yogiekasakti69.files.wordpress.com€¦ · web viewdengan menerapkan itil maka semua kontribusi ti...
TRANSCRIPT
PENGIMPLEMENTASIAN ITIL FRAMEWORK
PADA BAGIAN SERVICE DESIGN
(Studi Kasus: PMI Jawa Timur)
MAKALAH
Dicky Chandra 321310002
Allan Anggara.K 321310001Yogi Eka Sakti 321310006
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG
2016
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Kebanyakan organisasi di jaman teknologi sangat erat kaitannya dengan IT Infrastruktur Library (ITIL). Banyak perusahaan dan organisasi dari skala kecil sampai besar, dari berbagai macam sektor bisnis dan jenis organisasi telah menggunakan ITIL. Beberapa organisasi yang terkenal di dunia seperti IRS (The Internal Revenue Service) dan The Walt Disney Company telah berhasil mendapatkan manfaat nyata dari ITIL. Perusahaan lokal tidak ketinggalan juga telah banyak yang menggunakan ITIL. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa implementasi ITIL sangat tergantung kepada sumber daya manusianya. Untuk itu organisasi yang akan menggunakan ITIL sebaiknya memiliki sumber daya yang paham tentang bagaimana mengimplementasikan ITIL dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Program pelatihan dan sertifikasi dari ITIL telah tersedia di seluruh dunia dengan skema yang jelas. Dengan demikian dukungan sumber daya manusia yang kompeten yang dibutuhkan dalam implementasi ITIL dapat terpenuhi. Sebagai best practices untuk IT service management, penerapan ITIL dapat meningkatkan kepuasan pengguna karena layanan TI yang diberikan akan tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna dan penyelenggaraannya pun dikelola dengan baik. Hal ini tercapai karena Dengan mengikuti lifecycle dari ITIL yang dimulai dengan penyusunan strategi layanan yang menentukan layanan apa yang dibutuhkan oleh pengguna serta mengelola kinerja layanan tersebut pada saat dioperasikan sesuai dengan kesepakatan tingkat layanan yang telah dibuat, maka tentunya tingkat kepuasan pengguna layanan akan meningkat. Hal ini tentunya didukung pula dengan fungsi service desk yang selalu siap melayani pengguna layanan TI. ITIL mengatur supaya setiap layanan TI yang disediakan diatur dan disepakati tingkat layanananya. Selanjutnya pengguna dan penyedia layanan TI dapat berpegang padakesepakatan ini. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka hubungan antar pihak menjadi lebih baik karena setiap perdebatan terkait layanan tinggal merujuk pada kesepakatan yang ada. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka semua dukungan untuk penyedia layanan akan berusaha untuk mematuhinya dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu layanan, resotorasi yang lebih cepat bila layanan tersebut terkena gangguan, mengurangi downtime dan lain-lain. Sering ditemuinya TI sebagai penyelenggara layanan TI merasa overload dan merasa kewalahan dalam memberikan layanan kepada pengguna TI. Namun seringkali pihak TI tidak dapat menunjukkan kemana saja waktu yang dihabiskan selama ini. Dengan menerapkan ITIL maka semua kontribusi TI bagi organisasi dapat jelas terlihat dalam bentuk layanan-layanan TI sehingga kinerja TI sebenarnya dapat dilihat dari seberapa baik penyelenggara layanan TI tersebut mematuhi tingkat layanan yang telah disepakati. Selama tingkat layanan yang dijanjikan terpenuhi, atau mungkin lebih baik lagi, maka kinerja Ti dapat dianggap baik atau malah dinilai berprestasi. Ukuran kinerja pun di sini menjadi jelas yaitu tercapai tidaknya tingkat layanan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Salah satu proses di ITIL yaitu Change Management memungkinkan setiap organisasi tanggap terhadap perubahan. Jadi perubahan itu bukan dihindari namun dikelola dengan baik karena perubahan sejatinya merupakan nature atau sifat dari bisnis.
1.2 Identifikasi Masalah
Kemampuan layanan IT pada suatu organisasi perlu untuk dikontrol secara konsisten dan berkala dan diperbaiki setiap saat. Layanan IT yang memiliki penerapan yang tidak tepat akan membuat bisnis perusahaan tidak efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan produktifitas, terutama dalam hal waktu, biaya dan sumber daya. Layanan IT harus dikelola dengan tepat. Pengelolaan layanan IT harus diimbangi dengan adanya proses audit internal yang berfungsi untuk mengarahkan layanan IT pada organisasi agar tepat guna. Temuan dalam audit internal akan memunculkan langkah preventif, detektif dan korektif terhadap kontrol yang telah ada saat ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka secara garis besar rumusan permasalahan dalam makalah ini adalah: 1. Apa fungsi audit internal terhadap layanan IT organisasi?2. Bagaimana cara penerapan audit internal dengan kerangka kerja ITIL untuk memeriksa
layanan IT perusahaan ?
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa batasan – batasan masalah sebagai berikut:
1. Audit internal mengarah pada ITIL v3 Service design yang disesuaikan dengan layanan bisnis perusahaan.
2. Studi kasus yang diambil adalah pada Palang Merah Indonesia. Studi kasus akan membahas kriteria dalam modul Service Strategies ITIL dan penerapannya pada perusahaan.
1.5 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan dari penulisan makalah ini antara lain: adalah untuk memahami fungsi audit internal yang berperan untuk penilaian atas kapabilitas layanan TI dalam suatu organisasi.
1.6 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:- Memahami fungsi audit internal serta kontrol yang digunakan dalam audit.- Mengetahui proses manajemen layanan pada Palang Merah Indonesia.
- Dapat menyelaraskan antara kebutuhan perusahaan dengan tujuan perusahaan di sisi IT.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Information Technology Infrastructure Library (ITIL®)
ITIL® adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastuktur,
pengembangan, serta operasi TI. ITIL® seringkali dijadikan acuan dalam pelaksanaan ITSM
suatu organisasi. ITIL® mendeskripsikan secara detil proses, prosedur, tugas dan ceklist untuk
membangun integrasi antara TI dengan strategi organisasi, memberikan value, dan
mempertahankan level minimum kompetensi. ITIL® merupakan panduan dalam melakukan
perencanaan, desain, transisi, operasional dan peningkatan layanan IT secara berkesinambungan
dalam perusahaan.
ITIL® versi pertama dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC) di
Inggris sejak tahun 1980-an, namun penggunaannya di dunia baru sejak dirilisnya versi kedua
yaitu pada tahun 1990-an. ITIL® dibuat dari kumpulan best practices yang ditemukan dalam area
layanan TI. ITIL® versi ketiga dirilis pada 30 Juni 2007, terdiri dari 5 bagian utama dan lebih
menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan TI. Kelima bagian tersebut adalah Service
Strategy, Service Design, Service Transition, Service Operation, dan Continual Service
Improvement.
Menurut ITIL®, TI bisa dikatakan sebagai sebuah layanan jika mengandung tiga aspek
yaitu dapat membantu pelanggan mencapai tujuan, pelanggan tidak perlu membeli peralatan dan
infrastruktur yang dibutuhkan, dan resiko menjadi tanggung jawab penyedia layanan. Sebuah
layanan bisa memberikan value jika sudah memberikan garansi terhadap empat aspek berikut:
availability, capacity, security dan continuity. Aspek-aspek tersebut biasanya menjadi komponen
dalam Service Level Agreement (SLA).
2.2 Modul ITIL®
Terdapat lima bagian besar dalam ITIL® keluaran tahun 2011 yaitu Service Strategy,
Service Design, Service Transition, Service Operation, dan Continual Service Improvement. Di
dalam kelima bagian tersebut terdapat 30 proses dan fungsi yang bisa dijadikan panduan dan
referensi bagaimana mengelola layanan TI yang sesuai dengan best practice dan good practice.
Model ITIL® dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
ITIL® V3 Lifecycle Framework (John DiMaria, 2006)
ITIL® menggambarkan proses-proses dalam pengelolaan layanan TI berjalan dalam
sebuah siklus hidup. Proses dimulai dari tahapan Service Strategy yang di dalamnya terdiri dari
proses-proses untuk merencanakan dan menentukan layanna-layanan TI apa yang akan dibangun
atau dikelola. Layanan yang dibangun akan masuk ke dalam Service Portfolio dan akan dihitung
aspek finansialnya melalui Financial Management sebelum akhirnya masuk ke dalam tahapan
Service Design. Di tahapan desain, terdapat proses-proses yang berfungsi untuk mendesain
bagaimana setiap layanan akan dibangun. Desain dibuat dan layanan dikembangkan dengan
bantuan vendor atau dibuat sendiri, dan kemudian menginformasikan bahwa layanan baru telah
tersedia.
Service Transition merupakan tahapan setelah desain yaitu berisi proses-proses untuk
memindahkan layanan baru dari tahap pengembangan ke operasional. Layanan yang telah
beroperasi akan dikelola oleh proses yang ada dalam Service Operation, dengan tujuan untuk
memastikan bahwa semua pengguna dapat menikmati layanan yang diberikan dengan gangguan
seminimal mungkin. Seiring berjalannya waktu, layanan harus dievaluasi untuk perbaikan.
Mekanisme monitoring, evaluasi, dan peningkatan kualitas baik dari sisi layanan, proses maupun
teknologi yang mendukung merupakan tanggung jawab dari proses-proses yang ada dalam
Continual Service Improvement.
Proses dan fungsi dalam ITIL® versi ketiga tahun 2011 (Dede Mulyana, 2013)
Bab III
Pembahasan
3.1 Studi kasus pada Unit Donor Darah PMI Jawa Timur
Perkembangan E-health atau biasa disebut layanan kesehatan berbasis teknologi
informasi kini telah menjadi kebutuhan dalam proses pelayanan kesehatan. Seiring dengan
berkembangnya teknologi informasi serta tuntutan akan kualitas kesehatan yang tinggi pada
masyarakat, layanan kesehatan harus dapat diberikan secara efisien dan tepat sasaran sehingga e-
health sebagai layanan kesehatan kini telah menjadi kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi
masyarakat.
Proses pelayanan darah sebagai salah satu layanan kesehatan di Indonesia di bawah
naungan Palang Merah Indonesia (PMI) belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan darah nasional sebesar 2% dari total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013
yakni 5,7 juta kantong darah per tahun hanya mampu dipenuhi 1/3 saja sebesar 1,9 juta kantong
darah Permasalahan – permasalahan tersebut dikarenakan proses pelayanan darah di Unit Donor
Darah PMI belum terintegrasi satu dengan yang lain dan masih minimnya dukungan teknologi
informasi. Untuk itu, dibutuhkan suatu dukungan teknologi informasi sehingga dapat
meningkatkan proses pelayanan darah yang efisien dan tepat sasaran sehingga mampu menjawab
permasalahan minimnya stok darah dan lamanya proses pemesanan darah.
Dukungan teknologi informasi pada proses pelayanan darah diberikan dalam bentuk
kebutuhan dan layanan teknologi informasi, berdasarkan penelitian pada Blood Transfusion
Center di Macau dan Solutions for Blood Transfusion and Patient Safety diterangkan bahwa
dukungan layanan Teknologi Informasi merupakan layanan kesehatan untuk pengguna.
Kebutuhan dan layanan tersebut harus dapat dijabarkan terlebih dahulu agar sesuai dan
mendukung proses pelayanan darah. Untuk kebutuhan teknologi informasi, Blood Bank
Information System atau bisa disebut BloobIS sebagai sistem informasi akan diterapkan dalam
mengatasi masalah integrasi data dan lamanya pemesanan darah. Untuk layanan teknologi
informasi, belum dijabarkan bagaimana layanan yang dapat diberikan sehingga menunjang
proses bisnis pelayanan darah Untuk itu, diperlukan perancangan layanan teknologi informasi
yang akan diberikan agar sesuai dengan kebutuhan pada proses bisnis pelayanan darah.
Perancangan layanan teknologi informasi dilakukan untuk mendefinisikan teknologi
informasi sebagai layanan dalam mendukung proses bisnis. Dalam merancang layanan teknologi
informasi, Ada beberapa tools yang digunakan salah satunya yakni ITIL (Information
Technology Infrastructure Library). ITIL merupakan suatu best practice dalam manajemen
layanan teknologi informasi.
Ada beberapa tahapan dalam ITIL dimulai dari Service Strategy, Service Design, Service
Transition, Service Operation dan Continual Service Improvement. Tahapan perancangan
layanan ada pada tahapan Service Design. Maka, penelitian ini fokus pada implementasi Service
Design ITIL pada BloobIS sebagai proses desain layanan guna mendukung implementasi
teknologi informasi pada proses pelayanan darah di Unit Donor Darah PMI.
Proses desain layanan teknologi informasi ini merupakan tahapan awal implementasi
BloobIS pada proses pelayanan darah sebagai layanan sistem informasi. Tahapan desain ini
mengacu pada Service Design ITIL v3 yang menghasilkan dokumen tata kelola desain layanan
dalam bentuk Service Design Package. Tahapan proses dalam Service Design antara lain Service
Catalogue Management, Service Level Management, Capacity Management, Availability
Management, IT Service Continuity, Information Security Management dan Supplier
Management dengan batasan proses pelayanan darah Unit Donor Darah PMI Jawa Timur.
3.2 Analisis Kondisi Kekinian dan Kebutuhan Layanan SI/TI
Kebutuhan Layanan SI/TI didefinisikan dari peraturan menteri kesehatan nomor
192/MENKES/SK/VI/2012 bahwa pelayanan kesehatan harus dapat memenuhi standar
terintegrasi dan sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Layanan tersebut tertera dalam kebijakan
mengenai Grand Design SIK (Sistem Informasi Kesehatan) nasional yakni:
1. Sistem Informasi diselenggarakan secara Terintegrasi
2. Data diberikan real time
3. Mendukung pengambilan keputusan
4. Sistem pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan dan pemanfaatan data/informasi
5. Terdapat bank data kesehatan untuk semua pemangku kepentingan
6. Pengembangan dan penyelenggaraan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Dari kebijakan SIK tersebut dipetakan menjadi standar layanan untuk Unit Donor Darah PMI
sebagai berikut:
No. Standar Layanan Layanan IT
1. Terintegrasi Sistem Informasi Berbasis Web
2. Data real time Penyampaian dan akses data melalui
web
3. Mendukung Pengambilan Keputusan Informasi disampailan melalui web
secara real time.
4. Sistem pengumpulan, pengolahan, analisis,
penyimpanan dan pemanfaatan data/informasi
DBMS(Database Management System)
terintegrasi untuk pengolahan data
5. Bank Data Darah DBMS(Database Management System)
terintegrasi dengan web aplikasi
6. Melibatkan Pemangku Kepentingan Pengguna / User Sistem Informasi
berbasis web untuk PMI, Rumah Sakit,
dan Masyarakat
Dari standar layanan diatas dijabarkan kebutuhan layanan SI/TI untuk setiap proses bisnis di
Unit Donor Darah PMI sebagai berikut:
No. Proses Bisnis Aktivitas LayananTeknologi Informasi
1. Proses Donor Darah Penarikan darah dari
pendonor.
Database Terintegrasi data
kantong darah
2. Manajemen Kantong Darah Pencatatan Data Kantong
Darah.
-Database Terintegrasi dengan
data kantong darah
-Web aplikasi penginformasian
stok atau jumlah kantong darah
Pemantauan Jumlah Stok
Darah.
Pemantauan Kondisi
Kantong Darah.
Penghapusan data kantong
darah.
3. Manajemen Data Pendonor Pencatatan data pendonor. - Database Terintegrasi data
pendonor
-Web aplikasi penginformasian
jumlah donor
Pencatatan jumlah donor.
Reminder waktu donor.
Penghapusan data
pendonor.
4. Manajemen Pemesanan Darah Konfirmasi Penerimaan
Pemesanan darah.
Pemesanan Kantong Darah
secara Online dari pihak
Rumah SakitKonfirmasi pengiriman
darah.
Dari kebutuhan layanan teknologi informasi tersebut berbentuk integrasi data dan
informasi dalam satu database. Manajemen kantong darah, pemesanan dan pendonor menjadi
fokus utama layanan. Kesemua layanan tersebut dibentuk dalam satu aplikasi berbasis web
berupa sistem informasi pelayanan darah bernama Blood Bank Information System atau bisa
disingkat BloobIS. Dalam BloobIS ini didalamnya terdapat fitur –fitur sebagai berikut:
1. Manajemen Kantong / Stok Darah Terintegrasi.
2. Manajemen Pemesanan Darah Online.
3. Manajemen Data Pendonor terintegrasi.
4. Manajemen Berita / Event Donor Darah.
Layanan BloobIS Berdasarkan Pengguna
Sehingga kesemua layanan diatas bisa memenuhi kebutuhan akan layanan teknologi informasi di Unit Donor Darah PMI. Terkait proses bisnis dari Unit Donor Darah PMI setelah menggunakan BloobIS menjadi seperti berikut:
3.3 Desain Layanan SI/TI menggunakan Service Design ITIL v3
Desain layanan terdiri dari 7 tahapan proses dalam Service Design ITIL v3 dengan hasil dokumen sebagai berikut:
No. Proses Dokumen Luaran1. Service Catalogue Management
- Analisis Kondisi dan Kebutuhan Layanan Service Catalog
- Pembuatan Katalog Layanan Service Catalogue
- Penyelarasan dengan unit bisnis terkait- Pembuatan Dokumen Spesifikasi KebutuhanPerangkat Lunak
Dokumen SKPL BloobIS
2. Service Level Management
- Pendefinisian Service Level Requirement (SLR) Dokumen SLR
Dokumen SLR
- Pembuatan Service Level Agreement danOperational Level Agreement (SLA & OLA) Dokumen SLA dan OLA
Dokumen SLA dan OLA
- Perencanaan Service Risk Management Identifikasi dan Analisis Risiko
Identifikasi dan Analisis Risiko
- Pembuatan Service Improvement Plan (SIP) Dokumen SIP
3. Capacity Management
- Pendefinisian Kebutuhan Kapasitas Dokumen Capacity Plan
- Pembuatan Capacity Plan4. Availability Management
- Pengukuran Service Availability Service Availability
- Pembuatan Availability Plan Dokumen Availability Plan
5. IT Service Continuity Management
- Analisis Dampak Bisnis dari Analisis RisikoDokumen Emergency Response Plan- Pembuatan Emergency Response Plan
6. Information Security Management
- Klasifikasi Informasi Dokumen Kebijakan dan Prosedur Pengamanan
- Pembuatan Kebijakan dan Prosedur Pengamanan InformasiInformasi
- Manajemen Akses Aplikasi Klasifikasi PenggunA
7. Supplier Management
- Kategorisasi Supplier Dokumen Kontrak dengan supplier
- Pembuatan Underpinning Contract
Dokumen Service Design dan bentuk pengelolaan layanannya
Bab IV
Kesimpulan
Hasil desain layanan SI/TI berupa dokumen Service Design Package untuk layanan sistem
informasi berbasis web Blood Bank Information System yang didasarkan pada dokumen
Spesifikasi kebutuhan aplikasi.
Dokumen Service Design Package yakni dokumen tata kelola dalam tahapan Service Design
ITIL v3 meliputi Service Catalogue, Service Level Requirement, Service Level Agreement,
Operational Level Agreement, Service Improvement Plan, Capacity Plan, Availability Plan,
Emergency Response Plan, Kebijakan dan Prosedur pengamanan informasi serta Dokumen
kontrak supplier.
Daftar Pustaka
[1] T. Tohmatsu, National E-Health and Information Principal Committee, Adelaide, 2008.
[2] WHO & ITU, "National E-Health Strategy Toolkit," WHO & ITU, Geneva, 2009.
[3] S. C. d. C. D. Bing Nan Li, "SIBAS : A Blood Bank Information System and it's 5 year
implementation,"
Elsevier, vol. 37, no. Computer and Biology Medicine, pp. 588 - 597, 2007.
[4] H. C. L. T. G. M. H. H. K. Walter H. Dzik, "Patient Safety and Blood Transfusion: New
Solutions,"
Transfusion Medicine Reviews, vol. 17, pp. 169 - 180, 2003.
[5] Republika, "Republika online : Berita Nasional," 21 11 2013. [Online]. Available:
http://www.republika.co.id/.
[6] K. U. Surabaya, Interviewee, Proses Bisnis Unit Donor Darah PMI. [Interview]. 3 2014.
[7] Unit Donor Darah, "Laporan Permintaan dan Distribusi Darah," UDD PMI Jawa Timur,
Surabaya, 2013.
[8] P. O'Neill, Topic Overview : IT Service Management, Forrester Research, 2006.
[9] L. Hunnebeck, ITIL Service Design, The Stationery Office, 2011.
[10] Gartner, Magic Quadrant for IT Service Support Management Tools, Gartner Media
Publisher, 2012.
[11] P. Farenden, ITIL For Dummies, John Wiley & Sons, Ltd., 2011.
[12] Office of Goverment Commerce, ITIL v3 : Service Design, Buckinghamshire: apm group,
2009.