repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3130/1/alipiah... ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
MINAT MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Study kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
ALIPIAH
107011001148
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1233 H/2011
ABSTRACT
Adfah Febri Winarni:2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronounthrough Contextual Teaching Learning, Skripsi, EnglishDepartment Faculty of Tarbiyah and Teachers TrainingSyarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.Advisor: Fahriany, Dr. M. Pd.
Keywords : Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning.
The objective of this research is tc improve students' ability in using personalpronoun through Contextual Teaching Learning in the VIII-I class of SMP RadenPatah Depok.
This research includes Classroom Action Research to improve the students'ability in using personal pronoun. The Classroom Action Research was done basedon the Kurt Lewin design, which is divided into 2 cycles. The subject of this researchwas the students of SMP Raden Patah Depok at VIII-I cla.ss rvhich consists of 46students. The data is derived from the tests (pre-test and post-test), the result ofinterview to the English teacher, the result of questionnaires and the result ofobservation.
The firrding of this research showed that the implementation of the ContextualTeaching Leaming method in personal pronoun rnaterial was successful and thecriteria of success was achieved, that 7 5Y, of students' score could pass the minimummastery criterion-kriteria ketuntasan minimal (KKM) that is 65. The result of the firstpre-test was that 13 students' scores passed the minimum mastery criterion-kriteriaketuntasan minimal (KKM) by average score 55. The result of the second post-testwas that 100% students' score pass the minimum ma.stery criterion-kriteriaketuntasan minirnal (KKl\{) by average score 87. The result of the post-questionnairern'as that 97o/o of students showed that their ability in using personal pronoun isimproved by using Contextual Teaching Learning method. The result of observqtiondescribed that student are more active in teaching leaming process. Based on thefinding, it is suggests that English teacher could implement Contextual TeachingLearning method to improve students' ability in learning personal pronoun material.
ABSTRAK
Arifah Febri Winarni 2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronoun
through Contextual Teaching Learning, Skripsi, EnglishDepartment Faculty of Tarbiyah and Teachers Training SyarifHidayatullah State Islamic University J akarta-
Advisor: Fahriany, Dr. M' Pd.
Kata Kunci: Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning'
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggunakan personal pronoun dengan metode Contextual Teaching Learning di
kelas VIII-I dari SMP Raden Patah Depok.
penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggunakan personal pronoun. Penelitian tindakan kelas
ini menggunakan design Kurt Lewin yang dibagi dalam 2 siklus. Subjek dari
penelitianlni adalah siswa kelas VIII-1 dari S\4P Raden Patah Depok yang berjumlah
46 rir*u. Data di peroleh dari hasil tes (pre-tes dan post-tes), hasil wawancara kepada
guru bahasa Inggris, hasil angket dan hasil observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Contextual
Teaching Leirning pada materi personal proncun telah berhasil dan kdteria
keberhasilannya telatr-tbrcapai, yaitu nilai dari 75Yo siswa dapat melampaui kriteria
ketuntasan minimal (KKM), yaitu 65. Hasil dari pre-tes pertama adalah 13 siswa
nilainya dapat melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata
55. Fiasil post-tes kedua adalah 100% siswa nilainya dapat melampaui kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 87. Hasil angket terakhir adalah
97Yo siswa menjawab bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan personal
pronoun meningkat dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning.
Hasii dari observasi mgnggambarkan bahwa siswa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan hasii tersebut, penulis menyarankan bahwa guru bahasa
Inggris dapat menggunakan metode Contextual Teaching Learning untuk
meningkatkan kemampuan sisr,va dalam belajar materi personal pronoun.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta
alam, shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya
yang setia hingga hari pembalasan datang.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di
semua perguruan tinggi -termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta- adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul :
“Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab
Kuning” (Studi kasus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta)”.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan (data), penggunaan alat tulis, maupun pembiayaan
dan lain sebagainya.
Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada
waktunya.
Oleh karena itu, seyogyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya skripsi ini terutama
kepada Bapak Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, MA. Selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan bimbingan yang sangat
baik bagi penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
ii
1. Dosen, pembantu Dekan, dan seluruh Bapak serta Ibu Dosen Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pendidikan dan pengajaran selama masa pendidikan penulis.
2. Ketua dan Sekretaris serta Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Anshari, LAL, MA. Selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Pimpinan dan Staff perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan study kepustakaan.
5. Ayah dan Bunda tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan
segala kasih sayang kepada penulis sehingga penulis bisa melanjutkan
study ke perguruan tinggi, semoga Allah membalas kebaikan mu ayah, dan
Allah tempatkan di tempat yang sebaik-baiknya, untuk ibunda tercinta
terima kasih untuk perjuangan mu membimbing ananda sehingga ananda
bisa menyelesaikan study di perguruan tinggi ini. (semoga Allah jualah
yang hanya dapat membalas segala pengorbanan mereka).
6. Adik-adik tercinta: Alpan Muhammad, Wais Al-qurni, Ade Syafaruddin,
dan Atiq Ramdhani terima kasih atas setiap semangat yang kalian beri
untuk kanda.
7. Saudara-saudara yang penulis cintai, Kakenda H.Mursal, Bapak:
Drs.H.Abdussomad, MA beserta istri, Ibu: Dra. Nurshobah Spd.I. beserta
suami. Serta ncang ncing yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
terimakasih atas sokongan dari beliau baik bentuk moril maupun materil
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Tidak lupa pula teruntuk sahabat-sahabat tersayang: Ade Farhatul Ummah,
Oktavia Sari, Wafa Zahruddin, Aan Fadia Annur, Lulu Zuhdiyah,
Indriawati. dan seluruh rekan PAI B angkatan 2007. Terimakasih atas
kebersamaan dan semangat yang kalian beri. Semoga kita semua menjadi
orang sukses baik di dunia maupun di akhirat. Amin….
iii
9. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini mempunyai nilai manfaat dalam
memahami dan memasuki dunia pendidikan di masa yang akan datang.
Amin.
Jakarta, 09 November, 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II KAJIANTEORI ........................................................................... 11
A. Minat ............................................................................................... 11
1. Pengertian Minat ........................................................................ 11
2. Peranan Minat dalam Belajar ..................................................... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Minat ............................................. 14
4. Jenis-jenis Minat ......................................................................... 14
5. Dimensi dan Indikator Minat ...................................................... 15
B. Kitab Kuning ................................................................................... 17
1. Pengertian Kitab Kuning ............................................................ 17
2. Sejarah Kitab Kuning ................................................................ 19
3. Ciri-ciri Kitab Kuning ............................................................... 22
4. Macam-macam Kitab Kuning .................................................... 25
v
C. Pembelajaran Kitab Kuning ............................................................ 25
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 25
2. Metode Mempelajari Kitab Kuning ............................................ 27
3. Tujuan Mempelajari Kitab Kuning............................................. 29
4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning......................................... 32
5. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning........................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 34
A. Tempat dan waktu Penelitian .......................................................... 34
B. Metodologi Penelitian ..................................................................... 34
C. Populasi dan Sample ....................................................................... 35
1. Populasi ..................................................................................... 35
2. Sample ........................................................................................ 35
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 40
A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....................... 40
1. Sejarah Singkat didirikannya Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta .......................... 40
2. Letak Geografis .......................................................................... 42
3. Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43
4. Sarana dan Prasarana .................................................................. 44
5. Struktur Organisasi ..................................................................... 46
vi
B. Deskripsi Data ................................................................................. 47
C. Analisis dan Interpretasi Data ......................................................... 59
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 61
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengukuran Secara Deskripsi....................................................... 38
Tabel 2 Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43
Tabel 3 Sarana dan Prasarana ................................................................... 45
Tabel 4 Mahasiswa Merasa Senang belajar Kitab Kuning ....................... 47
Tabel 5 Mahasiswa Semangat bila Dosen Menyajikan Kitab Kuning ...... 48
Tabel 6 Mahasiswa Memahami Materi yang disampaikan oleh Dosen .... 48
Tabel 7 Termotivasi Datang Tepat Waktu pada Kuliah Kitab Kuning ..... 49
Tabel 8 Dosen Menjelaskan, Mahasiswa Mendengarkan dengan Seksama 50
Tabel 9 Mahasiswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh Dosen ........ 50
Tabel 10 Mahasiswa Nyaman Saat Belajar Kitab Kuning di Pagi Hari .... 51
Tabel 11 Dosen Memberi Materi, Mahasiswa Ngobrol ............................. 52
Tabel 12 Mahasiswa Bertanya kepada Dosen, Jika Pelajaran Kurang
Dipahami .................................................................................... 52
Tabel 13 Mahasiswa Mengulang Materi Kitab Kuning yang disampaikan,
Walaupun Tidak ada Ulangan ................................................... 53
Tabel 14 Mahasiswa Mempunyai Kitab Kuning untuk dipelajari di
Rumah ......................................................................................... 54
Tabel 15 Mahasiswa Mengulang Pelajaran di Rumah, Sehari Sebelum
Pelajaran Berlangsung ................................................................ 54
Tabel 16 Mahasiswa Bersungguh-sungguh Belajar Kitab Kuning ............. 55
viii
Tabel 17 Mahasiswa Belajar Kitab Kuning Agar Memberikan Banyak
Manfaat dalam Kehidupan.......................................................... 55
Tabel 18 Belajar Kitab Kuning Menjadi Ciri Sarjana Agama ................. 55
Tabel 19 Dosen Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Metode yang
Tepat ........................................................................................... 56
Tabel 20 Dosen Memaparkan Kajian Kitab Kuning dengan
Menyenangkan ........................................................................... 57
Tabel 21 Dosen Kitab Kuning, Menggunakan Buku Sumber yang Sesuai
Tabel 22 Mahasiswa Berperan Aktif dalam Setiap Diskusi yang
ditugaskan oleh Dosen, terkait Pelajaran Kitab Kuning ............. 57
Tabel 23 Kitab Kuning dapat Memberikan Wawasan dan Khazanah
Islam yang Bermanfaat bagi Keilmuan ...................................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan
mendorong individu dalam memberi stimulasi suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Minat timbul
apabila individu tertarik kepada sesuatu yang mereka anggap sesuatu yang
penting bagi dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.
Karena adanya minat tersebut seseorang berusaha belajar sesuai dengan apa
yang ia minati.
Belajar juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap
manusia, karena jika seseorang tidak belajar, maka ia tidak akan tahu apa-
apa, hal seperti itu merupakan kebodohan, Islampun menganjurkan kepada
umatnya untuk senantiasa belajar. Hal ini terdapat dalam surah Al-Alaq ayat
1-5:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang
2
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.1
Ayat tersebut mengandung makna terutama dalam kata “Iqra”, yaitu
bacalah. Kata ini mengandung perintah yang berarti mewajibkan kepada
umatnya untuk membaca. Kata memebaca ini bisa dikonotasikan sebagai kata
belajar.
Hal in senada dengan pendapat Fadhilah Suralaya yang mengatakan
bahwa: “belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia”. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu
berbuat apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase
perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai macam pengetahuan.2
Dengan adanya pengetahuan tersebut, seseorang mampu untuk belajar
pada fase perkembangannya. Pada fase perkembangan ini seseorang mampu
melalui proses belajar kepada jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan
tinggi. Namun tidak semua mahasiswa mampu untuk masuk Ke perguruan
tinggi, khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), karena jurusan
tersebut mempunyai tujuan untuk melahirkan Guru Agama Islam yang
memiliki kewenangan untuk mengajar Pendidikan Islam di SLTA dan SMK.
Mereka juga memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu dari empat
pelajaran keagamaan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, yaitu
Tafsir hadits, Fiqih dan Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, dan Sejarah Peradaban
Islam (SPI).3
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu tarbiyah
dan Keguruan di tuntut untuk mampu mempelajari dan memahami isi dari
pelajaran-pelajaran keagamaan itu. Bagi mahasiswa yang benar-benar di
pondok pesantren sangat mudah untuk mengikuti pelajaran di jurusan
tersebut. Namun sebaliknya bagi mahasiswa lulusan SMA,SMK dan MA
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 597. 2 Fadhilah Suralaya, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet.1, h 59. 3 Komaruddin Hidayat, Pedoman Akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69.
3
tidak mudah untuk mengikuti mata kuliah di Jurusan Pendidikan Agama
Islam terutama yang berbahasa Arab karena mereka tidak terbiasa
mempelajari pelajaran berbahasa Arab atau tidak pernah belajar kitab kuning.
Di mana kitab kuning ini merupakan salah satu sarana keilmuan untuk
mempelajari Agama Islam.
Di samping itu, lulusan atau alumni Pendidikan Agama Islam harus
mampu menguasai materi-materi pelajaran agama yang akan di ajarkan di
sekolah-sekolah umum untuk menyebarluaskan agama di masyarakat disertai
dengan memiliki banyak keahlian. Salah satu keahlian tersebut menurut
Masdar F Mas’ud adalah mampu berbahasa Arab, minimal mampu membaca
kitab klasik atau kitab kuning. Kemampuan ini diperlukan untuk menggali
sendiri Ilmu Agama Islam yang tersimpan dalam kitab-kitab berbahasa Arab,
atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau
yang ditulis dengan format khas pra modern.4
Kajian tentang kitab kuning dengan segala dimensinya bisa dikatakan
sebagai usaha yang cukup menantang dalam memahami tradisi Intelektual
Islam di Indonesia. Tantangan itu, antara lain terletak dalam dua hal:
Pertama, berupa kesungguhan kita untuk memberikan apresiasi akademis
atas karya-karya klasik, terlepas dari nilai keilmiahannya menurut kaca mata
kontemporer, karena betapapun juga kitab-kitab itu merupakan warisan
peradaban dan pemikiran yang sangat berharga. Kedua, merupakan kesejatian
kita dalam memberi makna yang lebih segar dan kontekstual dalam
memahami kitab kuning, yang pada gilirannya akan memberi nuansa historis
dan bobot kualitatif pada pemikiran-pemikiran Islam kontemporer. Dua
tantangan ini mungkin terlalu berat dan berlebihan bila ditanggung secara
sendiri atau individual, tetapi tentu akan lebih ringan bila diemban bersama
oleh kalangan akademis. Agaknya, akan terlalu sia-sia membangun
intelektual Islam Indonesia masa depan dengan begitu saja mengabaikan
4 Masdar F.Mas’ud, Pandangan Hidup Ulama Indonesia dalam Literatur Kitab Kuning,
(Jakarta: Mizan,1988), h. 1.
4
kekayaan warisan intelektual masa lalu yang teramat panjang itu, yakni kitab
kuning.5
Untuk menyeimbangkan informasi dan metodologi dalam pengajaran
kitab kuning, maka pembelajaran ushul fiqih atau mantiq sebagai perangkat
metodologi terpenting, perlu diberikan porsi lebih besar ketimbang sekedar
dibaca atau dihafal. Termasuk, ushul fiqih perlu sekali dipelajari sebagai
sarana pengembangan berfikir rasional.
Upaya selanjutnya yang sangat penting sebagai tindak lanjut
sebelumya , menurut Zainal Arifin Thoha, ialah menanamkan dan
memelihara kesadaran terhadap keluwesan kitab kuning. Upaya tersebut perlu
dilakukan agar kandungan kitab kuning sesuai dengan tuntutan atau semangat
situasi dan kondisi masanya. Kitab Kuning sebetulnya memiliki murunah
(menerima pembaharuan) alias fleksibilitas yang cukup tinggi. Itu terbukti
dari adanya qaul qodim dan qoul Jadid dalam kitab karya Imam Syafi’i ,
misalnya, yang jelas mencerminkan dinamika ilmiah berdasarkan empirisme
rasioanl yang berangkat dari paradigma filsafat. 6
Selanjutnya ia mengatakan, upaya kontekstualisasi kitab kuning mau
tidak mau mesti dijiwai dengan semangat murunah (menerima pembaharuan),
sebagai tanda semangat tersebut mustahil kitab kuning kiranya bisa actual
dan refresentatif dengan perubahan zaman. Karenanya dalam pengajaran
kitab kuning, spirit murunah tadi harus ditekankan sebagai sarana
pembaharuan baik dalam system, metode maupun materi.7
Menurut Azumardi Azra, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan
berbahasa Arab, Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia
dengan menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama Timur
Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. Pengertian ini merupakan
perluasan dari terminology kitab kuning yang selama ini, yaitu kitab-kitab
5 Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan wacana Pemberdayaan dan Transformasi
Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) , h. 245. 6 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 48.
7 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 49.
5
keagamaan berbahasa Arab, menggunakan kitab kuning relevan dengan
kehidupan sekarang.8
Menurut Ali Yafie, di daerah asalnya, diseputar Timur Tengah, kitab
kuning ini disebut al-kutub al-qadimah, sebagai sandingan dari al-kutub al-
ashriyah, Al-kutub al-qadimah yang beredar di kalangan pesantren di
Indonesia terbatas jenisnya. Yang sangat dikenal ialah kitab-kitab fiqih,
tasawuf, tafsir, hadits, tauhid dan tarikh, yang semuanya termasuk kelompok-
kelompok syari’ah, yang banyak dikenal ialah kitab-kitab nahwu dan sharaf,
yang mutlak diperlukan sebagai ilmu bantu.9
Al-kutub Al-qadimah, atau yang kemudian disebut kitab kuning ini,
telah membentuk khazanah kepustakaan dunia Islam. Oleh karenanya, kita
bisa menyaksikan bagaimana perpustakaan-perpustakaan barat
mengumpulkan sejumlah sangat besar kitab kuning ini, mulai dari kitab-kitab
yang sudah tercetak sampai manuskrip-manuskrip yang sudah sangat tua,
yang ada kalanya di dunia Islam sendiri sudah susah untuk mendapatkannya.
Jelas bahwa al-kutub al-qadimah merupakan suatu kekayaan kultural yang
luar biasa, yang diwariskan oleh peradaban besar Islam yang mempunyai arti
penting bagi manusia.10
Di sisi lain kitab kuning di anggap sacral, karena ditulis oleh para
ulama dengan kualifikasi ganda, yakni keilmuan yang tinggi dan hati yang
disinari cahaya Tuhan. Oleh karena itu, kitab kuning dipandang tidak
memiliki cacat serta tertutup dari pemikiran kritis.11
Kitab kuning ditulis oleh
ulama salaf yang di dalamnya membahas tentang ajaran-ajaran Islam, bagi
umat Islam untuk memperdalam kajian Islam, pembahasan yang relevan itu
terdapat pada kitab kuning.
8http://www.google.co.id/search?q=pengertian%20kitab%20kuning%20menurut%20azu
mardi. Tanggal, 24 April, 2011.
9 Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 52. 10
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 53. 11
Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren (Bekasi: Pustaka
Isfahan, 2008), h. 21.
6
Dengan membaca kitab kuning, - kata Abdurrahman Wahid - kita
sebagai umat Islam. dapat memperdalam ilmu keislaman, menjawab
persoalan-persoalan yang ada pada saat ini, memberikan implikasi pada daya
adaptabilitas dan responsibilitas terhadap perkembangan zaman. Kitab
kuning juga merupakan sumber asli dan dapat memberikan banyak
pengetahuan tentang Islam.
Manfaat lain menurutnya dalam membaca kitab kuning adalah untuk
memahami kedua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi agar tidak
terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya sendiri. Sebab,
kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang siap pakai (instan) dan
rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi
yang dipersiapkan oleh para mujtahid di segala bidang dan untuk
memfasilitasi proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga
mampu merumuskan penjelasan yang segar..12
Dari fakta dan urgensi yang disebutkan di atas inilah, dalam jurusan
Pendidikan Agama Islam belajar membaca kitab kuning menjadi salah satu
mata kuliah yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa. Karena kitab kuning
merupakan ilmu dasar untuk mempelajari pelajaran keagamaan seperti:
Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Ilmu Kalam, dan lain-lain. Buktinya, untuk
memahami pelajaran keagamaan tersebut mahasiswa Pendidikan Agama
Islam khususnya, dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami
pelajaran keagamaan tersebut. Oleh Karena itu, pemahaman kitab kuning
pada dasarnya dapat membantu mahasiswa dalam penguasaan pelajaran
keagamaan tersebut. Beberapa mahasiswa mengakui atau menyadari bahwa
pembelajaran kitab kuning di lingkungan perguruan tinggi itu sangat penting
khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Secara pribadi, yang penulis rasakan semasih di bangku sekolah
pembelajaran Kitab Kuning hanya sekedar kebutuhan saja. Tetapi ketika
penulis memasuki perguruan tinggi baru terasa bahwa pembelajaran Kitab
12
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h.
236.
7
Kuning merupakan sesuatu hal yang sangat penting yaitu sebagai inti dari
pelajaran keagamaan yang harus dan wajib kita pelajari dan pahami. Oleh
karena itu, pembelajaran Kitab Kuning itu sangat penting di pelajari dan di
pahami oleh mahasiswa UIN umumnya, dan mahasiswa PAI khususnya.
Sebagai salah satu mata kuliah inti yang harus diberikan kepada
mahasiswa di jurusan Pendidikan Agama Islam, mata kuliah pembelajaran
kitab kuning memiliki peranan yang penting dalam memhami khazanah
keilmuan Islam, yang ditulis oleh ulama salaf.
Oleh karena itulah, jurusan Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
menyiapkan kader ulama yang menguasai ilmu-ilmu Agama melalui kitab
kuning, baik yang klasik maupun modern dan Alumni Jurusan Pendidikan
Agama Islam diharapkan mampu mempertahankan ajaran Islam yang benar
dan menangkis segala paham yang menyimpang berlandaskan dalil-dalil Al-
Qur’an dan Hadits dengan metode ilmiah secara kaidah-kaidah yang dapat
dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat.
Dari latar belakang masalah itulah, maka penulis tertarik ingin
mengetahui lebih lanjut bagaimana minat mahasiswa PAI terhadap
pembelajaran kitab kuning, dengan judul “MINAT MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PEMBELAJARAN KITAB KUNING”.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan diatas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan kitab kuning?
Apa saja ciri-ciri dan macam-macam kitab kuning itu?
Apa tujuan dari mempelajari kitab kuning?
Apakah mudah mempelajari kitab kuning itu?
Apa saja kendala-kendala dalam mempelajari kitab kuning?
Bagaimana metode yang tepat dalam mempelajari kitab kuning?
8
Mengapa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
pendidikan Agama Islam diadakan pembelajaran kitab kuning atau
Qiraatul Qutub?
Apa saja usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
dalam mempelajari kitab kuning?
Apa saja alat atau ilmu yang dapat membantu untuk memudahkan
mempelajari kitab kuning?
Bagaimana minat belajar membaca kitab kuning yang di miliki
oleh mahasiawa Pendidikan Agama Islam?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Untuk terarahnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis membatasi
“Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam
Pembelajaran Kitab Kuning”
2. Perumusan masalah
Bertolak dari pembatasan di atas, maka masalah penelitian dapat di
rumuskan sebagai berikut:
a. Apakah yang di maksud dengan kitab kuning dan bagaimana
metode pembelajaran kitab kuning?
b. Sejauh mana minat mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terhadap pembelajaran
kitab kuning?
9
D. Tujuan, dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui kitab kuning dan macam-macamnya
b. Untuk mengetahui minat mahasiswa terhadap pembelajaran kitab
kuning
c. Untuk memperoleh salah satu syarat mencapai gelar sarjana
Pendidikan Islam
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam
menekuni dan mendalami masalah-masalah yang berkaitan dengan
masalah kitab kuning, macam-macam dan pembelajarannya.
b. Untuk memperoleh wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan penelitian baik
kepustakaan maupun penelitian lapangan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi
perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan
fakultas tarbiyah UIN Syari Hidayatullah Jakarta di bidang kitab
kuning, dan cara, beserta pembelajarannya.
3. Sistematika Penulisan
Isi keseluruhan skripsi (hasil penelitian) ini, terdiri dari lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Menjelaskan kerangka teori yang berisi tentang minat
pembelajaran kitab kuning, yang mencakup pengertian minat,
peranan minat dalam belajar, faktor yang mempengaruhi minat,
10
jenis-jenis minat, dimensi dan indikator minat. Kitab kuning,
mencakup pengertian kitab kuning, sejarah kitab kuning, ciri jenis
dan karakter kitab kuning, macam-macam kitab kuning.
Pembelajaran kitab kuning meliputi, pengertian pembelajaran,
metode mempelajari kitab kuning, tujuan mempelajari kitab
kuning, kesulitan mempelajari kitab kuning, manfaat mempelajari
kitab kuning.
Bab III Menjelaskan tentang, metodologi penelitian yang berisi tentang,
tempat dan waktu penenlitian, metodologi penelitian, populasi dan
sample, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
Bab IV Hasil penelitian, berisikan tentang gambaran umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam. yang mencakup, sejarah singkat dan
tujuan didirikannya, letak geografis, keadaan dosen menurut latar
belakang pendidikan, sarana dan prasarana, serta struktur
organisasi, deskrifsi data, analisis dan interpretasi data.
Bab V Penutup. Berisikan kesimpulan dan saran-saran.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
MINAT PEMBELAJARAN KITAB KUNING
A. Minat
1. Pengertian Minat
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di berbagai lembaga
pendidikan baik umum maupun agama menginginkan kondisi belajar yang
efektif. Oleh karena diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
mencapai hal tersebut.Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar erat kaitannya dengan sifat-sifat itu sendiri, karena setiap siswa
memiliki sikap yang berbeda dalam segala hal yang antara lain adalah
minat.Minat akan timbul apabila siswa merasa tertarik pada sesuatu,
karena sesuatu itu dirasakan sesuai dengan kebutuhannya atau merasa
berarti baginya.
Dengan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka terlebih dahulu
perlu diketahui tentang pengertian minat. Dilihatdari segi bahasa minat
berarti “ kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu kehendak,
keinginan, kesukaran”.1Senada dengan pengertian di atas dalam kamus
bahasa Indonesia terbaru dinyatakan: “minat berarti perhatian, kegemasan
1 Yoserizal.M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya, 2002), h. 120
12
atas suatu hal, berminat menaruh perhatian, mempunyai kegemaran pada
sesuatu.2
Menurut H.M. Alisuf Sabri dalam bukunya psikologi pendidikan
dikatakan bahwa “minat merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu
stimulus atau lingkungan kecendrungan interaksi dengan sesuatu hal,
orang atau benda. Dengan demikian, bisa tiga kemungkinan, yaitu suka,
tidak suka, dan sikap acuh tak acuh.3
William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan factor
utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif
merupakan factor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar. Mursell dalam bukunya Succesful teaching, memberikan suatu
klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada
siswa.Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah: bahwa
anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya
setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha
membangkitkan minat anak terhadap belajar.4
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah suatu kecendrungan sikap yang baik peserta
didik dalam melakukan aktifitas belajar yang erat kaitannya dengan
perasaan terutama perasaan senang (positif) terhadap mata pelajaran yang
dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan atau memberi kepuasan
kepadanya, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.Sesuatu itu
dapat berarti aktifitas, orang, maupun pengalaman atau benda yang dapat
dijadikan sebagai stimulus, atau rangsangan yang memerlukan respon
terarah. Apabila sesuatu itu dianggapnya sesuai dengan kebutuhan atau
menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan dilaksanakan. Namun
sebaliknya, apabila sesuatu itu tidak sesuai dengan kebutuhan atau
menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan ditinggalkannya. Maka itu
2 Alex, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Alfa, 1994), h. 180
3M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 83
4Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Professional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Offset, 2005), Cet. ke-2, h. 27 .
13
relative manetap pada diri individu, apabila kebutuhan atau kepuasannya
terpenuhi maka minat terhadap sesuatu itu akan berkurang atau bahkan
hilang. Dan oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar.
Selanjutnya menurut Bigot cs. “minat itu sebenarnya, mengandung
unsur-unsur: kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi
(kehendak)”.5Unsur kognisi, berarti minat itu didahului oleh adanya
pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat
tersebut.Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu
disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).Sedangkan
unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang
diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.6Dengan
unsur-unsur yang dikandung oleh minat dapat dianggap sebagai respon
yang sadar, sebab kalau tidak demikian, maka minat tidak akan berarti
apa-apa.
2. Peranan Minat dalam Belajar
Minat merupakan suatu yang relative menetap pada diri seseorang
dan mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan belajar kepada setiap
individu siswa di sekolah, sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak
mungkin melaksanakan sesuatu karena keterlibatan siswa dalam
belajar.Erat kaitannya dengan sifat-sifat murid yang bersifat kognitif
maupun effektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan minatnya terhadap
belajar.7
Minat ini sangat berperan dalam menunjang keberhasilan belajar
siswa, diantaranya sebagai berikut:
a. Pendorong untuk berbuat sesuatu
5 Abdul Rachman Abror, Psikologi pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana,1993),
Cet. ke-4, h. 28 6 Syamsul Yusuf, LN dan A.Juntika Nurihsah, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006 ), h. 170 7 M. Uzer, Menjadi Guru Frofessional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), Cet.
ke-13, h. 27
14
b. Stimulus atau perangsang
c. Motivasi dalam menunjang belajar.
3. Faktor yang mempengaruhi Minat
Salah satu factor dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama
minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi
banyak factor yang mempengaruhi munculnya minat.Seperti yang telah
dikatakan oleh Bigot.cs di atas bahwa minat itu sebenarnya mengandung
unsur-unsur: kognisi (mengenal), emosi (perasaan) dan konasi
(kehendak).8Ketiga unsur tersebut merupakan tahapan terjadinya suatu
perbuatan atau tingkah laku.Unsur kognisi berarti minat itu didahului oleh
adanya pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat
tersebut. Berarti minat tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi
didahului dengan mengamati atau mengenal obyek yang dituju, berarti
emosi atau perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Dalam
mempelajari obyek yang dituju, berarti emosi atau perasaan tertentu turut
berperan, sehingga obyek yang sedang diamati tersebut dapat dilakukan
atau tidak.Unsur konasi merupakan lanjutan dari kedua unsur tersebut
yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk
melakukan suatu kegiatan termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh
sekolah.
4. Jenis-jenis Minat
Berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi, minat terbagi
menjadi beberapa jenis yaitu berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan
arahnya minat dan berdasarkan orang mendapatkan atau mengungkapkan
minat itu sendiri.
1) Berdasarkan timbulnya, menurut Witherington minat dapat
dibedakan menjadi minat primitif dan kultural. Minat primitif timbul
karena adanya kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh.
Contoh: kebutuhan akan makanan, kebebasan beraktifitas dan seks.
8 Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, 1993), Cet.
ke-4, h. 112
15
Sedangkan minat kultural yaitu minat yang secara tidak langsung
berhubungan dengan diri kita, contoh: keinginan untuk memiliki
mobil.9
2) Berdasarkan arahnya, menurut Joner, minat dibedakan menjadi minat
intristik dan ektrinsic.10
Instristik langsung berhubungan dengan
aktifitas sendiri, misalnya: seseorang belajar bukan karena ingin
dipuji, sedangkan ektrinsikyaitu minat yang berhubungan dengan
tujuan akhir, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan
minat tersebut hilang. Sebagai contoh: seseorang belajar dengan
tujuan mendapatkan juara kelas, setelah mendapatkannya, maka
minat dan belajarnyapun menjadi turun.
3) Berdasarkan cara mengungkapkan, menurut Super dan Crites, minat
dapat dibedakan menjadi 4, yaitu: exspressed interest, manifesr
interest, tested interest, inventoried interest.11
exspressed interest:
minat yang meminta subjek untuk menulis kegiatannya baik yan
disenangi maupun yang tidak. Kemudian dari jawabannya dapat
diketahui minatnya.manifesr interest adalah minat dengan
mengamati langsung aktifitas subjek atau dengan hobi. tested interest
adalah minat yang menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif,
dengan nilai-nilai yang tinggi pula terhadap hal tersebut. Adapun
inventoried interest adalah minat dengan menggunakan alat-alat
yang sudah ditransdarisasikan, dan pertanyaannya ditujukan pada
jumlah aktifitas yang disenangi atau tidak disenangi.
5. Dimensi dan Indikator Minat
Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri
seseorang, keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan
yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu
9Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 265 10
Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 267
16
mengerjakan sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mampu
atau tidak ada kehendak untuk mengerjakan suatu pekerjaan maka ia tidak
akan bisa menyelesaikan sesuatu pekerjaan walaupun pekerjaan itu mudah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, indikator adalah suatu alat
pemantau atau suatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.12
.
kaitannya dengan minat mahasiswa adalah sebagai alat pemantau yang
dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Ada beberapa indikator minat
yang dapat dikenal atau dilihat antaranya:
1) Keinginan
Keinginan merupakan indikator yang datang dari dorongan atau nafsu
dirinya, apabila yang dituju itu sesuatu yang nyata atau
konkrit.Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minta
untuk mengerjakan suatu pekerjaan.seorang siswa yang memiliki
keinginan dirinya sendiri.Jadi apabila seorang mahasiswa memiliki
keinginan terhadap pembelajaran kitab kuning.Maka ia akan mengikuti
pembelajaran kitab kuning dan atas keinginannya sendiri.
2) Pengetahuan
Pengetahuan yaitu mengetahui minat atau setidaknya seorang
mahasiswa terhadap pembelajaran kitab kuning dapat dilihat dari
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga yang berminat dalam
pembelajaran kitab kuning maka ia akan mempunyai pengetahuan
yang luas tentang kitab kuning dan tentang manfaat mempelajari kitab
kuning.
3) Berani
Adalah tidak tidak takut kepada semua rintangan atau hambatan yang
akan dihadapi, karena sudah memiliki ilmu untuk menyelesaikan
masalah tanpa harus dihindari. Siswa yang berani walaupun ia dikasih
tugas banyak ia tidak merasa takut ataupun menyerah tetapi dia selali
berusaha untuk menyelesaikan masalah itu.
12
Elizabet B.Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Alih Bahasa oleh: Med.Meitasari
Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga 2006) Cet. ke-6, h. 116
17
4). Yakin atau percaya.
Maksudnya adalah bahwa siswa merasa yakin atau percaya terhadap
sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa terpengaruh kepada
interpretasi lain. Siswa yang berminat akan merasa yakin dan percaya
dalam mengerjakan sebuah tugas ataupun dalam menjalankan sesuatu.
5). Perhatian.
Adalah mahasiswa mampu mempunyai perhatian yang lebih untuk
mengikuti pembelajaran kitab kuning, baik secara formal maupun non
formal.
B. Kitab Kuning
Kitab kuning sebagai khazanah keilmuan dan warisan ulama terdahulu,
sangat akrab di lingkungan pesantren.Kitab yang sejatinya hasil karya tulis
para ulama masa lampau itu bukan menjadi icon yang khas-unik bagi
pesantren.Kitab kuning lebih dari sekedar „manuskrip tertulis‟, melainkan
jugamata rantai yang menyambungkan tradisi keilmuan Islam masa lampau
dengan masa kini.
1. Pengertian Kitab Kuning
Istilah “kitab kuning” pada mulanya diperlukan oleh kalangan luar
pesantren sekitar dua darsa silam dengan nada merendahkan.Dalam
pandangan mereka, kitab kuning dianggap sebagai kitab yang berkadar
keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab
terjadinya stagnasi befikir ummat. Sebutan ini pada mulanya sangat
menyakitkan memang, tetapi kemudian nama “ kitab kuning” diterima
secara meluas sebagai salah satu istilah teknis dalam studi kepesantrenan.
Di kalangan pesantren sendiri, di samping istilah kitab kuning
beredar juga istilah “kitab klasik” (al-qutub al-qadimah), untuk menyebut
jenis kitab yang sama. Bahkan, karena tidak dilengkapi dengan sandangan
(syakal), kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantern sebagi
“kitab gundul”.Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari
18
kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang mejuluki kitab kuning ini
sebagai “kitab kuno”.
Pengertian yang umum beredar di kalangan pemerhati masalah
pesantern adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagi kitab-kitab
keagamaan berbahasa Arab, atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran
ulama-ulama masa lampau (as-salaf) yang ditulis dengan format khas pra
modern, sebelum abad ke-17-an M. dalam rumusan yang lebih rinci,
definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama
“asing”, tetapi secara turun-temurun menjadi refrence yang dipedomani
oleh para ulama Indonesia sebagi karya tulis yang “independen”, dan
ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab
karya ulama “asing”.13
Dibawah ini kita akan melihat definisi Kitab Kuning yang diberikan
oleh beberapa ilmuwan:
Disebut Kitab Kuning karena ditulis di atas kertas berwarna kuning
yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad kedua puluh. (Martin
Van Bruinnessen).
Kitab Kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan
berbahasa arab, atau berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulama-
ulama masa lampau (salaf) yang ditulis dengan format pra-modern,
sebelum abad ke-17 an M. (Affandi Mochtar, 1999).
Kitab Kuning adalah buku tentang ilmu-ilmu keislaman yang dipelajari
di pesantren, ditulis dalam tulisan bahasa Arab dengan sistematika
klasik. (Muntaha Azhari, 1989).
Kitab Kuning adalah kepustakaan dan pegangan para kiai di pesantren,
bahkan para kiai dan kitab kuning tidak dapat dipisahkan. Kitab Kuning
merupakan kodifikasi nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan Kiai disebut
alim bila ia benar-benar memahami, mengamalkan dan memfatwakan
Kitab Kuning. (A/ Chozin Nasuha, 1989).
13
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 222
19
Disebut Kitab Kuning karena pada waktu dulu, ilmu pengetahuan
tentang ajaran Islam ditulis di atas kertas warna kuning yang tidak
dijilid. (H. Mohammad Daud Ali, 1992).
Dari beberapa pendapat tentang Kitab Kuning di atas, penulis anotasi
Kitab Kuning ini mengambil kesimpulan definisi Kitab Kuning sebagai
berikut: “ Kitab-kitab yang mengandung nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan ajaran Islam, ditulis dalam bahasa Arab atau Melayu
yang pada mulanya atau sampai saat ini dipelajari di pesantren-
pesantren”.14
Pengertian yang beredar di kalangan pemerhati masalah pesantren
adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab keagamaan, dan
berbahasa arab atau berhuruf arab sebagai produk pemikiran ulama masa
lampau atau salaf yang ditulis dengan khas pra modern, sebelum abad ke-
17an M. Dalam definisi yang lebih rinci, kitab kuning adalah kitab-kitab
yang mempunyai kriteria: (a) ditulis oleh ulama-ulama asing, tetap secara
turun temurun menjadi referensi yang dipedomani para ulama di Indonesia
(b) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang indevenden, dan
(c) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas
kitab karya-karya ulama asing.15
2. Sejarah kitab kuning
Sejauh bukti-bukti historis yang tersedia, sangatlah mungkin untuk
mengatakan bahwa kitab kuning menjadi teks book, reference, dan
kurikulum dalam pendidikan pesantren, seperti yang kita kenal sekarang,
baru dimulai pada abad ke-18M. bahkan, cukup realitas juga
memperkirakan bahwa pengajaran kitab kuning secara missal dan
permanent itu mulai terjadi pada pertengahan abab ke-19 M ketika
14
Anotasi Kitab Kunig, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ( Jakarta:
Darul Ilmi, 2007), Cet. ke-1.h. 7 15
F Mas’udi, Pandangan Ulama Indonesia (UI) dalam Literatur Kitab Kuning, (Jakarta:
LIPI, 1988), h. 1
20
sejumlah ulama Nusantara, khususnya Jawa, kembali pada program
belajarnya di Mekkah.16
Perkiraan di atas, tidak berarti bahwa kitab kuning sebagai produk
intelektual, belum ada masa-masa awal perkembangan keilmuan di
Nusantara. Sejarah mencatat bahwa, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16
M. Sejumlah kitab kuning, baik dengan menggunakan bahasa Arab,
bahasa Melayu, maupun bahasa Jawi, sudah beredar dan menjadikan
bahan informasi dan kajian mengenai Islam. Kenyataan ini menunjukan
bahwa karakter dan corak keilmuan yang dicerminkan kitab kuning,
betapapun juga, tidak bisa dilepaskan dari tradisi intelektual Islam
Nusantara yang panjang, kira-kira sejak abad sebelum pembukuan kitab
kuning di pesantren-pesantren.17
Acapkali dipertanyakan mengapa, misalnya, hanya fiqih, ushuluddin,
tasawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab yang menjadi disiplin ilmu
pengetahuan pesantren.Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini hanya bisa
dirumuskan secara memuaskan bila mempertimbangkan perkembangan
intelektual Islam Nusantara sejak priode awal
pembentukannya.Bagaimanapun juga, pembukuan kitab kuning di
pesantren sangat berkaitan dengan tradisi intelektual Islam Nusantara
kurun awal.
Asal-usul dan perkembangan tradisi intelektual dan keilmuan Islam
Nusantara sejauh ini telah mengandung perhatian sejumlah sarjana dan
pengamat yang menekuninya.Diantara mereka adalah Taufik Abdullah,
Kuntowijoyo, Martin Van Bruinessen, Abdurrahman Wahid, dan
Azumardi Azra.Dalam berbagai karyanya, masing-masing intelektual itu
memberikan analisis dan penilaian atas masalah ini.
Walaupun berbeda rumusan karena perbedaan pendekatan yang
digunakan, hasil kajian mereka agaknya memperlihatkan kecendrungan
16
Affandi Mochtar, Kitab kuning dan Tradisi Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan,2008),
h. 34 17
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat,1999), h.
256
21
yang sama dalam mepertimbangkan dua factor penting, yaitu: kontak
ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah sebagai bagian dari proses
internasiolisasi Islam, integrasi ketegangan budaya Islam dengan budaya
local sebagi konsekuensi logis dari proses Islamisasi Nusantara. Kedua
factor ini berperan dalam membentuk dan mewarnai corak keilmuan Islam
Nusantara seperti tercermin dalam tradisi pendidikan pesantren, khususnya
di Jawa.18
Term kitab kuning bukan merupakan istilah untuk kitab kuning yang
kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang
dikarang oleh para cendikiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan
karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun
belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas
putih.Yang pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf.
Sementara itu, produk pemikiran salaf dikalangan akademis lebih popular
dengan sebutan tutors.
Tutors secara harfiah berarti sesuatu yang ditinggalkan atau
diwariskan. Di dunia pemikiran Islam, tutors digunakan dalam khazanah
intelektual Islam klasik yang diwariskan oleh para pemikir tradisional.
Istilah tutors yang berarti khazanah tradisional Islam merupakan asli
ciptaan bahasa Arab kontemporer.
Sejarah mencatat bahwa para pembuat kitab kuning atau tutors dalam
memainkan perannya dipanggung pergulatan pemikiran Islam tak pernah
sepi dari polemic dan hal-hal berbau kontradiktif. Segitnya perdebatan
antara Mu’tazilah, Murji’ah, Rafidhah dan Ahlu al Sunnah yang direkam
secara rinci oleh Abdul Qodir Ibn Tharir Ibn Muhammad Al-Baghdadi
dalam karyanya al-farqu baina al-firaq.Dalam buku tersebut tergambar
dengan jelas kemajemukan pemahaman agama terlebih lagi masalah
akidah.Setelah melakukan pencarian dan kajian yang mendalam para
tokoh aliran masing-masing menemukan konklusi yang berbeda-beda.
18
Afandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka
Ishfahan, 2008) ,h. 39
22
Dalam jangkauan yang lebih luas, Martin Van Bruinessen
berpendapat bahwa kitab kuning yang berkembang di Indonesia pada
dasarnya merupakan hasil pemikiran ulama abad pertengahan.19
Kitab kuning ini termasuk kedalam kurikulum dalam system
pesantren.Dan identik pada pesantren.Karena pesantren adalah lembaga
pendidikan yang menjadikan kitab kuning ini menjadi pelajaran yang
sangat utama dan menjadi khas suatu pesantren.Sehingga banyak dari
keluaran atau alumni pesantren yang mahir dalam membaca kitab kuning.
Oleh sebab itulah, kitab kuning sangatlah penting untuk dipelajari
oleh setiap lembaga pendidikan.Bukan hanya untuk alumnus yang
kompeten, tetapi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai para ulama
terdahulu, hukum-hukum Islam, Akidah dan lainnya.
Dalam pandangan masyarakat, kitab kuning merupakan formulasi
final dari ajaran-ajaran Al-qur’an Sunnah Nabi. Yang jelas, ia ditulis oleh
para ulama dengan modal keilmuan yang tinggi dan standar moral yang
bisa dipertanggung jawabkan. Ia juga ditulis dengan pena dan jari-jari
yang bercahaya. Hampir-hampir, ia dipandang sebagai karya yang tidak
bercacat dan sulit untuk mengkritiknya.
3. Ciri, jenis dan karakter kitab kuning
Dalam tradisi intelektual Islam, khususnya di Timur Tengah, dikenal
dua istilah untuk menyebut kategori karya-karya ilmiah berdasarkan kurun
atau format penulisannya.Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al-
kutubqadimah), sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab (al-kutub al-
„ashriyyah).Perbedakan yang pertama dari yang kedua dicirikan, antara
lain: oleh cara penulisannya yang tidak mengenal pemberhentian, tanda
baca, dan kesan bahasanya yang berat, klasik, dan tanpa syakal
(sandangan: fathah, dhommah, kasrah).Apa yang disebut kitab kuning
pada dasarnya mengacu pada kategori yang pertama, yakni kitab-kitab
klasik (al-kutub al-qadimah).
19
Martin Van Bruinessen, “Pesantren and Kitab Kuning Maintenance and Continuation
Of Religius Learning”, 1992) ,h. 37
23
Spesifikasi kitab kuning secara umum terletak dalam formatnya,
yang terdiri dari dua bagian: matn, teks asal (inti) dan syarah.Dalam
pembagian semacam ini, matn selalu diletakkan di bagian pinggir (margin)
sebelah kanan maupun kiri, sementara syarh, karena penuturannya jauh
lebih banyak dan panjang dibandingkan matn.Diletakkan di bagian tengah
setiap halaman kitab kuning pada umumnya kira-kira 26 CM (quarto).
Ciri khas lainnya terletak pada penjilidannya yang tidak total, yakni
tidak dijilid seperti buku. Ia hanya dilipat berdasarkan kelompok halaman
(misalnya, setiap 20 halaman) yang secara teknis dikenal dengan istilah
korasan (lembaran), jadi, dalam kitab kunig terdiri dari beberapa korasan
yang memungkinkan salah satu atau beberapa korasan itu dibawa secara
terpisah. Biasanya, ketika berangkat ke masjid pengkajian (pengajian),
santri hanya membawa korasan tertentu yang akan dipelajarinya bersama
sang kiai-ulama.20
Dari ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat tanda baca, sepeti: titik, koma dan tanda-tanda baca lainnya
2. Tidak terdpat tahun penerbitan kitab
3. Terdiri dari matan (inti permasalahan) dan syarah (penjelasan dari matan)
4. System penulisan:
a. Matan ditulis di kiri dan kanan, bahkan ada yang sampai d atas dan
bawah syarah
b. Syarah ditulis didalam kolom berbentukempat persegi panjang dengan
ukuran rata-rata 13X23 cm
c. Digunakan kurung buka dan kurung tutup untuk matan yang sedang
disyarah
d. Keterangan dari syara ditulis sejajar dengan matan dengan garis, sebagai
pemisah antara keterangan dengan matan
5. Matan dan syarah tidak ditulis oleh penulisyang sama
20
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 220
24
6. Tulisan tidak berharakat, kecuali matan yang disusun secara terpisah untuk
para pemula
7. Tiap-tiap kitab terdiri dari kelompok-kelompok halaman yang dapat dipisah
antara kelompok halaman yang satu dengan yang lain. Tiap-tiap kelompok
masing-masing terdiri 16 halaman.
Jika ditinjau dari jenisnya, kitab kuning terdiri dari kitab-kitab nahwu,
sharaf, fiqih, ushul fiqh, mustalahul hadis, tauhid, tashauf, tafsir dan kitab-kita
balaghah.Kitab nahwu berisi tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan seluk-
beluk kalimat.Kitab sharaf berisikantentang: ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
asal-usul kata. Kitab fiqih berisikan tentang: tata cara beribadah, dan
bermu’amalah. Kitab ushul fiqih berisi tentang: kaidah-kaidah dan tata cara
menetapan suatu hukum syariat. Kitab hadits berisikan tentang: kumpulan hadts-
hadits Rasullulah saw, baik yang berkaitan dengan perkataan, perebuatan,
maupun hal-hal yang berkaitan dengan perizinannya. Kitab mustalahul hadits
berisikan tentang: ilmu-ilmu untuk mengetahui keotentikan suatu hadits. Kitab
tauhid dan kitab tashauf berisikan tentang: ketuhanan. Kitab tafsir berisiskan
tentang: penjelasan-penjelasan tentang ayat-ayat suci al-qur’an. Dan kitab
balaghah berisikan tentang: ilmu-ilmu yang berkaitan dengan retorika bahasa
arab.
Sedangkan kitab kuning dilihat dari penampilan lahiriahnya, kitab
kuning memiliki 5 karakter: Pertama: mengulas pembagian suatu yang
umum menjadi suatu yang khusus, yang global menjadi terinci dan
begitulah seterusnya. Kedua, menyajikan redaksi yang teratur dengan
menampilkan beberapa pernyataan untuk menuju suatu kesimpulan yang
benar-benar dituju.Ketiga, membuat ulasan-ulasan tertentu dalam
mengulangi uraian-uraian yang dianggap perlu.Penampilannya tidak
semraut dan pola pikirnya dapat dinilai lurus.Keempat, memberikan
batasan-batasan yang jelas tentang sebuah definisi.Kelima, menampilkan
beberapa alasan terhadap pernyataan yang dianggap perlu.21
21
A. Chozin Nasuha, “Epistemologi Kitab Kuning dalam pesantren”. (Jakarta: 1989), h.
28
25
4. Macam-macam kitab kuning
Dalam kajian ajaran agama Islam atau ilmu-ilmu agama yang
terdapat pada kitab kuning ini memiliki macam-macam bidang. Dibawah
ini akan disebutkan macam-macam kitab kuning yang terkenal antara lain
sebagai berikut:
a) Dalam bidang Tafsir
1. Tafsir Ibnu Katsir
2. Tafsir Thabai
3. Tafsir Jalalain
b) Dalam bidang Ulumul Qur’an
1. I’rob Qur’an
2. Ashbabun Nuzul Qur’an
3. Fadlailul Qur’an
4. Mazajul Qur’an
5. At-Tibyan
6. Fath Al-Rahman
c) Dalam bidang Fiqih
1. I’anatuh Thalibin
2. Fathul Mu’in
3. Raudhotut Thalibin
4. Bidayatul Mujtahid
d) Dalam bidang Tasawuf atau Akhlak
1. Ihya Ulumuddin
2. Riyadlush Shalihin 22
C. Pembelajaran Kitab Kuning
1. Pengertian Pembelajaran
Kata ”pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
22
Anotasi Kitab Kuning, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ( Jakarta:
Darul Ilmi, 2007), Cet. ke-1, h. 3.
26
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang
menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.Selain itu, istilah ini
juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat
mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam
media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain
sebagainya. Sehingga itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru
dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber
belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini
seperti yang diungkapkan Gagne (1992: 3), yang menyatakan bahwa:
“instruction is a set of event that effect learners in such a way that
learning is facilitated”.
Instruksi adalah sekumpulan kejadian yang berdampak terhadap
siswa dimana pembelajaran di fasilitasi.
Oleh karena itu menurut Gagne mengajar atau “teaching”
merupakan bagian dari pembelajaran (intruction), di mana peran guru
sangat ditekankan kepada bagaimana merancang atau aransement berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan
siswa dalam mempelajari sesuatu.
Dalam istilah “pembelajaran”yang lebih dipengaruhi oleh
perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang
memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar
mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara
individual mepelajari bahan pelajaran. Dengan demikian, kalau dalam
istilah “mengajar” (pengajaran)” atau “teaching” menempatkan guru
sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka dalam
“instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage
berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Terdapat beberapa
karakteristik penting dari istilah pembelajaran.
27
a. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar
adalahmembelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan
proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah
menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dengan sejauh mana
siswa telah melakukan proses belajar.inilah maka proses pembelajaran
berpusat kepada siswa (student oriented).
b. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja.
Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa.Siswa dapat
memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
sifat materi pelajaran.
c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari
proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan
tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang
dikuasai siswa dapat membentuk pola prilaku siswa itu sendiri.
2. Metode Mempelajari Kitab Kuning
Kitab kuning yang membedakan dari yang lainnya adalah metode
mempelajarinya.Sudah dikenal bahwa ada dua metode yang berkembang di
lingkungan pesantren untuk mempelajari kitab kuningmetode sorogan dan
metode bandungan.
Pada cara yang pertama, santri membacakan kitab kuning di hadapan
kiai-ulama yang langsung menyaksikan keabsahan bacaan santri, baik dalam
konteks makna maupun bahasa (nahwu dan sharf).Sorogan artinya belajar
secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru,
terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.Sedangkan menurut
Wahyu Utomo, metode sorogan merupakan sebuah sistem belajar dimana para
28
santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab dihadapan
seorang guru atau kiai. Dalam Pesantren, sistem sorogan terbukti sangat
efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi
seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai
dan membimbing Bahasa Arab.
Ciri utama penggunaan sistem individual ini adalah; (1) lebih
mengutamakan proses belajar daripada mengajar, (2) merumuskan tujuan yang
jelas, (3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid, (4) menggunakan
banyak feedback atau balikan dan evaluasi, (5) memberi kesempatan kepada
murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing.
Pada carakeduametode bandongan,Metode utama sistem pengajaran di
lingkungan pesantren yaitu sistem bandongan atau seringkali disebut sistem
weton. Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bandongan
diartikan dengan pengajaran dalam bentuk kelas (pada seklek agama).Dalam
sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang
guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas
buku-buku Islam dalam Bahasa Arab.Setiap murid memperhatikan bukunya
sendiri dan membuat catatan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit,
berupa syakal atau makna mufrodhat atau penjelasan (keterangan
tambahan).Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut dengan halaqoh
yang arti bahasanya lingkaran murid atau sekelompok siswa yang belajar
dibawah bimbingan seorang guru.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: System belajar yang
diterapkan dalam mempelajari kitab kuning adalah: system bandongan dan system
sorogan. Bandongan adalah system belajar satu arah yang dilakukan oleh kiai kepada
santri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Kiai membaca kata demi kata
2. Kiai megartikan
3. Kiai menjelaskan maksudnya23
23
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiar, 1979) h. 35
29
Dalam system ini, keaktifan santri hanya menyimak, menulis arti kata-kata
yang belum dimengerti, dan mendengarkan penjelasan kiai.Sorogan adalah system
belajar secara langsung antara kiai dan santri. Cara pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
1. Santri menghadap kiai satu persatu secara bergantian
2. Santri membaca secara utuh
3. Santri mengartikan secara harfiyah
Dalam system ini, keaktifanm kiai hanya menyimak dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh santri.
Bagi santri yang belum memiliki dasar kitab yang dikaji dengan system
sorogan yaitu: kitab yang telah dikaji dengan system bandongan. Sedangkan bagi
santri yang telah memiliki kemampuan dasar , kitab yang dikaji adalah kitab-kitab
yang belum pernah dikaji sebelumnya. Dengan demikian system sorogan merupakan
system pengulangan bagi sntri pemula dan merupakan penggayaan bagi santri yang
telah memiliki kemampuan dasar.
Selain kedua metode di atas, sejalan dengan usaha kontekstualisasi
kajian kitab kuning, di lingkungan pesantren dewasa ini telah berkembang
metode jalsah (diskusi/kelompok) dan halaqoh (seminar).Kedua metode ini
lebih sering digunakan di tingkat kiai-ulama atau pengasuh pesantren, antara
lain, membahas isu-isu kontemporer dengan bahan-bahan pemikiran yang
bersumber dari kitab kuning.24
3. Tujuan Mempelajari Kitab Kuning
Pendekatan-pendekatan untuk memahami kitab kuning sesuai dengan
konteks zaman sekarang.Memahami Kitab Kuning bukan merupakan istilah
untuk kitab yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk
kitab yang dikarang oleh para cendekiawan masa silam. Istilah tersebut
digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun
belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas putih.Yang
pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf. Sementara itu,
24
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 221-224
30
produk pemikiran salaf dikalangan akademisi lebih populer dengan sebutan
tutors. Tutors secara harfiah berarti sesuatu yang ditinggalkan/ diwariskan.
Pada masa sekarang ini banyak dari kalangan santri, mahasiswa,dan
masyarakat yang meragukan akan isi kitab kuning karena tidak sesuai dengan
konteks pada zaman sekarang,sehingga mengakibatkan sedikitnya orang-orang
yang mempelajari kitab kuning. oleh karena itu, perlu diadakannya pendekatan
atau metode baru dalam memahami kitab kuning yaitu:
1. Pengkaji kitab kuning tidak hanya berhenti pemahaman hukum-hukum
hasil karya ulama terdahulu, tetapi melacak metodologi penggalian
hukumnya. Hal ini sebagaimana tawaran Al-Ghazali bahwa ilmu yang
paling baik adalah penggabungan antara aqli dan naqli, antara
menerima hasil pemikiran ulama’ salaf sekaligus mengetahui dalil dan
penalarannya.
2. Membiasakan untuk bersikap kritis dan teliti terhadap objek kajian.
Karena pada dasarnya budaya kritis adalah hal yang lumrah dalam
dunia intelektual. Sebagaimana telah kita saksikan potret kehidupan
ulama’ salaf yang sarat dengan nuansa konflik dan polemik. Hal itu
terjadi, tak lain hanyalah karena ketelitian, kejelian dan kritisisme yang
dimiliki oleh para pendahulu kita yang kesemuanya patut untuk kita
teladani.
3. Melakukan analisa yang mendalam, apakah pendapat ulama itu benar-
benar murni refleksi atas teks (nash) atau ada faktor lain yang
mempengaruhi. Sekedar contoh, kenapa sampai ada qoul qodim dan
qoul jadid, kenapa Imam Nawawi berbeda pendapat dengan Imam
Syafi’i dalam transaksi jual beli tanpa sighat (bai’al mu’athoh), kenapa
Imam Qoffal berani berbeda pendapat dalam memahami sabilillah
yang berarti setiap jalan kebaikan (sabil al khair) dapat menerima zakat
sedangkan mayoritas ulama tidak memperbolehkan.
4. Menelusuri sebab terjadinya perbedaan pendapat, sejarah kodifikasi
kitab kuning, latar belakang pendidikan pengarang, keadaan sosial dan
31
budaya yang mempengaruhinya. Memahami faktor dan tujuan
pengarang mengemukakan pendapatnya.
5. Pengkaji harus menjaga jarak antara dirinya (selaku subyek) dan
materi kajian (selaku obyek). Dengan prinsip ini, peneliti tidak boleh
membuat penilaian apapun terhadap materi dan melepaskan dari
fanatisme yang berlebihan. Dalam tahap ini peneliti harus berusaha
”menelanjangi” aspek kultural, sosial dan historis dimana suatu hukum
dicetuskan. Benar-benar memahami latar belakang suatu hukum yang
telah dirumuskan ulama’ salaf. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
penilaian dan pemahaman yang obyektif.
6. Langkah terakhir adalah pengkaji menghubungkan antara dirinya
dengan obyek kajian. Langkah ini diperlukan untuk mereaktualisasi
dan mengukur relevansi kitab kuning dengan konteks keyakinan.
Pengkaji dalam hal ini dituntut untuk menjadikan kitab kuning sebagai
sesuatu yang cocok untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi saat ini
dan bersifat ke-Indonesiaan. Senantiasa berpegang pada prinsip bahwa
syariat Islam diciptakan demi tegaknya kemaslahatan sosial pada masa
kini dan masa depan.
Dengan pendekatan-pendekatan di atas untuk memahami kitab kuning,
Insya Allah kitab kuning akan senantiasa aktual, up to date dan layak pakai
sepanjang masa. Dengan berbekal pendekatan tekstual dan pemahaman yang
lugu justru akan menjadikan kitab kuning hanya sekedar bundelan kertas
peninggalan ratusan tahun silam. Realitas mengatakan bahwa yang berhasil
menjadi pemikir-pemikir besar Islam Indonesia adalah mereka yang betul-
betul mampu mengusai khazanah Islam klasik dengan baik.Tokoh seperti
Sahal Mahfudz, Quraisy Syihab, Said Aqil Siraj dll.Adalah tokoh-tokoh yang
berlatar belakang pendidikan pesantren dan kitab kuning. Penulis sangat yakin
bahwa orang yang mampu mengusai kitab kuning dengan sempurna adalah
orang yang layak meneruskan estafet intelektual pemikiran Islam masa depan.
32
Selamat bergumul dengan kitab kuning dan berhadapan dengan arus
modernitas serta tantangan zaman.25
4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning
Sebenarnya, untuk mempelajari kitab kuning bukanlah hal yang sulit.
Hanya butuh pembelajaran yang mendalam saja seperti:
1. Membaca dan mengartikan kitab kuning
2. Mengartikan kosa kata dari kitab kuning
3. Mengetahui kedudukan kalimat karena dalam kitab kuning, tata bahasa
lebih banyak dan unik dibanding dengan tata bahasa yang lain.
Semua dapat diperoleh hanya dengan ketekunan, ketiga pembelajaran
tersebut cukup mudah bila kita mempunyai tiga bekal dalam memahami kitab
kuning yaitu:
a. Matan ajurumiyah
b. Amtsilatu Tasrifiyah
c. Kamus
Dengan adanya tiga bekal tersebut insyaallah pembelajaran bisa lebih
mudah karena sudah mengetahui dan memahami sedikit banyak isi dari kitab-
kit yang akan dikaji terlebih dahulu.
5. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning
Dalam mempelajari kitab kuning yang ditulis oleh para mujtahid atau
ulama-ulama terdahulu yang isinya mengenai ajaran-ajaran Islam yang sangat
relevan untuk dijadikan referensi bagi ummat Islam ini, tentu banyak sekali
manfaat yang dapat diambil dari belajar membaca kitab kuning. Diantaranya
adalah sebagi berikut: manfaat kitab kuning adalah untuk memahami kedua
sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang tidak terjerumus dalam
kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya sendiri. Sebab, kandungan kitab
kuning merupakan penjelasan yang siap pakai (instan) dan rumusan ketentuan
hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang yang
25
http://www.google.co.id/search?q=kesulitan%20mempelajari%20kitab%20kuning.
Tanggal, 24 April, 2011.
33
dipersiapkan oleh para mujtahid di segala bidang dan untuk memfasilitasi
proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga mampu merumuskan
penjelasan yang segar. Tetapi, tidak historis mengenai ajaran Islam, Al-Qur’an
dan Hadits Nabi.26
dapat memberikan ilmu-ilmu keislaman secara menyeluruh
dengan membaca kitab kuning, dapat menjawab persoalan-persoalan yang ada
pada saat ini, mengetahui ulama-ulama terdahulu, memberikan implikasi pada
daya adaptabilitas dan reponsibilitas terhadap perkembangan zaman.
26
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h.
236
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Adapun tempat yang dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan Agama IslamUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011.
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menelaah tentang minat mahasiswa Pendidikan Agama
Islam dalam pembelajaran kitab kuning. Penelitian ini dirancang melalui
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitan deskriptif adalah penelitian yang
meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai status terakhir dari subjek penelitan. Tipe yang paling umum dari
penelitan deskriptif ini meliputi penilan sikap atau pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan, atau prosedur.1
Di dalam penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan
diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.2
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin memberikan gambaran data secara
jelas mengenai minat mahasiswa ilmu agama Islam. Penelitian ini
1 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet ke-11, h. 11
2Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet ke-11, h. 70
35
berhubungan erat dengan pendekatan yang sifatnya interpretative dari sudut
informan.
C. Populasi danSample
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.3
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran, kualitatif atau kuantitatif mengenai
karakteristik tertentu dari sifat-sifatnya.4
Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 Reguler yang berjumlah
299 orang.
2. Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang
dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesempatan yang diperoleh
dalam penelitian.5
Sample dalam penelitian kualitatif dinamakan nara
sumber, partisipan, atau informan. Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar pendidikan.6Pada penelitian kualitatif sumber data dan informasi
adalah informan. Informan akan membantu peneliti untuk mengumpulkan
data yang diinginkan dalam penelitian.
3 Sugiyono, Metode Penelitian kuatiitatif, kualitatif dan R & D, (Bandung: IKAPI, 2008),
h. 215 4Sudjana, Metode Statistika (Bandung: Tarsito, 1996), h. 6
5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 1999), h.
17 6 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi ReVisi. (Bandung: remaja
Rosdakarya, 2007), h. 132
36
Teknik pemilihan informan menggunkan teknik purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sample atau informan bertujuan.Menurut,
Sugiyono bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sample
sumber data dengan pertimbangan tertentu.7
Jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 299 orang, sedangkan sample yang diambil
sebanyak 30 orang mahasiswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu: melalui penelitian
kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
a. Metode Library (penelitian kepustakaan) penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku-buku dan
literature-literatur yang ada hubungan dengan objek yang diteliti. Riset
kepustakaan ini ditunjukkan untuk mencari landasan teori yang
berhubungan dengan penyusunan skripsi melalui membaca buku
referensi serta dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh
pengertian secara teoritis sebagai bahan yang mendasari pengumpulan
data dilapangan serta analisis yang dilakukan.
b. Metode Field Research (penelitian lapangan)
Untuk memperoleh data lapangan, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut
1) Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden.8kuesioner digunakan
untuk mengumpulkan data dari mahasiswa. Teknik ini dipilih
7 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung:
Alfabeta,2006 ), h. 300 8 Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 17
37
peneliti dengan pertimbangan efektifitas, waktu dan biaya.Data
pertanyaan kuesioner terlampir.
Angket yang berisi 20 butir pertanyaan peneliti lakukan
terhadap 30 mahasiswa Pendidikan Agama Islam.Data angket
kemudian direkap dengan bentuk table-tabel yang memuat
frekuensi munculnya jawaban responden Sangat Setuju, Setuju,
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.Selanjutnya dihitung
presentasenya untuk mempermudah dalam melakukan analisis
data.
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
percakapan itu dalakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
Wawancara ini dilakukan kepada 10 orang mahasiswa
Pendidikan Agama Islam angkatan 2008 reguler.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja,
tetapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
a. Editing
Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau
memilih data, sehingga hanya data yang tercapai saja yng tersisa.
Langkah editing ini bertujuan untuk merapihkan data agar rapi, bersih,
dan mengadakan pengolahan lebih lanjut.
9
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-24, h. 186
38
b. Scoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket dengan
ketentuan sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4
Setuju (S) diberi nilai 3
Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1
c. Tabularing
Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke
dalam blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel.
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, maka penulis
menggunakan teknik analisa non-statistik menggunakan metode
deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisa data dari beberapa
angka-angka yang diperoleh dari penelitian, sebagai berikut:
Tabel 1
Pengukuran secara Deskripsi
Jawaban Pengukuran
Item
Jumlah
Item Nilai
Pengukuran
Secara
Deskriptif
A 4 20 80 Sangat Setuju
B 3 20 60 Setuju
C 2 20 40 Tidak Setuju
D 1 20 20 Sangat tidak
Setuju
Untuk analisis penulismenggunakan bentuk prosentase dalam
mencari skor masing-masing dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
39
P = 𝑓
Nx 100%
Keterangan:
P= Prosentase
F= Frekuensi jawaban responden
N= Number of Cases (Jumlah Responden)
Mahasiswa (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Nilai Rata-rata
1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 48 1.6
2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 56 1.866666667
3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 60 2
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 45 1.5
5 4 3 3 3 2 2 4 2 3 3 4 2 3 3 2 2 1 4 2 4 56 1.866666667
6 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 57 1.9
7 4 4 3 3 1 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 62 2.066666667
8 4 4 3 4 3 4 4 1 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 70 2.333333333
9 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 54 1.8
10 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 53 1.766666667
11 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 56 1.866666667
12 2 2 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 50 1.666666667
13 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 2 3 48 1.6
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 56 1.866666667
15 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 49 1.633333333
16 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 55 1.833333333
17 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 51 1.7
18 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 1.933333333
19 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 72 2.4
20 3 2 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 53 1.766666667
21 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 60 2
22 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 4 2 3 3 3 60 2
23 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 57 1.9
24 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 4 49 1.633333333
Jumlah 70 61 65 65 71 68 74 52 71 63 66 55 67 73 65 64 63 75 68 79 1335
2.33 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2.4 2.2 2.1 2.1 2.5 2.3 2.6 44.5
Nomor Soal (X)
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Sejarah Singkat dan Tujuan Didirikannya Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pada 1 Juni 2007, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan
golden anniversary. Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan
transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses
pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakatyang
menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan
sosial.Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah
menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara
singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam
beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-
Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif
Hidayatullah.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sesuai dengan namanya,
memiliki tugas dan fungsi mendidik calon-calon pendidik (guru),
khususnya di bidang Ilmu Agama Islam. Sejalan dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan riil masyarakat, maka Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan saat ini juga menawarkan program studi yang memungkinkan
41
alumni fakultas ini tidak sekedar bekerja sebagai guru agama saja,
melainkan di bidang yang lain juga.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menawarkan program-
program yang memungkinkan mahasiswa memiliki pemahaman ilmu
agama sekaligus metodologi ilmu agama dan pengajarannya.Fakultas ini
memiliki jurusan/program studi sebagai berikut:PendidikanAgama Islam,
Pendidikan Bahasa Arab, Manajemen Kependidikan, Pendidikan IPS,
Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan
Matematika, Pendidikan IPA, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI), Program AKTA IV.
Dari Sembilan jurusan di fakultas tarbiyah itu.secara khusus, Jurusan
Pendidikan Agama Islam bertujuan menghasilkan sarjana yang ahli di
bidang pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang menguasai materi
dan metodologinya. Jurusan ini menyiapkan sarjana bidang keguruan
agama Islam yang profesional untuk mengajar pada jenjang Madrasah
Aliyah dan yang sederajat. Selain itu, jurusan Pendidikan Agama Islam
juga bertujuan melahirkan Guru Agama Islam yang memiliki kewenangan
untuk mengajar Pendidikan Agama Islam di SLTP umum, SLTA dan
SMK, mereka juga memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu
dari empat mata pelajaran keagamaan di Madrasah Tsananwiyah dan
Madrasah Aliyah, Yaitu Tafsir-Hadits, Fiqih, dan Ushul Fiqh, Ilmu Kalam,
dan Sejarah Peradaban Islam (SPI).
Lulusan atau outcome dari jurusan PAI FITK diharapkan memiliki
kecakapan sebagai sarjana Muslim yang mampu menjadi Guru Pendidikan
Agama Islam yang professional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.1
Mata Kuliah Keahlian yang diberikan di jurusan ini meliputi: Ilmu
Pendidikan, Sejarah Pendidikan Islam, Qawaid Fiqhiyah, Metode
Pendidikan Islam, Keterampilan Profesi, Psikologi, Perencanaan Sistem
1Komaruddin Hidayat, Pedoman akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69
42
Pendidikan Islam, Pengembangan Kurikulum, Materi Pendidikan Agama
Islam, Statistik, Sistem Evaluasi Pendidikan, Masail Fiqhiyah, Strategi
Belajar Mengajar, Media Pengajaran, Manajemen Perpustakaan, Filsafat
Pendidikan Islam, Qira'atul Kutub, Hadits dan Tafsir.
Visi dan Misi
Visi fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan adalah “Menjadi LPTK
yang unggul, kompetitif, professional dengan mengintegrasikan
keilmuan, keislaman dan kemanusiaan”.
Misi FITK adalah:
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berwawasan riset
2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan keilmuan untuk
menghasilkan satu karya inovatif di bidang pendidikan
3. Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui
pembinaan pemberdayaan madrasah/sekolah
4. Mengembangkan komitmen dan budaya akademik bagi para
civitas akademika
5. Mengembangkan layanan berbasis teknologi informatika/ICT
6. Mengembangkan jenjang dan kemitraan dengan berbagai lembaga
nasional maupun internasional
7. Melaksanakan evaluasi kinerja kelembagaan secara
berkelanjutan.2
2. Letak Geografis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau
Universitas Islam NegeriJakarta (sebelumnya: IAIN Jakarta atau IAIN
Syarif Hidayatullah) adalah sebuah universitas yang terletak di Ciputat,
Tangerang Selatan. Secara geografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berada di daratan tinggi, sehingga sangat kecil terjadinya banjir yang
dapat menghambat kelancaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Di
2Komaruddin Hidayat, Pedoman akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69
43
samping itu,yang sangat dekat dengan jalan raya, yaitu sekitar 5 meter,
memudahkan siswa untuk mengaksesnya.
3. Adapun keadaan Dosen menurut latar belakang pendidikan adalah
sebagai berikut:
Table 2
Keadaan Dosen Menurut Latar Belakang Pendidikan No Nama Pendidikan Bidang Study Jabatan
1 Prof. Dr. Salman
Harun, MA S3 Tafsir Dosen Tetap
2 Prof. Dr.Rif’at
Syauqi Nawawi, MA S3 Tafsir Dosen Tetap
3 Prof. Dr. Dede
Rosyada, MA S3
Metodologi
Penelitian Dosen Tetap
4 Prof. Dr Abdurrahman
Ghazali, MA S3
Fiqih
Ushul Fiqih Dosen Tetap
5 Prof. Dr. Achmad
Syafi’I Noer S3 MK PAI Dosen Tetap
6 Drs. Ahmad Ghalib,
M.Ag S2 Ilmu Kalam Dosen Tetap
7 Dr. Abd. Madjid
Khon,M.Ag S3 Hadits Dosen Tetap
8 Dr. Abd. Fatah
Wibisono, M.Ag S3 PPMDI Dosen Tetap
9
Dra. Nur’aini
Ahmad,
M.Hum
S3 Filsafat Ilmu Dosen Tetap
10 Drs. Nurdin Idris,
MA S2 Hadits Dosen Tetap
11 Dra. Shofiah
MS, M.Ag S2 Hadits Dosen Tetap
12 Dra. Siti Zainab,
M.Ag S2
Akhlaq
Tashauf Dosen Tetap
13 Drs. A. Basuni, M.Ag S3 SKI Dosen Tetap
14 Drs. A. Haris, M.Ag S3 Hadits Dosen Tetap
15 Dra. Husnawati
Husein, M.Ag S3 Ilmu Kalam Dosen Tetap
16 Drs. Sapiuddin,
M.Ag S3
Fiqih dan Ushul
Fiqih Dosen Tetap
17 Bahrissalim, M.Ag S3 Kurikulum
Dosen Tetap
18 Drs. Rusdi, M.Ag S2 Fiqih
Dosen Tetap
19 Dr. Khalimi, MA S3 Ilmu Kalam
Dosen Tetap
20 Muhammad Zuhdi,
S3
Pengembangan
Kurikulum Dosen Tetap
44
M. Ep.P.h
21 Ahmad Shodiq,
M.Ag, DR S3
Akhlaq
Tashauf Dosen Tetap
22 Aminuddin Ya’kub,
M.Ag S3
Ushul Fiqh
Muqaran Dosen Tetap
23 Siti Khadijah, MA S3
Ilmu
Pendidikan
Islam
Dosen Tetap
24 Ahmad Irfan Mufid,
MA S2
Pendidikan
Islam Dosen Tetap
25 Abdul Ghafur, S.Ag,
MA S3
Ulumul
Qur’an Dosen Tetap
26 M. Sholeh Hasan, Lc,
MA S3 Tafsir Dosen Tetap
27 Marhamah Shaleh,
MA S2 Qiraatul kutub Dosen Tetap
28 M. Dahlan,
S.Ag.M.Hum. DR S3 Filsafat Umum Dosen Tetap
29 Dr. Anshari, MA S3 Tafsir Hadits Dosen Tetap
30 Dr. Gufron Ihsan,
MA S3 Ushul Fiqh
Dosen Tetap
31 Dra. Elo M. Al
Bugis, MA S2 Bahasa Arab Dosen Tetap
32 Dr. Sururin. M.Ag S3 Psikologi
Agama Dosen Tetap
33
Heni Narendrani
Hidayati,
S.Ag.M.Pd
S3 Evaluasi
Pendidikan Dosen Tetap
34 Dra. Manerah S2 Evaluasi
Pendidikan Dosen Tetap
35 Tanenji, S.Ag,MA S2 Perencanaan
Pengajaran Dosen Tetap
36 Drs. Masan AF,M.pd S2 Ilmu Metode
Penelitian Dosen Tetap
37 Yudhi Munadi, M.Ag S2 Media
Pembelajaran Dosen Tetap
38 Dr.Zaimuddin, M.Ag S3 Pendidikan
Islam Dosen Tetap
45
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di kampus dapat mendukung kelancaran proses
pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki Fakultas
IlmuTarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam akan mempengaruhi
kemajuan dan mutu kelulusan. Dengan diharapkan dengan tersedianya hal-
hal tersebut membuat sivitas akademika FITK UIN Jakarta dapat
mengembangkan segenap potensi untuk menjadi manusia yang unggul,
kompetitif dan profesional.
Table 3
Sarana Prasarana
NO Sarana Jumlah Kondisi
1
Ruang Kerja Dosen:
Satu ruang untuk lebih dari
4 dosen III dan lantai IV
2 Terawat
2
R. Perkantoran dan R.kelas Lt.III
R. Jurusan PAI 1 Terawat
R. Program Non Reguler 1 Terawat
R. Akta mengajar 1 Terawat
R. Jurusan PGMI 1 Terawat
R. BEM J PAI 1 Terawat
R. Perkuliahan 9 Terawat
R. Loby 3 Terawat
R. Mushollah 1 Terawat
Toilet 4 Terawat
R. Panel 1 Terawat
R. Pentry 1 Terawat
R. Teater 1 Terawat
46
5. Struktuktur Organisasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kguruan
PPMPK
DR. SURURIN, MA
NIP. 19710319 199803 2 001
DEKAN
PROF. DR. DEDE ROSYADA, MA
NIP: 19571005 198703 1 003
PUDEK BID. AKADEMIK
DR. NURLENA, MA.Ph.D
NIP.19591020 198603 2 001
PUDEK BID. ADM.UMUM
ABD. ROZAK, M.Si NIP.19690908 199603 1004
PUDEK BID. KEMAHASISWAAN
DR. MUHBIB, MA
NIP. 19690908 199603 1 004
Sekretaris PPMK ABDUL MUIN,M.Pd
NIP.19751201 200604 1 003
P4TK
YUDHI MUNADHI, M.Ag
NIP.19701203 199803 1 003
Sekretaris P4TK
TANENJI, MA NIP.19720712 199803 1 003
Staff P4TK
Nurkhayati, M.Si (1-7-
2007)
KABAG TATA USAHA
Drs. H. Ali Nurdin, M.Pd
NIP.19550601 198103 1 005
JURUSAN/
PROGRAM
STUDI
Laboratorium/
Studio Indra Munawar
(Adm. Server-PTT 1-1-2010)
Iwa Kurnia, S.Kom
(Lab.Kom-PTT-1-7-2006)
Iwan Setiawan,
S.Pd (PTT 12-8-2009)
Kasim, S.Pd
(PTT-1-7-2010)
Kasubbag Akad. & Kemahasiswaan
Drs. Rasi’in
NIP.19650823 1999302 1 007
Kasubbag Kepegawaian &
Keuangan
Dra. Siti Sugiarti NIP.150 237 767
Kasubbag Adm.
Umum
Sundus Nuzulia, M.Si
NIP.19721108
1999403 2 002
Tenaga
Administrasi
Tenaga Administrasi
Tenaga Administrasi
Perpustakaan
Pegawai Tidak Tetap
Pengemudi
Kebersihan
Keamanan
JURUSAN/
PROGRAM
STUDI
StafJur.
PBI
StafJur.
PB
A
SekjurP
.
IPS
StafJur.
P.
MTK
StafJur.
KI-
MP
StafJur.
PAI
StafJur.
P.
IPA
SekjurP
.
BSI
47
B. Deskripsi Data
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana minat mahasiswa Pendidikan
Agama Islam dalam pembelajaran kitab kuning Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini penulis menjabarkan dalam bentuk
tabel-tabel hasil dari penelitian:
Table 4
Saya Senang belajar Kitab Kuning
Hasil Jawaban Angket Point Pertama
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 5 16.67 %
S 3 18 60 %
TS 2 7 23.33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari total responden (30) orang yang menjawab bahwa mahasiswa
Pendidikan Agama Islam senang dengan pembelajaran kitab kuning,
sebanyak 18 orang (60 %) dan 5 orang(16.67 %) mahasiswa sangat senang
dengan pembelajaran kitab kuning. Untuk itu, dapat dilihat bahwa
sebagian mahasiswa Pendidikan Agama Islam senang dalam pembelajaran
yang sudah di sampaikan di kelas.Dan hanya 23.33 % atau 7 orang saja
yang menjawab tidak setuju.Karena menurut mereka belajar kitab kuning
itu sulit.
Tabel 5
Saya semakin semangat bila dosen menyajikan kitab kuning
Hasil Jawaban Angket Point kedua
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 2 6,67 %
S 3 15 50 %
TS 2 13 43,33 %
48
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, pada point kedua ini dapat
dibuktikan bahwa 50 % atau 15 orang mahasiswa Pendidikan Agama
Islam yang setuju dan semakin semangat apabila dosen mulai memberikan
materi kitab kuning. Karena memiliki kesenangan dalam belajar kitab
kuning sehingga mahasiswa semangat apabila dosen mulai memberikan
materi, meskipun 6,67 % mahasiswa yang menjawab sangat setuju.
Sedangkan 43.3 % yang menjawab tidak setuju bila dosen memberikan
materi mahasiswa akan semakin semangat. Dengan alasan mahasiswa
tidak tertarik untuk belajar membaca kitab kuning.Hal ini dapat dilihat
pada table di atas.
Table 6
Saya memahami materi kitab kuning yang disampaikan oleh dosen
Hasil Jawaban Angket Point ketiga
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 1 3,3 %
S 3 19 63,33 %
TS 2 10 33,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket pada point ini, yang menjawab setuju sebanyak 15
orang (63,3 %), meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 3,3 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa mampu
memahami pelajaran kitab kuning saat sedang berlangsung proses belajar
mengajar di kelas. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 33,3
% dengan alasan sulit untuk dipahami.
49
Tabel 7
Saya termotivasi datang tepat waktu pada mata kuliah kitab kuning
Hasil Jawaban Angket Point keempat
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 2 6,67%
S 3 15 50 %
TS 2 13 43,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, bahwa mahasiswa Pendidikan
Agama Islam yang setuju termotivasi datang tepat waktu pada mata kuliah
kitab kuning, meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 6,67 % atau 2
orang saja. Sedangkan yang menjawab tidak setuju 43,33%. Dengan
demikian sudah terlihat bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam tidak
termotivasi datang tepat waktu untuk mengikuti mata kuliah kitab kuning
yang akan mudah untuk memahami belajar kitab kuning dengan baik.
Table 8
Ketika dosen menjelaskan mahasiswa mendengarkan dengan seksama
Hasil Jawaban Angket Point kelima
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 5 16,67 %
S 3 19 63,33 %
TS 2 5 16,67 %
STS 1 1 3,3 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, pada point ini mahasiswa yang
menjawab setuju ketika dosen menjelaskan materi kitab kuning mahasiswa
mendengarkan dengan seksama agar proses pembelajaran kitab kuning
berjalan dengan baik dan dapat diserap oleh para mahasiswa sebanyak
50
63,33 % meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 5 orang (16,67 %.
Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 16,67 % dan 3,3 %
menjawab sangat tidak setuju. Dengan alasan, masih banyak mahasiswa
yang berisik ketika dosen menjelaskan sehingga suasan kelas tidak tenang
dan tidak nyaman.Hal ini dapat dilihat pada table di atas.
Table 9
Saya mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh dosen terkait
pelajaran kitab kuning
Hasil Jawaban Angket Point keenam
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 10 %
S 3 17 56,67 %
TS 2 10 33,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari total responden 30 orang yang menjawab setuju sebanyak 56,67
% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 %. Dapat dilihat bahwa,
mahasiswa Pendidikan Agama Islam mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh dosen terkait pelajaran kitab kuning. Sedangkan yang
menjawab tidak setuju sebanyak 33,3 % dengan alasan sulit untuk
memahami pelajaran kitab kuning.Sehingga mahasiswa merasa kesulitan
dalam mengerjakan tugas.
Table 10
Saya nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari
Hasil Jawaban Angket Point ketujuh
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 7 23,33 %
S 3 18 60 %
TS 2 5 16,67 %
51
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa yang
menjawab setuju sebanyak 18 orang (60%) dan sangat setuju sebanyak 7
orang (23,3 %) para mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta merasa nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari
dengan alasan, fikiran masih fresh. Sedangkan yang menjawab tidak setuju
belajar kitab kuning di pagi hari akan nyaman sebanyak 16,67%.
Table 11
Ketika dosen memberi materi, saya ngobrol
Hasil Jawaban Angket Point kedelapan
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 0 0 %
S 3 4 13,3 %
TS 2 19 63,33 %
STS 1 7 23,33 %
Total 30 100
Dari hasil yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa ketika dosen
menjelaskan kajian materi kitab kuning, para mahasiswa ada yang
mendengarkan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik tanpa ada
yang mengobrol. Sehingga suasana belajar menjadi nyaman. Hal ini sesuai
jawaban mahasiswa Ragu 63,3 %. Berbeda dengan yang menjawab setuju
ketika dosen menjelaskan mahasiswa ngobrol sebanyak setuju 13,3 %. Hal
ini dapat dilihat pada table di atas.
52
Tabel 12
Saya bertanya kepada dosen, jika ada pelajaran yang kurang dipahami
Hasil Jawaban Angket Point kesembilan
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 10 %
S 3 24 80 %
TS 2 3 10 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket pada point ini, yang menjawab setuju sebanyak 80
%, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 %.Untuk itu dapat
ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa Penidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berusaha ingin tahu dan ingin mengerti dari
pembahasan yang dosen berikan dengan bertanya hal-hal yang kurang
dipahami.Sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 10 %.
Tabel 13
Saya mengulang materi kitab kuning yang disampaikan di kelas,
walaupun tidak ada ulangan
Hasil Jawaban Angket Point kesepuluh
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 1 3,3 %
S 3 16 53,3 %
TS 2 13 43,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang diperoleh, yang menjawab setuju sebanyak
53,3 % dan meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 3,3 %., dapat
dilihat bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta mengulang-ulang kitab kuning tidak hanya saat
53
ulangan berlangsung saja, akan tetapi saat tidak ada ulanganpun.
Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 43,3 % karena menurut
mereka belajar hanya untuk ulangan saja agar mendapat nilai yang bagus.
Table 14
Saya mempunyai kitab kuning untuk dipelajari di rumah
Hasil Jawaban Angket Point kesebelas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 10 %
S 3 17 56,67 %
TS 2 10 33,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, mahasiswa yang menjawab setuju
pada point ini adalah 57,57 % dan sangat setuju 10 % ini dapat dibuktikan
bahwa para mahasiswa Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai kitab kuning di rumah
untuk dipelajari di rumah. Dengan mereka mempunyai kitab kuning di
rumah, mereka dapat mengulang belajar kitab kuning di rumah dan minat
mereka untuk membaca kitab kuning semakin kuat. Meskipun, 33,3 %
menjawab tidak setuju. Dengan alasan, mahasiswa yang tidak mempunyai
kitab kuning di rumah mereka bukan lulusan pesantren dan tidak ada
keinginan untuk bisa membaca kitab kuning.
Table 15
Saya mengulang belajar kitab kuning di rumah, sehari sebelum
pelajaran berlangsung
Hasil Jawaban Angket Point kedua belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 0 0 %
S 3 10 33,33 %
54
TS 2 15 50 %
STS 1 5 16,67 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, pada point ini yang menjawab tidak
setuju sebanyak 15 orang (50 %) dan menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 5 orang (16,67%), itu berarti bahwa mahasiswa yang tidak
mengulang belajar membaca kitab kuning di rumah itu lebih banyak
dibandingkan dengan mahasiswa yang mengulang di rumah yang memiliki
prosentase 33,3 % yang menjawab setuju. Maka dapat dibuktikan bahwa
mereka tidak mengulang belajar kitab kuning di rumah. Akan tetapi para
mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta hanya belajar kitab kuning pada saat jam mata kuliah
kitab kuning saja. Hal ini dapat dilihat pada table di atas.
Table 16
Saya bersungguh-sungguh belajar untuk memahami kitab kuning
Hasil Jawaban Angket Point ketiga belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 2 6,67 %
S 3 21 70 %
TS 2 7 23,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa 70 %
mahasiswa menjawab setuju dan 6,67 % menjawab sangat setuju untuk
bersungguh-sungguh dalam belajar kitab kuning agar bermanfaat ilmu yang
mereka dapatkan. Sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya 23,3 %.
Hal ini dapat dilihat pada table di atas.Karena minat mereka kurang dalam
mempelajari kitab kuning.
55
Table 17
Saya belajar kitab kuning agar memberikan banyak manfaat
dalam kehidupan
Hasil Jawaban Angket Point keempat belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 6 20 %
S 3 19 63,33 %
TS 2 5 16,67 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa 63,3
% para mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang menjawab setuju belajar kitab kuning di kamfus sesuai dengan
jadwal. Karena belajar kitab kuning ini memberikan banyak manfaat dalam
kehidupan mereka.Seperti mengetahui berbagai macam ilmu Agama Islam
yang ada dalam kitab kuning. Sedangkan yang menjawab tidak setuju
adalah sebanyak 16,67 % dengan alasan banyak ilmu lain yang dipelajari
dan memberi manfaat dalam kehidupan. Hal ini dapat dibuktikan pada table
di atas.
Table 18
Belajar kitab kuning menjadi ciri sarjana Agama
Hasil Jawaban Angket Point kelima belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 10 %
S 3 15 50 %
TS 2 7 23,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
56
Dari hasil angket yang terjawab, dapat dibuktikan yang menjawab
setuju adalah 50 % dan sangat setuju 10 % yang menganggap belajar kitab
kuning menjadi ciri bagi sarjana agama, mahasiswa Pendidikan Agama
Islam sebagai calon ulama yang harus memiliki kemahiran dalam belajar
kitab kuning dan harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari kitab
kuning oleh sebab itulah mereka semangat dalam mempelajarinya.
Sedangkan yang menjawab tidak setuju pada point ini, sebanyak 23,33%
dengan alasan bukan hanya dari kitab kuning saja yang dijadikan sebagai
cirri bagi sarjana agama, hafalan Al-qur’an dan hadits juga menjadi cirri
bagi sarjana agama.
Tabel 19
Dosen melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode yang tepat
Hasil Jawaban Angket Point keenam belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 2 6,67 %
S 3 17 56,67 %
TS 2 11 36,67 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang diperoleh bahwa 17 orang (56,67 %)
mahasiswa pendidikan agama Islam, setuju saat dosen menjelaskan materi
menggunakan metode yang tepat, seperti metode diskusi yang dibuat
masing-masing kelompok setiap minggunya akan mepresentasikan
pembahasan yang sudah dibagikan oleh dosen. Dengan demikian
mahasiswa dapat memahami meskipun yang menjawab sangat setuju
hanya 2 orang saja. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 11
orang (36,67 %) dengan alasan mereka kurang memahami terkait pelajaran
yang disampaikan.
57
Tabel 20
Dosen memaparkan kajian kitab kuning dengan menyenangkan
Hasil Jawaban Angket Point ketujuh belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 6,67 %
S 3 19 63,33 %
TS 2 7 23,33 %
STS 1 1 3,3 %
Total 30 100
Dari hasil angket diperoleh bahwa 63,33 % mahasiswa Pendidikan
Agama Islam setuju saat belajar, dosen memaparkan kajian kitab kuning
dengan menyenangkan, dan 6,67% sangat setuju. Sedangkan yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 23,33 %. Dengan
alasan sulit untuk dipahami.
Tabel 21
Dosen Kitab Kuning saudara, menggunakan buku sumber yang sesuai
Hasil Jawaban Angket Point ke delapan belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 5 16,67 %
S 3 25 83,33 %
TS 2 0 0 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket pada point ini, bahwa 25 orang (83,33 %),
mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju, dan 5 orang (16,67 %) mahasiswa
sangat setuju. Dosen kitab kuning di kamfus menggunakan buku sumber
yang sesuai yaitu: Kitab Tarbiyatul Awlad dan Kitab Sayyid Sabiq. buku
58
karangan Sayyid Sabiq. sehingga mahasiswa bisa belajar dengan baik dan
sungguh-sungguh.
Tabel 22
Saya mengikuti dan berperan aktif dalam setiap diskusi yang
ditugaskan oleh dosen, terkait pelajaran kitab kuning
Hasil Jawaban Angket Point ke sembilan belas
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 3 6,67 %
S 3 20 66,67 %
TS 2 7 23,33 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
Dari hasil angket yang diperoleh, 20 orang (66,67 %) mahasiswa
menjawab setuju, dan meskipun yang menjawab sangat setuju sebanyak
6,67 %. Mereka berperan aktif dalam setiap diskusi dengan alasan agar
lebih memahami kajian kitab kuning yang ditugaskan oleh dosen tersebut.
Sedangkan 23,33 % menjawab tidak setuju dengan alasan sulit sekali
memahaminya.
Tabel 23
Kitab kuning dapat memberikan wawasan dan khazanah Islam yang
bermanfaat bagi keilmuan
Hasil Jawaban Angket Point ke dua puluh
Nilai Label Nilai Frekuensi Persentasi
SS 4 9 30 %
S 3 20 66,67 %
TS 2 1 3,3 %
STS 1 0 0 %
Total 30 100
59
Dari hasil angket yang terjawab, pada point terakhir ini mahasiswa
yang menjawab setuju sebanyak 66,67 % dan yang menjawab sangat
setuju sebanyak 30 % dan tidak setuju sebanyak 3,3 %. Oleh karena itu
dapat diketahui dari persentase tersebut bahwa kitab kuning itu
memberikan mahasiswa wawasan dan khazanah Islam yang bermanfaat
bagi keilmuan mereka.Hal ini dapat dilihat pada table di atas.
Rata-rata persentase nilai angket adalah:
Total Nilai/N (Skor Maksimal) x 100 %
1673/2400x100= 69, 70 %
Dari keseluruhan angket yang diberikan kepada 30 responden terdapat
hasil secara terperinci antara lain:
SS (Sangat Setuju) :10,16 %
S (Setuju) : 58,98 %
TS (Tidak Setuju) : 28,47 %
STS (Sangat Tidak Setuju) :2,54 %
Jadi, dapat disimpulkan dari keseluruhan angket yang sudah
diberikan rata-rata mahasiswa menjawab setuju bisa dilihat dengan hasil
persentase sebanyak 58,98 %. Itu berarti minat mahasiswa Pendidikan
Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab Kuning cukup tinggi dan
mahasiswa cukup bersemangat dalam belajar kitab kuning.
C. Analisis dan Interpretasi Data
Pada bab terdahulu, peneliti telah mengemukakan bahwa tekhnik
pengumpulan data yang digunakan didalam pelaksanaan penelitian ini
adalah dengan pembagian angket dan wawancara kepada mahasiswa
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tekhnik pembagian angket dan wawancara ditujukan untuk
memperoleh data atau informasi tentang seberapa besar minat mahasiswa
Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam pembelajaran kitab kuning.
60
Angket disusun berdasarkan pada pokok penelitian dan indikator
yang diteliti. Angket yang dibuat oleh penulis terdiri dari 20 item
pertanyaan, dimana dari 20 item tersebut mengenai kitab kuning.
Sedangkan pelaksanaan wawancara dilakukan dengan pihak yang
berkaitan diantaranya mahasiswa pendidikan agama Islam. Adapun
pertanyaan yang diajukkan adalah mengenai pembelajaran kitab kuning di
kamfus, selanjutnya pertanyaan juga diajukan kepada pihak bagian
akademik dan bagian kemahasiswaan mengenai gambaran umum Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
61
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan uraian dari permasalahan-permasalahan
yang dibahas, maka dapat diambil kesimpulan tentang minat mahasiswa
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam pembelajaran kitab kuning . Kesimpulan yang dibahas merupakan
jawaban dari perumusan masalah yang dibuat pada bab sebelumnya.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa
Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab kuning memiliki minat yang
cukup tinggi. Tentunya hal tersebut dapat diketahui dari jawaban hasil angket
yang diberikan kepada 30 mahasiwa Pendidikan Agama Islam yang dijadikan
oleh penulis sebagai responden. Dari hasil jawaban mereka, dapat diketahui
bahwa mayoritas dari mereka memiliki minat dalam belajar membaca kitab
kuning. Baik di rumah maupun di kamfus. Karena mereka senang membaca
kitab kuning, maka pada akhirnya mereka merasa ingin memiliki kitab kuning
yang dapat dipelajari di rumah.
Meskipun banyak kendala yang mereka hadapi dalam belajar kitab
kuning baik dari segi nahwu, sharaf, memberi makna dan mengetahui isi
kandungan dari apa yang mereka baca. Tetapi mereka tetap senang untuk
belajar kitab kuning dengan terus belajar, mengulang-ulang dan bertanya
dengan orang yang lebih mengerti dalam belajar kitab kuning. Dengan
62
perasaan senang tersebut, maka selanjutnya berpengaruh bagi mereka terhadap
semangat gairah belajar kitab kuning melalui perasaannya yang pada akhirnya
membangkitkan minat mereka untuk mencari pemahaman dan pengetahuan
dalam belajar kitab kuning.
Untuk mengetahui minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam
belajar kitab kuning, maka penulis terlebih dahulu membuat indicator minat
yang tepat untuk mengetahui keadaan dan latar belakang mahasiswa untuk
mempelajari kitab kuning. Indicator minat yang berdasarkan rajin dalam
belajar, memiliki minat, tekun dalam belajar, memilik buku pelajaran,
mematuhi guru, dan disiplin waktu bahwa terdapat tingkatan kemampuan
masing-masing mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab
kuning. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan motivasi dan tujuan
mereka yang pada akhirnya mempengaruhi minat mereka untuk belajar kitab
kuning.
Selanjutnya, walaupun kondisi, motivasi dan latar belakang telah
mempengaruhi minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam untuk belajar kitab
kuning. Tentunya terdapat factor-faktor yang menghambat mereka ketika
mempelajari dan belajar kitab kuning.diantara factor-faktor tersebut adalah
kurangnya dasar-dasar ilmu yang menunjang mereka untuk belajar kitab
kuning seperti nahwu sharaf. Kemudian tentunya dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk memahami makna, isi kandungan dan inti dari apa yang
dibahas di dalam kitab kuning yang dikaji.
Oleh sebab itulah, dalam belajar kitab kuning harus lebih efektif lagi
agar mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta memilik alumnus yang kompeten dalam belajar kitab
kuning.
63
B. Saran
Berdasarkan minat yang ada pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam
dalam belajar kitab kuning, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan dalam memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan
membaca kitab kuning oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun saran penulis teruntuk jurusan Pendidikan Agama Islam harus
lebih efektif dalam pembelajaran dengan:
1. Membahas dasar-dasar ilmu yang menunjang dalam belajar kitab
kuning (nahwu, sharaf) .
2. Memberikan materi yang dapat membangkitkan semangat
mereka. Sehingga mahasiswa pendidikan Agama Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dapat
mempelajari dan mengkaji khazanah ilmu keislaman yang
tedapat dalam kitab kuning dengan benar dan baik.
3. Memberikan buku-buku induk berbahasa Arab dalam pelajaran
fiqih, tafsir, ushul fiqih dll.
Dengan demikian, penulis berupaya untuk membuktikan bahwa
kitab kuning adalah kitab yang ditulis oleh ulama salaf yang di dalamnya
terkandung ajaran-ajaran Islam yang otentik, terpecaya dan relevan. Oleh
sebab itulah, kitab kuning ini dijadikan referensi oleh para ulama dalam
menyebarkan ajaran Islam. Sehingga kitab kuning ini menjadi pegangan
bagi ummat Islam dalam memperdalam ilmu agama khususnya untuk
mahasiswa Pendidikan Agamai Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian akan menjadi alumnus yang mahir
dalam belajar kitab kuning.
Mahasiswa (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah
1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 48
2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 56
3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 60
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 45
5 4 3 3 3 2 2 4 2 3 3 4 2 3 3 2 2 2 4 2 4 57
6 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 57
7 4 4 3 3 1 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 62
8 4 4 3 4 3 4 4 1 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 70
9 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 51
10 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 60
11 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 62
12 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
13 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 57
14 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 54
15 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 54
16 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 54
17 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 56
18 2 2 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 50
19 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 2 3 48
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 56
21 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 49
22 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 55
23 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 51
24 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
25 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 72
26 3 2 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 53
27 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 60
28 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 4 2 3 3 3 60
29 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 57
30 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 4 49
88 79 81 75 88 83 92 63 90 79 84 70 85 91 81 81 84 95 86 98 1673
Nomor Soal (X)
DAFTAR PUSTAKA
Alex, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Alfa, 1994
Anotasi Kitab Kuning, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia,
Jakarta: Darul Ilmi, 2007
Arifin Thoha Zainal , Runtuhnya Singgasana Kiai, Yogyakarta: KUTUB,
2003
Arikunto Suharsimi , Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineke Cipta, 2002
Badri Js, Muhammad Zein Sultan, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996
Basyiruddin Usman M, “Metodologi pembelajaran Agama Islam”
Ciputat: Ciputat Pers, 2002
Darajat Zakiah, “Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
F.Mas’ud Masdar, Pandangan Hidup Ulama Indonesia dalam Literatur
Kitab Kuning, Jakarta: Mizan,1988
Hidayat Komaruddin, Pedoman akademik 2009-1020 Jakarta: Pedoman
Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010
Jakarta: Kizi Brother’s, 2008
Mochtar Affandi, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren Bekasi:
Pustaka Isfahan, 2008
Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi ReVisi. Bandung:
remaja Rosdakarya, 2007
Nasution S, Didaktika Asas-asas mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003
Neni Iska Zikri, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,
Purwonto Ngalim, Alim Djaniah, Metodologi Pengajaran Bahasa
Indonesia, Jakarta: PT.Rosda Jaya Putra, 1997
Rachman Abror Abdul, Psikologi pendidikan, Yogyakarta: PT.Tiara
Wacana,1993
Rasyad Aminuddin “Metode Riset Pndidikan, Jakarta: 2002
RI Agama Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT
Syaamil Cipta Media, 2005
Sabri Alisuf , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta
Suralaya Fadhilah, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Ciputat:
UIN Jakarta Press, 2005
Syah Muhibbin , Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada,2003
Uzer Usman Moh.. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya Offset, 2005
Van Bruinessen Martin, “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance and
Continuation oe Religius Learning”, 1992
Wahid Abdurrahman, Pesantren Masa Depan wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren , Bandung: Pustaka Hidayah 1999
Wojowasito S, Kamus Besar Bahasan Indonesia, Bandung: Shinat
Dharma, 1992
Yafie Ali, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
Hingga Ukhwah, Bandung: Mizan 1994
Yoserizal.M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Halim Jaya,
2002
Yusuf Syamsul, LN dan A.Juntika Nurihsah, Landasan Bimbingan dan
Konseling, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006
ANGKET
Assalamu’alakum Wr.Wb
Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan untuk penulisan skripsi di
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universtas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta dengan Judul:
“ Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab
Kuning”.
Studi kasus di Jurusan Pendidikan Agama Islam, maka saya harus mengumpulkan
data dengan angket skripsi saya.
Oleh karena itu, saya mohon kiranya adik-adik berkenan untuk mengisi
angket yang saya ajukan ini. Saya menjamin data-data ini, tidak akan disalah
gunakan kecuali hanya untuk penulisan skripsi. Demikian angket ini saya ajukan,
atas bantuannya saya ucapkan trimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Interwiewee :
Hari/ Tanggal :
Tempat :
Pokok pembicaraan:
1. Apakah saudara senang belajar kitab kuning?
2. Pernahkan saudara mengulang-ulang membaca kitab kuning di rumah?
3. Berapa kali saudara belajar kitab kuning dalam seminggu?
4. Kitab kuning apa sajakah yang saudara baca atau saudara miliki?
5. Apakah ada kendala atau hambatan yang saudara hadapi dalam belajar
kitab kuning?
6. Bagaimana cara saudara mengatasi hambatan tersebut?
7. Bagaimana harapan saudara untuk selanjutnya dalam belajar kitab
kuning yang ada di Jurusan Pendidikan Agama Islam?
8. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah membaca kitab kuning?
DAFTAR ANGKET SISWA
Biodata Respondem
Nama :
Kelas / Semester :
Petunjuk Pengisian:
1. Pengisian angket ini digunakan untuk keperluan penelitian skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Jawaban yang saudara berikan dalam angket ini tidak akan mempengaruhi
nilai anda di kamfus ini, dan saya menjamin kerahasiannya
3. Jawaban dimohon sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bukan
rekayasa
4. Berilah tanda ceklis () pada jawaban yang sesuai
5. Jawaban yang saudara berikan pada angket ini merupakan sumbangan
yang sangat berharga bagi penelitian ini. Oleh karena itu, atas kesediaan
saudara untuk mengisi angket ini saya ucapkan terima kasih yang sebesr-
besarnya.
6. Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya senang belajar kitab kuning
2. Saya semakin semangat bila dosen menyajikan
kitab kuning
3. Saya memahami materi kitab kuning yang
disampaikan oleh dosen
4. Saya termotivasi datang tepat waktu pada mata
kuliah kitab kuning
5. Ketika dosen menjelaskan mahasiswa
mendengarkan dengan seksama
6. Saya mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh dosen terkait pelajaran kitab kuning
7. Saya nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari
8. Ketika dosen memberi materi, saya ngobrol
9. Saya bertanya kepada dosen, jika ada pelajaran
yang kurang dipahami
10. Saya mengulang materi kitab kuning yang
disampaikan di kelas, walaupun tidak ada ulangan
11. Saya mempunyai kitab kuning untuk dipelajari di
rumah
12. Saya mengulang belajar kitab kuning di rumah,
sehari sebelum pelajaran berlangsung
13. Saya bersungguh-sungguh belajar untuk
memahami kitab kuning
14. Saya belajar kitab kuning agar memberikan
banyak manfaat dalam kehidupan
15. Belajar kitab kuning menjadi ciri sarjana Agama
16. Dosen melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode yang tepat
17. Dosen memaparkan kajian kitab kuning dengan
menyenangkan
18. Dosen Kitab Kuning saudara, menggunakan buku
sumber yang sesuai
19.
Saya mengikuti dan berperan aktif dalam setiap
diskusi yang ditugaskan oleh dosen, terkait
pelajaran kitab kuning
20. Kitab kuning dapat memberikan wawasan dan
khazanah Islam yang bermanfaat bagi keilmuan
Hasil wawancara dengan Khoirul Bariyyah
Selasa, 4 Oktober 2011 (pukul: 15:00)
Di Universits Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pokok pembicaraan:
1. Apakah saudara senang belajar kitab kuning?
(Iya, saya senang belajar kitab kuning)
2. Pernahkan saudara mengulang-ulang membaca kitab kuning di rumah?
(pernah, sya mengulang belajar kitab kuning di rumah minimal dua kali dalam
seminggu)
3. Berapa kali saudara belajar kitab kuning dalam seminggu?
(waktu yang saya butuhkan dalam belajar kitab kuning sangat lama)
4. Kitab kuning apa sajakah yang saudara baca atau saudara miliki?
(kitab kuning yang saya miliki dan pernah say abaca adalah: Ta’lim Muta’lim dan Al-
Maraghi)
5. Apakah ada kendala atau hambatan yang saudara hadapi dalam belajar kitab kuning?
(Ada, karena dalam belajar pasti ada kendalanya. Dan kendala yang saya rasakan
dalam belajar kitab kuning ini adalah dalam memahami makna dan inti dari apa yang
saya baca dalam kitab kuning tersebut)
6. Bagaimana cara saudara mengatasi hambatan tersebut?
(cara yang saya lakukan dalam mengatasi kendala atau hambatan tersebut adalah
belajar sungguh-sungguh dengan penuh semangat dan mengulang-ulang lagi di rumah
yang menurut saya sulit )
7. Bagaimana harapan saudara untuk selanjutnya dalam belajar kitab kuning yang ada di
Jurusan Pendidikan Agama Islam?
(Harapannya adalah terus berkembang, agar mahasiswa Pendidikan Agama islam
mahir dan terampil dalam mengkaji kitab kuning)
8. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah membaca kitab kuning?
(Manfaat yang saya rasakan adalah dapat menambah pengetahuan tentang Islam,
mengerti nahwu, sharaf dan memperbanyak mufrodat)