· web viewregistrasi semua obat yang beredar di indonesia; penilaian dan pemeriksaan terhadap...

62
KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA 41

Upload: danghuong

Post on 12-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KESEHATAN DAN KELUARGA

BERENCANA

419

BAB XI

KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

A. KESEHATAN.

I. Pendahuluan.

Pelaksanaan usaha-usaha pembangunan kesehatan dalam tahun 1972/73 sebagaimana pelaksanaan pembangunan kesehatan pada tahun-tahun sebelumnya tetap berpedoman kepada pola kebijaksanaan, sebagai berikut :1. Dengan memanfaatkan seluruh sarana kesehatan yang ada,

usaha pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkat-kan dan lebih meratakan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Pengintegrasian usaha-usaha kesehatan kuratif dan pre-ventif melalui "integrasi fungsionil" antara unit; unit organisasi kesehatan. Pendekatan ini sekaligus merupakan pelaksanaan konsepsi "kesehatan masyarakat" (public health), yang diharapkan akan memberikan effek maksimal dengan fasilitas kesehatan yang relatif masih terbatas jum-1ah dan mutunya.

3. Rehabilitasi fasilitas kesehatan yang telah ada diutamakan, sedang pembangunan baru hanya dilakukan didaerah- daerah yang relatif terbelakang sarana kesehatannya diban-dingkan dengan daerah lainnya.

4. Perbaikan kesehatan didaerah-daerah pedesaan dan "dae-rah-daerah produktif" memperodeh perhatian lebih besar.

5. Diutamakan usaha-usaha untuk mengembangkan kesadaran para anggota masyarakat akan cara-cara hidup sehat serta perawatan kesehatan, bank fisik maupun mental.

421

Dengan landasan pola kebijaksanaan tersebut diatas, maka kegiatan-kegiatan, pembangunan kesehatan dalam tahun 1972/ 73 tetap dilakukan atas dasar prioritas-prioritas sebagai be- rikut .1. Peningkatan pembangunan kesehatan yang menunjang pe-

laksanaan program keluarga berencana (dalam Repelita I khususnya di Jawa dan Bali).

2. Peningkatan pendidikan kesehatan masyarakat untuk men-dorong partisipasi aktif masyarakat didalam usaha-usaha pembangunan kesehatan.

3. Pencegahan dan penanggulangan wabah serta penyakit-penyakit rakyat lainnya.

4. Peningkatan jumlah dan mutu tenaga-tenaga kesehatan.5. Merehabilitir/membangun sarana-sarana kesehatan (ter-

masuk obat-obatan dan alat-alat kesehatan).6. Penelitian dan survey.

Dengan landasan kebijaksanaan serta pola prioritas seperti tersebut diatas, program-program pendidikan, kesehatan ma-syarakat, pengembangan sarana-sarana kesehatan, pemberan-tasan penyakit menular, pemulihan dan peningkatan kesehatan, pengadaan obat-obatan dan, alat-alat kesehatan, pendidikan dan latihan (tenaga-tenaga kesehatan), penelitian dan survey (kese-hatan), peningkatan hygiene dan sanitasi, penyempurnaan effi-siensi, aparatur dan prasarana fisik pemerintahan dibidang ke-sehatan terus dikembangkan dalam pelaksanaan pembangunan tahun 1972/73.

II. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan perkembangan hasil-hasil yang dicapai.

1. Pendidikan kesehatan masyarakat.Kegiatan pembangunan dilapangan pendidikan kesehatan

masyarakat dalam tahun 1972/73 terutama meliputi peningkat- an pengetahuan dan ketrampilan tenaga-tenaga kesehatan, da-

422

lam hubungannya dengan pendidikan kesehatan masyarakat, pengembangan unit-unit pendidikan, kesehatan masyarakat di-propinsi-propinsi, pengembangan tenaga-tenaga ahli (spesialis) pendidikan kesehatan masyarakat dan produksi media komuni-kasi (pendidikan kesehatan masyarakat).

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga-tenaga kesehatan dalam lapangan pendidikan kesehatan ma-syarakat, dalam tahun 1972/73 telah dilaksanakan lokakarya dan penataran 430 orang tenaga kesehatan dari tingkat propinsi dan 266 orang melalui penataran tingkat pusat.

Unit-unit pendidikan kesehatan masyarakat terus dibina per-kembangannya terutama melalui kunjungan-kunjungan pembi-naan dan pengawasan oleh unit pendidikan kesehatan pusat.

Sementara itu dalam rangka pengembangan tenaga ahli pen-didikan kesehatan masyarakat dalam tahun 1972/73 telah dididik baik didalam maupun diluar negeri tenaga-tenaga ahli khusus dalam lapangan pendidikan kesehatan masyarakat. Daiam tahun ini, 2 orang tenaga ahli telah menyelesaikan pen-didikannya diluar negeri, 6 orang lainnya masih dalam pendidik-an pada berbagai lembaga pendidikan (diluar negeri), 9 orang sudah dalam persiapan pengiriman tugas belajarnya, sementara 18 orang sarjana dari berbagai jurusan keahlian sedang diper-siapkan menjadi tenaga-tenaga ahli (spesialis) pendidikan ke-sehatan masyarakat.

Untuk memperlengkapi alat-alat penerangan/pendidikan kesehatan masyarakat, dalam tahun 1972/73 telah diprodusir/ disediakan alat-alat :film (slide) : 6 judul 'a 100 set masing-masing 20 copyposter : 25.000 buahbooklet/leaflet :100.000 buahflash card :60.000 buahbuku pedoman :15.000 buah, danmaket sanitasi :30 buah.

423

Kecuali itu dalam tahun 1972173 kepada 12 buah propinsi telah diberikan alat-alat audio visual, sehingga 25 buah pro-pinsi secara keseluruhan telah mendapatkan, alat-alat peraga (audio visual aid) untuk pendidikan kesehatan masyarakat. Dalam tahun ini telah disediakan pula kendaraan beroda empat dan kendaraan beroda dua, guna menambah perlengkapan pusat dan 6 propinsi. Daerah-daerah lainmya akan terus diusahakan perlengkapan kendaraannya dalam tahun-tahun selanjutnya.

Pendidikan kesehatan masyarakat tidaklah sekedar menyangkut persoalan-persoalan teknis kesehatan semata-mata, akan tetapi sangat erat bertalian dengan pola kehidupan sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, maka dalam tahun 1972/73 telah dilakukan 3 buah studi dalam lapangan ini, sementara dari masing-masing propinsi dikumpulkan data-data tentang keadaan sosial budaya yang erat bertalian dengan pendidikan kesehatan masyarakat.

2. Pengembangan sarana kesehatan.

Kegiatan pengembangan sarana kesehatan dalam tahun 1972/ 73 meliputi rehabilitasi dan perluasan rumah-rumah sakit, rehabilitasi dan perluasan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), rehabilitasi dan perluasan Balai Pengobatan, rehabili- tasi dan perluasan laboratorium kesehatan dan pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Kegiatan rehabilitasi dan perluasan rumah-rumah sakit da-lam tahun 1972/73 pada umumnya meliputi kegiatan lanjutan yang telah dimulai pada tahun-tahun sebelumnya, pembinaan tenaga, serta pengadaan obat-obatan dan perlengkapan kese-hatan. Sampai dengan tahun 1972/73 telah dapat direhabilitir 26 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 37 Rumah Sakit Kabupaten. Demikiaan pula dewasa ini 19 buah Rumah-rumah Sakit Propinsi sedang dilanjutkan rehabilitasinya.

Dalam pada itu 9 buah Rumah Sakit Vertikal, dalam tahun 1972/73 dilanjutkan rehabilitasinya, khususnya terhadap per-

424

alatan-peralatan penunjang seperti listrik, air, dapur, gudang, perbaikan dan lain sebagainya. Beberapa Rumah Sakit Khusus, yaitu Lembaga Ortopedi di Sala, BP4 di Ujung Pandang, Se-marang dan Cibadak (Sukabumli), Rumah Sakit Khusus Sita-nala Tangerang, Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur Palembang, Rumah Sakit Kusta Makainggit di Flores, Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dan Rumah Sakit Mata Bendungan Semarang dalam tahun 1972/73 juga telali diteruskan kegiatan rehabilitasinya. Kecuali itu 19 Rumah Sakit Jiwa (dari 27 rumah sakit jiwa yang ada) telah direhabilitir terutama bagian bangsal, poliklinik, ruang kerja dan berbagai prasarana rumah sakit lainnya.

Dalam pada itu kegiatan-kegiatan pembangunan kesejahte- raan ibu dan anak (KIA) dalam tahun 1972/73 meliputi :a. pengadaan alat-alat obat-obatan (terutama bantuan UNI-

CEF) berupa :(1) alat-alat BKIA 1.700 set(2) obat-obatan 33.088 unit(3) sepeda 3.656 buah(4) bidan kit 1.492 kit(5) PKE kit 774 kit(6) dukun kit 10.503 kit(7) timbangan dewasa 913 buah(8) timbangan bayi 726 buah(9) sabun 16.304 karton

b. Dalam rangka kampanye peningkatan gizi untuk ibu dan anak telah diterima bantuan susu (skim milk dan whole milk) dari WFP (World Food Program) direncanakan seba-nyak 2.503.900 kg skim milk, dan 278.864 kg whole milk, serta 1.242 kg WSB (Wheat Soya Blent). Susu ini akan dibagikan kepada 44.900 bayi dan 4.170.205 anak/ibu hamil di 20 propinsi. Sejak tahun 1972/73 jatah skim milk untuk anak

425

dan ibu hamil diganti dengan WSB, dengan perhitungan per hari sebagai berikut :

Skim milk Whole milk WSB

bayi 40 20 -anak 30 - 20ibu hamil 30 - 20

c. Pengadaan alat-alat dapur susu pada 178 BKIA di 18 pro-pinsi dan pengadaan alat-alat tempat persalinan pada 363 BKIA di 21 propinsi. Dalam tahun 1972 tercatat 6.411 BKIA, sejumlah 3.458 diantaranya berada di Jawa sedangkan 2.953 BKIA lainnya berada diluar Jawa. Sebanyak 2.000 BKIA (dari jumlah tersebut diatas) telah tergabung dalam Pus-kesmas. Dalam pada itu 1.728 BKIA di Jawa dan Bali telah menyelenggarakan kegiatan keluarga berencana.Dalam tahun 1972/73 telah dilakukan pula rehabilitasi terha-

dap 186 buah Balai Pengobatan.Demikian pula telah dilakukan berbagai usaha pembangunan

dan rehabilitasi terhadap laboratorium-laboratorium kesehatan, yang sampai tahun 1972/73 telah meliputi rehabilitasi/pemba-ngunan :

1 laboratorium kesehatan pusat 13 laboratorium kesehatan propinsi 70 laboratorium kesehatan kabupaten 375 laboratorium kesehatan puskesmas

dengan lokasi tersebar di 24 propinsi.Mengenai pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat, ke-

giatannya adalah berupa usaha yang saling menunjang dan melengkapi antara pembiayaan yang disediakan dari pusat dan pembiayaan dari daerah. Pembiayaan dari anggaran belanja pusat dalam tahun 1972/73 dipergunakan untuk pembangunan ruangan 621 Puskesmas, biaya operasionil petugas-petugas la-

426

pangan pemberantasan penyakit menular yang telah diintegra-sikan kedalam Puskesmas, serta biaya handling bantuan per-alatan dari UNICEF kepada 1.241 Puskesmas.

Dalam pada itu, perkembangan jumlah sarana-sarana kese-hatan sejak tahun 1968 hingga tahun 1972 dapat diikuti pada Tabel XI - 1.

Tabel XI — 1JUMLAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT, B.K.I.A.

DAN BALAI PENGOBATAN1968 - 1972

1968 1969 1970 1971 1972

Pusat KesehatanMasyarakat 207 1.058 1.637 2.007 2.02B.K.I.A. 5.580 5.620 5.698 6.099 6.41

1Balai Pengobatan 6.500 7.629 7.634 6.376 7.629

3. Pemberantasan penyakit menular.Beberapa perkembangan panting dalam usaha pemberantasan

penyakit menular dalam tahun 1972/73 dapat dilukiskan sebagai berikut :

a. Penyakit cacar.Dalam tahun 1972 hanya tercatat 34 penderita cacar dengan

2 kematian dan kasus terdapat pada 1 propinsi. Jika dalam ta- hun 1973/74 tidak terdapat lagi kasus penyakit cacar, maka berarti bahwa pada akhir Repelita I dapat dinyatakan bahwa Indonesia telah bebas dari penyakit cacar.

b. Penyakit kholera (eltor).Kematian karena kholera dalam tahun 1972 adalah sebesar

16,1% suatu kenaikan dibandingkan dengan 15,2% dalam tahun 1971. Oleh karma itu usaha pemberantasan diusahakan tertua-ma melalui :

427

GRAFIK XI – IJUMLAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT B.K.I.A DAN

BALAI PENGOBATAN

428

(1) peningkatan pengawasan sehingga setiap penderita penya- kit kholera dapat ditolong dengan segera;

(2) pengikut sertaan masyarakat untuk melaporkan penderita/ kematian tersangka kholera;

(3) penyediaan persediaan bahan-bahan pengobatan serta pe-nyebarannya kedaerah-daerah.

Dalam jangka panjang, usaha pemberantasan penyakit kho-lera akan bertalian erat dengan masalah penyediaan air minum yang sehat, pembuangan kotoran dan pengetahuan tentang ke-sehatan perorangan dan lingkungan dari masyarakat umumnya.

c. Penyakit malaria.Penderita penyakit malaria dalam tahun 1972 tercatat sejum-

lah 128.830 orang, suatu kenaikan jumlah penderita diban-dingkan dengan 72.829 penderita malaria dalam tahun 1971. Diperkirakan bahwa dalam tahun 1973, jumlah penderita penyakit malaria akan meningkat menjadi sekitar 250.000 orang. Perkiraan ini didasarkan atas kenyataan terbatasnya daerahdaerah pusat penyakit malaria (yang aktif) yang dapat diberi- kan penyemprotan.

d. Penyakit pes.Dalam tahun 1972 penyakit pes hanya terdapat didaerah Bo-

yolali dan telah dapat diawasi dengan baik.e. Penyakit demam berdarah. Penanggulangan penyakit demam berdarah ditujukan kepada:

(1) pemberantasan vectornya (nyamuk dewasa dan jentik- jentik),

(2) pengobatan yang tepat pada penderita dirumah-rumah sakit.

Dilihat dari situasi epidemiologis diperkirakan dalam Repe-lita II penyakit demam berdarah akan merupakan masalah kesehatan yang meminta perhatian lebih besar. Hal ini dise-babkan vectornya terdapat dimana-mana dalam jumlah cukup besar untuk menimbulkan wabah sedangkan usaha pemberan-tasan vectornya belum dapat ditingkatkan dalam waktu

429

singkat karena kurangnya data-data dan sarana. Apabila pemberantasan vector yang luas dengan menggunakan insek-tisida disertai dengan pendidikankesehatan masyarakat dapat dijalankan dengan baik dalam Repelita II diharapkan bahwa penyakit demam berdarah akan dapat dicegah perkembang-annya.

f. Penyakit T.B.C. Paru-paru.Dari sejumlah 54.771.181 anak yang harus diberikan vak-

sinasi BCG sebagai sasaran yang telah ditetapkan dalam Repelita I, 44,4% daripadanya telah dapat dicapai sampai dengan tahun 1972/73. Sampai tahun 1972/73 usaha pem-berantasan terbatas pada daerah-daerah teladan, baik di Jawa, Bali dan daerah-daerah lainnya. Diharapkan dalam Repelita II daerah pemberantasannya akan dapat diperluas.

g. Penyakit framboesia.Meskipun di Jawa, Madura dan Bali prosentase penderita

penyakit framboesia sudah sangat rendah, namun dibeberapa daerah masih didapati berjangkitnya penyakit framboesia secara berkala (periodic focal outbreaks). Daerah-daerah yang merupakan pusat penyakit framboesia ini dalam tahun 1972/ 73 terus diusahakan memberantasnya dengan cara "sweeping". Dalam rangka kegiatan pemberantasan penyakit framboesia ini, maka hingga tahun 1972/73 telah dibentuk 3901 unit TCPS.

h. Penyakit kusta.Dalam tahun 1972/73, 83% dari jumlah kabupaten diseluruh

Indonesia sudah tercakup dalam kegiatan pemberantasan penyakit kusta dan sekitar 36.531 penderita barn dapat dite-mukan, yaitu 90,2% dari sasaran yang telah diperhitungkan. Dari jumlah ini yang dapat diobati secara teratur adalah sebanyak 60% dari sasaran. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran bahwa keadaan pemberantasan penyakit kusta masih berada dibawah syarat yang semestinya (standard WHO), yaitu seharusnya mencapai 75% untuk mendapatkan

430

pengaruh epidemiologis berupa penurunan prevalensi penyakit kusta. Salah satu sebab rendahnya prosentase pengobatan teratur terhadap penderita adalah lamanya pengobatan yakni sekitar 3 tahun, untuk dapat menyembuhkan penyakit kusta, sehingga sukar untuk dapat dijamin agar dalam waktu selama itu sipenderita terus-menerus melakukan pengobatan.

i. Penyakit kelamin.Dalam tahun 1972/73 usaha pemberantasan penyakit kela-

min telah dilaksanakan pada 139 kabupaten yakni sekitar 50% dari jumlah kabupaten di Indonesia. Dalam tahun 1972/73 tercatat 177.500 orang penderita penyakit kelamin, dibandingkan dengan 270.618 penderita dalam tahun 1971.

j. Filariasis dan penyakit-penyakit cacing lainnya.Kegiatan penanggulangan penyakit filariasis dan penyakit-

penyakit yang disebabkan oleh cacing lainnya baru dirintis dan diaktifkan sejak tahun pertama Repelita I (1969). Oleh karena itu kegiatan-Legiatannya terutama masih terbatas pada penelitian tingkat permulaan dalam rangka pengumpulan data.

Dari hasil-hasil penelitian dalam tahun 1972/73 telah ter-nyata, bahwa di 139 daerah di Indonesia prevalence penyakit filariasis adalah sebesar 14,7% dari 38.877 penduduk yang diperiksa. Sedangkan dari 13.233 penduduk pada 41 daerah lainnya yang diperiksa ditemukan rata-rata tingkat infeksi (infection rate) penyakit casing tambang antara 50,5% sampai 83,9%. Pengobatan penderita cacing tambang dan cacing gelang dengan combantrin telah mulai dilaksanakan di Sumatera Utara dengan hasil penyembuhan 69,5% untuk cacing tambang dan 90,1% untuk cacing gelang.

k. Karantina.Didalam lapangan karantina, sebagai salah satu usaha

pengawasan terhadap penyebaran penyakit menular, hingga tahun 1972/73 telah direhabilitir 2 buah kantor DKP (Dinas Karantina Pelabuhan), pembangunan 26 kantor DKP, pemba-

43

ngunan 32 buah rumah dinas karantina, penyediaan peralatan karantina pada 26 buah DKP, upgrading dokter-dokter pela-buhan (karantina) serta penyediaan alat-alat perlengkapan lainnya. Hingga tahun 1972/73 telah terdapat 68 buah DKP laut/udara dan pos karantina perbatasan.

1. Pengamatan epidemiologi.Dari hasil-hasil pengamatan epidemiologi serama ini ternya-

ta bahwa penyakit gastro entritis mempunyai tingkat pro-porsionil tertinggi yakni 23,9%, disusul oleh tetanus (3,0%), kemudian typhoid fever (2,2%) dan diphtheria (1,7%). De- ngan pengumpulan data penyakit yang teratur dan lengkap melalui surveillance epidemiologi, maka perencanaan program pemberantasan penyakit menular jauh lebih terarah dan men-capai hasil-hasil yang lebih memuaskan bila dibandingkan dengan pada waktu belum adanya kegiatan pengamatan epi-demiologi.

4. Pemulihan dan peningkatan kesehatan.Usaha-usaha pembangunan dilapangan pemulihan dan pe-

ningkatan kesehatan dalam tahun 1972/73 terutama meliputi kegiatan-kegiatan perbaikan gizi, peningkatan kesehatan jiwa, peningkatan kesehatan gigi dan peningkatan kesehatan mata.

a. Perbaikan gizi.Usaha perbaikan gizi jang ditujukan untuk meningkatkan

pengertian masyarakat terhadap masalah gizi telah dilakukan melalui berbagai seminar, latihan, penyebaran buku dan se-lebaran maupun bimbingan tehnis sampai kedesa-desa. Hing-ga tahun 1972/73 kegiatan ini telan berkembang di 8 propinsi meliputi 39 kabupaten, 226 kecamatan, dan 1.582 desa. Dalam rangka Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) telah diberi- kan latihan-latihan kepada 19.285 petugas (3.285 petugas kesehatan dan 16.000 petugas dari instansi lainnya). Hingga tahun 1972 telah disebar luaskan pula 162.000 lembar poster/ buku/selebaran mengenai gizi. Dalam hubungan ini telah di

432

adakan pula penelitian dilapangan anemigizi, gizi anak pra sekolah, penelitian bahan makanan yang menyangkut segi-segi biologis, tehnologi, bahan peragi, aflatoxin dan percobaan pemasakan, pola konsumsi makanan didaerah Bogor, Padang, Pontianak, Samarinda, Mataram dan penelitian masalah gondok endemis. Hasil-hasil penelitian ini telah dipublisir dalam bentuk buku/majalah olah Balai Penelitiai Gizi (Bogor) dan sebagian diantaranya telah dikemukakan pada konperensikonperensi internasional diberbagai negara.

b. Peningkatan kesehatan jiwa.Dalam tahun 1972/73 telah dididik 12 dokter, 12 psikolog

dan 13 pekerja sosial yang kemudian ditempatkan diberbagai rumah sakit jiwa. Begitu pula dalam rangka integrasi pera-watan penderita penyakit jiwa telah dididik 270 orang perawat.

Dengan perbaikan rehabilitasi fasilitas rumah-rumah sakit jiwa dan peningkatan ketrampilan tenaga pelayanan, maka jumlah penderita yang dapat dirawat rata-rata bertambah 5% tiap tahun. Sebaliknya lamanya hari perawatan hanya 40 hari dan jumlah penderita yang dapat dikeluarkan dari rumah sakit jiwa bertambah 18% setiap tahun.

Penelitian dilakukan pula dibidang epidemiologi dan, obat-obatan. Juga diselenggarakan GPPQ (General Purpose Pati- ent Questionaire) rumah-rumah sakit jiwa pemerintah (terma-suk lingkungan ABRI), swasta, fakultas-fakultas kedokteran, guna mendapatkan pola penyeragaman pengobatan penderita penyakit jiwa sesuai dengan modernisasi cara pengobatan.

c. Peningkatan kesehatan gigi.Apabila angka-angka tahun 1969 dibandingkan dengan ang-

ka-angka tahun 1972, akan nampak bahwa jumlah Balai Pe-ngobatan Gigi (BPG) telah meningkat dari 215 buah (1969) menjadi 362 buah (1972), Sekolah Pengatur Rawat Gigi dari 2 buah (1969) menjadi 5 buah (1972), perawat gigi dari 108 orang (1969) menjadi 319 orang (1972), ahli teknik gigi dari

433

21 orang (1969) menjadi 56 orang (1972). Penelitian-peneli- tian juga dilakukan terhadap alat-alat kedokteran gigi baru, demikian pub. panelitian epidemiologis di 16 propinsi serta beberapa penelitian lainnya dilapangan ini.

d. Peningkatan kesehatan mata.Usaha peningkatan kesehatan mata dalam tahun 1972/73 ter-

utama meliputi kegiatan-kegiatan:(1) penanggulangan penyakit mata yang disebabkan oleh ke-

kurangan vitamin A dengan cara memberikan Red Palm Oil (RPO) kepada anak-anak pra sekolah di 16 propinsi sebanyak 26.750 kg.

(2) pemberian suntikan vitamin A dalam dosis tinggi (100.000 I.U.) kepada anak-anak sebanyak 136.339 ampul.

(3) pengobatan dengan salep mata antibiotika (24.906 tube).(4) penanggulangan trachoma di 7 desa didaerah Dieng Jawa

Tengah, meliputi 7.428 orang dengan antibiotika dan pre-parat sulfa.

(5) penggunaan enzim zolyse pada 100 kasus operasi katarak mata di Rumah Sakit Mata Bendungan Semarang.

(6) upgrading perawat kesehatan mata untuk Rumah Sakit Kabupaten :Semarang (180 orang), Bandung (30 orang), Surabaya (15 orang), Denpasar (15 orang), Palembang (15 orang) dan Medan (15 orang).

(7) penempatan 3 orang dokter ahli mata di Jambi, Kaliman- tan Timur dan Aceh, jang semula tidak mempunyai dokter ahli mata.

(8) penyelenggaraan pengobatan keliling didaerah yang belum mempunyai dokter mata.

(9) percobaan penggunaan massive dose vitamin A (200.000. I.U.) di 200 desa dari 5 kabupaten di Jawa Ba- rat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan sasaran 1 juta penduduk.

434

5. Pengadaan obat obatan dan alat-alat kesehatan.

Dalam hal pengadaan obat-obatan usaha-usaha telah dila-kukan terhadap pengadaan/produksi, penyaluran maupun pe-ngawasan/penelitian obat-obatan. Perkembangan unit-unit produksi obat-obatan maupun unit-unit penyalurannya dapat dilihat pada tabel XI-2.

Tabel XI — 2PERKEMBANGAN KEFARMASIAN DI INDONESIA

1967 -1972

1967 1968 1969 1970 1971 1972

Pedagang besarfarmasi 193 274 352 447 568 648Industri farmasi 128 143 154 167 174 148Apotik 573 760 892 996 1.078 1.108Asisten apoteker 6.812 7.543 8.458 9.450

10.35011.500Apoteker 945 1.029 1.127 1.190 1.281 1.371

Sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah dan jenis obat-obatan yang membanjiri masyarakat, maka pengawasan dan penelitian lebih ditingkatkan antara lain melalui :a. registrasi semua obat yang beredar di Indonesia;b. penilaian dan pemeriksaan terhadap obat-obatan yang di-

daftarkan dan menetapkan obat-obat yang diperbolehkan beredar di Indonesia;

c. rehabilitasi sarana fisik penelitian obat-obatan khususnya ditempat-tempat yang banyak beredar obat-obatan serta di-beberapa tempat yang terpencil;

d. peningkatan pengawasan terhadap obat-obatan yang ber-edar dan pengawasan terhadap penyalah gunaan obat-obatan.

435

GRAFIK XI – 2PERKEMBANGAN KEFARMASIAN DI INDONESIA

1967 – 1967 – 1972

436

Selanjutnya dalam rangka penyediaan alat-alat kesehatan maka dalam tahun 1972/73 telah disediakan berbagai perleng- kapan media dan non media, spareparts alat-alat kesehatan, bahan baku obat-obatan serta obat-obatan jadi.

6. Pendidikan dan latihan (tenaga kesehatan).

Kegiatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dalam 1972/73 terutama meliputi :a. Rehabilitasi 3 Sekolah Perawat di Jakarta dan Nusa Teng-

gara Timur, memperlengkapi 1 Sekolah Guru Perawat dan 1 Pusat Latihan Kesehatan Masyarakat di Jakarta.

b. Untuk perbaikan kurikulum dan sistim pendidikan tenaga kesehatan telah diadakan penyesuaian kembali peraturan-peraturan pendidikan tenaga sanitasi, analis dan asisten apoteker.

c. Kegiatan penataran/kursus/seminar/lokakarya kesehatan telah diikuti oleh 1.910 orang. Usaha ini sekaligus menjadi penghubung timbal balik antara pusat dan daerah.

d. Perlengkapan kepustakaan dan perpustakaan melalui pener-bitan buku-buku, majalah-majalah serta penerbitan lain- nya sebanyak 1.300 buah, sekaligus memperlengkapi per-pustakaan kesehatan dipusat dan daerah,

7. Penelitian dan survey kesehatan.Dalam tahun 1972/73 telah dilakukan penelitian dan survey

kesehatan yang meliputi :a. Studi-studi operasionilb. Penelitian dan Pusat latihan Pengawasan Pestisidac. Survey dan perencanaan kesehatan umumd. Penelitian gizi dan bahan makanane. Penelitian kesehatan jiwaf. Penelitian kesehatan gigi.

437

8. Peningkatan hygiene dan sanitasi.Dalam hubungannya dengan peningkatan hygiene dam sani-

tasi, hingga tahun 1972/73 telah ditingkatkan pula penyediaan air minum (khususnya didaerah pedesaan) dengan membuat 1.305 sumur dengan pompa tangan untuk 130.500 penduduk di 25 propinsi. Kecuali itu dibangun pula 54 buah instalasi perse-diaan air minum sederhana dengan sistim perpipaan untuk 167.500 penduduk di 8 propinsi. Demikian pula telah di-bangun 3 buah instalasi penampungan air hujan untuk 11.000 penduduk di 3 propinsi.

Sementara itu dalam rangka penyediaan air minum yang sehat didaerah pedesaan, telah dilaksanakan pembuatan 57 instalasi penyediaan air minum sederhana dengan sistim perpipa- an di 8 propinsi. Untuk peningkatan hygiene air minum ini pula telah diadakan pemasangan sumur-sumur pompa tangan dangkal dan yang dalam sebanyak 1.470 buah, tersebar di 25 propinsi, meliputi pelayanan bagi sekitar 147.000 penduduk.

Sedangkan usaha pembuangan kotoran diutamakan pada perbaikan/pembuatan fasilitas pembuangan kotoran (latrine) yang memenuhi syarat-syarat kesehatan didaerah-daerah yang telah ada penyediaan instalasi air minum.

Pengembangan hygiene makanan dan inhuman masih terba-tas pada upgrading petugas-petugas hygiene dan sanitasi (pu- sat dan daerah) penyusunan buku-buku pedoman tehnis dan pengumpulan data. Begitu pula hygiene perusahaan dan tem-pat-tempat umum masih amat terbatas.

Penataran tenaga petugas hygiene dan sanitasi baik yang berada ditingkat pusat maupun daerah telah dilaksanakan pula dalam tahun 1972/73.

9. Peningkatan effisiensi aparatur dan prasarana fisik.Pengawasan operasionil secara langsung telah dilakukan da-

lam tahun 1972 / 73 untuk meningkatkan effisiensi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dalam tahun ini pula telah direhabi-litir/dibangun kantor-kantor Tnspektur Kesehatasi di 6 propinsi

438

yaitu di: Maluku, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Teng-gara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Demi- kian pula telah dibangun perumahan-perumahan untuk tenaga-tanaga kesehatan serta penyediaan sarana-sarana angkutan untuk pelaksanaan tugas-tugas kegiatan pembangnnan kese-hatan.B. KELUARGA BERENCANA

I. Pendahuluan.Sebagaimana dalam tahun-tahun sebelumnya, maka pelaksa-

naan keluarga berencana dalam tahun 1972/73 ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan pe-laksanaan keluarga berencana, diusahakan agar angka kelahir-an dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembang- an penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dan dengan demikian diharapkan dapat ditingkatkan taraf ke-hidupan dan kesejahteraan rakyat.

Dengan makin meningkatnya pertumbuhan pelaksanaan pro-gram dan sejalan dengan pelaksanaan bantuan dari pihak Bank Dunia dan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa maka dalam tahun 1 9 7 2 / 7 3 susunan organisasi pelaksana kelu-arga berencana. (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasio- nal) telah mengalami penyempurnaan, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah.

Demikian pula beberapa kebijaksanaan umum yang menjadi dasar pelaksanaan dan pengembangan keluarga berencana di Indonesia telah dirumuskan oleh Dewan Pembimbing Keluarga Berencana Nasional, pads awal tahun 1973 (Pebruari 1973).

Atas dasar landasan kebijaksanaan dan tujuan tersebut di-atas, berbagai perkembangan telah dicapai dalam tahun 1972/ 73 dibidang penerangan dan motivasi, pelayanan medis, pendi-dikan dan latihan, pengembangan logistik, pencatatan dan pe-laporan serta penelitian dan penilaian kegiatan keluarga beren-cana.

439

II. Pelaksanaaa kegiatan-kegiatan dan perkembangan hasil-hasil yang dicapai

1. Penerangan dan motivasi.Kegiatan penerangan dan motivasi dalam tahun 1972/73 ter-

utama dilakukan melalui Cara-cara sebagai berikut:a. Penerangan (informal) umum.Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui

surat-surat kabar, majalah, kantor berita (30 b u a h diseluruh Jawa dan Bali), 9 kali peninjauan wartawan kedaerah-daerah (tahun 19 72 /7 3 ) , siaran-siaran radio (RRI dan non RRI), TV RI, konperensi pars, 1agu-lagu popular keluarga berencana, pembuatan film ceritera dan dokumenter tentang keluarga be-rencana, penerbitan-penerbitan, spanduk-spanduk dan billboard dan terakhir adalah stempel pos pada surat-surat dan prangko keluarga berencana.

b. Penerangan kelompok.Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan-

bantuan yang diberikan kepada seminar/raker/pertemuan ber-bagai kelompok masyarakat dan mengirimkan tenaga-tenaga penerangan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelompok khusus masyarakat diberbagai daerah.

c. Penyuluhan wawan muka.Penyuluhan wawan muka adalah suatu pendekatan secara

langsung baik kepada calon akseptor maupun kepada mereka yang telah menjadi akseptor dengan tujuan menungkatkan ak-septor baru dam.sekaligus membina kelangsungan akseptor yang telah ada. Kegiatan penyuluhan wawan muka ini untuk sebagi- an besar dilakukan oleh Para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Dalam tahun 1972 / 73 telah tercatat 4.644 orang PLKB, 788 orang pimpinan kelompok PLKB, 114 penga- was PLKB, 23 orang koordinator PLEB dan 18 orang tenaga staf untuk pengorganisasian PLKB.

440

d. Pendidikan kependudukan.

Pendidikan kependudukan diarahkan untuk mengembangkan penerangan dan pengertian tentang hubungan yang rasionil antara perkembangan jumlah manusia dan perkembangan alam sekirtarnya termasuk masalah perkembangan sumber-sumber kehidupan bagi manusia itu sendiri. Kegiatan pendidikan ke-pendudukan ini dilakukan baik melalui pendidikan disekolah-sekolah maupun kegiatan-kegiatan diluar sekolah.

Dalam tahun 1972/73 kegiatan pendidikan kependudukan pa-da dasarnya merupakan usaha-usaha perintisan untuk pengem-bangan selanjutnya. Dalam rangka ini, dalam tahun 1972/ 73 telah diadakan loka-karya penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan dan telah berhasil diru-muskan 26 bahan pelajaran dari 26 judul. Begitu pula telah diadakan seminar teras pertama pendidikan kependudukan, yang diikuti oleh kepala-kepala direktorat, kepala-kepala se- kolah pembangunan dan kepala-kepala perwakilan pendidikan tingkat propinsi. Kemudian telah diselenggarakan pula seminar teras kedua, yang diikuti oleh para RABIN (Kepala Pembina- an) SMP, KABIN SMA dan KABIN Khusus dari seDuruh Indo- nesia.

2. Pelayanan medic keluarga berencana.Klink-klinik keluarga berencana yang melayani para aksep-

tor adalah KIA yang diintegrasikan dengan keluarga berenca- na dan dilaksanakan oleh berbagai unit pelaksana seperti Dep-kes, ABRI, Muhammadyah, DGI, perusahaan-perusahaan. Di-samping klinik-klinik keluarga berencana tersebut, terdapat pula team keliling yang terdiri dari, petugas-petugas klinik keluarga berencana yang memberikan pelayanan kedaerah-daerah yang penduduknya belum dapat dicapai oleh klinik-klunik yang ada. Team disebut Team Media Keliling Keluarga Berencana. Dalam tahun 1972/73 tercatat 2.137 klinik keluarga beren- cana dan 89 Team Medic Keliling Keluarga Berencana (Tabe1 XI-3) .

441

TABEL .XI-- S.'

JUMLAH KLrNIK-KLINIK DAN TEAM MEDIS KELILINGKELUARGA BERENCANA

1972/73

K l i n i kPropinsi Depkes ABRI Instansi Swasta Jumlah Team Medis

lain Keliling

DKI Jakarta 57 37 24 41 159 9

Jawa Barat 394 38 5 22 459 4

Jawa Tengah 438 27 2 27 494 33

D.I. Yogyakarta 93 6 - 16 115 6Jawa Timur 668 44 10 38 760 33

B a l i 136 6 - 8 150 4

Jawa - Bali 1.786 158 41 152 2.137 89

Disamping itu 26 buah rumah sakit/rumah bersalin telah me-nyelenggarakan pelayanan keluarga berencana khusus kepada ibu-ibu yang baru bersalin (post partum program), seperti ter-lihat pada tabel XI-4.

Tabel XI — 4JUMLAH RUMAH-RUMAH SAKIT/RUMAH BERSALIN

YANGMEMBERIKAN PELAYANAN KHUSUS KELUARGA

BERENCANABAGI IBU YANG BARU MELAHIRKAN 1972/73

Unit Jawa-Bali Luar Jawa-Bali Jumlah

DepkesABRISwasta

1272

41

0

1682

442

Semua unit 21 5 26

GRAFIK XI – 3JUMLAH KLINIK-KLINIK DAN TEAM MEDIS KELILING

KELUARGA BERENCANA1972/73

443

GRAFIK XI – 4JUMLAH RUMAH-RUMAH SAKIT/RUMAH BERSALIN

YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KHUSUS KELUARGABERENCANA BAGI IBU YANG BARU MELAHIRKAN

1972/73

444

Untuk melayani klinik-klinik keluarga berencana tersebut, dalam tahun 1972/73 terdapat 813 orang dokter, 1.642 orang bidan, 1.109 orang pembantu bidan dan 1.588 orang tenaga ad-ministrasi klinik keluarga berencana (Tabel XI-5).

Sementara itu, dari 1.000.000 akseptor baru yang merupakan sasaran, ternyata bahwa dalam tahun 1972/73 telah dapat dica-pai sebanyak 1.078.889 akseptor baru, yang berarti pencapaian sebesar 107,7% dari target yang semula ditetapkan. Apabila dilihat bahwa dalam tahun 1972/73 terdapat 2.226 klinik kelu-arga berencana (2.137 klinik biasa dan 89 buah team keliling), maka berarti bahwa tiap klinik rata-rata melayani 39 akseptor baru per bulan.

Dari keseluruhan jumlah akseptor tersebut ternyata bahwa 56,3% menggunakan pill, 35,2% menggunakan IUD, 7,2% menggunakan condom dan 1,3% menggunakan vaginal tablet.

Suatu gambaran menyeluruh tentang jumlah klinik, banyak-nya akseptor dan beberapa segi, lainnya dapat dilihat pada Tabel XI-6.

Suatu penelitian (khususnya di Jawa Timur dan Jawa Barat) menunjukkan pula bahwa kelangsungan pemakaian alat-alat kontrasepsi (khususnya IUD dan oral pill) cukup menggembi-rakan apabila dibandingkan dengan tingkat kelangsungan pe-makaian kontrasepsi dibeberapa negara lain (Tabel XI-7).

3. Pendidikan dan latihan keluarga berencana.Kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana dalam

tahun 1972/73 ditujukan untuk menyediakan, mendidik dan me-latih petugas-petugas keluarga berencana, dengan daya guna, kemampuan serta ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan menurut jumlah, waktu dan tempat.

Tenaga-tenaga yang dihasilkan dari pendidikan dan latihan keluarga berencana meliputi antara lain petugas administrasi keluarga berencana, petugas pencatatan dan pelaporan, petugas

445

TABEL XI — 5.

JUMLAH TENAGA PADA KLINIK-KLINIK KELUARGA BERENCANA 1972/73

D o k t e r B i d a n Pembantu Bidan Tenaga Administrasi L B Jumlah L B Jum lah L B Jumlah L B Jumlah

P r o p i n s i

DKI Jakarta 52 26 78 56 32 88 33 17 50 37 14 51Jawa Barat 173 9 182 329 16 345 92 100 192 286 66 352Jawa Tengah 172 1 173 286 6 292 33 17 50 295 2 297D.I. Yogyakarta 49 3 52 98 7 105 48 54 102 77 37 114Jawa Timur 247 32 279 424 238 662 244 402 646 325 300 625B a l i 38 11 49 122 28 150 7 62 69 15 134 149

Jawa - Bali 731 82 813 1.315 327 1.642 457 652 1.109 1.035 553 1.588CATATAN : L = telah mendapat latihan keluarga berencana.

B = belum mendapat latihan keluarga bcrencana.446

GRAFIK XI – 5JUMLAH TENAGA PADA KLINIK-KLINIK

KELUARGA BERENCANA1972/1973

447

TABEL XI - 6PROSENTASE JUMLAH AKSEPTOR BARU DAN KLINIK KELUARGA

BERENCANA TERHADAP JUMLAH - JUMLAH WANITA YANGMASIH SUBUR (UNTUK MELAHIRKAN)

197273Kumulatip : April 1972 s,/d Maret 1973

Perkiraan. Jumlah akseptor baru menurut metode Jumlah Akseptar Akseptor Ratio jumlohP r o p i n s i Juml ah Penduduk wanita subur

(unerr 15-49 th)PILL IUD Condom Tablet

VaginalJumlah klinik

K.B.baru per 1000wanita subur

baru per kli-nik per bulan

klinik terhadapwanita subur

1. DKI. Jakarta Raya 4.576.009 823.682 26.287 17.821 16.507 641 61.256 159 74,35 33,47 5.180,39(42,91%) (29,09%) (26,95%) (1,05%) (100%)

2. Jawa Barat 21.631.151 3.893.883 150.545 20.856 10.990 3.244 185.635 459 47,69 30,78 8.483,41(81,09%) (11,23%) (5.92%) ( 1 , 7 5 ) (100%)

3, Jawa Tengah 21.875.785 3.937,875 110.974 92.740' 20.663 4.075 228.452 494 58,00 42,25 7.971,41(48,58%) (40,59%) ( 9,04%) (1,78%) (100%)

4. D.1. Yogyakarta 2.489.920 448.200 10.215 16.229 10.658 1.245 38.347 115 85,56 29,80 3.897,39(26,64%) (42,32%) (37,79%) (3,25%) (100%)

5. jawa Timur 25.526.714 ' 4.594.809 298.731 205.736 15.428 4.745 524.640 .760 114,19 57,70 6.045,80(56,94%) (39,21%) (2,94%) (0,90%) (100%)

6. b a I i 2.120.338 381.661 10.298 26.871 3.172 218 40.559 150 106,27 22,95 2.544,41(25,39%) (66,25%) I (7,82%) (0,54%) (100%)

Jawa - bali 78.219.917 14.080.110 607.050 380.253 77.418 14.168 1.078.889 2.137 76,62 44,16 6.588,73(56,27%) (35,24%) (7,18%) (1,31%) (100%)

448

TABEL XI-7.KELANGSUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI

(IUD dan ORAL PILL)

I U D O R A L P I L LDaerah penelitian Bulan pemakaian Bulan pemakaian

12 bulan 24 bulan 12 bulan 24 bulan

Jawa Timur 86,8 78,8 53,5 27,8Jawa Barat 86,7 80,3 70,5 66,5Pilipina 87,5 - 54,0 37,0Thailand 76,9 - 67,9 52,7Hongkong 66,0 - 58,2 -Taiwan 67,0 53,0 32,0 -

penelitian, petugas penerangan dan motivasi petugas lapangan keluarga berencana dan lain sebagainya.

Jenis-jenis petugas serta jumlah tenaga yang dilatih dalam tahun 1972/73 dapat dilihat pada Tabel XI-8.

4. Logistik.Kegiatan logistik dalam tahun 1972/73 terutama meliputi pe-

nyediaan dan penyaluran bahan-bahan kontrasepsi dan pengembangan sarana kerja dan sarana pelaksanaan program lainnya.

Dalam tahun 1972/73 telah disediakan 9.000.000 (cycle) oral pill, 436.000 (biji) IUD dan 10.000 (gross) condom.

Disamping itu sistim penyaluran dan pendistribusian bahan-bahan kontrasepsi juga terus disempumakan.

5. Pencatatan dan pelaporan.Untuk menimgkatkan kegiatan pencatatan dan pelaporan da-

lam tahun 1972/73 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pencatatan jumlah klinik keluarga berencana yang lebih teliti dan lebih tepat.

449

TABEL XI— 8.PENDIDIKAN DAN LATIHAN KELUARGA BERENCANA

(1972/73)

Kategori petugas yangmendapat pendidikandan latihan keluarga

berencana

DKIPusat Jakarta

RayaJawa Jawa Barat Tengah

D.I. Yogya-karta

Jawa Timur Bali Jumlah

1. D o k t e r -- 73 40 67 16 62 14 272

2. B i d a n - 90 98 294 85 250 28 8453. P K E - 37 48 127 50 - - 262

4. P L K B - 128 775

790 81 804 60 2.7585. Pimpinan Kelompok PLKB - 36 19

7230 28 241 28 760

6. Koordinator PLKB 23 - - - - - - 237. Petugas pencatatan dan

- 9 23 35 5 35 8 115pelaporan kabupaten8. Pencatatan dan pelaporan

klinik - 81 19 - - 229 50 5549. Juru Penerangan Pusat

33 - - - - - - 33dan Daerah10. Juru Penerangan Mobil - 15 75 - - - 24 11411. Penelitian dan Penilaian 20 - - - - - - 2012. Management 26 - - - - - - 2613. T r a i n e r 11 - - - - - - 1114. D u k u n - 100 1.755 4.200 405 4.505 10.965

450

450

b. Pencatatan dan penelitian kebenaran laporan jumlah aksep-tor.

c. Meningkatkan masuknya laporan-laporan tepat pada waktu-nya.

d. Melakukan penelitian dan pengawasan langsung, untuk me-ningkatkan mutu dan kecepatan pencatatan dan pelaporan.

6. Penelitian dan penilaian.Penelitian dan penilaian yang dilaksanakan dalam tahun

1972/73 meliputi :

a. Lapangan penerangan.(1) Faktor-faktor penentu dalam menentukan pilihan me-

tode keluarga berencana yang digunakan (di Jawa Timur).

(2) Pengetahuan tentang sikap dan pemakaian alat-alat kontrasepsi untuk golongan Cina.

(3) Evaluasi buku pedoman Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).

(4) Studi tentang dukun sebagai motivator.(5) Studi tentang alasan-alasan dan proses pengambilan ke-

putusa,n untuk menjadi akseptor.(6) Evaluasi bahan-bahan penerangan.(7) Pretest dari penelitian tentang sikap setelah menjadi

akseptor.

b. Lapangan pelayanan. medis.(1) Epidemiografi keluarga berencana.(2) Effektifitas kontrasepsi (Jawa Timur).(3) Effektifitas kontrasepsi (Jawa Barat).(4) Effektifitas kontrasepsi (Jawa Tengah).(5) Integrasi keluarga berencana kedalam KIA.

451

c. Lapangan sarana keluarga berencana.Menyiapkan rencana penelitian kebenaran laporan untuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali dan DKI Jakarta. Selanjutnya diteruskan kegiatan:(1) Penelitian kebenaran laporan di Jawa Timur.(2) Penelitian kebenaran laporan di Jawa Tengah.(3) Penelitian kebenaran laporan di Jawa Barat.(4) Analisa effektifitas pembiayaan (cost effectiveness

analysis).Kecuali itu juga telah diadakan penelitian tentang pola fer-

tilitas dan mortalitas di Indonesia yang dilakukan oleh Lem- baga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Data-data dalam rangka penelitian ini masih dalam pengolahan.

452