digilib.uns.ac.id · pengembangan modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL PENCEMARAN LINGKUNGAN
BERBASIS PROBLEM POSING DISERTAI SPIDER CONCEPT MAP
UNTUK MEMBERDAYAKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
DAN KEMAMPUAN MENGANALISIS SISWA
SMAN 1 SUMBERLAWANG
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Program Studi Magister Pendidikan Sains
Oleh
WAHYONO
S831302082
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesisyang berjudul “Pengembangan Modul Pencemaran Lingkungan
Berbasis Problem Posing Disertai Spider Concept Mapuntuk
Memberdayakan Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang” adalah Tesis penelitian saya
sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundangan-undangan (Permendiknas nomor 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruuhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai
institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan
sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau
keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Magister Pendidikan Sains,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan
sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2014
Mahasiswa
Wahyono
S831302082
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Khairunnaas anfa’uhum linnaas
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
Berpikir adalah lentera hati, jika ia tiada maka hati tidak punya cahaya
(Ibn Atha’ilah)
Jadilah yang utama, jika tidak maka jadilah yang terdepan
jika tidak keduanya jadilah yang mengawali
(Penyusun)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih, Tesis ini saya persembahkan untuk:
1. Ichda Fatimatu Ropiah, A.Md.Keb’ dan Iyas Akhyar Asyrofi, syukron
katsiiron.
2. Keluarga Ngawi-Miri (Bapak Supadi, Ibu Katini, dek Putri dek Yudi,
Mas Sar, Mbak Dar. Bapak Damiri, Ibu Suyati).
3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Suciati, M.Pd.
4. Keluarga besar “Wong Sragen”, yaitu: Dr. Amin Wahyudi, SE., MM.,
dr.Aris Surawan, dr. Trijono, Dedy Endriyatno, Idris Burhanudin,
Hartanto, Anggoro Sutrisno, Amin, Joko Marwanto, Harto dan rekan-
rekan LAZKU.
5. Tema-teman seperjuangan, Pinkan, Iva, Valent, Yusroh, Nita dan Afrisa.
6. Teman-teman seperjuanganProgram Studi Magister Pendidikan Sains,
khususnya minat Biologi.
7. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan Tesis ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program
Studi Magister Pendidikan Sains.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan
memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Studi
Magister Pendidikan Sains.
3. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Dosen Penguji dan Ketua Program Studi
Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan saran, kritik dan
masukan dalam penulisan Tesis ini.
4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen
Penguji yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penulisan
Tesis ini.
5. Dr. Suciati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
saran, kritik dan masukan dalam penulisan Tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Dr. Sunarto, M.S., selaku validator materi, Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd.,
selaku validator perangkat pembelajaran, Dr. Mohammad Masykuri, M.Si.,
selaku validator sajian modul, Riana Wati, SS., M.Hum., selaku validator
kebahasaan yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penulisan
Tesis ini.
7. Bapak Suparman, M.Pd., selaku kepala SMAN 1 Sumberlawang yang telah
berkenan menginzinkan dan memberikan arahan kepada penulis.
8. Sahabatku Bapak Mujiono, S.Pd., selaku guru di SMAN 1 Sumberlawang
yang bersedia membantu, memberikan masukan dan saran kepada penulis.
9. Evy Dyah, K., S.Pd. dan Ari K., S.Pd., selaku guru SMAN 1 Sumberlawang
yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan peralatan pada saat
praktikum.
10. Murdiyanto, S,Pd., Kirmiyanto, Janto, Agus, Salaman, Sukamdi, Marwan
Fathurrohman, S.Pd., Betty S., S.Pd., Andra Kurniawan, S.Pd., Miftahul
Huda, S.Pd yang bersedia menjadi rekan dan memberikan masukan kepada
penulis.
11. Segenap Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
12. Semua karyawan Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
13. Teman-teman Pendidikan Sains Angkatan Februari 2013 atas dukungan dan
bantuannya.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih terdapat
kesalahan-kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik
dan saran yang menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik. Semoga Tesis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2014
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Wahyono. 2014. Pengembangan Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis
Problem Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan
Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN1
Sumberlawang. TESIS. Dosen Pembimbing I: Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.,
Dosen Pembimbing II: Dr. Suciati, M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan
Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian dan pengembangan modul ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Karakteristik modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map; 2) Prosedur pengembangan modul pencemaran lingkungan
berbasis problem posing disertai spider concept map; 3) Kelayakan modul
pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map untuk
memberdayakan keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis; dan
4) Efektifitas modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map untuk memberdayakan keterampilan proses sains dan kemampuan
menganalisis siswa.
Penelitian menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D)
modifikasi Borg & Gall (Tim Puslitjaknov, 2008:10-11). Subyek yang digunakan,
meliputi: subyek uji coba lapangan tahap awal sejumlah 10 siswa, subyek uji
lapangan utama sejumlah 10 siswa dan subyek uji lapangan operasional sejumlah 32
siswa SMAN 1 Sumberlawang. Instrumen yang digunakan meliputi: angket,
observasi, wawancara dan tes. Uji lapangan operasional menggunakan one group
pretest-postest design. Data keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis
siswa diuji dengan paired sample t-test dan dihitung menggunakan gain skor
ternormalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Karakteristik
modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map,
meliputi: aspek keterampilan proses sains, kemampuan menganalisis dan kemampuan
literasi sains (memahami, membaca, menulis dan berpikir dalam sains);
2) Pengembangan modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi
Borg & Gall yang meliputi: penelitian pendahuluan, perencanaan; pengembangan
bentuk produk awal, uji coba lapangan tahap awal, revisi produk utama, uji lapangan
utama, revisi produk operasional, uji lapangan operasional, revisi produk akhir,
diseminasi dan implementasi produk; 2) Kelayakan modul pencemaran lingkungan
berbasis problem posing disertai spider concept map diperoleh skor rata-rata 3,51
dengan berkategori “sangat baik”; 3) Modul pencemaran lingkungan berbasis
problem posing disertai spider concept map efektif memberdayakan keterampilan
proses sains siswa dengan N-gain score sebesar 0,60 kategori “sedang” dan
kemampuan menganalisis siswa dengan N-gain score sebesar 0,57 kategori “sedang”.
KataKunci: pencemaran lingkungan, problem posing, spider concept map,
keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Wahyono. 2014. The Module Development of Environmental Pollution based
on Problem Posing with Spider Concept Map to Empower Students’ Science
Process Skills and Students’ Analyze Abilities of Sumberlawang 1 Senior
High School. Thesis. The First Advisor: Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D., Second
Advisor: Dr. Suciati, M. Pd. Science Education Magister Study Program, Teacher
Training and Education Faculty, Sebelas Maret University.
ABSTRACT
The research and the development of the modules aims to know:
1) The characteristic of environmental pollution module based on problem posing
with spider concept map; 2) The procedure of developing environmental pollution
module based on problem posing with spider concept map; 3) The feasibility of
environmental pollution module based on problem posing with spider concept
map to empower students’ science process skills and students’ analyze abilities;
and 4) Effectiveness of environmental pollution module based on problem posing
with spider concept map to to empower students’ science process skills and
students’ analyze abilities.
The method used in the research is Research and Development (R&D)
modification of Borg & Gall (Tim Puslitjaknov, 2008: 10-11). The subject used in
preliminary field test consisting of 10 students’, the main field subject consisting
of 10 students’ and opeational field subject consisting of 32 students’ SMAN 1
Sumberlawang. The instruments used in the research, mainly: questionaire,
observation, interview and test. The operational field was conducted using one
group pretest-postest design. Students’ science process skills and students’
analyze abilities were tested by paired sample t-test and counted by normalized
gain score.
The results of the research can be concluded that: 1) The characteristic of
vironmental pollution module based on problem posing with spider concept map,
mainly: aspect of students’ science process skills and students’ analyze abilities,
science literate abilities (be able to understand, read, write and think in terms of
science); 2) The development of environmental pollution module based on
problem posing with spider concept map used modification Borg & Gall, mainly:
preliminary research, planning, developing the initial products, preliminary field
test, major product revision, main field test, the operational product revision,
operational field, revision of the final product, the dissemination and the
implementation of the product; 3) The feasibility of environmental pollution
module based on problem posing with spider concept map average obtained is
3,51 that’s “very good” categories; and 4) The environmental pollution module
based on problem posing with spider concept map is effective to empowering
students’ science process skills with 0,60 N-gain score that’s “middle” categories
and empowering students’ analyze abilities with 0,57 N-gain score that’s “middle”
categories.
The keywords: environmental pollution, problem posing, spider concept map,
students’ science process skills and students’ analyze abilities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ................. iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
D. Spesifikasi Produk Modul .................................................................... 13
E. Asumsi dan Keterbatasan .................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 16
G. Definisi Operasional ............................................................................ 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 20
A. Kajian Teori ....................................................................................... 20
1. Hakikat Belajar Biologi ................................................................. 20
2. Pembelajaran Biologi .................................................................... 22
3. Teori Belajar .................................................................................. 25
4. Modul Sains................................................................................... 30
5. Integrasi Modul dengan Belajar Biologi ....................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
6. Problem Posing ............................................................................. 38
7. Keterampilan Proses Sains (KPS) ................................................. 41
8. Berpikir Kritis (Berpikir Analisis) ................................................ 45
9. Teknik Pemetaan ........................................................................... 48
10. Modul Berbasis Problem posing Disertai Spider Concept Map ... 49
11. Integrasi Problem posing dengan Spider Concept Map ................ 50
B. Penelitian yang relevan ....................................................................... 52
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 60
A. Langkah-langkah penelitian ................................................................. 60
B. Prosedur Pengembangan ...................................................................... 61
1. Penelitian Pendahuluan .................................................................. 62
2. Perencanaan(Planning) .................................................................. 63
3. Pengembangan Bentuk Produk Awal............................................. 64
4. Uji Coba Lapangan Tahap Awal ................................................... 76
5. Revisi Produk Utama .................................................................... 77
6. Uji Lapangan Utama ...................................................................... 77
7. Revisi Produk Operasional ............................................................ 77
8. Uji Lapangan Operasional.............................................................. 78
9. Revisi Produk Akhir ....................................................................... 79
10. Diseminasi dan Implementasi ........................................................ 79
C. Jenis Data ............................................................................................. 79
D. Teknik, Instrumen dan Subyek Penelitian ........................................... 80
E. Analisis Data Penelitian ....................................................................... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 86
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan .................................................... 86
1. Penelitian Pendahuluan .................................................................. 86
2. Perencanaan (Planning) ................................................................. 99
3. Pengembangan Bentuk Produk Awal............................................. 103
4. Uji Coba Lapangan Tahap Awal .................................................... 122
5. Revisi Produk Utama .................................................................... 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
6. Uji Lapangan Utama ...................................................................... 125
7. Revisi Produk Operasional ............................................................ 127
8. Uji Lapangan Operasional.............................................................. 127
9. Revisi Produk Akhir ....................................................................... 140
10. Diseminasi dan Implementasi ........................................................ 140
A. Pembahasan ..........................................................................................
1. Karakteristik Modul Berbasis Problem Posing.............................. 142
2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ........................................ 146
a. Penelitian Pendahuluan ............................................................ 146
b. Perencanaan(Planning) ............................................................ 149
c. Pengembangan Bentuk Produk Awal....................................... 154
d. Uji Coba Lapangan Tahap Awal .............................................. 156
e. Revisi Produk Utama .............................................................. 156
f. Uji Lapangan Utama ................................................................ 158
g. Revisi Produk Operasional ...................................................... 158
h. Uji Lapangan Operasional........................................................ 159
i. Revisi Produk Akhir ................................................................. 160
j. Diseminasi dan Implementasi .................................................. 160
3. Kelayakan Modul Berbasis Problem Posing ................................. 160
4. Efektifitas Modul Berbasis Problem Posing .................................. 163
a. Hasil Belajar Siswa .................................................................. 164
b. Keterampilan Proses Sains ....................................................... 170
c. Kemampuan Menganalisis ....................................................... 172
d. Keterkaitan Problem Posing Disertai Spider Concept Map
dengan Hasi Belajar ................................................................. 177
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 183
A. Kesimpulan .......................................................................................... 183
B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... 184
C. Saran ..................................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 187
LAMPIRAN ................................................................................................... 196
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ............. 78
Tabel 3.2 Teknik, Instrumen dan Subyek Penelitian ...................................... 80
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Agket ......................................................................... 82
Tabel 3.4 Kriteria Gain Ternormalisasi ........................................................... 83
Tabel 4.1 Sebaran Mata Pelajaran Wajib ......................................................... 87
Tabel 4.2 Sebaran Mata Pelajaran Pilihan ....................................................... 87
Tabel 4.3 Analisis Ketercapaian 8 SNP ........................................................... 90
Tabel 4.4 Tabel Hasil Validasi Aspek Sajian Modul ....................................... 117
Tabel 4.5 Hasil Validasi Aspek Materi ............................................................ 118
Tabel 4.6 Hasil Validasi Aspek Perangkat Pembelajaran ................................ 119
Tabel 4.7 Hasil Validasi Aspek Kebahasaan ................................................... 120
Tabel 4.8 Hasil Validasi Produk oleh Praktisi ................................................. 121
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Lapangan Tahap Awal ............................................ 123
Tabel 4.10 Saran dan Revisi Produk Utama .................................................... 124
Tabel 4.11 Hasil Uji Lapangan Utama ............................................................. 125
Tabel 4.12 Saran dan Revisi Produk Operasional ............................................ 127
Tabel 4.13 Keterlaksanaan Sintaks oleh Guru ................................................. 128
Tabel 4.14 Keterlaksanaan Sintaks oleh Siswa ................................................ 128
Tabel 4.15 Hasil Belajar Aspek Pengetahuan .................................................. 130
Tabel 4.16 Hasil Belajar Aspek Sikap ............................................................. 131
Tabel 4.17 Hasil Penilaian Aspek Keterampilan ............................................. 133
Tabel 4.18 Analisis Hasil KPS ......................................................................... 133
Tabel 4.19 Uji Normalitas KPS ....................................................................... 134
Tabel 4.20 Uji Homogenitas KPS .................................................................... 135
Tabel 4.21 Uji Paired Sample t-Test KPS ....................................................... 135
Tabel 4.22 Hasil Kemampuan Menganalisis ................................................... 136
Tabel 4.23 Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis .................................... 137
Tabel 4.24 Uji Homogenitas Kemampuan Menganalisis ................................ 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.25 Uji Paired Sample T-test Kemampuan Menganalisis .................... 138
Tabel 4.26 Masukan dan Saran Revisi Tahap Akhir........................................ 140
Tabel 4.27 Hasil Diseminasi dan Implementasi Produk .................................. 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ......................................................................... 59
Gambar 3.1 Modifikasi Tahapan R&D ............................................................ 61
Gambar 3.2 Draf Halaman Muka Modul ......................................................... 65
Gambar 3.3 Draf Halaman Cover .................................................................... 66
Gambar 3.4 Draf Kata Pengantar ..................................................................... 67
Gambar 3.5 Draf Daftar Isi .............................................................................. 67
Gambar 3.6 Draf Gambaran Umum Modul ..................................................... 68
Gambar 3.7 Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru ............................ 68
Gambar 3.8 Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa .......................... 69
Gambar 3.9 Draf Kompetensi Inti .................................................................... 69
Gambar 3.10 Draf Kompetensi Dasar dan Indikator ....................................... 70
Gambar 3.11 Draf Alur Kegiatan Pembelajaran .............................................. 70
Gambar 3.12 Draf Wacana ............................................................................... 71
Gambar 3.13 Draf Identifikasi Masalah ........................................................... 71
Gambar 4.14 Draf Menampilkan Masalah ...................................................... 72
Gambar 4.15 Draf Membahas Alternatif Pemecahan Masalah ....................... 72
Gambar 3.16 Draf Mendiskusikan Masalah..................................................... 73
Gambar 3.17 Draf Penerapan Konsep Pada Situasi Baru ................................ 73
Gambar 3.18 Draf Lembar Spider Concept Map ............................................. 74
Gambar 3.19 Draf Lembar Poster .................................................................... 74
Gambar 4.1 Histogram Ketercapaian 8 SNP ................................................... 89
Gambar 4.2 Grafik Perbadingan Ketercapaian 8 SNP ..................................... 91
Gambar 4.3 Grafik Hasil Observasi Kondisi Lingkungan Sekolah ................. 93
Gambar 4.4 Draf Halaman Muka Modul ......................................................... 104
Gambar 4.5 Draf Halaman Cover .................................................................... 105
Gambar 4.6 Draf Kata Pengantar ..................................................................... 105
Gambar 4.7 Draf Daftar Isi .............................................................................. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.8 Draf Gambaran Umum Modul ..................................................... 106
Gambar 4.9 Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru ............................ 107
Gambar 4.10 Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa ........................ 107
Gambar 4.11 Draf Kompetensi Inti (KI) .......................................................... 108
Gambar 4.12 Draf Kompetensi Dasar dan Indikator ....................................... 109
Gambar 4.13 Draf Alur Kegiatan Pembelajaran .............................................. 109
Gambar 4.14 Draf Wacana ............................................................................... 110
Gambar 4.15 Draf Identifikasi Masalah ........................................................... 110
Gambar 4.16 Draf Menampilkan Masalah ...................................................... 111
Gambar 4.17 Draf Membahas Alternatif Pemecahan Masalah ....................... 111
Gambar 4.18 Draf Mendiskusikan Masalah..................................................... 112
Gambar 4.19 Draf Penerapan Konsep Pada Situasi Baru ................................ 112
Gambar 4.20 Draf Lembar Spider Concept Map ............................................. 113
Gambar 4.21 Draf Lembar Poster .................................................................... 113
Gambar 4.22 Draf Info Sains ........................................................................... 114
Gambar 4.23 Draf Rangkuman dan Wawasan Sains ....................................... 114
Gambar 4.24 Draf Petunjuk Penilaian ............................................................. 115
Gambar 4.25 Draf Refleksi Diri ....................................................................... 115
Gambar 4.26 Draf Glosarium ........................................................................... 115
Gambar 4.27 Hasil Keseluruhan Validasi Modul ............................................ 112
Gambar 4.28 Grafik Keseluruhan Keterlaksanaan Sintaks .............................. 129
Gambar 4.29 Histogram Hasil Belajar Aspek Sikap ........................................ 131
Gambar 4.30 Histogram Hasil Aspek Keterampilan........................................ 132
Gambar 4.31 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa .................................. 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Penelitian Pendahuluan
a. Hasil 8 Standar Nasional Pendidikan ................................................... 196
b. Analisis Pembelajaran Siswa di Kelas ................................................. 197
c. Lembar Observasi Komponen Sekolah ................................................ 198
LAMPIRAN 2 Instrumen Penelitian ............................................................... 205
LAMPIRAN 3 Tes Evaluasi
a. Soal Tes Kognitif Siswa ....................................................................... 301
b. Kisi-kisi dan Angket Penilaian Aspek Sikap ....................................... 313
c. Kisi-kisi Penilaian Aspek Keterampilan .............................................. 316
d. Angket Penilaian Aspek Keterampilan ................................................ 317
e. Kisi-kisi Penilaian Hasil Belajar Aspek Pengetahuan ......................... 320
f. Soal Tes Hasil Belajar Aspek Pengetahuan ......................................... 321
g. Instrumen Penilaian Kemampuan Menganalisis .................................. 332
h. Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains .................................. 343
LAMPIRAN 4 Instrumen Tryout ..................................................................... 356
LAMPIRAN 5 Hasil Validasi Ahli
a. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ............................................... 367
b. Analisis Validasi Aspek Perangkat Pembelajaran ............................... 369
c. Hasil Validasi Aspek Materi ................................................................ 370
d. Analisis Validasi Aspek Materi ........................................................... 372
e. Hasil Validasi Aspek Kebahasaan ....................................................... 373
f. Analisis Validasi Aspek Kebahasaan ................................................... 374
g. Hasil Validasi Aspek Sajian ................................................................. 375
h. Analisis Validasi Aspek Sajian ............................................................ 378
i. Hasil Penilaian Modul Pembelajaran oleh Guru .................................. 379
j. Analisis Penilaian Modul Pembelajaran oleh Guru ............................. 381
LAMPIRAN 6 Hasil Uji Lapangan Tahap Awal ............................................. 382
LAMPIRAN 7 Hasil Uji Lapangan Utama ...................................................... 383
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
LAMPIRAN 8 Uji Lapangan Operasional
a. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan ........................................................ 385
b. Hasil Keterampilan Proses Sains ......................................................... 386
c. Hasil Kemampuan Menganalisis.......................................................... 387
d. Hasil Angket Penilaian Aspek Sikap ................................................... 388
e. Hasil Angket Penilaian Aspek Keterampilan ....................................... 389
f. Hasil Uji Statistik Aspek Keterampilan Proses Sains .......................... 392
g. Hasil Ujis Statistik Aspek Kemampuan Menganalisis......................... 395
LAMPIRAN 9 Keterlaksanaan Sintaks
a. Hasil Ovbservasi Keterlaksanaan Sintaks ............................................ 403
b. Analisis Keterlaksanaan Sintaks .......................................................... 425
LAMPIRAN 10 Data Utama
a. Pedoman Wawancara Guru ................................................................. 426
b. Penilaian Modul oleh Siswa ................................................................. 427
c. Lembar Wawancara Siswa ................................................................... 428
d. Lembar Observasi Guru Mengajar ....................................................... 431
e. Pedoman Wawancara Awal Guru ........................................................ 433
f. Pedoman Wawancara Awal Siswa ....................................................... 434
g. Lembar Wawancara Siswa Penerapan Modul...................................... 435
LAMPIRAN 11 Data Pendukung
a. Kuisioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ......................................... 439
b. Kuisioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .......................................... 445
c. Analisis Profil Buku Paket Biologi ...................................................... 456
d. Surat Penelitian .................................................................................... 459
LAMPIRAN 12 Diseminasi dan Implementasi ............................................... 460
LAMPIRAN 13 Dokumentasi Penelitian ........................................................ 461
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan
seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu
tinggi. Hal ini berarti pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang
diharapkan mampu memecahkan masalah, berfikir kritis, kreatif dan kompetitif
sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam menghadapi perkembangan
zaman (Soejadi, 1999: 1).
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Putranto (2010),
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia
adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada pengembangan
kemampuan berfikir siswa dalam menyongsong abad 21. Pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan abad 21 lebih mengandalkan pada pengembangan
keterampilan yang meliputi, keterampilan berpikir, keterampilan memecahkan
masalah dan keterampilan berkomunikasi yang mendukung optimalisasi pada
proses pencapaian pendidikan. Pendidikan yang belum mengarah pada
perkembangan abad 21 akan mengalami kesulitan dalam mengimbangi
perkembangan global yang mengakibatkan berbagai permasalahan muncul karena
ketidaksesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan zaman.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Biologi sebagai salah satu
rumpun pelajaran sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
menghadapi tantangan abad 21, mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan sains diharapkan dapat menjawab tantangan perkembangan abad
21 karena memiliki karakteristik pembelajaran yang mengacu pada hakikat sains.
hakikat pembelajaan biologi sebagai salah satu dari ilmu sains meliputi: proses,
produk, sikap dan teknologi (Carin & Evans dalam Suciati, 2011). Hakikat sains
sebagai proses keterampilan dalam pembelajaran diarahkan pada pembentukan
keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan kinerja siswa dalam
mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains diharapkan
dapat mendorong siswa berlatih untuk belajar secara bermakna dan membiasakan
membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan praktikum yang dapat
melatih siswa memberdayakan keterampilan proses sains, dengan jarangnya
dilakukan praktikum artinya keterampilan proses sains siswa belum terberdayakan
dengan optimal. Keterampilan proses sains bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk
kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian dan mengkomunikasikan (Rustaman, 2003). Pembelajaran sains lebih
menekankan pada kegiatan proses, siswa dituntut aktif selama pembelajaran guna
membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang mendorong
siswa menuju proses penemuan (Adi, 2009). Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains
diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa sendiri dan membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran yang menekankan proses menjadi pokok utama pada tuntutan
perkembangan Kurikulum 2013 yang berbasis pada proses pembelajaran dengan
mengedepankan pengalaman prosedural melalui proses mengamati, menanya,
menalar dan mencoba untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa
(Kemendikbud, 2014). Tujuan tersebut tidak hanya mengacu pada penerapan teori
maupun konsep akan tetapi perlu adanya suatu proses keterampilan dalam
pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran lebih optimal.
Sains sebagai produk, berarti dalam Biologi terdapat produk yang berupa
konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip yang sudah diterima kebenaranya (Carin
& Evans dalam Suciati, 2011). Setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan
selama proses pembelajaran, mereka akan menemukan konsep-konsep relevan
dengan materi yang diajarkan, dalam hal ini apabila siswa melakukan proses
pembelajaran dengan baik maka akan menghasilkan produk berupa konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sains sebagai sikap berarti dalam Biologi terkandung pengembangan sikap
ilmiah diantaranya: terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan,
bertanggungjawab dan bekerja sama. Adapun, sains sebagai teknologi berarti
biologi berkaitan erat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang muncul.
Karakteristik pendidikan sains tersebut diharapkan dapat mendorong siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri untuk memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut berpikir kritis terutama kemampuan
menganalisis. Kemampuan menganalisis adalah untuk merinci atau menguraikan
suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta
mampu untuk memahami hubungan diantara bagian-bagian tersebut (Suherman
dan Sukjaya, 1990: 49). Hal tersebut sesuai isi Kurikulum 2013 bahwa
kemampuan yang perlu ditingkatkan siswa adalah kemampuan teori, analisis dan
pemecahan masalah karena kemampuan tersebut amat rendah (Kemendikbud,
2014).
Pendidikan sains yang diharapkan dapat melatih siswa untuk menjawab
tantangan permasalahan abad 21 perlu dibekali dengan keterampilan proses sains
dan kemampuan berpikir kritis terutama kemampuan menganalisis. Oleh
karenanya, fokus utama dalam merealisasikannya adalah dengan optimalisasi
proses pembelajaran yang dapat dilatih dengan penggunaan bahan ajar yang
mampu mendorong siswa memberdayakan keterampilan proses sains dan
kemampuan menganalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pada kenyataannya, kemampuan siswa dibidang sains masih kurang. Hal ini
dibuktikan dengan hasil studi PISA (Programme for International Student
Assesment) yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. PISA merupakan
studi yang dikembangkan oleh beberapa negara maju di dunia yang tergabung
dalam the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)
yang menilai capaian pendidikan di bidang matematik dan sains. Berdasarkan data
PISA sejak tahun 2000 – 2009 menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains
siswa indonesia rendah. Literasi sains berkaitan dengan keterampilan proses sains,
karena dalam literasi sains terdapat aktifitas mengidentifikasi, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan (Toharudin, et al., 2011). Tahun 2000 siswa Indonesia
berada pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003 pada peringkat ke-
38 dari 40 negara peserta, tahun 2006 peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dan
tahun 2009 peringkat ke-60 dari 65 negara peserta (Balitbang Kemendikbud,
2014). Sedangkan Berdasarkan data PISA (2013), menunjukkan bahwa siswa
Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara peserta. Literasi sains siswa
Indonesia menunjukkan skor rata-rata (382) berada di atas Peru (373) dan di
bawah Qatar (284) dengan skor tertinggi 580. Data tersebut sekaligus
menunjukkan penurunan peringkat Indonesia yang pada tahun sebelumnya
peringkat ke-50 dari 57 negara.
Hasil observasi di SMAN 1 Sumberlawang menunjukkan bahwa siswa
kesulitan dalam bepikir analisis. Hal tersebut ditunjukkan dengan rendahnya hasil
belajar siswa terutama ketika dituntut menyelesaikan soal-soal yang
membutuhkan analisis yang meliputi kemampuan menguji ide, mengenali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
argumen dan mengenali alasan dan pernyataan (Facione, 2001). Hasil analisis
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menguji ide sebesar
(53,12%), kemampuan mengenali argumen (62,50%) dan kemampuan mengenali
alasan dan pernyataan (68,75%). Hasil tersebut relevan dengan penelitian Tjalla
(2010), pembelajaran yang dominan di sekolah masih membelajarkan tingkat
rendah yakni mengetahui, memahami dan menggunakan, belum mampu
menumbuhkan kebiasaan berpikir analisis yang merupakan kemampuan berpikir
kritis. Selain itu, siswa juga kesulitan dalam menghubungkan antar konsep.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses
pembelajaran (Adi, 2009). Hasil studi pustaka di SMAN 1 Sumberlawang melalui
Standar Nasional Pendidikan, menunjukkan bahwa standar proses memiliki
capaian terendah yaitu sebesar 86,67% (Kemendikbud, 2013). Standar proses
berkaitan dengan aktivitas antara siswa dengan pendidik serta lingkungannya
selama proses pembelajaran.
Rendahnya standar proses dipengaruhi oleh kurang optimalnya proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hasil observasi diketahui bahwa proses
pembelajaran cenderung mengarahkan siswa untuk menyerap berbagai informasi
dengan cara menghafal, sehingga siswa kurang diberi kesempatan membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan siswa hanya belajar berdasarkan
buku dan LKS dan jarang dilakukan praktikum. Guru lebih dominan, akibatnya
siswa cenderung pasif hanya menerima materi pelajaran yang diajarkan dan
cenderung diam pada saat guru bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Hal ini relevan dengan hasil penelitian Evi (2011), bahwa sebagian besar
guru belum merancang pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, oleh karena itu pembelajaran sebaiknya perlu membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kurang optimalnya proses pembelajaran juga
berdampak pada rendahnya keterampilan proses sains siswa. Hal ini ditunjukkan
lemahnya kemampuan siswa dalam: merumuskan masalah (56,25%), membuat
hipotesis (62,50%) dan mengkomunikasikan hasil percobaan (68,75%).
Bahan ajar merupakan salah satu pendukung penting dalam proses
pembelajaran. Ditinjau dari aspek bahan ajar, pembelajaran kurang didukung oleh
bahan ajar yang memadai. Hasil analisis profil buku ajar di SMAN 1
Sumberlawang berupa buku paket yang umumnya ada di pasaran. Buku ajar
tersebut memiliki cakupan materi yang sangat luas, kegiatan praktikum siswa
kurang melibatkan keterampilan proses sains karena sudah ditentukan alat, bahan
dan cara kerja.
Materi Pencemaran Lingkungan merupakan salah satu materi yang masuk
dalam kisi-kisi ujian nasional. Berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa
menunjukkan bahwa hasil UN pada materi Pencemaran Lingkungan di SMAN 1
Sumberlawang rata-rata ketuntasan rendah, yaitu sebesar 62,50% (Balitbang,
2013). Sementara materi Pencemaran Lingkungan merupakan materi yang
berhubungan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga penting
bagi siswa untuk dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Bahan ajar sains idealnya disajikan secara menarik dan dapat
mengembangkan siswa belajar mandiri, sehingga untuk melatihkan belajar
mandiri perlu disusun bahan ajar modul. Modul sains merupakan bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructional materials), secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Adanya kesenjangan tersebut perlu adanya solusi yaitu berupa modul
Pencemaran Lingkungan yang diharapkan mampu memberdayakan kemampuan
siswa dalam hal menguasai produk sains, seperti konsep-konsep, menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah, memiliki nilai yang berkaitan dengan
masalah sikap setelah terbiasa mempelajari dan menguasai produk dan proses
sains.
Problem posing adalah model pembelajaran yang dapat melatih siswa
memecahkan masalah yang dapat mendorong siswa dalam mempelajari materi
secara lebih terorganisir dan terkoordinir serta mengarahkan siswa lebih aktif
mencari sumber belajar dari berbagai literatur guna membantu pada saat
memecahkan masalah hingga mencari solusi dari suatu permasalahan melalui
langkah-langkah pembelajaran untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Sintaks dalam problem posing diharapkan memfasilitasi siswa dalam rangka
membangun pengetahuannya, meliputi: mengidentifikasi masalah, menampilkan
masalah, membahas alternatif pemecahan masalah, mendiskusikan masalah,
menerapkan konsep pada situasi baru dan mempresentasikan hasil kerja kelompok
(Silver dalam Wahyuni, 2012). Keunggulan problem posing diantaranya: siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, mendidik siswa
berpikir sistematis, mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam
menghadapi kesulitan, siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang
dihadapi.
Materi Pencemaran Lingkungan yang disajikan dalam bentuk modul
berbasis problem posing diharapkan dapat mendorong siswa belajar melalui
permasalahan praktis yang berhubungan dengan materi pelajaran sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang kemampuan berpikir kritis terutama
kemampuan menganalisis dalam memecahkan masalah, serta memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Siswa yang terbiasa
terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah menjadi terbiasa dalam
memberdayakan keterampilan proses sains dan mengasah kemampuan berpikir
kritis terutama kemampuan menganalisis. Siswa dapat mengidentifikasi masalah
hingga mencari solusi dari permasalahan berdasarkan pemahaman mereka sendiri,
sehingga dalam hal ini siswa dilatih untuk membangun kemampuan berpikirnya
secara mandiri. Siswa dilatih untuk berpikir kritis terutama kemampuan
menganalisis dalam mencari data dan sumber informasi yang dibutuhkan dalam
rangka memecahkan permasalahan dan menemukan solusi pada permasalahan
tersebut.
Proses menganalisis suatu masalah membutuhkan kemampuan memahami
keterkaitan antar konsep, sehingga dalam rangka memudahkan siswa dalam
belajar diperlukan teknik-teknik pemetaan untuk menguasai konsep-konsep yang
hendak dicapai. Menurut Martin (dalam Trianto, 2007: 157), pemetaan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu siswa menghasilkan
pembelajaran bermakna dalam kelas. Pemetaan menyediakan bantuan visual
konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum atau sesudah
informasi tersebut dipelajari. Siswa yang telah menggunakan pemetaan
menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis logis untuk memutuskan
ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus dan rencana-rencana dan
pengajaran sains mereka. Konsep utama akan membantu dalam merumuskan
konsep-konsep lainnya dengan baik.
Pemetaan konsep dapat disajikan dalam berbagai tipe. Menurut Nur (dalam
Trianto, 2007:161), pemetaan konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan,
rantai kejadian, peta konsep siklus, dan peta konsep laba-laba (spider concept
map). Spider concept map merupakan salah satu teknik pemetaan yang membantu
siswa dalam memahami macam-macam konsep yang ditanamkan dari konsep
utama menuju anak konsep lainnya yang diajarkan. Pemahaman ini akan
memperbaiki perencanaan dan pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari
miskonsepsi yang didesain siswa. Spider concept map merupakan teknik
melalukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini
berkaitan dengan ide sentral itu.
Modul berbasis problem posing disertai spider concept map saling terkait
dengan sintaks dan konsep yang akan kuasai siswa. Sintaks problem posing yang
meliputi: mengidentifikasi masalah, menampilkan masalah, membahas alternatif
pemecahan masalah, mendiskusikan masalah, menerapkan konsep pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
situasi baru dan mempresentasikan hasil kerja kelompok masing-masing terdapat
kandungan konsep yang hendak dikuasi siswa. Penerapan problem posing disertai
spider concept map diharapkan dapat membantu memudahkan dan
mengoptimalkan potensi siswa dalam membangun pengetahuannya melalui
konsep-konsep yang didapat
Berdasar latar belakang masalah tersebut di atas, serta dalam rangka
memberdayakan keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis
sekaligus sebagai solusi permasalahan pembelajaran materi Pencemaran
Lingkungan di SMAN 1 Sumberlawang, maka perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan dengan judul “Pengembangan Modul Berbasis Problem Posing
Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan Proses Sains
dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi pokok penelitian yaitu:
1 Bagaimana Karakteristik Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014?
2 Bagaimana Prosedur Mengembangkan Modul Pencemaran Lingkungan
Berbasis Problem Posing Disertai Spider Concept Map untuk
Memberdayakan Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis
Siswa SMAN 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2013/2014?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3 Bagaimana Kelayakan Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014?
4 Bagaimana Efektifitas Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yaitu:
1 Mengetahui Karakteristik Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan Kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014.
2 Mengembangkan Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem Posing
Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan Proses
Sains dan kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang Tahun
Pelajaran 2013/2014.
3 Mengetahui Kelayakan Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4 Mengetahui Efektifitas Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis Problem
Posing Disertai Spider Concept Map untuk Memberdayakan Keterampilan
Proses Sains dan kemampuan Menganalisis Siswa SMAN 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Spesifikasi Produk Modul
Produk modul yang dikembangkan memiliki spesifikasi, diantaranya:
1. Materi modul yang dikembangkan terbatas pada materi Pencemaran
Lingkungan yang terdiri tiga sub-bab, yaitu: Pencemaran Udara, Pencemaran
Air dan Pencemaran Tanah.
2. Basis model modul dikembangkan adalah problem posing. Langkah-
langkah/sintaks yang akan dilakukan siswa sesuai modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing terdiri atas: mengidentifikasi masalah,
menampilkan masalah, membahas alternatif pemecahan masalah,
mendiskuskan masalah, menerapkan konsep pada situasi baru dan
mempresentasikan hasil kerja kelompok (Silver dalam Wahyuni, 2012).
3. Teknik pemetaan materi Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing
disertai spider concept map. Spider concept map atau sering disebut peta
jaring laba-laba adalah prosedur grafis visual yang menggabungkan langkah-
langkah yang dapat memperkuat pemahaman siswa, membantu siswa dalam
mengorganisir pikiran dan fokus pada tugas serta mendorong pemahaman
yang lebih dalam terhadap materi pelajaran. Pemetaan jaring laba-laba
terdapat konsep utama yang merupakan konsep global dari konsep-konsep
lain yang ditemukan. Konsep utama akan membentuk konsep-konsep lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan jaring laba-laba. Konsep-konsep lain yang merupakan bagian dari
konsep utama tidak dapat dipisahkan antara satu konsep dengan konsep
lainnya (Ennur, 2005:12).
4. KPS yang menjadi fokus pengembangan yaitu: 1) Mengamati;
2) Mengelompokkan/Klasifikasi; 3) Menafsirkan; 4) Meramalkan;
5) Mengajukan pertanyaan; 6) Merumuskan hipotesis; 7) Merencanakan
percobaan; 8) Menggunakan alat dan bahan; 9) Menerapkan konsep; dan
10) Berkomunikasi (Dimyati dan Mudjiono, 2009).
5. Kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan adalah kemampuan
menganalisis yang meliputi: 1) Menguji ide; 2) Mengenali argumen; dan
3) Mengenali alasan dan pernyataan (Facione, 2001).
6. Subyek penelitian yang menjadi target pengembangan modul adalah siswa di
beberapa sekolah, khususnya siswa di SMAN 1 Sumberlawang kelas X
Tahun Pelajaran 2013/2014.
7. Sistematika modul yang dikembangkan terdiri atas 3 (tiga) sub-bab, yaitu
Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan pencemaran Tanah. Setiap bagian
terdiri atas bagian-bagian berikut: 1) Kompetensi dasar (KD) dan indikator;
2) Alur Kegiatan Pembelajaran; 3) Wacana; 4) Identifikasi masalah;
5) Menampilkan masalah; 6) Membahas alternatif pemecahan masalah;
7) Mendiskusikan masalah; 8) Penerapan konsep pada situasi baru; 9) Lembar
spider concept map; 10) Lembar poster; 11) Presentasi hasil kelompok;
12) Info sains; 13) Rangkuman; 13) Wawacan sains; 14) Evaluasi; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
14) Petunjuk penilaian, tugas individu dan refleksi diri, glossarium, kunci
jawaban dan daftar pustaka.
E. Asumsi dan Keterbatasan
1. Asumsi yang digunakan dalam modul adalah:
a. Pemberdayaan KPS dan kemampuan menganalisis siswa kelas X SMAN 1
Sumberlawang pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan dapat
dilakukan melalui pengembangan modul Pencemaran Lingkungan berbasis
problem posing disertai spider concept map.
b. Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map mampu memberdayakan keterampilan proses sains.
c. Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map mampu memberdayakan berpikir kritis khususnya
kemampuan menganalisis.
2. Keterbatasan modul modul berbasis problem posing disertai spider concept
map, antara lain:
a. Materi yang dikembangkan terbatas pada materi Pencemaran
Lingkungan.
b. Kemampuan yang diukur adalah KPS, yang meliputi: mengamati,
menafsirkan/ intepretasi, mengelompokkan, memprediksi/ meramalkan,
merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengajukan pertanyaan,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
mengkomunikasikan hasil percobaan dan menerapkan konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Kemampuan berpikir yang diukur adalah berpikir kritis terutama
kemampuan menganalisis, yang meliputi: menguji ide, mengenali
argumen, mengenali alasan dan pernyataan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa, antara lain:
a. Membantu memfasilitasi belajar secara mandiri untuk menemukan
konsep-konsep.
b. Memberikan suasana baru yang lebih konstruktif dan variatif dalam
pembelajaran Biologi sehingga diharapkan meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Membiasakan siswa untuk terbiasa dalam memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat bagi guru, antara lain:
a. Produk yang dihasilkan berupa modul diharapkan menjadi bahan ajar pada
proses pembelajaran.
b. Menambah wawasan bagi guru tentang perangkat pembelajaran yang
efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai indikator yang
ditetapkan.
c. Memberikan motivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya.
d. Memberikan alternatif bahan ajar pembelajaran untuk dalam proses
pengajaran terutama pada materi Pencemaran Lingkungan.
e. Memberikan informasi aplikasi modul berbasis problem posing di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Bagi penulis, antara lain:
a. Produk yang telah dihasilkan menjadi menjadi motivasi untuk
mengembangkan produk lainnya yang lebih variatif.
b. Menambah wawasan pengetahuan terutama pembelajaran sains.
c. Menambah pengalaman dalam mengembangkan bahan ajar modul sains.
4. Bagi sekolah, antara lain:
a. Produk modul bisa menjadi bahan ajar tambahan dan menstimulus guru
lainnya untuk mengembangkan ke materi lainnya.
b. Menjadi alternatif dalam memfasilitasi siswa untuk belajar.
c. Mengaplikasikan modul sains kepada siswa dan guru.
5. Bagi peneliti lain, antara lain:
a. Sebagai bahan untuk meneliti aplikasi secara lebih luas penerapan modul
problem posing di berbagai sekolah.
b. Menumbuhkan motivasi untuk menelaah dan mengembangkan modul-
modul lainnya yang lebih variatif.
G. Definisi Operasional
1. Modul sains merupakan bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials), secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai (Toharudin,
et al., 2011).
2. Model problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan
syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih
relevan (Suharta dalam Darmadi, 2007).
3. Modul problem posing adalah bahan ajar cetak yang diintegrasikan
dengan sintaks problem posing, yaitu mengidentifikasi masalah,
menampilkan masalah, membahas alternatif pemecahan masalah,
mendiskusikan masalah, menerapkan konsep pada situasi baru dan
mempresentasikan hasil kerja kelompok (Silver dalam Wahyuni, 2012).
4. Spider concept map atau peta jaring laba-laba adalah prosedur grafis
visual menggabungkan langkah-langkah yang dapat memperkuat
pemahaman, membantu siswa dalam mengorganisir pikiran, fokus pada
tugas dan mendorong pemahaman yang lebih dalam terhadap materi
pelajaran (Lee, 2011:12).
5. Keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan, yang meliputi: mengamati; mengelompokkan/klasifikasi
Menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep dan berkomunikasi (Dimyati dan Mudjiono, 2009)
6. Kemampuan menganalisis adalah kemampuan untuk merinci atau
menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kecil (komponen) serta mampu untuk memahami hubungan diantara
bagian-bagian tersebut denga kriteria meliputi: menguji ide, mengenali
argumen dan mengenali alasan dan pernyataan (Facione, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar Biologi
Belajar adalah suatu proses aktivitas mental siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungannya untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat
positif baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotor (Sanjaya dan
Ramesh, 2005). Belajar sains khususnya Biologi merupakan suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung yang terdapat di
lingkungan sekitarnya. Biologi sebagai bagian dari sains, berkaitan erat dengan
kegiatan yang melatih keterampilan sains.
Mata pelajaran Biologi merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan Alam, oleh
karena itu Biologi berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis. Hakikat Biologi mencakup beberapa aspek, yaitu produk, proses, sikap
dan teknologi (Carin & Evans dalam Suciati, 2011). Biologi sebagai produk,
berarti dalam Biologi terdapat produk yang berupa konsep, dalil, hukum, teori,
dan prinsip yang sudah diterima kebenarannya. Biologi sebagai proses, berarti
dalam menemukan produk-produk tersebut perlu sebuah metode ilmiah (scientific
method). Biologi sebagai proses menginginkan para siswa mendapatkan
kemampuan keterampilan proses sains. Biologi sebagai sikap, berarti dalam
biologi terkandung pengembangan sikap ilmiah diantaranya: terbuka, obyektif,
berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab dan bekerja sama. Biologi
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sebagai teknologi, berarti biologi berkaitan erat dan digunkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hakikat Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan yang dicapai melalui kegiatan belajar.
Biologi sebagai proses menginginkan para siswa mendapatkan
kemampuan keterampilan proses sains diantaranya: mengamati, mengumpulkan
data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Biologi sebagai sikap ilmiah, berarti dalam Biologi
terkandung pengembangan sikap ilmiah diantaranya: terbuka, obyektif,
berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab dan bekerja sama. Biologi
sebagai teknologi, berarti Biologi berkaitan erat dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Semua proses pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta
kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2003).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suciati (2011), pembelajaran Biologi
idealnya berbasis keterampilan proses sains, sehingga pembelajaran tersebut tidak
hanya melibatkan kemampuan kognitif (minds on) tapi juga keterampilan
psikomotor (hands on) dan afektif (hearts on). Wenno (2008), menyatakan
bahwa pembelajaran yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor tidak hanya menghasilkan fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga
pengetahuan prosedural yang diperoleh melalui suatu proses penemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Senada tentang hakikat sains di atas, menurut Trianto (2009), menyatakan
bahwa belajar sains (Biologi) pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses
dan aplikasi. Produk adalah sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep,
sedangkan proses adalah kegiatan yang dilakukan dalam mempelajari objek studi,
menemukan dan mengembangkan produk-produk. Aplikasi sains merupakan
suatu teori-teori yang akan menghasilkan teknologi yang memberikan kemudahan
bagi kehidupan, sehingga pembelajaran sains (Biologi) seharusnya tidak hanya
mementingkan nilai kognitif semata tapi juga menerapkan hakekat sains (produk,
proses, aplikasi/ sikap) dalam kegiatan pembelajaran. Materi Biologi diharapkan
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran Biologi adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu
siswa mempelajari suatu kemampuan dan nilai baru tentang Biologi. Proses
pembelajaran ini diawali oleh guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki oleh siswa meliputi motivasi, latar belakang akademis, latar belakang
sosial ekonomi dan lain sebagainya. Proses pembelajaran ini bertujuan untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir siswa serta kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2003).
Pembelajaran terjadi melalui suatu proses interaksi antara siswa dan guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
situasi pendidikan yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu tujuan pembelajaran,
guru yang mengajar, siswa yang diajar, materi pelajaran dan model pembelajaran.
Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa
mempelajari suatu kemampuan dan nilai baru. Proses pembelajaran ini diawali
oleh guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi
motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi dan lain
sebagainya. Menurut Carin & Evans (dalam Suciati, 2011), hakikat pembelajaran
Biologi sebagai salah satu dari ilmu sains meliputi proses, produk, sikap ilmiah
dan teknologi. Biologi sebagai produk, berarti dalam Biologi terdapat produk
yang berupa konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip yang sudah diterima
kebenaranya. Biologi sebagai proses, berarti dalam menemukan produk-produk
tersebut perlu sebuah metode ilmiah (scientific method).
Pembelajaran Biologi memiliki karakter yang khas. Objek pembelajaran
Biologi selain berhubungan dengan alam nyata juga berkaitan langsung dengan
proses-proses kehidupan. Penggunaan metode dan pendekatan dalam proses
pembelajaran Biologi harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Fenomena
yang diajarkan melalui Biologi adalah fenomena alam yang mungkin pernah
dihadapi siswa, sehingga Biologi tidak dapat dipahami jika hanya diajarkan secara
hafalan. Pemahaman konsep-konsep Biologi dapat dianalogikan dengan berbagai
macam kegiatan sederhana yang dapat diamati/dilakukan siswa (Saptono, 2010).
Pembelajaran Biologi pada hakekatnya dibangun atas dasar
membelajarkan siswa dalam memahami hakekat sains yang terdiri atas produk,
proses dan sikap ilmiah. Pengembangan sikap ingin tahu, keteguhan hati,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ketekunan serta terjadi pengembangan siswa ke arah sikap yang positif (I Made
dan Wandy, 2009). Lebih lajut menurut Trianto (2010), belajar sains (Biologi)
pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Produk adalah
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep, sedangkan proses adalah
kegiatan yang dilakukan dalam mempelajari objek studi, menemukan dan
mengembangkan produk-produk. Aplikasi sains merupakan suatu teori-teori yang
akan menghasilkan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kehidupan,
sehingga pembelajaran sains (Biologi) seharusnya tidak hanya mementingkan
nilai kognitif semata tapi juga menerapkan hakekat sains (produk, proses, aplikasi/
sikap) dalam kegiatan pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran Biologi tidak hanya terbatas pada mendengarkan
dan mencatat saja, tapi banyak kegiatan-kegiatan lain yang mampu menambah
pengalaman belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Suciati (2011),
menyatakan bahwa pembelajaran Biologi idealnya berbasis keterampilan proses
sains, sehingga pembelajaran tersebut tidak hanya melibatkan kemampuan
kognitif (minds on) tapi juga keterampilan psikomotor (hands on) dan afektif
(hearts on). Wenno (2008), menyatakan bahwa pembelajaran yang melibatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor tidak hanya menghasilkan fakta,
konsep, prinsip, hukum, tetapi juga pengetahuan prosedural yang diperoleh
melalui suatu proses penemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Teori Belajar
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Salah satu pendukung teori kontruktivisme adalah Vigotsky. Vygotsky
(dalam Trianto, 2007), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang terbentuk
secara sosial. Pengertian bahwa seseorang yang terlibat dalam suatu interaksi
sosial akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna suatu
pengetahuan. Pembelajaran Biologi yang didesain dengan model pembelajaran
berbasis masalah memungkinkan siswa untuk membangun kemampuan berpikir
tingkat tinggi secara sosial. Ketika siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil
dan setiap kelompok diberikan permasalahan yang harus dipecahkan, maka
mereka akan bekerjasama untuk dapat memecahkan dan menemukan pengetahuan
baru secara bersama-sama.
Menurut Trianto (2007), selama proses pembelajaran, pengetahuan dapat
dibentuk oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan dapat dibentuk melalui kegiatan
seperti aktif berpikir, menemukan konsep dan memberi makna pada hal yang
sedang dipelajari. Adapun peran guru selama pembelajaran menurut teori ini
adalah lebih ditekankan untuk membantu siswa dalam membentuk pengetahuan
mereka (Siregar dan Nara, 2010). Implementasi teori konstruktivisme dalam
penelitian ini adalah selama pembelajaran siswa dianggap mampu
mengembangkan pengetahuan yang ia miliki melalui serangkaian kegiatan
diskusi. Hubungan teori konstruktivisme dalam penelitian ini adalah selama
pembelajaran menggunakan modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem
posing disertai spider concept map maka akan terbentuk interaksi siswa melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kegiatan mengidentifikasi masalah, menampilkan masalah, memebahas alternatif
pemecahan masalah, mendiskusikan masalah, menerapkan konsep pada situasi
baru dan mempresentasikan hasil kerja. Berdasarkan teori itu dikembangkanlah
pembelajaran interaktif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit bila mereka saling mendiskusikan masalah tersebut
dengan temannya.
Teori ini lebih jauh meyakini bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada
dalam Zone of proximal development (ZPD). Perkembangan sedikit di atas tingkat
perkembangan seseorang saat ini yakni antara lain adalah tingkat pengetahuan
awal atau pengetahuan prasarat itu telah dikuasai. Teori belajar vygotsky lebih
ditekankan pada interaksi individu dengan lingkungan sosialnya atau pada aspek
sosial selama pembelajaran. Melalui interaksi dengan lingkungannya maka akan
diperoleh suatu rekonstruksi pengetahuan siswa (Trianto, 2007). Teori belajar ini
juga menekankan bahwa peran aktif seseorang sangat penting selama interaksi
tersebut berlangsung. Interaksi lain yang dapat terjadi selama pembelajaran adalah
siswa dengan lingkungan sekitar, karena penelitian ini menggunakan materi
Pencemaran Lingkungan yang berkaitan erat dengan kehidupan siswa. Peran aktif
seseorang yang ditekankan dalam teori ini diambil alih oleh guru. Guru lebih
banyak memfasilitasi dan membimbing siswa selama pembelajaran, sedangkan
untuk proses secara keseluruhan dilakukan oleh siswa agar terbentuk konsep dan
pengalaman belajar secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Relevansi teori vygotsky dalam penelitian ini adalah pada sintaks
mendiskusikan masalah. Dalam sintaks tersebut, siswa dituntut untuk saling
berinteraksi sosial seperti: bekerjasama, menyampaikan pendapat dan jujur dalam
menyampaikan data. Aktifitas sosial akan memudahkan siswa dalam
kelompoknya memecahkan permasalahan dan menemukan pengetahuan baru
secara bersama-sama. Peran aktif siswa dalam kelompoknya ketika
mendiskusikan masalah menjadi bagian penting menurut teori ini, karena akan
mampu menumbuhkan interaksi sosial yang baik, pada akhirnya siswa mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
b. Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989), belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua dimensi yaitu: cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan
pada siswa dan melalui penermaan atau penemuan. Dimensi yang kedua
menyangkut bagaimana siswa mengkaitkan informasi pada struktur koginif yang
telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat pertama
belajar, informasi dapat mengkomusikan pada siswa baik dalam bentuk belajar
penerimaan yang menyajikan infomasi dalam bentuk final, maupun dalam bentuk
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian
atau seluruh materi yang diajarkan.
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimiliki, dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
ini terjadi belajar bermakna. Belajar bermakna lebih penting daripada berlajar
kreatif, karena terkadang tidak sejalan dengan tingkat intelegensi seseorang
(Allan, et al., 2004). Belajar bermakna tidak dapat dimulai dengan siswa hanya
mencoba-coba menghapalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep-
konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar
hapalan. Inti belajar dari teori Ausubel adalah belajar bermakna, merupakan suatu
proses mengaitkan infromasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Belajar bermakna infomasi baru diasimilasikan
pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
Terdapat kelebihan dari belajar bermakna, yaitu: infomasi yang dipelajari
secara bermakna lebih lama dapat diingat, informasi yang terasumsi
mengakibatkan peningkatan diferensiasi dari sumber-sumber, jadi memudahkan
proses belajar memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang
mirip, informasi yang dilupakan setelah asumsi obliteratif, meningkatkan efek
residual pada sumber, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip (Dahar,
1989). Dengan demikian belajar bermakna yang baru mengakibatkan
pertumbuhan dan modifikasi sumber-sumber yang telah ada, tergantung pada
sejarah pengalaman seseorang, maka sumber itu dapat relatif besar dan
berkembang atau kurang berkembang.
Kesimpulan teori pembelajaran ini adalah belajar bermakna sangat di
perlukan pada pembelajaran Biologi, sebab banyak konsep-konsep Biologi yang
sangat luas, rumit sehingga terkadang siswa sulit memahami. Pelibatan emosi,
kebutuhan dan kesenangan aktualisasi diri siswa melalui kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
melibatkan seluruh panca indra dan otak untuk berfikir sangat membantu
kebermaknaan belajar. Proses belajar refleksi menanamkan pengajaran dan proses
belajar, mendorong semua peserta untuk kembali melihat kedua isi pengetahuan
dan pengetahuan tentang belajar. Refleksi tersebut harus didukung guru (Alice,
2010).
Implementasi teori ini dalam penelitian adalah pada sintaks model
pembelajaran problem posing terutama pada mendiskusikan masalah dan
menerapkan konsep pada situasi baru. Aktifitas siswa pada kegiatan
mendiskusikan masalah, diantaranya: merancang percobaan dan melakukan
percobaan. Tingkatan pertama, setelah siswa melakukan percobaan, mereka
mampu menemukan informasi-informasi yang relevan. Selanjutnya, pada tingkat
kedua pada sintaks menerapkan konsep pada situasi baru siswa akan mengaitkan
informasi yang diperoleh dengan pengetahuan kognitif yang dimiliki siswa untuk
memecahkan permasalahan yang disajikan.
c. Teori Belajar Menurut Gagne
Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah
memperkenalkan berbagai pandangan tentang belajar, salah satunya adalah model
pemrosesan informasi. Menurut Gagne (dalam Winataputra, 2008), belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi
beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh
kapasitas yang baru. Belajar akan menghasilkan pengetahuan baru atau perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tingkah laku setelah terjadi premrosesan informasi yang akhirnya diakumulasikan
sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
Relevansi teori Gagne dengan penelitian ini adalah pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru. Guru harus mampu menciptakan suatu kondisi
pembelajaran eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses
belajar yang bersifat internal, sehingga prestasi belajar yang diperoleh akan
maksimal. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem posing
merancang kegiatan siswa untuk melakukan pengolahan informasi yang
diperlukan untuk memperoleh kapasitas baru. Sintaks pembelajaran problem
posing mengakomodasi kegiatan siswa dalam membahas alternatif pemecahan
masalah dan mendiskusikan masalah sebagai bentuk kegiatan pemprosesan
informasi yang sebelumnya didapat dalam kegiatan indentifikasi dan
menampilkan masalah.
4. Modul Sains
a. Pengertian
Modul sains merupakan bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials), secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-
jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai (Toharudin, et al., 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Modul dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan
dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Tujuan disusunnya
modul ialah agar siswa menguasai kompetensi yang diajarkan dalam kegiatan
pembelajaran dengan sebaik-baiknya (Purwanto, et al., 2007: 1). Fungsi
modul ialah sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran siswa, sehingga diharapkan modul dapat mendorong siswa
belajar lebih terarah dan sistematis.
Modul sains merupakan bahan ajar yang dapat menjembatani bahkan
memadukan antara pengalaman dan pengetahuan siswa. Secara garis besar
tujuan siswa mempelajari modul sains agar mereka menguasai sains dan
kemampuan berpikir berikut: 1) Siswa menguasai produk sains, seperti
konsep-konsep; 2) Siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah sains; dan 3) Siswa memiliki nilai yang
berkaitan dengan masalah sikap setelah terbiasa mempelajari dann menguasai
produk dan proses sains (Toharudin, et al., 2011).
b. Kriteria Bahan Ajar Berupa Modul Sains
Bahan ajar berupa modul yang berorientasi pada sains harus disusun atau
dikembangkan berdasarkan kriteria tertentu agar hasil berkualitas. Beberapa
aspek yang hendaknya dipertimbangkan dalam penyusunan bahan ajar berupa
modul sains menurut Toharudin, et al. (2011), diantaranya: 1) Isi bahan ajar.
Bahan ajar yang disusun hendaknya mempunyai landasan, prinsip atau sudut
pandang tertentu yang menjiwai atau melandasinya; 2) Tujuan penyusunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bahan ajar. Modul sains sebaiknya memiliki tujuan yang jelas, yaitu
membantu siswa untuk mengambangkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotoriknya. Bahan ajar yang disusun bertujuan untuk membantu siswa
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan indikator yang telah
dirumuskan; 3) Kejelasan dan kebenaran konsep. Konsep-konsep yang
diuraikan di dalam bahan ajar sebaiknya jelas. Penjelasan mengenai suatu
konsep hendaknya juga disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa,
menyederhanakan suatu konsep ke dalam bahasa siswa sehingga mudah
dipahami konsep tersebut; 4) Sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum merupakan acuan utama dalam pengembangan bahan ajar.
Kurikulum didalamnya disebutkan tentang tujuan pembelajaran dalam bentuk
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sesudah mereka
mengalami proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan hasil analisis dan
uraian lebih lanjut dari kompetens. Bahan ajar juga merupakan kumpulan
pengetahuan yang harus diketahui siswa; 5) Menarik minat siswa. Bahan ajar
yang disusun sebaiknya menarik minat siswa yang membacanya. Kuatnya
dorongan siswa terhadap bahan ajar merupakan kekuatan tersendiri yang
membantu terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan; 6) Menumbuhkan
motivasi dan menstimulasi aktivitas serta kemampuan berpikir peserta didik.
Selain menarik, bahan ajar hendaknya juga dapat meningkatkan
keingintahuan siswa sehingga mendorong siswa untuk mempelajarinya.
7) Ilustrasi dan contoh. Ilustrasi merupakan pengembangan terhadap sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
deskripsinya dapat berupa uraian yang menunjukkan contoh atau
perbandingan; dan 8) Penggunaan bahasa komunikatif, logis dan sistematis.
Penggunaan bahan ajar hendaknya juga memperhatikan beberapa aspek
berikut: sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan bahasa
yang mudah dipahami serta menggunakan kalimat efektif dan terhindar dari
makna ganda.
c. Penyusunan Modul Sains
Ditinjau dari segi kurikulum yang akan dikembangkan, cara penyusunan
modul sains menurut Toharudin, et al. (2011), mengacu pada hal-hal berikut:
1) Isi bahan ajar sains mencakup semua tujuan pembelajaran sains yang
dikehendaki oleh kurikulum; 2) Isi bahan ajar sains telah mencakup semua
tujuan pembelajaran sains; 3) Keluasan isi bahan ajar sains sesuai dengan
tujuan pembelajaran sains; 4) Kedalaman isi bahan ajar sains mendukung
pencapaian masing-masing tujuan pembelajaran sains; 5) Pokok bahasan dan
subpokok bahasan disusun secara terpadu untuk mencapai tujuan
pembelajaran sains yang ditetapkan kurikulum; 6) Isi pokok bahasan untuk
masing-masing tujuan pembelajaran sains disajikan secara seimbang; dan
7) Isi bahan ajar dapat dipelajari sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.
d. Kaidah Penyusunan Modul Sains
Secara sederhana, bahan ajar modul sains yang ditulis dan dikembangkan
sebaiknya disusun dengan memperhatikan kaidah penulisan. Menurut
Toharudin, et al. (2011), kaidah penulisan sebagai berikut: 1) Identitas bahan
ajar. Tujuannya untuk memberi kejelasan kepada pembacanya. Bahan ajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tersebut diperuntukkan untuk siapa, pada jenjang apa dan kapan akan
disampaikannya. Identitas ini biasanya terdapat pada halaman muka, yang
memuat informasi mengenai judul bahan ajar, jenjang kelas dan waktu
pelaksanaan (semester); 2) Isi bahan ajar dilengkapi dengan kompetensi,
indikator atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Uraian kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan tentang materi pelajaran; 3) Pada bagian akhir,
bahan ajar hendaknya dilengkapi dengan rangkuman untuk memberi
penguatan terhadap konsep-konsep penting yang harus dikuasai oleh siswa;
4) Untuk menunjang kemampuan literasi sains siswa, isi bahan ajar
hendaknya dilengkapi dengan glossarium yang memperjelas istilah-istilah
sains yang diperkenalkan kepada siswa; 5) Bahan ajar sains yang baik
sebaiknya memberi peluang kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri; dan
6) Daftar pustaka sebaiknya dicantumkan dalam penulisan bahan ajar.
e. Keunggulan Modul Sains
Bahan ajar berupa modul sains memiliki keunggulan dalam beberapa hal.
Menurut Toharudin, et al. (2011), modul memberi peluang kepada siswa
untuk dapat mengembangkan beberapa keterampilan, diantaranya:
1) Keterampilan proses yang meliputi: kemampuan mengamati,
membandingkan dan membedakan, mengelompokkan, mengukur,
mengkomunikasikan, serta tingkatan keterampilan proses yang lebih tinggi,
seperti meramalkan, mengaplikasikan konsep dan mengkomunikasikan;
2) Kemampuan berpikir sesuai seperti mengingat, memahami,aplikasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menganalisis, evaluasi dan menulis; 3) Kemampuan literasi sains siswa yang
meliputi empat aspek, yaitu: memahami istilah sains, membaca dalam sains,
menulis tentang sains dan berbicara dalam sains.
Pertama, aspek pemahaman terhadap istilah dalam sains. Istilah-istilah
ilmiah di dalam sains dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk
memahami dan menguasai konsep sains. Ada kata-kata yang mudah dibaca
dan mudah diingat, tetapi sulit untuk dimengerti siswa, proses atau peristiwa
sains yang mudah dimengerti tetapi siswa mengalami kesulitan dalam
menyebutkan istilahnya. Oleh karena itu, dalam modul sains terdapat
serangkaian kegiatan yang hendaknya dilakukan siswa sehingga mereka dapat
menemukan kata kunci atau istilah penting.
Kedua, aspek membaca dalam sains. Kegiatan membaca secara umum
terbagi menjadi empat kategori, yaitu: membaca tidak henti, membaca
perlahan dan mempelajarinya, membaca sepintas secara cepat dan mencari
bagian informasi yang dibutuhkan. Kegiatan membaca dalam sains menuntut
beberapa aktifitas yang sebaiknya dilakukan untuk memahami isi bacaan.
Ketiga, aspek menulis dalam pembelajaran sains. Aspek menulis
membantu siswa untuk dapat berpikir secara ilmiah melalui kegiatan menulis
dalam sains. Terdapat enam kegiatan dalam menulis, yaitu: siswa diajak
berlatih memberi penjelasan tentang “sebuah cara”, siswa diajak berlatih
tentang memberi penjelasan tentang “bagaimana”, siswa diberi waktu untuk
menuliskan argumen, siswa diberi kesempatan memberi gambaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
membuat kesimpulan, siswa diminta menuliskan hasil analisisnya tentang
suatu keadaan dan siswa diminta membuat sebuah perencanaan.
Keempat, aspek berkomunikasi lisan dalam pembelajaran sains. Siswa
membutuhkan kesempatan untuk dapat mengungkapkan, menjelaskan dan
menunjukkan pemahamannya tentang sains. Siswa juga membutuhkan untuk
menggunakan istilah-istilah sains yang diketahuinya secara benar, oleh karena
itu siswa sebaiknya diberikan kesempatan untuk mengembangkan
pemikirannya dengan berbicara, berdiskusi dan berbagi untuk
mengungkapkan apa yang diketahuinya dan mengetahui apa yang diketahui
siswa lainnya.
5. Integrasi Modul dengan Belajar Biologi
Terdapat empat hal karakteristik modul yang diintegrasikan dengan belajar
Biologi. Pertama, Biologi mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan
fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Mata pelajaran Biologi
mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk
membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan
masyarakat. Fenomena alam dalam mata pelajaran Biologi dapat ditinjau dari
objek, persoalan, tema, dan kejadiannya.
Kedua, dilihat dari struktur keilmuan Biologi. Struktur keilmuan yang
digunakan di Indonesia mengacu pada Biological Science Curriculum Studi
(BSCS). Struktur keilmuan Biologi salah satunya adalah yang didefinisikan oleh
Biological Science Curriculum Study (BSCS). Secara umum mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Biologi ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu: Obyek Biologi, Tema Persoalan
Biologi, dan Tingkatan organisasi Kehidupan.
Ketiga, pada proses pembelajaran Biologi. Pembelajaran Biologi
memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen, sebagai bagian dari kerja
ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Adanya
kegiatan ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui penemuan inkuiri
berdasar pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah.
Keempat, mencakup keterampilan proses sains dasar dan keterampilan
proses sains terpadu. Keterampilan proses sains dasar meliputi keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, berkomunikasi, melakukan pengukuran metrik,
memprediksi, menginferensi atau menyimpulkan, dan menafsirkan. Keterampilan
proses sains terpadu mencangkup mengidentifikasi variabel, menentukan variabel
operasional, menjelaskan, menjelaskan hubungan antar variabel, menyusun
hipotesis, merancang prosedur, dan melaksanakan penyelidikan, menganalisis
data, menyajikan hasil penyelidikan dalam bentuk tabel atau grafik, serta
membahas, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan.
Melalui keterampilan proses sains, kepada siswa dapat diberikan pengalaman
beraktivitas yang melibatkan keterampilan kognitif (minds on), keterampilan
manual (hands on) dan keterampilan sosial (hearts on).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. Problem Posing
a. Pengertian Problem Posing
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata
“problem” artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya
mengajukan (Akay dan Boz, 2010). Problem posing dapat diartikan sebagai
pengajuan soal atau pengajuan masalah. Menurut As’ari (dalam Yansen,
2005: 9), menggunakan istilah pembentukan soal sebagai padanan kata untuk
istilah problem posing.
Menurut Suharta (dalam Darmadi, 2007), problem posing adalah
perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah
dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan. Model pembelajaran
problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk
mengajukan soal sendiri. Intinya problem posing adalah perumusan soal
sederhana atau perumusan ulang masalah yang ada dengan perubahan agar
lebih sederhana dan dapat dikuasai. Lebih lanjut menurut Surtini (2006),
problem posing merupakan metode sebagai upaya membantu siswa
memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut
dengan kata-katanya sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau dalam
bentuk operasional.
Suryanto (dalam Yansen, 2005: 9), menyatakan bahwa diartikan
membangun atau membentuk masalah, perumusan soal sederhana atau
perumusan soal ulang yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. Problem posing adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah
diselesaikan. Silver & Cai (1996), menyatakan bahwa pembentukan soal atau
pembentukan masalah mencakup dua kegiatan yaitu: 1) Pembentukan soal
baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa; dan
2) Pembentukan soal dari soal yang sudah ada.
Berdasarkan wacana di atas, maka dapat disimpulkan problem posing
merupakan suatu pembentukan permasalahan atau pengajuan permasalahan
yang dilakukan oleh siswa dengan cara membuat permasalahan tidak jauh
beda dengan permasalahan yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan
pengalaman siswa itu sendiri.
b. Langkah-langkah Problem Posing
Silver & Cai (1996), mengemukakan problem posing yang dapat
diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas berbeda, yaitu: 1) Pre-solution
posing, yaitu seorang siswa menghasilkan masalah yang berasal dari situasi
atau stimulus yang disajikan atau diberikan; 2) Within-solution posing, yaitu
seorang siswa merumuskan kembali masalah seperti yang sedang
diselesaikan; dan 3) Post-solution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi
tujuan atau kondisi masalah yang sudah dipecahkan untuk menghasilkan
masalah baru.
Menurut pakar pendidikan Auberbach (dalam Sarah, 2004),
menyederhanakan 5 langkah pembelajaran dengan problem posing, yaitu:
1) Penjabaran inti artinya seorang guru mempertunjukkan siswa dengan
sebuah tanda dan gambar yang merupakan bagian vital dalam problem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
posing; 2) Mengidentifikasi masalah artinya siswa diminta untuk
mengidentifikasi masalah dari situasi yang diadakan; 3) Menampilkan
permasalahan individu artinya setiap siswa diminta untuk menuliskan ide
masing-masing dengan selengkap-lengkapnya atas dasar masalah yang
dikemukakan oleh masing-masing kelompoknya; 4) Membahas alternatif
permasalahan yang lain artinya guru membimbing siswa dalam mencari
alternatif pemecahan dan membahas akibat-akibat yang terjadi; dan
5) Mendiskusikan masalah artinya guru mengarahkan suatu diskusi dalam
mengatasi masalah sosial atau ekonoi dengan pertayaan untuk mengatakan
mengapa masala tersebut dijadikan masalah dan bagaimana kecenderungan
dari permasalahan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa keterlibatan siswa untuk
turut belajar secara aktif. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru,
melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil
belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga
meningkatkan keterampilan berpikir serta mampu menkomunikasikan baik
secara lisan maupun tulisan melalui langkah-langkah pembelajaran. Tipe
problem posing yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan tipe pre-
solution posing, yaitu seorang siswa menghasilkan masalah yang berasal dari
situasi atau stimulus yang disajikan atau diberikan. Lagkah-langkah yang
akan diambil dalam pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut: 1)
mengidentifikasi masalah; 2) Menampilkan masalah; 3) Membahas alternatif
pemecahan masalah; 4) Mendiskusikan masalah; 5) Penerapan konsep pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
situasi baru; 6) Mempresentasikan hasil kelompok (Silver dalam Wahyuni,
2012).
7. Keterampilan Proses Sains (KPS)
a. Pengertian KPS
Keterampilan proses sains adalah perangkat kemampuan kompleks yang
digunakan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran. Menurut Dahar (1989), KPS adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
KPS adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena siswa
menggunakan pikirannya, keterampilan manual jelas terlibat karena
melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau
perakitan alat, serta keterampilan sosial terlibat ketika terjadi interaksi antar
siswa selama proses pembelajaran. KPS yang terdiri atas keterampilan dasar
(observasi, klasifikasi, meramalkan, mencatat data, hubungan ruang dan
waktu) dan keterampilan terintegrasi (interpretasi data, mengontrol variabel,
cara mendefinisikan dan merumuskan hipotesis) perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pengalaman langsung membuat siswa lebih menghayati proses atau kegiatan
yang sedang dilakukan (Rustaman, 2003).
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang
berproses dalam kerja ilmiah, dengan keterampilan proses ini siswa mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut dari para
siswa (Semiawan, 1992). KPS terjadi selama proses pembelajaran melalui
serangkaian kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik dan mental sebagai
upaya menemukan konsep dan menghasilkan produk ilmiah.
b. Jenis-jenis KPS
KPS dibedakan menjadi dua, yakni: keterampilan dasar (basic skill) dan
keterampilan mengolah/memproses (process skill) (Bransford, 1984). Lebih
lanjut Collette dan Gega (dalam Djohar, 1989), membagi keterampilan proses
sains menjadi dua, yakni keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi.
Brotherton dan Preece (dalam Wardani, 2008), menambahkan bahwa struktur
hirarki keterampilan proses terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Keterampilan
dasar yang meliputi observasi, klasifikasi, meramalkan, mencatat data,
hubungan ruang dan waktu; 2) Keterampilan terintegrasi yang meliputi
interpretasi data, mengontrol variabel, cara mendefinisikan dan merumuskan
hipotesis.
KPS terutama Biologi terdiri dari kegiatan mengamati (observasi),
menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merencanakan
penelitian, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan (Dahar, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Semiawan (1992), merinci keterampilan proses sains meliputi kemampuan
dalam hal mengamati (observasi), membuat hipotesa, merencanakan
penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data (interpretasi),
menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (prediksi),
menerapkan (aplikasi) dan mengkomunikasikan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), klasifikasi KPS adalah sebagai
berikut: 1) Mengamati, yaitu proses pengumpulan data tentang fenomena atau
peristiwa menggunakan inderanya; 2) Mengelompokkan/klasifikasi, yaitu
sistematika untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Prosesnya mercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari
perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar
penggolongan; 3) Menafsirkan, yaitu menarik kesimpulan tentatif dari data
yang dicatatnya; 4) Meramalkan, yaitu memperkirakan berdasarkan data hasil
pengamatan yang reliabel. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil
pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai
kemampuan proses meramalkan; 5) Mengajukan pertanyaan, keterampilan ini
dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa dan
bagaimana guna meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis; 6) Merumusakan hipotesis, yaitu melakukan dugaan sementaara
terhadap perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu; 7) Merencanakan percobaan, keterampilan ini dapat
diperoleh apabila siswa mampu menentukan alat dan bahan yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus menentukan variabel-
variabel, menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan
cara dan langkah-langkah kerja serta menentukan bagaimana mengolah hasil-
hasil pengamatan; 8) Menggunakan alat dan bahan, keterampilan
menggunakan alat dan bahan dapat diperoleh dengan pengalaman langsung;
9) Menerapkan konsep, keterampilan menerapkan konsep pada pengalaman
baru; dan 10) Mengkomunikasikan, keterampilan ini meliputi keterampilan
membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan
data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi.
Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan
menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
c. Keunggulan KPS
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), KPS memiliki keunggulan
diantaranya: 1) KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan,
sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan
baik; 2) Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang
ilmu pengetahuan, sehingga siswa menjadi lebih aktif selama pembelajaran;
dan 3) Membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Banyak pendapat mengenai jenis-jenis KPS yang dapat dikembangkan
selama pembelajaran Biologi, namun dalam penelitian pengembangan yang
dilakukan terdapat 11 aspek yang akan diukur, meliputi: melakukan
pengamatan (observasi), menafsirkan/intepretasi, mengelompokkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
memprediksi/meramalkan, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan
bahan selama percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan dan
menerapkan konsep.
Belajar Biologi secara bermakna akan dialami siswa apabila siswa
terlibat secara intelektual, manual dan sosial. Pengembangan keterampilan
proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakikat
belajar Biologi, yakni sebagai produk, proses dan sikap. Keterampilan proses
ini dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman
belajar. Menurut Rustaman (2003), melalui pengalaman langsung siswa dapat
lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan, dengan
demikian KPS perlu dilatihkan kepada siswa selama proses belajar
berlangsung, karena KPS ini tidak hanya sekedar membelajarkan produk tapi
juga proses. Pembelajaran yang melibatkan KPS akan menghadirkan
pengalaman langsung selama pembelajaran, sehingga siswa akan lebih aktif
untuk mengetahui dan memahami konsep dengan baik.
8. Berpikir Kritis ( Berpikir Analisis)
Berpikir kritis merupakan dasar untuk mempelajari setiap disiplin ilmu.
Suatu disiplin ilmu merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak terpisah-pisah
sehingga untuk mempelajarinya membutuhkan suatu keterampilan berpikir
tertentu. Masing-masig disiplin ilmu punya kespesifikasikan dan membentuj
pola berpikir tertentu, misalnya untuk mempelajari Biologi diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
biological thiking, sedangkan untuk mempelajari sejarah dibutuhkan
historitical thinking (Paul, 2005).
Komponen berpikir kritis menurut Facione (2001), terdiri atas:
interpretasi, analisis, kesimpulan, inference, explanation dan self-regulation.
Penjelasan mengenai komponen tersebut sebagai berikut: 1) Interpretasi,
merupakan kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud
suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan,
konvensi, kepercayaan, aturan dan prosedur atau kinerja; 2) Analisis,
merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang
benar di dalam hubungan antara pernyataan, kenyataan konsep, deskripsi atau
bentuk pernyataan yang diharapkan untuk menyatakan kepercayaan,
keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat. Indikator analisis
terdiri dari: menguji ide, mengenali argumen, mengenali alasan dan
pernyataan; 3) Evaluasi, merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas
pernyataan atau penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi
seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan
logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial
yang actual diantara pernyataan, deskripsi, pernyataan atau bentuk bentuk
representasui yang lain; 4) Inference, merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi dan memilih nsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk
kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan
memperhatikan informasi yang relevan; 5) Explanation (penjelasan),
merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep,
metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal dan
kemampuan untuk me-representasikan alasan seseorang berupa argumentasi
yang meyakinkan; dan 6) Self-regulation, merupakan kesadaran seseorang
untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen-elemen yang digunakan
dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan
mengaplikasikan keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi kemampuan
diri dalam mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi,
validasi atau koreksi terhadap alasan dan hasil berpikir.
9. Teknik Pemetaan
Teknik pemetaan merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu
siswa menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Teknik pemetaan
menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan
informasi sebelum informasi tersebut dipelajari, mewakili adanya keterikatan
secara bermakna antar konsep, sehingga membantuk proporsi. Proporsi ialah
dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan garis yang diberi label (kata
penghubung), sehingga memiliki suatu arti (Susilo, 2001).
Kegunaan teknik pemetaan antara lain: 1) Menunjukkan hubungan antara
ide-ide dan membantu memahami lebih baik apa yang dipelajari;
2) Menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proporsi-proporsi; dan 3) Dimaksudkan agar siswa lebih terampil untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
menggali pengetahun awal yang sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan
baru sesuai pengalaman belajar (Nur dalam Trianto, 2010).
Jenis-jenis teknik pemetaan menurut Nur (dalam trianto, 2010), meliputi:
pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep
siklus (cycle concept map) dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
Diantara peta konsep tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri,
peta konsep laba-laba (spider concept map) misalnya, memiliki karakteristik
tidak menurut hirarki dan kategori yang tidak paralel, sehingga sesuai
diterapkan untuk pola materi yang tidak hierarki, seperti Pencemaran
Lingkungan.
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan
curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Spider concept map
atau sering disebut peta jaring laba-laba adalah prosedur grafis visual yang
menggabungkan langkah-langkah yang dapat memperkuat pemahaman siswa,
membantu siswa dalam mengorganisir pikiran dan fokus pada tugas serta
mendorong pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pelajaran. Pemetaan
jaring laba-laba terdapat konsep utama yang merupakan konsep global dari
konsep-konsep lain yang ditemukan. Konsep utama akan membentuk konsep-
konsep lainnya dengan jaring laba-laba. Konsep-konsep lain yang merupakan
bagian dari konsep utama tidak dapat dipisahkan antara satu konsep dengan
konsep lainnya (Ananta, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pengetahuan siswa akan lebih terarah dengan bantuan spider concept
map karena akan mampu memetakan konsep utama dan konsep-konsep lainnya
yang relevan. Adanya spider concept map akan memfasilitasi siswa untuk
berpikir lebih mendalam dan luas. Spider concept map merupakan peta konsep
yang dibuat dengan menempatkan ide sentral dari sebuah topik di tengah peta.
Gagasan utama ditandai dengan kaki yang memancar keluar. Setiap jumlah
rincian atau ide bawahan dapat melekat pada ide utama yang terkait. Cabang
dari setiap kaki dapat mencakup rincian pendukung, fakta, dan contoh. Peta
konsep laba–laba dapat menggambarkan topik dalam sebuah novel, cerita
pendek, film, atau sebuah games, hal, proses, konsep. Peta ini dapat digunakan
untuk mengatur ide-ide atau brainstorming ide-ide untuk proyek penulisan.
Salah satu keuntungan spider concept map adalah dapat membantu siswa
membuat asosiasi (hubungan sebab-akibat) dan melihat hubungan antara
konsep sentral, ide utama, dan rincian pendukung. Informasi yang berkaitan
dengan berbagai topik dapat diatur menggunakan spider concept map.
10. Modul Berbasis Problem posing Disertai Spider Concept Map
a. Pengertian
Modul Berbasis problem posing adalah modul pembelajaran Biologi
yang disusun secara sistematis, menarik dan berisi rangkaian kegiatan yang
menciptakan pengalaman belajar siswa, rangkaian kegiatan disusun secara
sengaja meliputi 6 sintaks, yaitu: 1) Mengidentifikasi masalah;
2) Menampilkan masalah; 3) Membahas alternatif pemecahan masalah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4) Mendiskusikan masalah; 5) Penerapan konsep pada situasi baru; dan
6) Mempresentasikan hasil kelompok (Silver dalam Wahyuni, 2012).
b. Karakteristik Modul Berbasis Problem Posing
Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing terdiri dari 3
bagian utama yaitu: bagian awal, inti dan penutup. Bagian awal terdiri atas:
judul modul, halaman cover, kata pengantar, daftar isi, gambaran umum
modul, petunjuk penggunaan modul (untuk guru dan siswa), kompetensi inti
(KI). Bagian inti terdiri atas identitas mata pelajaran, kompetensi dasar (KD),
indikator, alur kegiatan pembelajaran, wacana, identifikasi masalah,
menampilkan masalah, membahas alternatif pemecahan masalah (pemilihan
alat dan bahan, langkah kerja dan melakukan percobaan), mendiskusikan
masalah, penerapan konsep pada situasi baru, lembar spider concept map,
lembar poster, presentasi hasil kelompok, info sains, rangkuman dan
wawasan sains. Bagian penutup meliputi evaluasi, petunjuk penilaian, tugas
individu, refleksi diri, dilengkapi dengan petunjuk penggunaan modul (untuk
siswa dan guru) di awal modul. Kunci jawaban, glosarium dan daftar pustaka
di bagian akhir
11. Integrasi Problem posing dengan Spider Concept Map
Pengintegrasian antara problem posing dengan spider concept map
dimaksudkan untuk saling melengkapi. Menurut Rifqiawati (2011), kelemahan
problem posing, diantaranya: pembelajaran problem posing membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
waktu yang lama karena masing-masing kelompok presentasi, siswa
mengalami kesulitan dalam memahami hubungan antar konsep. Kelemahan
tersebut dapat diatasi dengan bantuan teknik pemetaan spider concept map,
karena pada kenyataannya teknik ini akan memfasilitasi siswa untuk
mendapatkan konsep-konsep yang relevan terkait materi pelajaran. Konsep-
konsep yang didapat siswa selanjutnya mengalami pemprosesan kognitif untuk
mengetahui proporsi dan hubungan/link antar konsep yang saling berhubungan
ataupun tidak berhubungan. Setelah mendapatkan konsep, siswa akan lebih
terbantu untuk melakukan presentasi kelompok karena pada dasarnya siswa
sudah menemukan konsep yang merupakan intisari dari topik yang dibahas,
sehingga pembelajan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama.
Adapun kelemahan teknik pemetaan spider concept map, diantaranya:
ide-ide berasal dari ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu
sama lain, kesulitan dalam memisahkan dan mengelompokkan istilah-istilah
menurut kaitan tertentu (Kanselaar, et al., 1997). Kelemahan teknik pemetaan
tersebut dapat diatasi dengan kelebihan yang terdapat di problem posing pada
sintaks mendiskusikan masalah. Menurut Norman & Bakar (2011), problem
posing mampu memecahkan masalah/ mampu mencari berbagai jalan dari
suatu kesulitan yang dihadapi, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
siswa/terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan, dan
mengetahui proses bagaimana siswa memecahkan masalah. Kegiatan yang
dilakukan untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan memisahkan atau
mengelompokkan istilah tertentu dapat dilakukan dengan diskusi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
anggota kelompok atau antar anggota kelompok yang pada akhirnya akan
saling melengkapi pengetahuan antar siswa satu dengan lainnya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Hizkiawan ( 2012), berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran PLC Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa
SMKN 2 Wonosari”. Hasil menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pendekatan problem posing aktivitas belajar Siswa SMK N 2 Wonosari terhadap
pembelajaran PLC meningkat, dengan peningkatan sebesar 11,78% atau dari
49,80% pada siklus I menjadi 55,67% pada siklus II. Rinciannya, pada siklus I
nilai rata-rata siswa sebesar 66,5 dan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh
sebesar 70 Dari kategori hasil tes siswa juga mengalami peningkatan. Secara
berurutan dari kategori sangat tinggi ke terendah yaitu: kategori tinggi 27,27%
menjadi 30,30%, kategori tinggi 24,24% menjadi 33,33%. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian ini salah satunya terletak pada bahan ajar yang
digunakan. Peneliti menggunakan bahan ajar berupa modul, sedangkan penelitian
tersebut menggunakan bahan ajar berupa LKS dan buku paket. Revelansi dengan
penelitian ini adalah pendekatan problem posing dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Kanselaar, et al. (1997), yang berjudul “Collaborative Construction of
Conceptual Understanding: Interaction Processes and Learning Outcomes
Emerging From a Spider Concept and a Poster Task”. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah proses interaksi siswa selama proses pembelajaran berbantuan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pemetaan laba-laba mengakomodasi keinginan siswa untuk belajar secara lebih
luas tanpa batas dalam memperluar pemahaman tentang konsep-konsep.
Relevansi dengan penelitian ini terletak pada sintaks problem posing terutama
pada sintaks mengajukan masalah, siswa tidak dibatasi dalam hal mengajukan
masalah sesuai dengan identifikasi masalah yang dilakukannya. Guru hanya
memfasilitasi dan memberikan rambu-rambu tentang garis besar tema yang
dibahas, agar tidak menyimpang jauh dari yang dipelajari selama proses
pembelajaran.
Penelitian Allan, et al. (2004), berjudul “The Creativity Quotient: An
Objective Scoring of Ideational Fluency”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran
bermakna akan terbentu melalui dua kegiatan, pertama siswa melakukan
serangkaian kegiatan ilmiah untuk menemukan konsep, lalu pada tingkat kedua
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (konsep-
konsep atau lain-lain) yang telah dimiliki. Revelansi dengan penelitian ini adalah
pendekatan problem posing merancang siswa untuk melatih belajar bermakna.
Penelitian Umiatin (2012), berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Posing Tipe Pre-Solution Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika dan
Karakter Siswa Sma”. Hasil problem posing tipe pre-solution posing mempunyai
pengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa, oleh karena itu model ini
dapat digunakan dalam pembelajaran fisika di kelas. Melalui model pembelajaran
ini juga dapat dikembangkan karakter siswa meliputi berfikir kreatif, kritis dan
logis bekerja dengan teliti, jujur dan berperilaku santun serta keterampilan sosial
seperti bekerja sama dan saling menghargai. Relevansi dengan penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
terletak pada pendekatan problem posing dapat meningkatkan kemampuan belajar
siswa dan persamaannya terdapat pada penggunaan pendekatan problem posing
tipe pre-solution.
Penelitian La Rosiani Hadiyana (2011), berjudul “Pengaruh Keterampilan
Proses Sains Terhadap Hasil Biologi Siswa”. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan disimpulkan pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan
hasil belajar Biologi siswa. Pendekatan KPS efektif untuk meningkatkan aspek
afektif siswa. Relevansinya dengan penelitian ini adalah pembiasaan dalam
memberdayakan keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian dari English (1997), berjudul “Promoting a Problem posing
Classroom”. Menyatakan bahwa adanya keterkaitan pembuatan soal/masalah
dengan pemecahan masalah. Menurut penelitan yang dilakukannya didapatkan
kesimpulan bahwa dengan membuat soal berarti tahap awal dalam memecahkan
masalah, yaitu memahami soal telah terlewati, sehingga untuk menyelesaikan soal
dengan tahap berikutnya akan terbuka. Relevansi dengan penelitian ini adalah
pada sintaks mengajukan masalah memiliki pengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam memecahkan permasalahan selajutnya.
Penelitian Keziah (2010), berjudul “A Comparative Study of Problem-Based
and Lecture-Based Learning in Secondary School Students Motivation to Learn
Science”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran yang aktif melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran kelompok berbasis masalah akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Relevansi dengan penelitian ini adalah dengan bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kelompok dalam menyelesaikan masalah siswa akan terlatih belajar bermakna dan
akan terbiasa dalam mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi sosial.
Penelitian Ketut (2004), berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan
Problem Solving dan Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa”.
Penelitiannya menyimpulkan bahwa pada intinya Problem posing adalah
meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah, masalah yang diajukan
dapat berdasar pada topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan atau
informasi tertentu yang diberikan oleh guru. Revelansi dengan penelitian ini
terletak pada sintaks problem posing memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
mengajukan masalah sebanyak-banyaknya, namun topik yang dibahas masih
berhubungan dengan wacana.
Penelitian Aristoklis & George (2007), yang berjudul “Efficacy Beliefs,
Problem Posing and Mathematics Achievement”. Menyimpulkan bahwa
penemuan pembelajaran saat ini menyarankan bahwa peningkatan kepercayaan
pada problem posing harus menjadi bagian dari pembelajaran dan berhubungan
dengan prestasi. Relevansi dengan penelitian ini adalah penerapan problem posing
dalam proses pembelajaran diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian Norman & Bakar (2011), yang berjudul “Secondary School
Students’ Problem Posing Strategies: Implications To Secondary School Students’
Problem Posing Performances”. Menyimpulkan bahwa model problem posing
mendorong siswa untuk memahami proses dalam menyelesaikan permasalahan
untuk mendapatkan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu soal. Revelansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dengan penelitian ini adalah siswa dituntut untuk membuat soal/masalah agar
dapat menyelesaikan permasalahan berikutnya.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang bermutu tinggi. Hal ini berarti pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan
lulusan yang diharapkan mampu memecahkan masalah, berfikir kritis, kreatif dan
kompetitif sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam menghadapi
tatangan abad 21.
Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan abad 21 lebih mengandalkan
pada pengembangan keterampilan yang meliputi, keterampilan berpikir,
keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan berkomunikasi yang
mendukung optimalisasi pada proses pencapaian pendidikan. Pendidikan sains
diharapkan dapat menjawab tantangan perkembangan abad 21 karena memiliki
karakteristik pembelajaran yang mengacu pada hakikat sains. hakikat
pembelajaran biologi sebagai salah satu dari ilmu sains meliputi proses, produk,
sikap dan teknologi (Carin & Evans dalam Suciati, 2011). Hakikat sains sebagai
proses keterampilan dalam pembelajaran diarahkan pada pembentukan
keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan kinerja siswa dalam
mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sains sebagai produk, berarti dalam
Biologi terdapat produk yang berupa konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip yang
sudah diterima kebenaranya (Carin & Evans dalam Suciati, 2011). Sains sebagai
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sikap berarti dalam Biologi terkandung pengembangan sikap ilmiah diantaranya:
terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab dan bekerja
sama. Adapun, sains sebagai teknologi berarti biologi berkaitan erat dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang muncul. Karakteristik pendidikan sains tersebut diharapkan
dapat mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri untuk
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut berpikir
kritis terutama kemampuan menganalisis.
Pada kenyataannya, kemampuan siswa di bidang sains masih kurang. Hal
ini dibuktikan dengan hasil studi PISA (Programme for International Student
Assesment) yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Berdasarkan data
PISA (2013), menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat ke-64
dari 65 negara peserta.
Hasil observasi di SMAN 1 Sumberlawang menunjukkan bahwa siswa
kesulitan dalam bepikir analisis. Berdasarkan analisis, siswa mengalami kesulitan
dalam menguji ide sebesar (53,12%), kemampuan mengenali argumen (62,50%)
dan kemampuan mengenali alasan dan pernyataan (68,75%). Siswa menyerap
berbagai informasi dengan cara menghafal, siswa belajar dari buku paket dan
LKS, kurang dilatih KPS. Buku paket sudah menyediakan kegiatan praktikum
seperti alat, bahan dan cara kerja akibatnya KPS siswa rendah. Rendahnya
keterampilan proses sains yang ditunjukkan lemahnya siswa dalam merumuskan
masalah (56,25%), membuat hipotesis (62,50%) dan mengkomunikasikan hasil
percobaan (68,75%). Berdasarkan analisis hasil belajar siswa, menunjukkan UN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pada materi Pencemaran Lingkungan di SMAN 1 Sumberlawang rata-rata
mendapat ketuntasan rendah, yaitu sebesar 62,50%.
Adanya kesenjangan tersebut perlu adanya solusi yaitu berupa modul sains
Pencemaran Lingkungan yang disajikan melalui model pembelajaran. Problem
posing adalah model pembelajaran yang dapat melatih siswa memecahkan
masalah yang dapat mendorong siswa dalam mempelajari materi secara lebih
terorganisir dan terkoordinir dalam menemukan konsep yang relevan. Konsep
tersebut dapat diperoleh siswa dengan baik teknik-teknik pemetaan yang relevan.
Pemetaan konsep dapat disajikan dalam berbagai tipe. Menurut Nur (dalam
Trianto, 2010), teknik pemetaan ada empat macam, yaitu pohon jaringan, rantai
kejadian, peta konsep siklus, dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
Secara sederhana kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Idealnya:
Pendidikan berfungsi menciptakan SDM
tinggi.
Tantangan pendidikan abad 21, siswa dituntut
untuk menyelesaikan permasalahan terutama
berpikir tingkat tinggi terutama menganalisis.
Pendidikan sains diharapkan dapat mengatasi
permasalahan tersebut karena memiliki
karakteristik.
Karakteristik berupa hakikat sains, yaitu:
proses, produk, sikap dan teknologi.
Masalah:
Bahan ajar berupa buku paket kurang dilatih
KPS karena sudah disediakan rancangan
percobaan
Materi Pencemaran Lingkungan cakupan
materi terlalu luas.
Siswa kesulitan memahami hubungan konsep.
Siswa kurang dilatih berpikir kritis terutama
kemampuan menganalisis.
Peringkat PISA Indonesia ke-64 dari ke-65
negara peserta
Akibatnya:
Kemampuan berpikir kritis terutama
kemampuan menganalisis rendah (menguji
ide 53,12%, mengenali argumen 62,50% dan
mengenali alasan dan pernyataan 68,75%).
Solusi: Pengembangan modul berbasis problem posing disertai spider concept map untuk memberdayakan KPS dan
kemampuan menganalisis. Modul dikembangkan dengan model pengembangan
modifikasi Borg & Gall.
Sintaks Problem Posing
Mengidentifikasi masalah
Menampilkan masalah
Membahas alternatif pemecahan
masalah
Mendiskusikan masalah
Menerapkan konsep pada situasi
baru
Mempresentasikan hasil kerja
kelompok
Kelebihan Problem Posing
mampu memecahkan
masalah
mengetahui proses
memecahkan masalah
mengembangkan
pengetahuan
kemampuan mengajukan
soal
Spesifikasi Produk
Modul berbasis problem posing
Teknik pemetaan menggunakan
spider concept map
Khusus pada materi Pencemaran
Lingkungan
Teknik Pemetaan Spider Concept Map
Ide sentral dari sebuah topik di
tengah peta.
Gagasan utama ditandai dengan kaki
yang memancar keluar.
Setiap ide bawahan dapat melekat
pada ide utama yang terkait.
Cabang dari setiap kaki dapat
mencakup rincian pendukung, fakta,
dan contoh.
Hasil
Keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis meningkat
Kelebihan Modul Sains
Memberdayakan KPS
Memberdayakan kemampuan
berpikir kritis terutama
menganalisis
Memberdayakan kemampuan
literasi sains
Kelebihan Spider Concept Map
Tidak memerlukan pola
hierarkis.
Mudah disusun
Konsep-konsep disusun secara
bebas.
Membutuhkan waktu tidak
lama
Akibatnya:
KPS rendah (merumuskan masalah 56,25%,
membuat hipotesis 62,50% dan
mengkomunikasikan hasil percobaan 68,75%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan
(Research & Development) modifikasi Borg and Gall (Tim Puslitjaknov, 2008:10-
11). Hasil dari penelitian dan pengembangan berupa modul pencemaran
lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map untuk
memberdayakan KPS dan kemampuan menganalisis kelas X SMA/MA. Tahapan
penelitian dan pengembangan dilakukan melalui 10 tahapan, meliputi:
1)Penelitian pendahuluan; 2) Perencanaan (planning); 3) Pengembangan Bentuk
Produk Awal; 4) Uji coba lapangan tahap awal; 5) Revisi produk utama; 6) Uji
lapangan utama; 7) Revisi produk operasional; 8) Uji lapangan operasional; 9)
Revisi produk akhir; 10) Diseminasi dan implementasi produk.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian dan pengembangan sebagaimana Gambar 3.1.
61
Gambar 3.1. Modifikasi Tahapan R&D Bord & Gall (Tim Puslitjaknov, 2008:10-11)
Penelitian
pendahuluan meliputi:kajian
pustaka,
pengamatan kelas,
identifikasi
masalah, dll.
Perencanaan meliputi:
perumusan
tujuan,dll
Pengembangan
bentuk produk
awal.
Penyiapan
materi,
perangkat, dll
Uji coba
lapangan
tahap awal
Revisi
produk
utama
Uji lapangan
utama
Revisi
produk
operasional
Uji lapangan
operasional
Diseminasi
dan
implementasi
produk
Revisi
produk akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1. Penelitian Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendahuluan adalah analisis kebutuhan
terhadap peserta didik dan guru serta sekolah. Pada tahap analisis kebutuhan
dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui aspek KI dan KD yang
diterapkan sekolah. Penerapan konsep kurikulum 2013 terdiri atas 2 kelompok,
yaitu kelompok mata pelajaran Wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata
pelajaran wajib sebanyak sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam
per minggu. Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan
dasar yang sama, struktur kelompok peminatan akademik SMA memberikan
keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan
pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya.
2) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui data-data berkaitan dengan
materi pelajaran, hasil belajar peserta didik dan permasalahan yang dihadapi
sekolah terkait penyelenggaraan pendidikan.
3) Analisis Kondisi Lokal Sekolah
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan studi lapangan untuk
mengetahui permasalahan, tantangan dan kebutuhan bahan ajar menurut guru
dan siswa, serta mengetahui capaian 8 (delapan) standar nasional pendidikan
mengacu pada standar penilaian menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data utama dan pendukung
dilakukan juga dengan observasi dan wawancara, pemberian kuisioner dan
analisis keadaan lainnya.
a. Observasi dan wawancara
Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi atau
keadaan sekolah dalam proses pembelajaran biologi di SMA. Observasi
dilakukan berdasarkan indikator delapan standar nasional pendidikan yang
terkait dengan proses pembelajaran, meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga pendidik, standar sarana dan
prasarana, serta standar penilaian.
b. Pemberian kuisioner pada guru dan siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran
biologi yang telah dilakukan oleh guru serta bahan ajar yang digunakan oleh
guru.
c. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk dijabarkan
dalam indikator dan tujuan pembelajaran sebagai dasar penyusunan perangkat
pembelajaran.
d. Menganalisis permasalahan lingkungan yang ada di sekitar Sumberlawang.
2. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan dilakukan persiapan tentang segala hal yang berkaitan
dengan modul pembelajaran yang akan dihasilkan. Tahap perencanaan di
dalamnya akan disusun Garis–Garis Besar Isi Modul (GBIM) yang selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dijadikan pedoman penulisan modul bahan ajar. Depdiknas (2003: 9) menjelaskan
bahwa standar penilaian bahan ajar sains dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu
aspek materi, aspek penyajian, dan aspek ketebacaan. Identifikasi aspek yang
terdapat dalam KI dan KD serta identifikasi jenis materi bahan ajar akan
membantu proses pemilihan bahan ajar yang sesuai untuk dijadikan sebagai
sumber bahan ajar. Pada tahap ini dilakukan pengembangkan bentuk produk awal
(develop preliminary from of product), untuk itu dilakukan penyusunan
instrument penelitian, baik intrumen pembelajaran maupun instrumen penelitian
materi pembelajaran.
a. Analisis Isi
Tema: Pencemaran Lingkungan
Kompetensi Inti (KI), terdiri atas: KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4.
Kompetensi Dasar (KD), diantaranya: KD. 1.1, KD. 1.2, KD. 1.3, KD.2.1,
KD. 2.2, KD. 3.10, KD. 4.10.
b. Analisis Konsep
Pada analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan terutama wacana tentang permasalahan
lingkungan di daerah sekitar Sumberlawang, menyusun secara sistematis dan
merinci konsep-konsep yang relevan dengan materi Pencemaran Lingkungan.
3. Pengembangan Bentuk Produk Awal
Adapun strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
pengembangan adalah penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a. Silabus
Penyusunan silabus dilakukan dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
b. RPP
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disesuaikan
dengan panduan penyusunan sesuai Kurikulum 2013.
c. Modul Berbasis problem posing
Pada tahap ini dilakukan pengembangan draft produk awal (develop
preliminary from of product) . Pengembangan bentuk produk awal meliputi
penyusunan instrumen perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan
assesment. Deskripsi kerangka modul sebagai berikut:
Desain awal produk yang dikembangkan secara umum sebagai berikut:
1) Halaman Judul
Gambar 3.2. Draf Halaman Muka Modul
Gambar 3.2 memuat, halaman judul terdiri atas: (1) Judul modul
yaitu Modul Pencemaran Lingkungan Berbasis problem posing disertai
spider concept map untuk Memberdayakan Keterampilan Proses Sains
Modul
Pencemaran
Identitas Penulis
Identitas Peserta
Didik
Ilustrasi Gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dan Kemampuan Menganalisis; (2) Sasaran pengguna modul yaitu untuk
SMA/MA Kelas X; (3) Gambar kondisi lingkungan di pabrik, sungai dan
tempat pembuangan akhir sampah; (4) Nama penyusun modul; (5)
Tulisan Program Studi Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan tahun modul disusun; dan (6) Identitas siswa
meliputi: nama siswa, kelas dan nomor absen siswa.
2) Halaman Cover
Gambar 3.3. Draf Halaman Cover
Gambar 3.3 memuat halaman cover, yang terdiri: (1) judul modul
yaitu modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map; (2) Sasaran pengguna modul yaitu untuk SMA/MA
Kelas X; (3) Penulis; (4) Desain cover; (5) Konsultan modul; dan (6)
Validator ahli.
Modul
Pencemaran
Validator
Konsultan
Penulis
Desain
cover
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Kata pengantar
Gambar 3.4. Draf Kata Pengantar
Gambar 3.4 memuat informasi tentang peran dan gambaran umum
modul pencemaran lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map dalam proses pembelajaran.
4) Daftar Isi
Gambar 3.5. Draf Daftar Isi
Gambar 3.5 memuat bagian-bagian dalam modul yang disertai nomor
halaman.
Kata Pengantar
Isi
Penyusun
Daftar isi
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Spesifikasi Produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
5) Gambaran Umum Modul
Gambar 3.6 Draf Gambaran Umum Modul
Gambar 3.6 memuat komponen-komponen yang terdapat di dalam
modul yang dijelaskan melalui ilustrasi singkat dan sederhana.
6) Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru
Gambar 3.7. Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru
Gambar 3.7 memuat panduan tatacara penggunaan modul bagi guru,
yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan modul
secara benar.
7) Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa
Gambaran Umum Modul
Keterangan
Gambar
Keterangan
Gambar
Petunjuk Penggunaan Modul
Isi Petunjuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 3.8. Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa
Gambar 3.8 memuat panduan tatacara penggunaan modul bagi
siswa, yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan
modul secara benar.
8) Kompetensi Inti (KI)
Gambar 3.9. Draf Kompetensi Inti
Gambar 3.9 memuat gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang SMA/MA, kelas dan mata
pelajaran.
9) Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Inti
1
Kompetensi Inti
2
Kompetensi Inti
3
Kompetensi Inti
4
Petunjuk Penggunaan Modul
Isi Petunjuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu
mata pelajaran SMA/MA.
Gambar 3.10. Draf Kompetensi Dasar dan Indikator
Gambar 3.10 memuat penanda pencapaian indikator dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
10) Alur Kegiatan Pembelajaran
Gambar 3.11. Draf Alur Kegiatan Pembelajaran
Gambar 3.11 memuat bahasan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan peserta didik pada saat proses pembelajaran.
11) Wacana
Gambar
Kompetensi dasar
Indikator
Gambar
Wacana
Rumusan Masalah
Hipotesis
Rancangan Percobaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 3.12. Draf Wacana
Gambar 3.12 memuat uraian permasalahan tentang pengetahuan
yang sedang dipelajari. Wacana digunakan untuk merangsang siswa
masuk ke tahap belajar selanjutnya.
12) Identifikasi Masalah
Gambar 3.13. Draf Identifikasi Masalah
Gambar 3.13 memuat aktivitas yang dilakukan siswa berupa
mengidentifikasi permasalahan yang ada menurut masing-masing siswa
berdasarkan wacana yang telah dibaca. Identifikasi bersifat terbuka dan
tidak dibatasi oleh guru.
13) Menampilkan Masalah
Gambar Gambar
Isi Teks
Identifikasi masalah
..........................................................................
....
..........................................................................
....
Menampilkan masalah
gambar Isian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.14. Draf Menampilkan Masalah
Gambar 3.14 memuat aktivitas siswa berupa memilih permasalahan
yang paling penting dari berbagai permasalahan yang memungkinkan
untuk dilakukan pemecahan masalah.
14) Membahas Alternatif Pemecahan Masalah
Gambar 3.15 Draf Membahas Alternatif Pemecahan Masalah
Gambar 3.15 memuat aktivitas siswa yang mulai melakukan
kegiatan rancangan praktikum hingga melakukan praktikum secara
berkelompok.
15) Mendiskusikan Masalah
Membahas alternatif pemecahan
gambar Isian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 3.16. Draf Mendiskusikan Masalah
Gambar 3.16 memuat aktivitas siswa yag melakukan diskusi
berdasarkan kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan
permasalahan yang sudah dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
16) Penerapan Konsep Pada Situasi Baru
Gambar 3.17. Draf Penerapan Konsep Pada Situasi Baru
Gambar 3.17 memuat siswa yang diminta menyelesaikan suatu
permasalahan baru berdasarkan konsep-konsep yang telah didapat
sebelumnya melalui kegiatan mengamati,menanya, mencoba,
mengasosiasikan dan menkomunikasikan.
17) Lembar Spider Concept Map
Mendiskusikan Masalah
gambar Isian
Penerapan konsep pada situasi baru
Wacana
Solusi
Spider concept
map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 3.18. Draf Lembar Spider Concept Map
Gambar 3.18 memuat pengetahuan dan konsep-konsep yang telah di
dapat dan aktivitas siswa yang diminta membuat pemetaan pengetahuan
melalui spider concept map yang telah disediakan di dalam modul.
18) Lembar Poster
Gambar 3.19. Draf Lembar Poster
Gambar 3.19 memuat aktivitas siswa yang diminta membuat poster
sebagai sarana edukasi kepada masyakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan.
19) Presentasi Hasil Kelompok
Pada akhir sintaks pembelajaran siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil poster kepada peserta kelompok lainnya.
20) Info sains
Lembar Poster
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Memuat materi pelajaran sesuai dengan kegiatan yang sedang dipelajari.
21) Rangkuman dan Wawasan Sains
Memuat ragkuman materi yang telah dipelajari serta memuat
penemuan atau penelitian yang berkaitan dengan materi yang dipelajari
sehingga dapat menambah pengalaman siswa.
22) Evaluasi
Memuat 10 (sepuluh) soal tes pilihan ganda pada masing-masing sub
bab.
23) Petunjuk Penilaian
Berisi petunjuk untuk menilai hasil evaluasi yang telah dikerjakan siswa.
24) Refleksi Diri dan Tugas
Penjelasan atau ketentuan untuk dapat mempelajari materi
selanjutnya dan berisi instruksi tugas yang sebaiknya dikerjakan oleh
peserta didik.
25) Glosarium
Memuat daftar istilah-istilah yang terdapat di dalam modul beserta
penjelasannya.
26) Kunci Jawaban
Berisi jawaban tes pilihan ganda yang diberikan setiap akhir
pembelajaran.
27) Daftar Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Merupakan semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan
pada saat penyusunan modul.
Selanjutnya modul akan divalidasi. Modul pencemaran lingkungan
problem posing yang dihasilkan akan diuji validitasnya melalui serangkaian
validasi. Validasi dilakukan oleh beberapa ahli, yaitu:ahli penyajian, ahli materi,
ahli perangkat pembelajaran dan ahli kebahasaan serta praktisi.
4. Uji Coba Lapangan Tahap Awal
Uji coba lapangan tahap awal dilakukan di SMA yang memiliki kesetaraan
dengan SMAN 1 Sumberlawang Sragen. Kesetaraan yang dimaksud didasarkan
pada hasil penilaian akreditasi dari BAN-SM (Badan Akreditasi Nasional -
Sekolah Menengah) dari sekolah yang bersangkutan/sekolah sampel. Kelas yang
memiliki karakteristik hampir sama dengan SMAN 1 Sumberlawang Sragen
nantinya yang akan dipilih untuk dijadikan objek dilakukan uji lapangan tahap
awal. Uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik berupa kritikan
dan atau saran-saran dari berbagai pihak sebagai rujukan dilakukannya revisi
terhadap produk. Informasi yang diperoleh dari uji lapangan tahap awal berupa
data yang didapat dari aktivitas observasi, wawancara dan angket. Subyek dalam
uji coba ini sebanyak 10 peserta didik SMA. Setelah dilakukan uji lapangan tahap
awal selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang didapat, untuk
mempertimbangkan pada bagian mana modul akan diperbaiki.
5. Revisi Produk Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan masukan, tanggapan, saran dan kritik serta data hasil analisis
data maka dilakukan revisi terhadap modul. Masukan dan saran dari responden
akan membantu penyempurnaan modul pada tahap berikutnya.
6. Uji Lapangan Utama
Uji lapangan utama merupakan uji coba yang dilakukan terhadap sekolah
sampel. Uji coba dilakukan terhadap sepuluh orang siswa yang terdiri atas lima
siswa yang pernah diuji coba dan lima siswa yang belum diuji coba untuk menilai
kelayakan modul sebelum ke tahap revisi selanjutnya.
7. Revisi Produk Operasional
Berdasarkan masukan, tanggapan, saran dan kritik serta data hasil analisis
data maka dilakukan revisi terhadap modul. Masukan dan saran dari responden
akan membantu penyempurnaan modul pada tahap berikutnya.
8. Uji Lapangan Operasional
Uji lapangan operasional di desain menggunakan one group pretest-
posttest design dengan menggunakan satu kelas eksperimen (memakai modul
pencemaran lingkungan berbasis problem posing) dengan pemberian pretes
dilanjutkan dengan pemberian posttest pada kelompok tersebut (Sugiyono, 2011).
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kelompok Pretest Posttest
Eksperimen O1 O2
Keterangan:
O1 : Tes awal yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
O2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
Data yang diperoleh dalam tahap uji coba lapangan adalah sebagai berikut:
a) Data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest; b) Data
hasil penilaian psikomotorik; c) Data hasil penilaian afektif; d) Data
keterlaksanaan sintaks pembelajaran; e) Data angket kelayakan modul; dan
f) Data kuisioner tanggapan siswa terhadap modul. Berbagai data dan saran
perbaikan yang diperoleh dalam uji coba lapangan kemudian dijadikan bahan
perbaikan untuk revisi produk akhir.
9. Revisi Produk Akhir
Berdasarkan masukan, tanggapan, saran dan kritik serta data hasil analisis
data maka dilakukan revisi produk akhir. Masukan dan saran dari responden akan
membantu penyempurnaan modul pada tahap berikutnya.
10. Diseminasi dan Implementasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Diseminasi dilakukan di beberapa SMA yang tersebar di beberapa
kabupaten. Aspek yang dinilai meliputi: Isi modul, materi, evaluasi, penyajian,
bahasa/ keterbacaan dan tampilan modul.
C. Jenis Data
Data yang akan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Data analisis kebutuhan yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara
terhadap siswa dan guru tentang kondisi pembelajaran di kelas. Hasil Ujian
Nasional dari kemendiknas, dan data ketercapaian 8 SNP di SMAN 1
Sumberlawang yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.
b. Data mengenai respon guru dan peserta didik terhadap bahan ajar yang
digunakan, data analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap bahan ajar
yang sebaiknya digunakan.
c. Data hasil validasi ahli dan praktisi lapangan yang diperoleh melalui angket
kelayakan modul dan angket kelayakan instrumen pembelajaran yang
meliputi, RPP, lembar observasi aspek keterampilan dan aspek sikap, serta
soal tes hasil belajar kognitif.
d. Data hasil uji terbatas yang diperoleh melalui angket kelayakan modul oleh
siswa dan kuisioner tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran.
e. Data hasil uji lapangan diperoleh melalui kelayakan modul oleh siswa dan
kuisioner tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran. Data hasi belajar
kognitif diperoleh melalui pretes dan posttest. Hasil belajar aspek
keterampilan dan aspek sikap serta keterlaksanaan sintaks diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
melalui observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Selain itu
diperoleh angket tanggapan mengenai modul dari guru pengguna.
D. Teknik, Instrumen dan Subyek Penelitian
Teknik, instrumen dan subyek yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Teknik, Instrumen dan Subyek Penelitian
Target Teknik Instrumen Subjek
1. Analisis
kebutuhan
a. Studi pustaka Observasi Lembar observasi Waka kurikulum
b. Studi literatur Observasi Lembar observasi Waka kurikulum
c. Studi
Lapangan
Kuisioner
Wawancara
Lembar kuisioner
Lembar wawancara
Guru dan siswa
Guru dan siswa
2. Penilaian ahli
terhadap modul
Angket
Angket
Angket
Angket
Angket
Angket
Ahli
praktisi
Siswa
3. Tingkat
keterterapan
modul
Wawancara
Lembar wawancara Guru dan siswa
4. Hasil belajar
siswa
Tes, lembar
observasi
Soal tes, lembar
observasi aspek
sikap dan aspek
keterampilan
Siswa
E. Analisis Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Analisis Kebutuhan
Data tentang analisis kebutuhan dianalisis dengan teknik deskriptif
kualitatif. Hasil angket dideskripsikan untuk menganalisis kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pengembangan. Hasil dari analisis digunakan untuk mempertimbangkan
kebutuhan pengembangan modul.
2. Data Penilaian Ahli
Analisis data penilaian ahli mengenai pengembangan modul pencemaran
lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map dilakukan
dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Menurut Arikunto (2006), data
angket dianalisis menggunakan rating scale dengan kriteria:
Sangat setuju : 4
Setuju : 3
Kurang Setuju : 2
Tidak Setuju : 1
Data yang telah diberi skor kemudian dikonversikan kedalam persentase
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐾 = 𝑛𝑖
𝑁X 100%
Keterangan:
K : Persentase skor yang diperoleh
ni: : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah skor maksimal
Hasil perhitungan dimasukkan kedalam tabel persentase sesuai dengan kriteria
dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Agket
Rentang Nilai Kriteria Keterangan
81,25%<skor≤100% Sangat Baik Layak tanpa revisi
62,50%<skor≤81,25% Baik Layak dengan revisi
42,50%<skor≤62,50% Kurang Baik kurang layak
25%<skor≤42,50% Tidak Baik Tidak layak
3. Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh
pembelajaran modul berbasis problem posing disertai spider concept map
terhadap hasil belajar dan kemampuan peserta didik. Persyaratan data statistik
agar dapat diuji menggunakan paired t- Test adalah sebaran data harus normal
dan homogeny, untuk itu sebelumnya perlu dilakukan uji prasyarat analisis
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Namun sebelum diuji efektivitas
terlebih dahulu dihitung peningkatan hasil belajar siswa dengan teknik
normalized gain atau sering disebut gain score.
a. Normalisasi Gain Score
Normalisasi gain score adalah teknik analisis untuk mengetahui tingkat
kenaikan hasil belajar siswa. Gain score ternormalisasi menurut Hake
(1998:1), dapat dihitung dengan rumus berikut:
< 𝑔 >=𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan:
<g> = gain ternormalisasi
Interpretasi nilai gain ternormalisasi menurut Hake (1998: 1) dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Gain Ternormalisasi
Nilai <g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
b. Uji Prasyarat Analisis
1) Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang normal atau tidak. Selanjutnya, untuk mengevaluasi H0
yang menyatakan data tidak mengikuti distribusi normal digunakan uji normalitas
menggunakan uji Shapiro Wilk sekaligus menampilkan uji Kolmogorv-Smirnov
pada program SPSS 18 dengan menentukan taraf signifikansi p (p-value) = 0,05.
Hipotesis untuk uji normalitas adalah :
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka 𝐻0 ditolak
2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka 𝐻0 diterima
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang homogen. Selanjutnya, untuk mengetahui homogenitas variansi
digunakan uji Levene-Test. Tes ini mengasumsikan bahwa sampel uji yang
berbeda berasal dari populasi yang sama meskipun memiliki mean berbeda, akan
tetapi memiliki variansi sama. Hipotesis yang diajukan untuk tes kesamaan
variansi ini adalah :
H0 = sampel berasal dari variasi yang sama (homogen)
H1 = sampel tidak berasal dari variasi yang sama (tidak homogen)
Apabila dirumuskan ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
𝐻0 : 𝜎12 = 𝜎 2
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
𝐻1 : 𝜎12 ≠ 𝜎 2
2
Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka H0ditolak; 2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima.
1. Uji Paired Sample t- Test
Merupakan uji beda dua sampel berpasangan namun mengalami perlakuan
yang berbeda. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho: Rata-rata hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan modul adalah
sama
H1 : Rata-rata hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan modul adalah
berbeda
Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka H0ditolak; 2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima.
1. Analisis Data Hasil Prestasi Belajar
Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis data prestasi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. KKM mata pelajaran Biologi di SMAN 1
Sumberlawang adalah 75. Selanjutnya, untuk mengetahui efektifitas modul data
dideskripsikan untuk mengetahui nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata, dan
standar deviasi.
2. Analisis Hasil Belajar Aspek Keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Hasil belajar psikomotor berupa nilai aktivitas siswa selama
pembelajaran. Nilai aktivitas siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Rumus yang digunakan untuk menganalisis skor yang diperoleh yaitu:
nilai aspek keterampilan = skor yang diperoleh
skor maksimal x 100
3. Analisis Hasil Belajar Aspek Sikap
Prestasi belajar aspek sikap diperoleh dengan cara pengamatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Nilai aktivitas siswa dianalisis menggunakan analisis
deskriptif. Rumus yang digunakan untuk menganalisis skor yang diperoleh yaitu:
nilai aspek sikap = skor yang diperoleh
skor maksimal x 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan
(Research & Development) modifikasi Borg and Gall (Tim Puslitjaknov, 2008:10-
11). Hasil dari penelitian dan pengembangan berupa modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map untuk kelas X
SMA/MA. Tahapan penelitian dan pengembangan dilakukan melalui 10 (sepuluh)
tahapan, yaitu: 1) Penelitian pendahuluan (analisis kebutuhan); 2) Perencanaan; 3)
Mengembangkan bentuk produk awal; 4) Uji coba lapangan tahap awal; 5) Revisi
produk utama; 6) Uji coba lapagan utama; 7) Revisi produk operasional; 8) Uji
lapangan operasional; 9) Revisi produk akhir; 10) Diseminasi dan implementasi
produk. Masing-masing tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
Hasil analisis kebutuhan yang telah dilaksanakan diantaranya: analisis
kurikulum, analisis pustaka, analisis kondisi lokal sekolah, pengamatan kelas,
observasi, angket dan wawancara.
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan menelaah sebaran jam pelajaran dan
konsep pengembangan kurikulum di SMAN 1 Sumberlawang. Penerapan konsep
Kurikulum 2013 terdiri atas 2 kelompok, yaitu kelompok mata pelajaran wajib dan
mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 mata pelajaran dengan
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
beban belajar 18 jam per minggu. Mata pelajaran wajib sebagaimana pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Sebaran Mata Pelajaran Wajib
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Belajar Per
Minggu
X XI XII
Kelompok Wajib 3 3 3
1 Pendidikan Agama 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 4 4 4
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 2 2 2
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2
7 Seni budaya 2 2 2
8 Prakarya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib Per minggu 23 23 23
Kelompok Peminatan
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA) 20 20 20
Adapun kelompok mata pelajaran pilihan sebagaimana Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sebaran Mata Pelajaran Pilihan
Mata Pelajaran
Lokasi Waktu Belajar
Per minggu
X XI XII
Kelompok Wajib 23 23 23
I 1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Peminatan Sosial
II 1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Peminatan Bahasa
III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahada dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya 3 4 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan
Pilihan Pendalaman Minat atau
Lintas Minat
6 4 4
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia 73 75 75
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh 41 43 43
Berdasarkan Tabel 4.2 tampak bahwa mata pelajaran Biologi sudah diajarkan
sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013, alokasi waktu untuk mata pelajaran
Biologi 3 jam per minggu dalam satu pertemuan.
b. Studi Pustaka
Merupakan analisis dari KI dan KD Kurikulum 2013 yang diimplementasikan
di SMAN 1 Sumberlawang. Kompetensi yang menjadi fokus utama untuk dipelajari
pada materi mata pelajaran Biologi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari
analisis materi Ujian Nasional (UN) didapatkan angka ketuntasan rendah rata-rata
62,50 pada materi Pencemaran Lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru Biologi sekolah setempat, hal tersebut dikarenakan siswa masih mengandalkan
kemampuan hafalan padahal materi Pencemaran Lingkungan merupakan materi ill
structure yang menuntut siswa berpikir menganalisis. Umumnya permasalahan
yang disajikan pada materi Pencemaran Lingkungan membutuhkan kemampuan
menganalisis yang tidak mudah. Selain itu, materi Pencemaran Lingkungan
disajikan melalui sebuah eksperimen memerlukan keterampilan siswa dalam
memahami tahapan-tahapan dalam rangka menemukan konsep. Rendahnya hasil
belajar pada materi Pencemaran Lingkungan dibuktikan dengan hasilulangan harian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
selama 3 (tiga) tahun terakhir rata-rata siswa mendapatkan nilai 62,50 untuk materi
Pencemaran Lingkungan.
c. Analisis Kondisi Lokal Sekolah
Tahap ini dimulai dengan studi literatur dan studi lapangan untuk mengetahui
kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa. Studi literatur mengacu pada
capaian pemenuhan 8 komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP), sedangkan
studi lapangan meliputi: 1) Tanggapan guru dan siswa terhadap bahan ajar yang
digunakan; dan 2) Kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa. Data analisis
kondisi lokal sekolah sebagai berikut:
1) Studi Literatur
Studi literatur mengacu pada capaian pemenuhan 8 komponen Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang merupakan indikator penilaian sekolah yang
ditetapkan kementerian pendidikan dan kebudayaan disajikan dalam Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Ketercapaian 8 SNP
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8
95,83
86,67
100
86,67
100 100 10097,44
PR
OSE
NTA
SE (
%)
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
SNP SNP SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan ketercapaian 8 komponen Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di SMAN 1 Sumbelawang. Standar pencapaian yang
sempurna ditunjukkan oleh 4 (empat) standar, yaitu: standar 3 (standar kelulusan),
standar 5 (sarana dan prasarana), standar 6 (standar pengelolaan), standar 7 (standar
pembiayaan). Adapun standar yang masih perlu ditingkatkan ditunjukkan oleh 4
(empat) standar, yaitu: standar 2 (standar proses), standar 4 (standar sarana dan
prasarana), standar 1 (standar isi) dan standar 8 (standar penilaian). Secara
berurutan skor pencapaian, yaitu: 86,67%, 86,67%, 95,83%, 97,44%. Analisis
pencapaian lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Analisis Ketercapaian 8 SNP
Jumlah
Indikator
Skor
ideal
Kontri-
busi
Implementasi
SNP
GA
P Skor
% Skor % % Min Max Mean
Standar
I 8 24 11,11 23 10,65 0,46 2 3 2,94
Standar
II 10 30 13,89 26 12,04 1,85 1 3 2,80
Standar
III 12 36 16,67 36 16,67 0 3 3 3,00
Standar
IV 11 33 15,28 26 12,04 3,24 2 3 2,55
Standar
V 11 33 15,28 33 15,28 0 3 3 3,00
Standar
VI 4 12 5,56 12 5,56 0 3 3 3,00
Standar
VII 3 9 4,17 9 4,17 0 3 3 3,00
Standar
VIII 13 39 18,06 38 17,59 0,46 2 3 2,96
Total 72 216 100,00 203 93,98 6,02
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan hasil capaian skor pemenuhan 8
komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMAN 1 Sumberlawang adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
93,98%, sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Namun, masih terdapat GAP
atau kesenjangan skor antara skor ideal dengan skor pencapaian di lapangan dalam
rangka pencapaian 8 komponen SNP yaitu sebesar 6,02%. Berdasarkan Tabel di
atas diketahui bahwa standar yang memiliki GAP paling besar hingga paling kecil
secara berurutan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar proses,
standar isi dan standar kelulusan dengan persentase 3,24%, 1,86%, 0,46% dan
0,46%. Secara lebih jelas, perbedaa rerata perolehan 8 (delapan) standar
sebagaimana Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Perbadingan Ketercapaian 8 SNP
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan standar pendidikan dan tenaga
kependidikan memiliki rerata terendah. Standar IV berkaitan dengan kualifikasi dan
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Terendah kedua yaitu, standar
proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran padasatuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan. StandarProses dikembangkan mengacu
pada standarkompetensi lulusan dan standar isi. Standar proses berkaitan langsung
2,94
2,8
3
2,55
3 3 32,96
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
Standar I
Standar II
Standar III
Standar IV
Standar V
Standar VI
Standar VII
Standar VIII
Mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
dengan aktivitas proses pembelajaran siswa di sekolah dan media pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Hasil 8 SNP sebagaimana pada lampiran I hal 196.
Standar isi berkaitan dengan pemenuhan ketercapaian indikator kurikulum
berkaitan dengan administrasi yang diselenggarakan oleh sekolah. Sedangkan
standar penilaian berkaitan dengan kegiatan guru untuk melaksanakan penilaian
terhadap proses kegiatan belajar dan mengajar selama di sekolah.
2) Survei Lapangan
Survei lapangan meliputi kegiatan observasi, wawancara dan pemberian
kuisioner. Tahap observasi dilakukan terhadap komponen-komponen sekolah,
diantaranya: komponen siswa, komponen guru, komponen pengelolaan kelas,
komponen materi, komponen sarana dan prasarana dan komponen lingkungan.
Komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang mendukung terhadap
kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komponen tersebut saling
mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Keterkaitan tersebut artinya apabila
sala satu komponen pendukung penyenggaraan pendidikan di sekolah tidak
optimal, maka dimungkinkan akan mempengaruhi komponen lainnya. Indikator
keterlaksanaannya sebuah proses pendidikan paling tidak dilihat dari 6 (enam)
komponen tersebut. Hasil observasi terhadap komponen tersebut ditunjukkan pada
Gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 4.3 Grafik Hasil Observasi Kondisi Lingkungan Sekolah
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, menunjukkan bahwa persentase tertinggi
kondisi lingkungan di SMAN 1 Sumberlawang ditunjukkan oleh sarana dan
prasarana yang menunjang untuk kegiatan pembelajaransekolah yaitu sebesar
93,75%, selanjutnya secara berurutan komponen pengelolaan kelas (87,5%),
komponen lingkungan sekolah (83,33%), komponen siswa (75%), komponen
materi (75%) dan hasil terendah oleh komponen guru (64,06%).
Selain kondisi di sekolah juga dilakukan tahap pemberian kuisioner dan
wawancara terhadap guru dan siswa. Gambaran awal tentang cara belajar siswa dan
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah diperoleh hasil sebagai berikut:
1) 80% siswa belajar dengan cara menghafal, 10% dengan cara memahami dan
10% menjawab lainnya selain itu dalam kegiatan presentasi didominasi oleh
individu bukan kelompok; 2) Guru dalam mengajar menarik (20)%), kurang
menarik (80%); 3) Metode yang digunakan guru ketika mengajar rata-rata
menggunakan ceramah (80%), tanya jawab (10%), diskusi (10%); 4) Siswa kurang
75
64,06
87,5
75
93,7583,33
0102030405060708090
100
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
biasa mengembangkan 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengumpulkan data,
mengasosiasikan dan menkomunikasikan) (20%), tidak terbiasa (80%); 5) Siswa
lebih banyak diberdayakan kemampuan kognitif (80%); 6) Siswa tidak diwajibkan
memiliki buku pegangan; 7) Siswa tidak memiliki buku lain selain buku pegangan;
8) Siswa tidak diwajibkan memiliki modul; 9) Guru menggunakan LKS dan buku
ajar dari penerbit sedangkan RPP dibuat oleh guru sendiri; 10) Sarana dan
prasarana kegiatan pendukung (opportunity) pembelajaran cukup lengkap namun
jarang digunakan oleh kelas X; dan 11) Hasil ulangan harian menunjukkan rendah
dengan rata-rata 60,25 dan umumnya banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.
Hasil kuisioner yang diberikan kepada guru dan siswa terkait dengan bahan
ajar yang digunakan dan kebutuhan yang diperlukan baik guru maupun siswa
sebagaimana pada lampiran I hal 197, sebagai berikut:
a) Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Bahan Ajar yang Digunakan
Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran Biologi SMAN 1
Sumberlawang kelas X masih menggunakan buku yang beredar di pasaran.
Tanggapan guru dan siswa terhadap bahan ajar yang digunakan untuk
mengungkap aspek-aspek terkait dengan buku yang digunakan yangmencakup
komponen: 1) Kelayakan isi (materi pelajaran); 2) Penyajian materi; dan 3)
Grafika.
(1) Kelayakan Isi/Materi Pelajaran
Tanggapan atas bahan ajar berupa buku yang digunakan sebagai berikut:
1) Buku teks memuat isi dan dasar-dasar yang digunakan sesuai tujuan
pembelajaran; 2) Bahasa yang digunakan memuat istilah-istilah berupa konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
yang sulit dipahami untuk siswa SMA; 3) Rincian materi, definisi, uraian dan
contoh sudah spesifik, jelas dan akurat, tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan
untuk siswa SMA terlebih materi yang tersaji terlalu mendalam dan ilustrasi
yang disajikan bukan fenomena yang secara umum dibutuhkan dan dialami
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, buku yang ada kurang
melatih siswa untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya sendiri;
4) Buku tersebut sedikit mencantumkan kegiatan keterampilan bagi siswa
dalam bentuk praktikum dan masalah yang diangkat kurang mengedepankan
aspek pembelajaran bermakna; 5) Cakupan materi yang terlalu mendalam
berupa uraian teks-teks membuat siswa kurang menarik untuk membaca;
6) Buku yang ada kurang memberdayakan kemampuan siswa untuk
menganalisa fenomena-fenomena atau gejalan yang terjadi di lingkungan;
7) Bahan ajar sudah menyediakan kegiatan praktikum siswa, seperti alat, bahan
dan cara kerja, sehingga siswa tidak diberi kesempatan dalam merancang
percobaan.
(2) Penyajian Materi
Tanggapan guru dan siswa terhadap penyajian materi diantaranya:
1) Bahasa yang digunakan terkadang menggunakan kata dengan kebahasaan
yang kurang dimengerti oleh siswa, padahal bisa jadi pada kata tersebut
merupakan kunci prasyarat yang harus dimengerti siswa untuk melangkah ke
tahap berikutnya; 2) Penyajian materi kebahasaan kurang menarik dan kurang
memotivasi siswa karena sumber-sumber materi dan contohnya kurang melatih
siswa untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya sendiri; 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
materi pencemaran belum sepenuhnya melibatkan siswa secara total dalam
pembelajaran; dan 4) Kosa kata yang tersedia terlalu banyak sehingga siswa
dipaksa untuk menghafalnya.
(3) Grafika
Tanggapan guru dan siswa terhadap aspek grafika menunjukkan bahwa
penggunaan huruf (ukuran dan bentuk huruf) terlalu kaku sehingga
tampilannya kurang begitu menarik untuk dibaca. Tata letak (layout) dan
desain yang terlihat formal menjadikan desain buku menjadi membosankan
bagi siswa. Ilustrasi berupa gambar dan contoh tidak disajikan secara
proporsional, sehingga pada sub-sub materi tertentu terdapat banyak gambar
namun pada lainnya kurang adaya gambar atau ilustrasi contoh.
b) Analisi Kebutuhan Bahan Ajar Menurut Guru dan Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas X SMAN 1
Sumberlawang tentang karakteristik bahan ajar Biologi yang dibutuhkan guru
dan siswa yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menyusun desain
bahan ajar.
1. Kebutuhan Bahan Ajar Menurut Guru
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru, terkumpul
berbagai informasi berupa karakteristik bahan ajar yang diinginkan oleh guru
sesuai dengan kondisi siswa secara umum, diantaranya: 1) Bahan ajar yang
digunakan sebaiknya memuat materi-materi yang tidak terlalu memberatkan
siswa; 2) Bahan ajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, dimana
sebagia besar siswa merupakan masyarakat pedesaan sehingga bahan ajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
digunakan sebaiknya memperhitungkan aspek kehidupan sehari-hari; 3) Bahan
ajar sebaiknya dapat melatih siswa untuk membedayakan kemampuannya
sendiri, seperti kemampuan menganalisis karena dari soal-soal yang ada jarang
menyediakan soal pada tingkat menganalisis; 4) Desain yang digunakan untuk
bahan ajar sebaiknya membuat siswa untuk tertarik dari bab ke bab
selanjutnya; dan (5) Terdapat ilustrasi gambar yang menarik, jelas dan mudah
dipahami serta memberikan pengalaman praktikum kepada siswa.
2. Kebutuhan Bahan Ajar Menurut Siswa
Bahan ajar yang dikehendaki siswa berdasarkan hasil wawancara
diantaranya: 1) Materi yang disajikan lengkap dan mudah dipahami; 2) Sesuai
dengan pengalaman yang siswa dapatkan di lingkungan sekitar; 3) Gambar dan
ilustrasi yang jelas dan menarik; dan 4) Banyak melibatkan siswa untuk
melakukan praktikum sehingga kemampuannya dapat meningkat.
Berdasarkan temuan-temuan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
relatif mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama
pada materi Pencemaran Lingkungan yang disampaikan melalui metode yang
monoton menjadikan siswa harus membayangkan hal-hal yang bersifat abstrak
ke konkret. Selain itu, bahan ajar yang digunakan selama ini dipandang kurang
efektif untuk memberdayakan keterampilan proses sains siswa karena sedikit
mencantumkan kegiatan siswa untuk praktikum. siswa kurang diajak untuk
berpikir pada tahap analisis hal tersebut terlihat pada tipe soal-soal yang belum
banyak memberdayakan kemampuan menganalisis, serta siswa kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
diberikan kesempatan untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya
sendiri. Analisis kebutuhan bahan ajar sebagaimaa pada lampiran 11 hal. 439
3) Analisis Karakteristik Siswa
Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui karakter siswa yang
nantinya digunakan untuk merencanakan produk yang akan dikembangkan.
Karakteristik tersebut meliputi kemampuan dan latar belakang pengetahuan,
sikap dan bahasa yang digunakan serta kemampuan keterampilan siswa dan
kemampuan menganalisis. Kegiatan tersebut dilakukan melalui berbagai cara
seperti diskusi dengan guru mata pelajaran Biologi untuk mendapatkan
informasi terkait permasalahan-permalasahan yang dialami siswa. Masalah
mendasar yang diperoleh berupa data karakteristik siswa yang dijadikan
sebagai data pendukung ketika akan menerapkan modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru mata pelajaran
Biologi di SMAN 1 Sumberlawang karakter siswa yang sering ditemukan
adalah kurangnya keinginan siswa untuk mengungkapkan
pikiranya/pendapatnya ketika proses pembelajaran. Intensitas siswa untuk
membaca buku dan mencari referensi juga rendah, serta kurang berminat ketika
menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang menuntutberpikir tingkat tinggi,
seperti soal-soal menganalisis. Tipe soal menganalisis diperlukan pemikiran
yang mendalam dan ketelitian. Permasalahan lain yag dihadapi guru yaitu
ketika presentasi kelompok terdapat kecenderungan didominasi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
perseorangan. Siswa yang senang dengan kerja kelompok serta berbicara di
depan kelas, akan mendominasi jalannya diskusi terutama presentasi.
Hal tersebut mengakibatkan pengalaman yang terbentuk ketika proses
pembelajaran tidak merata terlebih bagi siswa yang pintar lebih cenderung
untuk mengerjakan berbagai pertanyaan, sedangkan siswa yang kurang pintar
akan cenderung untu pasif. Karakteristik siswa di atas diharapkan dapat teratasi
dengan adanya bantuan bahan ajar berupa modul untuk melatih kemandirian
siswa.
2. Perencanaan (Planning)
Berdasarkan deskripsi hasil temuan dan kebutuhan bahan ajar terdapat
permasalahan, yaitu pembelajaran Biologi masih bersifat menghafal, bahan ajar
masih terbatas pada buku teks dengan karakter buku yang kurang komunikatif
dan kurang memberdayakan kemampuan siswa untuk berpikir analitis, kurang
adanya latihan-latihan untuk siswa mengasah keterampilannya secara mandiri.
Selain itu, tampilan buku yang monoton membuat siswa kurang berminat untuk
membuka bab ke bab selanjutnya. Permasalahan yang ada perlu diatasi dengan
dilakukan upaya-upaya pada tahap perencanaan. Pada tahap perencanaan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi materi Pencemaran Lingkungan, yaitu
merangkum berbagai materi pencemaran dari berbagai literatur bersumber dari
beberapa aspek yang terdapat di alam untuk memperoleh gambaran dari apa
saja yang akan dimasukkan dalam modul pembelajaran, selanjutnya menyusun
desain produk modul dengan cara membuat desain modul. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
mengumpulkan bahan-bahan pendukung seperti foto, gambar, literatur, teks
dan lain sebagainya.
Secara lebih rinci pada tahap perencanaan didapatkan hasil, sebagai
berikut:
a. KI yang dipilih yaitu: 1) KI2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia; 2) KI3. Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah; 3) KI4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
b. KD yang dipilih yaitu: 1) 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap
data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam
setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium; 2) Peduli terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan
kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium
dan di lingkungan sekitar; 3) 3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan
dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan; 4) 4.10
Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang
limbah dan upaya pelestarian lingkungan.
c. Tujuan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan hakikat sains yaitu
tujuan sikap, pengetahuan dan keterampilan.
d. Bahan ajar yang dikembangkan berupa modul. Modul berisi rangkaian
kegiatan belajar yang diranccang secara sistematis yang memungkinkan siswa
untuk belajar mandiri. Modul ini juga dirancang agar siswa belajar untuk
melakukan eksperimen dan berdiskusi secara berkelompok sehingga selain
dapat digunakan untuk belajar mandiri, juga di desain untuk melatih siswa
dalam bekerjasama, menyumbangkan pendapat, saran dan kritik serta melatih
siswa untuk teliti dan menghargai pendapat teman lainnya dalam eksperimen
dan diskusi kelompok. Modul yang dikembangkan terdiri atas 3 (tiga) sub-
bab yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Setiap
kegiatan terdiri atas bagian-bagian berikut: 1) KD dan indikator; 2) Alur
kegiatan pembelajaran; 3) Wacana; 4) Identifikasi masalah; 5) Menampilkan
masalah; 6) Membahas alternatif pemecahan masalah; 7) Mendiskusikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
masalah; 8) Penerapan konsep pada situasi baru; 9) Lembar spider concept
map; 10) Lembar poster; 11) Presentasi hasil kelompok; 11) Info sains; 12)
Rangkuman; (13) Wawasan sains; 13) Evaluasi; dan 14) Petunjuk penilaian,
tugas individu dan refleksi diri. Selain itu, dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan modul (untuk siswa dan guru) di awal modul. Glosarium, kunci
jawaban dan daftar pustaka di bagian akhir.
e. Model pembelajaran yang dipilih agar siswa lebih aktif dan tidak membatasi
pengetahuan siswa dalam menyampaian pendapat/gagasan dan ide adalah
pembelajaran berbasis problem posing yang menuntut siswa untuk melakukan
kegiatan seperti identifikasi masalah terkait dengan wacana, menampilkan
masalah dengan cara memilih masalah yang paling penting berdasarkan
identifikasi masalah yang dilakukan, membahas alternatif pemecahan
masalah, melakukan eksperimen, selanjutnya mendiskusikan pemecahan
masalah dengan anggota kelompok, menerapkan konsep yang telah di dapat
selama eksperimen pada situasi baru dan kegiatan diakhiri dengan presentasi
masing-masing kelompok. Sebagaimana Lampiran II hal. 205
f. Bembelajaran Biologi berkaitan dengan lingkungan yang dapat dijadikan
sebagai sumber belajar Biologi karena adanya gejala-gejala yang terdapat di
alam yang dapat memunculkan permasalahan berkaitan dengan sains
khususnya pada materi pencemara lingkungan. Lingkungan sebagai contoh
riil/nyata dalam mempelajari masalah-masalah yang muncul hingga solusi
dan cara pencegahan dapat dilakukan, selain itu siswa akan mudah
memahami konsep yang hendak dicapai selama proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
3. Pengembangan Bentuk Produk Awal
Pada tahap ini dilakukan pengembangan bentuk produk awal (develop
preliminary from of product). Pengembangan draf bentuk produk awal meliputi
penyusunan instrumen perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan
assesment. Penyusunan instrumen penelitian meliputi lembar observasi, angket,
kuisioner dan wawancara. Selain kegiatan diatas, juga dilakukan penyusuna
prototipe modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan
kemampuan menganalisis.
Produk yang dihasilkan dari tahap awal berupa produk kasar modul
Pencemaran Lingkungan yang terdiri atas bagian awal, inti dan penutup. Bagian
awal terdiri atas judul modul, halaman cover, kata pengantar, daftar isi,
Gambaran umum modul, petunjuk penggunaan modul (untuk guru dan siswa),
KI. Bagian inti terdiri atas identitas mata pelajaran, KD, indikator, alur kegiatan
pembelajaran, wacana, identifikasi masalah, menampilkan masalah, membahas
alternatif pemecahan masalah (pemilihan alat dan bahan, langkah kerja dan
melakukan percobaan), mendiskusikan masalah, penerapan konsep pada situasi
baru, lembar spider concept map, lembar poster, presentasi hasil kelompok, info
sains, rangkuman dan wawasan sains. Bagian penutup meliputi evaluasi,
petunjuk penilaian, tugas individu dan refleksi diri. Selain itu, dilengkapi dengan
petunjuk penggunaan modul (untuk siswa dan guru) di awal modul. Kunci
jawaban, glosarium dan daftar pustaka di bagian akhir.
Desain awal produk yang dikembangkan secara umum sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
28) Halaman Judul
Halaman judul terdiri atas komponen sebagai berikut: 1) Judul modul
yaitu modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map untuk memberdayakan keterampilan proses sains dan
kemampuan menganalisis; 2) Sasaran pengguna modul yaitu untuk
SMA/MA Kelas X; 3) Gambar kondisi lingkungan di pabrik, sungai dan
tempat pembuangan akhir sampah; 4) Nama penyusun modul; 5) Tulisan
Program Studi Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan tahun modul disusun; dan 6) Identitas siswa meliputi: nama
siswa, kelas dan nomor absen siswa. Draf halaman muka judul
sebagaimana Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Draf Halaman Muka Modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
29) Halaman Cover
Gambar 4.5. Draf Halaman Cover
Gambar 4.5 menunjukkan halaman cover yang memuat: 1) judul
modul yaitu modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing
disertai spider concept map; 2) sasaran pengguna modul yaitu untuk
SMA/MA Kelas X; 3) penulis; 4) desain cover; 5) konsultan modul yaitu:
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Suciati, M.Pd.; 6) validator ahli
meliputi: Dr. Sunarto, M.S. (validator materi), Riana Wati, SS., M. Hum.
(validator kebahasaan), Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd. (validator perangkat
pembelajaran), Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. (validator sajian),
30) Kata Pengantar
Gambar 4.6. Draf Kata Pengantar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Gambar 4.6 memuat informasi tentang peran dan gambaran umum
modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept mapdalam proses pembelajaran.
31) Daftar Isi
Gambar 4.7. Draf Daftar Isi
Gambar 4.7 memuat bagian-bagian isi modul yang disertai nomor halaman
32) Gambaran Umum Modul
Gambar 4.8. Draf Gambaran Umum Modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Gambar 4.8 memuat komponen-komponen yang terdapat di dalam
modul yang dijelaskan melalui ilustrasi singkat dan sederhana.
33) Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru
Gambar 4.9. Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Guru
Gambar 4.9 memuat panduan tatacara penggunaan modul bagi guru,
yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan modul
secara benar.
34) Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa
Gambar 4.10. Draf Petunjuk Penggunaan Modul untuk Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar 4.10 memuat panduan tatacara penggunaan modul bagi siswa,
yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan modul
secara benar.
35) Kompetensi inti (KI)
Gambar 4.11. Draf Kompetensi Inti
Gambar 4.11 merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus
dipelajari siswa untuk suatu jenjang SMA/MA, kelas dan mata pelajaran.
36) Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang dipelajari siswa untuk
suatu mata pelajaran pada kelas tertentu untuk siswa SMA/MA
(Kemendikbud, 2014).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 4.12. Draf Kompetensi Dasar dan Indikator
Gambar 4.12 memuat kompetens dasar dan indikator. Indikator
merupakan penanda pencapaian indikator dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
37) Alur Kegiatan Pembelajaran
Gambar 4.13. Draf Alur Kegiatan Pembelajaran
Gambar 4.13 memuat bahasan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
38) Wacana
Gambar 4.14. Draf Wacana
Gambar 4.14 memuat uraian permasalahan tentang pengetahuan yang
sedang dipelajari. Wacana digunakan untuk merangsang siswa masuk ke
tahap belajar selanjutnya.
39) Identifikasi Masalah
Gambar 4.15. Draf Identifikasi Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Gambar 4.15 memuat yang dilakukan siswa berupa mengidentifikasi
permasalahan yang ada menurut masing-masing siswa berdasarkan wacana
yang telah dibaca. Identifikasi bersifat terbuka dan tidak dibatasi oleh guru.
40) Menampilkan Masalah
Gambar 4.16. Draf Menapilkan Masalah
Gambar 4.16 memuat aktivitas siswa berupa memilih permasalahan
yang paling penting dari berbagai permasalahan yang memungkinkan untuk
dilakukan pemecahan masalah.
41) Membahas Alternatif Pemecahan Masalah
Gambar 4.17 Draf Membahas Alternatif Pemecahan Masalah
Gambar 4.17 memuat siswa mulai melakukan hipotesis terhadap
permasalahan yang akan diselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
42) Mendiskusikan Masalah
Gambar 4.18. Draf Mendiskusikan Masalah
Gambar 4.18 memuat aktvitas siswa melakukan diskusi berdasarkan
kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang
sudah dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
43) Penerapan Konsep Pada Situasi Baru
Gambar 4.19. Draf Penerapan Konsep Pada Situasi Baru
Gambar 4.19 memuat aktivitas siswa untuk menyelesaikan suatu
permasalahan baru berdasarkan konsep-konsep yang telah didapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
sebelumnya melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasikan dan menkomunikasikan.
44) Lembar Spider Concept Map
Gambar 4.20. Draf Lembar Spider Concept Map
Gambar 4.20 memuat aktivitas siswa untuk membuat pemetaan
pengetahuan melalui spider concept map yang disediakan di dalam modul.
45) Lembar Poster
Gambar 4.21. Draf Lembar Poster
Gambar 4.21 memuat aktivitas siswa untuk membuat poster sebagai
sarana edukasi kepada masyakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
46) Presentasi Hasil Kelompok
Pada akhir sintaks pembelajaran siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil poster kepada siswa kelompok lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
47) Info sains
Gambar 4.22. Draf Info Sains
Gambar 4.22 memuat materi pelajaran sesuai dengan kegiatan yang sedang
dipelajari.
48) Rangkuman dan Wawasan Sains
Gambar 4.23. Draf Rangkuman dan Wawasan Sains
Gambar 4.23 memuat rangkuman materi yang telah dipelajari serta
memuat penemuan atau penelitian yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari sehingga dapat menambah pengalaman siswa.
49) Evaluasi
Memuat 10 (sepuluh) soal tes pilihan ganda pada masing-masing sub-bab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
50) Petunjuk Penilaian
Gambar 4.24. Draf Petunjuk Penilaian
Gambar 4.24 memuat petunjuk untuk menilai hasil evaluasi yang telah
dikerjakan siswa.
51) Refleksi Diri
Gambar 4.25. Draf Refleksi Diri
Gambar 4.25 memuat penjelasan atau ketentuan untuk dapat
mempelajari materi selanjutnya dan berisi instruksi tugas yang sebaiknya
dikerjakann oleh siswa.
52) Glosarium
Gambar 4.26. Draf Glosarium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Gambar 4.26 memuat daftar istilah-istilah yang terdapat di dalam
modul beserta penjelasannya.
53) Kunci Jawaban
Berisi jawaban tes pilihan ganda yang diberikan setiap akhir
pembelajaran.
54) Daftar Pustaka
Merupakan semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan
pada saat penyusunan modul.
Produk yang telah dikembangkan berupa modul Pencemaran Lingkungan
berbasis problem posing disertai spider concept mapbeserta perangkat
pembelajarannya selanjutnya dilakukan validasi oleh beberapa validator ahli,
diantaranya: validator penyajian, validator materi, perangkat pembelajaran,
validator kebahasaan dan validator praktisi untuk menilai kelayakan modul
yang dikembangkan. Hasil validasi modul sebagai berikut:
a. Validasi Aspek Penyajian
Penilaian terhadap aspek penyajian modul yang dikembangkan dilakukan
oleh ahli media. Aspek yang dinilai meliputi: organisasi penyajian umum,
penyajian mempertimbangkan kebremaknaan dan kebermanfaatan, melibatkan
siswa secara aktif tampilan umum, variasi dalam cara penyampaian informasi,
anatomi buku pelajaran, memperhatikan kode etik dan hak cipta. Hasil validasi
penyajian produk oleh ahli media disajikan pada Tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Tabel 4.4 Tabel Hasil Validasi Aspek Sajian Modul
No Aspek Penilaian Nilai
(%) Kategori
1 Organisasi Penyajian Umum 75,00 Baik
2 Penyajian Mempertimbangkan
Kebremaknaan dan Kebermanfaatan 75,00 Baik
3 Melibatkan Siswa Secara Aktif 75,00 Baik
4 Tampilan Umum 93,75 Sangat Baik
5 Variasi Dalam Cara Penyampaian Informasi 75,00 Baik
6 Anatomi Buku Pelajaran 100,00 Sangat Baik
7 Memperhatikan Kode Etik dan Hak Cipta 100,00 Sangat Baik
Rata-rata 84,82 Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.4 memuat hasil validasi penyajian produk modul,
sebagai berikut: 1) Aspek organisasi penyajian umum memperoleh skor rata-
rata 75,00% dengan kategori baik; 2) Aspek penyajian mempertimbangkan
kebermaknaan dan kebermanfaatan memperoleh skor rata-rata 75,00% dengan
kategori baik; 3) Aspek melibatkan siswa secara aktifmemperoleh skor rata-
rata 75,00% dengan kategori baik; 4) Aspek tampilan umum memperoleh skor
rata-rata 93,75% dengan kategori sangat baik; 5) Aspek variasi dalam cara
penyampaian informasi memperoleh skor rata-rata 75,00% dengan kategori
baik; 6) Anatomi buku pelajaranmemperoleh skor rata-rata 100% dengan
kategori sangat baik; dan 7) Memperhatikan kode etik dan hak
ciptamemperoleh skor rata-rata 100% dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil keseluruhan validasi penyajian diperoleh skor rata-rata
84,84% dengan kategori sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
b. Validasi Aspek Materi
Penilaian terhadap produk yang dikembangkan oleh ahli materi untuk
menilai kesesuaian materi dalam modul. Aspek yang dinilai meliputi:
kelengkapan materi, keakuratan materi, kegiatan yang mendukung
pembelajaran, kemutakhiran materi, materi dapat meningkatkan kompetensi
sains siswa, materi mengikuti sistematika keilmuan, materi mengembangkan
keterampilan dan kemampuan berpikir. Hasil validasi ahli materi sebagaimana
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Aspek Materi
No Aspek Penilaian Nilai
(%) Kategori
1 Kelengkapan Materi 87,50 Sangat baik
2 Keakuratan Materi 75,00 Baik
3 Kegiatan yang Mendukung Pembelajaran 83,33 Sangat baik
4 Kemutakhiran Materi 75,00 Baik
5 Materi dapat Meningkatkan Kompetensi
Sains siswa 85,00 Sangat baik
6 Materi Mengikuti Sistematika Keilmuan 75,00 Baik
7 Materi Mengembangkan Keterampilan dan
Kemampuan Berpikir 75,00 Baik
Rata-rata 79,40 Baik
Berdasarkan Tabel 4.5 memuat hasil validasi materi produk modul,
sebagai berikut: 1) Aspek kelengkapan materi memperoleh skor rata-rata
87,50% dengan kategori sangat baik; 2) Aspek keakuratan materi memperoleh
skor rata-rata 75% dengan kategori baik; 3) Aspek kegiatan yang mendukung
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 83,33% dengan kategori sangat baik;
4) Aspek kemutakhiran materi memperoleh skor rata-rata 75% dengan kategori
baik; 5) Aspek materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
skor rata-rata 85,00% dengan kategori sangat baik; 6) Materi mengikuti
sistematika keilmuan memperoleh skor rata-rata 75% dengan kategori baik;
dan 7) Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir
memperoleh skor rata-rata 75% dengan kategori baik. Dari hasil keseluruhan
validasi materi diperoleh skor rata-rata 79,40% dengan kategori baik.
c. Validasi Aspek Perangat Pembelajaran
Penilaian produk untuk menilai perangkat pembelajaran seperti silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Aspek yang dinilai meliputi:
perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar,
pemilihan sumber belajar dan media ajar, model dan metode pembelajarandan
penilaian hasil belajar. Hasil validasi ahli perangkat pembelajaran disajikan
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Validasi Aspek Perangkat Pembelajaran
No Aspek Penilaian
Nilai
(%) Kategori
1 Perumusan Tujuan Pembelajaran 100,00 Sangat baik
2 Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar 87,50 Sangat baik
3 Pemilihan Sumber Belajar Dan Media Ajar 91,67 Sangat baik
4 Model dan Metode Pembelajaran 81,25 Sangat baik
5 Penilaian Hasil Belajar 100,00 Sangat baik
Rata-rata 92,08 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.6 memuat hasil validasi materi produk modul,
sebagai berikut: 1) Aspek perumusan tujuan pembelajaran memperoleh skor
rata-rata 100% dengan kategori sangat baik; 2) Aspek pemilihan dan
pengorganisasian materi ajar memperoleh skor rata-rata 87,50% dengan
kategori sangat baik; 3) Aspek pemilihan sumber belajar dan media ajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
memperoleh skor rata-rata 91,67% dengan kategori sangat baik; 4) Aspek
model dan metode pembelajaran memperoleh skor rata-rata 81,25% dengan
kategori sangat baik; 5) Aspek penilaian hasil belajar memperoleh skor rata-
rata 100% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil keseluruhan validasi
perangkat pembelajaran diperoleh skor rata-rata 92,08% dengan kategori
sangat baik.
d. Validasai Aspek Kebahasaan
Penilaian terhadap produk yang dikembangkan oleh ahli kebahasaan
untuk menilai kesesuaian aspek bahasa yang diterapkan sesuai kondisi
lingkungan siswa. Aspek yang dinilai meliputi: bahasa Indonesia yang baik dan
benar, peristilahan, kejelasan bahasa dan kesesuaian bahasa. Hasil validasi ahli
kebahasaan disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Validasi Aspek Kebahasaan
No Aspek Penilaian Nilai (%) Kategori
1 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 87,50 Sangat baik
2 Peristilahan 87,50 Sangat baik
3 Kejelasan bahasa 100,00 Sangat baik
4 Kesesuaian bahasa 87,50 Baik
Rata-rata 90,63 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.7 memuat hasil validasi materi produk modul,
sebagai berikut: 1) Aspek bahasa Indonesia yang baik dan benar memperoleh
skor rata-rata 87,50% dengan kategori sangat baik; 2) Aspek peristilahan
memperoleh skor rata-rata 87,50% dengan kategori sangat baik; 3) Aspek
kejelasan bahasamemperoleh skor rata-rata 100% dengan kategori sangat baik;
4) Aspek kesesuaian bahasamemperoleh skor rata-rata 87,50% dengan kategori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
sangat baik. Berdasarkan hasil keseluruhan validasi ahli kebahasaan diperoleh
skor rata-rata 90,63% dengan kategori sangat baik.
e. Validasi Produk oleh Praktisi
Penilaian terhadap produk yang dikembangkan oleh ahli praktisi yang
merupakan guru mata pelajaran Biologi. Aspek yang dinilai meliputi: Isi
modul, materi, evaluasi, penyajian, bahasa/ keterbacaan dan tampilan modul.
Hasil validasi ahli praktisi sebagaimana Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Validasi Produk oleh Praktisi
No Aspek Penilaian Nilai (%) Kategori
1 Isi Modul 88,89 Sangat baik
2 Materi 89,58 Sangat baik
3 Evaluasi 81,25 Baik
4 Penyajian 90,48 Sangat baik
5 Bahasa/ Keterbacaan 90,00 Sangat baik
6 Tampilan Modul 83,33 Sangat baik
Rata-rata 87,26 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.8 memuat hasil validasi produk oleh praktisi,
sebagai berikut: 1) Aspek isi modul memperoleh skor rata-rata 88,89% dengan
kategori sangat baik; 2) Aspek materi memperoleh skor rata-rata 89,58%
dengan kategori sangat baik; 3) Aspek evaluasi memperoleh skor rata-rata
81,25% dengan kategori baik; 4) Aspek penyajian memperoleh skor rata-rata
90,48% dengan kategori sangat baik; 5) Aspek bahasa/ keterbacaan
memperoleh skor rata-rata 90,00% dengan kategori sangat baik; dan 6) Aspek
tampilan modulmemperoleh skor rata-rata 83,33% dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil keseluruhan validasi ahli kebahasaan diperoleh skor rata-rata
87,26% dengan kategori sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Validasi yang telah dilakukan oleh beberapa ahli dan praktisi kemudian
dirata-rata untuk menunjukkan kelebihan karakteristik modul berbasis problem
posing disertai spider concept map. Hasil dari beberapa validasi terlihat pada
Gambar 4.27.
Gambar 4.27 Grafik Hasil Keseluruhan Validasi Modul
Gambar 4.27 memuat ciri khas modul Pencemaran Lingkungan berbasis
problem posing disertai spider concept map adalah pada aspek perangkat
pembelajarannya dan aspek bahasa yang menunjukkan skor di atas 92,08%.
Hasil validasi sebagaimana Lampiran 5 hal. 367
4. Uji Coba Lapangan Tahap Awal
Uji coba lapangan tahap awal dilakukan di SMAN 1 Sumberlawang
Sragen. Kesetaraan yang dimaksud didasarkan pada hasil penilaian akreditasi
dari BAN-SM (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah Menengah) dari sekolah
yang bersangkutan/sekolah sampel. Kelas yang memiliki karakteristik hampir
sama dengan SMAN 1 Sumberlawang. Uji coba ini dimaksudkan untuk
79,4
82,84
90,6392,08
87,26
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
Aspek
Materi
Aspek
Penyajian
Aspek
Bahasa
Aspek
Perangkat
Aspek
Praktisi
Mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
mendapatkan umpan balik berupa kritikan dan atau saran-saran dari berbagai
pihak sebagai rujukan dilakukannya revisi terhadap produk modul.
Uji coba lapangan produk awal dilakukan di SMAN 1 Gemolong yang
melibatkan 10 (sepuluh) siswa didengan istrumen berupa angket dan
wawancara terkait tanggapan siswa terhadap modul Pencemaran Lingkungan
berbasis problem posing. Data yang diperoleh berdasarkan angket siswa dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Lapangan Tahap Awal
No Aspek Penilaian
Nilai
(%) Kategori
1 Isi Modul 80,30 Baik
2 Penyajian 80,84 Baik
3 Bahasan/keterbacaan 81,82 Sangat baik
Rata-rata 80,99 Baik
Tabel 4.9 memuat hasil penilaian aspek modul, meliputi: skor isi modul
rata-rata adalah 80,30% dengan kategori baik, skor aspek isi penyajian rata-rata
adalah 80,84% dengan kategori baik, skor aspek bahasa/keterbacaan modul
rata-rata adalah 81,82% dengan kategori sangat baik dan secara keseluruhan
siswa memberikan skor rata-rata 80,99% dengan kategori baik terhadap
praktikalitas modul. Uji lapangan tahap awal sebagaimana lampiran 6 hal. 382
Hasil wawancara terhadap modul berbasis problem posing disertai spider
concept map terhadap siswa menunjukkan bahwa: 1) Siswa cenderung lebih
termotivasi; 2) Melalui modul siswa memiliki antusias cukup tinggi untuk
membaca modul dari sub-bab ke sub-bab selanjutnya; 3) Siswa masih
menjumpai adanya kesalahan penulisan pada modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Berdasarkan hasil angket dan wawancara terhadap siswa diperoleh
beberapa masukan dan saran secara umum diantaranya, jenis huruf yang
digunakan dalam modul beberapa bagian masih monoton, sehingga perlu
diganti dengan lebih variatif dan Gambar yang disajikan ada yang masih belum
jelas, soal latihan juga jangan terlalu sulit untuk dikerjakan, serta kunci siswa
diberikan kunci jawaban agar dapat mencocokkan hasil pekerjannya sendiri.
Hasiluji coba lapangan tahap awal selanjutnya disebut sebagai produk utama.
5. Revisi Produk Utama
Berdasarkan masukan dan saran kemudian dipertimbangkan untuk
memperbaiki kualitas modul seperti aspek penyajian, aspek materi, aspek
perangkat pembelajaran, dan aspek kebahasaan. Saran dan masukan
selanjutnya ditabulasikan yang disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Saran dan Revisi Produk Utama
No Aspek Saran Revisi
1 Penyajian a. Jenisfont (huruf) monoton
b. Gambar pada wacana tidak
jelas
a. Jenis font (huruf) sudah
diganti
b. Gambar pada wacaca
sudah diganti
2 Isi/Materi
a. Soal latihan jangan terlalu
sulit
b. Sebaiknya ada kunci
jawaban dan teknik
penilaian agar siswa dapat
mencocokkan hasilnya
sendiri
a. Soal latihan jangan terlalu
sulit
b. kunci jawaban dan teknik
penilaian sudah
ditambahkan
3 Kebahasaan
a. Penulisan kata-kata istilah
asing menggunakan huruf
miring
b. Kata “siswa” diganti
“kalian” pada kegiatan
praktikum
c. Penulisan kata-kata istilah
asing sudah diganti dengan
huruf miring
d. Kata “siswa” diganti
“kalian” pada kegiatan
praktikum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Berdasarkan revisi pada Tabel 4.10 yang telah dilakukan selanjutnya
akan dilakukan ujicoba lapangan utama.
6. Uji Lapangan Utama
Uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 10 siswa dengan istrumen
berupa angket dan wawancara terkait tanggapan siswa terhadap modul
Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing. Tujuan dari uji lapangan
utama adalah untuk mengetahui aspek lebih rinci mengenai aspek praktikalitas
pada siswa. Data yang diperoleh berdasarkan angket siswa dapat dilihat pada
Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Lapangan Utama
No Aspek Penilaian
Nilai
(%) Kategori
1 Isi Modul 85,98 Sangat baik
2 Penyajian 85,71 Sangat baik
3 Bahasan/keterbacaan 84,85 Sangat baik
Rata-rata 85,52 Sangat baik
Tabel 4.11 memuat hasil penilaian modul, meliputi: skor aspek isi modul
rata-rata adalah 85,98 dengan kategori sangat baik, skor aspek isi penyajian
rata-rata adalah 85,71 dengan kategori sangat baik, skor aspek
bahasa/keterbacaan modul rata-rata adalah 84,85 dengan kategori sangat baik
dan secara keseluruhan siswa memberikan skor rata-rata 85,52% dengan
kategori sangat baik terhadap praktikalitas modul.
Hasil wawancara penerapan modul berbasis problem posing disertai
spider concept map terhadap siswa menunjukkan bahwa: 1) Siswa cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran Biologi; 2) Melalui modul siswa lebih
dapat mengamati obyek yang akan dipelajari dengan menggunakan sebanyak
mungkin indera; 3) Melalui modul siswa dapat mengumpulkan atau
menggunakan fakta yang relevan mengenai obyek yang sedang diamati;
4) Siswa lebih terpancing untuk mengajukan pertanyaan seperti apa, mengapa
dan bagaimana serta meminta penjelasan dari sesuatu yang belum diketahui;
5) Siswa dapat membuat hipotesis dari suatu eksperimen; 6) Siswa dapat
memilih alat dan bahan dalam eksperimen dengan baik; 7) Siswa dapat
menentukan obyek yang akan diukur, diamati dan dicatat dalam percobaan;
8) Siswa dapat menentukan langkah kerja dari percobaan yang aka dilakukan;
dan 9) Siswa dapat membandingkan dua atau lebih obyek penelitian dan
menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri antara keduanya. Berdasarkan wawancara
terhadap siswa diperoleh beberapa masukan dan saran diantaranya materi yang
disajikan jangan terlalu rumit lebih disederhanakan lagi, Gambar dan
keterangan mengenai efek rumah kaca sebaiknya menggunakan bahasa
indonesia, ukuran gambar diperbesar sedikit, tanda baca berupa titik dan koma
masih perlu diperbaiki. Sebagaimana Lampiran 7 hal. 383.
Berdasarkan tahapan-tahapan penelitian dan pengembangan yang telah
dilakukan dan juga revisi pada masing-masing tahapan makamodul berbasis
problem posing disertai spider concept map untuk memberdayakan
keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis siswa siap untuk
ketahap selanjutnya. Produk yang dihasilkan setelah uji coba lapangan utama
disebut produk operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
7. Revisi Produk Operasional
Setelah uji coba lapangan utama, selanjutnya dilakukan revisi terhadap
produk modul berdasarkan masukan dan saran dari beberapa siswa. Masukan
dan saran dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Saran dan Revisi Produk Operasional
No Aspek Saran Revisi
1 Isi modul Materi terlalu rumit Materi sudah disederhanakan
2 Penyajian a. Gambar dan keterangan
mengenai efek rumah kaca
sebaiknya menggunakan
bahasa indonesia.
b. Ukuran Gambar diperbesar
sedikit
a. Gambar dan keterangan
mengenai efek rumah kaca
sudah diganti dengan
bahasa indonesia.
b. Ukuran Gambar sudah
diperbesar
3 Kebahasaan/
keterbacaan
Tanda baca berupa titik (.) dan
koma (,) masih perlu diperbaiki
Tanda baca berupa titik (.)
dan koma (,) sudah diperbaiki
Berdasarkan revisi yang dilakukan sesuai Tabel 4.12, maka modul siap untuk
diuji lapangan operasional.
8. Uji Lapangan Operasional
Uji coba lapangan dilakukan di SMAN 1 Sumberlawang kelas X6 yang
terdiri atas 32 siswa. Pembelajaran menggunakan modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept mapuntuk
memberdayakan keterampilan proses sains dann kemampuan menganalisis
Siswa. Uji lapangan operasional sebagaimana lampiran 8 hal. 385
Data yang diperoleh dari uji coba lapangan besar sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
a. Keterlaksanaan Sintaks
1. Keterlaksanaan Sintaks Guru
Data keterlaksanaan sintaks yang dilakukan guru pada uji coba
lapangan disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Keterlaksanaan Sintaks oleh Guru
Kegiatan Belajar % Pertemuan
I II III
Pendahuluan 100,00 100,00 100
Inti 77,27 78,79 95,45
Penutup 75,00 91,67 91,67
Rerata 84,09 90,15 95,71
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pada setiap kali pertemuan
keterlaksanaan sintaks mengalami peningkatan. Pada pertemuan I rerata
yang diperoleh dari aktivitas guru adalah 84,09%, pertemuan II sebesar
90,15% dan pertemuan III sebesar 95,71%.
2. Keterlaksanaan Sintaks Siswa
Data keterlaksanaan sintaks yang dilakukan siswa pada uji coba
lapangan disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Keterlaksanaan Sintaks oleh Siswa
Kegiatan Belajar % Pertemuan
I II III
Pendahuluan 100,00 100,00 100
Inti 75,76 69,70 75,76
Penutup 75,00 91,67 91,67
Rerata 83,59 87,12 89,14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada setiap kali pertemuan
keterlaksanaan sintaks mengalami peningkatan. Pada pertemuan I rerata
yang diperoleh dari aktivitas siswa adalah 83,59%, pertemuan II sebesar
87,12% dan pertemuan III sebesar 89,14%.
Keterlaksanaan sintaks secara keseluruhan di sajikan dalam Gambar
4.4.
Gambar 4.28 Grafik Keseluruhan Keterlaksanaan Sintaks
Gambar 4.28 menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan
keterlaksanaan sintaks yang dilakukan guru mengalami peningkatan, begitu
juga dengan keterlaksanaan sintaks oleh siswa.
b. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa yang dimaksud meliputi data hasil belajar
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta yang menjadi basis penguat
modul yaitu keterampilan proses sains dan kemampuan menganalisis siswa.
83,59
87,1289,14
84,08
90,15
95,71
75
80
85
90
95
100
I II III
Siswa
Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
1) Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Deskripsi hasil belajar aspek pengetahuan diperoleh dari nilai proses
selama proses pembelajaran meliputi 3 (tiga) sub-bab, yaitu: pencemaran
udara, pencemaran air dan pencemaran tanah dengan nilai Posttest di akhir
KD. Data disajikan dalam Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Proses 32 73 83 78,96 2,734
Posttest 32 80,00 95,00 85,8594 4,56182
Valid N (listwise) 32
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa rerata nilai siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung adalah 78,96 dengan standar deviasi 2,73, nilai
minimum 73 dan nilai maksimum 83. Nilai posttest di akhir KD rerata nilai
siswa sebesar 85,85 dengan standar deviasi sebesar 4,56, nilai minimum 80
dan nilai maksimum 95. Hasil perhitungan nilai N-gain ternormalisasi
diperoleh rata-rata kenaikan sebesar 0,32. Menurut Hake (1998:1),
menunjukkan bahwa kenaikan hasil belajar siswa dalam kategori “sedang”.
2) Hasil Belajar Aspek Sikap
Penilaian hasil belajar aspek sikap siswa dilakukan dengan
menggunakan dua instrumen. Pertama, penilaian aspek sikap selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen lembar observasi
yang dilakukan oleh 3(tiga) orang pengamat. Data hasil penilaian aspek
sikap setiap pertemuan terlihat pada Gambar 4.29.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Gambar 4.29 Histogram Hasil Belajar Aspek Sikap
Berdasarkan Gambar 4.29 diketahui bahwa setiap kali pertemuan aspek
sikap siswa mengalami kenaikan. Persentase penilaian aspek sikap pada
pertemuan pertama (I) sebesar 85,33%, pertemuan kedua (II) sebesar 88,28%
dan pertemuan ketiga (III) sebesar 88,98%. Secara keseluruhan hasil aspek
sikap siswa selama 3 (tiga) kali pertemuan sebesar sebesar 87,53%.
Kedua, penilaian aspek sikap siswa dengan menggunakan instrumen
berupa angket. Penilaian aspek sikap dengan angket dilakukan di akhir KD.
Hasil dari analisis angket kemudian digabung dengan penilaian
menggunakan instrumen lembar observasi dengan bobot 40% nilai
berdasarkan hasil observasi dan 60% berdasarkan nilai angket. Hasil akhir
nilai aspek sikap siswa seperti pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Belajar Aspek Sikap
Kelas Nilai Nilai
Akhir Observasi Angket
X6 87,53 87,38 87,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa rerata penilaian berdasarkan
observasi sebesar 87,53% dan penilaian berdasarkan angket sebesar 87,38%
dengan nilai akhis aspek sikap sebesar 87,44%.
3) Hasil Belajar Aspek Keterampilan
Penilaian hasil belajar aspek keterampilan siswa dilakukan dengan
menggunakan dua instrumen. Pertama, penilaian aspek keterampilan selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen lembar observasi
yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang pengamat. Data hasil penilaian aspek
keterampilan setiap pertemuan terlihat pada Gambar 4.30.
Gambar 4.30 Histogram Hasil Aspek Keterampilan
Berdasarkan Gambar 4.30 diketahui bahwa setiap kali pertemuan aspek
keterampilan siswa mengalami kenaikan. Persentase penilaian aspek sikap
pada pertemuan pertama (I) sebesar 84,24%, pertemuan kedua (II) sebesar
86,78% dan pertemuan ketiga (III) sebesar 88,98%. Secara keseluruhan hasil
aspek sikap siswa selama 3 (tiga) kali pertemuan sebesar sebesar 88,68%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Kedua, penilaian aspek sikap siswa dengan menggunakan instrumen
berupa angket. Penilaian aspek sikap dengan angket dilakukan di akhir KD.
Hasil dari analisis angket kemudian digabung dengan penilaian
menggunakan instrumen lembar observasi dengan bobot 40% nilai
berdasarkan hasil observasi dan 60% berdasarkan nilai angket. Hasil akhir
nilai aspek sikap siswa seperti pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Belajar Aspek Keterampilan
Kelas Nilai Nilai
Akhir Observasi Angket
X6 86,57 86,68 86,63
Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa rerata penilaian berdasarkan
observasi sebesar 86,57% dan penilaian berdasarkan angket sebesar 86,68%
dengan nilai akhis aspek sikap sebesar 86,63%.
4) Hasil KPS
Deskripsi data keterampilan proses sains siswa diperoleh dari nilai
pretest dan posttest, disajikan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Analisis Hasil KPS
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Posttest 32 77,50 95,00 85,2344 4,41585
Pretest 32 52,50 70,00 62,7344 4,89236
Valid N (listwise) 32
Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui rerata keterampilan proses sains
siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan modul Pencemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept mapadalah
sebesar 62,73% dengan standar deviasi 4,89, nilai minimum 52,50 dan nilai
maksimum 70. Rerata KPS siswa sesudah diberikan pembelajaran dengan
modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map adalah sebesar 85,23, dengan standar deviasi 4,41, nilai
minimum 77,50 dan nilai maksimum 95,00.
Nilai pretest dan postest tersebut kemudian dihitung tingkat kenaikan
hasil keterampilan proses sains untuk mengetahui efektivitasnya. Rumus
yang digunakan adalah N-gain ternormalisasi. Hasil perhitungan N-gain
ternormalisasi diperoleh rerata kenaikan sebesar 0,60. Berdasarkan kriteria
Hake (1998:1), menunjukkan bahwa kenaikan keterampilan proses sains
siswa dalam kategori “sedang”. Setelah dilakukan perhitungan N-gain
ternormalisasi, selanjutnya diuji prasyarat seperti uji normalitas dan
homogenitas. Apabila uji prasyarat telah memenuhi maka akan dilakukan uji
berikutnya untuk menentukan apakah terdapat perbedaan hasil uji pretest dan
posttest.
a. Uji Normalitas KPS
Tabel 4.19 Uji Normalitas KPS
Pretest Posttest
N 32 32 Normal Parameters
a,b Mean 62,7344 85,2344
Std. Deviation 4,89236 4,41585 Most Extreme Differences Absolute ,118 ,166
Positive ,118 ,148 Negative -,116 -,166
Kolmogorov-Smirnov Z ,668 ,941 Asymp. Sig. (2-tailed) ,763 ,339 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui hasil analisis normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov test, diperoleh signifikansi pretest yaitu
0,763>0,05, maka disimpulkan menerima H0. Hal tersebut berarti sampel
terdistribusi normal. Adapun signifikansi posttest yaitu 0,339>0,05, maka
disimpulkan menerima H0. Hal tersebut berarti sampel terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas KPS
Tabel 4.20 Uji Homogenitas KPS
Levence Statistic df1 df2 Sig.
,836 1 62 ,364
Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui hasil analisa data diperoleh
signifikansi hasil belajar yaitu 0,364>0,05, maka disimpulkan menerima H0 .
Hal tersebut berarti variasi nilai pretest dan posttest adalah homogen.
Berkaitan data yang diuji normal dan homogen, maka dilanjutkan
dengan uji paired sample t-Test.
c. Uji Paired Sample t-Test KPS
Tabel 4.21 Uji Paired Sample t-Test KPS
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest -
Postest
-
22,50
5,15 ,911 -24,35 -20,64 -24,67 31 ,000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Berdasarkan Tabel 4.21 diketahui hasil analisa data diperoleh
signifikansi hasil belajar yaitu 0,000<0,05, maka disimpulkan menolak H0 .
Hal tersebut berarti terdapat perbedaan signifikan hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah penerapan modul.
Berdasarkan pada hasil analisis tersebut, menunjukkan pemberian
modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept mapdapat meningkatkan keterampilan proses sains. Berdasarkan
mean atau rerata nilai posttest lebih tinggi dibandingkan nilai pretest
sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa
mengalami peningkatan.
5) Hasil Kemampuan Menganalisis Siswa
Deskripsi data kemampuan menganaliss siswa diperoleh dari nilai
Pretest dan Posttest, disajikan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil Kemampuan Menganalisis
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pretest 32 50,00 70,00 60,5209 6,45426 41,658
Posttest 32 73,33 93,33 83,0203 5,31144 28,211
Valid N
(listwise)
32
Berdasarkan Tabel 4.22 diketahui rerata keterampilan proses sains
siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map adalah
sebesar 60,52% dengan standar deviasi 6,45, nilai minimum 50,00 dan nilai
maksimum 70,00. Sedangkan rerata kemampuan menganalisis siswa sesudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
diberikan pembelajaran dengan modul Pencemaran Lingkungan berbasis
problem posing disertai spider concept map adalah sebesar 83,02%, dengan
standar deviasi 5,31, nilai minimum 73,33 dan nilai maksimum 93,33.
Nilai pretest dan posttest tersebut kemudian dihitung efektivitasnya
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menganalisis.
Rumus yang digunakan adalah N-gain ternormalisasi. Hasil perhitungan N-
gain ternormalisasi diperoleh rerata kenaikan sebesar 0,57. Berdasarkan
kriteria Hake (1998:1), menunjukkan bahwa kenaikan keterampilan proses
sains siswa dalam kategori “sedang”. Setelah dilakukan perhitungan N-gain
ternormalisasi, selanjutnya diuji prasyarat seperti uji normalitas dan
homogenitas.
a. Uji Normalitas Kemampuan Data Menganalisis Siswa
Tabel 4.23 Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis
Pretest Posttest
N 32 32
Normal Parametersa,b
Mean 60,5209 83,0203
Std. Deviation 6,45426 5,31144
Most Extreme Differences Absolute ,162 ,164
Positive ,162 ,164
Negative -,137 -,117
Kolmogorov-Smirnov Z ,917 ,929
Asymp. Sig. (2-tailed) ,370 ,354
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui hasil analisis normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov test diperoleh signifikansi pretest yaitu
0,370>0,05, maka disimpulkan menerima H0. Hal tersebut berarti sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
terdistribusi normal. Adapun signifikansi posttest yaitu 0,354>0,05, maka
disimpulkan menerima H0. Hal tersebut berarti sampel terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Data Menganalisis Siswa
Tabel 4.24 Uji Homogenitas Kemampuan Menganalisis
Levence Statistic df1 df2 Sig.
3,201 1 62 ,078
Berdasarkan Tabel 4.24 diketaui hasil analisa data diperoleh
signifikansi hasil belajar yaitu 0,078>0,05, maka disimpulkan menerima H0 .
Hal tersebut berarti variasi nilai pretest dan posttest adalah homogen.
Berkaitan data yang diuji normal dan homogen, maka dilanjutkan
dengan uji paired sample t-Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan antara nilai pretest dan posttest.
c. Uji Paired Sample T-test Kemampuan Menganalisis Siswa
Tabel 4.25 Uji Paired Sample T-test Kemampuan Menganalisis
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Posttest -
Pretest
22,49 7,28 1,28 19,87 25,12 17,47 31 ,000
Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui hasil analisa data diperoleh
signifikansi hasil belajar yaitu 0,000<0,05, maka disimpulkan menolak H0 .
Hal tersebut berarti terdapat perbedaan signifikan hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah penerapan modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Berdasarkan pada hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemberian modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept mapdapat meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.
Berdasarkan mean atau rerata nilai posttest lebih tinggi dibandingkan nilai
pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis siswa
mengalami peningkatan. Perbandingan hasil belajar siswa sebagaimana
Gambar 4.31.
Gambar 4.31 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan Gambar 4.31 diketahui pengembangan modul berbasis
problem posing disertai spider concept map terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selain itu juga
dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan
menganalisis.
83,02
85,2385,85
86,6387,44
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
9. Revisi Produk Akhir
Berdasarkan hasil uji lapangan diperoleh masukan dan saran dari siswa
untuk perbaikan modul yang disajikan pada Tabel 4.24.
Tabel 4.26 Masukan dan Saran Revisi Tahap Akhir
No Aspek Saran Revisi
1 Isi modul Sumber referensi masih ada
yang belum disebutkan
Sumber referensi sudah
ditambahkan
2 Penyajian Ukuran huruf (font) untuk
judul sebaiknya berbeda
dengan lainnya
Ukuran huruf (font) untuk
judul sudah diganti
Setelah tahap revisi produk akhir sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.26,
disimpulkan bahwa produk modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem
posing disertai spider concept map siap untuk di diseminasi dan
diimplementasikan.
10. Diseminasidan Implementasi Produk
Tahap diseminasi dan implementasi produk modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept mapdilakukan
dengan cara menyebarluaskan modul tersebut ke sejumlah guru di wilayah
kabupaten sragen dan kabupaten lainnya. Tahapan tersebut disebut juga dengan
pembuatan produk masal karena apabila penemuan tersebut telah diujcoba dan
divalidasi serta dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian maka dapat
diperbanyak dan diterapkan di berbagai lembaga pendidikan (Sugiyono, 2012).
Diseminasi dilakukan terhadap beberapa SMA yang tersebar di beberapa
kabupaten. Aspek yang dinilai meliputi: Isi modul, materi, evaluasi, penyajian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
bahasa/ keterbacaan dan tampilan modul. Hasil diseminasi sebagaimana Tabel
4.27. Secara lebih rinci pada lampiran 112 hal. 460
Tabel 4.27 Hasil Diseminasi
No Aspek Penilaian Nilai (%) Kategori
1 Isi modul 84,17 Sangat baik
2 Materi 82,50 Sangat baik
3 Evaluasi 83,13 Baik
4 Penyajian 85,00 Sangat baik
5 Bahasa/ keterbacaan 85,50 Sangat baik
6 Tampilan modul 82,50 Sangat baik
Rata-rata 83,80 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.27 memuat hasil validasi praktisi produk modul,
sebagai berikut: 1) Aspek Isi modul memperoleh skor rata-rata 84,13%
dengan kategori sangat baik; 2) Aspek materi memperoleh skor rata-rata
82,50% dengan kategori sangat baik; 3) Aspek evaluasi memperoleh skor
rata-rata 83,13% dengan kategori baik; 4) Aspek penyajian memperoleh skor
rata-rata 85,00% dengan kategori sangat baik; 5) Aspek bahasa/ keterbacaan
memperoleh skor rata-rata 85,50% dengan kategori sangat baik; 6) Aspek
tampilan modulmemperoleh skor rata-rata 82,50% dengan kategori sangat
baik. Dari hasil keseluruhan validasi ahli kebahasaan diperoleh skor rata-rata
83,80%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
B. Pembahasan
11. Karakteristik Modul Berbasis Problem Posing
Produk modul berbasis problem posing yang dikembangkan memiliki
karakteristik tertentu. Karakteristik yang membedakan modul-modul beredar di
pasaran dengan modul sains yang dikembangkan. Modul sains diharapkan akan
mampu meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Maksud dari kompetensi yang hendak
dicapai tersebut tidak lain agar siswa membangun dirinya untuk belajar lebih
lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains dan
teknologi, sehingga siswa dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat
sekitarnya. Oleh karenanya, modul sains yang dikembangkan hendaknya mampu
untuk membekali siswa sesuai tuntutan kompetensi yang diharapkan.
Karakteristik modul sains yang dikembangkan sebagai berikut.
Pertama, memberi peluang siswa dalam keterampilan proses. Keterampilan
proses yang dimaksud dalam modul berbasis problem posing adalah keterampilan
proses sains. KPS merupakan seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan untuk
menemukan konsep atau prinsip atau teori dalam rangka mengembangkan konsep
yang telah ada atau menyangkal penemuan sebelumnya. Keterampilan ini khas,
karena juga dapat digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang terjadi.
KPS diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, menerapkan konsep-
konsep dan prinsip, sehingga siswa mampu melakukan proses seperti yang
dialami dan pernah dilakukan oleh para ilmuwan ketika mereka berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
memecahkan permasalahan. KPS menurut Dimyati dan Mudjiono (2009),
meliputi: 1) Mengamati, yaitu proses pengumpulan data tentang fenomena atau
peristiwa menggunakan inderanya; 2) Mengelompokkan/klasifikasi, yaitu
sistematika untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Prosesnya mercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari
perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar
penggolongan; 3) Menafsirkan, yaitu menarik kesimpulan tentatif dari data yang
dicatatnya; 4) Meramalkan, yaitu memperkirakan berdasarkan data hasil
pengamatan yang reliabel; 5) Mengajukan pertanyaan, keterampilan ini dapat
diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana
guna meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis;
6) Merumusakan hipotesis, yaitu melakukan dugaan sementaara terhadap
perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu; 7) Merencanakan percobaan, keterampilan ini dapat diperoleh apabila
siswa mampu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
Selanjutnya, siswa harus menentukan variabel-variabel, menentukan apa yang
akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja
serta menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan; 8) Menggunakan
alat dan bahan, keterampilan menggunakan alat dan bahan dapat diperoleh dengan
pengalaman langsung; 9) Menerapkan konsep, keterampilan menerapkan konsep
pada pengalaman baru; dan 10) Mengkomunikasikan, keterampilan ini meliputi
keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi
Kedua, kemampuan berpikir siswa. Modul sains akan melatih siswa dalam
berpikir untuk menyelesaikan permasalahan tidak hanya terbatas pada konteks
modul saja, namun permasalahan lain yang ada hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari. Kadangkala, siswa dihadapkan pada situasi masalah, informasi yang
tidak lengkap dan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Rancangan tersebut
dihadapkan kepada siswa dalam rangka meminta siswa tentang bagaimana cara
penyelesainnya, seperti mendefinisikan, menguraikan masalah, membuat
hipotesis, menelusuri data dan mengembangkan solusi. Oleh karenanya, siswa
dituntut untuk melakukan proses berpikir ilmiah melalui berpikir kritis terutama
kemampuan menganalisis, yang meliputi: kemampuan menguji ide, mengenali
argumen dan mengenali alasan dan pernyataan (Facione, 2001). Proses berpikir
tersebut dilalui siswa agar membekali dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
Ketiga, kemampuan literasi sains yang meliputi empat aspek, yaitu:
memahami istilah sains, membaca dalam sains, menulis tentag sains dan berbicara
dalam sains (Toharudin, et al., 2011). Penjelasan mengenai aspek tersebut sebagai
berikut: 1) Aspek pemahaman terhadap istilah dalam sains. Istilah-istilah ilmiah di
dalam sains dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami dan
menguasai konsep sains. Ada kata-kata yang mudah dibaca dan mudah diingat,
tetapi sulit untuk dimengerti siswa, proses atau peristiwa sains yang mudah
dimengerti tetapi siswa mengalami kesulitan dalam menyebutkan istilahnya. Oleh
karenanya, dalam modul sains terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
siswa sehingga mereka dapat menemukan kata kunci atau istilah penting;
2) Aspek membaca dalam sains. Kegiatan membaca secara umum terbagi menjadi
empat kategori, yaitu: membaca tidak henti, membaca perlahan dan
mempelajarinya, membaca sepintas secara cepat dan mencari bagian informasi
yang dibutuhkan. Kegiatan membaca dalam sains menuntut beberapa aktifitas
yang sebaiknya dilakukan untuk memahami isi bacaan; 3) Aspek menulis dalam
pembelajaran sains. Aspek menulis membantu siswa untuk dapat berpikir secara
ilmiah melalui kegiatan menulis dalam sains. Terdapat enam kegiatan dalam
menulis, yaitu: siswa diajak berlatih memberi penjelasan tentang “sebuah cara”,
siswa diajak berlatih tentang memberi penjelasan tentang “bagaimana”, siswa
diberi waktu untuk menuliskan argumen, siswa diberi kesempatan memberi
gambaran dan membuat kesimpulan, siswa diminta menuliskan hasil analisisnya
tentang suatu keadaan dan siswa diminta membuat sebuah perencanaan; 4) Aspek
berkomunikasi lisan dalam pembelajaran sains. Siswa membutuhkan kesempatan
untuk dapat mengungkapkan, menjelaskan dan menunjukkan pemahamannya
tentang sains. Siswa juga membutuhkan untuk menggunakan istilah-istilah sains
yang diketahuinya secara benar, oleh karena itu siswa sebaiknya diberikan
kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya dengan berbicara, berdiskusi
dan berbagi untuk mengungkapkan apa yang diketahuinya dan mengetahui apa
yang diketahui siswa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
12. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
a) Penelitian Pendahuluan
Unsur-unsur yang mendukung terhadap keberhasilan pendidikan salah
satunya adalah Kurikulum. Kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda. Secara
pedagogis, Kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan
untuk siswa mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang
menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas
yang diinginkan masyarakat dan bangsa. Secara yuridis, Kurikulum adalah suatu
kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan
yuridis di bidang pendidikan (Halim, 2014).
Unsur Kurikulum dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa (Ali, 1992). Konsep
pengembangan Kurikulum pada masing-masing sekolah perlu mendapatkan porsi
yang relevan terkait kebutuhan bahan ajar. Pada aspek Kurikulum, SMAN 1
Sumberlawang sudah menerapkan sesuai jam pelajaran per minggu pada mata
pelajaran biologi dengan sistem sekali pertemuan (3 jam pelajaran). Hal tersebut
penting, mengingat sebaran jam pelajaran berpengaruh terhadap proses
pembelajaran dan keberhasilan KI dan KD. Selain jam pelajaran, indentifikasi
terhadap KI dan KD memungkinkan dipilih sebagai acuan pengembangan modul.
Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pemilihan materi yang akan
dikembangkan. Prastowo (2011), mengemukakan bahwa dalam menyusun bahan
ajar analisis terhadap Kurikulum dan bahan ajar sangat penting. Standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
kompetensi digunakan sebagai rujukan untuk menentukan kompetensi yang harus
dicapai siswa, sedangkan komptensi dasar digunakan sebagai rujukan menentukan
indikator. Materi pokok juga penting untuk dianalisis karena menjadi salah satu
acuan utama dalam menyusun bahan ajar berupa modul.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, siswa mendapatkan nilai UN
rendah dalam materi Pencemaran Lingkungan. Karakteristik materi Pencemaran
Lingkungan yang ill structure, cakupan materi yang luas, berbasis masalah dan
menuntut kemampuan dalam menganalisis kondisi lingkungan menjadi kendala
bagi siswa. Selain karakteristik materi, berdasarkan wawancara dengan guru
Biologi sekolah setempat, rendahnya nilai siswa dikarenakan siswa masih
mengandalkan kemampuan hafalan dan kemampuan dalam menganalisis
pertanyaan/masalah yang disajikan masih rendah. Hal tersebut juga terbukti data
ulangan harian selama 3 (tiga) tahun terakhir rata-rata siswa mendapatkan nilai
60,25 untuk materi pencemaran. Proses pembelajaran tentu memegang peranan
penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil studi literatur mengenai capaian 8 Standar Nasional
Pendidikan juga menempatkan standar proses pada kategori rendah dibandingkan
dengan standar lainnya, walaupun skor yang didapat standar proses sama dengan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (standar IV), yaitu 86,67%. Namun,
tidak memungkinkan peneliti akan mengupayakan peningkatan standar IV karena
hal itu berkaitan dengan kompetensi kelulusan. Adapun, standar proses masih
dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai
student center.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Hasil observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa diperoleh gambaran
awal tentang proses kegiatan belajar mengajar sebagai berikut yaitu, pembelajaran
yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah dan
didominasi kegiatan presentasi individu atau kelompok oleh siswa. Trianto
(2009:75), mengemukakan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan
terwujud jika siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru. Perangkat
pembelajaran yang dimiliki guru sudah cukup lengkap yaitu silabus, RPP, LKS,
dan buku ajar. Guru sudah membuat silabus dan RPP sendiri, tetapi guru belum
mengembangkan bahan ajar secara mandiri, namun dengan modul memungkinkan
siswa terbiasa dengan konten secara alami, oleh sebab itu sangat baik bagi siswa
untuk belajar mandiri (Chen dan Wan 2011). Biasanya guru menggunakan LKS
dan buku ajar yang berasal dari pasaran. Menurut Sungkono (2003), salah satu
kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya
adalah mengembangkan bahan ajar. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
Depdiknas (2008: 1), yang mengemukakan bahwa Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007 mengatur tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru,
yaitu bagi guru pada satuan pendidikan jenjang SMA, baik dalam tuntutan
kompetensi pedagogik maupun profesional berkaitan erat dengan kemampuan
guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Millah (2012: 20),
mengemukakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan, bahan ajar yang beredar di
pasaran masih terdapat kekurangan, karena bahan ajar tersebut belum merancang
siswa untuk berpikir menganalisis untuk memecahkan permasalahan autentik
dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkannya dengan masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
lingkungan. Tampilan buku ajar yang kurang variatif juga menyebabkan siswa
kurang berminat untuk membaca. Berdasarkan hasil wawancara juga diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dan kurang tertarik mempelajari
biologi sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa masih rendah dan setiap
diadakan ulangan harian banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.
Bahan ajar yang dibutuhkan guru dan siswa merupakan bahan ajar berupa
modul yang dapat membangun pengetahuan sendiri, sesuai dengan kebutuhan
siswa, dapat melatih KPS melalui kegiatan praktikum dan meningkatkan
kemampuan menganalisis.
b) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan telah dilakukan analisis terhadap SK dan KD,
berkenaan dengan materi yang akan dipilih. Materi yang dipilih disesuaikan
dengan hasil UN yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada materi
pencemaran masih rendah. Depdiknas (2003: 4), mengemukakan bahwa beberapa
pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa seperti sains dan matetmatika berkorelasi
positif dengan perolehan UN mata pelajaran tersebut yang biasanya menempati
urutan yang rendah. Selain itu, pada tahap survei lapangan ditemukan bahwa guru
belum mengembangkan bahan ajar secara mandiri dan hanya memakai bahan ajar
yang berasal dari pasaran. Prastowo (2011), mengemukakan bahwa guru belum
mengembangkan kreativitas untuk meyiapkan dan membuat bahan ajar secara
mandiri dan memilih bahan ajar yang siap pakai karena beranggapan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
membuat bahan ajar merupakan pekerjaan yang sulit dan membutuhkan waktu
yang lama.
Hal tersebut membuktikan bahwa guru masih belum mengembangkan
kreativitasnya untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan siswa.
Depdiknas (2003: 2), mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan adalah menyediakan buku ajar sebagai rujukan
yang baik dan benar bagi guru maupun siswa karena buku merupakan salah satu
sarana penunjang dalam pembelajaran. Oleh karenanya, perlu dikembangkan
bahan ajar yang sesuai dengan materi Pencemaran Lingkungan dan memuat
strategi pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Bahan ajar dapat membantu siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan
masalah mereka, tipe pertanyaan yang mereka jawab, dan bagaimana guru
membimbing aktivitas investigasi mereka (Cristine dan Chia 2005). Model
pembelajaran yang dipilih agar siswa lebih aktif selama pembelajaran adalah
problem posing yang menuntut siswa untuk melakukan identifikasi masalah,
menampilkan masalah, membahas alternatif pemecahan masalah, mendiskusikan
masalah, penerapan konsep pada situasi baru, dan mempresentasikan hasil kerja
kelompok. Khususnya pada materi pencemaran, lingkungan dapat dijadikan
sebagai contoh riil dalam mempelajari permasalahan dan upaya penanggulangan
yang dapat dilakukan sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep
sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Pada kenyataannya problem posing
sulit dipisahkan dari proses pembelajaran, karena langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
pembelajarannya dirancang sedemikian agar meningkatkan prestasi siswa
(Aristoklis & George, 2007).
Tahap pengembangan modul dilakukan sesuai dengan modifikasi tahapan
Borg dan Gall (1983: 772), yang meliputi 10 tahapan pengembangan. Pemilihan
pengembangan modul pembelajaran didasari dari hasil analisis kebutuhan yang
telah dilakukan, bahwa saat ini diperlukan bahan ajar yang dapat membuat siswa
lebih mudah memahami konsep biologi, melatihkan siswa dalam pemecahan
masalah, dan mengaktifkan siswa selam proses belajar. Menurut Sungkono (2003:
2), modul bersifat sistematis karena disusun secara urut sehingga memudahkan
siswa belajar. Johnson (dalam Gulo, 2004: 116), mengemukakan bahwa
penyelesaian masalah dapat dilakukan secara kelompok. Pembelajaran inovatif
yang melibatkan masalah belajar melalui bekerja dalam kelompok (Keziah, 2010).
Masalah yang dipilih harus memiliki sifat conflict dan dianggap penting untuk
dipecahkan. Permasalahan juga dapat diambil dari lingkungan sekitar siswa. Hal
tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan modul yang bengangkat
permasalahan di lingkungan sekitar siswa. Millah (2012), menyatakan bahwa
penyajian permasalahan autentik diperlukan untuk membangun life skill siswa
agar konsep-konsep yang ada dalam buku ajar dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Belajar merupakan proses interaksi individu dengan lingkungan di
sekitarnya. Seseorang dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari
lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan lingkungan mengakibatkan
perkembangan intelektual secara bertahap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Model problem posing membangun pengetahuan dengan urutan
mengidentifikasi permasalahan, mencari solusi dari suatu permasalahan hingga
penerapan konsep yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan yang hampir
sama karakteristiknya. Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
menkonstruksi pengetahuannya sendiri, melakukan pengamatan terhadap
fenomena serta mengkomunikasikan pemikiran dan hasil diskusi sehingga siswa
akan lebih mudah menguasai konsep yang diajarkan. Depdiknas (2003: 4),
mengemukakan bahwa siswa harus mampu mengkonstruksi pengetahuan melalui
aktivitas kontekstual yang dikembangkan selama pembelajaran, siswa harus
terlibat langsung dalam pengalaman sehari-hari kaitannya dengan materi yang
dipelajari, aktif bereksperimen, mengolah data, dan membuat kesimpulan, dengan
demikian siswa dapat menghubungkan konsep yang dimiliki dengan
penerapannya dalam keseharian siswa sehingga pembelajaran akan bermakna
yang pada akhirnya dapat memecahkan permasalahan.
Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Bransford (1984: 12),
meliputi: 1) Identify the problem; 2) Define and represent the problem; (3)
Explore possible strategies; 4) Act on the strategies; and, 5) Look back and
evaluate the effects of your activities. Pemecahan masalah menurut Suharnan
(2005:279), merupakan salah satu dari komponen yang terletak pada urutan
terakhir atau lebih tinggi dari keseluruhan proses kognisi yang disebut dengan
higher order cognition.
Konsep modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing sangat
cocok untuk dikembangkan. Hal tersebut tidak terlepas dari materi Pencemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Lingkungan yang sangat mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman
(2005: 112), menyatakan bahwa penggunaan pendekatan lingkungan berarti
mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan
digunakan sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan salah satu sumber
belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam
rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan
terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada
kondisi yang sebenarnya. Dewey (dalam Nur, 2011: 19), menyatakan bahwa
pembelajaran di sekolah seharusnya lebih bermakna, tidak terlalu abstrak.
Pembelajaran bermakna yang terbaik dapat diwujudkan dengan meminta siswa
berada dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan proyek-proyek
pilihan sesuai dengan minat mereka sendiri. Implikasi dari pengembangan modul
Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing memungkinkan siswa
berinteraksi dengan lingkungan sehingga akan diperoleh pengalaman belajar yang
bersifat pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan kebermaknaan dalam belajar.
Pembelajaran biologi yang berorientasi pada lingkungan akan memberi
kesempatan siswa memahami proses yang berkaitan dengan lingkungan, hal ini
akan menumbuhkan kesadaran keberadaan siswa dalam lingkungannya.
Modul problem posing selain melatihkan belajar secara mandiri juga dapat
digunakan dalam pembelajaran secara kelompok. Gulo (2004: 135),
mengemukakan bahwa metode diskusi kelompok akan membelajarkan siswa agar
mampu belajar dengan orang lain, menanggapi pendapat, memelihara kesatuan
kelompok, dan belajar tentang teknik-teknik pegambilan keputusan yang berguna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
dalam kehidupan bermasyarakat. Pengalaman belajar yang demikian tidak akan
terjadi jika guru menyajikan pelajaran dengan metode ceramah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Trianto, 2009: 75), proses belajar dan
pembelajaran siswa harus siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat
kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Pendekatan konstruktivis dalam
pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif atas dasar teori bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya
c) Pengembangan Bentuk Produk Awal
Pada tahap ini dilakukan pengembangan draf bentuk produk awal (develop
preliminary from of product). Pada tahap ini meliputi: penyusunan instrumen
perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan assesment. Penyusunan
instrumen penelitian meliputi lembar observasi, angket, kuisioner dan wawancara.
Selain kegiatan di atas, juga dilakukan penyusuna prototipe modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing disertai spider concept map untuk
meningkatkan KPS dan kemampuan menganalisis.
Produk yang dihasilkan dari tahap awal berupa produk kasar modul
Pencemaran Lingkungan yang terdiri bagian awal, inti dan penutup. Bagian awal
terdiri atas judul modul, halaman cover, kata pengantar, daftar isi, gambaran
umum modul, petunjuk penggunaan modul (untuk guru dan siswa), KI. Bagian
inti terdiri atas identitas mata pelajaran, KD, indikator, alur kegiatan
pembelajaran, wacana, identifikasi masalah, menampilkan masalah, membahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
alternatif pemecahan masalah (pemilihan alat dan bahan, langkah kerja dan
melakukan percobaan), mendiskusikan masalah, penerapan konsep pada situasi
baru, lembar spider concept map, lembar poster, presentasi hasil kelompok, info
sains, rangkuman dan wawasan sains. Bagian penutup meliputi evaluasi, petunjuk
penilaian, tugas individu dan refleksi diri. Selain itu, dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan modul (untuk siswa dan guru) di awal modul. Kunci jawaban,
glosarium dan daftar pustaka di bagian akhir.
Berdasarkan hasil validasi ahli tentang penilaian modul dan perangkat
pembelajaran, modul memiliki kategori yang baik. Namun, masih memerlukan
banyak perbaikan. Hasil validasi praktisi tentang modul dan perangkat
pembelajaran diperoleh kategori sangat baik. Menurut Sungkono (2003: 10),
contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang
mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk
memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip,
generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan
masalah. Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya: 1) Relevan dengan isi
uraian; 2) Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran; 3) Logis (masuk akal);
4) Sesuai dengan realitas; dan 5) Bermakna. Petunjuk penggunaan dan gambaran
modul yang disertai dengan kolom-kolom instruksi telah ditambahkan agar guru
dan siswa lebih mudah dalam meggunakan modul pembelajaran.
Perbaikan telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli. Materi
telah ditambahkan sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan bahasa yang lebih
komunikatif disertai dengan contoh-contoh sehingga siswa mudah memahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Sumber dan catatan kaki telah ditambahkan, peta konsep dibuat per sub bab, dan
diberikan gambaran umum penggunaan modul bagi siswa dan guru. Setiap
komponen modul sudah diberikan gambar atau simbol supaya lebih menarik. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prastowo (2011), menyatakan
bahwa gambar-gambar dapat mendukung dan memperjelas isi materi sehinnga
menimbulkan daya tarik dan mengurangi kebosanan bagi pembaca.
d) Uji Coba Lapangan Tahap Awal
Berdasarkan hasil wawancara terhadap modul berbasis problem posing
disertai spider concept map terhadap siswa menunjukkan bahwa 1) Siswa
cenderung lebih termotivasi; 2) Melalui modul siswa memiliki antusias cukup
tinggi untuk membaca modul dari sub bab ke sub bab selanjutnya; dan 3) Siswa
masih menjumpai adanya kesalahan penulisan pada modul.
e) Revisi Produk Utama
Berdasarkan hasil angket dan wawancara terhadap siswa diperoleh beberapa
masukan dan saran diantaranya, jenis huruf yang digunakan dalam modul
beberapa bagian masih monoton, sehingga perlu diganti dengan lebih variatif dan
gambar yang disajikan ada yang masih belum jelas, kunci jawaban sebaiknya juga
diberikan agar siswa dapat mencocokkan hasil pekerjaannya sendiri, soal latihan
juga perlu diperbaiki agar tidak terlalu sulit. Hasil uji coba lapangan tahap awal
selanjutnya disebut sebagai produk utama. Sungkono (2003: 11), menyatakan
bahwa latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Latihan bergunanya untuk
memantapkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data,
konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini
agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang
sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan latihan: relevan dengan materi yang disajikan;
sesuai dengan kemampuan siswa; bervariasi, misalnya tes, tugas, dan eksperimen;
dan bermakna.
Berdasarkan masukan tersebut, maka dilakukan perbaikan terhadap kunci
jawaban dan teknik penilaian siswa lebih mudah dalam memahaminya. Sungkono
(2011 : 12), mengemukakan bahwa kunci jawaban tes formatif pada umumnya
diletakkan di bagian paling akhir suatu modul. Tujuannya agar siswa benar-benar
berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar
ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes
yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara
mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya
adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar
tersebut. Pada bagian ini juga berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai
sendiri pada hasil jawabannya.
Produk yang telah diuji coba kemudian diperbaiki sesuai dengan saran siswa.
Perbaikan yang dilakukan kaitannya dalam hal kejelasan gambar dan cover yang
dibuat lebih menarik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prastowo (2012: 124),
mengemukakan bahwa gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
isi materi sangat dibutuhkan karena selain memperjelas uraian materi, gambar
atau simbol juga dapat menambah daya tarik, serta mengurangi kebosanan siswa
untuk mempelajari modul.
f) Uji Lapangan Utama
Berdasarkan hasil penilaian siswa tentang modul, didapatkan kategori yang
sangat baik. Namun, masih memerlukan beberapa perbaikan. Perbaikan telah
dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli. Materi telah diperbaiki.
Depdiknas (2008: 6), menyatakan bahwa dalam penyusunan materi harus
memperhatikan kedalaman dan keluasan cakupan materi. Keluasan materi
menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan, sedangkan
kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di
dalamnya, yang harus dipelajari oleh siswa. Materi pembelajaran perlu
diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensi siswa dapat diukur. Selain
itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, guru akan
mendapatkan ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran.
Kondisi lapangan pada tahap uji coba terbatas ditemukan beberapa kendala
antara lain siswa belum pernah menggunakan modul Pencemaran Lingkungan
berbasis problem posing karena siswa biasanya hanya menggunakan buku paket
yang lebih banyak latihan soal-soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
g) Revisi Produk Operasional
Produk yang telah diuji coba kemudian diperbaiki sesuai dengan saran siswa.
Perbaikan yang dilakukan kaitannya dalam hal uraian materi yang sebelumnya
terlalu luas dan rumit dibuat lebih sederhana agar siswa mudah memahaminya.
Selain itu, juga dilakukan perbaikan terhadap gambar dan keterangan mengenai
efek rumah kaca yang sebaiknya menggunakan bahasa indonesia, ukuran gambar,
tanda baca.
h) Uji Lapangan Operasional
Data keterlaksanaan sintaks yang dilakukan guru pada uji coba lapangan
operasional persentase yang ditunjukkan selalu mengalami peningkatan begitu
juga dengan sintaks pembelajaran yang dilakukan oleh siswa juga mengalami
peningkatan dari tiap pertemuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul
problem posing dapat meningkatkan proses pembelajaran baik guru maupun
siswa.
Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hasil belajar yang dimaksud
meliputi data hasil belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan serta yang
menjadi basis penguat modul yaitu KPS dan kemampuan menganalisis siswa.
Hasil belajar aspek pengetahuan menunjukkan perhitungan nilai N-gain
ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan sebesar 0,32 dan termasuk kategori
“sedang”. Sejalan dengan aspek pengetahuan, aspek sikap juga mengalami
peningkatan dari pertemuan ke pertemuan berikutnya dan hal tersebut juga sama
ditunjukkan hasil belajar aspek keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Hasil KPS didapatkan hasil dengan rerata kenaikan sebesar 0,60 termasuk
kategori “sedang” dan kemampuan menganalisis sebesar 0,57 termasuk kategori
“sedang”, berdasarkan uji statistik KPS dan kemampuan menganalisis mengalami
peningkatan.
i) Revisi Produk Akhir
Produk yang telah diuji coba kemudian diperbaiki sesuai dengan saran siswa.
Perbaikan yang dilakukan kaitannya dalam hal kejelasan gambar dan cover yang
dibuat lebih menarik, karena gambar dan cover merupakan pintu gerbang pertama
agar siswa memiliki ketertarikan dan motivasi tinggi untuk membacanya.
j) Diseminasi dan Implementasi Produk
Tahap diseminasi dan implementasi produk modul Pencemaran Lingkungan
berbasis problem posing disertai spider concept map dilakukan dengan cara
menyebarluaskan modul tersebut ke sejumlah guru di wilayah kabupaten Sragen
dan kabupaten lainnya. Tahapan tersebut disebut juga dengan pembuatan produk
masal karena apabila penemuan tersebut telah diujcoba dan divalidasi dan telah
dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian maka dapat diperbanyak dan
diterapkan di berbagai lembaga pendidikan (Sugiyono, 2012). Tujuan diseminasi
adalah untuk menyebarluaskan hasil modul ke berbagai sekolah dengan harapan
modul yang telah dikembangkan dapat digunakan secara praktis oleh siswa dan
guru sebagai sarana membantu proses ketercapaian kompetensi selama
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
13. Kelayakan Modul Berbasis Problem Posing
Kelayakan sebuah modul ditentukan oleh beberapa validator, praktisi dan
user/pengguna dalam hal ini adalah siswa dan guru. Ciri-ciri modul yang
dianggap layak menurut Santyasa (2009), antara lain: 1) Didahului oleh
pernyataan sasaran belajar; 2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga
dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif; 3) Memuat sistem penilaian
berdasarkan penguasaan; 4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua
tugas pelajaran; 5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa; dan
6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
Modul hendaknya dapat memfasilitasi siswa untuk menjadi lebih aktif selama
proses pembelajaran. Keaktifan siswa didorong oleh keinginan dari dalam diri
siswa untuk semangat dalam belajar dan hal itu tergantung stimulus eksternal
yang diterima siswa. Stimulus dapat berupa bahan ajar yang menarik sehingga
siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk berinteraksi dengan bahan ajar berupa
modul tersebut.
Kelayakan sebuah modul dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama,
berdasarkan aspek penyajian modul. Pada aspek ini didapatkan hasil bahwa modul
sudah memenuhi kriteria sebagai modul yang baik untuk digunakan oleh siswa
dan guru.
Kedua, berdasarkan materi/isi modul. Uraian isi pembelajaran menyangkut
masalah strategi pengorganisasian isi pembelajaran menurut Mehrens (1984),
strategi diartikan sebagai strategi yang mengacu kepada cara untuk membuat
urutan (squencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
prinsip-prinsip yang berkaitan. Squencing mengacu kepada upaya pembuatan
urutan penyajian isi bidang studi, sedangkan synthesizing mengacu kepada upaya
untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip yang terkandung dalam bidang studi. Proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar jika isi dan prosedur pembelajaran diorganisasi
menjadi urutan yang bermakna, bahan disajikan dalam bagian-bagian yang
bergantung pada kedalaman dan kesulitannya. Untuk tujuan tersebut diperlukan
langkah sintesis pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan topik-topik suatu
bidang studi dengan keseluruhan isi bidang studi, sehingga isi yang disajikan lebih
bermakna menyebabkan siswa memiliki ingatan yang baik dan lebih tahan lama
terhadap topik-topik yang dipelajari. Materi pembelajaran yang tepat untuk
disajikan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya: 1) Relevan dengan sasaran
pembelajaran; 2) Tingkat kesukaran sesuai dengan taraf kemampuan pebelajar;
3) Dapat memotivasi pebelajar; 4) Mampu mengaktifkan pikiran dan kegiatan
pebelajar; 5) Sesuai dengan prosedur pengajaran yang ditentukan; dan 6) sesuai
dengan media pengajaran yang tersedia. Berkaitan dengan pengembangan modul,
isi pembelajaran diorganisasikan menurut struktur isi pembelajaran dengan
analisis sasaran khusus pembelajaran.
Ketiga, berdasarkan aspek kebahasaan sebagai gaya komunikasi modul
kepada siswa dan guru. Bahasa menjadi bahasa simbolik yang penting sebagai
sarana mengkomunikasikan maksud yang hendak dicapai dari modul yang
dikembangkan. Modul pencemaran lingkunga berbasis problem posing memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
karakteristik kebahasaan yang paling tinggi dibanding lainnya dan hal ini menjadi
ciri khusus modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing.
14. Efektivitas Modul Pencemaran Lingkungan
Efektifitas modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing
didasarkan pada ada tidaknya kenaikan hasil belajar, keterampilan proses sain dan
kemampuan menganalisis. Efektifitas modul juga dilihat dari perbedaan data
signifikansi atara sebelum dan sesudah penerapan modul berbasis problem posing.
Proses pembelajaran yang optimal akan berkorelasi dengan hasil belajar
siswa, karena pada dasarnya belajar merupakan proses siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri melalui berbagai stimulus dan daya dukung (opportunity),
dalam pandangan konstruktivis, belajar adalah proses yang aktif yaitu siswa
membangun sendiri pengetahuan yang dimiliki. Implikasi teori Vygotsky dalam
pembelajaran menggunakan modul ini selain modul digunakan sebagai bahan ajar
mandiri, modul juga terintegrasi dalam pembelajaran melalui diskusi dan
eksperimen yang dilakukan dalam kelompok kecil. Pemberian bantuan berupa
petunjuk, peringatan, dorongan yang dilakukan oleh guru selama tahap awal
pembelajaran dilakukan agar semakin lama siswa dapat mengambil alih tanggung
jawab secara mandiri. Pengetahuan dibentuk oleh siswa melalui pemecahan
masalah yang dikaitkan dengan lingkungan, hal tersebut erat kaitannya dengan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan siswa memperoleh
pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran yang optimal akan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, KPS dan kemampuan menganalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
a) Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran menggunakan modul secara efektif akan dapat mengubah
konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar
mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya dapat menghindari adanya kesalahan pemahaman konsep/
miskonsepsi. Hasil penelitian Stringer (1996), menyatakan bahwa pembelajaran
modul dalam pembelajaran konsep dapat mengubah miskonsepsi siswa menuju
konsep ilmiah. Menurut Santyasa (2009), menyatakan bahwa penerapan modul
dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa sebagai salah satu indikator keberhasilan proses
pembelajaran meliputi 3 aspek, yaitu: aspek pengetahuan, aspek sikap dan
aspek keterampilan. Pertama, berdasarkan hasil analisis aspek pengetahuan
dapat disimpulkan bahwa pemberian modul Pencemaran Lingkungan berbasis
problem posing dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan siswa. Wenno
(2008: 186), mengemukakan bahwa melakukan pembelajaran dengan modul
membuat siswa lebih mudah memahami konsep/materi sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa tentang ide/gagasan
yang dimiliki. Proses pembelajaran tersebut akan mendorong siswa untuk
terlibat secara aktif dan membangun pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis problem posing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam melakukan eksperimen,
membuktikan rumusan masalah, berdiskusi, dan komunikatif dalam
menjelaskan hasil eksperimen, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan
hasil belajar siswa. Rahayu, et al. (2013: 133), mengemukakan juga bahwa
modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing problem posing
dapat meningkatkan hasil belajar karena siswa dapat menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk menjelaskan suatu konsep.
Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), menunjukkan bahwa kenaikan hasil
belajar siswa dalam kategori “Sedang“. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan modul Pencemaran
Lingkungan berbasis problem posing berdampak pada kenaikan hasil belajar
aspek pengetahuan. Nugraha (2005: 135), mengemukakan bahwa pembelajaran
dengan modul lebih efektif dalam proses belajar mengajar biologi
dibandingkan pengajaran secara konvensional, karena dengan modul siswa
diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan langkah, kemampuan, dan
kebutuhan siswa. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang
diberikan pembelajaran dengan modul. Bahan ajar berupa modul akan
memfasilitasi dan mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri
melalui interaksi sosial sesuai sintaks yang terdapat dalam modul. Hal ini
sesuai dengan pendapat Vygotsky (dalam Trianto, 2007), pengetahuan
seseorang terbentuk secara sosial. Pengertian bahwa seseorang yang terlibat
dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan membangun
bersama makna suatu pengetahuan. Pembelajaran Biologi yang didesain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
dengan model pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk
membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi secara sosial. Ketika siswa
dibentuk dalam beberapa kelompok kecil dan setiap kelompok diberikan
permasalahan yang harus dipecahkan, maka mereka akan bekerjasama untuk
dapat memecahkan dan menemukan pengetahuan baru secara bersama-sama.
Pendekatan pembelajaran dengan modul membagi konten/materi yang luas
menjadi sub unit yang lebih kecil dan disertai dengan penjelasan, sehingga
menimbulkan motivasi dan ketertarikan bagi siswa. Pembelajaran dengan
modul dapat digunakan secara individu atau dalam kelompok kecil.
Implikasi dari pengembangan modul Pencemaran Lingkungan berbasis
problem posing problem posing memungkinkan siswa berinteraksi dengan
lingkungan, sehingga akan diperoleh pengalaman belajar yang bersifat
pengetahuan, keterampilan motorik, dan sikap dan kebermaknaan dalam
belajar. Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya
akan membuat siswa lebih siap secara mental untuk mempelajari materi
tersebut. Oleh sebab itu, modul pembelajaran sebaiknya dibagikan sebelum
dilakukan pembelajaran di kelas. Selain itu, modul ini memuat materi dengan
sistematika penulisan materi yang bersifat umum ke materi yang bersifat
khusus dan dilengkapi dengan contoh-contoh.
Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing dapat
digunakan untuk menggali pengetahuan awal siswa kemudian merekonstruksi
ke dalam pemahaman baru yang didapat dari hasil observasi. Modul
Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing, melatihkan siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
mengidentifikasikan hasil dari beberapa peristiwa, kemudian siswa
melaksanakan kegiatan dan mencocokkan setiap konflik antara
mengidentifikasi dari hasil pengamatan berdasarkan kegiatan belajarnya.
Dengan demikian, prestasi belajar siswa akan meningkat dibandingkan dengan
tanpa menggunakan problem posing. Hal senada juga diungkapkan Mahmud
(2008), yaitu siswa yang diberi pendekatan problem possing prestasi belajarnya
lebih baik dibandingkan dengan kelas tanpa problem possing .
Kedua, hasil belajar aspek sikap. Berdasarkan hasil analisis, nilai aspek
sikap siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi karena siswa mulai
terbiasa dengan modul yang dikembangkan. Siswa juga lebih aktif bekerja
sama dengan teman saat praktikum dan diskusi. Depdiknas (2003: 6),
mengemukakan bahwa diskusi merupakan salah satu kondisi belajar yang
sesuia dengan filosofi konstruktivisme karena dalam diskusi siswa dapat
mengunggkapkan gagasan, melakukan penelitian secara sederhana,
demonstrasi, juga kegiatan lain yang memberikan ruang kepada siswa untuk
dapat mempertanyakan, memodifikasi, atau mempertajam gagasannya. Nilai
rata-rata aspek afektif disetiap pertemuan mengalami peningkatan karena siswa
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pengalaman siswa didapatkan setelah
melakukan tahapan identifikasi masalah. Tahapan tersebut menuntut siswa
melakukan pengujian terhadap hasil identifikasi sebelumnya, hasil akhir dari
merupakan solusi dari permasalahan, sehingga siswa mendapatkan
pengetahuan secara langsung berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Nilai
rata-rata aspek sikap disetiap pertemuan mengalami peningkatan karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Selain diskusi siswa juga sebaiknya
diberikan kesempatan berinteraksi dengan anggota kelompoknya. Gulo (2004:
130), mengemukakan di dalam kelompok, sesorang berbicara, yang lain
mendengar, ada juga yang bertanya, dan ada yang menjawab. Diskusi
kelompok berjalan dengan lancar jika ditunjang dengan sumber informasi
seperti buku, atau narasumber. Kadang-kadang ada anggota kelompok yang
berfungsi sebagai narasumber bagi kelompoknya tetapi ada juga yang tidak
berbicara, tidak menyumbang pendapat sehingga menjadikan kelompok kurang
efisien. Johnson (2009: 166), berpendapat bahwa setiap pengetahuan yang
dimiliki seseorang dalam kelompok akan menjadi output bagi anggota
kelompok lain, dan output ini akan menjadi input bagi yang lain. Jika setiap
individu yang berbeda mambangun hubungan dengan cara tersebut, maka akan
terbentuk suatu sistem yang baik di dalam kelompok
Ketiga, hasil belajar aspek keterampilan. Hasil belajar aspek
keterampilan juga mengalami kenaikan pada tiap pertemuan karena siswa
telah terbiasa dengan metode praktikum, maka keterampilan siswa dalam
penggunaan alat juga semakin baik. Depdiknas (2003: 7), mengemukakan
bahwa pelajaran sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan
informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan,
mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gagne (dalam Winataputra, 2008), belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap
pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Belajar akan menghasilkan pengetahuan baru atau perubahan tingkah laku
setelah terjadi premrosesan informasi yang akhirnya diakumulasikan sehingga
prestasi belajar siswa meningkat
Hal senada juga dikemukakan oleh Rahayu, et al. (2013: 133),
menyatakan bahwa nilai rata-rata aspek keterampilan mengalami peningkatan
karena siswa terlibat aktif dan lebih terarah saat praktikum. Modul berbasis
problem posing menjadikan siswa lebih siap saat akan praktikum karena
sebelumnya siswa harus membaca teori selanjutnya dapat membuat rumusan
masalah yang rasional. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran terutama
dalam mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengamatan objek yang
diamati menjadi penting.
Pendidikan biologi, pada hakekatnya menekankan adanya interaksi
antara siswa dengan objek yang dipelajari. Interaksi tersebut akan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar, mengembangkan keterampilan,
kepribadian, dan mengenal permasalahan biologi serta pengkajiannya (Djohar
dalam Suratsih, 2010: 8). Aktifitas siswa tersebut diwujudkan dalam bentuk
mengerjakan berbagai tugas-tugas dan latihan yang terdapat dalam modul.
Menurut Vygotsky (dalam Trianto, 2007), pembelajaran terjadi apabila siswa
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas
itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut
berada dalam Zone of proximal development (ZPD). Oleh karena itu, proses
belajar biologi akan mengembangkan tiga ranah yaitu aspek pengetahuan,
aspek sikap dan aspek keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
dikemukakan oleh Carin dan Sund (dalam Wenno, 2008), karakter sains yaitu:
1) Scientific attitudes yaitu keyakinan, nilai-nilai, pendapat, objektif, jujur dan
lain-lain; 2) Scientific process yaitu cara khusus dalam penyelidikan untuk
memecahkan masalah, misalnya membuat hipotesis, melaksanakan
eksperimen, mengumpulkan data, mengevaluasi data, mengukur, dan
sebagainya; dan 3) Scientific product adalah berupa fakta, teori, prinsip,
hukum, teori, dan lain-lain.
b) Keterampilan Proses Sains
Hasil belajar untuk KPS menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan
sebelum pembelajaran dilakukan. Modul Pencemaran Lingkungan yang
dikemas dengan teknik praktikum membuat siswa menjadi lebih termotivasi
dan mengasah KPS. Menurut Deden (2013), melalui kegiatam praktikum
keterampilan proses sains siswa dapat ditingkatkan. KPS terdiri atas beberapa
bagian menurut Ango (2002), keterampilan proses sains terdiri dari sebelas
keterampilan yaitu, observing (observasi), classifying (klasifikasi), iffering
(menafsirkan), predicting (prediksi), commumicating (komunikasi),
interpreting data (interpretasi data), making operational definitions
(menerapkan konsep), posing questions (mengajukan pertanyaan),
hyphothesing (hipotesis), experimenting (bereksperimen) and formulating
(membuat eksperimen).
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan prosedural yang
diperlukan untuk melalukan kegiatan seperti praktikum atau pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
tentang cara” melakukan sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan
tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan metode (Dochy dan Alexander
1995). Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu:
1) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma;
2) Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat.
Kegiatan yang menuntut KPS dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam belajaranya, karena dengan serangkaian proses yang telah dilakukan
siswa akan mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Berlajar bermakna
menurut teori Ausubel (dalam Dahar, 1989), belajar dapat diklasifikasikan
kedalam dua dimensi yaitu cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan
pada siswa, melalui penermaan atau penemuan. Dimensi yang kedua
menyangkut bagaimana Siswa mengkaitkan informasi pada struktur koginif
yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada
tingkat pertama belajar, informasi dapat mengkomusikan pada siswa baik
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan infomasi dalam bentuk
final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimiliki, dalam hal
ini terjadi belajar bermakna. Belajar bermakna lebih penting daripada berlajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
kreatif, karena terkadang tidak sejalan dengan tingkat intelegensi seseorang
(Allan, 2004). Belajar bermakna tidak dapat dimulai dengan siswa hanya
mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi
belajar hapalan. Inti belajar dari Ausubel adalah belajar bermakna, merupakan
suatu proses mengaitkan infromasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Belajar bermakna infomasi baru
diasimilasikan pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur
kognitif.
c) Kemampuan Menganalisis
Modul pencemaran berbasis problem posing disertai spider concept map
dapat meningkatkan kemampuan menganalisis siswa salah satunya karena
siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan
memberikan keleluasan siswa untuk berpikir menyelesaikan permasalahan
yang menuntut analisis. Sund dan Trowbridge (dalam Mundilarto, 2005: 4),
mengemukakan bahwa guru harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin
kepada para siswa untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Tingkat
kecakapan seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya, oleh
sebab itu perlu dibekali dengan latihan-latihan cara berpikir (Slamet, 2001).
Siswa dapat melakukan hal tersebut dengan jalan terlibat secara langsung
dalam berbagai kegiatan, seperti diskusi kelas, pemecahan masalah, maupun
bereksperimen. Pemecahan masalah merupakan aspek penting di dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
pembelajaran sains, di samping menyangkut penerapan konsep atau
pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga merupakan
wahana untuk memperoleh pengetahuan baru. Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran dapat tercermin dalam bahasa dan cara
berpikir siswa. Siswa SMA termasuk dalam perkembangan pengetahuan tahap
operasional formal. Siswa pada tahap tersebut akan berpikir secara logis dan
teoritis formal berdasarkan proporsi dan hipotesis serta mampu dalam
mengambil keputusan. Perkembangan pengetahuan pada tahap operasional
formal menekankan pada kegiatan siswa yang aktif dalam mengkonstruk
pengetahuannya. Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa agar
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru sebagai fasilitator harus
mampu membantu siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya, sehingga kemampuan analisis siswa dapat diberdayakan
dengan baik.
Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan siswa untuk
menguraikan atau memisahkan suatu hal ke dalam bagian-bagiannya dan dapat
mencari keterkaitan antara bagian-bagian tersebut. Tuntutan dalam kemampuan
analisis adalah memisahkan materi (informasi) ke dalam bagian-bagiannya
yang perlu, mencari hubungan antarabagian-bagiannya, mampu melihat
(mengenal) komponen-komponennya, bagaimana komponen-komponen itu
berhubungan dan terorganisasikan, membedakan fakta dari hayalan.
Kemampuan analisis juga termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal yang
tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, tetapi baru dalam
tahap analisis belum dapat menyusun. Penadapat lain yang sejalan, menurut
Suherman dan Sukjaya (1990: 49), kemampuan analisis adalah kemampuan
untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami hubungan diantara
bagian-bagian tersebut. Kemampuan berpikir analitis menekankan pada
pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil dan
mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian
itu diorganisir.
Modul pencemaran berbasis problem posing dilatihkan kepada siswa
dengan cara memahami gejala-gejala lingkungan. Siswa diharuskan untuk
menganalisa kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan Pencemaran
Lingkungan. Siswa yang sering dilatih lama-kelamaan akan terbiasa dengan
aktivitasnya terutama dalam hal menganalisis. Oleh sebab itu, modul ini dapat
meningkatkan kemampuan analisis siswa. Xia, et al. (2008: 154), menyatakan
bahwa pembelajaran yang melibatkan aktivitas problem posing dapat
menimbulkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran, meningkatkan
kemampuan mereka dalam mengajukan masalah dan meningkatkan
kemampuan belajar dengan baik. Hasil ini juga sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh Cai (2003), problem posing dapat meningkatkan penalaran dan
refleksi untuk pemahaman yang lebih dalam.
Kemampuan analisis dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan dalam
pembelajaran sesuai sintaks problem posing, sehingga pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
menggunakan modul dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa. Hal
tersebut sesuai yang dinyatakan Sarah (2004), problem posing adalah suatu
alat untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan pemikiran
analitis. Problem posing juga bermakna untuk pengajaran keterampilan
pemikiran analitis dan banyak siswa yang memerlukan struktur awal
langkah-langkah dalam pembelajaran yang menyediakan penghargaan
dalam rangka membangun kepercayaan dan kemampuan siswa untuk berpikir
analitis.
Modul Pencemaran Lingkungan pada kenyataannya dapat diintegrasikan
dengan model problem posing. Hal tersebut dapat dilakukan karena
karakteristik materi Pencemaran Lingkungan yang bersifat ill structure,
cakupan yang luas dan langsung berhubungan dengan lingkungan sekitar.
Pemahaman tentang lingkungan tentu dimulai dari identifikasi masalah,
merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencari solusi terkait masalah dan
menjelaskannya. Secara umum, tahapan-tahapan tersebut sudah masuk
kedalam langkah-langkah pembelajaran berbasis problem posing, karena
sintaks problem posing seperti mengidentifikasi masalah, menampilkan
masalah, membahas alternatif pemecahan masalah, mendiskusikan masalah,
menerapkan konsep pada situasi baru dan mempresentasikan hasil diskusi
sudah sesuai dengan karakteristik materi Pencemaran Lingkungan.
Sintaks problem posing membiasakan siswa untuk melatih kemampuan
siswa dalam menganalisis berbagai permasalahan hingga menemukan solusi
dari permasalahan tersebut. Menurut Cankoy dan Darbaz (2010: 12), dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
diberikan pembelajaran problem posing lebih baik dari pada siswa yang tidak
diberikan pembelajaran dengan problem posing dalam menyelesaikan tes
pemahaman masalah. Hal senada juga disampaikan Lee (2010: 12), bahwa
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat setelah diberikan
pembelajaran problem posing.
Kemampuan menganalisis berkaitan dengan pengajuan masalah dan
pengajuan masalah dapat menjadi sarana untuk menilai atau mengukur
kemampuan menganalisis siswa. Kemampuan menganalisis dalam mengajukan
masalah diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu
masalah yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh
pembuatnya serta berbeda dari masalah lain yang dibuat berdasar sebuah
informasi yang dilakukan dengan memisahkan bagian-bagian penting dan
saling berhubungan dengan topik permasalahan.
Hubungan problem posing terutama dalam hal sintaks pengajuan masalah
dengan kemampuan menganalisis saling terikat satu sama lain. Menurut Silver
(dalam Ika, 2011), pengajuan masalah meliputi 3 komponen utama, yaitu:
1) Siswa membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan. Siswa berbagi
masalah yang diajukan; 2) Siswa mengajukan masalah yang dapat dipecahkan
dengan cara yang berbeda- beda. Siswa menggunakan pendekatan “bagaimana
jika tidak” untuk mengajukan masalah; dan 3) Siswa memeriksa beberapa
masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.
Adapun kemampuan menganalisis menurut Facione (2001), yaitu: 1) Menguji
Ide; 2) Mengenali argumen; dan 3) Mengenali alasan dan pernyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Hubungan diantara pengajuan masalah dengan kemampuan menganalisis
terletak pada menguji ide dalam pengajuan masalah mengacu kepada
kemampuan siswa membuat masalah sekaligus penyelesainya dengan beragam
dan benar, mengenali argumen dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan siswa memiliki cara penyelesaian berbeda-beda terhadap
masalah yang diajukannya namun masalah yang diajukan masih memiliki
keterkaitan dan mengenali alasan atau pernyataan dalam pengajuan masalah
mengacu pada kemampuan siswa dalam mengajukan masalah yang
berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya dan siswa tahu mengapa
mengajukan masalah tersebut.
d) Keterkaitan Problem posing Disertai Spider Concept Map dengan Hasil Belajar
Problem posing merupakan model pembelajaran yang melatih siswa
untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkan siswa
akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayati variasi-variasi
soal dan mahir dalam memahami substansi soal yang diberikan oleh guru
(Aceng dan Maysara, 2007). Kelebihan problem posing dibanding model
lainnya menurut Ika (2011), yaitu 1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran; 2) Mendidik siswa berpikir sistematis;
3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi
Kesulitan; 4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang
dihadapi; 5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang
dibuat tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain; 6) Siswa akan terampil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan; 7) Siswa berkesempatan
menunjukkan kemampuannya pada kelompok lain; dan 8) Siswa mencari dan
menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip,
teori, atau kesimpulan.
Hal terpenting dari sintaks problem posing yang dapat memberdayakan
kemampuannya adalah kemampuan mengajukan masalah, keterkaitan
pembuatan soal dan pemecahan masalah diungkapkan oleh English (1997),
menyatakan bahwa membuat soal/masalah berarti tahap awal dalam
memecahkan masalah, yaitu memahami soal telah terlewati, sehingga untuk
menyelesaikan soal dengan tahap berikutnya akan terbuka. Sementara itu
Silver dan Cai (1996), menyatakan bahwa kemampuan pembuatan soal
berkorelasi positif dengan kemampuan pemecahan masalah.
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat bahwa Ahmad dan Zanzali
(2006:7), bahwa siswa seharusnya di dalam proses belajar mengajar digunakan
pendekatan alternatif yang membuat siswa berkesempatan untuk mengajukan
masalah. Aktifitas siswa dalam mengajukan masalah, memberikan keleluasan
siswa untuk mendapatkan pengetahuan tidak terbatas, sehingga terkadang hal
ini di luar dari pemahaman guru. Melalui aktivitas ini dimungkinkan
pengetahuan siswa melampaui apa yang kita harapkan karena peserta diberikan
keleluasaan untuk mengeluarkan berbagai idenya. Problem posing pada
intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah,
masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru (Ketut,
2004).
Sintaks pembelajaran terutama pengajuan masalah atau soal oleh siswa,
hendaknya didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalam hal
ini bisa berupa informasi (pernyataan), pertanyaan dan sebagainya.
Pengajuan soal juga merupakan kegiatan yang mengarah pada
pembentukan sikap kritis dan kreatif, karena dalam pengajuan soal siswa
diminta membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan guru (Dinawati,
2001).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan model
problem posing terletak pada kemampuan siswa dalam membuat/mengajukan
masalah. Adapun kelemahan utama menurut silver dalam Ika (2011), terletak
juga terletak pada penguasaan bahasa dimana siswa mengalami kesulitan
dalam membuat kalimat tanya. Kelemahan ini apabila dapat dilampaui siswa,
maka akan mampu melewati tahapan-tahapan berikutnya, karena dengan
membuat soal/masalah berarti tahap awal dalam memecahkan masalah, yaitu
memahami masalah telah terlewati, sehingga untuk menyelesaikan soal dengan
tahap berikutnya akan lebih terbuka, sehingga diharapkan pada proses
pembelajan siswa akan mampu menemukan solusi dari permasalahan. Siswa
yang telah menemukan solusi akan mampu menerapkan pengetahuannya pada
situasi baru dengan catatan memiliki kemiripan permasalahan, dengan
demikian tentu akan berkorelasi positif dengan hasil belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Siswa dalam proses pembelajaran memerlukan strategi dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Secara umum strategi bisa diartikan
sebagai pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007:
85). Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses berpikir yang
diterapkan oleh siswa dalam mempengaruhi hal yang dipelajari, termasuk
proses memori dan metakognitif. Pressley (dalam Trianto, 2007: 85),
menyatakan bahwa untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan
keterlibatan dalam proses berpikir dan perilaku, menskim atau membaca
sepintas lalu judul utama, meringkas, dan membuat catatan, di samping itu juga
memonitor jalan berpikir diri sendiri melalui sebuah konsep. Menurut Soejadi
dalam Basuki (2000), konsep adalah ide abstrak yang dapat diterapkan untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan
dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Sedangkan menurut Gagne (dalam
Winataputra, 2008), pengertian konsep sebagai ide abstrak yang
memungkinkan kita mengelompokkan obyek-obyek kedalam contoh dan bukan
contoh. Sementara itu Aceng Haetami dan Maysara (2007), menyatakan bahwa
konsep sebagai suatu ide/gagasan yang didesain dengan memandang sifat-sifat
yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok.
Penguasaan konsep yang baik, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan
yang bermakna. Konsep pemetaan adalah pendekatan konstruktivis, yang
meningkatkan pembelajaran bermakna dalam ilmu (Heinze-Fry dan Novak,
1990). Oleh karenanya, konsep sangatlah penting bagi siswa, karena selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya juga merupakan alat
dalam belajar untuk penguasaan materi. Aktivfitas pembuatan peta konsep
yang dilakukan diharapkan siswa memiliki konsep-konsep pengetahuan
sehingga siswa bisa lebih mudah dalam belajarnya. Siswa yang telah
menggunakan pemetaan menemukan bahwa peta konsep memberi mereka
basis logis untuk memutuskan ide sentral apa yang akan dimasukkan atau
dihapus dan rencana-rencana dan pengajaran sains mereka. Konsep sentral
akan membantu dalam merumuskan konsep-konsep lainnya dengan baik
(Kanselaar, et al., 1997). Jenis pemetaan yang memungkinkan diterapkan
antara lain teknik spider concept map.
Spider concept map lebih membantu untuk memperbesar struktur
pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan siswa merasa lebih
baik pada spider concept map. Proses berpikir siswa dengan menggunakan
spider concept map menggunakan pola tidak hierarkis, membawa kemudahan
dan keluasan dalam menemukan konsep-konsep tidak terbatas. Konsep yang
didapatkan berasal dari proses berpikir siswa dalam menemukan pengetahuan
mereka (pembelajaran bermakna) dengan pola pikir yang umum dan luas
memungkinkan siswa untuk membuat konsep yang utama hingga konsep-
konsep lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya. Selain konsep,
siswa juga dapat merumuskan contoh-contoh dalam cabang konsep yang
merupakan penjabaran dari kekhususan konsep, sehingga mudah dipamahi.
Konsep-konsep yang didapat selanjutnya akan menjadi acuan
pemahaman siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Konsep-konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
yang telah didapat siswa menunjukkan kedalaman mereka dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang dinilai dengan teknik tertentu. Penilaian
tidak hanya pada berapa banyak konsep yang didapat, namun juga berupa link
dan proporsi konsep. Sejauh ini, penilaian konsep pemetaan adalah teknik
mudah tetapi penilaian tradisional sebagian besar mengukur objektivitas
belajar dan mengevaluasi prestasi siswa dalam bentuk tanda. Namun demikian,
spider concept map menilai subjektivitas siswa dan menafsirkan dalam bentuk
penandaan dan grading. Spider concept map adalah alat penilaian yang
menonjol dan teknik scoring yang menilai struktur pengetahuan yang
sebenarnya dari siswa. Oleh karenanya, spider concept map menilai jumlah
maksimum konsep, link, dan proposisi dan membantu siswa untuk menghitung
jumlah proposisi dan konsep di tingkat mereka (Ananta, 2012). Penilaian
teknik ini, skor mewakili pemahaman siswa sebenarnya dan struktur
pengetahuan mereka berikutnya. Hal senada juga dinyatakan Goodman (1984),
Mason (1992) dan Minstrell (1989), pemetaan konsep membantu dalam ilmu
pembelajaran dan secara langsung menempatkan dampak pada prestasi. Hal
tersebut juga sesuai dengan teori Gagne (dalam Winataputra, 2008), guru yang
mampu menciptakan suatu kondisi pembelajaran eksternal yang dirancang
untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal akan
diperoleh prestasi belajar yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan ini adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik modul berbasis problem posing, diantaranya: memberi peluang
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan
berpikir dan kemampuan literasi sains.
2. Prosedur pengembangan modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem
posing disertai spider concept map dilakukan dengan menggunakan
pendekatan penelitian dan pengembangan modifikasi Borg dan Gall (Tim
Puslitjaknov, 2008:10-11) terdiri 10 tahapan, meliputi: penelitian pendahuluan,
perencanaan, mengembangkan bentuk produk awal, uji coba lapangan tahap
awal, revisi produk utama, uji lapangan utama, revisi produk operasional, uji
lapangan operasional, revisi produk akhir, diseminasi dan implementasi
produk.
3. Kelayakan modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai
spider concept map ditunjukkan melalui hasil validasi aspek penyajian, aspek
kebahasaan, aspek materi dan perangkat pembelajaran yang mendapatkan skor
rata-rata 3,51 dengan berkategori “sangat baik”.
4. Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing disertai spider
concept map efektif memberdayakan KPS dengan N-gain score sebesar 0,60
183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
dengan kategori “sedang” dan kemampuan menganalisis dengan N-gain score
sebesar 0,57 dengan kategori “sedang”.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penelitian ini memberikan implikasi, sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Pembelajaran menggunakan modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem
posing dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan KPS dan kemampuan
menganalisis.
b. Pembelajaran menggunakan modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem
posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
6. Bagi siswa, antara lain:
a. Membantu siswa dalam membangun pengetahuannya melalui serangkaian
kegiatan ilmiah.
b. Siswa lebih mudah dalam menemukan konsep-konsep yang relevan dalam
proses pembelajaran.
c. Membiasakan siswa dalam berproses untuk menemukan produk berupa
konsep, dalil atau bahkan hukum sehingga sikapnya dapat menjadi lebih
baik.
d. Membekali siswa dalam prosedur memecahkan permasalahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
kehidupan sehari-hari.
7. Bagi guru, antara lain:
a. Pembelajaran berbasis problem posing dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran berbantuan modul sains.
b. Guru menjadi lebih terlatih dalam memfasilitasi siswa dalam rangka
membangun pengetahuannya.
8. Bagi penulis, antara lain:
a. Menjadi motivasi untuk mengembangkan modul-modul lainnya dengan
model pembelajaran yang berbeda.
b. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan dalam menulis karya
ilmiah.
9. Bagi sekolah, antara lain:
a. Sekolah perlu membekali guru dengan menyediakan berbagai sarana
penunjang proses pembelajaran, terutama pembelajaran berbasis masalah.
b. Menjadi inspirasi dan dorongan sekolah untuk memfasilitasi guru
mengembangkan bahan ajar lain yang variatif.
10. Bagi peneliti lain, antara lain:
a. Menumbuhkan rasa keingintahuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai
implementasi modul di sekolah-sekolah.
b. Mendorong untuk lebih mengembangkan modul dengan model lainnya
sebagai perbandingan terhadap modul berbasis problem posing yang telah
diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka perlu dilakukan perbaikan dan saran
dalam pemanfaatan produk lebih lanjut antara lain:
1. Implementasi dari modul berbasis problem posing masih terbatas pada
beberapa sekolah, sehingga perlu implementasi dengan skala lebih luas lagi.
2. Penerapan modul berbasis problem posing terbatas pada beberapa sekolah,
implikasi dan efektivitas dari penerapan di sekolah-sekolah tersebut belum
dilakukan. Oleh karenanya, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal
tersebut.
3. Penelitian operasional dilakukan terhadap sekolah yang jauh dari pusat
perkotaan, sebagai pembanding perlu adanya penelitian terhadap beberapa
sekolah dengan karakteristik yang berbeda, sehingga akan diketahui pada
karakteristik sekolah yang bagaimana modul paling efektif digunakan.
4. Kelemahan modul berbasis problem posing terletak pada sintaks pengajuan
masalah, karena peserta didik kesulitan dalam bahasa ketika akan membuat
kalimat tanya.
5. Modul Pencemaran Lingkungan berbasis problem posing mungkin dapat
dikembangkan untuk materi lain yang sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
DAFTAR PUSTAKA
Aceng Haetami dan Maysara. 2007. Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian
Konsep dan Problem Posing. Jurnal MIPA, Volume 6, No. 1.
Adi, Muhlisin. 2009. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Kemampuan
Kognitif C1-C3 Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran
Biologi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup untuk Siswa Kelas VII b MTSN
Bantul TA 2008/2009. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Ahmad, S. and Zanzali, N. 2006. Problem Posing Abilities in Mathematics of
Malaysian Primary year 5 Children: An Exploratory Study. Jurnal
Pendidikan Universitas teknologi Malaysia, 1-9.
Akay, H and Boz, N. 2010.The Effect of Problem Posing Oriented Analyses-II
Course on the Attitudes toward Mathematics and Mathematisc Self-Efficacy
of Elementary Prospective Mathematics Teachers. Aust. J. Teach. Edu. 35:
60-75.
Ali, Muhammad. 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru.
Alice, G.J.L. 2010. A Case Study of Problem-Based Learning in a Middle School
Science Class: Lessons Learned. International Journal of Science and
technology Education Research, 1, 1-7.
Allan Snyder, John Mitchell, Terry Bossomaier and Gerry Pallier. 2004. The
Creativity Quotient: An Objective Scoring of Ideational Fluency. Creativity
Research Journal, 16. 415-420.
Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Jakarta: Kencana.
Ananta, K.J. 2012. Does constructivist approach applicable through concept
maps to achieve meaningful learning in Science?. Faculty of Educational
Science, Assam University, Silchar-788011 Assam. India Journal Asia-
Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 13, Issue 1,
Article 7, p.1 (Jun., 2012).
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online.
Bandung: Direktori UPI.
Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bina Aksara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
Aristoklis, AN & George, NP. 2007. Efficacy Beliefs, Problem Posing and
Mathematics Achievement”. Journal for Research in Mathematics
Education. 29 (1). 83-106.
Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Hasil Ujian Nasional
SMA/SMK se-Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Basuki, Ahmat. 2000. Upaya Peningkatan Belajar Siswa. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Borg and Gall. 1983. Education Research, An Introduction. New York & London:
Longman Inc. Choksy.
Bransford, J. & Stein, B. 1984. The IDEAL Problem Solver. A Guide for
Improving , Thinking, Learning and Creativity. New York: W. H. Freeman.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan
Silabus dan Contoh/Model Silabus MA/SMA Mata Pelajaran Biologi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Cai, J. 2003. Singaporean Students' Mathematical Thinking in Problem Solving
and Problem Posing: an Exploratory Study, International Journal of
Mathematics Education in Science and Technology, 34 (5), 719 – 737.
Cankoy, O and Darbaz, S. 2010. Effect or Problem posing Instruction on
undertsanding Problem. H. U. Journal of Education. 38: 11-24.
Chen-Yuan Chen dan Wan-Lin Chung. 2011. Research on The Learning Effects
of Multimedia Assisted Instruction on Mandarin Vocabulary for Vietnamese
Students: A Preliminary Study Involving E-Learning System. Educational
Research Journal, 6, 919-927.
Cristine Chin dan Chia Li-Gek. 2005. Implementing Problem-Based Learning In
Biology. Journal of Problem-Based Learning, 1, 8-18.
Dahar, RW. 1989. Teori Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Darmadi. 2007. Implementasi Problem Posing Pada Pembelajaran Pengantar
Dasar Matematikadi IKIP PGRI Madiun. Jurnal pendidikan MIPA, Vol. 1
No. 2 September 2009. Ikip PGRI Madiun.
Deden. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode
Eksperimen Dalam Pembelajaran IPA Kelas VI Sdn 47 Rambin Sanggau.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Sains. Jakarta: Pengembangan Sistem
dan Pengendalian program.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinawati, Trapsilasiwi. 2001. Pengajuan Soal (Problem posing) sebagai
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di
Sekolah. (Jurnal Teknobel, Maret 2001, Volume 2, No. 1), hal. 64-65.
Djohar. 1989. Dimensi Pendidikan Sains Menyongsong Tahun 2000. Pidato
Pengukuhan sebagai Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Sains pada
FPMIPA IKIP Yogyakarta. Diucapkan pada Rapat Senat Terbuka IKIP
Yogyakarta 11-03-1989.
Dochy, F., dan Alexander, P. 1995. Mapping Prior Knowledge: A Framework of
Discution among Researcher. European Journal of Psychology in
Education, 10: 224 – 242.
Eko, Hariadi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa
Indonesia Berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar, 10, 28-41.
English, L. D. 1997. Promoting a Problem Posing Classroom. Teaching Children
Mathematics Journal. November 1997. p.172 - 179.
Ennis, R.H. 2008. Nationwide testing of critical thinking for higher education:
Vigilance Required. Teaching Philosophy 31; 1:1-26.
Ennur, D. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Peta Konsep
Laba-laba untuk Meningkatkan Prestasi Siswa. Jakarta: UPI
Evi, Soviawati. 2011. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan edisi Khusus no.2 ISSN 1412-565X hal 79.
Facione, PF. 2001. California CT skill test. Millbrae, CA: California Academic
Press.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Goodman, J. 1984. Relation and teacher education: A case study and theoretical
analysis. Interchange, 15(3), 9-26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hake, R.R. 1998. Interactive Engagement Versus Traditional Method: A Six
Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics
Course. Am. J. Phus.
Halim. 2014. Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran Bangsa. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Helgeson, S. 1998. Priorities for Research in Science Education An Introduction.
Journal of research in Science Education, 5, 75-87.
Hinze- Fry, J.A., & Novak, J.D.C. 1990. Concept mapping brings long term
movement toward meaningful learning. Journal science education, 74(4),
461-472.tool, science education, 77(1), 95-111.
Hizkiawan, krisdianto. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran PLC Melalui Pendekatan Problem Posing pada Siswa SMKN
2 Wonosari. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
I Made A.M dan Wandy P. 2009. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. Bandung:
PPPPTK IPA.
Imam, G dan Anggarini, R.P. 2012. Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif:
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. No. 053. Hal. 230-251.
Johnson, EB. 2009. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Media
Utama.
Kanselaar, G., Van Boxtel, C., & Van der Linden, J. 1997. Collaborative
Construction of Conceptual Understanding: Interaction Processes and
Learning Outcomes Emerging From a Spider Concept and a Poster Task.
Journal of Interactive Learning Research, 8(3/4), 341-361.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. 8 Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Dokumen Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemenndikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru
Impementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Ketut, Sukarma. 2004. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan
Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal Kependidikan,
Mei 2004, Volume 3, No. 1 hal. 52.
Keziah, Achuonye. 2010. A Comparative Study of Problem-Based and Lecture-
Based Learning in Secondary School Students Motivation to Learn Science.
International Journal of Science and Technology Education Research, 1,
126-131.
La Rosiani Hadiyana. 2011. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap
Hasil Biologi Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Lee, S. 2010. The Effect of Alternative Solutions on Problem posing. Taipei
Municipal University of Education Vol. 1, No. 1, 1-17.
Mahmud, Amir. 2008. Penerapan Metode Problem Possing untuk Meningkatkan
Ke-mampuan Penyusunan Laporan Keuangan pada Siswa SMA. Jurnal
Dinamika Pendidikan UNNES.
Mason, C.L. 1992. Concept mapping: A tool to develop reflective science
instruction. Science education, 76(1): 51-63.
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. 1984. Measurement and evaluation in
education. Newyork, ELC.
Millah, Zakiyah. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Berpikir Kritis
Melalui Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah di SMA/MA Kelas XI. Jurnal.
Malang: Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Minstrell, J.A.1989. Teaching science for understanding. In L.B. resnick & L.E
klopfer (Eds) towards the thinking curriculum: cognitive research 1989,
ASCD Year book.
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyati, Yeti. 2002. Pokok-pokok Pikiran Tentang Penulisan Modul Bahan Ajar
dan Diklat. Artikel. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Mundilarto. 2005. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sains. PPM
Terpadu SMPN 2 Mlati. Yogyakarta: 20 Agustus 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Norman, I & Bakar, N. 2011. “Secondary School Students’ Problem Posing
Strategies: Implications To Secondary School Students’ Problem Posing
Performances”. Journal of edupres. Volume 1 September 2011. 1-8
Nugraha, Ali. 2005. Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Pusat
Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Pardjono dan Wardaya. 2009. Peningkatkan Kemampuan Analisis, Sintesis, Dan
Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving. Yogyakarta. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, November 2009, Th. XXVIII, No. 3.
PISA. 2013. Results in Focus: Programme for International Student Assessment
Volume VI, Students and Money: Financial Literacy Skills for the 21st
Century (forthcoming, 2014), examines students experience with and
knowledge about money. psychology, Third edition. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Provasnik S, Kastberg D, Ferraro D, Lemanski N, Roey S, & Jenkins F. 2012.
Highlights From TIMSS 2011 Mathematics and Science Achievement of
U.S. Fourth and Eighth-Grade Students In an International
Context.http://www.cde.state.co.us/assessment/documents/newsreleases/201
2/Highlights From TIMSS 2011 Math And Science-IES-USDOE.pdf
Diakses pada hari minggu 6 Oktober 2013, pukul 21.00 WIB.
Purwanto, Aristo Rohadi, Suharto Lasmono. 2007. Pengembangan Modul.
Jakarta: Depdiknas Pusat Informasi dan Komunikasi Pendidikan.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Putranto, P.E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ
Berbantuan Modul Untuk Meningkatkan Keaktivan Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas Viiia Mts N 1 Gemolong Tahun Ajaran 2009/2010. Jurnal.
Surakarta: FKIP UNS.
Rahayu, S, Widodo AT, Sudarmin. 2013. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Model Berbantuan Media "I Am A Scientist". Jurnal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
Semarang: Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana,Universitas Negeri
Semarang.
Rifqiawati, Ika. 2011. Pengaruh Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem
Posing Terhadap Berpikir Kreatif Siswa Pada Konsep Pewarisan Sifat.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatulloh.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Mishra dan Ramesh C. Sharma. 2005. Interactive Multimedia in
Education and Training. London: Idea Group Inc Publishing.
Santyasa. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan
modul. Bali: Undiksha.
Saptono. 2010. Karakteristik Pembelajaran Biologi. http://www.klikedukasi.com/
2010/12/karakteristik-pembelajaran-biologi25.html. Diakses pada hari
kamis, 26 Juni 2014,pukul 22.30 WIB.
Sarah, Nixon. 2004. Using Problem posing Dialogue in Adult Literacy Education.
(Literacy Resourch, 2004), hal. 1
Semiawan, CR. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Silver, E. & Cai, J. 1996. An Analysis of Aritmatic Problem Posing by Middle
School Students. Journal for Research in Mathematis Education, V.2, N.5.
November 1996, p.521 - 539.
Siregar, Eveline, Nara dan Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Slamet. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap
Kemampuan Berpikir Siswa. Jurnal Nasional Matematika, Jurnal
Matematika atau Pembelajarannya, ISSN: 0852-7792, hal: 3.
Soedjadi. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesa. Jakarta: Depdikbud.
Sungkono. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY
Susilo, R. 2001. Identification the necessary concepts and considering their
relationships. Journal of biology education, 20, 47-55.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
Wahyuni, Sri. 2012. Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And
Learning) dengan Metode Problem Solving dan Problem Posing Ditinjau
dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berkomunikasi Verbal.
Surakarta: UNS
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London:
International Educational and Profesional Publisher.
Suciati. 2011. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Biologi
Berbasis Keterampilan Proses. Prosiding. Seminar Nasional VII Pendidikan
Biologi FKIP UNS.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Surtini, Sri. 2006. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan
Cacah Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1). http://pk.ut.ac.
Id/Scan Penelitian/Sri % 2004. pdf. (13 Maret 2006).
Puslitjaknov. 2008. Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Tjalla, Awaludin. 2010. Hubungan antara motivasi berprestasi dan kebiasaan
belajar dengan prestasi belajar bahasiswa. Jakarta: FKIP Unika Atma Jaya.
Toharudin, U., Hendrawati, S., Rustaman, A. 2011. Membangun Literasi Sains
Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
Trianto, 2009. Mendesain Pebelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Umiatin. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing TipePre-solution
posing Terhadap Hasil Belajar Fisika Dan Karakter Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 135-143 ISSN: 1693-1246.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wardani, Sri. 2008. Pengembangan Keterampilan Proses Sains Dalam
Pembelajaran Kromatografi Lapis Tipis Melalui Praktikum Skala Mikro.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol .2, No. 2. Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Wardaya. 2009. Peningkatkan Kemampuan Analisis, Sintesis, Dan Evaluasi
Melalui Pembelajaran Problem Solving. Yogyakarta. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, November 2009, Th. XXVIII, No. 3.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wenno, I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual.
Yogyakarta: Inti Media.
White, R. T. and Gunstone, R. F. 1992. Probing Understanding, London: The
Falmer Press.
Wibowo, Yuni, Widowati A dan Krisnawati T. 2012. Pengaruh Pembelajaran
Diagram Roundhouse Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Metakognitif
Siswa SMAN 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Jurnal BIOEDUKASI Volume
5, Nomor 2 Halaman 39-49.
Widiyaningrum, Ratna. 2013. Pengembangan Modul Berorientasi (Predict,
Observe, Explain) Berwawasan Lingkungan Pada Materi Pencemaran
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal. Surakarta: Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana.
Wijaya, Cece dkk. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan
Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra dan Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Xia, X., Lü, C., Wang, B. 2008. Research on Mathematics Instruction Experi-
ment Based Problem Posing. Journal of Mathematics Education, Vol. 1,
No.1,153-16.
Yansen, Alfrida. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Di kelas 1
SMP Negeri 12 Kendari. Kendari: Skripsi FKIP UNHALU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user