nesyia.files.wordpress.com · web viewbatang berupa rimpang bercabang, pendek, sangat kuat,...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L)
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar
di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar
hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1.300-1.600
m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Tanaman ini
banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia (Jawa), dan Filipina (Amirullah, 2008).
Klasifikasi kunyit putih menurut Plantamor (2008)
Kingdom Plantae (Tumbuhan)Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas CommelinidaeOrdo ZingiberalesFamili Zingiberaceae (suku jahe-jahean)Genus KaempferiaSpesies Kaempferia rotunda L.
Gambar 2.1 Kunyit Putih
Sumber: (Suryanto, 2010) dan dokumentasi Nesyia Hanifa (2010)
13
Kunyit putih memiliki nama daerah kunci pepet, temu rapet, ardong (Jawa),
kunir putih (Sunda), konce pet (Madura), temu putri, temu rapet (Melayu). Nama
asing – Nama simplisia: Kaempferiae rotundae Rhizoma (kunci pepet).
Perawakan herba, tinggi sampai 0,65 m. Batang berupa rimpang bercabang,
pendek, sangat kuat, aromatik, warna putih kekuningan, batang semu kokoh, merah
kecoklatan, minimal 25 cm (Plantus, 2008).
Daun tunggal, berpelepah 3-5, tegak, helaian; bentuk daun bulat memanjang
lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, runcing, tumpul, daging daun tebal dan
lunak, permukaan atas daun gundul, permukaan bawah berambut sangat pendek,
warna permukaan atas hijau dan sering seperti terbakar, permukaan bawah ungu
gelap, panjang helaian daun 10-30 cm, lebar 4-10 cm, tangkai daun besar, sampai 4
cm, lidah-lidah daun (ligula) kira-kira 4 mm, upih (pelepah) daun berambut, panjang
7-24 cm (Plantus, 2008).
Susunan bunga majemuk tandan, jumlah bunga 4-16, biasanya 1-2 bunga mekar
bersamaan pada waktu yang bersamaan; ibu tangkai bunga majemuk berkembang
baik, ujungnya berbentuk cakram; daun pelindung bunga, bertoreh dalam 1,5 cm.
Memiliki kelop 3 buah, ujungnya bergigi 3, berwarna kehijauan atau putih, panjang
3-7 cm. Memiliki mahkota 3 buah, berbentuk tabung (panjang tabung 3,5-7 cm),
warna mahkota bunga putih dengan garis titik-titik, berbau harum. Benang sari
steril/mandul berbentuk elip sampai bentuk garis, agak tumpul, berujung deri atau
tidak, warna putih atau ungu, berurat, panjang 3,5-5 cm, lebar 1-1,75 cm, membentuk
14
bibir (labellum) seperti jantung terbalik, bercangap atau berbagi dalam, panjang 4-7
cm, lebar 3-4 cm; masing-masing benang sari mandul berwarna kekuning-kuningan
dengan garis titik-titik putih mengikuti urat-uratnya, selain itu bangunan bibir
berwarna ungu. Benang sari; fertil 1 buah, panjangnya 0,8-2,5 cm; tangkai benang
sari lebar; alat tambahan apikal dari penghubung ruang sari berlekuk 2-4, panjang 5-
10 mm. Buah tidak diketahui. Waktu berbunga April, September-Nopember (Plantus,
2008).
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-
tempat terbuka atau sedikit naungan (Amirullah, 2009).
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1.000-
4.000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1.000 mm/tahun, maka sistem
pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan
sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim
hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C (Amirullah, 2009).
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2.000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m
dpl (Amirullah, 2009).
Daerah distribusi, habitat dan budidaya di Jawa tumbuh di daerah dengan
ketinggian 20 – 500 m dpl. Ditempat yang agak lembab dan teduh, sebagai tumbuhan
liar atau tumbuh menjadi liar di hutan jati, belukar, hutan basah, padang rumput
(Plantus, 2008).
15
Rimpang kunyit putih mengandung 0,22 % minyak atsiri yang terdiri dari 5
senyawa utama piperiton, p-simen-8-ol, verbenon, kariofilen, kariofilenoksida, dan 3
senyawa minor, serta krotepoksida. Pengujian terhadap kunyit putih juga
menunjukkan komposisi abu 3,5%; serat kasar 8,7%, lemak 18,3 %; protein 10,7%;
dan pati 62,9% (Plantus, 2008). Rimpang dan daunnya mengandung saponin dan
folifenol (Plantus, 2008).
Pemberian 25 mg/5mL ekstrak yang larut dalam pertoleum eter secara in vitro
dapat berefek pada penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida
albicans di samping itu dapat pula membunuh Callosobruchus chinensis yang hidup
di daerah tropik (Plantus, 2008).
Manfaat kunyit putih dapat mengobati gangguan pencernaan, sakit perut, perut
mulas, dan bengkak karena memar, keseleo. Menghentikan peredaran darah, anti
inflamasi, menambah nafsu makan, dan anti neoplastik (merusak pembentukan
ribosom pada sel kanker) (Plantus, 2008).
Rimpang dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut dan penambah nafsu
makan. Umbi juga digunakan untuk obat penenang syaraf. Daun digunakan untuk
body lotion (Plantus, 2008).
2.2. Kultur Jaringan
2.2.1. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma,
jaringan, dan organ kemudian menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
16
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali (Mardiana, 2009).
Menurut Suryowinoto (1991) kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan
berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan
teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang
dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena
itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, = "di
dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri
dari kaca atau material tembus pandang lainnya.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif, yaitu teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.
17
Pengadaan bibit pada suatu tanaman yang akan dieksploitasi secara besar-besaran
dalam waktu yang cepat akan sulit dicapai dengan perbanyakan melalui teknik
konvensional. Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah
terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui teknik kultur jaringan. Teknologi
tersebut telah banyak digunakan untuk pengadaan bibit terutama pada berbagai
tanaman hortikultura. Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap
waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas
unggul yang mampu bersaing di pasaran internasional yang jumlahnya sangat sedikit
dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan (Yanti, 2007).
2.2.2. Teori Dasar Kultur Jaringan Menurut Mardiana (2009)
1). Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama
dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (setiap sel berasal dari satu
sel).
2). Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki
potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan
berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Teori ini mempercayai bahwa setiap
bagian tanaman dapat berkembang biak, karena seluruh bagian tanaman terdiri
atas jaringan - jaringan hidup.
18
2.2.3 Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman
Kultur jaringan merupakan cara yang paling baik mendapatkan bibit
tanaman yang bebas virus, hal ini berdasarkan teori bahwa bagian tanaman tumbuh
lebih cepat dari virus yang menyerang bagian jaringan disekitarnya. Sel-sel disekitar
titik tumbuh sama sekali belum terinfeksi oleh virus, sehingga dengan teknik kultur
jaringan dapat diperoleh tanaman baru yang bebas virus.
Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi,
karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit sekunder upaya untuk pembuatan
obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus
ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Ditemukannya cara
mendapatkan metabolit sekunder dari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam
medium kultur jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga
dibandingkan dengan cara biasa yang harus menunggu lama sampai tanaman cukup
umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun. Kelebihan teknik kultur
jaringan pada tanaman:
1). Pengadaan bibit tidak tergantung musim
2). Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih
cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10.000 planlet/bibit)
3). Bibit yang dihasilkan seragam
4). Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
5). Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
19
6). Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan
2.2.4 Komponen Medium Kultur Jaringan Menurut Hendaryono, dkk (1994)
1). Garam garam Anorganik
Setiap tanaman paling sedikit membutuhkan 16 unsur untuk tumbuh normal.
Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar disebut unsur makro, unsur yang
sedikit dibutuhkan disebut unsur mikro. Yang termasuk unsur makro adalah
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium
(Mg). Unsur NPK mutlak diperlukan , sedangkan unsur S, Ca, Mg boleh ada atau
tidak, tetapi karena fungsinya sangat mendukung pertumbuhan jaringan maka
akan lebih baik apabila unsur-unsur tersedia.
2). Vitamin
Vitamin-vitamin yang sering digunakkan dalam media kultur jaringan antara lain
adalah tiamin (vitamin B1), piridoksin (vitamin B6) dan asam nikotinat. Vitamin-
vitamin ini umumnya terdapat didalam tanaman. Tiamin adalah vitamin yang
esensial untuk hampir semua kultur jaringan tumbuhan. Fungsi tiamin adalah
untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar juga berperan sebagai
koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dan karbohidrat dan
memindahkan energi, asam nikotinat penting dalam reaksi reaksi enzimatik,
disamping berperan sebagai prekusor dari beberapa alkaloid, pemberian vitamin
C bertujuan untuk mencegah terjadinya pencoklatan pada permukaan irisan
20
jaringan. Vitamin lain yang sering ditambahkan dalam medium kultur jaringan
adalah niasin, glisin, myo-inositol, asam folat, sianokabalamin, riboflavin, biotin,
kolin klorida, kalsium pantetonat, piridoksin pospat.
3). Gula
Sukrosa yang sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber
energi yang diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2%-5%
merupakan sumber karbon, penggunaan sukrosa diatas 3% menyebabkan
terjadinya penebalan dinding sel. Pengaruh rangsangan dari gula untuk
pertumbuhan ditentukan juga dengan cara sterilisasinya. Penggunaan autoklaf
untuk sterilisasi dapat memberikan pengaruh baik atau buruk terhadap
pertumbuhan tergantung gula yang digunakan dalam medium tersebut.
Glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat
merangsang pertumbuhan beberapa jaringan. Pemilihan gula dan konsentrasi
yang akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan dikulturkan
dan tujuan yang ingin dicapai.
4). Asam amino dan N organik
Asam-asam amino berperanan penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi kalus.
Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda. Aspargin dan
glutamin berperan dalam metabolisme asam amino, karena dapat menjadi
pembawa dan sumber ammonia untuk sintesis asam-asam amino baru dalam
jaringan.
21
5). Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses
fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima
kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas
serta pengaruh yang berlainan terhadap fisiologis
Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi
pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa zat pengatur tumbuh dalam medium
pertumbuhan terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh. Pertumbuhan kalus dan
organ-organ ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh
tersebut
6). Persenyawaan kompleks alamiah
Contohnya persenyawaan kompleks alamiah adalah air kelapa, ekstrak ragi, juice
tomat, ekstrak kentang, dsb. Bahan yang terkandung dalam air kelapa antara lain
asam amino, asam-asam organik, asam nukleat, purin, gula, gula alcohol,
vitamin, mineral dan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh dalam air kelapa
9-b-d ribofuranosyl zeatin, zeatin, n-n`-diphenyl urea.
7). Campuran Casein hiydrolisat dan ekstrak ragi merupakan sumber asam amino
yang ditambahkan untuk memperbaiki pertumbuhan dan morfogenesis terutama
media yang tidak mengandung ion ammonium.
22
8). Bahan Pemadat
Bahan pemadat yang sering digunakan adalah agar, keuntungan pemakaian agar
adalah agar membeku pada temperatur 45oC dan mencair pada temperatur 100oC,
sehingga dalam kisaran temperatur kultur agar akan berada dalam keadaan beku
yang stabil, tidak dicerna enzim tanaman, dan tidak beraksi dengan
persenyawaan-persenyawaan penyusun media. Kandungan agar sedikit
mengandung unsure Ca, Mg, K dan Na. Kekerasan media meningkat secara
linear pada pertambahan konsentrasi agar, kekerasan media juga dipengaruhi
oleh jenis agar yang dipakai, pH media, dan penambahan arang aktif
9). Buffer atau pH media
pH diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan
pH dari sitoplasma. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam
berkisar 5,5-5,8.
10). Bentuk fisik Media Kultur
Media tanam Kultur jaringan dapat terdiri dari media cair dan media padat.
Media cair adalah media tanpa bahan pemadat agar.
Formula ini memang memudahkan pekerjaan, tapi untuk suatu penelitian
yang memerlukan perubahan komposisi dalam satu atau beberapa komponen, maka
pemisahan komponen-komponen penyusun media perlu dilakukan. Secara umum
kebutuhan nutrisi setiap tanaman sama, tetapi secara khusus kebutuhanya berbeda.
Kesamaanya adalah tanaman memerlukan hara makro dan mikro, vitamin-vitamin,
karbohidrat, asam amino dan N-organik, ZPT, zat pemadat dan kadang ada
23
penambahan seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstak kentang, bufer organik
maupun arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah
yang diperlukan (Hotjen, 2009).
Terdapat banyak formula media tanam kultur jaringan yang pada umumnya
diberi nama sesuai dengan nama penemunya (Erwin, 2009), antara lain:
1). Media dasar Murhasige dan Skoog (1962) yang dapat digunakan untuk
hampir semua jenis kultur, terutama pada tanaman herbaceous.
2). Media dasar B5 untuk kultur sel kedelai, alfafa, dan legume lain.
3). Media dasar White (1934) yang sangat cocok untuk kultur akar tanaman
tomat.
4). Media dasar Vacin dan Went yang biasa digunakan untuk kultur jaringan
anggrek.
5). Media dasar Nitsch dan Nitsch yang biasa digunakan dalam kultur tepung sari
(pollen) dan kultur sel.
6). Media dasar schenk dan Hildebrandt (1972) atau media SH yang cocok untuk
kultur jaringan tanaman-tanaman monokotil.
7). Medium khusus tanaman berkayu atau Woody Plant Medium (WPM)
8). Media N6 untuk serealia terutama padi.
2.2.5 Standar Laboratorium Kultur Jaringan Menurut Muslim (2009)
Ruang pencucian mempunyai bak cuci, meja kerja yang terbuat dari bahan
yang tahan terhadap asam dan basa, rak pengering, dan mempunyai saluran untuk air
24
demineralisasi atau destilasi, ruang untuk tempat oven pengering, alat atau mesin
pencuci dan pengering, serta rak atau lemari penyimpanan alat.
Di dalam ruang persiapan media tersedia tempat untuk penyimpanan bahan-
bahan kimia, gelas kultur dan penutupnya, dan peralatan gelas yang diperlukan untuk
pembuatan media. Meja yang kokoh atau bench untuk penyimpanan hot plate
magnetic stirrer, pH meter, timbangan, dan dispenser. Peralatan lain yang biasanya
ada di ruang persiapan dan pembuatan media antara lain alat vaccum, distiling unit,
bunsen, refrigerator (kulkas) dan freezer untuk penyimpanan larutan stok dan bahan
kimia, mikrowave, kompor gas, oven dan autoklaf untuk sterilisasi media, peralatan
gelas dan peralatan lain. Didalam pembuatan media kultur, bahan-bahan kimia yang
digunakan bertaraf analitik dan penimbangannya baik dan benar. Air yang digunakan
dalam pembuatan media harus berkualitas tinggi yang mempunyai tingkat kemurnian
yang tinggi. Air ledeng atau sumur tidak digunakan untuk pembuatan media karena
mengandung kation-kation (amonium, kalsium, besi, magnesium natrium, dll.),
anion-anion (bikarbonat, klorida, flourida, fosfat, dll.), mikroorganisme (algae, jamur,
bakteri), gas-gas (oksigen, CO2, nitrogen) dan bahan-bahan lain (minyak, bahan
organik dll.). Air yang digunakan dalam kultur jaringan mempunyai standar type II
(minimum) yaitu bebas pirogen, gas, dan bahan organik dan mempunyai
konduktivitas elektrik kurang dari 1.0 µmho/cm.
Laminar air flow yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman adalah tipe
horizontal dan dirancang dengan mempunyai ruangan yang bebas dari partikel debu
yang halus dan dilengkapi dengan sinar ultra violet (UV) serta unit penyaring udara.
25
Penyaring udara mempunyai filter udara dengan efisiensi tinggi atau high-efficiency
particulate air (HEPA filter). HEPA filter mempunyai pori sekitar 0.3 µm dengan
efisiensi kerja berkisar 99.97 – 99.99%.
Suhu ruang kultur untuk pertumbuhan umumnya berkisar antara 15o – 30oC,
dengan fluktuasi kurang dari ±0,5oC akan tetapi kisaran suhu yang lebih besar
mungkin diperlukan untuk tujuan percobaan. Ruang kultur mempunyai pencahayaan
hingga 10.000 lux. Suhu dan cahaya dapat diprogram selama 24 jam. Ventilasi udara
baik dengan kelembaban berkisar 20-98%.
2.3 Medium
2.3.1 Air Kelapa
Air kelapa sebagai cadangan makanan yang mengandung vitamin dan zat
tumbuh, sehingga dapat menstimulir perkecambahan. Air kelapa mengandung zat
atau bahan seperti vitamin, asam amino, asam nukleat fosfor, dan asam giberelat.
Kandungan yang terdapat dalam air kelapa berfungsi sebagai penstimulir dalam
proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi. Oleh karena itu air
kelapa mempunyai kemampuan besar untuk mendorong pembelahan sel dan proses
deferensiasi. Konsentrasi optimum air kelapa yang diberikan 15% (Tulecke et al,
1960 dalam Suryanto, 2009).
Staden dan Drews (1974), melaporkan bahwa dalam air kelapa mengandung
zeatin yang diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai
kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu
26
dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Sitokinin berperan dalam
pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin. (Sumber:
Hess, 1975 dalam Suryanto, 2009).
Secara umum, air kelapa mengandung 4,7% total padatan, 2,6% gula, 0,55%
protein, 0,74% lemak, serta 0,46% mineral. Jenis gula yang terkandung pada air
kelapa adalah glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Beberapa jenis kelapa ada yang
memiliki kadar gula sebesar 3% pada air kelapa tua dan 5,1% pada air kelapa muda
(Astawan, 2009).
Di dalam air kelapa terkandung diphenil urea yang mempunyai aktivitas
seperti sitokinin, yaitu aktivitas pembelahan sel. Hormon tumbuh seperti sitokinin,
walaupun dengan konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologi tumbuhan. Hal
ini disebabkan oleh hormon yang mempengaruhi asam nukleat sehingga
mempengaruhi sintesa protein dan mengatur aktivitas enzim (Hendaryono, 1994).
Aspek sitokinin pada proses diferensiasi berpengaruh terhadapa pembelahan
sel dan induksi organ serta perkembangannya. Sitokinin bersama-sama dengan auksin
memberikan pengaruh interaksi terhadap diferensiasi jaringan (Hendaryono, 1994).
2.3.2 Arang Aktif
Arang aktif adalah arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan
menggunakkan uap atau udara panas. Bahan ini mempunyai daya adsorpsi yang
sangat kuat. Pengaruh penambahan arang aktif pada media dapat mengadsorpsi
persenyawaan persenyawaan toksik yang dapat menghambat pertumbuhan kultur
27
terutama persenyawaan fenolik dari jaringan yang terluka pada waktu inisiasi, dapat
mengadsorpsi zat pengatur tumbuh sehingga mencegah pertumbuhan kalus yang tidak
diinginkan dan merangsang perakaran dengan mengurangi tingkat cahaya sampai
kebagian eksplan yang terdapat dalam media (Hendaryono, 1994).
Karbon aktif yang diperiksa di bawah Scanning Electron Microscopy akan
terlihat pori-pori dalam jumlah yang sangat besar. Adanya gaya Van der Walls yang
dimilikinya, pori-pori tersebut mampu menangkap berbagai macam bahan, termasuk
bahan beracun (Nanda, 2007).
Gambar 2.2 Arang Aktif (Alba, 2008)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif yang berasal dari
sekam padi dan tempurung kelapa memiliki daya serap yang tinggi (yang
ekspresikan dengan angka Iod) terhadap residu pestisida masing-masing sebesar.
460,4 dan 1.191,8 mg/g (Ardiwinata, 2008).
2.3.3 Murashige dan Skoog (MS)
Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan perbaikan komposisi media
Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan
optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam
28
bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih
tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media
tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga
ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya
konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS
dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan
untuk kultur jaringan jenis tanaman lain (Manaree, 2009). Keistimewaan media MS
adalah kandungan nitrat, kalium, dan amoniumnya yang tinggi (Siska, 2009).
2.3.4 Auksin
Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Hasil
studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa
terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding
sel. Hubungan auksin dengan permeabilitas sel akan meningkatkan difusi masuknya
air ke dalam sel (Tirta, 2007).
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan sitokinin dan
auksin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al. (1974),
stimulasi pertumbuhan tunas dan daun akan terjadi pada perbandingan sitokinin
lebih besar dari auksin, sebaliknya apabila sitokinin lebih rendah dari auksin, maka
29
ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Perbandingan sitokinin
dan auksin yang berimbang, pertumbuhan tunas, daun, dan akar akan berimbang
pula. Tetapi apabila konsentrasi sitokinin itu sedang dan konsentrasi auksin rendah
(Alfaqirilallah, 2009).
Beberapa senyawa auksin yang disintesis oleh ahli kimia yang mampu
menimbulkan respon fisiologis seperti IAA adalah asam α- naftalenasetat (NAA),
asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), asam 2-metil-4 klorokfenosiasetat (MCPA)
(Salisbury dan Ross, 1995)
2.4 Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh.
Organogenesis merujuk kepada proses yang menginduksi pembentukan jaringan sel,
atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna. Proses ini diawali oleh hormon
pertumbuhan. Benziladenin dan sitokonin lainya, baik sendiri maupun dalam
kombinasi dengan asam giberelat, menyebabkan diferensiasi dan pembentukan tunas.
Pembentukan akar dapat terjadi secara serntak atau sesudahnya (Wetter, 1991).
Berhasilnya pertumbuhan tuas terutama bergantung pada sumber jaringan,
kadar medium hara, dan jenis serta kadar hormon pertumbuhan yang digunakan.
Bagian tempat melekatnya kotiledon juga mungkin mengandung sel-sel yang
diinduksikan dengan cepat untuk membentuk tunas. Pembentukan akar umumnya
tidak menimbulkan kesulitan yang berarti dan dapat berlangsung tanpa hormon
eksogen (Wetter, 1991).