prosidingeprints.umm.ac.id/45020/48/pangesti - tata bahasa...bahasa indonesia bagi penutur asing...

22
i II PROSIDING

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

i

II

PROSIDING

Page 2: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

ii

Ketua Editor

George Quinn

Editor

Erlin Barnard

Yo Nonaka

Widodo H.S.

Liliana Muliastuti

Arif Budi Wurianto

Soyoto

Desain Cover & Penata Isi

Tim MNC Publishing

Cetakan I, Oktober 2017

Diterbitkan oleh

Media Nusa Creative

Anggota IKAPI (162/JTI/2015)

Bukit Cemara Tidar H5 No. 34, Malang

Telp. : 0341 – 563 149 / 0812.3334.0088

E-mail : [email protected]

Website : www.mncpublishing.com

ISBN : 978-602-6743-49-7

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

seluruh isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi,

merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat

(1), (2), dan (6)

Page 3: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

iii

KATA PENGANTAR

Buku dengan judul Pemartabatan Bahasa Indonesia dalam Menghadapi Perubahan

Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia ini adalah prosiding Konferensi Internasional Pengajaran

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para

presenter dalam konferensi tersebut.

Dalam beberapa dekade terakhir ini, perkembangan Bahasa Indonesia telah meningkat

pemakaiannya dari bahasa nasional menjadi bahasa internasional. Di dalam perkembangan Bahasa

Indonesia menjadi bahasa internasional, maka berkembang pula bidang Bahasa Indonesia bagi

Penutur Asing (BIPA). Dalam bidang BIPA ini, internasionalisasi Bahasa Indonesia menjadi

sebuah keniscayaan.

Internasionalisasi Bahasa Indonesia akan meningkatkan martabat Bahasa Indonesia di

mata dunia internasional, yang secara tidak langsung akan meningkatkan martabat bangsa dan

negara Indonesia. Peranan pemerintah Indonesia dalam memartabatkan Bahasa dalam beberapa

tahun ini telah nampak dari berbagai upaya yang dilakukan oleh lembaga kebahasaan sebagaimana

yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009.

Diplomasi budaya melalui Pengembangan BIPA di dunia internasional amat perlu

dilakukan karena bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam soft diplomacy. Dalam hal

peningkatan peran bahasa sebagai medium berdiplomasi ini, beberapa program telah dilaksanakan

oleh Pusat Pengembangan dan Strategi Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Badan Bahasa Pusat di

bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dukungan diarahkan untuk

meningkatkan peran bahasa untuk perdamaian dunia atau bahasa untuk misi perdamaian dunia.

Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan gaya hidup yang melanda

dunia, termasuk Indonesia, yaitu perkembangan sosial media yang begitu masif yang ditunjang

sepenuhnya oleh teknologi nirkabel internet. Pemakaian media sosial membuat kita bukan saja

menjadi warga negara tetapi juga menjadi warga jaringan internet (netizen/warganet) yang

mengubah segala hal yang terkait dengan gaya komunikasi kita. Di belahan dunia lain, khususnya

di Amerika Serikat, kebijakan presiden baru Donald Trump dalam kebijakan luar negerinya yang

lebih mementingkan urusan dalam negeri atau dikenal dengan America First, dikhawatirkan juga

akan mempengaruhi laju percepatan program internasionalisasi Bahasa Indonesia. Saat ini kita

masih menunggu apakah kebijakan pemerintah baru AS yang tidak pro imigran dan cenderung

proteksionis akan berimbas terhadap dunia pendidikan secara umum dan apakah juga ada

pengaruhnya pada pembelajaran, pengajaran BIPA, dan internasionalisasi Bahasa Indonesia.

KIPBIPA X/2017 ini memilih tema : PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA

DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN KONSTELASI POLITIK DAN EKONOMI DUNIA.

Pemilihan topik ini didasari atas adanya perubahan konstelasi politik dan ekonomi global,

diantaranya: terpilihnya Presiden Donal Trump di Amerika Serikat, keluarnya Inggris Raya dari

Uni Eropa (Brexit), membanjirnya tenaga kerja asing di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Ketiga

fenomena tersebut diperkirakan akan menjadi tantangan baru bagi diterimanya Bahasa Indonesia

sebagai Bahasa Internasional, dan dengan demikian akan menjadi tantangan baru pula bagi

pemangku kepentingan BIPA untuk masa-masa yang akan datang.

Page 4: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

iv

Dari tema tersebut, beberapa sub tema dipilih untuk dibahas dan dikupas dalam konferesni

ini. Sub-sub tema tersebut meliputi:

A. Strategi, Diplomasi dan Kebijakan Pengembangan BIPA dalam Percaturan Politik dan

Ekonomi Dunia

B. BIPA dan Strateginya dalam Menghadapi Investasi Asing dan Isu Ketenagakerjaan: MEA,

Profesionalisasi Tenaga Kerja Indonesia

C. BIPA dan Ketahanan Peradaban dan Budaya Indonesia,

D. BIPA dan Pariwisata yang Bertanggung Jawab

E. Peran BIPA dalam Mendukung Hubungan Kerja Sama Antar-Pemangku Kepentingan

F. Pembelajaran BIPA - Isu-Isu Mutakhir Dalam BIPA - Kurikulum BIPA, Labirin UKBI

dan UKBIPA, Media, Materi dan Evaluasi Pembelajaran

G. BIPA Dalam Gelombang Perkembangan Media Baru (New Media): Filter dan

Pemanfaatannya

H. TIK dalam Pengembangan BIPA – Kendala, Tantangan dan Pemanfaatannya

I. Membangun Kapasitas BIPA Lewat Penelitian ke-BIPA-an yang Komprehensif

J. Profesionalisme Pengajar BIPA - Perangkat, Lembaga Penyelenggara BIPA

Dengan demikian, buku ini berisi kumpulan tulisan yang membahas tema dan sub-sub

tema yang dijelaskan di atas.

Pada dekade-dekade mendatang tema percaturan politik, sosial, ekonomi, cyber serta

dampak-dampaknya di bidang perseteruan militer, sengketa geografis dan persaingan dan

pengaruh penguasaan sumberdaya kehidupan akan tetap menjadi topik diskusi, perdebatan dan

perembugan dalam lingkup besar. Walaupun permasalahan perubahan konstelasi dunia di

berbagai bidang telah dibahas dengan segala bentuk persetujuan dan kontra selama hampir

seperempat abad, namun ekses-ekses terasa sangat semakin relevan khususnya bagi negara-negara

berkembang yang sedang melewati sebuah transisi internal dan eksternal, baik secara politik,

ekonomi, sosial dan budaya seperti Indonesia. Dengan demikian, perubahan konstelasi dunia

semakin membuat negara- negara mengalami ketergantungan. Sebagai salah satu negara yang

terkena dampak serta mengalami berbagai bentuk perubahan. Dampak eksternal globalisasi

terhadap Indonesia mengharuskan Indonesia memetakan kembali hubungannya dengan negara-

negara lain. Perubahan dominasi kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang sedang terjadi di bumi

ini, terutama yang berkaitan dengan negara-negara adidaya, mau tidak mau berdampak pada

berbagai kebijakan pemerintah Indonesia. Dan, hal ini tentu saja akan juga berdampak pada

strategi pengembangan BIPA baik di dalam maupun luar negeri.

Walaupun perubahan konstelasi dunia menjadi perhatian dan keprihatinan eksternal

internasional yang mengharuskan Indonesia berpikir ulang tentang poisisinya sebagai warga

dunia, namun ternyata ada satu permasalahan lain yang mengaharuskan Indonesia untuk

memikirkan ulang jati ditinya sebagai bangsa yang amat heterogen dalam artian suku, agama dan

ras serta segala bentuk budayanya. Ketika negara- negara maju mulai memikirkan ulang kebijakan

imigrasinya, beserta proteksi terhadap segala sumberdayanya yang semakin menipis, sebagai

dampak dari perubahan konstelasi politik dan ekonomi: peperangan, konflik geografis, terorisme

beserta semua implikasinya, di Indonesia ternyata ekses-ekses ekonomi dan politik mulai

merambah pada debat yang bisa mengusik multikulturalisme dan keberagaman ini.

Page 5: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

v

Dengan demikian, satu tema besar yang menyangkut perubahan internasional yang berupa

perubahan konstelasi politik dan ekonomi dunia perlu mendapat respon internal berupa

pembangunan dan pengembangan strategi kebahasaan dalam bentuk pembahasan posisi BIPA

dalam perubahan konstelasi politik dan ekonomi dunia yang sejatinya merupakan upaya cerdas

untuk melihat ke dalam internal menjadi topik hangat dan relevan untuk diulas, dibahas dan

dikupas dengan hangat dalam konferensi ini.

Kebijakan MEA antar Negara-negara di Asia telah memasuki tahap tahun ke dua. setelah

dicanangkannya dan diadopsinya keputusan ini, negara-negara di Asia telah memasuki gelombang

dahsyat persaingan di bidang ekonomi. Kebijakan MEA yang memungkinkan masuknya tenaga-

tenaga kerja asing ke masing- masing negara telah membuahkan berbagai dampak di luar skopa

ekonomi. Di bidang ketenagakerjaan, negara-negara Indochina yakni Vietnam, Kamboja, Laos,

serta negara-negara tetangga di ASEAN seperti Myanmar telah mengalami imbas yang luar biasa

dengan semakin tergerusnya tenaga kerja lokal karena kesempatan dan peluang kerja telah dan

sedang direbut oleh tenaga kerja dari negara Tirai bamboo, China. Ekses-ekses dan pergesekan

yang timbul menyebabkan terjadinya friksi-friksi sosial, konflik horizontal antara pabrik dengan

pekerjanya yang mengalami PHK, tenaga lokal dengan tenaga asing, serta konflik rasial antara

penduduk pribumi dengan penduduk yang memiliki persamaan keturunan/ras dengan tenaga kerja

asing yang masuk.

Di sisi lain, diintervensi secara masifnya dengan investasi ke dalam negeri dari negara

lain, dalam kasus Indonesia, para pemangku kepentingan, pemerintah dan DPR belum mampu

menyiapkan medium-medium yang mampu membantu tenaga kerja lokal untuk bersaing dengan

tenaga asing. Baik di bidang keterampilan praktis bekerja, tingkat melek teknologi dan pendidikan.

Kebijakan pro investasi asing, yang secara serta merta diikuti masuknya tenaga kerja asing

semakin memperbesar rasa ketidak-puasan terhadap kebijakan-kebijakan yang kurang pro rakyat

kecil.

Di satu sisi, para pemangku kepentingan berharap bahwa upaya pengenalan bahasa

Indonesia ke dunia internasional diharapkan bisa menjadi asparatus pemartaban bahasa Indonesia.

Banyak sumberdaya, di tengah keterbatasan dan kemauan dilakukan untuk melaksanakan mandat

pemartabatan ini. Pengiriman guru-guru BIPA ke luar negeri untuk mengajar di institusi-institusi

luar negeri yang mengajarkan bahasa Indonesia telah berjalan beberapa tahun terakhir ini. Di

samping itu, datangnya banyak mahasiswa asing dan pelajar ke Indonesia untuk belajar BIPA

juga semakin meningkat. Karena daya dan kapasitas angkat BIPA lebih dari sekedar

keterampilan berbahasa saja, maka para pemangku kepentingan dalam pengembangan strategi

kebahasaan perlu memetakan tantangan dan hambatan, dampak, beban serta variabel-variabel lain

yang berada di luar konteks kebahasaan saja.

Para pemegang kepentingan dalam strategi kebahasaan perlu merencanakan aktivitas

pemartabatan bahasa Indonesia, salah satunya dengan pengiriman guru-guru BIPA ke luar negeri

lebih dari sekedar untuk mencetak BIPA menjadi bahasa commerce (perdagangan) atau untuk

menjadi medium untuk menguasai ekonomi Indonesia, atau untuk mencetak agen kapitalisme dan

perbudakan ekonomi. Pihak-pihak ini perlu menelorkan kebijakan-kebijakan kebahasaan yang

bisa menghantarkan kemartabatan kemanusiaan, salah satunya dengan mengenalkan studi

wawasan kebangsaan dan kebudayaan.

Menyusul pembahasan tentang masalah ini di KIPBIPA IX di Bali yang salah satu

temanya mengusung masalah lintas budaya, unsur-unsur lintas budaya ini sekarang semakin

Page 6: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

vi

tampak jauh lebih penting dan urgen untuk dibahas lebih dalam diskusi ke-BIPA-an, dan sebagai

salah satu tema perlu ditelaah lebih lanjut dalam KIPBIPA X ini, terutama dalam kaitannya dengan

lintas budaya antar pembelajar BIPA yang akan datang ke Indonesia untuk melakukan aktivitas

edukasi maupun ekonomi dengan penduduk lokal di Indonesia. Mungkin, BIPA bisa menjadi

sosok yang memiliki daya dorong untuk membuat hubungan antar bangsa yang setara dan

semartabat ketika medium berkomunikasi ini diimbangi dengan ketanggapan dan praktek budaya

yang sama-sama bisa dimengerti dan diterima. Peran lintas budaya sudah saatnya dibahas dan

dipertimbangkan sebagai salah satu medium untuk menciptakan strategi pengembangan dan

pembangunan kebahasaan lewat BIPA. Perencanaan strategis yang matang untuk memadu dan

memasukkan unsur-unsur pendukung dalam BIPA termasuk di dalamnya informasi Studi Ke-

Indonesia-an, Wawasan Kebangsaan serta Wawasan Ke-BIPA-an, studi Lintas Budaya mutakhir

perlu diseriusi oleh semua pemangku kepentingan dengan berkolaborasi antara Pemerintah

Indonesia, dunia akademis serta intelektual. Dengan demikian gelombang masukknya budaya

asing yang bisa menggerus budaya Indonesia bisa difilter menjadi dengan komprehensif. Peran

BIPA yang memiliki daya dukung ini harus mulai digaungkan untuk menciptakan kondisi yang

bisa menjaga investasi ke Indonesia, termasuk lewat Pariwisata yang Bertanggung Jawab

(Responsible Tourism) yang bisa menghindari atau paling tidak mengerem kerusakan ekologis

maupun kultur sehingga dalam waktunya BIPA bisa menjadi bagian dari medium untuk mebangun

ketahanan peradaban dan budaya Indonesia.

Para pelaku BIPA perlu mahfum bahwa Pengembangan Bahasa Indonesia bukanlah

semata-mata tanggung jawab satu lembaga bahasa atau organisasi. Organisasi non-bahasa juga

memiliki potensi dan daya dukung untuk turut berkontribusi dalam memperkenalkan bahasa

Indonesia ke masyarakat non-pengguna bahasa Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar

negeri. Lembaga negara, kedutaan dan konsulat, misalnya, memiliki peran yang amat strategis

dalam memperkenalkan bahasa Indonesia ke negara-negara tempat lembaga ini berada. BIPA bisa

menjadi bagian dari medium untuk membangun ketahanan peradaban dan budaya Indonesia.

Sebaliknya di dalam negeri lembaga kementerain dan pemerintahan yang dalam

operasionalnya bersinggungan dengan aktivitas orang asing seperti Kementerian Kebudayaan dan

Pendidikan dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang masing-masing

bertanggungjawab terhadap pengembangan pendidikan dan pariwisata belum mendapatkan

advokasi maksimal tentang potensi dan kontribusi BIPA untuk mengembangan kedua bidang ini

baik secara langsung maupun tidak langsung. advokasi dan pemaparan untuk membahas

keterlintasan antara BIPA dengan segala Pemangku Kepentingannya dengan dunia pariwisata

dengan Kementrian yang berkepentingan.

Konferensi ini bisa dijadikan momentum oleh APPBIPA pusat untuk turut

mengundang mitra berpotensi baik di luar maupun di dalam negeri untuk turut memetakan sinergi

– kerja sama antara lembaga bahasa/pemangku Kepentingan BIPA (Badan Bahasa, APPBIPA)

dengan lembaga non-Bahasa, Kementrian terkait, Asosiasi Profesional, institusi kerjasama

negara-negara termasuk Kantor Sekretariat ASEAN, badan-badan Perserikatan Bangsa- Bangsa,

dsb. Dengan demikian diplomasi antar negara, salah satunya lewat diplomasi lintas budaya bisa

menjadi pelengkap dari peran BIPA yang komprehensif.

Pada akhirnya, buku prosiding KIPBIPA X/2017 ini bisa menjadi medium yang strategis

untuk melihat spektrum perkembangan dunia BIPA selama ini. Dengan demikian kita semua bisa

memulai untuk membuat semacam alat untuk mengevaluasi perkembangan BIPA. Peran

Page 7: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

vii

kerjasama kelembagaan BIPA dan di dalam luar negeri dalam melihat kilas balik upaya-upaya

pengembangan BIPA bisa turut membantu kita untuk merencanakan arah BIPA yang sesuai

dengan tujuan pemartabatan bangsa dan bahasanya.

Malang, 12 Oktober 2017

Sugeng Susilo Adi

Ketua Panitia KIPBIPA X/2017

Direktur Brawijaya Language Center, Universitas Brawijaya

Page 8: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

viii

Page 9: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

ix

DAFTAR ISI

BAGIAN IV : PEMBELAJARAN BIPA: ISU-ISU MUTAKHIR

1. Pembelajaran Berbicara Berbasis Tipologis Bahasa dan Kearifan Lokal

Masyarakat Lampung bagi Peserta Bipa di Universitas Lampung

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. dan Dr. Sumarti, M.Hum. ........................................ 1

2. Pembelajaran BIPA melalui Cerita Rakyat

Imelda ......................................................................................................................... 8

3. Mengembangkan Materi Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing Usia

Pra Sekolah

Liana Kosasih, M.Pd .................................................................................................. 16

4. An Analysis of Thai Learners of Bahasa Indonesia as a Foreign Language on

Bahasa Indonesia Vowels Pronunciation

Robertus Pujo Leksono, M.Pd .................................................................................... 23

5. Analisis Kesesuaian Materi Buku Ajar BIPA A1 dan A2 PPSDK

Maria Dina Pratiwi, S.Pd. ........................................................................................... 29

6. Penggunaan Puisi sebagai Bahan Ajar Bagi Penutur Asing (BIPA) dalam

Upaya meningkatkan Sikap Positif Terhadap Budaya Indonesia

Marlina, S.Pd., ............................................................................................................ 38

7. RPG (Role Playing Games) sebagai Suplemen Peningkatan Keterampilan

Membaca Intensif BIPA Tingkat Pemula

Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd., Renda Yuriananta, S.Pd. .............................................. 48

8. Penerapan Metode Suku Kata pada Keterampilan Membaca Pembelajar Bipa

di Nahdatulsyuban School, Narathiwat, Thailand

Nais Ambarsari, S.Pd. ................................................................................................ 57

9. Pemali sebagai Media Komunikasi Antarbudaya dalam Pembelajaran BIPA

Ridzky Firmansyah Fahmi ......................................................................................... 66

Page 10: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

x

10. Dari Kartun M. Bundhowi Sampai Kelas Membatik: Sarana Ajar Alternatif

dalam Pembelajaran Bipa di Program Studi PBSI FKIP UAD

Sudaryanto, S.Pd., M.Pd. ........................................................................................... 70

11. Penerapan Pendekatan Proses untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

Tri Wahyono, M.Pd .................................................................................................... 78

12. Sebuah Refleksi tentang Pengenalan Budaya dalam Program Bahasa Indonesia

Universitas Columbia

Agam Syahrial ............................................................................................................ 85

13. Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Komunikatif (Communicative Language

Teaching) dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

Agung Siswanto, S.Pd ............................................................................................... 95

14. Layanan Kursus Mandiri (Startup BIPA) dalam Jaringan untuk Semua

Pembelajar Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA)

Ari Nursenja Rivanti, S.Pd. ........................................................................................ 106

15. Penyusunan Buku Teks BIPA Berbasis Pendekatan Komunikatif Integratif untuk

Semua Pelajar BIPA (Penelitian dan Pengembangan Materi Pengajaran BIPA)

Chintia Devi Yurensi, S.Pd. ....................................................................................... 111

16. Humor dalam buku pengayaan BIPA

Dr. Ari Ambarwati, M.Pd. ......................................................................................... 117

17. Pengembangan Bahan Ajar BIPA pada Keterampilan Membaca Kompetensi

Pemula (A1) Berbasis Kearifan Lokal

Dr. Arono, M.Pd. dan Nadrah, M.Pd. ....................................................................... 123

18. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan pada Siswa BIPA Tingkat

Lanjut Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya

Dr. Eti Setyawati dan Nia Budiana, M.Pd. ................................................................. 135

19. Penutur Asing belajar baca-Tulis dalam bahasa Indonesia melalui

Pembelajaran Jarak Jauh (Daring)

Dra. Ratu Badriyah ..................................................................................................... 143

20. Sikap dan Pemilihan Bahasa Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

FKIP Universitas HKBP Nommensen Terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggeris Tinjauan Sosiolinguistik

Elza Leyli Lisnora Saragih ......................................................................................... 152

Page 11: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

xi

21. Tata Bahasa Komunikatif dalam Pembelajaran Bipa Tingkat Pemula (A1)

Fida Pangesti. S.Pd., M.A .......................................................................................... 161

22. Pemanfaatan Media Digital sebagai Peluang Perkembangan Bipa (Studi

Komparatif Pemelajar Online dan Tatap Muka)

Grandis Putri Ogustina, Nunung Sitaresmi, dan Lilis Siti Sulistyaningsih ............... 169

23. Penggunaan Aplikasi Ted-Ed dan Mentimater untuk Pengajaran BIPA

Herman Felani, S.S., M.A. ......................................................................................... 178

24. Teknik Pembelajaran Kemahiran Menulis kepada Peserta Program BIPA

Nunung Nuryanti, S.S., M.Pd. .................................................................................... 189

25. Sister School sebagai upaya SMA Dwiwarna mengenalan BIPA melalui sekolah

Retno Cahwati, S.Pd. .................................................................................................. 195

26. Penilaian Autentik Keterampilan Berbicara dengan Media Iklan untuk

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif bagi Pembelajar Bipa

Rosendi Galih Susani S.Pd. ........................................................................................ 203

27. Pengembangan Model Materi Ajar Berbasis Kontekstual dalam Menulis Kreatif

Tri Maryanto, S.Pd. .................................................................................................... 216

28. Pengaruh Bahasa Lisan ke Dalam Bahasa Tulis pada Mahasiswa BIPA

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran

Yulyanti Andrayani, S.Hum. ...................................................................................... 222

29. Pembelajaran bahasa Indonesia pada anak balita berkewarganegaraan

Indonesia yang tinggal di Amerika

Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum., Yani Suryani, M.Hum ........................................ 230

BAGIAN V : TREN DALAM PENELITIAN BIPA

30. Pemetaan Pembelajaran Bipa Di Moscow, Rusia

Mochamad Whilky Rizkyanfi .................................................................................... 237

31. Analisis Wacana Teks Pidato: Studi Kasus terhadap Teks Pidato Pemenang

Lomba Pidato Bahasa Indonesia di KBRI Jerman

Paulina Chandrasari Kusuma, S.Pd., M.Hum, Ellis Reni Artyana, M.Pd. ................. 245

32. Kesulitan Pengucapan Pemelajar Bipa di Rajamangala University of

Technology Krungthep, Bangkok,Thailand Tahun 2017

Raden Yusuf Sidiq Budiawan, M.A. .......................................................................... 258

Page 12: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

xii

33. Penyusunan Analisis Kebutuhan Pengajaran BIPA dengan Tujuan Khusus: Studi

Kasus Penyuluhan Perkopian Tradisional untuk Perdagangan Kopi Internasional di

Desa Gertas

Vincentius Stevian Yudhistira, S.Pd. ......................................................................... 276

34. Mengurangi Ancaman pada Pasien Penutur Bahasa Indonesia dan Asing dengan

Penggunaan Bentuk Sapaan Kekerabatan Lisan yang Santunan dalam Bahasa

Indonesia pada Komunikasi Dokter-Pasien

Dr. Emalia Iragiliati, M.Pd. ........................................................................................ 285

35. Karakteristik Kosakata Bahasa Tulis Pemelajar BIPA Thailand

Elva Riezky Maharany, M.Pd. ................................................................................... 292

BAGIAN VI : ISU PROFESIONALISME PENGAJARAN BIPA

36. The Teaching Of Bahasa Indonesia To Migrant Children At The Border Of A

Nation : A Case In Kinabalu

Nia Kurniawati, S.Pd., M.Pd., Mia Fatimatul Munsi, S.Pd.,M.Pd., Aprilla Adawiyah,

S.Pd.,M.Pd., Aan Hasanah, S.Pd,.M.Pd. .................................................................... 302

37. Tantangan dan Peluang Pengajaran BIPA sebagai Dampak 新住民 : Studi

Kasus di 新北市 di Taiwan

Nuning Catur Sri Wilujeng, M.A. .............................................................................. 310

38. Pengembangan Model Penilaian Otentik Berbasis Budaya Lokal dalam

Pembelajaran BIPA

Prof. Dr. Atmazaki, M. Pd. ........................................................................................ 317

39. Pengembangan Media Pembelajaran Menyimak Berbasis Lectora Inspire

Untuk Pembelajar Bipa Tingkat Pemula Dasar Kbri Moscow

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum ......................................................................... 325

40. Peran dan Fungsi Lembaga Sertifikasi Kompetisi Bahasa Indonesia bagi

Penutur Asing (LSK BIPA)

Agus Soehardjono, S.S., M.M. dan Tan Paulina Candra Aista, M. Hum. ................ 334

41. Sabtu Bermutu Kegiatan Literasi Calon Pengajar BIPA Mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia UMSU

Aisiyah Aztry, M.Pd. ................................................................................................. 339

42. BIPA di Asia Tenggara

Dr. Felicia N. Utorodewo .......................................................................................... 343

Page 13: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

xiii

43. Internasionalisasi Bahasa Indonesia di Rusia; Pengajaran BIPA di Universitas

Negeri Moskow Lomonosov

Dr. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. ............................................................................... 351

44. Keberadaan LSK BIPA dalam Upaya Penjaminan Mutu Uji Kompetensi BIPA

Drs. Suharsono, M.Hum. ............................................................................................ 358

45. Perubahan Paradigma untuk Menghargai Bahasa Indonesia

Tatan Tawarmi, S.S., M.Hum .................................................................................... 365

46. Pembelajaran Ekspresi Tulis BIPA di Sekolah Jarak Jauh Queensland dan

Australia

Wati Istanti, S.Pd., M.Pd. ........................................................................................... 370

Page 14: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Pemartabatan Bahasa Indonesia Dalam Menghadapi Perubahan Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia

161

TATA BAHASA KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BIPA KELAS PEMULA (A1)

Fida Pangesti, S.Pd., M.A.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Abstrak

Tata bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran BIPA. Namun, tata bahasa masih menjadi permasalahan tersendiri baik bagi pengajar maupun pebelajar. Menggabungkan konteks dengan materi tata bahasa agaknya dapat menjadi solusi bagi permasalahan ini. Melalui konteks, mahasiswa akan lebih mudah menangkap konsep tata bahasa beserta ranah penggunaannya. Istilah yang sering digunakan dalam hal ini adalah tata Bahasa komunikatif. Selanjutnya, makalah ini akan mencoba menguraikan tentang tata bahasa komunikatif dalam pembelajaran BIPA kelas pemula yang meliputi (1) pengajaran tata bahasa, (2) pengajaran tata bahasa di kelas pemula BIPA, (3) tata bahasa komunikatif, dan (4) penerapan tata bahasa komunikatif dalam pembelajaran BIPA kelas pemula. Pertama, pengajaran tata bahasa merupakan aspek penting dalam membangun performansi kebahasaan pebelajar. Selama ini metode yang sering digunakan dalam pengajaran tata bahasa adalah metode deduktif dan metode induktif. Kedua, pengajaran tata bahasa di kelas pemula sangat tidak disarankan untuk menggunakan pengajaran tradisional atau metode deduktif. Ketiga, tata bahasa komunikatif merupakan turunan dari Communicative Language Teaching sehingga pengajaran tata bahasa harus didesain untuk membantu pebelajar memnuhi tugas-tugas/fungsi-fungsi komunikasi bahasa dalam konteks yang nyata. Keempat, penerapan tata bahasa komunikatif di kelas pemula disajikan dalam bentuk langkah-langkah praktis pengajaran imbuhan me- yang mencakup apersepsi, penyajian tata bahasa, aktivitas komunikatif I, aktivitas komunikatif II, dan asesmen. Pada akhirnya, bahasan-bahasan sederhana dalam makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi pengajaran tata bahasa dalam pembelajaran BIPA, terlebih tercapainya cita-cita internasionalisasi bahasa Indonesia.

Kata Kunci : tata bahasa komunikatif, kelas pemula, pembelajaran BIPA

A. PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tampaknya benar-benar menjadi primadona dewasa ini. Dalam beberapa forum ke-BIPA-an sering digaungkan ungkapan “BIPA ibarat gadis yang sangat seksi dan menarik”. Hal ini sungguh tampak dari banyaknya pebelajar BIPA, institusi atau lembaga penyelenggara BIPA, dan forum-forum BIPA baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Setidaknya ada lima alasan yang mendasari fenomena ini. Pertama, ada kesadaran akan potensi bangsa Indonesia ditilik dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, ekonomi, politik, budaya, serta pariwisata di mata internasional. Kedua, ada kesadaran tentang urgensi peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional sehingga dorongan untuk memantapkan

Page 15: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017)

162

pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing semakin meningkat. Ketiga, ada kesadaran bahwa BIPA menjadi gerbang bagi masuknya mahasiswa asing di perguruan tinggi—mengingat sebagian besar pelaksana BIPA adalah perguruan tinggi—demi promosi dan internasionalisasi perguruan tinggi. Keempat, APPBIPA (Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA) telah hadir angin segar bagi terangnya perjalanan BIPA ke depannya dan menunjukkan hasil/progress yang signifikan. Kelima, PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan) yang secara berkala mengadakan program pengiriman pengajar BIPA ke luar negeri.

Pada praktiknya, pembelajaran BIPA—sebagaimana pembelajaran bahasa lainnya—mengacu pada empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut bermuara pada tercapainya kompetensi komunikatif pebelajar, yaitu kemampuan pebelajar untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dalam konteks dan tujuan yang beragam. Namun, aspek yang tidak bisa dilepaskan dari keempat keterampilan tersebut adalah tata bahasa.

Tata bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran BIPA. Tanpa pemahaman tata bahasa yang mumpuni, penutur BIPA akan kesulitan menerapkan kosakata yang sudah dimilikinya. Sayangnya, tata bahasa seolah menjadi momok baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, mengajar tata bahasa tidaklah mudah mengingat mahasiswa BIPA memiliki konstruksi tata bahasa asal yang kemungkinan berbeda dengan bahasa Indonesia sehingga mereka tidak bisa dengan cepat memahami materi dan cenderung banyak bertanya pertanyaan yang kadang sulit untuk dijawab. Alhasil, beberapa guru BIPA mengaku sering mati kutu jika sudah mengajar tata bahasa. Sementara itu, bagi mahasiswa kelas tata bahasa begitu sulit karena bahasa Indonesia memiliki tata bahasa yang kompleks, mirip satu sama lain, selalu memiliki pengecualian, dan sebagainya.

Menggabungkan konteks dengan materi tata bahasa agaknya dapat menjadi solusi bagi permasalahan ini. Melalui konteks, mahasiswa akan lebih mudah menangkap konsep tata bahasa beserta ranah penggunaannya. Istilah yang sering digunakan dalam hal ini adalah tata Bahasa komunikatif. Tata Bahasa komunikatif adalah pengajaran tata bahasa yang fokus pada penguasaan kompetensi komunikatif mahasiswa sehingga mahasiswa dapat berkomunikasi secara lancar dengan penggunaan tata bahasa yang tepat. Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba menguraikan tentang tata bahasa komunikatif dalam pembelajaran BIPA kelas pemula. Integrasi konteks ini lazimnya disebut sebagai tata bahasa komunikatif. Hal-hal yang akan didiskusikan meliputi (1) pengajaran tata bahasa, (2) pengajaran tata bahasa di kelas pemula BIPA, (3) tata bahasa komunikatif, dan (4) penerapan tata bahasa komunikatif dalam pembelajaran BIPA kelas pemula.

B. PENGAJARAN TATA BAHASA

Pada mulanya, tata bahasa menjadi perhatian utama para pengajar dan pebelajar bahasa. Pengajaran tata bahasa dijadikan sebagai kelas tersendiri yang bertujuan untuk membuat pebelajar memahami item-item tata bahasa sasaran dengan jalan secara tepat mengerjakan latihan-latihan tata bahasa. Padahal, Ellis (2006:84) mendefinisikan pembelajaran tata bahasa sebagai berikut.

Grammar teaching involves any instructional technique that draws learners’ attention to some specific grammatical form in such a way that it helps them either to understand it metalinguistically and/or process in comprehension and/or production so that they can internalize it.

Page 16: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Pemartabatan Bahasa Indonesia Dalam Menghadapi Perubahan Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia

163

Dari definisi Ellis di atas, dapat dipahami bahwa pengajaran tata bahasa pada dasarnya adalah jalan untuk membantu pebelajar memahami tata bahasa secara metalinguistik sehingga pebelajar dapat menginternalisasinya. Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa pemahaman tata bahasa bukan menjadi tujuan akhir. Tujuan akhir pengajaran tata bahasa adalah produksi bahasa itu sendiri.

Permasalahan pengajaran tata bahasa dapat dibahas dalam tiga perspektif yang berbeda: teori pemerolehan bahasa, perspektif pebelajar, dan pedagogi bahasa (Ellis, 2002:13). Dari sudut pandang teori pemerolehan bahasa, dapat dipahami dan disepakati bersama bahwa pebelajar—khususnya pebelajar dewasa—sangat sulit mencapai kompetensi gramatikal yang tinggi meskipun memiliki kesempatan untuk belajar bahasa target secara natural, melalui imersi total misalnya. Oleh karenanya, muncul perdebatan apakah solusi pengajaran/kelas tata bahasa merupakan solusi yang efektif dalam mencapai kompetensi bahasa target. Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan serangkaian bukti bahwa pengajaran/kelas tata bahasa memiliki efek yang menguntungkan bagi perkembangan bahasa pebelajar. Dari sudut pandang pebelajar—khususnya pebelajar dewasa—tata bahasa merupakan hal sentral dalam pembelajaran bahasa. Seringkali pebelajar fokus dan menunjukkan kerja keras dalam memahami tata bahasa karena bagi pebelajar keberhasilan dalam berbahasa adalah ketika dapat menggunakan bahasa yang bersangkutan dengan tata bahasa yang tepat. Adapun dari sudut pandang pedagogi, tata bahasa termaktub dalam kurikulum dalam dua stile: silabus tematik dan silabus struktural. Dalam silabus tematik, pembelajaran diorientasikan pada tugas-tugas atau fungsi-fungsi komunikatif dimana tata bahasa terintregasi dalam tema-tema tersebut. Sementara itu, dalam silabus struktural pembelajaran diatur secara sistematis berdasarkan konten materi.

Hal yang menarik dari ketiga perspektif di atas adalah perspektif pedagogi. Dua jenis silabus tersebut di atas diterapkan oleh institusi penyelenggaran BIPA. Beberapa institusi pada praktiknya tidak memecah kelas BIPA menjadi kelas-kelas keterampilan dan kelas tata bahasa. Dengan kata lain, institusi tersebut menerapkan silabus tematik. Kelebihan silabus tematik adalah pebelajar akan fokus pada tugas/fungsi komunikatif yang ditargetkan, sedangkan kelemahannya adalah tidak semua aspek tata bahasa benar-benar klik dengan tema. Pada akhirnya, beberapa aspek kebahasaan hanya terkesan ditempelkan begitu saja dalam teks yang disajikan dan kemudian praktik pengajarannya tetap deduktif. Beberapa pebelajar yang sangat “sadar” akan tata bahasa akan bertanya secara khusus kepada pengajar karena merasa belum mendapatkan penjelasan dan pemahaman yang komprehensif. Sebaliknya, beberapa institusi penyelenggara BIPA memecah kelas BIPA menjadi kelas keterampilan (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara), kelas tata bahasa, bahkan secara khusus menyajikan kelas budaya Indonesia. Di sini institusi tersebut menerapkan silabus struktural. Kelebihan penerapan silabus ini adalah pebelajar merasakan progress yang berarti dari segi tata bahasa, sedangkan kelemahannya adalah bila pengajar tidak cermat dalam memilih metode dan teknik makan pembelajaran akan menjadi pembelajaran konvensional yang membosankan.

Ada dua metode yang paling umum digunakan pengajar dalam pengajaran tata bahasa, yaitu metode deduktif dan metode induktif. Dalam metode deduktif, aturan-aturan kebahasaan menjadi hal pertama dan utama sehingga harus diberikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pemberian contoh dan baru pemberian latihan. Metode ini kerap diasosiasikan dengan Grammar-Translation Method (Thornburry, 1999:29). Sebaliknya, dalam metode induktif aturan-aturan kebahasaan menjadi hasil akhir: dimulai dengan pengajar memberikan contoh kalimat, mengarahkan pebelajar untuk mencermati contoh kalimat, dan diakhiri dengan menyimpulkan aturan kebahasaan. Dalam hal ini pebelajar yang menyimpulkan sendiri aturan-aturan kebahasaan tersebut sehingga keterlibatan aktif pebelajar akan sangat terlihat.

Page 17: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017)

164

C. PENGAJARAN TATA BAHASA DI KELAS PEMULA BIPA

Dalam pendekatan tradisional, tata bahasa harus mulai diajarkan pada tahap paling awal dalam pembelajaran. Pandangan ini berakar dari teori belajar behavioris, bahwa belajar adalah sebuah pembiasaan dan pebelajar harus dibiasakan sejak awal tentang struktur-struktur yang benar dalam bahasa yang dipelajari. Namun, beberapa ahli berpendapat sebaliknya. Menurut Ellis (2002: ), ada dua alasan mengapa tata bahasa sebaiknya tidak diajarkan pada kelas pemula. Pertama, hasil penelitian pada kasus pembelajaran bahasa secara imersi menunjukkan bahwa pebelajar tidak membutuhkan tata bahasa untuk memperoleh kompetensi gramatikal. Melalui interaksi langsung dengan penutur asli bahasa yang dipelajari, pebelajar dapat memahami kata dasar, urutan kata, dan kalimat secara natural tanpa penjelasan spesifik dalam kelas tata bahasa. Kedua, tahap awal pemerolehan bahasa kedua pada hakikatnya sama dengan pemerolehan bahasa pertama yaitu naturally grammatical. Pebelajar awalnya akan memproduksi ujaran yang sepotong-sepotong namun tetap kontekstual dan perlahan-lahan menggramatikalkan ujarannya. Artinya, pembelajaran bahasa di kelas pemula lebih pada pemerolehan kata daripada pemerolehan tata bahasa.

Bila demikian adanya, maka pertanyaannya adalah apakah tata bahasa tidak perlu diajarkan di kelas pemula? Jawabannya tentu perlu. Hanya saja pengajaran tata bahasa pada kelas pemula tidak bisa diajarkan secara langsung melalui penjelasan-penjelasan definitif dengan contoh-contoh lepas. Silabus tematik dapat diterapkan dalam hal ini. Dengan demikian, tata bahasa tetap dimasukkan dalam pembelajaran tanpa mengenyampingkan fakta lexical oriented pada pembelajaran bahasa kelas pemula.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nesrine (2013) bahwa pembelajaran tata bahasa dalam sebuah konteks sangat membantu pebelajar untuk mengetahui apa yang harus dibicarakan serta kapan, bagaimana, dan kepada siapa hal itu harus dibicarakan. Pembelajaran tata bahasa melalui aktivitas membaca, menulis, menyimak, dan berbicara dapat meningkatkan keempat keterampilan tersebut seturut peningkatan keterampilan tata bahasa.

D. TATA BAHASA KOMUNIKATIF

Tata bahasa komunikatif pada dasarnya merupakan derivasi dari pendekatan komunikatif (Communicative Language Teaching). Menurut Kumaravadivelu (dalam Makmun, 2016) pendekatan komunikatif memiliki empat karakteristik utama. Pertama, sasaran kelas difokuskan pada semua komponen kompetensi komunikatif dan tidak terbatas pada kompetensi gramatikal atau linguistik. Kedua, teknik-teknik pembelajaran bahasa dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam penggunaan bahasa secara pragmatis, otentik, fungsional, dan bermakna. Ketiga, kefasihan dan ketepatan dipandang sebagai prinsip-prinsip pelengkap yang mendasari teknik-teknik komunikatif. Dalam hal ini, kefasihan harus lebih dipentingkan daripada ketepatan agar para peserta didik agar tetap terlibat secara bermakna dalam penggunaan bahasa. Keempat, dalam kelas komunikatif peserta didik pada akhirnya harus menggunakan bahasa secara produktif dan berterima dalam konteks spontan dan alami.

Penderivasian pendekatan komunikatif ke dalam pengajaran tata bahasa (tata bahasa komunikatif) mengisyaratkan tiga hal. Pertama, materi tata bahasa harus dimasukkan dalam sebuah konteks penggunaan bahasa secara aktual. Kedua, materi tata bahasa didesain untuk membekali pebelajar mencapai salah satu tugas komunikasi. Langkah yang dapat ditempuh dari poin satu dan dua adalah dengan menentukan tema-tema pembelajaran. Ketiga, aktivitas dalam kelas tata bahasa

Page 18: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Pemartabatan Bahasa Indonesia Dalam Menghadapi Perubahan Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia

165

didesain pebelajar memproduksi kalimat-kalimat dalam sebuah komunikasi dengan pebelajar lainnya dan melibatkan aktivitas psikomotor.

Selanjutnya, Andrian Doff sebagaimana dikutip Astrid (2011:182—183) mengusulkan beberapa langkah pembelajaran tata bahasa untuk menciptakan kelas yang komunikatif. Tahap pertama adalah memotivasi pebelajar dengan cara mengarahkan pebelajar pada fokus bahasa dan membangun pengetahuan tentang aturan tata bahasa. Pemberian motivasi dapat memanfaatkan berbagai media seperti foto, kartu bergambar, benda di kelas, dan sebagainya yang real bagi pebelajar. Tahap ini disebut juga tahap aktivitas prakomunikatif (Littlewood dalam Chung, 1981). Menurut Littlewood, aktivitas prakomunikatif menyediakan latihan dan praktik yang dibutuhkan pebelajar dalam menerima aspek tata bahasa yang akan dilatihkan. Dalam hal ini, pengajar dapat berfokus pada bentuk dan/atau kosakata yang terakhir kali diajarkan sehingga terlihat kesinambungan antarmateri. Tahap kedua adalah penyajian tata bahasa. Penyajian tata bahasa dilakukan dengan berpaku pada kalimat yang diproduksi pebelajar. Kalimat-kalimat tersebut ditambah dengan beberapa kalimat dari pengajar kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyimpulkan kaidah tata bahasa yang dipelajari. Tahap ketiga adalah pemberian latihan yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif. Adapun tahap keempat adalah pengukuran/evaluasi. Tidak jauh berbeda dengan Andrian Doff, Language International Aucland University menyajikan tahapan dalam pendekatan tata bahasa komunikatif adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Tahapan Tata Bahasa Komunikatif

No Tahap Tujuan1 Pebelajar melakukan aktivitas

komunikatif yang mengarah pada aspek tata bahasa tertentu

Memberikan kesempatan pebelajar menggunakan aspek tata bahasa tertentu dan kesempatan untuk praktik berbicara

2 Pengajar mengevaluasi produksi bahasa pebelajar

Mengetahui apakah pebelajar dapat menggunakan bahasa target dan menyimak keakurasiannya.

3 Pengajar mengoreksi kesalahan berbahasa pebelajar

Memberikan feedback produksi bahasa kepada pebelajar dan untuk memfokuskan pebelajar pada aspek tata bahasa yang sedang dipelajari

4 Pengajar mengecek bentuk dan makna Memperjelas bagaimana aspek tata bahasa sasaran dibuat dan digunakan.

5 Pebelajar melakukan aktivitas komunikatif kedua

Memberikan kesempatan pebelajar untuk praktik lebih lanjut dan menginternalisasi aspek tata bahasa yang sedang dipelajari.

Sumber: Languages International – Auckland & Christchurch, New Zealand (www.languages.ac.nz)

E. PENERAPAN TATA BAHASA KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BIPA

Permasalahan-permasalahan tata bahasa dalam pembelajaran bahasa telah dibahas secara gamlang di muka. Pada intinya, tata bahasa di kelas pemula harus diajarkan dengan berfokus pada tugas-tugas atau fungsi-fungsi komunikasi yang diharapkan/ditargetkan (Ellis, 2002; Ellis, 2006; Glao dan Hoa, 2004 ). Oleh karenanya, tata bahasa komunikatif dirasa sangat tepat untuk diterapkan.

Mengacu pada rancangan kurikulum kursus dan pelatihan BIPA yang dirancang oleh APPBIPA Indonesia dan PPSDK dengan mengacu pada kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI), aspek tata bahasa yang harus dikuasi pebelajar BIPA di kelas pemula (A1) meliputi (1)

Page 19: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017)

166

penggunaan ganti orang; (2) penggunaan struktur frasa benda (DM); (3) penggunaan kata bilangan tingkat; (4) penggunaan kata negasi; (5) penggunaan kalimat sederhana; (6) penggunaan kata tanya; (7) penggunaan kata ganti tunjuk; (8) penggunaan kata kerja ada; (9) penggunaan posisi dan lokasi; (10) penggunaan kata depan; (11) penggunaan kata kerja berimbuhan (ber- dan me-); (12) penggunaan kata keterangan waktu (besok, kemarin, dll) dan kata keterangan aspek (belum, sudah, akan, dll); dan (12) penggunaan kata hubung. Dalam hal ini, mengingat berbagai keterbatasan dalam penyajian makalah ini, hanya satu tata bahasa yang akan dijadikan contoh yaitu pengajaran imbuhan me-. Berikut uraiannya.

Tabel 2 Tata Bahasa Komunikatif Pengajaran Imbuhan Me-

Tema Aktivitas Sehari-hariFokus Keterampilan BerbicaraStandar Kompetensi Mampu menguasai pengetahuan tentang penggunaan kata kerja berimbuhan.Kompetensi Dasar Mampu menggunakan kata kerja berimbuhan me- beserta alomorfnya yang maknan-

ya ‘melakukan aktivitas’Tujuan pembelajaran

Pebelajar mampu memahami kaidah pembentukan kata dengan imbuhan medan menggunakan imbuhan me- ‘melakukan aktivitas’ dengan tepat.

Struktur target Saya punya teman baru.Mereka adalah teman baru saya.Dia bernama …Mereka tinggal di …Kami berfoto bersama.Dsb.

AktivitasStrategi motivasi Pengajar menunjukkan gambar-gambar aktivitas sehari-hari kepada pebelajar.

Pengajar bertanya kepada pebelajar kosakata (kata kerja) dalam gambar.Gambar 1 : memasak Gambar 4 : membacaGambar 2 : menyapu Gambar 5 : mendengarGambar 3 : menulis (jumlah gambar dapat bervariasi)

Pengajar menulis jawaban-jawaban pebelajar di papan tulisPenyajian tata ba-hasa

Pengajar meminta pebelajar menyebutkan kosakata aktivitas berimbuhan me- yang sudah mereka ketahui, kemudian pengajar menuliskan kosakata tersebut di papan tulis

Pengajar menugasi pebelajar untuk menemukan kaidah perubahan imbuhan me- (alomorf) dengan cara menemukan wujud dasar (root) secara berpasangan

Pengajar dan pebelajar membahas hasil diskusi alomorf imbuhan me-Pengajar dan pebelajar menyimpulkan kaidah kebahasaan imbuhan me-

Page 20: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Pemartabatan Bahasa Indonesia Dalam Menghadapi Perubahan Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia

167

Aktivitas Komu-nikatif I: Games Te-bak Gaya

Pengajar membagi pebelajar dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 2 orangPengajar menjelaskan peraturan permainan: (a) salah satu anggota kelompok 1

memilih satu dari daftar kosakata berimbuhan me- yang dipegang pengajar lalu memeragakan kosakata tersebut, (b) kelompok lain mengacungkan tangan untuk menebak kosakata perdasarkan gaya/peragaan—di sini anggota kelompok 1 ti-dak boleh ikut menebak, (c) pebelajar (pemeraga kosakata) memilih satu kelom-pok lain dan memberi kesempatan untuk menebak kata, (d) jika jawaban benar anggota kelompok membuat kalimat dari kata yang ditebak (missal di kelompok 2 jika A sudah menebak kata maka B yang membuat kalimat), jika jawaban salah maka dilempar ke kelompok lain, (e ) skor untuk kata yang berhasil ditebak ada-lah 5 sementara skor untuk kalimat adalah 10

Pebelajar melakukan permainan tebak gaya. Di sini tugas guru adalah mencatat skor dan juga mencatat di papan tulis bila ada kalimat kurang tepat yang dipro-duksi pebelajar

Pengajar membahas kalimat kurang tepat yang telah ditulis di papan tulis (bila ada)

Pengajar menentukan kelompok pemenang dan memberikan hadiah.Aktivitas Komu-nikatif II: men-ceritakan aktivitas sehari-hari teman

Pengajar membagikan worksheet kepada pebelajarContoh whorksheet:

Pengajar meminta pebelajar mengisi informasi tentang aktivitas sehari-harinya pada kolom “Anda”

Pengajar meminta pebelajar mewawancarai temannya dan mengisinya di kolom “teman Anda”. Struktur yang digunakan dalam wawancara adalah apakah Anda biasanya memasak? Jam berapa Anda memasak?

Pengajar meminta pebelajar secara bergantian maju ke depan kelas dan mencer-itakan aktivitas sehari-hari teman berdasarkan hasil wawancaranya

Pengajar menulis kalimat yang kurang tepat dan membahasnya setelah semua pebelajar selesai bercerita di depan kelas.

Asesmen Pengajar meminta pebelajar mengerjakan soal-soal latihan. Soal latihan dapat berupa teks rumpang dan menulis cerita berdasarkan gambar berseri.

Tabel di atas merupakan salah satu contoh penerapan tata bahasa komunikatif di kelas pemula. Yang perlu digarisbawahi adalah tabel di atas bukanlah RPP. Oleh karenanya, tidak terdapat alokasi waktu, indikator, materi ajar, sumber belajar, dan penilaian secara detail. Tabel di atas hanya menyajikan langkah-langkah praktis penerapan tata bahasa komunikatif dalam mengajarkan imbuhan me-. Catatan lainnya yaitu pembelajaran ini sebaiknya dilakukan setelah pebelajar mendapatkan materi tentang jam dan kosakata aktivitas sehari-hari sehingga aktivitas yang dirancang pengajar dapat berjalan dengan lancar.

PENUTUP

Permasalahan pengajaran tata bahasa merupakan permasalahan yang akan terus mengiringi pembelajaran bahasa kedua. Baik bagi pengajar maupun pebelajar, tata bahasa menjadi momok, menjadi sebuah tantangan yang mau tidak mau harus ditakhlukkan. Tata bahasa komunikatif yang berakar dari pendekatan komunikatif (Communicative Language Teaching) tampaknya

Page 21: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017)

168

dapat menjadi salah satu solusi yang dapat ditawarkan (utamanya di kelas pemula). Melalui tata bahasa komunikatif, pebelajar belajar tata bahasa dalam konteks komunikasi yang nyata sehingga pembelajaran lebih aktif, produktif, dan berkesan.

Daftar Pustaka

Astrid, Annisa. 2011. “Pembelajaran Tata Bahasa Inggris Secara Komunikatif dengan Penyajian Induktif dan Pengintregasian Keterampilan Berbahasa: Studi Kasus di Kelas Bahasa Inggris I di IAIN Raden Fatah Palembang”. Ta’dib, Vol XVI (No.02), hal. 175—207.

Chung, Siaw-Fong. tt . A Communicative Approach to Teaching Grammar: Theory and Practice. (Online). Terdapat pada laman http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download? doi=10.1.1.470. 7471&rep=rep1&type=pdf, diakses pada 20 September 2017.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. 2016. Kurikulum Kursus dan Pelatihan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Berbasis KKNI. Tidak diterbitkan.

Ellis, Rod. 2002. “The Place of Grammar Instruction in the Second/Foreign Language Curriculum”. In E. Hinkel & S. Fotos (Eds.), New perspectives on grammar teaching in second language classrooms (pp. 17–34). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

______ 2006. Current Issues in the Teaching of Grammar: An SLA Perspective. (Online)., terdapa pada laman onlinelibrary.wiley.com/doi/10.2307/40264512/, diakses pada 15 April 2017.

Glao, Nguyen Quynh dan Nguyen Thi Nhan Hoa. 2004. Applying Communicative Methods to Teaching Grammar: An Experiment. (Online), terdapat pada laman www.nzdl.org/gsdl/ collect/literatu/index/assoc/HASH0116.dir/doc.pdf, diakses pada 12 Juli 2017.

Language International-Auckland & Christchurch. 2012. “Teaching Grammar 3: Using Communicative Activity”. ESOL Teaching Skills Taskbook. (Online). Terdapat pada laman www.languages.ac.nz/wp-content/uploads/2012/08/unit-4-f---teaching-grammar-3---using-communicative-activities

Makmun, Arif. 2016. Rancangan Pembelajaran Bahasa Komunikatif Melalui Tata Bahasa Inggris. (Online), terdapat pada laman ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/ article/view/136, diakses pada 18 September 2017.

Nesrine, Bouslah. 2012. Through Communicative Language Teaching Approach: Case Study of Second Year Students at The English Branch of Mohamed Kheider University of Biskra. (Online). Terdapat pada laman aaboori.mshdiau.ac.ir, diakses pada 23 Mei 2017.

Thornburry, Scott. 1999. How to Teach Grammar. Edinburgh Gate: Longman

Page 22: PROSIDINGeprints.umm.ac.id/45020/48/Pangesti - Tata bahasa...Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA X/2017). Buku ini berisi kumpulan tulisan para presenter dalam konferensi

Fida Pangesti, S.Pd., M.A.