karyatulisilmiah.com · web viewlahirnya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa “ Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Dalam pasal 18 ayat
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten/kota,yang tiap-tiap kabupaten/kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang undang.Kemudian
dalam pasal 18 ayat (2) Pemerintahan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan1.Dalam asas otonomi ini terdapat
Desentralisasi dan dekonsentrasi.Pembangunan dilaksanakan secara serentak
merata di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan nasional dan daerah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa.
Desa merupakan basis kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini
menjadikan masyarakat desa sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek
pembangunan,disinilah tujuan Desentralisasi untuk menjadikan masyarakat desa
sebagai subjeknya.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan
peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan
masyarakat. Daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau sering disebut Otonomi Daerah. Lahirnya otonomi daerah serta
dalam era globalisasi, maka pemerintah daerah dituntut memberikan pelayanan
yang lebih prima serta memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat ikut
1 UUD 1945 Pasal 18 tentang Pemerintahan Daerah
1
terlibat dalam pembangunan untuk kemajuan daerahnya, karena masyarakatlah
yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan serta pembangunan yang dilakukan
akan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai
rasa memiliki dan tanggung jawab.
Proses pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip
pembangunan yang berakar dari bawah (grasroots), memelihara keberagaman
budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia.
Pembangunan yang dilakukan harus memuat proses pemberdayaan masyarakat
yang mengandung makna dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai
tujuan. 2
Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah
konsep kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara
sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan.
Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah
disebabkan antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-
program pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan
lebih mengedepankan paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan
negara pada arus utama kehidupan bermasyarakat.
Di dalam Undang – undang No.32 Tahun 2004 mengakui bahwa desa juga
berwenang mengurus dan mengatur masyarakat setempat. Hal tersebut sesuai
dengan UU No.32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 angka 12 yaitu
“Desa atau yang disebut dengan nama lain,selanjutnya disebut Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,maka dalam
kehidupan dibatasi oleh sebuah peraturan yang harus ditaati,peraturan dibuat
dengan tujuan agar aman dan makmur. Dan desa berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”3
2 HAW. Widjaja.Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan Utuh.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.2003.Hlm 243 UU No.32 Th 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
2
Otonomi asli merupakan bentuk kewenangan yang hanya dimiliki oleh
Desa berdasarkan adat-istiadat yang hidup dan dihormati di suatu Desa yang
bersangkutan. Ini tampak kurang mendapat perhatian kita, sehingga dapat
menyebabkan kegiatan administrasi dalam organisasi pemerintahan tidak berjalan
seperti yang diharapkan. Hal semacam ini kemungkinan dapat membawa dampak
negatif bagi suatu pemerintahan, maksudnya penyelenggaraan ataupun
pengembangan organisasi pemerintahan Desa tidak berjalan secara efektif dan
efisien. Untuk itu Pemerintah Desa mempunyai hak, wewenang dan kewajiban
memimpin pemerintahan desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan
urusan pemerintahan Desa.
Pada masa penjajahan Hindia Belanda,pemerintah kolonial telah
menyadari peran strategis desa dalam kontelasi ketatanegaraan pada masa itu.
Indlandsche Gemeente Ordonanntie (IGO) Stbl. 1906 No.83, salah satu aturan
hukum pada masa kolonial, memberikan ruang demokrasi yang luas bagi desa
untuk menjalankan pemerintahan sendiri (self govering community) dalam bentuk
hak-hak kultural desa,parlemen desa dan sebagainya4
Hal yang sangat penting dalam struktur baru pemerintahantahan desa
adalah hadirnya Badan Permusyawarataan Desa berdasarkan Undang-Undang
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 200 ayat 1 dan dalam pasal
29 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Badan Permusyawaratan Desa
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa,maka dapat
diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua unsur
pemerintahan penting yang berperan di dalamnya,yaitu Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa,yang mempunyai kedudukan sejajar dan juga
menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Lahirnya BPD di tingkat desa,hendaknya
mengarah kepada membangun hubungan sinergis diantara lembaga legislatif dan
eksekutif desa,tanpa harus timbul suatu kesalahpahaman yang menuju pada
timbulnya konflik yang nantinya dapat mengganggu proses penegakan demokrasi
di desa. Hadirnya BPD ini bertujuan untuk mendorong terciptanya kerjasama 4 Lihat “Indlandsche Gemeente Ordonannte (IGO)”,”Stbl.1906 No.83”
3
yang harmonis serta tidak konfrontatif antara Kepala Desa dan BPD sebagai dari
wakil rakyat desa yang diperagakan oleh lembaga legislatif baik di tingkat
kabupaten/kota,provinsi dan pemerintah pusat.
Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik
dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-
benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi,
khususnya pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat
desa mulai dari keikutsertaan perencanaan sampai pada hasil akhir dari
pembangunan tersebut.
Lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah
dan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan
kesempatan kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, dengan persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
pemerataan, keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah.
Masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan
yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya. Masyarakat memiliki kedaulatan
yang cukup luas untuk menentukan orientasi dan arah kebijakan pembangunan
yang dikehendaki. Nilai-nilai kedaulatan selayaknya dibangun sebagai kebutuhan
kolektif masyarakat dan bebas dari kepentingan individu dan atau golongan.
Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa
yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga
pihak, yaitu pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan
prakarsa pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun
untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam
pembangunan desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi
warga desa menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk
menumbuhkan kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan
sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan
partisipasi warga desa dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan
4
pemimpin desa khususnya pimpinan dan kepemimpinan pemerintah desa atau
Kepala Desa. Sebab pada tingkat pemerintahan yang paling bawah, kepala desa
sebagai pimpinan pemerintah desa atau aktor dalam menjalankan kepemimpinan
pemerintah desa menjadi ujung tombak pelaksanaan dan terlaksananya
pembangunan desa maupun dalam menumbuhkan kesadaran warga desa untuk
berperan serta dalam pembangunan desa.
Pasal 1 ayat 8 PP No.72/2005 Tentang Desa yaitu “Badan
Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,selanjutnyadidingkat
dengan BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
desa” hal tersebut menjelaskan bahwa dalam pemerintahan desa terdapat lembaga
yang merupakan perwakilan rakyat5. Seperti halnya DPRD yang terdapat di
provinsi,Kabupaten/Kota mem dalam memiliki susunan dan kedudukan sebagai
lembaga negara sebagaimana diatur dalam UU No.22/2003 Tentang Susunan Dan
Kedudukan MPR,DPR,DPD,DPRD. Sementara itu BPD sebagai lembaga
pemerintahan di dalam desa juga susunan dan kedudukan sebagaimana diatur
dalam PP No.72/2005 Tentang Desa. Sebagai Badan Permusyawaratan Desa,BPD
mempunyai tugas dan wewenang dalam membentuk peraturan desa.
Dalam hal pengawasan terhadap peraturan desa dan pemerintahan desa
serta dalam hal menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Hal mengenai peraturan desa itu sendiri pengaturannya disebutkan dalam pasal
209 UU No.32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah,ditentukan bahwa “BPD
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa,menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat”
Dalam hal lain diatur juga mengenai petujuk teknis pembentukan
Peraturan Desa dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29/2006 Tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa. Dari
penjelasan diatas diketahui bahwa peraturan tersebut memberikan suatu
kewenangan bagi BPD untuk membentuk suatu Peraturan Desa,pengawasan
terhadap peraturan desa dan pemerintahan desa serta dalam hal menetapkan
5 PP No.72/2005 Pasal 1 Ayat 8 Tentang Desa
5
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dalam hal ini menunjukkan
bahwa BPD adalah sebagai lembaga legislatif yang terdapat dalam pemerintahan
desa.
Selanjutnya untuk mengetahui fungsi,tugas dan wewenang yang dimiliki
oleh BPD dapat dilihat dalam susunan dan kedudukannya yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.72/2005 Tentang Desa. Berhubungan dengan hal
tersebut terdapat suatu permasalahan dalam implementasinya yaitu mengenai
kurangnya peran dan kesadaran anggota BPD dalam menjalankan fungsi,tugas
dan wewenangnya sebagai lembaga legislatif, padahal BPD diharapkan menjadi
alat kontrol bagi proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
tingkat desa, sebagaimana dengan DPR/DPRD yang sama sama sebagai lembaga
legislatif dalam sistem Pemerinahan Negara Republik Indonesia. Hal ini bisa
terealisasi apabila Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra Kepala
Desa,berperan aktif dalam membangun desa bersama Kepala Desa dan
masyarakat.
Untuk mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang partisipatif. Pada
tatanan pemerintahan diperlukan perilaku pemerintahan yang jujur, terbuka,
bertanggung jawab dan demokrasi, sedangkan pada tatanan masyarakat perlu
dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran serta masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.Pembangunan
wilayah pedesaan tidak terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat pedesaan,
sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa harus
dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan pemerintah
desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa, melakukan
pembinaan dan pembangunan masyarakat, dan membina perekonomian desa.
Namun dalam kenyataannya menunjukkan bahwa penilaian kinerja kepala
desa oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan serba lamban, lambat, dan
berbelit-belit serta formalitas.Masyarakat yang dinamis telah berkembang dalam
berbagai kegiatan yang semakin membutuhkan aparatur pemerintah yang
profesional. Seiring dengan dinamika masyarakat dan perkembangannya,
6
kebutuhan akan pelayanan yang semakin kompleks serta pelayanan yang semakin
baik, cepat, dan tepat. Aparatur pemerintah yang berada ditengah-tengah
masyarakat dinamis tersebut tidak dapat tinggal diam, tetapi harus mampu
memberikan berbagai pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Mekanisme pengisian keanggotaan BPD yang semula dalam UU
No.22/1999 “dipilih” berdasarkan mekanisme demokratis, kini dalam UU
No.32/2004 ditetapkan secara musyawarah dan mufakat dengan basis perwakilan
wilayah. Sehingga menjadikan hal ini terjadi rasa sungkan terhadap kepala
desa.Salah satu faktor ini juga yang mempengaruhi kinerja dari BPD menjadi sulit
untuk menjalankan peran dan fungsinya secara keseluruhan. Kondisi yang
demikian menuntut seorang kepala desa harus mampu menjalankan perannya
yang sangat penting dalam mengembangkan demokrasi di desa melalui relasi
yang harmonis dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),selain itu perlu di
bangun sosialisasi yang efektif dan mengena kepada masyarakat langsung, dan
juga perlu di bangun komunikasi yang efektif antara warga dengan anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga pemerintahan desa.Hal ini sebagai upaya
pendidikan politik untuk masyarakat terutama yang menyangkut Badan
Permusyawarataan Desa (BPD) dan Pemerintahan Desa. Selain itu pembekalan
anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk meningkatkan fungsi dan
tugas yang diemban,merupakan hal yang mutlak dan wajib dilaksanakan dalam
rangka untuk mewujudkan proses demokrasi melalui mekanisme check and
balance antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD),Pemerintah Desa,dan
Masyarakat Sipil (civil society).
Otonomi daerah memberikan ruang bagi pemerintah daerah untuk
mengatur pemerintahan dan daerahnya secara mandiri.Keleluasaan otonomi
daerah adalah salah satunya memberikan pemerintahan daerah untuk membuat
Perda sesuai dengan kondisi yang ada didaerah tersebut. Badan Permusyawaratan
Desa di Kabupaten Magelang diatur dalam ketentuan Peraturan Daerah nomor 13
Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa. Lahirnya BPD Desa Danurejo
merupakan konsekuensi dari implementasi Otonomi daerah.
7
Berdasarkan pemikiran dan fenomena fenomena diatas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
menjalankan peran fungsinya terhadap pelaksanaan pemerintahan di desa,
dengan judul “IMPLEMENTASI KEDUDUKAN,FUNGSI DAN
WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DANUREJO
KEC.MERTOYUDAN,KAB.MAGELANG (Studi Periode 2007-2013)’’
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana realisasi pelaksanaan dari Kedudukan,Fungsi dan Wewenang
Badan Permusyawaratan Desa Danurejo Periode 2007-2013?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
Kedudukan,Fungsi dan Wewenang Badan Permusyawaratan Desa Danurejo
Periode 2007-2013?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apa hasil dari pelaksanaan demokrasi BPD Desa
Danurejo di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat jalannya demokrasi
oleh BPD dalam pemerintahan desa Danurejo Kecamatan Mertoyudan
Kab.Magelang.
D.KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
peneliti, pembaca atau masyarakat khususnya penyelenggara pemerintahan desa
serta berguna bagi ilmu pengetahuan :
8
1. Bagi peneliti
Penelitian inidiharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan di
bidang Hukum Tata Negara, khususnya hukum pemerintahan
daerah,sehingga dapat dijadikan bekal yang nantinya dapat untuk
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Bagi pembaca atau masyarakat umum khususnya penelenggara di dalam
pemerintahan desa.
Dengan membaca tulisan ini diharapkan pembaca atau masyarakat umum
khususnya penyelenggara pemerintahan desa akan menambah
pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menjalankan pemerintahan
desa dengan kedudukan,fungsi dan wewenang pemerintahan desa di
Kabupaten Magelang
3. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi ilmu
pengetahun daalam bidang hukum pada umumnya dan Hukum Tata
Negara pada khususnya.
E.SISTEMATIKA PENULISAN
Hasil penelitian ini disusun dalam sebuah skripsi yang membahas dan
menguraikan masalah yang terdiri dari 5 (lima) Bab, yang diantara bab satu
dengan bab lainnya saling berhubungan dan tak bisa dipisahkan ,yang secara
ringkas disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas masalah pokok skripsi meliputi Latar
Belakang Masalah,Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian,Manfaat
Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai Implementasi
kedudukan ,fungsi dan wewenang BPD Desa Danurejo periode
2007- 2013
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai tata cara memperoleh data untuk
penyusunan dalam skripsi ini yaitu antara lain Jenis
Penelitian,Spesifikasi Penelitian, Tahap Penelitian,Metode
Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil yang di
dapat dari penelitian yang diadakan serta pembahasan dan jawaban
dari penjelasan yang berkaitan dengan Implementasi
Kedudukan ,Fungsi dan Wewenang BPD Desa Danurejo Periode
2007- 2013
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi Kesimpulan serta Saran dari penulis dan juga
Daftar Pustaka
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pemerintahan Daerah
Dalam otonomi daerah, visi pemerintah daerah dalam era desentralisasi
pertamakali bukanlah mengisi kas pemerintah daerah sebanyak-banyaknya,
namun berusaha menciptakan iklim yang memungkinkan bagi rakyat untuk
berusaha dan membangun dirinya secara otonom agar tercipta kesejahteraan
masyarakat, sehingga dengan sendirinya akan memperbaiki perekonomian
daerah. Penyelenggaraan pemerintahan selalu terkait dengan sejarah dan situasi
sosial para penguasa dalam menata masyarakat dan lingkungannya. Belum
mantapnya sistem pemerintahan, lemahnya dukungan aparat, ikut
menggoyahkan sendi-sendi pelayanan kebutuhan hidup masyarakat. Sistem
pemerintahan dalam perspektif sejarah bangsa Indonesia, telah mengalami
perubahan yakni dari pemerintahan sentralistik ke desentralistik6.
Perubahan ini dikaitkan dengan situasi dan kondisi sosial yang secara
fenomenal terjadi dalam penyelenggaraan berpemerintahan.Bangsa Indonesia
sejak kemerdekaan mengalami berbagai konflik kepentingan antara pemerintah
pusat dan daerah, kepentingan penguasa dengan kepentingan rakyat. Konflik
berlangsung dari masa ke masa antara pemerintah dan penguasa yang melayani
berbagai kepentingan, dengan masyarakat sebagai pengguna jasa yang
menuntut diberikan pelayanan. Pemerintahan desentralistik merupakan suatu
solusi untuk menjawab kebutuhan otonomi daerah secara lengkap mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah akan
mendorong pemikiran baru bagaimana menata kewenangan yang efisien dan
efektif. Artinya, pemerintahan dapat diselenggarakan secara demokratis.
6 HAW Widjaja.Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU No.32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.2005.Hlm 18
11
Konsep otonomi berasal dari dua kata, yaitu auto (sendiri) dan nomous
(menyelenggarakan). Artinya, menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
Konsep otonomi ini merupakan gejala sosial karena keberadaannya dalam
masyarakat. Dalam sistem individu, seseorang memiliki suatu hak yang disebut
”privacy”, dan pada suatu kelompok masyarakat, mempunyai hak yang
dsisebut ”autonomy”, serta pada suatu bangsa ada hak yang dikenal
”sovereignty”. Setiap orang memiliki hak pribadi dalam menentukan
aspirasinya, seperti pribadi, daerah juga memiliki hak otonomi. Daerah sebagai
satu kesatuan dari masyarakat hukum mempunyai hak untuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Ini disebut sebagai otonomi daerah. Reformasi dan otonomi
daerah telah menjadi harapan baru bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk
membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi
sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah satu peluang baru yang
dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur desa dalam mengelola desa.
Hal itu jelas membuat pemerintah desa menjadi semakin leluasa dalam
menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan, dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa tanpa harus didikte oleh
kepentingan pemerintah daerah dan pusat. Sayangnya kondisi ini ternyata
belum berjalan cukup mulus. Sebagai contoh, aspirasi desa yang disampaikan
dalam proses musrenbang senantiasa kalah dengan kepentingan pemerintah
daerah (eksekutif dan legislatif) dengan alasan bukan prioritas, pemerataan dan
keterbatasan anggaran.
Dari sisi masyarakat, poin penting yang dirasakan di dalam era otonomi
adalah semakin transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin
pendeknya rantai birokrasi yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh positif terhadap jalannya pembangunan desa. Dalam proses
pembangunan, keberadaan delegasi masyarakat desa dalam kegiatan
pembangunan adalah membuka kran partisipasi masyarakat desa untuk ikut
menentukan dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan daerahnya.
Otonomi daerah tidak lain adalah perwujudan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab dan mempunyai hubungan yang erat dengan desentralisasi.
12
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari
kebijakan, perencanaan sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam
rangka demokrasi. Sedangkan otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah
untuk mengurus rumahtangganya sendiri dalam rangka desentraslisasi. Adapun
esensi dari otonomi daerah itu adalah komitmen untuk memberikan keadilan,
kepastian, dan kewenangan yang optimal dalam pengelolaan sumber daya pada
daerah.
Pencantuman tentang Pemerintah Daerah di dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilatarbelakangi oleh kehendak
untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat daerah. Hal itu dilakukan setelah belajar dari praktik
ketatanegaraan pada era sebelumnya yang cenderung sentralistis, adanya
penyeragaman sistem pemerintahan seperti dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, serta mengabaikan kepentingan
daerah.
Akibat kebijakan yang cenderung sentralistis itu, Pemerintah Pusat
menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan daerah sehingga
daerah diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang mengatur dan
mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan potensi dan kondisi objektif yang
dimilikinya.Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era
reformasi menjadi salah satu agenda nasional. Melalui penerapan Bab tentang
Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat terwujudnya kemajuan
daerah dan kesejahteraan rakyat di daerah, serta meningkatkan kualitas
demokrasi di daerah. Semua ketentuan itu dirumuskan tetap, dalam kerangka
menjamin dan memperkuat NKRI, sehingga dirumuskan hubungan
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Ketentuan Pasal 18, Pasal
18A, dan Pasal 18B ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang
menyatakan Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, Pasal
13
4 ayat (1) yang menyatakan Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan
Pasal 25A mengenai wilayah negara, yang menjadi wadah dan batas bagi
pelaksanaan Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B.
B. Otonomi Daerah
Berdasarkan undang undang nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah,penyelenggaraan Otonomi daerah dilaksanakan oleh
daerah dengan kewenangan yang luas,nyata dan bertanggung jawab
kepada Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan
pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan,serta
pertimbangan pusat dan daerah. Disamping itu penyelenggaraan Otonomi
daerah juga dilaksanakan dengan prinsip prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat,pemerataan dan keadilan,serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Sebagai contoh otonomi adalah pembentukan Kabupaten Magelang
akibat dari UU Nomor 13 Tahun 1950,karena Kabupaten Magelang
dianggap berpotensi.Dan hal ini juga sebagai strategi pengembangan
wilayah yang mampu menjadi stimulator bagi pertumbuhan dan
perkembangan wilayah.Melalui UU No.13 Th.1950 tersebut Kotamadya
Magelang diberi hak untuk berdiri sendiri.Sehingga Kabupaten Magelang
berpindah ibukota dan akhirnya terpilihlah Kota Mungkid sebagai ibukota
Kabupaten Magelang hingga saat ini.Jika di wilayah Kotamadya Magelang
menggunakan istilah Kelurahan yang Lurahnya dipilih walikota,di
Kabupaten Magelang menggunakan istilah Desa dan Kepala Desanya
dipilih oleh masyarakat.
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,dinyatakan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan otonomi
seluas luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan
mengurus semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan
Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang Undang ini. Daerah memiliki
14
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan,peningkatan,peran serta,prakarsa, dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat.Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan
diperlukan.Sedangkan yang dimaksud Otonomi yang bertanggung jawab
adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi
pemberian hak dan kewenangan pada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang harus dipikul daerah dalam mencapai pemberian
otonomi,berupa peningkatan pelayanan dan pembinaan masyarakat yang
semakin baik, keadilan dan pemerataan,serta pemeliharaan hubungan
dengan pemerintahan pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Khusus tentang pemerintahan desa,Undang Undang Nomor 32
Tahun 2004 memberikan pandangan pandangan baru yang intinya juga
untuk meningkatkan dan pemberdayaaan kemandirian desa.Seperti halnya
Pemerintah Daerah adalah Dewan Permusyawaratan Daerah dan Bupati
beserta jajarannya,maka untuk desa yang dimaksud dengan Pemerintahan
Desa adalah Pemerintah Desa dan Badan Permusyawarataan Desa.Sebagai
perwujudan demokrasi di desa maka dibentuklah Badan Permusyawaratan
Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di
desa yang bersangkutan.Dalam Pasal 204 UU No.32/2004 disebutkan
bahwa; Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain
berfungsi melekukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa meliputi
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa,Anggaran Pendapatan
Belanja Desa dan Keputusan Kepala Desa.
3. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama
lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah
15
terkecil yang dikelola secara formal dan mandiri oleh kelompok
masyarakat yang berdiam di dalamnya dengan aturan aturan yang
disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan keteraturan, kebahagiaan
dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan tanggungjawab
bersama kelompok masyarakat tersebut7.Wilayah yang ada
pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung berada di bawah Camat.
Dalam sistem administrasi negara yang berlaku sekarang di Indonesia,
wilayah desa merupakan bagian dari wilayah kecamatan, sehingga
kecamatan menjadi instrumen koordinator dari desa (Negara melalui
Pemerintah dan pemerintah daerah).
Pada awalnya, sebelum terbentukya sistem pemerintahan yang
menguasai seluruh bumi nusantara sebagai suatu kesatuan negara,satu
urusan-urusan yang dikelola oleh desa adalah urusan-urusan yang memang
telah dijalankan secara turun temurun sebagai norma-norma atau bahkan
sebagian dari norma-norma itu telah melembaga menjadi suatu bentuk
hukum yang mengikat dan harus dipatuhi bersama oleh masyarakat desa,
yang dikenal sebagai hukum adat. Urusan yang dijalankan secara turun
temurun ini meliputi baik urusan yang hanya murni tentang adat istiadat,
maupun urusan pelayanan masyarakat dan pembangunan (dalam
administrasi pemerintahan dikenal sebagai urusan pemerintahan), bahkan
sampai pada masalah penerapan sanksi, baik secara perdata maupun
pidana.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal- usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia8. Pengertian desa dari
7 Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No.13 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa Pasal 1 Ayat (3)8 UU No.32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat 12
16
sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam
kesatuan geografis tertentu dan antar mereka saling mengenal dengan baik
dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung
secara langsung dengan alam.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, Desa atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
berada di kabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa
dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa
dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis
bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk.
b. Luas Wilayah.
c. Bagian Wilayah Kerja.
d. Perangkat, dan.
e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan9.
Pembangunan nasional, desa memegang peranan yang sangat
penting, sebab desa merupakan struktur pemerintahan terendah dari sistem
pemerintahan Indonesia. Setiap jenis kebijakan pembangunan nasional
pasti bermuara pada pembangunan desa sebab pembangunan Indonesia
tidak akan ada artinya tanpa membangun desa, dan bisa dikatakan bahwa
hari depan Indonesia terletak dan tergantung dari berhasilnya kita
membangun desa. Sehingga dengan semangat desentralisasi dalam
otonomi daerah ini masyarakat haruslah dilibatkan atau diberdayakan
dalam pembangunan desanya. Sebab disadari atau tidak bahwa
pembangunan desa telah banyak dilakukan sejak dari dahulu hingga 9 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Th 2005 tentang Desa Pasal 2
17
sekarang, tetapi secara umum hasilnya belum memuaskan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah
Republik Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan
rumah tangganya menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah
tangganya sendiri, asal tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah di
desanya dan berkewajiban melaksanakan peraturan pemerintah Desa.
Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak otonomi dan tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan sendiri. Hanya
menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di
atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat. Ada masalah
kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan, pertanian,
lingkungan hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap dapat lepas
dari masalah-masalah itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat
dalam kebutuhannya untuk meningkatkan taraf hidupnya antara lain
kebutuhan pokok seperti makanan yang cukup dan sehat, rumah yang
sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan, keterampilan,
penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat dan Iain-lain.
Di Desa sebenarnya terdapat potensi sumber daya. Ada potensi
sumber daya alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya
manusia. Agar terpenuhi kebutuhannya maka mau tidak mau sumber daya
itu harus dimanfaatkan dengan baik. Untuk itulah perlu adanya
pembangunan sebab pembangunan Desa mencakup berbagai bidang
kehidupan masyarakat baik itu lahir maupun batin. Pembangunan
mencakup pribadi warganya dan lingkungannya, pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan warganya. Semua elemen penting yang
terdapat pada institusi desa diharapkan selalu mengetahui apa masalah
warganya dan apa kebutuhannya. Bukankah pembangunan itu untuk
penduduknya sendiri dan bukankah pemerintahan Desa diadakan untuk
18
membangun Desa dan masyarakat. Dalam hal ini seorang Kepala Desa
harus menempatkan dirinya sebagai Pemimpin yang baik yang bisa
mengayomi masyarakatnya, yang siap mendengar keluh kesah warganya
dalam hal apapun, agar masyarakatnya benar-benar percaya bahwa
pemimpinnya selalu bersikap adil dan tidak berpihak pada yang satu atau
yang lainnya.
Wujud demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
dibentuk badan permusyawaratan desa atau sebutan lain sesuai dengan
budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi
sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran dan
pendapatan dan belanja desa, dan keputusan kepala desa. Di desa dibentuk
lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Pemerintah desa
terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari
Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, unsur kewilayahan dan
perangkat desa lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, dan sekretaris desa diisi dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat.
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 (6) Pemerintah desa adalah
penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan
permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia10, pemerintah desa atau yang disebut juga dengan
nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa.
Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa berwarga negara
Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur
oleh peraturan daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Calon
10 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Th 2005 tentang Desa Pasal 1 Ayat (6)
19
kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala
desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa dalam
kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat
setempat yang ditetapkan dalam peraturan daerah dengan berpedoman
pada peraturan pemerintah.
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa
Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud
adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa
seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan,
pembentukan badan usaha milik desa, dan kerjasama antar desa. Urusan
pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam
penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan desa,
jembatan desa, pasar desa. Urusan kemasyarakatan ialah pembedayaan
masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat
seperti bidang kesehatan, pendidikan, dan adat-istiadat. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Kepala Desa mempunyai
wewenang:
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPD.
b) Mengajukan rancangan peraturan desa.
c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD.
d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
e) Membina kehidupan masyarakat desa.
f) Membina perekonomian desa.
g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
20
h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan,dan;
i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala desa mempunyai
kewajiban:
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN);
f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
desa;
j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan
adat istiadat;
21
n.Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa
o.Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup11
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Desa
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa ini disampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana diatas
disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat
dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau
diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa,
radio komunitas atau media lainnya. Perangkat Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 72 Tahun 2005 yaitu Sekretaris
Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Desa
bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai
Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas
nama Bupati/Walikota.
Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah
Republik Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan
rumah tangganya menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah
tangganya sendiri, asal tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah di
desanya dan berkewajiban melaksanakan peraturan pemerintah Desa.
Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak otonomi dan tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan sendiri. Hanya
11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Th 2005 tentang Desa Pasal 14 dan 15
22
menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di
atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat yang meliputi:
masalah kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan,
pertanian, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap
dapat lepas dari masalah-masalah itu karena itu masalah-masalah warga
masyarakat dalam kebutuhannya untuk meningkatkan taraf hidupnya
antara lain kebutuhan pokok seperti makanan yang cukup dan sehat,
rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan,
keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat
dan Iain-lain.
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengembangan
organisasi pemerintah yang telah diprogramkan perlu didukung oleh
aparatur pelaksana yang mampu, dan untuk itu perlu dijalin hubungan
serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antara
pemerintah daerah dengan pemerintah di bawahnya sampai pada unit
pemerintahan yang terendah yaitu pemerintah Desa.
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur
dalam Undang-undang nomor 05 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah yang telah dirubah menjadi Undang-undang No
22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang kemudian telah
disempurnakan menjadi Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya
kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia, tetapi juga yang penting
adalah mensukseskan pembangunan di segala bidang di Seluruh Indonesia
guna mencapai cita-cita nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945, yaitu masyarakat adil dan makmur baik
materil maupun spritual bagi Seluruh rakyat Indonesia. Maka perlu
23
memperkuat kedudukan pemerintahan desa agar mampu menggerakkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan organisasi dan
makin mampu menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang
makin meluas dan efektif.
Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan DPR menetapkan
Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa sebagai
pengganti dari Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan
dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004. Prinsip dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan Undang-undang nomor
32 Tahun 2004 adalah :
a. Untuk menjamin Terselenggaranya tertib pemerintahan dan sesuai
pula dengan sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka
pengaturan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa sejauh
mungkin diseragamkan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas Desa di Seluruh
Indonesia yang beraneka ragam baik dalam susunan masyarakat,
tata hukum adatnya maupun latar belakang kehidupannya sebagai
satuan masyarakat terkecil. Keseragaman tersebut meliputi
kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok dalam penyelenggaraan
pemerintahan Desa yang diarahkan kepada perwujudan daya guna
dan hasil guna yang rasional.
b. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
hanya mengatur Desa dan Kelurahan dari segi pemerintahannya.
Dengan demikian Undang-undang tersebut tetap mengakui adanya
kesatuan masyarakat hukum adat dan kebiasaan-kebiasaan yang
masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan pemerintahan.
Pembangunan dan ketahanan nasional dalam Undang-undang
nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa tidak mengarah
kepada pembentukan Daerah Otonomi tingkat tiga. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Undang-undang tersebut yang menegaskan
bahwa walaupun Desa mempunyai hak untuk menyelenggarakan
24
rumah tangganya sendiri, tetapi hak tersebut bukanlah hak otonomi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 32 Tahun
2004 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Telah ditetapkannya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Desa dan berbagai peraturan sebagai
kebijaksanaan pelaksanaannya, diharapkan akan dapat makin
mantap penyelenggaraan pemerintahan Desa secara terpadu dan
menyeluruh sehingga terwujud hubungan yang jelas antara sistem
penyelenggaraan pemerintah Desa berdasarkan Undang-undang
nomor 32 Tahun 2004.
Program tahunan dalam rencana kerja yang disusun oleh pemerintah
Desa terhadap kegiatan-kegiatan yang kebijaksanaan dan sistem
penyelenggaraan pemerintah Desa yang selama ini diatur dengan berbagai
kebijaksanaan Daerah menjadi sistem penyelenggaraan pemerintahan
Desa secara Nasional dengan pola yang seragam ini berarti bahwa
penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan Undang-undang nomor
32 Tahun 2004 adalah merupakan pembaharuan dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan Desa. Oleh karena itu dalam melakukan
pengkajian terhadap materi Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan
berbagai peraturan pelaksanaannya diperlukan adanya ketelitian dan
kehati-hatian agar tidak menimbulkan suatu penafsiran yang keliru. Hal ini
sejalan dengan peranan dan fungsi Desa dalam kehidupannya sebagai
berikut:
a. Sumber segala data, informasi, daya gerak, pembinaan dan
pengawasan.
b. Benteng yang harus diandalkan dalam pengamalan Pancasila.
c. Pusat penumbuhan dan peningkatan jiwa gotong royong di segala
bidang kehidupan dan penghidupan.
d. Pusat pembinaan partisipasi masyarakat di segala bidang baik di
bidang pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan.
25
e. Pusat pembinaan ketertiban dan kesatuan bangsa yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Memperhatikan pentingnya peranan dan fungsi aparatur pemerintah
desa yang merupakan barisan terdepan dalam mensukseskan program
pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat maka lembaga
musyawarah Desa sebagai lembaga pemerintahan Desa yang merupakan
perwujudan demokrasi Pancasila di tingkat Desa mempunyai peranan yang
menentukan di dalam keberhasilan seorang Kepala Desa untuk
melaksanakan tugas-tugasnya di bidang pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan masyarakat.
Berdasarkan Pasal 209 UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah.
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung aspirasi masyarakat serta di dalamnya
juga mempunyai fungsi dalam penetapan APBDes. Dalam pasal 29
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, BPD
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.Pasal 34
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mentebutkan bahwa BPD
berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Kewenangan BPD berdasarkan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 adalah:
a.Membahas rancangan peraturan Desa bersama Kepala Desa
b.Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peratura kepala desa
c.Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
d.Membentuk panitia pemilihan kepala desa
e.Menggali,menampung,menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dan
26
f.Menyusun tata tertib BPD12.
Hak BPD seperti yang tercantum dalam Pasal 36 Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 adalah meminta keterangan kepada Pemerintah
Desa dan menyatakan Pendapat.Sedangkan anggota BPD berdasarkan
Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 adalah:
a.Mengajukan rancangan peraturan Desa dan APBDesa
b.Mengajukan pertanyaan
c.Menyampaikan usul dan pendapat
d.Memilih dan dipilih;dan
e.Memperoleh tunjangan.
Anggota BPD mempunyai kewajiban:
a.Mengamalkan Pancasila,melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang
undangan.
b.Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Desa
c.Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d.Menyerap,menampung,menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
e.Memproses pemilihan Kepala Desa
f.Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,kelompok dan
golongan
g.Menghormati nilai nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat
h.Menjaga norma dan etika hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan13
12 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Th 2005 tentang Desa Pasal 35
27
1.Pemerintahan Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.14
Desa adalah wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup
bergotong royong, memiliki adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata
cara sendiri dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.
Desa merupakan garda depan dari sistem pemerintahan Republik
Indonesia yang keberadaannya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan
kehidupan yang demokratis di daerah. Peranan masyarakat desa
sesungguhnya merupakan cermin atas sejauh mana aturan demokrasi
diterapkan dalam Pemerintah Desa sekaligus merupakan ujung tombak
implementasi kehidupan demokrasi bagi setiap warganya. Menurut kamus
bahasa Indonesia Pemerintah menurut etimologi berasal dari kata
“Perintah”, yang berarti suatu individu yang memiliki tugas sebagai
pemberi perintah. Definisi dari Pemerintahan adalah suatu lembaga yang
terdiri dari sekumpulan orang-orang yang mengatur suatu masyarakat yang
meliliki cara dan strategi yang berbeda-beda dengan tujuan agar
masyarakat tersebut dapat tertata dengan baik. Begitupun dengan
keberadaan pemerintahan desa yang telah dikenal lama dalam tatanan
pemerintahan di Indonesia bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Sementara itu dalam sistem pemerintahan indonesia juga dikenal
pemerintahan desa dimana dalam perkembangannya desa kemudian tetap
dikenal dalam tata pemerintahan di Indonesia sebagai tingkat
pemerintahan yang paling bawah dan merupakan ujung tombak
pemerintahan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu 13 Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No. 13 Th.2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa Pasal 814 UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat (13)
28
pengertian desa yaitu desa sebagai bentuk yang diteruskan antara
penduduk dengan lembaga mereka di wilayah tempat dimana mereka
tinggal yakni di ladang-ladang yang berserak dan di kampung-kampung
yang biasanya menjadi pusat segala aktifitas bersama masyarakat
berhubungan satu sama lain, bertukar jasa, tolong-menolong atau ikut serta
dalam aktifitas-aktifitas sosial.
Selain itu desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa
dimana landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan
pemberdayaan masyarakat.Tinjauan tentang desa juga banyak ditemukan
dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah
sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang memberikan
penjelasan mengenai pengertian desa yang dikemukakan bahwa:
Pasal 1 angka 5 disebutkan bahwa :
“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
Pasal 1 angka 6 disebutkan bahwa :
“Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa :
29
“Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai administrasi penyelenggara
pemerintahan desa”.15
Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala
desa dan perangkat desa sebagai unsur peneyelenggara pemerintahanan
desa. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (hasil revisi dari Undang-
undang No. 22 Tahun 1999) pasal 202 menjelaskan pemerintah desa
secara lebih rinci dan tegas yaitu bahwa pemerintah terdiri atas Kepala
Desa dan Perangkat Desa, adapun yang disebut perangkat desa disini
adalah Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, seperti Kepala Urusan,
dan unsur kewilayahan seperti Kepala Dusun atau dengan sebutan lain.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa
bertanggung jawab kepada rakyat melalui surat keterangan persetujuan
dari BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati
dengan tembusan camat. Adapun Perangkat Desa dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Desa dan Perangkat Desa berkewajiban melaksanakan
koordinasi atas segala pemerintahan desa, mengadakan pengawasan, dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas masing-masing secara
berjenjang. Apabila terjadi kekosongan perangkat desa, maka Kepala Desa
atas persetujuan BPD mengangkat pejabat perangkat desa.
2.Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi
di desa. Demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan
aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD
dan lembaga masyarakat lainnya.
Badan Permusyawaratan Desa merupakan perubahan nama dari
Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan 15 Peraturan Pemerintah No.72 Th.2005
30
pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada
filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang
proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan
diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat,
berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara
arif, sehingga tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang
merugikan masyarakat luas.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209). Oleh karenanya
BPD sebagai badan permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa,
disamping mejalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara
Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang
berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat.
Sehubungan dengan fungsinya menetapkan peraturan desa maka
BPD bersama-sama dengan Kepala Desa menetapkan Peraturan desa
sesuai dengan aspirasi yang datang dari masyarakat, namun tidak semua
aspirasi dari masyarakat dapat ditetapkan dalam bentuk peraturan desa tapi
harus melalui berbagai proses sebagai berikut :
1) Artikulasi adalah penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh
BPD.
2) Agresi adalah proses megumpulkan, mengkaji dan membuat prioritas
aspirasi yang akan dirumuskan menjadi Peraturan Desa.
3) Formulasi adalah proses perumusan Rancangan Peraturan Desa yang
dilakukan oleh BPD dan/atau oleh Pemerintah Desa.
4) Konsultasi adalah proses dialog bersama antara Pemerintah Desa dan
BPD dengan masyarakat16.
Dari berbagai proses tersebut kemudian barulah suatu peraturan
desa dapat ditetapkan, hal ini dilakukan agar peraturan yang ditetapkan
16 HAW Widjaja.Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan Utuh.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.2003.Hlm 96
31
tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan daerah dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Adapun materi yang diatur dalam peraturan desa harus memperhatikan
dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang ada seperti :
a. Landasan hukum materi yang diatur, agar Peraturan Desa yang diterbitkan
oleh Pemerintah Desa mempunyai landasan hokum;
b. Landasan filosofis materi yang diatur, agar peraturan desa yang diterbitkan
oleh Pemerintah Desa jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai
hakiki yang dianut ditengah-tengah masyarakat.
c. Landasan kultural materi yang diatur, agar Peraturan Desa yang
diterbitkan oleh Pemerintah Desatidak bertentang dan nilai-nilai yang
hidup ditengah-tengah masyarakat;
d. Landasan politis materi yang diatur, agar Peraturan Desa yang diterbitkan
oleh Pemerintah Desa dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa
menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat.
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mengandung
azas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,
kenusantaraan, bhineka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang
ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Pimpinan BPD dipilih
dari dan oleh anggota BPD. Masa jabatan anggota BPD adalah 6(enam)
tahun dan dapat dipilh lagi untuk 1(satu) kali masa jabatan berikutnya.
Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam
Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Adapun
jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan berdasarkan
jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD
sebanyak 5 (lima) orang.
32
b. Jumlah penduduk desa antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 7 (tujuh) orang.
c. Jumlah penduduk desa antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 9 (Sembilan) orang.
d. Jumlah penduduk desa antara 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 11 (sebelas) orang.
e. Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 13
(tiga belas) orang.
BPD sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan
Pancasila berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah
Desa.Terdapat beberapa jenis hubungan antara pemerintah desa dan Badan
Perwakilan Desa. Pertama, hubungan dominasi artinya dalam
melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama menguasai pihak kedua.
Kedua, hubungan subordinasi artinya dalam melaksanakan hubungan
tersebut pihak kedua menguasai pihak pertama, atau pihak kedua dengan
sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak pertama. Ketiga,
hubungan kemitraan artinya pihak pertama dan kedua selevel dimana
mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama dan saling menghargai.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Kartini Kartono, metodologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu methodos yang berarti jalan sampai, meta dan hodos berarti jalan.
Metodologi penelitian ialah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan
dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan
penelitian.17 Penelitian merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan
suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih
mendalami segi kehidupan.
Metode penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang
merupakan identitasnya, karena ilmu hukum dapat dibedakan dari ilmu-ilmu
pengetahuan lain. Besar kemungkinan bahwa para ilmuwan dari ilmu-ilmu
tertentu dari luar ilmu hukum menganggap penelitian hukum bukan
merupakan suatu penelitian yang bersifat ilmiah.18 Penelitian selalu
menggunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mencari kebenaran
obyektif terhadap permasalahan yang diteliti.
Proses dalam melaksanakan penelitian merupakan hal yang penting
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, selanjutnya dapat berkembang
menjadi suatu gagasan teori baru yang merupakan proses yang tidak ada
habisnya. Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
A. Metode Pendekatan17 Kartini Kartono,Pengantar Metodologi Riset Sosial,Mandar Maju,Bandung,1996,Hlm.2018 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum,UI Press,Jakarta,1986
34
Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang hanya
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang
bersifat hukum dan disebut juga penelitian kepustakaan.Yuridis normatif
yang juga disebut penelitian hukum yang doktrinal biasanya hanya
dipergunakan sumber-sumber data sekunder saja, yaitu peraturan
perundangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan pendapat para
sarjana hukum terkemuka.
B. Jenis Penelitian
a. Studi Kepustakaan
Melalui studi pustaka, penulis mempelajari, mengolah dan
menelaah bahan-bahan hukum, baik literatur maupun perundang-
undangan yang berkaitan dengan penelitian ini guna mendapatkan
landasan teori yang akan digunakan untuk membahas permasalahan.
b. Wawancara / Interview
Wawancara / Interview adalah suatu proses interaksi dan
komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya
langsung kepada responden. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara terarah yaitu peneliti menggunakan daftar pertanyaan yang
bersifat terbuka. Metode ini diharapkan responden dapat menanggapi
pertanyaan peneliti berdasarkan pendapat dan pengetahuannya secara
relevan dalam ruang lingkup permasalahan yang diteliti diperoleh data
yang akurat dari pertanyaan yang diajukan.
35
C. Data Dan Cara Penelitian
a. Data Penelitian
Data penelitan memerlukan sumber-sumber penelitian yang disebut
bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun sekunder.19 Bahan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan.
Adapun pengertian dari data primer dan data sekunder adalah
sebagai berikut :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil
penelitian di lapangan (Field Research). Penelitian lapangan ini
dimaksudkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
b. Data sekunder, di peroleh dari penelitian kepustakaan dengan cara
mengadakan penelitian terhadap bahan hukum. Bahan hukum yang di
teliti dalam penelitian ini meliputi bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat,
dalam penelitian ini bahan hukum primer berupa :
a) UUD 1945 sebagai Sumber Utama
b) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah
c) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil
19 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hlm. 47
36
penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, literatur,dan artikel
yang berhubungan dengan penelitian ini.
b.Cara Penelitian
Spesifikasi dalam penelitian ini ialah deskriptif analisis, yaitu
dengan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, akurat terhadap suatu
obyek yang ditetapkan untuk menemukan sifat-sifat, karateristik-
karateristik serta faktor-faktor tertentu, di mulai dari faktor dan teori yang
umum yang dipublikasikan terhadap data yang diperoleh untuk menjawab
permasalahan, dan kemudian dianalisis dalam bentuk laporan penelitian.
B. Metode Analisis Data
Data yang di peroleh dari penelitian baik data primer maupun
sekunder, selanjutnya diolah dan dianalisa dengan analisa kualitatif
yang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pengumpulan data dan
mengklasifikasikan. Analisa kualitatif adalah suatu tata cara penulisan
yang menghasilkan data deskriptif analitif, yaitu apa yang dinyatakan
oleh responden secara tertulis atau lisan juga perilaku yang nyata yang
diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
Semua data baik data yang diperoleh dari lapangan maupun yang
diperoleh dari kepustakaan kemudian disusun dan diolah secara
sistematis untuk dianalisa dan hasil analisa tersebut akan dilaporkan
dalam bentuk skripsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37
A.Desa Danurejo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
1.Kondisi geografis
Secara umum pembagian wilayah di Indonesia mulai dari Provinsi.Kemudian
Provinsi ini Terdiri dari banyak Kabupaten atau Kota,selanjutnya dibawahnya merupakan
pemerintahan tingkat Kecamatan.Barulah dalam kecamatan ini berisikan banyak
Desa.Dalam Pemerintahan Kota berbeda dengan pemerintahan kabupaten dalam
menggunakan istilah.Di kota disebut dengan Kelurahan sedangkan di Kabupaten disebut
dengan Desa.
Desa Danurejo adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.Desa Danurejo memiliki wilayah seluas
264.52 Ha/M2 dengan batas batas yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sumberrejo yang
masih juga dalam cakupan wilayah Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten Magelang.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Donorojo yang
merupakan wilayah Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tampir Kulon yang
merupakan cakupan wilayah Kecamatan Candimulyo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bondowoso Kecamatan
Mertoyudan Kabupaten Magelang20
Perlu diketahui bahwa desa ini dapat dengan mudah dijangkau karena desa
Danurejo dilewati oleh jalan raya Jogja Magelang yang membelah wilayah desa menjadi
(2) dua bagian yaitu wilayah yang lebih kecil di timur dan wilayah yang lebih besar di
20 Profil Desa Danurejo Sumber dari Kantor Kepala Desa Danurejo
38
bagian baratnya.Desa Danurejo begitu mudahnya dijangkau dari kota Magelang dan Kota
Mungkid sebagai ibukota Kabupaten Magelang.Untuk menuju Kota Magelang Dari Desa
Danurejo hanya dibutuhkan sekitar 20 menit melewati Jalan Raya Jogja Magelang ke
arah Utara,dan untuk menuju ke ibukota kabupaten atau Kota Mungkid dibutuhkan waktu
yang lebih banyak sekitar 30 menit dari kawasan Desa Danurejo untuk mencapainya
karena kondisi yang relatif lebih jauh melewati Jalan raya Jogja Magelang ke arah selatan
kemudian belok kiri memasuki Jalan Letnan Tukiyat.Jalan Letnan Tukiyat ini semenjak
tahun 2012 hingga kini diganti nama jalannya menjadi Jalan Soekarno-Hatta 21
Desa Danurejo secara geografis berada dikawasan dataran tinggi.Desa ini
dikatergorikan menjadi dua wilayah karena wilayah Desa ini terbelah oleh Jalan Provinsi
Jalan Raya Jogja Magelang sehingga Desa Danurejo berada di wilayah Timur dan
Barat.Desa Danurejo merupakan Daerah Sub-Urban karena pertumbuhan penduduk.Desa
ini banyak ditinggali Petani,Buruh Tani di Kampung dan banyak ditinggali PNS serta
pensuinan TNI/Polri di kawasan perumahan yang juga merupakan kawasan para Pekerja
Swasta dan Wiraswasta.Selain Petani dan Buruh tani yang tinggal di perkampungan ada
salah satu kampung yang terkenal akan pengolahan kulit sapi menjadi kerupuk rambak
sapi yang merupakan pekerjaan turun termurun.22Persawahan dan pepohonan masih
banyak tumbuh di wilayah ini meskipun perumahan perumahan dan ruko ruko mulai
menjamur karena Desa Danurejo merupakan wilayah yang cukup strategis karena
letaknya yang terbelah oleh Jalan Provinsi Jogja –Magelang.
Berikut adalah luas wilayah menurut penggunaan:
21 Sumber http://www.magelangkab.go.id Nama nama Jalan di sekitar kota kabupaten akan digantiDitulis oleh Bagian Humas dan Protokol,26 juli 2011
22 Wawancara Bapak Eko Prasetyo,SE. Selaku Kepala Desa Danurejo dan pelaku usaha Pengolah rambak sapi di Desa danurejo,3 Desember 2015
39
a. Luas wilayahURAIAN LUAS SATUAN
Luas Pemukiman 186.17 Ha/m2Luas Persawahan 31.10 Ha/m2Luas Perkebunan 11.50 Ha/m2Luas Kuburan 6.25 Ha/m2Luas Pekarangan 29.50 Ha/m2Luas Taman - Ha/m2Perkantoran 3.30 Ha/m2Luas Prasarana Umum Lainnya
- Ha/m2
Total Luas 264.52 Ha/m2*Profil Desa Danurejo
Dari tabel diatas diketahui bahwa luas wilayah menurut penggunaan di
dominasi oleh pemukiman.Desa Danurejo merupakan wilayah yang nyaman
untuk kawasan pemukiman,berdasarkan pengamatan penulis,banyak wilayah
perkampungan dengan tanah yang luas kini hendak dibangun perumahan serta
kavling.Sehingga kampung kampung kini bersebelahan dengan perumahan yang
berjajar rapi,perumahan ini ada yang masih dalam proses pembangunan,ada yang
sudah dihuni bahkan di salah satu komplek perumahan kini telah lengkap dengan
pertokoan yang memang letaknya strategis untuk kegiatan ekonomi.
b. Tanah SawahURAIAN LUAS SATUAN
Sawah Irigasi Teknis 114.97 Ha/m2Sawah Irigasi ½ Teknis 11.94 Ha/m2Sawah Tadah Hujan 5.61 Ha/m2Total Luas 132.01 Ha/m2*Profil Desa Danurejo
Sawah di desa Danurejo terbilang luas mengingat luasnya yang hampir
sama dengan kawasan pemukiman.Hal ini di dukung dengan saluran irigasi
buatan yang telah diatur dengan sedemikian rupa hingga dapat kita ketahui bahwa
di dalam tabel diatas sawah irigasi teknis yang mendominasi luas persawahan
yang ada di desa Danurejo.Bukan hanya saluran irigasi buatan yang melewati
40
persawahan ini,tetapi didukung juga dengan adanya beberapa sungai-sungai alami
kecil yang luasnya hanya sekitar satu setengah meter hanya nampak seperti parit.
c. Tanah KeringURAIAN LUAS SATUAN
Tegal/Ladang 50.36 Ha/m2Pemukiman 186.17 Ha/m2Pekarangan 29.50 Ha/m2Total Luas 266.03 Ha/m2*Profil Desa Danurejo
Karena tidak semua bidang tanah di desa ini rata maka tidak kesemuanya
dijadikan pemukiman,ada kawasan yang tidak di huni tetapi masih tetap
digunakan untuk ladang.Untuk kawasan dengan daerah agak tinggi yang tidak
tercapai oleh saluran irigasi maupun sungai kecil umumnya dipergunakan untuk
makam.Sehingga makam umumnya dikelilingi oleh tegalan atau ladang,akses
jalan menuju makam hanya jalan setapak menyusuri ladang,karena memang
daerah seperti ini jarang dilewati warga untuk beraktifitas sehari-hari.
d. Tanah Untuk Fasilitas UmumURAIAN LUAS SATUAN
Jalan 11.70 Ha/m2Perkantoran Pemerintah 3.30 Ha/m2Lapangan Olahraga 0.11 Ha/m2Bangunan Sekolah 2.55 Ha/m2Sutet/Tegangan Listrik 0.25 Ha/m2Pertokoan 0.76 Ha/m2Fasilitas Pasar 0.96 Ha/m2Total Luas 19.60 Ha/m2*Profil Desa Danurejo
Selain jalan,perkantoran pemerintah,lapangan sepak bola dan beberapa
bangunan sekolah,desa Danurejo memiliki pasar desa yang telah berdiri sejak
lama dan hingga kini masih ramai mengingat pasar desa yang letaknya di tepi
41
Jalan Jogja-Magelang dan bersinggungan dengan jalan desa Danurejo.Maka dari
itu pasar ini dapat dengan mudah dijangkau walaupun hanya dengan berjalan kaki.
e. Curah Hujan dan lainnya
URAIAN JUMLAH/NILAI SATUANCurah Hujan 400 mmJumlah Bulan Hujan 6 BulanKelembapan 60 %Suhu Rata Rata Harian
36 Celcius
Tinggi Tempat Daeri Permukaan laut
343 M dpl
*Profil Desa Danurejo Tahun 2015
Seperti pada umumnya cuaca di daerah-daerah lain di Indonesia yang
merupakan negara ber ikllim tropis serta memiliki dua (2) musim,rata rata musim
hujan berlangsung selama 6 bulan dengan suhu rata rata 36 derajat celcius dan
kelembapan air 60% atau dapat dikatakan bahwa suhu di desa Danurejo tidak
begitu panas seperti yang telah di tuliskan pada tabel diatas.
2.Kondisi Administratif
Sedangkan secara administratif,Desa Danurejo dibagi menjadi 11 Dusun /
13 RW,dengan pembagian sebagai berikut:
1. RW.01 Dusun Karang Daleman : terdiri dari 2 RT
2. RW.02 Dusun Bandungsari : terdiri dari 4 RT
3. RW.03 Dusun Japunan : terdiri dari 7 RT
4. RW.04 Dusun Mungkidan : terdiri dari 3 RT
5. RW.05 Dusun Telukan : terdiri dari 3 RT
6. RW.06 Dusun Brontokan : terdiri dari 4 RT
7. RW.07 Dusun Sabrangan : terdiri dari 3 RT
8. RW.08 Dusun Cebongan Lor : terdiri dari 3 RT
42
9. RW.09 Dusun Candran : terdiri dari 5 RT
10.RW.10 Dusun Pranan : terdiri dari 2 RT
11.RW.11 Dusun Brajan : terdiri dari 3 RT
12.RW.12 Perum Pondok Rejo Asri : terdiri dari 5 RT
13.RW.13 Perum Pondok Rejo Asri : terdiri dari 3 RT
*Berdasar Profil Desa Danurejo Tahun 2015
3.Perekonomian
Desa Danurejo ini mudah dijangkau dengan sarana transportasi umum
karena wilayahnya yang termasuk dalam wilayah perkotaan menjadikan desa ini
sangat strategis.Letak ini pula yang membuat desa ini diminati oleh pelaku
industri untuk dijadikan tempat produksi usahanya karena letaknya mudah untuk
memasarkan dan akses yang dekat dengan kota memudahkan para pelaku usaha
untuk mencari bahan baku usahanya.Selain itu,desa Danurejo juga telah memiliki
Pasar Desa yang menjadi salah satu sentra perekonomiannya.Meskipun belum
berjalan optimal,pasar ini mempunyai potensi besar untuk terus
dikembangkan.Ditambah lagi beberapa tahun kedepan,wilayah desa Danurejo
menjadi bagian dari pengembangan wisata produksi dengan produksi andalannya
yaitu pengolahan rambak kulit sapi,kecambah dan ada juga unit usaha kecil
lainnya.Pasar desa Danurejo ini dikelola oleh desa Danurejo sendiri.Ketua
pengelolanya adalah Bapak Ronnei Suharto yang juga merupakan ketua BPD desa
Danurejo periode 2007-2013,beliau ditunjuk dan dipercaya oleh Kepala desa
Danurejo Bapak Eko Prasetyo,S.E untuk menjabat menjadi ketua pengurus pasar
desa Danurejo yang menjabat dari tahun 2007 hingga 2016,tetapi pada akhirnya
Bapak Ronnei Suharto mengundurkan diri sebagai ketua pengurus pasar desa
43
Danurejo pada tahun 2014.Selanjutnya kepengurusan pasar desa Danurejo ini
dilanjutkan oleh Bapak Pujianto,beliau merupakan sekretaris BPD desa Danurejo
periode 2007-2013.Bangunan toko di pasar Danurejo ini statusnya Hak Guna
Bangunan,jadi bangunan dan tanah tetap milik Desa Danurejo.
4.Kemasyarakatan
Desa Danurejo ini kaya akan kegiatan kemasyarakatan,mulai dari tingkat
RT hingga tingkat Desa.Berbagai organisasi kemasyarakatan tumbuh subur dan
menjadi perekat bagi kehidupan komunitas masyarakat Danurejo.Organisasi
tersebut berkembang dalam berbagai bentuk,mulai dari organisasi formal hingga
informal.Sebagai contoh di RT 1 RW 13 Perum Pondok Rejo Asri tempat dimana
penulis bertempat tinggal,ada organisasi kepemudaan yang aktif hingga sekarang
yang bergerak di banyak bidang di tingkat RT yang dalam hal ini RT 1 RW 13
antara lain tadarus apabila ramadhan,sebagai panitia tujuhbelasan dan
tirakatan,nyinom atau membantu acara penting apabila salahsatu warga di RT 1
melaksanakan hajatan dan lain lain.
5.Orbitasi
URAIAN Nilai Satuan
Jarak ke Kantor Kecamatan 2 Km
Jarak tempuh ke Kantor Kecamatan dengan
kendaraan bermotor
7 Menit
Jarak ke Ibukota Kabupaten /Kota Mungkid 7 Km
Lama jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten
dengan kendaran bermotor
20 Menit
44
Jarak ke Ibukota Provinsi 90 Km
Lama jarak tempuh ke Ibukota Provinsi dengan
kendaraan bermotor
3.5 Jam
*Profil Desa Danurejo Tahun 2015
6.Potensi Sumberdaya Manusia
a.Jumlah penduduk
URAIAN JUMLAH SATUAN
Jumlah Laki laki 3.264 orang
Jumlah Perempuan 3.511 orang
Jumlah Total 6.775 orang
Jumlah Kepala
Keluarga
2.177 KK
*Profil Desa Danurejo Tahun 2015
b.Usia
USIA L P USIA L P
0-12 bulan 16 19 Orang 39 55 59 Orang
1 tahun 29 36 Orang 40 63 67 Orang
2 32 38 Orang 41 47 49 Orang
3 36 39 Orang 42 51 49 Orang
4 48 53 Orang 43 44 39 Orang
5 47 59 Orang 44 69 73 Orang
6 36 45 Orang 45 49 43 Orang
7 38 44 Orang 46 43 53 Orang
8 35 49 Orang 47 65 75 Orang
9 44 58 Orang 48 61 62 Orang
10 34 48 Orang 49 65 68 Orang
45
11 47 36 Orang 50 62 67 Orang
12 49 57 Orang 51 69 78 Orang
13 41 48 Orang 52 67 74 Orang
14 43 48 Orang 53 68 67 Orang
15 51 61 Orang 54 59 65 Orang
16 44 46 Orang 55 63 69 Orang
17 53 61 Orang 56 53 55 Orang
18 47 53 Orang 57 52 56 Orang
19 46 49 Orang 58 44 54 Orang
20 59 41 Orang 59 49 53 Orang
21 37 41 Orang 60 23 27 Orang
22 45 36 Orang 61 12 18 Orang
23 44 51 Orang 62 16 19 Orang
24 57 52 Orang 63 21 24 Orang
25 41 42 Orang 64 24 31 Orang
26 52 55 Orang 65 26 25 Orang
27 51 55 Orang 66 21 25 Orang
28 47 53 Orang 67 23 29 Orang
29 62 66 Orang 68 19 17 Orang
30 63 63 Orang 69 21 23 Orang
31 48 49 Orang 70 22 23 Orang
32 73 67 Orang 71 12 7 Orang
33 55 60 Orang 72 4 10 Orang
34 43 64 Orang 73 8 8 Orang
35 38 33 Orang 74 11 10 Orang
36 49 47 Orang 75 6 10 Orang
37 57 55 Orang Lebih 75 12 15 Orang
*Profil Desa Danurejo Tahun 2015
c.Pendidikan
TINGKATAN PENDIDIKAN LAKI LAKI PEREMPUAN
46
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 12 25
Usia 3-6 tahun yang baru masuk TK/Playgroup 155 171
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 0 0
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 480 562
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 5 7
Usia 18-56 tahun yang pernah SD tapi tidak
tamat
65 76
Tamat SD/sederajat 382 372
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SMP 115 118
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SMA 230 236
Tamat SMP/sederajat 436 442
Tamat SMA /sederajat 442 448
Tamat D1/sederajat 31 42
Tamat D2/sederajat 45 56
Tamat D3/sederajat 186 198
Tamat S1/sederajat 163 175
Tamat S2/sederajat 15 12
Tamat S3/sederajat 0 0
Tamat SLB A 0 0
Tamat SLB B 0 0
Tamat SLB C 0 0
Total tamat SLB 0 0
Jumlah 2.762 2.940
47
d.Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 157 66
Buruh Tani 133 101
Buruh migran Perempuan 0 0
Buruh migran Laki laki 0 0
Pegawai Negeri Sipil 108 45
Pengrajin industri rumah tangga 0 0
Pedagang keliling 15 12
Peternak 29 0
Nelayan 0 0
Montir 35 0
Dokter Swasta 0 1
Bidan Swasta 0 3
Perawat Swasta 2 4
Pembantu rumah tangga 0 18
TNI 17 0
POLRI 23 0
Pensiunan TNI/POLRI/PNS 36 41
Pengusaha kecil menengah 15 25
Pengacara 0 0
Notaris 1 0
Dukun kampung terlatih 5 2
Jasa pengobatan alternatif 2 0
Dosen swasta 5 1
Pengusaha besar 0 0
Arsitektur 5 0
Seniman/Artis 0 0
Karyawan perusahaan swasta 123 85
48
B. Pelaksanaan Kedudukan,Fungsi Serta Wewenang BPD Desa Danurejo
Periode 2007-2013
a.BPD Desa Danurejo Periode 2007-2013
Pemerintahan Desa adalah pemerintahan yang dijalankan bersama sama
antara BPD dengan pemerintahan desa yang terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa.
Dalam UU No.32 TH 2004,Pemerintahan Desa Pasal 202 menyatakan
(1) Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa
(2) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat Desa
lainnya
(3) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di isi Pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan
Masa bakti anggota BPD Desa Danurejo adalah 6 (enam) tahun terhitung
sejak tanggal pelantikannya dan kemudian bisa dipilih kembali untuk jabatan
berikutnya.Hal ini sesuai dengan UU No.32 TH 2004 Pasal 210 ayat (3) Masa
jabatan anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat
dipilih lagi untuk 1 (satu) kali jabatan berikutnya.PP No 72 Th 2005 tentang Desa
Pasal 29 ayat (3) Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat diusulkan kembali satu kali masa jabatannya.Kemudian dalam Pasal 11
Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No 13 Th.2006 Tentang BPD yang
menyatakan bahwa Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat diusulkan untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Untuk proses pembentukan anggota BPD Desa Danurejo melalui
beberapa proses yaitu proses perencanaan,pencalonan,dan proses
pemilihan.Pertama adalah proses perencanaan,dalam tahap perencanaan ini
dilakukan oleh aparat desa sebagai inisiator.Warga yang diwakili oleh Seluruh
tokoh masyarakat,RT dan RW.Musyawarah yang dilakukan oleh aparat desa
inilah yang akan menjadi langkah awal dari pembentukan BPD.Setelah sampai ke
tingkat rapat musyawarah bersama Kepala Desa,maka dibentuklah panitia
49
pemilihan yang terdiri dari unsur pemerintahan desa dan para pemuka masyarakat
sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No.13 Tahun 2006 tentang
Badan Permusyawaratan Daerah yang tercantum dalam Pasal 13:
(1) Anggota BPD ditetaapkan dengan cara musyawarah dan mufakaat
(2) Peserta Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Terdiri
dari Ketua Rukun Tetangga,Ketua Rukun Warga,Golongan
Profesi,Pemuka Agama,dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya
Panitia Pemilihan ini dibentuk melaui proses rapat desa yang dihadiri
oleh pemerintah desa,lembaga desa,tokoh masyarakat,dan oleh seluruh ketua
RT/RW di Desa Danurejo.Kemudian setelah terbentuk panitia pemilihan,segera
panitia pemilihan ini menyusun rencana kerja operasional yang dituangkan dalam
bentuk rencana anggaran,pembagian,dan prosedur kerja yang berisi hal antara
lain,menyusun jadwal pemilihan anggota BPD,mengusulkan biaya
pemilihan,mengadakan penjaringan bakal calon melalui RT/RW,mengadakan
seleksi administrasi,membuat daftar pemilih,menetapkan dan mengumumkan
bakal calon pada masyarakat,melaksanakan pemilihan,membuat berita acara dan
kemudian melaporkan hasil pemilihan anggota BPD kepada Kepala Desa.
Kemudian yang kedua adalah proses pencalonan,dalam Peraturan daerah
Kabupaten Magelang No.13 Tahun 2006 pasal 12 mengatur tentang syarat untuk
dapat menjadi angota BPD.Calon calon yang diajukan dari kalangan
adat,agama,organisasi sosial politik,golongan profesi,dan atau unsur pemuka
masyarakat lainnya.Hal ini merujuk pada Pasal 15 Perda Kabupaten Magelang
No.13 Tahuin 2006 dan untuk Desa Danurejo yang menjadi BPD berjumlah 11
orang.
Selanjutnya adalah proses pemilihan,dalam proses pemilihan anggota
BPD di Desa Danurejo dilaksanakan secara musyawarah dan dan
mufakat.Pemilihannya dilakukan oleh panitia pemilihan yang berkewajiban
melaksanakan rapat pemungutan suara,mengadakan pengitungan suara dan
melengkapinya dengan membuat berita acara.Penetapan calon yang telah terpillih
menjadi anggota BPD dilaporkan kepada Kepala Desa untuk kemudian
dimintakan pengesahan oleh Bupati Magelang.Setelah para anggota BPD sah
menjabat mereka mempunyai kedudukan fungsi dan wewenang yang telah diatur
dalam Undang undang,antara lain:
50
1.UU NO 32 TH 2004 Tentang Pemerintahan daerah,bagian
ketiga,Badan Permusyawaratan Desa,
-Pasal 209 Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama Kepala Desa,menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
2.PP No.72 Th 2005 Tentang Desa,
-Pasal 34 BPD Berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
-Pasal 35 BPD mempunyai wewenang
a.membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala desa
b.Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa
c.Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
d.Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e.Menggali,menampung,menghimpun,merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat
f.Menyusun tata tertib BPD
3.Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No 13 Tahun 2006
tentang Badan Permusyawaratan Desa Bab II
Kedudukan,Fungsi ,Wewenang
-Pasal 2 BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
Desa
-Pasal 3 BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
-Pasal 4 BPD mempunyai Tugas dan wewenang:
a.Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
b.Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa
51
cmengusulkan pengangkatan Dan pemberhentian Kepala Desa
d.Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e.Menggali ,menampung,menghimpun merumuskan dan menyalurkan
aspirasimasyarakat dan,
f.Menyusun tata tertib BPD
Untuk Desa Danurejo Mertoyudan Kabupaten Magelang anggota BPD
nya berjumlah 11 (sebelas) orang dan berikut adalah BPD Desa Danurejo periode
tahun 2007-2013:
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DANUREJO 2007-2013
No Nama Jabatan Alamat Pendidikan
1 Ronnei Suharto Ketua BPD Candran SMA
2 Rame Raharjo Wakil BPD Japunan SMA
3 Pujianto Sekretaris Pondok Rejo Asri SMA
4 Wardoyo Anggota Karang Daleman SMA
5 Slamet Pranyoto Anggota Mungkidan SMA
6 Slamet Harun Anggota Telukan SMA
7 Marsudi Anggota Brontokan SMA
8 Setro Santoso Anggota Sabrangan SMA
9 Asmui Kholik Anggota Cebongan Lor SMA
10 Yusuf Setiawan Anggota Pranan SMA
11 Subur Anggota Brajan SMA
*Sumber wawancara oleh kepala desa Danurejo Eko Prasetyo,S.E
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah anggota BPD desa
Danurejo berjumlah sebelas (11) orang.Dan diketahui bahwa pendidikan anggota BPD
52
desa Danurejo semuanya adalah berpendidikan SLTA.Dilihat dari tingkat pendidikan
anggota BPD desa Danurejo sama.
Selain pendidikan,pengalaman dalam berorganisasi semasa hidupnya juga sangat
berperan dalam kinerja seseorang.Memang semua anggota BPD desa Danurejo ini adalah
berlatar pendidikan SLTA tetapi mereka semua telah berpengalaman
berorganisasi.Seperti bapak Ronnei Suharto merupakan seorang tokoh masyarakat
disegani oleh masyarakat desa Danurejo sehingga beliau selalu terlibat dalam setiap
musyawarah desa,urusan takmir masjid,perkumpulan remaja,dan lain lain.Beliau banyak
terlibat dalam musyawarah desa sejak dulu,secara tidak langsung beliau sudah tau seluk
beluk yang ada di desa ini. 23
Dalam pemerintahan desa BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja
pemerintah desa.Pengertian sejajar disini adalah bahwa kedudukan BPD tidak lebih
rendah atau tidak lebih tinggi dan merupakan bagian dari pemerintahan desa.BPD dan
Kepala desa harus saling bantu membatu saling menghormati untuk mewujudkan
pemerintahan desa yang yang baik.Di dalam susunan pemerintahan desa BPD sejajar
dengan kepala desa dan dibawahnya masih ada bagian bagian lain yang mempunyai
bidang urusan berbeda beda antara satu dengan yang lain.Berikut merupakan bagan
susunan pemerintahan desa Danurejo tahun 2007-2013:
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Danurejo 2007-2013
23 Wawancara bapak Eko Prasetyo ,S.E Kepala Desa Danurejo,tanggal 7 Desember 2015
53
Kepala Desa
EKO PRASETYO ,S.E
SekDes
SUTO’IB
Ketua BPD
RONNEI SUHARTO
*Hasil wawancara oleh Kepala Desa Danurejo Eko Prasetyo,S.E
Dari bagan diatas dapat kita lihat bahwa BPD berkedudukan sejajar dengan
Kepala desa.Kemudian dibawahnya ada Sekretaris desa atau Sekdes,ada kasi
pembangunan,kasi pemerintahan,kasi kesra.Dan selanjutnya di bawahnya lagi ada kaur
keuangan dan kaur umum yang kesemuanya dibentuk untuk melakukan sesuai tugasnya
masing masing.Menurut penjelasan Bapak Eko Prasetyo,S.E para pengisi jabatan kasi dan
kaur ini rata rata berlatar pendidikan SLTA atau kesemuanya sama.Dan mereka bukan
hanya sebagai kaur dan kasi saja,mereka juga sebenarnya juga punya pekerjaan lainnya
atau bisa dikatakan pekerjaan asli mereka ada yang pedagang ada yang pengusaha dan
lain lain.
Dalam masa kerjanya selama periode 2007-2013 pemerintahan desa ini banyak
menghasilkan rumusan peraturan maupun putusan putusan diantaranya sebagai berikut
tersaji dalam tabel berikut ini:
DATA DAN PERATURAN DESA DANUREJO
NOMOR DAN TANGGAL PERATURAN DESA
TENTANG URAIAN NOMOR DAN TANGGAL PERSETUJUAN BPD
NOMOR DAN TANGGAL DILAPORKAN
188.4/08/Xx07 RAPERDES Pelepasan NO.20/BPD/2007 NO.188.4/08/x/07
54
Kasi Pembangunan
HARYANTO
Kasi Pembangunan
ARDI PUSPITO
Kasi Kesra
YOKI IRAWAN
Kaur Keuangan
RYAN PRADANA
Kaur Umum
EKO JARWADI
tanah pasar desa Danurejo yang terkena pelebaran jalan
27oktober 2007
11 oktober 2007
188.4/08/x/07 RAPERDES Pengadaan tanah pengganti pasar desa Danurejo
NO.21/BPD/2007
27 0ktober 2007
NO/188.4/08/x/07
11 oktober 2007
188.4/42/vi/08 Raperdes APBDes
Rancangan peraturan desa APBdes
04/BPD/vi/08
11 juni 2008
188.4/42/vi/08
16 juni 2008
*Sumber dari Buku Data Peraturan Desa Danurejo
Tabel diatas hanya sebagian kecil dari hasil kerja pemerintahan desa Danurejo tahun
2007-2013.Diantaranya menunjukkan laporan laporan dan rancangan suatu
kegiatan.untuk lebih jelasnyadan lebih lengkap mengetahui data tentang hsil kerja
pemerintah desa Danurejo tahun 2007-2013 dapat dilihat dilampiran yang tersedia di
halaman belakang dengan judul Buku data dan peraturan desa.
C.Faktor Pendorong Dan Penghambat
Dalam pelaksanaan kerjanya BPD mempunyai beberapa faktor antaranya faktor
pendorong dan penghambat.Faktor faktor tersebut antara lain:
a.Faktor pendorong
Faktor pendorong disini maksudnya adalah hal hal apa saja yang mempengaruhi
lancar atau suksesnya BPD,Kepala desa dan keseluruhan Pemerintahan Desa dalam
55
menjalankan perannya pada umumnya.dan berikut faktor pendorongnya antara lain
adalah para anggota BPD diantaranya adalah tokoh masyarakat atau orang orang
kepercayaan dan orang yang di segani oleh keseluruhan warga desa,sehingga para
anggota BPD ini tau akan seluk beluk desa dan ini penting untuk menunjang suksesnya
pemerintahan desa.Bukan hanya tokoh masyarakat,beberapa bagian di tubuh
pemerintahan desa Danurejo ini juga merupakan warga desa yang juga sebagai warga
biasa lainnya sehingga ada kedekatan antara warga lain dengan pada anggota BPD,Kasi
dan Kaur.Pada dasarnya orang orang orang yang menjabat di pemerintahan desa ini sama
halnya dengan warga lain atau dapat dikatakan bisa dengan mudah ditemui dan hal inilah
yang membuat mereka dekat dengan warga satu sama lain.Atau bisa dikatakan karena
satu sama lain hampir bertemu atau kontak setiap hari maka unsur kekeluargaan menjadi
kental dan tumbuh subur di kalangan pemerintahaan desa,memang jarak rumah antar satu
dengan yang lain tetapi para anggota pemerintahan ini dapat dengan mudah bertemu dan
ditemukan,misal saat melakukan ronda malam,acara pengajian terlebih lagi ada acara
besar yang diadakan masyarakat seperti khitan ,nikahan dan lain lain.
Bisa dikatakan karena faktor teknologi,pada masa sekarang hampir semua orang telah
mempunyai telepon seluler atau handphone sehingga komunikasi jadi lebih mudah cepat
dan efisien,ini menjadi salah satu faktor pendukung mudahnya berkomunikasi satu sama
lain antar anggota pemerintahan desa.Selain mudahnya akses komunikasi juga akses jalan
di desa Danurejo yang yang terbilang bagus dan dapat dilalui baik dengan berjalan kaki
maupun kendaraan bermotor
b.Faktor Penghambat
56
Hambatan dalam menjalankan suatu pemerintahan pasti ada dan tidak bisa
dihindari,berikut beberapa faktor penghambat yang secara tidak langsung mempengaruhi
jalannya pemerintahan desa Danurejo periode 2007-2013 :
Kendala dalam pelaksanaan fungsi BPD desa Danurejo dari dalam adalah masalah
sumber daya manusia (SDM) yang kurang mumpuni di bidang pemerintahan di dalam
BPD.Salah satu contohnya adalah kurangnya rapi dalam penyusunan tabel monografi
yang penulis lihat di kantor Kepala desa Danurejo,selain itu dampak dari rendahnya SDM
anggota BPD desa Danurejo mereka belum membingkai semua aturan yang sudah
menjadi kebiasaan di desa Danurejo dalam suatu wadah yang berbentuk Peraturan desa
tertulis.Pada umumnya peraturan desa hanya berbentuk kesepakatan sederhana dan hanya
ditulis di lembaran kecil saja.Memang kesepakatan atau peraturan desa ini nantinya di
data dalam buku data peraturan desa,tapi hanya uraian singkat beserta nomor,tanggal
keluar tanggal disetujui serta tanggal dilaporkan dan tidak ditulis secara rinci bagaimana
isi dari laporan,kesepakatan atau peraturan desa yang telah disepakati.faktor pendidikan
memang menjadi salah satu kendala dari penghambat proses pemerinrahan di desa
Danurejo,Keseluruah anggota BPD berpendidikan setingkat SMA ini menjelaskan bahwa
mereka sebenarnya tidak memliki ilmu tentang ketatanegaraan.Untuk mengatasi hal
seperti ini dalam waktu dekat seharusnya dilakukan seminar,studi banding untukdapat
bertukar ilmu dan menginspirasi satu sama lain.
Selain itu karena kedekatan antar anggota BPD dan anggota pemerintahan Desa,atau
besarnya rasa kekeluargaan atau paseduluran,maka timbul hal hal yang menjadikan
kurangnya professionalisme dalam melaksanakan tugasnya,salahsatunya adalah dalam hal
pengawasan,Dalam hal ini faktor kedekatan satu sama lain juga mengurangi peran
pengawasan yang menjadi salah satu tugas BPD.
57
58