- 2 - 5 - lampiran peraturan direktur jenderal pengendalian daerah aliran sungai dan hutan lindung...

29

Upload: dinhngoc

Post on 16-Mar-2019

279 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA
Page 2: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 2 -

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

4. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang

Konservasi Tanah dan Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 299 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5608);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2015-2019;

8. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 8);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P

Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan

Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019;

Page 3: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 3 -

10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TENTANG PETUNJUK

TEKNIS INTERNALISASI RENCANA PENGELOLAAN DAERAH

ALIRAN SUNGAI KE DALAM RENCANA TATA RUANG

WILAYAH .

Pasal 1

Menetapkan Petunjuk teknis Internalisasi Rencana

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ke dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur

Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan

Lindung ini.

Pasal 2

Petunjuk Teknis Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

merupakan petunjuk teknis bagi Direktorat Jenderal

Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung dan

Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

dan Hutan Lindung serta instansi terkait dalam pelaksanaan

kegiatan Internalisasi.

Pasal 3

Dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, maka

Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran

Sungai dan Hutan Lindung Nomor P. 13/PDASHL-SET/2013

tentang Petunjuk teknis Internalisasi RPDAS dalam RTRW

dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Page 4: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA
Page 5: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 5 -

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR

TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI

RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), saat ini makin dirasakan

penting keberadaannya oleh seluruh pihak. Hal ini terkait dengan

semakin banyak dan semakin seringnya bencana banjir, tanah longsor,

kekeringan dan kebakaran hutan/lahan yang terjadi di negara kita.

Analisis berbasiskan satuan DAS yang menawarkan 2 kegiatan untuk

pengendalian bencana tersebut, berupa kegiatan vegetatif (penanaman)

dan sipil teknis/konservasi tanah (sumur resapan, dam penahan, dam

pengendali, gully plug dll), dianggap merupakan solusi yang tepat dalam

pengendalian bencana tersebut. Selain itu, solusi tersebut juga

merupakan sarana untuk mencapai salah satu tujuan dari pengelolaan

DAS, yaitu tata air DAS yang optimal, baik secara kuantitas, kualitas dan

kontinuitas dalam distribusi ruang dan waktu.

Pemanfaatan DAS oleh berbagai sektor, yang memiliki regulasi

masing-masing tentunya memiliki arah tujuan yang berbeda-beda, yang

pada akhirnya akan menurunkan daya dukung DAS. Oleh karena itu

dikeluarkanlah suatu aturan hukum yang akan mensinergikan tujuan

dari seluruh regulasi sektor-sektor tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS.

Sudah banyak konsep pembangunan yang berbasis pada pelestarian

ekosistem DAS, namun demikian dalam implementasinya di lapangan

ternyata masih banyak menghadapi kendala dan hambatan, antara lain

disebabkan :

Page 6: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 6 -

1. Kekurangpahaman atau kekurangpedulian para pihak baik

pemangku kewenangan maupun pengusaha dan masyarakat.

2. Lemahnya koordinasi dan sinergitas antar para pihak (stakeholders)

dalam pengelolaan DAS.

3. Penonjolan kepentingan jangka pendek sektoral atau kedaerahan

untuk memperoleh manfaat ekonomi semata tanpa mengindahkan

dampak negatif terhadap kelestarian ekosistem DAS.

4. Kurangnya penegakan hukum secara tegas terhadap pelangggaran

dan penyimpangan yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Dengan kompleksitas permasalahan dalam pengelolaan DAS, kita

semua harus maklum bahwa penyelesaian masalah pengelolaan DAS

tidak bisa dilakukan oleh hanya satu sektor atau satu institusi saja,

misalnya tidak bisa ditangani hanya oleh kehutanan saja, melainkan

haruslah bersifat multisektor dan seringkali harus melibatkan beberapa

wilayah administrasi pemerintahan dalam DAS yang bersangkutan. Untuk

memperoleh keterpaduan pengelolaan DAS yang optimal dibutuhkan

persepsi dan komitmen bersama yang tinggi dari para pihak, yaitu baik

kalangan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu dalam

penyelenggaraan pengelolaan DAS tersebut diperlukan suatu perencanaan

guna mempercepat pelaksanaan/implementasi rencana yang telah

disusun secara komprehensif dan mengakomodir berbagai pemangku

kepentingan (stakeholders) dalam suatu wilayah DAS dalam bentuk

Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana diamanatkan dalam PP. No. 37

Tahun 2012.

Pada RPJM 2010 – 2014, telah disusun 108 Rencana Pengelolaan

DAS (RPDAS) Prioritas sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun

2010 tentang RPJMN 2010-2014 dan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor SK.328/Menhut-II/2009 tentang Penetapan DAS Prioritas Dalam

Rangka RPJM 2010 – 2014. Selanjutnya, dalam RPJM 2015 – 2019 sesuai

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 salah

satu output kegiatan Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan

Lindung adalah Internalisasi 108 RPDAS yang telah disusun dalam

RPJMN 2010-2014 ke dalam RTRW.

Guna menindaklanjuti Peraturan Presiden terkait internalisasi

RPDAS ke dalam RTRW, Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan

Lindung telah mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian

Page 7: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 7 -

Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Nomor P.13/PDASHL-

SET/2013 tentang Petunjuk teknis Internalisasi RPDAS ke dalam RTRW.

Dalam proses perjalanannya, ternyata petunjuk teknis ini dianggap

kurang tepat dalam menjawab target yang diberikan Peraturan Presiden

terkait internalisasi RPDAS ke dalam RTRW. Hal ini juga dikuatkan

dengan adanya rekomendasi dari beberapa tenaga ahli dan praktisi di

lapangan untuk melakukan petunjuk teknis dimaksud.

Beberapa pertimbangan lain yang mendasari kegiatan terhadap

Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Hutan Lindung Nomor P.13/PDASHL-SET/2013 tentang Petunjuk teknis

Internalisasi RPDAS ke dalam RTRW adalah:

1. Proses internalisasi RPDAS ke dalam RTRW seharusnya sudah

dilaksanakan pada saat awal mula penyusunan RTRW, sehingga

RTRW yang dihasilkan sudah mengakomodir isi dari RPDAS yang

telah disusun.

2. Proses internalisasi RPDAS ke dalam RTRW juga dapat dimulai dari

penyusunan pola ruang berbasiskan bencana. Seperti telah

diketahui, saat ini sering terjadi bencana banjir dan tanah longsor

yang menimbulkan kerugian korban jiwa dan harta benda yang tidak

sedikit jumlahnya. Salah satu penyebabnya adalah kurang sesuainya

peruntukan ruang yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, RTRW yang telah

disahkan perlu di revisi dengan memasukkan unsur kebencanaan ke

dalamnya.

3. Perlunya UPT BPDASHL menunjukkan eksistensinya dengan ikut

berperan aktif dalam memberikan masukan terkait perencanaan

ruang kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di

wilayah kerjanya masing-masing.

4. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka UPT BPDASHL perlu

menyusun sebuah perencanaan tata ruang yang berbasiskan

kebencanaan dalam format digital spasial, sehingga tata ruang yang

nantinya terbentuk akan mengakomodir sebuah rencana pengelolaan

DAS yang kemudian dapat ditawarkan kepada Pemerintah Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai sebuah solusi penataan ruang

yang peduli lingkungan dan kebencanaan dan mengakomodir isi dari

sebuah RPDAS.

Page 8: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 8 -

B. Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan

arah yang tepat dan memudahkan Direktorat Jenderal Pengendalian DAS

dan Hutan Lindung serta Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan DAS

dalam melaksanakan kegiatan Internalisasi RPDAS ke dalam RTRW yang

merupakan salah satu output kegiatan dalam RPJM 2015 – 2019.

Sedangkan tujuan disusunnya petunjuk teknis ini agar RPDAS yang

telah disusun dapat dijadikan sebagai acuan para pihak di daerah dalam

implementasi pengelolaan DAS.

C. Sasaran

Sasaran dari petunjuk teknis Internalisasi RPDAS dalam RTRW ini

adalah 108 RPDAS yang telah disusun pada RPJM 2010 - 2014 sesuai

dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.328/Menhut-II/2009

tentang Penetapan DAS Prioritas Dalam Rangka RPJM 2010 – 2014, yaitu

sebagai berikut :

Tabel 1.1. Sasaran 108 DAS Prioritas

NO. DAS PRIORITAS PROVINSI WILAYAH KERJA

BPDASHL

1 Peusangan Aceh Krueng Aceh

2 Krueng Aceh Aceh Krueng Aceh

3 Jambo Aye Aceh Krueng Aceh

4 Peureulak Tamiang Aceh Krueng Aceh

5 Wampu Sumut Wampu Sei Ular

6 Padang Sumut Wampu Sei Ular

7 Sei Ular Sumut Wampu Sei Ular

8 Besitang Sumut Wampu Sei Ular

9 Lepan Sumut Wampu Sei Ular

10 Deli Sumut Wampu Sei Ular

11 Asahan Toba Sumut Asahan Barumun

12 Batang Gadis Sumut Asahan Barumun

13 Mujoi (Nias) Sumut Asahan Barumun

14 Pasaman Sumbar Agam Kuantan

15 Antokan Sumbar Agam Kuantan

16 Tarusan Sumbar Agam Kuantan

17 Arau Sumbar Agam Kuantan

18 Gasan Gadang Sumbar Agam Kuantan

19 Siak Riau Indragiri Rokan

20 Kampar Riau, Sumbar Indragiri Rokan

Page 9: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 9 -

21 Rokan Riau, Sumut, Sumbar Indragiri Rokan

22 Indragiri Riau, Sumbar Indragiri Rokan

23 Batanghari Jambi, Sumbar Batanghari

24 Musi Sumsel, Jambi, Bengkulu Musi

25 Manna Padang Guci Bengkulu, Sumsel Ketahun

26 Ketahun Bengkulu Ketahun

27 Bengkulu Bengkulu Ketahun

28 Sekampung Lampung Way Seputih Way Sekampung

29 Tulang Bawang Lampung Way Seputih Way Sekampung

30 Duriangkang Kepri Kepri

31 Sei Jang Kepri Kepri

32 Mancang Babel Baturusa Cerucuk

33 Ajang Mabat Babel Baturusa Cerucuk

34 Citarum Jabar Citarum Ciliwung

35 Cisadane Jabar, Banten Citarum Ciliwung

36 Ciliwung Jabar, DKI Citarum Ciliwung

37 Cisadea Jabar Citarum Ciliwung

38 Cimanuk Jabar Cimanuk Citanduy

39 Citanduy (Segara Anakan)

Jabar, Jateng Cimanuk Citanduy

40 Serang Jateng Pemali Jratun

41 Juwana Jateng Pemali Jratun

42 Tuntang Jateng Pemali Jratun

43 Pemali Jateng Pemali Jratun

44 Garang (Babon) Jateng Pemali Jratun

45 Bodri Jateng Pemali Jratun

46 Cacaban Jateng Pemali Jratun

47 Comal Jateng Pemali Jratun

48 Babakan Jateng Pemali Jratun

49 Gangsa Jateng Pemali Jratun

50 Kupang Jateng Pemali Jratun

51 Serayu Jateng Serayu Opak Progo

52 Progo DIY, Jateng Serayu Opak Progo

53 Luk Ulo Jateng Serayu Opak Progo

54 Bogowonto DIY, Jateng Serayu Opak Progo

55 Serang DIY, Jateng Serayu Opak Progo

56 Wawar Medono Jateng Serayu Opak Progo

57 Bribin DIY, Jateng Serayu Opak Progo

58 Solo Jateng, DIY, Jatim Solo

59 Brantas Jatim Brantas

60 Sampean Jatim Sampean

61 Bedadung Jatim Sampean

62 Deluwang Jatim Sampean

63 Tukad Unda Bali Unda Anyar

64 Blingkang Anyar Bali Unda Anyar

Page 10: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 10 -

65 Palung NTB Dodokan Moyosari

66 Moyo NTB Dodokan Moyosari

67 Mangkung/Dodokan NTB Dodokan Moyosari

68 Benain NTT Benain Noelmina

69 Noelmina (Benueke )

NTT Benain Noelmina

70 Kapuas Kalbar Kapuas

71 Sambas Kalbar Kapuas

72 Kapuas (Barito) Kalteng Kahayan

73 Mentaya Kalteng Kahayan

74 Kahayan Kalteng Kahayan

75 Barito Kalsel, Kalteng Barito

76 Batu Licin Kalsel Barito

77 Mahakam Kaltim, Kaltara Mahakam Berau

78 Dumoga Sulut Tondano

79 Tondano Sulut Tondano

80 Sangihe Sulut Tondano

81 Limboto Bone Bolango

Gorontalo, Sulut Bone Bolango

82 Paguyaman Gorontalo Bone Bolango

83 Palu Sulteng Palu Poso

84 Poso Sulteng, Sulsel Palu Poso

85 Budong-Budong Sulbar Lariang Mamasa

86 Mapili Sulbar Lariang Mamasa

87 Mandar Sulbar Lariang Mamasa

88 Saddang Sulsel, Sulbar Saddang

89 Rongkong Sulsel Saddang

90 Latuppa Sulsel Saddang

91 Bila Walanae (Cenranae)

Sulsel Jeneberang Walanae

92 Jeneberang Sulsel Jeneberang Walanae

93 Lasolo Sultra, Sulteng Sampara

94 Konaweha Sultra Sampara

95 Laea Wanggu Sultra Sampara

96 Wae Apu Maluku Waehapu Batumerah

97 Wae Manumbai Maluku Waehapu Batumerah

98 Wae Batu Merah Maluku Waehapu Batumerah

99 Akelamo Maluku Utara Ake Malamo

100 Kao Maluku Utara Ake Malamo

101 Oba Maluku Utara Ake Malamo

102 Remu Papua Barat Remu Ransiki

103 Arui Papua Barat Remu Ransiki

104 Prafi Papua Barat Remu Ransiki

105 Memberamo Papua Memberamo

106 Baliem (Enlanden) Papua Memberamo

107 Tami Papua Memberamo

108 Sentani Papua Memberamo

Page 11: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 11 -

D. Pengertian

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran

Sungai dan Hutan Lindung ini, yang dimaksud dengan:

1. Internalisasi Rencana Pengeloaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) ke

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah adalah upaya untuk memastikan

bahwa substansi RPDAS terintegrasi kedalam muatan RTRW

sehingga dapat diimplementasikan oleh Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dan para pihak di daerah.

2. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

aktivitas daratan.

3. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan

timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS

dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian

ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi

manusia secara berkelanjutan.

4. Rencana Pengelolaan DAS adalah suatu rencana yang disusun secara

utuh dari hulu, tengah sampai dengan hilir, melibatkan para

pemangku kepentingan di wilayah DAS tersebut, melalui tahapan

perumusan masalah, tujuan, strategi serta monitoring dan evaluasi.

Rencana tersebut disahkan oleh pejabat sesuai dengan

kewenangannya dan berlaku selama jangka waktu 15 (lima belas)

tahun.

5. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTR adalah

arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah

nasional/provinsi/kabupaten/ kota yang dijadikan acuan untuk

perencanaan jangka panjang.

6. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya

sebagai hutan tetap.

Page 12: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 12 -

7. Penutupan lahan merupakan garis yang menggambarkan batas

penampakan area tutupan di atas permukaan bumi yang terdiri dari

bentang alam dan/atau bentang buatan atau penutupan lahan dapat

pula berarti tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat

diamati dan merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan

manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk

melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada

areal tersebut.

8. Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai

media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga

menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.

9. Erosi adalah pindahnya atau terangkutnya material tanah atau

bagian-bagian tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh media

alami, contohnya air.

10. Banjir limpasan adalah sebaran wilayah yang merupakan

penyumbang banjir ke wilayah affected area (wilayah terdampak).

11. Morfologi DAS adalah pembagian wilayah DAS sesuai dengan 3

karakternya (hulu, tengah dan hilir).

Page 13: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 13 -

BAB II

METODA INTERNALISASI RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN

SUNGAI KE DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH

A. Persiapan

Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan penyusunan

internalisasi RPDAS ke dalam RTRW tersebut mencakup hardware,

software dan bahan-bahan. Hardware dan software yang perlu disiapkan

untuk penyusunan internalisasi RPDAS ke dalam RTRW antara lain:

1. Software Sistem Informasi Geografis (SIG) versi terkini

2. Personal Computer dengan spesifikasi minimal: RAM 16 GB, Hard

Disk 1 TB dan plotter.

Sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya:

1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dari Bappeda/Dinas Tata

Ruang Provinsi

2. Peta morfologi Daerah Aliran Sungai dari Direktorat Jenderal

Pengendalian DAS dan Hutan Lindung.

3. Penutupan lahan terbaru dari Direktorat Jenderal Planologi

Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

4. Peta fungsi kawasan dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan

Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

5. Peta lahan kritis hasil analisa dari UPT Balai Pengelolaan DAS dan

Hutan Lindung.

6. Peta banjir limpasan hasil analisa dari UPT Balai Pengelolaan DAS

dan Hutan Lindung.

7. Peta rawan erosi hasil analisa dari UPT Balai Pengelolaan DAS dan

Hutan Lindung.

8. Peta sebaran kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah

dilaksanakan UPT Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung.

Page 14: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 14 -

B. Kerangka Pikir Pelaksanaan Kegiatan

Prosedur penyusunan data spasial internalisasi RPDAS ke dalam RTRW

mengikuti kerangka pikir seperti disajikan pada gambar di bawah ini:

Peta RTRW Peta

Fungsi Kawasan

Peta Rekomendasi

Kesesuaian Ruang dgn Kawasan

Proses I

Kesesuaian

Tata Ruang

dengan

Fungsi Kawasan

Overlay

Peta

Tata Guna

Lahan RTRW

RTRW

Peta

Tutupan

Lahan Terbaru

Perhitungan Impact Assessment

(Kajian Dampak)

Proses II Analisa

Perhitungan

Impact

Assessment

(Kajian Dampak)

Kesesuaian

Ruang dgn

Kawasan

Lahan

Kritis

Banjir

Limpasan

Morfologi

DAS

Proses III

Klasifikasi/

Kodefikasi

Kodefikasi

Rekomendasi

Data

Lainnya

Proses IV

Rekomendasi

Focus Group Discusion (FGD)

Rekomendasi Final

Page 15: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 15 -

BAB III

PELAKSANAAN INTERNALISASI RPDAS

Pelaksanaan kegiatan penyusunan data spasial internalisasi RPDAS ke

dalam RTRW dilakukan dengan mengikuti alur kerangka pikiran yang telah

disampaikan pada BAB II, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

A. Tahap Penyiapan Atribut dan Klasifikasi Data Peta Tematik

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan atribut

dan klasifikasi data dari masing-masing parameter (peta tematik) sehingga

setelah proses overlay selesai akan memudahkan proses analisa dan

pemberian rekomendasi terkait penataan ruangnya.

1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah, field dan atribut yang harus

disiapkan dalam peta tematik ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 dalam Pasal 6, Pasal 51, Pasal 52,

Pasal 63 sampai dengan Pasal 78 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jenis Field Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

No. Nama Field Tipe Width Keterangan

1. Pola_Ruang Teks 50 Pola Ruang Kawasan

2. Ruang_Kws Teks 50 Kawasan berdasarkan

Pola Ruangnya

3. Jenis_Tgl Teks 50 Jenis Tata Guna

Lahannya

Atribut data peta rencana tata ruang wilayah adalah yang didapatkan

dari Badan Perencanaan Daerah atau Dinas Tata Ruang Provinsi

sebagai berikut:

Page 16: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 16 -

Tabel 3.2. Atribut Data Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

Pola_Ruang Ruang_Kws Jenis_Tgl

Kawasan

Lindung

Kawasan Beri Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Gambut

Kawasan Resapan Air

Kawasan Perlindungan Setempat

Sempadan Pantai

Sempadan Sungai

Kawasan Sekitar Danau/Waduk

Ruang Terbuka Hijau Kota

Kawasan Konservasi

Kawasan Suaka Alam

Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan Taman Buru

Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Kecil

Kawasan Konservasi Maritim

Kawasan Konservasi Perairan

Kawasan Lindung Geologi

Kawasan Cagar Alam Geologi

Kawasan Imbuhan Air Tanah

Kawasan Sempadan Mata Air

Kawasan Lindung Lainnya

Cagar Biosfer

Ramsar

Cagar Budaya

Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah

Kawasan Pengungsian Satwa

Kawasan Ekosistem Mangrove

Kawasan Budi

Daya

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Hutan Produksi Tetap

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi yang dapat di Konversi

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Hutan Rakyat

Kawasan Peruntukan Pertanian

Tanaman Pangan

Hortikultura

Perkebunan

Peternakan

Kawasan Peruntukan Perikanan Perikanan

Kawasan Peruntukan Pertambangan Pertambangan

Kawasan Peruntukan Panas Bumi Panas Bumi

Kawasan Peruntukan Industri Industri

Kawasan Peruntukan Pariwisata Pariwisata

Kawasan Peruntukan Permukiman Permukiman

Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan Lainnya

Kawasan

Strategis

Nasional

Kawasan Strategis Nasional

Warisan Budaya Dunia

Pelestarian Cagar Budaya

Peningkatan Kualitas Warisan Budaya

2. Peta Morfologi Daerah Aliran Sungai, dibuat dengan satuan analisa DAS

dan menggunakan lereng yang didapatkan dari penyusunan peta rawan

Page 17: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 17 -

erosi sesuai Peraturan Direktur Jenderal PDASHL Nomor

P.10/PDASHL/SET/KUM.1/8/2017. Klasifikasi morfologi DAS yang

dibentuk dari peta lereng sebagai berikut:

Tabel 3.3. Klasifikasi Morfologi DAS

No. Lereng Morfologi

1. 0 – 15% Hilir

2. > 15 – 25% Tengah

3. > 25% Hulu

Field dan atribut yang harus disiapkan dalam peta tematik ini

sebagai berikut:

Tabel 3.4. Jenis Field Morfologi DAS

No. Nama Field Tipe Width Keterangan

1. Kode_DAS Teks 7 Kodefikasi DAS

2. Nama_DAS Teks 50 Nama DAS

3. Morfologi Teks 25 Morfologi DAS

Contoh atribut data peta Daerah Aliran Sungai adalah yang didapatkan

dari Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung sebagai

berikut:

Tabel 3.5. Atribut Data Peta Morfologi DAS

3. Peta Penutupan Lahan, field dan atribut yang harus disiapkan dalam

peta tematik ini sebagai berikut:

NO KODE DAS NAMA DAS MORFOLOGI

1

1220001 Citarum

Hulu

2 Tengah

3 Hilir

4

1720001 Brantas

Hulu

5 Tengah

6 Hilir

7

2950002 Saddang

Hulu

8 Tengah

9 Hilir

10

2440001 Benain

Hulu

11 Tengah

12 Hilir

Page 18: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 18 -

Tabel 3.6. Jenis Field dalam Pembuatan Peta Penutupan Lahan

No. Nama Field Tipe Width Keterangan

1. Simbol Teks 5 Simbol Penutupan Lahan

2. Jenis_PL Teks 50 Jenis Penutupan Lahan

Atribut data peta penutupan lahan adalah 23 jenis penutupan lahan yang

didapatkan dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata

Lingkungan yang dipublikasikan setiap tahun, yaitu:

Tabel 3.7. Atribut Data Peta Penutupan Lahan

4. Peta Fungsi Kawasan, field dan atribut yang harus disiapkan dalam peta

tematik ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8. Jenis Field dalam Pembuatan Peta Fungsi Kawasan

No. Nama Field Tipe Width Keterangan

1. Fungsi_kws Teks 50 Jenis Fungsi Kawasan

2. Dlm_luar Teks 50 Dalam atau Luar Kawasan

Hutan

Atribut data peta kawasan hutan adalah yang didapatkan dari Direktorat

Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu sebagai berikut:

Page 19: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 19 -

Tabel 3.9. Atribut Data dalam Pembuatan Peta Fungsi Kawasan

5. Peta Lahan Kritis, field dan atribut serta klasifikasi yang harus disiapkan

dalam peta tematik ini sebagai berikut:

Tabel 3.10. Jenis Field dalam Pembuatan Peta Lahan Kritis

Nama Field Tipe Width Keterangan

Kekritisan Teks 50 Kriteria lahan kritis

Atribut data peta lahan kritis adalah yang didapatkan dari hasil analisa

UPT BPDASHL, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.11. Atribut Data dalam Pembuatan Peta Lahan Kritis

Page 20: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 20 -

6. Peta Banjir Limpasan, field dan atribut yang harus disiapkan dalam peta

tematik ini sebagai berikut:

Tabel 3.12. Jenis Field dalam Pembuatan Peta Banjir Limpasan

Nama Field Tipe Width Keterangan

Limpasan Teks 50 Kriteria banjir limpasan

Atribut data peta banjir limpasan adalah yang didapatkan dari hasil

analisa UPT BPDASHL, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.13. Atribut Data dalam Pembuatan Peta Banjir Limpasan

7. Peta Rawan Erosi, field dan atribut yang harus disiapkan dalam peta

tematik ini sebagai berikut:

Tabel 3.14. Jenis Field Peta Rawan Erosi

Nama Field Tipe Width Keterangan

EROSI Teks 25 Kelas Erosi

Atribut data peta rawan erosi adalah yang didapatkan dari hasil analisa

UPT BPDASHL sesuai Peraturan Direktur Jenderal PDASHL Nomor

P.10/PDASHL/ SET/KUM.1/8/2017, yaitu:

Tabel 3.15. Atribut Data dalam Pembuatan Peta Rawan Erosi

8. Peta Sebaran RHL, field dan atribut yang harus disiapkan dalam peta

tematik ini adalah sebagai berikut:

Page 21: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 21 -

Tabel 3.16. Jenis Field dalam Pembuatan Peta Sebaran RHL

Nama Field Tipe Width Keterangan

Jenis_RHL Teks 50 Jenis RHL yang dilaksanakan

Atribut data peta sebaran RHL adalah yang didapatkan dari hasil UPT

BPDASHL, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.17. Atribut Data dalam Pembuatan Peta Sebaran RHL

B. Tahapan Analisa

Tahapan ini dilakukan setelah proses penyiapan atribut data peta tematik

selesai dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahapan Kesesuaian Tata Ruang dengan Fungsi Kawasan,

dilakukan dengan cara overlay antara peta tata ruang dengan fungsi

kawasan. Hasil overlay tersebut, shapefile nya diberi nama

ruang_kawasan. Tujuan dari overlay kedua peta tersebut adalah

untuk mengetahui kesesuaian ruang antara peta tata ruang dengan

peta fungsi kawasan di wilayah administrasi tersebut. Contoh atribut

peta hasil overlay ruang_kawasan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.18. Contohh Atribut Hasil Overlay Ruang dengan Kawasan

Page 22: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 22 -

Atribut hasil overlay kedua peta tematik tersebut kemudian disusun

sedemikian rupa sehingga akan terlihat seperti contoh dibawah ini:

Tabel 3.19. Fungsi Kawasan dan Pola Ruang

FUNGSI KAWASAN POLA RUANG

Hutan Lindung Kawasan Lindung

Kawasan Budi Daya

Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas dan

Hutan Produksi yang dapat di Konversi

Kawasan Lindung

Kawasan Budi Daya

Kawasan Konservasi Kawasan Lindung

Kawasan Budi Daya

Areal Penggunaan Lain Kawasan Lindung

Kawasan Budi Daya

Kemudian atribut tersebut dicermati, dianalisa dan selanjutnya

diberikan rekomendasi terkait kesesuaian tata ruang dengan fungsi

kawasannya. Untuk mengisi atribut rekomendasi tersebut, maka

dibuat satu field tambahan, sehingga atribut akhir dari peta

ruang_kawasan contohnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.20. Kesesuaian Fungsi Kawasan dan Pola Ruang

FUNGSI KAWASAN POLA RUANG KWS_RUANG

Hutan Lindung Kawasan Lindung Hutan Lindung

Kawasan Budi Daya Hutan Lindung

Hutan Produksi Tetap, Hutan

Produksi Terbatas dan Hutan

Produksi yang dapat di Konversi

Kawasan Lindung HP, HPT, HPK

Kawasan Budi Daya HP, HPT, HPK

Kawasan Konservasi Kawasan Lindung Kawasan Konservasi

Kawasan Budi Daya Kawasan Konservasi

Areal Penggunaan Lain Kawasan Lindung APL Lindung

Kawasan Budi Daya APL Budi Daya

2. Tahapan Perhitungan Impact Assessment (Kajian Dampak), tujuannya

adalah untuk memberikan gambaran sejauh mana kajian pola ruang

berbasis satuan analisa DAS, khususnya terkait kegiatan di bidang

kehutanan, mampu meningkatkan efisiensi pola ruang dalam hal

Page 23: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 23 -

pengendalian limpasan, erosi dan sedimentasi. Hal penting yang perlu

diperhatikan dalam perhitungan impact assessment ini adalah :

a. Satuan analisa yang digunakan adalah DAS, walaupun lokus

kajiannya adalah rencana tata ruang wilayah yang berbasiskan

administrasi Provinsi/Kabupaten/Kota, seperti terlihat di bawah ini:

Gambar 3.1. Contoh Poligon Hubungan RTRW dengan RPDAS

Dari gambar di atas terlihat bahwa poligon dengan arsiran merah

adalah peta wilayah administrasi Kabupaten Garut. Sedangkan

poligon dengan garis batas berwarna biru adalah batas DAS. Hal yang

harus dilakukan adalah menghitung kajian dampak dari masing-

masing DAS yang wilayahnya masuk ke dalam wilayah administrasi

Kabupaten Garut.

b. Parameter penutupan lahan guna perhitungan kajian dampak

disiapkan minimal untuk 2 tahun yang berbeda dan juga berbeda

sumbernya, sehingga bisa dikaji nilai sebelum dan sesudahnya

berdasarkan analisa tutupan lahannya. Sumber yang pertama berasal

dari peta Tata Guna Lahan dari RTRW yang merupakan alokasi

perencanaan ruang terkait tata guna lahannya, sedangkan sumber

yang kedua adalah peta penutupan lahan existing yang didapatkan

Page 24: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 24 -

dari Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan yang terdiri dari

23 kelas penutupan lahan. Kedua peta tersebut diperlukan guna

perhitungan nilai C dan P nya untuk nilai limpasan dan erosi. Apabila

jenis dan kelas penutupan lahan kedua sumber peta tersebut berbeda,

maka harus disamakan terlebih dahulu kelasnya.

c. Peta sebaran kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) harus

dalam feature poligon, sehingga dapat diketahui lokasi dan luasan

RHL yang telah dilaksanakan. Peta RHL tersebut digunakan untuk

mengetahui seberapa besar dampak kegiatan RHL dalam menurunkan

laju limpasan, erosi dan sedimentasi.

d. Perhitungan Impact Assessment Limpasan, dihitung berdasarkan

satuan analisa DAS dengan menggunakan metode rasional, rumusnya

sebagai berikut :

Q = 0,278 . C . i . A

Keterangan:

Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det). 0,278 = nilai konstanta

C = koefisien limpasan A = luas DAS (Km2). I = intensitas curah hujan (mm/jam)

e. Perhitungan Impact Assessment erosi, dihitung berdasarkan satuan

analisa DAS dengan menggunakan metode Universal Soil Loss Equation

(USLE) sebagai berikut :

A = R K L S C P

Keterangan: A = jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun)

R = erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (biasanya dinyatakan sebagai energi dampak curah hujan

(MJ/ha) x Intensitas hujan maksimal selama 30 menit (mm/jam)

K = indeks erodibilitas tanah (ton x ha x jam) dibagi

oleh (ha x mega joule x mm) LS = indeks panjang dan kemiringan lereng C = indeks pengelolaan tanaman

P = indeks upaya konservasi tanah

f. Perhitungan Impact Assessment sedimentasi, diperoleh melalui

pendekatan hasil prediksi erosi dengan menggunakan rumus :

Page 25: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 25 -

MS = A x SDR

Keterangan : MS = muatan sedimen (ton/ha/th) A = nilai erosi (ton/ha/th)

SDR = nisbah penghantaran sedimen

Nilai total erosi ditentukan dengan menggunakan rumus USLE,

sedangkan nisbah hantar sedimen (Sediment Delivery Ratio/SDR)

dapat ditentukan dengan menggunakan matrik sebagai berikut:

Tabel 3.21. Tabel Nisbah Hantar Sedimen Nilai Erosi Sediment Delivery

Ratio

3. Tahapan Klasifikasi/Kodefikasi, dilakukan dengan cara mengoverlaykan

4 peta tematik, yaitu peta ruang_kawasan, peta lahan kritis, peta banjir

limpasan dan peta morfologi DAS. Tujuannya adalah untuk menyusun

suatu kombinasi kodefikasi yang nantinya diperlukan guna menentukan

rekomendasi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayah

tersebut. Untuk memudahkan proses kodefikasi, maka 2 peta tematik,

yaitu peta lahan kritis dan peta banjir limpasan harus dilakukan

klasifikasi terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.22. Klasifikasi Lahan Kritis

NO Kekritisan Klasi_Krit

1 Tidak Kritis Tidak Kritis,

Potensial Kritis,

Agak Kritis

2 Potensial Kritis

3 Agak Kritis

4 Kritis Kritis,

Sangat Kritis 5 Sangat Kritis

Page 26: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 26 -

Tabel 3.23. Tabel Limpasan

NO Limpasan Klaslimpas

1 Rendah Rendah,

Normal

Agak Kritis

2 Normal

3 Tinggi Tinggi

4 Ekstrim Ekstrim

Sangat Kritis

Setelah klasifikasi kedua peta tematik di atas selesai dilaksanakan, maka

langkah selanjutnya adalah mengoverlaykan ke 4 peta tematik tersebut,

secara berurutan, yaitu peta ruang_kawasan, peta lahan kritis, peta banjir

limpasan dan peta morfologi DAS. Atribut yang terbentuk kemudian

disusun sedemikian rupa, sehingga akan memudahkan penambahan

atribut untuk pemberian kodefikasinya, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.24. Tabel Kodefikasi Parameter Internalisasi

C. Tahapan Rekomendasi Program dan Kegiatan Perencanaan Ruang

Tahapan ini dilakukan setelah proses kodefikasi atribut data 4 peta

tematik yang telah di overlay selesai dilakukan. Langkah berikutnya

adalah mengkombinasikan atribut dari 3 peta tematik (lahan kritis,

morfologi DAS dan banjir limpasan) dalam sebuah field yang diberi nama

pola_rhl, yang nantinya diisi dengan kodefikasi pola RHL yang akan

dilaksanakan sesuai dengan ruang kawasannya, seperti terlihat pada

matriks di bawah ini :

Page 27: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 27 -

Tabel 3.25. Tabel Kodefikasi Pola RHL

Setelah kombinasi dari ke 3 peta tematik tersebut diperoleh pola_rhl (ST1,

ST II, ST III, VEG I, VEG II, VEG III, XXX), maka dilihat kombinasi dengan

kode kawasan ruangnya kd_kwsrg (RL, RK, RP, PL, PB). Dari hasil

kombinasi kedua field tersebut, maka dapat ditentukan rekomendasi

program dan kegiatan RHL yang akan dilaksanakan berupa vegetatif dan

sipil teknis, seperti terlihat di bawah ini :

Page 28: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA

- 28 -

Tabel 3.26. Tabel Rekomendasi Program RHL

Page 29: - 2 - 5 - LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTERNALISASI RENCANA