!! satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam

4
SATU HAL LAGI TENTANG BERTUTUR SANTUN Oleh : Drs. H. WINARTO, M.M. Kepala badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tulungagung Seperti telah diuraikan dalam tulisan yang lalu, bertutur santun merupakan budaya yang perlu dikembangkan dalam hidup dan berkehidupan. Dalam kehidupan sehari - hari sudah banyak contoh tutur santun yang ditunjukkan oleh para kyai, para ulama, para tokoh, kaum cendikia, para pemikir, dll. Itu semua dapat kita jadikan referensi dalam upaya pengembangan budaya bertutur santun dan bisa menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang terpuji. Pada saat kita sudah mengembangkan budaya bertutur santun muncul sebuah persoalan. Persoalan itu adalah adanya sebuah fakta / fenomena sosial yang menggunakan tutur santun sebagai tipu daya, kedok dalam melakukan tindak kejahatan. Banyak peristiwa yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya fenomena / fakta seperti itu. Dengan kedok yayasan yang menggunakan label – label tertentu dan janji – janji yang menggiurkan (bonus keuntungan besar, uang cepat berkembang, layanan berkelas, dll), tetapi di baliknya terdapat niat jahat (penipuan). Sayangnya ketika banyak kejadian telah dialami oleh warga masyarakat, orang lain masih sering terpengaruh oleh bujuk rayu dan penampilan menawan dari pembawa program, sehingga percaya dan menjadi korban berikutnya. Kejadian seperti ini terulang dan terulang lagi karena lihainya orang yang membawa program tersebut. Akibat dari peristiwa itu sampai muncul senda gurau di masyarakat seperti , “ Buah kedondong kulitnya bagus tetapi isinya tidak baik, sedangkan buah durian kulitnya berduri tetapi isinya nikmat.”

Upload: yuniarkowahyu

Post on 27-Jun-2015

568 views

Category:

Spiritual


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: !! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam

SATU HAL LAGI TENTANG BERTUTUR SANTUNOleh : Drs. H. WINARTO, M.M.

Kepala badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan DesaKabupaten Tulungagung

Seperti telah diuraikan dalam tulisan yang lalu, bertutur santun

merupakan budaya yang perlu dikembangkan dalam hidup dan

berkehidupan. Dalam kehidupan sehari - hari sudah banyak contoh tutur

santun yang ditunjukkan oleh para kyai, para ulama, para tokoh, kaum

cendikia, para pemikir, dll. Itu semua dapat kita jadikan referensi dalam

upaya pengembangan budaya bertutur santun dan bisa menjadi motivasi

bagi kita untuk menjadi pribadi yang terpuji.

Pada saat kita sudah mengembangkan budaya bertutur santun muncul

sebuah persoalan. Persoalan itu adalah adanya sebuah fakta / fenomena

sosial yang menggunakan tutur santun sebagai tipu daya, kedok dalam

melakukan tindak kejahatan. Banyak peristiwa yang terjadi di masyarakat

yang menunjukkan adanya fenomena / fakta seperti itu. Dengan kedok

yayasan yang menggunakan label – label tertentu dan janji – janji yang

menggiurkan (bonus keuntungan besar, uang cepat berkembang, layanan

berkelas, dll), tetapi di baliknya terdapat niat jahat (penipuan).

Sayangnya ketika banyak kejadian telah dialami oleh warga

masyarakat, orang lain masih sering terpengaruh oleh bujuk rayu dan

penampilan menawan dari pembawa program, sehingga percaya dan menjadi

korban berikutnya. Kejadian seperti ini terulang dan terulang lagi karena

lihainya orang yang membawa program tersebut. Akibat dari peristiwa itu

sampai muncul senda gurau di masyarakat seperti , “ Buah kedondong

kulitnya bagus tetapi isinya tidak baik, sedangkan buah durian kulitnya

berduri tetapi isinya nikmat.”

Terhadap contoh senda gurau di atas tentulah terdapat berbagai

pendapat karena setiap yang berpendapat bisa menyampaikan

argumentasinya. Itulah sebabnya perlu dicarikan solusi terbaik dalam

menyikapinya dan kita tetap bisa mengembangkan Kultur Khusnudhon.

Dalam konteks berpikir positif (khusnudhon), orang yang telah lulus

diklat dalam Bulan Suci Ramadhan, tentulah dia dapat mencapai derajat

Muttaqin dan menjadi Insan Kamil (Manusia Paripurna). Orang yang seperti

ini tentulah memiliki sifat ikhlas, ikhsan, dan dibarengi dengan satunya kata

Page 2: !! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam

(tutur), pikiran, hati, dan perbuatan. Karena itu ketika dia berucap A, pikiran

yang ada adalah A, demikian pula hati dan perbuatannya juga A.

Berbicara tentang derajat muttaqin, sebenarnya kita telah memiliki

referensi yang sempurna yaitu sifat – sifat Rasulullah yaitu Sidiq, Amannah,

Tabligh, dan Fatanah. Tentulah tidak mungkin kita bisa menyamai bahkan

mendekati pun sulit karena Rasulullah adalah insan yang terjaga, sementara

kita adalah manusia biasa yang tidak lepas dari noda dan dosa. Walaupun

demikian kita harus berusaha agar dapat mengikuti jejak Rasulullah seberapa

pun kadarnya. Dengan demikian ketika seseorang telah mencapai predikat

Muttaqin, Insyaallah akan memperoleh hidayah dari-Nya dan tidak akan

melakukan hal – hal yang keluar dari koridor Islami. Lebih dari itu, orang yang

Muttaqin akan memperoleh kemuliaan di mata Allah. Bukankah Allah telah

berfirman, “ Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling bertaqwa.” (Al hujurat : 13).

Berbagai fenomena sosial yang ada sebenarnya dapat dikembalikan

kepada persoalan yang utama yaitu Niat. Segala sesuatu bergantung kapada

niatnya. Bahkan kalau kita benar – benar memiliki niat yang baik, Islam

membolehkan kita berbohong tetapi ada syaratnya. Syarat itu adalah :

1. Bertujuan untuk mendamaikan

orang / pihak yang berselisih. Sebut saja yang berselisih adalah A dan

B. Sebagai penengah di antara keduanya, C, bisa membohongi A maupun

B dengan maksud agar keduanya bisa berdamai.

2. Bertujuan untuk

menyenangkan / menjaga perasaan suami / istri atau mitra kita.

Ketika seorang istri sudah susah payah memasak dan menyediakan

makanan / minuman kepada suami, seharusnya suami berterima kasih dan

menyatakan betapa nikmatnya masakan istri seperti apa pun rasanya.

Demikian pula sebaliknya.

3. Bertujuan untuk

menyelamatkan jiwa / nyawa seseorang. Ketika ada orang yang

sedang marah besar dan akan membunuh tetangga kita, sedangkan kita

mengetahui niat orang itu, kita bisa berbohong kepada orang itu dengan

menyatakan bahwa tetangga kita telah pindah rumah yang tidak diketahui

alamatnya.

Page 3: !! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam

Pada akhirnya mari kita baca dan dalami makna Surat Al Baqoroh ayat

256 :

Yang artinya, “ Tidak ada paksaan dalam (menganut) Agama Islam.

Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar daripada jalan

yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,

maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang

tidak akan lepas. Dan Allah Maha Mendengar, Mengetahui. ” Dari ayat

tersebut sebenarnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hidup itu

adalah pilihan. Hanya ada dua pilihan dalam hidup, yaitu “ The Best Choice ”

(Kebenaran) dan “ The Worse Choice ” (Keburukan) dan tentu masing –

masing ada konsekuensinya, yaitu pahala atau dosa, surga atau neraka.

Wallahu a’lam bishowab