web vieworganisasi dan administrasi menurut ... guru perlu menyelanggarakan pelayanan bimbingan dan...
TRANSCRIPT
ORGANISASI DAN ADMINISTRASI MENURUT ISTILAH KBBI SERTA CAKUPAN DALAM
BIMBINGAN KONSELING
OLEH :KELOMPOK 3
NAMA : WA KULINA DESI SUCI FITRIANIMUSFITAMUSLI IMRANRIFAL
SEMESTER : IIKELAS : A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTONBAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada hambanya-Nya, salam serta salawat ditunjukkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya. Sehingga atas
kehendaknya penulis dapat menyelesaikan makalah Organisasi dan Administrasi
Bimbingan dan Konseling.
Adapun maksud penulis membuat makalah ini adalah sebagai tugas mata
kuliah Bimbingan dan Konseling serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar
dapat dijadikan sebagai buku panduan.
Harapan penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi bagi para pembaca. Tidak ada karya yang sempurna maka dari itu kritik
dan saran penulis harapkan.
Baubau, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3. Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................
2.1. Program Bimbingan Dan Konseling ........................................................
2.2. Organisasi bimbingan dan konseling.......................................................
2.3. Administrasi Bimbingan Dan Konseling ................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................
3.1. Kesimpulan ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan di sekolah
dasar. Setiap guru perlu menyelanggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
dalam rangka membantu murid mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pelayanan
bimbingan dan konseling itu akan berjalan dengan baik apabila pelaksanaannya
didasari program yang terencana dan terarah.
Program bimbingan dan konseling yang telah tersusun secara baik akan dapat
dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan tertib.
Kalau organisasi bimbingan dan konseling terlaksana dengan baik, maka
kegiatan-kegiatannya dapat terkordinasi dengan baik, saran-saran layanan secara
bijaksana.
Selanjutnya organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan tertib perlu
ditopang oleh administrasi yang teratur dan mantap. Karena dengan adanya
administrasi yang teratur dan mantap itu akan memungkinkan terlaksananya
mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas bimbingan
dan konseling di sekolah.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah
diantaranya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling di sekolah
dasar?
2. Apa langkah-langkah serta prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan
dan konseling di sekolah dasar?
3. Apa yang dimaksud dengan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah
dasar?
4. Bagaimana pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
5. Apa yang dimaksud dengan administrasi bimbingan dan konseling di
sekolah dasar?
6. Apa pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari permasalahan ini agar
dapat memahami:
1. Arti program, langkah-langkah serta prinsip-prinsip penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
2. Arti dan pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
3. Arti serta pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Program Bimbingan Dan Konseling
1. Pengertian
Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rencana kerja atau kegiatan
yang akan dilakukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Rencana kerja
ini disusun secara sistematis dan terpadu oleh petugas bimbingan konseling di
sekolah dasar, yaitu kepala sekolah, guru, kelas, dan guru-guru lain (guru agama
dan guru pendidikan jasmani).
Program bimbingan dan konseling yang terarah dan terpadu mengandung
beberapa keuntungan, antara lain:
a. Pelayanan bimbingan dan konseling akan sesuai dengan kebutuhan murid-
murid
b. Pelayanan bimbingan dan konseling akan dapat membantu murid secara
menyeluruh
c. Pelayanan bimbingan dan konseling akan mudah dinilai
d. Pelayanan bimbingan dan konseling akan sesuai dengan tenaga, dana, dan
waktu yang tersedia
2. Prinsip-prinsip penyuluhan bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberi arah dan pedoman
kepada setiap petugas yang menyelenggarakannya. Di samping itu program
bimbingan dan konseling hendaknya mudah dan dapat dilakukan. Dalam
penyusunan program bimbingan dan konseling hendaklah diperhatikan prinsip-
prinsip berikut ini:
a. Penyusunan program bimbingan dan konseling harus mengikutsertakan
semua staf sekolah dan dapat dikembangkan terus menerus.
b. Dalam perencanaannya, program bimbingan dan konseling harus memiliki
tujuan yang jelas dan realistis.
c. Program itu hendaknya memungkinkan terciptanya kerja sama yang baik
diantara staf sekolah.
d. Program bimbingan dan konseling harus sejalan dengan program pendidikan
dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
e. Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberikan pelayanan
kepada semua murid.
f. Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat menghubungkan
sekolah dengan masyarakat.
g. Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat membarikan
keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal :
1) Pelayanan individual, kelompok dan klasikal
2) Penggunaan alat dan teknik pengumpulan data yang objektif
3) Penggunaan sumber-sumber di dalam dan di luar sekolah
4) Pemenuhan kebutuhan perorangan dan kelompok
3. Langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling
Untuk menghasilkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan
rinsip-prinsip di atas, maka dalam penyusunannya perlu di perhatikan langkah-
langkah berikut :
a. Melakukan studi kelayakan. Sebelum program bimbingan dan konseling
disusun perlu dilakukan inventarisasi masalah dan kebutuhan berkenaan
dengan pelayanan yang akan dilaksakan. Untuk tujuan ini perlu
dikumpulkan berbagai data dari semua pihak yang terkait dengan masalah-
masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dimaksudkan itu.
b. Penetapan prioritas masalah dan kebutuhan yang akan ditanganni melalui
pelayanan bimbingan dan konseling. Penetapan prioritas ini disesuaikan
dengan kemampuan, biaya, dan tenaga yang ada di sekolah.
c. Penetapan isi, bentuk, dan teknik kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling sesusi dengan langkah tersebut pada butir b di atas.
d. Penetapan pelaksanaan masing-masing kegiatan yang hendak dilakukan.
e. Penyusunan alat evaluasi uantuk menilai keberhasilan program.
4. Isi program bimbingan dan konseling
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah-langkah penyusunan program
bimbingan dan konseling di atas, maka program bimbingan dan konseling di
sekolah dasar hendaknya membuat kegiatan pokok, yaitu:
a. Program orientasi dan informasi
b. Program pengumpulan data
c. Progarm pemberian bantuan
d. Program penillain dan tindak lanjut.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut masing-masing kegiatan pokok tersebut :
a. Program orientasi dan informasi
Program ini berisikan kegiatan layanan yang bertujuan untuk memperkenalkan
kepada murid (khususnya murid baru) dan orang tua tentang seluk-beluk
persekolahan secara menyeluruh. Isi kegiatan orientasi dan informasi ini antara
lain adalah :
1) Informasi tentang tugas dan kewajiban murud pada umumnya di bidang
administrasi dan penyelenggaraan pengajaran .
2) Informasi tentang pengaran kurikulum, tata tertib dan organisasi sekolah
3) Informasi tentang cara-cara belajar yang baik dan tuntutan-tuntutan yang
harus dilakukan oleh murid agar dapat belajar dengan baik di sekolah dan di
rumah
4) Informasi tenteng fasilitas-fasilitas yang dimanfaatkan oleh murid di sekolah
b. Program pengumpulan data
Program pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang
tepat dan menyeluruh tentang murid. Program ini berisikan kegiatan
pengumpulan, pengolahan dan pencatatan data dan tentang murid sehingga akan
diperoleh pemahaman yang tepat, benar dan menyeluruh berkenaan dengan
pribadi murid tersebut. Data dan keterangan yang perlu dikumpulkan ini antara
lain menyangkut kebutuhan-kebutuhannya, sifat-sirfat dan ciri-ciri pokok
kepribadiannya, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya, hubungan sosial, keadaan keluarga dan
lingkungannya.
c. Program pemberian bantuan
Program pemberian bantuan berisikan berbagai bentuk kegiatan pelayanan dalam
rangka membantu murid, baik dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya
maupun dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Usaha
pemberian bantuan tersebut dapat berupa:
1) Pemberian informasi. Yaitu bantuan yang diberikan kepada murid dalam
mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, baik menyangkut sistem
pendidikan yang sedang dihadapinya maupun pendidikan lanjutan atau
karier yang akan diikuti nanti.
2) Bimbingan khusus belajar. Yaitu bantuan yang diberikan kepada murid
untuk dapat mengetahui cara-cara belajar yang efektif dan efisien, seperti
cara membaca, membuat tugas, mencatat pelajaran dan menghadapi ujian.
3) Diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran perbaikan. Yaitu bantuan yang
diberikan kepada murid-murid untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya dalam belajar.
4) Pelayanan bimbingan kelompok. Yaitu usaha membantu dalam
memngembangkan keterampilan sosial dan mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya dengan menggunakan situasi kelompok.
5) Pelayanan konseling. Yaitu usaha membantu murid untuk dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Bantuan ini diberikan dalam suasana
hubungan tatap muka antara seorang guru dengan seorang murid.
d. Program penilaian dan tindak lanjut
Program penilaian dan tindak lanjut merupakan usaha untuk mengetahui sejauh
mana leyanan bimbingan dan konseling yang diberikan telah mencapai hasil yang
diharapkan. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling terwujud dalam
bentuk adanya perubahan pada diri murid ke arah yang lebih baik. Bagaimana
layanan-layanan yang telah diberokan itu tidak atau kurang menampakkan hasil
yang diharapkan, maka perlu dilakukan usaha-usaha tindak lanjuat. Usaha tindak
lanjut itu dilakukan antara lain adalah :
1) Melakukan pengkajian ulang terhadap pelayanan yang telah diberikan
2) Memperbaiki dan menyempurnakan lagi usaha pelayanan yang telah
diberikan sebelumnya
3) Mengalihkan murid yang bersangkutan kepada ahli dan atau lembaga yang
lebih relevan.
2.2. Organisasi Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Perkataan organisasi berasal dari istilah Latin “organum” yang dapat berarti alat,
bagian, anggota atau badan. Pariata Wesra dan kawan-kawan (1989:313)
mengemukakan pengertian organisasi sebagai “suatu sistem usaha kerja sama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama”. Selanjutnya Sutarto (dalam
Pariata Wesra, 1989:315) mengemukakan definisi kegiatan pengorganisasian
sebagai berikut:
Rangkaian aktivitas penyusunan suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan
hubungan serta di antara satuan-satuan organisasi atau pejabatnya.
Organisasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pengaturan atau
pengolahan program bimbingan dan konseling agar program tersebut berjalan
dengan sebaik-baiknya, serta efektif dan efisian. Tanpa adanya organisasi,
kegiatan bimbingan dan konseling tidak terkoordinasi dengan baik, sasaran yang
akan dicapai tidak jelas dan kegiatan ini tidak terkontrol atau tidak terawasi
dengan baik. Dalam hal terakhir ini program bimbingan dan konseling hanya akan
dilakukan secara acak tanpa pengaturan yang tepat.
Organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan teratur dapat dijadikan sebagai
alat untuk menciptakan hubungan dan mekanisme kerja yang efektif. Dalam
organisasi yang demikian setiap guru dan personil lainnya mengetahui dengan
tegas dan jelas tugas, wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing. Petugas
bimbingan akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dengan siapa dia
mengerjakannya dan dimana pekerjaan itu dilakukannya.
2. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Bentuk atau pola organisasi bimbingan dan konseling dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah dan besar kecilnya isi program. Ada beberapa
kemungkinan pola organisasi bimbingan dan konseling yang dapat diikuti. Untuk
penerapan di sekolah dasar dapat dipilih tiga pola organisasi, yaitu:
a. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas
sebagai tenaga pembimbing.
b. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang
konselor untuk beberapa sekolah terdekat.
c. Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor
untuk setiap sekolah.
Berikut akan diuraikan masing-masing pola tersebut:
a. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas
sebagai tenaga pembimbing.
Dalam pola organisasi ini guru kelas berperan langsung menjadi
pembimbing bagi murid-murid di kelasnya. Dengan menerapkan pola ini setiap
guru kelas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap murid-muridnya.
Dalam pola organisasi di atas, kepaoa sekolah sebagai koordinator
bimbingan bertanggung jawab secara langsung terhadap program bimbingan dan
konseling di sekolahnya. Tugas-tugas yang menyangkut pelayanan bimbingan dan
konseling diselenggarakan oleh masing-masing guru kelas. Dalam menangani
masalah-masalah yang memerlukan penanganan secara teroadu, masing-masing
guru dapat bekerjasama dengan teman sejawatnya di sekolah. Begitu pula masing-
masing guru dapat bekerjasama dengan orangtua murid (yang tergabung dalam
BP3) untuk mengatasi masalah-masalah murid yang penangananya memerlukan
keterlibatan orang tua.
Selanjutnya pola ini dikembangkan dengan menjadikan konselor-konselor di
SMPT dan SMTA terdekat sebagai tenaga yang dimanfaatkan untuk
mengkonsultasikan berbagai masalah murid yang memerlukan penanganan yang
lebih khusus.
b. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang
konselor untuk beberapa sekolah terdekat.
Pola ini dapat diterapkan dila kondisi sekolah telah memungkinkan penempatan
tenaga khusus (konselor) untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling. Dalam hal ini seorang konselor bertugas untuk melaksanakan kegiatan
bimbingan pada beberapa sekolah terdekat, atau secaha khusus bertugas pada
setiap sekolah sekaligus, struktur organisasi bimbingan dan konseling
menggunakan pola ini.
Pada bagan di atas kelihatan bahwa empat buah sekolah dasar terdekat
menyelenggarakan bimbingan dan konseling sesuai dengan program mereka
masing-masing. Penyelenggaraanya dikoordinasikan oleh suatu badan
(koordinator bimbingan) dengan memakai tenaga konselor yang bertugas sebagai
konsultan untuk keempat sekolah tersebut. Masalah-masalah yang memerlukan
penanganan khusus dikonsultasikan kepada konselor.
c. Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor
untuk setiap sekolah.
Bila pada setiap sekolah telas dapat ditempatkan tenaga khusus (konselor).
Dalam bagian di atas, kepala sekolah merupakan penanggung jawab tertinggi
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
3. Peranan personal sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dapat terselenggara dengan
baik apabila setiap personil sekolah mengetahui dan memahami dengan jelas
tugas dan perananya masing-masing. Perincian tugas dan peranan setiap personil
itu atara lain adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab utama program bimbingan dan
konseling di sekolahnya. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai
berikut:
1) Menyusun program sekolah secara keseluruhan, termasuk program
bimbingan dan konseling, dengan melibatkan semua staf yang ada di
sekolahnya.
2) Mendelegasikan tugas pelayanan bimbingan dan konseling kepada masing-
masing guru kelas atau kepada konselor (bila kondisi sekolah telah
memungkinkan).
3) Melengkapi berbagai fasilitas, biaya dan sarana untuk keperluan bimbingan
sesuai dengan kebutuhan sekolahnya.
4) Melakukan pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolahnya.
b. Guru Kelas
Guru kelas memikul peranan yang amat besar dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling. Peranan guru dalam program bimbingan dan konseling
antara lain adalah:
1) Mengmpulkan berbagai informasi dan keterangan tentang murid untuk
keperluan bimbingan.
2) Mengidentifikasi berbagai masalah dan kesulitan murid di dalam kelas.
3) Melakukan kegiatan diagnosis kesulitan belajar terhadap murid-murid yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
4) Memberikan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling kepada murid-
murid yang membutuhkannya. Bentuk bantuan tersebut dapat berupa
pengajara perbaikan, bimbingan khusus belajar, pemberian informasi,
bimbingan kelompok dan sebagainya.
5) Mendiskusikan dan mengkonsultasikan masalah-masalah murid yang belum
dapat ditangani kepada sekolah dan kepada lembaga-lembaga yang terkait.
c. Konselor
Konselor adalah petugas bimbingan dan konseling yang dipersiapkan secara
khusus untuk melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Bila telah
dimungkinkan penempatan tenaga konselor, di suatu sekolah maka tugas dan
peranannya antara lain adalah:
1) Menyusu program bimbingan dan konseling bersama staf lainnya.
2) Bertanggungjawab terhadap kelancaran pelayanan bimbingan dan konseling
kepada murid-murid yang membutuhkannya seperti:
a) Menyelenggarakan program pengumpulan data melalui teknik tes dan
nontes,
b) Menyelenggarakan konseling perorangan,
c) Menyalenggarakan bimbingan kelompok,
d) Bersama-sama guru kelas membina dan mengasuh kelompok belajar,
e) Menyelenggarakan bimbingan karier,
f) Membantu guru dalam kegiatan pengajaran perbaikan dan program
pengayaan,
g) Menyelenggarakan konperensi kasus,
h) Bekerjasama dengan orang tua murid dalam menangani masalah-masalah
anaknya.
3) Melakukan konsultasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain
berkenaan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah.
2.3. Administrasi Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Administrasi bimbingan dan konseling dapat dilihat secara makro dan mikro.
Secara makro administrasi bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai usaha
dalam mengelola dan menggerakkan berbagai personil dan material dalam rangka
mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Pengertian administrasi bimbingan
dan konseling secara makro ini telah banyak disinggung pada bagian terdahulu
yaitu pada bab tentang program dan organisasi bimbingan dan konseling.
Pengertian administrasi bimbingan dan konseling secara mikro dimaksudkan
sebagai kegiatan pengaturan lalu lintas kerja pelayanan bimbingan dan konseling
sehingga kegiatan tersebut tetap lancar, efisien dan efektif. Kegiatan administrasi
seperti itu dapat berupa pencatatan data murid, penyimpanannya, pelaporan dan
pengalihtanganan masalah murid kepada tenaga yang lebih ahli/relevan.
Untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi tersebut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengingat kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan oleh guru kelas
(yang sebagian besar tugasnya adalah mengajar) maka sebaiknya pekerjaan
administrasi tersebut tidak terlalu menyita waktu mereka. Catatan-catatan
yang dikerjakan haruslah bersifat sederhana.
b. Catatan-catatan pribadi yang dibuat harus dijaga kerahasiaannya.
c. Semua data yang dikumpulkan hendaknya dimaksudkan untuk keperluan
pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Setiap catatan tentang murid hendaknya mudah ditemukan.
2. Pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Pada waktu murid pertama kali diterima di sekolah, data pribadi dicatat dari
hasil pengedaran angket pada orang rua, atau dengan menggunakan teknik-
teknik pengumpulan data lainnya. Data tersebut dimasukkan ke dalam file,
map atau buku pribadi masing-masing murid.
b. Data murid yang di peroleh dari catatan anekdot selama proses belajar-
mengajar dimasukan ke dalam dokumen murid yang bersangkutan.
c. Bila guru memandang perlu membarikan pelayanan kepada murid, maka
laporannya juga dimasukan ke dalam dokumen di atas.
d. Konsultasi guru dengan orangtua murid hendaknya juga dicatat dan
dimasukan ke dalam dokumen.
e. Setiap bulan guru diharapkan dapat memberikan laporan tentang layanan
bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah, baik secara tertulis
maupun secara lisan.
f. Dalam keadaan yang sangat khusus guru kelas dapat mengalihtangankan
murid kepada petugas yang lebih relevan dan berwenang atas izin kepala
sekolah.
3. Sarana administrasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
hendaknya didukung oleh sarana penunjang yang cukup memadai. Sarana
penunjang yang dimaksud antara lain adalah:
a. Ruang serba guna bimbingan. Pada ruang ini dapat dilakukan berbagai
kegiatan bimbingan dan konseling seperti: bimbingan kelompok, konseling
perorangan, pemberian informasi dan sebagainya. Ruang tersebut harus
menyenangkan, tidak memberikan kesan yang sama dengan setuasi kelas
dan terhindar dari suasana keributan.
b. Alat-alat mobiler seperti almari, meja, kursi konseling dan kursi tamu.
c. Alat-alat kelengkapan bimbingan seperti alat-alat pengumpul data, alat-alat
penyimpan dan pengolahan data, buku paket bimbingan karier, papan media
bimbingan (untuk keperluan pemberian informasi) dan sebagainya. Semua
alat-alat kelengkapan bimbingan di atas hendaknya dapat di tempatkan pada
ruangan serba guna bimbingan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan di sekolah
dasar. Program bimbingan dan konseling yang telah tersusun secara baik akan
dapat dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan
tertib. Organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan tertib perlu ditopang
oleh administrasi yang teratur dan mantap. Karena dengan adanya administrasi
yang teratur dan mantap itu akan memungkinkan terlaksananya mekanisme dan
prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas bimbingan dan konseling di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
- Amti, Erman dan Marjohan, (1991), Bimbingan dan Konseling, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan, Jakarta