:

Melihat permasalahan yang persepakbolaan yang rumit itu, menurut saya

naturalisasi belum cukup menjadi solusi yang tepat. Masalah dalam

persepakbolaan tidak hanya eksternal saja yang yang mempengaruhi motivasi

pemain. Masalah internal juga pernah terjadi dalam persepakbolaan Indonesia.

Misalnya para pemain yang mogok bermain karena terlambat diberi imbalan juga

karena ada hubungan yang tidak harmonis dengan pelatihnya, mungkin karena

berbeda pendapat dalam hal strategi dan hal lain. Maka dari itu menurut

pandangan PO, dalam tim sepakbola harus ada perjanjian psikologis dan ekonomi.

Perjanjian psikologis menetapkan syarat keterlibatan psikologis masing-masing

pemain dalam sistem. Sehingga pemain setuhu untuk mencurahkan tenaga dan

loyalitasnya dalam tim sepakbola, namun sebaliknya menuntut lebih dari sekedar

imbalan ekonomi dan sistem. Disini pemain sepakbola berusaha memeperoleh

jaminan serta perlunya pengakuan atau dianggap yang seharusnya bisa

dimengerti, selain itu hubungan baik dengan orang-orang dalam tim sepakbola

Page 22: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

harus ditingkatkan. Jadi perjanjian psikologis dan ekonomi bisa dipertimbangkan

dalam hal permasalahan internal tim sepakbola.

Beberapa waktu yang lalu PSSI melalui sekjennya Nugraha Besoes menggulirkan rencana

naturalisasi untuk memperkuat skuad merah putih. Naturalisasi adalah pemberian hak

kewarganegaraan kepada seseorang. Hal ini terkait dengan rencana jangka pendek PSSI untuk

menaikkan prestasi timnas di beberapa ajang internasional beberapa waktu dekat ini yaitu AFF

dan Sea Games. PSSI telah menetapkan tiga pemain asing berdarah Indonesia yang siap

dinaturalisasikan untuk memperkuat timnas yaitu Irfan Bachdim (Belanda/21), Kim Jeffrey

Kurniawan (Jerman/20), serta Alessandro Trabucco (Italia/16). Kebijakan ini pun mendapatkan

respon yang berbeda di mata masyarakat, ada yang pro dan kontra terhadap kebijakan PSSI ini.

Menurut saya, kebijakan yang diambil PSSI tidak terlalu bermasalah, karena naturalisasi

adalah hal yang wajar dan telah ada regulasinya yang di berlakukan oleh FIFA. Sebelumnya kita

perlu melakukan refleksi terlebih dahulu akan kebijakan naturalisasi. Tim Panser Jerman pernah

melakukan naturalisasi terhadap para pemainnya yaitu Miroslave Klose dan Lucas Podolski

untuk memperkuat tim itu. Dalam bidang olah raga Bulu tangkis, tentunya kita ingat nama besar

Ivana Lie dan Susi Susanti, keduanya pun merupakan hasil proses naturalisasi. Selain itu,

naturalisasi tidak akan bermasalah jika PSSI dan Publik tidak menganggap kebijakan ini sebagai

sebuah kebijakan yang parsial dan tentative. PSSI harus melandaskan kebijakan ini sebagai

kebijakan kecil diantara kebijakan-kebijakan pembangunan persepakbolaan nasional jangka

panjang. Pembinaan pemain usia muda, perbaikan supporter, dan reorganisasi PSSI tetap harus

dilakukan. Jadi, kebijakan ini harus merupakan sub sistem dari sebuah sistem kebijakan yang

komprehensif.

Sebuah catatan yang perlu digaris bawahi oleh PSSI adalah pemberian hak dan kewajiban

yang adil terhadap pemain timnas yang lain, artinya tidak ada perlakuan istimewa terhadap

pemain naturalisasi tersebut. Selain itu, pemain yang akan dinaturalisasikan harus benar-benar

memiliki kemampuan diatas rata-rata pemain Indonesia.

Naturalisasi ini akan berdampak pada iklim organisasi. Jika memang pemain naturalisasi

ini benar mempunyai kemampuan diatas rata-rata pemain Indonesia, maka hal ini akan

Page 23: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

berdampak pada motivasi tim yang akan semakin baik. Seluruh pemain akan mencoba

berkompetisi untuk mengimbangi permainan pemain naturalisasi dan mencoba untuk bermain

sempurna. Secara tidak langsung akan menciptakan pola kompetisi yang sehat diantara pemain.

Membahas tentang iklim organisasi, tentunya tidak akan lepas dengan model perilaku organisasi

apa yang digunakan untuk menciptakan iklim organisasi seperti yang di inginkan. Dalam hal ini

untuk menciptakan timnas merah putih yang solid dapat kita gunakan model Kolegial. Model ini

berkaitan dengan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Dasar dari model ini adalah

upaya untuk mewujudkan kemitraan (partnership) diantara para pemain. Orientasi manajemen

adalah kerja tim, sesuai dengan inti dari permainan sepak bola yang merupakan permainan tim.

Manajer (baca: pelatih) dipandang sebagai pendamping, bukan sebagai bos, artinya dengan

posisi pelatih sebagai pendamping dapat dijadikan sebagai konsultan atas permasalahan yang

dihadapi tim itu sendiri maupun oleh pemain-pemainnya. Respon pemain atas model ini adalah

tanggung jawab artinya pemain akan menyajikan permainan yang berkualitas bukan karena

pimpinan atau karena pengawas, tetapi karena mereka merasa ada dorongan kewajiban dari

dalam diri untuk menyajikan kualitas permainan yang tinggi bagi orang lain. Dampak psikologi

dari model ini adalah disiplin diri. Hal ini karena pemain merasa bertanggung jawab, sehingga

pemain menertibkan diri mereka sendiri untuk berprestasi dalam tim. Dalam hal ini berupaya

untuk mematuhi standar pelatihan dan aturan permainan. Namun bukan semata-mata

penggunaan model ini harus mutlak dilakukan dalam jangka panjang, artinya penggunaan model

perilaku organisasi dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa kebijakan naturalisasi harulsah

merupakan bagian kecil dari berbagai kebijakan pembenahan dalam bidang persepakbolaan

nasional. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh PSSI berdasarkan

kacamata PO yang lain adalah:

1. Melakukan peninjauan ulang terhadap motivasi para pemain

Hal ini dilatar belakangi oleh serentetan fenomena yang tidak seharusnya terjadi, misalnya

nasib atlet nasional yang tidak secerah perjuangan yang pernah ditorehkan terhadap bangsa

Indonesia, ketika memasuki usia lanjut pengakuan dan penghargaan seolah-olah tidak

mendapatkan perhatian serius. Akhirnya, para pemain kadang kurang termotivasi untuk

menciptakan prestasi, dan terkadang para pemain melakukan usaha sambilan untuk

menghadapi masa tuanya yang suram. Hal inilah yang mengakibatkan pemain menjadi

Page 24: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

tidak fokus pada pencapaian prestasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan

peninjauan kembali terhadap motivasi para pemainnya, baik motivasi ekonomi dalam hal

ini imbalan yang diberikan kepada pemain maupun pengakuan/penghargaan terhadap para

pemain.

2. Pentingya melakukan modifikasi perilaku (B.F Skinner)

Fenomena pemain yang ribut atau saling baku hantam dilapangan adalah fenomena yang

sering kita jumpai dalam persepakbolaan nasional. Apalagi ditambah dengan keributan

supporter dalam pertandingan, hal ini semakin memperburuk citra persepakbolaan

nasional. Jika sejak tingkatan kompetisi nasional saja seperti ini, bagaimana pemain

timnas, pastinya akan sama. Oleh karena itu, PSSI sebagai pemegang otoritas

persepakbolaan nasional perlu melakukan modifikasi perilaku baik terhadap pemain

maupun supporter, artinya perlu dilakukan penguatan terhadap perilaku yang disertai

dengan konsekuensi yang menyenangkan maupun meniadakan perilaku yang menimbulkan

konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Dari berbagai saran diatas kebijakan yang diambil PSSI harus berjalan sinergi. Hal ini

disebabkan kebijakan naturalisasi saja tidak akan dapat memperbaiki citra dan prestasi Timnas

Merah Putih dalam berbagai kompetisi. (enjung>>>>>>>>>>)

NAMA : DESSY ANDI RIANI

NIM : F1B008076

SOAL KUIS PERILAKU ORGANISASI III

SOAL

Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,

Page 25: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana Perilaki Organisasi memandang permasalahan ini dan bagaimana solusi alaternatif menurut cara pandang Perilaku Organisasi

JAWABAN :

Naturalisasi pemain dalam persepakbolaan di Indonesia, yang saya ketahui tentang naturalisasi ini adalah pemain asing yang berbakat yang bermain di Indonesia kemudian akan dijadikan WNI. MENPORA dan PSSI telah menetapkan bahwa warga negara asing yang bermain di Indonesia atau warga negara Indonesia yang bermain di luar negeri kemudian akan diberi pilihan apakah mereka mau dan bersedia menjadi WNI selamanya. tidak menghendaki mereka memiliki dua kewarganegaraaan dan juga tidak pula menghendaki mereka hanya menjadi warga negara Indonesia hanya untuk beberapa tahun saja, tetapi untuk selama-lamanya untuk ikut mengharumkan nama Indonesia di dunia persepakbolaan. Naturalisasi pemain ini kabarnya tidak hanya diterapkan dalam persepakbolaan Indonesia saja, tetapi akan diterapkan pada semua cabang olahraga di Indonesia Indonesia.

Memang naturalisasi pemain ini adalah cara instant untuk memperbaiki persepakbolaan Indonesia, tetapi apakah memang benar-benar efektif untuk mengatasi masalah yang ada dipersepakbolaan Indonesia. Menurut saya naturalisasi hanya akan memberikan dampak positif yang sementara saja. Memang ada sebagian negara yang berhasil menerapkan naturalisasi pemain sepakbola seperti tim nasional Singapura. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pemerintah akan benar-benar menjamin kehidupan para atlet baik sepakbola ataupun yang lainya ketika mereka sudah bersedia dinaturalisasi dan akankah mereka mendapatkan sesuatu yang layak apabila mereka sudah kembali berjuang demi Indonesia, kemudian apakah pemain asing yang dinaturalisasi benar-benar mempunyai rasa nasionalisme terhadap Indonesia .

Menurut pandangan perilaku organisasi sendiri, perilaku organisasi sendiri adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku organisasi menjadi sarana manusia bagi keuntungan manusia. Unsur yang ada dalam perilaku organisasi adalah orang, strukutur, teknologi dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Di dalam masalah naturalisasi ini perilaku organisasi memandang bahwa semua orang yang berurusan dengan upaya meningkatkan perilaku organisasi semisal juru tulis, masinis dan manajer bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku kehidupan organisasi. Para manajer berusaha menciptakan iklim kondusif untuk memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan menjadi orang-orang yang lebih efektif. Apabila perilaku organisasi ini berhasil diterapkan, ia menjadi sistem imbalan rangkap tiga di mana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat menyatu. Orang-orang merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerjasama dan kerjasama tim. Mereka belajar, tumbuh, dan

Page 26: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

memberikan kontribusi . Organisasi juga lebih berhasil , karena beroperasi secara lebih efektif. Kualitas meningkat dan kerugian menyusut.

Namun ternyata dalam permasalahan persepakbolaan di Indonesia tidak demikian adanya , berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim, banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional , semua masalah yang ada memerlukan suatu solusi yang tepat, yaitu dengan menggunakan Pendekatan Antardisiplin, karena ternyata permasalahan yang terjadi bukan hanya dari segi pemain saja melainkan di hampir semua segi. Dalam pendekatan Antardisiplin menggabungkan antara pendekatan sumber daya manusia, kontingensi, produktivitas dan sistem. Pendekatan Sumber daya Manusia adalah pendekatan yamng memberi dukungan atau perkembangan pegawai untuk keefektifan, hal ini akan memacu individu untuk selalu berprestasi dengan baik, menjadi orang yang keih bertangung jawa dan kemudian akan berusaha menciptakan suasana di mana mereka dapat menyumbang pada batas kemampuan yang dimiliki. Pendekatan Kontingensi, peluang adanya perilaku yang berbeda-beda yang diperlukan oleh berbagai lingkungan yang berlainan untuk mencapai keefektifan. Pendekatan Produktivitas, rasio yang membandingkan berbagai unit keluaan dan unit masukan. Pendekatan Sistem, Interaksi semua bagian organisasi dalam hubungan yang rumit. Apabila menerapkan Pendekatan Antardisiplin dalam permasalahan naturalisasi ini memubngkinkan adanya perbaikan yang lebih menyeluruh dan terpadu serta tidak hanya berdampak instant tentu saja. Solusi yang dapat diterapkan selain naturalisasi dengan mengarah pada Pendekatan Antardisiplin adalah sebagai berikut

1. Memberikan jaminan terhadap para atlit Indonesia agar mereka mau bermain dan

membela tanah air Indonesia dengan segenap jiwa mereka

2. Memberikan reward yang pantas terhadap para atlit Indonesia khususnya atlit yang

berprestasi

3. Tidak mensia-siakan para atlit Indonesia yang sudah tidak produktif lagi, hendaknya

pemerintah tetap menghargai dan menjamin keidupan yang layak bagi mereka

4. Menjaring bibit-bibit muda yang unggul dan berprestasi untuk kemudian dilatih

secara intensif

5. Meningkatkan Sumber daya Manusia yang ada bukan hanya para atlitnya tetapi juga

pelatihnya

6. Membangun dan memberikan fasilitas yang layak untuk keperluan para atlit untuk

mengembangkan kemampuan dirinya

7. Membina kepribadian para atlit dan pelatih

Page 27: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

8. Memperbaiki perilaku dan tingkah laku para supporter atau pendukung , khususnya

sepakbola agar mereka tidak anarkis dan urakan

Memang naturalisasi pemain bukanlah hal yang salah, tetapi alangkah baiknya naturalisasi pemain diimbangi dengan perbaikan hal yang lainnya. Cara-cara yang lain selain naturalisasi perlu juga ditempuh agar kita dapat berprestasi sendiri dan mengunakan atlit-atlit yang benar benar warga negara Indonesia, bukan pemain asing yang dinaturalisasi.

Nama : Rizal Risnandar

Nim : F1B005213

KUIS P.O 1

Bapa Dahlan adalah seorang Direktur utama PLN, secara organisasi tentunya seorang

direktur memberikan perintah kepada bawahannya atau manager untuk memperbaiki kinerjanya

selanjutnya menularkan kembali kepada bawahannya atau karyawan. Dalam hal ini peran dari

seorang pemimpin memang paling mendasar karena terkait dengan berbagai kebijakan yang

dikeluarkan, seperti kebijakan adanya target akhir juni 2010 tidak ada lagi pemadaman di seluruh

Indonesia.

Karena suatu kebijakan berasal dari seorang pimpinan maka, peran pemimpin dalam

perilaku organisasi tentu kita harus melihat atau menerapkan model kepemimpinan jalur-tujuan,

model ini dinilai cocok untuk memperbaiki kinerja PLN. Model kepemimpinan jalur-tujuan

adalah bahwa pekerjaan kepemimpinan adalah untuk menciptakan lingkungan kerja melalui

struktur, dukungan, dan imbalan yang untuk membantu para pegawai untuk mencapai tujuan

organisasi. Artinya bahwa menciptakan orientasi tujuan, dan meningkatkan jalur untuk mencapai

tujuan. Robert House, dll mengembangkan dan menyempurnakan dengan cara pemimpin

mengidentifikasi kebutuhan pegawai, menetapkan tujuan yang sesuai, dan kemudian

Page 28: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

mengkaitkan pencapaian tujuan dengan imbalan dengan menjelaskan hubungan harapan dan

instrumentalitas. Hambatan untuk melaksanakan tugas disingkirkan, dan pemimpin membimbing

pegawai. Hasil dari proses tersebut adalah kepuasan kerja, penerimaan pemimpin, dan motivasi

lebih besar.

Kebutuhan pegawaiTermotivasiKinerja Naik

Selain itu untuk mencapai kinerja yang baik tentunya permasalahan seperti kurang

optimalnya kinerja pegawai atau kebijakan rencana jangka pendek yang harus segera tercapai

tentunya pemimpin harus mempunyai solusi dan respons yang cepat terhadap masalah yang

berkembang. Perbaikan seharunya dilakukan dari tingkat karyawan terlebih dahulu, menurut

teori maslow bahwa kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Kesemua kebutuhan tersebut haruslah terpenuhi, akan tetapi para ahli-ahli lain untuk memotivasi

sepeti dari teori Herzberg, bahwa kepuasan pekerjaan itu selalu dihubungkan dengan isi dari

jenis pekerjaan atau kualitas dari jenis pekejaannya. Begitu banyaknya teori motivasi tentu

berpangkal pada kebutuhan, jadi untuk mendorong kinerja yang baik tentunya pemenuhan

kebutuhan baik fisik ataupun afplikasi yang pertama yang harus didahulukan, tentunya

pemenuhan tersebut akan muncul motivasi yang lebih sehinggga kinerja menjadi naik.

KUIS P.O 2

Tujuan dasar dari lembaga kepolisian adalah untuk tercapainya bersih dari segala hal,

profesionalisme, dan amanah. Terkuaknya berbagai permasalahan di tubuh kepolisian tentunya

banyak dijumpai pada masa lalu juga, akan tetapi rendahnya demokrasi pada lalu mengakibatkan

tidak terkuaknya kebobrokan di tubuh polri. Seiring dengan perubahan kepada pemerintahan

yang demokratis akhirnya terkuak juga berbagai masalah yang dulu ataupun sekarang.

Terlambatnya kepolisian dalam merespon berbagai kasus ditunjukan dengan cara

memberikan keterangan langsung kepada masyarakat melalui media, ini terlihat bentuk

kepanikan dari tubuh lembaga kepolisian. Kasus-kasus yang terselesaikan ataupun tidak

terselesaikan dilakukan lewat media, dan dari sinilah bahwa masyarakat mengetahui lebih

terutama dengan adanya respon dari kubu polri yang menyebabkan makin terjerumusnya

Page 29: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

lembaga kepolisian menjadi tidak baik. Semua pemberitaan yang dikeluarkan oleh pers/media

tentunya sebagian besar pada hal yang sifatnya negatif, untuk itu keplisian seharusnya memberi

jawaban dengan cara pemberitaan yang baik, seperti terselesaikannya penuntasan terorime.

Bagian Humas dari kepolisian seharusnya harus lebih respon terhadap pembeitaan, dan harus

pula memberi penjelasan yang baik dan tentunya lewat media juga, karena masalah dalam media

harus diselesaikan juga lewat media masa atau pres conperense. Ini bentuk sebagai jawaban

untuk memberikan citra yang baik untuk lembaga kepolisian.

Untuk solusi yang didasarkan pada teori model motivasi, saya memilih pada teori

Herzberg, teori ini memperluas hasil karya dari teori Maslow dan mengembangkan suatu teori

yang khusus bisa diterapkan ke dalam motivasi kerja. Kepuasan pekerjaan itu selalu

dihubungkan dengan isi jenis pekerjaan (job context), dan tidak kepuasan kerja disebabkan

karena hubungan bekerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut aspek-aspek di

sekitar yang berhubungan dengan pekerjaan (job context). Kepuasan-kepuasan dalam bekerja

oleh Herzberg diberi nama Motivator, sedangkan ketidakpuasan disebut factor Hygiene.

Factor hygiene bersifat frepentif dan memperhitungkan lingkungan yang berhubungan

dengan kerja. Factor ini sama dengan hierarki kebutuhan Maslow. Factor ini mencegah

ketidakpuasan tetapi bukannya penyebab dari terjadinya kepuasan, factor ini tidak memotivasi

para pejabat yang berada di tubuh kepolisian, adapun dari teori ini factor yang dapat memotivasi

para kepolisian ini disebut mitivator. Maka menurut Herberg agar para karyawan bisa

termotivasi, maka mereka hendaknya mempunyai suatu pekerjaan dengan isi yang selalu

merangsang. Tentunya teori ini melawan, bahwa tidak selamanya dengan mengeluarkan atau

memenuhi semua kebutuhan akan memperbaiki kondisi tempat kerja atau tidak memotivasi.

Itulah sebabnya bahwa faktor Hygiene seperti, upah atau gaji, honorarium, kondisi tempat kerja,

teknik pengawasan, dan kebijakan administrasi organisasi tidak bisa membangkitkan semangat

kerja. Adapun yang dapat membangkitkan semangat kerja seperti menurut Herberg ialah

Motivator. Factor ini terdiri dari factor keberhasilan, penghargaan, factor pekerjaannya, rasa

tangggung jawab, dan factor peninggkatan. Ini bisa menjadi solusi bagi lembaga kepolisian yang

saya nilai adanya krisis kepercayaan baik dari tubuh kepolisian sendiri ataupun dari masyarakat.

Page 30: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

KUIS P.O 3

Naturalisasi memang memberikan banyak keuntungan bagi sebagian negara yang

menerapkan peraturan tersebut, Singapura adalah salah satu negara yang menerapkan

Naturalisasi. Hanya segelintir orang yang asli bermain sebagai tim inti di tim Nasionalnya.

Singapura dinilai penting untuk adanya naturalisasi, ini beralasan karena kurangnya jumlah

penduduk, dan kebanyakan warga pendatang ataupun warga keturunan, dan itu membuahkan

hasil yaitu banyaknya pemain yang asli menjadi berkembang dan tentunya laku dalam bursa

pemain, seperti Nuh Alamsyah, ataupun Muhamad Riduan yang bermain untuk Arema. Kedua

pemain tersebut berkembang dan memberi warna baru untuk liga Indonesia. Sebaliknya,

Indonesia yang masih bimbang untuk melakukan Naturalisasi pemain tentunya ini hal yang baru.

Sudah lama wacana untuk diadakannya Naturalisasi pemain untuk Tim Garuda.

Komitmennya Indonesia untuk tidak memberikan kewarganegaraan ganda untuk warga

asing ataupun keturunan memang sedikit menyulitkan untuk pemain yang khususnya warga

keturunan, harus memilih adalah hal yang sulit. Memang jelas keputusan ini tidak mungkin

untuk diganggu gugat. Oleh karena itu PSSI selaku organisasi yang memegang tanduk

kepemimpinan persepakbolaan Nasional tentunya bertanggung jawab penuh untuk mengatur atau

memberikan kontribusi lebih kepada tim Garuda. Banyak celotehan yang dilontarkan oleh

penduduk Indonesia “sekian banyaknya penduduk ko ga ada yang jadi hanya untuk sebelas orang

saja”. Tentunya ada yang salah dengan kepengurusan di tubuh organisasi yang mengelola

persepakbolaan Nasional.

PSSI telah melakukan pembinaan terhadap para pemain-pemain muda untuk disiapkan

sebagai pengganti pemain yang sudah berumur. Pertandingan untuk amal kemarin sore telah

dilakukan pemain-pemain keturunan bermain untuk tim Garuda Merah dan hasilnya tim yang

terdapat pemain keturunan menang telak 4-1. Disini terlihat bahwa kualitas memang sedikit

berbeda, akan tetapi sebaliknya pemain yang sudah sekian lama bersama masih belum mampu

untuk mengasah kekompakannya. Mental memang kurang baik, dan mungkin saja reward yang

kurang menjadi kurangnya kualitas permainan. Inilah tugas dari PSSI selaku pengurus untuk

lebih respon terhadap masalah yang timbul walau sekecil apapun masalah itu.

Page 31: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Perilaku organisasi tentunya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi dalam

tubuh PSSI. Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan, kepemimpinan yang dilaksanakan oleh

Nurdin halid selaku ketua PSSI dinilai kurang partisipasif terhadap segala keputusan yang

dibuatnya, kesalahan terutama pada cara mengkomunikasikan kebijakan atau program. Tidak

adanya Sifat partisipatif disini bahwa semua kebijakan dibuat atas sekehendak sendiri, ini terliaht

pada bergulirnya liga indonesia pada tahun sebelumnya, pada liga yang sifatnya dibelah yaitu

dibagi pada dua wilayah, wilayah barat dengan wilayah timur. Ketika terjadi pertandingan

delapan besar bahwa terjadi bentrok antar para suporter, ini diakibatkan bahwa tempat untuk

berlangsungnya pertandingan dilaksanakan berat sebelah, sehinggga terjadi kerusuhan, dan

puncaknya pada final antara Persija Jakarta dengan Persipura Jayapura, yang ketika itu puncak

dari liga dengan dibarengi kerusuhan.

Akan tetapi PSSI membuat kebijakan baru dengan bergulirnya liga dengan sistem

bertemu, dan terus bergulir. Memang sedikit memberi ketenangan tidak terjadi kerusuhan, akan

tetapi sistem liga yang padat membuat para pemain yang disiapkan untuk tim nasional menjadi

pincang karena tidak adanya pemain-pemain inti yang cedera sehingga terjadi penurunan

kembali persepakbolaan nasional ketika bertanding untuk membela tim nasional. Motivasi

memang perlu diterapkan di tubuh PSSI, menurut Herzberg bahwa kebutuhan motivator harus

didahulukan kebutuhan maslow memang saya rasa sudah terpenuhi, akan tetapi motivator dinilai

sangat perlu karena penerapan sistem kepemimpinan masih sangat bersifat autokratik. Perlu

adanya perombakan ulang karena ini menyangkut semua pihak baik pembinaan, keorganisasian,

maupun prestasi.

Nama : Yuwana Hammam

NIM  :  F1B004024

Permasalahan dunia persepakbolaan di Indonesia untuk saat ini sudah cukup kompleks,dan pada

dasarnya hal ini dapat disadari semua ini dikarenakan kurangnya kinerja PSSI di dalam 

mengatasi perorganisasian dan melakukan pembinaan untuk membenahi permasalahan

persepakbolaan di Indonesia dari segi aspek apapun. Baru-baru ini Kementerian Pemuda dan

Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi,

Page 32: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

dengan adanya program ini menurut saya tidaklah dapat miningkatkan mutu dan kualitas maupun

prestasi yang sangat instan bagi persepakbolaan di Indonesia, hal ini tidak akan sepenuhnya

berhasil bila tidak didukung dengan perubahan dan peningkatan juga dari segi aspek lainya yang

mendorong bagi persepakbolaan Indonesia. Dapat disadari permasalahan yang menyebabkan

menurunnya kualitas TIMNAS, dilandasi kurangnya sumber daya manusia yang mempuni atau

berkualitas, masalah ini tidak lepas dari pihak PSSI itu sendiri didalam pembinaan pemain atau

atlet-atlet TIMNAS sepakbola di Indonesia, salah satu cara harus adanya hal-hal yg perlu

diperhatikan agar mereka dapat meningkatkan kualitas pemain itu sendiri, dan seorang pemain

atau atlet dapat merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya dengan pekerjaannya, salah

satu contoh dengan memberikan reward yang sesuai dengan prestasi dan kemampuannya, hal

seperti ini dapat memotivasi terhadap pemain atau atlet tersebut, oleh karena itu permasalahan

program naturalisasi begi persepakbolaan Indonesia pada saat ini tidak lah cukup penting

dilakukan, dikarenakan masih banyaknya hal-hal yang lebih penting untuk dibenahi,dan

bagaimana PO memandang permasalahan ini dan apa solusi alternatifnya ?,dengan adanya

dorongan utama motivasi dan imbalan yang diberikan, maka pada akhirnya akan berdampak pula

pada kepuasan kerja pemain atau atlet tersebut, dan kepuasan kerja seseorang akan dapat

mempengaruhi kepuasan hidup seseorang, dan bersumber dengan seperangkat keinginan,

kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang menyatu untuk membentuk harapan kerja

seseorang. Maka dengan itu semua kepuasan kerja seorang pemain atau atlet tersebut akan

menunjukan kesesuaian antera harapan seorang pemain atau atlet itu sendiri yang timbul dan

imbalan yang disediakan pekerjaannya, dengan cara memotivasi pemain atau atlet sepakbola asli

Indonesia dengan adanya imbalan dan jaminan hidup yang sesuai untuk kedepannya, hal ini akan

dapat meningkatkan secara perlahn dan cukup berarti kualitas dan mutu persepakbolaan di

Indonesia.   

Thu, August 5, 2010 5:52:24 AM

Kuis Perilaku Organisasi 3

From: Rosiana Yan flabianingtyas <[email protected]>    Add to Contacts

To: [email protected]

ROSIANE YAN F

Page 33: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

F1B008064

Permasalahan-permasalahan yang ada di dunia sepak bola di Indonesia seperti adanya

keorganisasian yang amburadul, mental lemah dari para pemain, reward yang minim, ditambah

lagi dengan tidak dewasanya para supporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak

bola nasional semakin mewarnai kerumitan masalah di dunia sepak bola Indonesia ini. Pada

saat ini Kementrian Pemuda dan Olah Raga sedang menyusun program dalam peingkatan Tim

nasional dengan cara Naturalisasi. Apakah ada cara penyelesaian alternatife menurut cara

pandang Perilaku Organisasi untuk menyelesaikan permasalhan ini?

Menurut saya permasalahan dalam dunia sepak bola adalah permasalahan yang

lumayan kompleks dan harus adanya perbaikan dari berbagai sisi yang ada, namun untuk

menyelesaikan hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara., misalnya seperti adanya motivasi

dalam diri para pemain, menimbang dan mengimbali prestasi, adanya kepemimpinan yang

bagus dalam organisasi tersebut serta adanya partisipasi dari setiap komponen yang ada, hal ini

menjadikan suatu adanya kepuasan kerja dalam setiap individu yang ada.

Motivasi adalah sangat penting dimana motivasi ini berperan dalam diri setiap para

individu untuk menyelesaikan suatu tugas atau pencapaian tujuan. Adanya kekuatan seseorang

untuk memperoleh imbalan(valensi), adanya kadar kuatnya keyakinan bahwa upaya kerja akan

menghasilkan penyelesaian tugas (harapan) serta adanya keyakinan pegawai bahwa ia akn

memperoleh suatu mbalan apabila tugas dapat diselesaikan (istrumentalis). Tiga komponen

inilah yang menimbulkan adanya motivasi dalam diri individu, apabila dalam diri setiap individu

di organisasi sepak bola sudah ada, baik itu pemain sepak bola atau orang-orang yang ada

dalam organisasi tersebut, maka tujuan utama dalam organisasi sepak bola yang diinginkan juga

dapat terlaksana, hal ini juga dapat menimbulkan mental para pemain atau pegawai yang lain

menjadi kuat dan tidak mudah menyerah. Pola motivasi iu sendiri juga bermacam-macam

seperti motivasi prestasi, motivasi afiliasi, motivasi kompetisi dan motivasi kekuasaan, hal ini

dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pada saat tersebut.

Page 34: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

Menimbang dan mengimbali prestasi, adanya suatu reward atau insentif yang tinggi

untuk para individu yang telah memberikan prestasinya yang baik, dengan adanya pengimbalan

prestasi yang baik salah satu caranya dengan reward atau insentif tadi maka setiap individu

akan termotivasi untuk selalu memberikan yang terbaik pada saat di bekerja, karena dengan dia

memberkan yang terbaik dia akan mendapatkan rewarw atau insentif yang memuaskan.

Apabila adanya reward atau insentif yang tinggi di organisasi sepak bola tersebut, maka akan

ada suatu dorongan pada setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk selalu

memberikan yang terbaik dan dapat menyelesaikan tugas dengan cepat tanpa mengulur-ulur

waktu, sehingga pencapaian tujuanpun akan mudah dn cepat terlaksana.

Kepemimpinan atau gaya kepemimpinn dalam suatu organisasi memang sangat

berpengaruh, karena dari kepemimpinan inilah suatu keputusan akan diputuskan dan

keputusan itu akan mempengaruhi dalam proses pencapaian tujuan organisasi, selain itu

apabila gaya kepemimpinan yang dipakai sesuai maka dalam pembinaannyapun dapat tepat

dan mengena pada setiap individu yang ada dalam organisasi sepakbola.Apabila dalam

kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang dipakai dalam organisasi sepak bola berkualitas

maka hasil dan keputusan yang dihasilkan juga akan mendukung dalam pencapaian tujuan serta

hasilnyapun memuaskan untuk organisasi. Adanya partisipasi dari setiap individu dalam

organisasi sepak bola juga akan mempengaruhi pencapaian tujuan, apabila partisipasi dari

setiap individu baik maka hasil yang akan dicapai juga akan semakin maksimal. Partisipasi ini

juga tidak dari dalam organisasi sepak bola saja tetapi dari factor luar juga seperti para

supporter, apabila partisipasi dalam hal positif dari para suporter baik maka tidak akan

mengganggu acara sepak bola yang sedang berlangsung, intinya semakin banyak yang

berpartisipasi dari dalam atau dari organisasi sepak bola semakin tinggi pula kualitas tujuan

yang dihasilkan.

Dari berbagai hal diatas yang nantinya akan berujung pada kepuasan kerja tiap individu,

apabila kesemuanya berkualitas bagus maka kepuasan kerja dalam tiap individu juga tinggi,

apabila kepuasan kerja tinggi maka hasil yang dicapai juga akan maksimal, dari hal-hal inilah

prestasi tim nasional dapat ditingkatkan dan pastinya harus ada tindak lanjut untuk tetap

Page 35: tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web viewseutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan

mempertahankan prestasi yang telah meningkat dengan salah satu jalan yaitu adanya

komunikasi yang terjaga dalam organisasi.