pengantareprints.machung.ac.id/942/1/1.1._rollando_buku_referensi...gambar 16. struktur heme .....45...

116

Upload: others

Post on 16-Oct-2020

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies
Page 2: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

i

PENGANTAR

KIMIA MEDISINAL

Penulis: Rollando,S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Desain Cover:

Christopher Daniel Kurniawan

Tata Letak: Christopher Daniel Kurniawan

Diterbitkan oleh : CV. Seribu Bintang

Page 3: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

ii

PENGANTAR

KIMIA MEDISINAL

ISBN : 978-602-72738-6-3 Penulis : Rollando,S.Farm.,M.Sc.,Apt Editor : Soetam Rizky Wicaksono Tata Letak : Christopher Daniel Kurniawan Sampul : Christopher Daniel Kurniawan Penerbit : CV. Seribu Bintang Malang – Jawa Timur - Indonesia Website : www.SeribuBintang.co.id Email : [email protected] FB : www.fb.com/cv.seribu.bintang Edisi pertama : Desember 2017

Page 4: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku “Pengantar Kimia

Medisinal”. Materi dalam buku ini membahas tentang konsep dasar dan jenis interaksi obat-reseptor, reaksi biotransformasi fase I, reaksi biotransformasi fase II, dan teori tentang interaksi obat reseptor, dan latihan reaksi biotransformasi obat. Materi dalam buku ini diharapkan dapat memudahkan pembaca untuk mendapat gambaran mengenai dasar interaksi obat dan reseptor dan dapat membantu mahasiswa ditengah keterbatasan sumber bacaan tentang kimia medisinal dalam bahasa Indonesia.

Penulis mengucap mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan sejawat yang telah memberikan kritik dan saran yang mendukung dalam penyusunan buku ini. Kepada pendamping hidupku yaitu Eva Monica, S.Farm.,M.Sc.,Apt., terima kasih atas pengertian dan dukungannya yang tidak pernah habis. Buku ini juga aku persembahkan kepada orang tuaku yang tidak pernah lelah untuk berdoa dan berjuang untuk memberikan yang terbaik baik anak-anaknya. Kepada semua yang telah mambantu tersusunnya buku ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih.

Kritik dan saran yang membangun senantiasa saya nantikan guna penyempurnaan buku ini.

Malang,

Maret 2017

Rollando,S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Page 5: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

iv

DAFTAR ISI KIMIA MEDISINAL .................................................................1

MEKANISME AKSI OBAT ......................................................7

Macam-Macam Ikatan Obat dengan Reseptor ................. 12

INTERAKSI OBAT-RESEPTOR ........................................... 23

MEKANISME EFEK OBAT ................................................... 29

METABOLISME OBAT ........................................................ 37

JALUR DEAKTIVASI DAN ELIMINASI OBAT ....................... 41

Transformasi Fase I ......................................................... 44

Transformasi Fase II: Reaksi Konjugasi ........................... 61

ANALISIS METABOLIT ........................................................ 83

LATIHAN SOAL ................................................................... 89

DAFTAR BACAAN ............................................................. 105

Biodata Penulis .................................................................. 106

Page 6: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Agen Pengonjugasi Fase II pada Mamalia .............. 63 Tabel 2. Berbagai Macam Senyawa yang Dapat Membentuk Glukoronida ......................................................................... 64

Page 7: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh interaksi ionik antara asetilkolin dengan molekul reseptor ................................................................. 12 Gambar 2. Protein-Protein dalam Reseptor .......................... 13 Gambar 3. Interaksi Dipol-Dipol dan Ion-Dipol antara Asetilkolin dengan Reseptor ................................................. 15 Gambar 4. Metil Salisilat dan Metil-p-Hidroksi Salisilat.......... 16 Gambar 5. Gugus pada Reseptor yang Bertindak sebagai Donor dan Akseptor Elektron ............................................... 18 Gambar 6. Klorokuin dan Interaksi transfer muatan antara klorothalonil dengan tirosin ................................................... 19 Gambar 7. Pembentukan Interaksi Hidrofobik ...................... 20 Gambar 8. Interaksi Hidrofobik antara Butamben dengan Gugus Isoleusin Reseptor .................................................... 21 Gambar 9. Interaksi Van der Waals ...................................... 21 Gambar 10. Berbagai Macam Interaksi Obat-Reseptor yang Mungkin Terjadi pada Dibukain ............................................ 22 Gambar 11. Kurva Dosis-Respon ......................................... 25 Gambar 12. Neurotransmitter Agonis Antagonis ................... 26 Gambar 13. Interaksi Gugus Obat pada Receptor Binding Site ............................................................................................ 27 Gambar 14. Reaksi Efinefrin pada Suatu Reseptor............... 28 Gambar 15. Skema Teori Induced-Fit antara Protein dan Substrat ............................................................................... 34 Gambar 16. Struktur Heme .................................................. 45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 ................................. 46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies Besi-Oxo Energi Tinggi........................................................................ 47 Gambar 19. Mekanisme Hidroksilasi dan Epoksidasi oleh Sitokrom P-450 .................................................................... 48 Gambar 20. Mekanisme hidroksilasi difenhidramin oleh sitokrom P-450 ..................................................................... 49 Gambar 21. Substrat untuk Sitokrom P-450 ......................... 50 Gambar 22. Substrat untuk Flavin Monooksigenase ............. 51 Gambar 23. Contoh Reaksi Oksidasi yang Terjadi pada Berbagai Tipe Senyawa Obat ............................................... 54

Page 8: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

vii

Gambar 24. Hidrolisis Kokain menjadi Benzoylecgonine ...... 55 Gambar 25. Hidrolisis Gugus Amida pada Prokainamida menjadi Prokain ................................................................... 55 Gambar 26. Reduksi Karbonil .............................................. 56 Gambar 27. Reduksi Gugus Nitro ......................................... 57 Gambar 28. Reduksi Klonazepam menjadi Senyawa Amin ... 57 Gambar 29. Reduksi Gugus Azo .......................................... 58 Gambar 30. Metabolisme Reduksi Sulfasalazin .................... 59 Gambar 31. Reduksi Gugus Amina Oksida Tersier ............... 59 Gambar 32. Reduksi Dehalogenasi Halothan ....................... 60 Gambar 33. Jalur Biosintesis dan Reaksi UDP-Asam Glukoronat ........................................................................... 62 Gambar 34. Reaksi Konjugasi Sulfat pada Albuterol ............. 67 Gambar 35. Mekanisme Reaksi Konjugasi Sulfat ................. 68 Gambar 36. Bioaktivasi Fenasetin ........................................ 69 Gambar 37. Struktur Glutathion (GSH) ................................. 70 Gambar 38. Metabolisme Konjugat Glutathion menjadi Konjugat Asam Merkapturat ................................................. 72 Gambar 39. Contoh Reaksi Konjugasi dengan Glutathion .... 73 Gambar 40. Metabolisme Parasetamol................................. 74 Gambar 41. Biotranformasi Propanolol ................................. 75 Gambar 42. Biotransformasi Fenobarbital ............................ 75 Gambar 43. Biotransformasi Theofilin .................................. 76 Gambar 44. Biotransformasi Benzo[a]pirena dan Reaksinya dengan Guanosin................................................................. 76 Gambar 45. Biotranformasi Fenitoin ..................................... 77 Gambar 46. Biotransformasi Aren Oksida dan Pembentukkan Turunan Merkapturat............................................................ 77 Gambar 47. Biotransformasi Karbamazepin dan Aklofenak .. 78 Gambar 48. Biotransformasi Aflatoksin B1 ............................ 78 Gambar 49. Biotransformasi Tolbutamide ............................ 78 Gambar 50. Biotransformasi Heksobarbital .......................... 79 Gambar 51. Biotransformasi Lidokain ................................... 79 Gambar 52. Biotransformasi Metadon .................................. 79 Gambar 53. Biotranformasi Nikotin ....................................... 80 Gambar 54. Biotransformasi Fenmetrasin ............................ 80 Gambar 55. Biotransformasi Metamfetamin .......................... 80 Gambar 56. Biotransformasi S(-)-Alfa-Metildopa .................. 80 Gambar 57. Biotransformasi Klorfentermin ........................... 81

Page 9: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

viii

Gambar 58. Biotransformasi Amin Aromatis Tersier ............. 81 Gambar 59. Biotransformasi Amin Aromatis Sekunder ......... 81 Gambar 60. Biotransformasi Amin Aromatis Primer .............. 82 Gambar 61. Biotransformasi Kloroform................................. 82 Gambar 62. Biotransformasi Kloral Hidrat ............................ 82

Page 10: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

1

KIMIA MEDISINAL

Page 11: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

2

Kimia medisinal merupakan ilmu yang berhubungan dengan penemuan atau desain senyawa kimia terapetik baru dan pengembangannya hingga menjadi obat yang berguna. Hal ini mungkin melibatkan sintesis senyawa baru, penelitian tentang hubungan antara struktur asli dengan struktur senyawa hasil sintesis dan aktivitas biologis yang dihasilkan, elusidasi interaksi dengan berbagai macam reseptor termasuk enzim dan DNA, menentukan absorsi, transport, dan parameter distribusinya, serta mempelajari perubahan metabolisme suatu senyawa kimia menjadi senyawa kimia yang lain.

Istilah kimia medisinal (medicinal chemistry) berkembang secara samar-samar di Amerika Serikat pada tahun 1920 dan bahkan di negara lain lebih lambat. Sebelum itu, pendidikan tinggi farmasi dan departemen penelitian dalam industri farmasi menyebutnya kimia farmasi. Istilah ini digunakan secara historis dengan dasar bahwa pada abad XIX tugas utama apoteker adalah mengekstraksi dan memurnikan bahan alam, serta membakukan bahan obat tersebut. Istilah kimia farmasi dapat disalahartikan sebagai farmasetika yang mempelajari tentang formulasi dan pembuatan sediaan obat, maka sebaiknya istilah kimia farmasi diganti dengan istilah kimia medisinal.

Di negeri Belanda dikembangkan istilah farmakokimia (farmacochemie), tetapi istilah ini jarang dijumpai di negara yang berbahasa inggris. Di Perancis dikenal dengan istilah chemie therapeutique dan di Jerman dengan istilah Arzneimittelforshung atau Wirkstoff-Forshung.

Kimia medisinal juga tidak dapat dipisahkan dengan farmakologi terutama jika dikaitkan dengan pengertian farmakologi (Rudolf Buchheim, 1876) yang menyatakan bahwa misi farmakologi adalah menentukan senyawa aktif dalam obat atau bahan alam, menemukan sifat kimia yang

Page 12: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

3

bertanggung jawab untuk menimbulkan aksi, dan membuat senyawa sejenis secara sintetik yang lebih efektif dan efisien sebagai pengganti senyawa yang berasal dari alam.

Ketika para pakar farmakologi menetapkan definisi lain tentang farmakologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang perubahan organisme akibat pemakaian obat atau senyawa aktif biologis dan menyelidiki pengaruh tersebut dalam keadaan patologis, pakar kimia mengambil alih tugas isolasi dan identifikasi kimia kandungan aktif dalam tumbuhan dengan latar belakang pengobatan tradisional yang telah berjalan secara empiris.

Di negeri Belanda dikembangkan istilah farmakokimia (farmacochemie), tetapi istilah ini

jarang dijumpai di negara yang berbahasa inggris. Di Perancis dikenal dengan istilah

chemie therapeutique dan di Jerman dengan istilah Arzneimittelforshung atau Wirkstoff-

Forshung.

Pakar kimia juga mengembangkan sintesis senyawa atas dasar struktur senyawa alam yang mempunyai nilai terapetik bahkan mengembangkan struktur baru dari senyawa organik sintetik yang secara struktural tidak ada hubungannya dengan senyawa alam karena metabolit tumbuhan tidak selalu mempunyai nilai terapetik. Hal yang dikembangkan oleh pakar kimia secara bertahap mengarah pada penemuan senyawa penuntun yang akan dimodifikasi dalam upaya penemuan obat baru.

Perbandingan antara struktur kimia dengan perilaku biologis memacu penyusunan hipotesis tentang mekanisme

Page 13: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

4

aksi obat yang dapat membantu penemuan dan pengembangan obat. Akan tetapi, sistematika modifikasi molekul senyawa penuntun belum dapat diterapkan dalam usaha penemuan obat baru. Meningkatnya pengetahuan tentang metabolisme kimia, biosintesis, dan analisis statistik maka dapat dicari hubungan antara sifat fisika senyawa kimia dan aksi biologis, serta dapat mengikis kerawutan penemuan obat dan pengembangan kimia medisinal sebagai disiplin ilmu.

Jika ditinjau dari perkembangannya, semula kimia medisinal merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur kimia senyawa alam, kemudian dilakukan sintesis yang efisien dan efektif. Pengembangan selanjutnya mempelajari hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologis atau menggunakan pendekatan biokimia. Jadi, secara singkat dapat dikemukakan bahwa kimia medisinal adalah ilmu yang mempelajari tentang isolasi, identifikasi dan purifikasi senyawa alam dan hasil sintesis, mekanisme aksi obat dan hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologis. Sedangakan usaha utamanya adalah penemuan obat baru yang lebih efektif, aman, dan spesifik serta efek samping dan toksisitas kronik.

Praktek kimia medisinal telah dilakukan selama beberapa ratus tahun. Manusia telah mencari obat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dengan mengunyah herbal, berries (semacam buah-buahan), akar, dan kulit kayu (beberapa dari obat yang digunakan memberikan hasil yang cukup sukses pada awal fase uji klinik). Diperlukan waktu 100-150 tahun untuk mengetahui komponen aktif dari bahan yang digunakan sebagai obat. Catatan paling awal dari kebudayaan China, Indian, Amerika Selatan, dan Mediterania telah menyebutkan efek terapetik dari berbagai macam campuran ramuan tanaman.

Dua buah catatan pengobatan paling awal ditulis kurang lebih 5100 tahun yang lalu oleh kaisar China Shen Nung

Page 14: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

5

dalam buku herbalnya yang disebut Pentsao. Salah satu tanaman yang ditulis dalam buku tersebut adalah Ch’ang

shan yang merupakan akar Dichroa febrifuga yang digunakan untuk mengobati demam. Dichroa febrifuga mengandung alkaloid yang sekarang ini digunakan untuk mengobati malaria.

Tanaman lain yang ditulis dalam buku tersebut adalah Ma Huang (sekarang dikenal dengan nama Ephedra sinica) yang digunakan sebagai pemicu jantung, agen diaphoretic (menghasilkan keringat), dan digunakan untuk melegakan batuk. Ma Huang mengandung ephedrin yang merupakan obat untuk meningkatkan tekanan darah dan mengurangi kontraksi bronkus. Theophrastus pada abad ketiga SM menyebutkan sari buah opium digunakan sebagai analgesik. Pada abad ke-10 M, Rhazes (persia) menggunakan pil opium untuk batuk, gangguan mental, dan rasa sakit.

Buah opium (Papaver somniferum) mengandung morfin yang merupakan analgesik poten dan kodein yang digunakan sekarang ini untuk menekan batuk. Orang China dan Yunani menggunakan henbane yang mengandung scopolamine (truth serum) yang digunakan sebagai pemicu tidur. Pelari Inca dan penambang perak di pegunungan Andean yang tinggi mengunyah daun coca (cocaine) sebagai stimulan dan euphoric. Obat antihipertensi reserpin yang diektraksi oleh orang Hindu kuno dari akar snakelike tanaman

Rauwolfia serpentina digunakan untuk mengobati hipertensi, insomnia, insanity (penyakit gila). Alexander of Tralles pada abad ke 6 M menyarankan untuk menggunakan autumn crocus (Colchicum autumnale) untuk meredakan sakit pada sendi dan digunakan juga oleh Avicenna (abad 11 dari Persia) dan oleh Baron Anton von Storck (1763) untuk mengobati gout. Benjamin Franklin mendengar tentang obat ini dan membawanya ke Amerika. Senyawa aktif pada

Page 15: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

6

tanaman ini adalah alkaloid colchicine yang digunakan sekarang untuk mengobati gout.

Pada tahun 1633 seorang biksu bernama Calancha yang menemani Conquistadors (orang spanyol) ke Amerika Tengah dan Selatan yang kemudian memperkenalkan salah satu tanaman obat paling terkenal ketika dia kembali ke Eropa. Orang Indian-Amerika Selatan mengekstrak kulit batang tanaman Cinchona dan menggunakannya untuk mengobati panas dingin. Sementara orang Eropa menggunakannya untuk mengobati panas dingin dan malaria. Pada tahun 1820, bahan aktif tersebut diisolasi, ditentukan strukturnya, dan diberi nama quinine sebagai obat anti malaria.

Ekstrak tanaman foxglove dikenalkan oleh dokter Welsh pada tahun 1250, diberi nama oleh Fuchsius pada tahun 1542, dan digunakan untuk mengobati dropsy (gagal jantung congestive) pada tahun 1785 oleh Withering. Komponen aktif yang terkandung di dalamnya adalah glikosida sekunder dari Digitalis purpurea (tanaman Foxglove) dan Digitalis lanata yang diberi nama digitoxin. Digoxin kedua obat tersebut penting untuk pengobatan gagal jantung. Sekarang ini, digitalis maupun glikosida jantung yang lain masih dibuat dengan cara ekstraksi tanaman foxglove dan tanaman yang sejenis.

Jika pendekatan yang digunakan untuk menemukan obat baru masih seperti pada jaman dulu, maka hanya sedikit penyakit yang dapat diobati. Metode pendekatan yang digunakan sekarang ini dilakukan dengan modifikasi struktur aktif. Setiap senyawa aktif yang ditemukan akan dimodifikasi struktur kimianya untuk meningkatkan aktivitasnya. Oleh karena itu untuk menemukan obat baru dapat dilakukan dengan sintesis, maupun dengan teknik biokimia.

Page 16: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

7

MEKANISME AKSI OBAT

Page 17: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

8

Mungkin kita akan bingung mengapa obat yang kita gunakan dapat menimbulkan efek? Bagaimana cara obat yang kita gunakan bekerja? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering timbul dalam diri kita. Awal pemikiran tentang adanya suatu senyawa yang nantinya disebut dengan reseptor sudah ada sejak tahun 1878, yaitu ketika John N Langley meneliti tentang efek antagonis dari alkaloid atropin dan pilokarpin terhadap jumlah sekresi saliva kucing. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kedua senyawa tersebut berinteraksi dengan suatu substansi atau senyawa di ujung saraf sel kelenjar.

Pada tahun 1897 Paul Ehrlich mengusulkan suatu teori rantai samping. Berdasarkan hipotesisnya, sel memiliki rantai samping yang mengandung suatu gugus spesifik yang dapat berikatan dengan gugus tertentu dari suatu racun. Ehrlich menyebut rantai samping ini sebagai reseptor.

Secara umum reseptor merupakan suatu protein integral (seperti makromolekul polipeptida) yang menempel pada fosfolipid bilayer pada sel membran. Sifat dan mekanisme aksi reseptor bergantung pada ukuran fosfolipid. Keberadaan reseptor yang sedikit dan tidak stabil mengakibatkan hanya sedikit reseptor yang dapat dimurnikan dan sedikit informasi struktural yang diketahui. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan peneliti untuk melakukan isolasi, kloning, dan menyusun susunan reseptor yang merupakan pendekatan lebih jauh untuk menentukan ciri-ciri reseptor. Saat ini, terdapat dua komponen fungsional reseptor yaitu recognition component dan amplification component. Keduanya mungkin berada pada sisi yang sama atau berbeda pada suatu reseptor.

Sebelum kita mempelajari mekanisme kerja obat, sebaiknya kita pelajari dulu ikatan apa saja yang terlibat dalam ikatan obat dengan reseptor. Konsentrasi obat dan reseptor

Page 18: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

9

yang rendah dalam cairan tubuh menyebabkan hukum aksi massa (mass action) saja tidak dapat menjelaskan bagaimana obat dengan dosis kecil (obat yang secara struktural spesifik) dapat menimbulkan respon ketika berikatan dengan reseptor.

Salah satu cara pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung jumlah molekul obat (dengan bilangan avogadro) dan jumlah sel yang ada dalam tubuh sehingga akan diperoleh jumlah molekul obat yang ada pada tiap sel manusia. Jika suatu obat dengan bobot molekul 200 g/mol dan dosis obat yang digunakan 1 mg, maka akan terdapat 6,02 x 1023 (10-3)/200 = 3 x 108 molekul obat.

Tubuh manusia kira-kira tersusun atas 3 x 1013 sel, sehingga setiap sel akan terdapat molekul obat sebanyak 3 x 108/3 x 1013 = 105 molekul. Satu sel eritrosit mengandung 1010 molekul. Dengan asumsi semua sel eritrosit mengandung jumlah molekul yang sama maka untuk setiap molekul obat terdapat 1010/105 = 105 molekul sel eritrosit yang dapat berinteraksi. Setelah diketahui bagaimana rasio obat dengan reseptor, Le Chatelier masih susah menjelaskan bagaimana obat dapat membentuk komplek yang stabil dengan reseptor yang diinginkan.

Gaya yang terlibat dalam interaksi obat-reseptor dapat diasumsikan berada dalam keadaan energi yang rendah seperti energi komplek obat-reseptor. Komplek obat-reseptor dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

Obat + reseptor Komplek obat-reseptorK on

K off

Dimana Kon adalah konstanta kecepatan pembentukan komplek obat-reseptor yang tergantung pada konsentrasi obat dan reseptor. Koff adalah konstanta kecepatan peruraian

Page 19: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

10

komplek obat-reseptor yang bergantung pada konsentrasi kompleks obat-reseptor.

Tubuh manusia kira-kira tersusun atas 3 x 1013 sel, sehingga setiap sel akan terdapat molekul obat sebanyak 3 x 108/3 x 1013 = 105 molekul.

Aktivitas biologis suatu obat berhubungan dengan afinitasnya terhadap reseptor yang diukur dari nilai KD yang merupakan konstanta disosiasi dalam kesetimbangan. Nilai KD yang kecil menunjukkan konsentrasi komplek obat-reseptor yang besar dan afinitas obat yang besar terhadap reseptor. Nilai KD yang kecil berarti aktivitas obat meningkat.

KD =obat reseptor

komplek obat-reseptor

Ikatan-ikatan yang terlibat dalam pembentukan komplek obat-reseptor pada dasarnya sama dengan ikatan-ikatan yang ada dalam senyawa organik yang telah kita kenal sebelumnya. Ikatan-ikatan yang terlibat antara lain: ikatan kovalen, interaksi ionik (elektrostatik), interaksi ion-dipol dan interaksi dipol-dipol, ikatan hidrogen, interaksi transfer muatan, interaksi hidrofobik, serta interaksi van der waals. Interaksi yang lemah hanya mungkin terjadi jika permukaan molekul berada pada jarak yang dekat dan saling komplementer, oleh karena itu kekuatan ikatan sangat tergantung pada jarak.

Ikatan yang terbentuk secara spontan antar atom sebanding dengan penurunan energi bebas (ΔG) oleh karena

itu nilai ΔG adalah negatif. Perubahan nilai energi bebas

Page 20: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

11

berhubungan dengan konstanta kesetimbangan ikatan (binding equilibrium constant) Keq.

ΔGO = - RT ln Keq

Secara umum ikatan yang terjadi antara obat dengan

reseptor merupakan ikatan non kovalen yang lemah. Akibatnya, efek yang dihasilkan bersifat reversibel. Oleh karena hal tersebut, obat menjadi tidak aktif ketika konsentrasinya dalam cairan ekstraseluler menurun. Sering kali, efek obat diharapkan mampu berlangsung selama jangka waktu tertentu hingga efek farmakologisnya berakhir. Pada obat-obat stimulan SSP dan depresan, durasi efek yang diperlama bisa berakibat negatif. Kadang kala kita menginginkan efek obat berlangsung lama dan bahkan bersifat irreversibel. Contoh obat-obat yang diharapkan mempunyai efek tersebut antara lain adalah agen-agen kemoterapi. Agen kemoterapi merupakan suatu obat yang berefek secara selektif pada organisme asing atau sel tumor untuk membentuk komplek obat-reseptor yang bersifat irreversibel sehingga efek toksik obat bisa berlangsung lama. Untuk kasus ini diperlukan suatu ikatan kovalen.

Page 21: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

12

Macam-Macam Ikatan Obat dengan Reseptor

1. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang paling kuat. Secara umum mempunyai nilai stabilitas -40 sampai -110 Kkal/mol. Ikatan kovalen jarang terlibat dalam pembentukkan ikatan antara obat dengan reseptor, kecuali dengan enzim dan DNA. 2. Interaksi ionik (elektrostatik)

Obat dan reseptor akan saling tarik-menarik (berinteraksi) karena adanya muatan yang berlawanan. Interaksi ionik berlangsung secara efektif pada jarak yang lebih jauh dari pada yang dipersyaratkan untuk tipe interaksi yang lain dan interaksi ini berlangsung lebih lama. Suatu interaksi ionik yang sederhana mempunyai nilai ΔGO = -5 Kkal/mol. Bila interaksi ionik diperkuat oleh interaksi lain yang secara simultan terjadi maka interaksi ionik menjadi lebih kuat (ΔGO = -10 Kkal/mol) dan berlangsung lebih lama.

Contoh interaksi ionik ini adalah interaksi antara molekul asetilkolin dengan molekul reseptor yang dapat dilihat pada gambar dibawah.

H3C O

H2C

CH2

O

N+

CH3

H3C

H3C

-O

O

Gambar 1. Contoh interaksi ionik antara asetilkolin

dengan molekul reseptor

Page 22: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

13

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang paling kuat. Secara umum mempunyai nilai stabilitas -

40 sampai -110 Kkal/mol.

Untuk protein yang terdapat dalam reseptor pada pH fisiologis(pH 7,4) gugus-gugus yang besifat basa pada asam amino arginin, lisin, histidin akan mengalami protonasi. Oleh karena itu, gugus amin dalam protein akan memberikan lingkungan kationik (bermuatan positif). Gugus-gugus pada rantai samping yang bersifat asam seperti asam karboksilat pada asam aspartat dan asam glutamat mengalami deprotonasi sehingga menjadi gugus anionik (bermuatan negatif)

H2N NH

NH

H2N

COOH

Arginin

H2N COOH

H2N

Lisin

NH2

CHH2C

N

HN

COOH

Histidin

H2N CH COOH

CH2

COOH

Asam Aspartat

NH2

CHH2C

H2CHOOC COOH

Asam glutamat Gambar 2. Protein-Protein dalam Reseptor

3. Interaksi ion-dipol dan dipol-dipol Sifat elektronegatifitas dari atom-atom seperti oksigen,

nitrogen, sulfur, dan halogen yang lebih besar dibandingkan elektronegatifitas dari atom karbon akan berpengaruh

Page 23: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

14

terhadap ikatan obat dengan reseptor. Ikatan C-X (X adalah atom-atom elektronegatif) yang terdapat pada obat maupun yang terdapat pada reseptor akan mengakibatkan distribusi elektron yang tidak simetris.

Hal ini akan menghasilkan suatu dipol elektronik. Suatu dipol yang terbentuk di dalam molekul obat dapat berinteraksi dengan ion (interaksi ion-dipol) atau dipol lain (interaksi dipol-dipol) yang bermuatan berlawan yang terdapat pada reseptor.

Suatu interaksi ionik yang sederhana mempunyai nilai ΔGO = -5 Kkal/mol. Bila

interaksi ionik diperkuat oleh interaksi lain yang secara simultan terjadi maka interaksi ionik

menjadi lebih kuat (ΔGO = -10 Kkal/mol) dan berlangsung lebih lama.

Muatan pada suatu dipol lebih lemah dibanding dengan muatan pada suatu ion. Oleh karena itu, interaksi dipol-dipol lebih lemah dari pada interaksi ion-dipol. Pada gambar dibawah dapat dilihat contoh interaksi dipol-dipol maupun interaksi ion-dipol pada asetilkholin yang mempunyai harga ΔGO = -1 sampai -7 Kkal/mol.

Page 24: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

15

δ-

δ-

δ-

δ+

δ+

δ+

H3C O

H2C

CH2

O

N+

CH3

H3C

H3C

+NH3

HO

ion-dipol

OH

dipol-dipol

Gambar 3. Interaksi Dipol-Dipol dan Ion-Dipol antara Asetilkolin dengan Reseptor

4. Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan salah satu jenis interaksi dipol-dipol yang terbentuk antara suatu proton dari gugus X-H (X merupakan suatu atom elektronegatif) dengan atom elektronegatif lain (Y) yang mempunyai pasangan elektron bebas. Ikatan hidrogen dalam suatu molekul yang terbentuk signifikan jika X dan Y adalah N, O, atau F. X menarik kerapatan elektron dari hidrogen sehingga hidrogen bermuatan parsial positif. Hidrogen yang bermuatan parsial positif akan ditarik dengan kuat oleh pasangan elektron bebas yang terdapat pada atom Y. Interaksi yang terjadi digambarkan dengan titik-titik, ―X―H---Y― untuk

menunjukkan bahwa ikatan kovalen antara X dengan H masih ada, tetapi interaksi antara H dengan Y juga terjadi. Jika X dan Y mempunyai elektronegatifitas dan derajat ionisasi equivalent maka proton dapat dibagi sama diantara dua gugus ―X---H---Y―.

Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang unik karena hanya atom hidrogen yang dapat mengemban muatan positif pada

Page 25: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

16

pH fisiologis sembari masih terikat secara kovalen dalam molekul dan atom hidrogen merupakan atom yang cukup kecil untuk berdekatan dengan atom elektronegatif kedua. Kekuatan ikatan hidrogen berhubungan dengan konstanta Hammet σ. Ikatan hidrogen mempunyai nilai ΔGO = -1 sampai -7 Kkal/mol tetapi biasanya berada pada rentang -3 sampai -7 Kkal/mol.

Ada dua macam ikatan hidrogen yaitu ikatan hidrogen intramolekuler dan ikatan hidrogen intermolekuler. Ikatan hidrogen intramolekuler lebih kuat dibanding ikatan hidrogen intermolekuler. Ikatan hidrogen cukup penting untuk aktivitas biologis sebagai contoh pada metil salisilat, menjaga integritas struktur DNA.

Metil salisilat yang digunakan untuk menghilangkan sakit pada otot juga mempunyai khasiat sebagai antiseptik meskipun mempunyai aktivitas yang lemah. Metil p-hidroksi salisilat (isomer metil salisilat) mempunyai efek antibakteri yang lebih kuat dan digunakan sebagai pengawet makanan. Aktivitas antibakteri metil-p-hidroksi salisilat disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik, pada metil salisilat gugus hidroksi fenolik tertutup (masking) oleh adanya ikatan hidrogen intramolekuler sehingga aktivitas antibakterinya lemah.

OH

OCH3

O

Metil salisilat

OHH3CO

O

Metil-p-hidroksi salisilat Gambar 4. Metil Salisilat dan Metil-p-Hidroksi Salisilat

Page 26: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

17

5. Kompleks Transfer-Muatan Ketika suatu molekul atau gugus yang merupakan donor

elektron mendekat kepada suatu molekul atau gugus yang merupakan penerima elektron, molekul donor elektron dapat mentransferkan muatannya kepada akseptor. Kejadian tersebut akan membentuk suatu komplek transfer muatan yang mana interaksi tersebut masih termasuk dalam interaksi dipol-dipol. Potensial energi interaksi ini sebanding dengan perbedaan antara potensial ionisasi donor dengan afinitas elektron akseptor.

Aktivitas antibakteri metil-p-hidroksi salisilat disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik,

pada metil salisilat gugus hidroksi fenolik tertutup (masking) oleh adanya ikatan hidrogen intramolekuler sehingga aktivitas antibakterinya

lemah.

Gugus yang bersifat sebagai donor elektron adalah gugus-gugus yang mempunyai elektron π, seperti: alkena; alkuna;

dan cincin aromatis yang mempunyai substituen donor elektron, atau gugus yang mempunyai pasangan elektron bebas seperti oksigen, nitrogen , dan sulfur.

Gugus yang bersifat sebagai akseptor elektron adalah gugus-gugus yang mempunyai defisiensi elektron pada orbital π, seperti pada alkena, alkuna, dan cincin aromatis yang mempunyai gugus penarik elektron, atau asam lemah. Gugus-gugus pada reseptor yang berperan sebagai donor elektron, seperti: cincin aromatis tirosin, gugus karboksilat aspartat. Sedangkan gugus yang berperan sebagai akseptor elektron

Page 27: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

18

adalah sistein. Gugus yang berperan sebagai donor dan akseptor elektron adalah histidin, triptofan, dan asparginin.

HOH2C CH COOH

H2NTirosin

HOOCH2C

HC COOH

NH2

Asam Aspartat

HSH2C

HC COOH

NH2

Sistein

NH2

CHH2C

N

HN

COOH

Histidin

NH2

CH

C

H2C

OH

O

HN

Triptofan

H2N COOH

NH2O

Asparginin

Gambar 5. Gugus pada Reseptor yang Bertindak sebagai Donor dan Akseptor Elektron

Interaksi transfer muatan merupakan mekanisme

interkalasi cincin aromatis obat antimalaria (klorokuin) dengan DNA parasit. Fungisida klorothalonil pada gambar dibawah merupakan contoh hipotetik interaksi transfer muatan dengan tirosin. Nilai ΔGO interaksi ini berkisar antara -1 sampai -7 Kkal/mol.

Page 28: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

19

NCl

HN CH(CH2)3N(C2H5)2

CH3

Klorokuin

CN

Cl

Cl

CN

Cl

Cl

HO Gambar 6. Klorokuin dan Interaksi transfer muatan antara

klorothalonil dengan tirosin 6. Interaksi Hidrofobik

Bila ada dua buah gugus nonpolar seperti gugus lipofilik pada suatu obat dan gugus non polar pada reseptor yang masing-masing dikelilingi oleh molekul air, saling mendekat satu dengan yang lain maka molekul air ini akan menjadi kacau dalam usaha untuk bergabung dengan molekul air yang lain. Peningkatan kekacauan molekul air akan meningkatkan entropi yang berakibat pada menurunnya energi bebas yang menstabilkan komplek obat-reseptor. Stabilisasi yang dilakukan untuk menjaga stabilitas komplek obat-reseptor

Page 29: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

20

akibat menurunnya energi bebas komplek obat-reseptor disebut dengan interaksi hidrofobik. Interaksi ini bukan merupakan gaya atraktif dari dua gugus nonpolar ”yang larut”

satu dengan yang lainnya tetapi lebih merupakan kompensasi dari turunnya energi bebas gugus nonpolar karena meningkatnya entropi dari molekul air yang mengelilinginya.

Rantai nonpolarreseptor

Rantai nonpolar obat

Rantai nonpolarreseptor

Rantai nonpolar obat

Gambar 7. Pembentukan Interaksi Hidrofobik

Interaksi transfer muatan merupakan mekanisme interkalasi cincin aromatis obat antimalaria (klorokuin) dengan DNA parasit

Jenkis berpendapat bahwa gaya hidrofobik mungkin merupakan suatu faktor yang berperan sangat penting untuk interaksi non kovalen intermolekul dalam larutan air. Sedangkan Hildebrand berpendapat bahwa interaksi hidrofobik itu tidak ada. Pada gambar dibawah menunjukkan interaksi hidrofobik dari anestetik topikal butamben dengan gugus isoleusin dari reseptor.

Page 30: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

21

O

H2N

O

Gambar 8. Interaksi Hidrofobik antara Butamben dengan

Gugus Isoleusin Reseptor 7. Gaya Van der Waals atau London

Atom-atom pada molekul nonpolar secara temporal mempunyai distribusi kerapatan elektron nonsimetris yang merupakan akibat dari pembentukan dipol sementara. Ketika atom dari molekul lain (seperti molekul obat atau reseptor) saling mendekat, dipol sementara dari suatu molekul menginduksi dipol yang berlawanan dari molekul yang mendekat. Akibatnya terjadi suatu antaraksi intermolekul yang dikenal dengan gaya Van der Waals.

Gaya Van der Waals menjadi signifikan ketika terjadi kontak permukaan (pada jarak yang dekat) dari atom-atom. Bagaimanapun juga ketika ada molekul-molekul yang komplemen mengakibatkan terjadinya sejumlah interaksi atom (masing-masing memberikan kontribusi ΔGO -0,5 Kkal/mol) yang mana bisa menambah secara signifikan ikatan obat-reseptor secara keseluruhan.

H3C

H2C

CH2

H2C

CH3

H3C

H2C

CH2

H2C

CH3

Gambar 9. Interaksi Van der Waals

Page 31: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

22

N

H3CH2CH2CH2CO

N

CH2CH2

O

H

N+

CH2CH3

CH2CH3

HTransfer muatan

Dipol-dipol

Hidrofobik

Hidrofobik

Ikatan hidrogen

Ionik atau Ion-dipol

Hidrofobik

Gambar 10. Berbagai Macam Interaksi Obat-Reseptor

yang Mungkin Terjadi pada Dibukain

Page 32: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

23

INTERAKSI OBAT-RESEPTOR

Page 33: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

24

Tipe-tipe senyawa yang berikatan dengan reseptor dapat dikategorikan menjadi agonis, antagonis, partial agonis. Suatu agonis merupakan suatu senyawa (obat) di mana bila berikatan dengan suatu reseptor dapat menimbulkan efek. Antagonis merupakan suatu senyawa (obat) di mana bila berikatan dengan reseptor tidak dapat menimbulkan efek. Ada dua tipe antagonis yaitu antagonis kompetitif dan antagonis nonkompetitif. Antagonis kompetitif merupakan tipe antagonis yang paling banyak ditemui, senyawa tipe ini dapat berikatan pada sisi reseptor yang sama dengan agonis atau senyawa ini mengganggu secara langsung ikatan agonis dengan reseptor. Antagonis non kompetitif merupakan senyawa yang berikatan dengan reseptor tetapi pada sisi yang berbeda dengan agonis. Partial agonis merupakan suatu senyawa (obat) bila berikatan dengan reseptor dapat menimbulkan respon tetapi respon yang dihasilkan tidak maksimal. Suatu partial agonis mempunyai sifat sebagai suatu agonis dan antagonis.

A. Kurva dosis-respon untuk agonis

Page 34: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

25

B. Kurva dosis-respon untuk antagonis

C. Kurva dosis respon untuk agonis partial

Gambar 11. Kurva Dosis-Respon Secara umum, ada banyak kemiripan struktur di antara seri

senyawa agonis, tetapi hanya sedikit kemiripan struktur diantara seri senyawa antagonis. Pada gambar dibawah bisa dilihat contoh-contoh senyawa agonis dan antagonis. Perbedaan struktur antagonis tidaklah mengherankan karena suatu reseptor dapat diblok dengan mudah oleh suatu antagonis dengan cara menduduki sisi aktif yang akan diduduki oleh agonis. Ini mungkin dapat menjelaskan

Page 35: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

26

mengapa antagonis sering kali lebih meruah dari pada agonis yang sesuai. Lebih mudah untuk mendesain suatu molekul yang mengeblok sisi reseptor daripada mendesain suatu molekul yang berinteraksi dengan sisi aktif reseptor untuk menimbulkan respon. Suatu agonis bisa diubah menjadi antagonis dengan modifikasi struktur yang tepat.

NHN

NH2

Histamin

NHN

CH3

NH2

N

NH2

H3CON

N(CH3)2

NPyrilamine

N N CH3

Cl

Chlorcyclizine

HO

HO

OH

NHCH3

HO

OH

NHCH3

HO

HO

OH

NHCH(CH3)2

Ephinephrine

N

NH3CO

H3CO

N

NH2

N

O

O

Prozosin

O N

N

SN

ONHC(CH3)3

OHTimolol

Gambar 12. Neurotransmitter Agonis Antagonis

Bagaimana mungkin suatu antagonis dapat berikatan pada sisi yang sama dengan agonis tetapi tidak menimbulkan suatu respon biologis? Ada beberapa jalan yang memungkinkan hal ini terjadi. Pada gambar A menunjukkan suatu agonis dengan gugus yang tepat berinteraksi dengan tiga buah receptor binding sites dan menimbulkan efek biologis. Pada gambar B menunjukkan suatu senyawa dengan dengan dua gugus dapat dapat berinteraksi dengan reseptor tetapi kehilangan satu gugus yang penting. Pada gambar C hanya dua gugus yang dapat berikatan dengan sisi reseptor yang tepat. Jika

Page 36: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

27

gugus yang tepat harus berinteraksi dengan semua ketiga sisi binding site untuk dapat menimbulkan respon biologis maka senyawa pada gambar B dan C dapat dikategorikan sebagai suatu antagonis.

Gambar 13. Interaksi Gugus Obat pada Receptor Binding

Site

Ada dua kategori umum senyawa yang dapat berikatan dengan reseptor: (1) senyawa yang terjadi secara alami dalam tubuh, seperti hormon, neurotransmitter, dan agen lain yang memodifikasi aktivitas seluler (autocids) dan (2) Xenobiotics, merupakan suatu senyawa yang asing untuk tubuh. Semua zat-zat kimia yang terjadi secara alami dalam tubuh diketahui berperan sebagai agonis, tetapi kebanyakan xenobiotics yang berinteraksi dengan reseptor adalah antagonis.

Selektivitas reseptor sangat penting, tetapi sering kali ini sukar untuk membuat suatu senyawa yang selektif terhadap reseptor tertentu karena struktur reseptor pada umumnya tidak diketahui. Banyak obat sekarang ini mempunyai aktivitas farmakologis pada berbagai reseptor beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan dengan penyakit yang sedang diobati. Hal ini bisa memicu efek samping, seperti obat-obat NSAID dapat menyebabkan tukak lambung.

Page 37: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

28

Konfigurasi suatu senyawa berperan penting terhadap ikatan antara obat dengan reseptor hal ini dapat dilihat pada contoh interaksi antara suatu epinefrin dengan reseptor.

HO

HO

OH

H

CH2NH2CH3 HO

HO

H

CHNH2CH4

OH

Ar HAr H

R(-) Efinefrin S(+) Efinefrin

Gambar 14. Reaksi Efinefrin pada Suatu Reseptor

Page 38: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

29

MEKANISME EFEK OBAT

Page 39: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

30

Dalam kurun waktu yang lama sejumlah teori telah diusulkan untuk mengetahui kemampuan suatu obat untuk berikatan dengan reseptor dan menimbulkan suatu respon biologis. Disini akan ditunjukkan beberapa teori yang dianggap lebih penting: 1. Teori Occupancy (Teori Pendudukan)

Teori Occupancy oleh Gaddum dan Clark menyatakan bahwa intensitas efek farmakologis secara langsung proportional dengan jumlah reseptor yang diduduki obat. Respon biologis hilang ketika komplek obat-reseptor mengalami disosiasi. Bagaimanapun juga tidak semua agonis menghasilkan suatu respon maksimal. Oleh karena itu, teori ini tidak menguraikan agonis partial.

Ariens dan Stephenson memodifikasi teori Occupancy untuk menjelaskan agonis parsial (istilah yang dibuat oleh Stephenson). Konsep asli Langley mengenai reseptor menyatakan bahwa interaksi obat-reseptor terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama terjadi kompleksasi obat dengan reseptor yang disebut dengan afinitas. Kedua terjadi inisiasi efek biologis yang oleh Ariens disebut dengan aktivitas intrinsik dan oleh Stephenson disebut dengan efikasi. Afinitas merupakan suatu ukuran kapasitas obat untuk berikatan dengan dengan reseptor dan ini tergantung pada komplemen obat dan reseptor. Aktivitas intrinsik (α) merupakan ukuran

kemampuan komplek obat-reseptor untuk menimbulkan respon. Aktivitas intrinsik dari suatu obat dianggap konstan. Jika suatu obat mempunyai nilai α sama dengan 1,0 maka

obat tersebut merupakan suatu agonis, jika α kurang dari 1,0 maka obat tersebut merupakan parsial agonis.

Secara umum antagonis berikatan dengan kuat pada suatu reseptor (afinitas besar) tetapi sama sekali tidak menimbulkan efek (tidak mempunyai efikasi). Agonis yang poten mungkin

Page 40: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

31

mempunyai afinitas terhadap reseptor yang lebih kecil dibanding agonis partial atau antagonis.

Teori Occupancy yang termodifikasi digunakan untuk menjelaskan adanya agonis parsial atau antagonis, tetapi tidak bisa menjelaskan mengapa dua obat bisa menduduki reseptor yang sama dan mempunyai aksi yang berbeda di mana yang satu sebagai agonis dan yang lain sebagai antagonis.

Teori Occupancy oleh Gaddum dan Clark menyatakan bahwa intensitas efek

farmakologis secara langsung proportional dengan jumlah reseptor yang diduduki obat.

2. Rate Theory (Teori Kecepatan) Teori Kecepatan yang dikemukakan oleh Paton didasarkan

pada pemikiran bahwa suatu obat yang efektif hanya pada saat obat bertemu atau bertumbukkan dengan reseptor. Paton mengemukakan bahwa aktivasi reseptor sebanding dengan jumlah pertemuan atau tumbukan obat dengan reseptor tiap satuan waktu. Oleh karena itu, Rate theory menyatakan bahwa aktivitas farmakologis merupakan suatu fungsi dari kecepatan pembentukan dan peruraian obat dengan reseptor dan bukan jumlah dari reseptor yang diduduki. Setiap pembentukan komplek obat-reseptor akan menghasilkan suatu kuantum stimulus.

Untuk agonis kecepatan pembentukkan dan penguraian akan berlangsung dengan cepat, di mana penguraian lebih cepat dibanding dengan pembentukkan dan agonis sering membentuk suatu komplek yang stabil.

Page 41: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

32

Kecepatan pembentukkan suatu antagonis dengan reseptor akan berlangsung dengan cepat, tetapi penguraian berlangsung dengan lambat. Agonis parsial mempunyai kecepatan menengah (intermediate) dalam penguraian komplek obat-reseptor. Pada kesetimbangan, teori Occupancy dan teori Kecepatan merupakan suatu persamaan matematika. Seperti pada teori Occupancy, Rate theory tidak menguraikan mengapa senyawa-senyawa dengan tipe berbeda menunjukkan ciri khas atau efek yang berbeda.

Teori Kecepatan yang dikemukakan oleh Paton didasarkan pada pemikiran bahwa suatu obat

yang efektif hanya pada saat obat bertemu atau bertumbukkan dengan reseptor.

3. Induced-Fit Theory

Pada awalnya, Koshland mengemukakan teori Induced-Fit untuk aksi substrat dengan enzim. Akan tetapi, teori ini dapat digunakan dengan baik pada interaksi obat dengan reseptor. Berdasarkan teori ini, reseptor (enzim) tidak perlu berada pada konformasi yang tepat (yang diperlukan) untuk berikatan dengan obat (substrat). Ketika suatu obat (substrat) mendekati reseptor (enzim) akan menginduksi perubahan konformasi yang mengarah pada sisi ikatan yang penting (katalitik).

Perubahan konformasi reseptor merupakan awal dari respon biologis. Reseptor (enzim) bersifat elastis dan bisa kembali kebentuk konformasi asal obat (susbtrat) telah dilepaskan. Perubahan konformasi tidak hanya diperlukan pada reseptor, obat (substrat) juga bisa mengalami deformasi sekalipun ini dihasilkan dalam strain suatu obat (substrat).

Page 42: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

33

Berdasarkan teori Induced-Fit, suatu agonis akan menginduksi perubahan dan menimbulkan suatu respon, tetapi suatu antagonis akan berikatan tanpa perubahan konformasi. Teori ini juga bisa disesuaikan dengan Rate Theory. Suatu agonis akan menginduksi perubahan konformasi pada reseptor dan akan mengakibatkan suatu konformasi di mana agonis terikat kurang kuat dan terurai lebih mudah.

Jika kompleks obat-reseptor tidak mengakibatkan perubahan konformasi pada reseptor, maka kompleks obat-reseptor akan stabil dan akan menghasilkan suatu antagonis. Suatu agonis parsial bisa mengakibatkan perubahan parsial. Dua teori yang disusun dari teori Induced-Fit adalah teori gangguan makromolekul (macromoleculer perturbation) dan teori aktivasi-agregasi.

Berdasarkan teori Induced-Fit, suatu agonis akan menginduksi perubahan dan

menimbulkan suatu respon, tetapi suatu antagonis akan berikatan tanpa perubahan

konformasi.

Page 43: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

34

Gambar 15. Skema Teori Induced-Fit antara Protein dan

Substrat 4. Teori Gangguan Makromolekul (Macromolecular

Perturbation Theory) Dengan memertimbangkan fleksibilitas konformasi

reseptor, Belleau mengemukakan bahwa dalam interaksi obat dengan reseptor terdapat dua tipe umum dari macromolecular perturbation bisa terjadi, yaitu: specific conformational perturbation yang memungkinkan ikatan molekul tertentu yang menghasilkan suatu respon biologis (agonis) dan nonspecific conformational perturbation yang mengakomodasi tipe lain dari molekul yang tidak menimbulkan suatu respon (antagonis).

Jika suatu obat berperan dalam kedua macromolecular perturbation akan menghasilkan campuran dua kompleks tersebut (agonis parsial). Teori ini menawarkan suatu dasar

Page 44: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

35

fisikokmia untuk pemahaman fenomena molekuler yang melibatkan reseptor. 5. Teori Aktivasi-Agregasi

Perluasan dari teori Macromolecular Perturbation (yang didasarkan pada teori Induced-Fit) menghasilkan suatu teori aktivasi-agregasi yang dikemukakan oleh Changeux dan Karlin. Berdasarkan pada teori ini meskipun dalam keadaan tidak ada obat, suatu reseptor berada dalam keseimbangan dinamik antara bentuk aktif (Ro) yang berperan untuk menimbulkan efek respon biologis dan bentuk tidak aktif (To).

Agonis mengubah kesetimbangan ke dalam bentuk aktif, antagonis berikatan pada bentuk inaktif, dan partial agonis berikatan dengan kedua konformasi tersebut. Dalam model ini, agonis binding site pada konformasi Ro bisa berbeda dengan antagonis binding site pada konformasi To. Jika ada dua binding site dan konformasi yang berbeda, maka dapat dijelaskan perbedaan struktur dalam suatu kelompok senyawa dan bisa menjelaskan mengapa suatu agonis dapat menimbulkan suatu respon biologis, tetapi suatu antagonis tidak dapat menimbulkan suatu respon biologis. Teori ini bisa menjelaskan kemampuan suatu agonis parsial untuk mempunyai kedua sifat agonis dan antagonis.

Jika suatu obat berperan dalam kedua macromolecular perturbation akan

menghasilkan campuran dua kompleks tersebut (agonis parsial).

Secara umum, teori ini dapat diterima di dalam bidang enzimologi bahwa perubahan konformasi cukup penting untuk

Page 45: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

36

fungsi enzim. Meskipun demikian, hal ini cukup beralasan untuk dilakukan eksplorasi mengenai apa yang kita tahu tentang enzim terhadap semua tipe resptor dan untuk menerima secara umum peran penting perubahan konformasi dalam interaksi obat-reseptor.

Page 46: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

37

METABOLISME OBAT

Page 47: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

38

Pada dasarnya, tubuh akan merespon setiap benda asing yang masuk dengan membentuk antibodi dan menghancurkannya. Akan tetapi, molekul-molekul yang berukuran kecil tidak dapat memicu respon imun. Untuk senyawa-senyawa toksik yang berukuran kecil, tubuh melindungi diri dengan mekanisme utama yaitu mengubah senyawa toksik (nonpolar) menjadi non toksik (polar) sehingga mudah dikeluarkan dari dalam tubuh. Pengubahan senyawa toksik menjadi non toksik memerlukan enzim (non spesifik enzim).

Mengapa obat yang masuk dalam tubuh tidak menimbulkan respon biologis? Pada umumnya, obat mempunyai ukuran molekul kecil, tetapi tetap akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Biotransformasi enzimatis obat dikenal sebagai metabolisme obat karena banyak obat yang mempunyai struktur yang mirip dengan senyawa-senyawa endogen sehingga obat dapat dimetabolisme menggunakan enzim-enzim spesifik seperti pada senyawa-senyawa endogen padanannya (ada dalam tubuh). Hal ini dapat berlangsung dengan baik seperti proses metabolisme yang menggunakan enzim non spesifik.

Mengapa obat yang masuk dalam tubuh tidak menimbulkan respon biologis? Pada

umumnya, obat mempunyai ukuran molekul kecil, tetapi tetap akan dikeluarkan dari dalam

tubuh.

Pemahaman akan suatu obat belum lengkap tanpa memahami proses metabolisme obat yang terjadi dalam organisme mamalia. Pengetahuan tentang transformasi

Page 48: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

39

biokimia membantu untuk memahami serta memprediksi toksisitas dan kemungkinan interaksinya dengan obat lain. Penelitian pada bidang farmakologi sering kali berfokus pada produk hasil metabolisme dan tempat akumulasinya karena hal itu mencakup suatu senyawa bioaktif, jalur, dan kecepatan ekskresinya. Ahli kimia medisinal sangat tertarik dengan potensi yang ada pada suatu obat dan untuk meningkatkan kemampuan obat, serta membuat suatu agen terapetik baru yang didasarkan pada penelitian terdahulu mengenai nasib senyawa asing (obat) dalam tubuh.

Tempat utama terjadinya metabolisme obat adalah di hati, tetapi ginjal, paru-paru dan saluran pencernaan juga merupakan tempat metabolisme obat yang penting. Ketika suatu obat digunakan secara oral, obat diabsorbsi melalui membran mukosa usus halus atau dari lambung. Ketika obat keluar dari saluran pencernaan biasanya dibawa melalui aliran darah menuju hati di mana akan mengalami metabolisme pertama kali.

Metabolisme oleh enzim-enzim di hati disebut dengan presystemic atau first-pass effect yang bisa mendeaktivasi obat. Jika sebagian fraksi obat mengalami metabolisme maka diperlukan dosis obat yang lebih besar atau multiple dose untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Efek lain yang signifikan tetapi tidak diinginkan adalah senyawa metabolit hasil metabolisme obat yang mungkin bersifat toksik meskipun obat induk tidak bersifat toksik.

First pass effect bisa diatasi dengan mengubah rute penggunaan obat. Ada beberapa rute pemberian obat untuk menghindari first pass effect, seperti: sublingual (nitroglycerin); rectal (ergotamin); intravena; intramuscular; subcutaneous; pulmonary absorption; dan topikal. Tidak semua obat dapat digunakan melalui rute alternatif (selain peroral). Agar obat

Page 49: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

40

dapat diberikan melalui rute alternatif maka diperlukan modifikasi struktur.

Metabolisme oleh enzim-enzim di hati disebut dengan presystemic atau first-pass effect yang

bisa mendeaktivasi obat

Meskipun first pass effect dapat dihindari, ada banyak enzim yang berada di luar hati yang dapat mengatalisis reaksi metabolisme obat. Saat obat telah mencapai tempat aksi dan menimbulkan respon yang diinginkan, biasanya obat yang diinginkan untuk mengalami metabolisme dan eliminasi. Hal sebaliknya akan terjadi jika obat masih ada atau tertinggal dalam tubuh dan menghasilkan efek yang lebih lama dari pada yang diinginkan atau menjadi toksik terhadap sel.

Penelitian tentang metabolisme obat sangat penting untuk menentukan keamanan penggunaan obat. Sebelum obat dapat digunakan pada manusia, metabolit yang dihasilkan harus dapat diisolasi dan dibuktikan tidak toksik. Penelitian ini juga bisa digunakan sebagai penuntun dalam pendekatan modifikasi obat. Setelah hasil metabolisme diketahui sangat memungkinkan untuk dapat mendesain suatu senyawa yang tidak aktif ketika digunakan tetapi dapat berubah menjadi aktif setelah mengalami perubahan atau metabolisme oleh enzim-enzim metabolik. Senyawa seperti ini biasanya disebut dengan prodrug. Biasanya hanya sejumlah kecil obat yang diperlukan untuk menimbulkan respon yang diinginkan sehingga akan sulit untuk dapat mendeteksi semua produk metabolitnya. Pada bagian ini akan ditekankan pada berbagai macam reaksi yang terlibat dalam metabolisme obat.

Page 50: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

41

JALUR DEAKTIVASI DAN ELIMINASI OBAT

Page 51: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

42

Reaksi metabolisme obat (xenobiotik) secara umum dibagi menjadi dua yaitu reaksi fase I dan reaksi fase II. Transformasi (reaksi) fase I pada umumnya merupakan reaksi penambahan atau pengubahan gugus fungsional atau penyiapan obat (xenobiotik) untuk memasuki transformasi fase II yang meliputi reaksi: oksidasi, reduksi, hidrolisis.

Hasil dari transformasi fase I dapat langsung dikeluarkan dari dalam tubuh tetapi jika hasil transformasi fase I masih kurang polar (belum bisa dikeluarkan dari dalam tubuh) maka bisa masuk ke transformasi fase II. Transformasi fase II disebut juga dengan reaksi konjugasi dan pasti menghasilkan derivat senyawa yang polar. Transformasi fase II seperti: glukuronidasi dan ester sulfat di mana hasil transformasi fase II akan diekskresikan melalui ginjal dan keluar dari tubuh bersama urin.

Kecepatan dan jalur metabolisme obat dipengaruhi oleh spesies; strain; jenis kelamin; umur; hormon; keadaan kehamilan; dan penyakit liver seperti, sirosis, hepatitis, porphyria, dan hematoma. Metabolisme obat bisa mempengaruhi efek obat. Pada dasarnya, metabolisme obat mengakibatkan deaktivasi efek farmakologis obat dengan mengubah struktur obat sehingga tidak dapat dengan tepat berikatan pada reseptor target lebih lama dan menjadi lebih mudah diekskresikan. Metabolisme obat bagaimana pun juga bisa mengaktifkan suatu obat seperti pada obat yang disebut dengan prodrug. Respon farmakologis suatu obat mungkin bisa berubah jika metabolit mempunyai aktivitas baru; dalam beberapa kasus metabolit mempunyai aktivitas sama dan mempunyai potensi yang mirip dengan obat. Perubahan absorpsi dan distribusi obat (dalam jaringan atau organ di mana obat terakumulasi) juga bisa diakibatkan bila obat diubah menjadi spesies yang jauh lebih polar.

Page 52: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

43

Kebanyakan enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme obat juga mengatalisis pada reaksi senyawa-senyawa endogen. Fungsi sebenarnya dari enzim ini mungkin sebagai pemetabolisme senyawa endogen dan enzim-enzim ini mungkin saja secara kebetulan juga memetabolisme obat dan senyawa xenobiotik lainnya.

Afinitas substrat endogen yang lebih besar dari pada obat pada banyak kejadian nampaknya mendukung dugaan ini. Bagaimana pun juga banyak enzim-enzim ini mempunyai spesifitas yang sangat lebar sehingga tidak jelas apakah beberapa enzim-enzim ini telah berkembang untuk melindungi organisme dari senyawa yang tidak diinginkan.

Kecepatan dan jalur metabolisme obat dipengaruhi oleh spesies; strain; jenis kelamin;

umur; hormon; keadaan kehamilan; dan penyakit liver seperti, sirosis, hepatitis,

porphyria, dan hematoma.

Page 53: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

44

Transformasi Fase I

1. Reaksi Oksidasi Oksidasi merupakan jenis reaksi yang paling sering

dijumpai. Reaksi oksidasi dikatalis oleh suatu komplek enzim yang merupakan bagian integral dari retikulum endoplasmik sel hati. Enzim kunci dalam reaksi oksidasi adalah besi-hemesitokrom P-450 yang merupakan suatu flavoprotein yang berpengaruh pada reaksi reduksi dan reoksidasi yang dapat mengubah NADPH menjadi NADP+. Angka 450 menunjukkan puncak serapan enzim pada 450 nm setelah bereaksi dengan karbon monoksida. Obat yang berinteraksi dengan enzim ini dapat diukur dengan melihat perubahan spektrum serapannya. Berbagai macam reaksi oksidasi yang dapat terjadi seperti: oksidasi alifatik; hidroksilasi aromatik; N-dealkilasi; O dan S-dealkilasi; N-oksidasi menjadi N-oksida; N-hidroksilasi; Oksidasi pada sulfur menjadi sulfoksida.

Sitokrom P-450 merupakan enzim yang penting sekali untuk metabolisme secara oksidatif aneka ragam substrat endogen (steroid, asam lemak, prostaglandin, leukotriena), maupun substrat eksogen (obat, karsinogen kimia, mutagen, dan pencemar lingkungan lainnya). Enzim-enzim yang terkait atau berhubungan dengan sitokrom P-450 menunjuk sebagai suatu isoenzim. Pada pembahasan terbatas suatu isoenzim merupakan suatu enzim (saling terkait) yang mengkatalis reaksi yang sama dengan susbtrat yang sama.

Reaksi oksidasi dikatalis oleh suatu komplek enzim yang merupakan bagian integral dari

retikulum endoplasmik sel hati.

Page 54: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

45

Sistem sitokrom P-450 terdiri dari: sitokrom P-450, NADPH-sitokrom P-450 reduktase, dan lipid yang terikat pada retikuloendoplasma halus. Seperti telah diketahui sitokrom P-450 merupakan suatu protein heme. Semua isozim protein tersebut mengandung satu molekul besi-protoporfirin IX sebagai gugus prostetik atau gugus aktifnya. Di antara isoenzim P-450, yang berbeda adalah berat molekul (48.000 – 55.000 dalton), kekhasan spektra, urutan asam amino, tingkat putaran ion besi heme, sifat imunokimia, dan katalitik, serta keterpacuannya.

Heme atau protoporphyrin IX merupakan suatu besi (III) yang mengandung kofaktor porphyrin. Heme merupakan gugus aktif atau bagian yang penting pada sitokrom P-450 untuk reaksi oksidasi xenobiotik (obat). Mekanisme kerja dari sitokrom P-450 dimulai dari ikatan antara oksigen molekuler dengan kofaktor heme (setelah reduksi Fe3+ menjadi Fe2+) dan diubah menjadi bentuk reaktif yang digunakan pada berbagai macam reaksi oksigenasi khususnya reaksi hidroksilasi dan epoksidasi.

N-

Fe3+

N-

NN

CH3

HC

H3C

HOOCH2CH2C

CH3 HC

CH2

CH3HOOCH2CH2C

CH2

Gambar 16. Struktur Heme

Page 55: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

46

Reaksi hidroksilasi nampaknya sering terjadi pada atom

karbon yang tidak diaktifkan. Mekanisme reaksi hidroksilasi masih dalam perdebatan, tetapi suatu spesies besi-oxo yang berenergi tinggi pasti terlibat. Bentuk resmi dari spesies besi-oxo yang berenergi tinggi di gambar, tetapi karena besi (V) merupakan bentuk oksidasi yang sangat tinggi oleh karena itu memungkinkan untuk menulisnya seperti suatu spesies besi (IV) dengan radikal kation pada cincin porphyrin.

Bentuk heme dapat disingkat seperti pada gambar di mana nitrogen pada tepi mewakili empat cincin pirol nitrogen. Ligan kelima (axial) merupakan suatu sistein tiolat dari protein (gambar sitokrom P-450). NADPH diperlukan pada heme-dependent enzim untuk mereduksi flavin koenzim yang digunakan untuk transfer elektron ke heme dan kompleks heme-oksigen. Sebagai catatan muatan dan elektron yang ditunjukkan pada gambar hanya untuk tujuan penjelasan elektronik pada buku saja dan tidak merupakan struktur pasti.

N N

N N

Fe3+

Protein

S-

Sisteinil

Protein Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450

Page 56: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

47

N N

N N

Fe3+

N N

N N

Fe2+

Fl

FIH-

FlOX NADPH

NADP+

N N

N N

Fe3+O2

O

O

N N

N N

Fe3+

O

O

FIH- Fl

FlOXNADPH

NADP+

N N

N N

Fe5+

O

-H2O+2H+

N N

N N

4+Fe

O

4.39b 4.39a

4.38

Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies Besi-Oxo Energi Tinggi

Page 57: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

48

Gambar 18 menunjukkan kemungkinan mekanisme hidroksilasi dari suatu atom karbon (hidrokarbon) yang tidak diaktifkan dan epoksidasi dari alkena. Model penelitian secara kimia menunjukkan bahwa epoksidasi alkena mungkin diawali dengan kompleks transfer muatan antara spesies besi-oxo dengan alkena yang diikuti dengan suatu proses yang serentak. Jika senyawa terbentuk merupakan suatu senyawa radikal dengan umur yang singkat sehingga reaksi radikal tidak dapat diamati.

N N

N N

4+Fe

O

R

CR'

R''

H

N N

N N

3+Fe

OH

R

CR'

R''

Oksigen

ReboundN N

N N

Fe3+

RCR'

R''OH

N N

N N

4+Fe

O

R'

R''

R

N N

N N

3+Fe

O

RR'

R''

N N

N N

Fe3+

O

R R'

R''

4.40 Gambar 19. Mekanisme Hidroksilasi dan Epoksidasi oleh

Sitokrom P-450

Ketika gugus yang lebih mudah teroksidasi terlibat seperti: atom nitrogen dan sulfur maka heme-dependent oksigenase bisa juga berfungsi sebagai oksidator dan proses terjadi dengan mekanisme elektron transfer. Gambar di atas menunjukkan mekanisme hipotetik untuk hidroksilasi antihistamin difenhidramin.

Page 58: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

49

N N

N N

4+Fe

O

Ph

Ph

O

NCH3

CH3Ph

Ph

ON

CH3

CH3

N N

N N

Fe3+

O-

N N

N N

Fe3+

OH

Ph

Ph

O

NCH3

CH2Ion Iminium

N N

N N

Fe3+Ph

Ph

O

NCH3

CH2

OH

H2C=OPh

Ph

ON

CH3

HKarbinolaminAmin sekunder

Difenhidramin

Gambar 20. Mekanisme hidroksilasi difenhidramin oleh

sitokrom P-450

Tempat utama sitokrom P-450 adalah di hati, tetapi juga terdapat di paru-paru, ginjal, kortek adrenal, usus, kulit, otak, aorta, dan jaringan epitel yang lain. Heme terikat secara non kovalen pada apoprotein. Sitokrom P-450 berhubungan dengan enzim lain seperti NADPH-sitokrom P-450 reduktase {suatu flavoenzim yang mengandung satu molekul untuk setiap flavin adenine dinucleotide (FAD) dan flavin mononucleotide (FMN)}.

Secara umum sitokrom P-450 mengkatalisis reaksi hidroksilasi atau epoksidasi pada berbagai macam substrat dan reaksi berlangsung melalui intermediate radikal. Ketika konsentrasi sitokrom P-450 dan enzim pemetabolisme obat yang lain bervariasi maka metabolisme obat menjadi berubah. Adanya obat-obat lain dan kondisi lingkungan kimia akan menginduksi metabolisme obat itu sendiri dan obat-obat lain yang ada dalam tubuh sebagai akibat dari hasil aktivasi sitokrom P-450 dan NADPH-sitokrom P-450 reduktase. Senyawa kimia yang berbeda akan menginduksi isozymes sitokrom P-450 yang berbeda. Masalah akan muncul ketika

Page 59: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

50

berbagai macam obat (multiple drug) digunakan di mana salah satu obat menghambat metabolisme obat yang lain. Hal ini diakibatkan oleh adanya inhibisi sitokrom P-450 dan enzim pemetabolisme yang lain.

Enzim lain yang terlibat dalam oksidasi obat adalah mikrosomal flavin monooksigenase. Flavin monooksigenase merupakan anggota kelompok liver microsomal mixed function oxygenases yang penting dalam proses oksigenase xenobiotik yang masuk ke dalam tubuh termasuk obat. Substrat untuk enzim ini pada umumnya senyawa obat atau xenobiotik yang mengandung gugus amin atau thiol atau senyawa yang bersifat nukleofil.

Enzim-enzim lain yang terlibat dalam reaksi oksidasi metabolisme obat adalah: prostaglandin H sintase, alkohol dehidrogenase, aldehida dehidrogenase, xanthin oksidase, monoamin oksidase, dan aromatase. Enzim-enzim ini juga terlibat dalam metabolisme senyawa endogen.

R

RR''

R'

R OH

RR''

R'O

Gambar 21. Substrat untuk Sitokrom P-450

Page 60: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

51

R NHR' R NR'

OH

R CNH2

S

R CNH2

S O

Gambar 22. Substrat untuk Flavin Monooksigenase

Enzim lain yang terlibat dalam oksidasi obat adalah mikrosomal flavin monooksigenase.

A. Senyawa Aromatis

HN

NH

O

OO

C2H5

HN

NH

O

OO

C2H5

OH

Phenobarbital

B. Gugus alkil (rantai samping)

H3C

C

H2C

CH2

H2C

O NH2

O NH2

H2CH3C

C

O

C

O

H3C

C

H2C

CH2

H2C

O NH2

O NH2

HCH3C

C

O

C

OOHMeprobamat

Page 61: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

52

C. Alkil menjadi gugus karbonil dan karboksil

H3C NH

NH

C4H9

O

S

O

C

O

NH

NH

C4H9

O

S

O

C

O

HO

O

Tolbutamide

D. Oksidasi deaminasi

H2C

CH

NH2

CH3

H2C CH3C

O

+ NH3

Amphetamin

Secara umum sitokrom P-450 mengkatalisis reaksi hidroksilasi atau epoksidasi pada

berbagai macam substrat dan reaksi berlangsung melalui intermediate radikal.

E. O-dealkilasi (eter cleavage)

HN

CH3

OC2H5

O

HN

CH3

OH

O

+ CH3CHO

Fenacetin

Page 62: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

53

F. S-dealkilasi

N

S

H2CH2C

S CH3

NH3C

N

S

H2CH2C

SH

NH3C

+ CH2O

Thioridazine

G. Sulfoksidasi

N

S

CH2

H2C

CH2

NCH3

CH3 N

CH2

H2C

CH2

NCH3

CH3

S

O

Cl Cl

Klorpromazin

H. Penggantian sulfur dengan oksigen (desulfurasi)

O2N O P

OC2H5

OC2H5S

O2N O P

OC2H5

OC2H5O

Parathion Paraoxon I. N-Dealkilasi

N

H2CH2C

H2C N

CH3

CH3N

H2CH2C

H2C

HN CH3

impramin desimpramin aktif

Page 63: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

54

J. N-Oksidasi

Cl

H2C

C

NH2

CH3

CH3

Cl

H2C

C

HN

CH3

CH3

OH

Cl

H2C

C

N

CH3

CH3

OCl

H2C

C

NO2

CH3

CH3

klorfentermin N-hidroksiklorfentermin

NitrosoNitro Gambar 23. Contoh Reaksi Oksidasi yang Terjadi pada

Berbagai Tipe Senyawa Obat 2. Reaksi Hidrolisis

Metabolisme secara hidrolisis senyawa-senyawa ester dan amida akan menghasilkan asam karboksilat, alkohol, dan amina. Semua senyawa hasil hidrolisis tersebut cukup mudah untuk mengalami reaksi konjugasi fase II dan diekskresikan. Hidrolisis dengan katalis basa akan dipercepat secara non enzimatik ketika gugus penarik elektron disubstitusikan pada sisi ikatan ester atau amida. Ketika gugus karbonil berkonjugasi dengan suatu π sistem, hidrolisis dengan katalis

basa akan diperlambat. Berbagai macam jenis enzim esterase dan amidase non

spesifik yang terlibat dalam metabolisme obat ditemukan pada plasma, hati, ginjal, usus. Semua jaringan mamalia berperan pada hidrolisis obat. Hati, saluran pencernaan, dan darah mempunyai kapasitas hidrolisis paling besar. Aspirin merupakan contoh obat yang dihidrolisis oleh semua jaringan manusia. Hidrolisis xenobiotik sangat mirip pada semua mamalia, tetapi masih tetap ada perkecualian dan perbedaan

Page 64: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

55

yang semakin besar antar spesies dapat diamati. Beberapa enzim esterase mengkatalisis hidrolisis ester alifatis dan enzim esterase yang lain mengkatalis hidrolisis ester aromatis. Benzoil ester pada kokain dihidrolisis oleh hati manusia secara in-vitro bukan pada bagian alisiklik ester, tetapi metabolit utama kokain adalah benzoilecgonin yang merupakan hasil hidrolisis pada bagian alisiklik ester.

N

CH3

H

OCH3

H

O

O

O

N

CH3

H

OH

H

O

O

O

Kokain Benzoylecgonine Gambar 24. Hidrolisis Kokain menjadi Benzoylecgonine

Secara umum amida mengalami hidrolisis lebih lambat

dibanding ester. Sebagai contoh hidrolisis enzimatik obat antiaritmik prokainamida yang relatif lebih lambat dibanding anestetik lokal prokain. Stereoselktifitas dari suatu senyawa obat akan berpengaruh pada kecepatan hidrolisisnya.

H2N

HN

NEt2

O

Prokainamida

H2N

O

NEt2

O

Prokain

Gambar 25. Hidrolisis Gugus Amida pada Prokainamida

menjadi Prokain

Selain oleh enzim esterase dan amidase reaksi hidrolisis juga dikatalis oleh berbagai macam enzim mamalia yang lain seperti fosfatase, β-glukoronidase, sulfatase, dan deasetilase.

Page 65: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

56

3. Reaksi Reduksi Reaksi reduksi merupakan reaksi biotransformasi yang

penting untuk senyawa obat (xenobiotik) untuk pembentukan gugus hidroksil dan amino yang membuat senyawa obat (xenobiotik) lebih hidrofilik dan menyiapkannya untuk reaksi konjugasi fase II. Berbagai macam reaksi reduksi dapat dilihat pada contoh dibawah ini: a. Reduksi Karbonil

Reduksi karbonil secara khas dikatalis oleh aldo-keto reduktase yang memerlukan NADPH atau NADP sebagai koenzim. Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya alkohol dehidrogenase mengkatalis reduksi aldehida sebaik pada proses oksidasi alkohol oleh enzim tersebut.

Cl3H2C HC

O

Cl3H2C OH

H2C

Chloral Trikloroetanol

H3C C

O

NH

HN

O

S

O

C

O

H3C CH

OH

NH

HN

O

S

O

C

O

Asetoheksamida Gambar 26. Reduksi Karbonil

b. Reduksi Nitro

Reduksi nitro aromatis yang dikatalisis oleh sitokrom P-450 dengan adanya bantuan dari NADPH (kecuali dalam kondisi anaerobik dimana oksigen menghambat reaksi) dan flavin dependent NADPH-sitokrom-P-450 reduktase merupakan suatu rangkaian proses. Reduksi gugus nitro menjadi gugus nitroso merupakan suatu rate-determining step. Berdasarkan spektrum EPR dan hubungan antara kecepatan pembentukan radikal dengan kecepatan pembentukan produk dapat diusulkan bahwa radikal anion nitro merupakan intermediet pertama dari reduksi gugus nitro. Reoksidasi radikal anion

Page 66: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

57

nitro dengan oksigen menghasilkan senyawa nitro kembali dan suatu anion radikal superoksida bisa menjelaskan penghambatan jalur metabolisme ini oleh oksigen. Enzim lain yang mengkatalisis reduksi gugus nitro adalah: bakteri nitro reduktase dalam saluran pencernaan, xantin oksidase, aldehida oksidase, dan quinone reduktase [NAD(P)H dehidrogenase(quinone); DT-diaphorase]. Siklus metabolisme oksidasi-reduksi obat mungkin bisa terjadi. Kesetimbangan antara jalur oksidasi dan reduksi penting untuk menentukan profil farmakologis dan toksikologis suatu obat.

R NO2

e-

O2O2.-

R NO2.-

e-

2H+

Radikal anionnitro

R NO

Gugus nitroso

e-

H+R N

H

O

e-H+

R NHOH2e-

2H+R NH2

Gambar 27. Reduksi Gugus Nitro

Contoh reduksi nitro adalah metabolisme obat antikonvulsan klonazepam menjadi suatu senyawa amin. Dalam beberapa kasus metabolit hasil reduksi tidak dapat diamati karena senyawa tersebut dapat dengan mudah dioksidasi kembali oleh udara menjadi senyawa induk.

N

HN

O2N

Cl

O

Klonazepam

N

HN

H2N

Cl

O

Reduksi

Senyawaan amin

Gambar 28. Reduksi Klonazepam menjadi Senyawa Amin

Page 67: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

58

c. Reduksi Senyawa Azo

Mekanisme reduksi gugus azo (RN=NR) mirip dengan reduksi gugus nitro. Reduksi gugus azo diperantarai oleh sitokrom P-450, NADPH-sitokrom-P-450 reduktase, dan adanya oksigen sering kali menghambat reaksi reduksi. Bakteri dalam saluran pencernaan juga penting dalam reduksi azo. Reduksi metabolisme senyawa sensitif oksigen melalui proses radikal azo anion, oksigen nampaknya membalik proses reduksi dan secara bersamaan dengan pengubahan oksigen menjadi radikal anion superoksida. Reduksi senyawa azo insensitif oksigen berlangsung dengan reduksi dua elektron senyawa azo langsung menjadi intermediet hidrazo.

Reduksi gugus azo diperantarai oleh sitokrom P-450, NADPH-sitokrom-P-450 reduktase, dan adanya oksigen sering kali menghambat reaksi

reduksi.

Reduksi sulfasalazin yang digunakan dalam pengobatan ulseratif colltis menjadi sulfapiridin dan asam 5-aminosalisilat utamanya terjadi dalam kolon yang dilakukan oleh bakteri intestinal.

Ar N N Ar'e-

O2O2.-

Ar N N- Ar' ArHN

HN Ar'

e-

2H+

2e-2H+

ArNH2 + ArNH2

Radikal anion azo

Gambar 29. Reduksi Gugus Azo

Page 68: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

59

N

HN

O2S N N

COOH

OH

N

HN

O2S NH2 H2N

COOH

OH+

Sulfasalazin

SulfapiridinAsam 5-aminosalisilat

Gambar 30. Metabolisme Reduksi Sulfasalazin

d. Reduksi Amina Oksida Tersier

Berbagai macam senyawa amina oksida tersier, baik alifatis maupun aromatis, seperti imipramin N-oksida direduksi menjadi menjadi senyawa amina oleh sitokrom P-450 dalam keadaan tanpa oksigen.

N

CH2CH2CH2N(CH3)2

O

N

CH2CH2CH2N(CH3)2Imipramin N oksida Senyawaan amina

Gambar 31. Reduksi Gugus Amina Oksida Tersier

e. Reduksi Dehalogenasi

Dalam keadaan hipoksia atau anaerob suatu senyawa anestetik volatil seperti halothan mengalami reduksi dehalogenasi oleh sitokrom P-450. Pertama kali elektron dipindahkan ke halothan dari sitokrom yang direduksi oleh NADPH sitokrom P-450 reduktase. Pemindahan elektron ini

Page 69: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

60

melepaskan ion bromida dan menghasilkan sitokrom P-450 yang terikat radikal 1 kloro-2,2,2-triflouroetil. Jika radikal ini meninggalkan sisi aktif (jalur a), maka bisa direduksi oleh transfer atom hidrogen (jalur c) untuk menghasilkan 2-kloro-1,1,1-triflouroetana atau bisa membentuk suatu ikatan kovalen dengan protein seluler (jalur d). Reduksi elektron kedua halothan (jalur b) menghasilkan karbanion; β-eliminasi ion flourida menghasilkan kloro diflouro etilen. Jalur d menghasilkan ikatan kovalen dengan protein, seperti yang telah dikemukakan bahwa jalur d menjadi penyebab halothan hepatitis yaitu suatu reaksi toksik yang disebabkan paparan halothan pada hati. Transfer elektron yang kedua (jalur b) lebih dahulu berasal dari sitokrom b5, ini akan menghasilkan produk non toksik dan bersaing dengan jalur a, sehingga dapat membantu detoksifikasi dalam proses metabolisme.

Br CHCF3

Cl

e-

-Br-

Halothan

C CF3

H

Cl

e-

b H C CF2

Cl F

ClHC CF2

-F-

Klorodiflouroetilen

C CF3

H

Cl

a

RH R.

cH2C CF3

Cl2-Kloro-1,1,1-triflouroetana

dIkatan kovalen

Gambar 32. Reduksi Dehalogenasi Halothan

Page 70: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

61

Transformasi Fase II: Reaksi Konjugasi

Transformasi fase II atau konjugasi enzimatis secara umum mengatalisis penambahan suatu molekul kecil endogen polar, seperti asam glukoronat, sulfat, dan asam amino ke suatu obat atau lebih sering ke metabolit hasil dari reaksi fase I.

Hasil dari reaksi fase II akan mendeaktivasi obat dan menghasilkan metabolit larut air yang siap untuk diekskresikan dalam urin atau empedu. Reaksi fase II seperti metilasi dan asetilasi tidak menghasilkan metabolit yang lebih polar tetapi digunakan untuk mengakhiri atau melemahkan aktivitas biologis obat. Reaksi metabolisme dengan nukleofil glutathion yang poten digunakan untuk memerangkap metabolit yang sangat elektrofil sebelum mengakibatkan kerusakan makromolekul biologis yang penting seperti: protein, RNA, dan DNA.

Reaksi konjugasi utamanya terjadi pada gugus hidroksil, karboksil, amino, nitrogen heterosiklik, dan thiol. Jika gugus ini tidak ada dalam molekul obat maka pada reaksi fase I akan ditambahkan gugus-gugus tersebut dalam molekul obat. Pada umumnya, gugus pengonjugasi merupakan suatu molekul endogen yang diaktifkan lebih dulu dalam bentuk koenzim sebelum ditransferkan ke gugus akseptor. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini disebut dengan transferase.

1. Konjugasi Asam Glukoronat Glukoronidasi merupakan jalur konjugasi paling umum

pada mamalia dan terjadi pada semua jaringan mamalia kecuali pada kucing. Bentuk koenzim dari asam glukoronat adalah asam 5’-difosfo-α-D-glukoronat (UDP-asam glukoronat) yang berasal (jalur biosintesis) dari α-D-glukosa-1-

Page 71: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

62

fosfat yang mengalami fosforilasi dengan katalis fosforilase sehingga menjadi gula nukleotida kemudian diikuti dengan oksidasi oleh enzim UDP-glukosa dehidrogenase sehingga menjadi UDP-asam glukoronat. UDP-asam glukoronat mengandung asam D-glukoronat dengan konfigurasi α, tetapi

konjugat asam glukoronat merupakan β-glikosida. Dari hasil ini diketahui bahwa reaksi glukoronidasi melibatkan pembalikan stereo kimia pada atom karbon asimetris.

OHO

HOHO

OPO3-

HO

OHO

HOHO

HO

Fosforilase

UTP PPi

O

O-

O O

O-

P

O

P

O

O

OH OH

N

NH

O

O

2NAD+

2NADH

UDPGdehidrogenase

alfa-D-glukosa-1-fosfat

Gula nukleotida

OHO

HOHO

HOOC

O

O-

O O

O-

P

O

P

O

O

OH OH

N

NH

O

O

OHO

HOHO

HOOC

XR

RXHUDP

UDP-glukoronosil-transferase

Konjugat asam glukoronat

UDP-asam glukoronat

Gambar 33. Jalur Biosintesis dan Reaksi UDP-Asam Glukoronat

Gugus karboksilat dan hidroksil merupakan gugus sasaran

dari glukoronilasi (glucoronyl moiety). Glukoronida sangat larut dalam air dan oleh karena itu siap untuk diekskresikan. Glukoronida umumnya diekskresikan dalam urin tetapi ketika bobot molekul konjugat lebih dari 300 maka ekskresi dalam empedu merupakan jalur ekskresi utama. Ada beberapa bukti bahwa UDP-glukoronosil-transferase berhubungan dekat dengan sitokrom P-450 sehingga ketika obat mengalami

Page 72: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

63

oksidasi oleh sitokrom P-450 pada fase I maka metabolit yang dihasilkan akan mengalami konjugasi secara efisien. Empat kelompok umum glukoronida telah disusun yaitu: O-, N-, S-, dan C-glukoronida.

Tabel 1. Agen Pengonjugasi Fase II pada Mamalia

Konjugat Bentuk Koenzim Gugus

Terkonjugasi

Enzim Transferas

e

Glukuronida

Uridine-5’-diphospho-α-D-glucuronic acid (UDPGA)

NH

O

ONO

OHOH

HH

H

OP

O

OH

OP

O

O

OH

OHOHO

HOOC

H

OH

-OH, -COOH, -NH2, NR2, -SH, -C-H

UDP-Glucuronos

yl-transferase

Sulfat

3’-phosphoadenosine-5’-phosphosulfate (PAPS)

N

NN

N

NH2

O

OHH2O3PO

HH

OPO

OH

O

S

O

HO

O

-OH, -NH2 Sulfo-

transferase

Glisin dan glutamin

Kosubstrat asil atau aroyl koenzim A teraktivasi

R SCoA

O

(Ar)

+

H2N COOH

H R

-COOH

Glisin N-asiltransfera

se

Glutamin N-asiltransfera

se

Glutathione

Glutathione (GSH)

Ar-X, Aren oksida,

epoksida, karbokation

Glutathione S-

transferase

Page 73: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

64

Konjugat Bentuk Koenzim Gugus

Terkonjugasi

Enzim Transferas

e

HS

O NH

COOH

HN

O

NH2

COOH

HH

Asetil

Asetil Koenzim A

H3C

O

SCoA

-OH, -NH2 Asetil-

transferase

Metil

S-Adenosil methionin SAM

N

NN

N

NH2

O

OHHO

HH

S+

CH3

HOOC

NH2

H

-OH, -NH2, -SH, Heterosiklik

N

Metil-transferase

Tabel 2. Berbagai Macam Senyawa yang Dapat Membentuk Glukoronida

Tipe Contoh Struktur

(tanda panah menunjukkan letak glukuronidasi)

O-glukuronida

Hidroksil Fenol

Asetaminofen

AcHN OH

Page 74: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

65

Tipe Contoh Struktur

(tanda panah menunjukkan letak glukuronidasi)

Alkohol Kloramfenikol

O2N

OH

OHO

HN CHCl2

Karboksil Fenoprofen PhO

O

OH

N-glukuronida

Amina

Desipraraine

NHCH3

Amida Karbamat

Meprobamate

OCONH2

O

O

NH2 Sulfonamida

Sulfadimetoksin

H2N N

N

OMe

OMe

O2S

HN

Page 75: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

66

Tipe Contoh Struktur

(tanda panah menunjukkan letak glukuronidasi)

S-glukuronida

Sulfhidril

Methimazole N

N

CH3

SH

Asam Karbodithioat

Disulfiram SH

S

Et2N

C-glukuronida

Fenilbutazone

N

N

Ph

Ph

O

O

2. Konjugasi Sulfat

Konjugasi dengan sulfat lebih sedikit terjadi dibanding konjugasi dengan glukoronat (glukoronidasi), hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah sulfat inorganik dalam mamalia dan jumlah gugus fungsional (fenol, alkohol, arilamin, N-hidroksi) yang mengalami reaksi konjugasi dengan sulfat lebih sedikit. Ada tiga enzim sebagai katalis dalam reaksi konjugasi sulfat. Sulfat inorganik diaktifkan oleh ATP-sulfurilase (sulfat adenilil transferase) yang mengkatalisis reaksi dengan ATP untuk menghasilkan adenosin 5’-fosfo-sulfat (APS) yang akan mengalami fosforilasi dengan katalis APS fosfokinase (adenililsulfat kinase) yang mengkatalisis reaksi sehingga menghasilkan 3’-fosfoadenosin 5’-fosfosulfat (PAPS) yang merupakan koenzim untuk digunakan dalam

Page 76: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

67

sulfatasi. Molekul akseptor (RXH) mengalami reaksi sulfatasi dengan dikatalisis oleh sulfotransferase menjadi konjugat sulfat dan melepaskan 3’-fosfoadenosin 5’-fosfat (PAP).

Ada berbagai macam enzim sulfotransferase yang terdapat pada hati dan jaringan yang lainnya. Substrat utama utama untuk enzim ini adalah adalah senyawa fenol, tetapi alkohol alifatis, amina, dan thiol (meskipun kurang reaktif). Sering kali glukoronidasi dan sulfatasi terjadi pada substrat yang sama tetapi Km untuk sulfatasi biasanya lebih kecil sehingga sulfatasi lebih sering terjadi (lebih dominan). Perbedaan ikatan dengan substrat di mana sulfotransferase merupakan enzim sitoplasmik (soluble) dan glukoronosiltransferase merupakan enzim mikrosomal (membran). Bronkodilator albuterol dimetabolismekan menjadi senyawaan sulfat ester. Sebagai catatan disini meskipun ada tiga gugus hidroksil dalam albuterol tetapi sulfatasi fenolik lebih dominan.

HO

HOHN

OH

HO

-O3SOHN

OH

Sulfatasi

AlbuterolSenyawaan sulfat ester

Gambar 34. Reaksi Konjugasi Sulfat pada Albuterol

Page 77: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

68

-O O-

O

S

O

ATP PPi

Mg2+ATP sulfurilase

-O O

O

S

O

OP

O

O-O

HO HO

Ad

ATP

ADP

Mg2+

APS

fosfokinase

-O O

O

S

O

OP

O

O-O

--O3PO HO

AdRXHPAP

sulfotransferase-O XR

O

S

O

Adenosin5'-fosfosulfat

3'-fosfoadenosin5'-fosfosulfat

Gambar 35. Mekanisme Reaksi Konjugasi Sulfat

Dalam beberapa hal situasi yang berlawanan bisa terjadi.

Pada orang dewasa parasetamol utamanya dimetabolismekan menjadi O-glukoronida meskipun beberapa metabolit sulfat ester juga dapat dideteksi (jumlah lebih kecil). Pada bayi yang baru lahir dan anak-anak umur 3-9 tahun parasetamol utamanya diekskresikan dalam bentuk konjugat sulfat karena adanya keterbatasan kemampuan pada tubuh mereka untuk mengadakan konjugasi dengan asam glukoronat. Sulfatasi pada alkohol alifatis dan arilamin juga dapat terjadi tetapi ini adalah jalur metabolisme minor. Konjugat sulfat bisa dihidrolisis kembali menjadi senyawa induk oleh berbagai macam enzim sulfatase.

Konjugasi dengan sulfat memainkan peran penting pada hepatotoksisitas dan karsinogenitas senyawa N-hidroksiarilamida. Senyawa N-hidroksiarilamin cukup

Page 78: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

69

elektrofilik dan dapat bereaksi dengan protein dan DNA (nukleofil). Senyawa N-hidroksisulfatasi merupakan senyawa yang mempunyai elektrofilisitas tinggi (spesies nitrenium-like). Sebagai contoh sulfokonjugasi senyawa N-hidroksilasi yang merupakan metabolit analgesik fenasetin menghasilkan suatu metabolit reaktif yang bertanggung jawab terhadap hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas dari fenasetin.

HN

OEt

O

N

OEt

O

Sulfotransferase

N

OEt

O

-O3SOHO

-X

N

OEt

O

H

X

HN

OEt

O

X

Fenasetin

Gambar 36. Bioaktivasi Fenasetin

3. Konjugasi Glutathion

Glutathion (GSH) tripeptida ditemukan pada semua jaringan mamalia. GSH mempunyai gugus thiol yang merupakan suatu nukleofilik yang poten dan mempunyai fungsi sebagai penangkap (scavenger) senyawa elektrofilik berbahaya yang dihasilkan dalam proses metabolisme. Sumber senyawa elektrofilik dalam tubuh bisa berasal dari senyawa xenobiotik yang dikonjugasi dengan glutathion

Page 79: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

70

(senyawa dengan elektrofilisitas yang tinggi) atau xenobiotik yang dimetabolisme menjadi senyawa elektrofilik sebelum dikonjugasi.

Toksisitas suatu obat bisa dihasilkan dari reaksi antara senyawa nukleofilik seluler dengan metabolit elektrofilik (jika glutathion tidak menangkap senyawa elektrofilik yang dihasilkan). Senyawa elektrofilik dapat melakukan reaksi SN-2 atau SN-aromatis (alkil halida, epoksida, dan aril halida), reaksi asilasi (anhidrida dan sulfonat ester), addisi michael (adisi terhadap ikatan rangkap dua atau tiga yang berkonjugasi dengan gugus karbonil atau gugus lain yang berhubungan), dan reduksi (disulfida dan radikal). Semua reaksi dikatalisis oleh glutation-S-transferase (GST).

-OOC

+NH3

HN

NH

COO-

O

O

SH Gambar 37. Struktur Glutathion (GSH)

Contoh reaksi SN-2 adalah reaksi antara glutation dengan

obat leukimia busulfan dan vasodilator koroner nitroglicerin. Reaksi antara glutathion dengan obat immunosupresif azathioprin merupakan contoh reaksi SN-aromatis, reaksi ini secara langsung mendeaktivasi obat. Morfin dilaporkan mengalami reaksi oksidasi dengan dua jalur yang berbeda, keduanya menghasilkan suatu senyawa akseptor michael yang poten dan akan mengalami reaksi konjugasi dengan glutathion. Jalur pertama dikatalisis oleh morfin-6-dehidrogenase menghasilkan morfinon yang akan mengalami reaksi adisi michael dengan glutathion menghasilkan glutation morfinon. Jalur kedua dikatalisis oleh sitokrom P-450

Page 80: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

71

menghasilkan senyawa quinone methde yang sangat elektrofilik. Konjugasi glutathion secara stereospesifik menghasilkan.

Konjugat glutathion sangat jarang dikeluarkan dalam urin tetapi dalam empedu karena konjugatnya mempunyai bobot molekul yang tinggi dan sifat amfifilik. Kebanyakan konjugat glutathion tidak diekskresikan (dalam urin) tetapi akan mengalami reaksi metabolisme lebih lanjut dan diekskresikan dalam bentuk konjugat N-asetil-L-sistein (yang juga dikenal dengan nama asam merkapturat). Jalur metabolisme asam merkapturat dimulai dari konjugat glutathion. Residu γ-glutamil dihidrolisis menjadi glutamat dan konjugat sisteinil-glisin dalam reaksi yang dikatalisis oleh γ-glutamiltransferase. Sisteinil-glisin dipetidase mengkatalisis hidrolisis menghasilkan pelepasan glisin dan pembentukan konjugat sistein yang mengalami N-asetilasi oleh asetil-CoA dalam reaksi yang dikatalisis oleh sistein-S-konjugat N-asetiltransferase. Beberapa ahli dalam bidang ini menganggap metabolisme lebih lanjut dari konjugat glutathion sebagai metabolisme fase II. Konjugasi dengan glutation terjadi dalam sitoplasma pada kebanyakan sel khususnya dalam hati dan ginjal dimana konsentrasi glutation sebesar 5-10 mM.

Page 81: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

72

HS

NH

COOH

E+

O

H

HN

NH2

O

H

COOH

Glutation-S-transferase

ES

NH

COOHO

H

HN

NH2

O

H

COOH

H2O

Glu

gamma-glutamiltransferase

ES

NH

COOHO

H

NH2

7.144

7.143

7.134

H2OGly

Sisteinilglisindipeptidase

ES

OHO

H

NH2

7.145

Asetil-CoA

CoASH

Sistein konjugat

N-asetiltransferase

ES

OHO

H

HN

O

7.146

Gambar 38. Metabolisme Konjugat Glutathion menjadi

Konjugat Asam Merkapturat

Page 82: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

73

R X Y R X SGGSH

+ Y SN2 X = C, O, S; Y = Gugus pergi atau epoksidaA.

1. H3CO2SOOSO2CH3

GS-

H3CO2SO SGS+ G

2.

H

ONO2

ONO2

O NO2

GS-

H

ONO2

ONO2

O SG

GS-

H

ONO2

ONO2

OH

+ GSSG

GSH

B. X

Z

SG

Z

SNAr

1.

GS-

N

N NH

N

S

N

N

Me

N+

O

O-

N

N NH

N

S

N

N

Me

N+

O-

O-

SG

N

N

Me

NO2

N

N NH

N

SH

+

C.

ZGS-

ZSG

H+

Adisi Michael

O

HO

NCH3

HOH

O

HO

NCH3

O

O

HO

NCH3

O

GS-

SG

a

b

O

O

NCH3

HOH

O

HO

NCH3

GS-

SG

SG

H

H

OH

SG

H+

Gambar 39. Contoh Reaksi Konjugasi dengan Glutathion

Page 83: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

74

OH

HN CH3

O

UDP-GA

Glukoranotransferase

Glukoronida

HN CH3

O

Sulfat

HN CH3

O

PAPS

Sulfoniltransferase

NADPHO2

CYP 450CYP 2E1CYP 1A2CYP 3A4

O

N CH3

O

Glutation

OH

HN CH3

O

SG

Protein hepar

OH

HN CH3

O

S CYS protein

Gambar 40. Metabolisme Parasetamol

Page 84: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

75

OHO

H2N

OHO

NH

OHO

NH

OH

OHO

H2N

OH

OHO

HOC

OHO

NH

HO

OCH3

OHO

HO

OHO

HOOC

OHO

OH

OH

OHO

COOH

OHOHOOC

OH

Gluc Gluc

Gluc

Gluc

Gluc

Gluc

Sulf

Sulf

Sulf Gambar 41. Biotranformasi Propanolol

NH

NH

C2H5

O

O

O

NH

NH

C2H5

O

O

O

HO

NH

NH

C2H5

O

O

O

OOH

OH

O OH

HO

NH

NH

C2H5

O

O

O

OS

O

O

-O

1 2

3

Gambar 42. Biotransformasi Fenobarbital

Page 85: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

76

HN

NN

CH3

O

NH3C

OO N

CH3

N

CH3

N

NH3C

O

N

O N NH

OH

HN

O

CH3

H3C

HN

NNO

HN

O

CH3

N

NNO

N

O

H3C

N

O NH

NH

OH

HN

O

H3C

Kafein

1,3-dimethyluric acidTheofilin

3-methylxanthine

1-methylxanthine

1-methyluric acid

7-metilasi

8-hidroksilasi

Gambar 43. Biotransformasi Theofilin

OOH

HO

OH

HO

O

OH

HO

HO

NH

NH

NN

N

O

deoksiribosa

Benzo[a]pirena7,8-Oksida Benzo[a]pirena

7,8-trans-Dihidrodiol

(+)-7,8-diol-9,10-epoksida Gambar 44. Biotransformasi Benzo[a]pirena dan

Reaksinya dengan Guanosin

Page 86: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

77

O

HN

NH

O

O

HN

NH

O

OO

HN

NH

O

OH

OH

O

HN

NH

O

OH O

HN

NH

O

OH

OH

Fenitoin Aren Oksida

Mayor

p-Hidroksifenitoin(terkonjugasi oleh glukoronida)

Minor

Metabolit trans-Dihidrodiol

Metabolit Katekol Gambar 45. Biotranformasi Fenitoin

OOH

SG

OH

SCH2

CH

NHCOCH3

COOHS

CH2

CH

NHCOCH3

COOH

GSH -H2O

ArenOksida Glutathion adduct

Derivat Asam"Premerkapturat"

Derivat AsamMerkapturat

Gambar 46. Biotransformasi Aren Oksida dan

Pembentukkan Turunan Merkapturat

Page 87: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

78

N

O NH2

N

O NH2

O

N

O NH2

HO OH

Karbamazepin Karbamazepin-10,11-epoksida trans-10,11-Dihidroksikarbamazepin

H2C CH

CH2O CH2COOH

Cl

H2C CH

CH2O CH2COOH

Cl

O

H2C CH

CH2O CH2COOH

ClOH OH

Aklofenak Aklofenak Epoksida

Dihidroksiaklofenak Gambar 47. Biotransformasi Karbamazepin dan Aklofenak

O

O

O

H

H

O O

OCH3

O

O

O

H

H

O O

OCH3

O

O

O

O

H

H

O O

OCH3

HN

N N

N

O

H2N

OH

DNA

Aflatoxin B1 2,3-Epoksida 2,3-dihidro-2-(N7-guanil)-3-hidroksiaflatoksin B1 Gambar 48. Biotransformasi Aflatoksin B1

CH3

SO2NHCONHC4H9

CH2OH

SO2NHCONHC4H9

COOH

SO2NHCONHC4H9

Tolbutamide Metabolit Alkohol Metabolit Asam Karboksilat

Gambar 49. Biotransformasi Tolbutamide

Page 88: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

79

HN

N

O

O O

CH3

CH3

HN

N

O

O O

CH3

CH3

OH

HN

N

O

O O

CH3

CH3

O

O-Glucoronide Conjugate

Heksobarbital 3'-hidroksiheksobarbital 3'-oksoheksobarbital

Gambar 50. Biotransformasi Heksobarbital

CH3

CH3

NHCCH2N

CH2CH3

CH2CH3

OCH3

CH3

NHCCH2N

CH2CH3

H

OCH3

CH3

NHCCH2NH2

O

Lidokain Monoetilglisiksilidin(MEGK)

Glisil-2,6-Silidin

Gambar 51. Biotransformasi Lidokain

H3CCH

N

H2C C

C6H5C6H5

C O

CH2

CH3CH3

CH3

H3CCH

NH

H2C C

C6H5C6H5

C O

H2C CH3

CH3

N

C6H5

C6H5

CHCH3

CH3

H3C

N

C6H5

C6H5

CH2CH3H3C

Metadon Normetadon 2-Ethylidene-1,5-dimethyl-3,3-diphenyl-pyrrolidine

5-Ethyl-2-methyl-4,4-diphenyl-3,4-dihydro-2H-pyrrole

Gambar 52. Biotransformasi Metadon

Page 89: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

80

N

N

CH3N

N

CH3

OH

N

N

CH3

OOksidasi

Nikotin Karbinolamin Kotinin

Gambar 53. Biotranformasi Nikotin

NH

OC6H5

H3C NH

OC6H5

H3C OH NH

OC6H5

H3C O

Fenmetrasin Intermediet Karbinolamin 3-Oksofenmetrasin

Gambar 54. Biotransformasi Fenmetrasin

H2C

CHCH3

HNCH3

H2C

CHCH3

NH2

H2C

CCH3

O

Metamfetamin Amfetamin Fenilakton

Gambar 55. Biotransformasi Metamfetamin

HO

HOH2C

C

NH2

CH3

COOH

HO

HOH2C

C

NH2

CH3

H

HO

HOH2C

C

O

CH3

S(-)-alfa-Metildopa S(+)-alfa-Metildopamin 3,4-Dihidroksifenilakton

Enzimatis

DeaminasiOksidatif

Gambar 56. Biotransformasi S(-)-Alfa-Metildopa

Page 90: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

81

Cl

H2C

CCH3

NH2

CH3

Cl

H2C

CCH3

HN

CH3

OH Cl

H2C

CCH3

N

CH3

O Cl

H2C

CCH3

NO2

CH3

Klorfentermin N-Hidroksiklorfentermin Metabolit Nitroso Metabolit Nitro

Gambar 57. Biotransformasi Klorfentermin

N

CH3

CH3

N

CH3

CH3

O

N

H2C

CH3

OH

N

H

CH3

N-Oksida

Karbinolamin

Amin Aromatis Tersier

N-oksidasi

C-hidroksilasi

Gambar 58. Biotransformasi Amin Aromatis Tersier

N

H

CH2RN

OH

CH2R

N+

O-

CH2RNH

OH

Amin AromatisSekunder

HidroksilaminSekunder

Nitron Hidrosilamin Primer

Gambar 59. Biotransformasi Amin Aromatis Sekunder

Page 91: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

82

NH2 NHOH N O

Anilin Hidroksilamin Nitroso Gambar 60. Biotransformasi Amin Aromatis Primer

H C

Cl

Cl

ClO C

Cl

Cl

Cl

H

O C

Cl

Cl

H2CO3 + HCl

Ikatan Kovalen

Nukleofil Jaringan

PhosgeneKloroform

Gambar 61. Biotransformasi Kloroform

Cl3C CH

OH

OH Cl3C CH

O

Cl3C CH2

OH

Kloral Hidrat Kloral Trikloretanol

Gambar 62. Biotransformasi Kloral Hidrat

Page 92: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

83

ANALISIS METABOLIT

Page 93: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

84

Reaksi pada biotransformasi obat terdiri atas dua reaksi, yaitu: reaksi mikrosomal dan reaksi non-mikrosomal. Biotransformasi dengan reaksi mikrosomal adalah biotransformasi dengan enzim-enzim yang terdapat dalam fraksi mikrosomal. Enzim-enzim yang ada dibagi menjadi dua, yaitu: mikrosomal dan non-mikrosomal. Disebut sebagai fraksi mikrosomal karena enziim-enzim tersebut banyak ditemukan dalam fraksi mikrosomal, sementara fraksi non-mikrosomal terdiri atas enzim yang terdapat dalam fraksi lain, termasuk fraksi 1, 2, dan 4.

Untuk mengetahui apakah suatu obat dikatalisis oleh enzim mikrosomal atau non-mikrosomal dapat dilakukan dengan melakukan fraksinasi homogenate sel-sel hati melalui prosedur berikut. Liver yang akan difraksinasi diiris kecil-kecil terlebih dahulu dan dengan menggunakan homogeneser Potter-Elvehjem dengan larutan NaCl 0,9%.

Untuk mendapatkan larutan akhir 0,9%dengan mencampur 1 bagian irisan liver dengan 9 bagian larutan NaCl 1%. Setelahmendapatkan homogenate liver dalam larutan NaCl (konsentrasi akhir 0,9%), untuk memisahkan enzim-enzim mikrosomal dan non-mikrosomal dengan fraksinasi bertingkat.

Reaksi pada biotransformasi obat terdiri atas dua reaksi, yaitu: reaksi mikrosomal dan

reaksi non-mikrosomal.

Page 94: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

85

Fraksinasi Homogenat Hepar Untuk memisahkan enzim-enzim yang terdapat dalam

mikrosomal, dan non-mikrosomal dilakukan fraksinasi homogenat seperti yang telah dilakukan di atas dengan menggunakan alat sentrifugasi dingin. Dengan sentrifugasi dingin dapat dipisahkan menjadi fraksi-fraksi, yaitu sebagai berikut.

Untuk mendapatkan fraksi 1, homogenat dimasukkan dalam tabung sentrifus dan dimasukkan dalam rotor yang sesuai. Selanjutnya, diputar dengan 10.000 x g selama 30 menit. Dalam tabung sentrifus akan terjadi endapan dan bagian atas yang disebut dengan supernatan. Supernatan dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang sesuai. Endapan merupakan fraksi 1 yang di dalamnya berisi fraksi dinding sel.

Untuk mendapatkan fraksi 2, supernatan fraksi 1 dimasukkan dalam tabung sentrifus dan dimasukkan dalam rotor yang sesuai. Selanjutnya, diputar dengan 15.000 x g selama 30 menit. Dalam tabung sentrifus akan terjadi endapan dan bagian atas yang disebut dengan supernatan. Supernatan dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang sesuai. Endapan merupakan fraksi 2 yang di dalamnya berisi fraksi mitokondria.

Untuk mendapatkan fraksi 3, supernatan fraksi 2 dimasukkan dalam tabung sentrifus dan dimasukkan dalam rotor yang sesuai. Selanjutnya, diputar dengan 100.000 x g selama 30 menit. Dalam tabung sentrifus akan terjadi endapan dan bagian atas yang disebut dengan supernatan. Supernatan dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang sesuai. Endapan merupakan fraksi 3 yang di dalamnya berisi fraksi mikrosomal.

Page 95: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

86

Untuk mendapatkan fraksi 4, supernatan fraksi 3 dimasukkan dalam tabung sentrifus dan dimasukkan dalam rotor yang sesuai. Selanjutnya, diputar dengan 150.000 x g selama 30 menit. Dalam tabung sentrifus akan terjadi endapan dan bagian atas yang disebut dengan supernatan. Supernatan dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang sesuai. Endapan merupakan fraksi 4, yaitu fraksi yang mengandung enzim-enzim yang larut dalam sitosol atau yang di dalamnya berisi enzim-enzim yang larut sitosol.

Mengetahui Metabolisme Obat

Untuk mengetahui hasil metabolisme atau yang disebut dengan metabolit suatu obat, obat yang akan dipakai dibuat spectra atau dianalisis spektroskopi, kemudian menginkubasi obat dengan fraksi yang dikehendaki, misalnya untuk mengetahui hasil metabolisme obat dengan enzim mikrosomal, maka obat diinkubasi dengan suhu tertentu (37°C) dengan fraksi mikrosomal dalam waktu tertentu (30 menit). Setelah diinkubasi, metabolit diisolasi dengan pelarut tertentu dan dimurnikan untuk mendapatkan senyawa murni yang akan dianalisis secara spektroskopi. Hasil spektra dibandingkan antara senyawa murni dengan hasil metabolisme dengan enzim mikrosomal, maka mendapatkan perbedaan antara keduanya. Perubahan merupakan hasil kerja enzim-enzim yang terdapat dalam fraksi yang digunakan. Perubahan struktur merupakan hasil metabolisme metabolit.

Page 96: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

87

Reaksi Mikrosomal Reaksi oksidasi (reaksi yang umum) dikatalisis oleh enzim

non-spesifik dalam mikrosom (hepar). Enzim tersebut mengkatalisis berbegai reaksi, yaitu: oksidasi alkana, senyawa aromatic, epoksidasi alkena, hidrokarbon poliinti, benzena terhalogenasi, dealkilasi amina sekunder dan tersier, deaminasi, konversi amina menjadi N-oksida, hidroksilamina, serta derivate nitroso. Enzim tersebut juga mengkatalisis pembelahan secara oksidatif eter, ester tiofosfat organik, sulfoksidasi beberapa tioeter, dan konversi fosfotionat menjadi derivate fosfat.

Untuk mengetahui hasil metabolisme atau yang disebut dengan metabolit suatu obat, obat yang akan dipakai dibuat spectra atau

dianalisis spektroskopi

Peranan Mixed Function Oxidase (MFO)

Mixed Function Oxidase (MFO) atau sitokrom P450 berperan dalam membuat aktif molekul oksigen, 1 atom oksigen bergabung dengan substrat dan 1 atom oksigen yang lain menjadi air (H2O). Enzim ini mengkatalisis reduksi senyawa azo dan nitro menjadi amin primer aromatik, serta membutuhkan NADPH (Nikotinamid Adenin Dinukleuotida Fosfat dalam bentuk tereduksi). NADPH bertindak sebagai koenzim (kofaktor: dari senyawa organik dan anorganik; mudah terdisosiasi atau sulit terdisosiasi).

Page 97: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

88

Reaksi Non-mikrosomal Enzim dikelompokkan menjadi mikrosomal dan non-

mikrosomal. Hal ini karena sebagian besar enzim yang berperan dalam biotransformasi berada dalam fraksi mikroribosomal dan kelompok yang lain yang berada dalam sitosol, mitokondria, dan organel sel lain dimasukkan dalam kelompok non-mikrosomal. Reaksi yang umum dikatalisir oleh enzim yang terdapat dalam mikrosomal dan kelompok dikatalisir oleh enzim di luar mikrosomal. Oleh karena itu, reaksi biotransformasi dikelompokkan menjadi reaksi mikrosomal dan yang lain reaksi non-mikrosomal.

Page 98: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

89

LATIHAN SOAL

Page 99: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

90

Biotransformasi Difenidol

C

OH

CH2CH2CH2 N

C

OH

CH2CH2CH2 N

HO

C

OH

CH2CH2CH2 N

C

OH

CH2CH2CH2 NH

HO

(CH2)4

COOH

C

OH

CH2CH2CH2 N

O

Glucuronide Glucuronide

Glucuronide

I. II.

III. IV.

V.

Page 100: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

91

Biotransformasi Amfetamin

HC

HC NH2

OH CH3

HC

HC NH2

OH CH3

HO

H2C

HC NH2

CH3

H2C

HC NH2

CH3

HO

H2C C NH2

CH3

H2C C NH

CH3

OH H2C

HC NHOH

CH3

H2C C NOH

CH3

H2C C

CH3

O

COOH CH

C

CH3

O SO2OH

H2C CHOH

CH3

CONHCH2COOH

Konjugat

Glukuronida

I

II IV

III

V VIXII

XIIIVIIIVII

IX X

XI

Page 101: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

92

Biosintesis Propanolol

OHOH

OH

OCH2CHCH2NHCH

OH

OH

CH3

CH3

OCH2CHCH2NHCH

OH

CH3

CH3

OCH2CHCH2NH2

OH

OCH2CHCHO

OH

OCH2CHCH2OH

OH

OCH2CHCOOH

OH

OCH2COOHOCH2CHCH2OH

OH

OH

HC NH2

CH3

CH3

III

IV

III

V

XVII

VI

IX VIII XI

Page 102: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

93

Biotransformasi Lidokain

CH

3

CH

3NH

CO

H2

CN

(C2H

5)2

CH

3

CH

3N OH

CO

H2

C

CH

3

CH

3NH

CO

H2

CN

(C2H

5)2

HO

CH

3

CH

3NH

CO

H2

CN

HC

2H5

HO

N(C

2H5)

2

CH

3

CH

3N OH

CO

H2

CN

HC

2H5

CH

3

CH

3NH

CO

H2

CN

HC

2H5

CH

3

CH

3NH

CO

H2

CN

H2

CH

3

CH

3NN

O

CH

3

C2H

5

CH

3

CH

3NH

2

CH

3

CH

3NH

2H

O

Kon

juga

t

Kon

juga

t

I

VI

II

III

XIX

V

IV

VII

VIII

Page 103: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

94

Biotransformasi Metadon

CCOOH

CH2CH

CH3

N(CH3)2

CC

H2C CH3

N

O

CH3

CH

CC

CH2CH

CH3

N(CH3)2

O

C2H5

CC

CH2CH

CH3

N(CH3)2

O

C2H5

O

CC

H2C CH3

N

HC

CH3

CH

CH3

CC

H2C CH3

N

C2H5

CH

CC

CH2CH

CH3

N(CH3)2

O

C2H5

HO

CC

H2C CH3

N

HC

CH3

CH

CH3

HO

CC

H2C CH3

N

C2H5

CH

HO

CCH

CH2CH

CH3

N(CH3)2

OH

C2H5C

CH

CH2CH

CH3

NHCH3

OH

C2H5

Konjugat

II

I

III IV

V VI

VII VIIIIX

X XI

Page 104: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

95

Biotransformasi Trimetoprim

MeO

MeO

MeO

HC

OH N

N

H2N

NH2

MeO

MeO

MeO

H2C

N

N

H2N

NH2

MeO

MeO

MeO

H2C

N

N

H2N

NH2

O

MeO

MeO

MeO

H2C

N

N

H2N

NH2

O

HO

MeO

MeO

H2C

N

N

H2N

NH2

MeO

HO

MeO

H2C

N

N

H2N

NH2

II

I

V

VIIV

III

Konjugat

Page 105: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

96

Biotransformasi Hexobarbital

H

H3C

N

O CH3

O

H2NCOH

H3C

N

OCH3

O

H2N

O

N

NH3C

CH3

O

H

O

O

N

NH3C

H

O

H

O

O

N

NH3C

H

O

H

O

OHO

N

NH3C

CH3

O

H

O

OHO

N

NH3C

H

O

H

O

OO

N

NH3C

CH3

O

H

O

OO

Konjugat

III II

IVI

IV

V

VII

VIII

Page 106: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

97

Biotransformasi Kofein

O N

Me

N

Me

N

NMe

O

O N

Me

N

H

N

NMe

O

O N

H

N

Me

N

NMe

O

O N

Me

N

Me

N

NMe

O

O N

Me

N

Me

NH

NMe

O

O N

Me

N

Me

N

NH

O

OHO

O N

Me

N

Me

NH

NHMe O

O

O N

Me

HN

NH

NH

O

O

III III

IVV

VI

VIII VII

Page 107: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

98

Biotransformasi Medazepam

N

N

Cl

CH

3

N

N

Cl

CH

3O

H

N

N

Cl

CH

3O

N

N

Cl

H

N

N

Cl

HO

H

N

N

Cl

O

NH

Cl

CH

3

O

NH

2

Cl

N

N

Cl

HO

III

III

IX

VII

VI

V

VIII

IV

Page 108: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

99

Biotransformasi Diazepam

N

N

Cl

CH

3O

N

N

Cl

HO

II

N

N

Cl

HO

OH

N

N

Cl

HO

OH

N

N

Cl

CH

3O

OH

N

N

Cl

CH

3O

OH

N

N

Cl

CH

3O

OH

OH

VI

IV I

VV

II

III

Glu

kuro

nida

Kon

juga

t

Page 109: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

100

Biotransformasi Oxazepam

N

N

Cl

HO

OH

I

Cl

II

N

NO

H

O

NH

2

Cl

V

N

N

Cl

HO

OH

III

OH

O

CH

(OH

) 2

N

Cl

HO

IV

OC

H

N

Cl

HO

VI

OH

NH

CO NH

2

Glu

kuro

nida

Kon

juga

t

Glu

kuro

nida

Page 110: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

101

Biotransformasi Imipramin

N

OH

(CH2)3N(CH3)2

N

OH

(CH2)3NHCH3

N

OH

(CH2)3NH2

N

OH

H

N

(CH2)3N(CH3)2

N

(CH2)3NHCH3

N

(CH2)3NH2

N

H

OHOH

OHOH

N

(CH2)3N(CH3)2

N

(CH2)3NHCH3

N

(CH2)3NH2

N

H

Glukuronida

N- Glukuronida

Konjugat

N

(CH2)3N(CH3)2

O

VI VII VIIIIX

I III IV V

II

XXI

XIIXIII

Page 111: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

102

Biotransformasi Perazin

NS

(H2C

) 3 N N CH

3

NS

(H2C

) 3 N N CH

3

O

NS

(H2C

) 3 N N CH

3

OH

NS

(H2C

) 3 N N

O

CH

3O

NS

(H2C

) 3 N N

CH

3O

NS

(H2C

) 3 N N CH

3

O

O

OV

VI

IV

IIII

VII

Page 112: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

103

Lanjutan Biotransformasi Perazin

NS

(H2C

) 3 N N H

NS

(H2C

) 3 N N HO

NS

(H2C

) 3 N N H

OH

XII

IX

konj

ugat

NS

(H2C

) 3 NH

NH

2

VIII

NS

(H2C

) 3 NH

2

XI

NS

(H2C

) 3 NH

2X

II

O

Page 113: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

104

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 114: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

105

DAFTAR BACAAN

Block J. H. and Beale J. M. (Editors), Wilson and Gisvold’s Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry, Eleventh Edition, Lippincott-Raven, 2004.

Delgado JN, and Remers AW, Eds. Wilson and Gisvold’s Textbookof Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry, 9th ed.,Philadelphia, Toronto: J.B Lipppincott Company, 1991

Foye W.,O., Principles of Medicinal Chemistry, 5th ed., Lea and Febriger. 2002.

Gringauz A., Introduction to Medicinal Chemistry, How Drugs Act and Why,Wiley-VCH, New York. 1997.

King F. D. (Editor), Medicinal Chemistry, Principles and Practice, Second Edition, The Royal Society of Chemistry, 2002.

Korolkovas A, Essential of Medicinal Chemistry, 2th ed., John Wiley and Sons, New York. 1988.

Patrick G. L., An Introduction to Medicinal Chemistry, Third Edition, Oxford University Press, 2005.

Siswandono, dan Bambang Soekarjo. Kimia Medisinal Edisi I. Airlangga university Press. Surabaya. 1995.

Smith H. J. (Editor), Smith and Williams’ Introduction to the Principles of Drug Design and Action, Third Edition, Harwood Academic Publishers, 1998.

Wermuth C. G. (Editor), The Practice of Medicinal Chemistry, Second Edition, Academic Press, 2003.

Wollf M.E., Ed., Burger’s Medicinal Chemistry and Drug Discovery, 5 nd ed., Vol. I-IV,John Wiley & Sons, New York 1th. 1997.

Page 115: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies

106

BIODATA PENULIS Rollando, M.Sc.,Apt. lahir di Ngabang, 18 November 1989. Menyelesaikan S1 pada tahun 2012, Program Profesi Apoteker pada tahun 2013, dan S2 pada tahun 2015 di UGM di bidang Studi Farmasi dengan konsentrasi penemuan obat. Penulis bekerja sebagai Dosen di Program Studi Farmasi Universitas Ma Chung pada tahun 2016 sampai sekarang. Penulis yang meminati kimia bahan alam juga banyak menulis jurnal penelitian yang diterbitkan dalam skala nasional dan internasional.

Page 116: PENGANTAReprints.machung.ac.id/942/1/1.1._Rollando_BUKU_REFERENSI...Gambar 16. Struktur Heme .....45 Gambar 17. Kompleks sitokrom P-450 .....46 Gambar 18. Mekanisme Pembentukan Spesies