repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/stereotip masyarakat...

144
STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana llmu Sosial dan Politik Pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Study Ilmu Komunikasi Oleh : Rizqi Nahria Farhani NIM: 6662090288 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2016

Upload: phamkhue

Post on 30-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA

TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA

DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN

LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

llmu Sosial dan Politik Pada Konsentrasi Ilmu Humas

Program Study Ilmu Komunikasi

Oleh :

Rizqi Nahria Farhani

NIM: 6662090288

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2016

Page 2: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM
Page 3: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM
Page 4: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

ii

Page 5: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

iii

Lembar Persembahan

“Jangan sia-siakan waktu, walaupun hanya sedetik bisa mengubah jalan hidup

kita”

( Rizqi Nahria Farhani)

Skripsi ini saya persembahkan buat kedua orang tuaku, terima kasih buat

segalanya. Maafkan anakmu ini yang banyak merepotkan mamah dan bapak.

Semoga suatu saat nanti bisa membuat kalian bangga.

Page 6: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

iv

ABSTRAK

RIZQI NAHRIA FARHANI. NIM. 6662090288/2015 STEREOTIP

MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG

TELUK DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN

LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN.

Kampung Nelayan terletak di Desa Teluk Kecamatan Labuan. Terdapat dua suku yang menetap dan tinggal di Kampung Nelayan Teluk. Suku sunda merupakan suku pribumi dan suku Jawa merupakan pendatang. Perbedaan suku menimbulkan perbedaan budaya dan bahasa dalam berkomunikasi. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses komunikasi antarbudaya di Kampung Nelayan Teluk. Setiap individu memiliki persepsi dan penilaian yang berbeda terhadap suku lain sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menggambarkan penilaian masyarakat Sunda terhadap sifat masyarakat Jawa dan reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Karena peneliti berupaya menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat Sunda terhadap Masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara. Narasumber penelitian ini adalah masyarakat suku Sunda Kampung Nelayan Teluk.

Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Sunda menilai masyarakat Jawa memiliki kebiasaan Jorok, tetapi masyarakat jawa memiliki semangat bekerja yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat Sunda. Cara berkomunikasi masyarakat Jawa yang tetap menggunakan bahasa Jawa tidak menjadi halangan dalam berkomunikasi. mereka saling mengerti bahasa masing-masing suku. Masyarakat Sunda sangat terbuka dan tidak membatasi dalam berkomunikasi dengan masyarakat Jawa. Masyarakat Sunda menerima kehadiran masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Teluk.

Kata Kunci: Stereotip, Masyarakat Kampung Nelayan

Page 7: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

v

ABSTRACT

RIZQI NAHRIA FARHANI. NIM. 6662090288/2015 “THE STEREOTIP OF SUNDANESE COMMUNITY TOWARDS NEW COMER COMMUNITY IN NELAYAN VILLAGE TELUK SUB DISTRICT LABUAN DISTRICT PANDEGLANG REGENCY BANTEN PROVINCE”

Nelayan Village is situated in Teluk Sub District, Labuan District, Pndeglang Regency. There are two tribes that live there. Sundanese tribe is the native ethnic group and Javanese ethnic is the foreign descent. The difference of ethnic group in community arouse different cultures and language in their communication. These problems will influence the process of cross culture communication in that village. Every person (individual) has different perception and assessment towards the different tribe base on what they are experienced in their daily live.

The purpose of this research is to know, to understand and to describe Sundanese Community assessment towards Javanese community, and also the the reaction of Sundanese Community towards the way of how Javanese community make communication. This research uses descriptive qualitative method. This method is used because this research describes how the perception of Sundanese ethnic towards Javanese community as foreign descent in Nelayan village, Teluk sub district, Labuan district. The data collection technique is derived from observation and interview. The informants of this research are Sundanese ethnic community that live in Nelayan village.

The result of this research show that Sundanese ethnic assess Javanese ethnic community have dirty habit but they have high work spirit compared to Sundanese ethnic community. It is no problem when they make communication they use their own language. They understand each other. The Sundanese ethnic always open minded and no limited in making communication with Javanese ethnic. The Sundanese welcome Javanese ethnic as foreign descent in Nelayan illage.

Key words : Stereotip, Nelayan Village Community

Page 8: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ilahirobbi yang Maha

menguasai ilmu pengetahuan, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan skripsi

dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang

Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten

Pandeglang Banten” ini sangat peneliti harapkan.

Disamping itu skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos M.Si selaku Dekan FakultasI lmuSosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 2 dan

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

vii

4. Bapak Muhammad Jaiz selaku Dosen Pembimbing skripsi 1 yang

memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua Bapak Drs. Engkos Kosasih M.M.Pd dan Ibu Juju

Juariah, serta Kakak dan kakak ipar Achmad Jalaluddin ST dan Inggrid

Kartikasari S.Kep yang terus memberikan semangat dan do‟a kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Ilmu komunikasi 2009 yang telah memberikan

kenangan indah ketika menimba ilmu di UNTIRTA. Terima kasih untuk

kalian semua

7. Buat teman-teman KABEJA M. Taufik, Mimip, Dede, dan semuanya

terima kasih atas pengertian dan dukungannya buat penulis sehingga

skripsi ini bisa terselesaikan.

8. Terimakasih juga buat teman kost, Iskandar, Sirojudin, Kemong, Budi,

Megi, Oscar kalian telah banyak memberi kenangan di setiap harinya.

Semoga kita semua sukses. Amiin ..

9. Buat Axis FC kalian sahabat terbaiku, semoga kita semua sukses selalu

dan selalu menjaga silaturahmi.

10. Teman-teman Milanisti Pandeglang, Milanisti Labuan terimakasih atas

dukungan dan do‟anya. Forza Milan!!!!

11. Yang terakhir buat seseorang yang telah lama hadir yang sangat spesial

bagi penulis, terima kasih telah memberikan semangat kembali dalam

penyelesaian skripsi ini dan do‟a bagi penulis. Terima kasih buat

semuanya, semoga apa yang kita bicarakan dapat terkabul. Amiiin

Page 10: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

viii

Terimakasih untuk segalanya, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

penulis dan pihak lain.

Labuan, November 2015

Penulis

Page 11: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

Kata Pengantar .................................................................................................... vi

Daftar Isi .............................................................................................................. ix

Daftar Tabel .......................................................................................................... xi

Daftar Gambar .................................................................................................... xii

Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian .................................................................. 6

1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 8

2.1 Komunikasi ....................................................................................................... 8

2.2 Komunikasi Antarbudaya................................................................................ 10

2.2.1 Unsur Kebudayaan ............................................................................... 13

2.2.2 Proses Komunikasi Antar Budaya ........................................................ 17

2.2.3 Unsur-unsur Proses Komunikasi Antarbudaya .................................... 20

2.3 Hambatan Komunikasi .................................................................................... 25

Page 12: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

x

2.4 Etnis Sunda, Jawa ........................................................................................... 29

2.5 Persepsi ........................................................................................................... 30

2.6 Teori Kognitif.................................................................................................. 39

2.6.1 Kategorisasi atau Penggolongan ........................................................... 39

2.7 Kerangka Berfikir............................................................................................ 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 47

3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 47

3.2 Informan Penelitian ........................................................................................ 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 52

3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 55

3.5 Uji Validitas ................................................................................................... 57

3.6 Waktu dan Tempat Penelian .......................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 60

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................. 60

4.2 Deskripsi Data ................................................................................................ 64

4.3 Hasil Penelitian .............................................................................................. 66

4.3.1 Penilaian Masyarakat Sunda Terhadap Sifat Masyarakat Pendatang

Jawa ................................................................................................................ 68

4.3.2 Reaksi Masyarakat Sunda Terhadap Cara Berkomunikasi Masyarakat

Pendatang Jawa .............................................................................................. 73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................................... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 91

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 91

5.2 Saran ................................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96

LAMPIRAN ......................................................................................................... 98

CURRICULUM VITAE ................................................................................... 128

Page 13: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................................. 59

Page 14: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Komunikasi Antarbudaya .................................................... 20

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .............................................................................. 45

Page 15: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Hasil Wawancara

Lampiran 3 : Dokumentasi

Lampiran 4 : Surat Keterangan

Lampiran 4 : Curriculum Vitae

Page 16: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Labuan merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten

Pandeglang. Letak geografis Labuan berada di ujung barat pulau jawa yang

berbatasan langsung dengan selat sunda. Labuan merupakan tempat yang

strategis karena sebagai lalu lintas tempat wisata yang ada di Pandeglang.

Tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Pandeglang sebagian besar

terdapat di pesisir pantai.

Letak yang strategis itu menjadikan Labuan sebagai salah satu pusat

perkonomian dan pusat perikanan Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut

mengakibatkan Labuan sebagai Kecamatan dengan sebaran penduduk

terpadat di Kabupaten Pandeglang. Sebaran penduduk yang padat tersebut

menjadi bukti bahwa Labuan merupakan salah satu pusat perekonomian di

Kabupaten Pandeglang.

Dari beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Labuan, Desa Teluk

merupakan Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi setelah Desa

Labuan. Desa Teluk merupakan pusat perikanan di Kecamatan Labuan

karena terdapat beberapa tempat Pelelangan ikan. Aktifitas yang berlangsung

di tempat pelelangan ikan Desa teluk terjadi selama 24 jam sehingga selalu

ada interaksi di lingkungan tempat pelelangan ikan.

1

Page 17: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

2

Pelelangan ikan di Desa Teluk berada di perkampungan Nelayan.

Sebagian besar penduduk Kampung Nelayan berprofesi sebagai Nelayan dan

berdagang. Masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Teluk merupakan

penduduk asli Pandeglang dan masyarakat pendatang suku jawa yang telah

lama menetap di Kampung Nelayan Teluk. Maka dari itu, Terdapat dua suku

yang menetap di Kampung Nelayan Desa Teluk.

Setiap suku mempunyai budaya yang berbeda dengan suku lainnya.

Perbedaan yang dapat terlihat secara langsung adalah perbedaan bahasa yang

digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan identitas dari setiap

suku yang hanya dimengerti oleh suku tersebut. Dengan adanya dua suku

yang berbeda, di Kampung Nelayan Teluk terdapat dua bahasa yang

digunakan dalam berkomunikasi. Perbedaan bahasa dalam berkomunikasi

menyulitkan masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berinteraksi dengan

suku lain.

Dialek, makna, ekspresi dalam berbicara setiap suku akan berbeda

dengan suku lain. Diperlukan kemampuan penyampaian bahasa yang baik

dalam komunikasi antar suku. Komunikasi akan efektif jika terdapat

persamaan makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan.

Umpan balik dalam berkomunikasi antar suku dapat diketahui

langsung oleh komunikator dan komunikan. Umpan balik merupakan reaksi

dari komunikan dalam menanggapi pesan yang disampaikan oleh

Page 18: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

3

komunikator. Komunikan dan komunikator harus memperhatikan umpan

balik dari lawan bicara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Di Kampung Nelayan Teluk, faktor lingkungan dapat menjadi

gangguan dalam proses komunikasi. Faktor lingkungan yang dapat

mengganggu proses komunikasi misalnya suara ombak dan perahu nelayan.

Suara ombak dan perahu akan mengganggu jalannya komunikasi di

Kampung Nelayan Teluk karena suara tersebut akan memecah konsentrasi

komunikator dan komunikan ketika melakukan komunikasi.

Terjadi perbedaan intensitas dalam berkomunikasi di Kampung

Nelayan Teluk. Masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berkomunikasi

dengan sesama suku akan lebih intens dibandingkan dengan masyarakat dari

suku lain. Masyarakat Teluk lebih menyukai berkomunikasi dengan sesama

suku karena terdapat kesamaan bahasa danpengalaman sehingga dalam

penyampaian pesan terdapat kesamaan makna.

Dalam proses komunikasi antar suku di Kampung Nelayan Teluk,

hambatan dalam berkomunikasi akan muncul jika terdapat salah satu suku

merasa lebih baik dibandingkan dengan suku lain. Sikap tersebut merupakan

sikap etnosentris karena memandang budayanya dinilai yang terbaik

dibandingkan dengan budaya lain. Sikap etnosentis akan selalu muncul dalam

lingkungan masyarakat yang terdiri dari beberapa suku.

Suku pendatang Jawa telah bertahun-tahun datang ke Kampung

Nelayan Teluk. sehingga penduduk suku jawa terus bertambah karena

mereka berkeluarga dan memiliki keturunan. Secara alamiah masyarakat

Page 19: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

4

pendatang Jawa menjadi lebih mendominasi dibandingkan dengan

masyarakat pribumi. Dapat dilihat dari masyarakat Nelayan dan pedagang

yang terdapat di sekitar pelelangan ikan mayoritas berasal dari suku Jawa.

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan pelelangan ikan

juga sudah mulai didominasi oleh bahasa jawa.

Intensitas yang terbatas dalam berkomunikasi antar suku rentan

muncul konflik dan menimbulkan adanya jarak antara masyarakat Sunda

Kampung Nelanyan Teluk dengan masyarakat jawa. Setiap suku akan

menebak-nebak sikap suku lain, sehingga akan muncul persepsi dari kedua

suku. Persepsi merupakan tindakan dalam menafsirkan sesuatu. Sikap saling

tidak terbuka antar suku akan menimbulkan persepsi yang tidak baik.

Prasangka sosial akan muncul ketika terjadi kesenjangan jarak antara kedua

suku.

Persepsi merupakan proses pemaknaan terhadap sesuatu yang

ditangkap oleh alat indera. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda

terhadap suatu objek tergantung makna apa yang mereka rasakan. Begitu juga

dengan persepsi setiap masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa di

Kampung nelayan akan berbeda satu dengan yang lainnya.

Persepsi sangat penting karena sebagai inti dari komunikasi, karena

jika persepsi tidak benar maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.

Persepsi akan menentukan pesan apa yang dipilih dan pesan apa yang

diabaikan. Semakin banyak kesamaan persepsi setiap individu maka akan

Page 20: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

5

semakin mudah dan sering mereka berkomunikasi. Sebaliknya jika tidak ada

kesamaan maka akan terbentuk kelompok-kelompok dalam berkomunikasi.

Dengan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian lebih mendalam tentang komunikasi antarbudaya di Kampung

Nelayan DesaTeluk. Kampung Nelayan Teluk yang memiliki perbedaan suku

dan bahasa dalam berkomunikasi menjadi daya tarik utama penulis dalam

melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga merasa tertarik dengan

bagaimana sikap stereotip masyarakat Sunda terhadap masyarakat pendatang

Jawa.

Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dalam

bentuk skripsi dengan judul “Stereotip Masyarakat Sunda Terhadap

Masyarakat Pendatang Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan

Labuan Kabupaten Pandeglang Banten”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Stereotip Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang

Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten

Pandeglang Banten?”.

Page 21: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

6

1.3 Identifikasi Masalah

Bertolak dari persoalan sebagaimana disebutkan di atas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti perihal stereotip masyarakat Sunda terhadap

masyarakat Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penilaian masyarakat suku Sunda terhadap sifat masyarakat

pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

2. Bagaimana reaksi masyarakat suku Sunda terhadap cara berkomunikasi

masyarakat Jawa Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

1.4 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini terarah, maka penulis menentukan tujuan

penelitian terlebih dahulu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui penilaian masyarakat Suku Sunda terhadap sifat masyarakat

pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan.

2. Mengetahui reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi

masyarakat Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan

ilmu komunikasi, khususnya tentang kajian komunikasi antarbudaya.

Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi referensi bagi mahasiswa

Page 22: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

7

ilmu komunikasi yang akan melakukan penelitian dengan kajian yang

sama yaitu komunikasi antarbudaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada masyarakat Kampung Nelayan DesaTeluk tentang

cara berkomunikasi yang efektif guna menjaga keharmonisan

antarbudaya. Penelitian ini juga bermanfaat menambah pengetahuan

dan pengalaman peneliti dalam bidang ilmu komunikasi.

Page 23: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata latin yaitu communication, dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama1. Maksud dari sama tersebut

adalah ketika suatu pesan disampaikan oleh narasumber atau komunikator

akan sama dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Komunikasi antara

komunikan dengan komunikator akan terus berlangsung selama ada

persamaan makna.

Komunikasi adalah produksi dan pertukaran informasi dan makna

(meaning) tertentu dengan menggunakan tanda atau simbol. Komunikasi

meliputi proses encoding pesan yang akan dikirimkan, dan proses decoding

terhadap pesan yang diterima, dan melakukan sintesis terhadap informasi dan

makna. Komunikasi dapat terjadi pada semua level pengalaman manusia dan

merupakan cara terbaik untuk memahami perilaku manusia dalam perubahan

perilaku antar individu, komunitas, organisasi, dan penduduk umumnya2.

Carl I. Hovland berpendapat bahwa komunikasi adalah upaya

sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi

serta pembentukan pendapat dan sikap3. Dari definisi yang disampaikan oleh

Hovland, Hovelan menunjukan bahwa yang dijadikan sebagai objek ilmu

komunikasi tidak hanya penyampaian informasi semata, tetapi pembentukan

1Prof. Onong Uchjana Efendi“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” 2006, hal 9 2Prof. DR. Alo Liliweri, M.S “Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011, hal 38 3Prof. Onong Uchjana Efendi“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” 2006, hal 10

8

Page 24: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

9

pendapat umum dan sikap publik dalam kehidupan sosial dan politik

memainkan peran yang sangat penting. Hovelan secara khusus

mendefinisikan komunikasi yaitu proses mengubah prilaku orang lain.

Wilbur Schramm juga mengungkapkan pendapatnya mengenai

komunikasi yang tertuang dalam karyanya, Communication Research in the

United States. Dia menyatakan bahwa komunikasi akan berjalan dengan

baik/berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok

dengan kerangka acuan (frame of reference) yaitu paduan pengalaman dan

pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah dilakukan

oleh komunikator4.

Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi individu,

relasi, kelompok, organisasi dan masyarakat, dia merupakan garis yang

menghubungkan manusia dengan dunia, bagaimana manusia membuat kesan

tentang dan kepada orang lain. Karena itu, jika manusia tidak berkomunikasi

maka dia tidak dapat menciptakan dan memelihara relasi dengan sesama

dalam kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi memungkinkan

manusia mengkoordinasikan semua kebutuhannya dengan dan bersama orang

lain (Ruben & Stewart, 1998)5.

A. Peran dan Fungsi Komunikasi

Peranan utama komunikasi adalah menghubungkan bahwa

komunikasi bukan merupakan koneksi yang pasif, komunikasi berperan

dalam suatu proses yang menghubungkan fungsi beberapa bagian yang

4Ibid, hlm 13 5Prof. DR. Alo Liliweri, M.S. “ Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011, hal 35

Page 25: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

10

terpisah atau yang berbeda dalam suatu sistem bersama. Selain itu, peran

komunikasi untuk menjelaskan apa yang terjadi. Kita tidak dapat

memahami komunikasi hanya dengan mendengar apa kita dengar, kita

akan dapat memahami komunikasi ini secara lengkap setelah mengerti

penjelasan tentang hubungan antara apa yang dilihat dan didengar dengan

lingkungan sekelilingnya6.

Komunikasi dapat memuaskan kehidupan manusia manakala

semua kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial, dan praktis dapat

tercapai (Adler & Rodman,2003). Secara umum, ada empat kategori utama

komunikasi, yaitu: (1) fungsi informasi; (2) fungsi instruksi; (3) persuasif;

dan (4) fungsi menghibur. Apabila empat fungsi utama ini diperluas, maka

akan ditemukan dua fungsi lain, yakni: (1) fungsi pribadi, dan (2) fungsi

sosial. Fungsi pribadi komunikasi diperinci ke dalam fungsi: (1)

menyatakan identitas sosial; (2) integrasi sosial; (3) kognitif; (4) fungsi

melepaskan diri/jalan keluar. Adapun fungsi sosial terperinci atas fungsi:

(1) fungsi pengawasan; (2) menghubungkan/menjembatani; (3) sosialisasi;

dan (4) menghibur.

2.2 Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bila komunikator adalah anggota

suatu budaya dan penerima pesan/komunikator merupakan anggota suatu

budaya lain. Pada komunikasi tersebut selalu muncul suatu masalah dimana

suatu pesan yang disampaikan dalam suatu budaya kemudian harus disandi

6Ibid hlm 135

Page 26: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

11

kembali kedalam budaya lain. Proses penyandian pesan kembali ini rentan

terhadap konflik dan bisa menghambat proses komunikasi jika pada proses

penyandian tersebut memiliki perbedaan makna.

Komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran pikiran dan

makna antara orang-orang berbeda budaya. Komunikasi yang dilakukan

berbeda latar belakang budaya dengan perbedaan bangsa, kelompok ras, atau

komunitas bahasa, komunikasi ini disebut komunikasi antar budaya.

Dikarenakan definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya

adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi antara dua

orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan” dalam beberapa

definisi komunikasi di atas7.

Komunikasi Antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa

pernyataan sebagai berikut:

1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling

efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budayanya.

2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang

disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang

yang berbeda latar belakang budaya.

3. Komunikasi antarbudava merupakan pembagian pesan yang berbentuk

informasi atauhiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau

metodelainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang

budayanya.

7Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 8

Page 27: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

12

4. Komunikasi antarbudaya adalah pcngalihan informasi dariseorang yang

berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.

5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol

yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan

seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal

darilatar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.

7. Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi,

gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang

budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan

tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau

bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.8

Dari pernyataan komunikasi antar budaya tersebut, komunikasi

antar budaya pada dasarnya memiliki persamaan dengan komunikasi pada

umumnya. Yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan

komunikasi lain hanya terletak dari latar belakang budaya pelaku

komunikasi.

Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka

kita mengenal beberapa asumsi, yaitu:

a. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada

perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.

b. Dalam komunikasi antarbudaya terkanduk isi dan relasi antarpribadi.

8 Ibid Hal 9-10

Page 28: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

13

c. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi.

d. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.

e. Komunikasi berpusat pada kebudayaan.

f. Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antar budaya.9

Liliweri mengatakan bahwa komunikasi antar budaya memenuhi

syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi

karena:

1 Secara teoritis memindahkan focus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan

yang dibandingkan.

2 Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.

3 Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.

4 Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi

perilaku.10

2.2.1 Unsur Kebudayaan

Unsur kebudayaan universal dapat diartikan sebagai

pemahaman yang lebih jelas mengenai kebudayaan secara

keseluruhan karena pembahasan tentang kebudayaan sangat kompleks

dan luas. Sehingga terdapat 7 unsur kebudayaan untuk lebih

memudahkan kita memahami kebudayaan. Koentjaraningrat

menerangkan bahwa terdapat unsur-unsur kebudayaan universal

seperti berikut:

9 Ibid hal 15 10Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 14

Page 29: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

14

a. Sistem Upacara Keagamaan

Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut.

Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5, yaitu Islam,

Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dari kelima

agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang

berbeda-beda. Akan tetapi untuk masyarakat yang tinggal

dikota upacara keagamaan sepertinya sudah tidak

dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja.

Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak

yang melaksanakan upacara keagamaan tersebut.

b. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak.

Terdapat masyarakat Jawa, Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari

macam-macam kebudayaan tersebut, perlu ditanamkan

nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul

dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi

dengan rukun. Di Indonesia banyak terdapat kebudayaan

yang harus di lestarikan bersama. Jangan kita saling

bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan

lain, karena itu sama saja kita memecahbelahkan

kebudayaan yang sudah ditanam oleh leluhur

sebelumnya.

Page 30: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

15

c. Bahasa

Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada

bahasa yang dipakainya. Contohnya bahasa Inggris,

Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasa

tersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan

yang lebih luas. Tidak hanya bahasa yang dipelajari

berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasa dari negri

Indonesia pun perlu kita pelajari untuk melestarikan

kebudayaan yang ada di Indonesia.

d. Sistem Pengetahuan

Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian,

perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-

undangan, pemerintahaan/politik dsb. Hal tersebut juga

bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinya

karena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi

tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan

karena berpengaruh pada pekerjaan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita

pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan

banyak informasi yang kita dapat.

e. Kesenian

Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian.

Banyak hal yang bisa kita pelajari mengenai kesenian.

Page 31: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

16

Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan

lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang

dimiliki setiap daerah maupun setiap negara. Misalnya

untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahui dan mencari

musik yang khas dari setiap daerah maupun negara.

Contohnya lagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang

berasal dari Kalimantan Selatan yang menjadi ciri khas

dari daerah tersebut.

f. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap

masyarakat karena bermanfaat untuk memenuhi

kehidupan manusia. Misalnya kaum pegawai/karyawan,

kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya.

Hal tersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita

tekuni. Contohnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai

lebih banyak bermata pencaharian sebagai nelayan atau

masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak

bermata pencaharian sebagai pegawai kantoran.

g. Sistem Teknologi dan Peralatan

Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin

banyaknya masyarakat yang hidup modern. Teknologi

Page 32: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

17

sangat diperlukan akan tetapi tidak untuk melakukan

perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku.11

2.2.2 Proses Komunikasi Antarbudaya

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama

dengan proses komunikasi lain, yaitu proses yang interaktif dan

transaksional secara dinamis.

Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi

yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua

arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada pada

tahap rendah (Wahlstrom,1992). Apabila ada proses pertukaran pesan

itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami

perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah

memasuki tahap transaksional (Hybels dan Sandra,1992)12.

Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni;

(1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus

menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa

komunikasi mengikuti seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu,

kini dan yang akan dating; (3) partisipan dalam komunikasi

antarbudaya menjalankan peran tertentu13.

Fajar mengatakan bahwa karakteristik komunikasi sebagai

suatu proses dapat dikelompokkan ke dalam berbagai prinsip:

11 http://www.academia.edu/8129881/7_UNSUR_KEBUDAYAAN 10/12/2015 10:35 AM 12Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 24 13Ibid, hal 24

Page 33: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

18

a. Tidak terelakkan

Dalam banayak hal kita sering berkomunikasi tanpa tujuan atau

dipikirkan terlebih dahulu. Ketika kita berada di kerumunan orang-

orang pasti kita akan memandang atau memberi tanggapan

terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita.

b. Tidak dapat diubah

Sesuatu yang sudah kita komunikasikan, tidak bisa diubah. Untuk

itu kita perlu hati-hati untuk mengatakan sesuatu kepada orang

lain. Hindari pernyataan maaf karena kata-kata yang telah kita

lontarkan, terlebih-lebih dalam situasi konflik dengan suasana

tegang.

c. Mempunyai dimensi isi dan hubungan

Dalam pengertian ini komunikasi menunjuk pada isi dan hubungan

di antara para pelakunya.

d. Melibatkan proses penyesuaian

Komunikasi bisa berlangsung apabila saling memberi sistem sinyal

yang sama. Sebaliknya, komunikasi menjadi kurang lancar apabila

para pelakunya mempunyai sistem sinyal yang berbeda-beda. Hal

ini terlihat jelas bila dua orang dengan bahasa berbeda saling

berkomunikasi. Mungkin mereka akan mengalami kesulitan untuk

bisa saling memahami pesan yang dikomunikasikan. Namun

demikian, pada kenyataannya tidak ada dua orang yang

Page 34: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

19

memberisistem sinyal yang persis sama. Perbedaan budaya dan

sub-budaya, bahkan bila kita menggunakan bahasa umum,

seringkali mempunyai sistem komunikasi non verbal yang berbeda.

Semakin luas perbedaan sistem-sistem ini, maka komunikasi akan

semakin sulit terjadi. Prinsip ini menekankan bahwa melalui

komunikasi kita belajar sinyal-sinyal orang lain, komunikasi

melibatkan setiap pelaku untuk saling menyesuaikan diri.

e. Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan saling

melengkapi.

Dalam hubungan simetrik, perilaku seseorang bercermin pada

perilaku orang lain. Perilaku seseorang akan ditanggapi dengan

perilaku yang sama. Hubungan ini merupakan kesamaan untuk

mengurangi perbedaan di antara dua orang.

Dalam hubungan yang komplementer atau salaing melengkapi,

dua orang menggunakan perilaku yang berbeda. Dalam hubungan ini,

perbedaan-perbedaan di antara orang-orang yang terlibat dalam

komunikasi ditingkatkan. Hubungan yang bersifat komplementer ini

penting bagi anggota-anggota yang menduduki posisi berbeda. Pada

waktunya hubungan demikian dapat dibentuk oleh budaya14.

14Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Jakarta, Graha Ilmu: 2009). Hal. 83-84

Page 35: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

20

2.2.3 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

A. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang memprakarsai

komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu

kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi

antar budaya seorang komunikator berasal dari latar belakang

budaya yang berbeda dengan komunikan.

Gambar 2.1

Gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi antar

budaya memiliki ciri komunikan dan komunikator berbeda latar

belakang budaya.

B. Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak

yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan /sasaran

komunikasi dari pihak lain (komunikator)15. Sama halnya seperti

komunikator, komunikan memiliki latar belakang budaya tersendiri

Dalam komunikasi antar budaya, komunikator dan

komunikan diharapkan mempunyai perhatian penuh untuk

merespon dan menterjemahkan pesan. Tujuan komunikasi akan

tercapai jika komunikan menerima dan memahami makna pesan

15Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 26

Komunikator

Budaya A

Komunikan

Budaya B

Page 36: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

21

yang dsampaikan komunikator, memperhatikan (attention) serta

menerima pesan secara menyeluruh (comprehension). Ini adalah

aspek penting yang berkaitan dengan cara bagaimana seorang

komunikator dan komunikan mencapai sukses dalam pertukaran

pesan.

Yang dimaksud dengan attention adalah proses awal dari

seorang komunikan memulai mendengarkan pesan, menonton atau

membaca pesan itu. Seorang komunikator berusaha agar pesan itu

diterima sehingga seperangkat pesan tersebut perlu mendapat

perlakuan agar menarik perhatian. Sedangkan yang dmaksud

dengan comprehension meliputi cara penggambaran secara lengkap

sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh komunikan16.

Acapkali seorang komunikan ketika memperhatikan atau

memahami isi pesan sangat tergantung dari tiga bentuk

pemahaman, yakni: (1) kognitif, komunikan menerima isi pesan

sebagai sesuatu yang benar; (2) afektif, komunikan percaya bahwa

pesan itu tidak hanya benar tetapi baik dan disukai; (3) overt action

atau tindakan nyata, dimana seorang komunikan percaya atas pesan

yang benar dan baik sehingga mendorong tindakan yang tepat. Jadi

sorang komunikan dapat berbuat sesuatu untuk memisahkan isi dan

perlakuan pesan hanya karena pesan yang diterima itu mengandung

attention dan comprehension17.

16Ibid, hal 27 17 Ibid hal 27

Page 37: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

22

C. Pesan /symbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau

gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan

dakam bentuk simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal

yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non verbal yang

diperagakan melalui gerak gerik tubuh / anggota tubuh, warna,

artifak, gambar, pakaian, dan lain-lain yang semuanya harus

dipahami secara konotatif18.

Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa

yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada

komunikan. Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua

aspek utama: content dan treatment, yaitu isi dan perlakuan. Isi

pesan meliputi aspek daya tarik pesan, misalnya kebaruan,

kontroversi, argumentatif, rasional, bahkan emosional.

D. Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan

tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim

melalui media. Akan tetapi kadang-kadang pesan itu dikirim tidak

melalui media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap

muka.

18Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 28

Page 38: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

23

Para ilmuan sosial menyepakati dua tipe saluran; (1)

sensory channel atau saluran sensoris, yakni saluran yang

memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indra, yaitu

mata, telinga, tangan, hidung, dan lidah. lima saluran snsoris itu

adalah cahaya, bunyi, perabaan, pembauan, dan rasa. (2)

institutionalized means, atau saluran yang sangat dikenal dan

digunakan manusia, misalnya percakapan tatap muka, material

cetakan dan media elektronik19.

E. Efek atau umpan balik

Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan

kepada komunikator atas pesan-pesan yqng telah disampaikan.

Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi

antarbudaya maka komunikator ran komunikan tidak bisa

memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan

tersebut20.

Dalam komunikasi antarbudaya tatap muka, umpan balik

lebih mudah diterima.Komunikator dapat mengetahui secara

langsung apakah serangkaian pesan itu dapat diterima oleh

komunikan atau tidak.Komunikator dapat mengatakan sesuatu

secara langsung jika komunikan kurang memberikan perhatian atas

pesan yang disampaikan.Reaksi komunikan dapat diungkapkan

19Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 29 20Ibid, hal 30

Page 39: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

24

secara langsung melalui kata-kata dan pesan nonverbal apakah

menerima, mengerti bahkan menolak pesan dari komunikator.

F. Suasana (setting dan context)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah

suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication,

yakni tempat (ruang, space) dan waktu (time) serta suasana (sosial,

psikologis) ketika komunikasi antarbudaya berlangsung. Suasana

itu berkaitan dengan waktu (jangka pendek/ panjang,jam/ hari/

minggu/bulan/ tahun) yang tepat untuk bertemu/ berkomunikasi,

sedangkan tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk

berkomunikasi, kualitas relasi (formalitas, informalitas) yang

berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya21.

G. Gangguan ( noise atau interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah sgala

sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara

komunikator dengan komunikan, yang paling fatal adalah

mengurangi makna pesan antarbudaya.Gangguan menghambat

komunikan menerima pesan dan sumber pesan.Gangguan (noise)

dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat

pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

Gangguan itu dapat bersumber dari unsur-unsur komunikasi,

misalnya komunikator, komunikator, komunikan, pesan,

21ibid, hal 30

Page 40: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

25

media/saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan

makna yang sama atas pesan22.

De vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, (1)

fisik berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan

lain, misalnya desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,

kaca mata; (2) psikologis, interfensi kognitif atau mental, misalnya

prasangka dan bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit;

dan (3) semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti

yang berlainan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang

berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang

tidak dipahami pendengar23.

2.3 Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah melakukan komunikasi secara efektif. Terdapat

banyak hambatan yang dapat merusak proses komunikasi. Berikut ini

beberapa hal yang menjadi hambatan komunikasi yang harus diperhatikan

komunikator agar komunikasi dapat berjalan sukses.

1. Gangguan

Terdapat dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang

menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan

gangguan semantik.

22Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 30-31 23ibid, hal 31

Page 41: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

26

a. Gangguan Mekanik

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang

disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

Gangguan mekanik yang terdapat di Kampung Nelayan Teluk adalah

bunyi suara ombak, suara kapal, dan gangguan suara ramainya

aktifitas pasar.

b. Gangguan Semantik

Semanik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang

sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Gangguan jenis ini

bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi

rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui

penggunaan bahasa. Perbedaan etnis yang terdapat di Kampung

Nelayan Teluk menjadikan bahasa yang digunakan menjadi berbeda.

Perbedaan bahasa menjadi gangguan dalam berkomunikasi karena

perbedaan arti di setiap kata yang digunakan.

2. Prasangka dan Stereotip

Prasangka dalam hubungan antar suku merupakan istilah yang

menggambarkan suatu sikap bermusuhan terhadap kelompok suku lain

atas dasar dugaan bahwa kelompok suku lain mempunyai ciri yang tidak

menyenangkan. Dugaan yang dianut oleh orang yang berprasangka tidak

didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang cukup

memadai. Setiap orang yang memiliki prasangka akan selalu berfikiran

negatif terhadap suku lain tanpa berfikir secara objektif.

Page 42: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

27

Menurut banton (1967:293-314) dalam hal tertentu istilah

prasangka mempunyai makna hampir serupa dengan istilah antagonisme

dan antipasti. Beda utamanya ialah bahwa antagonisme atau antipasti

dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan, sedangkan sikap

bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan

berada dibawah sadar sehingga sukar diubah meskipun orang yang

berprasangka tersebut diberi penyuluhan, pendidikan atau bukti yang

menyangkal kebenaran prasangka yang dianut.24

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat

bagi suatu kegiatan komunikasi karena orang yang mempunyai prasangka

belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang

hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita

untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional.

Seseorang tidak akan berfikir objektif dan segala apa yang dilihatnya

selalu akan dinilai negatif.

Prasangka sosial yang menentukan tiga faktor utama, yaitu:

stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Hubungan antara prasangka

dengan komunikasi sangat erat karena prasangka diasumsikan sebagai

dasar pembentukan prilaku komunikasi.

Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah

prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Dapat

dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif dari prasangka25.

24

Kamanto,Sunarto “Pengantar Sosiologi” 2004 hal 152 25Ibid Hal 223

Page 43: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

28

Meskipun berbagai kelompok budaya (ras, suku, agama,dll)

semakin sering berinteraksi, bahkan dengan bahasa yang sama, tidak

otomatis saling pengertian terjalin diantara mereka, karena terdapat

prasangka timbal balik antara berbagai kelompok budaya itu. Bila tidak

dikelola dengan baik, kesalahpahaman antar budaya ini akan terus terjadi

dan menimbulkan kerusuhan26.

Stereotip adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek

kedalam kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau

objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih

berdasarkan karakteristik individual mereka27.

Stereotip merupakan suatu sikap yang sangat lekat dengan

prasangka. Orang yang menganut stereotip terhadap kelompok suku lain

cenderung akan berprasangka terhadap kelompok tersebut. Tetapi tidak

semua stereotif bersifat negative, ada pula stereotif yang bersifat positif.

Menurut kornblum (1988:303) dalam kamanto , stereotip

merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya

yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Menurut

banton (1967:299-303) stereotip mengacu pada kecenderungan bahwa

sesuatu yang dipercayai orang bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak

peka terhadap fakta objektif.28

26Drs. H. Ahmad Sihabudin M.Si. komunikasi Antarbudaya, satu perspektif Multi Dimensi 2007:104 27Mulyana, Dedi dan Jalaludin Rahmat “Komunikasi Antar Budaya” 2006:218 28 Kamanto,Sunarto “Pengantar Sosiologi” 2004 hal 152

Page 44: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

29

2.4 Etnis Sunda, Jawa.

Berikut ini adalah penjelasan tentang etnis yang berkaitan dengan

penduduk dimana penelitian dilakukan.

A. Etnis Sunda.

Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut

bangsa sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan

bahasa ibu bahasa sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan

berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering

disebut tanah pasundan atau tatar sunda29.

Bahasa sunda yang dipandang sebagai bahasa sunda terhalus

adalah dialek cianjur. Sedangkan bahasa sunda yang agak kurang halus

adalah bahasa sunda di Banten, Karawang, Bogor, Cirebon. Bahasa baduy

yang terdapat di kabupaten lebak provinsi Banten adalah bahasa sunda

kuno.

Banten dan Cirebon merupakan daerah percampuran dimana

digunakan bahasa sunda dan bahasa jawa. Orang Banten dan orang

Cirebon yang menggunakan bahasa sunda tidak menyebut dirinya orang

sunda tetapi menyebut dirinya orang Cirebon atau orang Banten.

B. Etnis Jawa

Daerah dengan kebudayaan jawa meliputi bagian tengah dan timur

pulau jawa. Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat dari kebudayaan

jawa. Diantara sekian banyak daerah kediaman orang jawa terdapat

29Koencaraningrat “Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia” 2010:307

Page 45: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

30

berbagai variasi perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur

kebudayaan seperti mengenai berbagai istilah tehnis, dialek bahasa, dan

lainnya. Fariasi tersebut masih menunjukan satu sistem kebudayaan jawa.

Dalam berkomunikasi sehari-hari mereka berbahasa jawa. Dalam

berbahasa, masyarakat jawa harus memperhatikan dan membedakan

keadaan orang yang diajak bicara atau yang sedang dibicarakan,

berdasarkan usia maupun status sosialnya. Ada dua macam bahasa jawa

apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa jawa ngoko dan

karma.

Bahasa jawa ngoko itu dipakai untuk orang yang sudah dikenal

akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah

derajat atau status sosialnya. Lebih khusus lagi adalah bahasa ngoko lugu

dan ngoko andap. Sebaliknya bahasa jawa karma, dipergunakan untuk

bicara dengan yang belum dikenal akrab tetapi yang sebaya dalam umur

maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur dan status

sosialnya 30.

2.5 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori

stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah

bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi

30Ibid hlm 330

Page 46: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

31

inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi,

motivasi dan memori (Desiderato, 1976:129) dalam jalaluddin Rakhmat.31

Pareek (1996:13) dalam Alex Sobur memberikan definisi yang lebih

luas ihwal persepsi ini; dikatakan, “persepsi dapat didefinisikan sebagai

proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan

memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data”. 32

Persepsi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan makna yang

diberikan kepada sesuatu. Begitu juga persepsi masyarakat sunda terhadap

masyarakat jawa tidak akan sama tergantung kepada diri seseorang dalam

memberikan penilaian terhadap masyarakat jawa tersebut.

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak

akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang

menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan

semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin

cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (dalam

Mulyana, 2000: 167-168).33

2.5.1 Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang

merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk

mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah

31

Jalaluddin Rakhmat hal 51 32

Drs. Alex Sobur “Psikologi Umum” 2003:446 33 Drs. Alex Sobur “Psikologi Umum” 2003:446

Page 47: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

32

persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama

berikut.

1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang

dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses

mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud,1985, dalam Soelaeman,

1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi,

dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.34

2.5.2 Jenis-Jenis Persepsi

a. Persepsi diri

Persepsi diri individu merupakan cara seseorang menerima diri

sendiri

b. Persepsi lingkungan

Persepsi lingkungan dibentuk berdasarkan konteks di mana

informasi itu diterima.

34 Drs. Alex Sobur “Psikologi Umum” 2003:447

Page 48: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

33

c. Persepsi yang dipelajari

Persepsi yang dipelajari merupakan persepsi yang terbentuk karena

individu mempelajari sesuatu dari lingkungan sekitar.

d. Persepsi fisik

Persepsi fisik dibentuk berdasarkan pada dunia yang serba terukur

(the tangible world) .

e. Persepsi budaya

Persepsi budaya berbeda dengan persepsi lingkungan sebab

persepsi budaya mempunyai skala yang sangat luas dalam

masyarakat, sedangkan persepsi lingkungan menggambarkan skala

yang sangat terbatas pada jumlah orang tertentu.35

2.5.3 Hambatan persepsi

Hambatan persepsi terutama terjadi dalam proses pembentukan

persepsi, yaitu:

1. Berdasarkan teori implicit personality, hambatan persepsi

bersumber dari;

a. Kecenderungan individu untuk mengembangkan pribadi yang

terpisah, jadi individu mau tampil beda sehingga dia juga

mempersepsi sesuatu secara berbeda pula.

b. Individu menerima konfirmasi yang tidak tepat.

35 Prof. DR. Alo Liliweri, M.S. “ Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011 hal 160-161

Page 49: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

34

2. Self-fulfilling prophecy, individu mempersepsi sesuatu karena

dipengaruhi oleh faktor tertentu yang tidak dia duga sebelumnya,

akibatnya individu tidak dapat meramalkan persepsinya sehingga

dia bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan. Keadaan ini akan

mempengaruhi persepsi individu terhadap orang lain karena

individu mengalami distorsi realitas dan situasi.

3. Perceptual accentuation, hambatan persepsi karena individu

berada dalam situasi:

a. Dia mencari apa yang tidak ada.

b. Dia tidak melihat apa yang dia sedang cari

c. Dia mengalami kesulitan menyaring informasi yang hamper

semuanya mirip

d. Dia selalu memproyeksi orang lain dengan atribusi negative

e. Dia mengalami distorsi dari memori sehingga tidak dapat

“mengeluarkan” informasi yang dia pernah simpan.

4. Primacy-Recency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu

terlalu terbuai dengan kesan pertama tentang objek yang dia

persepsikan.

5. Consistency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu

mengharapkan segala sesuatu bersifat konsisten, namun yang dia

hadapi adalah situasi inkonsistensi antara apa yang dia pikirkan

(kognitif) dan perilaku (behavior) sehingga:

a. Dia mengabaikan atau membelokan persepsi dan perilakunya.

Page 50: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

35

b. Dia hanya melihat hal-hal yang positifnya saja.

c. Dia hanya melihat hal-hal negative saja.

6. Stereotyping, hambatan persepsi ini terjadi karena individu

dipengaruhi oleh steteotip (positif atau negatif) terhadap orang lain

yang kebetulan menjadi anggota suatu kelompok tertentu,

akibatnya persepsinya terhadap orang lain:

a. Mempunyai kualitas tertentu (terlalu baik atau buruk).

b. Dia mengabaikan keunikan karakteristik orang lain dari

kelompok tertentu.

7. Attribution, hambatan persepsi terletak pada atribusi di mana

individu gagal membentuk atau membangun atribusi dari objek

yang dipersepsi, misalnya gagal mencirikan dari atribut-atribut

komunikan:

a. Consensus > compare to others, what people do an why:

Persepsi individu terganggu karena dia tidak berhasil

membangun semacam consensus ketika membandingkan apa

yang orang lain lakukan dengan apa yang dia lakukan.

Persepsi individu terganggu karena dia tidak dapat

membandingkan aneka sebab.

b. Consistency > compare to similar situations: persepsi individu

tidak konsisten membandingkan perilakunya dengan perilaku

orang lain dalam suatu situasi yang sama.

Page 51: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

36

c. Distinctiveness > compare to different situations: individu tidak

dapat memisahkan perilakunya denga perilaku orang lain

terhadap objek persepsi dalam situasi yang berbeda.36

2.5.4 Mengatasi Kesalahan Persepsi

1. Makin sadar atas persepsi

a. Mengakui peranan anda dalam persepsi

b. Hindarilah kesimpulan yang terlalu dini

c. Hindarilah hanya ada satu kesimpulan

d. Lebih sadar atas bias yang timbul dari anda sendiri

e. Hindarilah penilaian anda sendiri bahwa anda lebih bermoral

2. Cek persepsi anda

a. Ketahuilah bahwa deskripsi anda umumnya subjektif

b. Bertanya untuk mendapatkan informasi

3. Perbaikan akurasi persepsi

a. Tingkatkan kesadaran anda

b. Hindarilah stereotip

c. Cek persepsi anda baik secara langsung maupun tidak langsung

4. Kurangi ketidakpastian

a. Amatilah sesuatu sembari bertindak

b. Amatilah sesuatu lebih pada konteks yang khusus

c. Kumpulkanlan informasi dari orang lain

36

Prof. DR. Alo Liliweri, M.S. “ Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011 hal 161-162

Page 52: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

37

d. Berinteraksi dengan individu

e. Jadilah orang yang peka budaya:

Akuilah bahwa kita berbeda nilai, adat istiadat, kepercayaan,

dan keyakinan

Hindari perbedaan penilaian

5. Mengerti bagaimana seharusnya menjadi pembicara dan pendengar

yang baik

a. Mendengarkan penuh perhatian - ketika mendengarkan

seseorang maka katakanlah maksud Anda.

b. Ulangi dengan tepat apa yang orang lain katakan – jangan anda

menyampaikan interpretasi pada saat orang lain sedang

mengatakan sesuatu. Tindakan ini hanya akan menciptakan

masalah komunikasi yang baru.

c. Katakana kepada orang itu jika anda merasa senang

mendengarkannya, mengerti dia karena itu anda mendengarkan

dengan baik.

d. Sadar ketika anda berkomunikasi dengan bahasa tubuh atau

bahasa nonverbal.

e. Tampil sopan dihadapan orang yang sedang berbicara dengan

anda, anda akan mendapatkan juga kesempatan yang baik untuk

berbicara.

Page 53: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

38

f. Bersikap empati-tanpa empati, maka anda tidak pernah akan

melihat bagaimana mereka merasa dan menjadi satu dengan

anda, inilah hakikat perbedaan antara tuturan dan pendapat.

g. Mengerti apa yang anda lakukan untuk mempertahankan diri,

gunakan pertolongan dengan johari window untuk mencari tahu

lebih dalam diri anda.

h. Setiap kali pembicara mengakhiri percakapan dan merasa orang

lain mendengarkan mereka dengan tepat, maka gantilah posisi

dari pendengar menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi

pendengar.

6. Sesuaikan komunikasi anda dengan tujuan komunikasi.

a. Merangsang partisipan untuk mendengarkan dengan penuh

perhatian.

b. Mengembangkan keterampilan terutama memberikan umpan

balik secara verbal.

c. Menolong orang agar mereka dapat menyampaikan ide-ide

secara baik.

d. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk berkomunikasi

dengan pesan-pesan nonverbal.

e. Mengamati bagaimana orang-orang yang berbeda menampilkan

cara berkomunikasi yang berbeda pula.

f. Mengamati perbedaan individu ketika menerima pesan secara

langsung.

Page 54: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

39

g. Berusaha mencapai pengertian yang lebih baik tentang apa yang

terjadi disaat anda mengalami steres waktu berkomunikasi37.

2.6 Teori Kognitif

2.6.1. Kategorisasi atau Penggolongan

Di kampung Nelayan Teluk memiliki dua kelompok suku

yang berbeda yaitu Suku sunda yang merupakan masyarakat Pribumi,

Kemudian Masyarakat Suku Jawa yang merupakan Masyarakat

pendatang. Dengan melihat terdapatnya dua kelompok suku yang

berbeda, peneliti menggunakan teori kognitif Kategorisasi atau

penggolongan. Teori ini dinilai dapat mendukung proses penelitian

tentang persepsi masyarakat Sunda terhadap Masyarakat pendatang

Jawa

Kategorisasi adalah apabila sesorang mempersepsi orang lain

atau apabila suatu kelompok mempersepsi kelompok lain dan

memasukkan apa yang dipersepsi ke dalam suatu kategori tententu.

Misalnya, seseorang dimasukkan dalam kategori jenis kelamin,

kategori umur, kategori pekerjaan, maupun kategori kelompok

tertentu. 38

Dengan uraian diatas, masyarakat Kampung Nelayan termasuk

kedalam kategori kelompok atau etnis (Sunda dan Jawa). Hal tersebut

akan berdampak adanya persepsi-persepsi terhadap kelompok etnis

37

Prof. DR. Alo Liliweri, M.S. “ Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011 hal 163-164 38

Dayakisni, Tri dan Hudainah. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press. Mendatu, Achmanto. Hal 91

Page 55: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

40

lain. Persepsi yang timbul akan bermacam-macam yaitu persepsi

positif dan negatif.

Kategorisasi terbagi menjadi 2 yakni, “kelompok kita”

(ingroup) dan “kelompok mereka” (outgroup). Ingroup adalah

kelompok sosial dimana individu merasa dirinya dimiliki atau

memiliki. Sedangkan outgroup adalah grup diluar grup sendiri.

Kategorisasi dapat menuju ke ingroup dan outgroup. Apabila ada

kategorisasi kita dan “mereka”, maka akan menimbulkan ingroup dan

outgroup. Seseorang dalam suatu kelompok merasa dirinya sebagai

ingroup dan orang lain dalam kelompok lain sebagai outgroup. Dalam

ingroup, ada beberapa dampak yang dapat timbul, yaitu :

a. Anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih

mempunyai kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota

outgroup. Hal seperti demikian lah yang sering disebut similarity

effect. Jadi keadaan ingroup mempunyai sifat-sifat yang berbeda

dengan outgroup.

b. Kategorisasi ingroup dan outgroup mempunyai dampak bahwa

ingroup lebih favorit daripada outgroup. Ini yang sering disebut

ingroup favoritism effect.

c. Seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogeny

daripada ingroup, baik dalam hal kepribadian maupun dalam hal-

hal lain. 39

39

Ibid hal 92

Page 56: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

41

Melalui kategorisasi kita membuatnya menjadi sederhana dan

bisa kita mengerti. Melalui kategorisasi kita membedakan diri kita

dengan orang lain, keluarga kita dengan keluaga lain, kelompok kita

dengan kelompok lain, etnik kita dengan etnik lain. Pembedaan

kategorisasi ini bisa berdasarkan persamaan atau perbedaan.

Misalnya, persamaan tempat tinggal, garis keturunan, warna kulit,

pekerjaan, kekayaan yang relatif sama dan sebagainya akan

dikategorikan dalam kelompok yang sama. Sedangkan perbedaan

dalam warna kulit, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan,

tingkat pendidikan dan lainnya maka dikategorikan dalam kelompok

yang berbeda. Mereka yang memiliki kesamaan dengan diri kita akan

dinilai satu kelompok dengan kita atau ingroup. Sedangkan yang

berbeda dengan kita akan dikategorikan sebagai outgroup.

Kategorisasi memiliki dua efek fundamental yakni melebih-

lebihkan perbedaan antar kelompok dan meningkatkan kesamaan

kelompok sendiri. Perbedaan antar kelompok yang ada cenderung

dibesar-besarkan dan itu yang sering diekspos sementara kesamaan

yang ada cenderung diabaikan. Di sisi lain kesamaan yang dimiliki

oleh kelompok cenderung sangat dilebih-lebihkan dan itu pula yang

selalu diungkapkan. Sementara itu perbedaan yang ada cenderung

diabaikan.

Kelompok minoritas menilai dirinya lebih similiar dalam

kelompok. Sementara kelompok mayoritas menilai dirinya kurang

Page 57: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

42

similar. Anggota kelompok minoritas juga mengidentifikasikan diri

lebih kuat ke dalam kelompok ketimbang anggota kelompok yang

lebih besar. Kelompok yang minoritas juga menilai dirinya lebih

berada di dalam ancaman dibanding kelompok yang lebih besar.

Keadaan ini menyebabkan kelompok minoritas tidak mudah percaya,

sangat berhati-hati dan lebih mudah berprasangka terhadap kelompok

mayoritas. Kecemasan berlebih itu tidak kondusif dalam harmonisasi

hubungan sosial. Karena sebagaimana dikatakan oleh Islam dan

Hewstone hubungan yang cenderung meningkatkan kecemasan akan

mengurangi sikap yang baik terhadap kelompok lain.

Pengkategorian akan membedakan antara kelompok satu dan

lainnya. Kelompok sendiri akan dinilai baik dibandingkan dengan

kelompok lain. Sedangkan kelompok lain akan dinilai tidak lebih baik

dibandingkan dengan kelompok sendiri. Keadaan seperti ini dapat

menimbulkan konflik karena masing-masing menilai kelompoknya

lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

Oakes, haslam dan Turner menyatakan bahwa kategorisasi

sosial juga akan melahirkan diskriminasi antar kelompok jika

memenuhi kondisi berikut: derajat subjek mengidentifikasi

kelompoknya. Semakin tinggi derajat identifikasi terhadap kelompok

maka semakin tinggi kemungkinan melakuka diskriminasi. Menonjol

tidaknya kelompok lain yang relevan. Bila kelompok lain yang

relevan cukup menonjol maka kecenderungan untuk terjadi

Page 58: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

43

diskriminasi juga besar. Derajat dimana kelompok dibandingkan pada

dimensi-dimensi itu (kesamaan, kedekatan, perbedaa yang ambigu).

Semakin sama, semakin dekat, dan semakin ambigu yang

dibandingkan maka kemungkinan diskriminasi akan menegecil.

Penting dan relevankah membandingkan dimensi-dimensi dengan

identitas kelompok. Semakin penting dan relevan dimensi yang

dibandingkan dengan identitas kelompok maka kemungkinan

diskriminasi juga semakin besar. Status relative ingroup dan karakter

perbedaaan status antar kelompok yang dirasakan. Semakin besar

perbedaan yang dirasakan maka diskriminasi juga semakin mungkin

terjadi. 40

2.7 Kerangka Berfikir

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang

diri. Manusia pada hakikatnya senang bergaul dalam lingkungan masyarakat.

Masyarakat merupakan kumpulan individu yang menetap pada suatu wilayah.

Pada umumnya masyarakat terdiri dari berbagai individu yang berbeda

perilaku, budaya, agama, ras, dan lainnya.

Di Kampung Nelayan memiliki dua suku didalamnya sehingga

terdapat perbedaan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan ciri

budaya tertentu dan hanya budaya itu sendiri yang memahami. Dalam

40

Dayakisni, Tri dan Hudainah. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press. Mendatu, Achmanto. Hal 94

Page 59: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

44

berkomunikasi antarbudaya diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik

agar proses komunikasi tidak ada hambatan.

Masyarakat Kampung Nelayan dalam berkomunikasi menggunakan

bahasa dari setiap masing-masing budaya. Hal tersebut berdampak pada

perbedaan kualitas dalam berkomunikasi. Masyarakat Kampung Nelayan

cenderung lebih menyukai berkomunikasi dengan sesama suku karena

memiliki kesamaan bahasa. Dengan kesamaan bahasa akan lebih mudah

dalam menyampaikan suatu pesan.

Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana persepsi

masyarakat Sunda terhadap masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan

Desa Teluk Kecamatan Labuan Pandeglang.

Page 60: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

45

Dengan uraian tersebut, kerangka berfikir penelitian ini dapat

digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Adapun penjelasan dari kerangka penelitian diatas adalah kolom

pertama merupakan lokasi penelitian yaitu Kampung Nelayan Desa Teluk

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten. Dilanjutkan dengan

kolom dibawah merupakan dua suku yang terdapat di kampung Nelayan

Teluk. Kedua suku tersebut adalah Suku Sunda dan Suku Jawa. Kedua suku

tersebut memiliki Kebudayaan, bahasa dan kepribadian masing-masing yang

berbeda. Masyarakat Kampung Nelayan ini yang menjadi subjek penelitian

ini.

Sunda Jawa

Kebudayaan/bahasa

Kepribadian

Kampung Nelayan Teuk

Kebudayaan/bahasa

Kepribadian

Ingrup

Teori Kognitif: Kategori Suku

Out grup

Persepsi

Page 61: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

46

Anak panah antara kolom sunda dan jawa adalah interaksi antara

keduanya. Kemudian dilanjutkan dengan kolom dibawahnya yang

dimaksudkan peneliti menggunakan teori kognitif dengan kategori suku.

Kategori suku ini kemudian muncul in grup dan out grup yang dalam

penelitian ini, ingrup adalah suku Sunda yang menjadi masyarakat pribumi

kemudian out group adalah masyarakat pendatang Jawa. Karena peneliti

melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Sunda Terhadap

Masyarakat Jawa maka ingroup dan out group ditentukan demikian.

Selanjutnya kolom terakhir yaitu persepsi karena persepsi ini yang

menjadi objek penelitan atau fokus penelitian ini. Bagaimana masyarakat

Sunda mempersepsi masyarakat pendatang Jawa.

Page 62: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian dengan metode kualitatif, seorang peneliti

menjadi instrument kunci penelitian karena peneliti terlibat sepenuhnya

dalam kegiatan penelitian.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik: (a) ilmu-ilmu lunak; (b)

focus penelitian: kompleks dan luas; (c) holistic dan menyeluruh; (d)

subjektif dan perspektif emik; (e) penalaran: dialiktik-induktif; (f) basis

pengetahuan: makna dan temuan; (g) mengembangkan/membangun teori; (h)

sumbangsih tafsiran; (i) komunikasi dan observasi; (j) elemen dasar analisis:

kata-kata; (k) interpretasi individu; (l) keunikan (Danim, 2002:34 dalam

Elvinaro)41.

Penelitian kualitatif merupakan perilaku artistic. Pendekatan dan

filosofis dan aplikasi metode dalam kerangka penelitian kualitatif

dimaksudkan untuk memproduksi ilmu-ilmu “lunak”, seperti sosiologi,

antropologi. Kepedulian utama peneliti kualitatif adalah bahwa keterbatasan

objektivitas dan control sosial sangat esensial. Penelitian kualitatif berangkat

dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Esensinya adalah sebagai

sebuah metode pemahaman atas keunikan, dinamika, dan hakikat holistik dari

kehadiran manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Peneliti kualitatif

41. Elvinaro Ardianto “Metode Penelitian untuk Public Relations” (2010:59)

47

Page 63: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

48

percaya bahwa kebenaran (truth) adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya

melalui penelaahan terhadap orang-orang dan interaksinya dengan situasi

sosial kesejahteraan (Danim,2002:35)42.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif-kualitatif. Metode deskriptif-kualitatif ini mencari teori, bukan

menguji teori; hypothesis-generating, bukan hypothesis testing; dan heuristic,

bukan verifikasi 43. Metode deskriptif-kualitatif adalah menitikberatkan pada

observasi dan suasana alamiah. Peneliti terjun langsung ke lapangan,

bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala,

dan mencatatnya dalam buku observasi dan tidak memanipulasi variabel.

Metode deskriptif-kualitatif tidak jarang melahirkan apa yang disebut

Seltiz, Wrightsman, dan cook (dalam rahmat. 2002) sebagai penelitian yang

insightmulating, yakni peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau

diarahkan oleh teori 44. Peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan

menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang penelitian. Peneliti terus

menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi baru

ditemukan. Dalam metode ini, hipotesis tidak datang sebelum penelitian,

tetapi muncul ketika melakukan penelitian.

Menurut Creswell (2010) dalam Elvinaro, metode deskriptif-kualitatif

termasuk paradigma penelitian post-positivistik. Asumsi dasar yang menjadi

inti paradigma post-positivisme adalah:

42 Ibid hal 59 43 Ibid hlm 60 44Ibid hlm 60

Page 64: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

49

1. Pengetahuan bersifat konjektural dan tidak berlandaskan apapun. Kita

tidak pernah mendapatkan kebenaran absolute. Untuk itu, bukti yang

dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna.

Karena itu, banyak peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat

membuktikan hipotesisnya, bahkan tidak jarang mereka gagal

menyangkal hipotesisnya.

2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian

menyaring sebagian klaim tersebut menjadi klaim-klaim lain yang

kebenarannya jauh lebih kuat.

3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti dan pertimbangan logis. Dalam

praktiknya, peneliti nmengumpulkan informasi dengan menggunakan

instrument pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan atau dengan

melakukan observasi mendalam dilokasi penelitian.

4. Penelitian harus mampu mengembangkan pernyataan yang relevan

dan benar, pernyataan yang dapat menjelaskan situasi yang

sebenarnya atau mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu

persoalan. Dalam penelitian kualitatif, membuat relasi antarvariabel

dan mengemukakan dalam pertanyaan dan hipotesis.

5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif. Para peneliti

harus menguji kembali metode dan kesimpulan yang sekiranya

mengandung bias. Untuk itulah penelitian kualitatif dilakukan. Dalam

penelitian kualitatif, standar validitas dan reabilitas menjadi dua aspek

Page 65: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

50

penting yang wajib dipertimbangkan oleh peneliti (Burbules, dalam

Creswell 2010:10)45.

3.2 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah sample dan

populasi seperti pada penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif menggunakan

informan dalam mengumpulkan data penelitian. Informan merupakan subjek

penelitian yang berperan aktif dalam kegiatan penelitian. Dalam penentuan

informan, peneliti mempertimbangkan dan menilai apakah mereka layak

untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Informan penelitian

merupakan sumber data dalam penelitian, sehingga dalam memilih seseorang

untuk dijadikan sebagai informan harus memiliki pengetahuan yang luas

terhadap apa yang akan diteliti.

Kriteria yang menjadi acuan peneliti dalam menentukan informan

diantarannya:

1. Mereka yang menguasai atau memahami suatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi

juga dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat

pada kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi.

45Elvinaro Ardianto “Metode Penelitian untuk Public Relations” (2010:60-61)

Page 66: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

51

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

kemasannya sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti

sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber. (Sugiyono 2012:57)46.

Dengan dipertimbangkannya kriteria pemilihan informan, peneliti

menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan sendiri siapa

yang menjadi informan kunci dan informan tambahan yang dinilai penulis

mengetahui tentang apa yang akan diteliti. Informan kunci yang dipilih

berjumlah 3 orang masyarakat sunda yang dimana 3 orang tersebut mewakili

tingkatan umur masyarakat Kampung Nelayan Teluk. Selain informan kunci,

ada beberapa informan tambahan berjumlah 4 orang yang berada di tempat

penelitian dan dipilih secara acak untuk menambah data penelitian.

Adapun yang menjadi key informan dalam Penelitian ini adalah:

1. Muhammad Tabaraji

2. Jariah

3. Engga Suwandi

Dan yang menjadi informan tambahan untuk membantu melengkapi

data dalam penelitian ini adalah:

1. Tedi

2. Yayat Hidayaman

3. Mukminin

46Sugiyono “Memahami Penelitian Kualitatif “ 2012:57

Page 67: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

52

4. Siti Rohanah

5. Parmin

Muhammad Tabaraji merupakan nelayan yang kesehariannya menjual

ikan di dekat pelelangan ikan di Kampung Nelayan Teluk. Sedangkan ibu

Jariah merupakan istri dari Ketua RT Kampung Nelayan Teluk dan Engga

Suwandi merupakan pemuda warga Kampung Nelayan Teluk. Ketiga orang

tersebut merupakan orang yang tergolong sering berinteraksi dengan

masyarakat Jawa dan mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi yang berkaitan dengan penelitian. Maka dari itu peneliti memilih

mereka sebagai orang yang yang tepat untuk dijadikan informan kunci pada

penelitian ini. Sedangkan ke empat informan pendukung merupakan orang

yang ketika penelitian berlangsung mereka sering terlihat sehingga peneliti

meminta informasi dari mereka untuk membantu dalam pengambilan data.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

A. Wawancara,

Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data atau

informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar

mendapatkan data lengkap. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kunci

yang telah ditunjuk oleh peneliti. Wawancara mendalam

(intensive/depth interview) adalah teknik mengumpulkan data atau

informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar

Page 68: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

53

mendapatkan data lengkap dan mendalam 47 . Wawancara dilakukan

dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

Pada wawancara mendalam ini, peneliti tidak mempunyai

control atas respon informan. Artinya, informan bebas memberikan

jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, dan tak ada yang

disembunyikan. Agar semua informasi dapat terungkap, peneliti

melakukan wawancara informal agar terkesan seperti sedang

mengobrol.

Wawancara mendalam digunakan untuk subjek yang sedikit

bahkan hanya satu orang saja atau tidak ada ukuran pasti mengenai

banyaknya subjek. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang

mensyaratkan sampel harus dapat mewakili populasi.

Pada wawancara mendalam, peneliti berhenti mewawancarai

hingga ia bertindak dan berfikir sebagai anggota-anggota kelompok

yang sedang diteliti atau jika peneliti merasa data yang terkumpul

sudah jenuh (tidak ada sesuatu yang baru), ia bisa mengakhiri

wawancara48.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara bersifat

tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan data. Selain itu, peneliti juga melakukan

47Elvinaro Ardianto “Metode Penelitian untuk Public Relations” (2010:178) 48 Ibid hlm 178

Page 69: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

54

wawancara secara semi terstruktur dengan mempersiapkan pertanyaan

sebagai pedoman wawancara.

B. Observasi

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam observasi

bersifat partisipan yaitu Peneliti mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti sehingga peneliti melihat sendiri apa

yang sebenarnya terjadi dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti

mencatat apa yang dilihat dan didengar, yang mereka katakan dan

rasakan. Dengan peneliti terjun langsung ke lapangan, data yang

didapat tidak hanya mengenai penelitian yang akan di teliti saja tetapi

data yang diduga ada kaitannya dengan penelitian dapat diperoleh.

Dalam melakukan observasi, peneliti juga dapat menemukan

data yang tidak terungkap dalam wawancara yang bersifat sensitif

sehingga dapat melengkapi data yang telah didapat dari wawancara.

Alat bantu peneliti dalam melakukan observasi menggunakan kamera

untuk merekam segala kegiatan yang terjadi dan juga alat tulis untuk

mencatat apa yang bisa menjadi data dalam penelitian.

C. Study Literatur

Dalam penengumpulan data, peneliti juga menggunakan study

literatur untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian yang

berbentuk buku, skripsi, dokumentasi kegiatan, koran, internet, dan

lainnya.

Page 70: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

55

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti

adalah analisis data yang disampaikan oleh Nasution (2003). Menurut

nasution (2003) dalam Elvinaro, analisis data dalam penelitian kualitatif harus

dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan harus segera

dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Salah satu cara yang

dianjurkan ialah dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

A. Mereduksi data.

Data yang diperoleh dilapangan ditulis dalam bentuk uraian atau

laporang yang terperinci karena data akan terus bertambah. Bila tidak

segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Reduksi data

adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suatu cara yang

dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Reduksi data terjadi

secara berkelanjutan hingga akhir laporan. Dengan kata lain

mereduksi data merupakan kegiatan merangkum/menyusun semua

data yang didapat dengan sistematis agar mempermudah dalam

menganalisis dan juga mencari kembali data bila diperlukan.

B. Men-display data.

Agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari

penelitian, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks,

grafik, networks, dan charts. Dengan demikian peneliti dapat

menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. Dengan

Page 71: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

56

menyajikan data informasi yang tersusun tersebut membolehkan

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data

yang sederhana dan mudah dipahami merupakan cara untuk

menganalisis data deskriptif kualitatif.

C. Penarikan/verifikasi kesimpulan.

Langkah terakhir yang dilakukan dalam menganalisis data adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Sejak awalnya, peneliti

berusaha mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk itu,

peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan lainnya. Dari

data yang diperolehnya sejak awal, peneliti mengambil kesimpulan

yang masih bersifat sementara dan masih diragukan. Akan tetapi

dengan semakin banyak data yang didapat akan memperkuat

kesimpulan peneliti. Selama penelitian berlangsung, peneliti harus

melakukan verivikasi kesimpulan tersebut dengan terus mencari data

baru.

D. Menganalisis data.

Menganalisis data sewaktu pengumpulan data antara lain akan

menghasilkan lembar rangkuman dan pembuatan kode pada tingkat

rendah, menengah (kode pola), dan tingkat tinggi (memo).

E. Membuat lembar rangkuman

Untuk memperoleh inti data, peneliti dapat bertanya, siapa, peristiwa

atau situasi apa, tema atau masalah apa yang dihadapinya dalam

lapangan, hipotesis apa yang timbul dalam pikirannya. Pada

Page 72: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

57

kunjungan berikutnya, informasi apa yang harus ditemukannya dan

hal apa yang harus diberi perhatian khusus.

F. Menggunakan matriks dalam analisis data.

Matriks dapat memberi bantuan yang sangat berguna dalam mengolah

dan menganalisis data yang banyak, yang terdiri dari membentuk

maktriks, menganalisis data matriks. (Nasution, 2003:129-134) dalam

Elvinaro49.

3.5 Uji Validitas

Penelitian dapat dinyatakan valid apabila data hasil yang diperoleh

peneliti sesuai dengan data yang sebenarnnya di lapangan. Maka dari itu

diperlukan uji validitas untuk membuktikan hasil penelitian tersebut sesuai

dengan kenyataan. Begitu juga dengan penelitian pola komunikasi

antarpribadi nelayan ini, diperlukan uji validitas data agar hasil temuan yang

didapat peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Dalam menguji validitas, peneliti menggunakan teknik triangulasi

data. Triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu50.

Tujuan triangulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai

fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunan

49Elvinaro Ardianto “Metode Penelitian untuk Public Relations” (2010:216-217) 50 Moleong, J Lexy “Metode Penelitian Kualitatif” (2000:178)

Page 73: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

58

metode yang berlainan.51 Triangulasi dapat dilakukan dengan membandingkan

antara hasil dua peneliti atau lebih, serta dengan menggunakan teknik

berbeda, misalnya observasi, wawancara, dokumen.

Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil wawancara yang

didapat dari informan dengan melakukan observasi dilapangan. Hal ini

dilakukan apakah hasil wawancara yang didapat sesuai dengan kenyataan.

Selain itu, untuk memperkuat data dilakukan wawancara secara berulang

dengan informan yang sama agar peneliti mengetahui jawaban dari informan

itu konsisten atau tidak. Jika data yang didapat masih belum cukup, peneliti

melakukan wawancara dengan informan pendukung agar memperkuat data

yang didapat dari informan kunci.

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap

Masyarakat Pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Kecamatan

Labuan Kabupaten Pandeglang Banten” ini dilaksanakan di Kampung

Nelayan DesaTeluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi

Banten. Penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Oktober 2014 sampai

dengan selesai.

51Ibid, hal 197

Page 74: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

59

Table 3.1 Jadwal penelitian

NO KEGIATAN BULAN

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Pra Riset:

- Observasi

awal

- Penyusunan

bab I-III

2 Siding Outline

3 Riset Lapangan

4 Penyusunan Bab

IV

5 Penyusunan Bab

V

6 Sidang Skripsi

Page 75: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Labuan merupakan satu kecamatan di kabupaten Pandeglang provinsi

Banten. Labuan lebih dikenal dengan sebutan kota nelayan karena letaknya

dipesisir pantai Selat Sunda. Labuan ujung barat pulau jawa yang berhadapan

langsung dengan selat sunda.

Labuan menjadi daerah strategis sejak zaman dahulu. Bukti sejarah

Labuan sebagai tempat strategis dilihat dari terdapatnya peninggalan sisa

perang dunia kedua yaitu adanya dua bangunan benteng pertahanan sisa

perang zaman Jepang. Tempat bersejarah itu terletak di kelurahan DesaTeluk,

dan Desa Cigondang. Dengan adanya tempat bersejarah itu membuktikan

bahwa jepang memilih daerah Labuan sebagai tempat yang tepat untuk

diduduki. Selain itu, peninggalan sejarah yang terdapat di daerah Labuan

adalah benteng jembatan dua, benteng loterdam, dan kereta api. Sejarah juga

mencatat bahwa pusat pemerintahan pada zaman dahulu terletak di daerah

Caringin yang disebut dengan nama karagenan (Regency Caringin) pada

waktu itu masyarakat dipimpin oleh Regent Boncel.

Sebelum terjadi letusan gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883

Caringin Labuan merupakan ibukota Kabupaten Banten Barat. Gunung

Krakatau menghancurkan daerah Caringin yang berdampak pada

60

Page 76: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

61

dipindahkannya Ibukota kabupaten ke daerah Pandeglang dan berganti nama

menjadi Pandeglang. Sekarang Caringin hanya merupakan suatu Desa.

Dengan adanya sejarah sebagai pusat pemerintahan, sekelompok orang ingin

mengembalikan kejayaan Caringin dengan mendirikan kembali kabupaten

Caringin dan berpisah dengan Pandeglang.

Letak ibukota Pandeglang yang jauh dan tidak meratanya

pembangunan di setiap daerah, menimbulkan dua calon kabupaten yang baru.

Dengan harapan akan terjadi pemerataan ekonomi disetiap daerah. Kabupaten

Pandeglang memiliki luas wilayah yang besar tetapi pusat pemerintahan

terletak di perbatasan dengan kabupaten lain.

4.1.2 Letak Geografis

Kecamatan Labuan memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Carita.

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran.

c) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda.

d) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jiput.

4.1.3 Jumlah Penduduk

Labuan adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di

kabupaten Pandeglang yang memiliki jumlah penduduk 55,850 jiwa dengan

kepadatan 3,566 jiwa/km². Kepadatan penduduk yang sangat tinggi, Labuan

menjadi salah satu pusat perekonomian khususnya dibidang niaga.

Page 77: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

62

DesaTeluk merupakan salah satu Desa yang terletak di kecamatan

Labuan kabupaten Pandeglang. Memiliki jumlah penduduk terpadat kedua

setelah Desa Labuan. Jumlah penduduk DesaTeluk adalah 11.169 jiwa

dengan rincian 5.814 laki-laki dan 5.355 perempuan. DesaTeluk terdiri dari

13 Rukun Warga (RW) dan 32 Rukun Tetangga (RT) dan memiliki total

Kepala Keluarga (KK) berjumlah 2.764 orang.

DesaTeluk dipimpin oleh Bapak Dadi Supiadi selaku Kepala Desa.

Terdapat 14 perKampungan di DesaTeluk dengan sebagian besar terletak di

pesisir pantai kecamatan Labuan. DesaTeluk berbatasan dengan Desa

Labuan, DesaCigondang. Di DesaTeluk terdapat satu tempat pelelangan ikan

dan tempat pengisian bahan bakar kapal.

Kampung Nelayan merupakan tempat bermukim sebagian besar

nelayan Teluk. Sebagian besar penduduk Kampung nelayan merupakan suku

jawa yang telah lama menetap di Teluk dan sebagian lagi suku Sunda. Suku

jawa yang menetap di Kampung nelayan sudah ada puluhan tahun lamanya

sehingga mereka tumbuh semakin banyak di Kampung nelayan.

Kampung nelayan memiliki jumlah kepala keluarga terbanyak di

DesaTeluk dengan total 679 KK dan terbagi menjadi 2 RW, 2 RT. Sehingga

Kampung nelayan memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Dengan

sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan menjadikan Kampung

Nelayan terus terjadi aktivitas selama 24 jam.

Page 78: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

63

Berikut ini rincian jumlah kepala keluarga (KK) yang terdapat di Desa

Teluk Kecamatan Labuan:

NO RT/RW/ALAMAT JUMLAH KK 1 01/01 Kp. Karet 148 2 02/01 Kp. Karet 96 3 01/02 Kp. Karet 84 4 02/02 Kp. Karet 55 5 03/02 Kp. Karet 108 6 01/03 Kp. Karang Tenggang 59 7 02/03 Kp. Umbul Tanjung 88 8 01/04 Kp. Teluk Tengah 84 9 02/04 Kp. Pelelangan 84 10 01/05 Kp. Pelelangan 129 11 02/05 Kp. Tanjung Sari 58 12 01/06 Kp. Cipunten Agung 70 13 02/06 Kp. Cipunten Agung 47 14 03/06 Kp. Cipunten Agung 53 15 04/06 Kp. Cipunten Agung 65 16 01/07 Kp. Lebak Tanjung 72 17 02/07 Kp. Cicadas 54 18 03/07 Kp. Citanggok 65 19 01/08 Kp. Pasir Tanjung 43 20 02/08 Kp. Pasir Tanjung 51 21 01/09 Kp. Perikanan I 75 22 02/09 Kp. Perikanan I 60 23 01/10 Kp. Perikanan II 94 24 02/10 Kp. Perikanan II 69 25 01/11 Kp. Nelayan I 173 26 02/11 Kp. Nelayan I 125 27 01/12 Kp. Nelayan II 215 28 02/12 Kp. Nelayan II 166 29 01/13 Kp. Badongan 130 30 02/13 Kp. Badongan 67 31 03/13 Kp. Badongan 82 JUMLAH 2.764

Sumber: Desa Teluk Labuan

Page 79: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

64

Gambar 4.1

4.2 Deskripsi Data

Fokus pada penelitian ini mengenai persepsi masyarakat sunda

terhadap masyarakat pendatang jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten. Pengumpulan data dalam

penelitian ini, dilakukan dengan cara yaitu wawancara, observasi, dan study

literatur. Data yang dicari dari penelitian ini adalah data yang dapat

menjawab identifikasi masalah penelitian yang telah dipaparkan dalam bab

sebelumnya.

Identifikasi masalah penelitian ini mengenai Bagaimana persepsi

masyarakat suku sunda terhadap masyarakat pendatang jawa di Kampung

Nelayan DesaTeluk Labuan, dan juga Apakah yang menjadi penyebab

terbentuknya prasangka sosial antara masyarakat Sunda terhadap masyarakat

pendatang Jawa.

Page 80: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

65

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, jadi peneliti

menentukan key informan dan informan yang dianggap tahu tentang apa yang

diteliti. Dengan 3 orang perwakilan masyarakat Sunda sebagai informan

kunci. Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan penduduk

sekitar guna mendapatkan informasi yang lebih banyak agar dapat membantu

proses penelitian.

Dalam melakukan wawancara, peneliti mendatangi dan menanyakan

langsung kepada informan kunci mengenai data yang diperlukan dalam

melakukan penelitian ini. Peneliti mencatat dan merekam apa saja yang

disampaikan oleh informan dalam proses wawancara. Data yang didapat dari

informan harus lengkap agar proses penelitian berjalan dengan baik.

Selain wawancara, peneliti melakukan observasi untuk pengumpulan

data penelitian. Observasi dilakukan selama beberapa bulan terhitung dari

bulan Oktober 2014. Observasi dimulai dari pra penelitian guna melihat apa

saja yang terjadi di lapangan, dan mencari masalah yang akan dimunculkan

dalam penelitian. Selama observasi, peneliti mengamati dan menganalisa

bagaimana proses komunikasi di Kampung Nelayan Teluk.

Data dari proses observasi merupakan data pendukung dan penguat

hasil wawancara informan. Data yang didapat dari wawancara dan observasi

kemudian di kumpulkan untuk diolah dan dianalisis sehingga dapat

mengahasilkan kesimpulan mengenai hasil penelitian tentang komunikasi

antarbudaya masyarakat Kampung Nelayan DesaTeluk Kecamatan Labuan

Kabupaten Pandeglang Banten.

Page 81: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

66

4.3 Hasil Penelitian

Peneliti akan memaparkan hasil penelitian yaitu mengenai persepsi

masyarakat suku Sunda terhadap masyarakat pendatang Jawa Kampung

Nelayan DesaTeluk Labuan Kabupaten Pandeglang Banten. Hasil penelitian

ini berdasarkan data yang didapat dari wawancara semiterstuktur dan tidak

terstruktur, serta observasi. Hasil penelitian mengacu pada identifikasi

masalah yang telah dibuat sebelumnya yaitu bagaimana penilaian masyarakat

Sunda terhadap sifat masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan

DesaTeluk Labuan dan reaksi masyarakat Sunda terhadap cara

berkomunikasi masyarakat Jawa.

Dengan adanya masyarakat Jawa yang menetap di Kampung

Nelayan Desa teluk, menjadikan Kampung nelayan memiliki dua suku yang

berbeda. Perbedaan suku ini dapat mudah terlihat karena tempat tinggal

kedua suku terpisah menjadi dua bagian. Mayoritas masyarakat Jawa tinggal

di dekat pelelangan ikan dan mayoritas masyarakat Sunda di dekat SPBU.

Tempat tinggal kedua suku ini dibatasi oleh lapangan dan kantor-kantor

perikanan.

Page 82: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

67

Gambar pemukiman masyarakat Jawa

Gambar pemukiman masyarakat Sunda

Meskipun terpisah tempat tinggal, tetapi kedua suku tersebut berbaur

dikehidupan sehari-harinya. Kampung Nelayan Teluk merupakan tempat

yang tidak pernah sepi karena selama 24 jam terus terjadi interaksi. Kegiatan

melaut tidak seperti pekerjaan yang lain karena setiap waktu tidak ada

hentinya. Siang dan malam masyarakat Kampung Nelayan terus bekerja.

Page 83: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

68

Seperti pernyataan Muhammad Tabaraji ketika berbincang dengan peneliti.

Berikut pernyataannya:

“…Aktifitas Kampung Nelayan terjadi selama 24 jam sehingga Kampung nelayan tidak pernah sepi”. Interaksi kedua suku menurut Muhammad tabaraji hanya sebatas

urusan pekerjaan saja, selain itu jarang terjadi komunikasi. berikut

pernyataannya:

“…Jarang terjadi komunikasi antar suku di Kampung Nelayan Teluk. komunikasi terjadi hanya sebatas pekerjaan, baik kegiatan Nelayan maupun berdagang”. Masyarakat Jawa yang menetap di Kampung Nelayan Teluk berasal

dari beberapa daerah. Seperti yang disampaikan oleh Muhamad Tabaraji

berikut:

“…Suku jawa sudah lama menetap di Kampung Nelayan Teluk. Mereka berasal dari Cirebon, brebes, dan daerah di Jawa Tengah.

4.3.1 Penilaian masyarakat suku Sunda terhadap sifat masyarakat

pendatang Jawa

Setiap orang akan berbeda-beda dalam menilai suatu hal

tergantung dari apa yang dirasakan oleh setiap individu. Begitu pula

dengan penilaian masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa, setiap

masyarakat Sunda akan berbeda dalam mempersepsi masyarakat Jawa.

Seperti yang dijelaskan pada BAB II, dalam proses persepsi

terdapat tiga komponen utama. Yaitu:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

Page 84: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

69

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang

dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi

informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi

Masyarakat Jawa yang menetap di Kampung Nelayan Teluk

mayoritas merupakan Nelayan yang kehidupannya bergantung dari hasil

laut. Pendapatan sehari-hari masyarakat Teluk tidak menentu karena

hasil ikan yang didapat setiap harinya berbeda-beda. Menurut

masyarakat Sunda, orang jawa di Kampung Nelayan Teluk memiliki

kebiasaan berhutang ketika hasil laut sedikit atau cuaca tidak

mendukung.

Selain itu banyak masyarakat Sunda beranggapan bahwa

masyarakat Jawa Teluk memiliki kebiasaan buruk yaitu buang Air Besar

di sekitar pesisir pantai. Sehingga menimbulkan aroma yang tidak sedap.

Seperti yang diungkapkan Engga:

“ ..jorok, suka buang air besar di pesisir pantai. Padahal sudah punya MCK tapi karena kebiasaan dari dulu jadi kebiasaan itu susah dihilangkan”

Page 85: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

70

Hal senada di ungkapkan oleh ibu jariah, berikut

pernyataannya:

“…Jorok, suka buang air besar di pesisir pantai”

Selain memiliki kebiasaaan Jorok dalam hal Buang Air Besar,

Masyarakat Jawa di Kampung Nelayan Teluk memiliki kebiasaan buruk

suka meminum-minuman keras seperti apa yang Tedi ungkapkan ketika

penulis menanyakan kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Berikut jawabannya:

“…suka meminum-minuman keras”

Hal serupa di ungkapkan oleh ibu siti rohmah selaku pemilik

warung di Kampung Nelayan bahwa pemuda Jawa memiliki kebiasaan

meminum-minuman keras .

Selain persepsi negatif, masyarakat Sunda menilai bahwa

masyarakat Jawa memiliki sifat pekerja keras dan tidak memiliki rasa

gengsi dengan pekerjaan yang dijalaninya. Masyarakat Jawa juga dinilai

memiliki kekompakan dan sering bergotong-royong.

Menurut Muhammad Tabaraji, keberadaan masyarakat jawa

dinilai membantu perekonomian di Kampung Nelayan. Karena pada

umumnya Nelayan yang melaut di Kampung Nelayan Teluk mayoritas

orang Jawa. Sehingga menurut beliau masyarakat Jawa yang berada di

Kampung Nelayan Teluk hamper mendominasi.

Dalam berkomunikasi, masyarakat Kampung Nelayan Teluk

memiliki keunikan. Keunikannya adalah bahasa yang digunakan dalam

Page 86: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

71

berkomunikasi menggunakan dua bahasa yang berbeda dalam satu

percakapan. Kedua suku tersebut menggunakan bahasa mereka masing-

masing dalam berinteraksi antar suku.

Kebanyakan dari masyarakat Kampung Nelayan sudah mengerti

dengan bahasa mereka, tetapi mereka cenderung menggunakan bahasa

sendiri-sendiri. Bagi orang yang sudah mengerti bahasa Jawa, hal ini

tidak menjadi masalah sehingga komunikasi berjalan dengan lancar.

Lain halnya dengan masyarakat sunda yang belum mengerti bahasa Jawa

akan merasa pusing dan enggan berkomunikasi. Seperti yang

diungkapkan oleh Muhammad Tabaraji: “lumayan pusing ngobrol

dengan orang Jawa”.

Bahasa Jawa Kampung Nelayan Teluk dinilai masyarakat

Sunda merupakan bahasa yang lebih kasar dibandingkan dengan bahasa

Sunda. Hal ini bisa mengakibatkan kesalah fahaman ketika

berkomunikasi karena bisa saja terjadi salah persepsi ketika

berkomunikasi.

Berbeda dengan orang tua, masyarakat pemuda Kampung

Nelayan cenderung berkubu dalam berinteraksi. Mereka lebih menyukai

bermain dengan sesama suku karena menurut mereka lebih nyaman

ketika berkomunikasi. Mereka tidak saling mengusik antar suku karena

jika ada masalah di antara mereka, akan terjadi perselisihan antar

kelompok suku.

Page 87: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

72

Menurut Engga, masyarakat Jawa cukup menyesuaikan diri

karena mungkin mereka merasa sebagai orang perantau. Tetapi engga

merasa kebingungan dengan bahasa yang digunakan orang Jawa. Seperti

yang diungkapkan berikut:

“ cukup membingungkan, karena mungkin dalam bahasanya yang berbeda jadi kalau ada orang yang ngobrol saya Cuma bisa mendengarkan saja, hanya sedikit berbicara itu pun jika ada bahasa yang dimengerti”. Engga merasa kagum dengan sifat kebersamaan, keuletan dan

kekompakan dalam bekerja. Tapi engga juga merasa bahwa orang jawa

memiliki watak pelit.

“..ada orang jawa kalo sudah punya watak pelit ya pelit banget, kalo yang punya watak baik ya baik banget. Berbeda dengan orang sunda, Alhamdulillah baik semua”

Tetapi pada dasarnya Engga tidak merasa terganggu dengan

keberadaan Masyarakat Jawa dan merasa senang karena di

lingkungannya menjadi beragam suku walupun menurutnya masyarakat

Jawa sudah mendominasi Kampung Nelayan Teluk karena sebagian

besar masyarakat Jawa bekerja sebagai Nelayan.

Engga berpendapat bahwa tidak menjadi masalah ketika

masyarakat Jawa menggunakan bahasanya dalam berkomunikasi. Itu

berarti mereka memegang teguh adat dan bahasanya supaya tidak luntur

meskipun berada di lingkungan luar Jawa. Beliau juga tidak membatasi

ketika berkomunikasi dengan orang Jawa karena orang jawa menurutnya

bukan tipe pemalu untuk memulai dulu mendekati masyarakat Sunda.

Page 88: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

73

4.3.2 Reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat

pendatang Jawa

Komunikasi merupakan suatu cara dimana seseorang melakukan

proses pertukaran pesan, ide, informasi dan lain sebagainya. Komunikasi

juga menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang bertujuan

supaya pesan-pesan tersebut dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang

terlibat didalam komunikasi, dan kemudian dapat tercapai dalam

pengertian yang sama antara penerima komunikasi dan penyampai

komunikasi atau pesan.

Tujuan utama berkomunikasi adalah untuk mengendalikan

lingkungan fisik dan psikologis. Melalui komunikasi, orang

menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak

sosial dengan orang di sekitarnya, dan untuk memengaruhi orang lain

untuk merasa, berpikir, atau berperilaku sebagaimana yang diinginkan.

Sebagai suatu proses, komunikasi bersifat kontinu, berkesinambungan,

tidak memiliki akhir, dinamis, kompleks, dan berubah.

Proses pertukaran pesan terjadi apabila manusia berinteraksi

dalam aktivitas komunikasi. Proses pertukaran pesan yang terjadi di

Kampung Nelayan Desa Teluk diawali dari urusan pekerjaan. Berikut

pernyataan dari Bapak Muhammad Tabaraji selaku pedagang ikan yang

merupakan suku SundaKampung Nelayan Desa Teluk:

Page 89: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

74

“kami berkomunikasi dengan masyarakat suku Jawa jika ada urusan kerja”52

Hal senada diungkapkan oleh Bapak Parmin, selaku masyarakat

kampung Nelayan Desa Teluk asal Brebes Jawa Tengah tentang proses

komunikasi dimulai dari transaksi jual beli ikan. Berikut pernyataanya.

“dalam bekerja biasanya kami lebih sering berkomunikasi dengan masyarakat suku Sunda tapi sehari-hari jarang”53

Berdasarkan hasil penelitian, proses komunikasi yang terjadi

pada masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk terbagi menjadi dua

yaitu komunikasi interaktif dan komunikasi transaksional. Proses

komunikasi interaktif adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan sehingga adanya timbal balik antara

komunikator dan komunikan. Komunikasi transaksional adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus

menerus dalam sebuah episode komunikasi.

Proses komunikasi interaktif terjadi apabila proses pengiriman

dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok

kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

secara seketika. Kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung

antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap

muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya.

Pentingnya situasi komunikasi antar suku ialah karena prosesnya 52Wawancara dengan Muhammad Tabaraji selaku nelayan suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015. 53Wawancara dengan Bapak Parmin selaku nelayan suku Jawa penduduk pendatang kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015.

Page 90: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

75

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang

berlangsung secara dialogis menjadi lebih baik daripada secara

monologis.

Dalam proses komunikasi antar suku, komunikasi relatif lebih

dinamis karena bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-

sama aktif saling mempertukarkan pesan, mengirim dan menerima

pesan untuk dimaknai dan ditanggapi. Komunikasi secara tatap muka

memungkinkan setiap orangnya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Dengan demikian

komunikasi antar suku yang dinamis, sama-sama aktif saling

mempertukarkan pesan dan menangkap reaksinya secara langsung, hal

ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak

Muhammad Tabaraji selaku nelayan warga masyarakat Kampung

Nelayan Desa Teluk yang menyatakan bahwa awal percakapan dimulai

tergantung pada situasi dan kondisi. Berikut pernyataanya.

“ … yang memulai ngajak berbicara, kadang saya dulu nawirin ikan atau kadang-kadang pembeli, pokoknya tergantung keadaan kesibukan pada saat itu. Kalau lagi santai, sering kami cacahan (ngobrol) dulu tidak langsung pada tujuannya”54

Komunikasi transaksional yang terjadi pada masyarakat suku

Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus

menerus dalam transaksi jual beli, pekerjaan, dan kehidupan

bermasyarakat. Komunikasi transaksional berarti proses yang terjadi 54Wawancara dengan Bapak Mukminin selaku nelayan suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 6 Juni 2015.

Page 91: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

76

bersifat kooperatif, pengirim dan penerima sama-sama bertanggung

jawab dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Hal ini

mengisyaratkan bahwa komunikasi transaksional ini lebih sering

digunakan kelompok suku Sunda atau Jawa dala urusan pekerjaan atau

jual beli atau perdagangan. Dalam komunikasi yang terjadi pada

masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk dapat

dipahami dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih.

Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif.

Kehidupan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa

Kampung Nelayan Desa Teluk tidak ada satupun yang tidak dapat

dikomunikasikan. Dalam model ini komunikasi merupakan upaya untuk

mencapai kesamaan makna. Apa yang dikatakan seseorang dalam

sebuah transaksi sangat dipengaruhi pengalamannya dimasa lalu. Proses

komunikasi yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa

Kampung Nelayan Desa Teluk adalah bagaimana masyarakat suku

Jawa atau Sunda menyampaikan pesan kepada seseorang atau

kelompok, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan

untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan

komunikasi pada umumnya).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

pertukaran pesan terdiri atas unsur komunikator, komunikan, pesan,

media, efek atau umpan balik, suasana, dan gangguan. Begitupun

Page 92: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

77

proses pertukaran yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa

Kampung Nelayan Desa Teluk sebagai berikut: komunikator memiliki

gagasan atau pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada

komunikan, lalu komunikator membuat atau menyusun sandi-sandi

(encoding) untuk menyatakan maksud dalam bentuk kata-kata atau

lambang, perkataan dan lambang-lambang (pesan) disalurkan melalui

media, kemudian komunikan menguraikan atau menafsirkan pesan yang

dikirimkan oleh komunikator, dan akhirnya komunikan member

tanggapan.

Komunikator atau pengirim pesan yang terjadi pada masyarakat

suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk adalah individu

atau kelompok suku Sunda atau Jawa. Bahasa yang digunakan

tergantung dari yang mengawali komunikasi, bisa menggunakan bahasa

Sunda atau Jawa. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan

efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Materi pesan yang dikirim

dan diterima oleh komunikator dan komunikan yang terjadi pada

masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk

berbentuk informasi, ajakan, rencana kerja, dan pertanyaan.

Pada tahap pengiriman pesan yang terjadi pada masyarakat suku

Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk membuat kode atau

simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya

seorang nelayan menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan

anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya).Tujuan

Page 93: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

78

penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah

sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

Media atau alat untuk penyampaian pesan yang digunakan oleh

masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk

diantaranya adalah paguyuban nelayan, paguyuban nelayan suku Jawa,

paguyuban nelayan suku Sunda, papan informasi nelayan, papan

informasi Kampung, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat

dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima

pesan,dan situasi.

Umpan balik yang digunakan oleh masyarakat suku Sunda dan

Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk disampaikan oleh penerima pesan

atau orang lain yang bukan penerima pesan. Umpan balik yang

disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan umpan

balik langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan

sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.

Umpan balik yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan

pemberi umpan balik terhadap perilaku maupun ucapan penerima

pesan. Pemberi umpan balik menggambarkan perilaku penerima pesan

sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Umpan balik bermanfaat

untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan

pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta

keterbukaan diantara komunikan, umpan balik juga dapat memperjelas

persepsi.

Page 94: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

79

Hubungan informal masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk

ini lebih menekankan pada aspek ekonomi-perdagangan. Keberagaman

dalam aspek ekonomi-perdagangan ini jelas sangat terlihat dalam

kehidupan kita sehari-hari yang melibatkan suku Sunda dan Jawa. Pada

konteks ini akan melahirkan proses komunikasi antarpribadi

dan antarbudaya yang menuntut satu sama lain saling memahami.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa

orang informan kunci, peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi

hambatan komunikasi pada masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk

diantaranya adalah gangguan mekanik, gangguan semantik, prasangka dan

stereotip.

Hambatan komunikasi antarsuku masyarakat Kampung Nelayan

Desa Teluk yang pertama adalah gangguan mekanik yang terdapat di

Kampung Nelayan Teluk adalah suara ombak, suara kapal, dan gangguan

suara ramainya aktifitas jual belidi pelelangan ikan Teluk.Gangguan-

gangguan tersebut menuntut masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk

baik suku Jawa maupun suku Sunda menggunakan nada bicara lebih

tinggi.

Mereka yang berasal dari suku Jawa mestinya menggunakan

intonasi bicara yang lembut akan tetapi bisa juga dengan nada kasar jika

dalam hal-hal tertentu, bisa menyesuaikan dengan mereka dari suku Sunda

yang mayoritas nada bicara tinggi. Ada hambatan yang mereka jumpai jika

dari suku Jawa bertemu dengan suku Sunda. Hal ini terjadi karena orang

Page 95: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

80

dari suku Jawa terbiasa dengan nada bicara rendah dan melengking agak

susah untuk bisa beradaptasi dengan suku Sunda. Apabila mereka

berkomunikasi ada hal-hal kecil yang mencuat yang akan membuat

suasana sedikit keruh. Dari sinilah tercermin bahwa karakteristik masing-

masing budaya mempengaruhi proses berlangsungnya interaksi atau

komunikasi. Karakter masing-masing budaya yang berbeda yang akan

hidup berdampingan akan memberikan out put yang berbeda pula. Ketika

komunikasi antar budaya berlangsung, persepsi masing-masing individu

yang memiliki berbeda pemikiran, menimbulkan respon balik yang

beragam. Ketika satu orang memberi stimulus atau informasi, belum tentu

semua orang bisa memahami maksudnya yang ingin disampaikannya sama

dengan apa yang ia pikirkan.

Hambatan komunikasi antarsuku masyarakat Kampung Nelayan

Desa Teluk yang kedua adalah gangguan semantik yang paling mendasar

yang terdapat di Kampung Nelayan DesaTeluk adalah penggunaan bahasa

dalam menyampaikan pesan.Dalam berkomunikasi banyak hal yang

mungkin kita anggap remeh, akan tetapi sebenarnya hal-hal yang mungkin

kita angap sepele akan mengakibatkan hal yang mungkin tidak kita

sangka. Seperti halnya ketika orang dari suku Jawa di Kampung Nelayan

yang relatif masih muda, ketika mereka berdialong dengan orang yang

lebih tua dari suku, banyak diantara mereka (suku Jawa) tidak bisa

mengunakan bahasa yang selayaknya mereka gunakan ketika berbicara

dengan lawan bicara pada orang suku Sunda yang lebih tua. Walaupun

Page 96: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

81

mereka mengetahui bahasa dari suku yang lain, akan tetapi mereka tidak

mengetahui bahasa yang lazim atau selayak digunakan. Maka ketika

mereka berdialong, kesannya mereka meremehkan senior, sehingga

kadang hal tersebut mengundang datangnya konflik antar personal. Seperti

pernyataan berikut “bade kamana maneh?” (mau kemana kamu?). Dalam

bahasa Sunda, kata „maneh‟ yang digunakan komunikator ini tidak tepat

jika digunakan untuk orang yang lebih tua tetapi cocok untuk yang sebaya

atau lebih muda. Suku Sunda akan merasa tersinggung dan dimungkinkan

menimbulkan konflik jika tidak saling memahami. Kalimat tanya untuk

orang yang lebih sebaiknya “bade kamana kang?” atau “bade kamana

Pa?”.

Kampung Nelayan Desa Teluk kecamatan Labuan kabupaten

Pandeglang dihuni oleh masyarakat suku Jawa dan suku Sunda. Dalam

kesehariannya, mereka berkomunikasi mengunakan dua bahasa tergantung

pada komunikator yang mengawali komunikasinya. Ketika mereka berada

dalam komunitas mereka, suku Jawa berkumpul dengan sesama mereka,

mereka akan berbicara dengan mengunakan bahasa Jawa. Begitu juga

dengan suku Sunda, ketika mereka berkumpul dengan sesama mereka,

mereka akan mengunakan bahasa Sunda. Namun, jika mereka

berkomunikasi dengan suku yang berbeda, mereka menggunakan bahasa

yang menyampaikan pesan terlebih dahulu. Ada hal yang unik disini,

mereka memang tidak pernah mengetahui apa itu teori komunikasi yang

efektif jika menghadapi massa yang sangat heterogen, namun mereka

Page 97: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

82

mampu menciptakan kehidupan yang harmonis, walaupun memang

terkadang komunikasi yang terjalin kurang efektif.

Di samping itu, terdapat stimulus yang disampaikan dengan hal-hal

yang unik yaitu dengan bahasa-bahasa nonverbal, hal ini bisa disampaikan

dengan adanya reaksi yang nampak dari mimik wajah seseorang yang

sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Jika seseorang berbicara

walaupun dengan nada bercanda, akan tetapi kita bisa melihat apa yang

ingin ia sampaikan apakah hanya senda gurau semata ataukah serius, kita

bisa mengetahuinya dengan ekspresi wajah yang ditampilkannya. Kadang

bahasa nonverbal seseorang adalah hal yang sebenarnya ingin

disampaikannya. Bahasa tubuh itu bisa timbul dengan sendirinya jika

seseorang itu merasakan ada hal yang nyaman (akan timbul ekspresi wajah

senang) dan hal-hal yang tidak nyaman (dengan ekspresi wajah kecewa

atau sedih).

Hambatan komunikasi antar suku masyarakat Kampung Nelayan

Desa Teluk yang ketiga adalah prasangka. Kelompok masyarakat suku

Sunda dan suku Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk masing-masing

memiliki prasangka negatif terhadap kelompok lain. Kelompok suku

Sunda tidak ingin dikalahkan secara kedudukan, secara ekonomi, dan

status sosialnya oleh kelompok pendatang suku Jawa. Begitupun

kelompok suku Jawa, ingin bersaing dan bahkan mengalahkan penduduk

aslinya. Mereka merantau ke Kampung Nelayan ini untuk memperbaiki

ekonomi keluarga dan status sosial. Ketika kelompok suku Sunda

Page 98: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

83

berkumpul, kelompok suku Jawa merasa curiga bahwa mereka akan

menyisihkan kelompok suku lain, begitupun sebaliknya. Walupun sesekali

terjadi gesekan-gesekan dengan adanya perbedaan persepsi, namun dalam

kehidupan nyata, jika dari suku Sunda menyelengarakan acara dengan adat

mereka, mereka juga melibatkan suku Jawa untuk berpartisipasi. Dari situ

mencerminkan bahwa komunikasi yang mereka jalani selama ini bisa

berlangsung dengan baik walaupun memang sesekali ada konflik dan

akhirnya bisa mereka akhiri dengan cara yang cukup arif.

Untuk mewujudkan komunikasi yang baik atau efektif dengan latar

belakang budaya yang berbeda, tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Akan

tetapi juga tidak semudah anggapan banyak orang. Karena memang

masing-masing hal memiliki tingkat kesulitan dan memiliki titik

kemudahan yang berbeda. Tidaklah asing lagi jika dalam segala hal atau

bidang akan ditemui kecocokan dan ketidakcocokan. Dalam

berkomunikasi banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak juga

kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Karakter masing-masing

individu mewarnai komunikasi yang dijalin oleh manusia itu sendiri.

Karakter yang keras harus bisa menyesuaikan dengan orang lain yang

berkarakter lemah lembut. Orang yang memiliki karakter lemah lembut

juga harus bisa memahami dan mengerti mereka yang berkarakter keras.

Masyarakat Kampung Nelayan Teluk memiliki dua bahasa dalam

berkomunikasi yang disebabkan terdapat dua suku yang menetap di

Kampung Nelayan Teluk. Dalam berkomunikasi masyarakat Kampung

Page 99: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

84

Nelayan Teluk sering kali mengalami kesulitan karena perbedaan bahasa

yang digunakan. Kesulitan berkomunikasi dengan suku lain dirasakan oleh

Muhammad Tabaraji, seorang pedagang ikan yang merupakan warga asli

Kampung Nelayan Teluk. Berikut pernyataannya:

“ Masyarakat suku Jawa engak mau menggunakan bahasa sunda atau bahasa Indonesia, jadi lumayan terjadi kesulitan dalam berkomunikasi dengan suku Jawa”55

Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat Jawa

tidak mau menggunakan bahasa sunda atau bahasa Indonesia. Sehingga

masyarakat Sunda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Suku pendatang Jawa telah bertahun-tahun menetap dan

berkeluarga di Kampung Nelayan Teluk sehingga jumlah penduduk

pendatang semakin lama semakin bertambah. Penduduk pendatang Jawa

mayoritas berasal dari brebes dan juga Cirebon. Mereka menetap di

Kampung Nelayan Teluk dikarenakan Kampung Nelayan Teluk

merupakan pusat perikanan di kabupaten Pandeglang yang masih memiliki

potensi sumberdaya alam laut yang besar.

Penduduk pendatang Jawa di Kampung Nelayan Teluk dalam

berkomunikasi sehari-hari tetap menggunakan bahasa jawa meskipun

mereka telah lama tinggal di wilayah Pandeglang. Bahasa asli Kabupaten

Pandeglang merupakan bahasa sunda. Bahasa sunda Pandeglang tergolong

lebih kasar dengan bahasa sunda dari daerah jawa barat yang terkenal

halus.

55Wawancara dengan Bapak Muhammad Tabaraji selaku nelayan asal suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015.

Page 100: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

85

Penduduk Jawa Kampung Nelayan Teluk sebenarnya mengerti

dengan bahasa yang disampaikan oleh masyarakat Sunda. Seperti yang

disampaikan oleh Parmin, masyarakat Kampung Nelayan asal Jawa

Brebes. Berikut pernyataannya:

“saya mengerti bahasa Sunda tetapi sulit diucapkan, kadang-kadang saya juga menggunakan bahasa sunda tetapi campuran karena tidak terlalu mengerti”56

Kurangnya pemahaman mereka terhadap bahasa dan budaya

diantara suku yang berbeda, tidak heranlah jika riak-riak dalam

berinteraksi sesekali akan timbul. Berdasarkan banyak pengalaman

yang sering mereka temukan adanya selisih faham diantara mereka

adalah karena generasi muda saat ini banyak tidak mengenal budaya,

bahasa, dan kebiasaan dari etnis mereka maupun etnis yang berbeda.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, setiap

masyarakat sunda memiliki persepsi yang berbeda terhadap orang Jawa di

Kampung Nelayan Teluk. Setiap individu memiliki penafsirannya sendiri

sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Pareek(1996:13) dalam alex sobur memberikan definisi yang

leebih luas ihwal persepsi ini; dikatakan, “persepsi dapat didefinisikan

sebagai preoses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan,

menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau 56Wawancara dengan Bapak Parmin selaku nelayan suku Jawa penduduk pendatang kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 6 Juni 2015.

Page 101: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

86

data”. Dalam penelitian ini, penilaian masyarakat Sunda terhadap

masyarakat Jawa sangat beragam begitu pula dengan reaksi masyarakat

Sunda terhada sikap masyarakat Jawa.

Terdapat masyarakat yang lebih cenderung menyukai

berkomunikasi dengan sesama suku. Mereka beralasan karena lebih

memiliki kedekatan baik dalam hal sifat, bahasa, dan kebudayaan. Mereka

menilai kalau berkomunikasi dengan sesama suku memiliki kesamaan

sedangkan dengan suku lain memiliki perbedaan. Sehingga dalam

mempersepsi suku lain akan di samar ratakan sifatnya .

Proses pertukaran pesan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda

dan suku Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk terjadi secara tatap muka

dengan tujuan menyampaikan pesan, ide, informasi dan lain-lain, baik

secara verbal maupun non verbal. Hal ini senada dengan pendapat Dedy

Mulyana yang mengatakan bahwa proses komunikasi merupakan suatu

cara dimana seseorang melakukan proses pertukaran pesan, ide, informasi

dan lain sebagainya57. Komunikasi dapat juga menggunakan simbol-simbol

atau lambang-lambang bertujuan supaya pesan-pesan tersebut dapat

dimengerti oleh pihak-pihak yang terlibat didalam komunikasi, dan

kemudian dapat tercapai dalam pengertian yang sama antara penerima

komunikasi dan penyampai komunikasi atau pesan.

Komunikasi transaksional adalah proses pengiriman dan

penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah

57 Deddy Mulyana.2000. Komunikasi Organisasi. PT Remaja Rosda Karya, hal 86.

Page 102: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

87

episode komunikasi. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran

dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal

transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun

nonverbal. Hal ini sejalan dengan pandangan model komunikasi

transaksional berarti proses yang terjadi bersifat kooperatif, pengirim dan

penerima sama-sama bertanggung jawab dampak dan efektivitas

komunikasi yang terjadi. Dalam model ini komunikasi hanya dapat

dipahami dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih. Pandangan

ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada

satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Dalam model ini komunikasi

merupakan upaya untuk mencapai kesamaan makna. Apa yang dikatakan

seseorang dalam sebiah transaksi sangat dipengaruhi pengalamannya

dimasa lalu. Misalnya, seorang nelayan banyak berkata tentang melaut;

alat apa yang harus dipersiapkan untuk menangkap ikan, bagaimana cara

menangkapnya, usaha apa saja untuk mengawetkan ikan hasil

tangkapannya, dan harga ikan di pasaran. Dipastikan orang yang berbicara

banyak tentang ikan di laut ini adalah seorang nelayan.

Komunikasi transaksional membangun kesadaran kita bahwa

antara pesan satu dengan pesan yang lain saling berhubungan, saling

ketergantungan. Asumsi model ini adalah ketika komunikasi terjadi terus

menerus, kita akan berurusan dengan elemen verbal dan non verbal,

artinya para komunikator sedang menegosiasikan makna. Ketika kita

mendengarkan seseorang yang berbicara, sebenarnya pada saat itu bisa

Page 103: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

88

saja anda pun mengirimkan pesan secara nonverbal (isyarat tangan,

ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya) kepada pembicara tadi. Anda

menafsirkan bukan hanya kata-kata pembicara tadi, juga perilaku

nonverbalnya. Dua orang atau beberapa orang yang berkomunikasi, saling

bertanya, berkomentar, menyela, mengangguk, menggeleng, mendehem,

mengangkat bahu, memberi isyarat dengan tangan, tersenyum, tertawa,

menatap, dan sebagainya, sehingga proses penyandian (encoding) dan

penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan di antara orang

orang yang terlibat dalam komunikasi. Semakin banyak orang yang

berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Bila

empat orang peserta terlibat dalam komunikasi, akan terdapat lebih banyak

peran, hubungan yang lebih rumit, dan lebih banyak pesan verbal dan

nonverbal. Contohnya, ketika seorang nelayan suku Sunda sedang

menceritakan pengalamannya sebagai nelayan mungkin temannya yang

berasal dari suku Jawa merasa kesulitan memahami kata-kata temannya,

hanya diam mendengarkan sambil mengerutkan dahi. Melihat ekspresi

seperti itu, kemungkinan komunikator akan menjelaskan kata-kata sulit

tersebut kemudian meneruskan pembicaraan. Dalam pembicaraan mereka

terjadi pertukaran tidak hanya elemen verbal tetapi elemen nonverbal juga.

Disini elemen nonverbal memiliki kedudukan sama pentingnya dengan

elemen verbal.

Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena

makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.

Page 104: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

89

Penafsiran atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang

dikemukakan mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan-pesan,

dan pada gilirannya, mengubah penafsiran atas pesan-pesannya, begitu

seterusnya. Menggunakan pandangan ini, tampak bahwa komunikasi

bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai

transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang

mungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara

langsung. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah

bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang

disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi

apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, bahkan meskipun

menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri,

mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan,

semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis

pesan. Gaya pakaian dan rambut, ekspresi wajah, jarak fisik, nada suara,

kata-kata yang digunakan, semua itu mengkomunikasikan sikap,

kebutuhan, perasaan dan penilaian.

Proses dimulai percakapan masyarakat Kampung Nelayan Desa

Teluk terjadi dalam hal pekerjaan. Menurut Mulyana, komunikasi

interpersonal atau antarpribadi sebagai komunikasi antara orang-orang

secara tatap-muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap

reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non-verbal.

Page 105: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

90

Komunikasi interpersonal yang dinamis, sama-sama aktif saling

mempertukarkan pesan dan menangkap reaksinya secara langsung.

Page 106: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai stereotip masyarakat Sunda

terhadap masyarakat pendatang Jawa Kampung Nelayan DesaTeluk

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten, maka peneliti dapat

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat beberapa penilaian masyarakat sunda terhadap sifat

masyarakat pendatang jawa di Kampung Nelayan teluk. Mayoritas

penduduk sunda Kampung Nelayan Teluk Labuan memandang bahwa

masyarakat Jawa memiliki kebiasaan yang jorok seperti buang air

besar (BAB) di pesisir pantai. Mereka juga menilai masyarakat Jawa

tidak memikirkan penampilan atau menggunakan pakaian dengan

seadanya. Kebiasaan masyarakat Jawa Teluk suka meminum minuman

keras di pesisir pantai. Selain kebiasaan tersebut negatif, menurut

masyarakat sunda Kampung Nelayan Desa Teluk masyarakat jawa

dinilai memiliki semangat bekerja yang lebih tinggi dibandingkan

dengan orang sunda dan masyarakat Jawa tidak memandang gengsi

dalam bekerja/tidak memilih pekerjaan. Masyarakat jawa sudah dari

usia sekolah bekerja, mereka membantu orang tuanya mencari ikan di

laut. Masyarakat Jawa Kampung Nelayan Teluk memiliki kekompakan

91

Page 107: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

92

yang sangat baik dengan masyarakat lain baik terhadap masyarakat

Jawa maupun Sunda.

b. Reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat

Jawa di Kampung Nelayan teluk sangat beragam. Pada umumnya

masyarakat sunda sangat terbuka terhadap orang jawa. Mereka tetap

menerima kehadiran masyarakat jawa yang berada di lingkungan

masyarakat sunda meskipun ada beberapa masyarakat yang menilai

masyarakat sunda secara negatif.. Masyarakat sunda dan jawa di

Kampung Nelayan tetap hidup rukun tanpa mengusik satu sama

lainnya. Dalam berkomunikasi, Masyarakat sunda Kampung Nelayan

Teluk Labuan menilai cara berkomunikasi orang jawa terkesan seperti

marah-marah karena menggunakan bahasa jawa yang kasar dan

intonasi suara yang tinggi. Masyarakat Jawa Kampung Nelayan Teluk

Labuan tetap menggunakan bahasa jawa meskipun sedang

berkomunikasi dengan orang sunda.

Dalam berkomunikasi antar suku, Sebenarnya keduanya sudah saling

mengerti bahasa yang digunakan masing-masing tetapi mereka tetap

menggunakan bahasa daerah asal mereka karena mereka lebih nyaman

menggunakan bahasa daerah. Dalam berinteraksi, Kedua suku tidak

saling membatasi diri satu dengan yang lainnya. Dengan kesamaan

dalam bekerja dan Kampung Nelayan Teluk merupakan pusat

perikanan sehingga intensitas kudua suku dalam berinteraksi sangat

Page 108: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

93

tinggi. Maka dari itu diperlukan hubungan yang baik antar kedua belah

pihak.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian komunikasi antarbudaya Masyarakat

Kampung Nelayan, peneliti mendapati beberapa masalah terkait komunikasi

antar suku. Peneliti membuat beberapa saran yang diharapkan dapat memberi

masukan terhadap masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berkomunikasi

antarsuku. Adapun saran peneliti adalah sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoritis

a. Ilmu komunikasi antarbudaya dapat lebih mengembangkan cara

mengenai bagaimana berkomunikasi antarsuku dan menjaga

hubungan baik dengan suku lain.

b. Diperlukan upaya-upaya dalam komunikasi antarsuku untuk

mengurangi hambatan perbedaan bahasa dengan menggunakan

bahasa yang sama atau dengan memperlambat intonasi dalam

berbicara.

5.2.2 Saran Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam penelitian

komunikasi antar suku dalam lingkungan masyarakat.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pembelajaran dalam

berkomunikasi disatu lingkungan masyarakat yang berbeda bahasa.

Perbedaan bahasa sangat rentan terhadap konflik dan menjadi

Page 109: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

94

hambatan dalam berinteraksi dengan warga lain yang berbeda

bahasa. Maka diperlukan satu bahasa yang saling dimengerti oleh

kedua suku atau dengan bahasa masing-masing suku tetapi secara

perlahan agar saling mengerti maksud dari pesan yang disampaikan.

c. Penelitian mengenai komunikasi antar suku ini diharapkan dapat

merubah sikap etnosentris yang ada pada diri ketika melakukan

komunikasi dengan orang yang berbeda suku dan bahasa.

5.2.3 Saran Empiris

a. Terkait dengan perbedaan bahasa di Kampung Nelayan Teluk,

peneliti menyarankan agar masing-masing suku tidak memaksakan

kehendak dengan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh

suku lain. Menggunakan bahasa dari suku lain jika mengerti bahasa

mereka agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Jika tidak

mengerti, gunakanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang

dimengerti oleh kedua suku.

b. Perbedaan bahasa sangat berpengaruh terhadap berhasil atau

tidaknya komunikasi yang dilakukan. Maka perlu diperhatikan

bahasa yang digunakan agar komunikasi dapat berlangsung dengan

baik sehingga dapat menjaga keharmonisan hubungan antar suku.

c. Saran berikutnya kepada masyarakat yang telah menggunakan

bahasa yang sama ketika berkomunikasi antar suku agar

mempertahankan agar dapat di ikuti oleh masyarakat lain.

Page 110: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

95

d. Peneliti menyarankan agar masyarakat Kampung Nelayan Teluk agar

tidak membeda-bedakan ketika melakukan komunikasi dan

Perbedaan bahasa jangan dijadikan suatu hambatan dalam

berkomunikasi dengan suku lain.

Page 111: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Oemi. 2001. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Davis Gordon B, 1997, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: PT Pustaka

Binaman Pressindo Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: PT Mandar Maju. -----------------------------.2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT

Citra Aditya Bakti. -----------------------------. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. Koentjaraningrat, 2010, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta:

Djambatan Liliweri, Alo, 2011, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Bandung: Kencana

Predana Media Group Moleong, Lexy J, 2007 . Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Mulyana, Deddy, 2000,Komunikasi Organisasi, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya -----------------------. 2008, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Mulyana dan Jalaluddin, 2005, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Bandun g: PT Remaja Rosdakarya Pace, R. Wayne dan Faules, Don F. 2000.Komunikasi Organisasi Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jallaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. -------------------------. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Sarwono, Sarlito, Wirawan. 2005. Psikologi Sosisal Psikologi Kelompok dan

Psikologi Terapan. Jakarta : Balai Pustaka

Page 112: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

97

Siahaan, S. M. 1991. Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya.Jakarta : PT

BPK Gunung Mulia. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia Susanto, Astrid S.1991.Komunikasi Dalam Teori dan Praktek.JilidI.Bandung :

Bina Cipta. Umar, Husein. 2001. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Wiryanto. 2004.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarna Indonesia.

Sumber internet:

http://www.academia.edu/8129881/7_UNSUR_KEBUDAYAAN 10/12/2015 10:35 AM

Page 113: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

98

LAMPIRAN

Page 114: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

99

Pedoman Wawancara

1. Identitas informan

Nama Informan :

Usia Informan :

Pekerjaan :

2. Komponen utama proses persepsi

a. Seleksi

Mencari jawaban dari pertanyaan: Bagaimana proses

masyarakat sunda menyaring setiap rangsangan alat indera

terhadap masyarakat Jawa di Kampung Nelayan Teluk.

b. Interpretasi

Mencari jawaban dari pertanyaan: Bagaimana masyarakat

Sunda mengorganisasikan informasi tentang masyarakat Jawa

dan mengartikannya.

c. Reaksi

Mencari jawaban dari pertanyaan: Bagaimana reaksi

masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa.

Page 115: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

100

Draft Pertanyaan Wawancara Infoman

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

4. Bagaimana penilaian anda mengenaicara berkomunikasi suku jawa ?

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Page 116: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

101

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Page 117: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

102

Draft Wawancara

Narasumber: Muhammad Tabaraji

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

Jawabannya: karena masyarakat jawa sebagai nelayan, maka mereka

membantu pendapatan hasil laut

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Ramah, Baik tapi ada juga yang engga.

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

Jawabannya: Sama saja seperti orang jawa lain. Bahasanya saja yang

berbeda.

4. Bagaimana penilaian anda mengenai cara berkomunikasi suku jawa ?

Jawabannya: Berbahasa jawa sehingga sulit di mengerti maksudnya.

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

Jawabannya: Mengerti sedikit-sedikit, karena sudah tebiasa mendengar

bahasanya.

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Agak canggung, takut salah berbicara. Karena kurang begitu

mengerti bahasanya.

Page 118: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

103

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Bahasa jawa yang agak rumit, caa mengucapnya pun sulit.

Berbeda dengan bahasa sunda.

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Jawabannya: Berlayar kelaut karena sebagian besar sebagai nelayan, dari

kecil mereka sudah kelaut. Banyak yang memilih bekerja dibandingkan

dengan sekolah.

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

Jawabannya: Biasa saja, karena sudah dari kecil tinggal dengan orang

jawa.

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

Jawabannya: Baik, karena saya tidak mau berselisih dengan mereka.

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

Jawabannya: Baik-baik saja, tetapi jika salah satu dari mereka ada

masalah, semua orang akan telibat.

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Sangat membantu perekonomian disini.

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

Jawabannya: Tidak ada

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

Tidak ada, sama saja

Page 119: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

104

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

Jawabannya: Pernah, diselesaikan secara kekeluargaan

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Tidak merasa terganggu.

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

Jawabannya: Hampir, karena masyarakat jawa disini sudah lama tinggal

dan memiliki keturunan.

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Jawabannya: Lumayan Pusing dalam berkomunikasi.

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

Jawabannya: Tidak, karena saya bekerja berbaur dengan orang Jawa.

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

Jawabannya: Biasa saja, sama seperti masyarakat Sunda.

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Jawabannya: pekerja keras, tidak gengsi dalam memilih pekerjaan.

Page 120: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

105

Draft Wawancara

Nasumber: Jariah

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

Jawabannya: Masyarakat jawa banyak mengeluh kalau tidak kelaut.

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Banyak, karena setiap hari berkumpul dengan orang Jawa.

Mereka baik, kompak.

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

Jawabannya: Bahasanya berbeda, lebih kasar dari pada bahasa jawa yang

lain.

4. Bagaimana penilaian anda mengenai cara berkomunikasi suku jawa ?

Jawabannya: memakai bahasa Jawa, jadi agak sulit kalau tidak mengerti

bahasanya.

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

Jawabannya: Mengerti, karena sudah lama tinggal

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Enak saja, nyambung karena mengerti

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Page 121: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

106

Jawabannya: Tidak ada kesulitan, baik-baik saja

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Jawabannya: Gotong royongnya kompak, ada yang meninggal saling

membantu

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

Jawabannya: Sama saja dengan orang sunda

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

Jawabannya: Hubungannya rukun

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

Jawabannya: Baik, semua saling mengerti

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Kekompakannya

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

Jawabannya: Jorok, suka buang air besar di pesisir pantai

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Sama saja bagaimana orangnya, orang jawa agak keras

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

Jawabannya: Tidak pernah

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Tidak, malah merasa senang

Page 122: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

107

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

Jawabannya: Tidak, karena sama sama menghargai

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Jawabannya: Ikut bahasa orang jawa, kadang pakai bahasa sunda

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

Jawabannya: Tidak membatasi karena merasa sama warga Kampung

Nelayan.

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

Jawabannya: Pandai, sering berkomunikasi dengan orang sunda.

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Jawabannya: Sama saja dengan orang sunda.

Page 123: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

108

Draft Wawancara

Narasumber: Engga

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

Jawabannya: Ramah, pandai Bergaul dan pandai mendekatkan diri pada

masyarakat sunda

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Baik, pekerja keras dan memiliki solidaritas tinggi

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

Jawabannya: Pada umumnya sama saja dengan suku jawa pada umumnya,

Cuma yang membedakannya itu anak atau keturunannya yaitu jika berada

dirumah atau sedang bersama keluargannya menggunakan bahasa jawa,

tapi jika berada diluar bahasa yang digunakan sehari-harinya

menggunakan bahasa sunda, karena pada umumnya suku jawa yang ada di

teluk berada dalam lingkungan suku sunda.

4. Bagaimana penilaian anda mengenai cara berkomunikasi suku jawa ?

Jawabannya: Menurut saya cara berkomunikasi suku jawa berbelit-belit

dan cenderung seperti orang yang bertengkar.

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

Page 124: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

109

Jawabannya: Gampang-gampang susah, karena dalam bahasa jawa ada

sedikit persamaan bahasa dengan sunda. Gampang untuk dimengerti tapi

susah untuk diucapkan karena mungkin lidah mereka berbeda dengan

orang sunda.

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Kaku, karena hanya sedikit bahasa yang dimengerti.

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Cara pengucapannya, karena saya tidak terbiasa

menggunakan bahasa jawa.

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Jawabannya: Jorok, dengan BAB di pinggir pantai, padahal sudah punya

MCK, tapi karena kebiasaan dari dulu jadi kebiasaan itu susah

dihilangkan.

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

Jawabannya: Cukup membingungkan, karena mungkin dalam bahasanya

yang berbeda jadi kalau ada orang yang ngobrol saya Cuma bisa

mendengarkan saja, hanya sedikit berbicara itupun jika ada bahasa yang

dimengerti.

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

Jawabannya: Baik

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

Jawabannya: Cukup menyesuaikan, karena mungkin suku jawa merasa

mereka itu orang yang merantau ke Teluk.

Page 125: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

110

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Kebersamaan dalam bekerja, keuletan dan kekompakannya

yang membuat saya kagum.

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

Jawabannya: BAB yang sembarangan dan juga cara kehidupannya yang

semaunya.

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Ada, orang jawa kalau sudah punya watak pelit ya pelit

banget, kalo yang punya watak baik ya baik banget. Berbeda dengan orang

sunda Alhamdulillah baik semua.

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

Jawabannya: Alhamdulillah belum pernah, kalaupun ada juga Cuma

sedikit nanti lama-lama juga selesai dengan sendirinya.

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Tidak sama sekali, malahan saya senang, jadi di lingkungan

kami ini jadi ada beragam suku.

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

Jawabannya: Iya, karena hampir sebagian besar masyarakat suku jawa

yang ada di Teluk penduduknya bekerja di Nelayan.

Page 126: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

111

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Jawabannya: Bagi saya sih gak apa-apa berarti masyarakat jawa

memegang teguh adat dan bahasa daerahnya supaya tidak luntur meskipun

berada di lingkungan luar jawa.

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

Jawabannya: Tidak, karena selain bahasa jawa mereka juga menggunakan

bahasa Indonesia. Jadi tidak ada batasan bagi kami masyarakat sunda

untuk berkomunikasi dengan masyarakat jawa.

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

Jawabannya: Iya, karena masyarakat jawa bukan tipe pemalu untuk

memulai dulu mendekati masyarakat sunda.

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Jawabannya: Sifat pekerja kerasnya, karena masyarakat sunda tidak

semuanya memiliki sifat pekerja keras.

Page 127: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

112

Draft Wawancara

Narasumber: Tedi

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

Jawabannya: Baik-baik saja

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Dalam kehidupan sehari-hari

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

Jawabannya: Iya, sedikit berbeda dalam bahasanya

4. Bagaimana penilaian anda mengenai cara berkomunikasi suku jawa ?

Jawabannya: Mereka menggukan bahasa jawa

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

Jawabannya: Memahami meski hanya sedikit

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Lama dalam memahami maksudnya

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Tidak memahami bahasa

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Jawabannya: suka Meminum-minuman keras

Page 128: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

113

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

Jawabannya: Sedikit sulit dalam berkomunikasi

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

Jawabannya: Baik-baik saja

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

Jawabannya: Saling toleransi

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Dalam hal bekerja

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

Jawabannya: Dalam sopan santun

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Sifat orang Jawa keras, sedangkan orang sunda tidak

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

Jawabannya: Belum Pernah

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Tidak

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

Jawabannya: iya, kebanyakan yang ada dikampung nelayan orang jawa

Page 129: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

114

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Jawabannya: Tidak masalah, karena mereka melestarikan bahasa

daerahnya

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

Jawabannya: Tidak

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

Jawabannya: Iya, contoh dalam jual beli

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Jawabannya: Orang jawa ulet dalam bekerja sedangkan orang sunda

pemilih dalam kerjaan.

Page 130: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

115

Draft Wawancara

Narasumber: Yayat

1. Apa pendapat anda tentang Masyarakat jawa yang tinggal di kampung

nelayan Teluk?

Jawabannya: Ramah, tetapi mereka sering menggunakan bahasa jawa.

2. Sejauh mana anda mengetahui tentang sifat Masyarakat Jawa Kampung

Nelayan?

Jawabannya: tidak banyak mengetahui

3. Apakah suku jawa yang berada di Kampung Nelayan Teluk berbeda

dengan suku jawa pada umumnya?

Jawabannya: Sama saja, paling bahasanya

4. Bagaimana penilaian anda mengenai cara berkomunikasi suku jawa ?

Jawabannya: Baik, karena bisa menyesuaikan

5. Apakah anda memahami bahasa yang digunakan oleh suku jawa di

Kampung Nelayan Teluk?

Jawabannya: Paham, karena sudah lama tinggal dengan orang Jawa.

6. Apa yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Biasa saja, sama dengan orang sunda

7. Apa kesulitan yang anda rasakan ketika berkomunikasi dengan suku jawa?

Jawabannya: Tidak ada, karena saya memahami bahasa mereka

8. Kebiasaan apa yang anda ketahui dari suku jawa?

Page 131: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

116

Jawabannya: Kurang sadarnya akan kebersihan sehingga mereka suka

buang kotoran sembarangan di pinggir pantai.

9. Apa yang anda rasakan tinggal di satu lingkungan dengan orang jawa?

Jawabannya: Meski berbeda bahasa tetapi untuk bersosialisasi di

lingkungan sama saja.

10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat jawa?

Jawabannya: Seperti masyarakat pada umumnya, baik-baik saja

11. Bagaimana sikap Suku Jawa terhadap masyarakat Sunda teluk?

Jawabannya: Baik dan ramah

12. Hal apakah yang anda sukai dari Suku jawa yang tinggal di Kampung

Nelayan?

Jawabannya: Kompak dalam bertetangga

13. Hal apakah yang anda tidak sukai dari Suku jawa yang tinggal di

Kampung Nelayan?

Jawabannya: kebiasaan joroknya.

14. Adakah perbedaan sifat masyarakat Sunda dengan masyarakat Jawa?

Jawabannya: Untuk perbedaan sifat pasti ada tapi pada umumnya hampir

sama hanya logat yang sedikit berbeda

15. Apakah anda pernah terjadi konflik dengan suku jawa? Jika pernah

bagaimana penyelesaiannya?

Jawabannya: Tidak pernah ada konflik

16. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan masyarakat Jawa?

Page 132: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

117

Jawabannya: Tidak merasa karena sudah terbiasa tinggal bersama orang

jawa.

17. Menurut anda apakah masyarakat Jawa mendominasi Kampung Nelayan

Teluk?

Jawabannya: Tidak merasa,

18. Bagaimana tanggapan anda mengenai masyakat jawa yang selalu

menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Jawabannya: Sedikit susah tapi bisa dipahami

19. Apakah anda membatasi diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat

Jawa?

Jawabannya: Tidak, saya tidak membatasi diri ngobrol dengan siapa saja.

20. Apakah masyarakat Jawa Teluk pandai bergaul dengan Masyarakat

Sunda?

Jawabannya: Iya, mereka suka menyapa

21. Sifat yang baik apa yang ada di masyarakat Jawa tetapi masyarakat Sunda

tidak memilikinya?

Jawabannya: Ulet dan suka gotong royong.

Page 133: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

118

SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Usia :

Pekejaan :

Menerangkan bahwa benar telah menjadi narasumber dalam wawancara yang dilakukan oleh:

Nama : Rizqi Nahria Farhani

NIM : 6662090288

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Demi kepentingan penelitian ilmiah dengan judul “Persepsi Masyarakat Sunda Tehadap Masyarakat Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten”.

Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Teluk, 2015

Page 134: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

119

DOKUMENTASI

Page 135: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

120

Page 136: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

121

Page 137: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

122

Page 138: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

123

Page 139: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

124

Page 140: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

125

Page 141: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

126

Page 142: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

127

Page 143: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

128

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATION

Name : Rizqi Nahria Farhani

Place, Date Of Birth : Ciamis, 11 July 1991

Address : Komplek Perumahan Griya Labuan Asri Block

C7/01

RT/RW 014/006 Desa Sukamaju Kecamatan

Labuan

Pandeglang

Religion : Islam

Sex/Status : Male/Singel

Height/weight : 173 Cm / 84 Kg

INTEREST

Music, Soccer, computer

FORMAL EDUCATION BACKGROUND

1996-1997 : TK Mathla‟ul Anwar Pusat Menes

1997-2003 : SDN Kalang Anyar 3 Labuan

2003-2006 : Mts Mathla‟ul Anwar Pusat Menes

2006-2009 : SMAN 4 Pandeglang

Page 144: repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/652/1/STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA.pdf · Author: pc Created Date: 2/24/2016 1:45:36 PM

129

2009-Present : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ADDITIONAL INFORMATION

1. Able to operate an applications software such us: Microsoft Office PhotoShop Corel Draw