repository.ipb.ac.id · i pernyataan mengenai disertasi dan sumber informasi dengan ini saya...

226
DISERTASI KLASIFIKASI VEGETASI ZONA SUB PEGUNUNGAN GUNUNG SALAK, BOGOR, JAWA BARAT MUHAMMAD WIHARTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: lyquynh

Post on 28-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

DISERTASI

KLASIFIKASI VEGETASI ZONA SUB PEGUNUNGAN GUNUNG SALAK, BOGOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD WIHARTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

i

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub

Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2009

Muhammad Wiharto

E 061030101

Page 3: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD WIHARTO. Vegetation Classification of Gunung Salak Sub Mountain Zone, Bogor, West Jawa. Under supervision of CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, and TUKIRIN PARTOMIHARDJO. The research objectives were classifying sub mountain zone of Salak Mountain’s vegetation structurally, physiognomically, floristically; studying the relationship between floristic vegetation types and abiotic factors; and the alteration of structure and species composition in each vegetation type along environmental gradient. Sampling was done with systematic sampling with random start. Vegetation alliances were determined by ordination with factor analysis, and vegetation associations were determined with cluster analysis. Vegetation types at physiognomic and structural level were determined based on UNESCO and NVCS vegetation types. U-Mann Whitney statistic was employed to know whether there were abiotic factors differentiations between alliances and between vegetation structures. Chi-square test was used to know the relationship between vegetation associations and abiotic factors, also the preference of dominant tree species toward abiotic factors. There are three vegetation types founded at alliance levels, which are Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis forest alliance (alliance 1); Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/ C. officinalis forest alliance (alliance 2); and Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma forest alliance (alliance 3). Alliance 1 is a broad leaf mix forest dominated by Schima wallichii, alliance 2 is a bamboo forest dominated by G. apus, and alliance 3 is a planted forest dominated by P. merkusii. The abiotic factors that consistently differentiate alliance 1 with the other alliances are N total, dust content of the soil, and slope. P soil’s content for alliance 2, while C organic soil’s content and cation exchange capacity of the soil for alliance 3. Successively, there are 5, 6, and 7 vegetation associations at alliance 1, 2, and 3. Stand structure of alliance 1 and 3 forming J reverse curve. The mean value of dominant tree species diversity and evenness index increases from alliance 2 to 3, and to 1, while the mean value of dominant tree species richness index increases from alliance 3 to 2, and to 1. Each dominant tree species has clumped distribution pattern and uniquely preference to abiotic factor. Key words: Alliance, Cluster analysis, Ordination, Vegetation association, Vegetation

classification,.

Page 4: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

iii

ABSTRAK

MUHAMMAD WIHARTO. Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, dan TUKIRIN PARTOMIHARDJO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi vegetasi Sub Pegunungan Gunung Salak secara fisiognomi, struktural, dan floristik, juga mengkaji hubungan antara tipe vegetasi floristik dengan faktor abiotik serta perubahan struktur dan komposisi spesies tipe vegetasi floristik di sepanjang gradien lingkungan di Gunung Salak. Sampling dilakukan secara systimatic sampling with random start. Tipe vegetasi tingkat aliansi ditentukan melalui ordinasi dengan analisis faktor dan asosiasi vegetasi ditentukan dengan analisis klaster. Tipe vegetatasi tingkat fisiognomi struktural ditentukan dengan mengacu pada tipe vegetasi UNESCO dan NVCS. Statistik U-Man Whitney dimanfaatkan untuk melihat perbedaan faktor abiotik antara aliansi dan perbedaan antara struktur vegetasi. Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik, serta melihat preferensi pohon dominan terhadap faktor abiotik. Ditemukan 3 tipe vegetasi tingkat aliansi, yaitu aliansi hutan Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis (aliansi 1); aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/ C. officinalis (aliansi 2); dan aliansi hutan Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma (aliansi 3). Aliansi 1 merupakan hutan campuran berdaun lebar di dominasi oleh S. wallichii, aliansi 2 adalah hutan bambu dan didominasi oleh G. apus, dan aliansi 3 merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh P. merkusii. Faktor abiotik yang konsisten membedakan aliansi 1 dengan aliansi lainnya adalah unsur N total tanah, debu tanah, dan arah lereng, untuk aliansi 2 adalah unsur P tanah, serta unsur C organik tanah dan KTK untuk aliansi 3. Ditemukan berturut-turut sejumlah 5, 6, dan 7 asosiasi vegetasi di aliansi 1, 2, dan 3. Sebagian besar asosiasi di hutan alam Gunung Salak berhubungan dengan unsur Ca tanah. Struktur tegakan di aliansi 1 dan 3 membentuk kurva J terbalik. Secara rata-rata indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan spesies pohon dominan bergerak naik dari aliansi 2, ke 3, dan ke 1, sedangkan rata-rata indeks kekayaan spesies bergerak naik dari aliansi 3, ke 2, dan ke 1. Setiap spesies pohon dominan memiliki pola distribusi mengelompok dan preferensi yang khas terhadap faktor abiotik.

Kata kunci: Aliansi, Analisis Klaster, Asosiasi Vegetasi, Klasifikasi Vegetasi, Ordinasi,

Page 5: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

iv

RINGKASAN

MUHAMMAD WIHARTO. Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, dan TUKIRIN PARTOMIHARDJO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi vegetasi Sub Pegunungan Gunung Salak secara fisiognomi, struktural, dan floristik, juga mengkaji hubungan antara tipe vegetasi floristik dengan faktor abiotik serta perubahan struktur dan komposisi spesies tipe vegetasi floristik di sepanjang gradien lingkungan di Gunung Salak.

Sampling dilakukan secara systimatic sampling with random start. Tipe vegetasi tingkat aliansi ditentukan melalui ordinasi dengan analisis faktor dan asosiasi vegetasi ditentukan dengan analisis klaster. Statistik U-Man Whitney dimanfaatkan untuk melihat perbedaan faktor abiotik antara aliansi dan uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik.

Ditemukan 3 tipe vegetasi tingkat aliansi, yaitu aliansi hutan Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis (aliansi 1); aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/ Cinchona officinalis (aliansi 2); dan aliansi hutan Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma (aliansi 3). Aliansi 1 merupakan hutan campuran berdaun lebar di dominasi oleh puspa, aliansi 2 adalah hutan bambu dan didominasi oleh bambu tali, dan aliansi 3 merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh pinus.

Bentuk tumbuh paku-pakuan baik yang murni semak maupun pohon paku-pakuan merupakan bentuk tumbuh paling dominan pada strata semak dan anakan pohon di seluruh aliansi Gunung Salak. Pada ketiga aliansi di Gunung Salak, spesies-spesies dengan bentuk tumbuh herba, paku-pakuan, rerumputan, dan jahe-jahean silih berganti menjadi spesies dominan pada blok-blok pengamatan yang menyusun aliansi

Setiap aliansi dibedakan oleh faktor abiotik yang khas, yakni unsur N total tanah, debu tanah, dan arah lereng untuk aliansi 1, unsur P tanah untuk aliansi 2, serta unsur C organik tanah dan KTK untuk aliansi 3. Berdasarkan keberadaan faktor abiotik maka aliansi 1 paling berbeda dengan aliansi 2. Terdapat 9 faktor abiotik yang membedakan kedua aliansi ini. Aliansi 3 juga paling berbeda dengan aliansi 2. Terdapat 8 faktor abiotik yang membedakan kedua aliansi ini. Selanjutnya ditemukan sebanyak 6 faktor abiotik yang membedakan antara aliansi 1 dan 3.

Asosiasi vegetasi di aliansi 1 adalah: Asosiasi hutan T. laxiflora – M. eminii/ P. polycephalus; Asosiasi hutan M. blumeanus–L. elegans/ F. sinuata; Asosiasi hutan I. macrophylla– N. umbelhflora/ Staurogyne sp; Asosiasi hutan P. elongata– P. integrifolia/ C. javensis; dan asosiasi hutan P. arboreum – G. hypoleucum /D. cannaeformis.

Asosiasi vegetasi di aliansi 2 adalah: asosiasi hutan C. javanica – M. eminii/ C. javensis; asosiasi hutan G. apus- C. acuminatissima /F. sinuata; asosiasi hutan P. laevifolia- P. javana/ E. punicea; asosiasi hutan A. dilatatum– G. hypoleucum/

Page 6: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

v

Rhaphidophora Sp. ; asosiasi hutan C. officinalis- P. merkusii/ I. globosa; dan asosiasi hutan M. blumeanus- Schefflera aromatica./ P. aduncum.

Asosiasi di aliansi 3 adalah: Asosiasi hutan S. wallichii- H. glabra/ B. hirtella; Asosiasi hutan P. elongata-P. punctatus/ Rhaphidophora Sp.; Asosiasi hutan E. oclusa- F. grossulariodes/ E. megalocheilos; Asosiasi hutan A. excelsa- A. tetrandum /R. foraminifera; Asosiasi hutan M. eminii- C. javanica/ C. latebrosa; Asosiasi hutan A. dilatatum-E. latifolia/ S. plana; dan Asosiasi hutan L. elegans- P. merkusii/I. globosa .

Bentuk tumbuh pohon merupakan bentuk tumbuh dominan di seluruh aliansi sekaligus di temukan di seluruh asosiasi. Spesies dengan bentuk tumbuh murni semak ditemukan dalam jumlah paling sedikit di seluruh asosiasi vegetasi. Setiap asosiasi vegetasi memiliki komposisi floristik dan faktor abiotik yang khas di aliansi tempat asosiasi yang bersangkutan ditemukan.

Pada aliansi 1 ditemukan unsur Ca tanah pada kategori sedang dan unsur P tanah paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi. Arah lereng merupakan faktor yang paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi di aliansi ini. Pada aliansi 2 ditemukan unsur Ca tanah pada kategori sangat rendah dan rendah paling banyak mempengaruhi keberadaan asosiasi vegetasi, diikuti oleh unsur P tanah, N total pada kategori rendah dan sedang, serta unsur C organik tanah pada kategori sangat tinggi. Ketinggian minimal plot dari permukaan laut di aliansi ini merupakan faktor topografi yang paling banyak berhubungan dengan keberadaan asosiasi vegetasi. Kapasitas tukar kation tanah pada kategori sedang, unsur P tanah, dan tekstur tanah merupakan faktor tanah yang paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi di aliansi 3, sedangkan ketinggian tempat dari permukaan laut, lereng curam, dan arah lereng paling banyak mempengaruhi asosiasi vegetasi di aliansi 3.

Unit vegetasi tingkat fisiognomi struktural di Zona Sub Pegunungan Gunung Salak adalah sebagai berikut:

Kelas : Hutan; Sub kelas : Hutan Selalu Hijau; Kelompok : Hutan Hujan Tropis Basah Selalu Hijau.

Formasi : Hutan hujan tropis basah sub pegunungan selalu hijau berdaun lebar

Formasi : Hutan bambu sub pegunungan tropis Formasi : Hutan Tanaman Sub Pegunungan Tropis

Pada aliansi 1 ditemukan 72 spesies pohon dengan jumlah total individu sebanyak 9046. Spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah puspa. Terdapat 3 spesies dengan jumlah individu hanya 1 yaitu Pinanga javana, Dysoxylum exelsum, dan Antidesma tetendung. Pada aliansi 2 ditemukan 71 spesies pohon dengan total jumlah individu sebanyak 3124 pohon. Spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah pinus. Ditemukan 7 spesies dengan jumlah individu hanya 1, yaitu Glochidion rumbrum, Goniothalamus macrophyllus, Scheflera scandens, Glutta renghas, A. tetendung, Dissochaeta grassilis, dan Polygala venenosa. Jumlah spesies pohon yang ditemukan di aliansi 3 adalah 56 pohon dengan jumlah total individu sebanyak 1527 pohon. Spesies pinus memiliki jumlah individu terbanyak. Terdapat 5 spesies dengan jumlah individu

Page 7: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

vi

hanya 1, yaitu Pithecellobium montanum, Calliandra tetragoma, P. venenosa, Dipterocarpus haseltii, dan Symplocus spicata.

Distribusi kelas diameter pohon pada aliansi 1 dan 3 membentuk struktur tegakan J terbalik, sedangkan pada aliansi 2 terdapat kenaikan jumlah individu pohon pada kelas diameter terbesar. Seluruh spesies dominan pada strata pohon di seluruh aliansi memiliki pola distribusi mengelompok.

Berturut-turut nilai Nilai H’ di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 2,666 – 3,391, 1,163 – 3,233, dan 1,683 – 3,498. Berturut-turut nilai e di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,136-1,403, berkisar 0,551-1,331, dan berkisar 0,770-1,434. Selanjutnya berturut-turut nilai R di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,691-2,662, berkisar 0,621-2,829, dan berkisar 1,051-2,588. Secara rata-rata nilai H’ dan e bergerak naik dari aliansi 2, ke aliansi 3, dan ke aliansi 1, sedangkan rata-rata nilai R bergerak naik dari aliansi 3, ke aliansi 2, dan ke aliansi 1. Secara rata-rata nilai H’ dan nilai e bergerak naik dari aliansi 2, ke aliansi 3, dan ke aliansi 1, sedangkan rata-rata nilai R bergerak naik dari aliansi 3, ke aliansi 2, dan ke aliansi 1.

Berturut-turut ditemukan di aliansi 1, 2, dan 3 sejumlah 20, 23, dan 11 spesies dominan pada strata pohon yang memiliki preferensi terhadap berbagai faktor abiotik. Ditemukan 6 spesies yang memiliki konsistensi preferensi terhadap faktor abiotik di ketiga aliansi vegetasi. Spesies-spesies tersebut adalah manii yang memiliki konsistensi preferensi terhadap unsur N total tanah pada kategori sedang, unsur Mg tanah pada kategori rendah, dan unsur C organik tanah pada kategori sangat tinggi. Rasamala yang memiliki konsistensi preferensi terhadap terhadap tekstur tanah pada kategori lempung. Spesies-spesies lainnya yaitu, calik angin, cangkuang, pakis sier, dan puspa masing-masing memiliki konsistensi preferensi yang sama terhadap unsur C organik tanah pada kategori sangat tinggi.

Page 8: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

vii

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritikan atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 9: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

viii

KLASIFIKASI VEGETASI ZONA SUB PEGUNUNGAN GUNUNG SALAK, BOGOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD WIHARTO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 10: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

ix

Judul Disertasi : Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat

Nama : Muhammad Wiharto

NRP : E 061030101

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.

Ketua

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc. Dr. Tukirin Partomihardjo Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputra, M.S.

Tanggal Ujian : 5 Februari 2009 Tanggal Lulus:

PRAKATA

Page 11: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

x

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi dengan judul

“Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S., Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc., dan Dr.

Tukirin Partomihardjo selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sejak masa perkuliahan,

pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang

memberikan bantuan beasiswa pendidikan (BPPS) untuk penulis menempuh

pendidikan program doktor di Institut Pertanian Bogor.

3. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS. Selaku Dekan Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor serta seluruh staff Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah

menerima penulis untuk berinteraksi dalam menempuh sekolah dan mengembangkan

kemampuan.

4. Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

5. Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, M.S. selaku Wakil Dekan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor.

6. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S beserta seluruh jajaran Program Studi Ilmu

Pengetahuan Kehutanan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

7. Rektor Universitas Negeri Makassar, Dekan FMIPA dan Ketua Jurusan Biologi

FMIPA Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

8. Dr. Soedarsono Riswan, yang telah bertindak sebagai penguji luar komisi dan

memberikan saran pada pelaksanaan Ujian Tertutup.

9. Prof. Dr. Ir. H. Dede Setiadi, M.S. (Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut

Pertanian Bogor) dan Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc. (Kepala Balai Taman

Page 12: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xi

Nasional Gunung Halimun Salak) selaku penguji luar komisi dan memberikan saran

pada pelaksanaan Ujian Terbuka.

10. Pimpinan PERHUTANI Unit III Jawa Barat dan Pimpinan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak yang telah memberi kesempatan penulis melakukan penelitian di

kawasan Gunung Salak.

11. Pak Tarma, Iwan, dan Pak Yudi yang menemani penulis dalam menjelajahi terjalnya

hutan di Gunung Salak.

12. Abimanyu D. Nusantara, Eddi N. Sambas, Dr. Wilson Novarino dan rekan-rekan

sekolah Pascasarajana IPB lainnya yang senantiasa menjadi teman diskusi.

13. Drs. H. Rawi M. Caronge (Bapak), Hajjah Siti Nahar Kamase (Mama), Bapak Alm.

Imam rudin dan Ibu Hajjah Syamsinah (mertua), Drs. Anwar Caronge (kakak) dan

keluarga, Prof. Dr. Ir. Muhammad Wihardi Caronge, M. Eng. (adik) dan keluarga,

Muhammad Wirahmat Caronge (adik), dan seluruh keluarga yang senantiasa

memberikan dorongan pada penulis untuk menyelesaikan studi.

14. Diyahwati, S. Tp., (istri) dan Siti Adinda Dihar Indahwati Caronge serta Muhammad

Widinur Caronge (putra-putri) yang senantiasa ikhlas dan setia mendampingi serta

berbagi dalam suka dan duka.

Semoga disertasi ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang vegetasi

kawasan sub pegunungan tropis basah khususnya, dan ekologi tumbuhan umumnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga disertasi ini dapat memberikan

manfaat.

Bogor, Februari 2009

Muhammad Wiharto

Page 13: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 30 September 1966 sebagai anak

pertama dari pasangan Drs. H. Rawi M. Caronge dan Hj. Siti Nahar Kamase. Pendidikan

sarjana diselesaikan penulis pada tahun 1990 di Fakultas Kehutanan dan Pertanian

Universitas Hasanuddin. Pada tahun 1994, penulis diterima di Program Studi Biologi

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan menamatkannya pada tahun 1998. Pada

tahun 2003, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktor

pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa pendidikan dari Departemen Pendidikan

Nasional.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan sejak tahun

1992. Bidang kajian utama penulis adalah ekologi vegetasi, dengan tugas pengajaran

yang dilakukan mencakup Ekologi Tumbuhan, Pengetahuan Lingkungan, dan Ekologi

Lansekap.

Selama mengikuti pendidikan tingkat doktor, penulis mendapat kesempatan

mengikuti program Exchange Research Student pada Departement of Live and

Environmental Science, Tsukuba University di Jepang selama setahun, yaitu sejak bulan

Agustus tahun 2007 hingga bulan Juli tahun 2008.

Page 14: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………...…... xvi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..… xx

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 E. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 8 A. Klasikasi Vegetasi ................................................................................. 8 B. Klasifikasi Vegetasi Secara Fisiognomi Struktural, Floristik, dan Numerik ................................................................................................. 9 C. Komposisi Spesies dan Struktur Vegetasi ............................................. 17 D. Ordinasi dan Analisis Faktor ................................................................. 20 E. Kawasan Tropis Pegunungan ................................................................ 21 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................ 24 A. Letak dan Luas ....................................................................................... 24 B. Iklim ....................................................................................................... 24 C. Geologi, Tanah, dan Topografi ............................................................... 26 D. Vegetasi Penutup Lahan dan Floran di Kawasan Gunung Salak ............ 26 E. Fauna di Kawasan Gunung Salak .......................................................... 27 IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 28 B. Bahan dan Alat Penelitian …………………………….……………… 29 1. Bahan Penelitian ............................................................................. 29 2. Alat Penelitian ................................................................................. 29 C. Cara Kerja .............................................................................................. 29 1. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 29 2. Penentuan Area Kajian dan Model Cuplikan Vegetasi .................... 30 3. Teknik Pengambilan Data ................................................................ 31 a. Data Vegetasi ............................................................................. 31 b. Data Lingkungan Abiotik ........................................................... 32

Page 15: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xiv

c. Data Sekunder ............................................................................ 33 4. Analisis Data .................................................................................... 33 a. Kajian Komposisi Spesies Vegetasi ............................................ 33 b. Penentuan Persentase Penutupan Tajuk Strata Vegetasi ............. 34 c. Kajian Kemelimpahan dan Struktur Vegetasi ............................ 34 d. Analisis Data Tanah ................................................................... 36 e. Penentuan Tipe Vegetasi ………………...……………………. 37 f. Pendugaan Lokasi Geografi Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi di Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ........... 43 g . Kajian Perbedaan Faktor Abiotik, Struktur Vegetasi dan Keanekaragaman Spesies, di Antara Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ......................... ............................................................... 44 h. Kajian Hubungan antara Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi dengan FaktorAbiotik dan Preferensi Ekologi Spesies ............... 44 i. Kajian Pola Penyebaran Spesies Pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ............................................................................ 46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 48 A. Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak .. 48 1. Aliansi Vegetasi ................................................................................. 48 2. Karakteristik Lingkungan Pada TipeVegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ............................................. 63 3. Dugaan Penyebaran Secara Geografis Aliansi Vegetasi di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ......................................... 71 B. Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi .............................................................. 87 1. Asosiasi Vegetasi Pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak .............................................. 87 2. Hubungan antara Asosiasi Vegetasi dan Faktor Abiotik di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ......................................... 97 C. Tipe Vegetasi Tingkat Fisiognomi Struktural Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ................................................... 103 1. Tipe Vegetasi Tingkat Kelas ............................................................ 103 2. Tipe Vegetasi Tingkat Sub Kelas ..................................................... 107 3. Tipe Vegetasi Tingkat Kelompok .................................................... 107 4. Tipe Vegetasi Tingkat Formasi ...... .................................................. 110 D. Struktur Vegetasi dan Komposisi Spesies Pohon Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ..................................................... 113 1. Kerapatan dan Komposisi Spesies pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ................................................................... 113 2. Distribusi Kelas Diameter Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak .................................. 121 3. Pola Distribusi Spesies Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ............................................... 128

Page 16: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xv

4. Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kekayaan Spesies pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak .............................................. 132 E. Preferensi Ekologi Spesies di Setiap Aliansi Vegetasi Gunung Salak ......................................................................................... 137 VI. KESIMPULAN ............................................................................................ 154 A. Kesimpulan ............................................................................................ 154 B. Saran ....................................................................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 158

LAMPIRAN ....................................................................................................... 169

Page 17: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran penutupan tajuk Braun-Blanquet ................................................. 34 2. Hirarki sistem klasifikasi vegetasi UNESCO dan NVCS .......................... 37 3. Rotate Component Matrix yang memperlihatkan kelompok blok pengamatan penyusun tipe vegetasi tingkat aliansi .................................... 48 4. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 1 .............. 51 5. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 2 .............. 53 6. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 3 ............. 56 7. Karakteristik topografi pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ............. 64 8. Karakteristik faktor tanah pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........ 65 9. Perbedaan faktor abiotik pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........... 66 10. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 1 ........................ 89 11. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 2 ........................ 91 12. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 3 ........................ 95 13. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 1 ................................................................................................... 97 14. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 2 ................................................................................................... 98 15. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 3 ................................................................................................... 99 16. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 1 ................ 104 17. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 2 ................ 105 18. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 3 ................ 105 19. Jumlah pohon berbanir pada berbagai tipe vegetasi tingkat aliansi ............ 110 20. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 1 ............................................ 114 21. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 2 ............................................ 115 22. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 3 ............................................ 116 23. Kisaran jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ..... 118 24. Total jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ......... 119 25. Perbedaan jumlah individu pohon antara tipe vegetasi tingkat aliansi ...... 120 26. Kerapatan pohon pada berbagai hutan hujan tropis basah zone sub pegunungan ................................................................................. 120 27. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 1 ............................................... 122 28. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 2 ............................................... 123 29. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 3 ............................................... 125 30. Perbedaan jumlah individu pohon pada berbagai kelas diameter di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........................................................ 127 31. Pola pengelompokan spesies pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ..... 131 32. Deskripsi statistik nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........ 133 33. Perbedaan nilai H’ antara tipe vegetasi tingkat aliansi .............................. 133

Page 18: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xvii

34. Kisaran nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........................ 134 35. Deskripsi statistik nilai (e) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ........ 135 36. Perbedaan nilai (e) antara seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi .................. 135 37. Deskripsi statistik nilai (R) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ....... 137 38. Perbedaan nilai (R) antara tipe vegetasi tingkat aliansi ............................. 137 39. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 1 ................. 138 40. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 2 ................. 143 41. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 3 ................. 148

Page 19: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemecahan masalah ................................................................. 6 2. Persentase penutupan tajuk vegetasi berpembuluh .................................... 12 3. Citra Gunung Salak melalui satelit Landsat ETM .................................... 25 4. Vegetasi penutuplahan di Gunung Salak .................................................. 25 5. Lokasi penelitian ....................................................................................... 28 6. Desain plot penelitian ................................................................................ 30 7. Pola penyebaran tipe vegetasi tingkat aliansi ............................................ 50 8. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada aliansi 1 ......................... 72 9. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25-45% dan >45% pada aliansi 1 .... 73 10. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-15% pada aliansi 2 ........................ 75 11. Penyebaran kelas kemiringan lereng 15-45% dan >45% pada aliansi 2 ..... 76 12. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada aliansi 3 ....................... 77 13. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25-45% dan >45% pada aliansi 3 ..... 78 14. Penyebaran kelas NDVI <= 0,05 pada aliansi 1 .......................................... 78 15. Penyebaran kelas NDVI 0,1-0,3 pada aliansi 1 ......................................... 79 16. Penyebaran kelas NDVI > 0,3 pada aliansi 1 ............................................. 80 17. Penyebaran kelas NDVI <= 0,05 dan NDVI 0.05-0,1 pada aliansi 2 ......... 80 18. Penyebaran kelas NDVI 0,1-0,3 dan NDVI > 0,3 pada aliansi 2 ............... 81 19. Penyebaran kelas NDVI 0,05-0,2 pada aliansi 3 ........................................ 82 20. Penyebaran kelas NDVI 0,2-0,3 dan NDVI > 0,3 pada aliansi 3 ............... 83 21. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan di aliansi 1 ................. 83 22. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat; b. kompleks regosol kelabu dan litosol di aliansi 1 .................................... 84 23. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 2.............. 84 24. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dan jenis tanah kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 2 .......... 85 25. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 3 ............. 85 26. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat regosol coklat dan kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 3 .................................... 86 27. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 1 ................................. 87 28. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 1 .......................................................... 88 29. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 1 ..... 89 30. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 2 ................................. 90 31. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 2 .......................................................... 90 32. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 2 ..... 92 33. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 3 ................................. 93 34. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 3 .......................................................... 94 35. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 3 ..... 96 36. Rata-rata persentase penutupan tajuk pada seluruh aliansi ......................... 106

Page 20: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xix

37. Distribusi rata - rata suhu udara dan curah hujan (Tahun 2004 – 2008) di Gunung Salak ......................................................................................... 108 38. Distribusi kelas diameter seluruh individu pohon ...................................... 124 39. Hubungan eksponensial antara kelas diameter dengan jumlah individu pohon ................................................................... 124 40. Nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ..................................... 133 41. Nilai (e) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ..................................... 135 42. Nilai (R) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi .................................... 136

Page 21: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Nama ilmiah dan daerah tumbuhan strata pohon dan semak .................... 169 2. Nama ilmiah dan daerah tumbuhan strata herba ....................................... 172 3. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 1 ..................................... 174 4. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 2 ..................................... 178 5. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 3 ...................................... 182 6. Indeks nilai penting spesies pada strata pohon ........................................... 185 7. Kategori faktor abiotik tanah dan topografi ............................................... 197 8. Hasil ordinasi dengan analisis faktor ......................................................... 200 9. Unsur iklim curah hujan dan suhu udara kawasan Gunung Salak periode 2004-2008 ..................................................................................... 203 10 Koordinat geografis plot penelitian ........................................................... 204 11. Zonasi altitudinal kawasan Gunung Salak ................................................ 205

Page 22: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

xxi

Penguji Luar Komisi

Ujian Tertutup:

Dr. Soedarsono Riswan (Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong)

Ujian Terbuka:

1. Prof. Dr. Ir. H. Dede Setiadi, M.S.

(Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor)

2. Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc.

(Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak)

Page 23: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gunung Salak merupakan salah satu ekosistem pegunungan tropis di Jawa

Barat dengan kisaran ketinggian antara 400 m dpl sampai 2210 m dpl. Menurut

(Van Steenis, 1972) kisaran ini mencakup ekosistem dataran rendah, sub

pegunungan sampai ke pegunungan. Putro (1997) mengatakan bahwa, pada

tingkat spesies, gunung ini penting bagi konservasi keanekaragaman hayati

pegunungan, khususnya bagi pelestarian spesies tumbuhan endemik dan langka

yang hanya terdapat di gunung ini. Di antara spesies tersebut adalah Rhizanthes

zippeli, Rafflesia rochusseni, Piper quenquangulatum, P. acre, Arthophyllum

diversifolium, dan Corybas vinosus .

Lahan pekarangan di desa-desa sekitar Gunung Salak juga memiliki

keanekaragaman spesies tumbuhan yang tinggi, khususnya tanaman budidaya.

Inventarisasi yang dilakukan oleh Yayasan Bina Desa Lingkungan (1996)

menunjukkan bahwa lebih dari 600 spesies tanaman dapat ditemukan di lahan

pekarangan. Tanaman budidaya yang banyak ditemukan di lahan pekarangan

tersebut adalah: Durian (Durio zibethinus), Jambu air (Eugenia sp.), Duku

(Lansium domesticum), Jambu batu (Psidium guajava), Nangka (Arthocarpus

heterophyllus), Rambutan (Nephelium lappaceum), dan Melinjo (Gnetum

gnemon).

Sebagaimana ekosistem pegunungan lainnya di hutan hujan tropis basah,

Gunung Salak berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem, dan diantaranya untuk

menjaga iklim mikro, penyerap CO2, serta penghasil O2 (Dephut, 2003a).

Ekosistem Gunung Salak juga penting dalam konservasi tanah dan air, terutama

untuk menjamin pasokan air bagi daerah di sekitarnya. Menurut Sastrowihardjo

(1997), di gunung ini terdapat hulu sungai Cisadane yang merupakan salah satu

penyedia utama air baku PDAM bagi masyarakat kota Tangerang dan sekitarnya.

Laporan kelompok Rimpala (2001) mengatakan bahwa, di Gunung Salak terdapat

mata air Ciburial yang dikelola oleh PAM DKI Jaya untuk suplai air bersih bagi

penduduk di Kabupaten Bogor, Kotamadaya Jakarta Selatan, dan Depok.

Page 24: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

2

Zona sub pegunungan yang merupakan bagian dari ekosistem di Gunung

Salak rentan terhadap berbagai gangguan manusia karena sangat berdekatan

dengan lokasi pemukiman. Yusuf et al., (2003) mengatakan bahwa sebagian besar

hutan Gunung Salak masih berupa hutan primer dengan kondisi hutan relatif baik,

meskipun di beberapa tempat mengalami gangguan. Tekanan lebih berat terjadi

pada kawasan hutan yang berdekatan dengan kampung yang memiliki tingkat

hunian padat. Pada kawasan ini, gangguan oleh masyarakat, antara lain terjadi

dalam bentuk alih fungsi menjadi sawah, selebihnya dimanfaatkan untuk ladang

dan kebun. Lahan-lahan ini kemudian banyak yang ditelantarkan dan menjadi

semak belukar maupun hutan sekunder.

Zona sub pegunungan di Gunung Salak, juga rentan terhadap berbagai

gangguan yang bersifat alami, mengingat kondisi topografinya yang terletak di

daerah ketinggian dengan lereng yang curam dan curah hujan yang relatif tinggi

mencapai 3000 mm/tahun (Sandy, 1997). Gangguan–gangguan tersebut

mengakibatkan perubahan pada distribusi, komposisi dan struktur dari berbagai

tipe vegetasi dalam ekosistem pegunungan. Ehrlich (1997) mengatakan bahwa

hilangnya berbagai tipe vegetasi mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman

habitat sehingga menyebabkan banyak spesies terancam kepunahan. Lambin et

al., (2000) mengatakan bahwa gangguan tersebut pada gilirannya akan

mengakibatkan menurunnya kemampuan ekologis dari suatu ekosistem dan

menimbulkan dampak seperti erosi, banjir, maupun tanah longsor.

Status Gunung Salak saat ini telah berubah dari hutan lindung menjadi

taman nasional dan digabung dengan Taman Nasional Gunung Halimun dengan

nama Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Penggabungan ini berdasarkan SK

Menteri Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 (Dephut,

2003b). Dengan penggabungan tersebut maka dalam pengelolaannya sebagai

bagian dari taman nasional, diperlukan pengetahuan dan pemahaman mendalam

tentang kondisi ekologi tumbuhan yang terdapat di kawasan tersebut. Pada sisi

lain, sebagai sebuah area yang dulunya merupakan hutan lindung, perhatian

terhadap Gunung Salak lebih banyak pada fungsi hutan lindung itu sendiri

terutama sebagai pengatur tata air, sedangkan potensi lainnya berupa vegetasi dan

Page 25: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

3

hewan belum banyak mendapat perhatian. Bahkan data kuantitatif flora dan fauna

dalam hutan lindung belum banyak diketahui.

Putro (1997) mengatakan bahwa, Gunung Salak yang merupakan daerah

yang kaya dengan spesies dapat dikatakan terbengkalai sejak lebih kurang 50

tahun yang lalu dari eksplorasi ilmiah atau pengumpulan data dasar lainnya.

Banyak data mengenai gunung ini terlalu tua sehingga sulit untuk dipetakan

dalam dimensi ruang dan waktu manajemen. Di antara data tersebut adalah

kondisi ekologi dari vegetasi di Gunung Salak.

B. Perumusan Masalah

Sebagai bagian dari sebuah taman nasional, zona sub pegunungan dan

seluruh ekosistem Gunung Salak perlu dikelola dengan perencanaan yang matang

dan baik. Faktor-faktor penting untuk kegiatan tersebut adalah klasifikasi tipe

vegetasi secara fisiognomi struktural dan floristik, dan juga pemahaman mengenai

struktur dan komposisi vegetasi yang terkait dengan faktor abiotik di zona sub

pegunungan Gunung Salak.

Sampai saat ini klasifikasi tipe vegetasi secara fisiognomi struktural dan

floristik untuk zona sub pegunungan, Gunung Salak belum pernah dilakukan.

Jennings et al., (2003) mengatakan bahwa klasifikasi tipe vegetasi diperlukan

untuk pelaksanaan manajemen ekosistem yang efektif, juga dibutuhkan untuk

kegiatan perencanaan, inventarisasi, restorasi, dan meramalkan berbagai

tanggapan ekosistem terhadap berbagai perubahan lingkungan. Selanjutnya Webb

(2000) mengatakan bahwa implikasi praktis klasifikasi tipe vegetasi terhadap

manajemen lingkungan dapat terjadi pada skala ekologi regional, sistem lahan,

maupun pada skala pekarangan rumah tangga.

Menurut laporan Ministry of Forestry, Rep. of Indonesia & JICA (2004),

hubungan antara vegetasi yang merupakan komponen biotik dengan komponen

abiotik dari seluruh ekosistem Gunung Salak belum banyak diketahui dan

dipahami secara utuh, padahal informasi ini penting sekali untuk tujuan

pengelolaan Gunung Salak sebagai bagian dari taman nasional. Kershaw (1973)

mengatakan bahwa pemahaman tentang struktur vegetasi penting, karena

merupakan dasar dari seluruh kegiatan pekerjaan ekologi. Menurut Kusmana

Page 26: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

4

(1993), struktur vegetasi harus diklarifikasi terlebih dahulu dalam rangka

melaksanakan suatu manajemen yang layak berdasarkan prinsip kelestarian.

Selanjutnya Lamonier (1997) mengatakan bahwa kajian organisasi spasial dari

parameter-parameter floristik dan struktural vegetasi tetap merupakan kunci yang

paling penting dalam kaitannya dengan permasalahan vegetasi. Spies & Tunner

(1999) selanjutnya mengatakan bahwa, manajemen dinamika suatu lansekap harus

didasarkan pada proses-proses vegetasi yang menjadi dasar dari proses-proses

ekologi yang berlangsung pada suatu ekosistem.

Berdasarkan keterangan di atas, maka permasalahan vegetasi di zona sub

pegunungan, Gunung Salak adalah:

1. Bagaimana sesungguhnya tipe vegetasi fisiognomi struktural, dan floristik

zona sub pegunungan, Gunung Salak?

2. Bagaimana kaitan antara tipe vegetasi floristik dengan berbagai faktor abiotik

zona sub pegunungan, Gunung Salak?

3. Bagaimana perubahan komposisi, struktur, kemelimpahan, keanekaragaman,

dan pola penyebaran spesies serta Struktur vegetasi yang menyusun tipe

vegetasi floristik sepanjang gradien lingkungan zona sub pegunungan,

Gunung Salak?

4. Bagaimana preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik zona sub

pegunungan, Gunung Salak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengklasifikasi berbagai tipe vegetasi yang menyusun zona sub

pegunungan, Gunung Salak secara fisiognomi struktural dan floristik.

2. Menelaah hubungan antara tipe vegetasi floristik dengan berbagai faktor

abiotik zona sub pegunungan, Gunung Salak.

3. Mengkaji perubahan komposisi, kemelimpahan, keanekaragaman dan pola

penyebaran spesies, serta struktur vegetasi yang menyusun tipe vegetasi

floristik sepanjang gradien lingkungan zona sub pegunungan, Gunung Salak.

4. Menentukan preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik zona sub

pegunungan, Gunung Salak.

Page 27: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

5

D. Manfaat Penelitian

Klasifikasi tipe vegetasi dan informasi mengenai kondisi vegetasi yang

terkait dengan berbagai faktor abiotik merupakan pengetahuan ekologi vegetasi.

Informasi yang diperoleh akan sangat bermanfaat untuk kegiatan manajemen

Gunung Salak secara khusus dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak secara

umum. Hasil penelitian juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan

perlindungan dan pengelolan kawasan konservasi di daerah lain di Indonesia.

E. Kerangka Pemikiran

Ekosistem dikendalikan oleh proses-proses biotik dan fisik yang

berlangsung pada setiap hirarki dari skala ruang maupun tingkat ekologi (Spies &

Tunner, 1999). Berbagai pola-pola yang kompleks dari distribusi, komposisi, dan

struktur vegetasi di zona sub pegunungan, Gunung Salak dipengaruhi oleh faktor

lingkungan fisik dan antropogenik dari masyarakat di sekitar Gunung Salak yang

memanfaatkan berbagai sumberdaya alam yang ada (Putro, 1989).

Pendekatan yang dipilih untuk memahami kompleksitas ekologi dari

vegetasi di zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah dengan klasifikasi.

Pendekatan klasifikasi digunakan dengan asumsi bahwa gangguan-gangguan baik

secara abiotik maupun antropogenik, serta adanya gradasi lingkungan di zona sub

pegunungan, Gunung Salak yang mengakibatkan timbulnya berbagai tipe vegetasi

yang berbeda dan sifatnya tidak menerus tapi diskrit.

Menurut Gauch (1982) dalam Ludwig & Reynold (1988), terdapat 3 tujuan

utama melakukan klasifikasi dalam ekologi, yaitu untuk : (1) meringkaskan data

yang besar dan kompleks, (2) membantu dalam menginterpretasikan berbagai

variasi pola komunitas pada suatu lingkungan, dan (3) memperhalus model

struktur komunitas, sehingga pemahaman terhadap data dapat lebih mudah.

Data Vegetasi

Data Lingkungan

Abiotik

Analisis Vegetasi

Page 28: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

6

Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah.

Konsep tentang pola-pola vegetasi dapat saja berbeda, namun seluruh

kegiatan klasifikasi memerlukan pengidentifikasian seperangkat kelas-kelas

vegetasi yang bersifat diskrit. Mueller-Dombois & Ellenberg (1974a)

mengungkapkan beberapa ide yang menjadi dasar dalam melakukan klasifikasi,

sebagai berikut: (1) Pada kondisi habitat yang serupa akan ditemukan kombinasi

spesies yang serupa yang berulang kehadirannya dari satu tegakan ke tegakan

lainnya. (2) Tidak ada tegakan atau sampel vegetasi yang betul-betul serupa

bahkan pada tegakan yang sangat berdekatan akan memperlihatkan penyimpangan

sedemikian rupa terhadap yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya peluang

dari kejadian penyebaran spesies tumbuhan, gangguan, sejarah tegakan, dan

kepunahan spesies. (3) Kumpulan spesies akan berubah kurang lebih menerus

Data Sekunder

o Klasifikasi secara fisiognomi

struktural

o Klasifikasi Floristik: Aliansi dan

Asosiasi

Penyebaran Secara Geografi tipe vegetasi

Aliansi

1. Mengkaji pembeda dan kaitan antara tipe vegetasi floristik dengan berbagai faktor abiotik di zona sub pegunungan Gunung Salak.

2. Menelaah perubahan komposisi, keanekaragaman, pola penyebaran, preferensi spesies, serta struktur tegakan yang menyusun tipe vegetasi di sepanjang gradien lingkungan di zona sub pegunungan, Gunung Salak.

Page 29: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

7

seiring dengan perubahan jarak geografi atau lingkungan. (4) Komposisi tegakan

vegetasi bervariasi dalam skala ruang dan waktu.

Asumsi dasar dari klasifikasi vegetasi adalah, pengelompokan vegetasi

secara alami sesungguhnya terjadi di alam atau, merupakan hal yang logis untuk

memisahkan variasi dari komposisi dan struktur vegetasi yang bersifat menerus ke

dalam serangkaian kelas-kelas yang bersifat arbiter (Kimmins, 1987).

Ringkasan kerangka pemecahan masalah untuk kegiatan penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 1. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah menentukan transek di zona sub pegunungan, Gunung Salak untuk

pengambilan data lapangan. Hubungan di antara faktor-faktor lingkungan di zona

sub pegunungan, Gunung Salak dengan pola vegetasi yang ada kemudian di

deteksi melalui analisis vegetasi.

Kompleksitas pola-pola vegetasi di zona sub pegunungan, Gunung Salak

dapat dipahami lebih jauh dengan mengklasifikasikan vegetasi di kawasan

tersebut. Klasifikasi dilakukan pada tingkat fisiognomi struktural dan floristik.

Pada tingkat floristik akan diperoleh unit vegetasi paling dasar dari tipe vegetasi,

berupa Aliansi dan Asosiasi.

Pada setiap tipe vegetasi yang terbentuk, khususnya pada tingkat aliansi dan

asosiasi ditentukan hubungan antara struktur dan komposisi vegetasi dari sinusia

yang menyusun vegetasi dan hubungannya dengan berbagai faktor lingkungan

fisik. Selanjutnya juga dikaji pola distribusi spesies pada setiap tipe vegetasi yang

terbentuk.

Page 30: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan seluruh tutupan tumbuhan yang terdapat

pada suatu daerah (Jenning et al., 2003) dan memperlihatkan pola distribusi

menurut ruang dan waktu (Barbour et al., 1974 dan Hardjosuwarno, 1990).

Vegetasi tidak hanya merupakan tumbuhan yang hidup bersama dan saling

berinteraksi satu dengan lainnya, tetapi lebih jauh dengan cara bersama-sama

memodifikasi habitatnya sehingga menyebabkan lingkungan di bawah kanopi

menjadi lebih basah, mampu memperkaya tanah, dan dapat mengurangi pancaran

sinar matahari (Weaver & Clements, 1980).

Tipe vegetasi merupakan suatu kelompok tegakan yang memiliki komposisi

dan fisiognomi tumbuhan yang serupa, dan tipe tersebut harus memiliki kriteria

diagnostik sehingga memungkinkannya untuk dikenali. Tipe vegetasi dapat

dipandang sebagai segmen-segmen yang terdapat di sepanjang gradien vegetasi

dengan variasi yang kurang lebih menerus di dalam maupun di antara gradien

biofisik.

Ekologiwan telah lama menyadari perlunya mengkomunikasikan fenomena

ekologi dan biologi serta berbagai interaksi di antara dan di dalam suatu

komunitas biotik (Jenning et al., 2003). Terkait dengan hal tersebut, peranan

klasifikasi menjadi penting, karena merupakan alat yang bermanfaat untuk

beberapa tujuan, seperti untuk komunikasi yang efisien, sintesis dan reduksi data,

interpretasi dan perencanaan, serta manajemen. Crawley (1986) mengatakan

bahwa, klasifikasi adalah tindakan atau kegiatan mengelompokkan benda, objek,

atau fakta ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan karakter yang sama.

Klasifikasi vegetasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan

komunitas vegetasi ke dalam kelas-kelas yang relatif homogen (Kimmins, 1987).

Karakter yang digunakan untuk klasifikasi diperoleh melalui suatu area vegetasi

dan hasil pengelompokkan tersebut merupakan tipe komunitas tumbuhan pada

kawasan yang dikaji (Kent & Coker, 1992). Selanjutnya Webb (2000)

mengatakan bahwa, klasifikasi vegetasi merupakan salah satu sarana untuk

meringkaskan pengetahuan manusia tentang pola-pola vegetasi.

Page 31: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

9

Tipe-tipe vegetasi di permukaan bumi sangat beragam dalam hal komposisi,

struktur, dinamika, dan determinan-determinan ekologi lain, yang menyebabkan

kegiatan klasifikasi menjadi sangat sulit. Sayangnya konsensus terhadap

klasifikasi vegetasi yang dapat diterima oleh semua kalangan belum dicapai. Hal

ini menimbulkan beragam klasifikasi vegetasi yang dilakukan dengan pendekatan

yang berbeda pada berbagai vegetasi yang ada (Laumonier, 1997).

Beragam cara yang tersedia untuk menganalisis data tegakan vegetasi dalam

rangka melakukan klasifikasi tipe vegetasi. Tiga metode di antaranya adalah

ordinasi, analisis klaster, dan analisis tabular (analisis tabel), dan metode-metode

ini umumnya digunakan saling melengkapi satu sama lainnya (Mac Cracken et

al., 1983 ). Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah ordinasi dan

analisis klaster.

B. Klasifikasi Vegetasi Secara Fisiognomi Struktural, Floristik, dan Numerik 1. Klasifikasi Vegetasi Secara Fisiognomi-Struktural

Atribut utama klasifikasi vegetasi secara fisiognomi struktural adalah bentuk

tumbuh, stratifikasi vertikal, ukuran dari tumbuhan dominan, dan biomassa

tumbuhan, juga bagaimana penutupannya (coverage) di antara strata, serta aspek

fenologi dan musim dari tumbuh-tumbuhan (Descoings, 1980). Fitur ini mudah

dikenali di lapangan dengan pengetahuan flora yang tidak terlalu mendalam

Metode ini menekankan pada pola-pola dari atribut kelompok-kelompok spesies

dominan di dalam vegetasi (Grosman et al., 1994).

Ahli geografi tumbuhan Humbolt dan Grisbach adalah di antara orang-orang

yang pertama kali melakukan klasifikasi vegetasi berdasarkan kriteria fisiognomi.

Mereka menyusun kelas-kelas vegetasi berdasarkan bentuk tumbuh dari tumbuhan

dominan dan tipe lingkungan tempat vegetasi tersebut ditemukan (Kimmins,

1987). Kelas-kelas ini disebut formasi dan merupakan unit dasar klasifikasi

vegetasi berdasarkan fisiognomi struktural (Mueller-Dombois & Ellenberg,

1974a).

Kuchler dan selanjutnya diikuti oleh Dansereau mengembangkan klasifikasi

fisiognomi berdasarkan deskripsi struktur vegetasi secara langsung. Terdapat 6

Page 32: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

10

parameter yang dipakai dalam mendeskripsikan vegetasi, yaitu: (1) bentuk

tumbuh, (2) ukuran tumbuhan, (3) fungsi (konifer, gugur daun, dan sebagainya),

(4) bentuk dan ukuran daun, (5) tekstur daun, dan (6) penutupan tajuk (Kimmins,

1987).

Fosberg kemudian mengembangkan klasifikasi formasi struktural, dan

seperti halnya klasifikasi yang dikembangkan oleh Kuchler juga Dansereau,

mereka melakukan klasifikasi yang secara ketat didasarkan pada ciri-ciri

struktural vegetasi. Klasifikasi dimulai dengan membagi vegetasi menjadi

vegetasi tertutup, terbuka, dan jarang. Penentuan ini didasarkan pada penutupan

tajuk. Ketiga kelompok ini merupakan kelompok vegetasi utama. Vegetasi

tertutup merupakan komunitas dengan tajuk saling berhubungan. Vegetasi terbuka

menunjukkan tajuk dari komunitas tumbuhan yang tidak saling berhubungan, dan

vegetasi jarang menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan yang menyusun vegetasi

sangat tersebar, seperti yang ditemukan pada vegetasi di kawasan gurun.

Setiap kelompok vegetasi utama ini kemudian, dibagi lagi menjadi beberapa

kelas vegetasi yang penentuannya berdasarkan ketinggian lapisan vegetasi dan

juga kesinambungan dan ketidaksinambungan vegetasi. Pembagian lebih lanjut

dilakukan berdasarkan fungsi, yaitu apakah dedaunan pada strata dominan dari

suatu vegetasi selalu hijau atau mengalami periode meranggas. Klasifikasi lebih

lanjut dilakukan berdasarkan tekstur daun dari bentuk tumbuh tumbuhan dominan

yang menyusun vegetasi (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974b).

Sistem klasifikasi vegetasi secara struktural-ekologi yang dikembangkan

oleh UNESCO juga mengklasifikasi vegetasi berdasarkan fisiognomi dan struktur

vegetasi, sebagaimana yang dilakukan oleh Fosberg. Namun, penentuan tipe

vegetasi juga didasarkan pada kondisi lingkungan, yang dalam hal ini mencakup

iklim, tanah, dan bentuk lahan. Hal ini disebabkan perbedaan ekologi yang nyata

pada suatu habitat tidak selalu dapat dilihat hanya berdasarkan tanggapan

fisiognomi dan struktur dari vegetasi. Misalnya, hutan hujan tropis dataran rendah

secara ekologi berbeda dengan hutan tropis subpegunungan terutama dalam hal

iklim, namun secara fisiognomi dan struktur vegetasi yang terdapat di kedua

kawasan ini tidak terlalu berbeda. Klasifikasi yang dikembangkan bersifat hirarki.

(Kuchler & Zonneveld, 1988). Sistem ini mencakup tipe vegetasi alami dan semi

Page 33: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

11

alami yang ada di dunia, namun tidak termasuk penutup vegetasi yang merupakan

tanaman budidaya (Grosman et al., 1994).

Tipe vegetasi ditentukan berdasarkan kondisi vegetasi yang sesungguhnya di

lapangan. Namun dalam sistem ini kondisi lingkungan juga dipertimbangkan

dalam penentuan tipe vegetasi. Tipe vegetasi yang terletak pada hirarki paling atas

disebut kelas formasi dan dibagi menjadi 7 kelas, yaitu: (1) hutan tertutup, (2)

hutan terbuka (woodland), (3) semak atau lahan semak, (4) semak kerdil, (5)

komunitas herba darat, (6) komunitas tumbuhan gurun dan daerah bervegetasi

jarang, dan (7) tumbuhan pada lingkungan berair. Kelas-kelas formasi ditentukan

berdasarkan ketinggian, penutupan tajuk, dan distribusi spasial dari bentuk

tumbuh tumbuhan dominan serta fisiognomi dari tumbuhan dominan (Mueller-

Dombois & Ellenberg, 1974b).

Kelas vegetasi kemudian dibagi lagi menjadi subkelas, dan ditentukan

berdasarkan fungsi, yaitu apakah ia merupakan vegetasi dengan daun yang selalu

hijau atau daun meranggas. Pembagian selanjutnya menjadi kelompok vegetasi,

yang penentuannya terutama berdasarkan iklim makro tempat vegetasi berada,

misalnya iklim tropis, iklim sedang. Kelompok vegetasi juga ditentukan

berdasarkan morfologi daun, misalnya sclerofil berdaun lebar, berdaun jarum.

Contoh kelompok formasi adalah, Hutan meranggas iklim sedang, Hutan hujan

tropis berdaun lebar.

Tipe vegetasi pada tingkat berikutnya adalah formasi. Penentuannya

berdasarkan salah satu kombinasi dari hal berikut: (1) Tinggi dan bentuk tajuk

tumbuhan. Misalnya, pohon besar dengan ketinggian 5 – 50 m, memiliki tajuk

yang menyerupai payung, antara lain Samanea saman. (2) Zona kehidupan, misal

kawasan dataran rendah beriklim sedang, kawasan sub pegunungan, kawasan

pegunungan. (3) Subtrat tempat vegetasi tumbuh, misal alluvial, dan serpentine.

(4) Komunitas tumbuhan bukan dominan yang ditemukan bersama dengan

komunitas tumbuhan dominan yang menjadi penciri vegetasi, misal Hutan

berdaun lebar bercampur dengan pepohonan berdaun jarum selalu hijau, Hutan

hujan tropis sub pegunungan berdaun lebar dengan tumbuhan bawah yang

melimpah. Di bawah formasi adalah subformasi. Penentuannya berdasarkan

Page 34: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

12

bentuk daun, dan kondisi hidrologi dari habitat vegetasi, misalnya daerah dataran

banjir di tepian sungai (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Jennings, 1999).

Tajuk Tajuk Penutupan saling tidak saling tajuk sangat Berhubungan berhubungan tersebar

(100%-60%) (60%-25%) (25%-10%) (<10%)

Bentuk tumbuh/ Ketinggian Pohon > 5 m Semak/Pohon 0.5 – 5 m Semak Kerdil/ Semak/Pohon < 0.5 mHerba

Herba

Gambar 2. Persentase penutupan tajuk vegetasi berpembuluh.

Klasifikasi vegetasi UNESCO mempunyai kelebihan dibanding sistem

klasifikasi yang ada sebelumnya, karena memiliki akurasi dan makna secara

ekologi yang tinggi, dan dihasilkan melalui kesepakatan ahli-ahli internasional.

Klasifikasi yang dikembangkan dapat diterapkan pada berbagai permukaan bumi

dengan tipe vegetasi berbeda. Standar hirarki tipe vegetasi yang dikembangkan

memang dirancang untuk tujuan klasifikasi dan pemetaan vegetasi pada berbagai

skala. Selanjutnya dikatakan bahwa struktur yang dikembangkan bersifat open-

ended dan tipe vegetasi dapat ditambahkan jika diperlukan.

FGDC (Federal Geographic Data Commitee) Amerika Serikat

mengembangkan sistem klasifikasi vegetasi yang dinamakan NVCS (National

Lahan semak (Semak) Lahan semak tersebar

Hutan Hutan Terbuka Hutan Terbuka tersebar

Lahan semak kerdil (Semak) Lahan semak kerdil tersebar

Herba

Penutupan oleh vegetasi jarang dan tersebar/Tidak berpembuluh (1- 10 % vegetasi berpembuluh)

Page 35: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

13

Vegetation Classification Standard System). Klasifikasi ini merupakan

penyempurnaan terhadap sistem klasifikasi UNESCO, sehingga klasifikasi yang

dihasilkan memiliki konsistensi tinggi pada setiap tingkat unit hirarki.

Klasifikasi NVCS bersifat hirarki dan mengkombinasikan klasifikasi

fisiognomi (bentuk tumbuhan, penutupan tajuk, struktur, tipe daun) pada tipe

vegetasi bagian atas. Bentuk tumbuh (misalnya pohon, semak, dan herba) dari

tumbuhan dominan, atau menempati strata teratas dari vegetasi berperanan

penting dalam klasifikasi tipe vegetasi. Iklim dan variabel lingkungan abiotik

lainnya juga digunakan dalam mengorganisasi klasifikasi yang dibentuk, namun

faktor yang paling dominan adalah fisiognomi. Dua tingkat terbawah dari

klasifikasi ini didasarkan pada kondisi floristik yang aktual dari vegetasi. Tipe

vegetasi berupa budidaya tanaman baik yang semusim maupun tahunan juga

termasuk ke dalam bagian klasifikasi, karena tipe vegetasi ini memiliki penutupan

yang meliputi kawasan yang sangat luas (Grosman et al., 1994 & 1998).

Kriteria sistem NVCS sebagian besar diambil berdasarkan kriteria yang

dikembangkan oleh UNESCO. Penentuan tipe vegetasi tingkat kelas didasarkan

pada struktur vegetasi, yaitu ketinggian dan persentasi penutupan tajuk. Berbagai

kelas fisiognomi yang ada ditentukan dengan cara sebagaimana yang terlihat

pada Gambar 2.

Subkelas fisiognomi ditentukan berdasarkan fenologi daun dari bentuk

tumbuh yang paling dominan (daun selalu hijau, daun meranggas, daun campuran

selalu hijau dan meranggas), untuk strata tumbuhan herba berdasarkan ketinggian

rata-rata (tinggi, sedang, rendah), dan untuk vegetasi jarang dan

tersebar/komunitas vegetasi tidak berpembuluh ditentukan berdasarkan ukuran

partikel dari subtrat vegetasi tersebut (bebatuan, kerikil, pasir, lumpur). Contoh:

Hutan selalu hijau, Hutan meranggas, Hutan campuran selalu hijau dan

meranggas, Padang rumput tinggi, Vegetasi jarang dan tersebar dengan subtrat

pasir (Grossman et al., 1994).

Formasi merupakan komunitas yang didefinisikan berdasarkan bentuk

tumbuh dari tumbuhan yang paling dominan pada strata teratas dari suatu

komunitas tumbuhan, atau oleh kombinasi dari beberapa bentuk tumbuh yang

dominan dan hadir pada habitat yang serupa (Mueller-Dombois & Ellenberg,

Page 36: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

14

1974b). Menurut UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler &

Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman

et al., 1994), tipe vegetasi ini merupakan pengejawantahan dari kondisi

lingkungan hidup tertentu, yang dalam prakteknya ditentukan berdasarkan

berbagai kombinasi dari hal berikut: bentuk tumbuh dominan, faktor fisiognomi

struktural vegetasi seperti bentuk tajuk dan ketinggian lapisan tajuk, juga kondisi

faktor lingkungan yang umum, seperti ketinggian tempat dan sistem hidrologi.

Formasi tidak ditentukan berdasarkan kondisi floristik dari vegetasi. Contoh:

Hutan hujan tropis basah pegunungan selalu hijau, padang rumput dengan tinggi

sedang yang sewaktu-waktu tergenang, dan hutan terbuka selalu hijau bertajuk

membulat

Suatu formasi biasanya tersusun atas beberapa sampai banyak asosiasi, yang

seluruhnya memiliki fisiognomi yang sama, namun masing-masing memiliki

komposisi spesies yang relatif berbeda baik secara kuantitatif maupun kualitatif

(Grosman et al., 1994).

Beard (1973) dalam Rohrig (1991) mengatakan bahwa ekosistem darat yang

beragam dapat dibagi ke dalam tipe-tipe tertentu berdasarkan fisiognominya, dan

fisiognomi didefinisikan berdasarkan kenampakan luar dan struktur dari anggota

spesies dominan, seperti hutan meranggas selalu hijau, hutan konifer, savana, dan

sebagainya. Tipe yang demikian ini disebut formasi, yang keberadaannya banyak

dipengaruhi oleh lingkungan fisik. Nampak jelas bahwa pada kondisi ekologi di

darat yang beragam, akan dijumpai tipe formasi yang berbeda, dan walaupun dari

segi komponen floristik yang spesifik berbeda, tetapi secara fisiognomi akan

nampak sama.

Dua unit terbawah dari hirarki yaitu, aliansi dan asosiasi dikembangkan

berdasarkan struktur floristik dari vegetasi. NVCS menetapkan bahwa aliansi dan

asosiasi harus ditetapkan berdasarkan analisis numerik dengan memanfaatkan

data-data yang diperoleh dari plot-plot vegetasi. Spesies diagnostik terutama

ditentukan berdasarkan tumbuhan dominan (FGDC, 1997; Jenning et al., 2003).

2. Klasifikasi Vegetasi Secara Floristik dengan Metode Perbandingan Tabel

Page 37: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

15

Klasifikasi vegetasi secara floristik adalah sistem klasifikasi yang

dikembangkan terutama berdasarkan struktur dan komposisi floristik dari suatu

vegetasi. Tipe vegetasi yang menyusun hirarki klasifikasi pada tingkat floristik ini

adalah aliansi dan asosiasi.

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi aliansi. Aliansi adalah gabungan

berbagai asosiasi yang secara fisiognomi relatif seragam dan bersama-sama

memiliki 1 atau lebih spesies diagnostik yang ketentuannya ditemukan pada strata

teratas (FGDC, 1997). Aliansi, yang juga sering disebut dengan tipe penutupan

vegetasi adalah kelompok komunitas tumbuhan yang memiliki spesies dominan

utama yang sama, juga secara fisiognomi serupa; atau merupakan kumpulan dari

komunitas tumbuhan (Grosman et al., 1994). Aliansi merupakan tipe vegetasi

yang mengandung satu atau lebih asosiasi dan didefinisikan melalui kisaran

komposisi spesies, kondisi habitat, fisiognomi dan spesies diagnostik, yang secara

khusus dan sekurang-kurangnya ditemukan sejumlah 1 atau lebih pada strata

teratas atau paling dominan dari vegetasi (Jennings et al., 2003).

Ciri-ciri asosiasi tumbuhan adalah: (1) memiliki komposisi floristik yang

relatif konsisten, (2) memiliki fisiogomi yang relatif seragam, dan (3) hadir pada

habitat yang relatif konsisten (Barbour, et al., 1987) serta dengan spesies

diagnostik yang khas.

Dalam menentukan asosiasi, beberapa metode floristik fokus pada spesies

yang hadir secara konsisten pada area pengamatan. Sementara metode lain

menekankan pada spesies diagnostik, spesies indikator, spesies dominan, maupun

spesies yang terbatas penyebarannya pada area pengamatan. Pada sistem ini

dituntut sampling lapangan yang intensif, pengetahuan yang mendalam tentang

flora, dan melakukan analisis dengan cermat terhadap data-data tegakan dari

lapangan yang telah ditabulasi untuk menentukan berbagai atribut spesies (seperti

konstan, diagnostik, dan sebagainya) (Grosman et al., 1994).

Sistem klasifikasi floristik paling sering digunakan adalah sistem yang

dikembangkan oleh Braun Blanquet, juga dikenal dengan nama sistem

perbandingan tabular (Kent & Cooker, 1992). Klasifikasi ini mengelompokkan

tegakkan vegetasi atau releve ke dalam unit-unit berdasarkan pada kriteria

floristik, yaitu komposisi spesies dengan variasi yang sifatnya kuantitatif.

Page 38: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

16

Pengelompokan dilakukan setelah seluruh daftar spesies yang terdapat pada

seluruh tegakan dipindahkan ke dalam suatu tabel tunggal yang disebut tabel

sintesis. Melalui tabel sintesis ini dapat diperlihatkan informasi floristik semua

releve yang diperbandingkan.

Dalam tabel sintesis dapat diketahui distribusi spesies pada seluruh releve,

sehingga kecendrungan distribusi spesies diantara releve dapat segera dikenali.

Kemudian peneliti mengusahakan untuk mengisolir kelompok spesies yang

memperlihatkan distribusi serupa diantara releve yang diperbandingkan, dan

kemudian menempatkannya secara berdampingan dalam tabel yang mempunyai

komposisi spesies serupa (Hardjosuwarno, 1996).

3. Klasifikasi Vegetasi Secara Floristik dengan Metode Numerik

Tujuan utama klasifikasi vegetasi dengan metode numerik sama dengan

metode perbandingan tabular, yaitu mengelompokkan seperangkat sampel-sampel

vegetasi atau kuadrat ke dalam kelas-kelas berdasarkan attribut yang ada pada

vegetasi. Idealnya setiap kelas harus memiliki komposisi spesies yang serupa.

Kelompok atau kelas ini kemudian diinterpretasikan dan digunakan untuk

menentukan tipe komunitas tumbuhan yang terdapat pada area yang dikaji (Kent

& Cooker, 1992).

Metode klasifikasi numerik merupakan teknik untuk mereduksi data dan

dimanfaatkan untuk menentukan adanya pola-pola dan keteraturan dari suatu

perangkat data. Melalui metode ini, seperangkat aturan yang jelas telah ditetapkan

sebelumnya untuk mengatur proses pengelompokan individu atau kuadrat secara

bersama-sama (Pielou, 1984). Hal ini akan menyebabkan unsur subjektifitas

terabaikan. Dengan demikian, jika kemudian ada seperangkat data yang sama dan

digunakan oleh dua peneliti yang berbeda untuk menemukan pola pengelompokan

vegetasi dengan menggunakan klasifikasi numerik yang sama, maka akan

diperoleh hasil yang sama.

Langkah pertama yang dilakukan dalam kegiatan klasifikasi numerik adalah

menentukan kesamaan (similaritas) dan ketidaksamaan (disimilaritas) di antara

objek-objek yang dibandingkan. Berbagai macam koefisien kesamaan dan

ketidaksamaan dapat diterapkan untuk menentukan kesamaan diantara kuadrat-

Page 39: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

17

kuadrat ini. Di antaranya yang paling sering digunakan adalah koefisien jarak

Euclidean, dan Squared Eulidean Distance (Kent & Cooker, 1992).

Jika seluruh pasangan objek dihitung kedekatannya maka hasilnya dapat

disusun dalam suatu matriks kesamaan. Selanjutnya adalah mengelompokkan

objek-objek yang memiliki kesamaan paling dekat ke dalam satu kelompok.

Untuk kegiatan ini ada beberapa metode perhitungan yang dapat digunakan. Di

antaranya adalah Metode Tetangga Terdekat yang juga dikenal sebagai single-

lingkage clustering, metode Ward, Centroid, Median, dan Rata-rata Kelompok

(Pielou, 1984 dan Jaya, 1999).

C. Komposisi Spesies dan Struktur Vegetasi

Setiap pengelola suatu kawasan lindung pasti ingin mengetahui jawaban dari

pertanyaan mengenai, komunitas tumbuhan apa yang terdapat pada kawasan yang

dikelolanya? spesies apa saja yang menyusun komunitas tersebut? dan di mana

dapat ditemukan? (MacKinnon et al., 1990). Untuk dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini, diperlukan kajian mengenai struktur dan komposisi vegetasi dari

suatu kawasan yang dikelola (MacCracken et al., 1983).

Struktur vegetasi adalah organisasi individu-individu di dalam ruang yang

membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi

tumbuhan. Komposisi vegetasi merupakan susunan dan jumlah spesies yang

terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Dansereau dalam Mueller -

Dombois & Ellernberg, 1974a). Elemen utama struktur vegetasi adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan. Dalam ekologi vegetasi paling sedikit

terdapat 5 tingkat struktur vegetasi, yaitu: (1) fisiognomi vegetasi, (2) struktur

biomassa, (3) struktur bentuk tumbuh, (4) struktur floristik, dan (5) struktur

tegakan (Mueller-Dombois & Ellernberg, 1974a).

Tegakan biasanya merupakan unit-unit pengelolaan yang membentuk hutan.

Dalam kehutanan tegakan merupakan unit yang agak homogen dan dapat

dibedakan dengan jelas dari tegakan di sekitarnya oleh umur, komposisi, struktur,

tempat tumbuh, atau geografi. Struktur tegakan menunjukkan sebaran umur dan

kelas diameter yang biasanya berkaitan dengan umur, serta kelas tajuk (Daniel et

al., 1979). Menurut Mueller-Dombois & Ellernberg (1974a), struktur tegakan

Page 40: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

18

adalah distribusi secara numerik individu-individu dari spesies pohon yang

memiliki ukuran berbeda. Jika individu-individu dari penyusun spesies dianalisis

dengan cara seperti ini, maka dinamakan analisis struktur populasi. Selanjutnya

jika kurva struktur populasi dari seluruh jenis di dalam tegakan yang sama

dibandingkan satu sama lain maka dinamakan analisis struktur tegakan atau

analisis struktur komunitas.

Strata adalah lapisan vegetasi yang mencakup seluruh bentuk tumbuh yang

terdapat di dalamnya. Tumbuh-tumbuhan dikelompokkan ke dalam strata tertentu

berdasarkan posisi dominansinya atau berdasarkan ketinggian di dalam tegakan,

dan bukan berdasarkan taksonomi atau bentuk tumbuh tumbuhan tersebut pada

saat dewasa. Konsekuensinya, tumbuhan pohon dapat memiliki beberapa strata

seperti anakan dan sapling. Pada lingkungan darat, strata tumbuhan jika dalam

keadaan lengkap akan tersusun atas pohon, semak, herba, dan lumut (Jenning et

al., 2003).

Konsep tentang pola dalam vegetasi mengacu pada cara dari individu-

individu suatu spesies tumbuhan berdistribusi di dalam suatu komunitas tumbuhan

(Kent & Cooker, 1987). Terdapat 3 pola dasar distribusi tumbuhan di alam, yaitu:

acak, mengelompok, dan regular, dan yang paling sering ditemukan adalah pola

mengelompok (Barbaur et al., 1987; Ewusie, 1990, dan Kershaw, 1973). Hal ini

disebabkan biji dan permudaan vegetatif cenderung untuk terkonsentrasi dekat

tumbuhan induk dan lingkungan mikro ini lebih sesuai dengan kebutuhan

(Barbour et al., 1987). Kershaw (1973) mengatakan bahwa, pola penyebaran acak

hanya terjadi bila lingkungan suatu spesies sangat seragam dan tumbuhan tersebut

tidak mempunyai kecendrungan untuk mengelompok. Penyebaran seragam terjadi

bila kompetisi antar individu tersebut telah terjadi tolak menolak positif sehingga

timbul ruang atau jarak yang teratur antara individu. Selanjutnya, apabila individu

menyebar secara mengelompok, maka masing-masing kelompok kecil dapat

tersebar baik secara acak maupun seragam.

Secara biologis keanekaragaman spesies adalah ukuran heterogenitas

populasi suatu komunitas (Hunter, 1999). Keanekaragaman merupakan kombinasi

antara kekayaan spesies dan kemerataan spesies. Kekayaan spesies adalah jumlah

spesies dalam suatu area pengamatan. Setiap spesies tumbuhan umumnya tidak

Page 41: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

19

mempunyai jumlah individu sama. Distribusi individu di antara spesies disebut

kemerataan spesies. Makin tinggi jumlah dan kemerataan spesies makin tinggi

pula keanekeragaman spesies (Barnes et al., 1980). Secara umum terdapat gradien

kenaikan keanekaragaman dari daerah kutub ke ekuator dan dari daerah tinggi ke

yang lebih rendah (Begon et al., 1990).

Indeks yang menggabungkan antara kekayaan spesies dengan kemerataan

spesies disebut Indeks Keanekaragaman (Ludwig & Reynold, 1988). Selanjutnya

Cox (1974) mengatakan bahwa, indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk

membandingkan data komposisi komunitas dari sumber yang berbeda. Perbedaan

sumber tersebut antara lain perbedaan suksesi, habitat, maupun waktu.

MacCracken et al., (1983) mengatakan bahwa, keberhasilan manajemen

vegetasi untuk suatu kawasan lindung atau kawasan yang dikelola untuk berbagai

tujuan lainnya, memerlukan pengetahuan tentang keanekaragaman komunitas

tumbuhan di kawasan yang dikelola tersebut. Unit-unit vegetasi yang berbeda

akan menghasilkan tanggapan yang berbeda terhadap aplikasi suatu manajemen.

Praktek pengelolaan vegetasi yang berhasil diterapkan pada suatu lahan belum

tertentu berhasil jika diaplikasikan pada vegetasi di lahan lain, walaupun vegetasi

tersebut nampak sama.

D. Ordinasi dan Analisis Faktor

Ordinasi merupakan istilah gabungan untuk teknik-teknik multivariat yang

sesuai bagi kelompok-kelompok data multidimensi (Clarck, 1984) dan hasil yang

diperoleh dapat diproyeksikan ke dalam bentuk dua dimensi. Dengan demikian

pola-pola bawaan yang dimiliki oleh data kajian akan nampak secara visual

(Clarck, 1984; Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a). Melalui ordinasi, maka

dimungkinkan untuk menampilkan tegakan vegetasi dalam bentuk geometrik

sehingga tegakan yang paling serupa berdasarkan komposisi spesies beserta

kemelimpahannya akan mempunyai posisi saling berdekatan, sedang tegakan-

tegakan lainnya yang berbeda muncul saling berjauhan (Mueller-Dombois &

Ellenberg, 1974a). Barbour et al., (1987) dan Clarck (1984) mengatakan bahwa

pada dasarnya, ordinasi bertujuan untuk meringkas data menjadi lebih sederhana,

Page 42: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

20

menghemat ruang, mudah dibaca dan kemudian dapat digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara pola-pola komposisi spesies dengan gradasi

lingkungan yang mempengaruhi pola-pola tersebut.

Hal yang penting untuk diingat yaitu, tujuan ordinasi adalah untuk

membantu peneliti menemukan pola-pola tertentu dari seperangkat data yang

terlalu rumit untuk diinterpretasi. Teknik ordinasi yang baik akan sanggup

mengidentifikasi dimensi-dimensi paling penting dari perangkat data yang sedang

dianalisis, dan mengabaikan gangguan dalam rangka memperlihatkan pola-pola

tersebut. Namun demikian, ordinasi seharusnya tidak digunakan di dalam kajian

yang dituntun oleh hipotesis. Ordinasi dapat dipandang sebagai alat untuk

mengeksplorasi data. Dengan demikian, analisis post-hoct dapat diterima, dan

banyak teknik yang berbeda dapat diterapkan pada perangkat data yang sama.

Tidak ada hipotesis nol yang dapat ditolak, demikian juga nilai p untuk menguji

signifikasi secara statistik. Ketika nilai p (p-value/probablitas p) diusulkan, maka

ia hanya dapat digunakan sebagai tuntunan yang kasar atau indikator dari proses-

proses yang ada, yang memiliki kemungkinan menjelaskan pola-pola komunitas

(Clarck, 1984).

Analisis faktor adalah salah satu metode statistik multivariat yang sering

digunakan dalam ordinasi (Clifford & Stephenson, 1975; Greig-Smith, 1983).

Analisis faktor merupakan istilah umum untuk sejumlah teknik matematik dan

statistik yang berbeda tapi berhubungan, yang dirancang untuk meneliti sifat

hubungan-hubungan antara variabel dalam perangkat (set) tertentu. Masalah

dasarnya adalah menentukan apakah variabel-variabel n dalam suatu perangkat

menunjukkan pola hubungan satu sama lain, sehingga perangkat tersebut dapat

dipecah menjadi subperangkat m, yang masing-masing terdiri atas sekelompok

variabel yang cenderung lebih berhubungan satu sama lain dalam subperangkat

dari pada variabel lain dari subperangkat yang beda (Hardjodipuro, 1985).

E. Kawasan Tropis Pegunungan

Istilah ataupun nama hutan hujan tropis umumnya diberikan tidak hanya

pada hutan selalu hijau dari dataran rendah tropis yang lembab. Formasi ini

ditemukan juga menyebar mulai pada ketinggian rendah sampai pada ketinggian

Page 43: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

21

sedang di daerah pegunungan tropis, walau dengan struktur yang tidak

semelimpah dibanding hutan hujan tropis dataran rendah (Richard, 1964).

Penyebaran kawasan tropis pegunungan berdasarkan lintang terbatas pada

kawasan tropis, yang meliputi wilayah katulistiwa dan meluas ke utara sampai

garis balik utara dan ke selatan sampai garis balik selatan. Hutan tropis

pegunungan ditemukan pada ketinggian antara 500 m sampai dengan 4000 m dpl,

dan sebagian besar terletak pada kisaran ketinggian antara 1500 m dpl sampai

dengan 2800 m dpl. Namun pada daerah kepulauan di daerah tropis, misalnya di

kepulauan Karibia, hutan tropis pengunungan telah dapat ditemukan pada

ketinggian 300 m dpl (Kappelle, 2004). Menurut UNEP (2003) sekitar 3.4% dari

permukaan bumi di daerah tropis adalah kawasan pegunungan.

Zonasi di kawasan pegunungan terkait dengan penyebaran tumbuhan dan

pada gilirannya terkait dengan perubahan kondisi lingkungan terutama iklim yang

terdapat di sepanjang pegunungan. Semakin tinggi lokasi suatu daerah kondisi

iklim menjadi semakin tidak bersahabat terhadap mahluk hidup, dan dalam

kaitannya dengan tumbuhan akan ditemukan perubahan struktur dan komposisi

seiring dengan perubahan ketinggian (UNEP, 2003).

Kawasan Malesia oleh Van Steenis (1972) yang mencakup Semenanjung

Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua Nugini memiliki

beberapa zona kehidupan. Zona ini ditetapkan oleh Van Steenis setelah mengkaji

perubahan komposisi spesies tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat dengan

cara menemukan batas distribusi terendah dan tertinggi dari spesies tersebut di

kawasan ini. Zona kehidupan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian 1 – 1000 m dpl : Zona Tropis dan pada rentang ketinggian

500 – 1000 m dpl disebut zone Colline.

2. Ketinggian 1000 – 1500 m dpl : Zona Sub Pegunungan.

3. Ketinggian 1500 – 2400 m dpl : Zona Pegunungan.

4. Ketinggian 2400 – 4000 m dpl : Zona sub Alphin

5. Ketinggian 4000 – 4500 m dpl : Zona Alphin

6. Ketinggian di atas 4500 m dpl : Zona Nival.

Setiap kenaikan 100 m dpl penurunan suhu udara yang terjadi adalah sekitar

0.60 C namun penurunan ini juga bergantung pada faktor-faktor seperti penutupan

Page 44: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

22

oleh awan, waktu, dan kandungan uap air yang terdapat di udara (Hadiyanto,

1997). Perubahan dari hutan tropis dataran rendah menjadi hutan tropis sub

pegunungan nampaknya sangat banyak dipengaruhi oleh suhu udara, yaitu saat

suhu udara turun di bawah 180C banyak spesies tumbuhan dataran rendah

digantikan oleh spesies pegunungan yang secara floristik berbeda. Pada

pegunungan daratan di daerah tropis transisi ini biasanya ditemukan pada

ketinggian 1200–1500 m dpl (Bruijnzeel, 2001), bahkan menurut Van Steenis

(1972) kawasan ini telah ditemukan pada kisaran ketinggian 1000-1500 m dpl.

Perubahan struktur, fisiognomi, dan komposisi hutan dari hutan tropis

dataran rendah ke hutan tropis sub pegunungan bersifat gradual yakni tinggi,

ukuran, biomassa, dan keanekaragaman pohon semakin berkurang (Aiba &

Kitayama, 1999; Bruijnzeel, 2001). Pohon-pohon mencuat yang besar dan

ditemukan melimpah pada hutan tropis dataran rendah menjadi sangat sedikit

pada hutan sub pegunungan. Penyusutan ini menyebabkan strata pepohonan pada

hutan tropis dataran rendah yang terdiri atas 3 lapis, menjadi 2 lapis (Whitmore,

1986). Hanya sedikit pepohonan yang memiliki banir, dan jika ada, ukurannya

kecil. Tumbuhan liana berkayu berukuran besar juga jarang ditemukan. Pada sisi

lain tumbuhan epifit seperti anggrek jauh lebih melimpah (Whitten et al., 1996).

Tipe hutan sub pegunungan tropis di gantikan oleh tipe hutan pegunungan

pada ketinggian tempat penutupan oleh awan berlangsung terus menerus. Pada

pegunungan-pegunungan besar, kisaran ketinggian hutan tropis pegunungan

adalah 2000-3000 m dpl. Perbedaan tinggi pohon yang jelas akan ditemukan

antara hutan tropis sub pegunungan dengan hutan tropis pegunungan pada hutan

sub pegunungan tinggi pepohonan relatif masih tinggi, berkisar antara 15-35 m

dan pada hutan tropis pegunungan hanya berkisar 2–30 m dan tertutup oleh lumut

sangat melimpah (70–80% tertutup oleh Bryophyt) (Bruijnzeel, 2001), dan pada

hutan ini epifit jenis anggrek semakin berkurang dan digantikan oleh spesies

paku-pakuan transparan. Ukuran pohon lebih kecil dan kanopi menjadi lebih

seragam (Whitmore, 1986).

Di atas kawasan yang selalu tertutup awan curah hujan berkurang dengan

drastis. Karakter lingkungan menjadi kering dan hutan menjadi semakin terbuka

(Walter, 1971) dan pepohonan sangat kerdil dengan ketinggian berkisar antara

Page 45: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

23

1.5–9 m. Pada kawasan ini tumbuhan epifit tidak ditemukan sama sekali dan

kelimpahan lumut sangat besar. Kawasan ini adalah kawasan hutan sub alphin dan

ditemukan pada kisaran ketinggian 2800-3200 m dpl (Bruijnzeel, 2001).

Sebagian besar kawasan hutan hujan tropis Indo-Malaya dan Australia

adalah daerah pegunungan. Pegunungan yang ada di kawasan ini jarang yang

mencapai ketinggian 3500 m, dan sebagian besar di antaranya jarang mencapai

ketinggian yang secara iklim pertumbuhan pohon menjadi terhambat. Hanya

puncak Gunung Kinabalu di Sabah dan Pegunungan Jayawijaya di Papua yang

memiliki ketinggian di atas 4000 m dpl (Richard, 1964).

Page 46: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

Kawasan Gunung Salak secara administratif meliputi wilayah Kecamatan

Ciampea, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Pamijahan (Kabupaten Bogor), serta

Kecamatan Cicurug dan Kecamatan Parungkuda (Kabupaten Sukabumi). Secara

geografis kawasan ini terletak pada posisi 060 43’ 32” - 060 43’ 32” LS dan 1060

37’41” - 106040’50” BT. Kenampakan kawasan Gunung Salak melalui citra satelit

dapat dilihat pada Gambar 3.

Kawasan Gunung Salak memiliki luas ± 31.327 ha. Berdasarkan SK Menteri

Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 status Gunung Salak

berubah menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sebelumnya, kawasan ini

merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutan Unit III Jawa Barat.

Luas total taman nasional ini ± 113.357 ha dan meliputi 3 wilayah kabupaten, yaitu

Bogor, Sukabumi, dan Lebak.

B. Iklim

Rata-rata curah hujan bulanan cukup tinggi di kawasan Gunung Salak terjadi

pada bulan November hingga Mei, umumnya mencapai di atas 300 mm/bulan,

sedangkan pada bulan Juni hingga Oktober, curah hujannya kurang dari 300

mm/bulan.

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember. Pada bulan-bulan

selanjutnya mulai sedikit menurun dan mencapai intensitas terendah pada bulan

Agustus yaitu sebesar 159 mm. Selanjutnya mengalami kenaikan kembali dengan

intensitas yang cukup tinggi mulai bulan November. Secara klimatologis tidak

tampak perbedaan yang jelas antara musim hujan dan kemarau di kawasan ini

sehingga dapat dikatakan mengalami musim hujan sepanjang tahun. Suhu udara rata-

rata di kaki Gunung Salak sekitar 25.70 C sedangkan suhu udara maksimum sekitar

29.90C dan minimumnya sekitar 21.60 C. (Hadiyanto, 1997).

Page 47: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

25

Gambar 3. Citra Gunung Salak melalui satelit Landsat ETM.

Gambar 4 . Vegetasi penutup lahan di Gunung Salak.

Page 48: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

26

C. Geologi, Tanah, dan Topografi

Gunung Salak merupakan salah satu dari lebih kurang 40 gunung utama di

Pulau Jawa yang saat ini tidak aktif lagi. Sisa-sisa aktivitas vulkanik Gunung Salak

masih dapat ditemukan antara lain di kawah Ratu, kawah Hirup, kawah Paeh, kawah

Perbakati, dan kawah Cibeureum.

Dilihat dari letak topografinya, Gunung Salak berada dalam kesatuan hamparan

dengan gunung Halimun Timur (1750 m dpl) dan gunung Halimun Barat (1929 m

dpl), namun terpisah dari gunung Gede Pangrango oleh lembah sungai Cisadane dan

Cicurug. Batu-batuan induk terdiri atas lahar, lava, bahan-bahan piroklastik dengan

komposisi basaltik andesit yang berasal dari kegiatan gunung Perbakti zaman

Pleiston atas (Putro, 1997).

Tanah pada kawasan Gunung Salak sebagian besar terdiri atas jenis Andosol,

dengan solum sedang sampai dalam sekitar 60 -120 cm. Lapisan atas kaya zat

organik berwarna coklat kemerahan sampai hitam. Tekstur lempung sampai lempung

liat berdebu. Struktur granular kasar, konsistensi sedang. Lapisan di bawahnya merah

kekuningan, coklat kemerahan sampai coklat kuat, tekstur lempung sampai lempung

berpasir. Struktur granular kasar, konsistensi sedang (Pertamina-UGI dalam Vivien,

2002).

Kawasan ini juga sebagian besar merupakan daerah dengan kemiringan lereng

lebih besar 40%, selebihnya merupakan daerah bergelombang dan berbukit dengan

kemiringan lereng 15-40%.

D. Vegetasi Penutup Lahan dan Flora di Kawasan Gunung Salak

Tanah yang digunakan untuk kegiatan budi daya pertanian di kawasan Gunung

Salak, sebagian besar terletak pada daerah dengan kemiringan lereng 15 % - 40%

berupa tegalan dan kebun campuran. Pada kawasan ini juga telah banyak dibuka

lahan untuk kegiatan perkebunan (Sastrowihardjo, 1997). Pada Gambar 4 dapat

dilihat vegetasi penutup lahan di kawasan Gunung Salak yang diperoleh melalui hasil

klasifikasi citra Landsat ETM tahun 2001. Vegetasi penutup lahan tersebut adalah:

hutan, semak, alang-alang, kebun, perkebunan teh, ladang, sawah, dan lahan terbuka.

Page 49: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

27

Putro (1995) mengatakan bahwa di hutan dataran tinggi atau sub pegunungan

banyak ditemukan rasamala (Altingia exelsa), pasang (Quercus lineata), puspa

(Schima walichii), saninten (Castanopsis javanica), pasang kiriung anak (C.

argertea), sampang (Euodia alba), gompong (Arthrophyllum diversifolium) dan ki

leho (Sauraria peduncluosa). Lebih lanjut dikatakan bahwa vegetasi kawah di

Gunung Salak dapat ditemukan di beberapa tempat, antara lain Kawah Ratu, Kawah

Cibeureum, Kawah Perbakti dan Kawah Paeh. Vivien (2002) mengatakan bahwa

jenis tumbuhan bawah yang melimpah di kawasan Gunung Salak antara lain

Dioscorea myriantha dan Strobilanthes blumei.

Selanjutnya Putro (1995) menyatakan bahwa di kawasan Gunung Salak banyak

sekali ditemukan spesies tumbuhan langka, diantaranya Creochiton bibrateata,

Cannarium kipella, Diplycosia pilosa, Rhododendron album, R. Wilheminae,

Pinanga javana, Corybas vornicatus, Nervelia concolor, Macodes asrgyroneura.

E. Fauna di Kawasan Gunung Salak

Komposisi spesies satwa di Gunung Salak diduga memiliki banyak kesamaan

dengan Gunung Gede Pangrango (Putro, 1995). Beberapa jenis mamalia yang

penting yang ditemukan di kawasan Gunung Salak antara lain owa Jawa (Hylobates

moloch), surili (Presbytis comata), lutung Jawa (Trachypithecus uratus), lutung

hitam (T. cristatus), macan tutul (Panthera Pardus), kijang (Muntiacus muntjak),

rusa (Cervus timorensis), landak (Hystrix barachyura), garangan (Herpestes

javanicus), trenggiling (Manis javanica), dan sigung (Mydaus javanicus) (Putro,

1997; Paulina, 2005).

Di kawasan Gunung Salak ditemukan beberapa jenis burung yang memiliki

nilai konservasi tinggi karena merupakan hewan endemik di Jawa dan Bali, hewan

dilindungi, maupun hewan yang jarang. Burung-burung tersebut diantaranya elang

Jawa (Spizaetus bartelsii), elang ular (Spilornis cheela), elang brontok (Spizaetus

sirrhatus), elang hitam (Ictungaetus malayensis), alap-alap (Accipiter trivirgatus),

puyuh gonggong (Arborophylla javanicus), serindit (Loriculus pusillus), menintin

(Alcedo meninting), bututut (Megalaima corvina), tohtor (M. armillaris), caladi tikus

(Sasia arbonis), kepodang gunung (Coracina larvata) (Putro, 1997).

Page 50: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di zona sub pegunungan (sub montane),

Gunung Salak pada kisaran ketinggian 1000 – 1500 m dpl. Lokasi kawasan sub

pegunungan Gunung Salak dapat didaki dari beberapa tempat, dan pada penelitian

ini melalui Desa Gunung Bunder Dua (S 6o41’484”- E 106o42’234”) dan Desa

Gunung Sari (Kawah Ratu) (S 6o41’786”-E 106o42’006”) Kecamatan Pamijahan,

Kabupaten Bogor. Sebelumnya beberapa kegiatan penjajakan terhadap kondisi

lapangan telah dilakukan beberapa kali. Penelitian di lapangan berlangsung sejak

pertengahan bulan Febuari tahun 2006 sampai dengan akhir bulan Juli tahun 2006

dan selanjutnya dilakukan penelitian berupa analisis tanah, analisis spesies

tumbuhan serta pengolahan dan analisis data. Lokasi penelitian dapat di lihat

pada Gambar 5.

Gambar 5. Lokasi penelitian.

Page 51: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

29

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah, (a) Citra dijital satelit Landsat

ETM tanggal 12 Mei 2001 yang diperoleh dari PPLH IPB (Pusat Penelitian

Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor). (b) Peta kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak skala 1:50.000 dari JICA, peta digital kontur, peta

administrasi kawasan Gunung Salak, dan peta jenis tanah kawasan Gunung Salak

yang diperoleh dari PPLH IPB. (c) Bahan untuk pembuatan herbarium, berupa:

alkohol (70%), label, sasak bambu, koran bekas, kertas karton, kantong plastik

besar (40 x 110 cm), dan kantong plastik berbagai ukuran.

2. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah, (a) Perangkat komputer, perangkat

lunak Microsoft Office 2003, Erdas Imagine ver. 8.5, ArcView ver. 3.3 beserta

file ekstensionnya, dan SPSS ver. 13. (b) Alat pengecekan lapangan: GPS Garmin

Extrex Vista, kompas geologi, klinometer sunto, dan altimeter. (c) Alat

dokumentasi berupa kamera dijital Canon Power Shoot A95 5 Mp dan baterai

charger sebanyak 4 buah. (d) Peralatan inventarisasi vegetasi, berupa: Kompas,

meteran panjang (50 m), meteran pendek (10 m) dari logam, pita diameter,

gunting stek, dan patok-patok dari bambu atau kayu, tali plastik, cat untuk

penomoran. (e) Alat tulis menulis dan (e) Peralatan jelajah lapangan.

C. Cara Kerja

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan tempat

pengambilan data akan dilaksanakan. Hal ini di lakukan melalui penjajakan awal

ke lokasi penelitian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pengambilan data

sekunder dari berbagai instansi terkait dan penduduk di sekitar kawasan Gunung

Salak.

Page 52: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

30

2. Penentuan Area Kajian dan Model Cuplikan Vegetasi

Pengambilan sampel vegetasi dilakukan di empat tempat di zona sub

pegunungan, Gunung Salak, yaitu pada lereng arah Utara, Selatan, Timur, dan

Barat sehingga secara ekologi seluruh kawasan dapat terwakili. Sampling vegetasi

dilakukan dengan cara systematic sampling with random start dengan teknik

analisis vegetasi berupa kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak.

Metode jalur untuk inventarisasi vegetasi tingkat pohon dan metode garis

berpetak untuk inventarisasi vegetasi tingkat semai dan anakan serta herba.

Setiap jalur yang dibuat memiliki panjang 1000 m dan lebar 20 m. Di setiap

lereng tempat pengamatan vegetasi dilakukan, diambil unit contoh sebanyak 3

buah jalur. Peletakan jalur pertama pada setiap lokasi dilakukan secara acak dan

peletakan selanjutnya secara sistimatis dengan jarak antara jalur adalah 200 m.

Peletakan jalur dilakukan memotong tegak lurus garis kontur pada arah

ketinggian.

Keterangan : Plot ukur ukuran 20 x 20 m digunakan untuk pengambilan data pohon. Plot ukur

ukuran 10 x 10 m digunakan untuk pengambilan data semak dan anakan pohon. Plot ukur ukuran 5 x 5 m digunakan untuk pengambilan data herba.

Gambar 6. Desain plot penelitian.

Pada setiap jalur sampling dilakukan pembagian plot-plot pengamatan

sebagai berikut: (1) plot pengamatan untuk strata pohon berukuran 20 x 20 m, (2)

plot pengamatan untuk strata semak dan anakan pohon berukuran 10 x 10 m, plot

ini terletak di dalam plot pengamatan untuk strata pohon dan (3) plot pengamatan

untuk strata herba berukuran 5 x 5 m, plot ini terletak di dalam plot pengamatan

untuk vegetasi tingkat semak dan anakan pohon (Gambar 6). Untuk memudahkan

di dalam risalah penelitian maka setiap kumpulan plot pengamatan sebanyak 10

Page 53: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

31

buah dijadikan 1 buah blok pengamatan. Dengan demikian terdapat 60 buah blok

pengamatan dengan luas seluruh lokasi sampling adalah ± 24 ha.

3. Tehnik Pengambilan Data

a. Data Vegetasi

Data vegetasi diperoleh melalui pengamatan lapangan yang dilakukan di

setiap plot. Data yang diamati adalah vegetasi strata pohon, semak dan anakan

pohon, serta herba. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan pohon adalah

semua tumbuhan berkayu dengan diameter batang setinggi dada (pada ketinggian

130 cm di atas permukaan tanah) ≥ 10 cm. Setiap pohon di dalam plot

pengamatan diukur diameter batangnya dan kemudian diidentifikasi sampai pada

tingkat spesies. Selanjutnya, pada setiap pohon yang ditemukan di dalam plot,

dicatat keberadaan akar banir pada pohon tersebut.

Ketentuan untuk pengukuran diameter batang pohon dan penghitungan

jumlah pohon adalah sebagai berikut: (1) Pengukuran dilakukan pada setinggi

dada (130 cm di atas permukaan tanah). (2) Untuk pohon yang berbanir lebih dari

130 cm di atas permukaan tanah, pengukuran dilakukan 20 cm di atas banir. (3)

Pohon yang bercabang, apabila letak percabangan lebih tinggi dari 130 cm maka

pengukuran dilakukan setinggi 130 cm (pohon dianggap satu), sedangkan apabila

tinggi percabangan di bawah 130 cm dari permukaan tanah maka pengukuran

dilakukan terhadap kedua cabangnya (pohon dianggap dua). (4) Pengukuran

diameter batang yang berada pada permukaan tanah yang miring dilakukan di

sebelah atasnya searah dengan menurunnya lereng. (5) Apabila setengah atau

lebih dari garis menengah pohon tersebut masuk ke dalam plot, maka pengukuran

terhadap diameternya dilakukan, namun jika sebaliknya tidak dilakukan. (6)

Khusus untuk bambu yang tumbuh dalam rumpun, baik pada strata pohon maupun

semak, maka setiap rumpun dihitung sebagai 1 individu.

Semak pada penelitian ini adalah semua tumbuhan berkayu yang memiliki

percabangan tepat di atas permukaan tanah dan tidak memiliki batang utama,

sedangkan anakan pohon adalah tumbuhan pohon yang memiliki diameter batang

lebih kecil dari 10 cm. Setiap individu tumbuhan semak dan anakan pohon

dihitung, selanjutnya diidentifikasi sampai ke tingkat spesies.

Page 54: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

32

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan tumbuhan herba adalah

tumbuhan yang tidak memiliki bagian tubuh yang berkayu. Pengambilan data

dilakukan dengan cara menaksir persentase luas penutupan tajuk setiap tumbuhan

herba yang ditemukan terhadap plot pengamatan ukuran 5 x 5m. Penaksiran

dilakukan dengan mengacu pada skala Braun-Blanquet (Tabel 1). Selanjutnya

dilakukan identifikasi sampai pada tingkat spesies.

Dominansi strata pohon ditentukan berdasarkan basal area, sedangkan

untuk strata semak dan anakan pohon dominansi tidak dihitung. Untuk strata

herba dominansi ditentukan berdasarkan luas penutupan tajuk terhadap plot

pengamatan. Kerapatan diamati berdasarkan jumlah individu spesies yang

dijumpai pada setiap plot pengamatan, dan hanya dilakukan untuk strata pohon

serta semak dan anakan pohon. Frekuensi ditentukan berdasarkan kehadiran setiap

spesies di dalam plot pengamatan.

Untuk keperluan penentuan tipe vegetasi, maka pada setiap plot ukuran 20 x

20 m dilakukan penaksiran luas penutupan tajuk dari setiap strata tumbuhan.

Penaksiran dilakukan secara visual sambil mengitari plot 20 x 20 m. Penaksiran

dilakukan dengan mengacu pada skala Braun-Blanquet (Tabel 1). Penaksiran

terhadap ketinggian strata pohon dilakukan secara visual.

b. Data Lingkungan Abiotik

Data lingkungan abiotik yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

(1) Koordinat geografi dari plot pengamatan dengan menggunakan perangkat

GPS (Global Positioning System).

(2) Contoh tanah yang diambil merupakan tanah terganggu yang diperoleh dari 5

titik dalam setiap plot pengamatan pada suatu blok pengamatan. Contoh tanah

diambil pada kedalaman 30 cm. Contoh tanah dari setiap plot pengamatan

pada blok yang sama kemudian dicampur menjadi composite sample. Berat

contoh tanah adalah 1 kg (Kusmana, 1989; Notohadiprawiro, 1987).

(3) Data kualitatif berupa ada atau tidak kejadian gangguan pada plot pengamatan

diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan

(4) Kemiringan lereng plot pengamatan diukur dengan menggunakan Clinometer

dengan satuan persen, dan arah lereng diketahui dengan menggunakan alat

penunjuk arah kompas.

Page 55: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

33

(5) Ketinggian plot pengamatan dari permukaan laut diukur dengan menggunakan

alat altimeter. Pengukuran dilakukan pada titik tengah plot pengamatan.

c. Data Sekunder

Data sekunder curah hujan sejak tahun 2004-2008 diperoleh dari stasion

Ciaten (ketinggian 947 m dpl; S -06o43’21,3"; E 108o36’14,1"). Data suhu udara

sejak tahun 2004-2008 diperoleh dari stasion Citeko (ketinggian 920 m dpl; S -

06o42' ; E 06o56'). Data dari Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan penduduk

setempat berupa berbagai aktivitas manusia di kawasan penelitian dan peristiwa

alam yang berlangsung pada kawasan penelitian.

4. Analisis Data

a. Kajian Komposisi Spesies Vegetasi

Komposisi spesies yang menyusun vegetasi pada area kajian dapat diketahui

dari daftar spesies yang dicatat saat pengamatan lapangan. Identifikasi langsung

dilakukan di lapangan. Spesies tumbuhan yang tidak dapat diketahui namanya,

diidentifikasi melalui herbariumnya di laboratorium. Proses yang dilakukan

untuk kajian komposisi vegetasi adalah sebagai berikut:

(1) Menggunakan buku-buku kunci determinasi tumbuhan antara lain dari

Backer & Bakhizen Van Den Brink (1963-1968); Balgooy (2001); Koorders

(1922). Karakteristik bentuk batang, daun, bungan dan buah (jika ada) dari

spesies yang diidentifikasi disesuaikan dengan spesies yang ada di buku

kunci determinasi.

(2) Melakukan identifikasi dengan mencocokkan karakteristik spesies yang

diidentifikasi dengan voucer spesimen.

(3) Memanfaatkan jasa teknisi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat.

(4) Identifikasi sampai tingkat spesies di lakukan di Herbarium Bogoriense,

LIPI, Cibinong.

b. Penentuan Persentase Penutupan Tajuk Strata Vegetasi

Data dari kajian ini dimanfaatkan dalam klasifikasi vegetasi khususnya

penentuan tipe vegetasi tingkat kelas. Untuk strata herba juga dimanfaatkan untuk

Page 56: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

34

analisis vegetasi. Data dugaan persentase penutupan tajuk dari lapangan kemudian

dikonversi ke skala Braun-Blanquet (Tabel 1).

Tabel 1. Kisaran penutupan tajuk Braun-Blanquet

Kelas Penutupan Tajuk

Kisaran Penutupan Tajuk (%)

Rata-Rata

5 75 – 100 87,5 4 50 – 75 62,5 3 25 – 50 37,5 2 5 – 25 15,0 1 1 – 5 2,5 + < 1 0,1 r << 1 *

Keterangan: * Individu muncul hanya sekali, penutupan diabaikan. c. Kajian Kemelimpahan dan Struktur Vegetasi

(1) Kemelimpahan Spesies Penyusun Vegetasi

Perhitungan kemelimpahan spesies di area kajian ditentukan berdasarkan

kepentingan relatif dari spesies-spesies yang menyusun vegetasi dengan rumus-

rumus berikut. Penentuan basal area pohon dihitung dengan rumus dari Mueller-

Dombois & Ellenberg (1974a) sebagai berikut:

b a = (½ d)2 π

keterangan : ba = basal area = luas penutupan; d = diameter batang setinggi dada (diukur pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah); dan π = 3.142875.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung indeks nilai penting

setiap spesies dilakukan dengan menggunakan serangkaian rumus-rumus berikut

:

Jumlah individu suatu spesies

Kerapatan Mutlak = Luas petak contoh Kerapatan mutlak suatu spesies Kerapatan Relatif = x 100 % Kerapatan total seluruh spesies Jumlah sub petak contoh suatu spesies hadir Frekuensi Mutlak = Jumlah seluruh petak contoh

Page 57: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

35

Frekuensi mutlak suatu spesies Frekuensi Relatif = x 100% Jumlah frekuensi seluruh spesies Jumlah luas penutupan suatu spesies Dominansi Mutlak = Luas petak contoh Dominansi mutlak suatu spesies Dominansi relatif = x 100 % Jumlah dominansi seluruh spesies (Cox, 1978; Hardjosuwarno, 1990; dan Kusmana, 1997).

Ketentuan yang digunakan dalam penentuan indeks nilai penting setiap

strata adalah, untuk pohon rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Indeks nilai penting = dominansi relatif + kerapatan relatif + frekuensi relatif.

Untuk strata semak dan anakan pohon, indeks nilai penting dihitung dari

kerapatan relatif dan frekuensi relatif dengan rumus sebagai berikut:

Indeks nilai penting = kerapatan relatif + frekuensi relatif.

Selanjutnya untuk tumbuhan herba indeks nilai penting dihitung dari

dominansi relatif dan frekuensi relatif, dan rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut: Indeks nilai penting = dominansi relatif + frekuensi relatif

(2) Sebaran Kelas Diameter Pohon

Struktur tegakan horizontal dari strata pohon diketahui dengan mengkaji

sebaran diameter setiap individu pohon di dalam blok pengamatan. Setiap pohon

di dalam setiap blok pengamatan ditentukan kelas diameternya. Kelas diameter

dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu: kelas 10–19cm, 20-29cm, 30-39cm, 40-

49cm, 50-59cm, 60-69cm, 70-79cm, dan ≥ 80 cm. Jumlah individu pohon yang

terdapat pada setiap kisaran kelas diameter kemudian diplotkan pada bidang 2

dimensi.

(3) Indeks Keanekaragaman Spesies

Berbagai parameter keanekaragaman spesies dihitung dengan rumus-rumus

berikut:

(a) Indeks Keanekaragaman Spesies Shannon-Wienner

Page 58: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

36

Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan rumus Shannon-Wienner.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

H’ = - ∑ pi ln pi (Michael, 1984).

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman spesies; pi = n/N; n: indeks nilai penting suatu spesies; dan N: total nilai penting seluruh spesies. (b) Indeks Kemerataan Spesies

Indeks kemerataan spesies dihitung dengan rumus dari Pilou dalam Odum H’ (1993), yaitu: e = log S Keterangan: e = Indeks kemerataan; H’ = Indeks keanekaragaman spesies; s = Total kerapatan seluruh spesies pada suatu unit ekologi (untuk pohon dan semak) atau total dominansi seluruh spesies pada suatu unit ekologi (untuk herba). (c) Indeks Kekayaan Spesies

Indeks kekayaan spesies dihitung dengan menggunakan rumus Menhinick

dalam Ludwig dan Reynolds (1988) sebagai berikut:

nSR =

Keterangan: R = Indeks kekayaan spesies; S = Jumlah spesies; dan n = Jumlah individu seluruh spesies (untuk pohon dan semak) atau jumlah dominansi seluruh spesies (untuk herba).

d. Analisis Data Tanah

Data jenis tanah diketahui melalui operasi tumpang susun antara peta jenis

tanah kawasan Gunung Salak dengan peta administrasi kawasan gunung Salak.

Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu-Ilmu Tanah, Institut Pertanian

Bogor. Data tanah tersebut adalah: pH, kadar air, tekstur tanah yang ditentukan

dengan analisis granular dengan cara pipet; unsur N total dengan formulasi

Kjedahl; unsur P dengan metode Olsen, unsur K dengan metode cobalt nitrit,

unsur Al dengan metode titrasi ekstrak KCL; dan unsur C organik dengan metode

kimiawi yang dikembangkan oleh Walkley dan Black. Juga unsur Ca, Na dan Mg

tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa.

e. Penentuan Tipe Vegetasi

Page 59: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

37

(1) Penentuan Tipe Vegetasi Fisiognomi Struktural

Tipe vegetasi pada setiap blok pengamatan diklasifikasi dengan mengacu

pada tipe vegetasi UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler &

Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman

et al., 1994 ). Klasifikasi ini bersifat hirarki yang bermakna bahwa untuk setiap

komponen klasifikasi terdapat tingkat generalisasi dan pemisahan. Delineasi tipe

vegetasi pada setiap tingkat dalam hirarki berdasarkan kriteria objektif yang

diperoleh dari unit vegetasi.

Unit vegetasi dalam penelitian ini adalah unsur-unsur klasifikasi yang

kurang lebih sama dan digunakan untuk pembentukan tipe vegetasi (Tabel 2).

Pada tipe vegetasi 1 sampai 4 dari hirarki paling atas didasarkan pada kondisi

fisiognomi struktural vegetasi.

Tabel 2. Hirarki sistem klasifikasi vegetasi UNESCO dan NVCS

No Tipe Vegetasi UNESCO

Tipe Vegetasi NVCS

Kriteria Delineasi

1. Kelas Formasi Kelas Fisiognomi Penutupan Tajuk 2. Subkelas Formasi Subkelas Fisiognomi Morfologi 3. Kelompok Formasi Kelompok Fisiognomi Iklim Makro 4. Formasi Formasi 1. Zona Kehidupan

2. Ketinggian Tajuk 5. Aliansi Floristik, Struktural,

Fisiognomi 6. Asosiasi Floristik

(2) Penentuan Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi

Tipe vegetasi ke 5 adalah tipe vegetasi tingkat aliansi yang ditentukan

berdasarkan fisiognomi, struktur, dan komposisi vegetasi. Tipe ini merupakan

peralihan antara tipe vegetasi yang ditentukan secara fisiognomi struktural dan

tipe yang murni ditentukan secara floristik, yaitu tipe vegetasi tingkat Asosiasi.

Level unit ini dalam hirarki klasifikasi adalah level floristik. Acuan yang

digunakan adalah NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994&1998).

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pengelompokan blok pengamatan yang membentuk tipe vegetasi tingkat

aliansi dilakukan melalui teknik ordinasi dengan Analisis Faktor. Data struktur

Page 60: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

38

vegetasi berupa INP, dominansi, kerapatan, frekuensi, dan densitas dari spesies

strata pohon dimanfaatkan untuk analisis ini. Perangkat lunak yang digunakan

untuk perhitungan adalah SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan

ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan standarisasi terhadap data ke bentuk Z score yang diperoleh

melalui rumus berikut:

σ

__XxZ −

= .

Keterangan: x = nilai data; X = nilai rata-rata; dan σ = standar deviasi

Hal ini dilakukan karena nilai data yang ada antara satu blok pengamatan

dengan blok yang lain sangat bervariasi.

b. Menentukan apakah data-data yang terdapat pada setiap blok dapat diproses

lebih lanjut. Dalam analisis faktor hal ini dapat di ketahui dengan mencari:

(1) Nilai total Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy,

dengan kriteria bahwa data pada blok pengamatan dapat dimanfaatkan

jika nilai yang diperoleh lebih besar 0,5.

(2) Barlett’s Test of Sphericity. Hipotesis untuk signifikansi melalui uji ini

adalah sebagai berikut:

Ho = Data pada blok pengamatan belum memadai untuk dianalisis lebih

lanjut.

Hi = Data pada blok pengamatan sudah memadai untuk dianalisis lebih

lanjut.

Kriteria angka signifikasi atau probabilitas yang digunakan adalah:

Jika angka signifikasi atau probabilitas > 0.05 maka Ho diterima.

Jika angka signifikasi atau probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.

c. Mengekstraksi data-data sehingga dapat diketahui berapa kelompok blok

pengamatan vegetasi atau faktor yang dapat terbentuk. Hal ini dilakukan

dengan Principle Component Analysis. Faktor-faktor yang terbentuk akan

diterima jika memiliki nilai eigenvalues di atas 2,45. Langkah berikutnya

adalah melakukan rotasi dengan metode Varimax.

d. Banyaknya kelompok blok pengamatan yang terbentuk dapat dilihat pada

nilai eigenvalues yang lebih besar atau sama dengan 2,45, juga dapat dilihat

Page 61: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

39

pada Scree Plot yang terbentuk. Untuk mengetahui di kelompok mana suatu

blok pengamatan berada, dapat dilihat melalui tabel Rotate Component

Matrix yang terbentuk. Suatu blok pengamatan masuk ke dalam kelompok

tertentu jika blok-blok tersebut memiliki nilai komponen loading yang

tertinggi pada kelompok blok pengamatan tempat blok yang bersangkutan

berada.

e. Melalui langkah-langkah di atas maka akan dapat diperoleh nilai-nilai

Communalities dan Eigenvalues dari masing-masing faktor atau kelompok

blok pengamatan yang terbentuk. Masing-masing kelompok blok

pengamatan yang terbentuk ini selanjutnya akan dikelompokkan lagi

berdasarkan kesamaan fisiognomi, sehingga akan diperoleh tipe vegetasi

tingkat aliansi di Gunung Salak.

f. Untuk mengetahui apakah suatu komponen yang dalam hal ini kelompok

blok pengamatan yang terbentuk sudah tepat, dapat dilihat pada tabel

Component Transformation Matrix. Dikatakan tepat jika matriks diagonal

yang menunjukkan hubungan korelasi antara komponen mempunyai nilai di

atas 0,55. (Santoso & Tjiptono, 2001; dan Santoso, 2002).

g. Nama aliansi ditentukan dengan mengacu pada NVCS (FGDC, 1997; dan

Grossman et al., 1994 & 1998) melalui cara berikut ini:

(g1) Pada setiap tipe vegetasi tingkat aliansi dilakukan kegiatan berikut ini:

• Menyusun Tabel Dasar. Tabel ini disusun dengan mengurutkan seluruh plot

dalam suatu blok pengamatan menjadi kolum dan spesies yang terdapat pada

setiap plot menjadi baris. Spesies yang menyusun bentuk tumbuh pohon

diletakkan pada kelompok baris paling atas dari tabel, diikuti oleh bentuk

tumbuh semak dan terakhir herba.

• Spesies yang terdapat pada Tabel Dasar kemudian diurutkan letaknya

berdasarkan frekuensi kehadiran spesies tersebut dalam plot pengamatan.

Spesies dengan frekuensi kehadiran tertinggi diletakkan pada baris teratas.

Pengurutan dilakukan per bentuk tumbuh.

• Langkah berikutnya adalah membentuk Tabel Konstansi. Konstansi adalah

jumlah kehadiran spesies pada seluruh strata dalam plot-plot yang menyusun

kumpulan blok pengamatan yang dalam hal ini merupakan tipe vegetasi

Page 62: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

40

tingkat aliansi. Untuk itu setiap spesies yang menyusun Tabel Dasar

ditentukan konstansinya. Selanjutnya spesies-spesies yang ada dipisahkan

menjadi 3 kelompok berdasarkan derajat konstansi. Kelompok tersebut

adalah:

(1) Kelompok spesies dengan konstansi > 60%, yang disebut kelompok

spesies konstan atau spesies umum.

(2) Kelompok spesies dengan konstansi sedang, yaitu antara 10–60%.

Kelompok spesies ini juga disebut spesies diferensial, yang

mempunyai distribusi terbatas pada plot yang sedang dikaji. Kelompok

spesies ini, merupakan spesies-spesies yang dimanfaatkan untuk

penentuan nama Aliansi dan juga dalam pembentukan asosiasi dan

penentuan nama asosiasi.

(3) Kelompok spesies dengan konstansi < 10% dan juga disebut spesies

jarang. Kelompok spesies ini merupakan spesies yang kehadirannya

dalam plot pengamatan bersifat kebetulan sehingga tidak banyak

berperan dalam klasifikasi.

(g2) Inti dari pemberian nama suatu tipe vegetasi tingkat aliansi adalah spesies

dominan yang dilihat berdasarkan Indeks Nilai Penting dan spesies

diferensial. Jika ditemukan 2 atau lebih spesies dengan jumlah kehadiran

yang sama sebagai spesies dominan atau sebagai spesies diferensial, maka

yang dipilih adalah spesies yang memiliki nilai konstansi tertinggi.

(g3) Jumlah spesies yang menyusun nama tipe vegetasi tingkat aliansi minimal

3 dan minimal terdiri atas 2 spesies dari strata yang berbeda yang ada pada

suatu aliansi.

(g4) Nama spesies pertama yang menyusun aliansi diberikan berdasarkan spesies

yang hadir paling banyak pada blok-blok pengamatan dengan INP tertinggi

pada suatu aliansi. Spesies ini harus berada pada strata teratas atau strata

dengan fisiognomi paling nyata di lapangan. Jika ditemukan 2 spesies yang

serupa INP nya, maka dipilih spesies yang memiliki nilai konstansi tertinggi.

(g5) Spesies kedua yang menyusun nama tipe vegetasi tingkat aliansi tipe

vegetasi, harus merupakan spesies diferensial yang memiliki nilai konstansi

Page 63: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

41

tertinggi. Jika memungkinkan, merupakan spesies dominan, dan pada strata

yang sama dengan spesies yang terpilih sebagai nama pertama suatu aliansi.

(g6) Spesies ketiga yang dipilih untuk menyusun nama aliansi, harus merupakan

spesies diferensial. Jika memungkinkan merupakan spesies dominan.

Spesies ini dipilih dari strata yang lebih rendah dari strata spesies yang

menyusun nama pertama dari suatu aliansi tipe vegetasi.

(g7) Di antara 2 spesies yang berada pada strata yang sama diberi tanda ” – ”

dalam penulisannya dan jika berada pada strata yang berbeda diberi

tanda ”/” di antara kedua spesies dalam penulisannya.

(g8) Spesies dengan nama taksonomi yang kurang jelas dapat diberikan nama

dalam bahasa daerah dan diletakkan dalam tanda kurung.

(g9) Pemberian nama aliansi vegetasi harus menyertakan unit vegetasi pada

tingkat kelas dan sekaligus menyertakan sebutan aliansi pada awal nama

dari aliansi yang ditentukan.

(3) Penentuan Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi.

Pada kegiatan ini spesies-spesies akan dikelompokkan berdasarkan

kesamaan distribusinya pada plot pengamatan di suatu aliansi. Langkah-langkah

yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Jarak kesamaan atau Indeks Similaritas antara spesies dengan

metode squared euclidean distance berikut ini:

( )∑=

=

−=ni

iikijjk xxD

1

2

Keterangan: Djk = Jarak atau disimilaritas antara klaster ke j dan k; xij = Nilai variabel ke i pada objek ke j; xik = nilai variabel ke i objek ke k.

b. Mengelompokkan spesies-spesies yang memiliki kesamaan jarak yang tinggi

melalui analisis klaster menggunakan metode Ward sebagai berikut:

np + nr np + nr nr

dtr = dpr + dqr - dpq

nt + nr nt + nr nt + nr

Keterangan: dtr merupakan jarak antara klaster t dengan klaster r, dengan mengandaikan bahwa 2 klaster p dan q akan membentuk klaster t yang merupakan merger p dan q, nt = np + nq. (Jaya, 1999).

Page 64: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

42

Data-data yang digunakan untuk analisis adalah data biner, yaitu 1

menunjukkan kehadiran spesies pada plot pengamatan dan 0 menunjukkan

ketidakhadiran. Hasil akhir analisis klaster ditampilkan dalam bentuk diagram

dendogram, yang melalui diagram tersebut dapat diketahui spesies diagnostik

yang membentuk tipe vegetasi tingkat asosiasi. Oleh karena dendogram yang

ditampilkan merupakan visualisasi pengelompokan spesies diferensial melalui

perangkat lunak SPSS, maka jarak yang ditampilkan tidak lagi dalam bentuk jarak

euclidean, tetapi telah diskala ulang dengan nilai yang berkisar antara 0-25.

Analisis klaster dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Pemberian nama asosiasi mengacu pada NVCS (The National Vegetation

Classification Standard. FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994 & Grossman et

al., 1998), sebagai berikut:

a. Spesies yang terpilih memiliki nilai konstansi terbesar pada asosiasi yang

bersangkutan. Kecuali pada asosiasi dengan jumlah spesies kurang dari 3,

maka nama asosiasi minimal terdiri atas 3 spesies yang menyusun asosiasi

bersangkutan.

b. Jika asosiasi terdiri atas beberapa bentuk tumbuh tumbuhan maka penulisan

nama asosiasi harus menyertakan minimal 2 bentuk tumbuh yang menyusun

asosiasi tersebut dan penulisannya berdasarkan urutan bentuk tumbuh

pohon, semak dan herba.

c. Jika ditemukan spesies dengan konstansi tertinggi memiliki bentuk tumbuh

yang sama maka penulisannya dipisahkan oleh tanda ”-”, dan jika berbeda

maka penulisannya dipisahkan dengan tanda ”/”.

d. Penulisan nama asosiasi pada suatu aliansi harus menyertakan nama dari

unit vegetasi tingkat kelas tempat asosiasi tersebut ditemukan.

f. Pendugaan Lokasi Georafi Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi di Zona Sub

Pegunungan Gunung Salak Pada kegiatan ini, dilakukan pendugaan lokasi geografis setiap aliansi

dengan menampilkan posisi dari masing-masing aliansi tersebut di atas peta.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Membuat koordinat lapangan dari aliansi yang ada berdasarkan data GPS.

Page 65: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

43

2. Membuat AOI (Area of Interest) dari lokasi penelitian pada citra Landsat

dan kemudian memotong citra berdasarkan AOI.

3. Melakukan overlay data GPS dan Citra Landsat.

4. Menentukan training area berdasarkan data-data GPS pada citra landsat.

Oleh karena data GPS yang ada tidak terlalu banyak akibat kondisi lapangan

yang selalu tertutup awan maka training area juga ditentukan berdasarkan

nilai spektral dari setiap aliansi yang dibuat. Dalam hal ini, blok-blok

pengamatan dalam aliansi yang sama dicari kesamaan dan pola-pola nilai

spektralnya. Acuan lain dalam pembuatan training area adalah berbagai

peta kawasan Gunung Salak dalam bentuk hardcopy. Selain membuat kelas

tipe vegetasi tingkat aliansi, juga dibuat kelas penutupan awan dan badan

air.

5. Melakukan klasifikasi terbimbing dengan metode pengkelas kemiripan

maksimum (maximum likehood classification). Dari proses ini akan

diperoleh citra tipe vegetasi tingkat aliansi zona sub pegunungan Gunung

Salak.

6. Menentukan nilai indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation

Index) dari citra Landsat. NDVI diperoleh dari rumus berikut:

NIR – RED NDVI = NIR + RED keterangan: NIR : daerah panjang gelombang infra merah dekat (near infra red), band 4 ; RED : daerah panjang gelombang merah, band 3.

7. Transformasi data raster ke vektor.

8. Operasi tumpang susun untuk mengetahui penyebaran kelas lereng, jenis

tanah, dan NDVI di aliansi zona sub pegunungan Gunung Salak.

g. Kajian Perbedaan Faktor Abiotik, Struktur Vegetasi dan

Keanekaragaman Spesies, di antara Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi

Statistik U Mann-Whitney digunakan untuk menentukan faktor-faktor

abiotik yang membedakan di antara aliansi. Data-data faktor abiotik dibagi

menjadi 2 kelompok, yaitu faktor tanah (edafik) dan topografi. Statistik ini juga

Page 66: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

44

dimanfaatkan untuk mengetahui perbedaan struktur vegetasi serta indeks

keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies antara aliansi.

Statistik U Mann-Whitney diperoleh dengan cara-cara berikut (Daniel, 1987;

Santosa, 2000):

1. Hipotesis statistik yang digunakan adalah H0 : Mx = My yang berarti tidak

ada perbedaan di antara kedua populasi; H0 : Mx / My

2. Hitung statistik U Mann-Whitney dengan rumus berikut: ( )

21+

−=nnST

Keterangan: T = statistik U Mann-Whitney; S = jumlah skor rangking pada sampel pertama. Penentuan sampel mana yang menjadi sampel pertama ditentukan dengan penetapan; n = jumlah hasil pengamatan pada sampel pertama.

3. Kriteria penolakan H0 jika T ≤ Wα/2 atau T > W1 - α/2; dimana Wα/2 = nilai

kritis T untuk untuk n, m, dan α/2 sesuai dengan tabel Mann-Whitney ; m =

jumlah hasil pengamatan pada sampel kedua; α = tingkat signifikasi yang

dalam penelitian ini 0.05; dan W1 - α/2 = nm - Wα/2.

4. Jika jumlah pengamatan n atau m lebih dari 20 maka nilai kritis T yang

diperoleh dari tabel U Mann-Whitney tidak dapat digunakan, maka

digunakan rumus Z normal berikut dan hasilnya dibandingkan dengan tabel

distribusi normal.

( ) 2/112/

++−

=mnnm

mnTZ

h. Kajian Hubungan antara Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi dengan Faktor

Abiotik dan Preferensi Ekologi Spesies. Pada kajian ini dilakukan 2 macam kegiatan, yaitu: 1. Kajian Hubungan antara Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi dengan Faktor

Abiotik

Pada kegiatan ini setiap faktor abiotik yang akan diuji hubungannya dengan

asosiasi vegetasi, dibagi ke dalam beberapa kelas. Untuk faktor tanah, pembagian

ke dalam kelas-kelas mengikuti pedoman Laboratorium Ilmu-Ilmu Tanah IPB,

sedangkan untuk faktor abiotik yang tidak memiliki pembagian kelas tersendiri

Page 67: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

45

dilakukan dengan membagi secara merata nilai faktor abiotik tersebut ke dalam

kelas-kelas tersendiri. Kelas-kelas dari setiap faktor abiotik dapat dilihat pada

Lampiran 7.

2. Kajian Preferensi Ekologi Spesies pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi

Uji statistik Chi-Square dilakukan untuk mengkaji hubungan antara spesies-

spesies dengan berbagai faktor abiotik dalam berdistribusi di setiap aliansi.

Spesies-spesies yang dipilih adalah yang memiliki nilai INP tertinggi dari urutan 1

sampai 3 pada strata pohon di seluruh aliansi. Dasarnya adalah, spesies-spesies ini

merupakan spesies paling dominan, sehingga merupakan spesies yang paling baik

beradapatasi dengan berbagai faktor lingkungan yang menyusun habitat dari

berbagai spesies di zona sub pegunungan Gunung Salak.

Faktor abiotik yang dikaji adalah faktor-faktor yang membedakan di antara

aliansi. Faktor-faktor ini selanjutnya dibagi ke dalam kelas-kelas tertentu,

sehingga hasil uji Chi-Square nantinya akan menghasilkan hubungan antara

penyebaran spesies dengan berbagai kategori faktor abiotik pada blok pengamatan

di suatu aliansi. Untuk faktor tanah, pembagian ke dalam kelas-kelas mengikuti

pedoman Laboratorium Ilmu-Ilmu Tanah IPB, sedangkan untuk faktor abiotik

yang tidak memiliki kelas tersendiri, pembagian dilakukan dengan cara mebagi

rata nilai faktor abiotik tersebut ke dalam kelas-kelas tersendiri. Kelas-kelas dari

setiap faktor abiotik dapat dilihat pada Lampiran 7.

Kedua kajian di atas di uji dengan Statistik Chi-Square dengan cara berikut:

(a) Hipotesis statistik yang digunakan adalah H0 : Faktor vegetasi/spesies yang

diamati tidak berhubungan dengan faktor abiotik; HA: Faktor

vegetasi/spesies yang diamati berhubungan dengan faktor abiotik.

(b) Menghitung statistik Chi-Square dengan rumus berikut:

( )∑= ⎥

⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡ −=

k

i i

ii

EEO

1

22χ

keterangan : 2χ = Chi-Square; Oi = Nilai pengamatan pada sel ke i; Ei = Nilai harapan pada sel ke i dengan derajat bebas : (r – 1) (c – 1); dengan r : nilai baris sel; dan c : nilai kolum sel (Daniel, 1987).

i. Kajian Pola Penyebaran Spesies pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi

Page 68: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

46

Pola penyebaran spesies pada strata pohon di setiap aliansi dihitung dengan

rumus Ip (Standardized Morisita Index of Dispersion) (Smith-Gill, 1975 dalam

Krebs, 1989) dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Menghitung Id (Indeks Penyebaran Morisita) dengan rumus berikut :

( ) ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

−=

∑∑∑ ∑

xx

xxnId 2

2

Keterangan: n = Luas plot/kuadrat pengamatan; x = plot/kuadrat pengamatan.

2. Menghitung dua titik signifikansi dari Id dengan rumus berikut:

( ) 1

2975.0

−−=

∑∑

i

iu x

xnM

χ

Keterangan: Mu = Indeks Keseragaman = Nilai Chi-Square tabel dengan derajat bebas n–1 dan derajat kepercayaan 97.5% pada area sisi kanan; xi = jumlah individu dalam plot/kuadrat ke i (i = 1, ...., n); n = jumlah plot/kuadrat.

( ) 1

2025.0

−−=

∑∑

i

ic x

xnM

χ

Keterangan: Mc = Indeks Pengelompokan = Nilai Chi-Square tabel dengan derajat bebas n -1 dan derajat kepercayaan 2.5% pada area sisi kanan.

3. Selanjutnya menghitung Ip dengan menggunakan salah satu rumus berikut:

Jika Id ≥ Mc > 1.0 digunakan rumus: ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

+=c

cdp Mn

MII 5.05.0

Jika Mc > Id ≥ 1.0 digunakan rumus: ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

=1

15.0

c

dp M

II

Jika 1.0 > Id > Mu digunakan rumus: ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

−=1

15.0

u

dp M

II

Jika 1.0 > Mu > Id digunakan rumus: ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −+−=

u

udp M

MII 5.05.0

Nilai Ip berkisar antara -1.0 sampai +1.0, dengan batas 95% derajat

kepercayaan pada +0.05 dan -0.05. Pola acak akan menghasilkan nilai Ip = 0, pola

mengelompok akan menghasilkan Ip di atas 0, dan pola seragam akan

menghasilkan nilai Ip di bawah 0.

Page 69: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak

1. Aliansi Vegetasi

Terdapat 4 kelompok blok pengamatan yang berhasil diekstraksi melalui

ordinasi (Tabel 3), dan varians total yang dapat diterangkan adalah 77,24%.

Selanjutnya berdasarkan kesamaan struktur dan fisiognomi vegetasi, maka dari 4

kelompok ini berhasil diidentifikasi 3 aliansi, yaitu aliansi 1 yang diperoleh dari

kelompok blok pengamatan 1, aliansi 2 yang diperoleh dari kelompok blok

pengamatan 2 dan 4, dan aliansi 3 yang diperoleh dari kelompok blok pengamatan

3 (Tabel 3). Dari ketiga aliansi ini, aliansi 1 tersusun atas blok-blok pengamatan

yang paling banyak yaitu sebanyak 36 blok (60 %), disusul oleh aliansi 2

sebanyak 17 blok (28,34%), dan aliansi 3 sebanyak 7 blok (11,66 %) .

Tabel 3. Rotate Component Matrix yang memperlihatkan kelompok blok pengamatan penyusun tipe vegetasi tingkat aliansi

BLOK

KOMPONENNilai

Maksimum

Kelompok Blok

Pengamatan Aliansi 1

2 3 4

3 0,943 0,005 -0,060 -0,082 0,943 1 1 4 0,945 0,008 -0,065 -0,131 0,945 1 1 5 0,950 0,005 -0,076 -0,094 0,950 1 18 0,903 0,001 0,131 -0,012 0,903 1 1

10 0,909 0,001 0,025 -0,008 0,909 1 113 0,893 0,007 0,152 -0,103 0,893 1 114 0,966 0,005 -0,088 -0,085 0,966 1 115 0,965 0,000 0,016 -0,004 0,965 1 120 0,827 -0,008 0,138 0,123 0,827 1 1 24 0,911 -0,004 0,157 0,045 0,911 1 1 25 0,923 -0,008 0,207 0,135 0,923 1 1 30 0,596 -0,014 0,350 0,234 0,596 1 131 0,773 -0,013 0,280 0,235 0,773 1 133 0,817 -0,009 0,123 0,165 0,817 1 135 0,637 -0,017 0,095 0,229 0,637 1 137 0,391 -0,014 0,102 0,255 0,391 1 138 0,934 -0,007 0,130 0,141 0,934 1 1 39 0,870 -0,008 0,114 0,162 0,870 1 1 40 0,803 -0,012 0,080 0,185 0,803 1 1 42 0,848 -0,003 0,418 0,114 0,848 1 143 0,973 0,001 0,058 0,017 0,973 1 144 0,934 -0,007 0,159 0,149 0,934 1 145 0,588 -0,020 0,411 0,378 0,588 1 146 0,899 0,003 0,191 -0,017 0,899 1 149 0,728 -0,002 0,511 0,114 0,728 1 1 50 0,749 -0,001 0,495 0,082 0,749 1 1

Page 70: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

49

Lanjutan Tabel 3.

BLOK

KOMPONENNilai

Maksimum

Kelompok Blok

Pengamatan Aliansi 1

2 3 4

51 0,933 0,001 0,189 0,020 0,933 1 152 0,784 -0,009 0,437 0,187 0,784 1 153 0,976 -0,002 0,053 0,030 0,976 1 154 0,914 -0,004 0,061 0,073 0,914 1 155 0,933 -0,004 0,110 0,084 0,933 1 156 0,904 -0,001 0,253 0,059 0,904 1 1 57 0,802 -0,012 0,389 0,233 0,802 1 1 58 0,969 -0,002 0,093 0,055 0,969 1 1 59 0,951 -0,003 0,031 0,050 0,951 1 160 0,984 0,001 0,002 -0,003 0,984 1 16 -0,012 0,653 0,071 -0,060 0,653 2 27 -0,004 0,981 -0,010 0,030 0,981 2 2

16 -0,006 0,981 -0,004 0,026 0,981 2 217 -0,004 0,981 -0,008 0,029 0,981 2 2 18 -0,006 0,987 -0,008 0,011 0,987 2 2 19 -0,002 0,996 -0,009 0,015 0,996 2 2 21 -0,005 0,981 -0,007 0,027 0,981 2 222 -0,003 0,981 -0,014 0,031 0,981 2 223 -0,004 0,981 -0,003 0,011 0,981 2 226 -0,005 0,982 -0,004 0,027 0,982 2 227 0,001 0,611 -0,008 0,007 0,611 2 228 0,012 0,981 0,002 0,025 0,981 2 2 29 0,001 0,879 0,016 -0,010 0,879 2 2 2 -0,026 0,337 -0,176 0,700 0,700 4 2

32 0,000 0,000 -0,178 0,742 0,742 4 234 0,539 -0,008 -0,086 0,665 0,665 4 236 0,004 -0,009 0,004 0,123 0,123 4 21 0,005 0,027 0,734 -0,258 0,734 3 39 0,115 -0,020 0,426 0,363 0,426 3 3

11 -0,058 0,024 0,487 -0,216 0,487 3 3 12 0,319 0,010 0,627 -0,104 0,627 3 3 41 0,384 0,013 0,823 -0,038 0,823 3 3 47 0,310 -0,023 0,537 0,422 0,537 3 348 0,336 -0,019 0,453 0,368 0,453 3 3

Melalui Tabel 3 dapat dilihat pada aliansi mana suatu blok pengamatan

terletak. Selain itu juga terlihat nilai komponen loading dari setiap blok

pengamatan. Nilai tersebut nampak pada kolum komponen. Pada Gambar 7

terlihat bahwa blok-blok pengamatan 6, 7, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27, 28,

29 yang memiliki komponen loading terbesar pada komponen 2 (Tabel 3) dan

blok 2, 32, 34, dan 36 yang memiliki komponen loading terbesar pada komponen

4 (Tabel 3) merupakan sebuah aliansi yang sama, mengingat letak blok-blok

pengamatan yang ada di kedua aliansi ini sangat berdekatan. Pada Tabel 5 terlihat

bahwa pada sebagian besar blok-blok pengamatan di kedua aliansi ini didominasi

oleh spesies bambu pada strata pohon. Dengan demikian, maka kedua kelompok

blok pengamatan tersebut digabung menjadi sebuah aliansi.

Page 71: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

50

Tabel 4 memperlihatkan spesies-spesies yang memiliki nilai INP (Indeks

Nilai Penting) tertinggi pada semua strata yang terdapat pada blok-blok

pengamatan yang membentuk aliansi 1. Berdasarkan tabel ini, dapat ditentukan

nama dari aliansi 1. Spesies paling dominan, dalam arti memiliki INP tertinggi

untuk strata pohon di aliansi ini adalah puspa. Spesies ini ditemukan paling

dominan pada 30 dari 36 blok pengamatan di aliansi 1 (83,33%). Berdasarkan hal

ini, maka puspa merupakan spesies pertama yang menyusun nama pertama dari

aliansi 1.

Keterangan: 1 : Aliansi hutan Schima wallichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis (aliansi 1); 2 : Aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/ C. officinalis (aliansi 2); 3 : Aliansi

hutan Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma (aliansi 3) Gambar 7. Pola penyebaran tipe vegetasi tingkat aliansi.

Spesies berikutnya yang menyusun nama aliansi 1 merupakan spesies

diferensial (Lampiran 3) dan yang paling dominan. Berdasarkan spesies-spesies

diferensial yang ada, maka cangkuang (Pandanus punctatus) dan sulibra

(Cinchona officinalis) terpilih sebagai spesies yang menyusun nama kedua dan

ketiga aliansi 1. Cangkuang terpilih karena merupakan spesies paling dominan

pada blok pengamatan 45 dan juga spesies diferensial. Sulibra terpilih karena

alasan yang sama, yaitu hadir sebagai spesies paling dominan pada strata semak

dan anakan pohon di blok pengamatan 43 (Tabel 4) dan merupakan spesies

diferensial.

Page 72: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

51

Tabel 4. Spesies-spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 1

Blok

Strata Vege-tasi

Nama Spesies Blok

Strata Vege-tasi

Nama Spesies

3 1 Schima wallichii 37 1Schizostachyum brachycladum.

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Staurogyne sp. 3Eltingera megalocheilos

4 1 Schima wallichii 38 1 Schima wallichii

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Selaginella plana 3 Nephrolepis exalltata.

5 1 Schima wallichii 39 1 Dysoxylum arborescens

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3 Etlingera punicea

8 1 Schima wallichii 40 1Dysoxylum arborescens

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3 Etlingera punicea

10 1 Schima wallichii 42 1 Schima wallichii

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

13 1 Schima wallichii 43 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Cinchona officinalis

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

14 1 Schima wallichii 44 1 Schima wallichii

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Dinochloa scandens

15 1 Schima wallichii 45 1Pandanus punctatus

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Commelina nudiflora L.

20 1 Schima wallichii 46 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

24 1 Schima wallichii 49 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Dicranopteris dichotoma

Page 73: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

52

Lanjutan 4.

Blok

Strata Vege-tasi

Nama Spesies Blok

StrataVege-tasi

Nama Spesies

3 Scleria purpurascens 3

Pogonatherum paniceum

25 1 Schima wallichii 50 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Nephrolepis exalltata.

30 1 Dysoxylum arborescens 51 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Scleria purpurascens 3

Eltingera megalocheilos

31 1 Schima wallichii 52 1 Schima wallichii

2 Dicranopteris dichotoma 2

Dicranopteris dichotoma

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

33 1 Schima wallichii 53 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Cyathea contaminans

3 Etlingera punicea 3Eltingera megalocheilos

35 1 Eugenia oclusa 54 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Dicranopteris dichotoma

3 Etlingera punicea 3 Nephrolepis exalltata.

58 1 Schima wallichii 55 1 Schima wallichii

2 Cyathea contaminans 2

Dicranopteris dichotoma

3 Eltingera megalocheilos 3

Nephrolepis exalltata.

59 1 Schima wallichii 56 1Schima wallichii

2 Dicranopteris dichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

60 1 Schima wallichii 57 1 Schima wallichii

2 Dicranopterisdichotoma 2

Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata. 3

Eltingera megalocheilos

Keterangan: Strata vegetasi: 1: Pohon; 2: Semak dan anakan pohon; 3: Herba

Tabel 5. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 2

Page 74: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

53

Blok Strata

Vegetasi Nama

Spesies BlokStrata

VegetasiNama

Spesies 2 1 Schizostachyum

iraten 23 1 Gigantochloa

apus. 2 Cyathea

contaminans 2 Cyathea

contaminans 3 Isachne globosa 3 Scleria

purpurascens 6 1 Pinus merkusii 26 1 Gigantochloa

apus. 2 Cyathea

contaminans 2 Cyathea

contaminans 3 Dinochloa

scandens 3 Isachne globosa

7 1 Gigantochloa apus.

27 1 Mallotus blumeanus

2 Cyathea contaminans

2 Cyathea contaminans

3 Isachne globosa 3 Setaria palmifolia

16 1 Gigantochloa apus.

28 1 Gigantochloa apus.

2 Cyathea contaminans

2 Cinchona officinalis

3 Isachne globosa 3 Selaginella plana

17 1 Gigantochloa apus.

29 1 Gigantochloa apus.

2 Cinchona officinalis

2 Cyathea contaminans

3 Isachne globosa 3 Nephrolepis exalltata.

18 1 Gigantochloa apus.

32 1 Schizostachyum iraten

2 Cyathea contaminans

2 Cyathea contaminans

3 Nephrolepis exalltata.

3 Etlingera punicea

19 1 Gigantochloa apus.

34 1 Pandanus punctatus

2 Cyathea contaminans

2 Cyathea contaminans

3 Vittaria ensiformis

3 Etlingera punicea

21 1 Gigantochloa apus.

36 1 Schizostachyum brachycladum.

2 Cyathea contaminans

2 Athyrium dilatatum

3 Isachne globosa 3 Eltingera megalocheilos

22 1 Gigantochloa apus.

2 Cyathea contaminans

3 Rubus moluccanus Keterangan: Strata vegetasi: 1: Pohon; 2: Semak dan anakan pohon; 3: Herba

Pada aliansi ini hanya sulibra yang ditemukan sebagai spesies diferensial

sekaligus spesies dominan pada strata semak dan anakan pohon. Spesies

Page 75: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

54

lainnya, yaitu pakis sier (Cyathea contaminans) dan pakis andam (Dicranopteris

dichotoma (Thumb) Bernh) hanya merupakan spesies dominan. Pada strata herba,

juga ditemukan spesies dominan dan sekaligus spesies diferensial. Spesies-spesies

tersebut adalah palias (Pogonatherum paniceum Hack), balakatoak (Etlingera

megalocheilos Griff.), tepus (Etlingera punicea (Roxb.) R.M.Smith.), dan

aawiyan (Dinochloa scandens). Selengkapnya nama dari aliansi 1 adalah: Aliansi

hutan S. walichii-P. punctatus/C. officinalis, dan selanjutnya disebut aliansi 1.

Aliansi 1 merupakan hutan campuran berdaun lebar, dan pada strata pohon

di aliansi ini juga ditemukan beberapa spesies paling dominan lain yang

penyebarannya sebagai spesies paling dominan tidak sebanyak puspa. Spesies-

spesies tersebut adalah panggang puyuh (Dysoxylum arborescens) yang

merupakan spesies paling dominan pada 3 buah blok pengamatan, serta ki sirem

(Eugenia oclusa Kurz.), bambu buluh (Schizostachyum brachycladum Kurz.), dan

cangkuang yang masing-masing menjadi spesies paling dominan pada 1 blok

pengamatan.

Bambu buluh merupakan satu-satunya spesies bambu dengan INP tertinggi

pada aliansi ini, yaitu pada blok pengamatan 37. Blok ini nampak sangat dekat ke

aliansi 2 (Gambar 7), namun tetap termasuk ke dalam aliansi 1, karena memiliki

komponen loading yang paling besar pada aliansi ini (Tabel 3). Selanjutnya, dari

sisi struktur vegetasi tetap termasuk ke dalam aliansi 1 karena pada blok ini,

ditemukan spesies-spesies yang memiliki INP urutan kedua dan ketiga tertinggi

adalah rasamala (A. excelsa) dan puspa, dan kedua spesies ini bukan spesies

bambu.

Tabel 5 memperlihatkan spesies-spesies yang memiliki INP tertinggi pada

semua strata yang terdapat pada blok-blok pengamatan di aliansi 2. Berdasarkan

tabel ini, dapat ditentukan nama aliansi 2. Spesies yang paling banyak ditemukan

sebagai spesies paling dominan pada strata pohon adalah bambu tali

(Gigantochloa apus (Bl. Ex Schutt.) Kurz.), yaitu pada 11 (84,62%) dari 17 blok

pengamatan di aliansi ini. Berdasarkan hal ini, maka bambu tali merupakan

spesies pertama yang menyusun nama pertama dari aliansi 2.

Spesies berikutnya penyusun nama aliansi 2 merupakan spesies-spesies

diferensial (Lampiran 4) dan yang paling dominan. Pada aliansi ini, ditemukan

Page 76: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

55

beberapa spesies paling dominan sekaligus spesies diferensial pada strata pohon.

Spesies-spesies tersebut adalah calik angin (Mallotus blumeanus), cangkuang,

dan pinus (Pinus merkusii), yang berturut-turut merupakan spesies paling

dominan pada blok pengamatan 27, 34, dan 6. Calik angin terpilih sebagai spesies

kedua penyusun nama aliansi ini karena memiliki nilai konstansi tertinggi

dibanding cangkuang dan pinus.

Spesies berikutnya yang menyusun nama aliansi 2 adalah spesies paling

dominan dan diferensial yang ditemukan pada strata yang lebih rendah dari strata

pohon. Pada Tabel 5 terlihat bahwa sulibra dan pakis benyir merupakan spesies

paling dominan pada strata semak dan anakan pohon dan juga diferensial. Sulibra

ditemukan sebagai spesies dominan pada 2 blok pengamatan (blok pengamatan 17

dan 28), sedangkan pakis benyir hanya pada 1 blok (blok pengamatan 36). Spesies

dominan lainnya pada strata ini, yaitu pakis sier bukan spesies diferensial.

Dengan demikian sulibra terpilih untuk menyusun nama ketiga dari aliansi 2.

Nama aliansi 2 yang lengkap adalah Aliansi hutan G. apus-M. blumeanus/ C.

officinalis yang selanjutnya disebut aliansi 2.

Pada aliansi 2 ditemukan beberapa spesies paling dominan dan sekaligus

spesies diferensial pada strata herba. Spesies-spesies tersebut adalah tepus,

bayondah minyak (Isachne globosa (Thumb.) O. K.), balakatoak, sauhen (Setaria

palmifolia), rane (Selaginella plana Hieron), ilat (Scleria purpurascens Steud),

harees (Rubus moluccanus L), dan pakis kadaka (Vittaria ensiformis Sw.). Di

antara spesies-spesies ini, bayondah minyak ditemukan paling banyak hadir

sebagai spesies paling dominan, yaitu berturut - turut di blok pengamatan 2, 7, 16,

21, dan 26.

Aliansi 2 merupakan hutan bambu. Pada aliansi ini spesies bambu

mendominasi strata pohon di sebagian besar blok pengamatan, yakni pada 14

blok (82,35%) dan hanya 3 blok (17,65%) pengamatan yang tidak didominasi

oleh spesies ini. Spesies dominan pada ketiga blok tersebut adalah pinus, calik

angin, dan cangkuang berturut-turut pada blok pengamatan 6, 27, dan 34.

Pada sisi lain, pada 2 blok pertama, spesies dominan urutan kedua dan

ketiga pada strata pohon ditempati oleh spesies bambu, yakni untuk blok

pengamatan 6 oleh bambu andong (Giganthocloa pseudoarundinaceae) dan

Page 77: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

56

bambu tali, serta pada blok pengamatan 27 oleh bambu bitung (Dendrocalamus

asper) dan bambu tali (Lampiran 6). Hal yang hampir sama ditemukan pada blok

pengamatan 34, yakni spesies dominan di urutan ketiga pada strata pohon di blok

ini merupakan spesies bambu, yaitu bambu tamiyang (Lampiran 6).

Tabel 6. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 3

Blok Strata

Vegetasi Nama

Spesies 1 1 Pinus merkusii 2 Cyathea contaminans 3 Isachne globosa 9 1 Quercus gemelliflora 2 Cyathea contaminans 3 Staurogyne elongata

11 1 Pinus merkusii 2 Cyathea contaminans 3 Isachne globosa

12 1 Maesopsis eminii 2 Dicranopteris dichotoma 3 Nephrolepis exalltata.

41 1 Pinus merkusii 2 Cyathea contaminans 3 Scleria purpurascens

47 1 Athyrium dilatatum 2 Cyathea contaminans 3 Etlingera punicea

48 1 Altingia excelsa 2 Cyathea contaminans 3 Eltingera megalocheilos

Keterangan: Strata vegetasi: 1: Pohon; 2: Semak dan anakan pohon; 3: Herba

Jika dilihat pada Gambar 7, terlihat bahwa blok pengamatan 34 sangat dekat

ke aliansi 1, namun sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3 blok ini tetap masuk

ke dalam aliansi 2. Hal ini disebabkan oleh komponen loading yang dimiliki blok

ini jauh lebih besar di aliansi 2 (komponen 4), yaitu sebesar 0,665 dibanding di

aliansi 1 (komponen 1), yaitu sebesar 0,539. Terlihat bahwa selisih kedua

komponen loading tersebut sangat kecil, sehingga pada Gambar 7 blok ini terlihat

demikian dekat dengan aliansi 1. Blok ini merupakan daerah peralihan dari aliansi

1 ke aliansi 2.

Aliansi 3 didominasi oleh spesies pinus pada strata pohon (Tabel 6). Pada

Tabel 6, terlihat bahwa pinus merupakan spesies paling dominan pada 3 blok

Page 78: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

57

(42,86%) dari 7 blok pengamatan di aliansi ini. Dengan demikian pinus terpilih

menjadi spesies pertama yang menyusun nama aliansi 3.

Ditemukan 4 spesies diferensial pada strata pohon (Lampiran 5) yang

sekaligus spesies dominan di aliansi 3. Spesies-spesies tersebut adalah pasang

batarua (Quercus gemelliflora), manii (Maesopsis eminii), pakis benyir (Athyrium

dilatatum), dan rasamala berturut-turut pada blok pengamatan 9, 12, 47, dan 48.

Oleh karena masing-masing spesies tersebut hanya dominan pada 1 blok

pengamatan, maka penentuan spesies yang menyusun nama kedua di aliansi ini

didasarkan atas nilai konstansi dari setiap spesies tersebut. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa pakis benyir memiliki nilai konstansi tertinggi di antara

keempat spesies ini, dan terpilih untuk menyusun nama kedua dari aliansi ini.

Pada strata semak dan anakan pohon, ditemukan hanya 1 spesies yang

merupakan spesies paling dominan dan sekaligus spesies diferensial. Spesies

tersebut adalah pakis andam dan berdasarkan atas hal ini terpilih untuk menyusun

nama ketiga dari aliansi ini. Selengkapnya nama dari aliansi ini adalah Aliansi

hutan P. merkusii- A. dilatatum /D. dichotoma dan selanjutnya disebut aliansi 3.

Pada aliansi 3, ditemukan beberapa spesies paling dominan sekaligus spesies

diferensial pada strata herba. Spesies-spesies tersebut adalah bayondah minyak,

rende (Staurogyne elongata (Blume) O.K.), tepus, dan balakatoak. Bayondah

minyak ditemukan paling banyak hadir sebagai spesies paling dominan, yaitu di 2

blok pengamatan (blok pengamatan 1 dan 11), sedangkan yang lainnya hanya

pada 1 blok pengamatan.

Aliansi 3 merupakan hutan tanaman. Kecuali pasang batarua dan pakis

benyir, spesies-spesies paling dominan pada strata pohon di aliansi ini merupakan

tumbuhan yang ditanam oleh petugas dalam rangka reboisasi. Spesies-spesies

tersebut adalah pinus (Kom. pribadi dengan petugas PERHUTANI, 2006),

rasamala, dan manii (Yusuf et al., 2003).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembentukan tipe

vegetasi tingkat aliansi di zona sub pegunungan, Gunung Salak terutama

berdasarkan kesamaan struktur dan komposisi floristik dari spesies yang

menyusun masing-masing aliansi. Selain itu juga dapat diketahui bahwa setiap

aliansi memiliki perbedaan fisiognomi yang sangat jelas. Komunitas tumbuhan

Page 79: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

58

yang menyusun aliansi 1 didominasi oleh hutan campuran berdaun lebar. Aliansi

2, oleh hutan-hutan bambu, sedangkan aliansi 3 oleh hutan berdaun jarum yang

bercampur dengan hutan berdaun lebar.

Puspa merupakan tumbuhan yang sering ditemukan mendominasi hutan-

hutan alam pada zona sub pegunungan dan pegunungan di Jawa Barat,

sebagaimana yang ditemukan dalam penelitian Herayuara (2005) di Gunung

Sawal; Jessie (2004) dan Utomo (2005) di Gunung Gede Pangrango; Kartini

(2005) di Gunung Kencana Cianjur; Pradiastoro (2004) di Gunung Cakrabuana,

Sumedang; dan Simbolon et al., (2002) di Gunung Halimun. Pada penelitian ini

ditemukan 30% dari seluruh blok pengamatan di dominasi oleh puspa. Tumbuhan

ini menurut Whitten et al., (1996) merupakan salah satu spesies tumbuhan yang

menjadi penciri hutan-hutan di daerah pegunungan di Jawa Barat.

Penelitian pada kawasan tropis Indo-Malaya menunjukkan bahwa puspa

merupakan komponen penting di beberapa hutan hujan tropis basah pegunungan

di zona sub pegunungan, seperti yang ditemukan oleh Ohsawa et al.,(1985) di

Gunung Kerinci, Sumatera dan Kitayama (1992) di Gunung Kinibalu, Malaysia.

Spesies-spesies lainnya menurut Whitten et al., (1996) adalah rasamala,

Podocarpus imbricatus, dan P. nerifolious.

Kondisi ini kemungkinan karena puspa merupakan spesies yang dapat

tumbuh pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Sjarif (1999)

mengatakan bahwa, puspa dapat beradaptasi pada lokasi ketinggian dari

permukaan laut, sehingga ditemukan dapat hidup dengan baik mulai dari dataran

rendah pada ketinggian 100 m dpl sampai hutan sub pegunungan di ketinggian

1500 m dpl. Bahkan menurut Bloembergen (1952) dalam Kartini (2005), di Pulau

Jawa, puspa dapat dijumpai sampai pada ketinggian 2400 m dpl.

Sjarif (1999) mengatakan bahwa, tumbuhan puspa selain dapat tumbuh

pada hutan primer, juga mampu tumbuh pada hutan sekunder dan lahan marjinal.

Kemampuan spesies ini untuk tahan terhadap perubahan kadar air tanah (antara

musim kemarau dan musim hujan), membuatnya termasuk salah satu spesies

pionir. Whitmore (1986) mengatakan bahwa, puspa memiliki karakter sebagai

spesies pioner, karena membutuhkan cahaya dalam pertumbuhannya. Selain itu,

menurut Ohsawa et al., (1985), spesies ini termasuk tumbuhan yang dapat

Page 80: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

59

beregenarasi di bawah tajuknya sendiri. Namun dibanding spesies pioner murni,

menurut Whitmore (1986) aggretivitas spesies ini lebih rendah didalam

mengkolonisasi suatu wilayah.

Keberadaan hutan bambu yang dominan di salah satu aliansi di zona sub

pegunungan, Gunung Salak belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya,

namun hutan ini tumbuh secara alami di gunung ini (Kom. pribadi dengan petugas

Perhutani, 2006). Pada sisi lain menurut Van Steenis (1972), hutan-hutan bambu

di Pulau Jawa merupakan hutan-hutan sekunder, yang terbentuk karena pengaruh

antropogenik, terutama oleh aktivitas pembakaran. Hal yang sama ditemukan oleh

Widjaja et al., (2002) pada penelitian mereka di Gunung Halimun, yaitu di

kawasan tersebut keberadaan hutan bambu sangat dipengaruhi oleh aktivitas

penduduk berupa perpindahan dan pemukiman penduduk di masa lalu.

Sutiyono et al., (1992) mengatakan bahwa, bambu dapat tumbuh dengan

baik pada berbagai kondisi lingkungan. Tumbuhan ini dapat tumbuh mulai dari

dataran rendah sampai dataran tinggi, dan juga pada pegunungan. Penyebaran

vertikal bambu cukup luas, dimulai dari ketinggian 0 m dpl sampai 3000 m dpl.

Jumlah spesies bambu akan semakin beragam dengan semakin bertambahnya

ketinggian tempat.

Kehadiran spesies pohon paku-pakuan dan murni paku-pakuan sebagai

bentuk tumbuh dominan pada strata semak dan anakan pohon di seluruh aliansi

nampak sangat menyolok. Pada aliansi 1, spesies-spesies paling dominan pada

strata semak-anakan pohon adalah pakis sier yang memiliki bentuk tumbuh

pohon paku-pakuan, dan pakis andam yang murni tumbuhan paku-pakuan, dan

sulibra. Pakis sier hadir sebagai spesies yang memiliki INP tertinggi pada 23 blok

pengamatan di aliansi ini, diikuti oleh pakis andam pada 12 blok pengamatan,

dan sulibra pada 1 blok pengamatan (Tabel 4). Terlihat bahwa 97,30% blok-blok

pengamatan didominasi oleh bentuk tumbuh pohon paku-pakuan dan murni paku-

pakuan.

Spesies paling dominan pada strata semak-anakan pohon yang ditemukan

pada aliansi 2 adalah pakis sier dan pakis benyir yang memiliki bentuk tumbuh

pohon paku-pakuan, dan sulibra. Pakis sier ditemukan sebagai spesies yang

memiliki INP tertinggi di 14 dari 17 blok pengamatan yang ada di aliansi ini.

Page 81: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

60

Pakis benyir ditemukan memiliki INP tertinggi pada 1 blok pengamatan,

sedangkan sulibra ditemukan memiliki INP tertinggi pada 2 dari 17 blok

pengamatan di aliansi ini. Dengan demikian, nampak bahwa untuk strata semak

dan anakan pohon, blok-blok pengamatan di aliansi ini juga didominasi oleh

bentuk tumbuh pohon paku-pakuan dengan persentase 88,24% (Tabel 5).

Hal yang sama juga ditemukan di aliansi 3, yaitu bentuk tumbuh pohon

paku-pakuan pada strata semak-anakan pohon merupakan bentuk tumbuh yang

dominan. Pada aliansi ini, bentuk tumbuh paku-pakuan, yaitu pakis sier

merupakan spesies yang memiliki INP tertinggi pada 6 blok pengamatan,

selanjutnya pakis andam ditemukan memiliki INP tertinggi pada 1 blok

pengamatan (Tabel 6). Oleh karena aliansi ini hanya tersusun atas 7 blok

pengamatan maka berdasarkan apa yang dikemukakan di atas bentuk tumbuh

paku-pakuan merupakan penguasa pada strata semak-anakan pohon dengan

persentase mencapai 100%.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa spesies-spesies dengan bentuk

tumbuh paku-pakuan baik yang murni semak maupun pohon paku-pakuan pada

strata semak dan anakan pohon memiliki kemampuan adaptasi yang paling tinggi

dibanding spesies-spesies lain terhadap kondisi lingkungan di zona sub

pegunungan, Gunung Salak.

Bahkan pakis sier yang merupakan pohon paku-pakuan selalu ditemukan

sebagai spesies yang memiliki nilai konstansi tertinggi pada setiap aliansi di

Gunung Salak. Pada aliansi 1, spesies ini ditemukan pada 355 (96,61%) dari 360

plot pengamatan yang ada, pada aliansi 2, spesies ini ditemukan pada 166

(97,65%) dari 170 plot pengamatan yang ada. Pada aliansi 3, ditemukan pada 66

(94,29%) dari 70 plot pengamatan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa spesies

ini selalu ditemukan sebagai spesies umum pada setiap aliansi.

Pada sebagian besar blok pengamatan di area penelitian, bentuk tumbuh

paku-pakuan membentuk lapisan vegetasi yang sangat rapat, sehingga sulit untuk

dilewati oleh manusia. Bailey & Bailey (1972) mengatakan bahwa, spesies pohon

paku-pakuan lebih banyak di daerah pegunungan daripada di daerah dataran

rendah.

Page 82: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

61

Whitten et al.,(1988) mengatakan bahwa bentuk tumbuh paku-pakuan

adalah komponen utama yang umum dari komposisi spesies di daerah hutan hujan

tropis basah pegunungan, khususnya kawasan sub pegunungan. Di kawasan ini,

bentuk tumbuh ini dapat tumbuh dengan baik di dalam hutan primer maupun

terganggu. Hal ini disebabkan oleh kelembapan udara yang tinggi, banyaknya

aliran air, adanya kabut, dan curah hujan yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan

bahwa spesies paku-pakuan dari famili Cyatheaceae dan spesies marga

Dicranopteris yang menjadi bagian dari spesies-spesies dominan di zona sub

pegunungan, Gunung Salak, juga merupakan spesies yang tahan terhadap api,

sehingga berbagai gangguan antropogenik dalam bentuk pembakaran dapat

ditahan oleh spesies-spesies dari famili dan marga ini.

Tanner (1983) mengatakan dalam Whitten et al.,(1988) bahwa pada

kawasan ini, bentuk tumbuh paku-pakuan dapat tumbuh mencapai tinggi 1 m

dalam jangka 15 tahun. Stadmuller (1987) mengatakan bahwa kehadiran pohon

paku-pakuan dari famili Cyatheaceae yang melimpah merupakan karakteristik

khas dari hutan hujan tropis pegunungan yang selalu tertutup oleh awan.

Pola-pola berupa adanya satu bentuk tumbuh yang sangat dominan,

sebagaimana yang ditemukan pada strata semak dan anakan pohon tidak

ditemukan pada strata herba. Pada strata ini, di ketiga aliansi tidak didominasi

oleh satu bentuk tumbuh tumbuhan. Pada ketiga aliansi tersebut ditemukan

bahwa spesies-spesies dengan bentuk tumbuh herba, paku-pakuan, rerumputan,

dan jahe-jahean silih berganti menjadi spesies dominan pada blok-blok

pengamatan yang menyusun aliansi seperti yang terlihat pada Tabel 4, 5, dan 6 .

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh luasnya penutupan tajuk strata pohon

di dalam hutan. Pada penelitian ini, 80,11% blok-blok pengamatan yang ada di

aliansi 1 memiliki penutupan tajuk lebih dari 60 %, aliansi 2 sebesar 76,47%, dan

aliansi 3 sebesar 85,71%. Kondisi ini mengakibatkan tidak ada satupun bentuk

tumbuh pada strata herba yang dapat mendominasi sebagian besar blok-blok

pengamatan pada seluruh aliansi di zona sub pegunungan, Gunung Salak.

Menurut Walter (1971), pengaruh penutupan tajuk terhadap tumbuhan pada

strata herba bersifat tidak langsung, yaitu mengakibatkan berkurangnya intensitas

Page 83: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

62

cahaya matahari yang dapat mencapai lantai hutan dan pada gilirannya

menghambat pertumbuhan strata herba.

Selanjutnya melalui tabel-tabel yang sama, terlihat bahwa spesies paku-

pakuan yang ditemukan memiliki INP tertinggi pada strata herba adalah pakis

benter (Nephrolepis exalltata) dan pakis kadaka. Bahkan pakis benter selalu

ditemukan pada ketiga aliansi sebagai salah satu spesies dengan INP tertinggi,

minimal pada 1 blok pengamatan. Spesies-spesies dengan bentuk tumbuh

rerumputan yang sering ditemukan memiliki INP tertinggi adalah bayondah

minyak, ilat, dan aawiyan. Bentuk tumbuh herba yang ditemukan memiliki INP

tertinggi adalah rende badak (Staurogyne sp.), dan rende.

Spesies-spesies dengan bentuk tumbuh jahe-jahean yang ditemukan

memiliki INP tertinggi hanya balakatoak dan tepus. Kedua spesies terakhir ini

merupakan spesies penyusun strata herba yang memiliki kisaran tinggi 1,2 –3 m.

Walter (1971) dan Jacobs (1981) mengatakan bahwa spesies jahe-jahean (famili

Zinggiberaceae) bersama spesies Pisang (Famili Musaceae) merupakan bentuk

tumbuh herba raksasa yang sering ditemukan pada daerah hutan hujan tropis

basah. Menurut Cranbrooks & Edwards (1994) kedua spesies ini adalah anggota

dari famili Zinggiberaceae dengan bentuk tumbuh herba yang hidup dalam jangka

waktu tahunan (perrenial).

Page 84: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

63

2. Karakteristik Lingkungan pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak

Karakteristik topografi setiap aliansi dapat dilihat pada Tabel 7. Terlihat

bahwa faktor topografi mencakup kemiringan lereng, ketinggian tempat dari

permukaan laut, dan arah lereng. Variasi kemiringan lereng dari datar sampai

agak curam paling luas terdapat pada blok-blok pengamatan di aliansi 3,

sedangkan untuk variasi kemiringan lereng curam dan sangat curam yang paling

luas ditemukan pada blok-blok pengamatan aliansi 2. Variasi ketinggian blok

pengamatan terlihat paling besar ditemukan di aliansi 2. Hal ini memperlihatkan

bahwa blok-blok pengamatan yang ada di aliansi 1, jika dilihat dari faktor

ketinggian tempat dan kemiringan lereng lebih seragam dibanding dengan blok-

blok pengamatan di aliansi-aliansi lainnya.

Pengamatan yang lebih jauh terhadap Tabel 7 memperlihatkan bahwa

ketinggian rata-rata blok pengamatan di aliansi yang di dominasi oleh hutan

bambu (aliansi 2) lebih rendah dibanding dengan aliansi 1 dan 3, juga terlihat

bahwa blok-blok pengamatan di aliansi 1 lokasinya terletak lebih tinggi dibanding

aliansi-aliansi lainnya. Walaupun demikian pada Tabel 9, nampak bahwa secara

statistik hanya aliansi 1 dan 2 yang memiliki perbedaan yang nyata dalam hal

ketinggian letak blok-blok pengamatan dari permukaan laut.

Pada Tabel 8 dapat dilihat karakteristik faktor abiotik tanah di setiap aliansi

di Gunung Salak. Variasi unsur kimia tanah pada setiap aliansi nampak berbeda

satu dengan lainnya, dan nampak bahwa untuk beberapa unsur kimia ada

kecendrungan yang jelas antara satu aliansi dengan aliansi lain.

Pada Tabel 9 disajikan faktor-faktor abiotik yang secara signifikan menjadi

pembeda di antara aliansi. Selanjutnya, berdasarkan jumlah faktor abiotik

pembeda tersebut dapat ditentukan sejauh mana perbedaan di antara aliansi.

Nampak bahwa aliansi 1 paling berbeda dengan aliansi yang dikuasai oleh hutan

bambu, yaitu aliansi 2. Terdapat 9 faktor abiotik yang membedakan kedua aliansi

ini. Aliansi 3 juga paling berbeda dengan aliansi 2. Terdapat 8 faktor abiotik yang

membedakan kedua aliansi ini. Selanjutnya ditemukan sebanyak 6 faktor abiotik

yang membedakan antara aliansi 1 dan 3.

Tabel 7. Karakteristik topografi pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Page 85: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

64

Plot pengamatan dengan kemiringan lereng:

Aliansi 1 Aliansi 2

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Datar 3,94 0,55 83,30 5,00 0,75 61,644Landai 5,08 0,58 68,69 4,65 0,66 58,410Agak Curam 4,61 0,58 75,35 3,53 0,60 70,206Curam 5,17 0,50 58,06 2,35 0,76 132,656Sangat Curam 1,64 0,42 153,78 0,47 0,33 292,116

Plot pengamatan dengan kemiringan lereng:

Aliansi 3

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Datar 3,57 1,62 119,73 Landai 3,00 0,98 86,07 Agak Curam 4,00 1,18 77,73 Curam 3,14 1,32 110,88 Sangat Curam 1,00 0,65 173,21

Ketinggian blok pengamatan dari permukaan laut (m dpl):

Aliansi 1 Aliansi 2

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Ketinggian Minimal 1200,53 10,06 5,03 1113,71 15,96 5,910Ketinggian Maksimal 1234,69 10,04 4,88 1162,29 17,28 6,130

Ketinggian blok pengamatan dari permukaan laut (m dpl):

Aliansi 3

Rata- Rata

Std. Err. of Mean CV (%)

Ketinggian Minimal 1155,29 20,99 4,81 Ketinggian Maksimal 1184,86 23,90 5,34

Arah lereng Aliansi 1 Aliansi 2

JUMLAH BLOK JUMLAH BLOK Selatan 8 3 Timur 4 11 Barat 11 3 Utara 13 0

Arah lereng Aliansi 3

JUMLAH BLOK Selatan 4 Timur 0 Barat 1 Utara 2

Keterangan: * : CV = Coefficient of Variation; Aliansi 1: (N=36); Aliansi 2 : (N=17); Aliansi 3: (N=7).

Melalui tabel yang sama terlihat bahwa blok-blok pengamatan yang terdapat

di aliansi hutan bambu (aliansi 2) memiliki kecuraman lerang yang berbeda

dengan yang terdapat pada blok pengamatan di hutan alam (aliansi 1). Pada Tabel

7, terlihat bahwa penyebaran lereng-lereng curam secara rata-rata lebih sempit

pada blok pengamatan yang ada di aliansi hutan bambu.

Tabel 8. Karakteristik faktor tanah pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Page 86: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

65

Sifat Kimia Tanah:

ALIANSI 1 ALIANSI 2

Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%)Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%)PH 4,35 0,04 5,28 4,37 0,07 6,948 C-Organik (%) 6,97 0,28 23,70 7,81 0,55 29,026 N-Total (%) 0,42 0,02 25,98 0,32 0,02 27,034 P (ppm) 6,99 0,25 21,14 5,54 0,42 31,362Ca (me/100g) 2,85 0,27 57,59 2,76 0,33 49,590Mg (me/100g) 1,29 0,17 77,43 1,15 0,20 70,748K (me/100g) 0,30 0,02 38,01 0,29 0,02 30,143 Na (me/100g) 0,37 0,02 35,43 0,38 0,02 26,028 KTK (me/100g) 24,90 0,81 19,46 26,19 1,15 18,111 Kejenuhan Basa (%) 21,00 2,48 70,73 19,61 3,63 76,215 Al (me/100g) 1,72 0,15 51,54 2,00 0,22 44,711 C/N Ratio 27,28 0,60 13,28 26,59 1,06 16,406Kadar Air (%) 30,26 1,71 33,94 26,26 1,04 16,376

Sifat Kimia Tanah:

ALIANSI 3

Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%) PH 4,53 0,06 3,76 C-Organik (%) 6,02 0,33 14,53 N-Total (%) 0,32 0,05 38,70 P (ppm) 7,00 0,39 14,62 Ca (me/100g) 2,20 0,57 69,26 Mg (me/100g) 0,90 0,32 95,33 K (me/100g) 0,28 0,04 37,04 Na (me/100g) 0,34 0,05 37,22 KTK (me/100g) 21,18 1,06 13,25 Kejenuhan Basa (%) 17,40 4,15 63,15 Al (me/100g) 1,78 0,24 36,14 C/N Ratio 27,72 2,30 21,92 Kadar Air (%) 40,65 5,64 36,73

Tekstur Tanah (%):

ALIANSI 1 ALIANSI 2

Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%)Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%)Pasir 30,56 1,61 31,59 35,30 1,69 19,734 Debu 41,96 1,48 21,19 37,53 1,25 13,741 Liat 27,45 1,14 24,83 25,87 1,68 26,826

Tekstur Tanah (%):

ALIANSI 3

Rata- Rata

Std. Err. of

Mean CV (%) Pasir 36,26 3,60 26,26 Debu 33,49 3,05 24,08 Liat 30,24 3,79 33,17

Keterangan: * : CV = Coefficient of Variation; Aliansi 1: (N=36); Aliansi 2 : (N=17); Aliansi 3: (N=7)

Walaupun secara statistik penyebaran lereng curam di aliansi 1 tidak

menunjukkan perbedaan dengan aliansi 3, namun pada Tabel 7 terlihat bahwa

secara rata-rata blok-blok pengamatan dengan lereng curam lebih luas

Page 87: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

66

penyebarannya di aliansi 1. Dibandingkan dengan aliansi-aliansi lainnya, nampak

penyebaran lereng-lereng curam lebih luas di blok-blok pengamatan di aliansi 1.

Hal ini menunjukkan bahwa hutan alam campuran yang tumbuh secara

alami memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik di lereng-lereng curam di

banding hutan bambu yang tumbuh secara alami. Data ini juga menunjukkan

bahwa kegiatan penanaman hutan lebih banyak dilakukan pada blok-blok

pengamatan dengan lereng curam yang lebih sempit.

Tabel 9. Perbedaan faktor abiotik pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi vegetasi

Statistik Faktor Abiotik Curam Sangat

CuramTinggi Minimal

Tinggi Maksimal

1-2 Mann-Whitney U

151 214 97 139

Z -2,976** -2,118** -3,983** -3,183** N Total Debu Arah

Lereng Pasir P

1-2 Mann-Whitney U

156** 216,00 ŧ 1570,5** 186 163**

Z -2,862** -1,715 ŧ -4,515** -2,287* -2,76**

N Total Debu Arah Lereng

1-3 Mann-Whitney U

66* 63* 832,5**

Z -1,978* -2,073* -2,013* pH C org KTK 1-3 Mann-

Whitney U 72,000 ŧ 68,000 ŧ 69,500 ŧ

Z -1,797 ŧ -1,908 ŧ -1,858 ŧ Na Kadar

AirC org KTK P

2-3 Mann-Whitney U

32,000 ŧ 32,000 ŧ 31,500 ŧ 22,000 ŧ 30,00 ŧ

Ca Mg 2-3 Mann-

Whitney U 26* 23,5*

Keterangan: ** : signifikan pada P <0,01; * : signifikan pada P < 0,05;

ŧ : signifikan pada taraf 0,10.

Kandungan unsur Ca dan Mg tanah nampak hanya berbeda antara aliansi 2

dan 3 (Tabel 9), namun demikian terdapat kecendrungan penurunan kadar unsur

tersebut dari aliansi 1 ke aliansi 2 dan paling kecil di aliansi 3 (Tabel 8).

Kandungan unsur Na tanah juga berbeda antara aliansi 2 dan 3 (Tabel 9), dan

terdapat kecendrungan penurunan unsur ini dari aliansi 2, ke aliansi 1, dan yang

paling kecil ditemukan pada aliansi 3 (Tabel 8). Selanjutnya, kadar air tanah juga

Page 88: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

67

berbeda antara aliansi 2 dan 3 (Tabel 9) dan juga ditemukan kecendrungan adanya

penurunan kadar air dari aliansi 3 ke aliansi 1, dan terakhir pada aliansi 2. (Tabel

8).

Melalui Tabel 9 terlihat bahwa unsur N total tanah di aliansi 1 selalu

berbeda dengan yang ada di aliansi lainnya. Pada Tabel 8 nampak bahwa secara

rata-rata unsur N total tanah di aliansi ini lebih tinggi dibanding dengan yang ada

di kedua aliansi lainnya. Hal yang sama ditemukan untuk unsur debu tanah.

Selanjutnya pada Tabel 9 terlihat bahwa arah lereng yang ada pada aliansi 1

berbeda dengan aliansi-aliansi lainnya, dan melalui Tabel 7 terlihat bahwa

aliansi ini hadir pada seluruh arah lereng. Hal ini menunjukkan bahwa, unsur N

total tanah, debu tanah, dan arah lereng merupakan faktor abiotik yang konsisten

membedakan aliansi 1 dengan aliansi lainnya.

Faktor abiotik yang konsisten membedakan aliansi 2 dengan aliansi 1 dan 3

adalah unsur P tanah (Tabel 9). Rata-rata unsur P tanah di aliansi ini lebih rendah

dibanding dengan yang ada di aliansi lainnya (Tabel 8). Hal ini merupakan salah

satu ciri dari hutan bambu. Menurut Backer dalam Hommel (1987) tegakan-

tegakan bambu umumnya dicirikan oleh unsur P tanah yang rendah.

Kandungan unsur C organik tanah dan KTK (kapasitas tukar kation)

merupakan faktor abiotik yang secara konsisten membedakan aliansi 3 dengan

aliansi lainnya (Tabel 9). Rata-rata unsur C organik tanah yang ada di aliansi ini

lebih rendah dibanding dengan yang ada di aliansi 1 dan 2, demikian juga halnya

dengan KTK tanah yang ada di aliansi ini (Tabel 8).

Keterangan di atas menunjukkan bahwa keberadaan tipe vegetasi tingkat

aliansi di zona sub pegunungan, Gunung Salak dipengaruhi oleh kombinasi faktor

abiotik tanah, dan topografi. Miyamoto et al., (2003) mengatakan bahwa

perbedaan antara tipe-tipe hutan dalam skala lokal terkait dengan kondisi

topografi dan edafik dari hutan yang bersangkutan. Peet (1989) mengatakan

bahwa untuk daerah pegunungan, faktor lingkungan utama yang mengendalikan

pola penyebaran vegetasi adalah ketinggian tapak dari permukaan laut.

Ketinggian tempat dari permukaan laut merupakan suatu gradasi lingkungan yang

bersifat kompleks yang mengkombinasikan beberapa faktor lingkungan yang

penting untuk pertumbuhan tumbuhan, terutama suhu udara dan curah hujan.

Page 89: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

68

Webb & Peart (2000) yang melakukan penelitian di Taman Nasional

Gunung Palung berhasil mengelompokkan vegetasi pepohonan ke dalam 3

kelompok. Faktor abiotik yang paling membedakan kelompok vegetasi pertama

dengan kelompok lainnya adalah letaknya pada dataran tinggi dengan lapisan

humus yang dalam, kelompok kedua merupakan kelompok vegetasi yang terdapat

pada bubungan bukit yang tajam dan lereng bagian atas, dan kelompok ketiga

merupakan kelompok vegetasi yang terletak pada lereng bagian bawah dengan

tingkat kelembapan yang tinggi.

Pada sisi lain, Van Steenis (1972) mengatakan bahwa, pada skala yang

lebih luas keberadaan hutan pegunungan di Pulau Jawa terbentuk karena respon

biologi vegetasi akibat kejadian-kejadian yang berlangsung pada ekosistem di

masa lalu, seperti longsor, jatuhan debu vulkanik, dan terutama oleh kebakaran

yang terjadi secara antropogenik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor

gangguan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada keberadaan hutan

pegunungan.

Pada penelitian ini, walaupun hanya antara aliansi 1 dan 3 yang memiliki

perbedaan nilai pH tanah, namun perlu mendapat perhatian mengingat kisaran

nilai pH tanah pada setiap blok pengamatan adalah 3,9–4,8. Berdasarkan kategori

kemasaman tanah Laboratorium Ilmu-Ilmu Tanah IPB kisaran nilai ini

menunjukkan bahwa tanah di zona sub pegunungan, Gunung Salak hanya

memiliki 2 kategori kemasaman, yaitu sangat masam dan masam. Selanjutnya dari

hasil pengamatan ditemukan jumlah blok pengamatan dengan kategori tanah

bersifat masam adalah 30 (50%) dan sangat masam 30 (50%). Nilai pH tanah

yang sangat rendah ini penting karena berpengaruh pada kandungan hara tanah di

seluruh aliansi. Menurut Kappelle (2004); Whitmore (1986); dan Whitten et

al.,(1988) salah satu ciri tanah pada hutan hujan tropis basah sub pegunungan dan

pegunungan adalah sifat tanah yang masam. Kemasaman tanah akan semakin

bertambah dengan semakin bertambahnya ketinggian.

Pada kawasan yang terletak pada ketinggian antara 1000 m dan zona

penutupan oleh awan, atau daerah yang terletak pada kawasan formasi hutan

hujan tropis basah sub pegunungan maupun pegunungan, curah hujan yang sangat

tinggi berlangsung sepanjang tahun sebagaimana halnya yang ditemukan pada

Page 90: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

69

daerah dataran rendah tropis basah. Stadmuller (1987) mengatakan bahwa,

presipitasi horizontal di kawasan ini sangat tinggi, menyebabkan pencucian hara

dari permukaan tumbuhan menjadi sangat tinggi. Air hasil pencucian ini jauh

lebih asam dibanding air curah hujan.

Dibanding dengan dataran rendah hutan hujan tropis basah, di kawasan ini

penutupan oleh awan dan kelembapan udara jauh lebih tinggi. Evapotranspirasi

berkurang dengan sangat tajam dan demikian juga halnya dengan suhu udara.

Veneklaas (1991) mengatakan bahwa kondisi ini menyebabkan proses

dekomposisi bahan organik sulit berlangsung sehingga bahan-bahan organik yang

terdapat di tanah menjadi sulit terurai dan menimbulkan pengaruh masam yang

tinggi. Sulitnya bahan organik terurai dapat dilihat pada hasil pengamatan

terhadap unsur C organik tanah di Gunung Salak. Pada penelitian ini ditemukan

kisaran nilai unsur C organik tanah di seluruh blok pengamatan adalah 3,21 –

11,94, sehingga kategori unsur C organik tanah di seluruh blok pengamatan hanya

ada 2, yaitu sangat tinggi yang ditemukan di 57 blok (95%) dan tinggi di 3 blok

pengamatan (5%).

Selanjutnya, pada Tabel 8 terlihat bahwa nilai rata-rata C:N rasio tanah di

seluruh aliansi lebih besar 25, dan kisaran nilainya adalah 18,93 – 38,17. Pada

aliansi 1, terdapat 72,22% blok pengamatan memiliki nilai C:N rasio dengan

kategori sangat tinggi, dan sisanya dengan kategori tinggi. Pada aliansi 2 terdapat

58,82% blok pengamatan memiliki nilai C:N rasio dengan kategori sangat tinggi,

dan sisanya dengan kategori tinggi. Pada aliansi 3 terdapat 71,43% blok

pengamatan memiliki nilai C:N rasio dengan kategori sangat tinggi, dan sisanya

dengan kategori tinggi. Dengan demikian hanya ada 2 kategori C:N rasio tanah di

seluruh aliansi, yaitu sangat tinggi dan tinggi. Menurut Gardiner & Miller (2004)

dan Hakim et al.,(1986) kondisi ini menunjukkan bahwa proses penguraian sulit

berlangsung di kawasan ini.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kategori unsur P tanah pada setiap

blok pengamatan di seluruh aliansi adalah kategori sangat rendah (100%). Diduga

kandungan yang sangat rendah ini berpengaruh terhadap vegetasi di area

penelitian. Menurut Kitayama et al., (2000), pada suatu ekosistem yang sangat

defisit dengan unsur P tanah, maka unsur P tanah tersebut akan sangat berperan

Page 91: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

70

dalam menentukan produktivitas primer bersih dan pelapukan bahan organik baik

secara langsung maupun melalui interaksi dengan unsur N. Jordan (1985)

mengatakan bahwa sebagian besar ekosistem hutan hujan tropis basah memiliki

kendala dengan kandungan unsur P tanah yang sangat rendah.

John et al., (2007) yang melakukan penelitian di hutan hujan tropis basah

pegunungan La Planada, Kolumbia menemukan bahwa unsur P tanah sangat

berpengaruh pada keberadaan struktur tegakan hutan. Higuera & Martinez (2006)

dalam penelitian mereka di hutan hujan tropis basah sub pegunungan Kolombia

menemukan bahwa unsur P tanah merupakan faktor pembatas di ekosistem

tersebut. Aiba & Kitayama (1999) menemukan hal yang sama di hutan hujan

tropis basah pegunungan, Kinabalu.

Bruijnzeel & Veneklass (1988) mengatakan bahwa unsur P merupakan

unsur hara esensial bagi tumbuhan. Unsur ini berada di lingkungan terutama

melalui pelapukan bahan induk. Konsekuensi dari tanah-tanah tropis yang sangat

tua dan pencucian yang sangat tinggi menyebabkan unsur P tanah menjadi sangat

rendah. Vitousek et al., (1993) mengatakan bahwa pemasukan unsur hara ke

dalam ekosistem terus berlangsung melalui curah hujan dan jatuhan kering,

namun dengan kuantitas yang sangat kecil. Pada sisi lain dari segi kuantitas unsur

N yang masuk ke dalam ekosistem dengan cara ini relatif besar.

Vitousek (1984) mengatakan bahwa, untuk ekosistem di daerah iklim

sedang, unsur N tanah merupakan faktor pembatas karena ditemukan dalam

jumlah yang sedikit, sedangkan untuk ekosistem hutan hujan tropis basah,

kandungan unsur P tanah lebih sering menjadi faktor pembatas karena alasan yang

sama.

Pada penelitian ini, ditemukan pada aliansi 1 sebanyak 80,56% blok

pengamatan memiliki unsur N total tanah dengan kategori sedang, dan sisanya

dengan kategori tinggi. Pada aliansi 2, sebanyak 5,88% blok pengamatan

memiliki unsur N total tanah dengan kategori rendah dan juga persentase yang

sama untuk kategori tinggi, sedangkan sisanya sebesar 88,24% dengan kategori

sedang. Hanya pada aliansi inilah ditemukan 1 blok pengamatan yang memiliki

nilai N total tanah dengan kategori rendah. Selanjutnya pada aliansi 3, terdapat

Page 92: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

71

85,71% blok pengamatan memiliki unsur N total tanah dengan kategori sedang

sedangkan sisanya dengan kategori tinggi.

Secara keseluruhan, 83,33% blok pengamatan di seluruh aliansi memiliki

unsur N total tanah dengan kategori sedang, 15 % dengan kategori tinggi, dan

1,67% dengan kategori rendah. Tidak ditemukan sama sekali blok pengamatan

yang memiliki unsur N total dengan kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa unsur N bukan merupakan faktor pembatas di area penelitian.

3. Dugaan Penyebaran Secara Geografis Aliansi Vegetasi di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak

Pada Gambar 8 sampai 25 dapat dilihat penyebaran aliansi zona sub

pegunungan, Gunung Salak. Selain ketiga aliansi tersebut, juga terlihat kelas-

kelas penutupan oleh awan, dan badan air. Gambar-gambar tersebut diperoleh

melalui klasifikasi terbimbing dengan overall accuracy sebesar 63,49%, dan

Kappa accuracy sebesar 52%. Aliansi 1 nampak memiliki penyebaran yang

paling luas dibanding aliansi-aliansi lainnya. Aliansi ini terlihat pada seluruh area

zona sub pegunungan, Gunung Salak. Penyebaran terluas berikutnya ditemukan

pada aliansi 2. Aliansi 3 terlihat menyebar hanya pada bagian tepi yang

merupakan bagian bawah di Gunung Salak. Selanjutnya dapat dilihat bahwa batas

antara satu aliansi dengan aliansi lainnya saling tumpang tindih.

Kelas-kelas kemiringan lereng di aliansi 1 meliputi 0-8% yang merupakan

lereng datar; 8-15% yang merupakan lereng landai; 15-25% yang merupakan

lereng agak curam (Gambar 8a, 8b, dan 8c); 25-45% yang merupakan lereng

curam; dan lereng dengan kemiring lebih besar 45% yang merupakan lereng

sangat curam (Gambar 9a dan 9b). Lereng curam paling luas menempati area

aliansi 1 (33,37%), diikuti agak curam (23,10% ); landai (18,60%); datar

(14,79%); dan terakhir sangat curam (10,24%).

Page 93: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

72

a

b

c

Keterangan: a. kemiringan 0-8%; b. kemiringan 8-15%; c. kemiringan 15-25%; Gambar 8. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada Aliansi 1.

Page 94: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

73

a

b

Keterangan: a. Kemiringan25-45%; b. kemiringan >45% Gambar 9. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25-45% dan > 45% pada Aliansi 1.

Lereng curam paling luas ditemukan di aliansi 2 (45,07%), diikuti oleh

lereng agak curam (18,58%), sangat curam (15,89%) (Gambar 11b, 11a, 11c);

datar (10,55%), dan landai (9,91%) (Gambar 10a dan 10b). Lereng landai paling

banyak menempati area di aliansi 3 (34,67%); diikuti lereng agak curam

(23,85%); datar (23,37%) (Gambar 12b, 12c, 12a); curam (15,17%); dan sangat

curam (2,94%) (Gambar 13a dan 13b). Data ini menunjukkan bahwa pada hutan-

Page 95: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

74

hutan alam (aliansi 1 dan 2) dapat tumbuh pada lereng-lereng yang sangat curam

di zona sub pegunungan, Gunung Salak.

Pada penelitian ini, kelas NDVI dibagi menjadi 5 kelas, yaitu NDVI < 0,05;

NDVI 0,05-0,1; NDVI 0,1-0,2; NDVI 0,2-0,3; dan NDVI > 0,3. Kelas NDVI yang

paling banyak ditemukan di aliansi 1 adalah kelas 0,2-0,3 (39,20%); diikuti

berturut-turut oleh NDVI > 0,3 (28,49%); NDVI < 0,05 (18,16%); NDVI 0,1-0,2

(11,12%); dan NDVI 0,05-0,1 (3,03%) (Gambar 16, 14, 15b dan 15a).

Pada aliansi 2 kelas NDVI yang paling banyak ditemukan adalah NDVI 0,2-

0,3 (27,88%) (Gambar 18b); diikuti berturut-turut NDVI 0,1-0,2 (25,84%); NDVI

< 0,05 (25,29%); NDVI > 0,3; dan NDVI 0,05-0,1 (8,21%) (Gambar 18a, 17a,

18c, 17b). Kelas NDVI yang paling banyak ditemukan di aliansi 3 adalah NDVI

0,2-0,3 (61,78%) (Gambar 20a); diikuti berturut-turut oleh NDVI > 0,3 (25,78%);

NDVI 0,1-0,2 (8,63%); NDVI<0,05 (2,04%); dan NDVI 0,05-0,1 (1,77%)

(Gambar 20b, 19c, 19a, 19b).

Data ini menunjukkan bahwa pada aliansi 1 dan 3 terdapat penutupan tajuk

hijau yang luas dari vegetasi mengingat pada kedua aliansi tersebut kelas NDVI

0,2-0,3 % dan NDVI > 0,3 % menempati urutan pertama dan kedua. Nilai NDVI

> 0,3 pada aliansi 2 yang hanya menempati urutan keempat diduga disebabkan

karena tajuk-tajuk bambu yang kebanyakan berwarna kekuningan dari rumpun

bambu.

Berdasar tumpang susun peta jenis tanah dengan aliansi, diketahui bahwa

ada 3 jenis tanah di seluruh aliansi zona sub pegunungan, Gunung Salak. Jenis-

jenis tanah tersebut adalah: (i) Andosol Coklat Kekuningan; (ii) Asosiasi Andosol

Coklat dan Regosol Coklat; dan (iii) Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol.

Penyebaran jenis tanah yang paling luas di aliansi 1 adalah Kompleks

Regosol Kelabu dan Litosol (33,45%); disusul oleh Asosiasi Andosol Coklat

Regosol Coklat (33,29%); dan terakhir Andosol Coklat Kekuningan (33,28%)

(Gambar 22b, 22a, dan 21). Nampak bahwa ketiga jenis tanah ini memiliki luas

penyebaran yang relatif sama di aliansi ini.

Jenis tanah yang paling banyak menyebar di aliansi 2 adalah Kompleks

Regosol Kelabu dan Litosol (45,52%); disusul oleh Andosol Coklat Kekuningan

(31,57%); dan terakhir Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat (27,92%)

Page 96: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

75

(Gambar 24b, 23, 24a). Selanjutnya jenis tanah yang memiliki penyebaran yang

paling luas di aliansi 3 adalah Andosol Coklat Kekuningan (85,25%); diikuti oleh

Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol (9,47%); dan terakhir Asosiasi Andosol

Coklat dan Regosol Coklat (5,29%) (Gambar 25, 26a, 26b).

a

b

Keterangan: a. Kemiringan0-8%; b. kemiringan 8-15% Gambar 10. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-15% pada Aliansi 2.

Page 97: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

76

a

b

c

Keterangan: a. Kemiringan lereng 15-25;b. kemiringan 25-45%; c. kemiringan > 45% Gambar 11. Penyebaran kelas kemiringan lereng 15-45% dan >45% pada aliansi

2.

Page 98: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

77

a

b

c

Keterangan: a. kemiringan 0-8%; b. kemiringan 8-15%; c. kemiringan 15-25% Gambar 12. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada Aliansi 3.

Page 99: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

78

a

b

Keterangan: a. kemiringan 25-45%; b. kemiringan > 45% Gambar 13. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25- 45% dan > 45% pada Aliansi 3.

Gambar 14. Penyebaran kelas NDVI <= 0,05 pada aliansi 1.

Page 100: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

79

a

b

c

Keterangan: a. NDVI 0,05-0,1; b. NDVI 0,1-0,2; c. NDVI 0,2-0,3 Gambar 15. Penyebaran kelas NDVI 0,1-0,3 pada aliansi 1.

Page 101: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

80

Gambar 16. Penyebaran kelas NDVI > 0,3 pada aliansi 1.

a

b

Keterangan: a. NDVI <=0,05; b. NDVI 0,05-0,1 Gambar 17. Penyebaran kelas NDVI <=0,05 dan NDVI 0,05-0,1 pada aliansi 2.

Page 102: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

81

a

b

c

Keterangan: a. NDVI 0,1-0,2; b. NDVI 0,2-0,3; c. NDVI >0,3 Gambar 18. Penyebaran kelas NDVI 0,1-0,3 dan NDVI > 0,3 pada aliansi 2

Page 103: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

82

a

b

c

Keterangan: a. NDVI <=0,05; b. NDVI 0,05-0,1; c. NDVI 0,1-0,2 Gambar 19. Penyebaran kelas NDVI 0,05-0,2 pada aliansi 3.

Page 104: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

83

a

b

Keterangan: a. NDVI 0,2-0,3; b. NDVI > 0,3 Gambar 20. Penyebaran kelas NDVI 0,2-0,3 dan NDVI > 0,3 pada aliansi 3.

Gambar 21. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan di aliansi 1

Page 105: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

84

a

b

Keterangan: a. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat; b. kompleks regosol kelabu dan litosol

Gambar 22. Penyebaran jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat; b. kompleks regosol kelabu dan litosol di aliansi 1.

Gambar 23. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 2.

Page 106: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

85

a

b

Keterangan: a. Jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat; b. jenis tanah kompleks regosol kelabu dan litosol

Gambar 24. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dan jenis tanah kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 2.

Gambar 25. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 3.

Page 107: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

86

a

b

a. Asosiasi andosol coklat regosol coklat; b. kompleks regosol kelabu dan litosol Gambar 26. Penyebaran jenis tanah Asosiasi andosol coklat regosol coklat dan

kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 3.

Page 108: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

87

B. Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi

1. Asosiasi Vegetasi pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak

Aliansi 1 terdiri atas 360 buah plot pengamatan (36 buah blok pengamatan).

Total spesies yang ditemukan pada seluruh strata di aliansi ini adalah sebanyak

176. Pada aliansi ini spesies dengan bentuk tumbuh pohon ditemukan dalam

jumlah yang paling banyak disusul spesies dengan bentuk tumbuh herba, dan

terakhir spesies dengan bentuk tumbuh semak.

Jumlah spesies umum atau spesies yang hadir pada 260 buah plot

pengamatan atau lebih adalah 21, terdiri atas 5 (23,81%) dengan bentuk tumbuh

pohon, 4 (19,05%) dengan bentuk tumbuh semak, dan 12 (57,14%) dengan bentuk

tumbuh herba. Jumlah spesies yang kehadirannya kurang dari 36 plot pengamatan

adalah 86 spesies. Spesies-spesies ini merupakan spesies jarang yang terdiri atas

29 (33,72%) dengan bentuk tumbuh pohon, 27 (31,40%) dengan bentuk tumbuh

semak, dan 30 (34,88%) dengan bentuk tumbuh herba. Dengan demikian spesies-

spesies diferensial, yaitu spesies yang hadir pada 10 – 60 % dari jumlah plot yang

ada berjumlah 69. Dari jumlah ini, bentuk tumbuh pohon ditemukan sebanyak 38

(55,07%), bentuk tumbuh semak sebanyak 10 (14,50%), dan bentuk tumbuh

herba sebanyak 21 (30,43%) (Gambar 27).

2927

30

38

10

21

5 4

12

0

5

10

15

20

25

30

35

40

POHON SEMAK HERBA

BENTUK HIDUP

JUMLAH SPESIES

SJ

SD

SU

Keterangan: SJ: Spesies jarang, SD: spesies diferensial, dan SU: Spesies umum. Gambar 27. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 1.

Page 109: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

88

Keterangan: nama latin dari setiap spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2

Gambar 28 Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 1

Klasifikasi terhadap spesies-spesies diferensial pada aliansi 1 menghasilkan

5 asosiasi vegetasi (Gambar 28). Nilai konstansi spesies yang menyusun asosiasi

vegetasi di aliansi ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Asosiasi-asosiasi tersebut

adalah: Asosiasi hutan Tarenna laxiflora – M. eminii/ Pandanus polycephalus

(asosiasi 1); Asosiasi hutan M. blumeanus - Lithocarpus elegans Hottus/ Ficus

sinuata (Asosiasi 2); Asosiasi hutan Itea macrophylla – Nothaphoebe

umbelliflora/ Staurogyne sp. (Asosiasi 3); Asosiasi hutan Plectocomia elongata -

Polysoma integrifolia / Calamus javensis (Asosiasi 4); dan Asosiasi hutan Prunus

arboreum - Glocidion hypoleucum /Donax cannaeformis (Asosiasi 5).

1 2

3 4

5

Page 110: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

89

15

11

5 5

2

5

10

1

3

11

1

7

2

00

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5ASOSIASI

JUMLAH SPESIES

P

SA

H

Keterangan: Asosiasi 1,2,3,4, dan 5 merupakan asosiasi-asosiasi yang terdapat

di Aliansi 1. P : Bentuk tumbuh pohon, S: bentuk tumbuh semak; H bentuk tumbuh herba. Gambar 29. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi

di aliansi 1.

Pada Gambar 29 terlihat bahwa spesies dengan bentuk tumbuh pohon

ditemukan pada seluruh asosiasi. Nampak juga bahwa dari asosiasi yang ada,

terdapat 3 asosiasi (60%) yang memiliki spesies dengan bentuk tumbuh pohon

yang paling banyak. Pada aliansi ini, spesies dengan bentuk tumbuh semak

maupun herba ditemukan pada 4 (80%) dari 5 asosiasi yang ada.

Tabel 10. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 1

ASOSIASI Rata- rata Min. Max. Range

Std. Error CV N

1 56,61 36 96 60 2,680 26,353 31 2 120,15 75 182 107 10,543 31,639 13 3 144,42 103 192 89 8,984 21,549 12 4 154,75 120 212 92 12,779 23,357 8 5 188,40 173 207 34 7,554 8,965 5

Keterangan: Asosiasi 1, 2, 3, 4, 5 merupakan asosiasi-asosiasi yang terdapat pada Aliansi 1

Melalui Tabel 10 dapat dilihat variasi nilai konstansi dari spesies yang

menyusun asosiasi 2 merupakan yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa pada

asosiasi 2 perbedaan penyebaran spesies di seluruh aliansi 1 adalah yang terbesar.

Asosiasi 5 memiliki spesies-spesies dengan penyebaran paling luas, namun

dengan anggota spesies yang paling sedikit dibanding asosiasi lain di aliansi 1.

Asosiasi 1 memiliki spesies dengan penyebaran paling sempit di aliansi ini.

Page 111: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

90

31

16

24

44

11

26

3 2 1

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

POHON SEMAK HERBA

BENTUK HIDUP

JUMLAH SPESIES

SJ SD SU

Keterangan: SJ: Spesies jarang, SD: spesies diferensial, dan SU: Spesies umum Gambar 30. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 2.

Keterangan: nama latin dari setiap spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2

Gambar 31. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 2

1 2

34

56

Page 112: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

91

Aliansi 2 memiliki 158 spesies pada seluruh strata, yang menyebar di 170

plot yang terdapat pada 17 blok pengamatan. Pada aliansi ini, jumlah spesies

dengan bentuk tumbuh pohon paling banyak ditemukan diikuti oleh spesies

dengan bentuk tumbuh herba, dan terakhir spesies dengan bentuk tumbuh semak.

Jumlah spesies umum, yaitu spesies yang hadir pada 102 plot pengamatan

atau lebih pada aliansi 2, sebanyak 6 (3,80%) , yang terdiri atas 3 bentuk tumbuh

pohon (50,00%), 2 bentuk tumbuh semak (33,33%), dan 1 bentuk tumbuh herba

(16,67%). Spesies jarang, yaitu spesies yang hadir pada 17 plot pengamatan atau

kurang berjumlah 71 (44,94%), terdiri atas 24 dengan bentuk tumbuh herba

(33,80%), 16 dengan bentuk tumbuh semak (22,54%), dan 31 bentuk tumbuh

pohon (43,66%).

Spesies-spesies diferensial, yaitu spesies-spesies dengan jumlah kehadiran

pada plot pengamatan antara 17-102 plot pengamatan ditemukan sebanyak 81

(51,27%), terdiri atas 44 dengan bentuk tumbuh pohon, 11 dengan bentuk tumbuh

semak, dan 26 dengan bentuk tumbuh herba. Selanjutnya jumlah spesies dengan

bentuk tumbuh pohon paling banyak ditemukan (49,37%), diikuti oleh bentuk

tumbuh herba (32,28%), dan terakhir bentuk tumbuh semak (18,35%). (Gambar

30).

Tabel 11. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 2

ASOSIASI

Rata- Rata Min. Max. Range

Std.

Error CV(%) N 1 28,47 17 48 31 1,634 32,46224 322 39,15 21 60 39 3,421 31,50702 133 71,57 50 86 36 4,951 18,30376 74 71,47 55 87 32 2,226 117,9026 175 68,25 60 85 25 5,721 16,76484 46 88,75 74 100 26 3,544 11,29577 8Keterangan: Asosiasi 1,2,3,4,5,6 merupakan asosiasi-asosiasi yang terdapat pada Aliansi 2

Klasifikasi terhadap spesies-spesies diferensial di aliansi 2 menghasilkan

6 asosiasi vegetasi (Gambar 31). Nilai konstansi dari spesies yang menyusun

asosiasi di aliansi ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Asosiasi-asosiasi tersebut

adalah: asosiasi hutan Cyathea cf. javanica – M. eminii/ C. javensis (Asosiasi 1),

asosiasi hutan G. apus- Castanopsis acuminatissima /F. sinuata (asosiasi 2),

asosiasi hutan Peperomia laevifolia- Pinanga javana / E. punicea (asosiasi 3),

asosiasi hutan A. dilatatum – G. hypoleucum/ Rhaphidophora Sp. (Asosiasi 4),

Page 113: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

92

asosiasi hutan C. officinalis - P. merkusii/ I. globosa (asosiasi 5), dan asosiasi

hutan M. blumeanus - Schefflera aromatica./ P. aduncum (Asosiasi 6).

19

64

8

2

64

20

5

0 0

9

53

42 2

02468

101214161820

AS1 AS2 AS3 AS4 AS5 AS6

ASOSIASI

JUMLAH SPESIES

P

SA

H

Keterangan: As: Asosiasi: 1: 2: 3: 4: 5: dan 6: . P : Bentuk tumbuh pohon, S: bentuk tumbuh

semak; H bentuk tumbuh herba.

Gambar 32. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 2.

Pada Tabel 11 terlihat bahwa variasi nilai konstansi paling besar ditemukan

pada asosiasi 4 dan paling kecil pada asosiasi 6. Namun pada asosiasi 6

ditemukan spesies dengan nilai konstansi tertinggi dan juga pada asosiasi ini

ditemukan spesies yang paling luas penyebarannya. Pada asosiasi 1 ditemukan

jumlah spesies yang paling banyak, namun pada asosiasi ini juga ditemukan

spesies dengan nilai konstansi terendah dan juga spesies yang paling sempit

penyebarannya. Jumlah spesies yang paling sedikit ditemukan pada asosiasi 5.

Pada Gambar 32 terlihat bahwa bentuk tumbuh pohon dan herba ditemukan

pada seluruh asosiasi vegetasi, sedangkan bentuk tumbuh semak hanya ditemukan

pada 3 asosiasi. Selanjutnya terlihat bahwa, hanya pada asosiasi 5 jumlah spesies

dengan bentuk tumbuh pohon bukanlah yang terbanyak, namun pada asosiasi

tersebut jumlah spesies dengan bentuk tumbuh pohon sama dengan jumlah spesies

dengan bentuk tumbuh herba. Pada asosiasi lainnya, spesies dengan bentuk

tumbuh pohon selalu ditemukan dalam jumlah yang paling banyak. Hal ini

Page 114: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

93

menunjukkan bahwa spesies dengan bentuk tumbuh pohon memiliki adaptasi

yang paling tinggi di aliansi ini diikuti oleh spesies dengan bentuk tumbuh herba.

Pada aliansi 3 ditemukan 137 spesies pada seluruh strata vegetasi. Pada

aliansi ini, spesies dengan bentuk tumbuh pohon selalu ditemukan dalam jumlah

terbanyak diikuti spesies dengan bentuk tumbuh herba dan terakhir spesies

dengan bentuk tumbuh semak.

23

10

17

43

15

24

30 2

0

10

20

30

40

50

POHON SEMAK HERBA

BENTUK HIDUP

JUMLAH SPESIES

SJ

SD

SU

Keterangan: SJ: Spesies jarang, SD: spesies diferensial, dan SU: Spesies umum Gambar 33. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 3.

Seluruh plot pengamatan di aliansi 3 berjumlah 70 buah yang tersebar pada

7 buah blok pengamatan. Jumlah spesies umum, yaitu spesies yang ditemukan

hadir pada 42 buah plot pengamatan (lebih dari 60% ) atau lebih adalah 5, terdiri

atas 3 (60,00%) dengan bentuk tumbuh pohon, 2 (40,00%) dengan bentuk

tumbuh herba, dan tidak ditemukan sama sekali spesies dengan bentuk tumbuh

semak. Spesies jarang, yaitu yang kehadirannya kurang dari 7 plot pengamatan

(kurang dari 10% ) berjumlah 50, yang terdiri atas 23 (46%) dengan bentuk

tumbuh pohon, 10 (20%) dengan bentuk tumbuh semak, dan 17 (34%) dengan

bentuk tumbuh herba. Dengan demikian spesies-spesies diferensial yaitu spesies

yang hadir pada 10 – 60 % dari jumlah plot pengamatan berjumlah 82, yang

terdiri atas 43 (52,44%) dengan bentuk tumbuh pohon, 15 (18,30%) dengan

bentuk tumbuh semak dan 24 (29,27%) dengan bentuk tumbuh herba (Gambar

33).

Klasifikasi terhadap spesies-spesies diferensial pada aliansi 3 menghasilkan

7 asosiasi vegetasi (Gambar 34). Nilai konstansi spesies yang menyusun asosiasi

Page 115: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

94

vegetasi di aliansi ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Asosiasi-asosiasi tersebut

adalah: asosiasi hutan S. wallichii- Hoersfieldia glabra/ Begonia hirtella

(asosiasi 1); asosiasi hutan P. elongata- P. punctatus/ Rhaphidophora Sp.

(asosiasi 2); asosiasi hutan E. oclusa- Ficus grossulariodes/ E. megalocheilos

(asosiasi 3); asosiasi hutan A. excelsa- Antidesima tetrandum /Rhaphidophora

foraminifera (asosiasi 4); asosiasi hutan M. eminii- C. javanica/ Cyathea

latebrosa (asosiasi 5); asosiasi hutan A. dilatatum-Euoidea latifolia/ S. plana

(asosiasi 6); dan asosiasi hutan L. elegans- P. merkusii/I. globosa (asosiasi 7) .

Keterangan: Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Gambar 34. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 3.

5 4

61

2

7 3

Page 116: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

95

Pada Tabel 12 terlihat bahwa di aliansi 3, jumlah spesies paling banyak

ditemukan pada asosiasi 5, dan paling sedikit pada asosiasi 7. Variasi nilai

konstansi yang terbesar ditemukan pada spesies-spesies penyusun asosiasi 5

sedangkan yang terkecil di asosiasi 1. Asosiasi 7 nampak memiliki spesies-spesies

dengan nilai konstansi tertinggi, sedangkan asosiasi 4 dan 5 nampak memiliki

spesies-spesies dengan nilai konstansi terendah.

Pada aliansi 3 bentuk tumbuh semak tidak ditemukan pada asosiasi 3, 6, dan

7. Bentuk tumbuh pohon dan herba ditemukan pada seluruh asosiasi, dan dari 7

asosiasi yang ada di aliansi ini, ditemukan 5 asosiasi yang memiliki spesies

dengan bentuk tumbuh pohon dalam jumlah yang paling banyak, sisanya yaitu

pada asosiasi 1 dan 7 spesies dengan bentuk tumbuh herba paling banyak

ditemukan (Gambar 35).

Tabel 12. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 3

ASOSIASI Rata- rata Min. Max. Range

Std. Error CV N

1 35,78 27 42 15 1,588 13,315 9 2 19,94 11 32 21 1,445 28,985 16 3 29,50 24 38 14 1,701 16,307 8 4 15,45 8 23 15 1,580 33,915 11 5 12,25 7 27 20 0,913 36,527 24 6 30,90 22 42 20 1,816 18,588 10 7 34,75 30 42 12 2,562 14,744 4

Keterangan: Asosiasi 1, 2, 3, 4 ,5 ,6, 7 merupakan asosiasi-asosiasi yang terdapat pada Aliansi 3

Melalui Gambar 28, 31, dan 34 terlihat bahwa asosiasi-asosiasi yang

terbentuk memiliki kombinasi komposisi floristik yang khas pada aliansi tempat ia

ditemukan, dalam arti bahwa di antara asosiasi yang ada, baik pada aliansi yang

sama maupun pada aliansi yang berbeda maka kombinasi spesies-spesies yang

menyusun komposisi floristik dari masing-masing asosiasi tersebut berbeda.

Menurut Shimwell (1971) salah satu ciri asosiasi adalah komunitas tumbuhan

yang memiliki komposisi floristik yang khas.

Pada setiap aliansi ditemukan spesies dengan bentuk tumbuh pohon selalu

ditemukan dalam jumlah yang terbanyak, disusul oleh spesies dengan bentuk

tumbuh herba dan terakhir oleh spesies dengan bentuk tumbuh semak (Gambar 27,

30, dan 33). Selanjutnya pada setiap asosiasi di setiap aliansi vegetasi, ditemukan

bentuk tumbuh pohon sebagai penyusun dari asosiasi tersebut (Gambar 29, 32,

Page 117: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

96

dan 35). Hal ini menunjukkan bahwa bentuk tumbuh pohon merupakan komponen

utama dari vegetasi hutan di setiap aliansi. Whitmore (1986) mengatakan bahwa

pohon merupakan bentuk tumbuh utama di hutan hujan tropis basah.

3

9

5

6

12

6

22

4

0

4

5

0 0

4

3 3

1

7

4

2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7

ASOSIASI

JUMLAH SPESIES

P SA H

Keterangan: Asosiasi: 1: 2: 3: 4: 5: 6: dan 7: . P : Bentuk tumbuh pohon, S: bentuk tumbuh semak;

H bentuk tumbuh herba. Gambar 35. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi

di aliansi 3.

Pada setiap aliansi, nampak bahwa bentuk tumbuh semak selalu merupakan

bentuk tumbuh dengan jumlah spesies paling sedikit. Hal ini disebabkan, pada

seluruh area penelitian, sebagian besar spesies dengan bentuk tumbuh murni

semak didominasi oleh pakis andam. Pertumbuhan spesies ini sangat melimpah

dengan batang yang menjalar kemana-mana, sehingga menghalangi spesies-

spesies lain pada bentuk tumbuh semak. Bentuk tumbuh semak dengan jumlah

spesies relatif banyak akan ditemukan terutama pada tepi-tepi sungai.

Menurut Walter (1987) dan Whitmore (1986) di daerah hutan hujan tropis

basah, tumbuhan semak yang sejati hanya ditemukan dalam jumlah yang kecil

pada strata semak. Pada strata ini, anakan pohon lebih banyak ditemukan. Van

Steenis (1972) mengatakan bahwa, kehadiran paku-pakuan Dicranopteris yang

melimpah pada suatu kawasan merupakan indikator kondisi iklim yang selalu

lembab di kawasan tersebut.

Page 118: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

97

2. Hubungan antara asosiasi vegetasi dan faktor abiotik di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak.

Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan berbagai faktor abiotik di aliansi

1 dapat dilihat pada Tabel 13. Nampak bahwa setiap asosiasi vegetasi memberi

tanggapan yang berbeda terhadap berbagai kombinasi faktor abiotik. Keberadaan

asosiasi 1 nampak hanya berhubungan dengan kandungan unsur Ca tanah pada

kategori sedang. Diduga hal ini menunjukkan asosiasi ini merupakan indikator

unsur Ca tanah di zona sub pegunungan, Gunung Salak. Beberapa asosiasi-

asosiasi lain, selain keberadaannya berhubungan dengan unsur Ca tanah, juga

berhubungan dengan faktor-faktor abiotik lain, seperti yang ditemukan pada

asosiasi 3 dan 4.

Tabel 13. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 1

Faktor Tanah

Kate-gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5

Ca Sedang 19,32* 19,96* 19,84* Mg Rendah 20,51*P 6,6-7,3 20,78* 24,20** 22,70** C organik Tinggi 21,61** Tekstur Lempung 17,40*

Lempung Berliat 17,90*

Lempung Berdebu 17,38*

Topo-grafi

Kate-gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5

Tinggi mini-mal (m dpl)

1050-1100 21,32*

1100-1200 22,26**

Tinggi maksi-mal (m dpl)

1100-1250 21,32*

Curam 4-6 19,20** 7-10 21,58**Arah Lereng Selatan 20,00** Utara 29,03** 17,69* 23,49**

Keterangan: **: Sangat Signifikan pada P < 0,01 dan * Signifikan pada P < 0,05.

Untuk faktor abiotik tanah, unsur Ca tanah pada kategori sedang dan unsur P

tanah nampak paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi di

aliansi ini, diikuti oleh tekstur tanah pada berbagai kategori. Faktor topografi

Page 119: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

98

berupa arah lereng merupakan faktor yang paling banyak berhubungan dengan

berbagai asosiasi di aliansi ini.

Tabel 14. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 2.

Faktor Tanah

Kate- gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5 6

N total Rendah 20,23* Sedang 30,24* 24,06*

Ca Sangat Rendah 21,86* 21,08* 19,53*

Rendah 21,61* 18,05* 22,08** Mg Rendah 18,18* P 5,6-6,5 17,96** 25,29** C organik Tinggi

Sangat Tinggi 28,98** 20,26*

KTK Tinggi 23,15** Tekstur Lempung 22,41**

Lempung Berliat 20,82*

Lempung Berpasir 9,47*

Topografi Kate- gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5

Tinggi minimal (m dpl) <1050 19,58* 21,91** 34,85**

1050-1100 18,64*

1100-1200 25,18**

Tinggi maksimal (m dpl)

1100-1150 31,64**

1150-1250 21,25*

Curam ≤3 17,22* 18,44* 7-10 23,49** 22,31** Sangat Curam 4-6 30,77** Arah Lereng Timur 19,42* 17,45*

Keterangan: **: Sangat Signifikan pada P < 0,01 dan * Signifikan pada P < 0,05.

Pada Tabel 14 nampak bahwa unsur Ca tanah pada kategori sangat rendah

dan rendah paling banyak mempengaruhi keberadaan asosiasi vegetasi di aliansi

ini. Tekstur tanah selanjutnya paling banyak mempengaruhi asosiasi vegetasi,

diikuti oleh unsur P tanah, N total pada kategori rendah dan sedang, serta unsur C

organik tanah pada kategori sangat tinggi. Ketinggian minimal plot dari

permukaan laut di aliansi ini merupakan faktor topografi yang paling banyak

berhubungan dengan keberadaan asosiasi vegetasi.

Page 120: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

99

Kapasitas tukar kation tanah pada kategori sedang, unsur P tanah, dan

tekstur tanah merupakan faktor tanah yang paling banyak berhubungan dengan

berbagai asosiasi vegetasi di Aliansi 3. Kandungan unsur N total, Ca, dan Mg

tanah nampak berhubungan sangat signifikan dengan asosiasi 7. Untuk faktor

topografi di Aliansi 3, nampak ketinggian tempat dari permukaan laut, lereng

curam, dan arah lereng masing-masing mempengaruhi 4 asosiasi yang ada di

aliansi ini (Tabel 15).

Tabel 15. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 3.

Tanah Kate-gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 7

N total Tinggi 23,36**Ca Sedang 23,36**Mg Tinggi 23,36**P 6,6-7,5 23,31** 24,56** 7,6-8,5 27,45** KTK Sedang 18,40* 20,27* 25,55** Tekstur Liat 20,27* Lempung 19,92* 21,30*

Topo-grafi Kate-gori

ASOSIASI 1 2 3 4 5 6 7

Tinggi minimal(m dpl)

1050-1100 22,53*

1100-1200 17,10* 21,54*

1200-1300 23,36**

Tinggi maksimal(m dpl) <1100 23,36**

1100-1150 23,31** 24,55*

1150-1250 18,18*

1250-1350 23,36**

Curam ≤3 20,87* 35,35** 23,36** 7-10 22,53** Sangat Curam ≤3 17,93* Arah Lereng Selatan 16,96* 19,42* 17,89* Barat 23,36*

Utara 17,93*

Keterangan: **: Sangat Signifikan pada P < 0,01 dan * Signifikan pada P < 0,05.

Melalui Tabel 13 dan 14 terlihat bahwa sebagian besar asosiasi yang

terdapat di hutan-hutan alam di zona sub pegunungan, Gunung Salak sangat erat

berhubungan dengan unsur Ca tanah. Pada Aliansi 1, 60% dari asosiasi yang ada

Page 121: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

100

berhubungan dengan unsur Ca tanah pada kategori sedang. Pada Aliansi 2,

66,77% dari asosiasi yang ada berhubungan dengan unsur Ca tanah pada kategori

sangat rendah. Selanjutnya pada Tabel 15 terlihat bahwa pada hutan yang

didominasi oleh hutan tanaman hanya 1 asosiasi yang berhubungan dengan unsur

Ca tanah.

Diduga hal ini menunjukkan bentuk adaptasi komunitas tumbuhan terhadap

unsur Ca tanah di kawasan Gunung Salak dengan katagori dari sangat rendah

hingga sedang. Pada penelitian ini ditemukan 27 (45,0%) blok pengamatan

memiliki kandungan Ca tanah dengan kategori sangat rendah, 22 (36,7%) dengan

kategori rendah, dan sisanya 11 (18,3%) dengan kategori sedang.

Adaptasi ini diperlukan karena beberapa hal. Menurut Whitten et al., (1988)

tanah-tanah di hutan hujan tropis basah sub pegunungan maupun pegunungan

umumnya defisit unsur Ca. Daniel et al., (1979) mengatakan bahwa pada tanah-

tanah yang sangat masam (sebagaimana tanah yang ditemukan di 50 % blok-blok

pengamatan di Gunung Salak dan sisanya merupakan tanah dengan kategori

masam) mengakibatkan defisiensi unsur Ca, walaupun pH tanah yang rendah

tidak selalu bermakna adanya defisiensi unsur Ca.

Adaptasi ini juga menjadi sangat penting, mengingat Gunung Salak

merupakan kawasan dengan curah hujan yang sangat tinggi (Gambar 27).

Menurut Hakim et al., (1986) pada daerah yang demikian kehilangan unsur Ca

dari tanah dalam kuantitas yang besar lebih banyak terjadi akibat proses

pencucian dan erosi. Pada akhirnya proses ini mengakibatkan tanah menjadi

masam. Gadner & Miller (2004) mengatakan bahwa tumbuhan yang tumbuh baik

pada tanah dengan kemasaman yang tinggi seringkali memiliki kebutuhan yang

rendah terhadap kation-kation dasar, terutama unsur Ca dan K.

Vitousek (1984) mengatakan bahwa, salah satu mekanisme konservasi hara

oleh vegetasi hutan hujan tropis basah adalah memiliki kemampuan adaptasi

secara fisiologis terhadap rendahnya unsur Ca dalam tanah. Lebih jauh adaptasi

ini diperlukan mengingat rendahnya unsur P tanah di zona sub pegunungan,

Gunung Salak. Menurut Hakim et al.,(1986) salah satu faktor yang menentukan

keberadaan unsur P anorganik tanah adalah unsur Ca tanah.

Page 122: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

101

Pengelompokan spesies ke dalam asosiasi tertentu diduga disebabkan oleh

kebutuhan terhadap faktor-faktor abiotik yang sama. Melalui Tabel 13, 14, dan 15

terlihat bahwa setiap asosiasi memiliki kombinasi unik dalam hubungannya

dengan berbagai faktor abiotik, sehingga tidak ada di antara asosiasi-asosiasi ini

yang memiliki hubungan dengan kombinasi faktor abiotik yang identik.

Hal yang dikemukakan di atas mengindikasikan bahwa spesies-spesies

dengan kebutuhan yang sama akan mengelompok bersama. Chapin (1985) dalam

Barbour et al., (1987) berhasil menunjukkan bahwa asosiasi-asosiasi spesies

tumbuhan di daerah beriklim dingin terbentuk terutama karena faktor suhu udara,

unsur hara tanah, penutupan tajuk, kompetisi, dan kombinasi dari faktor-faktor

tersebut. Menurut Kimmins (1987), spesies-spesies dengan kebutuhan yang sama

akan menyusun asosiasi yang sama. Mueller-Dombois & Ellenberg (1974a)

mengatakan bahwa, komposisi komunitas tumbuhan sebagian tergantung pada

lingkungan lokal.

Komunitas tumbuhan didefinisikan sebagai kumpulan spesies tumbuhan

yang memperlihatkan asosiasi atau kedekatan yang jelas satu dengan lainnya. Ide

tentang asosiasi ini penting karena mengimplikasikan bahwa spesies-spesies

tertentu ditemukan tumbuh bersama pada tempat dan lingkungan tertentu tidak

semata-mata karena faktor peluang belaka, tetapi karena adanya kebutuhan yang

sama terhadap berbagai faktor abiotik yang ditemukan pada kondisi lingkungan

yang sama (Golley, 1983).

Kebutuhan suatu spesies terhadap faktor abiotik tertentu merupakan salah

satu dari faktor biologi (Hubbel & Foster, 1986a). Menurut Etherington (1976),

setiap spesies memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan

abiotik dan biotik di sekitarnya. Selama faktor lingkungan masih dalam taraf

yang dapat ditolerir, maka tumbuhan akan menyesuaikan diri pada kondisi

lingkungan tempat ia tumbuh.

Hal berikutnya yang diduga berpengaruh terhadap pengelompokan spesies

pada asosiasi yang sama adalah peluang propagul spesies dalam asosiasi tertentu

untuk berpencar dan kemudian tiba pada lokasi sama dan tumbuh pada tempat

tersebut (Whitmore, 1986). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 28, 31, dan 34,

yang menunjukkan bahwa dari spesies-spesies yang sama, akan memiliki

Page 123: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

102

kelompok spesies yang relatif berbeda dalam suatu asosiasi jika ditemukan pada

aliansi lain.

Menurut Hubbel & Foster (1986a), kejadian propagul suatu spesies untuk

mencapai dan tumbuh pada lokasi yang sesuai dengan kebutuhannya untuk

tumbuh dan berkembang adalah hal yang sulit untuk diprediksi. Penulis yang

sama mengatakan bahwa, biologi spesies memegang peranan penting dalam

pengelompokan spesies pada suatu komunitas. Hal ini disebabkan spesies

tumbuhan sangat bervariasi. Variasi ini antara lain menyangkut: kapasitasnya

untuk menyebarkan biji, kemampuan biji untuk berdormansi, kemampuan anakan

untuk tumbuh di bawah tajuk, dan toleransi spesies terhadap lingkungan mikro.

Pada penelitian ini, diduga hubungan antara spesies yang memiliki

kebutuhan yang yang sama terhadap kombinasi faktor abiotik dalam suatu asosiasi

adalah positif dan bukan negatif atau kompetisi (karena memanfaatkan

sumberdaya yang sama). Fedorov (1966) dalam Burgeron (1983) mengatakan

bahwa di dalam hutan hujan tropis basah kompetisi mutlak yang menghasilkan

hanya satu pemenang (competitive exclusion) tidak terjadi karena tanggapan

spesies yang berbeda terhadap kondisi lingkungan. Pada penelitian ini, respon

spesies yang berbeda terhadap kondisi abiotik dapat dilihat pada Tabel 39, 40, dan

41.

Burgeron (1983) melalui penelitiannya di hutan hujan tropis basah Tai

menyimpulkan bahwa kompetisi mutlak dari spesies-spesies tumbuhan yang

tumbuh di hutan ini dapat di hindari karena: (a) hanya beberapa dari spesies yang

ada hadir dalam plot yang sama, dan (b) oleh ukuran populasi spesies yang kecil

dari setiap spesies tumbuhan dalam plot yang sama. Pada penelitian ini, ukuran

populasi spesies yang kecil dapat dilihat pada Tabel 23.

Barbour et al.,(1987) mengatakan bahwa, dalam prosedur klasifikasi

komunitas, setelah spesies jarang yang merupakan spesies yang dipandang hadir

secara kebetulan pada plot pengamatan, dan spesies umum, yaitu spesies yang

ditemukan hadir pada sebagian besar plot pengamatan dihilangkan dalam

penentuan komunitas, maka yang tersisa adalah spesies-spesies yang

memperlihatkan tingkat asosiasi yang tinggi satu dengan lainnya dan terhadap

habitat tertentu.

Page 124: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

103

Menurut Hardjosuwarno (1990) spesies–spesies yang berada pada asosiasi

yang sama dalam aliansi yang sama mempunyai hubungan mutualistik, yang

bermakna mengelompok dalam satu group (asosiasi atau komunitas dari spesies

tersebut) dan menghindari mengelompok dengan group lainnya. Kimmins (1987)

mengatakan bahwa, spesies-spesies yang berada pada asosiasi yang sama sampai

pada kisaran tertentu saling beradaptasi satu sama lain.

Selanjutnya Barbour et al.,(1987), mengatakan bahwa keberadaan tumbuhan

dalam asosiasi yang sama secara tidak langsung memperlihatkan adanya interaksi

positif positif (protokooperasi dan mutualisme) dan netral (bukan negatif) diantara

mereka, serta juga secara tidak langsung memperlihatkan adanya interaksi negatif

dengan anggota spesies dari asosiasi lainnya.

C. Tipe Vegetasi Tingkat Fisiognomi Struktural Zona Sub Pegunungan Gunung Salak

1. Tipe Vegetasi Tingkat Kelas

Hasil konversi persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi ke skala

Braun Blaunquet di aliansi 1 dapat dilihat pada Tabel 16. Terlihat bahwa jumlah

blok pengamatan yang memiliki nilai penutupan tajuk strata pohon yang lebih

besar 60% adalah 31 blok (80,11%). Pengamatan di lapangan juga menunjukkan

bahwa tajuk-tajuk strata pohon di aliansi ini saling berhubungan. Nilai persentase

penutupan tajuk tertinggi adalah 77,50% dan ditemukan pada 4 buah blok

pengamatan dan terendah adalah 50,50% yang hanya ditemukan pada 1 blok

pengamatan.

Nilai persentase penutupan tajuk untuk strata semak dan anakan pohon

yang tertinggi adalah 85% dan hanya ditemukan pada 1 blok pengamatan. Namun

demikian terlihat juga bahwa jumlah blok pengamatan yang memiliki nilai

penutupan tajuk strata semak dan anakan pohon yang lebih besar 60% adalah 25

blok (69,44%). Persentase penutupan tajuk strata herba berkisar 17,25-47,50%.

Tabel 16. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 1

Blok Pengamatan

Persentase Penutupan Tajuk Pohon Semak dan Herba

Page 125: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

104

Anakan Pohon 3 77,50 75,00 21,75 4 77,50 80,00 37,75 5 77,50 82,50 47,50 8 77,50 85,00 45,50 10 72,50 77,50 42,75 13 72,50 75,00 42,50 14 67,50 75,00 28,50 15 72,50 70,00 40,00 20 67,50 60,25 28,50 24 62,50 62,50 28,50 25 75,00 62,50 28,50 30 70,00 65,00 35,25 31 62,50 65,00 17,25 33 57,50 47,50 48,25 35 67,50 55,25 31,00 37 62,50 62,50 26,25 38 65,00 57,50 30,75 39 70,00 52,50 28,50 40 67,50 50,00 33,75 42 72,50 52,75 26,50 43 65,00 57,50 28,75 44 60,00 65,00 33,25 45 72,50 57,50 31,00 46 50,50 57,50 35,75 49 70,25 60,00 30,75 50 62,50 62,50 37,50 51 57,50 62,50 30,75 52 65,00 65,00 35,25 53 62,50 60,00 26,25 54 65,00 62,50 28,50 55 62,50 62,50 17,25 56 60,00 62,50 28,50 57 65,00 65,00 35,25 58 62,50 62,50 26,25 59 65,00 62,50 33,00 60 62,50 62,50 17,25

Keterangan: Nilai berdasarkan konversi ke skala Braun-Blanquet

Pada Tabel 17 dapat dilihat hasil konversi persentase penutupan tajuk

berbagai strata vegetasi ke skala Braun-Blaunquet di aliansi 2. Nampak bahwa

jumlah blok pengamatan yang memiliki persentase penutupan tajuk pada strata

pohon yang lebih besar 60% adalah 13 blok (76,47%). Nilai persentase penutupan

tajuk tertinggi adalah 70% yang ditemukan pada 4 buah blok pengamatan.

Pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa tajuk-tajuk pepohonan di

aliansi ini saling berhubungan. Nilai persentase penutupan tajuk terendah adalah

55,50 % dan hanya ditemukan pada 1 blok.

Tabel 17. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 2.

Blok Persentase Penutupan Tajuk

Page 126: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

105

Pengamatan Pohon SA Herba 6 65,00 50,25 77,50 7 55,50 53,00 50,75

16 70,00 55,50 48,25 17 70,00 62,50 48,50 18 70,00 60,00 29,00 19 70,00 62,50 26,25 21 62,50 62,50 41,00 22 65,00 60,25 26,75 23 62,50 60,00 26,25 26 57,50 58,00 55,25 27 57,50 60,00 53,00 28 62,50 62,50 28,75 29 67,50 50,00 24,00

2 65,00 55,25 19,50 32 55,50 55,00 40,75 34 67,50 60,00 42,50 36 65,00 55,00 31,25

Keterangan: Nilai berdasarkan konversi ke skala Braun-Blanquet

Tabel 18. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 3.

Blok Pengamatan

Persentase Penutupan Tajuk

Pohon Semak dan

anakan pohon Herba 1 77,50 62,50 47,75 9 82,50 67,50 24,00 11 50,50 57,75 60,75 12 67,50 65,00 33,25 41 62,50 65,50 31,00 47 55,00 62,50 40,25 48 60,00 62,50 37,75

Keterangan: Nilai berdasarkan konversi ke skala Braun-Blanquet

Nilai persentase penutupan tajuk tertinggi untuk strata semak dan anakan

pohon adalah 62,50% dan ditemukan pada 4 buah blok. Pada strata ini terdapat 5

blok pengamatan yang persentase penutupan tajuknya di atas 60%. Kisaran

penutupan tajuk pada strata herba adalah 24%-77,50%.

Hasil konversi persentase penutupan tajuk berbagai strata ke skala Braun-

Blaunquet di aliansi 3 dapat dilihat pada Tabel 18.Terlihat bahwa terdapat 4 blok

pengamatan yang memiliki persentase penutupan tajuk lebih besar 60% pada

strata pohon (57,14%). Nilai penutupan tajuk tertinggi sebesar 82,50% ditemukan

pada blok pengamatan 9, dan terendah sebesar 50,50% ditemukan pada pada blok

pengamatan 11. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tajuk-tajuk

pepohonan di aliansi ini saling berhubungan.

Persentase penutupan tajuk tertinggi untuk strata semak dan anakan pohon

di aliansi 3 adalah 65,50% dan hanya ditemukan pada 1 blok pengamatan.

Page 127: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

106

Terdapat 6 blok pengamatan (85,71%) yang memiliki persentase penutupan tajuk

di atas 60%. Untuk strata herba, penutupan tajuk berkisar antara 24-60,75%.

Gambar 36 memperlihatkan bahwa pada seluruh aliansi di Gunung Salak,

rata-rata persentase penutupan tajuk pada strata pohon berkisar antara 65,07%-

66,76%, strata semak dan anakan pohon berkisar 57,78%-63,91%, dan untuk

strata herba berkisar 31,79%-41,17%. Terlihat bahwa pada seluruh aliansi rata-

rata kisaran penutupan tajuk pada strata pohon di atas 60%. Dengan demikian tipe

vegetasi pada tingkat kelas zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah kelas

vegetasi hutan.

64,03 65,0766,76

63,3257,78

63,91

31,79

39,37 39,25

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Aliansi1 Aliansi2 Aliansi3Strata Vegetasi

Rata-rata Penutupan Tajuk (%)

Pohon Semak dan Anakan Herba

Gambar 36. Rata-rata persentase penutupan tajuk pada seluruh aliansi

Kriteria penutupan tajuk sebagai dasar dalam penentuan tipe vegetasi tingkat

kelas merupakan kriteria berdasarkan fisiognomi vegetasi. Hal ini mengacu pada

UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler & Zonneveld, 1988;

dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994), yang

menyebutkan bahwa suatu tipe vegetasi tingkat kelas disebut hutan jika penutupan

tajuk dari strata pohon di area yang diamati berkisar 60 %-100 % dan sebagian

besar tajuk-tajuk pepohonan saling berhubungan.

2. Tipe Vegetasi Tingkat Sub Kelas

Page 128: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

107

Pada penelitian ini diketahui bahwa hutan yang menyusun seluruh aliansi di

zona sub pegunungan, Gunung Salak terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang

sepanjang tahun memiliki tajuk dengan daun-daun yang selalu hijau. Berdasarkan

kriteria UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler & Zonneveld,

1988; dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994),

tipe vegetasi tingkat sub kelas ditentukan berdasarkan kesamaan morfologi dari

berbagai komunitas utama penyusun vegetasi yang diamati. Untuk kelas-kelas

hutan, hutan terbuka (woodland), lahan belukar (shrubland) dan lahan belukar

rendah (dwarf shrubland) didasarkan pada salah satu diantara hal berikut:

1. Tumbuhan yang selalu hijau, yang dalam hal ini vegetasi dengan tajuk yang

selalu ditutupi oleh dedaunan, namun demikian individu tumbuhan yang

menyusun vegetasi ini dapat saja menggugurkan daunnya.

2. Tumbuhan luruh daun, yang dalam hal ini sebagian besar dedaunan tajuk

tumbuhan yang menyusun vegetasi meluruhkan daunnya dalam kaitannya

dengan musim tumbuh yang kurang menguntungkan.

3. Tumbuhan dengan karakter xeromorphic. Vegetasi ini dicirikan oleh tegakan

yang melimpah dengan tumbuhan berbentuk hidup phanerophyte

xeromorphic.

Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka ditetapkan bahwa tipe

vegetasi tingkat subkelas di zona sub pegunungan, Gunung salak adalah hutan

selalu hijau.

3. Tipe Vegetasi Tingkat Kelompok

Mengacu pada UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler &

Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman

et al., 1994) disebutkan bahwa kriteria yang digunakan dalam penentuan tipe

vegetasi tingkat kelompok adalah kondisi iklim makro di lokasi suatu vegetasi

ditemukan.

Page 129: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

108

200

250

300

350

400

450

500

550

600

650

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES

Bulan

Rata-rata Curah Hujan (mm)

20

20,2

20,4

20,6

20,8

21

21,2

21,4

21,6

21,8

22

Rata-rata Suhu Udara (oC)

Curah Hujan (mm)

Suhu Udara (oC)

Gambar 37. Distribusi rata-rata suhu udara dan curah hujan

(tahun 2004-2008) di Gunung Salak

Gambaran unsur iklim berupa rata-rata curah hujan dan suhu udara selama

periode tahun 2004 – 2008 di kawasan Gunung Salak dapat dilihat pada Gambar

37. Nampak bahwa suhu rata-rata bulanan pada daerah penelitian adalah 21,100 C

dengan suhu rata-rata tertinggi adalah 21,680 C pada bulan Oktober, dan terendah

adalah 20,380 C pada bulan Febuari. Rata-rata curah hujan bulanan adalah 392,07

mm, curah hujan tertinggi (639 mm) terjadi pada bulan November dan terendah

(237,70 mm) pada bulan Juli. Terlihat bahwa bulan-bulan terpanas berlangsung

antara bulan Maret hingga bulan Mei, dan kemudian pada bulan Oktober. Pada

bulan Oktober walaupun rata-rata suhu udara meningkat, namun rata-rata curah

hujan tetap tinggi (595, 6 mm) pada bulan.ini.

Vegetasi alami di wilayah tropika sangat erat berkaitan dengan iklim. Sistem

penggolongan wilayah tropika yang utama dan paling sering digunakan adalah

klasifikasi iklim Koppen. Melalui sistem ini, nama-nama vegetasi digunakan

untuk menggolongkan wilayah-wilayah iklim yang berbeda (Sanches, 1992).

Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen (Critchfield, 1975; Kimmins, 1987;

Longman & Jenik, 1987) suatu kawasan dikatakan beriklim tropis basah jika tidak

memiliki musim dingin dan suhu udara pada bulan yang terdingin tidak kurang

dari 180 C. Pada Gambar 37 nampak bahwa suhu rata-rata udara yang ada di

Page 130: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

109

daerah penelitian tidak ada yang di bawah 180 C, bahkan pada bulan yang

terdingin sekalipun.

Selanjutnya berdasarkan klasifikasi iklim yang sama, suatu kawasan

dikatakan beriklim tropis basah jika memiliki curah hujan pada bulan yang

terkering lebih besar dari 60 mm. Data pada Gambar 37 memperlihatkan bahwa

curah hujan di daerah penelitian selalu di atas 200 mm, bahkan pada bulan

November melebihi 600 mm. Data ini menunjukkan bahwa curah hujan di daerah

penelitian jauh di atas kriteria iklim Koppen. Van Steenis (1972) mengatakan

bahwa di Jawa Barat, iklim pegunungan selalu basah dengan curah hujan hampir

tetap sepanjang tahun, yaitu sekitar 3000-4000 mm per tahun hingga elevasi 3000

m. Curah hujan ini terbagi agak merata sepanjang tahun, dengan masa agak

kurang basah cukup pendek pada bulan Juli hingga Agustus, yang masih

mempunyai 20 hari hujan atau lebih dalam sebulan.

Keterangan di atas menunjukkan bahwa Gunung Salak termasuk ke dalam

daerah dengan kriteria iklim Koppen Af , yaitu daerah iklim hutan hujan tropis

basah secara permanen, dan seluruh bulan memiliki curah hujan yang relatif

tinggi. Dengan demikian kawasan Gunung Salak adalah kawasan yang memiliki

iklim tropis basah.

Hal ini ditunjang oleh kriteria iklim berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt &

Fergusson (Tadjang & Mandung, 1987), yang menyebutkan bahwa suatu daerah

termasuk ke dalam daerah beriklim tropis A (sangat basah), jika memiliki periode

bulan basah (curah hujan > 100mm) relatif lebih panjang dari pada periode bulan

kering (curah hujan < 100mm). Sesuai dengan data curah hujan bulanan rata-rata

pada Gambar 37 diketahui bahwa bulan basah di kawasan penelitian berlangsung

sepanjang tahun.

Selanjutnya menurut Tadjang & Mandung (1987), garis lintang merupakan

salah satu pengendali iklim yang dapat mempengaruhi jumlah radiasi surya yang

diterima di permukan bumi. Berdasarkan hal ini, maka permukan bumi yang

terletak pada garis lintang 23,50 LS - 23,50 LU adalah daerah beriklim tropis, dan

kawasan Gunung Salak berada pada kisaran garis lintang ini.

4. Tipe Vegetasi Tingkat Formasi

Page 131: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

110

Menurut UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a; Kuchler &

Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999), dan NVCS (FGDC, 1997; dan Grossman

et al., 1994) formasi menggambarkan pengelompokan secara ekologi unit-unit

vegetasi dan tingkat kesamaan dari unit-unit tersebut pada penelitian ini

didefinisikan berdasarkan kriteria berikut:

1. Faktor struktural tambahan dari vegetasi:

• Hutan raksasa dengan tajuk strata pohon mencapai tinggi di atas 50 m

• Hutan dengan tinggi tajuk strata pohon antara 5 - 50 m

2. Zona kehidupan pada lokasi suatu vegetasi ditemukan yang dalam hal ini

antara lain dataran rendah, sub pegunungan, pegunungan, alpine, pantai, dan

rawa.

Pada penelitian ini tajuk strata pohon yang ditemukan masuk pada kategori

hutan dengan tinggi tajuk antara 5- 50 m. Yang dimaksud dengan zona kehidupan

adalah posisi relatif dari suatu bentang alam di permukaan bumi. Selanjutnya zona

kehidupan yang digunakan untuk menentukan tipe vegetasi tingkat formasi adalah

zona kehidupan berdasarkan Van Steenis (1972). Hal ini disebabkan penentuan

zona ini murni berdasarkan secara floristik. Zona ini juga menunjukkan zonasi

altitudinal floristik yang sesuai dengan penelitian ini.

Tabel 19. Jumlah pohon berbanir pada berbagai tipe vegetasi tingkat aliansi.

Aliansi

Jumlah Pohon Berbanir

1 9712 2433 82

Total 1296

Berdasarkan zona kehidupan Van Steenis (1972), diketahui bahwa daerah

yang terletak pada ketinggian 1000-1500 m dpl dimasukkan ke dalam kategori

zona sub pegunungan. Pada penelitian ini, vegetasi yang dikaji terdapat pada

kisaran ketinggian 1000–1350 m dpl, sehingga berdasarkan kategori tersebut

maka area kajian di Gunung Salak merupakan zone sub pegunungan.

Menurut Whitmore (1986) di antara ciri-ciri hutan hujan tropis basah sub

pegunungan adalah: sedikit sekali pohon-pohon di kawasan ini yang memiliki

akar banir, dan jikapun ada maka ukuran akar banir tersebut lebih kecil dibanding

Page 132: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

111

ukuran rata-rata akar banir pohon-pohon di hutan hujan tropis basah dataran

rendah. Pada Tabel 19 nampak bahwa, pada aliansi 1 hanya 10,73% pohon yang

memiliki akar banir, pada aliansi 2; hanya 7,78% pohon yang memiliki akar banir,

dan pada aliansi 3, hanya 5,35% pohon yang memiliki akar banir. Untuk seluruh

tipe vegetasi tingkat aliansi ditemukan hanya 9,46% pohon yang memiliki akar

banir. Data ini memperlihatkan bahwa sebagian besar pohon di daerah penelitian

tidak memiliki akar banir, dan hal ini merupakan penciri hutan hujan tropis basah

sub pegunungan .

Berdasarkan kriteria UNESCO (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974a;

Kuchler & Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999) suatu tipe vegetasi tingkat

formasi untuk hutan hujan tropis pegunungan dapat lagi dibedakan menjadi 3,

yaitu: (1) hutan yang didominasi oleh tumbuhan berdaun lebar; (2) hutan yang

didominasi oleh tumbuhan berdaun jarum; dan (3) hutan yang didominasi oleh

tumbuhan bambu. Selanjutnya berdasarkan kriteria NVCS (FGDC, 1997; dan

Grossman et al., 1994) hutan tanaman termasuk ke dalam kriteria tersendiri, yaitu

formasi hutan tanaman/perkebunan dan budidaya. Pada penelitian ini ditemukan

bahwa di kawasan Gunung Salak, ketiga tipe formasi beserta fomasi hutan

tanaman yang dikemukan di atas telah ditemukan pada zona sub pegunungan.

Bardasarkan hal di atas maka tipe vegetasi tingkat formasi zona sub

pegunungan, Gunung Salak adalah:

1. Hutan Sub Pegunungan. Jika diikut sertakan nama dari unit klasifikasi pada

hirarki yang lebih atas, maka nama selengkapnya adalah Hutan hujan tropis

basah sub pegunungan selalu hijau berdaun lebar.

2. Hutan Bambu Sub Pegunungan Tropis.

3. Hutan Tanaman Sub Pegunungan Tropis

Berikut ini disajikan hirarki tipe vegetasi zona sub pegunungan Gunung

Salak, yaitu:

Kelas : Hutan

Sub kelas : Hutan Selalu Hijau.

Kelompok : Hutan Hujan Tropis Basah Selalu Hijau.

1. Formasi : Hutan hujan tropis basah sub pegunungan selalu hijau

berdaun lebar

Page 133: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

112

Aliansi : Aliansi hutan S. walliichii-P. punctatus/C. officinalis

a. Asosiasi hutan T. laxiflora – M. eminii/ P.

polycephalus

b. Asosiasi hutan M. blumeanus – L. elegans / F. sinuata

c. Asosiasi hutan I. macrophylla – N. umbelliflora/

Staurogyne sp.

d. Asosiasi hutan P. elongata - P. interifolia ./ C.

javanensis .

e. Asosiasi hutan P. arboreum–G. hypoleucum /D.

cansformis

2. Formasi: Hutan bambu sub pegunungan tropis

Aliansi : Aliansi hutan G. apus-M. blumeanus/ C. officinalis

a. asosiasi hutan Cyathea cf. javanica – M. eminii/ C.

javensis

b. asosiasi hutan G. apus- C. acuminatissima /F. sinuata

c. asosiasi hutan P. laevifolia- P. javana / E. punicea

d. asosiasi hutan A. dilatatum – G. hypoleucum/

Rhaphidophora Sp.

e. asosiasi hutan C. officinalis - P. merkusii/ I. globosa

f. asosiasi hutan M. blumeanus – S. aromatica./ P.

aduncum

3. Formasi: Hutan Tanaman Sub Pegunungan Tropis

Aliansi : Aliansi hutan P. merkusii-A. dilatatum/D. dichotoma

a. asosiasi hutan S. wallichii- H. glabra/ B. hirtella

b. asosiasi hutan P. elongata- P. punctatus/

Rhaphidophora Sp.

c. asosiasi hutan E. oclusa- F. grossulariodes/ E.

megalocheilos

d. asosiasi hutan A. excelsa- A. tetrandum/R. foraminifera

e. asosiasi hutan M. eminii- C. javanica/ C. latebrosa

f. asosiasi hutan A. dilatatum-Euoidea latifolia/ S. plana

g. asosiasi hutan L. elegans- P. merkusii/I. globosa

Page 134: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

113

Tipe vegetasi yang menyebar secara horizontal juga terdapat di zona sub

pegunungan ketinggian 1500-3000m dpl pada Gunung Jayawijaya, Papua.

Terdapat 3 tipe vegetasi floristik di zona tersebut, yaitu vegetasi yang didominasi

oleh Castanopsis acuminatissima dan kadang-kadang Lithocarpus spp, vegetasi

yang didominasi oleh Nothofagus spp, dan menjelang ketinggian 3000 m dpl

ditemukan tipe vegetasi yang didominasi oleh spesies-spesies dari famili

Cunoniaceae, Elaocarpaceae, Podocarpaceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan

Rutaceae (Paijmans dalam Whitmore, 1986).

D. Struktur Vegetasi dan Komposisi Spesies Pohon Zona Sub Pegunungan Gunung Salak

1. Kerapatan dan Komposisi Spesies Pohon pada Tipe Vegetasi Tingkat

Aliansi

Pada aliansi 1 ditemukan 72 spesies pohon dengan jumlah total individu

sebanyak 9046 pohon (Tabel 20). Jumlah ini menyusun 66,04 % jumlah individu

pohon di seluruh aliansi (Tabel 24). Spesies yang memiliki individu terbanyak

adalah puspa, yaitu sebanyak 1258 pohon. Ditemukan 3 spesies yang hanya

memiliki 1 individu, yaitu jambe rende (P. javana), kokosan monyet (Dysoxylum

excelsum), dan seserehan (Antidesma tetendung) (Tabel 20).

Jumlah spesies pohon pada aliansi 2 adalah 71 dengan total jumlah individu

sebanyak 3124 pohon (Tabel 21). Jumlah ini menyusun 22,81 % total individu

pohon di seluruh aliansi (Tabel 24). Spesies yang memiliki jumlah individu

terbanyak adalah pinus, yaitu sebanyak 374 pohon. Ditemukan 7 spesies yang

hanya memiliki 1 individu, yaitu cantigi (Glochidion rubrum), ki cantung

(Goniothalamus macrophyllus), panggang (Schefflera scandens), renghas (Glutta

renghas), seserehan, harendong (Medinela axima), dan katuk/kakatukan

(Polygala venenosa) (Tabel 21).

Tabel 20. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 1

No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu

1 Pinanga javana 1 25

Cinchona officinalis 21 49

Tarenna laxiflora 114

Page 135: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

114

2 Dysoxylum excelsum 1 26 Caryota mitis 23 50

Lithocarpus elegans 121

3 Antidesma tetrandrum 1 27

Macaranga cf. rhizimoides 25 51

Phoebe grandis 134

4 Dissochaeta gracilis 2 28 Ficus ribes 27 52

Ficus grossulariodes 141

5 Ficus involucrata 2 29

Archydeudron clypearia 28 53

Macaranga rhizimoides 142

6 Knema cinera 2 30Ficus deltoidea 31 54

Altingia excelsa 185

7 Symplocos spicata 2 31 Ficus padana 35 55

Notaphoebe umbelliflora 214

8 Ficus lepicarpa 3 32

Urophyllum arboreum 37 56

Glochidion hypoleucum 220

9 Ficus globosa 3 33 Litsea tomentosa 38 57

Polyosma interifolia 221

10 Antidesma bunius 4 34

Aporosa octandra 38 58

Litsea macrophylla 224

11 Schizostachum brachycladum 5 35

Litsea cubeba 45 59

Euodia latifolia 227

12 Medinilla axima 5 36

Litsea brachystachia 46 60

Prunus arboreum 248

13 Polygala venenosa 5 37 Lasiathus sp. 47 61

Mallotus blumeanus 266

14 Maesa latifolia 7 38

Ficus fistulosa 48 62

Athyrium dilatatum 268

15 Mangifera cf. indica 8 39

Peperomia laevifolia 52 63

Hoersfieldia glabra 310

16 Cleistocalyx opperculata 9 40

Michelia montana 52 64

Clustocalyx opperculata 316

17 Pinus merkusii 11 41

Castanopsis argentea 52 65

Castanopsis acuminatissima 332

18 Ficus elastica 12 42

Homalanthuspopulnes 57 66

Quercus gemelliflora 342

19 Lannea coromandelica 14 43

Schefflera longifolia 61 67

Schefflera aromatica 379

20 Cinnamomum javanicum 14 44

Manglietia glauca 68 68

Symplocos fasciculata 443

21 Saurauria cauliflora 16 45

Cyathea contaminants 74 69

Pandanus punctatus 478

22 Sapium virgatuns 16 46 Elaocarpus sp. 75 70

Cyathea contaminans 497

23 Ficus variegata 16 47

Maesopsiseminii 77 71

Dysoxylum arborescens 653

24 Helicia robusta 17 48

Plectocomia elongata 80 72

Schima wallichii 1258

Keterangan: Jumlah individu pohon/36 blok pengamatan (14,4 ha).

Pada Tabel 22 dapat dilihat spesies-spesies yang menyusun strata pohon

pada aliansi 3. Jumlah spesies yang ditemukan di aliansi ini sebanyak 56 dengan

jumlah total individu sebanyak 1527 pohon. Jumlah ini menyusun 11,15 % total

individu pohon di seluruh aliansi (Tabel 24). Spesies pinus memiliki individu

terbanyak, yaitu 311 pohon. Terdapat 5 spesies pohon yang hanya memiliki 1

individu, yaitu haruman (Pithecellobium montanum), kaliandra (Calliandra

tettragoma), katuk / kakatukan, palahlar (Dipterocarpus haseltii), dan sasah

(Symplocos spicata).

Tabel 21. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 2

Page 136: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

115

No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu

1 Glochidon rubrum 1 25

Castanopsis argentea 6 49

Lithocarpus elegans 29

2 Goniothalamus macrophyllus 1 26

Helicia robusta 7 50

Castanopsis acuminatissima 32

3 Schefflera scanden 1 27

Peperomia laevifolia 7 51

Plectocomia elongata 39

4 Gluta renghas 1 28

Michelia montana 7 52

Quercus gemelliflora 46

5 Antidesma tetrandrum 1 29

Homalanthus populneus 7 53

Giganthocloa pseudoarundina-cea 49

6 Dissochaeta gracilis 1 30

Cinnamomum javanicum 8 54

Glochidion hypoleucum 52

7 Polygala venenosa 1 31

Ficus ribes 10 55

Clustocalyx opperculata 65

8 Dipterocarpus haseltii 2 32

Prunus arboreum 10 56

Cyathea cf. javanica 66

9 Dysoxylum excelsum 2 33

Maesa latifolia 12 57

Notaphoebe umbelliflora 66

10 Lannea coromandelica 2 34

Aporosa octandra 12 58

Cinchona officinalis 67

11 Ficus padana 2 35Archydeudron clypearia 14 59

Athyrium dilatatum 71

12 Lasianthus sp. 2 36 Litsea cubeba 14 60Maesopsis eminii 76

13 Ficus fistulosa 2 37

Elaeocarpus sp. 14 61

Euodia latifolia 94

14 Mangifera cf. indica 3 38

Schizostachyum iraten 18 62

Horsfieldia glabra 95

15 Macaranga cf. Rhizimoides 3 39

Polyosma interifolia 18 63

Schefflera aromatica 96

16 Ficus deltoidea 3 40

Dendrocalamus asper 19 64

Cyathea contaminans 107

17 Calliandra tetragoma 4 41

Schefflera longifolia 19 65

Dysoxylum arborescens 141

18 Clustocalyx opperculata 4 42

Litsea tomentosa 20 66

Schima wallichii 149

19 Urophyllum arboreum 4 43

Tarenna laxiflora 20 67

Pandanus punctatus 159

20 Ficus globosa 5 44 Phoebe grandis 20 68Symplocos fasciculata 182

21 Schizostachyum brachycladum 5 45

Antidesma tetrandum 20 69

Gigantochloa apus 322

22 Saurauia cauliflora 6 46

Ficus grossulariodes 22 70

Mallotus blumeanus 326

23 Caryota mitis 6 47Altingia excelsa 22 71

Pinus merkusii 374

24 Litsea brachystachya 6 48

Macaranga rhizinoides 27

Keterangan: Jumlah individu pohon/17 blok pengamatan (6,8 ha).

Melalui Tabel 20, 21, dan 22 terlihat bahwa spesies-spesies pohon yang

hanya ditemukan di aliansi 1 adalah ki ara payung (Ficus involucrata), kimokla

(Knema cinera), bisoro (Ficus lepicarpa), huni hutan (Antidesma bunius),

harendang (Medinela axima), kiara kebo (Ficus elastica), dan kondang (Ficus

variegata).

Page 137: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

116

Spesies-spesies pohon yang hanya ditemukan di aliansi 2 adalah cantigi, ki

cantung (Goniothalamus macrophyllus), panggang, renghas, bambu bitung,

bambu andong, bambu tamiyang dan bambu tali. Kedua spesies bambu yang

disebutkan terakhir juga merupakan spesies paling dominan di aliansi 2. Seluruh

spesies pohon yang ditemukan di aliansi 3 juga ditemukan di aliansi lain.

Tabel 22. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 3

No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu No Spesies

Jumlah Indi-vidu

1 Calliandra tetragoma 1 20

Ficus fistulosa 7 39

Plectocomia elongata 26

2 Dipterocarpus haseltii 1 21

Saurauia cauliflora 8 40

Nothaphoebe umbeliflora 26

3 Symplocos spicata 1 22

Macaranga rhizinoides 10 41

Schefflera aromatica 30

4 Polygala venenosa 1 23 Phoebe grandis 11 42

Ficus grossulariodes 37

5 Pithecellobium montanum 1 24

Antidesma tetrandrum 12 43

Maesopsis eminii 40

6 Aporosa octandra 2 25

Mangifera cf. indica 12 44

Cyathea cf. javanica 42

7 Litsea brachystachya 2 26 Lasianthus sp. 12 45

Altingia excelsa 46

8 Ficus padana 3 27Maesa latifolia 13 46

Castanopsis acuminatissima 50

9 Manglietia glauca 3 28 Litsea cubeba 13 47

Schefflera longifolia 52

10 Sapium virgatuns 4 29

Tarenna laxiflora 14 48

Schima wallichii 52

11 Peperomia laevifolia 4 30

Cinchona officinalis 15 49

Horsfieldia glabra 53

12 Homalanthus populneus 4 31

Ficus deltoidea 15 50

Pandanus punctatus 55

13 Polyosma interifolia 4 32

Prunus arboreum 15 51

Cyathea contaminans 64

14 Pinanga javana 5 33Glochidion hypoleucum 17 52

Symplocos fasciculata 68

15 Elaeocarpus sp. 5 34

Litsea macrophylla 20 53

Quercus gemelliflora 72

16 Macaranga cf. rhizimoides 6 35

Euodia latifolia 22 54

Athyrium dilatatum 74

17 Ficus ribes 6 36Dysoxylum arborescens 22 55

Mallotus blumeanus 76

18 Actinorhytis calapparia 7 37

Lithocarpus elegans 24 56

Pinus merkusii 311

19 Litsea tomentosa 7 38

Clustocalyx opperculata 24

Keterangan: Jumlah individu pohon/7 blok pengamatan (2,8ha).

Pada penelitian ini juga ditemukan spesies-spesies pada strata pohon yang

memiliki jumlah individu kurang atau sama dengan 1, yaitu sebanyak 27,77 % di

aliansi 1, 35,22 % di aliansi 2, dan 12,5 % spesies-spesies yang ada di aliansi 3.

Spesies-spesies ini bersama dengan spesies yang penyebarannya sangat terbatas

Page 138: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

117

perlu mendapat perhatian karena diduga kelangsungan keberadaannya di zona sub

pegunungan, Gunung Salak menjadi sulit.

Hal ini disebabkan pertama, pada strata pohon inilah spesies-spesies tersebut

dapat menghasilkan alat perkembangbiakan dan sekaligus bereproduksi. Namun

pada kondisi ini, peluang untuk menghasilkan anakan dalam jumlah yang

mencukupi untuk dapat bertahan menjadi kecil.

Kedua, dengan kondisi ini akan membuat spesies-spesies tersebut sangat

rentan terhadap fluktuasi kondisi lingkungan baik yang terjadi secara alami

maupun secara antropogenik. Cody (1986), mengatakan bahwa fluktuasi yang

demikian dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya, baik makanan maupun

ruang hidup dari spesies-spesies jarang ini, sehingga mengancam kehadirannya di

zona sub pegunungan, Gunung Salak. Hal ini pada gilirannya akan mempengaruhi

keanekaragaman hayati Gunung Salak, dan juga mengakibatkan keseimbangan

ekologi kawasan ini menjadi terganggu. Alasan berikutnya untuk perlunya

spesies-spesies ini mendapat perhatian karena data dari penelitian ini yang

menunjukkan jumlah spesiesnya yang relatif banyak di aliansi 1 dan 2 yang

merupakan hutan alam.

Pada Tabel 23 dapat diketahui bahwa di seluruh aliansi, jumlah spesies

pohon yang memiliki individu yang sedikit, jauh lebih banyak dibanding jumlah

spesies pohon yang memiliki individu yang banyak. Melalui penelitian ini

ditemukan bahwa untuk aliansi 1, ditemukan 73,61 % spesies pohon dengan

jumlah individu antara 1 – 10 individu pohon/ha, 19,44 % memiliki jumlah

individu antara 11 – 30 individu pohon/ha, 6,94% memiliki jumlah individu

pohon antara 31-100 individu pohon/ha, dan tidak ada sama sekali spesies yang

memiliki individu pohon lebih dari 100 individu pohon/ha. Untuk aliansi 2,

terdapat sebanyak 83,10 % spesies pohon dengan jumlah individu antara 1 – 10

individu pohon/ha, 12,68 % memiliki jumlah individu antara 11 – 30 individu

pohon/ha, 4,23% memiliki jumlah individu pohon antara 31-100 individu

pohon/ha, dan tidak ada sama sekali spesies yang memiliki individu pohon lebih

dari 100/ha. Untuk aliansi 3 terdapat 73,43% spesies pohon dengan jumlah

individu antara 1 – 10 individu pohon/ha, 26,79 % memiliki jumlah individu

antara 11 – 30 individu pohon/ha, tidak ada sama sekali spesies yang memiliki

Page 139: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

118

individu pohon antara 31-100 individu pohon/ha, dan 1,79% spesies yang

memiliki individu pohon lebih dari 100 individu pohon /ha.

Menurut Whitthen et al., (1996) vegetasi pepohonan yang disusun oleh

spesies dengan jumlah individu yang sangat sedikit adalah karakter dari hutan

hujan tropis basah. Dilaporkan oleh penulis yang sama, bahwa Meijer (1959) yang

melakukan penelitian di zone hutan hujan tropis basah sub pegunungan Gunung

Gede Panggrango dengan area sampel seluas 1 ha, menemukan bahwa dari 73

spesies pohon yang diperoleh di kawasan tersebut, hanya 1 spesies (1,37%) yang

memiliki jumlah individu pohon lebih dari 30. Sebanyak 53 spesies pohon

(72,6%) memiliki jumlah individu pada kisaran 1-10, dan selebihnya, sebanyak 19

pohon (26,03%) memiliki jumlah individu pohon pada kisaran 11-30.

Tabel 23. Kisaran jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi

Kisaran jumlah individu spesies /ha

Jumlah 1-10 11-30 31-100 >100 1 53 14 5 0 72 2 59 9 3 0 71 3 40 15 0 1 56

Pada penelitian ini tidak ditemukan sama sekali spesies pada strata pohon

yang memiliki INP tertinggi pada satu atau lebih blok di seluruh aliansi (Tabel 20,

21, dan 22). Selanjutnya hanya pinus, bambu buluh dan panggang puyuh yang

ditemukan memiliki INP tertinggi pada satu atau lebih blok pengamatan di 2

aliansi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun spesies pada strata pohon

yang mendominasi seluruh zona sub pegunungan, Gunung Salak.

Kecuali bambu buluh, semua spesies pohon yang memiliki INP tertinggi di

satu atau lebih blok pengamatan di aliansi 1 memiliki jumlah individu lebih dari

300 pohon/14,4 ha (± 21 pohon/ha). Spesies-spesies dengan INP tertinggi ini

berjumlah 5 (6,94% dari jumlah spesies pohon di alinsi ini), yaitu puspa,

panggang puyuh, cangkuang, ki sirem, dan bambu buluh. Jumlah total individu

spesies ini adalah 2750 batang pohon/14,4 ha (29,96% ) (Tabel 20).

Pada aliansi 2, jumlah spesies pohon yang memiliki INP tertinggi adalah 6

(8,45% dari total jumlah spesies yang ada di aliansi ini) dengan jumlah individu

sebanyak 1204 pohon/6,8 ha (38,70%). Ke enam spesies ini adalah pinus, bambu

tali, calik angin, bambu tamiyang, cangkuang dan bambu buluh (Tabel 21).

Page 140: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

119

Pada aliansi 3 ditemukan 5 spesies pohon (8,93 % dari total jumlah spesies

yang ada di aliansi ini) yang memiliki INP tertinggi di satu atau lebih blok

pengamatan. Spesies-spesies tersebut adalah pinus, panggang puyuh, manii, pakis

benyir, dan rasamala. Jumlah individu seluruh spesies ini adalah 493 pohon/2,8

ha (32,28%) (Tabel 22).

Keterangan di atas menunjukkan bahwa jumlah spesies dominan pada suatu

aliansi hanya sedikit dengan persentase di bawah 10% dari jumlah total spesies

pada suatu aliansi. Salah satu faktor yang diduga penyebab tingginya nilai INP

yang menunjukkan dominansi dari spesies-spesies ini karena memiliki jumlah

individu yang lebih melimpah dibanding spesies-spesies lainnya.

Keseluruhan jumlah spesies pohon yang ditemukan pada seluruh aliansi

zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah sebanyak 83, dengan jumlah individu

dari seluruh spesies yang telah disampling adalah 13697 batang pohon. Perincian

yang lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Total jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi

1 2 3 Jumlah individu pohon/ luas aliansi(a)

9046 (66,04%)

3124 (22,81%)

1527(11,15%)

Keterangan: Aliansi 1: a: 14,4 ha, 36 blok pengamatan; Aliansi 2: a: 6,8 ha, 17 blok pengamatan; Aliansi 3: a: 2,8 ha, 7 blok pengamatan.

Pada Tabel 25 terlihat bahwa secara statistik jumlah individu pohon pada

aliansi 1 berbeda dengan aliansi 2, namun tidak berbeda dengan aliansi 3, dan

juga jumlah individu pohon antara aliansi 2 dan 3 secara statistik tidak berbeda.

Namun pada Tabel 26 terlihat bahwa ada kecendrungan jumlah individu pohon/ha

terbanyak ditemukan pada aliansi yang didominasi vegetasi hutan campuran

(aliansi 1), diikuti pada aliansi yang didominasi oleh hutan tanaman (aliansi 3),

dan terakhir aliansi yang didominasi oleh hutan bambu (aliansi 2). Data ini

menunjukkan bahwa individu tumbuhan yang ada di hutan bambu lebih sedikit

dibanding hutan alam campuran dan hutan tanaman.

Tabel 25. Perbedaan jumlah individu pohon antara tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Vegetasi Uji Statistik 1-2 1-3 2-3 Mann-Whitney U 90** 68,5 30 Z -4,116** -1,892 -1,874

Page 141: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

120

Keterangan: ** : sangat signifikan pada P < 0,01

Tabel 26. Kerapatan pohon pada berbagai hutan hujan tropis basah zona sub pegunungan

No Lokasi Zone

KehidupanKetinggian (m dpl)

Jumlah individu Pohon/ha (dbh* ≥ 10

cm) Sumber 1 Volcan Barva, Hutan sub Heaney&Proctor,

Costa Rica pegunungan 1000 546 1990 2 Volcan Barva, Hutan sub Heaney&Proctor,

Costa Rica pegunungan 1500 553 1990

3 Neotropis, Hutan sub Nadkarni et al.,

Montevirde, pegunungan 1480 555 1995 Costa Rica 4 Gunung Salak, Hutan sub 1050-1350 628 Penelitian ini

Bogor, Jabar pegunungan

(aliansi 1)

5 Gunung Salak, Hutan sub 1050-1350 459 Penelitian ini Bogor, Jabar pegunungan

(aliansi 2)

6 Gunung Salak, Hutan sub 1050-1350 545 Penelitian ini Bogor, Jabar pegunungan

(aliansi 3)

Jumlah individu pohon yang ditemukan pada penelitian ini jika

dibandingkan dengan yang ada di beberapa hutan hujan tropis basah sub

pegunungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 26. Terlihat bahwa aliansi 1

memiliki jumlah individu pohon yang paling banyak, dan aliansi 2 yang terdapat

pada lokasi yang sama memiliki jumlah individu pohon paling sedikit. Dua hutan

hujan tropis basah sub pegunungan di Volcan Barva memperlihatkan perbedaan

jumlah individu pohon yang tidak terlalu besar. Secara keseluruhan terlihat bahwa

jumlah individu pohon pada hutan-hutan ini relatif sama, hanya pada hutan di

aliansi 2, yang relatif lebih sedikit dibanding hutan-hutan lainnya dengan jumlah

individu pohon/ha di bawah 500 pohon.

Melalui tabel yang sama, terlihat bahwa masing-masing hutan menempati

ketinggian yang berbeda, namun rentang kisaran ketinggian setiap hutan tersebut

berada kisaran 1000 – 1500 m dpl. Sebagaimana yang telah diketahui

sebelumnya, untuk daerah tropis, zone kehidupan yang ada pada kisaran

ketinggian ini, menurut van Steenis (1972) adalah zone hutan hujan tropis basah

sub pegunungan. Selanjutnya karaketeristik yang sama dari hutan-hutan tersebut

Page 142: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

121

adalah lokasi terdapat pada daerah dengan iklim tropika basah. Data ini

menunjukkan bahwa pada kondisi iklim yang sama, walaupun terdapat pada

lokasi geografi yang berbeda akan menghasilkan struktur vegetasi yang dalam hal

ini adalah jumlah individu pohon yang relatif sama.

2. Distribusi Kelas Diameter Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub

Pegunungan, Gunung Salak

Distribusi kelas diameter (KD) pohon pada seluruh blok pengamatan di

aliansi 1 dapat dilihat pada Tabel 27. Pola distribusi kelas diameter pohon pada

seluruh blok pengamatan hampir sama, yakni ditemukan jumlah individu pohon

terbanyak pada kelas diameter kecil, dan semakin berkurang dengan

bertambahnya ukuran kelas diameter.

Hal yang menyolok dari distribusi kelas diameter pohon pada aliansi ini

adalah sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter yang besar, yaitu kelas

diameter E (50cm≤KD<60cm); F (60cmcm≤KD<70); G (70cm≤KD<80); dan H

(KD>80). Ditemukan 23 blok pengamatan (63,89%) memiliki total jumlah pohon

pada kelas diameter E sampai H sebanyak 10 pohon atau kurang (kurang dari 25

pohon/ha).

Distribusi kelas diameter individu pohon pada blok-blok pengamatan di

aliansi 2 dapat dilihat pada Tabel 28. Nampak jelas dari distribusi kelas diameter

spesies-spesies di aliansi ini adalah banyaknya individu pohon yang ditemukan

pada kelas diameter tertinggi, yaitu kelas diameter H. Seluruh blok pengamatan

(100%) di aliansi 2 memiliki individu pohon dengan kelas diamater H. Kecuali

pada blok pengamatan 7, jumlah individu pohon pada kelas diameter E sampai H

lebih dari 10, bahkan pada kisaran kelas diameter ini (E – H), jumlah individu

paling banyak ditemukan pada kelas diameter H. Dari 17 blok pengamatan yang

ada di aliansi ini terdapat 14 blok pengamatan semuanya didominasi oleh spesies

bambu.

Tabel 27. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 1

No

DISTRIBUSI KELAS DIAMETER JUM- LAH Blok A B C D E F G H

1 3 145 39 27 7 4 3 2 1 228 2 4 86 77 22 14 5 4 10 4 2223 5 175 39 20 5 4 0 0 0 243 4 8 97 37 9 2 0 1 0 1 147

Page 143: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

122

5 10 113 39 11 9 2 3 0 0 177 6 13 89 41 16 3 7 1 1 2 1607 14 96 27 14 5 3 1 5 2 153 8 15 111 42 20 5 2 1 2 1 1849 20 151 57 7 4 0 0 0 1 220

10 24 166 59 11 20 4 0 0 1 26111 25 181 54 28 8 2 1 1 0 275 12 30 172 58 13 6 2 1 1 0 25313 31 156 51 20 6 0 1 1 0 235 14 33 140 62 30 14 6 3 1 3 25915 35 192 44 23 4 1 0 0 0 264 16 37 137 45 18 17 3 8 0 18 246 17 38 147 43 11 18 8 3 3 1 23418 39 161 41 32 6 3 6 2 1 252 19 40 155 57 21 14 4 7 0 2 26020 42 166 63 25 14 5 7 0 0 280 21 43 187 60 25 17 4 6 10 1 31022 44 176 65 10 5 3 3 1 3 266 23 45 207 78 32 6 2 3 0 0 32824 46 130 46 13 23 4 3 1 1 221 25 49 169 80 30 21 5 3 2 6 31626 50 153 68 41 10 1 1 1 6 281 27 51 173 61 23 5 7 11 4 0 28428 52 166 64 32 19 3 1 0 3 288 29 53 155 92 43 17 4 2 0 2 31530 54 156 69 43 25 0 4 0 1 298 31 55 122 96 25 11 0 0 0 1 255 32 56 161 69 15 7 4 10 3 0 26933 57 151 64 33 11 4 1 0 2 266 34 58 141 90 41 8 1 2 0 0 28335 59 136 54 44 20 0 2 1 0 257 36 60 151 61 29 10 0 4 1 0 256

Totall 5370 2092 857 396 107 107 53 64 9046Rata-Rata 149 58,1 23,8 11 2,97 2,97 1,47 1,78 251,

28 Maksimum 207 96 44 25 8 11 10 18 328 Minimum 86 27 7 2 0 0 0 0 147

Keterangan: KD (Kelas Diameter): A: 10cm≤KD<20cm; B: 20cm≤KD<30cm; C:30cm≤KD<40 cm; D: 40cm≤KD<50cm; E: 50cm≤KD<60cm; F: 60cmcm≤KD<70cm; G:70cm≤KD<80cm; H:

KD>80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohon/Blok = Jumlah individu pohon/0,4 ha.

Blok pengamatan 6, 27, dan 34 di aliansi 2, tidak didominasi oleh bambu.

Namun demikian pada blok-blok ini, spesies-spesies yang memiliki kelas

diameter tertinggi adalah spesies bambu, yakni untuk blok 6, dari 19 individu

yang memiliki kelas diameter tertinggi seluruhnya disusun oleh rumpun bambu,

yaitu bambu andong, bambu bitung dan bambu tali. Untuk blok 27, dari 9

individu yang memiliki kelas diameter H seluruhnya adalah merupakan spesies

bambu, yaitu bambu bitung dan bambu tali.

Tabel 28. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 2

No BLOK KELAS DIAMETER JUM-

LAH A B C D E F G H 1 2 84 22 7 3 1 0 1 12 1302 6 34 63 43 5 3 4 0 19 1713 7 95 16 2 1 0 1 0 9 1244 16 10 6 8 29 27 2 1 44 1275 17 72 21 2 0 0 2 2 36 135

Page 144: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

123

6 18 79 13 7 3 0 0 0 97 1997 19 112 31 9 5 2 2 1 46 2088 21 30 20 24 9 2 4 2 36 1279 22 133 28 4 5 1 1 0 33 205

10 23 114 30 7 1 7 1 0 16 17611 26 57 20 21 13 3 0 1 19 13412 27 128 24 6 1 1 2 0 9 17113 28 156 37 6 4 2 5 0 11 22114 29 106 46 9 3 2 1 4 19 19015 32 130 45 17 6 2 3 1 7 21116 34 250 52 16 4 4 6 2 9 34317 36 192 29 13 3 1 2 2 10 252

TOTAL: 1782 503 201 95 58 36 17 432 3124RATA-RATA: 104,8 29,6 11,8 5,59 3,41 2,12 1 25,41 183,76MAKSIMUM: 250 63 43 29 27 6 4 97 343MINIMUM: 10 6 2 0 0 0 0 7 124

Keterangan: KD (Kelas Diameter): A: 10cm≤KD<20cm; B: 20cm≤KD<30cm; C:30cm≤KD<40 cm; D: 40cm≤KD<50cm; E: 50cm≤KD<60cm; F: 60cmcm≤KD<70cm; G:70cm≤KD<80cm; H:

KD>80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohon/Blok = Jumlah individu pohon/0,4 ha.

Distribusi kelas diameter individu pohon pada blok-blok pengamatan di

aliansi 3 dapat dilihat pada Tabel 29. Nampak pada seluruh blok pengamatan

terjadi penurunan jumlah individu pohon dari kelas diameter kecil ke kelas

diameter besar. Juga nampak pada seluruh blok pengamatan, jumlah individu

pohon pada kelas diameter E sampai H kurang atau sama dengan 10.

Pada aliansi ini, terdapat 2 blok pengamatan tanpa individu pohon pada

kelas diameter G dan H, yaitu blok pengamatan 11 dan 47. Diduga blok

pengamatan 11 merupakan blok yang banyak mendapat gangguan. Hal ini dapat

dilihat dari persentase penutupan tajuk pohon di blok ini yang hanya sebesar

50,50%. Nilai ini merupakan yang terendah di aliansi 3 dan juga di seluruh blok

pengamatan. Indikasi lainnya adalah tingginya persentase penutupan tajuk herba

di blok ini, yaitu 60,75% dan terbesar di aliansi 3, serta menduduki urutan kedua

terbesar di seluruh blok pengamatan (Tabel 18). Pada blok pengamatan 47, pakis

benyir merupakan spesies yang memiliki INP tertinggi namun hanya memiliki

individu pohon pada kelas diameter A (10cm≤KD<20cm).

Page 145: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

124

ALIANSI 1

2092

53 64107107396

857

5370

0

550

1100

1650

2200

2750

3300

3850

4400

4950

5500

A B C D E F G HKELAS DIAMETER (cm)

JUMLAH INDIVIDU/ 36 BLOK

ALIANSI 3984

324

62101885

98

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

A B C D E F G H

KELAS DIAMETER (cm)

JUMLAH INDIVIDU/7 BLOK

(a) (b)

Keterangan: (a) Aliansi 1 (b) Aliansi. 3. Keterangan: KD (Kelas Diameter): A: 10cm ≤ KD < 20cm; B: 20cm ≤KD < 30cm; C: 30cm ≤ KD < 40 cm; D: 40cm ≤ KD < 50cm; E: 50cm ≤ KD <

60cm; F: 60cm ≤ KD < 70; G: 70cm ≤KD < 80cm; H: KD > 80cm. Gambar 38. Distribusi kelas diamater seluruh individu pohon

a b

Keterangan: (a) aliansi 1 dan (b) aliansi 3. Gambar 39. Hubungan eksponensial antara kelas diameter dengan

jumlah individu pohon

Pada Gambar 38 dapat dilihat grafik distribusi kelas diameter pada aliansi

1 dan 3. Nampak pada aliansi 1 yang merupakan hutan campuran dan aliansi 3,

yang merupakan hutan yang didominasi oleh hutan tanaman membentuk kurva

struktur tegakan J terbalik, dan terjadi penurunan jumlah individu pohon secara

eksponensial dari kelas diameter kecil ke kelas diameter besar.

Hal ini sesuai dengan persamaan regresi antara kelas diameter dan jumlah

individu pohon di kedua aliansi ini (Gambar 39a dan b). Persamaan regresi yang

Page 146: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

125

terbentuk di aliansi 1 adalah Y = 6,87. exp(-0,006X); R2 = 84,74%; P < 0,01, dan

di aliansi 3 adalah Y = 6,84 exp.(-0,006X); R2 = 85,37%; P < 0,01. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar kelas diameter pada suatu aliansi maka

jumlah individu pohon akan semakin berkurang. Sebaliknya, pada aliansi 2 hal ini

tidak ditemukan. Menurut Barbour et al., (1987), struktur tegakan yang

membentuk kurva J terbalik menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan tersebut

mampu tumbuh secara berkelanjutan.

Richard (1964) mengatakan bahwa kepadatan pohon di dalam hutan hujan

tropis basah umumnya tidak teratur, biasanya kepadatan pohon akan tinggi pada

kelas diameter yang kecil untuk kemudian menurun pada kelas diameter yang

semakin besar. Struktur tegakan J terbalik menunjukkan bahwa individu pohon

yang tumbuh pada masa awal pertumbuhan cukup. Seiring dengan perubahan

waktu, individu-individu tersebut mengalami pertumbuhan dan untuk itu

diperlukan sumber daya yang lebih banyak. Hal ini pada gilirannya meningkatkan

kompetisi di antara individu-individu pohon tersebut, baik di antara spesies yang

sama maupun di antara spesies yang berbeda untuk memperoleh sumber daya.

Persaingan melalui proses ini akan terus berlanjut, sehingga pohon yang kalah

akan mati atau tetap dalam keadaan kecil, sebaliknya yang menang akan tumbuh

menjadi lebih besar.

Tabel 29. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 3

NO BLOK KELAS DIAMETER POHON (cm) JUM-

LAH A B C D E F G H 1 1 166 48 4 1 2 1 1 2 2252 9 111 65 14 10 2 2 0 2 206 3 11 50 35 21 37 7 3 0 0 153 4 12 138 27 11 5 3 1 0 1 186 5 41 153 50 10 9 4 0 1 0 227 6 47 204 44 16 10 0 2 0 0 276 7 48 162 55 22 13 0 1 0 1 254 JUMLAH: 984 324 98 85 18 10 2 6 1527

RATA-RATA: 140,57 46,29 14,00 12,14 2,57 1,43 0,29 0,86 218,14 MAKSIMUM: 204 65 22 37 7 3 1 2 276 MINIMUM: 50 27 4 1 0 0 0 0 153

Keterangan: KD (Kelas Diameter): A: 10cm≤KD<20cm; B: 20cm≤KD<30cm; C:30cm≤KD<40 cm; D:40cm≤KD<50cm; E: 50cm≤KD<60cm; F: 60cmcm≤KD<70cm; G:70cm≤KD<80cm; H:

KD>80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohon/Blok = Jumlah individu pohon/0,4 ha Melalui Tabel 28, terlihat bahwa pada aliansi 2, jumlah individu meningkat

pada kelas diameter terbesar, yaitu kelas diameter H. Hal ini disebabkan blok-

blok pengamatan di aliansi ini dikuasai oleh bambu. Tumbuhan bambu dihitung

Page 147: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

126

berdasarkan rumpun dan kelas diameter bambu diukur berdasarkan ukuran

keliling dari rumpun bambu tersebut, yang umumnya menghasilkan ukuran kelas

diameter yang sangat besar. Ukuran yang besar dari rumpun bambu yang

ditemukan dalam penelitian ini, disebabkan dalam satu rumpun bambu dapat

ditemukan puluhan individu dengan diameter rata-rata 10 cm.

Pada Tabel 30 terlihat bahwa hutan-hutan alam di aliansi 1 berbeda nyata

dengan hutan bambu di aliansi 2 dalam hal jumlah individu yang terdapat pada

kelas diameter kecil, yaitu pada kelas diameter A, B (20cm≤KD<30cm), C

(30cm≤KD<40cm), dan D (40cm≤ KD<50cm). Perbedaan juga nampak di antara

kedua aliansi ini pada kelas diameter paling besar, yaitu kelas diameter H. Antara

aliansi 2 dan 3 juga terdapat perbedaan pada kelas diameter kecil, yaitu pada kelas

diameter B dan D, dan di antara kedua aliansi ini juga terdapat perbedaan pada

kelas diameter yang paling besar, yaitu pada kelas diameter H. Untuk aliansi 1

dan 3 perbedaan hanya ditemukan pada kelas diameter kecil, yaitu kelas diameter

C.

Kondisi yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa jumlah individu

pohon pada kelas diameter kecil di hutan-hutan yang didominasi oleh spesies

bambu lebih sedikit dibanding dengan yang ada di hutan-hutan tanaman di aliansi

3 dan hutan alam di aliansi 1. Namun demikian jumlah individu pohon pada kelas

diameter terbesar di aliansi 2 selalu lebih banyak dibanding dengan yang ada di

aliansi 1 dan 3.

Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap berkurangnya jumlah

individu pohon pada kelas diameter besar di aliansi 1 dan 3 selain kompetisi,

adalah ketinggian tempat dari permukaan laut. Pendry & Proctor (1996) dalam

penelitian mereka di Bukit Belalong (913 m dpl) yang merupakan sebuah gunung

kecil di Brunei menemukan bahwa struktur tegakan hutan hujan tropis basah

dataran rendah dengan ukuran pohon yang besar ditemukan sampai pada

ketinggian 750 m dpl, dan di atas ketinggian tersebut terjadi perubahan yakni

ukuran pohon semakin mengecil. Menurut mereka, hal tersebut menunjukkan

kehadiran hutan hujan tropis basah sub pegunungan.

Tabel 30. Perbedaan jumlah individu pohon pada berbagai kelas diameter di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Page 148: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

127

Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 2

KELAS DIAMETER A B C D

Mann-Whitney U 131** 64** 102,5** 118** Z -3,336** -4,613** -3,881** -3,594** Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 2

KELAS DIAMETER E F G H

Mann-Whitney U 236,5 266 305,5 8** Z -1,341 -0,774 -0,01 -5,751** Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 3

KELAS DIAMETER A B C D

Mann-Whitney U 116,5 76,5 58* 120 Z -0,313 -1,629 -2,24* -0,198 Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 3

KELAS DIAMETER E F G H

Mann-Whitney U 108 87,5 82 109,5 Z -0,601 -1,293 -1,56 -0,567 Uji Statistik ALIANSI 2 DAN 3

KELAS DIAMETER A B C D

Mann-Whitney U 33 23* 40,5 28* Z -1,683 -2,319* -1,209 -2,016* Uji Statistik KELAS DIAMETER ALIANSI 2 DAN 3 E F G H Mann-Whitney U 54 48 36,5 0,000** Z -0,357 -0,751 -1,587 -3,791**

Keterangan: ** : Sangat signifikan pada P < 0,01; * : signifikan pada P < 0,05. KD (Kelas Diameter): A: 10cm ≤ KD < 20cm; B: 20cm ≤ KD <30cm; C: 30cm ≤ KD < 40 cm; D: 40cm ≤ KD

< 50cm; E: 50cm ≤ KD < 60cm; F: 60cm ≤KD < 70cm; G:70cm ≤ KD <80cm; H: KD > 80cm. *: berbeda nyata; P>0,05.

Whitmore (1986) mengatakan bahwa, sedikitnya individu pohon yang

memiliki kelas diameter besar merupakan ciri hutan hujan tropis basah sub

pegunungan. Whitten et al., (1988) mengatakan bahwa pada hutan tropis basah

dataran rendah, walaupun struktur tegakan memperlihatkan kurva J terbalik,

namun tetap ditemukan individu pohon yang relatif lebih banyak pada kelas

diameter yang besar dibanding yang terdapat pada hutan hujan tropis basah sub

pegunungan.

Pendry & Proctor (1996) menjelaskan bahwa perubahan struktur hutan ini

disebabkan oleh perubahan ketinggian tempat yang pada gilirannya menyebabkan

menurunnya suhu udara. Soedomo (1984) mengatakan bahwa, pengaruh

ketinggian tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung. Artinya

perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tumbuh

pohon, terutama suhu, kelembapan, O2 di udara dan keadaan tanah. Keadaan

lingkungan tumbuh ini akhirnya mempengaruhi pertumbuhan pohon.

Page 149: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

128

Jumlah individu pohon pada kelas diameter kecil di aliansi 1 dan 3 yang

berbeda dengan jumlah individu pohon pada kelas diameter yang sama di aliansi 2

menunjukkan bahwa pada aliansi hutan bambu, banyak individu tumbuhan selain

bambu yang dapat tumbuh di tempat tersebut, tidak dapat berkembang maksimal

oleh karena adanya tekanan dari tumbuhan bambu.

Pratiwi (2006) yang melakukan penelitian di Gunung Gede Pangrango

menemukan bahwa jumlah maupun macam spesies selain bambu pada tegakan

yang didominasi oleh bambu terbilang rendah sehingga dapat dikatakan

keberadaan rumpun bambu memiliki tingkat asosiasi yang rendah dengan spesies

tumbuhan lain.

Kehadiran tumbuhan bambu membentuk rumpun-rumpun yang besar di

aliansi 2 menunjukkan bahwa tumbuhan ini tahan terhadap kondisi lingkungan di

daerah ketinggian. Widjaja (1994) mengatakan bahwa, bambu adalah tumbuhan

dengan tingkat adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi lingkungan. Hal ini

terlihat dari penyebaran bambu baik secara alami maupun yang sengaja ditanam

yang dapat ditemui di daerah datar, lembah, perbukitan, dan pegunungan berbukit.

Sutiyono et al., (1992) mengatakan bahwa, bambu dapat tumbuh dengan baik

pada berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering,

tanah becek, tanah subur, dan tanah tidak subur.

3. Pola Distribusi Spesies Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub

Pegunungan Gunung Salak

Pola distribusi spesies pohon dominan (nilai INP urutan 1 sampai 3) di

seluruh aliansi dapat dilihat pada Tabel 31. Nampak bahwa seluruh spesies

tersebut memiliki nilai ip lebih besar dari 0 yang menunjukkan bahwa spesies-

spesies tersebut memiliki pola distribusi mengelompok. Di aliansi 1 terlihat

bahwa bambu buluh memiliki nilai ip tertinggi diikuti cangkuang.

Seluruh spesies pohon dominan di aliansi 2 memiliki pola distribusi

mengelompok. Pada aliansi 2 nilai ip spesies-spesies bambu, yaitu bambu bitung

dan bambu buluh lebih tinggi dibanding spesies dengan bentuk tumbuh pohon,

dan hanya cangkuang yang memiliki nilai ip yang relatif sama dengan spesies

bambu. Di aliansi 3, beunying cai (Ficus fistulosa) memiliki nilai ip tertinggi.

Page 150: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

129

Walaupun spesies pohon dominan memiliki pola distribusi mengelompok,

namun jika nilai ip dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu sangat rendah (0,0 – 0,3),

rendah (0,3 – 0,5), sedang (0,5 – 0,7), tinggi (0,7 – 0,9), dan sangat tinggi (> 0,9)

dan spesies-spesies pohon dominan dikelompokkan berdasarkan kategori tersebut,

akan terlihat bahwa sebagian besar spesies tersebut memiliki kategori pola

pengelompok sedang.

Ki pare (Glochidion hypoleucum), anggrip (Tarenna laxiflora), dan pasang

batarua (Quercus gemelliflora) memiliki kategori pola pengelompokan rendah,

namun pasang batarua juga memiliki pola pengelompokan sedang. Ramogiling

memiliki pola pengelompokan sangat rendah bahkan nilai ip spesies ini mendekati

pola pengelompokan acak. Beunying cai dan bambu buluh memiliki pola

pengelompok tinggi, namun bambu buluh juga memiliki pola pengelompokan

sangat tinggi (Tabel 31). Keterangan ini menunjukkan bahwa peluang untuk

menemukan individu spesies yang sama yang memiliki kategori pengelompokan

sangat tinggi pada suatu lokasi di Gunung Salak adalah paling besar, dan semakin

menurun dengan semakin rendahnya kategori nilai ip suatu spesies.

Tingginya nilai ip spesies-spesies bambu menunjukkan bahwa tingkat

pengelompokan spesies ini sangat tinggi. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan

rumpun dengan anakan yang tumbuh rapat satu sama lain dekat

induknya.

Selanjutnya bambu selalu ditemukan dalam jumlah yang banyak pada plot

pengamatan sehingga meningkatkan peluang untuk memperoleh nilai ip yang

tinggi.

Hasil penelitian Djufri (1993) di padang rumput Taman Nasional Baluran,

Jawa Timur memperlihatkan bahwa tumbuhan rumpun memiliki kecendrungan

yang sangat tinggi untuk mengelompok. Hal ini disebabkan oleh

perkembangbiakan dari bentuk tumbuh herba ini dengan rimpang atau stolon

yang menghasilkan anakan vegetatif yang tumbuh dekat dengan induk. Pada

penelitian tersebut, tumbuhan rumpun yang ditemukan memiliki bentuk tumbuh

yang murni herba. Cangkuang merupakan tumbuhan dengan individu yang

tumbuh rapat satu sama lainnya, yang menyebabkan jika individu spesies ini

Page 151: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

130

ditemukan pada suatu plot pengamatan maka akan ditemukan individu spesies ini

dalam jumlah yang banyak.

Penelitian Kusmana (1989) di Gunung Gede Pangrango juga menemukan

bahwa pola distribusi pohon adalah pola mengelompok. Dijelaskan bahwa pola

pengelompokan terjadi terutama karena topografi tapak yang cukup berat dan

keadaan lapang yang berbatu dengan lapisan tanah atas yang tipis. Kondisi

topografi pada lokasi penelitian tersebut sangat mirip dengan yang ditemukan

pada penelitian ini, sehingga diduga bahwa salah satu faktor yang berpengaruh

pada pola distribusi mengelompok spesies pohon di zona sub pegunungan,

Gunung Salak adalah topografi.

Pada sisi lain Parthasaranthy (1999), melaporkan bahwa pola distribusi

mengelompok tumbuhan dominan di hutan hujan tropis basah bagian barat daya

Ghat, India sangat erat terkait dengan buah yang dihasilkan oleh pohon-pohon

tersebut. Sebagian besar pepohonan dominan di hutan tersebut menghasilkan buah

kecil dengan daging tebal dan kebanyakan mengelompok, serta terutama

disebarkan oleh hewan (burung maupun mamalia).

Lebih jauh Barbour et al., (1987) mengatakan bahwa sebagian besar spesies

tumbuhan memiliki pola distribusi mengelompok. Hal ini terkait dengan

kehadiran biji dan permudaan vegetatif yang cenderung untuk berkonsentrasi

dekat tumbuhan induk, juga lingkungan mikro dekat tumbuhan induk lebih sesuai

dengan kebutuhan dari anakan spesies yang bersangkutan. Selanjutnya Barbour et

al., (1987); Ewusie (1990); dan Kershaw (1973) mengatakan bahwa penyebaran

individu suatu spesies secara mengelompok merupakan pola yang paling umum

terjadi di alam.

Page 152: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

131

Tabel 31. Pola pengelompokan spesies pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

No Spesies Nama Daerah

Aliansi 1 Aliansi 2 Aliansi 3

ip*

Kategori Pengelom-

pokan ip*

Kategori Pengelom-

pokan ip*

Kategori Pengelom-

pokan 1 Tarenna laxiflora Anggrip 0,40692 Rendah

2 Gigantoclhoa pseudoarundinacea Bambu Andong 0,54907 Sedang

3 Dendrocalamus asper Bambu Bitung 0,58422 Sedang

4 Schizostachyum brachycladum Bambu buluh 1

Sangat Tinggi 0,88451 Tinggi

5 Schizostachyum iraten Bambu Tamiyang 0,51709 Sedang 6 Gigantoclhoa apus Bambu Tali 0,5202 Sedang 7 Ficus deltoidea Beunying cai 0,73711 Tinggi 8 Mallotus blumeanus Calik angin 0,5018 Sedang 0,50659 Sedang 0,51534 Sedang 9 Pandanus punctatus Cangkuang 0,50418 Sedang 0,56151 Sedang

10 Schefflera aromatica Gompong 0,50044 Sedang 0,50117 Sedang 11 Nocaphoebe umbelhflora Huru leer 0,50067 Sedang 12 Symplocos fasciculata Jirak 0,50041 Sedang 0,50184 Sedang 0,50477 Sedang 13 Prunus arboreum Kawoyang 0,50204 Sedang 14 Glochidion hypoleucum Ki pare 0,32565 Rendah 15 Euodea latifolia Ki sampang 0,50019 Sedang 16 Eugenia oclusa Ki sirem 0,50055 Sedang 17 Maesopsis eminii Manii 0,50232 Sedang 0,50852 Sedang 0,64923 Sedang 18 Athyrium dilatatum Pakis benyir 0,52366 Sedang 19 Cyathea contaminans Pakis sier 0,50146 Sedang 0,50322 Sedang 0,50175 Sedang 20 Dysoxylum arborescens Panggang puyuh 0,50008 Sedang 0,50259 Sedang 0,51032 Sedang 21 Pinus merkusii Pinus 0,5104 Sedang 0,51877 Sedang 22 Quercus gemelliflora Pasang batarua 0,49994 Rendah 0,51917 Sedang

23 Castanopsis acuminatissima Pasang putih 0,50028 Sedang

24 Hoersfieldia glabra Piskulit 0,5002 Sedang 0,50252 Sedang 0,50503 Sedang 25 Schima wallichii Puspa 0,50031 Sedang 0,50841 Sedang 0,50818 Sedang

26 Schefflera longifolia Ramogiling 0,2093 Sangat Rendah

27 Altingia exelsa Rasamala 0,50016 Sedang 28 Ficus grossularioides Sehang 0,52341 29 Cinchona officinalis Sulibra 0,51479 Sedang

Keterangan: *: ip: Stardardized Morishita index of dispersion

Page 153: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

132

4. Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kekayaan Spesies pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak.

Perhitungan H’ (indeks keanekaragaman spesies Shanon Wienner) di

aliansi 1, menghasilkan nilai yang berkisar antara 2,666 – 3,391. Nilai H’ terkecil

ditemukan pada blok pengamatan 4, dan terbesar pada blok pengamatan 24. Nilai

H’ di aliansi 2 berkisar antara 1,163 – 3,233 dengan nilai H’ terkecil ditemukan

pada blok pengamatan 16, dan terbesar pada blok pengamatan 34. Nilai H’ di

aliansi 3 berkisar antara 1,683 – 3,498. Nilai H’ terkecil di temukan pada blok

pengamatan 11 dan terbesar ditemukan pada blok pengamatan 47 (Gambar 40).

Melalui Tabel 33 dapat dilihat hasil uji statistik perbedaan nilai H’ di antara

ketiga aliansi. Secara statistik hanya nilai H’ antara aliansi 1 dan 2 yang berbeda

nyata, sedangkan antara aliansi lainnya tidak. Namun jika dilihat pada Tabel 32,

nampak bahwa rata-rata nilai H’ pada aliansi 1 merupakan yang tertinggi disusul

oleh aliansi 3, dan terakhir oleh aliansi 2. Hal ini menunjukkan bahwa hutan alam

campuran yang ditemukan di aliansi 1 memiliki nilai H’ yang paling tinggi, dan

yang terendah ditemukan pada hutan bambu di aliansi 2.

Tingginya keanekaragaman spesies di aliansi 1 dibanding aliansi lainnya

juga nampak pada banyaknya blok pengamatan dengan nilai H’ di atas 3. Pada

aliansi ini terdapat 72,22% blok pengamatan dengan nilai H’ di atas 3, dan tidak

ditemukan sama sekali blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2. Pada aliansi

2, terdapat 17,65% blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2, 70,59% dengan

nilai H’ di antara dan 2 dan 3, dan 11,76% dengan nilai H’ di atas 3. Pada aliansi

3 ditemukan 14,29% blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2, 42,86%

dengan nilai H’ antara 2 dan 3, dan 42,86% dengan nilai H’ lebih besar 3 (Tabel

32).

Nilai e (indeks kemerataan spesies) pada aliansi 1 berkisar antara 1,136-

1,403. Blok pengamatan 24 memiliki nilai e tertinggi, sedangkan terendah pada

blok pengamatan 4. Blok pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi pada aliansi 2,

sedangkan blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah. Kisaran nilai e di

aliansi ini adalah 0,551-1,331. Pada aliansi 3 nilai e yang ditemukan berkisar

antara 0,770-1,434. Blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah dan blok

pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi (Gambar 41).

Page 154: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

133

Keterangan: H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wienner Gambar 40. Nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Tabel 32. Deskripsi statistik nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Rata-Rata Min Max Range

Std. Error CV (%) N

1 3,105 2,670 3,390 0,730 0,031 5,986 36 2 2,457 1,163 3,233 2,070 0,128 21,405 17 3 2,778 1,683 3,498 1,815 0,235 22,379 7

Tabel 33. Perbedaan nilai H’ antara tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Test Statistics 1-2 1-3 2-3 Mann-Whitney U 52** 85 37 Z -4,84** -1,349

Nilai e (indeks kemerataan spesies) pada aliansi 1 berkisar antara 1,136-

1,403. Blok pengamatan 24 memiliki nilai e tertinggi, sedangkan terendah pada

blok pengamatan 4. Blok pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi pada aliansi 2,

sedangkan blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah. Kisaran nilai e di

Aliansi 1

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

4 13 3 5 55 14 10 60 37 8 38 20 15 39 43 58 46 54 59 33 42 35 50 31 45 53 51 56 49 44 25 30 40 57 52 24

H'

Aliansi 2

0,0

2,0

4,0

16 6 21 17 26 18 7 22 27 28 19 2 36 23 32 29 34

H'

Aliansi 3

0,01,02,03,04,0

11 1 9 41 12 48 47

BLOK PENGAMATAN

H'

Page 155: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

134

aliansi ini adalah 0,551-1,331. Pada aliansi 3 nilai e yang ditemukan berkisar

antara 0,770-1,434. Blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah dan blok

pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi (Gambar 41).

Hasil uji perbedaan nilai e di antara ketiga aliansi menunjukkan bahwa

hanya antara aliansi 1 dan 2 yang berbeda nyata, sedangkan antara aliansi lainnya

tidak (Tabel 36). Pada sisi lain jika dilihat pada Tabel 35 nampak ada

kecendrungan nilai rata-rata e yang bergerak naik dari aliansi 2 ke aliansi 3, dan

terakhir pada aliansi 1. Hal ini menunjukkan bahwa aliansi 1 memiliki kemerataan

spesies yang paling tinggi, disusul oleh aliansi 3, dan terakhir aliansi 2.

Tabel 34. Kisaran nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

ALIANSI

JUMLAH BLOK KISARAN NILAI H' <2 2-3 >3

1 0 10 26 2 3 12 2 3 1 3 3

Kisaran nilai R (indeks kemerataan spesies) di aliansi 1 adalah 1,691-2,662.

Blok pengamatan 55 memiliki nilai R terendah, dan tertinggi pada blok

pengamatan 24. Pada aliansi 2 ditemukan bahwa blok pengamatan 16 memiliki

nilai R terendah, sedangkan pada blok pengamatan 29 memiliki nilai R tertinggi.

Pada aliansi ini kisaran nilai R adalah 0,621-2,829. Pada aliansi 3 nilai R terendah

ditemukan pada blok pengamatan 11 sedangkan tertinggi pada blok pengamatan

47. Kisaran nilai R pada aliansi 3 adalah 1,051-2,588 (Gambar 42).

Perbedaan nilai R yang nyata hanya ditemukan antara aliansi 1 dengan 2,

sedangkan antara aliansi lainnya tidak (Tabel 38). Selanjutnya jika dilihat pada

Tabel 37 nampak ada kecendrungan nilai rata-rata R bergerak naik dari aliansi 3

ke aliansi 2 dan terakhir pada aliansi 1. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-

rata aliansi 1 memiliki nilai kekayaan species yang lebih tinggi, disusul oleh

aliansi 2, dan terakhir aliansi 3.

Keanekaragaman spesies yang relatif lebih tinggi di aliansi 1 dibanding

aliansi-aliansi lainnya diduga disebabkan oleh kemerataan dan kekayaan spesies

di aliansi ini relatif lebih tinggi. Menurut Barnes et al., (1998) komponen dari

keanekaragaman spesies terdiri atas kemerataan spesies dan kekayaan spesies.

Page 156: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

135

Keterangan: e : Indek Kemerataan Spesies Gambar 41. Nilai e pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Tabel 35. Deskripsi statistik nilai e pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Mean Minimum Maximum Range

Std. Error CV (%) N

1 1.301694 1.136 1.403 0.267 0.011 4.998 362 1.067529 0.551 1.331 0.78 0.049 18.821 173 1.186143 0.77 1.434 0.664 0.090 20.162 7

Tabel 36. Perbedaan nilai e antara seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi Aliansi Test Statistics(a) 1-2 1-3 2-3 Mann-Whitney U 51** 97 36.5 Z -4.859** -0.95425

Keterangan: ** : Signifikan pada P < 0,05.

Aliansi 3

0,000

0,500

1,000

1,500

2,000

11 1 9 41 12 48 47

BLOK PENGAMATAN

e

Aliansi 2

0,0000,2000,4000,6000,8001,0001,2001,400

16 6 21 2 17 18 26 22 28 27 7 36 19 32 23 34 29

eAliansi 1

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

1,400

1,600

4 3 5 55 60 13 37 43 54 38 58 39 53 10 42 50 49 20 59 33 51 35 46 56 44 31 15 45 25 52 40 30 8 57 14 24

e

Aliansi 1

0,500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

R

Page 157: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

136

Keterangan: R : Indeks Kekayaan Spesies Gambar 42. Nilai R pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Faktor lain yang mendukung lebih tingginya keanekaragaman spesies di

aliansi 1 karena di aliansi ini banyak jenis unsur hara tanah makro yang secara

rata-rata lebih tinggi. Dari 6 unsur hara makro yang dikaji, terdapat 4 unsur hara

yang secara rata-rata lebih tinggi di aliansi 1 dibanding aliansi lainnya (Tabel 8).

Unsur-unsur tersebut adalah N total tanah, K, Ca, dan Mg, bahkan secara statistik

kandungan unsur N total tanah di aliansi ini berbeda nyata dengan kedua aliansi

lainnya (Tabel 9). Kondisi ini akan membuat ekosistem di aliansi 1 mampu

mendukung lebih banyak individu spesies maupun jumlah spesies untuk tumbuh

di aliansi ini. Kandungan unsur Al yang ada di aliansi 1 secara rata-rata lebih

rendah dibanding aliansi lainnya. Hal ini akan mengakibatkan peluang keracunan

unsur Al akibat tingginya kemasaman tanah di aliansi 1 menjadi lebih kecil.

Page 158: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

137

Adanya spesies jarang dalam jumlah yang relatif banyak di duga juga

merupakan salah satu faktor yang mendukung tingginya keanekaragaman spesies

di aliansi 1 (Tabel 20). Whitten et al., (1988) mengatakan bahwa suatu ekosistem

yang memiliki spesies jarang yang melimpah akan memiliki ruang yang lebih luas

untuk ditempati oleh banyak spesies, dan pada gilirannya akan meningkatkan

keanekaragaman spesies.

Tabel 37. Deskripsi statistik nilai R pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Mean Minimum Maximum Range

Std. Error CV (%) N

1 2.197 1.691 2.662 0.971 0.041 11,260 362 1.901 0.621 2.829 2.208 0.142 30,756 173 1.87 1.051 2.588 1.537 0.198 28,150 7

Tabel 38. Perbedaan nilai R antara tipe vegetasi tingkat aliansi

Aliansi Test Statistics(a) 1-2 1-3 2-3

Mann-Whitney U 200.5 * 74.5

55.5

Z -2.010 *

-1.694

Keterangan: ** : Signifikan pada P < 0,05.

Keanekaragaman spesies yang lebih rendah di aliansi 2 diduga disebabkan

oleh tekanan tumbuhan bambu yang sangat kuat terhadap spesies lain sehingga

mengakibatkan spesies bersangkutan sulit untuk tumbuh. Menurut (Heyne, 1987)

bambu merupakan salah satu tumbuhan dengan daya tumbuh yang pesat dan

membentuk rumpun yang besar dan tinggi. Pada umumnya tumbuhan lain sulit

tumbuh pada daerah yang didominasi oleh bambu.

E. Preferensi Ekologi Spesies di Setiap Aliansi Vegetasi Gunung Salak.

Komunitas tumbuhan yang diperlihatkan melalui struktur dan komposisinya

memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan habitatnya. Istilah habitat secara

ekologi merujuk pada seluruh faktor fisik dan kimia yang menyusun komunitas

tumbuhan. Oleh karena itu, Miyamoto et al., (2003) mengatakan bahwa usaha

untuk menyingkap asosiasi antara distribusi spesies dengan berbagai variasi faktor

tanah (edafik) dan topografi adalah salah satu kunci yang paling penting dalam

memahami karakteristik hutan hujan tropis basah.

Page 159: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

138

Tabel 39. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 1

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

1

Tarenna laxiflora Angrip Tekstur 73,198** 3 SC a) 81,425** 2

2 Mallotus blumeanus N 289,130** 3 AL b) 87,080** 3

Calik Angin Ca 161,906* 1 Curam 138,320** 2 Ca 135,117* 2 SC a) 76,379** 1 Ca 37,000** 3 Tmin c) 223,784** 3 pH 225,209** 1 Tmax d) 16,194* 2 pH 139,590* 2 193,685** 3 C organik 361,399** 5 Mg 238,316* 2 Mg 87,080** 4 P 112,156** 3 P 53,314* 5 Na 266,885** 2 Na 87,08** 3 Tekstur 157,970* 2 Tekstur 90,231** 4 Kadar Air 42,272* 1 Kadar Air 191,978** 2 Kadar Air 31,858* 4 KTK 151,818** 3 KTK 209,834** 4

3 Pandanus punctatus N 779,701** 3 AL b) 182,896** 1

Cangkuang N 169,232** 4 AL b) 54,489** 2 Ca 362,644** 1 AL b) 269,587** 3 pH 394,606** 1 AL b) 253,152** 4 pH 542,193** 2 Curam 277,088** 1 Kadar Air 33,534* 1 Curam 288,668** 2 Kadar Air 428,439** 2 Curam 149,110** 3 Kadar Air 197,904** 3 SC a) 144,609** 1 Kadar Air 40,170** 4 SC a) 100,458** 2 Ca 249,232** 2 Tmin c) 631,485** 3 Ca 138,219** 3 Tmin c) 173,783** 4 Mg 532,197** 2 Tmin c) 72,829** 5 Mg 269,587** 4 Tmax d) 645,883** 3 Na 588,906** 2 Tmax d) 202,702** 4 Na 269,587** 3 Tmax d) 41,340** 5 P 131,375** 1 P 139,042** 2 P 237,532** 3 P 111,625** 4 P 114,919** 5 Tekstur 443,972** 2 Tekstur 225,567** 3 Tekstur 162,075** 4 KTK 502,433** 3 KTK 401,562** 4

Lanjutan Tabel 39. No

Spesies/Nama Daerah

FaktorTanah

Chi-Square

Kate-gori e)

Topografi

Chi- Square

Kate-gori e)

C organik 934,012** 5

Page 160: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

139

4 Schefflera aromatica N 315,324** 3 AL b) 90,080* 1

Gompong Ca 182,821** 1 Curam 169,109** 1 pH 192,612** 2 Tmin c) 263,485** 3 Mg 258,945** 2 Tmax d) 255,505** 3 P 78,405* 2 P 77,350* 4 Tekstur 221,710** 2 KTK 198,784** 3 C organik 368,736** 5 Kadar air 198,843* 2 Kadar air 28,533* 4

5 Nothaphoebe umbelhflora N 76,385* 4 AL b) 123,147* 4

Huru leer Ca 154,556* 1 Curam 174,461** 2 pH 178,624** 2 Tmin c) 237,952** 3 Mg 251,603** 2 Tmax d) 225,609** 3 P 114,726** 3 Na 257,076** 2 Kadar air 187,715* 2 Tekstur 172,980* 2 Tekstur 90,601* 4 KTK 201,555** 4 C organik 355,292* 5

6 Prunus arboreum AL b) 71,166** 1 Kawoyan Curam 126,869** 1 SC a) 67,733* 1

7 Glochidion hypoleucum P 62,327* 5

Ki Pare KTK 199,382* 4

8 Euodea latifolia pH 208,846* 1 Tmin c) 222,034* 3

Ki Sampang Tekstur 188,055** 2 Tmax d) 207,400* 3 C organik 348,241* 5 Kadar air 202,606* 2

9 Eugenia oclusa Tekstur 165,165* 2 AL b) 40,404* 2 Ki Sirem Tmax d) 212,345* 3

10 Maesopsis eminii N 171,737** 3 AL b) 86,162* 4

Manii Ca 136,938** 1 Curam 65,650* 2 Ca 100,625** 2 SC a) 23,889* 1 pH 119,378* 1 Tmin c) 204,537** 3 pH 103,652** 2 Tmax d) 155,414** 3 Mg 224,681** 2 P 55,767* 1 P 26,000* 2 Tekstur 101,892** 2 Tekstur 29,541* 3 KTK 77,338* 3 KTK 135,957** 4 Kadar air 112,772* 2 C organik 233,962** 5

11 Cyathea contaminans N 447,077** 3 AL b) 176,541** 3

Pakis Sier N 90,260** 4 AL b) 217,765** 4 Ca 167,573** 1 Curam 177,860** 1 Ca 227,472** 2 Curam 175,321** 2 Ca 100,293** 3 Curam 117,103** 3 Lanjutan Tabel 39.

No Spesies/Nama

Daerah FaktorTanah

Chi-Square

Kate-gori e)

Topografi

Chi- Square

Kate-gori e)

pH 264,142** 1 SC a) 112,167** 1

Page 161: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

140

pH 299,317** 2 SC a) 89,257* 2 Mg 304,129** 2 Tmin c) 287,109** 3 Mg 176,541** 4 Tmin c) 213,886** 4 Na 335,532** 2 Tmax d) 268,118** 3 Na 308,379** 3 Tmax d) 228,415** 4 P 42,222* 1 P 146,627** 3 P 117,888** 4 P 651,263* 5 Kadar air 58,509** 1 Kadar air 282,531** 2 Kadar air 134,655** 3 Tekstur 215,414** 2 Tekstur 167,490** 3 Tekstur 143,446** 4 KTK 310,517** 3 KTK 219,945** 4 C organik 561,816** 5

12 Dysoxylum arborescens N 278,152* 3 AL b) 117,229* 3

Panggang puyuh pH 167,315** 2 Curam 85,630** 3 Mg 216,622* 2 SC a) 65,084* 1 Mg 117,229* 4 Tmin c) 227,553** 3 P 68,476* 1 Tmin c) 29,482* 5 P 104,548* 3 Tmax d) 224,125** 3 Na 117,229* 3 Tekstur 180,636** 2 Tekstur 85,041* 4 KTK 210,602** 3 Kadar air 28,922* 4

13 Quercus gemelliflora N 281,327* 3

Pasang Batarua Ca 148,104* 1 Kadar air 49,217** 1 Kadar air 11,333* 4 P 63,090* 1 P 73,904* 4 Tekstur 182,699** 2

14 Castanopsis acuminatissima Tekstur 159,859* 2

Pasang putih Kadar air 42,511* 1

15 Hoersfieldia glabra Curam 121,366* 2

Piskulit KTK 165,280* 3

16 Schima wallichii N 413,636** 3 AL b) 122,159** 1

Puspa N 78,061* 4 AL b) 42,457* 2 Ca 207,662** 1 AL b) 157,733** 3 Ca 186,637** 2 AL b) 151,234** 4 Ca 102,804** 3 Curam 152,264** 1 pH 270,778** 1 Curam 177,716** 2 pH 226,462** 2 Curam 106,201** 3 Mg 326,783** 2 SC a) 101,024** 1 Mg 157,733** 4 Tmin c) 285,301** 3 Na 342,365** 2 Tmin c) 151,694** 4 Na 157,733** 3 Tmin c) 31,621* 5 Kadar air 77,168** 1 Tmax d) 38,490** 2 Lanjutan Tabel 39.

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

Kadar air 220,311** 2 Tmax d) 249,317** 3

Page 162: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

141

Kadar air 97,672* 3 Tmax d) 151,088** 4 Kadar air 38,985** 4 P 116,442* 2 P 114,941** 3 P 78,556* 4 P 97,032** 5 Tekstur 252,788** 2 Tekstur 126,560** 3 KTK 219,496** 3 KTK 277,611** 4 C organik 504,225** 5

17 Schefflera longifoli P 35,750* 4

Ramogiling

18 Altingia excelsa P 70,271** 2 Curam 107,287** 3

Rasamala pH 143,543* 2 Tekstur 145,932* 2

19 Ficus grossulariodes Mg 99,549* 4 AL b) 99,549* 3

Sehang P 105,505* 3 Tmin c) 196,663* P 57,442* 4 pH 144,609* 2 Na 99,549* 3 Kadar air 179,949** 2 Tekstur 97,884** 4

20 Athyrium dilatatum N 273,112** 3 AL b) 19,333* 1

Pakis Benyir 84,928** 4 142,519** 3 Ca 118,620** 1 123,978* 4 136,782** 2 Curam 87,541* 1 81,435** 3 130,806** 2 pH 190,867** 1 77,691* 3 179,208** 2 Sc a) 78,459* 1 C organik 371,507** 5 52,599* 2 Na 240,245 2 Tmin c) 209,967** 3 142,519 4 97,411* 4 KTK 189,164 2 35,136** 5 171,722 3 Tmax d) 200,093** 3 Kadar air 57,419** 3 106,514* 4 200,119** 4 23,969** 5 100,688** 1 Tekstur 144,357** 2 108,657** 3 P 65,917** 2 96,998** 4 66,793* 2 Mg 220,230** 2 142,519** 4

Keterangan : a. Sangat Curam, b: arah lereng; c : ketinggian minimal plot pengamatan dari permukaan laut; d: tinggi maksimal plot pengamatan dari permukaan laut; e: nilai kategori dapat

dilihat pada Lampiran 7 * : signifikan pada P < 0,05; ** : signifikan pada P < 0,01.

Tabel 39 memperlihatkan preferensi ekologi spesies-spesies pada strata

pohon terhadap berbagai faktor abiotik dalam berdistribusi di aliansi 1. Dari 29

Page 163: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

142

spesies yang memiliki dominansi yang paling tinggi (spesies-spesies dengan nilai

INP urutan 1 sampai 3), hanya 20 spesies yang berhasil dideteksi preferensinya

terhadap berbagai faktor abiotik. Diantara spesies ini, ditemukan 16 spesies

memiliki preferensi baik terhadap faktor tanah maupun topografi, 4 spesies

memiliki preferensi terhadap faktor tanah, dan hanya 1 spesies yang memiliki

preferensi terhadap faktor topografi.

Di aliansi 1 ditemukan 16 spesies yang memiliki preferensi ekologi terhadap

tekstur tanah, diikuti 14 spesies terhadap unsur P tanah, 13 spesies terhadap kadar

air tanah, 12 spesies terhadap pH tanah, 11 spesies terhadap kapasitas tukar kation

tanah, dan 10 spesies masing-masing terhadap unsur N total dan Mg tanah.

Selanjutnya ditemukan sebanyak 9 spesies memiliki preferensi terhadap unsur C

organik, dan juga masing-masing sebanyak 8 spesies untuk unsur Ca dan Na

tanah.

Selanjutnya untuk faktor topografi, ditemukan masing-masing sebanyak 12

spesies yang memiliki preferensi terhadap arah lereng dan lereng curam, lalu

masing-masing sebanyak 11 spesies untuk ketinggian minimal dan maksimal plot

pengamatan dari permukaan laut, dan 9 spesies memiliki preferensi terhadap

lereng sangat curam.

Hubungan antara spesies-spesies pada strata pohon yang berdistribusi di

blok-blok pengamatan dengan berbagai faktor abiotik di aliansi 2 dapat dilihat

pada Tabel 40. Pada aliansi ini, berhasil dideteksi 23 spesies yang memiliki

preferensi terhadap berbagai faktor abiotik. Dari jumlah tersebut ditemukan 22

spesies yang memiliki preferensi baik terhadap faktor abiotik tanah dan juga

topografi, dan 1 spesies yang hanya memiliki preferensi terhadap faktor tanah.

Spesies-spesies di aliansi 2 memiliki preferensi yang paling banyak terhadap

unsur Mg dan Na tanah, yaitu masing-masing sebanyak 19 spesies, diikuti

terhadap KTK, C organik, dan tekstur tanah, masing-masing sebanyak 18 spesies,

lalu terhadap unsur N total, P, dan kadar air tanah masing-masing sebanyak 17

spesies, unsur Ca tanah sebanyak 16 spesies, dan pH tanah sebanyak 11 spesies.

Tabel 40. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 2

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo-grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

Page 164: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

143

1 Giganthocloa pseudoarundinacea N 73,100** 3 AL b) 73,100** 2

B.Andong Ca 10,88* 1 Curam 29,436** 1 Ca 46,124** 2 Curam 12,000** 3 pH 10,888* 1 Tmin c) 31,000** 2 pH 46,124** 2 Tmax d) 12,000** 3 Mg 75,518** 2 Na 75,518** 2

Kadar air 41,001** 2

P 36,750** 1 Tekstur 38,722** 2 KTK 73,100** 4

C organik 73,100** 5

2 Dendrocalamus asper N 33,333** 3 AL b) 33,333** 2

B.Bitung Ca 40,000** 2 Curam 32,000** 1 pH 30,000** 2 Tmin c) 24,000** 2 Mg 42,222** 2 Na 42,222** 2 Tekstur 30,000** 2 KTK 33,333** 4

Kadar air 11,000** 3

C organik 33,333** 5

3 Gigantochloa apus N 563,321** 3 AL b) 48,000** 1 Bambu tali Ca 200,384** 1 AL b) 460,203** 2 Ca 352,361** 2 Curam 349,839** 1 pH 152,484** 1 Tmin c) 23,578** 1 pH 396,469** 2 Tmin c) 217,355** 2 Mg 535,551** 2 Tmin c) 60,326** 3 Mg 53,545** 3 Tmin c) 46,667** 4 Na 535,551** 2 Tmax d) 199,063** 1 Na 53,545** 3 Tmax d) 50,455** 3

Kadar air 392,007** 2 Tmax d) 98,667** 4

Kadar air 208,440** 3

P 351,21** 1 P 22,753** 2 P 21,000** 3 Tekstur 290,938** 2 Tekstur 177,497** 3 KTK 37,300** 3 KTK 510,585** 4

C organik 43,429** 4

C organik 507,859** 5

4 Schizostachyum iraten N 16,880* 3 AL b) 9,000* 3

Bambu tamiyang Ca 9,000* 3 Curam 16,880* 1 Mg 9,000* 4 Tmin c) 16,880* 3 Na 9,000* 3 KTK 9,000* 3

Kadar air 16,880* 2

Corganik 16,888* 5

Lanjutan Tabel 40.

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

5 Mallotus blumeanus N 263,726** 3 AL b) 223,214** 2

Page 165: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

144

Calik Angin Ca 123,719* 1 Curam 174,294** 1 Ca 97,968** 2 Tmin c) 139,869** 2 pH 116,865** 1 pH 128,103** 2 Mg 161,269** 2 Tmax d) 167,424** 1 Mg 41,869** 3 Tmax d) 39,081** 4 Na 161,269** 2 Na 74,701** 3 P 172,002** 1 P 21,269* 2 Tekstur 130,293** 2 Tekstur 56,517* 3 KTK 37,371** 3 KTK 209,461** 4 Kadarair 159,017** 2 Kadarair 92,556** 3 Corganik 226,068** 5

6 Pandanus punctatus N 350,286** 3 AL b) 15,581** 1 Cangkuang Ca 23,138* 2 AL b) 108,601** 3 Ca 108,601** 3 Curam 337,095** 1 pH 307,697** 1 pH 79,337** 2 Mg 100,228** 2 Tmin c) 233,408** 3 Mg 108,601** 4 Tmax d) 113,220** 3 Na 100,228** 2 Na 158,452** 3 P 97,041** 3 P 21,896* 4 Tekstur 241,994** 2 Tekstur 42,524** 3 KTK 158,452** 3 KTK 100,228** 4

Kadar air 330,949** 2

Corganik 336,546** 5

7 Schefflera aromatica N 155,987** 3 AL b) 107,209** 2

Gompong Ca 47,667* 1 Curam 110,798* 1 pH 62,510* 1 Mg 103,652** 2 Tmin c) 67,838* 2 Na 103,652** 2 P 80,913* 1 Tekstur 99,326* 2 KTK 120,112** 4

Kadar air 42,137* 3

Corganik 160,888** 5

8 Nothaphoebe umbelliflora Tekstur 56,028* 3 AL b) 11,000* 1

Huru Leer

9 Symplocos fasciculata N 125,313* 3 AL b) 34,519** 1

Jirak Ca 41,259** 3 AL b) 41,259** 3 Lanjutan Tabel 40

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

pH 119,071** 2 Curam 117,886** 1

Page 166: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

145

Mg 41,259** 4 Tmin c) 63,002* 2 Na 59,191** 3 Tmin c) 55,145* 3 P 32,837** 3 Tmax d) 40,098** 2 P 45,511** 4 Tekstur 95,706* 2 Tekstur 43,121* 3 KTK 78,253** 3

Kadar air 116,371** 2

C organik 148,250** 5

10 Euodea latifolia Mg 83,382* 2 Ki Sampang Na 83,382* 2

11 Eugenia oclusa N 121,15688 3 Ki Sirem Ca 52,929** 1 AL b) 74,871** 2 Ca 31,486** 2 Curam 77,052** 1 pH 36,571* 1 Tmin c) 52,456* 3 pH 66,058* 2 Tmin c) 32,000** 4 Mg 117,812** 2 Tmax d) 57,000** 4 Na 117,812** 2 Tekstur 98,521** 2 Tekstur 43,380** 3 KTK 95,472** 4

Corganik 121,574** 5

P 67,078** 1 P 22,148* 3

12 Maesopsis eminii N 138,755** 3 AL b) 127,025** 2 Manii Ca 80,353** 1 Curam 90,087** 1 pH 87,452** 1 Tmin c) 57,510* 2 Mg 113,659** 2 Tmin c) 23,997** 4 Na 113,659** 2 Tmax d) 32,722** 1 Tekstur 66,764** 2 Tmax d) 23,997** 4 Tekstur 56,466** 3 KTK 138,755** 4

Kadar air 87,900** 2

Kadar air 30,347** 3

C organik 120,588** 5

P 127,025** 1

13 Cyathea contaminans N 136,520* 3 AL b) 32,785* 3

Pakis Sier Ca 32,785* 3 Curam 103,428** 1 Mg 32,785* 4 Na 58,249* 3 Tekstur 93,499* 2 KTK 54,820* 3

Kadar air 133,266* 2

C organik 145,961* 5

P 26,833* 3

14 Dysoxylum arborescens N 120,522* 3 AL b) 98,537** 2

Panggang Puyuh Ca 26,343* 1 Curam 24,218** 3 Mg 86,575** 2 Tmax d) 56,827* 3 Na 86,575** 2 Lanjutan Tabel 40.

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

Tekstur 29,790* 3

Page 167: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

146

KTK 92,490** 4

Kadar air 85,623* 2

C organik 130,313* 5

P 66,434* 1

15 Quercus gemelliflora pH 45,250* 1

Pasang batarua Mg 76,825* 2 Tmax d) 45,333* 3 Na 76,825* 2

Tekstur 70,625** 2 KTK 76,852* 4

Kadar air 16,000* 3

P 39,000* 1

16 Castanopsis acuminatissima Ca 30,042* 3 AL b) 30,042* 3

Pasang putih pH 44,058** 2 Mg 30,042* 4 Tmax d) 12,000* 2 Na 46,819** 3 KTK 46,819* 3

Kadar air 75,733* 2

Corganik 75,733* 5

P 26,000* 4

17 Pinus merkusii N 145,490** 3

Pinus pH 144,555** 1

pH 121,869** 2 AL b) 32,689* 1 Ca 42,366** 1 AL b) 92,967** 2 Ca 99,495** 2 Curam 86,339** 1 Mg 152,884** 2 Tmin c) 19,821** 1 Na 152,884** 2 Tmin c) 62,838* 2 Na 26,203* 3 Tmin c) 24,000** 3 Tekstur 76,088** 2 Tmax d) 79,921** 1 Tekstur 93,935** 3 Tmax d) 17,000** 2

Kadar air 146,648** 2 Tmax d) 15,000** 3

Kadar air 44,584** 3 Tmax d) 18,819** 4

KTK 32,579* 3 KTK 137,681** 4 P 82,717** 1 P 18,819* 3 P 18,000** 4

18 Hoersfieldia glabra N 149,350* 3 AL b) 115,722** 2

Piskulit Ca 73,105* 2 Tmin c) 78,700* 2 Mg 111,405* 2 Na 111,405* 2 Tekstur 94,709* 2 Tekstur 52,474* 3 P 80,340* 1 KTK 121,155* 4

Kadar air 60,594** 3

C organik 154,256* 5

19 Schima wallichii N 229,860** 3 AL b) 127,699** 2 Puspa Ca 118,104** 2 AL b) 50,901** 3 Lanjutan Tabel 40.

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

Ca 50,901** 3 Curam 214,926** 1

Page 168: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

147

Mg 161,525** 2 Curam 21,280** 3 Mg 9,000* 3 Tmin c) 81,842** 2 Mg 50,901** 4 Tmin c) 117,398** 3 Na 161,525** 2 Tmin c) 35,332** 4 Na 99,521** 3 Tmax d) 45,629** 2 Tekstur 189.761** 2 Tmax d) 110,493** 3 Tekstur 48,321** 3 Tmax d) 38,857** 4 P 111,302** 1 P 49,066** 4 KTK 90,463** 3 KTK 149,721** 4

Kadar air 174,939** 2

Kadar air 82,417** 3

C organik 244,748** 5

20 Schefflera longifolia N 74,197** 3 Curam 43,750* 1

Ramogiling Mg 31,778* 2 Tmin c) 29,333* 3 Na 31,778* 2 Tekstur 31,778* 2 KTK 31,778* 4 C org 74,179** 5

21 Altingia excelsa Ca 9,625* 2 AL b) 4,000* 2 Rasamala Tekstur 43,438* 2 pH 47,430* 2

Kadar air 4,000* 3

P 4,000* 1

22 Cinchona officinalis N 80,070* 3 AL b) 56,597* 2

Sulibra pH 37,707* 2 Curam 58,398* 1

C organik 80,070* 5 Tmax d) 14,182* 4

23 Athyrium dilatatum P 52,924* 1 AL 52,924* 2 Pakis Benyir pH 66,819* 1 Tmin 25,568* 2

Corganik 4,000* 4 Tmax 4,000* 1

Keterangan : a. Sangat Curam, b: arah lereng; c : ketinggian minimal plot pengamatan dari permukaan laut; d: tinggi maksimal plot pengamatan dari permukaan laut; e: nilai kategori dapat

dilihat pada lampiran 7 * : signifikan pada P < 0,05; ** : signifikan pada P < 0,01.

Selanjutnya untuk faktor topografi, spesies-spesies di aliansi ini memiliki

preferensi paling banyak terhadap arah lereng, yaitu sebanyak 20 spesies, diikuti

preferensi terhadap lereng curam sebanyak 16 spesies. Berikutnya preferensi

terhadap ketinggian minimal plot pengamatan dari permukaan laut sebanyak 15

spesies, dan terhadap ketinggian maksimal plot pengamatan dari permukaan laut,

sebanyak 14 spesies.

Tabel 41. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 3

No Spesies/Nama

Daerah Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo-grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

Page 169: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

148

1 Mallotus blumeanus

P 27,370* 2 Curam 45,358** 1

KTK 58,083* 3 Tmax d) 40,123* 3

Calik Angin pH 27,370* 1 Tmin c) 45,651* 3

C organik. 74,293** 5

2 Pandanus punctatus N 100,232** 3 AL b) 78,944** 1

Ca 100,232** 1 Tmin c) 0,670** 3

pH 48,179** 2 Tmax d) 23,248** 2

C organik. 100,232** 5 31,059** 3

Mg 100,232** 2

Na 0,811** 2

P 23,248** 3

KTK 79,288** 3

C organik. 100,232** 5

3 Symplocos fasciculata N 66,892* 1 AL b) 43,960* 1

Jirak Ca 66,892* 2 Tmax d) 15,653* 2

pH 29,672** 2

pH 50,158** 2

Na 66,892* 2

Kadar air 43,960* 5

P 29,672* 2

P 15,653* 3

KTK 64,878* 3

Corg 78,998* 5

4 Maesopsis eminii N 53,991** 3 Curam 51,235** 1

Manii Ca 53,991** 1 Tmin c) 53,991** 1

pH 39,426** 2 Tmax d) 34,222* 2

Mg 53,991** 2

Na 53,991** 2

P 12,857* 4

Tekstur 28,844* 2

KTK 60,727** 3

C organik 78,346** 5

5 Cyathea contaminans N 89,635** 3 Curam 54,067** 1

Pakis sier Ca 89,635** 1 Scuram 16,404* 1

pH 31,323* 1 AL b) 47,744** 1

pH 72,294** 2 AL b) 16,404* 4

C organik 112,793** 5 Tmin c) 70,653** 3

Na 89,635** 2 Tmax d) 18,857* 2

Mg 89,635** 2 Tmax d) 55,464** 3

P 31,323* 2

P 18,857* 3

P 13,333* 4

Kadar air 16,404* 2

Kadar air 47,744** 3

Tekstur 49,318** 2

Tekstur 14,000* 3

Lanjutan Tabel 41. No

Spesies/Nama Daerah

Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

KTK 85,505** 3

6 Pinus merkusii N 121,941** 3 AL b) 79,664** 1

Page 170: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

149

Na 121,941** 2 AL b) 5,000* 4

pH 5,000* 1 Curam 37,987** 1

pH 108,163** 2 Scuram 5,00** 1

Ca 121,941** 1 Tmin c) 111,652** 3

Mg 121,941** 2 Tmax d) 87,647** 3

P 5,00* 2

P 43,787** 4

Tekstur 11,000* 2

Tekstur 29,032** 4

Kadar air 5,000* 2

Kadar air 79,664** 5

KTK 73,702** 3

C organik 149,744** 5

7 Hoersfieldia glabra N 61,214* 1 AL b) 41,239* 1

Piskulit Na 61,214* 2 Curam 39,535** 1

Ca 61,214* 1

Mg 61,214* 1

KTK 72,650** 3

Kadar air 41,239* 5

C organik 81,956** 5

8 Schima wallichii N 53,704* 3 AL b) 34,519* 1

Puspa Na 53,740* 2 Curam 43,997* 1

Ca 53,704* 1 Tmin c) 53,704* 3

pH 30,148* 2

Mg 53,704* 2

KTK 55,644* 3

C organik 71,365* 5

9 Altingia excelsa N 52,899** 3 Curam 55,331* 1

Rasamala Ca 52,899** 1 Tmin c) 52,899** 3

Mg 52,899** 2

Tekstur 42,529** 2

KTK 55,331** 3

C organik 62,796** 5

10 Ficus grossulariodes N 44,018** 3 Curam 38,944* 1

Sehang Ca 44,018** 1 Tmin c) 44,019** 3

Mg 44,018** 2 Tmax d) 41,780** 4

Tekstur 44,018** 2

P 41,780** 2

KTK 55,195** 3

Na 44,018** 2

C organik 55,145** 5

11 Athyrium dilatatum N 74,821** 3 AL 17,417* 1

Pakis Benyir Ca 74,821** 1 AL 25,427** 4

pH 25,427** 1 Curam 40,363* 1

pH 33,583** 2 SC 25,427** 1

Lanjutan Tabel 41. No

Spesies/Nama Daerah

Faktor Tanah

Chi- Square

Kate-gori e)

Topo grafi

Chi- Square

Kate-gori e)

C organik 83,213** 5 Tmin 50,209** 3

Na 74,821** 2 Tmax 40,606** 3

Page 171: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

150

KTK 64,310** 3

Kadar air 25,427** 2

Kadar air 17,417* 5

Tekstur 33,947* 2

Tekstur 6,000* 3

P 25,427** 2

P 8,000* 4

Keterangan : a. Sangat Curam, b: arah lereng; c : ketinggian minimal plot pengamatan dari permukaan laut; d: tinggi maksimal plot pengamatan dari permukaan laut; e: nilai kategori dapat

dilihat pada lampiran 7 * : signifikan pada P < 0,05; ** : signifikan pada P < 0,01.

Pada Tabel 41 disajikan hubungan antara spesies-spesies pada strata pohon

yang berdistribusi di blok-blok pengamatan dengan berbagai faktor abiotik di

aliansi 3. Dibanding dengan aliansi lainnya, jumlah spesies yang memiliki

preferensi dengan berbagai faktor abiotik yang ada di aliansi ini lebih sedikit,

yaitu 11 spesies. Dari jumlah tersebut ditemukan 11 spesies yang memiliki

preferensi baik terhadap faktor abiotik tanah maupun topografi.

Spesies-spesies yang berdistribusi di blok-blok pengamatan aliansi 3

memiliki preferensi yang paling banyak terhadap KTK dan unsur C organik tanah,

yaitu masing-masing sebanyak 11 spesies. Berikutnya terhadap unsur N total dan

Ca tanah, masing-masing sebanyak 10 spesies, diikuti preferensi terhadap unsur

Na tanah, sebanyak 9 spesies, lalu terhadap unsur Mg dan pH tanah, yaitu masing-

masing 8 spesies, terhadap unsur P tanah sebanyak 7 spesies, dan terakhir

terhadap tekstur dan kadar air tanah masing-masing sebanyak 5 spesies.

Untuk faktor topografi, spesies-spesies di aliansi ini memiliki preferensi

paling banyak terhadap lereng curam dan ketinggian minimal plot dari permukaan

laut yaitu masing-masing sebanyak 9 spesies, diikuti preferensi terhadap

ketinggian maksimal plot pengamatan dari permukaan laut sebanyak 8 spesies,

lalu terhadap arah lereng sebanyak 7 spesies, dan terhadap lereng curam

sebanyak 1 spesies.

Ditemukan 6 spesies yang memiliki konsistensi preferensi terhadap faktor

abiotik di ketiga aliansi vegetasi. Spesies-spesies tersebut adalah manii yang

memiliki konsistensi preferensi terhadap unsur N total tanah pada kategori

sedang, unsur Mg tanah pada kategori rendah, dan pada unsur C organik tanah

pada kategori sangat tinggi. Rasamala, merupakan spesies yang memiliki

konsistensi preferensi terhadap terhadap tekstur tanah pada kategori lempung.

Page 172: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

151

Spesies-spesies lainnya yaitu, calik angin, cangkuang, pakis sier, dan puspa

masing-masing memiliki konsistensi preferensi yang sama terhadap unsur C

organik tanah pada kategori sangat tinggi. Selanjutnya, dari 6 spesies yang

disebutkan di atas, tidak ditemukan satupun diantaranya yang memiliki

konsistensi preferensi terhadap faktor abiotik topografi di ketiga aliansi vegetasi.

Pada sisi lain, hal yang harus diperhatikan dari keenam spesies ini dalam

berdistribusi di ketiga aliansi, spesies-spesies ini juga memiliki preferensi

terhadap kombinasi faktor abiotik lainnya, yang bersifat khas. Hal yang sama

ditemukan pada 29 spesies lainnya, yaitu distribusi spesies-spesies pada aliansi

yang berbeda akan menghasil preferensi terhadap kombinasi faktor abiotik yang

berbeda. Selanjutnya preferensi terhadap kombinasi faktor abiotik di antara

spesies ini juga berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 39, 40, dan 41.

Pada penelitian ini ditemukan 3 spesies dominan yang preferensinya

terhadap faktor abiotik sangat sedikit, dan ketiganya hanya berhasil dideteksi

preferensinya di aliansi 1. Spesies-spesies tersebut adalah kawoyan (Prunus

arboreum) yang memiliki preferensi terhadap faktor topografi, yaitu terhadap arah

lereng, lereng curam, dan sangat curam. Spesies lainnya adalah ki pare yang

hanya memiliki preferensi terhadap unsur P tanah dan KTK. Terakhir adalah

anggrip yang memiliki preferensi terhadap 1 faktor abiotik tanah, yaitu tekstur

tanah dan 1 faktor topografi, yaitu lereng sangat curam.

Sedikitnya preferensi spesies-spesies ini terhadap faktor abiotik

menunjukkan bahwa amplitudo ekologis spesies-spesies ini sangat rendah di

banding spesies dominan lainnya. Hal ini diduga akan membuat spesies-spesies

ini rentan terhadap gangguan yang terjadi pada lingkungan tempat mereka

tumbuh, walaupun ketiga spesies ini merupakan spesies dominan.

Data dan keterangan yang dikemukan di atas menunjukkan bahwa faktor

edafik dan topografi mempengaruhi distribusi spesies pada skala lokal melalui

preferensi spesies-spesies tersebut pada berbagai kisaran dari kategori faktor

abiotik. Penelitian-penelitian lain juga memperlihatkan hasil yang serupa.

Penyebaran spesies yang terbatas pada kondisi tanah tertentu di dalam hutan hujan

tropis basah juga telah dilaporkan oleh Richard (1964). Dalam laporan tersebut,

dikatakan bahwa pada hutan kayu besi yang terdapat di Kalimantan dan Sumatera,

Page 173: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

152

ditemukan Eusideroxylon swageri merupakan spesies yang sangat dominan pada

tanah dengan tekstur liat berpasir atau murni liat. Sebaliknya pada tapak-tapak

dengan kondisi tekstur tanah yang berbeda, kehadiran spesies ini menjadi sangat

terbatas.

Penelitian yang dilakukan oleh Miyamoto et al., (2003) menunjukkan bahwa

spesies-spesies yang paling melimpah berdistribusi di hutan hujan tropis basah

Kalimantan, memiliki preferensi terhadap faktor edafik khususnya kedalaman

humus, dan faktor topografi berupa ketinggian relatif tapak dari permukaan laut.

Hubbel & Foster (1986b) menemukan di hutan hujan tropis basah Barro

Colorado, Panama, 36% dari spesies yang paling melimpah di hutan tersebut

dalam berdistribusinya memiliki preferensi terhadap faktor topografi. John et al.,

(2007), melaporkan adanya hubungan yang kuat antara distribusi spesies

pepohonan dengan distribusi unsur hara tanah di hutan yang sama, demikian juga

halnya di Taman Nasional Yasuni, Ekuador, dan di Cagar Alam Hutan Hujan

Tropis Basah Pegunungan La Planada, Kolumbia. Aiba & Kitayama (1999)

melaporkan interaksi antara ketinggian tempat dan jenis subrat tanah berpengaruh

terhadap distribusi spesies tumbuhan di Gunung Kinabalu.

Hal berikutnya yang dapat dilihat adalah, tanggapan spesies terhadap

kondisi habitat berbeda-beda satu dengan lainnya. Setiap spesies memiliki

preferensi yang khas spesies tersebut terhadap kombinasi kisaran faktor abiotik

tanah maupun topografi dalam berdistribusi di seluruh aliansi. Hal ini nampak

pada aliansi yang berbeda akan ditemukan preferensi suatu spesies yang berbeda

terhadap kombinasi kisaran faktor abiotik. Juga dapat dilihat adanya tumpang

tindih preferensi terhadap faktor abiotik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

spesies memiliki preferensi yang khas terhadap faktor abiotik dalam suatu kisaran

tertentu. Kondisi yang terjadi ini menurut Crawley (1986) memperlihatkan adanya

partisi sumber daya oleh spesies-spesies yang hadir bersama pada suatu area.

Good (1958) dalam Barbour et al.,(1987) menjelaskan lebih jauh bahwa

setiap spesies dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran tertentu dari suatu

faktor lingkungan. Kisaran toleransi spesies ini dapat luas untuk faktor abiotik

tertentu dan sebaliknya dapat sempit untuk faktor abiotik lainnya. Hal ini

mengakibatkan adanya tumpang tindih dalam pemanfaatan sumberdaya. Kondisi

Page 174: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

153

ini sekaligus menunjukkan tanggapan spesies yang sifatnya individualistik

terhadap kondisi lingkungan, dan sekaligus memperlihatkan bahwa spesies

melakukan adaptasi yang khas terhadap kondisi lingkungan pada tempat ia

tumbuh.

Barbour et al., (1987) mengatakan bahwa, implikasi dari hal ini adalah

peluang untuk terjadinya kompetisi mutlak yang hanya menghasilkan satu

pemenang menjadi sangat kecil, karena walaupun setiap spesies memiliki

kebutuhan akan faktor abiotik tertentu yang sama dalam suatu ekosistem yang

sama, namun kebutuhan tersebut akan berbeda-beda pada tingkat atau kategori-

kategori tertentu dari faktor abiotik tersebut. Sifat adaptasi yang khas ini sekaligus

merupakan faktor yang mendukung banyaknya spesies yang dapat hidup bersama

pada suatu lingkungan yang sama.

Page 175: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

154

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN.

Di zona sub pegunungan, Gunung Salak ditemukan 3 tipe vegetasi tingkat aliansi,

yaitu aliansi hutan S. walliichii-P. punctatus/ C. officinalis (Aliansi 1), aliansi hutan G.

apus-M. blumeanus/ C.officinalis (Aliansi 2), dan aliansi hutan P. merkusii- A.

dilatatum/ D. dichotoma (Aliansi 3). Secara fisiognomi struktural ketiga aliansi ini

berbeda, yakni aliansi 1 merupakan hutan alam campuran berdaun lebar yang didominasi

oleh puspa. Aliansi 2 merupakan hutan bambu yang didominasi oleh bambu tali,

sedangkan Aliansi 3 merupakan hutan tanaman yang bercampur dengan hutan berdaun

lebar yang didominasi oleh pinus.

Setiap aliansi dibedakan oleh faktor abiotik yang khas, yakni unsur N total tanah,

debu tanah, dan arah lereng untuk Aliansi 1, unsur P tanah untuk Aliansi 2, serta unsur

C organik tanah dan KTK untuk Aliansi 3. Ditemukan 50 % blok pengamatan memiliki

kategori tanah sangat masam dan 50 % lainnya masam. Pada seluruh blok pengamatan di

Gunung Salak ditemukan kategori unsur P tanah yang sangat rendah.

Asosiasi vegetasi di Aliansi 1 adalah: Asosiasi hutan T. laxiflora – M. eminii/ P.

polycephalus; Asosiasi hutan M. blumeanus–L. elegans/ F. sinuata; Asosiasi hutan I.

macrophylla– N. umbelliflora/ Staurogyne sp; Asosiasi hutan P. elongata– P.

integrifolia/ C. javensis; dan asosiasi hutan P. arboreum – G. hypoleucum /D.

cannaeformis.

Asosiasi vegetasi di Aliansi 2 adalah: asosiasi hutan C. javanica – M. eminii/ C.

javensis; asosiasi hutan G. apus- C. acuminatissima /F. sinuata; asosiasi hutan P.

laevifolia- P. javana/ E. punicea; asosiasi hutan A. dilatatum– G. hypoleucum/

Rhaphidophora Sp. ; asosiasi hutan C. officinalis- P. merkusii/ I. globosa; dan asosiasi

hutan M. blumeanus- Schefflera aromatica./ P. aduncum.

Asosiasi di Aliansi 3 adalah: Asosiasi hutan S. wallichii- H. glabra/ B. hirtella;

Asosiasi hutan P. elongata-P. punctatus/ Rhaphidophora Sp.; Asosiasi hutan E. oclusa-

F. grossulariodes/ E. megalocheilos; Asosiasi hutan A. excelsa- A. tetrandum /R.

Page 176: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

155

foraminifera (asosiasi 4); Asosiasi hutan M. eminii- C. javanica/ C. latebrosa; Asosiasi

hutan A. dilatatum-E. latifolia/ S. plana; dan Asosiasi hutan L. elegans- P. merkusii/I.

globosa .

Bentuk hidup pohon merupakan bentuk hidup dominan di seluruh aliansi sekaligus

di temukan di seluruh asosiasi. Spesies dengan bentuk hidup murni semak ditemukan

dalam jumlah paling sedikit di seluruh asosiasi vegetasi. Setiap asosiasi vegetasi

memiliki komposisi floristik dan faktor abiotik yang khas di aliansi tempat asosiasi yang

bersangkutan ditemukan.

Pada Aliansi 1 unsur Ca tanah pada kategori sedang dan unsur P tanah merupakan

faktor tanah yang paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi. Arah

lereng merupakan faktor topografi yang paling banyak berhubungan dengan berbagai

asosiasi di aliansi ini. Pada Aliansi 2 ditemukan unsur Ca tanah pada kategori sangat

rendah dan rendah merupakan faktor tanah yang paling banyak mempengaruhi

keberadaan asosiasi vegetasi. Ketinggian minimal plot dari permukaan laut di aliansi ini

merupakan faktor topografi yang paling banyak berhubungan dengan keberadaan

asosiasi vegetasi. Kapasitas tukar kation tanah pada kategori sedang, unsur P tanah, dan

tekstur tanah merupakan faktor tanah yang paling banyak berhubungan dengan berbagai

asosiasi vegetasi di Aliansi 3, sedangkan ketinggian tempat dari permukaan laut, lereng

curam, dan arah lereng merupaka faktor topografi paling banyak mempengaruhi asosiasi

vegetasi di Aliansi 3.

Tipe vegetasi fisiognomi struktural di zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah

sebagai berikut: Kelas : Hutan;

Sub kelas : Hutan Selalu Hijau;

Kelompok : Hutan Hujan Tropis Basah Selalu Hijau.

Formasi : Hutan hujan tropis basah sub pegunungan selalu hijau

berdaun lebar

Formasi : Hutan bambu sub pegunungan tropis

Formasi : Hutan Tanaman Sub Pegunungan Tropis

Page 177: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

156

Pada Aliansi 1 ditemukan 72 spesies pohon dengan jumlah total individu sebanyak

9046. Spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah puspa. Terdapat 3 spesies

dengan jumlah individu hanya 1 yaitu jambe rende, kokosan monyet, dan seserehan.

Pada Aliansi 2 ditemukan 71 spesies pohon dengan total jumlah individu sebanyak 3124.

Spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah pinus. Ditemukan 7 spesies

dengan jumlah individu hanya 1, yaitu cantigi, ki cantung, panggang, renghas, seserehan,

harendong, dan katuk/ kakatukan. Jumlah spesies pohon di Aliansi 3 adalah 56, dengan

total individu sebanyak 1527. Spesies pinus memiliki jumlah individu terbanyak.

Terdapat 5 spesies dengan jumlah individu hanya 1, yaitu haruman, kaliandra,

katuk/kakatukan, palahlar, dan sasah.

Distribusi kelas diameter pohon pada Aliansi 1 dan 3 membentuk kurva struktur

tegakan J terbalik, sedangkan pada Aliansi 2 terdapat kenaikan jumlah individu pohon

pada kelas diameter terbesar. Seluruh spesies dominan pada strata pohon di seluruh

aliansi memiliki pola distribusi mengelompok.

Berturut-turut nilai Nilai H’ di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 2,666 – 3,391, 1,163 –

3,233, dan 1,683 – 3,498. Berturut-turut nilai e di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,136-

1,403, berkisar 0,551-1,331, dan berkisar 0,770-1,434. Selanjutnya berturut-turut nilai R

di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,691-2,662, berkisar 0,621-2,829, dan berkisar 1,051-

2,588. Secara rata-rata nilai H’ dan e bergerak naik dari aliansi 2, ke aliansi 3, dan ke

aliansi 1, sedangkan rata-rata nilai R bergerak naik dari aliansi 3, ke aliansi 2, dan ke

aliansi 1.

Berturut-turut ditemukan di Aliansi 1, 2, dan 3 sejumlah 20, 23, dan 11 spesies

dominan pada strata pohon yang memiliki preferensi terhadap berbagai faktor abiotik.

Ditemukan 6 spesies yang memiliki konsistensi preferensi terhadap faktor abiotik di

ketiga aliansi vegetasi. Spesies-spesies tersebut adalah manii yang memiliki konsistensi

preferensi terhadap unsur N total tanah pada kategori sedang, unsur Mg tanah pada

kategori rendah, dan unsur C organik tanah pada kategori sangat tinggi. Rasamala yang

memiliki konsistensi preferensi terhadap terhadap tekstur tanah pada kategori lempung.

Spesies-spesies lainnya yaitu, calik angin, cangkuang, pakis sier, dan puspa masing-

Page 178: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

157

masing memiliki konsistensi preferensi yang sama terhadap unsur C organik tanah pada

kategori sangat tinggi.

B. SARAN

Kawasan aliansi 1 dan 3 seharusnya ditetapkan sebagai zona inti, demikian juga

kawasan aliansi 2 dengan kelerengan > 15%. Hal ini disebabkan: Pertama, karena

mewakili formasi biota tertentu, yaitu formasi hutan hujan tropis basah sub pegunungan.

Kedua, karena kelestarian formasi ini memerlukan usaha konservasi, mengingat: (a)

banyaknya spesies dengan kelimpahan rendah di area penelitian, (b) kondisi unsur hara

tanah yang khas pegunungan, dan (c) topografi dan iklim. Implikasi dari hal ini adalah,

seluruh aplikasi manajemen dalam area penelitian di Gunung Salak seharusnya

meminimalkan intervensi manusia dan memberi keleluasaan yang sebesar-besarnya bagi

berbagai proses-proses alami dalam mengatur ekosistem.

Untuk kawasan aliansi 2 dengan kelerengan lebih kecil 15% sebaiknya dilakukan

pengendalian terhadap penyebaran spesies bambu, karena tumbuhan ini dapat menjadi

kompetitor yang sangat kuat terhadap spesies selain bambu.

Metode klasifikasi citra dengan klasifikasi terbimbing yang memanfaatkan nilai-

nilai spekral dari piksel-piksel blok pengamatan sebaiknya dikembangkan lagi sehingga

dapat diperoleh nilai akurasi yang lebih tinggi.

Page 179: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

DAFTAR PUSTAKA

Aiba, S., & K. Kitayama .1999. Structure, composition and species diversity in an altitude-substrate matrix of rain forest tree communities on Mount Kinabalu, Borneo. Plant Ecology 140: 139-157.

Backer, C.A., & R.C. Bakhizen Van Den Brink., Jr. 1963. Flora of Java. Vol. I.

N.V.P. Noordhoff-The Netherlands, Groningen. ______________________________________.,1965. Flora of Java. Vol. II.

N.V.P. Noordhoff-The Netherlands, Groningen. ______________________________________.,1968. Flora of Java. Vol. III.

N.V.P. Noordhoff-The Netherlands, Groningen. Balgooy, M.M.J. Van. 2001. Malesian Seed Plants. Vol. I, II, III. National

Herbarium Netherland-Universiteit Leiden Branch, Leiden. Barbour, M.G., J.H. Burk., & W.P. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The

Benjamin/Cumming Publishing Company Inc. Menlo Park, Reading, California, Massachusetts, Singapore.

Barners, B.V., D. R. Zak., S. R. Denton., & S.H. Spurr. 1980. Forest Ecology.

John Wiley & Sons, New York. Bailey, L.H., & E.Z.Bailey. 1972. Hortus Second, A Concise Dictionary of

Gardening, General Holticulture and Cultivated Plantas in North America. MacMillan Co., New York.

Begon, M., J.L. Harper., & C.R. Townsend. 1990. Ecology. Blackwell Scientific

Publications, London, Edinburgh. Bruijnzeel, L. A. 2001. Hydrology of Tropical Mountain Cloud Forest: A

Reassesment Land Use and Water Resource Researc 1: 1.1 – 1.18. ., & E.J. Veneklass. 1988. Climate Condition and Tropical

Mountain Forest Productivity. The Fog Has Not Lifted Yet. Ecology, Vol. 79 No. 1, p. 3-9.

Bourgeron, P.S. 1983. Spatial Aspect of Vegetation Structure, Structure and

Function in Tropical Rain Forest Ecosystem. Ecosystem of The Worls 14A. Edit by F.B. Golley. Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, Oxford.

Clark, C. 1984. An Introduction to Ordination. http:// www. okstate.edu /artsci /botany /ordinate/. [15 April 2005].

Page 180: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

159

Clifford, H.T., & W. Stephenson. 1975. An Introduction to Numerical Classification. Academic Press. New York, London.

Cody, L.M. 1986. Diversity, Rarity, and Conservation in Mediteranean Climate Regions in Conservation Biology, The Science of Scarcity and Diversity. Edit by Soule, M.E. Sinaver Associates, Inc. Publisher, Sunderland.

Cox, G.W. 1978. Laboratory Manual of General Ecology. W.M.C. Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa.

Cranbrook, E. O., & D.S. Edwards. 1994. A Tropical Rain Forest. The Nature of

Biodiversity in Borneo at Belalong, Brunei. The Royal Geographical Society & Sun Tree Publishing, London, Singapore.

Crawley, M. J. 1986. The Structure of Plant Communities in Plant Ecology. Edit

by M.J. Crawley. Blackwell Scientific Publication, Oxford, London. Critchfield, H.J. 1975. General Climatology. 3rd. ed. Prentice-Hall of India,

Private Limited, New Delhi. Daniel, T.W., J.A. Helms., & F.S. Baker. 1979. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Edisi

Kedua. Terjemahan. Gadjahmada University Press, Yogjakarta. Daniel, W.W. 1987. Biostatistics: A Foundation For Analysis in The Health

Sciences. 5 th. ed. John Wiley & Sons, New York. Dephut (Departemen Kehutanan). 2003a. Telaga Warna. http:// www. geocities.

com/ bksda-jb1/ indeks-files/ photo-files/ tel-warna.htm. [22 Mei 2004]. . 2003b. Kontroversi di Balik Perluasan Taman

Nasional Gunung Halimun. hhtp: // www. sinarharapan. co. id/ berita/ 0307/ 09/ ipt01/ html. [1 November 2003].

Descoings, B. 1980. Classification of Grassy Formations by The Structure of The

Vegetation. http:// www. fao. org/ wairdocs / ilri/ x5543b /x5543bln.htm. [9 Juni 2005].

DJufri. 1993. Penentuan Pola Distribusi, Asosiasi, dan Interaksi Jenis Tumbuhan

Khususnya Padang Rumput di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi – Jawa Timur. Tesis. Proram Pasca Sarjana, Univ. Gadjah Mada, Jogjakarta.

Ehrlich, P.R. 1997. A World of Wound: Ecology and The Human Dillemma.

Ecology Institut Oldendorf/Luhe, Germany. Etherington, J. R. 1976. Environmental and Plant Ecology. Wiley Eastern

Limited, New Delhi.

Page 181: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

160

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia, Pasifik, dan Dunia Baru. Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung.

FGDC (Federal Geographic Data Committee). 1997. Vegetation Classification

Standard. http://www.fgdc.gov/fgdc.html. [15 Agustus 2004]. Gadner, D.T., & R.W. Miller. 2004. Soil in Our Environment. 10. th. ed. Pearson,

Prentice Hall, New Jersey. Golley, F.B. 1983. Tropical Rain Forest Ecosystem. Ecosystem of The World 14

A. Edit by Golley, F.B. Elsevier Scientific publishing Company, New York. Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology. 3 rd. ed. Blackwell Scientific

Publications, Great Britain. Grossman, D.H, K. L. Goodin, X.Li., D.F. Langerdoen., & M. Anderson.1994.

USGS NPS Vegetation Mapping Program. http://biologi.usgs.gov/upsveg/ classification /execsum.html. [15 Juni 2005].

____________, D. F. Langerdoen., A. S. Weakly., M. Anderson., P. Bourgeron.,

R.Crowford., K.Goodin., S. Landaal., K. Metzler., K. Patterson., M. Pyne., M. Reid., & L. Sneddon. 1998. International Classification of Ecologycal Community. Terrestrial Vegetation of The United State. Vol. 1. The Hational vegetation Classification System: Development, Status, and Applications. The nature Conservancy, Airlington, Virginia, USA.

Hadiyanto, S. 1997. Kondisi Iklim Makro dan Mikro di Daerah Gunung Salak,

Gunung Gede Pangrango, dan Gunung Halimun dalam Manajemen Bioregional. Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak. Prosiding. Puslitbang Biologi-LIPI dan Program Studi Biologi Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Hakim, N., Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., G. B. Hong.,

H., & H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.

Hardjodipuro, S. 1985. Aplikasi Komputer dan Analisi Multivariat: Analisis

Faktor. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. IKIP, Jakarta.

Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi,

Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Departemen

Kehutanan, Jakarta.

Page 182: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

161

Heaney, A., & J. Proctor. 1990. Prelimary Syudies on Forest Structure and Floristic on Volcan Barva, Costa Rica. Journal of Tropical Ecology 6: 307-320.

Herayuara, I. 2005. Kelimpahan Jenis Magnolia blumei Pranti dan Michelia

velutina Bl pada Beberapa Ketinggian dan Kemiringan Lahan di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan, Fahutan, IPB, Bogor.

Higuera, D., & E. Martinez. 2006. Litter Fall and Nutrient Fluxes in Canopy Oaks

in Neotropical Cloud Forest, Colombia. Lyconia, Vol: 11(1), p. 67-79. Hommel, P.W.F.M. 1987. Landscape Ecology of Ujung Kulon (West Java,

Indonesia). Privately publish by: Patrick W.F.M. Hommel, Soil Survey Institute, Wageningen.

Hubbel, S.P., & R.B. Foster. 1986a. Canopy Gaps and Dynamics of a Neotropical

Forest in Plant Ecology. Edit by M.J. Crawley. Blackwell Scientific Publication, Oxford, London.

. 1986b. Commoness and Rarity in A Neotropical

Forest: Implication for Tropical Tree Conservation in Conservation Biology, The Science of Scarcity and Diversity. Edit by Soule, M.E. Sinaver Associates, Inc. Publisher, Sunderland.

Hunter, M. 1999. Biological Diversity in Maintaining Biodiversity in Forest

Ecosystem. Edited by Hunter, M.L, Jr. Cambridge University Press, Cambridge.

Jaya, I.N.S. 1999. Analisis Klaster (Cluster Analysis). Laboratorium Inventarisasi

Sumber Daya Hutan, Fahutan, IPB, Bogor. Jennings, M., O. Loucks., R. Peet., D.F. Langendoen., D.G. Lewin., D.

Grossman., A. Damman., M. Barbour., R. Pfister., M. Walker., S. Talnot., J. walker., G. Harstorn., G. Waggoner., M. Abrams., A. Hill., D. Roberts., D. Tart., & M. Rejmanek. 2002. Guidelines for Describing Associations and Alliances of The U.S. National Vegetation Classification. Version 3.0. The Ecological Society of America Vegetation Classification Panel. Washington, DC.

. 1999. Modified UNESCO Natural Terrestrial Cover Classification.

http:// www.gap.uidaho.edu / handbook/ LandCoverMapping/ UNESCO/ default.htm. [9 Juni 2005].

Jessie, F.N. 2004. Struktur Tegakan dan Komposisi Jenis Tumbuhan pada Zona

Montana di Hutan Pegunungan Gunung Gede, Jawa Barat. Skripsi. Jur. Manajemen Hutan, IPB, Bogor.

Page 183: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

162

John, R., J.W. Dalling., K.E. Harms., J.B. Yavitt., R.F. Stallard., M. Mirabello., S.P. Hubble., R. Valencia., H. Navarate., M. Vallejo., & R. B. Foster. 2007. Soil Nutriens Influnce Spatial Distributions of Tropical Tree Species. PNAS. Vol. 104. No. 3. 869-875.

Jordan, C.F. 1985. Nutrien Cycling in Tropical Ecosystems. John Wiley&Sons,

New York, Toronto, Singapore. Kappelle, M. 2004. Tropical Mountain Forest. Regional Forest Type. Elsevier

LTD, Netherland. Kartawinata, K. 1976. Penelahaan Dasar-Dasar Penyusunan Pedoman untuk

Menentukan Jenis, Jumlah Luas, Lokasi, Sera Urutan Priotitas Penyelenggaraan Wilayah Suaka Alam Darat dalam Perlindungan dan Pelestarian Alam. Kumpulan Kertas Kerja, Lokakarya. LIPI & Man&Biosphere.

Kartini. 2005. Sebaran dan Kelimpahan Jenis Pohon Puspa (Schima. wallichii

(D.C.) Korth) di Kawasan Gunung Kencana Cianjur-Jawa Barat. Skripsi. Prog. Studi Biologi. FMIPA, Univ. Pakuan. Bogor.

Kent, M., & P. Coker. 1992. Vegetation Description and Analysis. A Practical

Approach. CRC Press, Belhaven Press, London. Kerhaws, K.A. 1973. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. 2nd. ed. The

English Language Book Society and Edward Arnold (Publishers) Ltd, London.

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. McMillan Publishing Company, New York. Kitayama, K., N. M. Lee., L.Shin., & I. Aiba. 2000. Soil Phosphorous Fractional

and Phosphorous Use Efficiencies of Tropical Rainforests along Altitudinal Gradients of Mount Kinabalu, Borbeo. Oecologia 123:342-349.

.1992. An Altitudinal Study of The Vegetation on Mount Kinabalu,

Borneo. Vegetatio 102: 149-171. Koorders, S.H. 1922. Exkursions Flora Von Jawa. Atlas. Bluten pflanzen. Jena

Verlag Von Gustav, Buitenzorg. Krebs, C.J. 1989. Ecologycal Methodology. Harper & Row, Publishers, New

York, Cambridge, Singapore, Sidney. Kuchler, A.W. 1967. Vegetation Mapping. The Ronald Press Company, New

York ., & I.S. Zonneveld. 1988. Handbook of Vegetation Science.

Vegetation Mapping. Kluwer Academic Publishers, Boston, London.

Page 184: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

163

Kusmana, C .1989. Phitososiologi Hutan Hujan Pegunungan Gn-Gede

Pangrango, Jawa Barat. Laporan Penelitian. Fahutan, IPB, Bogor. . 1993. A Study on Mangrove Forest Management Based on

Ecologycal Data in East Sumatera, Indonesia. Kyoto University, Japan. . 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor,

Bogor Lambin, E. F., M.D. A. Rousenvell., & H.J. Geist. 2000. Are Agricultural Land

Use Models Able to Predict Changes? in Land Use Intensity. Agricultural, Ecosystem and Environment 82:321-331.

Laumonier, Y. 1997. The Vegetation and Physiography of Sumatera. Kluwer

Academic Publisher, Boston, London. Ludwig, J.A., & J.F. Reynold. 1998. Statistical Ecology. A Wiley Interscience

Publication, John Wiley and Sons, New York. MacCracken, J.G., D.W. Uresl., & R.M. Hanssen. 1983. Plant Community

Variability on A Small Area in Southeasthern Montana. Forest Service, Rock Mountain and Range Experiment Station, South Dakota.

MacKinnon, J., & K. MacKinnon. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Di Lindungi

Di Daerah Tropika. Terjemahan oleh: Amir, H.H. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.

Michael, P. 1984. Ecologycal Method for Filed Biology and Laboratory

Investigation. Tata McGraw Hill Company Limited, New Delhi. Ministry of Forestry, The Republic of Indonesia & JICA. 2004. Project on The

Gunung Halimun-Salak National Park Management Project in The Republic of Indonesia. Project Document. Jakarta (Not Published).

Misra, K. C. 1980. Manual of Plant Ecology. 2nd. ed. Oxford and IBH Publishing

Co, New Delhi. Miyamoto, K., E. Suzuki., T. Kohyama., T. Seino., E. Mirmanto., & H. Simbolon.

2003. Habitat Diffrentiation Among Tree Species With Amall-Scale Variation of Humus Depth and Topography in a Tropical Heath Forest of Central Kalimantan, Indonesia. Journal of Tropical Ecology 19: 43-54.

Mountain Watch. 2000. Mountain Environment. http://www.mountain.org/grte.

[24 September 2004]. Mueller-Dombois, D., & H. Ellenberg. 1974a. Aims and Method of Vegetation

Ecology. John Willey and Sons, New York.

Page 185: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

164

.1974b. Vegetation Types: A Consideration of Available Methods and Their Suitability for Various Purposes. Technical Report No. 49. Island Ecosystem IRP. U.S. International Biological Program.

Nadkarni, N.M., T.J. Matelson., & W.A. Haber. 1995. Structural Characteristic

and Flosritic Composition of a Neotropical Cloud Forest, MonteVirede, Costa Rica. Journal of Tropical Ecology 11: 481-495.

Notohadiprawiro, T. 1987. Metode dan Teknik Pengumpulan Analisis dan

Interpretasi Data Tanah. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan. Gadjah Mada University

Press, Jogjakarta. Ohsawa, M., P.H.J. Nainggolan., N. Tanaka., & C. Anwar. 1985. Altitudinal

Zonation of Forest Vegetation on Mount Kerinci, Sumatera with Comparisons to Zonation in Temperate Region of East Asia. Journal of Tropical Ecology, 1: 193-216.

Osborne, P.L. 2000. Tropical Ecosystem and Ecological Concepts. Cambridge

University, Edinburgh, New York. Pandeya, S.C., G.S. Puri., & J.S. Singh.1968. Reasearch Methods in Plant

Ecology. Asia Publishing House. Bombay, Calcutta, NewYork. Parthasarathy, N. 1999. Tree Diversity and Distribution in Undisturbes and

Human Impacted Sites of Tropical Wet Evergreen Forest in Southern Western Ghat, India. Biodiversity and Conservation 8: 1365-1381.

Paulina, R. 2005. Penentuan Indeks Palatabilitas Lutung Hitam (Trachypitus

cristatus Reichenbach, 1862) di kawasan gunung Salak Unocal Geothermal of Indonesia, Ltd. Gunung Salak. Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Jur. Konservasi Sumberdaya Hutan, IPB, Bogor.

Peet, K. 1989. Forest of Rocky Mountains in North American Terrestrial

Vegetation. Edit by Barbour, M.G., & W.D. Billings. Cambridge University Press. Cambridge, New York.

Pendry, C.A., & J. Proctor. 1996. The causes of Altitudinal Zonation of Rainforest

on Bukit Belalong, Brunei. Journal of Ecology 84: 407-418. Pielou, E.C. 1984. The Interpretation of Ecological Data. A Primer on

Classification and Ordination. John Wiley and Sons, New York, Singapore. Poole, R.W. 1974. An Introduction to Quantitative Ecology. McGraw-Hill Book

Company, New York.

Page 186: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

165

Pradiastoro, A. 2004. Kajian Tempat Tumbuh Alami Palahlar Gunung

(Dipterocarpus retusus Bl) di Kawasan Hutan Lindung Gunung Cakrabuana, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan, Fahutan, IPB, Bogor.

Pratiwi, E.R.T. 2006. Hubungan antara Peneyebaran Alami Bambu Betung

(Dendrocalamus asper) dengan Beberapa Sifat Tanah. Skripsi. Program Studi Budidaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor.

Putro, H.R. 1997. Keanekaragaman Hayati Gunung Salak dan Kendala

Pengelolaannya dalam Manajemen Bioregional. Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak. Prosiding. Puslitbang Biologi-LIPI dan Program Studi Biologi Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Rabinowitz, D., S. Cairns., & T. Dillon. 1986. Seven Forms of Rarity and

Frequency in the Flora of the British Isles in Conservation Biology, The Science of Scarcity and Diversity. Edit by Soule, M.E. Sinaver Associates, Inc. Publisher, Sunderland.

Resosoedarmo, R., K. Karwinata., & A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi.

Remaja Karya, Bandung. Richard, P. W. 1964. The Tropical Rain Forest. An Ecological Study. At The

University Press, Cambridge. 1971. The Structure of Tropical Rain Forest: Synusiae and

stratification in Word Vegetation Type. Ed: S.R. Eyre. MacMillan, London. Rimpala. (Rimbawan pencinta Alam). 2001. Laporan Ekspedisi Gunung Salak

(Tumbuhan Obat dan Amphibi-Reptil) di Kawah Ratu. Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor.

Rohrig, E. 1991. Temperate Decidous Forests. Ecosystem of The World 7. edit by

Rohrig, E., & B. Ulrich. Elsevier, Amsterdam. Sanches, P.S. 1992. Sifat-Sifat dan Penggolongan Tanah Tropika. Jilid 1.

Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung. Sandy, I.M. 1997. Karakteristik Iklim, Geomorfologi, dan tata Guna Lahan dari

Gunung Gede-Pangrango Sampai Gunung Halimun dalam Manajemen Bioregional. Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak. Prosiding. Puslitbang Biologi-LIPI dan Program Studi Biologi Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Santosa, S., & F. Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran. Konsep dan Aplikasi SPSS. PT

Elex media Komputindo, Jakarta.

Page 187: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

166

Santosa, S. 2002. Buku latihan SPSS Statistik Multivariat. PT Elex media

Komputindo, Jakarta. . 2000. Statistik Parametrik. Buku latihan SPSS. PT Elex media

Komputindo, Jakarta. Sastrowihardjo, M. 1997. Karakter Umum Tata Guna Tanah Wilayah Gunung

Salak, Gunung Gede Pangrango, dan Gunung Halimun dalam Manajemen Bioregional. Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak. Prosiding. Puslitbang Biologi-LIPI dan Program Studi Biologi Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Shimwell, D. W. 1971. The Description and Classification of Vegetation. Sidwick

and Jackson, London. Simbolon, H., H. Wiradinata., & M. Yoneda. 2002. Plant Diversity in Gunung

Halimun National Park, West Java Indonesia: Inventoring Activities in Gunung Halimun: The Last Submontane Tropical Forest in West Jawa. Reasearch and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol IV. Edit By: Simbolon, H., M. Yoneda., & J. Sugardjito. LIPI, JICA, PHKA, Bogor.

Soedomo, S. 1984. Studi Hubungan Sifat-Sifat Tanah dan Fisiografi dengan

Peninggi Pinus merkusii Jungh et de Vriese. Tesis. Fakultas Pasca sarjana, IPB, Bogor.

Sjarif, F. 1999. Fluktuasi Potensi Air Harian (Diurnal) dan Musiman (Seasonal)

Puspa (S. wallichii), Damar (Agathis dammara) dan Manii (Maesopsis eminii) dan Lahan Reklamasi Jampang. Puslitbang Biologi, LIPI, Bogor.

Spies, T.A., & M.G. Tunner. 1999. Dynamic Forest Mosaic in Maintaining

Biodiversity in Forest Ecosystem. Edited by Hunter, M.L, Jr. Cambridge University Press, Cambridge.

Stadmuller, T. 1987. Cloud Forest in The Humid Tropics. A Bibliographic Review.

United Nation University Press, Tokyo. Sutiyono, Hendromono, M. Wardani., & I. Sukardi. 1992. Teknik Budidaya

Tanaman Bambu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Tadjang, M.H.L., & S. Mandung. 1987. Dasar-Dasar Klimatologi. Faperta, Univ.

Hasanuddin, Makassar. Utomo, B. 2006. Peran Seed Bank Terhadap Regenerasi Hutan Kaitannya

dengan Invasi Tumbuhan Eksotik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Page 188: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

167

UNEP. 2003. Main Theme: Mountain Biodiversity. Status and Trend of , and Threats to, Mountain Biological Diversity. Montreal.

Van Steenis, C.G.G.J., 1972. The Mountain Flora of Java. E.J. Brill, The

Netherlands, Leiden. Veneklaas, E.J. 1991. Litterfall and Nutrient Fluxes in Two Montane Rain

Forests, Columbia. Journal of Tropical Ecology, 7 : 319-336. Vitousek, P.M. 1984. Litterfall, Nutrient Cycling, and Nutrient Limitation in

Tropical Forest. Ecology 65(1) : 285-298 ., L.R. Walker., L.D. Whiteaker., & P.A. Matson. 1993.

Nutrient Limitation to Plant Growth During Primary Succession in Hawaii Volcanoes National Park. Biogeochemistry 23: 197-215.

Vivien, L. 2002. Studi Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Area Unocal

Geothermal of Indonesia Limited Gunung Salak Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Jur. Konservasi Sumberdaya Hutan, IPB, Bogor.

Walter, H. 1971. Ecology of Tropical and Subtropical Vegetation. Van Nostrand

Reinhold Company, New York, London. Weaver, J. E., & F.E. Clements. 1980. Plant Ecology. Tata McGraw Hill

Company Limited, New Delhi. Webb, C.O., & D.R. Peart. 2000. Habitat Association of Trees and Seedlings in

Bornean Rain Forest. Ecology: 88, 464-478. Webb, L.J. 2000. A General Classification of Australian Rainforests. Brisbane

rainforest Action & Information Network. http: //www.brisnane. webcentral. com. au/ special_articles/web1.html. [24 September 2004].

Whitmore, T.C. 1986. Tropical Rain Forest of The Far East. 2nd. ed. ELBS

Oxford University Press, Oxford. Whitten, J. A., M. Mustafa., & G.S. Henderson. 1988. The Ecology of Sulawesi.

Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Whitten, T., R. E. Soeriatmadja., & S.A. Adif. 1996. The Ecology of Java and

Bali. Periplus Edition, Singapore. Widjaja, E.A. 1994. Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Yayasan Bambu

Lingkungan Lestari, Bogor. ., Purwaningsih., & Z. Fanani. 2002. The Bamboos of Gunung

Halimun National Park, in Gunung Halimun: The Last Submontane Tropical Forest in West Jawa. Reasearch and Conservation of Biodiversity in

Page 189: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

168

Indonesia. Vol IV. Edit By: Simbolon, H., M. Yoneda., & J. Sugardjito. LIPI, JICA, PHKA, Bogor.

Yayasan Bina Desa Lingkungan Gunung Salak. 1996. Laporan Inventarisasi

Keanekaragaman hayati Lahan Pekarangan Desa Pasir Eurih, Ciomas, Bogor. Tidak dipublikasikan.

Yusuf, R. Purwaningsih., E.N. Sambas., & Ismail. 2003. Dinamika Perubahan

Ekosistem Bagian Hulu Dan Tengah Das Cisadane dalam Manajemen Bioregional Jabotabek: Tantangan dan Harapan. Pusat Penelitian Biologi. LIPI, Bogor.

Page 190: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

Lampiran 1. Nama ilmiah dan nama daerah tumbuhan strata pohon dan semak No Spesies Famili Nama Daerah

1 Arisaema filiforme Blume Araceae Acung 2 Tarenna laxiflora (Blume) K. & V. Rubiaceae Anggrip

3 Donax cannaeformis (G. Forxt.) K. Schum Maranthaceae Arey Banbang

4 Rhaphidophora foraminifera Engl. Araceae Arey Lolok 5 Arey Tandang 6 Clibadium surinamense L. Asteraceae Babanyaran/Nampong

7 Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steudel) Widjaya. Poaceae Bambu Andong

8 Dendrocalamus asper (Schult.f)Baker ex Heyne Poaceae Bambu Bitung

9 Schizostachyum brachycladum Kurz Poaceae Bambu Buluh

10 Gigantochloa apus (Blume Ex Schult. f.) Kurz Poaceae Bambu Tali

11 Schizostachyum iraten Steud. Poaceae Bambu Tamiyang12 Manglietia glauca Blume Mangnoliaceae Baros 13 Ficus fistulosa Reinw. ex Blume Moraceae Beunying 14 Ficus deltoidea Jack. Moraceae Beunying Cai 15 Ficus lepicarpa Blume Moraceae Bisoro

16 Plectocomia elongata Mart. ex Blume Arecaceae Bungbuay

17 Peperomia laevifolia (Blume) Miq. Piperamaceae Cacabean 18 Mallotus blumeanus M. A. Euphorbiaceae Calik Angin 19 Smilax leucophylla Blume Smilaxaceae Canar 20 Smilax macrocarpa Blume Smilaxaceae Canar Gede/Kebo21 Pandanus punctatus Pandanaceae Cangkuang 22 Glochidon rubrum Blume Euphorbiaceae Cantigi 23 Michelia montana Blume Magnoliaceae Cempaka 24 Lantana camara L. Verbenaceae Cente

25 Dracontomelon dao (Blanco) Merr & Rolfe Anacardiaceae Dahu

26 Ficus sinuata Thunb. Moraceae Darandang 27 Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Durian

28 Schefflera aromatica (Blume) Harms Araliaceae Gompong

29 Ficus padana Burm f. Moraceae Hamerang 30 Vernonia arborea Buch. Ham. Asteraceae Hamirung 31 Prunus parviflorum T. B. Rosaceae Hamirung

32 Pleomele elliptica (Thunb.) N. E. Br. Liliaceae Hanjuang

33 Medinilla exima Blume Melastomaceae Harendang 34 Dissochaeta gracilis (Jack) Bakh. Melastomaceae Harendong 35 Melastoma malabattricum L. Melastomaceae Harendong Bulu

36 Archydeudron clypearia (Jack) Kasterm Mimosaceae Haruman

37 Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Huni Hutan 38 Litsea tomentosa Blume Lauraceae Huru Dapong

39 Litsea brachystachya (Blume) F. Vill. Lauraceae Huru Hiris

40 Phoebe grandis (Ness) Merr. Lauraceae Huru Kacang 41 Nothaphoebe umbelhflora Blume Lauraceae Huru Leer 42 Litsea garciae Vidal Lauraceae Huru Tangkalak43 Pinanga javana Blume Arecaceae. Jambe Rende

44 Actinorhytis calapparia (Blume) Wendl. Et Drude ex sechefler Arecaceae Jambe Sinagar

45 Symplocos fasciculata Zoll. Symplocaceae Jirak 46 Lannea coromandelica (Hout.)Merr Anacardiaceae Kadondong Hutan47 Elaeocarpus oxypyren K. et V Elaeocarpaceae Kakalapaan

Page 191: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

170

No Spesies Famili Nama Daerah

48 Calliandra tetragoma Mimosaceae Kaliandra

49 Homalanthus populneus (Gieseler) Pax. Euphorbiaceae Kareumi

50 Polygala venenosa Juss. ex Poir. Polygalaceae Katuk/Kakatukan

51 Prunus arboreum (Blume) Endl. ex F. V. M. Rosaceae Kawoyang

52 Helicia robusta (Roxb.)R.Br.ex wall. Proteaceae Kenung

53 Litsea cubeba (Lour.) Pers. Lauraceae Ki Limo 54 Ficus globosa Blume Moraceae Ki Ara 55 Ficus involucrata Blume Moraceae Ki Ara Payung56 Rhodamnia cinerea Jack Myrtaceae Ki Besi

57 Goniothalamus macrophyllus (Blume) Hook.& Thoms. Annonaceae Ki Cantung

58 Urophyllum arboreum (Reinw. ex Blume) Korth. Rubiaceae Ki Cengkeh

59 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae Ki Dage 60 Knema cinera (Poir.)Warb. Myristicaceae Kimokla 61 Cinnamomum javanicum Blume Lauraceae Ki Harendong 62 Elaeocarpus sp. Elaeocarpaceae Ki Huut 63 Polyosma integrifolia Blume Sarifragaceae Ki Jebug 64 Saurauia cauliflora DC. Actinidiaceae Ki Leho 65 Glochidion hypoleucum Miq. Euphorbiaceae Ki Pare 66 Maesa latifolia (Blume) DC. Myrsinaceae Ki Piit 67 Eupatorium inulifolium H.B.K. Asteraceae Ki Rinyuh 68 Euodia latifolia DC. Rutaceae Ki Sampang 69 Litsea macrophylla Wall Saxifragaceae Ki Seer 70 Clustocalyx opperculata Myrtaceae Ki Sirem

71 Lithocarpus elegans (Blume) Hatus ex Soepadmo Fagaceae Ki Wates

72 Ficus elastica Mors. ex Blume Moraceae Kiara Kebo 73 Buchanania arborescens Blume Anacardiaceae Kiara Payung 74 Sapium virgatuns Euphorbiaceae Kidawolong 75 Lasianthus sp. Rubiaceae Kokopian 76 Dysoxylum excelsum Blume Meliaceae Kokosan Monyet 77 Ficus variegata Blume Moraceae Kondang

78 Macaranga rhizinoides (Blume) M. A. Euphorbiaceae Manggong

79 Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae Manii

80 Macaranga cf. rhizimoides(Blume) M. & A. Euphorbiaceae Mara

81 Villebrunea rubescens Blume Urticaceae Nangsi

82 Dicranopteris dichotoma (Thunb) Bernh Gleicheniaceae Pakis Andam

83 Athyrium dilatatum (Blume) Milde Dennstaedtiaceae Pakis Benyir 84 Blechnum orientale L. Polypodiaceae Pakis Hurang85 Angiopteris evecta (Forsk.) Hottm Marattiaceae Pakis Kebo 86 Oleandra pistilaris (Sw.) C. Chr. Oleandroideaceae Pakis Payung 87 Cyathea contaminans (Hook) Copel Cyatheaceae Pakis Sier 88 Cyathea junghuniana Author Cyatheaceae Paku Payung 89 Cyathea cf. javanica Blume Cyatheaceae Paku Tihang 90 Dipterocarpus hakseltii Blume Dipterocarpaceae Palahlar 91 Pandanus polycephalus Lamk Pandanaceae Pandan Hutan92 Schefflera scanden (Blume) Vig. Araliaceae Panggang

93 Dysoxylum arborescens (Blume) Miq. Meliaceae Panggang Puyuh

94 Quercus gemelliflora Blume Fagaceae Pasang Batarua

Page 192: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

171

No Spesies Famili Nama Daerah

95 Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC. Fagaceae Pasang Putih

96 Aporosa octandra (Buck.Ham ex Don) Vickery. Euphorbiaceae Peris

97 Pinus merkusii Jungh. & De Vrese Pinaceae Pinus 98 Hoersfieldia glabra (Blume) Warb. Myristicaeae Piskulit 99 Mangifera cf. indica L. Anacardiaceae Ponggokan 100 Pilea melastomoides (Poir.) Blume Urticaceae Pohpohan 101 Schima wallichii(DC.) Korth Theaceae Puspa

102 Schefflera longifolia (Blume) Vig. Araliaceae Ramogiling

103 Schefflera lucescens (Blume) Vig. Araliaceae Rangasa 104 Altingia excelsa Norona Hamamelidaceae Rasamala 105 Gluta renghas L. Anacardiaceae Renghas

106 Calamus ciliaris Blume ex Roemer & Schults Arecaceae Rotan Cacing

107 Calamus javensis Blume Arecaceae Rotan Omas 108 Calamus reinwarditii Blume Arecaceae Rotan Pelah 109 Calamus heteroideus Blume Arecaceae Rotan Pungkur/Ceel 110 Flacourtia rukam Z. et M. Flacortiaceae Rukem

111 Cleistocalyx operculata (Roxb.) Merr. & Perry. Myrtaceae Salam Anjing

112 Castanopsis argentea (Blume) A. DC. Fagaceae Saninten

113 Symplocos spicata Roxb. Symploceae Sasah 114 Ficus grossularioides Burm. f. Moraceae Sehang 115 Blumea balsamifera (L.) DC. Asteraceae Sembung Hutan 116 Antidesma tetrandrum Blume Euphorbiaceae Seserehan 117 Leea indica (Burm.F.) Merr. Leeaceae Sulangkar 118 Cinchona officinalis L. Rubiaceae Sulibra 119 Caryota mitis Lour. Arecaceae Suwangkung 120 Gnetum gnemon L. var. gnemon Gnetaceae Tangkil Hutan 121 Ficus ribes Reinw. ex. Blume Moraceae Walen

Page 193: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

172

Lampiran 2. Nama ilmiah dan nama daerah tumbuhan strata herba No Spesies Famili Nama Daerah1 Arundina speciosa Blume Orchidaceae Anggrek Bambu

2 Dinochloa scandens (Blume ex Ness O. K. Poaceae Aawiyan

3 Dipteris conjugata Reinw. Andam Payung

4 Eltingera megalocheilos (Griff.) Baker. Zinggiberaceae Balakatoak

5 Isachne globosa (Thumb.) O. K. Poaceae Bayondah Minyak

6 Erechthites hieracifolia (L)Rafm. ex DC. Asteraceae Bolostrok

7 Neonauclea obtusa (Blume) Merr. Rubiaceae Cangcaratan

8 Mikania cordata (Burm. f.) Blume Robinson Asteraceae Capit Tuher

10 Homalonema cordata Schott Areaceae Cariang

11 Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Z. & M. Areaceae Ciriwuh

12 Trivalvaria macrophylla (Blume) Miq. Annonaceae Cileh Anjing

13 Curculigo capitulata (Lour.) Herb. Amaryllidaceae Congkok 14 Curculigo orchinoides Gaertn. Amaryllidaceae Congkok Gede15 Phragmites karka (Retz).Trin Poaceae Gayonggong 16 Polygonum perfoliatum L. Polygonaceae Gingseng Hutan 17 Kalanchoe pinnata (Link) Pers. Crassulaceae Gamet Hutan18 Rubus moluccanus L. Rubiaceae Harees

19 Begonia hirtella Link BegoniaceaeHariang Bulu (As.Hariang)

20 Begonia bracteata Jack Begoniaceae Hariang Laki 21 Scleria purpurascens Steud. Cyperaceae Ilat

22 Coleus scufellarioides (L.) Bth. Lamiaceae Jewer Kotok Hutan

23 Cyathula protrata (L.) Blume Amaranthaceae Jotang Hutan24 Digitaria adscendeus (H. B. K) Hem. Poaceae Jukut Pahit 25 Lasianthus inodurus Blume Rubiaceae Kahitutan 26 Alocasia macrorrhiza (L.) G.Don Araceae Kajar-Kajar 27 Garcinia paroifolia (Miq.) Cluciaceae Kakawatan 28 Trichosanthes bracteata (Lmk) Vorgt Cucubitaceae Kalayar 29 Saecharum spontaneum L. Poaceae Kaso

30 Millettia sericea (Vent.) W. & A. ex Hassk. Fabaceae Kawawo

31 Poikilosperma saveolens (Blume) Merr Moraceae Kekejoan

32 Tetraglochidium bibracteatum (Blume.) Brem. Acanthaceae Ki Beling

33 Ki Genteng

34 Coleus scutellarioides (L.) Bth. LamiaceaeHerba1 (Kekentangan)

35 Commelina paludosa Blume Commelinaceae Ki Sepet 36 Mussaenda frondosa L. Rubiaceae Kinkilaban37 Orthosiphon aristatus (Blume).Miq. Lamiaceae Kumis Kucing

38 Catimbium malaccansis (Burm.f).Holf.t Zingiberaceae Laja Goa

39 Aglaia odorata Lour. Meliaceae Pacar Cina40 Costus speciosus (Koen.) J E.Smith. Castaceae Pacing 41 Nephrolepis exalltata Shcott. Polypodiaceae Pakis Benter42 Cycas sp. Cycadaceae Pakis Haji 43 Vittaria ensiformis Sw. Vitaceae Pakis Kadaka

44 Asplenium nidus L. Polypodiaceae Pakis Kadaka

Page 194: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

173

Gede

No Spesies Famili Nama Daerah

45 Athyrium bantamense (Blume) Milde. Dennstaedtiaceae Pakis Kebo Kecil

46 Pogonatherum paniceum (Link)Hack. Poaceae Palias 47 Phrynium capitatum Willd. Maranthaceae Patat

48 Hornstedtia paludosa K. Schuman ZinggiberaceaePinding Ranjang

49 Mussa cf. seuminania Musaceae Pisang Kole

50 Deudranejek stimulans (L.f.) Gaud. Ex. Miq. Urticaceae Pulus

51 Selaginella plana Hieron. Selaginellaceae Rane 52 Themeda arguens (L.) Hack. Poaceae Rangkas Bitung53 Staurogyne elongata (Blume)O. K. Acanthantaceae Rende 54 Staurogyne sp. Acanthantaceae Rende Badak 55 Daemonorops melanochaetes Blume Arecaceae Rotan Pelah 56 Setaria palmifolia (Wild.) Stapf Poaceae Sauhen 57 Piper aduncum Linn. Piperaceae Sisirihan 58 Commelina nudiflora L. Commelinaceae Tali Sahid 59 Schizostachyum sp. Poaceae Tamiyang Cai 60 Etlingera punicea(Roxb.) R.M.Smith. Zingiberaceae Tepus

Page 195: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

174

Lampiran 3. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 1

No KODE Nama Spesies Kon-

stansi Keterangan

1 S55 Balimbing Hutan 1 SJr SJr: Spesies Jarang

2 T4 Bambu Buluh 1 SJr SD : Spesies Diffrensial

3 S41 Pedes Hutan 1 SJr SU : Spesies Umum

4 H3 Andam Payung 1 SJr 5 H21 Jewer Kotok Hutan 1 SJr 6 H28 Kaso 1 SJr 7 H29 Kawawo 1 SJr 8 H36 Kumis Kucing 1 SJr 9 T15 Cantigi 2 SJr

10 S9 Dahu 2 SJr 11 S13 Hanjuang 2 SJr 12 S42 Huru Madang 2 SJr 13 T52 Kimokla 2 SJr 14 S28 Rangasa 2 SJr 15 S33 Rukem 2 SJr 16 H14 Gayonggong 2 SJr 17 H26 Kakawatan 2 SJr 18 H51 Rangkas Bitung 2 SJr 19 H58 Tamiyang Cai 2 SJr 20 S44 Huru Tangkil 3 SJr 21 S21 Nangsi 3 SJr 22 S31 Rotan Pelah 3 SJr 23 H48 Pisang Kole 3 SJr 24 T10 Bisoro 4 SJr 25 S8 Cente 4 SJr 26 S18 Ki Dage 4 SJr 27 S40 Papatatan 4 SJr 28 H27 Kalayar 4 SJr 29 T38 Ki Cantung 5 SJr 30 H22 Jotang Hutan 5 SJr 31 S16 Kakalapaan 6 SJr 32 S32 Rotan Pungkur/Ceel 6 SJr 33 S35 Sulangkar 6 SJr 34 H31 Ki Beling 6 SJr 35 H32 Ki Genteng 6 SJr 36 S43 Katapang/Ketepang 7 SJr 37 T54 Kokosan Monyet 7 SJr 38 T74 Renghas 7 SJr 39 T22 Huni Hutan 8 SJr 40 H16 Gamet Hutan 8 SJr 41 H38 Pacar Cina 8 SJr 42 H39 Pacing 8 SJr 43 S1 Acung 9 SJr 44 S57 Duduitan 9 SJr

Page 196: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

175

45 T36 Ki Ara 9 SJr 46 T37 Ki Ara Payung 9 SJr 47 S23 Pakis Hurang 9 SJr 48 S27 Pohpohan 9 SJr 49 S36 Tangkil Hutan 9 SJr 50 H1 Anggrek Bambu 10 SJr 51 T33 Katuk/Kakatukan 11 SJr 52 S17 Ki Besi 11 SJr 53 T68 Pinus 12 SJr 54 H37 Laja Goa 12 SJr 55 T31 Kaliandra 13 SJr 56 T75 Salam Anjing 13 SJr 57 H6 Bolostrok 13 SJr 58 T62 Palahlar 14 SJr 59 S34 Sembung Hutan 14 SJr 60 H8 Capit Tuher 14 SJr 61 H11 Cileh Anjing 14 SJr 62 T55 Kondang 15 SJr 63 T79 Seserehan 15 SJr 64 T30 Kadondong Hutan 16 SJr 65 H46 Patat 16 SJr 66 T28 Jambe Sinagar 19 SJr 67 S19 Ki Rinyuh 19 SJr 68 S12 Hamirung 20 SJr 69 H23 Jukut Pahit 20 SJr 70 H47 Pinding Ranjang 20 SJr 71 T39 Ki Harendong 21 SJr 72 T50 Kiara Kebo 21 SJr 73 S25 Pakis Payung 21 SJr 74 H24 Kahitutan 24 SJr 75 T45 Ki Piit 26 SJr 76 H19 Hariang Laki 27 SJr 77 T20 Harendong 29 SJr 78 H43 Pakis Kadaka Gede 29 SJr 79 T51 Kidawolong 30 SJr 80 T70 Ponggokan 32 SJr 81 T9 Beunying Cai 33 SJr 82 T82 Walen 34 SJr 83 H9 Cariang 34 SJr 84 H57 Tali Sahid 34 SJr 85 T23 Huru Dapong 35 SJr 86 T63 Panggang 35 SJr ASOSIASI 87 S5 Babanyaran/Nampong 36 SD 1 88 T77 Sasah 38 SD 1 89 H17 Harees 39 SD 1 90 H2 Aawiyan 40 SD 1 91 H5 Bayondah Minyak 41 SD 1 92 S24 Pakis Kebo 42 SD 1 93 T21 Haruman 42 SD 1 94 T67 Peris 42 SD 1 95 H52 Rende 43 SD 1

Page 197: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

176

96 S26 Paku Payung 43 SD 1 97 H34 Ki Sepet 49 SD 1 98 H41 Pakis Haji 49 SD 1 99 H13 Congkok Gede 51 SD 1

100 H25 Kajar-Kajar 51 SD 1 101 T42 Ki Leho 54 SD 1 102 T76 Saninten 55 SD 1 103 S29 Rotan Cacing 58 SD 1 104 T24 Huru Hiris 59 SD 1 105 H55 Sauhen 60 SD 1 106 T35 Kenung 61 SD 1 107 T18 Hamerang 65 SD 1 108 T61 Paku Tihang 65 SD 1 109 S38 Pandan Hutan 66 SD 1 110 T43 Ki Limo 66 SD 1 111 T80 Sulibra 66 SD 1 112 H15 Gingseng Hutan 71 SD 1 113 T81 Suwangkung 74 SD 1 114 H49 Pulus 75 SD 1 115 T72 Ramogiling 75 SD 1 116 T57 Manii 83 SD 1 117 T1 Anggrip 96 SD 1 118 T7 Baros 75 SD 2 119 S10 Darandang 76 SD 2 120 T19 Harendang 89 SD 2 121 T8 Beunying 92 SD 2 122 T32 Kareumi 97 SD 2 123 T16 Cempaka 98 SD 2 124 T25 Huru Kacang 112 SD 2 125 T83 Ki Cengkeh 116 SD 2 126 T78 Sehang 129 SD 2 127 T73 Rasamala 151 SD 2 128 T49 Ki Wates 164 SD 2 129 H4 Balakatoak 181 SD 2 130 T13 Calik Angin 182 SD 2 131 H45 Palias 103 SD 3 132 H35 Kinkilaban 107 SD 3 133 H10 Cariwuh 112 SD 3 134 H59 Tepus 114 SD 3 135 T27 Jambe Rende 133 SD 3 136 T12 Cacabean 140 SD 3 137 T14 Cangkuang 151 SD 3

138 H18 Hariang Bulu (As.Hariang) 157 SD 3

139 H12 Congkok 165 SD 3 140 H53 Rende Badak 174 SD 3 141 T26 Huru Leer 185 SD 3 142 T47 Ki Seer 192 SD 3 143 T40 Ki Huut 120 SD 4 144 T58 Mara 125 SD 4 145 H44 Pakis Kebo Kecil 126 SD 4

Page 198: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

177

146 T53 Kokopian 130 SD 4 147 T41 Ki Jebug 159 SD 4 148 S30 Rotan Omas 164 SD 4

149 H33 Herba1 (Kekentangan) 202 SD 4

150 T11 Bungbuay 212 SD 4 151 S7 Canar Gede/Kebo 173 SD 5 152 T44 Ki Pare 174 SD 5 153 S3 Arey Lolok 182 SD 5 154 S2 Arey Banbang 206 SD 5 155 T34 Kawoyan 207 SD 5 156 T66 Pasang Putih 220 SU 157 H42 Pakis Kadaka 225 SU 158 T48 Ki Sirem 236 SU 159 T69 Piskulit 236 SU 160 S4 Arey Tandang 238 SU 161 H50 Rane 243 SU 162 T65 Pasang Batarua 250 SU 163 T46 Ki Sampang 251 SU 164 S22 Pakis Andam 252 SU 165 S6 Canar 258 SU 166 T17 Gompong 260 SU 167 H20 Ilat 272 SU 168 H56 Sisirihan 272 SU 169 T64 Panggang Puyuh 275 SU 170 T59 Pakis Benyir 276 SU 171 T56 Manggong 279 SU 172 S14 Harendong Bulu 281 SU 173 T29 Jirak 315 SU 174 T71 Puspa 323 SU 175 H40 Pakis Benter 324 SU 176 T60 Pakis Sier 355 SU

Page 199: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

178

Lampiran 4. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 2 No Nama

Daerah Spesies Kon-

stansi Keterangan SJr: Spesies Jarang

1 Baros 1 SJr SD : Spesies Diffrensial

2 Cantigi 1 SJr SU : Spesies Umum

3 Dahu 1 SJr 4 Jambe Sinagar 1 SJr 5 Kadondong Hutan 1 SJr 6 Kidawolong 1 SJr 7 Totongoan 1 SJr 8 Gamet Hutan 1 SJr 9 Kawawo 1 SJr

10 Hamirung 2 SJr 11 Huru Tangkalak 2 SJr 12 Kokosan Monyet 2 SJr 13 Pakis Payung 2 SJr 14 Pedes Hutan 2 SJr 15 Renghas 2 SJr 16 Rotan Pungkur/Ceel 2 SJr 17 Bolostrok 2 SJr 18 Cangcaratan 2 SJr 19 Gingseng Hutan 2 SJr 20 Kakawatan 2 SJr 21 Kaso 2 SJr 22 Laja Goa 2 SJr 23 Tamiyang Cai 2 SJr 24 Bambu Buluh 3 SJr 25 Hanjuang 3 SJr 26 Nangsi 3 SJr 27 Paku Payung 3 SJr 28 Pandan Hutan 3 SJr 29 Rukem 3 SJr 30 Salam Anjing 3 SJr 31 Pacar Cina 3 SJr 32 Pinding Ranjang 3 SJr 33 Pohpohan 4 SJr 34 Kumis Kucing 4 SJr 35 Katuk/Kakatukan 5 SJr 36 Ki Cengkeh 5 SJr 37 Jewer Kotok Hutan 5 SJr 38 Kahitutan 5 SJr 39 Pisang Kole 5 SJr 40 Kakalapaan 6 SJr 41 Kaliandra 6 SJr 42 Ki Ara 6 SJr 43 Beunying Cai 7 SJr 44 Kiara Kebo 7 SJr 45 Pakis Hurang 7 SJr

Page 200: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

179

46 Saninten 7 SJr 47 Sasah 7 SJr 48 Capit Tuher 7 SJr 49 Hariang Laki 7 SJr 50 Rangkas Bitung 7 SJr 51 Bambu Bitung 8 SJr 52 Bambu Tamiyang 8 SJr 53 Huru Hiris 8 SJr 54 Rotan Cacing 8 SJr 55 Kekejoan 8 SJr 56 Ki Cantung 9 SJr 57 Ki Harendong 10 SJr 58 Congkok Gede 10 SJr 59 Tali Sahid 10 SJr 60 Harendang 11 SJr 61 Panggang 11 SJr 62 Harendong 12 SJr 63 Peris 12 SJr 64 Palahlar 13 SJr 65 Jukut Pahit 13 SJr 66 Pakis Haji 13 SJr 67 Bambu Andong 14 SJr 68 Pakis Kadaka Gede 14 SJr 69 Ki Jebug 15 SJr 70 Seserehan 15 SJr 71 Kawoyan 16 SJr Asosiasi 72 Cileh Anjing 17 SD 1 73 Ki Limo 17 SD 1 74 Cente 18 SD 1 75 Huru Kacang 18 SD 1 76 Ponggokan 18 SD 1 77 Palias 20 SD 1 78 Anggrip 20 SD 1 79 Ki Leho 22 SD 1 80 Kokopian 22 SD 1 81 Pacing 23 SD 1 82 Babanyaran/Nampong 23 SD 1 83 Hamerang 23 SD 1 84 Haruman 23 SD 1 85 Kareumi 23 SD 1 86 Cariang 25 SD 1 87 Ki Piit 26 SD 1 88 Rotan Omas 28 SD 1 89 Kenung 28 SD 1 90 Rende 29 SD 1 91 Ki Rinyuh 29 SD 1 92 Ki Huut 30 SD 1 93 Rasamala 30 SD 1

94 Herba1 (Kekentangan) 33 SD 1

95 Pulus 33 SD 1

Page 201: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

180

96 Ki Seer 33 SD 1 97 Ramogiling 34 SD 1 98 Cempaka 40 SD 1 99 Sehang 42 SD 1

100 Manii 43 SD 1 101 Paku Tihang 45 SD 1 102 Harees 48 SD 1 103 Kinkilaban 48 SD 1 104 Huru Dapong 21 SD 2 105 Kajar-Kajar 24 SD 2 106 Pakis Kebo 27 SD 2 107 Walen 30 SD 2 108 Ki Sepet 34 SD 2 109 Suwangkung 35 SD 2 110 Beunying 38 SD 2 111 Patat 41 SD 2 112 Pakis Kebo Kecil 43 SD 2

113 Hariang Bulu (As.Hariang) 47 SD 2

114 Pasang Putih 53 SD 2 115 Bambu Tali 56 SD 2 116 Darandang 60 SD 2 117 Mara 50 SD 3 118 Pakis Kadaka 60 SD 3 119 Jambe Rende 67 SD 3 120 Cariwuh 77 SD 3 121 Cacabean 78 SD 3 122 Rende Badak 83 SD 3 123 Tepus 86 SD 3 124 Huru Leer 55 SD 4 125 Canar Gede/Kebo 59 SD 4 126 Cangkuang 62 SD 4 127 Ki Wates 64 SD 4 128 Panggang Puyuh 65 SD 4 129 Pasang Batarua 68 SD 4 130 Arey Banbang 69 SD 4 131 Rane 70 SD 4 132 Arey Lolok 71 SD 4 133 Puspa 72 SD 4 134 Pakis Andam 73 SD 4 135 Ki Pare 74 SD 4 136 Balakatoak 75 SD 4 137 Pakis Benyir 82 SD 4 138 Ilat 84 SD 4 139 Congkok 85 SD 4 140 Arey Tandang 87 SD 4 141 Aawiyan 60 SD 5 142 Pinus 62 SD 5 143 Sulibra 66 SD 5 144 Bayondah Minyak 85 SD 5 145 Ki Sirem 74 SD 6

Page 202: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

181

146 Sauhen 77 SD 6 147 Ki Sampang 84 SD 6 148 Piskulit 87 SD 6 149 Bungbuay 91 SD 6 150 Gompong 98 SD 6 151 Sisirihan 99 SD 6 152 Calik Angin 100 SD 6 153 Canar 109 SU 154 Harendong Bulu 119 SU 155 Manggong 119 SU 156 Pakis Benter 121 SU 157 Jirak 143 SU 158 Pakis Sier 166 SU

Page 203: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

182

Lampiran 5. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 3

No KODE Nama Daerah

Spesies Kon-

stansi Keterangan

1 T16 Cempaka 1 SJr SJr: Spesies Jarang

2 T38 Ki Cantung 1 SJr SD : Spesies Diffrensial

3 T39 Ki Harendong 1 SJr SU : Spesies Umum

4 T50 Kiara Kebo 1 SJr 5 S26 Paku Payung 1 SJr 6 T62 Palahlar 1 SJr 7 T63 Panggang 1 SJr 8 T76 Saninten 1 SJr 9 S34 Sembung Hutan 1 SJr

10 S35 Sulangkar 1 SJr 11 H21 Jewer Kotok Hutan 1 SJr 12 H23 Jukut Pahit 1 SJr 13 H27 Kalayar 1 SJr 14 H38 Pacar Cina 1 SJr 15 H39 Pacing 1 SJr 16 T10 Bisoro 2 SJr 17 S8 Cente 2 SJr 18 S44 Huru Tangkil 2 SJr 19 T54 Kokosan Monyet 2 SJr 20 S33 Rukem 2 SJr 21 H24 Kahitutan 2 SJr 22 H36 Kumis Kucing 2 SJr 23 H43 Pakis Kadaka Gede 2 SJr 24 H46 Patat 2 SJr 25 H48 Pisang Kole 2 SJr 26 H58 Tamiyang Cai 2 SJr 27 T21 Haruman 3 SJr 28 T33 Katuk/Kakatukan 3 SJr 29 T41 Ki Jebug 3 SJr 30 T70 Ponggokan 3 SJr 31 S32 Rotan Pungkur/Ceel 3 SJr 32 T77 Sasah 3 SJr 33 T9 Beunying Cai 4 SJr 34 T35 Kenung 4 SJr 35 S17 Ki Besi 4 SJr 36 T45 Ki Piit 4 SJr 37 T52 Kimokla 4 SJr 38 S25 Pakis Payung 4 SJr 39 S27 Pohpohan 4 SJr 40 H13 Congkok Gede 4 SJr 41 H15 Gingseng Hutan 4 SJr 42 H19 Hariang Laki 4 SJr 43 H26 Kakawatan 4 SJr 44 T19 Harendang 5 SJr 45 T20 Harendong 5 SJr

Page 204: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

183

46 T79 Seserehan 5 SJr 47 H25 Kajar-Kajar 5 SJr 48 T23 Huru Dapong 6 SJr 49 T28 Jambe Sinagar 6 SJr 50 H57 Tali Sahid 6 SJr Asosiasi 51 H10 Cariwuh 39 SD 1

52 H33 Herba1 (Kekentangan) 27 SD 1

53 H53 Rende Badak 31 SD 1 54 H59 Tepus 35 SD 1 55 S14 Harendong Bulu 42 SD 1 56 S22 Pakis Andam 34 SD 1 57 T13 Calik Angin 36 SD 1 58 T69 Piskulit 37 SD 1 59 T71 Puspa 41 SD 1 60 H11 Cileh Anjing 11 SD 2 61 H2 Aawiyan 17 SD 2 62 H52 Rende 17 SD 2 63 S19 Ki Rinyuh 18 SD 2 64 S4 Arey Tandang 25 SD 2 65 S6 Canar 21 SD 2 66 S7 Canar Gede/Kebo 23 SD 2 67 T11 Bungbuay 32 SD 2 68 T12 Cacabean 16 SD 2 69 T14 Cangkuang 28 SD 2 70 T27 Jambe Rende 23 SD 2 71 T34 Kawoyan 12 SD 2 72 T42 Ki Leho 19 SD 2 73 T72 Ramogiling 18 SD 2 74 T8 Beunying 25 SD 2 75 T82 Walen 14 SD 2 76 H12 Congkok 29 SD 3 77 H35 Kinkilaban 24 SD 3 78 H4 Balakatoak 38 SD 3 79 T17 Gompong 27 SD 3 80 T44 Ki Pare 24 SD 3 81 T48 Ki Sirem 34 SD 3 82 T78 Sehang 31 SD 3 83 T80 Sulibra 29 SD 3 84 H17 Harees 12 SD 4 85 S10 Darandang 14 SD 4 86 S23 Pakis Hurang 9 SD 4 87 S3 Arey Lolok 23 SD 4 88 S38 Pandan Hutan 13 SD 4 89 T24 Huru Hiris 8 SD 4 90 T43 Ki Limo 17 SD 4 91 T47 Ki Seer 21 SD 4 92 T53 Kokopian 19 SD 4 93 T73 Rasamala 22 SD 4 94 T81 Suwangkung 12 SD 4 95 H18 Hariang Bulu 11 SD 5

Page 205: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

184

(As.Hariang) 96 H34 Ki Sepet 8 SD 5 97 H41 Pakis Haji 15 SD 5 98 H44 Pakis Kebo Kecil 13 SD 5 99 H47 Pinding Ranjang 11 SD 5

100 H49 Pulus 10 SD 5 101 H9 Cariang 8 SD 5 102 S2 Arey Banbang 11 SD 5 103 S24 Pakis Kebo 16 SD 5 104 S29 Rotan Cacing 9 SD 5 105 S30 Rotan Omas 14 SD 5 106 S5 Babanyaran/Nampong 10 SD 5 107 T1 Anggrip 10 SD 5 108 T18 Hamerang 11 SD 5 109 T25 Huru Kacang 12 SD 5 110 T31 Kaliandra 8 SD 5 111 T32 Kareumi 14 SD 5 112 T40 Ki Huut 10 SD 5 113 T51 Kidawolong 12 SD 5 114 T57 Manii 27 SD 5 115 T58 Mara 16 SD 5 116 T61 Paku Tihang 21 SD 5 117 T7 Baros 7 SD 5 118 T83 Ki Cengkeh 10 SD 5 119 H42 Pakis Kadaka 27 SD 6 120 H45 Palias 27 SD 6 121 H50 Rane 42 SD 6 122 H56 Sisirihan 30 SD 6 123 T26 Huru Leer 22 SD 6 124 T46 Ki Sampang 33 SD 6 125 T59 Pakis Benyir 38 SD 6 126 T64 Panggang Puyuh 32 SD 6 127 T65 Pasang Batarua 29 SD 6 128 T66 Pasang Putih 29 SD 6 129 H5 Bayondah Minyak 42 SD 7 130 H55 Sauhen 30 SD 7 131 T49 Ki Wates 34 SD 7 132 T68 Pinus 33 SD 7 133 H20 Ilat 43 SU 134 T56 Manggong 45 SU 135 H40 Pakis Benter 46 SU 136 T29 Jirak 55 SU 137 T60 Pakis Sier 66 SU

Page 206: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

185

Lampiran 6. Indeks Nilai Penting Spesies pada Strata Vegetasi Pohon

oNo Nama Daerah B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 1 Anggrip 0,00 0,00 7,34 0,00 2,30 0,00 0,00 0,00 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 67,25 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,67 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 29,70 0,00 0,00 0,00 46,65 108,53 0,00 6 Bambu Tamiyang 0,00 84,89 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 0,00 0,00 0,00 0,00 4,17 0,00 0,00 2,19 8 Beunying 0,00 0,00 3,51 0,00 1,48 0,00 2,34 0,00 9 Beunying Cai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 4,31 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 2,38 2,04 0,00 1,41 0,00 0,00 11,64 4,38 12 Cacabean 0,00 0,00 3,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13 Calik Angin 5,71 17,47 12,45 8,97 22,61 0,00 11,13 5,33 14 Cangkuang 12,15 12,33 18,25 1,44 3,53 0,00 12,58 19,75 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17 Gompong 0,00 6,90 6,33 11,66 6,49 0,00 14,96 34,83 18 Hamerang 0,00 0,00 1,51 4,45 0,00 0,00 0,00 0,00 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 2,05 1,47 0,00 0,00 0,00 0,00 7,27 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 0,00 4,86 2,94 6,28 8,96 0,00 0,00 0,00 24 Huru Hiris 0,00 2,82 10,33 5,18 4,47 0,00 0,00 0,00 25 Huru Kacang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26 Huru Leer 5,99 12,99 17,69 14,72 6,02 0,00 2,33 2,48 27 Jambe Rende 2,37 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 7,11 15,44 32,85 11,25 12,25 5,36 18,19 12,10 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 0,00 2,04 0,00 0,00 0,00 5,20 0,00 0,00 32 Kareumi 0,00 0,00 0,00 0,00 10,84 0,00 0,00 2,25 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 34 Kawoyan 0,00 0,00 0,00 12,87 13,64 0,00 0,00 0,00 35 Kenung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 40 Ki Huut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,66 4,02 41 Ki Jebug 2,54 0,00 0,00 0,00 2,37 0,00 0,00 0,00 42 Ki Leho 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,98 0,00 43 Ki Limo 0,00 0,00 6,39 0,00 4,45 0,00 0,00 4,57 44 Ki Pare 0,00 8,23 7,00 4,45 8,50 0,00 0,00 0,00 45 Ki Piit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,98 0,00 46 Ki Sampang 2,69 8,97 7,72 18,55 3,01 0,00 0,00 2,38 47 Ki Seer 7,30 0,00 16,20 7,16 11,19 0,00 0,00 0,00 48 Ki Sirem 0,00 2,04 0,00 21,13 22,88 4,64 5,54 2,19 49 Ki Wates 2,47 8,19 0,00 5,76 4,47 0,00 0,00 16,91 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 1,42 0,00 0,00 0,00 0,00 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 8,85 0,00 2,82 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 0,00 4,09 3,51 1,94 5,53 0,00 0,00 0,00 57 Manii 41,37 10,64 0,00 8,37 0,00 0,00 0,00 12,22 58 Mara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 59 Pakis Benyir 8,87 2,04 1,98 0,00 4,63 5,19 11,64 5,38 60 Pakis Sier 16,20 2,04 5,90 3,93 7,08 9,19 18,02 20,09

Page 207: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

186

61 Paku Tihang 0,00 2,04 0,00 0,00 0,00 0,00 2,33 2,34

62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 0,00 5,66 0,00 1,42 3,07 0,00 0,00 15,14 65 Pasang Batarua 0,00 4,97 12,90 9,59 4,74 0,00 5,55 12,64 66 Pasang Putih 0,00 2,04 1,51 0,00 10,82 0,00 0,00 10,58 67 Peris 0,00 0,00 0,00 0,00 5,63 0,00 0,00 0,00 68 Pinus 123,04 4,08 0,00 0,00 0,00 125,95 26,00 0,00 69 Piskulit 11,94 23,05 4,26 11,41 2,33 0,00 5,50 21,10 70 Ponggokan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 Puspa 7,75 7,34 76,40 98,41 89,81 13,54 2,35 53,43 72 Ramogiling 15,29 2,05 15,39 12,85 3,84 0,00 14,92 6,41 73 Rasamala 8,24 4,10 15,02 3,08 3,09 5,38 2,33 0,00 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 76 Saninten 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,40 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,65 78 Sehang 0,00 0,00 0,00 0,00 1,49 0,00 0,00 6,07 79 Seserehan 7,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 80 Sulibra 0,00 4,87 0,00 8,68 0,00 0,00 5,48 2,89 81 Suwangkung 0,00 0,00 1,44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 82 Walen 0,00 0,00 3,83 3,60 0,00 0,00 0,00 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

No Nama Daerah B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 1 Anggrip 0,00 2,76 0,00 0,00 5,26 0,00 2,70 0,00 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 163,94 6 Bambu Tamiyang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,68 0,00 8 Beunying 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,58 0,00 9 Beunying Cai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 6,02 1,73 10,44 8,28 7,65 0,00 0,00 0,00 12 Cacabean 0,00 2,66 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13 Calik Angin 10,60 42,37 6,56 11,71 23,42 13,11 16,47 0,00 14 Cangkuang 5,99 14,19 9,58 22,84 12,90 5,13 6,61 0,00 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17 Gompong 6,71 1,74 3,95 3,21 3,70 3,89 5,40 0,00 18 Hamerang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,04 0,00 0,00 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 1,78 0,00 1,68 0,00 0,00 0,00 0,00 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 3,69 0,00 0,00 7,98 0,00 4,49 7,21 0,00 24 Huru Hiris 0,00 5,52 0,00 3,45 0,00 13,78 3,50 0,00 25 Huru Kacang 3,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,99 6,05 26 Huru Leer 11,09 2,63 0,00 7,61 6,67 17,60 11,25 0,00 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,28 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 16,36 16,75 14,07 23,01 9,91 10,95 27,77 0,00 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32 Kareumi 0,00 3,50 0,00 0,00 4,35 0,00 6,52 0,00 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Page 208: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

187

Lanjutan Lampiran 6. 34 Kawoyan 7,34 14,36 0,00 0,00 9,73 16,13 8,11 0,00 35 Kenung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,19 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 0,00 1,78 0,00 0,00 0,00 0,00 6,16 0,00 40 Ki Huut 0,00 2,15 0,00 0,00 0,00 4,24 10,36 0,00 41 Ki Jebug 0,00 10,26 0,00 0,00 0,00 0,00 3,67 0,00 42 Ki Leho 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 43 Ki Limo 0,00 1,79 0,00 0,00 4,02 0,00 0,00 0,00 44 Ki Pare 3,18 9,73 0,00 8,19 6,42 6,86 10,89 0,00 45 Ki Piit 17,93 0,00 3,44 1,74 0,00 0,00 0,00 0,00 46 Ki Sampang 0,00 8,91 0,00 3,44 16,76 10,10 11,81 0,00 47 Ki Seer 2,06 6,35 0,00 4,71 0,00 2,10 3,38 0,00 48 Ki Sirem 8,01 8,49 6,50 3,20 1,94 6,45 12,49 0,00 49 Ki Wates 8,42 0,00 0,00 21,37 15,19 3,97 6,74 6,05 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,01 0,00 0,00 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 3,16 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 0,00 1,81 0,00 0,00 2,73 0,00 4,87 0,00 57 Manii 1,56 0,00 0,00 38,29 18,20 0,00 0,00 0,00 58 Mara 10,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 59 Pakis Benyir 0,00 0,00 7,93 1,59 0,00 2,82 0,00 0,00 60 Pakis Sier 0,00 3,45 17,36 12,27 7,96 6,01 4,88 6,05 61 Paku Tihang 4,71 0,00 9,83 0,00 0,00 0,00 0,00 6,05 62 Palahlar 1,64 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 0,00 21,65 0,00 9,30 38,03 44,03 19,58 0,00 65 Pasang Batarua 52,11 13,12 0,00 0,00 0,00 2,99 12,43 0,00 66 Pasang Putih 17,65 8,13 0,00 10,11 0,00 6,51 5,91 0,00 67 Peris 6,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 68 Pinus 0,00 0,00 175,39 6,26 0,00 0,00 0,00 96,58 69 Piskulit 0,00 3,87 28,39 20,71 18,70 11,11 4,16 15,26 70 Ponggokan 21,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 Puspa 0,00 64,89 0,00 24,38 67,09 87,53 61,75 0,00 72 Ramogiling 48,72 4,83 0,00 14,43 2,55 5,50 6,66 0,00 73 Rasamala 16,62 2,06 0,00 1,57 0,00 2,10 1,90 0,00 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 76 Saninten 0,00 3,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,66 0,00 77 Sasah 2,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78 Sehang 0,00 10,15 0,00 7,95 10,30 2,04 6,06 0,00 79 Seserehan 1,68 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 80 Sulibra 0,00 1,74 0,00 17,46 0,00 0,00 0,00 0,00 81 Suwangkung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 82 Walen 0,00 1,84 6,56 3,25 6,53 4,23 1,68 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

oNo Nama Daerah B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 1 Anggrip 0,00 0,00 1,49 0,00 0,00 0,00 1,45 7,31 2 Bambu Andong 0,00 42,35 23,74 0,00 0,00 0,00 32,25 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 11,91 10,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 131,88 112,93 94,93 0,00 147,42 121,64 83,83 0,00

Page 209: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

188

Lanjutan Lampiran 6. 6 Bambu Tamiyang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,36 8 Beunying 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,55 0,00 0,00 9 Beunying Cai 0,00 1,79 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 2,56 0,00 2,98 0,00 0,00 6,17 5,80 1,13 12 Cacabean 0,00 0,00 0,00 4,92 0,00 0,00 2,90 5,74 13 Calik Angin 41,87 7,65 7,47 9,22 10,05 30,95 11,06 5,73 14 Cangkuang 0,00 0,00 5,44 4,03 4,22 4,63 2,90 12,41 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 0,00 0,00 0,00 3,21 0,00 0,00 0,00 0,00 17 Gompong 15,80 4,08 16,29 13,72 0,00 6,66 8,41 10,59 18 Hamerang 0,00 0,00 0,00 2,01 0,00 0,00 0,00 1,50 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,37 21 Haruman 2,56 0,00 0,00 0,00 0,00 2,53 2,92 1,78 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 0,00 7,15 4,97 4,95 6,85 1,55 1,45 8,43 24 Huru Hiris 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25 Huru Kacang 0,00 0,00 3,95 0,00 0,00 3,08 4,92 4,61 26 Huru Leer 0,00 10,96 13,91 16,26 4,30 3,08 6,58 8,95 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 0,00 21,12 7,43 21,62 0,00 10,18 17,95 16,41 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 2,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32 Kareumi 0,00 0,00 0,00 1,65 3,42 0,00 0,00 3,98 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 34 Kawoyan 0,00 3,57 1,49 5,26 0,00 0,00 5,80 6,09 35 Kenung 0,00 1,79 0,00 2,19 0,00 0,00 3,47 2,30 36 Ki Ara 0,00 1,78 0,00 0,00 0,00 0,00 2,03 5,35 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 0,00 0,00 0,00 2,07 0,00 1,55 0,00 1,85 40 Ki Huut 0,00 0,00 0,00 1,71 0,00 1,55 0,00 2,80 41 Ki Jebug 0,00 0,00 1,49 20,28 10,30 3,59 0,00 4,35 42 Ki Leho 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 43 Ki Limo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 44 Ki Pare 2,56 4,60 5,50 9,99 6,84 5,12 4,95 21,03 45 Ki Piit 0,00 3,07 4,96 0,00 0,00 0,00 1,45 0,00 46 Ki Sampang 7,70 9,16 12,87 15,54 10,26 3,08 6,98 10,30 47 Ki Seer 0,00 1,79 2,46 1,80 0,00 0,00 1,45 3,13 48 Ki Sirem 0,00 0,00 12,30 28,43 3,43 2,04 7,68 11,19 49 Ki Wates 5,87 5,36 2,99 0,00 0,00 1,54 0,00 2,74 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 0,00 7,14 8,43 4,72 0,00 3,09 0,00 5,72 57 Manii 15,10 0,00 6,10 1,61 3,42 0,00 9,30 5,29 58 Mara 0,00 1,79 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 59 Pakis Benyir 0,00 0,00 1,49 0,00 4,21 0,00 2,90 0,00 60 Pakis Sier 9,91 0,00 6,45 2,00 12,64 7,14 9,27 0,00 61 Paku Tihang 2,56 1,79 0,00 0,00 3,42 5,61 6,96 9,55 62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 2,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 2,66 13,47 11,88 23,17 0,00 15,30 19,72 23,21 65 Pasang Batarua 0,00 4,07 1,49 9,04 0,00 6,73 4,05 4,62 66 Pasang Putih 0,00 0,00 0,00 4,61 0,00 5,14 3,49 2,95 67 Peris 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Page 210: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

189

Lanjutan Lampiran 6. 68 Pinus 11,74 1,83 0,00 0,00 62,36 9,18 0,00 0,00 69 Piskulit 11,74 11,73 6,08 18,57 0,00 12,29 14,97 13,35 70 Ponggokan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,43 71 Puspa 3,33 1,79 14,39 39,18 0,00 7,71 5,87 37,52 72 Ramogiling 0,00 0,00 0,00 1,57 0,00 5,12 0,00 5,72 73 Rasamala 4,05 0,00 0,00 14,46 0,00 0,00 1,46 10,43 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 3,44 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,33 76 Saninten 0,00 0,00 0,00 1,42 0,00 0,00 0,00 5,10 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,18 78 Sehang 0,00 3,58 3,48 5,09 0,00 0,00 1,45 4,63 79 Seserehan 0,00 0,00 0,00 0,00 3,42 0,00 0,00 0,00 80 Sulibra 22,94 0,00 0,00 0,00 0,00 7,09 1,46 1,13 81 Suwangkung 0,00 1,79 1,50 2,13 0,00 1,54 0,00 1,43 82 Walen 0,00 0,00 1,49 3,57 0,00 3,58 2,90 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

oNo Nama Daerah B25 B26 B27 B28 B29 B30 B31 B32 1 Anggrip 6,23 0,00 2,13 1,76 5,45 3,23 8,14 2,72 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 49,17 0,00 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 3,76 61,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 118,08 46,05 97,83 59,99 0,00 0,00 0,00 6 Bambu Tamiyang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 91,00 7 Baros 2,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Beunying 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,18 0,00 0,00 9 Beunying Cai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 0,00 2,54 4,04 3,33 7,81 6,20 5,39 6,74 12 Cacabean 3,40 2,54 0,00 0,00 1,35 2,30 1,39 0,00 13 Calik Angin 5,78 22,64 63,61 35,43 10,11 10,56 7,31 6,64 14 Cangkuang 5,42 2,54 0,00 1,67 3,23 1,17 1,41 4,09 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 1,36 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 1,34 0,00 0,00 0,00 4,06 1,21 0,00 0,00 17 Gompong 9,43 5,83 4,64 6,88 7,84 20,51 16,55 10,02 18 Hamerang 0,00 2,54 0,00 0,00 0,00 2,77 0,00 1,36 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 2,83 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 2,55 0,00 4,29 1,38 0,00 0,00 0,00 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 6,85 0,00 2,02 1,81 2,72 1,21 0,00 1,34 24 Huru Hiris 0,00 0,00 0,00 0,00 3,26 0,00 0,00 0,00 25 Huru Kacang 4,75 0,00 0,00 0,00 1,35 3,08 0,00 2,67 26 Huru Leer 13,13 5,12 6,11 3,34 4,08 2,98 2,11 6,48 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 5,86 14,25 4,04 10,23 16,82 25,44 20,16 26,34 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32 Kareumi 0,00 5,09 0,00 1,67 0,00 1,21 0,00 2,62 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,43 1,31 34 Kawoyan 15,65 0,00 0,00 0,00 0,00 9,68 1,79 1,37 35 Kenung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,50 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 2,70 1,15 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 1,36 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 4,16 0,00 0,00 0,00 0,00 1,46 2,09 0,00

Page 211: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

190

Lanjutan Lampiran 6. 40 Ki Huut 6,49 0,00 2,02 1,69 0,00 2,11 4,49 1,34 41 Ki Jebug 9,97 0,00 0,00 0,00 2,73 9,60 5,84 3,29 42 Ki Leho 1,07 0,00 0,00 1,67 0,00 0,00 0,00 0,00 43 Ki Limo 0,00 2,54 2,02 1,68 0,00 0,00 0,00 1,33 44 Ki Pare 12,71 0,00 6,09 3,54 4,66 5,16 11,57 4,04 45 Ki Piit 0,00 0,00 4,08 0,00 0,00 1,21 0,00 1,31 46 Ki Sampang 16,61 0,00 19,73 20,66 7,06 12,38 8,34 8,92 47 Ki Seer 6,56 0,00 0,00 0,00 3,24 7,68 1,43 1,31 48 Ki Sirem 17,38 0,00 0,00 1,67 11,56 20,32 6,43 7,60 49 Ki Wates 3,46 5,09 6,06 1,67 0,00 0,00 3,18 6,40 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 52 Kimokla 2,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 0,00 0,00 0,00 0,00 2,71 1,23 0,00 0,00 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,93 55 Kondang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 7,09 0,00 0,00 1,70 1,35 2,32 9,23 2,62 57 Manii 3,65 16,09 4,10 14,03 18,51 4,64 6,51 0,00 58 Mara 0,00 0,00 0,00 0,00 2,70 0,00 2,79 0,00 59 Pakis Benyir 0,00 3,29 0,00 15,08 2,70 6,49 8,77 13,29 60 Pakis Sier 2,13 12,68 8,08 9,25 6,99 1,65 17,75 5,72 61 Paku Tihang 0,00 12,15 6,07 7,83 7,04 0,00 5,00 2,63 62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 2,72 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 18,50 0,00 4,07 3,83 2,72 28,73 32,17 14,54 65 Pasang Batarua 13,91 5,11 3,05 0,00 4,94 5,86 12,62 11,18 66 Pasang Putih 8,47 0,00 0,00 0,00 4,08 11,16 6,50 2,66 67 Peris 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,95 1,90 68 Pinus 0,00 45,13 14,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 69 Piskulit 8,91 5,11 2,63 8,18 5,95 25,48 12,02 1,82 70 Ponggokan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,58 4,15 1,55 71 Puspa 41,29 0,00 9,37 10,05 13,60 19,58 36,25 22,86 72 Ramogiling 4,68 0,00 2,02 2,15 0,00 1,30 2,74 1,33 73 Rasamala 12,48 0,00 0,00 0,00 0,00 10,86 16,75 8,59 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 3,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 76 Saninten 3,72 0,00 0,00 1,80 0,00 2,86 10,20 2,94 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78 Sehang 5,94 0,00 0,00 0,00 4,15 5,61 0,00 3,21 79 Seserehan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 80 Sulibra 0,00 2,54 11,32 25,29 0,00 0,00 0,00 0,00 81 Suwangkung 1,97 0,00 0,00 0,00 1,91 3,15 0,00 0,00 82 Walen 3,61 0,00 0,00 0,00 4,62 6,70 3,04 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

oNo Nama Daerah B33 B34 B35 B36 B37 B38 B39 B40 1 Anggrip 5,18 6,22 7,43 4,94 6,95 0,00 3,24 17,07 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 94,05 38,37 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Bambu Tamiyang 0,00 26,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 0,00 0,00 1,48 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Beunying 0,00 0,00 0,00 0,00 1,29 1,24 0,00 1,26 9 Beunying Cai 2,07 2,10 7,79 0,00 5,06 7,10 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 1,25 0,00 3,86 3,62 0,00 1,24 2,56 0,00

Page 212: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

191

Lanjutan Lampiran 6. 12 Cacabean 2,39 3,17 1,34 0,00 0,00 0,00 1,75 2,43 13 Calik Angin 13,84 0,00 0,00 16,25 0,00 0,00 5,62 0,00 14 Cangkuang 12,10 41,92 17,23 5,65 8,00 7,69 14,17 10,44 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 0,00 1,52 0,00 1,63 0,00 0,00 0,00 1,37 17 Gompong 26,87 6,57 6,36 4,83 9,43 12,87 14,78 7,44 18 Hamerang 2,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,96 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,21 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 0,00 0,00 1,21 0,00 0,00 0,00 0,00 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24 Huru Hiris 3,90 1,13 0,00 0,00 0,00 3,92 0,00 1,70 25 Huru Kacang 0,00 5,19 1,33 2,57 2,76 6,05 1,42 4,85 26 Huru Leer 1,72 4,25 19,10 4,89 3,78 6,32 8,76 2,66 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 9,89 8,93 7,15 13,78 12,86 23,37 9,42 13,02 30 Kadondong Hutan 0,00 1,55 6,89 0,00 0,00 0,00 0,00 5,03 31 Kaliandra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32 Kareumi 1,21 0,00 0,00 1,20 5,46 0,00 4,50 1,36 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,27 0,00 0,00 34 Kawoyan 3,61 1,56 3,58 0,00 0,00 6,80 1,36 4,68 35 Kenung 0,00 2,11 0,00 1,21 3,85 0,00 2,51 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 0,00 5,03 2,35 2,86 0,00 0,00 0,00 0,00 40 Ki Huut 7,34 9,70 4,66 2,50 0,00 3,37 6,00 6,36 41 Ki Jebug 6,73 7,72 16,72 0,00 0,00 6,38 7,15 13,01 42 Ki Leho 0,00 2,17 4,52 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 43 Ki Limo 4,33 0,00 0,00 7,32 1,35 0,00 0,00 0,00 44 Ki Pare 3,36 3,36 0,00 10,39 6,11 12,00 1,57 2,07 45 Ki Piit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 46 Ki Sampang 5,39 1,04 6,70 4,84 4,76 5,05 15,41 5,77 47 Ki Seer 2,47 9,59 20,05 0,00 9,69 12,58 8,44 17,45 48 Ki Sirem 14,92 7,05 27,11 4,08 3,87 6,54 13,21 11,10 49 Ki Wates 1,40 0,00 0,00 2,43 0,00 2,74 2,75 3,00 50 Kiara Kebo 2,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 0,00 2,47 0,00 0,00 6,32 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 0,00 0,00 6,14 0,00 1,25 0,00 3,90 6,70 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 1,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,90 56 Manggong 3,70 6,43 8,96 0,00 3,72 9,60 9,93 13,35 57 Manii 0,00 0,00 0,00 1,21 0,00 0,00 0,00 0,00 58 Mara 2,42 0,00 7,99 0,00 0,00 0,00 1,25 2,45 59 Pakis Benyir 8,43 10,54 16,68 9,27 6,75 15,60 10,69 2,97 60 Pakis Sier 9,03 10,21 9,12 11,69 18,55 20,76 21,47 14,51 61 Paku Tihang 3,91 2,96 0,00 12,61 2,51 0,00 0,00 2,98 62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 32,61 18,95 3,72 21,15 26,14 28,11 46,09 31,31 65 Pasang Batarua 9,15 6,30 2,77 3,02 15,89 18,63 11,97 5,68 66 Pasang Putih 3,57 19,62 26,19 10,02 23,21 21,72 11,64 21,59 67 Peris 0,00 3,32 7,62 6,13 0,00 2,12 0,00 4,74 68 Pinus 0,00 0,00 0,00 10,53 0,00 0,00 0,00 0,00 69 Piskulit 11,36 1,16 0,00 4,94 4,81 9,82 5,35 7,31 70 Ponggokan 3,22 2,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 Puspa 42,38 28,87 26,70 10,77 31,97 43,04 36,19 30,62 72 Ramogiling 1,25 1,09 0,00 0,00 0,00 1,39 1,28 0,00 73 Rasamala 20,81 7,14 1,83 4,78 36,33 1,25 9,39 0,00

Page 213: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

192

Lanjutan Lampiran 6. 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 7,41 1,89 0,00 1,41 0,00 0,00 1,89 76 Saninten 3,70 3,57 3,71 0,00 0,00 1,44 0,00 1,68 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78 Sehang 8,96 6,59 8,97 3,64 1,40 0,00 4,78 3,37 79 Seserehan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,45 0,00 80 Sulibra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 81 Suwangkung 0,00 1,06 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00 1,42 82 Walen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 3,77 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

oNo Nama Daerah B41 B42 B43 B44 B45 B46 B47 B48 1 Anggrip 4,97 6,74 2,23 0,00 2,52 6,34 15,17 5,88 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Bambu Tamiyang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 0,00 0,00 1,29 0,00 3,86 10,61 1,22 2,75 8 Beunying 2,23 0,00 0,00 0,00 2,43 6,17 2,67 1,68 9 Beunying Cai 0,00 0,00 0,00 0,00 3,24 0,00 16,21 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 3,84 2,09 7,53 8,77 1,09 6,58 3,75 3,83 12 Cacabean 0,00 2,09 3,04 3,40 1,06 0,00 3,68 1,21 13 Calik Angin 18,33 8,33 2,27 5,15 2,41 26,87 10,15 26,71 14 Cangkuang 0,00 0,00 8,97 11,91 43,46 5,54 6,74 1,87 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 0,00 0,00 1,83 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17 Gompong 8,84 6,73 17,88 6,71 4,65 1,52 8,81 5,89 18 Hamerang 0,00 0,00 0,00 1,27 3,37 0,00 2,65 1,37 19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 2,15 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 0,00 1,07 1,11 0,00 5,36 0,00 0,00 22 Huni Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,96 0,00 0,00 23 Huru Dapong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24 Huru Hiris 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25 Huru Kacang 9,39 6,50 6,14 3,61 0,00 0,00 0,00 5,39 26 Huru Leer 1,81 5,45 4,50 4,00 8,95 1,81 10,26 6,41 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,61 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,74 0,00 29 Jirak 3,74 10,08 5,79 17,32 15,73 10,82 11,84 16,52 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 1,18 3,57 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,35 0,00 32 Kareumi 2,08 6,62 0,00 1,29 1,18 6,23 0,00 3,54 33 Katuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,25 0,00 34 Kawoyan 2,76 5,19 9,60 1,67 9,30 0,00 7,02 2,43 35 Kenung 0,00 0,00 0,00 3,62 0,00 0,00 0,00 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 2,44 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 1,57 0,00 0,00 0,00 40 Ki Huut 2,02 0,00 3,73 4,02 1,09 1,57 1,92 2,64 41 Ki Jebug 0,00 5,40 12,47 10,91 9,15 0,00 1,26 2,35 42 Ki Leho 0,00 0,00 0,00 2,65 1,26 0,00 9,67 0,00 43 Ki Limo 5,54 2,51 0,00 0,00 0,00 7,45 3,04 8,06 44 Ki Pare 8,21 15,95 1,79 9,92 5,83 7,96 1,88 12,42 45 Ki Piit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,82 0,00 0,00

Page 214: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

193

Lanjutan Lampiran 6. 46 Ki Sampang 6,01 13,95 2,85 9,19 6,49 16,18 4,79 13,62 47 Ki Seer 0,00 11,40 7,76 6,60 6,35 0,00 7,43 7,33 48 Ki Sirem 4,41 3,32 4,58 8,22 13,94 0,00 4,93 9,19 49 Ki Wates 3,46 3,25 10,13 3,46 7,15 5,75 0,00 0,00 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,87 6,27 2,36 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 0,00 2,09 2,04 5,78 0,00 0,00 1,25 3,23 54 Kokosan Monyet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 0,00 0,00 0,00 0,00 3,14 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 3,29 2,09 2,22 5,00 3,83 4,69 6,72 2,48 57 Manii 27,42 16,50 3,63 0,00 0,00 7,61 6,34 6,70 58 Mara 0,00 2,09 0,00 2,30 1,12 0,00 2,46 0,00 59 Pakis Benyir 2,25 8,39 6,04 11,82 10,66 17,25 25,66 15,94 60 Pakis Sier 4,45 9,06 15,97 13,67 5,06 20,54 9,12 15,06 61 Paku Tihang 21,58 6,35 0,00 3,86 3,66 7,08 10,67 6,68 62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 5,08 18,14 15,16 11,71 10,01 0,00 12,55 8,92 65 Pasang Batarua 20,51 21,61 19,88 20,13 24,58 13,50 22,99 15,76 66 Pasang Putih 17,13 11,54 22,97 22,64 27,26 3,31 7,30 12,68 67 Peris 0,00 2,55 3,57 1,63 2,60 0,00 0,00 0,00 68 Pinus 50,88 0,00 0,00 0,00 0,00 9,99 3,34 1,24 69 Piskulit 21,74 15,56 12,10 8,66 13,95 15,29 5,92 5,83 70 Ponggokan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 Puspa 27,51 41,77 63,10 42,41 20,62 47,56 6,17 9,99 72 Ramogiling 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 73 Rasamala 4,52 13,12 5,94 12,46 3,20 10,16 11,09 35,11 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 1,49 2,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 76 Saninten 0,00 0,00 0,00 0,00 1,52 0,00 0,00 0,00 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78 Sehang 6,00 12,07 4,97 7,09 5,59 6,45 8,11 16,92 79 Seserehan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,44 0,00 80 Sulibra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,65 0,00 0,00 81 Suwangkung 0,00 0,00 2,52 2,40 1,41 1,51 0,00 0,00 82 Walen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,54 0,00 83 Ki Cengkeh 0,00 0,00 2,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6.

oNo Nama Daerah B49 B50 B51 B52 B53 B54 B55 B56 1 Anggrip 7,91 10,38 0,00 7,17 9,23 16,65 0,00 0,00 2 Bambu Andong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Bambu Bitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Bambu Buluh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bambu Tali 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Bambu Tamiyang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Baros 11,44 5,23 5,03 9,47 2,00 0,00 0,00 5,71 8 Beunying 2,06 4,04 0,00 0,00 5,89 3,58 4,40 0,00 9 Beunying Cai 1,05 2,33 0,00 1,84 2,15 0,00 0,00 0,00 10 Bisoro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11 Bungbuay 0,00 2,19 2,13 4,20 0,00 5,60 0,00 1,08 12 Cacabean 0,00 0,00 1,08 0,00 2,92 2,04 4,27 2,19 13 Calik Angin 8,27 2,14 2,45 8,54 4,44 3,22 4,31 1,24 14 Cangkuang 13,22 10,07 8,02 6,78 4,22 10,43 0,00 11,26 15 Cantigi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 Cempaka 1,93 0,00 10,28 8,53 4,05 0,00 2,85 7,54 17 Gompong 8,91 10,07 14,94 9,16 11,72 5,60 5,51 9,66

Page 215: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

194

18 Hamerang 8,75 0,00 2,84 2,41 0,00 0,00 0,00 2,96

19 Harendang 0,00 0,00 0,00 0,00 2,38 0,00 0,00 0,00 20 Harendong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Haruman 0,00 1,13 4,36 0,00 4,00 0,00 0,00 4,57 22 Huni Hutan 1,18 1,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23 Huru Dapong 0,00 0,00 1,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24 Huru Hiris 2,11 3,06 0,00 1,44 0,00 0,00 5,41 1,27 25 Huru Kacang 1,97 8,52 11,36 0,00 3,88 8,98 21,60 11,96 26 Huru Leer 2,48 5,41 6,59 10,84 3,65 11,06 5,17 4,57 27 Jambe Rende 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Jambe Sinagar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Jirak 15,94 4,64 12,44 11,35 3,06 9,33 12,18 12,07 30 Kadondong Hutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31 Kaliandra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32 Kareumi 0,00 0,00 3,17 2,03 0,00 0,00 0,00 2,13 33 Katuk 3,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 34 Kawoyan 5,15 2,97 6,69 10,45 15,14 10,89 3,76 9,08 35 Kenung 0,98 0,00 0,00 0,00 0,00 1,95 0,00 0,00 36 Ki Ara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37 Ki Ara Payung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38 Ki Cantung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 39 Ki Harendong 1,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 40 Ki Huut 0,00 5,88 0,00 2,55 0,00 1,90 2,97 0,00 41 Ki Jebug 2,21 8,62 6,36 1,25 13,25 8,74 21,80 10,70 42 Ki Leho 0,00 0,00 0,00 2,32 1,92 0,00 0,00 0,00 43 Ki Limo 0,00 0,00 2,35 3,93 0,00 4,76 0,00 2,40 44 Ki Pare 16,62 7,29 6,70 12,17 9,30 8,72 16,79 4,87 45 Ki Piit 0,00 0,00 0,00 2,33 0,00 0,00 0,00 0,00 46 Ki Sampang 0,96 2,04 4,84 3,83 7,50 6,05 24,23 3,79 47 Ki Seer 6,69 7,66 12,09 8,29 2,97 0,00 2,79 9,16 48 Ki Sirem 8,35 21,91 3,96 7,76 7,29 3,11 4,11 6,23 49 Ki Wates 2,72 4,17 9,84 4,45 5,16 0,00 0,00 8,31 50 Kiara Kebo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,11 8,70 0,00 51 Kidawolong 0,00 0,00 0,00 1,02 0,00 0,00 2,75 0,00 52 Kimokla 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53 Kokopian 0,95 0,00 2,11 1,03 2,91 5,18 0,00 1,07 54 Kokosan Monyet 0,00 1,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 55 Kondang 0,00 1,04 0,00 3,30 1,22 0,00 0,00 0,00 56 Manggong 0,97 0,00 0,00 3,13 3,69 0,00 0,00 2,16 57 Manii 18,81 21,06 10,05 8,46 2,68 0,00 0,00 10,68 58 Mara 3,63 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 59 Pakis Benyir 5,46 15,48 9,90 8,71 4,23 5,10 2,65 10,88 60 Pakis Sier 9,34 10,32 16,32 18,86 8,99 10,24 6,22 19,22 61 Paku Tihang 3,01 0,00 2,28 3,28 0,00 7,22 0,00 2,32 62 Palahlar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63 Panggang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64 Panggang Puyuh 12,84 18,88 11,70 10,69 19,04 14,86 28,37 11,86 65 Pasang Batarua 31,45 19,76 21,27 19,53 14,29 20,36 19,23 25,13 66 Pasang Putih 9,99 10,88 6,64 17,00 12,61 15,41 6,23 7,75 67 Peris 0,00 0,00 1,26 0,00 5,25 6,30 0,00 1,30 68 Pinus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 69 Piskulit 10,18 20,31 10,65 19,32 12,20 0,96 11,62 10,65 70 Ponggokan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 Puspa 36,61 37,27 49,43 32,70 57,65 58,10 56,50 44,57 72 Ramogiling 1,28 1,04 1,11 0,00 0,00 1,99 0,00 1,13 73 Rasamala 7,03 4,72 10,89 0,00 14,51 4,13 8,40 10,42 74 Renghas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 75 Salam Anjing 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 76 Saninten 0,00 0,00 0,00 0,00 5,29 13,39 0,00 0,00 77 Sasah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78 Sehang 10,18 1,10 1,42 7,34 5,53 0,00 7,19 2,87 79 Seserehan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

80 Sulibra 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,86 0,00 0,00

Page 216: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

195

81 Suwangkung 1,35 0,00 0,00 0,00 0,00 5,16 0,00 0,00 82 Walen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 83 Ki Cengkeh 1,94 5,71 6,19 2,53 3,78 0,00 0,00 5,22

J U M L A H: 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Lanjutan Lampiran 6. No Nama Daerah B57 B58 B59 B60

1 Anggrip 4,463 13,769 8,967 1,436 2 Bambu Andong 0,000 0,000 0,000 0,000 3 Bambu Bitung 0,000 0,000 0,000 0,000 4 Bambu Buluh 0,000 0,000 0,000 0,000 5 Bambu Tali 0,000 0,000 0,000 0,000 6 Bambu Tamiyang 0,000 0,000 0,000 0,000 7 Baros 8,263 1,115 0,000 0,000 8 Beunying 0,000 6,269 2,996 3,9909 Beunying Cai 2,007 3,654 0,000 0,00010 Bisoro 0,000 0,000 0,000 0,000 11 Bungbuay 2,247 0,000 6,901 3,049 12 Cacabean 1,074 1,059 3,302 1,473 13 Calik Angin 8,441 4,880 6,664 6,175 14 Cangkuang 7,360 3,306 9,283 0,000 15 Cantigi 0,000 0,000 0,000 0,000 16 Cempaka 9,214 2,267 0,000 1,461 17 Gompong 13,312 12,499 7,558 9,265 18 Hamerang 2,560 0,000 0,000 0,000 19 Harendang 0,000 0,000 0,000 0,00020 Harendong 0,000 0,000 0,000 0,000 21 Haruman 0,000 4,292 0,000 0,000 22 Huni Hutan 0,000 0,000 0,000 0,000 23 Huru Dapong 0,000 0,000 0,000 0,000 24 Huru Hiris 1,492 0,000 0,000 7,295 25 Huru Kacang 0,000 5,343 9,081 11,778 26 Huru Leer 7,281 0,000 8,168 3,927 27 Jambe Rende 0,000 0,000 0,000 0,000 28 Jambe Sinagar 0,000 0,000 0,000 0,000 29 Jirak 14,582 1,072 12,070 6,253 30 Kadondong Hutan 0,000 0,000 0,000 0,00031 Kaliandra 0,000 0,000 0,000 0,000 32 Kareumi 0,000 0,000 0,000 0,000 33 Katuk/Kakatukan 0,000 0,000 0,000 0,000 34 Kawoyan 10,368 15,413 10,836 5,303 35 Kenung 0,000 0,000 1,108 0,000 36 Ki Ara 0,000 0,000 0,000 0,000 37 Ki Ara Payung 0,000 0,000 0,000 0,000 38 Ki Cantung 0,000 0,000 0,000 0,000 39 Ki Harendong 0,000 0,000 0,000 0,000 40 Ki Huut 3,857 0,000 3,847 4,86341 Ki Jebug 2,701 12,850 6,943 13,56742 Ki Leho 1,235 3,170 0,000 0,000 43 Ki Limo 1,143 0,000 6,084 0,000 44 Ki Pare 11,802 10,138 11,271 9,988 45 Ki Piit 3,737 0,000 0,000 0,000 46 Ki Sampang 1,143 6,831 5,235 12,303 47 Ki Seer 5,303 6,644 0,000 2,879 48 Ki Sirem 11,045 6,942 5,090 2,691 49 Ki Wates 6,842 3,440 0,000 0,000

Page 217: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

196

50 Kiara Kebo 0,000 0,000 0,000 4,388 51 Kidawolong 2,148 0,000 0,000 2,814 52 Kimokla 0,000 0,000 0,000 0,000 53 Kokopian 1,075 0,000 5,891 0,000 54 Kokosan Monyet 0,000 0,000 0,000 0,000 55 Kondang 6,569 1,403 0,000 0,000 56 Manggong 2,211 7,560 0,000 4,11657 Manii 4,895 4,684 0,000 1,295 58 Mara 0,000 0,000 0,000 1,263 59 Pakis Benyir 9,626 0,000 2,551 5,361 60 Pakis Sier 16,097 13,777 11,128 19,704 61 Paku Tihang 5,897 0,000 7,085 0,000 62 Palahlar 0,000 0,000 0,000 0,000 63 Panggang 0,000 0,000 0,000 0,000 64 Panggang Puyuh 12,910 25,001 14,955 33,404 65 Pasang Batarua 23,853 19,135 15,294 15,020 66 Pasang Putih 15,684 11,726 20,083 9,822 67 Peris 0,000 1,918 6,760 0,000 68 Pinus 1,264 0,000 0,000 0,00069 Piskulit 12,854 9,769 0,000 8,098 70 Ponggokan 0,000 0,000 0,000 0,000 71 Puspa 35,186 54,439 55,648 73,918 72 Ramogiling 0,000 0,000 1,652 0,000 73 Rasamala 0,000 9,519 5,947 3,389 74 Renghas 0,000 0,000 0,000 0,000 75 Salam Anjing 0,000 0,000 0,000 0,000 76 Saninten 0,000 6,140 14,224 5,969 77 Sasah 0,000 0,000 0,000 0,000 78 Sehang 4,452 6,816 0,000 3,74379 Seserehan 0,000 0,000 0,000 0,000 80 Sulibra 0,000 0,000 6,148 0,000 81 Suwangkung 0,000 0,000 7,232 0,000 82 Walen 0,000 0,000 0,000 0,000 83 Ki Cengkeh 3,811 3,160 0,000 0,000

J U M L A H: 300,000 300,000 300,000 300,000

Keterangan: Bn : Blok pengamatan ke n. Nama latin dari spesies dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Page 218: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

Lampiran 7. Kategori Faktor Abiotik Tanah dan Topografi.

Kategori sifat tanah berdasarkan Laboratorium Ilmu-Ilmu Tanah IPB, Bogor adalah

sebagai berikut: .

SIFAT TANAH SANGAT RENDAH RENDAH SEDANG TINGGI

SANGAT TINGGI

C (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00

N (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N Ratio < 5 5-10 11-15 16-25 > 25 P2O5 HCL 25% (ppm) < 15 15-20 21-40 41-60 > 60 P2O5 Bray (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35 P2O5 Olsen (ppm) < 1 10-25 26-45 46-60 > 60 K2O HCL 25% (ppm) < 10 10-20 21-40 41-60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5-16 17-24 25-40 > 40

SUSUNAN KATION SANGAT RENDAH RENDAH SEDANG TINGGI

SANGAT TINGGI

K (me/g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 > 1,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 > 1,0 Mg (me/100g) < 0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 > 8,0 Ca (me/100g) < 2 2-5 6-10 11-20 > 20 Kejenuhan Basa (%) < 20 20-35 36-50 51-70 > 70

SANGAT MASAM MASAM AGAK MASAM NETRAL

AGAK ALKALIS ALKALIS

PH (H2O) < 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5

Kategori tanah selain pH, P, dan tektsur di atas maka nilai yang dipakai adalah

seperti pada tabel berikut :

Nilai Kategori 1 Sangat Rendah 2 Rendah 3 Sedang 4 Tinggi 5 Sangat Tinggi

Kategori pH tanah sebagaimana pada Tabel berikut:

Nilai Kategori 1 Sangat Masam 2 Masam 3 Agak Masam 4 Netral 5 Agak Alkalis 6 Alkalis

Page 219: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

198

Untuk kategori P tanah, karena semua blok pengamatan memiliki kategori P tanah

yang sama, yaitu sangat rendah, maka untuk dapat dikaji dengan statistik chi-kuadrat

maka nilai kategori tanah yang sangat rendah tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa

kelas sebagaimana pada tabel berikut:

Nilai Kategori (ppm) 1 <= 5,5 2 5,6 – 6,5 3 6,6 – 7,5 4 7,6 – 8,6 5 > 8,6

Kategori kadar Air dapat dilihat pada tabel berikut:

Nilai Kategori 1 10-20 2 20-30 3 30-40 4 40-50 5 > 50

Kategori tekstur tanah seperti pada tabel berikut:

Nilai Kategori 1 Liat 2 Lempung 3 Lempung Berliat 4 Lempung Berdebu 5 Lempung Berpasir

Kategori arah lereng sebagaimana pada tabel berikut:

Nilai Kategori 1 Selatan 2 Timur 3 Barat 4 Utara

Ketinggian suatu blok pengamatan memiliki kategori ketinggian minimal dan

ketinggian maksimal. Hal ini disebabkan dalam suatu blok pengamatan terdapat 10 buah

plot pengamatan, dan plot-plot tersebut ada yang memiliki katinggian paling tinggi dpl

disebut tinggi maksimal atau Tmaks, dan ada yang memiliki ketinggian terendah dari

permukaan laut atau Tmin. Dalam penelitian, kategori ketinggian minimal dpl (tmin) dan

ketinggian maksimal dpl (tmaks) adalah sebagai berikut:

Page 220: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

199

Kategori ketinggian minimal dpl dalam suatu blok pengamatan Nilai Kategori (m dpl) 1 < 1050 2 1050 - 1100 3 1100 - 1200 4 1200 - 1300 5 > 1300

Kategori ketinggian minimal dpl dalam suatu blok pengamatan

Nilai Kategori (m dpl) 1 < 1100 2 1100 - 1150 3 1150 - 1250 4 1250 - 1350 5 > 1350

Kategori kecuraman lereng adalah sebagai berikut:

Kategori Kecuraman lereng 1 0 - 8% 2 8 – 15 % 3 15 – 25 % 4 25 – 45 % 5 > 45 %

Lereng dalam suatu plot pengamatan sering memiliki berbagai variasi dari kategori

datar sampai sangat curam. Oleh karena itu maka untuk pengolahan data, maka data

dibentuk dengan kategori ada atau tidak kecuraman lereng dengan kategori datar-sampai

sangat curam pada suatu blok pengamatan. Selanjutnya berdasarkan hal ini maka kategori

lereng dalam penelitian ini dikaji sebagaimana pada berikut: Nilai Kategori 1 Jumlah plot pada suatu blok pengamatan dengan kecuraman lereng

pada kategori datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam kurang atau sama dengan 3

2 Jumlah plot pada suatu blok pengamatan dengan kecuraman lereng pada kategori datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam 4 – 6 plot

3 Jumlah plot pada suatu blok pengamatan dengan kecuraman lereng pada kategori datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam 7 – 10 plot

Page 221: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

200

Lampiran 8. Hasil Ordinasi dengan Analisis Faktor

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy: 0,77284454 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square : 117589,205 df : 1770 Sig. : 0.000

Component Initial Eigenvalues

Component Total % of

Variance Cumulative

% Component Total % of

Variance Cumulative

%

1 29,232 48,72 48,72 31 0,022 0,037 99,845 2 11,37 18,949 67,669 32 0,019 0,031 99,876 3 3,27 5,45 73,119 33 0,013 0,021 99,898 4 2,47 4,117 77,236 34 0,011 0,018 99,916 5 2,343 3,904 81,141 35 0,009 0,015 99,931 6 1,783 2,971 84,112 36 0,007 0,012 99,943 7 1,513 2,522 86,633 37 0,007 0,012 99,955 8 1,263 2,105 88,738 38 0,006 0,01 99,965 9 1,074 1,789 90,528 39 0,005 0,008 99,972 10 1,035 1,724 92,252 40 0,004 0,007 99,979 11 0,653 1,088 93,339 41 0,003 0,004 99,984 12 0,644 1,073 94,413 42 0,002 0,004 99,988 13 0,541 0,902 95,315 43 0,002 0,004 99,992 14 0,474 0,789 96,104 44 0,002 0,003 99,995 15 0,404 0,673 96,777 45 0,001 0,002 99,997 16 0,304 0,506 97,283 46 0,001 0,001 99,998 17 0,293 0,488 97,771 47 0,001 0,001 99,999 18 0,249 0,415 98,186 48 0 0,001 100 19 0,177 0,295 98,481 49 0 0 100 20 0,155 0,258 98,739 50 1,70E-05 2,83E-05 100 21 0,118 0,197 98,936 51 1,11E-05 1,86E-05 100 22 0,095 0,158 99,094 52 8,12E-06 1,35E-05 100 23 0,093 0,155 99,249 53 1,64E-06 2,73E-06 100 24 0,077 0,128 99,377 54 7,06E-07 1,18E-06 100 25 0,068 0,113 99,49 55 4,16E-07 6,94E-07 100 26 0,055 0,092 99,582 56 1,77E-07 2,95E-07 100 27 0,041 0,069 99,651 57 1,21E-07 2,02E-07 100 28 0,034 0,057 99,707 58 5,62E-08 9,36E-08 100 29 0,033 0,055 99,762 59 2,58E-08 4,30E-08 100 30 0,028 0,047 99,809 60 1,19E-08 1,99E-08 100

Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared

Loadings

Component Total % of

Variance Cumulative

% Total % of

Variance Cumulative

% 1 29,232 48,72 48,72 27,774 46,29 46,29 2 11,37 18,949 67,669 11,356 18,927 65,217 3 3,27 5,45 73,119 4,403 7,338 72,554 4 2,47 4,117 77,236 2,809 4,682 77,236

Page 222: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

201

Communalities

BLOK INITIAL EXTRACTION BLOK INITIAL EXTRACTION 1 1 0,606 31 1 0,731 2 1 0,635 32 1 0,582 3 1 0,9 33 1 0,71 4 1 0,915 34 1 0,741 5 1 0,918 35 1 0,467 6 1 0,435 36 1 0,015 7 1 0,963 37 1 0,229 8 1 0,833 38 1 0,91 9 1 0,327 39 1 0,796 10 1 0,827 40 1 0,686 11 1 0,287 41 1 0,826 12 1 0,506 42 1 0,907 13 1 0,832 43 1 0,95 14 1 0,949 44 1 0,919 15 1 0,932 45 1 0,658 16 1 0,963 46 1 0,845 17 1 0,963 47 1 0,564 18 1 0,974 48 1 0,453 19 1 0,993 49 1 0,804 20 1 0,719 50 1 0,813 21 1 0,963 51 1 0,907 22 1 0,963 52 1 0,84 23 1 0,963 53 1 0,956 24 1 0,857 54 1 0,845 25 1 0,912 55 1 0,89 26 1 0,965 56 1 0,884 27 1 0,374 57 1 0,848 28 1 0,962 58 1 0,951 29 1 0,772 59 1 0,909 30 1 0,532 60 1 0,969

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Page 223: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

202

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

42

41

40

39

38

37

36

35

34

33

32

31

30

29

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

12

11

10

987654321

Component Number

30

25

20

15

10

5

0

Eig

enva

lue

Scree Plot

Component Transformation Matrix

Component 1 2 3 4 1 0,972 -0,008 0,210 0,108 2 0,004 0,999 -0,005 0,040 3 -0,223 0,001 0,966 0,127 4 -0,078 -0,040 -0,148 0,985

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Page 224: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

Lampiran 9. Unsur iklim curah hujan dan suhu udara kawasan Gunung Salak periode 2004-2008 Curah hujan (mm) Station Cianten Elevasi: 947 m dpl Lintang: -06o43’21,3" LS Bujur: 108o36’14,1" BT Ditakar jam : 7.00 Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES 2004 356,00 206,00 369,00 343,00 454,00 0,00 174,00 2,00 143,00 413,00 819,50 273,002005 350,20 435,00 322,20 153,70 231,00 387,50 330,50 472,00 424,50 519,00 158,00 431,902006 541,50 342,50 175,00 358,00 173,00 160,00 216,00 71,50 259,50 398,00 721,50 670,002007 226,00 560,50 523,00 634,50 561,00 424,00 312,50 119,00 170,50 612,50 784,00 510,502008 457,50 288,50 811,50 718,50 293,50 363,00 155,50 541,00 516,50 1035,50 712,00 338,50

Jumlah 1931,20 1832,50 2200,70 2207,70 1712,50 1334,50 1188,50 1205,50 1514,00 2978,00 3195,00 2223,90Rata-rata 386,24 366,50 440,14 441,54 342,50 266,90 237,70 241,10 302,80 595,60 639,00 444,78 Suhu Udara (Celcius) Stasion Citeko Elevasi: 920 m dpl Lintang: -06o42' LS Bujur: 106o56' BT Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES 2004 20,90 19,90 21,50 21,70 21,50 21,00 20,50 20,70 21,00 22,60 21,60 20,90 2005 20,60 20,80 21,10 20,90 21,70 20,60 20,90 20,90 20,60 21,30 20,50 21,10 2006 20,60 21,10 21,30 21,50 21,70 21,20 21,20 20,90 21,50 21,70 21,90 21,30 2007 21,40 20,40 21,20 21,20 21,70 21,30 21,20 20,90 21,20 21,30 21,10 20,60 2008 21,10 19,70 20,80 21,00 21,10 20,40 21,00 20,70 21,30 21,50 21,60 21,60

Jumlah 104,60 101,90 105,90 106,30 107,70 104,50 104,80 104,10 105,60 108,40 106,70 105,50 Rata-rata 20,92 20,38 21,18 21,26 21,54 20,90 20,96 20,82 21,12 21,68 21,34 21,10

Page 225: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

204

Lampiran 10. Koordinat Geografis Plot Penelitian

Y X Vegetasi Blok Y X Vegetasi BlokS -6 41. 566 E 106 41. 822 PUSPA 1 S -6 41. 508 E 106 41. 909 B. TALI 28S -6 41. 495 E 106 41. 728 PINUS 1 S -6 41. 537 E 106 41. 882 B. TALI 29S -6 41. 506 E 106 41. 743 PUSPA 1 S -6 41. 539 E 106 41. 989 B. TALI 29S -6 41. 513 E 106 41. 757 PUSPA 1 S -6 41. 652 E 106 42. 989 PUSPA 30S -6 41. 532 E 106 41. 770 PUSPA 1 S -6 41. 666 E 106 42. 222 PUSPA 30S -6 41. 573 E 106 41. 833 B.TAMIYANG 2 S -6 41. 682 E 106 42. 234 PUSPA 30S -6 41. 573 E 106 41. 846 B.TAMIYANG 2 S -6 41. 786 E 106 41. 650 PUSPA 31S -6 41. 585 E 106 41. 859 B.TAMIYANG 2 S -6 41. 813 E 106 41. 653 PUSPA 31S -6 41. 679 E 106 41. 985 PUSPA 3 S -6 41. 835 E 106 41. 673 PUSPA 31S -6 41. 809 E 106 42. 029 PUSPA 4 S -6 41. 713 E 106 41. 416 B.TAMIYANG 32S -6 41. 815 E 106 42. 044 PUSPA 4 S -6 41. 937 E 106 41. 733 B.TAMIYANG 32S -6 41. 851 E 106 42. 082 PUSPA 4 S -6 42. 002 E 106 41. 773 B.TAMIYANG 32S -6 41. 420 E 106 41. 741 B. TALI 6 S -6 42. 019 E 106 41. 780 B.TAMIYANG 32S -6 41. 594 E 106 41. 866 B. TALI 7 S -6 42. 125 E 106 41. 935 B.TAMIYANG 34S -6 41. 603 E 106 41. 879 PUSPA 8 S -6 42. 115 E 106 41. 973 B.TAMIYANG 34S -6 41. 417 E 106 41. 746 PINUS 11 S -6 42. 187 E 106 42. 105 PUSPA 35S -6 41. 602 E 106 41. 897 PUSPA 13 S -6 41. 722 E 106 41. 896 PUSPA 38S -6 41. 632 E 106 41. 915 PUSPA 13 S -6 41. 779 E 106 41. 654 B.TAMIYANG 36S -6 41. 710 E 106 41. 944 PUSPA 14 S -6 41. 796 E 106 41. 661 B.TAMIYANG 36S -6 41. 734 E 106 41. 953 PUSPA 14 S -6 41. 941 E 106 41. 741 PUSPA 37S -6 41. 825 E 106 42. 048 PUSPA 15 S -6 41. 973 E 106 41. 778 PUSPA 38S -6 41. 423 E 106 41. 741 B. TALI 16 S -6 42. 047 E 106 41. 859 PUSPA 38S -6 41. 523 E 106 41. 873 B. TALI 17 S -6 41. 729 E 106 41. 676 PINUS 41S -6 42. 048 E 106 41. 803 B. TALI 18 S -6 41. 894 E 106 41. 913 PUSPA 44S -6 41. 475 E 106 42. 045 B. TALI 18 S -6 42. 346 E 106 42. 290 PUSPA 45S -6 41. 674 E 106 42. 141 B. TALI 19 S -6 41. 753 E 106 41. 735 PUSPA 46S -6 41. 693 E 106 42. 150 PUSPA 20 S -6 41. 732 E 106 41. 754 PUSPA 46S -6 41. 769 E 106 42. 184 PUSPA 25 S -6 41. 787 E 106 41. 428 PINUS 48S -6 41. 645 E 106 42. 132 PUSPA 24 S -6 41. 786 E 106 41. 724 PINUS 48S -6 41. 423 E 106 41. 730 B. TALI 21 S -6 41. 724 E 106 41. 774 PUSPA 49S -6 41. 431 E 106 41. 819 B. TALI 21 S -6 41. 723 E 106 41. 855 PUSPA 52S -6 41. 502 E 106 41. 872 B. TALI 22 S -6 41. 716 E 106 41. 872 PUSPA 53S -6 41. 550 E 106 42. 058 B. TALI 23 S -6 41. 721 E 106 41. 884 PUSPA 53S -6 41. 560 E 106 42. 075 B. TALI 23 S -6 41. 732 E 106 41. 928 PUSPA 54S -6 41. 675 E 106 42. 146 PUSPA 24 S -6 41. 734 E 106 41. 939 PUSPA 54S -6 41. 408 E 106 41. 741 B. TALI 26 S -6 41. 761 E 106 41. 983 PUSPA 55S -6 41. 385 E 106 41. 853 B. TALI 27 S -6 41. 474 E 106 41. 904 B. TALI 28 S -6 41. 477 E 106 41. 905 B. TALI 28

Page 226: repository.ipb.ac.id · i PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

205

Lampiran 11. Zonasi altitudinal kawasan Gunung Salak