internalisasi pendidikan akhlak dalam …

151
i INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1 KAMPUNGLAUT CILACAP TESIS Disusun dan Diajukan kepada Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Oleh: ZAENAL ARIF PUJIWANTORO (1617662012) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO 2020

Upload: others

Post on 27-Jan-2022

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA

DI SMA NEGERI 1 KAMPUNGLAUT CILACAP

TESIS

Disusun dan Diajukan kepada Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

ZAENAL ARIF PUJIWANTORO

(1617662012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PURWOKERTO

2020

ii

iii

iv

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul

“Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap” seluruhnya memang hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis ini yang saya kutip dari

hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,

etika, dan kaidah kepenulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan

hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya

bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-

sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

paksaan dari siapapun.

Purwokerto, 19 Juni 2020

Hormat Saya

Zaenal Arif Pujiwantoro

NIM. 1617662012

vi

MOTTO

“Jadilah manusia yang kakinya dibumi , Tapi punya mimpi setinggi langit”

( Drs. K.H. Attabik Yusuf Zuhdi )

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil. Kita baru yakin kalau

kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

( Zaenal Arif Pujiwantoro )

vii

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis, Bapak Ahmad Suyadi

dan Ibu Nur Hamdiyah, Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Pertiwi Ninik Asih serta istri

dan anak penulis, Metria Riza Sativa dan Aisyah Syafiya Awalia Zain, yang

senantiasa mendoakan dan mendukung setiap langkahku.

viii

INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA

DI SMA NEGERI 1 KAMPUNGLAUT CILACAP

Zaenal Arif Pujiwantoro

email: [email protected]

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana internalisasi pendidikan

akhlak dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pendidikan akhlak,

pelaksanaan pendidikan akhlak dan evaluasi pendidikan akhlak dalam menghadapi

kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan fenomenologik, yaitu penelitian dengan mengamati fenomena yang tejadi

di lapangan secara alamiah. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik

observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Dalam penyajian dan menganalisis

data, peneliti menggunakan analisis kualitatif dengan langkah-langkah

mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan hasil akhir.

Hasil penelitian menunjukkan internalisasi pendidikan akhlak dalam

penanggulangan kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap mencakup

akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap sesama, dan akhlak terhadap

lingkungan. Dalam hal ini sekolah menggunakan tahap-tahap diantaranya

transformasi nilai, dilanjutkan dengan transaksi nilai kemudian transinternalisasi.

Metode yang digunakan adalah pendoktrinasian keteladanan, pembiasaan. Adapun

factor pendukung dalam proses penginternalisasian nilai-nilai pendidikan akhak

adalah sekolah berbasis agama, fasilitas sekolah yang memadai, dan kegiatan

ekstrakurikuler intrakurikuler. Sedangkan factor penghambatnya adalah keterbatasan

informasi dan pemantauan peserta didik di luar lingkungan sekolah, lingkungan

pergaulan peserta didik.

Kata Kunci: Internalisasi, Pendidikan Akhlak, Kenakalan Siswa, SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap

ix

INTERNALIZATION OF FINAL EDUCATION

IN DISCLAIMER OF STUDENT BREACH

IN SMA 1 KAMPUNGLAUT CILACAP

Zaenal Arif Pujiwantoro

email: [email protected]

Islamic education study program

Postgraduate at the State Islamic Institute of Religion (IAIN) Purwokerto

ABSTRACT

The problem in this study is how to internalize moral education in tackling student

delinquency in SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap. This study aims to determine the

planning of moral education, implementation of moral education and evaluation of

moral education in dealing with student delinquency in SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

This type of research is a qualitative study using a phenomenological approach,

namely research by observing phenomena that occur in the field naturally. Research

data collection using observation techniques, interviews and documentation studies.

In presenting and analyzing data, researchers use qualitative analysis with the steps

of collecting data, reducing data, presenting data and concluding the final results.

The results showed that the internalization of moral education in overcoming student

delinquency at SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap includes morals towards Allah

SWT, morals towards others, and morals towards the environment. In this case the

school uses stages including value transformation, followed by value transactions

then transinternalization. The method used was exemplary indoctrination,

habituation. The supporting factors in the process of internalizing the values of legal

education are religion-based schools, adequate school facilities, and intracurricular

extracurricular activities. While the inhibiting factor is the limited information and

monitoring of students outside the school environment and the social environment of

students.

Keywords: Internalization, Moral Education, Student Delinquency, SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap

x

PEDOMAN TRANSLITERASI1

A. Konsonan

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif اtidak

dilambangkan tidak dilambangkan

Ba b Be ب

Ta t Te ت

ṡa ṡ es (dengan titik di atas) ث

Jim j Je ج

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

Kha kh ka dan ha خ

Dal d De د

Żal ż zet (dengan titik di atas) ذ

Ra r Er ر

Za z Zet ز

Sin s Es س

Syin sy es dan ye ش

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

ḍad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah) ط

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

1 Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan Tesis ini adalah Pedoman

Transliterasi Arab-Latin Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0543 b/u/1987.

xi

ain …. „ …. koma terbalik ke atas„ ع

Gain g Ge غ

Fa f Ef ؼ

Qaf q Ki ؽ

Kaf k Ka ؾ

Lam l El ؿ

Mim m Em ـ

Nun n En ف

Wawu w We ك

Ha h Ha ق

Hamzah ` Apostrof ء

Ya Y Ye ي

B. Vokal

1. Vokal tunggal (monoftong)

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

Fathah a A

Kasrah i I

ḍammah u U

2. Vokal rangkap (diftong)

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

xii

Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Nama

ي Fatḥah dan ya Ai a dan i

ك Fatḥah dan wawu Au a dan u

Contoh:

haula = هوؿ kaifa = كيف

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan

huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Huruf dan

tanda Nama

Huruf dan

tanda Nama

ا fatḥah dan alif ā a dan garis di atas

ي kasrah dan ya ī i dan garis di atas

و ḍammah dan wawu ū u dan garis di atas

Contoh:

qīla = قيل qāla = قاؿ

yaqūlu = يػقوؿ ramā = رمى

D. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua:

1. Ta marbūṭah hidup

Ta marbūṭah hidup atau mendapatkan ḥarakat fatḥah, kasrah, dan

ḍammah transliterasinya adalah /t/.

2. Ta marbūṭah mati

Ta marbūṭah yang mati atau mendapat ḥarakat sukun, transliterasinya

adalah /h/. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbūṭah diikuti oleh

kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah

xiii

maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h), namun apabila

pembacaannya disambung maka ta marbūṭah ditransliterasikan dengan /t/.

Contoh:

rauḍah al-aṭfah atau rauḍatul aṭfal = ركضةالأطفاؿ

المنورة al-madinah al-munawwarah atau al-madinatul = المدينة

munawwarah

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda

syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan

huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

nazzala = نزؿ rabbanā = ربنا

F. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال, namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara

kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dengan kata sandang yang

diikuti huruf qamariyyah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah, kata sandang yang

diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya,

yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang

langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah, ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

xiv

Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah, kata

sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan bisa atau tidak

dihubungkan dengan tanda sambung atau hubung. Penulis lebih memilih

menghubungkannya dengan tanda sambung.

Contoh:

al-qalamu = القلم ar-rajulu = الرجل

G. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan

apostrof. Namun bila hamzah itu terletak di awal kata, ia dilambangkan.

Contoh:

Abū Bakr = أبوبكر

H. Ya’ Nisbah

Ya‟ nisbah untuk kata benda muzakkar (masculine), tanda majrur

untuk al-asmā’ al-khamsah dan yang semacamnya ditulis /ī/.

Contoh:

al-Bukhārī = البخاري

Abī = أبي

Abūhu = أبوه

I. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis

terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang

sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain dalam transliterasi ini tidak

dipisah.

xv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan

Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada pendidik umat, Nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi rahmat semua makhluk serta kepada keluarga

dan para sahabat. Semoga kita semua dapat meneruskan perjuangan dakwah beliau

dan tergolong umatnya yang mendapat syafaat di hari akhir.

Tesis bertemakan Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulangan

Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ini merupakan tema yang

penulis pilih setelah sebelumnya mendapatkan informasi dari media dan berkunjung

dengan salah satu rekan saya sebagai guru di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap,

dari situ saya tertarik untuk mengangkat tema tentang Internalisasi Pendidikan

Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

Tesis ini diajukan kepada Program Pascasarjana IAIN Purwokerto sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd). Selama

penyusunan tesis ini dan selama penulis belajar di Pascasarjana IAIN Purwokerto,

penulis banyak mendapatkan arahan, motivasi, bantuan serta bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag, Rektor Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, yang

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing.

2. Dr. Fauzi, M.Ag, Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Bidang

Akademik dan Pengembangan Kelembagaan.

xvi

3. Dr. H. Ridwan, M.Ag. Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.

4. Dr. H. Sulkhan Chakim, S.Ag., M.M., Wakil Ketua Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

5. Prof. Dr. H. Sunhaji, M.Ag., Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto.

6. Dr. M. Misbah, M.Ag., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Program

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dan selaku Penasihat

Akademik, yang dengan motivasi beliau saya lebih semangat untuk

menyelesaikan tesis ini. Serta selaku pembimbing tesis yang dengan sabar

memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis sehingga tesis ini

dapat terselesaikan.

7. Drs. Sukoya, M.Or selaku kepala SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap yang

sudah dengan sangat baik menerima saya dan memberikan berbagai informasi

tentang Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa

di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

8. Segenap Dosen dan karyawan IAIN Purwokerto yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini.

9. Orang Tua dan keluarga penulis, Bapak Ahmad Suyadi, Ibu Nur Hamdiyah,

Rizka Nur Dianingsih Utami, Ahmad Ragil Budianto, Laila Inayatul Maula, A.

Junaedi, Ayra Sirli Alnaira Sazani.

10. Mertua penulis, Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Pertiwi Ninik Asih .

11. Istri penulis, Metria Riza Sativa dan anak penulis Aisya Syafia Awalia Zain yang

selalu mendukung dan menjadi penyemangat.

12. Kepala SMA Negeri 1 Sumpiuh yang memotivasi dan memberi ijin untuk penulis

untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

13. Teman-teman guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sumpiuh yang senantiasa

memberikan dorongan serta do‟a.

xvii

14. Teman-teman kelas PAI angkatan 2017/2018. Muhamad Chanafi, Latif Abdullah,

Muhanniyul Fikri, Kholis Muamalah, Bannatul Maskuroh, Faziah Nur Atika, Siti

Wahidaturrohmah, Munira Ihfani Syafa, A. Ainun Najib, Sulfiyah dan Fika

Cahya.

15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon kepada Allah Saw semoga

membalas semua jasa-jasa dan kebaikan mereka dengan balasan terbaik. Semoga tesis

ini bermanfaat bagi banyak orang sehingga dapat menjadi lantaran memperoleh

Ridho-Nya. Āmīn.

Purwokerto, 19 Juni 2020

Penulis

Zaenal Arif Pujiwantoro

xviii

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

PENGESAHAN DIREKTUR ............................................................................ ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ......................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………. ................. 5

C. Tujuan Penelitian ……………………………………....... ................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Internalisasi ........................................................................................ 8

1. Pengertian internaslisasi ............................................................... 8

2. Tahap-tahap internalisasi ............................................................. 9

3. Prinsip internalisasi nilai .............................................................. 11

4. Pendekatan dalam internalisasi nilai ............................................ 12

B. Hakikat Pendidikan Akhlak ............................................................... 14

1. Pengertian Akhlak ........................................................................ 14

2. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral ............................................ 17

xix

3. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Akhlak ........................... 19

4. Dasar Pendidikan Akhlak ............................................................. 25

5. Tujuan Pendidikan Akhlak ........................................................... 28

6. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ............................................. 33

7. Metode Pendidikan Akhlak .......................................................... 36

8. Langkah-langkah Pendidikan Akhlak .......................................... 42

9. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak ......................... 44

10. Konsep Pendidikan Akhlak .......................................................... 50

C. Kenakalan Siswa ................................................................................ 52

1. Definisi Kenakalan Siswa ............................................................ 52

2. Faktor Penyebab Kenakalan Siswa .............................................. 55

D. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 57

E. Kerangka Berpikir .............................................................................. 60

BAB III METODE PENELITIAN

A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ............................................... 61

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 62

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 62

D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi wilayah penelitian .............................................................. 70

1. Profil SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ............................... 70

2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ........... 71

3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap .................. 73

4. Keadaan Guru dan Siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap . 74

B. Proses Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulanagan

Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ................ 77

1. Perencanaan Internalisasi Pendidikan Akhlak di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap .................................................................. 77

xx

2. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap ........................................................................................ 77

3. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa .................................. 83

4. Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam penanggulangan Kenakalan

Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap .......................... 86

5. Hambatan dalam Internalisasi Pendidikan Akhlak Siswa di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ................................................... 100

6. Internalisasi Evaluasi Pendidikan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap .................................................................. 103

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

E. Simpulan ............................................................................................ 105

F. Saran .................................................................................................. 105

G. Penutup ............................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia telah dibekali kesadaran moral/perasaan

berakhlak sejak dilahirkan ke dunia sebagai fitrah (potensi) dengan kata lain

dapat dipahami bahwa kecenderungan untuk berakhlak baik merupakan

pembawaan setiap manusia sejak lahir, maka segala perbuatan yang

menyimpang dari sifat yang baik merupakan penyimpangan dan melawan

fitrahnya. Hanya saja pada tahap berikutnya fitrah tersebut berubah.

Berubahnya fitrah tersebut diantaranya dipengaruhi dengan

berkembangnya arus informasi yang sangat cepat sehingga turut

mempengaruhi kepribadian anak. Bebasnya informasi yang ditandai dengan

semakin canggihnya teknologi serta akses untuk menggunakannya yang sudah

tersedia dimana-mana membentuk pola pikir anak sesuai dengan apa yang

dilihatnya. Untuk itu peranan orang tua dan sekolah sangat dibutuhkan sebagai

filter.

Masalah krusial yang menghinggapi generasi muda sejak beberapa tahun

belakangan hingga hari ini selalu dirasakan berputar di titik yang sama, yaitu

masalah akhlak dan moral. Hampir setiap hari berita-berita mengenai tindakan

kriminal dan anarkisme selalu menjadi headline di berbagai media massa.

Jumlah kasus kejahatan di wilayah hukum Polres Cilacap pada tahun 2019 naik

dibanding tahun 2018. Di tahun 2018, kasus kejahatan yang ada adalah 345

kasus, sedangkan kasus kejahatan di tahun 2019 ada 412 kasus. "Ada kenaikan

kenaikan 16 persen atau 56 kasus,'' kata Kapolres AKBP Djoko Julianto dalam

jumpa pers akhir tahun yang digelar pada Senin (31/12) lalu di Mapolres

Cilacap.1 Meskipun sebenarnya akhlak dan moralitas tidak semata-mata

berhubungan dengan perilaku yang terlihat ataupun yang dapat diketahui dari

1 https://www.gatra.com/detail/news/376931-Waspada-Angka-Kriminalitas-di-Cilacap-

Naik-16-Persen-pada-2018. Diakses 03 Januari 2020

2

berita (misalnya berita-berita kriminal), akan tetapi lebih dalam dari sekadar

perilaku yang tampak tersebut. Namun tetap saja masalah moral merupakan

masalah yang sungguh sangat mencengangkan, karena membawa efek domino

yang amat buruk dalam berbagai aspek kehidupan. Data terakhir yang banyak

beredar tentang buruknya kelakuan para siswa seperti tawuran, penggunaan

obat terlarang, sampai kepada praktik pergaulan bebas, menunjukkan bahwa

bangsa ini sedang menghadapi masalah yang sangat serius dalam pendidikan

akhlak siswa.

Membahas dunia pendidikan saat ini, berarti kita memasuki persoalan

yang sangat rumit dan kompleks. Kita menyaksikan betapa dunia pendidikan

semakin banyak dihiasi berbagai praktik yang bertentangan dengan hakikat

pendidikan itu sendiri. Betapa anak-anak kita yang dahulu dikenal sebagai anak

budiman, kini senang tawuran, mudah terbakar amarahnya, dan kehilangan

sopan santun, baik di rumah, sekolah, maupun di tengah-tengah masyarakat.2

Menurut Rahardjo, bahwa tergerusnya dimensi-dimensi akhlak dan

kesantunan dalam diri remaja-remaja di Indonesia tidak lain karena factor

ketimpangan dalam dunia pendidikan, dimana pembinaan akhlak kurang

diperkatikan oleh penyelenggara pendidikan. Dalam hal ini Rahardjo menulis:

Tragedi ini (penyimpangan dan kenakalan remaja) tidak lain disebabkan

oleh penyelenggaraan pendidikan yang salah urus, program pendidikan

yang diselenggarakan oleh penyelenggara sekolah tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Pendidikan yang terjadi saat ini sesungguhnya

tidak lebih dari upaya transfer pengetahuan ketimbang upaya mendidik

anak dalam arti yang sesungguhnya.3 Bahkan lebih parah, pendidikan

lebih dilihat sebagai investasi yang dilakukan dibawah nilai-nilai

komersial yang cenderung mengukur keberhasilannya dari segi

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi tanpa dibarengi oleh sikap

mental yang berasas pada landasan spiritual, moral dan etika.4 Hal ini

bisa dilihat dengan jelas pada aktivitas belajar mengajar di kelas, dimana

guru lebih menekankan tercapainya materi ajar secara kuantitatif

2 M. Farid Nasution, Pendidikan Anak Bangsa (Bandung: Cita Pustaka, 2009), 11.

3 Mudjia Rahardjo, “Agama dan Moralitas : Reaktualisasi Pendidikan Agama di Masa

Transisi”, dalam Mudjia Rahardjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam : Pembacaan Realitas

Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, cet. 2 (Malang : UIN Malang Pres, 2006), 58-59. 4 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam : Isu-isu Kontemporer tentang

Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 162.

3

daripada menanamkan karakter dan nilai kepada anak sebagai kerangka

dan pedoman moral-spiritual untuk menatap masa depannya.

Padahal sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al -

Qardhawi bahwa di antara aspek pendidikan yang terpenting dan paling

signifikan untuk segera dibentuk dan ditanam di dalam diri setiap insan

Muslim adalah aspek kejiwaan atau akhlak. Hal ini tidak lain karena akhlak-lah

yang merupakan tonggak pertama untuk membawa perubahan yang lebih baik

terhadap masyarakat.5 Pembinaan akhlak siswa menjadi sesuatu yang

didambakan oleh setiap orang dalam proses pendidikan, Sebab akhlak memiliki

fungsi menjadikan perilaku manusia menjadi lebih beradab serta mampu

mengidentifikasi berbagai persoalan kehidupan, baik atau buruk menurut

norma yang berlaku. Oleh karena itu, perhatian terhadap akhlak menjadi salah

satu fokus utama diselenggarakannya pendidikan di Indonesia. Melalui

pendidikan akhlak, seseorang akan dapat mengetahui mana yang benar

kemudian dianggap baik, dan mana yang buruk. Sebab, Kehidupan ini tidak

akan bisa lari dari dinamika perubahan pribadi dan sosial. Oleh karena itu,

seiring berkembangnya zaman dan teknologi, pendidikan akhlak memiliki

posisi yang strategis dalam pengendalian perilaku manusia.

Orang tua, selaku stakeholder lembaga pendidikan memiliki keinginan

yang sama agar kelak anak-anaknya menjadi anak yang tidak hanya pintar

tetapi juga memiliki akhlak dan kepribadian yang luhur. Maka dari itu,

lembagalembaga pendidikan seperti halnya sekolah dan madrasah pada

hakikatnya bertujuan untuk membantu orang tua (stakeholder) dalam membina

dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, budi pekerti yang luhur, juga

diberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar

diberikan di rumah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah

adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan

lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.6 Oleh sebab itu, maka lembaga-

5 Yusuf Al- Qardhawy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna (Jakarta:

Bulan Bintang, 1980), 47. 6 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di

Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 75.

4

lembaga pendidikan seyogianya mampu mengakomodasi kepentingan tersebut

dengan menghadiri pola dan model pembinaan akhlak yang tepat kepada para

siswanya.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampung Laut merupakan satu-

satunya SMA di kecamatan Kampunglaut dengan jumlah siswa saat ini 210

anak, meliputi kelas X, XI, dan XII masing-masing tiga ruang kelas,

sedangkan jumlah guru dan pegawai tata usaha serta karyawan lainnya

berjumlah 23 orang. Semangat siswa untuk bersekolah memang patut disambut

positif. Mereka setiap hari menggunakan perahu untuk mencapai sekolah,

meskipun kondisi alam setempat yang berupa lautan tak bisa dipungkiri, harus

mereka tempuh setiap hari. Tuntutan capaian pendidikan untuk anak-anak

Kampung Laut dengan mereka yang bersekolah di kota-kota, sebagai hal yang

tidak bisa digeneralisasi secara gampang. Apalagi siswa dihadapkan dengan

berbagai macam problematika yang ada, mulai dari kondisi geografis,

ekonomi, dan kondisi masyarakat kampunglaut dengan mayoritas adalah anak

nelayan yang tidak terlalu mementingkan pendidikan. Sehingga terjadi

berbagai kenakalan siswa terutama dilingkungan sekolah. Seperti perkelahian

siswa, siswa membolos sekolah, merokok, dan kenakalan lainnya. Hal ini perlu

adanya internalisasi pendidikan akhlak dalam menanggulangi kenakalan siswa

tersebut.7

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama proses

prapenelitian, SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap telah melaksanakan

program pembinaan akhlak terhadap para siswanya sebagai langkah antisipasi

terhadap maraknya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar beberapa

waktu belakangan. Pembinaan akhlak dilakukan baik secara kurikuler maupun

melalui kegiatan-kegiatan non-kurikuler (ko-kurikuler dan ekstra kurikuler).8

Pembinaan akhlak menjadi sangat penting dalam usaha pencegahan efek

negatif dari perkembangan zaman. Perubahan dan tantangan di era globalisasi

7 Hasil wawancara dengan Bapak Muhtar (Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut) tanggal

20 Agustus 2019 8 Hasil wawancara dengan Bapak Muhtar (Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut) tanggal

27 Agustus 2019

5

merupakan suatu keharusan yang haris terjadi dan tidak dapat dihindari oleh

siapa pun di muka bumi ini. Hanya bagaimana menyikapinya, agar perubahan

itu dapat dimanfaatkan menjadi peluang. Memang tidak selalu bahwa

perubahan zaman berdampak pada munculnya efek negatif, oleh karena itu

pembinaan akhlak diperlukan supaya peserta didik dapat memilah dalam arti

memanfaatkan perubahan zaman, di era globalisasi yang semakin canggih saat

ini untuk tidak terjebak pada lubang perilaku negatif.

Internalisasi Pendidikan akhlak siswa yang dilakukan oleh pihak SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap tersebut merupakan suatu langkah positif yang

patut untuk diapresiasi. Untuk melihat secara lebih sistematis dan mendalam

perihal internalisasi pendidikan akhlak siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap maka dihadirkanlah penelitian dengan judul “Internalisasi Pendidikan

Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang internalisasi

pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan siswa di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap, yang mencakup perencanaan pendidikan akhlak,

pelaksanaan pendidikan akhlak dan evaluasi pendidikan akhlak

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah

terkait penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu; “Bagaimana Proses

Internalisasi Pendidikan Akhlak Dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa Di

Sma Negeri 1 Kampunglaut Cilacap?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan guna mendeskripsikan dan menganalisis

internalisasi pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan siswa di

SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

6

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritik

Memberikan kontribusi wacana dan menambah khasanah keilmuan

dalam bidang Agama Islam (PAI).

b. Manfaat secara Praktis

Dapat menjadi informasi dan referensi kepada masyarakat bahwa

terdapat internalisasi pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap yang dapat membantu penanggulangan kenakalan siswa menjadi

manusia yang seutuhnya sesuai tuntunan agama Islam yang berakhlaqul

karimah.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan rancangan laporan penelitian ini nanti dibagi ke

dalam tiga bagian besar yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Adapun format penyusunannya mengacu pada buku Panduan Penulisan Tesis

Pascasarjana yang diterbitkan oleh IAIN Purwokerto.

Pada bagian awal terdiri dari cover, pengesahan direktur, pengesahan tim

penguji, nota dinas pembimbing, pernyataan keaslian, abstrak, transliterasi,

moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, tabel, bagan, gambar, lampiran

dan daftar singkatan. Secara terperinci penulis paparkan dalam sistematika

berikut ini:

Bab pertama adalah pendahuluan. Pada bab ini berisi latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua yaitu landasan teori yang meliputi kajian Internalisasi,

Pendidikan Akhlak, Kenakalan Siswa, hasil penelitian yang relevan dan

kerangka berpikir.

Bab ketiga yaitu Metode Penelitian yang meliputi Paradigma dan

Pendekatan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Data dan Sumber Data,

Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Pemeriksaan Keabsahan

Data.

7

Bab keempat yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi Deskripsi

wilayah penelitian dan bagaimana Proses Internalisasi Pendidikan Akhlak

dalam Penanggulanagan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

Bab kelima adalah simpulan, implikasi dan saran. Pada bab ini berisi

simpulan, implikasi dan saran. Kemudian dibagian akhir, selain daftar pustaka,

SK pembimbing tesis dan riwayat hidup penulis adalah lampiran-lampiran

yang terkait dengan data serta dokumen-dokumen yang telah diperoleh dalam

penelitian.

8

BAB II

INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA

A. Internalisasi

Internalisasi yang akan dibahas pada bab ini meliputi segala hal yang

berkaitan dengan internalisasi antara lain pengertian internalisasi, tahap

internalisasi, prinsip internalisasi, dan pendekatan internalisasi. Adapun

penjabaran dari masing-masing aspek tersebut adalah:

1. Pengertian Internalisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disebut

KBBI), internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu nilai, sehingga

merupakan keyakinan dan kesadaran akan keberadaan nilai yang

diwujudkan dalam sikap dan perilaku.9

Sedangkan menurut Mulyasa, internalisasi merupakan upaya

menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri setiap

manusia.10

Sedangkan menurut Reber, sebagaimana dikutip Mulyasa

internalisasi dimaknai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau

penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada

diri seseorang.11

Definisi ini berimplikasi bahwa internalisasi harus berupa

sikap atau prilaku.

Selanjutnya, Chabib Thoha dalam bukunya Kapita Selekta

Pendidikan Islam menjelaskan bahwa internalisasi adalah suatu tindakan,

perilaku atau proses menanamkan suatu tipe kepercayaan yang berada

dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau

9 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 2002), hlm. 439. 10

E. Mulyasa, Manajamen Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda, 2012), hlm.

147. 11

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004),

hlm.21.

9

menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak

pantas dikerjakan.12

Menurut Sujatmiko pengertian internalisasi adalah proses

pembelajaran selama hidup di dunia, yang dilakukan oleh seseorang

kepada masyarakat atau kelompok-kelompok sosial. Pembelajaran tersebut

berupa penyerapan aturan di dalam masyarakat, nilai, dan norma hukum.

Menurut sujatmiko makna internalisasi menekankan pada belajar

sepanjang hayat, artinya bahwa selama sesorang hidup dan belajar dapat

dikatakan sebagai internalisasi. Internalisasi tidak terbatas pada waktu dan

tempat dimana sesorang berada.13

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi

adalah serangkaian upaya penanaman nilai melalui proses penghayatan

dan pendalaman sehingga membentuk sebuah keyakinan dan kesadaran

yang tertanam dalam diri manusia kemudian diwujudkan dalam bentuk

sikap dan perilaku.

2. Tahap-Tahap Internalisasi.

Dalam proses internalisasi, diperlukan beberapa langkah yang dilakukan.

Langkah-langkah tersebut menurut Muhaimin diantaranya adalah:14

a. Tahap Transformasi Nilai.

Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik

dalam menginformasikan nilai yang baik dan tidak baik. Dalam proses

ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik.

Lebih lengkap lagi, Jamal Ma‟mur Asmani menjelaskan tahapan

transformasi nilai merupakan tahap suatu tahap yang terjadi antara

kedua belah pihak dalam bentuk komunikasi verbal. Proses ini berupa

transfer atau pemindahan informasi dari orang satu ke orang yang

lainnya dalam bentuk hubungan sosial. Hal yang dipindah masih

12

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2000), hlm. 60. 13

https://dosenppkn.com/pengertian-internalisasi diakses pada tanggal 25 Oktober

2019. 14

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 153.

10

bersifat kognitif dan tidak dapat memaksakan penerima untuk

menerima informasi dengan baik. Contohnya adalah kegiatan belajar

mengajar disekolah. Di sekolah guru mengajarkan materi yang

seharusnya diajarkan keapada peserta didik. Namun guru tidak bisa

memaksa peserta didik untuk menerima materi yang diajarkan dengan

baik.15

b. Tahap Transaksi Nilai.

Setelah pendidik melakukan komunikasi verbal dengan peserta

didik, pada tahap ini pendidik melakukan dialog dua arah dengan

peserta didik sehingga terjadi komunikasi yang timbal balik. Pada

tahap ini kedua belah pihak saling bertukar pikiran mengenai suatu

topik dan memiliki pengaruh yang luas. Maka pada tahap ini keduanya

dituntut untuk aktif berkominukasi. Selain itu, pendidik mulai

memasukan nilai dalam hati dan pikirannya sehingga peserta didik

bersiap mengimplementasikan nilai dalam bentuk sikap dan perilaku.

Contohnya adalah orang tua yang memberikan pendidikan moral,

disini akan terjadi komunikasi dua arah antara orang tua dan anak.

Orang tua tidak hanya memberikan penjelasan tentang pendidikan

moral tetapi juga memberikan contoh agar dapat diterima.16

c. Tahap Transinternalisasi.

Tahap yang terakahir adalah transinternalisasi. Tahap ini

merupakan tahap yang lebih mendalam jika dibandingkan dengan dua

tahap sebelumnnya. Pada tahap ini internalisasi tidak hanya dilakukan

melalui komunikasi verbal saja tetapi juga contoh mental dan

kepribadian yang akan ditonjolkan. Inti dari internalisasi pada tahap ini

adalah komunikasi kepribadian.

Pada tahap ini, peserta didik sudah mulai membiasakan nilai

yang telah tertanam dalam hati dan pikiran. Tugas pendidik pada tahap

ini adalah memantau dan membiming peserta didik dalam

15

Jamal Ma‟mur Asmani, Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 13. 16

Jamal Ma‟mur Asmani, Panduan Internalisasi.....hlm. 14.

11

mengimplementasikan nilai yang telah diajarkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Contohnya adalah pengajaran unsur-unsur budaya.

Pengajaran ytentang unsur-unsur budaya tidak hanya diberkan dalam

bentuk penjelasan verbal saja. Namun disertai dengan praktik dan juga

kepribadian serta mental cinta tanah air dan budaya.17

Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh

tersebut dan bersedia bersikap mematuhi dan menjalankan pengaruh

tersebut sesuai dengan apa yang ia yakni dan sesuai dengan sistem

yang dianutnya.18

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa proses internalisasi

nilai dalam penelitian ini mengacu pada suatu proses yang dilalui oleh

para peserta didik secara bertahap ke arah pengakaran nilai pada

kepribadian mereka, sehingga nilai yang mereka terima telah menyatu

sebagai keyakinan dalam diri, yang senantiasa mengarahkan sikap dan

perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari.

3. Prinsip Internalisasi Nilai (Strategi Internalisasi Nilai).

Dalam internalisasi nilai kepada peserta didik demi terbentuknya

karakter maka perlu didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan karakter.

Prinsip pendidikan karakter tersebut antara lain:

a) Mempromosikan nilai dasar etika sebagai basis karakter;

b) Mengidentifikasi karakter secara komperhensif supaya mencangkup

pemikiran, perasaan dan perilaku;

c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter;

d) Menciptakan komunitas sekolah yang memilik kepedulian;

e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan;

f) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan

perilaku yang baik.

17

Jamal Ma‟mur Asmani, Panduan Internalisasi.....hlm. 15. 18

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam:Upaya Untuk Mengefektifkan

PendidikanAgma Islam Di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 301.

12

Prinsip-prinsip pendidikan karakter yang perlu dilakukan adalah

menggunakan metode dalam internalisasi nilai pembentuk karakter. Proses

pendidikan karakter yang diberikan dalam dunia pendidikan dapat

dilakukan dengan berbagai cara, namun perlu diingat bahwa pendidikan

kini telah berkolaborasi dengan kemajuan zaman, sehingga perlu dilakukan

dengan cara yang tepat.

4. Pendekatan Dalam Internalisasi

Proses internalisasi nilai dapat menggunakan berbagai alternative

pendekatan agar pendidikan karakter dapat dilakukan dengan baik dalam

praktiknya. Dalam pendidikan karakter ada beberapa pendekatan yang bisa

dilakukan yaitu dengan pendekatan dogmatis, deduktif, induktif, dan

reflektif.19

Dengan pendekatan dogmatis peserta didik diberikan nilai

kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya. Pendekatan

deduktif yaitu memberikan nilai baik dengan cara menguraikan konsep

tersebut agar dapat dipahami dan kemudian diterapkan dalam beberapa

kondisi. Sebaliknya dengan pendekatan induktif yang menyajikan nilai

dari keadaan tertentu dan kemudian dikaji dengan konsep yang ada.

Sementara itu pendekatan reflektif merupakan pendekatan gabungan antara

pendekatan deduktif dan induktif.

Hersh mengemukakan ada enam pendekatan yang banyak

digunakan, yaitu pendekatan pengembangan rasional, pertimbangan,

klarifikasi nilai, pengembangan moral kognitif, prilaku sosial, dan

penanaman nilai. Berikut ini penjelasan keenam pendekatan tersebut:20

a) Pendekatan pengembangan rasional, yaitu pendekatan yang difokuskan

untuk memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dan

pengembangannya dalam memahami dan membedakan berbagai nilai

19

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga

Pendidikan, hlm. 231. 20

Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: UNY

Press,

2009), hlm. 26-27.

13

berkaitan dengan perilaku yang baik-buruk dalam hidup dan sistem

kehidupan manusia.

b) Pendekatan pertimbangan nilai moral, yaitu pendekatan yang

difokuskan untuk mendorong peserta didik untuk membuat

pertimbangan moral dalam membuat keputusan yang terkait dengan

masalah-masalah moral, dari satu tingkat yang lebih rendah menuju

suatu tingkat yang lebih tinggi yang didasrkan pada berpikir kreatif.

c) Pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan yang difokuskan pada

salah satu usaha untuk membantu peserta didik dalam mengkaji

perasaan dan perbuatannya sendiri serta meningkatkan kesadaran

mereka tentang nilai mereka sendiri kemudian menentukan nilai yang

dipilihnya.

d) Pendekatan pengembangan moral kognitif, yaitu pendekatan yang

difokuskan untuk memberikan penekanan pada aspek kognitif dan

perkembangannya bagi peserta didik untuk menyadari, mengidentifikasi

nilai sendiri dan nilai orang lain supaya mampu berkomunikasi secara

terbuka dan jujur.

e) Pendekatan prilaku sosial, yaitu pendekatan yang difokuskan untuk

memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, mendorong

peserta didik untuk melihat diri mereka sendiri, dan mengambil bagian

dalam kehidupan bersama di masyarakat lingkungan mereka.

f) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu

pendekatan yang difokuskan untuk memberi penekanan pada

penanaman nilai sosial dalam diri peserta didik, diterimanya nilai

sosial tertentu oleh mereka, berubahnya nilai yang tidak sesuai dengan

nilai sosial yang diinginkan.21

Selain beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam proses

implementasi pendidikan nilai di atas, Koesoema A juga menyebutkan

bahwa terdapat lima metodologi yang dapat dilakukan dalam menanamkan

21

Maksudin, Pendidikan Nilai......hlm. 26-27.

14

nilai kepada peserta didik. Pertama adalah dengan cara mengajarkan.

Untuk dapat melakukan sesuatu yang baik, yang adil, yang bernilai, kita

harus terlebih dahulu mengetahui dengan jernih apa yang dimaksud

dengan kebaikan, keadilan, dan nilai.

Pendidikan karakter, yang oleh Koesoema disebut banyak

berurusan dengan penanaman nilai, mengandaikan pengetahuan teoritis

tentang konsep-konsep nilai tertentu. Kedua adalah keteladanan. Anak

lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Dalam konsep psikologi,

ini disebut dengan modelling. Oleh karenanya, secara tidak langsung,

pendidikan nilai merupakan tuntutan kepada pendidik untuk senantiasa

menjadi model yang tepat bagi peserta didik.

Ketiga adalah menentukan prioritas. Maksudnya adalah

menentukan nilai yang dianggap penting untuk diimplementasikan dalam

sebuah sekolah tertentu. Oleh karenanya, lembaga pendidikan harus

terlebih dahulu menentukan tuntutan standar atas ragam nilai yanga kan

ditawarkan.

Keempat adalah praksis prioritas, hal ini berkenaan dengan visi dan

misi lembaga pendidikan terkait yang ingin menanamkan nilai- nilai

tertentu kepada peserta didiknya. Dan kelima adalah refleksi, yaitu melihat

dengan sadar sejauh mana pendidikan nilai telah tercapai.

B. Hakikat Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab

yang merupakan bentuk jamak dari “khulq” yang mempunyai makna budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata ini bersumber dari kata

“khalaqa” yang berarti menciptakan, dan juga seakar dengan kata

“khaliq” yaitu pencipta, “makhluq” berarti yang diciptakan dan “khalq”

yang berarti penciptaan.22

22

Al-Rasyidin, Falsafah…, h. 67.

15

Sedangkan secara terminologi, defenisi akhlak banyak dijelaskan

para ulama dan ahli sebelumnya, di antaranya yang paling masyhur yaitu

defenisi yang dirumuskan oleh Al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh

Mahmud yaitu kata akhlak sering diidentikkan dengan kata al-khalqu

(kejadian). Al-khuluqu (akhlak atau tingkah laku) adalah dua perkataan

yang dipakai bersama-sama. Dikatakan seseorang yang baik (al-khalqu

dan al-khuluqu= baik kejadian dan akhlaknya), berarti ia baik lahir dan

batin. Akhlak (budi pekerti) menerangkan keadaan dalam jiwa yang

menetap di dalamnya. Dari dirinya muncul segala perbuatan dengan

mudah, tanpa memerlukan perkiraan dan penelitian sebelumnya. Inilah

hakikat akhlak. Akhlak yang baik dan terpuji menurut akal dan agama

(syariat), sedangkan akhlak yang buruk adalah yang buruk menurut akal

dan syariat.23

Senada dengan pendapat Al-Ghazali di atas, defenisi yang hampir

sama juga dikemukakan oleh Al-Rasyidin, dengan mengemukakan

beberapa kesimpulan: a) Akhlak adalah keadaan jiwa, b) Sifat-sifat atau

nilai itu berada, bahkan tertanam di dalam jiwa seseorang, dan karenanya

ia disebut hal li al-nafs, c) Sifat dan nilai-nilai itu dijadikan sebagai

rujukan dalam menilai baik atau buruknya suatu perilaku atau perbuatan,

d) Sifat dan nilai-nilai itu mendorong seseorang untuk melakukan atau

meninggalkan suatu perbuatan, dan e) Karena sifat dan nilai-nilai tersebut

telah tertanam di dalam jiwa, maka perbuatan yang ditampilkan seseorang

itu muncul tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan lagi.24

Demikian pula pendapat para ahli lainnya sebagaimana yang

dikutip oleh Yunahar Ilyas dapat dijelaskan sebagai berikut:25

a. Ibrahim Anis, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa

membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

23

Mahmud, Pemikiran…, h. 254-255. 24

Al-Rasyidin, Falsafah…, h. 68. 25

Ilyas, Kuliah…, h. 1-2.

16

b. Abdul Karim Zidan, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya

seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk

kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.

Dari berbagai pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak ialah segala

nilai-nilai maupun sifat-sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang

dengan nilai/sifat tersebut akan lahirlah perangai/tabiat/kelakuan/perbuatan

yang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dikatakan tanpa

pemikiran dan pertimbangan karena ia sudah tertanam dalam diri dan jiwa

si pelaku dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga perbuatan tersebut

bersifat spontan.

Selain itu harus dijelaskan pula bahwa budi itu merupakan sifat

jiwa yang tidak kelihatan. Adapun akhlak yang kelihatan itu ialah

„kelakuan‟ atau „muamalah‟. Kelakuan ialah gambaran dan bukti adanya

akhlak, maka bila kita melihat orang yang memberi dengan tetap di dalam

keadaan yang serupa, menunjukkan pada kita akan adanya akhlak

dermawan dalam jiwanya. Adapun perbuatan yang terjadi satu atau dua

kali tidak menunjukkan akhlak. Aristoteles menguatkan bentukan adat

kebiasaan yang baik yakni dalam membentuk akhlak yang tetap timbul

dari padanya perbuatan-perbuatan yang baik dengan terus menerus.

Sebagaimana pohon dikenal dengan buahnya demikian pula akhlak yang

baik diketahui dengan perbuatan yang baik yang timbul dengan teratur.26

Jadi selain ia bersifat spontan, akhlak haruslah apa yang diperlihatkan

secara kontinuitas (berlanjut) dan tidak berubah-ubah. Jika ia hanya

muncul sekali-sekali, maka bisa dipastikan itu bukanlah sifat yang

sebenarnya.

26

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, tt), 63.

17

Dalam Islam, terminologi akhlak al karimah seperti yang

dijelaskan oleh Al-Rasyidin setidaknya mencakup tiga hal yaitu:27

a. Nilai, norma, prosedur, atau aturan-aturan yang menata bagaimana

idealnya perilaku interaksi dan komunikasi antara individu dengan

dirinya sendiri,

b. Nilai, norma dan prosedur, atau aturan-aturan yang menata bagaimana

idealnya perilaku interaksi dan komunikasi antara individu dengan

individu dan makhluk lain ciptaan Allah Swt,

c. Nilai, norma, prosedur, dan aturan-aturan yang menata bagaimana

idealnya perilaku interaksi dan komunikasi antara individu dengan

Khaliknya yakni Allah Swt.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa

sederhananya akhlak itu mencakup tiga aspek, yaitu hubungan antara

manusia dengan dirinya sendiri, dengan lingkungannya (makhluk hidup

maupun benda mati), dan hubungan dengan Maha Pencipta Allah Swt.

sehingga jika disimpulkan seseorang dikatakan mempunyai akhlak yang

baik (al akhlak al karimah) haruslah memenuhi ketiga aspek tersebut.

2. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Berkenaan dengan tingkah laku manusia yang dapat kita perhatikan

dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya ada tiga istilah yang sering

digunakan dari berbagai sumber atau literatur, ketiga istilah yang

dimaksud adalah sebagai berikut: akhlak, etika dan moral. Secara umum

ketiga istilah ini memiliki kesamaan yang terutama bila dilihat dari sisi

objek kajiannya yaitu sama-sama membahas tentang yang berkaitan

dengan tingkah laku atau tabiat. Akan tetapi ketiga istilah tersebut juga

memiliki perbedaan.28

27

Al-Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan; Dari Filsafat Hingga Praktik

Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), 148. 28

Lahmuddin Lubis dan Elfiah Muchtar, Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam,

cet. 2 (Bandung, Ciptapustaka Media Perintis, 2009), 147.

18

Akhlak sering dikaitkan dengan etika dan moral. Etika dan moral

berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama kebiasaan. Kata

akhlak lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai

dalam bahasa Indonesia, sebab akhlak meliputi segi -segi kejiwaan dari

tingkah laku lahiriah dan batiniyah seseorang.29

Akhlak merupakan sikap

yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam

tingkah laku dan perbuatan.

Adapun kata etika menurut Afriantoni, ia mengungkapkan bahwa:

“Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam

bentuk tunggal mempunyai banyak arti, tempat tinggal yang biasa, padang

rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara

berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adat kebiasaan”.30

Sementara kata etika berdasarkan terminologi didapatkan beberapa

istilah, di dalam New Masters Pictorial Encyclopaedia dikatakan: “Ethics

is the science of moral philosophy concerned not with fact, but with

values; not with characterof, but the ideal ofhuman conduct”.31

(Etika

adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenal fakta, tetapi tentang

nilai-nilai, tidak mengenal sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya).

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan

tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).32

Etika adalah sebuah refleksi

kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan

terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi

maupun sebagai kelompok.33

Ya‟qub menyimpulkan bahwa: “etika ialah

ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan

29

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al- Islam 2: Muamalah dan Akhlak

(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 73. 30

Afriantoni, “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut

Bediuzzaman Said Nursi” (Tesis, Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2007), 36. 31

Ibid. 32

Pusat Bahasa, Kamus, 309. 33

Burhanuddin Salam, Etika Sosial, cet. 1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 1

19

memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh

akal fikiran”.34

Dalam kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa: “etika

adalah ilmu yang membahas atau menyelidiki nilai dalam tindakan moral,

pengkajian soal keakhlakan dan moralitas”.35

Di dalam kamus

Ensiklopedia Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang

nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Sedangkan dalam kamus istilah

pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat

yang mengajarkan keluhuran budi. Secara etimologi kedua istilah akhlak

dan etika mempunyai kesamaan makna yaitu kebiasaan dengan baik dan

buruk sebagai nilai kontrol.36

Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari

mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral

diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah

sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia, yang

baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima umum,

meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.37

Moral itu baik dan

buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

dan sebagainya.38

Dari pemaparan di atas diperoleh beberapa titik temu bahwa antara

akhlak, etika dan moral memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya

adalah dalam menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dilihat dari baik

dan buruk, sementara perbedaannya terletak pada tolak ukurnya. Akhlak

menilai dari ukuran ajaran Alquran dan Al-Hadis, etika berkaca pada akal

fikiran dan moral dengan ukuran adab kebiasaan yang umum di

masyarakat. Maka dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwa akhlak

34

Asmaran, Pengantar, h. 7 35

Barry dan Yaqob, Kamus Induk Istilah Ilmiyah Seri Intelektual (Surabaya: Target

Press, 2003), 194 36

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 6. 37

Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 208. 38

Pusat Bahasa, Kamus, 755.

20

yang dimaksud adalah pengetahuan menyangkut perilaku lahir dan batin

manusia.

3. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Akhak

Kata pendidikan merupakan kata dasar didik yang mendapat

awalan pe dan akhiran kan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

didik bermakna memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan,

pimpinan), mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Syafaruddin menegaskan bahwa yang dimaksud dengan

pendidikan ialah “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan”.39

Dalam khasanah Islam kata pendidikan sering dikaitkan dengan

kata tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib. Ketiga terma tersebut pada intinya

mempunyai kesamaan makna dengan pendidikan yaitu sama-sama

bertujuan untuk membina manusia menjadi individu dan kelompok yang

memiliki tanggung jawab dalam melakukan setiap aktivitas hidupnya

sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya baik terhadap manusia

maupun lingkungannya.40

Lebih lanjut Syafaruddin41

menjelaskan bahwa berdasarkan

informasi yang terdapat dalam Al-quran, kita mengetahui bahwa kata

ta‟lim42

pada dasarnya mengacu kepada adanya sesuatu berupa

pengetahuan yang diberikan kepada seseorang, yang bersifat intelektual.

Sedangkan kata tarbiyah lebih mengacu kepada bimbingan, pemeliharaan,

arahan, penjagaan, dan sifatnya berupa pembentukan kepribadian. Dan

39

Syafaruddin, dkk, Ilmu Pendidikan Islam; Melejitkan Potensi Budaya Islam, Jakarta:

Hijri Pustaka Utama, 2009), h. 26. . 40

Ibid., h. 28. 41

Ibid., h. 27. 42

Lihat QS. Al-Baqarah/2:60, QS. Hud/11:79

21

kata ta‟dib43

yang berasal dari kata adab memiliki dimensi kebaikan

material dan spiritual manusia.

Berdasarkan pemaparan tentang makna akhlak dan pendidikan di

atas, maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan akhlak adalah sebuah usaha/proses yang dilakukan

melalui pengajaran yang bertujuan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang mempunyai akhlak yang baik, baik kepada

penciptanya (Allah Swt.), diri sendiri, sesama manusia maupun

lingkungannya.

Ibn Miskawaih, seperti yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian

Andayani, mendefenisikan pendidikan akhlak sebagai upaya ke arah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya

perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang.44

Berikut

lengkapnya :“Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan

timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara

mendalam”.

Sejalan dengan itu Syafaruddin juga menjelaskan bahwa akhlak

merupakan pondasi yang utama dalam pembentukan kepribadian manusia

yang seutuhnya dan merupakan hal pertama yang harus dilakukan sebab

akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan. Dalam

hal ini pendidikan akhlak ialah pendidikan mengenai dasar-dasar moral

dan keutamaan perangai, tabiat, yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan oleh anak sejak masa kanak-kanak hingga ia menjadi seorang

mukallaf.45

Dari sini maka dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak mestilah

bermuara pada terbentuknya akhlak atau karakter positif dalam perilaku

anak didik yang tak lain merupakan manifestasi dari sifat-sifat Allah Swt.

43

Salah satu hadis yang menerangkan tentang ta‟dib adalah hadis Rasulullah Saw.:

Tuhanku yang mendidik ku, maka Dia yang membaguskan akhlakku” dan dalam redaksi yang lain

berbunyi :”Addabani Rabbi, fa Ahsana ta‟dibi” (Tuhanku mendidikku, maka sungguh baik hasil

pendidikanku)‟. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 10, 21. 44

Majid dan Andayani, Pendidikan…, 10. . 45

Syafaruddin, dkk, Ilmu…, 67

22

dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terbentuknya akhlak tersebut dapat

diperoleh melalui proses pendidikan akhlak yang baik sejak dini.

Sebagai proses pendidikan, maka terdapat faktor-faktor atau

perkara yang dapat menguatkan pendidikan akhlak, di antaranya dijelaskan

berikut ini:

a. Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat

mendidik akhlak ialah berkawan dengan orang yang terpilih, karena

manusia itu suka mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya

dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan

berperangai dengan akhlak mereka. Seorang ahli filsafat menyatakan:

“Kabarilah saya siapa kawanmu, saya beri kabar kepadamu siapa

engkau”. Maka berkawan dengan orang yang berani dapat

memberikan ruh keberanian pada jiwanya orang penakut, dan banyak

dari orang pandai pikirannya sebab cocok memilih kawan atau

beberapa kawan yang mempengaruhi mereka dengan pengaruh yang

baik dan membangunkan kekuatan jiwa mereka yang dahulu lemah.

b. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang

berpikiran luar biasa. Sungguh perjalanan hidup mereka tergambar di

hadapan pembaca dan memberi semangat untuk mencontoh dan

mengambil tauladan dari mereka. Sesuatu bangsa tidak sepi dari

pahlawan yang kalau dibaca sejarahnya tentu akan menimbulkan ruh

yang baharu yang dapat menggerakkan jiwa untuk mendatangkan

perbuatan yang besar karena membaca hikayatnya orang besar atau

kejadian orang besar yang diceritakan.

Langkah-langkah edukatif dalam menanamkan akhlak yang baik pada

peserta didik dapat ditempuh berikut ini, seperti yang dirumuskan oleh Al-

Rasyidin:46

a. Menggali dan merumuskan kembali secara eksplisit prinsip-prinsip

dan ajaran Islam tentang akhlak al-karimah yang bersumber pada

kandungan pokok Al-quran dan Sunah. Setidaknya ada tiga nilai yang

46

Al-Rasyidin, Percikan…, h. 102-104.

23

harus kita rumuskan yaitu: pertama tata nilai personal yakni akhlak

yang mengatur bagaimana idealnya seorang muslim berkomunikasi

dan berinteraksi dengan dirinya sendiri, kedua tata nilai kelompok

atau sosial yakni akhlak yang menata atau mengatur bagaimana

idealnya interaksi dan komunikasi antara individu muslim dengan

lingkungan dan komunitas di luar dirinya, ketiga tata nilai „ubudiyah

yakni akhlak yang menata dan mengatur bagaimana idealnya

komunikasi dan interaksi antara individu muslim dengan Khaliqnya.

b. Merubah kebiasaan mendidik yang terlalu menekankan aspek ingatan

dan hafalan melainkan harus diimbangi dengan interaksi edukasi yang

berpegang pada prinsip-prinsip ilmiah ilmu pendidikan, persahabatan,

kemitraan, dialog kreatif dan keteladanan.

c. Merubah kesan dan pandangan sebagian pendidik yang beranggapan

bahwa tugas dan tanggung jawab kependidikan hanyalah terbatas pada

ruang kelas semata.

Adapun aspek-aspek perilaku akhlak al-karimah yang sejak dini sudah

harus dididikkan orang tua dalam diri anak antara lain:

a. Anak dididik dan dibiasakan mengambil atau memberi sesuatu, makan

dan minum dengan tangan kanan.

b. Dididik dan dibiasakan membaca basmalah sebelum makan dan

hamdalah sesudahnya

c. Dididik dan dibiasakan mengucapkan kata-kata terima kasih jika

menerima bantuan dan mendapatkan sesuatu kebaikan

d. Dididik dan dibiasakan bertutur kata dengan sikap dan bahasa yang

baik, benar, jujur, lemah lembut, dan sopan kepada semua orang

e. Dididik dan dibiasakan menutup aurat

f. Dididik dan dibiasakan membersihkan diri dan seluruh bagian

tubuhnya

g. Dididik dan dibiasakan menutup mulut jika menguap atau bersin dan

dilarang buang angin di depan umum

24

h. Dididik dan dibiasakan mengucapkan salam ketika keluar-masuk

rumah dan bertemu orang lain

i. Dididik dan dibiasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan

j. Dididik dan dibiasakan memanggil orang lain sesuai dengan tutur dan

kedudukannya

k. Dididik dan dibiasakan mendahulukan orang lain dalam hal makanan

dan permainan yang disenangi

l. Dididik dan dibiasakan menyayangi saudara, sanak keluarga dan jiran

tetangga

m. Dididik dan dibiasakan mematuhi perintah orang tua dan orang yang

lebih tua dalam hal kebaikan

n. Dididik dan dibiasakan untuk hidup sederhana dalam hal segala hal

dan keadaan47

Hukum akhlak itu tergantung kepada pengertian kita tentang niat

yang melakukan perbuatan, maka kita tidak dapat memberi hukum baik

atau buruk kecuali mengenai diri kita sendiri atau mengenai orang yang

kita ketahui niat perbuatannya dengan memberi tahu atau dengan tanda-

tanda yang menunjukkan maksudnya. Apabila kita lihat seorang

melakukan suatu perbuatan, maka jangan tergesa-gesa memberi hukum

atas perbuatannya tetapi harus kita teliti sehingga mengetahui niat yang

melakukannya. Ada juga beberapa kata-kata yang diletakkan untuk

menunujukkan buah atau akibat perbuatan seperti kata bermanfaat atau

merugikan. Kita dapat memberi hukum atas beberapa perbuatan bahwa ia

bermanfaat atau merugikan karena dilihat dari buah dan akibatnya bukan

karena niatnya, dan adanya sesuatu bermanfaat atau merugikan bukan

berarti baik atau buruk. Maka memberi hukum dengan manfaat dan rugi

bukan hukum akhlak karena ia mengikuti buah dan akibat perbuatan.

Adapun hukum akhlak ialah memberi hukum bahwa ia baik atau buruk

karena melihat kepada niatnya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

47

Al-Rasyidin, Percikan…, h. 149-150.

25

Pendidikan akhlak mempunyai kemiripan dengan pendidikan adab.

Al-Attas seperti yang dijelaskan oleh Al-Rasyidin48

mendefenisikan adab

sebagai pendidikan. Kata adab dengan berbagai bentuk derivasinya, sering

digunakan Rasulullah Saw. untuk menyebutkan aktivitas mendidik. Maka

pendidikan menurut Al-Attas pada dasarnya adalah penyemaian dan

penanaman adab dalam diri seseorang. Menurut beliau, kandungan ta‟dib

adalah akhlak. Juga sejalan dengan pendapat al-Zubaidi yang menyatakan

bahwa kata adab dalam bahasa Arab bermakna husn al-akhlaq wa fil al-

makarim yang berarti budi pekerti yang baik dan perilaku yang terpuji

atau riyadlah al-nafs mahasin al-akhlaq yaitu melatih/mendidik jiwa dan

memperbaiki akhlak.

4. Dasar Pendidikan Akhlak

Al-quran sebagai kitab petunjuk bagi umat Islam banyak

membahas tentang akhlak ini, terutama tentang keutamaan orang-orang

yang mempunyai akhlak yang luhur. Dijelaskan bahwa tujuan dari ajaran

Islam yang mulia adalah terbentuknya pribadi yang Islami. Salah satu

indikator dari kepribadian Islami ialah akhlak yang baik. Sehingga

seseorang tidak sempurna imannya sebelum baik akhlaknya. Dengan kata

lain, akhlak ialah pembuktian dari baiknya keimanan dan keIslaman

seseorang. Salah satu kata akhlak yang mengacu kepada pengertian budi

pekerti adalah berikut ini seperti Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-

Qalam/68:4 berikut ini:

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung”49

Selain itu isyarat tentang pentingnya pendidikan akhlak ini juga

dapat dilihat berdasarkan firman Allah Swt. QS. Ali-Imran/3:104 berikut

ini:

48

Ibid., h. 115 49

Departemen Agama, Al-quran…, h. 565.

26

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”50

Dijelaskan pada ayat di atas bahwa haruslah ada segolongan umat

(orang-orang tertentu) yang mengajak kepada kebajikan dan mencegah

dari perbuatan mungkar. Penulis berasumsi bahwa salah satu cara untuk

mewujudkan perintah tersebut ialah melalui pendidikan akhlak.

Pendidikan akhlak di sini maksudnya ialah pendidikan dan pengajaran

yang disampaikan oleh guru-guru di sekolah, di mana sekolah bertanggung

jawab atas pembentukan nilai-nilai kebaikan peserta didiknya. Melalui

pendidikan akhlak tersebut diharapkan akan sesuai dengan kalimat akhir

pada ayat di atas, yakni menjadi orang-orang yang beruntung.

Sabda Rasulullah Muhammad Saw. juga banyak menjelaskan

tentang perkara akhlak ini, dan yang paling penting untuk ditegaskan ialah

bahwa misi utama diutusnya Rasulullah Muhammad Saw.-di samping misi

penting lainnya- ialah untuk memperbaiki akhlak masyarakat di masa itu

yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan (jahiliyah). Sabda

Rasulullah Muhammad Saw.:

“Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata:

Menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad bin „Ijlan dari Qo‟qo

bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairah berkata Rasulullah

Saw. bersabda: „Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia”51

Sebagai ajaran yang sempurna, Islam tidak hanya memberikan

perintah semata. Melainkan ada tuntunan atau petunjuk yang harus

dipatuhi dalam menjalankan perintah tersebut. Misalnya perintah

melaksanakan salat, maka untuk melaksanakannya dapat dipahami

berdasarkan petunjuk Rasulullallah Saw. dan sesuai yang dicontohkan

beliau. Demikian pula dengan pendidikan akhlak, kemana harus

50

Ibid., h. 64. 51

Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Juz II, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, t.t), h.

504.

27

berpedoman agar mampu mewujudkan sesuai dengan yang diperintahkan

oleh Allah Swt.? Al-quran juga telah memberikan jawabannya. Dalam

salah satu ayat dijelaskan bahwa yang menjadi teladan setiap manusia

adalah Rasul Saw. keteladanan tersebut mencakup seluruh aspek

kehidupan manusia, baik masalah duniawi terlebih lagi permasalahan

akhirat. Demikian pula bagi seorang pendidik, keteladanan harus menjadi

modal utama agar peserta didik mudah menerima apa saja yang diajarkan

oleh gurunya. Firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Ahzab/33: 21

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut

Allah”.52

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa

kata uswah pada ayat di atas berarti teladan. Mengutip pendapat pakar

tafsir, Al-Zamakhsyari, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud

keteladanan yang terdapat pada diri Rasul, pertama, dalam arti kepribadian

beliau secara totalitasnya adalah teladan, kedua, terdapat dalam

kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih

kuat dan merupakan pendapat kebanyakan ulama. Kata fi dalam kalimat fi

rasulillahi berfungsi „mengangkat‟ dari diri Rasul Saw satu sifat yang

hendaknya diteladani, tetapi ternyata yang diangkat adalah Rasul Saw.

sendiri dengan seluruh totalitas beliau.53

Selain Al-quran dan Hadis, yang melandasi pentingnya pendidikan

akhlak diberikan kepada anak adalah etika/moral yang berlaku di

masyarakat. Sebagai bangsa negara yang beradat ketimuran, yang masih

menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan di masyarakat, seperti menghormati

sesama manusia khususnya yang lebih tua, berlaku sopan santun, dan

sebagainya, menuntut diadakannya pendidikan akhlak. Karena manusia

yang tidak mempunyai budi pekerti yang baik akan dikucilkan oleh

masyarakat.

52

Departemen Agama, Al-quran…, h. 421. 53

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Vol. 10, (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 439

28

Secara Psikologi keberhasilan perkembangan moral bagi seseorang

dapat dilihat dari indikator dimilikinya emosi dan perilaku yang

mencerminkan kepedulian akan orang lain. Mendidik anak guna menjadi

manusia bermoral, menurut seorang ahli perkembangan moral anak-anak

dan remaja, William Damon seperti yang dikutip oleh Nurhayani

menyatakan bahwa anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional

dan sosial sebagai berikut:

a. Mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan

yang buruk dan mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang

konsisten dengan sesuatu yang dianggap „baik‟.

b. Mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa bertanggung jawab

atas kesejahteraan dan hak-hak orang lain.

c. Harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, rasa bersalah,

marah, takut dan rendah bila melanggar aturan moral.54

Prinsip akhlak Islami termanifestasi dalam aspek kehidupan yang

diwarnai keseimbangan realis, efektif, efesien, azas manfaat, disiplin,

terencana, serta memiliki dasar analisis yang cermat. Menurut Mubarok,

seperti yang dikutip oleh Majid dan Andayani55

bahwa kualitas akhlak

seseorang dinilai dari tiga indikator: Pertama, konsistensi antara yang

dikatakan dengan yang dilakukan, dengan kata lain adanya kesesuaian

antara perkataan dengan perbuatan. Kedua, konsistensi orientasi, yakni

adanya kesesuaian antara pandangan dalam satu hal dengan pandangannya

dalam bidang yang lain. Ketiga, konsistensi pola hidup sederhana. Dalam

tasawuf, sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,

hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap

kebajikan pada hakikatnya adalah cerminan dari akhlak yang mulia.

54

Tarbiyah, Jurnal Pendidikan dan KeIslaman vol. XVI No. 2 Juli-Desember 2009,

Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan, h. 153. 55

Majid dan Andayani, Pendidikan…, h. 60

29

5. Tujuan Pendidikan Akhlak

Marimba menjelaskan seperti yang dikutip oleh Mujib56

bahwa

tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan

usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai

tujuan-tujuan lain. Selain itu tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha,

agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang

terpenting lagi ialah dapat memberikan penilaian atau evaluasi pada usaha-

usaha pendidikan.

Lebih lanjut dijelaskan, dengan demikian perumusan tujuan

pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang

meliputi beberapa aspeknya, seperti: Pertama, tujuan dan tugas hidup

manusia. Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia yaitu

konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa

potensi bawaan, seperti fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter, yang

berkecenderungan pada al-hanif (rindu akan kebenaran Tuhan) berupa

agama Islam sebatas kemampuan, kapasitas dan ukuran yang ada. Ketiga,

tuntuan masyarakat, baik berupa pelestarian nilai-nilai kebudayaan yang

telah melembaga dalam kehidupan masyarakat, maupun pemenuhan

terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi

perkembnagan manusia modern. Keempat, dimensi-dimensi kehidupan

ideal Islam, yaitu mampu memadukan antara kepentingan duniawi dan

ukhrawi. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup

ini menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari

berbagai gejolak kehidupan yang menggoda ketentraman dan ketenangan

hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomi

maupun ideologis dalam hidup pribadi manusia.57

Maka dari itu tujuan pendidikan dalam Islam haruslah mempunyai

prinsip tertentu yang berguna untuk menghantarkan tercapainya tujuan

pendidikan, seperti:

56

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2010),

h. 71. 57

Mujib dan Mudzakkir, Ilmu..., h. 71-73.

30

a. Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip yang memandang keseluruhan

aspek agama (akidah, ibadah, dan akhlak, serta muamalah), manusia

(jasmani, rohani, dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya,

serta adanya wujud jagat raya dan hidup.

b. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah)

antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan

individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan

silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha

mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.

c. Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran

dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb,

akal, dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga

terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.

d. Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang di dalamnya terdapat ketiadaan

pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga

antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.

e. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan

tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak

berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang praktis dan realistis, yang

sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, dan

sosiokultural yang ada.

f. Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri

manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniyah dan nafsaniyah, serta

perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, konsep,

pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai

dinamisasi kesempurnaan pendidikan (QS. Ar-Ra‟d: 11).

g. Prinsip menjaga perbedaaan-perbedaan individu. Prinsip yang

memerhatikan perbedaan peserta didik, baik ciri-ciri, kebutuhan,

kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal,

emosi, sosial dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi

bahwa semua individu „tidak sama‟ dengan yang lain.

31

h. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang

terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu

diaksanakan.58

Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat

diklasifikasikan kepada tiga orientasi utama, yaitu:

a. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu

pengetahuan itu saja. Dalam konteks ini, Al-Ghazali mengatakan bila

seseorang mengadakan penyelidikan terhadap ilmu pengetahuan,

maka ia akan melihat kelezatan padanya. Oleh karena itu ilmu itu

dicari karena ilmu pengetahuan itu sendiri.

b. Tujuan pendidikan dan pembelajaran adalah untuk pembentukan

akhlak yang mulia. Al-Ghazali menyatakan bahwa belajar itu

termasuk jenis ibadah, karena tujuannya untuk mendekatkan diri

kepada Allah Swt. Karena itu pula, belajar harus dilakukan dengan

jiwa yang bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dan sifat-sifat

tercela.

c. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

Dalam hal ini, Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu itu dicari karena

zatnya, dan kamu menjumpai ilmu itu sebagai perantara ke

perkampungan akhirat dan kebahagiaannya serta jalan mendekatkan

diri kepada Allah, dan tidaklah sampai kepadanya kecuali dengan

ilmu.59

Omar Muhammad Al Thoumy Al-Syaibani, menyatakan bahwa

tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua

kampung (dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan

menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi

masyarakat.60

58

Mujib dan Mudzakkir, Ilmu…, h. 73-74. 59

Al-Rasyidin dan Wahyudin Nur, Teori…, h. 75. 60

Oemar Al-Taomy Al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 346.

32

Sementara itu Mahmud Yunus merumuskan bahwa yang menjadi

tujuan dari pendidikan akhlak yaitu membentuk putra-putri yang berakhlak

mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan

santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam sagala

perbuatannya, suci murni hatinya.

Demikian pula dalam landasan hukum Negara kita yakni Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3

:”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Khatib Ahmad Santhut61

dalam

kitabnya Daur Al-Bait Fi Tarbiyah Ath-Thif Al-Muslim menjelaskan

bahwa secara spesifik tujuan pendidikan akhlak dapat dirumuskan sebagai

berikut ini:

a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat

kebiasaan yang baik.

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri

berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah.

c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan

menderita dan sabar.

d. Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat dan dapat membantu

mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan orang lain,

suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang

lain.

e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul

dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

61

Khatib Ahmad Santhut, Daur Al-Bait Fi Tarbiyah Ath-Thif Al-Muslim, Terj. Ibnu

Burdah, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim,

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), h. 85-95.

33

f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan

bermuamalah yang baik.

Sejalan dengan pemaparan di atas, Al-Rasyidin62

juga menjelaskan

bahwa yang menjadi tujuan dari pendidikan akhlak ialah:

a. Memelihara diri peserta didik agar sepanjang hidupnya tetap berada

dalam fitrah-nya, baik arti dalam suci dan bersih dari dosa dan

maksiat, maupun dalam arti bersyahadah atau bertauhid kepada Allah

Swt.

b. Menanamkan prinsip-prinsip, kaedah-kaedah, atau norma-norma

tentang baik-buruk atau terpuji-tercela ke dalam diri dan kepribadian

peserta didik agar mereka berkemampuan memilih untuk

menampilkan perilaku yang baik atau terpuji dan menghindari atau

meninggalkan semua perilaku buruk atau tercela dalam kehidupannya.

6. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Zainuddin dalam al-Islam63

menjelaskan bahwa secara umum

pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu akhlak

mulia (akhlak mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah).

Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-

hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan

sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan

pembagian akhlak berdasarkan obyeknya dibedakan menjadi dua yaitu:

yaitu akhlak kepada sang Khaliq dan akhlak kepada makhluq. Menurut

Marzuki, bahwa kajian atau ruang lingkup akhlak adalah tingkah laku

manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik

(mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah

tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam

melakukan ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya, yakni dalam

bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar manusia,

62

Al-Rasyidin, Falsafah…, h. 75. 63

Zainuddin, al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak) (Bandung: Pustaka Setia. 1999), h. 77-

78

34

dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan

tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda-benda

mati yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan

akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada Khaliq (Allah Sang

Pencipta) dan akhlak kepada makhluq (ciptaanNya).64

Sedangkan Achmadi, ruang lingkup pembinaan akhlak, terdiri dari

empat hal, yaitu:65

a. Akhlak terhadap Allah Swt

Akhlak kepada Allah swt. dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada

Tuhan yang Khaliq. Sekarang-kurangnya ada empat alasan mengapa

manusia perlu berakhlak kepada Allah Swt:

1) Allah-lah yang telah menciptakan manusia dari air yang

ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang

rusuk.

2) Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indra,

berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari.

Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada

manusia.

3) Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana

yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang

dan ternak, dan lain sebagainya.

4) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya

kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan.

64

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika

Dalam Islam) (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), h. 9. 65

Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), h

83.

35

b. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia, antara lain meliputi akhlak terhadap

Rasulullah Saw, orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga, dan

masyarakat.

1) Akhlak terhadap Rasulullah Saw. Taat dan cinta kepadanya,

mentaatinya berarti melaksanakan segala perintahnya dan

menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan dalam Hadits

beliau yang berwujud ucapan, perbuatan, dan penetapannya.

2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu). Wajib bagi umat Islam

untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti,

mentaati perintahnya, dan berbuat baik kepada keluarganya.

3) Akhlak terhadap guru. Menghormatinya, berlaku sopan di

hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di

hadapannya ataupun di belakangnya, karena guru adalah spiritual

father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu yang memberi

santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan

membenarkannya.

4) Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat. Terwujud dalam

bentuk saling tolong menolong, saling menghormati,

persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan,

dan berlaku adil.

c. Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun

benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan

Alquran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai

khalifah. Binatang, tumbuhan, dan bendabenda tidak bernyawa

semuanya diciptakan oleh Allah Swt, dan menjadi milik- Nya, serta

semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini

mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah

36

makhluk Allah Swt yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan

baik.

d. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Yaitu sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani maupun

rohani. Manusia harus adil dalam memperlakukan dirinya dan jangan

pernah memaksa dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau

bahkan membahayakan jiwa. Ada beberapa bentuk akhlak terhadap diri

sendiri, yaitu:

1) Berakhlak terhadap jasmani, yakni menjaga kebersihan dirinya,

menjaga makan minumnya, tidak mengabaikan latihan jasmaninya,

dan menjaga penampilan yang seimbang.

2) Berakhlak terhadap akalnya, yakni memenuhi akalnya dengan ilmu

dan penguasaan ilmu.

3) Berakhlak terhadap jiwa, pembersihan jiwa di antaranya: bertaubat,

bermuraqabah, bermuhasabah, bermujahadah, memperbanyak

ibadah, dan menghadiri lembaga-lembaga ilmu.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa mengkaji

dan mendalami konsep dan ruang lingkup pembinaan akhlak

merupakan sarana yang dapat mengantarkan manusia untuk dapat

mengamalkan akhlak mulia seperti yang dipesankan oleh Allah swt. dan

Rasulullah saw. Pemahaman yang jelas tentang konsep dan ruang

lingkup akhlak, akan memiliki pijakan dan pedoman untuk

mengarahkan tingkah laku manusia dalam kehidupannya sehari-hari,

sehingga dapat dipahami apakah yang manusia lakukan benar atau

tidak, termasuk akhlak mahmudah (mulia) atau akhlak madzmumah

(tercela).

37

7. Metode Pendidikan Akhlak

Secara etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti

melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Jadi

metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.66

Secara terminologis, metode adalah jalan yang ditempuh oleh

seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau

perniagaan maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya.67

Imam Barnadib, “metode adalah sarana menemukan, menguji dan

menyusun data bagi pengembangan metode itu sendiri, dengan

menggunakan eksperimen sebagai metode utama mengadakan pembuktian

dengan alat pengalaman indra”.68

Sedangkan menurut Langgulung sebagaimana dikutip oleh

Abuddin Nata mengatakan bahwa metode sebenamya berarti jalan untuk

mencapai tujuan. Jalan untuk mecapai tujuan itu bermakna ditempatkan

pada posisisnya sebagai cara untuk menemukan, menguji dan menyusun

data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya

sesuatu pemikiran. Dengan pemikiran yang terakhir ini, metode lebih

memperlibatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu

gagasan sehingga mengembangkan sesuatu teori atau temuan. Dengan

serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.69

Dari pendekatan

kebahasan tersebut nampaknya bahwa metode lebih menunjukan kepada

jalan dalam arti jalan yang bersifat non fisik, yakni jalan dalam bentuk ide-

ide yang mengacu kepada cara yang mengantar seseorang untuk sampai

pada tujuan yang ditentukan. Namun demikian, secara terminologi atau

istilah kata metode bisa membawa kita kepada pengertian yang bermacam-

macam sesuai dengan konteksnya.

66

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). 61. 67

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat

Pers, 2002), 87. 68

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem Dan Metode (Yogyakarta: IKIP-FIP,

1985), 88. 69

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1 (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), 91.

38

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode merupakan

cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar

tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan. Pembinaan akhlak bagi anak dalam agama Islam

sebenarnya telah terintegrasi dengan pelaksanaan rukun Iman dan rukun

Islam. Sebagaimana yang diungkapkan al-Ghazali bahwa dalam rukun

Islam terkandung konsep pendidikan akhlak, dalam salat yang dilakukan

dengan khusyuk, dapat menciptakan manusia tercegah dari perbuatan keji

dan mungkar, ibadah puasa mendidik menjadi manusia yang mempunyai

kepekaan terhadap penderitaan fakir miskin, menegakkan kedisiplinan,

ibadah zakat mendidik menjadi manusia yang dermawan, demikian juga

ibadah haji salah satu nilai yang terkandung pendidikan bahwa manusia

memiliki persamaan dalam pandangan Allah Swt dan manusia.70

Menurut Al-Ghazali, ada dua macam dalam mendidik akhlak yaitu:

a. Mujahadah dan membiasakan latihan latihan dengan amal shaleh.

b. Perbuatan itu dikerjakan dengan diulang-ulang.

Pendapat Al-Ghazali ini senada dengan pendapat Muhammad

Quthub. Menurut pendapat Quthub sebagaimana dikutip oleh tim

penyusun ensiklopedi Islam, metode meliputi keteladanan, nasehat

hukuman, cerita dan pembiasaan. Dapat diuraikan beberapa metode yang

berkaitan dengan pembinaan akhlak adalah sebagai berikut:71

a. Metode Keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu

metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada

peserta didik, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Keteladanan

merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah

Saw. Dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan

70

Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, terj. Muhammad Arifin (Semarang: Wicaksana,

1993), 13. 71

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011),

180.

39

menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak yang

berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode

yang paling berhasil.72

b. Metode pembiasaan

Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya

otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja

tanpa dipikir lagi. Dengan pembiasaan pendidikan memberikan

kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agama

Islam, baik secara individu ataupun berkelompok dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Metode Nasehat

Abdurrahman Al-Nahlawi sebagaimana dikutip oleh Hery

Noer Aly mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasehat adalah

penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan

orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukannya ke jalan yang

mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.

Dalam metode memberi nasehat ini pendidik mempunyai

kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada

berbagai kebaikan dankemaslahatan umat. di antaranya dengan

menggunakan kisah-kisah Qurani, baik kisah para nabi maupun umat

terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang bisa dipetik.

d. Metode Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku

tertentu yang terarah kepada pencapaian sesuatu tujuan tertentu.73

Sedangkan menurut Salminawati motivasi dalam bahasa Arab disebut

dengan Uslub Al-Tarhib Wa Al- Tarhib berasal dari kata kerja

raggaba yang berarti menyenangi, menyukai dan mencintai.

Kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang

72

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011),

181. 73

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 250.

40

mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh kesenagan,

kecintaan dan kebahagiaan yang mendorong seseorang sehingga

timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.74

e. Metode Kisah

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik

siswa agar mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau.

Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus

diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut yang bertentangan

dengan agama Islam maka harus dihindari.75

An-Nahlawi menegaskan bahwa dampak penting pendidikan

melalui kisah adalah sebagai berikut:

a. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca

tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan sehingga dengan kisah

setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti

berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh

tokoh dan topik kisah.

b. Interaksi kisah Qurani dan Nabawi dengan diri manusia dalam

keutuhan realitasnya tercermin dalam pola terpenting yang hendak

ditonjolkan oleh Alquran kepada setiap pola yang selaras dengan

kepentingannya.

c. Kisah Qurani mampu membina perasaan ketuhanan.

Abdurrahman al-Nahlawi juga menjelaskan bahwa di dalam

Alquran dan Hadis dapat ditemukan berbagai metode pendidikan akhlak

yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan

semangat. Lebih lanjut, menurutnya, mampu menggugah puluhan ribu

muslimin untuk membuka hati manusia menerima Tuhan, metode

pendidikan akhlak tersebut adalah:76

74

Salminawati, Filsafat, 182. 75

Ibid., 183. 76

Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul at-Tarbiyah aI-Islamiyah wa Asalibha fi al-Baiti wa

al-Madrasa wa al-Mujtama' (Beirut: Daral-Fikr, 1983), h. 263-265.

41

a. Metode hiwar (diskusi), merupakan metode dialog antara dua pihak

atau lebih mengenai suatu topik dan dengan sengaja diarahkan kepada

suatu tujuan yang dikehendaki.

b. Metode qisah (kisah) qur'ani dan nabawi, yaitu menceritakan cerita

keteladanan yang dapat diambil hikmahnya baik dalam Alquran

maupun Hadis.

c. Metode amtsal (perumpaan), merupakan metode membina akhlak

dengan cara menyajikan pelajarannya dengan mengambil contoh lain

(comperative), sehingga lebih mudah memahami materi yang

diajarkan.

d. Metode uswah (keteladanan), pendidikan dengan memberi contoh,

baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya.

e. Metode tadrib (pembiasaan), pendidikan dengan membiasakan anak

didik untuk mengerjakan sesuatu, seseorang yang telah mempunyai

kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakan dengan mudah dan

senang hati.

f. Metode 'ibrah (perenungan/tafakur), yaitu mendidik seseorang dengan

menyajikan pelajaran melalui perenungan atau tafakur terhadap suatu

peristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi.

g. Metode mau 'idzah (nasehat), menguraikan nasehat yang dapat

menggugah perasaan afeksi (kasih sayang) dan emosi.

h. Metode targhib wa tarhib (ganjaran dan hukuman), targhib

merupakan metode janji terhadap kesenangan, kenikmatan yang

disertai bujukan. Sedangkan tarhib merupakan ancaman, intimidasi

melalui hukuman.

Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy, ada tiga macam metode

yang paling tepat untuk menanamkan akhlak kepada anak, yaitu:77

a. Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara

mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat,

dan bahayanya sesuatu, dimana kepada murid dijelaskan hal-hal yang

77

Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok, 153.

42

bermanfaat dan tidak, menentukan kepada amal-amal baik mendorong

mereka kepada budi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang

tercela.

b. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti

mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-

anak, memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga.

c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak

dalam rangka mendidik akhlak.

Pada bagian lain Asma Hasan Fahmi, menjelaskan bahwa secara

global metode pendidikan akhlak itu dapat dilakukan dengan:78

a. Memberikan petunjuk dan pendekatan, dengan cara menerangkan

mana yang baik dan mana yang buruk, menghafal syair-syair, cerita-

cerita, dan nasihat yang baik, menganjurkan untuk melakukan budi

pekerti yang baik dan akhlak mulia.

b. Menggunakan insting untuk mendidik anak-anak dengan cara: anak-

anak dipuji dan disanjung untuk memenuhi keinginan “insting

berkuasa” dan ia takut celaan dan cercaan, mempergunakan insting

meniru, memperhatikan insting masyarakat, mementingkan

pembentukan adat kebiasaan, dan keinginan-keinginan semenjak

kecil.

Dari beberapa metode pendidikan akhlak yang telah dipaparkan di

atas menunjukkan bahwa agama Islam merupakan agama yang sangat

mementingkan ajaran akhlak, dalam kehidupan di dunia ini, manusia

bukanlah makhluk individual yang hidup sendirian, tetapi manusia juga

membutuhkan orang lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu, akhlak

karimah mutlak diperlukan dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi

dan berkesinambungan demi tercapainya

kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan perwujudan seseorang,

yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama seseorang.

78

Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Ibrahim Husen

(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 79.

43

8. Langkah-langkah Pendidikan Akhlak

Akhlak yang diajarkan dalam Islam bertumpu kepada fitrah yang

terdapat dalam diri manusia dan kemauan yang timbul dari hati, maka

pembinaan akhlak perlu dilakukan dengan beberapa langkah atau tahapan

agar bisa berjalan secara efektif dan efesien, antara lain:79

a. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Islami lewat ilmu

pengetahuan, pengalaman dan latihan agar dapat membedakan yang

baik dan buruk.

b. Latihan untuk melakukan hal-hal yang baik serta mengajak orang lain

untuk bersama-sama melakukan perbuatan yang baik tanpa paksaan.

c. Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga

perbuatan baik itu menjadi perbuatan akhlak terpuji, pembiasaan yang

mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.

d. Menumbuhkembangkan dorongan dari dalam yang bersumber pada

iman dan taqwa, untuk itu perlu pendidikan agama.

e. Meningkatkan pendidikan kemauan yang menumbuhkan pada

manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya,

selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.

Selain dari pemaparan di atas Al-Rasyidin juga memiliki pandangan

dalam langkah pokok dalam pendidikan akhlak:

a. Menggali dan merumuskan kembali secara eksplisit prinsip-prinsip

dan ajaran Islam tentang akhlak al-karimah yang bersumber pada

kandungan pokok Alquran dan Sunnah. Dalam kerangka ini, kita

semua harus kembali pada misi asasi Islam sebagai penyempurna

akhlak manusia sesuai dengan misi kerasulan Muhammad Saw, di

mana beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang

mulia.

b. Kita perlu merubah kebiasaan mendidik yang terlalu menekankan

aspek ingatan dan hafalan. Ini menyangkut persolan klasik yang terus

79

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama,

1985), h. 10-11.

44

menerus dikritik berbagai kalangan, namun tetap resisten terhadap

perubahan. Karena itu, kita membutuhkan komitmen dan kemauan

yang kuat untuk mengubah peran guru yang selama ini didominasi

oleh aktivitas mengajar ke arah aktivitas yang memberikan tekanan

kepada mendidik, membimbing, dan memberikan teladan kebaikan.

Dalam konteksnya dengan membina kepribadian generasi muda

muslim, kita tidak boleh lagi hanya berkutat pada konsep-konsep how

to teach, tetapi sudah harus sampai pada konsep how to educate dan

why to educate. Untuk itu, interaksi edukasi yang berpegang pada

prinsip-prinsip ilmiah ilmu pendidikan, persahabatan, kemitraan,

dialog kreatif dan keteladanan, tidak boleh tidak harus dibangun dan

harus dikembangkan.

c. Merubah kesan dan pandangan sebagai pendidik yang beranggapan

bahwa tugas dan tanggung jawab kependidikannya hanyalah terbatas

pada ruang kelas dan madrasah atau sekolah belaka. Semua pendidik

muslim perlu meyadari bahwa tugas dan tanggung jawab

kependidikannya adalah seluas institusi pendidikan yang meliputi

keluarga, madrasah, dan isntitusi-institusi lain di luar-luar madrasah.

Karena itu setiap pendidik muslim harus mampu menampilkan diri

sebagai pendidik di mana saja, kaapan saja dan dalam kondisi yang

bagaimanapun.

d. Membangun dan mengembangkan relasi yang konkrit antara

kehidupan di dalam madrasah dan perguruan tinggi dengan kenyataan-

kenyataan empirik di masyarakat.80

9. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak

Siswa merupakan generasi yang merupakan sumber insani bagi

kelangsungan pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan akhlak

bagi mereka sangatlah penting. Namun dalam membina akhlak para siswa

banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya:

80

Al-Rasyidin, Percikan, h. 102-104.

45

a. Lingkungan Keluarga

Pada dasarnya rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat

anak-anak dibesarkan melalui Pendidikan Islam. Yang dimaksud

dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan

aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat

Islam. Berdasarkan Alquran dan Sunnah, kita dapat mengatakan

bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal

berikut: Pertama, mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan

rumah tangga. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenagan

psikologis. Ketiga, mewujudkan sunnah Rasulullah Saw. Keempat,

memenuhi cinta kasih anak. Naluri menyayangi anak merupakan

potensi yang diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia dan

binatang. Allah menjadikan naluri itu sebagai salah satu landasan

kehidupan alamiah, psikologis, dan sosial mayoritas makhluk hidup.

Keluarga, terutama orang tua, bertanggung jawab untuk memberikan

kasih sayang kepada anak-anaknya. Kelima, menjaga fitrah anak agar

anak tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan.81

Keluarga

merupakan masyarakat alamiah, disitulah pendidikan berlangsung

dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di

dalamnya. Keluarga merupakan persekutuan terkecil yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak dimana keduanya (ayah dan ibu) mempunyai

peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak-anaknya.82

b. Lingkungan Sekolah

Perkembangan anak yang dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Di

sekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang berganti-ganti. Kasih

guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada

anaknya. Sebab guru dan murid tidak terkait oleh tali keluarga. Guru

bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, ia harus

memberi contoh dan teladan bagi mereka, dalam segala mata pelajaran

81

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat

(Jakarta: Gema Insani, 1995 ), h. 44. 82

Ibid., h. 29-30.

46

ia berupaya menanamkan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan

di luar sekolahpun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik. Kalau

dirumah anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila

lapar, tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di

sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada aturan-

aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia

harus duduk selama waktu itu pada waktu yang ditentukan pula. Ia

tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin

gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan-

peraturan yang ditetapkan. Berganti-gantinya guru dengan kasih

sayang yang kurang mendalam, contoh dari suri tauladannya, suasana

yang tidak sebebas dirumah anak-anak, memberikan pengaruh

terhadap perkembangan akhlak mereka.

c. Lingkungan Masyarakat

Untuk mendapatkan pendidik yang sesuai yang diharapkan

kebanyakan orang tua, itu tidak terlepas dari tanggung jawab

masyarakat. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-

anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang

merupakan metode pendidikan masyarakat utama. Cara yang

terpenting adalah; pertama, Allah menjadikan masyarakat sebagai

penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran. Kedua, dalam

masyarakat Islam, seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak

saudaranya sehingga ketika memanggil anak siapapun dia, mereka

akan memanggil dengan hai anak saudaraku dan sebaliknya, setiap

anak-anak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan

panggilan, hai Paman. Ketiga, untuk menghadapi orang-orang yang

membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina mereka melalui

salah satu cara membina dan mendidik manusia. Keempat,

masyarakatpun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian,

pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan. Kelima,

pendidikan masyarakat dapat juga dilakukan melalui kerjasama yang

47

utuh, karena biar bagaimanapun masyarakat muslim adalah

masyarakat yang padu. Keenam, pendidikan kemasyarakatan

bertumpu pada landasan efeksi masyarakat, khususnya rasa saling

mencintai.83

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan sebab

masyarakat juga mempengaruhi akhlak siswa atau anak. Masyarakat

yang berbudaya, memelihara dan menjaga norma-norma dalam

kehidupan dan menjalankan agama secara baik akan membantun

perkembangan akhlak siswa kepada arah yang baik, sebaliknya

masyarakat yang melanggarnorma-norma agama akan mendorong

akhlak siswa kearah yang tidak baik.

Pembinaan akhlak bagi setiap muslim adalah sebuah kewajiban

yang harus dilakukan terus menerus. Baik dengan cara melalui pembinaan

orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa harus dituntun orang lain.

Hidup di tengah krisis kehidupan sekarang ini, pembinaan akhlak memang

harus lebih gencar dilakukan. Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa

berbagai kerusakan dan kejahatan yang telah terjadi sampai saat ini akibat

manusia tidak lagi memegang dan mengamalkan akhlak yang baik.

Kapitalisme dan hedonisme yang menginvasi kawasan muslim betul-betul

telah berdampak buruk. Ditambah lagi kurangnya perhatian masyarakat

Islam sendiri terhadap pendidikan atau pembinaan akhlak.

Eksistensi akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia, lebih-

lebih manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini, salah

satu tanda kemuliaan manusia adalah mempunyai akhlak yang mulia.

Dalam agama Islam, pendidikan yang paling luhur dan mendasar bagi

kehidupan manusia adalah segi akhlak. Sebagai inti ajaran Islam ialah

mengadakan bimbingan dan pendidikan positif terhadap kehidupan mental

atau jiwa manusia. Apabila jiwa seseorang dididik agar mengutamakan

kebaikan, kebenaran, cinta kepada yang makruf, senang pada kebaikan,

kemudian dilatih agar mencintai yang terpuji dan membenci yang tercela

83

Ibid., h. 176-181.

48

maka sifat-sifat tersebut dapat menjadi tabiat bagi jiwa, sehingga muncul

darinya. Demikian halnya apabila jiwa itu dibiarkan, tidak dididik dengan

pendidikan yang layak dan tidak pula diusahakan agar unsur-unsur

kebaikan yang terpendam di dalamnya untuk tumbuh atau jiwa tersebut

dididik dengan pendidikan yang buruk sehingga keburukan menjadi

sesuatu yang disenangi.

Keluhuran akhlak merupakan modal dalam kehidupan manusia,

karena keluhuran akhlak merupakan faktor penting yang akan

menumbuhkan wibawa seseorang dan dihormati di tengah kehidupan

masyarakat. Akhlak harus tetap ditanamkan, dibina dan dididik kepada

setiap generasi, agar jangan sampai dipengaruhi oleh pengaruh negatif

yang merusaknya, dan pengaruh-pengaruh yang merusak akhlak tersebut

harus diwaspadai baik oleh orang tua maupun para pendidik.

Adapun menurut Zakiah Daradjat, di antara faktor yang

mempengaruhi akhlak seseorang adalah pendidikan, lingkungan keluarga,

ekonomi, sosial, dan politik. Faktor-faktor tersebut dalam penjabarannya

dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.84

a. Faktor internal meliputi:

1) Kurangnya didikan agama, yaitu penanaman jiwa agama yang

dimulai sejak dari rumah tangga, sejak anak masih kecil dengan

cara memberi kebiasaan yang baik, kebiasaan yang sesuai dengan

ajaran agama, memberi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Kurangnya perhatian orang tua tentang pendidikan. Banyak orang

tua menyangka apabila memberi makanan, pakaian dan perawatan

kesehatan yang cukup pada anak telah selesai tugas mereka, tetapi

seharusnya yang penting bagi anak adalah seluruh perlakuan yang

diterima oleh anak dari orang tuanya, dimana ia merasa disayangi,

diperhatikan, dan diindahkan dalam keluarga.

84

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang,

1976), h. 113.

49

3) Kurang teraturnya pengisian waktu, manajemen waktu yang

diatur secara sistematis (terhadap sang Khalik, sesama manusia,

lingkungan, dan diri sendiri) akan memberikan efek yang sangat

positif dalam pembentukan akhlak. Seseorang bisa memposisikan

diri dengan baik dalam menghadapi berbagai masalah dalam

kehidupannya baik yang sifatnya vertikal maupun horizontal.

b. Sementara itu faktor eksternal adalah:

1) Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik, lingkungan sekolah

perlu mendukung terhadap pendidikan seorang anak, bila alam

lingkungan baik, anak akan dapat benar-benar tumbuh

kepribadiannya melegakan batin yang gelisah dan situasi yang

menyenangkan.

2) Perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pendidikan,

masyarakat merupakan lapangan anak untuk mencoba

“melahirkan” diri, menunjukkan bahwa harga dirinya berguna dan

berharga dalam masyarakat serta pemerintah membuat berbagai

kebijakan untuk kemajuan pendidikan.

3) Film atau Audio visual dan buku-buku bacaan yang tidak baik,

jika dilihat dari satu sisi film atau audio visual dan buku memiliki

dampak positif untuk perkembangan akhlak seseorang, namun

jika film atau audio visual dan buku yang disajikan yang

bernuansa negatif tidak sedikit pengaruh ke arah yang tidak baik

untuk perkembangan akhlak seseorang.

Pada bagian lain, Sujanto menjelaskan sebab-sebab penyimpangan

terhadap akhlak, yakni disebabkan oleh apa yang terdapat di dalam dirinya

sendiri dan yang terletak dari luar dirinya, yaitu anggota masyarakat atau

manusiamanusia yang mengelilingi atau yang disebut faktor lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perilaku jahat atau moral/akhlak yang

merosot bukan merupakan hereditas (keturunan), namun tingkah laku

kriminal dari orang tua atau selain anggota keluarganya yang memberi

pengaruh yang menular pada lingkungan anak. Anak seorang pencuri

50

bukan karena sifat pencuri yang diwarisi, tetapi kegiatan mencuri

merupakan suatu usaha kegiatan rumah tangga yang mengkondisikan pola

akhlak tingkah laku dan sikap hidup anggota keluarga.85

Pembinaan akhlak bisa dilakukan melalui berbagai pengalaman

dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua kepada anaknya

melalui pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang berlaku

(sesuai dengan tuntunan agama). Akhlak tidak bisa tumbuh dan terjadi

begitu saja tanpa adanya latihan-latihan, pembinaan dan pembiasaan yang

diperoleh anak sejak kecil, karena apa yang dilihat dan berlaku di sekitar

anak akan mewarnai pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan

emosional anak setelah dewasa. Kebiasaan dalam pembinaan akhlak itu

tumbuh secara berangsur-angsur sesuai dengan pertumbuhan kecerdasan

dan kepekaannya terhadap fenomena yang ada di sekitarnya.

10. Konsep Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak dalam Islam juga berkisar pada beberapa konsep kunci

berikut ini yang seharusnya menjadi fondasi bagi strategi pendidikan

akhlak Islam:

a. Fithrah (potensi positif). Islam memandang bahwa manusia lahir

dalam kesucian dan membawa kecenderungan terhadap kebaikan.

Dengan kata lain, pada awal kehidupannya anak manusia adalah lurus

secara akhlak. Akan tetapi potensi ini mesti mendapatkan

pemeliharaan dan pengembangan yang saksama agar tidak tercemari

oleh pengaruh eskternal negatif yang menghancurkan akhlak.

b. Bi‟ah (Lingkungan). Ajaran Islam mengakui besarnya pengaruh

lingkungan terhadap individu dan karenanya memandang penyediaan

lingkungan yang baik sebagai salah satu modus pendidikan akhlak.

c. Uswah (Teladan). Akhlak yang baik sangat efektif ditanamkan melalui

pemberian teladan yang konsisten dan keterlanjutan. Dalam Alquran

85

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1986), h. 136.

51

Nabi Muhammad Saw disebut sebagai teladan yang baik (uswatun

hasanah).

d. Da‟wah (ajakan). Islam mengenal dua tipe ajakan: dengan ucapan dan

dengan perbuatan. Yang kedua sama dengan uswah, dan selalu

dianggap lebih efektif ketimbang ajakan dengan kata-kata semata

(lisan al-hal afshahu min lisan almaqal). Islam menganjurkan

kegiatan megajak kepada kebaikan.

e. Nashihah (nasehat). Nasehat adalah kegiatan yang lebih mengambil

posisi netral, berbanding ajakan. Nasehat mengutamakan pemberian

wawasan dan pilihan-pilihan bebas dan kemudian memberi keputusan

akhir kepada pihak yang diberi nasehat.

f. Syariah (hukuman). Hukum, yang mencakup penataan dan sanksi

terhadap pelanggaraan, seringkali diperlukan dalam upaya penengakan

pendidikan akhlak. Pada level ini, nilai-nilai akhlak dirumuskan secara

lebih terukur ke dalam perintah-perintah dan larangan-larangan.

Hukum dan aturan-aturan bisa menjadi alat yang baik dalam proses

pendidikan akhlak.

g. „azab (siksa tuhan). Meskipun berada di luar lingkup ikhtiar manusia,

tetapi dalam perspektif agama Islam, „azab adalah salah satu dari

resiko yang harus diantisipasi jika kemerosotan akhlak sudah

sedemikian rupa sehingga dakwah dan hukum sudah tidak mungkin

berhasil lagi.86

Adapun nilai-nilai luhur yang tercakup dalam konsep akhlakul karimah

sebagai sifat terpuji adalah sebagai berikut:

a. Berlaku jujur

b. Berbuat baik kepada orang tua

c. Memelihara kesucian diri

d. Kasih sayang

e. Berlaku hemat

86

Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan Psikilogi Islami, Cet 1 (Bandung, Citapustaka

Media, 2007), h. 85-86

52

f. Menerima apa adanya dan sederhana

g. Perlakuan baik kepada sesama

h. Melakukan kebenaran yang hakiki

i. Pemaaf terhadap orang yang pernah berbuat salah kepadanya

j. Adil dalam tindakan dan perbuatan

k. Malu melakukan kesalahan, dan melanggar larangan Allah Swt dan

melakukan perbuatan dosa

l. Sabar dalam menghadapi segala musibah

m. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama manusia

n. Sopan santun terhadap sesama manusia karena merasa

sepenanggungan87

C. Kenakalan Siswa

1. Pengertian Kenakalan Siswa

Kenakalan ialah tingkah laku yang agak menyimpang dari norma

yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kenakalan remaja sering

diistilahkan juvenile delinquency seperti menurut Kartini Kartono

menyatakan (juvenilis=muda, delinquency dari delincuare=jahat, durjana,

pelanggar, nakal) ialah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan,

antara lain dilatarbelakangi untuk mendapatkan perhatian, status sosial dan

penghargaan dari lingkungannya. Dengan demikian juvenile delinquency

ialah perilaku jahat atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda: merupakan

gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.88

M. Arifin mengemukakan istilah kenakalan remaja merupakan

terjemahan dari kata juvenile delinquency yang dipakai di dunia barat.

Istilah ini mengandung pengertian tentang kehidupan remaja yang

87

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran (Jakarta: Amzah Sinar

Grafika, 2000), h. 192-193. 88

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, cet. 5 (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), 6.

53

menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik

yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi, maupun agama serta

hukum yang berlaku.89

Juvenile delinquency ialah: suatu perbuatan itu

disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu

perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur -unsur

anti normatif.90

Dalam pengertian lain disebutkan juvenile delinquency

yakni: tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka

perbuatan itu merupakan kejahatan, sedangkan juvenile delinquency

perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya

anak remaja.91

Setiap masa transisi mengandung kemungkinan timbulnya masa

kritis yang merupakan suatu developmental challenges yang biasanya

ditandai oleh kecenderungan munculnya perilaku menyimpang

(maladaptive responses). Dalam kondisi tertenm, perilaku menyimpang

tersebut akan berlangsung lebih lama dan terdapat kemungkinan

berkembang dati perilaku menyimpang seperti berbohong, membantah,

membolos, menjadi perilaku mengganggu (disruptive behavior), misalnya

merusak, menyerang, dan bebempa bentuk agresivitas lainnya. Lciewaan

Schmaling (dalam Peterson, 1993) berpendapatbahwa kemungkinan

terjadinya perubahan perilaku menyimpang menjadi perilaku mengganggu

diakibatkan adanya disfungsi perkembangan yang kumulatif yaitu

terjadinya penumpukan problem yang berlangsung sejak tahap

perkembangan sebelumnya.92

89

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, cet. 5 (Jakarta:

PT. Golden Trayon Press, 1994), 79-80. 90

B. Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Soiologi (Bandung: Tarsito, 1977), 295. 91

Bimo Walgito, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency) (Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982), 2. 92

https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/13162/9426 diakses Tanggal 28

Februari 2020

54

Defenisi siswa dalam pengertian umum adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit, siswa

adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada

tanggung jawab pendidik.93

Dalam bahasa Indonesia makna siswa, murid, pelajar dan peserta

didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang

sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh

pendidikan dasar dari satu lembaga pendidikan. Jadi, dapat dikatakan

bahwa siswa merupakan semua orang yang sedang belajar baik pada

lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non

formal.94

Menurut Oemar Hamalik siswa merupakan suatu komponen

masukan dalam sistem pendidikan, selanjutnya diproses dalam proses

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan

pendidikan nasional.95

Remaja adalah masa perkembangan sikap tergantung terhadap

orang tua ke arah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri dan

perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu moral. Sedangkan masa

remaja ini meliputi: (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 16-

18 tahun dan (c) remaja yang berusia 19-22 tahun.96

Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu

perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik terutama organ-organ

seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, perasaan cinta, rindu

dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia

93

Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis (Yogyakarta: FIP IKIP,

1986), 120. 94

Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadis. (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005), 248. 95

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, , cet. 4 (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),

7. 96

Samsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), 184

55

remaja awal perkembangan emosinya menunjukkan sikap yang sensitif

dan reaktif sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,

emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah

atau mudah sedih/murung). Sedangkan remaja akhir sudah mampu

mengendalikan emosinya.97

Dikarenakan yang diteliti penulis adalah

tingkatan sekolah SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap yang siswanya ini

masih bisa digolongkan bagian dari masa remaja. Menurut Zakiah

Daradjat ada beberapa bentuk kenakalan siswa di sekolah/madrasah:

a. Kenakalan ringan, misalnya keras kepala, tidak patuh pada orang tua

dan guru, lari (bolos) sekolah, tidak mau belajar, sering berkelahi,

suka mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan, cara berpakaian

yang tidak rapi dan sebagainya.

b. Kenakalan berat, misalnya mengganggu ketentraman dan keamanan

orang lain, misalnya mencuri, memfitnah, merampok, menodong,

menganiaya, merusak milik orang lain, membunuh dan sebagainya.98

c. Kenakalan sedang, kenakalan terhadap lawan jenis, merokok, bully,

penyalahgunaan obat terlarang.

2. Penyebab Kenakalan Siswa

Masalah yang muncul pada kehidupan siswa yang mengalami

problem di sekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa

mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh,

prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang

tidak diinginkan, seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang

guru, berkelahi, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dimensi

penyebab yaitu faktor-faktor di antaranya adalah:

a. Keadaan keluarga

Sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, di samping itu

kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak

97

Masganti Sitorus, Perkembangan Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012),

196. 98

Zakiah Daradjat, Pendidian Islam dalam keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV.

Ruhama, 1998), 90.

56

mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kali. Dengan

demikian berarti seluk beluk kehidupan keluarga memiliki pengaruh

yang paling mendasar dalam perkembangan anak. Oleh karena sejak

kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian

besar waktunya adalah di dalam keluarga, maka sepantasnyalah kalau

kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian besar juga berasal

dari keluarga.99

Selain itu, kenakalan anak atau remaja juga

disebabkan keadaan keluarga yang tidak normal yang mencakup

“broken home”.100

b. Keadaan sekolah

Ajang pendidikan kedua bagi anak–anak setelah keluarga

ialah sekolah. Selama dalam proses pembinaan dan pendidikan di

sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama anak, dan antara anak

dengan para pendidik. Proses interaksi tersebut dalam kenyataannya

bukan hanya memiliki aspek sosiologis yang positif, akan tetapi juga

membawa akibat lain yang memberi dorongan bagi anak remaja

sekolah untuk menjadi delinquen.101

Selain itu pula sering tejadi

perlakuan guru di sekolah yang mencerminkan ketidak-adilan.

Kenyataan lain masih ditemui adanya sanksi-sanksi yang sama sekali

tidak menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Keadaan tersebut

masih diperberat lagi dengan adanya ancaman yang tidak ada putus-

putusnya disertai displin yang ketat dan kurang adanya interaksi yang

akrab antara pendidik dan murid serta kurangnya kesibukan belajar di

rumah.

c. Keadaan masyarakat

Perubahan-perubahan masyarakat yang berlangsung secara

cepat dan ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang menegangkan,

seperti: persaingan di bidang perekonomian, pengangguran, keaneka-

ragaman media massa, fasilitas rekreasi yang bervariasi pada garis

99

Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1981), 226. 100

Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 20. 101

Ibid., h. 25

57

besarnya memiliki korelasi relevan dengan adanya kejahatan pada

umumnya, termasuk kenakalan anak atau remaja.102

d. Kenakalan siswa karena rendahnya pemahaman agama

Sebagian besar siswa mengalami kemunduran kepercayaan

terhadap Allah. Hal ini ditandai dengan semakin berani remaja

melanggar larangan Allah Swt secara terang-terangan seperti tidak

shalat, tidak puasa, berpacaran di tempat umum dan lain-lain.

Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa: Adapun yang dimaksud

dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan

secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang

terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah

tangga,sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak

kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik. Dengan tidak kenalnya si

anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya

(super-ego), karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau

agama yang diterimanya waktu ia kecil. Jika hati nuraninya lemah

atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang

baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke

dalam kelakuankelakuan yang tidak baik dan menurutkan apa yang

menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat

selanjutnya.103

D. Penelitian yang Relevan

Dari beberapa penelitian sebelumnya, peneliti telah menemukan

beberapa penelitian yang membahas mengenai Muslim Tionghoa, diantaranya:

Ada beberapa karya ilmiah terdahulu terkait dengan pendidikan akhlak yang

dianggap relevan dengan rancangan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

Pertama, laporan penelitian dengan judul “Pendidikan Akhlak Terpuji

dalam Membentuk Karakter Kepribadian Muslim di Pondok Pesantren

102

Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 27 103

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 1983), 113 – 114.

58

Darussalam Banyuwangi “ yang ditulis oleh Afton Ilman Ansori (2015).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 1) Proses internalisasi

pendidikan akhlak terpuji dalam membentuk kepribadian muslim di pondok

pesantren Darussalam meliputi: a) pemahaman, b) penerapan, c) penghayatan.

2) Hasil internalisasi pendidikan akhlak terpuji dalam membentuk kepribadian

muslim di pondok pesantren Darussalam meliputi: tertanam jiwa tanggung

jawab, rajin, aqidah ahlussunnah wal jama‟ah, kebahagiaan dunia dan akhirat,

tata krama baik, jauh dari sikap iri hati, lingkungan pondok ASRI (Aman,

bersih, rapi dan indah), ketentraman hati, rendah hati dan terbentuknya

ukhuwah islamiyah yang kokoh.104

Kedua, laporan penelitian dengan judul “Pembinaan akhlak dalam

menghadapi Kenakalan siswa di madrasah tsanawiyah Bukhari muslim

yayasan taman perguruan Islam kecamatan medan baru kota Medan” yang

ditulis oleh Hasan Basri (2017). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: 1)

Perencanaan terdiri dari: mengidentifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa yang

terjadi di Mts. Bukhari Muslim, faktor-faktor penyebab kenakalan siswa,

pembinaan akhlak yang dilakukan, hambatan dalam pembinaan akhlak,

evaluasi dan hasil dari pembinaan akhlak. 2). Pembinaan akhlak yang

dilakukan diantaranya: pembinaan akhlak terhadap Allah Swt, pembinaan

akhlak terhadap sesama dan pembinaan akhlak terhadap diri sendiri. 3).

Evaluasi pembinaan akhlak meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Evaluasi ranah psikomotorik merupakan bagian yang paling banyak

diperhatikan dalam proses pembinaan akhlak karena sangat terkait dengan

pengamalan, yakni partisipasi peserta didik dalam melakukan kegiatan

pembinaan akhlak.105

Ketiga, laporan penelitian dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai

Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IPIEMS

104

Afton Ilham Ansori, “Pendidikan Akhlak Terpuji dalam Membentuk Karakter

Kepribadian Muslim di Pondok Pesantren Darussalam Banyuwangi “ Skripsi, (Malang: UIN

Maulana Malik Ibrahim, 2015) 105

Hasan Basri, “Pembinaan akhlak dalam menghadapi Kenakalan siswa di madrasah

tsanawiyah Bukhari muslim yayasan taman perguruan Islam kecamatan medan baru kota Medan”

Tesis, (Medan: UIN Sumatera Utara, 2017)

59

Surabaya” yang ditulis oleh Mochammad Shulkhan Badri (2016). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa akhlak siswa diSMP IPIEMS Surabaya

dapat dikategorikan baik. Indikasinya dapatdilihat dari kebiasaan atau

tradisi yang dilakukan oleh para siswa dalamkehidupan sehari -hari. Ada

beberapa kebiasaan atau tradisi yang dilakukan olehsiswa dalam

pembentukan akhlakul karimah diantaranya: akhlak terhadap AllahSWT.

dengan cara menjalankan ibadah sesuai dengan syari‟ah, akhlak

terhadapNabi Muhammad SAW. dengan cara banyak membaca shalawat

dan meneladaniakhlak Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri dilakukan

dengan caramenanamkan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari, akhlak

terhadap sesama siswa dilakukan dengan membangun interaksi yang baik

dan didasarkan padasikap hormat menghormati, akhlak terhadap alam

semesta dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan.

Proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada siswa di SMP IPIEMS

Surabaya dilakukan dengan dua cara yaitu melaluimateri-materi akhlak

dan metode-metode pembentukan akhlak siswa. Kebiasaan yang

berorientasi pada pembentukan akhlakul karimah siswa merupakan

implementasi dari materi-materi akhlak yang diajarkan di SMP IPIEMS

Surabaya. Secara garis besar materi akhlak siswa tersebut berkaitan

denganbeberapa hal yaitu: akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT.,

akhlak hubungannya dengan diri sendiri, akhlak hubungannya dengan

ilmu, dan akhlak kaitannya dengan manusia lainnya. Dan metode-metode

yang digunakan dalam pembentukan akhlak siswa di antaranya metode

kedisiplinan, metode latihan dan pembiasaan, metode keteladanan dan

Metode ibrah.106

Keempat, laporan penelitian dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Santri Putri Asrama X Hurun Inn Pondok Pesantren Darul

„Ulum Jombang” yang ditulis oleh Santi Rika Umami (2017). Hasil penelitian

Pelaksanaan pendidikan akhlak yaitu pembiasaan akhlak terhadap diri sendiri,

106

Mochammad Shulkhan Badri “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP IPIEMS Surabaya” Skripsi (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2016)

60

menanamkan kesopanan dalam kebiasaan sehari-hari,dan membangun interaksi

baik. Proses internalisasi nilai pendidikan akhlak dengan memberikan materi

pendidikan dan metode pembentukan akhlak, seperti pembiasaan shalat

berjamaah, membersihkan lingkungan. Faktor pendukung, dukungan dan

dorongan positif dari orangtua, teman. Faktor penghambat Faktor dari diri

sendiri, seperti sering pulangnya santri, sehingga akan ada kegiatan yang

terlewatkan. Kebiasaan buruk dirumah pada saat di pondok dapat membuat

kurang maksimalnya dalam melakukan kegiatan yang ada di asrama.107

Keterkaitan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti

tentang rumpun pendidikan Akhlak. Namun, penelitian yang akan penulis

susun berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu penulis memfokuskan

pada internalisasi pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan siswa.

E. Kerangka Berfikir

107

Santi Rika Umami “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Santri Putri Asrama

X Hurun Inn Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang” Skripsi (Jombang: Universitas Pesantren

Tinggi Darul Ulum, 2017).

Akhlak Terhadap Lingkungan

Kenakalan Siswa

Internalisasi Pendidikan Akhlak

Tahap Transformasi Nilai Tahap Transaksi Nilai Tahap Transinternalisasi

Akhlak Siswa

Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Akhlak Terhadap Allah SWT

61

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian

a) Paradigma Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian lapangan karena penulis

melakukan pengumpulan data di lapangan, bukan melakukan studi

pustaka terhadap karya-karya dari tokoh tertentu. Penelitian ini juga

termasuk penelitian kualitatif yang berlandaskan pada paradigma filsafat

postpositivisme karena peneliti berusaha untuk mendeskripsikan kondisi

objek yang alamiah dan tidak dibuat-buat karena itu penelitian ini juga

disebut penelitian naturalistik. Analisis data bersifat induktif karena

menekankan makna dari hasil generalisasi.108

b) Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoritis yang menjadi

dasar pijak bagi cara yang ditempuh seorang untuk mencapai tujuan.109

Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus

ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,

terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas,

baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau

organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa

tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus

adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan

sesuatu yang sudah lewat.110

108

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 14. 109

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di

Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS, 2009), hlm. 90. 110

Mudjia Raharjo, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya

(Malang: UIN Malang, 2017), hlm. 3.

62

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a) Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Kecamatan Kampunglaut Kabupaten Cilacap yang merupakan SMA

Negeri satu-satunya di Kecamatan Kampunglaut Cilacap.

b) Waktu Penelitian

Penelitian dengan objek internalisasi Pendidikan Akhlak dalam

Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap ini dilakukan pada awal Januari sampai Akhir Maret 2020.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Data penelitian studi kasus diperoleh dari beberapa teknik, antara

lain wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti sendiri merupakan

instrumen kunci, sehingga dia sendiri yang dapat mengukur ketepatan dan

ketercukupan data serta kapan pengumpulan data harus berakhir. Dia sendiri

pula yang menentukan informan yang tepat untuk diwawancarai, kapan dan

di mana wawancara dilakukan. Adapun teknik dalam pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:

1) Wawancara

Wawancara dalam penelitian kualitatif menurut Denzim & Lincoln

sebagaimana dikutip oleh Moh. Soehadha adalah percakapan, seni

bertanya dan mendengar111

. Metode ini peneliti lakukan untuk

memperoleh data yang cukup valid terutama yang berkaitan dengan

objek penelitian, yaitu internalisasi Pendidikan Akhlak dalam

Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kmapunglaut

Cilacap.

Adapun pihak yang diwawancarai adalah seluruh pihak yang

terlibat dalam institusi pendidikan (SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap)

yang memungkinkan untuk dimintai keterangan, seperti kepala sekolah,

111

Mohammad Soehadha. Metode Penelitian Sosiologi Agama Kualitatif (Yogyakarta:

Teras, 2008), hlm.94

63

guru-guru khususnya guru mata pelajaran PAI, pegawai, siswa, dan lain

sebagainya.

Terdapat beberapa macam teknik yang dapat dilakukan dalam

melaksanakan wawancara yang dikemukakan para ahli. Namun dalam

penelitian ini tidak semua teknik itu digunakan dikarenakan beberapa

alasan dan penyesuaian dengan jenis penelitian. Adapun teknik

wawancara yang digunakan ialah wawancara terstruktur dan bersifat

terbuka.

Wawancara terstruktur seperti yang dijelaskan oleh Moleong112

berarti wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah

dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa tujuan dari wawancara terstruktur ini ialah untuk mencari jawaban

atas hipotesis kerja oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan haruslah

disusun dengan rapi dan ketat. Rapi dan ketat menurut penulis bermaksud

bahwa semua daftar pertanyaan sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan

tidak keluar dari permasalahan yang akan diteliti, dalam hal ini ialah

masalah pendidikan akhlak. Meskipun pada saat wawancara berlangsung

bisa jadi daftar pertanyaan tersebut bertambah satu atau dua pertanyaan

namun harus tetap dalam permasalahan penelitian. Dijelaskan pula

bahwa keuntungan dari wawancara terstruktur ini ialah jarang

mengadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan informan

agar sampai berdusta.

Format wawancara yang digunakan bisa bermacam-macam

bentuknya. Format tersebut dinamakan protokol wawancara, yang

digunakan sebagai panduan untuk memudahkan ketika wawancara

dilakukan. Protokol wawancara dapat juga bersifat terbuka. Pertanyaan-

pertanyaan dipersiapkan terlebih dahulu berdasarkan masalah dalam

rancangan penelitian.113

112

Moleong, Metodologi…, h. 190. . 113

Ibid., h. 190

64

Adapun wawancara yang bersifat terbuka seperti yang dijelaskan

oleh Moleong114

ialah informan yang diwawancarai mengetahui dan

menyadari bahwa ia sedang diwawancarai serta mengetahui pula maksud

dan tujuan wawancara tersebut. Ini bertujuan agar pada saat wawancara

jawaban dari informan tidak lari dari permasalahan yang sedang diteliti

yaitu pelaksanaan pendidikan akhlak. Perlu pula dijelaskan terlebih

dahulu maksud dan tujuan dari wawancara yang akan dilakukan agar

jawaban dari informan dapat memenuhi rumusan masalah yang telah

dirumuskan dalam bab I terdahulu.

2) Observasi

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah observasi. Observasi

adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengamati atau

mengobservasi objek penelitian atau peristiwa baik berupa manusia,

benda mati, maupun alam.115

Teknik ini peneliti lakukan dengan cara melakukan kontak

langsung dengan subjek penelitian dengan semua aktifitasnya, terutama

yang berkaitan dengan internalisasi pendidikan akhlak dalam

penanggulangan kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi

dibedakan menjadi dua, yaitu observasi partisipan dan observasi

nonpartisipan116

.

Observasi non partisipatif dapat diartikan sebagai observasi yang

dilakukan dimana si peneliti mengamati perilaku dari jauh tanpa ada

interaksi dengan subjek yang sedang diteliti. Ini berarti bahwa dalam

pengamatan di lapangan peneliti hanya mengamati segala kegiatan

pendidikan yang terjadi di sekolah tanpa terlibat sedikitpun, baik secara

fisik maupun emosi. Adapun kegiatan yang diamati ialah berupa proses

114

Ibid., h. 189. 115

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.61. 116

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.204.

65

belajar mengajar yang berkenaan dengan pendidikan akhlak pada mata

pelajaran PAI, kegiatan siswa di luar kelas yang berhubungan dengan

pendidikan akhlak, dan lain sebagainya.

3) Dokumentasi

Tenik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu mengumpulkan

data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah ada.117

Dalam penelitian ini yang dimaksud dokumentasi adalah suatu metode

pengumpulan data dengan jalan melihat catatan dan dokumen SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap yang sudah ada. Metode dokumentasi

diperlukan sebagai metode pendukung untuk mengumpulkan data, karena

dalam metode ini akan dapat diperoleh data-data historis, seperti struktur

lembaga SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, jumlah guru dan siswa,

fasilitas, serta data lain yang mendukung penelitian ini. Peneliti

melakukan dokumentasi selama proses penelitian dengan mengambil foto

sendiri, dan meminta data-data yang diperlukan kepada pihak SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

Teknik ini dilakukan untuk menghasilkan data-data dan dokumen

yang berkaitan dengan internalisasi pendidikan akhlak dalam

penanggulangan kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

Alasan penulis menggunakan metode ini adalah untuk

membuktikan dan menguatkan data penelitian karena dokumen tersebut

merupakan sumber yang stabil, dapat berguna sebagai bukti untuk

pengujian, mempunyai sifat yang alamiah, tidak reaktif dan manipulatif,

sehingga mudah ditemukan dengan teknik kajian isi, disamping itu hasil

kajian isi akan membuat kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan dan menguatkan terhadap fokus penelitian yaitu

internalisasi pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan siswa

di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

117

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian..... hlm.66.

66

4. Teknik Analisis Data.

Setelah data berupa transkrip hasil wawancara dan observasi, maupun

gambar, foto, catatan harian subjek dan sebagainya dianggap lengkap dan

sempurna, peneliti melakukan analisis data. Pada hakikatnya analisis data

adalah sebuah kegiatan untuk memberikan makna atau memaknai data

dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau

tanda, dan mengkategorikannya menjadi bagian-bagian berdasarkan

pengelompokan tertentu sehingga diperoleh suatu temuan terhadap rumusan

masalah yang diajukan. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data

kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk dapat

disederhanakan sehingga dapat dipahami dengan lebih mudah.

Data yang telah terkumpul perlu disempurnakan. Caranya ialah

dengan membaca keseluruhan data dengan merujuk ke rumusan masalah

yang diajukan. Jika rumusan masalah diyakini dapat dijawab dengan data

yang tersedia, maka data dianggap sempurna. Sebaliknya, jika belum cukup

untuk menjawab rumusan masalah, data dianggap belum lengkap, sehingga

peneliti wajib kembali ke lapangan untuk melengkapi data dengan bertemu

informan lagi. Itu sebabnya penelitian kualitatif berproses secara siklus.

Setelah data dianggap sempurna, peneliti melakukan pengolahan data,

yakni melakukan pengecekan kebenaran data, menyusun data,

melaksanakan penyandian (coding), mengklasifikasi data, mengoreksi

jawaban wawancara yang kurang jelas. Tahap ini dilakukan untuk

memudahkan tahap analisis.118

Dalam penelitian kualitatif ini, mulai dari proses pengumpulan data

sampai pada tahap analisis dan kesimpulan, terjadi sebuah sirkulasi. Terkait

dengan hal tersebut Miles dan Huberman menggambarkannya sebagai

berikut:

118

Mudjia Raharjo, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif......hlm. 19.

67

Data display

Data reduction Conclution

Data colection

Bagan di atas menunjukkan bagaimana sirkulasi antara

pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan kesimpulan.

Semuanya dilakukan dalam proses yang tidak terpisah.

Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya

yang berlanjut, berulang, dan terus menerus. Masalah reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran

keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang

saling susul-menyusul, namun dua hal lainnya merupakan bagian dari

lapangan.119

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.120

Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang

yang tidak perlu.121

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk mengumpulkan data selanjutnya.

Dalam hal ini, setelah penulis memasuki setting penelitian,

maka dalam mereduksi data penulis akan memfokuskan pada

119

Matthew Miles dan A. Michael Hubaerman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI

Press, 1992), hlm.20. 120

Matthew Miles dan A. Michael Hubaerman, Analisis Data Kualitatif...... hlm.16. 121

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.338.

68

internalisasi pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan

siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan penyajian sekumpulan informasi

yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan dan

pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian seorang

peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang

harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil

tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-

penyajian data.122

Semua data yang penulis dapat selama penelitian

kemudian dirancang guna menggabungkan dalam suatu bentuk yang

padu dan sistematik.

c. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan ini diperoleh dengan membandingkan dengan data

penelitian terdahulu sebagai perbandingan guna memperoleh temuan

baru terhadap penelitian kali ini.123

Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

a) Simpulan Hasil Penelitian.

Pada bagian ini peneliti mencantumkan kesimpulan dan implikasi

teoretik dengan menyajikan fakta-fakta sesuai fokus penelitian yaitu

internalisasi pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan siswa

di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

b) Laporan Penelitian.

Langkah paling akhir kegiatan penelitian ialah membuat laporan

penelitian. Laporan penelitian merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban kegiatan penelitian yang dituangkan dalam bahasa

tulis untuk kepentingan umum.124

Dalam laporan ini, penulis membagi

menjadi lima bab yang semuanya sudah penulis sajikan dalam

122

Matthew Miles dan A. Michael Hubaerman, Analisis .... hlm.17. 123

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan...... hlm.338. 124

Mudjia Raharjo, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif.....hlm. 20.

69

sistematika pembahasan pada bab I. Dalam penulisan laporan penelitian

ini, penulis menyusun dengan berpedoman pada panduan penulisan tesis

yang disusun oleh tim penyusun Pascasarjana IAIN Purwokerto.

70

BAB IV

INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1

KAMPUNGLAUT CILACAP

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Profil SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 KAMPUNG LAUT

NPSN : 20300721

Bentuk Pendidikan : SMA

Status Sekolah : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

SK Izin Operasional : 421.5/439/33/2006

Tanggal SK : 2006-12-20

Alamat

Desa/Kelurahan

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Propinsi

: JL. Masigit Sela No. 09 Kampung Laut

: Klaces

: Kampung Laut

: Kabupaten Cilacap

: Jawa Tengah

RT : 2

RW : 1

Nama Dusun : -

Kode Pos : 53253

Lintang : -7.6864000

Bujur : 108.8274000

Layanan Keb. Khusus

SK Pendirian Sekolah

: Tidak ada

: 421.5/439/33/2006

Tanggal SK : 2006-12-20

Rekening BOS : 0296235401

Nama Bank

Nama KCP/Unit

: BNI

: Cilacap

71

Atas Nama : SMAN 1 KAMPUNGLAUT

MBS : Tidak

Tanah Milik : 85000

Tanah Bukan Milik : 0

Nomor Telepon : 0282541747

Nomor Fax : 0282541747

Email : [email protected]

Website : http://www.smanka.sch.id

2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Letak geografis SMA Negeri 1 Kampung Laut merupakan satu

kepulauan dengan Pulau Nusakambangan yang pososinya diujung sebelah

barat Pulau Nusakambangan perbatasan dengan Jawa Barat. Kampug Laut

terdiri dari empat desa yakni Desa Panikel, Desa Ujung Gagak, Desa

Klaces dan Desa Motean. Dari desa yang satu dengan desa lainnya disekat

oleh perairan yang akhirnya membentuk kepulauan tersendiri. Kultur

kedaerahan masih sangat komplek yakni kehidupanya masih sebagaian

besar menganut kepercayaan dan masih bercampurnya agama. Mata

pencaharian warga Kampung Laut mayoritas nelayan sehingga identic

dengan kehidupan yang keras. Masyarakat masih kental dengan judi

sebagai contoh sorang suami sedang melaut para Ibu dirumah bermain

kartu dengan taruan uang, masih dipercayai dengan santet dan masyarakat

masih sangat menggemari dengan minuman keras. Keunikan yang ada

bahwa upacara HUT RI dilaksanakan dilaut merupakan hal baru dan

menjadi tradisi di Kampunglaut.

SMA Negeri 1 Kampung Laut Cilacap, pada awalnya hanya

sebuah permintaan dari masyarakat Kampung Laut yang berdiri tahun

2004 dan membuka pendaftaran di Balai Desa Klaces Kampung Laut

Cilacap dengan siswa pertama 27 anak. Kegiatan pembelajaran pun

dilakukan berpindah-pindah tempat waktu itu: dari Balai Desa Klaces ,

pindah ke Gedung SD Negeri Ujung Alang 2, dan kemudian pindah ke

72

Unit Gedung Baru Jl. Masigit Sela Nomor 9. Para guru pengajar pun

mengambil dari Guru SMA Negeri Kedung Reja dan sebagian Guru SD

Negeri Ujung Alang 2 karena menginduk di SMA Negeri Kedung Reja

tidak semua dari Cilacap, dan sebagian didatangkan dari Cilacap.

Pertama kali bangunan gedung SMA Negeri 1 Kampung Laut

hanya terdiri dari 1 kelas yang dilengkapi meja tulis, bangku, papan tulis,

dan almari untuk keperluan kelas dan guru. SMA Negeri kampung Laut

mempunyai dua wilayah tempat pemebelajaran yaitu di Seberang Pulau

Desa Ujung Gagak dan yang satunya berada di Desa Klaces yang

merupakakn gerbang pintu Nusakambangan, kegiatan belajar mengajar

dilaksanakan di dua tempat dikarena merupakan korban politik. Sedangkan

siswapun hanya dari dua daerah peresmian bangunan oleh Bupati Cilacap

itulah SMA Negeri 1 Kampung Laut Cilacap diperingati sebagai hari

ulang tahun SMA Negeri 1 Kampung Laut setiap tanggal 17 Septemeber

Cilacap hingga sekarang.

Sejak berdiri hingga sekarang SMA Negeri 1 Kampung Laut

Cilacap telah dipimpin oleh 9 orang Kepala, yaitu :

1. Drs. Muryanto

2. Drs. Supriyanto, MM.Pd

3. Drs. Anigoro Budi Prasetyo, M.Pd

4. Drs. Hendro Setyono, MM

5. Dra. Pujiastuti Wardani, MM

6. Unggul Wibowo, M.Pd

7. Drs. Aris Subekti, MM

8. Amin, M.Pd

9. Drs. Sukoya, M.Or

Sedangkan jumlah guru dan Karyawan keseluruhan sekarang 33 orang

yang rata-rata masih muda.

73

3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

VISI SMA NEGERI 1 KAMPUNG LAUT

Unggul dalam prestasi, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Dengan indikator sebagai berikut:

1. Terwujudnya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama yang dianut dibuktikan

dengan perilaku yang mencerminkan akhak mulia;

2. Terbentuknnya karakter peserta didik yang berbudi pekerti luhur, taat

beragama, berperikemanusiaan, bersatu, gemar bermusyawarah, dan

berkeadilan.

3. Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, baik prestasi akademik

maupun prestasi non akademik.

Prestasi akademik :

1.1. Terlaksananya pembelajaran tuntas ( mastery learning ) pada setiap

mata pelajaran dengan KKM minimal 75 dan meningkat setiap tahun;

1.2. Terwujudnya prestasi kenaikan kelas 100 persen dengan rata-rata nilai

meningkat setiap tahun;

1.3. Terwujudnya prestasi kelulusan 100 persen dengan rata-rata nilai

meningkat setiap tahun;

1.4. Terdapat peningkatan jumlah Peserta Didik yang diterima di Perguruan

Tinggi dan diterima kerja di dunia usaha;

1.5. Memperoleh prestasi kejuaraan pada lomba mata pelajaran atau

Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten, dan masuk 100

besar tingkat Propinsi Jawa Tengah;

1.6. Memperoleh prestasi kejuaraan pada lomba Peserta Didik berprestasi

tingkat kabupaten;

Prestasi Non Akademik :

1.7. Terselenggaranya pendidikan kepramukaan yang sesuai dengan

peraturan perundangan sehingga memperoleh prestasi kejuaraan lomba-

lomba bidang kepramukaan di tingkat kecamatan maupun kabupaten;

74

1.8. Memperoleh prestasi kejuaraan pada lomba debat dan atau pidato

Bahasa Inggris tingkat kabupaten

1.9. Memperoleh kejuaraan olahraga prestasi dan seni pada Popda, Festival

Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) dan Olimpiade Olahraga dan

Seni Nasional (OOSN) Tingkat Kabupaten;

1.10. Memperoleh prestasi kejuaraan dalam lomba perpustakaan dan

lomba-lomba bidang lainnya yang diselenggarakan di tingkat

kecamatan, kabupaten.

MISI SMA NEGERI 1 KAMPUNG LAUT

1. Memberikan pelayanan sector pendidikan terbaik untuk masyarakat

2. Memfasilitasi belajar yang baik, lingkungan belajar yang nyaman dan

situasi belajar mengajar yang kondusif

3. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal mampu berdaya saing

yang sehat dan memahami kebutuhan sarana pembangunan untuk

kesejahteraan warga sekolah.

4. Menumbuhkan sikap disiplin dan semangat tinggi untuk mencapai

unggul dan mampu berkompetitif baik dalam bidang imtaq dan IPTEK.

5. Menyiapkan siswa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang lebih tinggi.

Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan budi pekerti

yang luhur, akhlaq mulia, beriman dan bertqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

4. Keadaan Guru dan Siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

a. Guru dan Tata Usaha

Guru sebagai perangkat dalam dunia pendidikan menempati posisi

yang sangat strategis. Bukan saja berfungsi sebagai penyampai ilmu

pengetahuan melainkan sekaligus menjadi contoh atau model bagi

peserta didik. Untuk itu seorang guru haruslah memiliki beberapa

kualifikasi yang menunjang tugasnya sebagai seorang pendidik salah

75

satunya adalah kualifikasi pendidikan. Berdasarkan studi atas dokumen

dan wawancara dengan kepala TU diperoleh data tentang tenaga

pendidik yang tersedia di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap sebagai

berikut:

No Nama Guru L/P Jabatan

1. Drs. Sukoya, M.Or L Kepala Sekolah

2. Suparto, S.Pd L Guru

3. Slamet Riyadi, M.Pd L Guru

4. Slamet Widodo, S.Pd L Waka Sarpras

5. Albertus Tri Suprapto, S.Pd L Waka Humas

6. Sri Wahyuni, S.Pd P Guru

7. Muhtar, M.Pd L Guru

8. Rahmat Priyono, S.Pd L Guru

9. Ahmad Sultoni, M.Pd L Waka Kurikulum

10. Endang Rohmayanti, S.Pd P Guru

11. Pratiwi Kusuma Dewi, S.Pd P Guru

12. Suharli, S.Pd L Waka Kesiswaan

13. Naely Dewi, S.Pd P Bendahara

14. M. Bambang Kurniadi, S.Pd L Guru

15. Turiman, S.Pd L Guru

16. Wiwit Nugroho, S.Pd P Guru

17. Syahdiyah Istiqomah, S.Pd P Guru

18. Kusma Setiyaningrum, S.Pd P Guru

19. Kusni Mubarok, S.Pd L Guru

20. Asriyani, S.Pd P Guru

21. Khusnul Khotimah, S.Pd P Guru

22 Farah Robitoh, S.Pd P Guru

23. Hermawan, S.Pd L Guru

24. Sartoyo, S.Pd L Koordinator TU

25. Paryati Indiastuti,Am.Pus P Pustakawan

76

26. Anton Masigit Prayogi, S.Pd L TU

27. Leri Gustowo, S.Pd L TU

28. Amir Sulaiman L TU

29. Bambang A., S.Kom L TU

30. Andriyanto, S.Kom L TU

31. Agus Priyatin L Penjaga

32. Saring L Penjaga

33. Bowo Sugianto L Penjaga

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa tenaga pendidik

yang tersedia di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap sudah memiliki

kualifikasi Sarjana di bidang Pendidikan.

b. Siswa

Jumlah Siswa Kelas X

No Kelas Jumlah

1 X- MIPA 29

2 X-IPS 1 24

3 X-IPS 2 23

Jumlah Siswa Kelas XI

No Kelas Jumlah

1 XI- MIPA 1 24

2 XI- MIPA 2 21

3 XI-IPS 23

Jumlah Siswa Kelas XII

No Kelas Jumlah

1 XII- MIPA 1 22

2 XII-MIPA 2 22

3 XII-IPS 21

77

B. Proses Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Penanggulanangan

Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Pendidikan akhlak merupakan proses perbuatan, tindakan, penanaman

nilai-nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku, baik terhadap Allah

Swt, sesama manusia, diri sendiri, dan alam sekitarnya yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia

dan akhirat. Proses pendidikan akhlak siswa dibutuhkan kerja keras dan

kesabaran para pendidik, karena akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan

keturunan atau secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang

panjang, oleh karena itu proses pendidikan akhlak di sekolah harus

disistematisasikan yang dimulai dengan membuat perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

1. Perencanaan Internalisasi Pendidikan Akhlak di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap

Proses perencanaan pendidikan akhlak siswa di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap, dirumuskan menjadi lima item, yaitu:

mengidentifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terjadi di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, faktor-faktor penyebab kenakalan siswa,

pendidikan akhlak yang dilakukan, hambatan dalam pembinaan akhlak

dan evaluasi pendidikan akhlak.

2. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap

a. Hasil Observasi

Bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap sebagai observasi penulis di lapangan adalah

bertengkar dengan sesama teman, merokok, memakai seragam tidak

sesuai dengan aturan sekolah, pacaran, bolos sekolah dan melawan

guru. Dari observasi ini bisa dijelaskan bahwa kenakalan siswa di

SMA ini masih tergolong ringan.125

125

Observasi Penulis, SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, 20 Februari 2020

78

b. Hasil Wawancara

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan menyangkut

tentang jenis-jenis kenakalan siswa, sebab-sebabnya dan cara untuk

menghadapinya di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap. Selaku

guru BK Bapak Suharli, S.Pd mengatakan: “Pelanggaran yang

dilakukan siswa di SMA ini antara lain tidak berpakaian rapi, bolos

sekolah, berkelahi, melawan guru, merokok, terkadang

menggunakan rokok elektrik, membawa handphone, berbuat jahil

kepada lawan jenis, pacaran, berkumpul bersama siswa laki-laki dan

perempuan di lingkungan sekolah pada saat jam istirahat dan

membuat kebisingan.”126

Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah Bapak Drs.

Sukoya, M.Or. yang mengatakan: “Tingkat kenakalan siswa SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap masih dalam kategori ringan karena

kalau dilihat dari jenis kenakalannya masih seputar membolos,

bertengkar sesama teman, terlambat masuk sekolah, merokok dan

pelanggaran disiplin lainnya. Sementara pelanggaran-pelanggaran

berat apalagi masuk dalam kategori kriminal saat ini belum pernah

dijumpai.”127

Untuk siswa yang bermasalah dengan guru maka dilakukan

pembinaan begitu juga dengan merokok dan untuk perusakan

fasilitas sekolah jika diketahui adanya pelanggaran tersebut maka

siswa diminta untuk menggantinya sebagai bentuk tanggung jawab

terhadap apa yang telah mereka lakukan.

Adapun bentuk-bentuk kenakalan siswa yang paling dominan

terdapat berdasarkan data yang penulis peroleh dari wawancara

selama pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap adalah sebagai berikut:

126

Wawancara dengan Bapak Suharli, S.Pd, guru BK SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 20 Februari 2020 127

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Or, Kepala SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 20 Februari 2020.

79

a. Memakai Seragam Tidak Sesuai dengan Aturan yang

Berlaku

Bentuk kasus kenakalan memakai seragam sekolah tidak

sesuai dengan aturan yang berlaku merupakan salah satu bentuk

pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Hal ini dikarenakan

ketentuan seragam sekolah tidak hanya menyangkut soal warna

saja tetapi juga model, kelengkapan atribut, cara pemasangan

atribut.

Berdasarkan pengamatan penulis ada sebagian seragam

siswa mempunyai model yang berbeda, atribut kurang lengkap

seperti tidak dipasang nama siswa di bagian depan, dan

mengeluarkan baju. Selain itu menurut Bapak Suharli, S.Pd.

mengatakan: “Sebagian siswa juga ada yang tidak memakai

sepatu hitam, dan ini sebuah pelanggaran kerapian berpakaian”.128

Adapun motivasi untuk melanggar peraturan tersebut

dikarenakan pengaruh teman, ingin terlihat keren menurut

persepsinya sendiri dan ada juga agar tidak diremehkan oleh

kawan lain.

b. Kenakalan Bertengkar

Bapak Slamet Riyadi, M.Pd selaku wali kelas XII

mengatakan: “pertengkaran biasanya disebabkan berselisih

pendapat, kalah dalam suatu permainan, karena merebutkan

teman wanita, pemilihan ketua osis yang tidak sesuai pilihan,

saling ejek antara satu sama lain dan adanya intimidasi antara

siswa”.129

128

Wawancara dengan Bapak Suharli, S.Pd., Guru BK SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 20 Februari 2020. 129

Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi, M.Pd, wali kelas XII SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 02 Maret 2020.

80

c. Kenakalan Tidak Masuk Sekolah

Kasus jenis kenakalan tidak masuk sekolah sering

dilakukan oleh sebagian siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap. Pada tahun 2019/2020 ada sebagian siswa yang tidak

masuk sekolah lebih dari delapan kali. Kenakalan ini masih dalam

taraf wajar tetapi hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja tetapi

perlu adanya penanganan yang serius, karena bila hal ini

dibiarkan bisa berpengaruh kepada teman-temannya yang lain.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan siswa

kelas XI yang sering tidak masuk sekolah diperoleh keterangan

sebagai berikut: “saya tidak masuk sekolah alasannya karena

malas sama guru mata pelajarannya, karena gurunya

menakutkan.130

Dari hasil wawancara dengan siswa SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap tersebut dapat diketahui bahwa yang

menyebabkan mereka tidak masuk sekolah adalah mereka ingin

bermain dan malas kepada sebahagian guru mata pelajaran karena

guru tersebut terlihat cerewet dan hanya memberikan tugas ketika

sedang mengajar sehingga anak merasa takut dan memilih

bermain dari pada pergi ke sekolah.

d. Kenakalan Melawan Guru

Penyebab kenakalan melawan guru, bisa karena pengaruh

keadaan keluarga yang tidak tentram, tidak lengkap, serta orang

tua dengan anak jarang bertemu, maka anak sebagai amanat Allah

Swt itu dalam kehidupannya sehari-hari kurang mendapatkan rasa

kasih sayang serta bimbingan dari orang tua, maka anak akan

bertindak menurut kemauannya sendiri tanpa sepengetahuan

orang tua. Padahal anak sangat memerlukan suatu pembinaan,

bimbingan dengan disertai rasa kasih sayang dari orang tuanya.

130

Wawancara dengan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, tanggal 02

Maret 2020.

81

Terlalu dimanjakan orang tua, si anak juga bisa bersikap tidak

mau disalahkan. Perilakunya ini bisa membuat perlawanan

kepada guru yang memberikan hukuman kepada dirinya. Untuk

menemukan kenakalan ini peneliti mewawancarai salah satu wali

kelas XII yang pernah merasakan seorang siswa melawan ketika

diberi hukuman. Bapak Slamet Riyadi, M.Pd mengatakan, “saya

pernah menegur siswa yang kedapatan bermain handphone untuk

melaksanakan sholat berjamaah lalu siswa itu melawan dan

mengatakan bahwa ia tidak pernah diatur atur orangtuanya,

kenapa bapak mengatur saya?”131

Kenakalan melawan guru ini, tentu ada sebabnya secara

psikologis. Sebagaimana wawancara bersama Bapak Drs. Sukoya,

M.Or. beliau mengatakan, “siswa yang masuk di sekolah ini

mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda, di sinilah

peran guru menanamkan nilai-nilai akhlak, bahwa guru itu

pengganti orang tua ketika dia di sekolah sehingga perasaannya

yang merasa tidak diperdulikan bisa dilupakannya”.132

e. Kenakalan Pacaran

Dalam kondisi di jaman modern ini banyak faktor

kenakalan siswa berpacaran, mulai dari perkembangan dan

kemudahan IPTEK sampai kurangnya pengetahuan keluarga

menanamkan nilai keislaman, menyebabkan perilaku

penyimpangan seksual merajalela di lingkungan kita. Kesadaran

segenap pihak untuk melindungi siswa dari bahaya pergaulan

bebas diperlukan, mulai dari keluarga di rumah, guru dan semua

pihak di sekolah, dan seluruh unsur masyarakat. Orang tua perlu

memantau perkembangan anaknya dan menaruh perhatian

saksama. Ada tanggung jawab orang tua yang tidak boleh

131

Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi, M.Pd, Wali Kelas XII SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 02 Maret 2020. 132

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Or, Kepala SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 02 Maret 2020.

82

dilalaikan untuk mendidik anaknya agar mengetahui mana

perilaku yang benar dan yang salah, mana perilaku yang susila

dan yang asusila. Mengontrol tontonan layar kaca juga perlu

dilakukan. Orang tua semestinya memberikan pemahaman dan

menjelaskan kepada anak terkait apa yang disaksikan di layar

kaca. Kasih sayang dan perhatian orang tua yang proporsional

menjadi sebuah keniscayaan untuk mencegah anak dari perilaku

menyimpang, pendidikan akhlak, budi pekerti, moral selayaknya

mulai direalisasikan sejak dini dari lingkungan keluarga.

Sebagaimana yang dikatakan Bapak Muhtar, M.Pd.I selaku guru

Pendidikan Agama Islam, “semestinya orang tua bisa membatasi

ruang gerak anak ketika di rumah dengan menyibukkannya

belajar dan tidak lupa memberikannya nilai-nilai akidah sehingga

merasa takut akan azab Allah Swt untuk berbuat maksiat dengan

yang bukan muhrimnya”.133

f. Kenakalan Merokok

Bentuk kenakalan merokok termasuk kebiasaan yang

kurang baik. Kecanduan merokok telah melanda setiap lapisan

baik orang dewasa maupun anak kecil, pria maupun wanita. Para

perokok ingin agar semakin banyak orang yang kecanduan rokok

sehingga tidak ada lagi orang yang berusaha mencegahnya.

Seseorang yang biasa merokok, ia akan berusaha mempengaruhi

temannya supaya merokok. Berdasarkan hasil wawancara antara

penulis dengan siswa yang biasa merokok diperoleh keterangan

siswa kelas XII mengatakan: Saya pernah merokok tetapi tidak

dilakukan di lingkungan sekolah, melainkan di kantin luar sekolah

dan saya sering mengajak teman-teman untuk merokok dan

setelah pulang sekolah biasanya kami membeli rokok dan

133

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I, Guru Pendidikan Agama Islam SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, tanggal 20 Februari 2020.

83

terkadang ada teman saya membawa rokok elektrik dan kami

biasanya merokok sambil bergiliran.134

Menilik bentuk-bentuk kenakalan yang terjadi, setiap guru

harus mempertimbangkan psikologis seorang siswa dalam

memberikan hukuman, tentunya kita harus terlebih dahulu

mengetahui siapa dan bagaimana keadaannya. Mereka adalah

sekelompok remaja yang melaksanakan studi atau belajar di

sekolah dengan tujuan untuk menuntut ilmu sebagai jalan untuk

meraih cita-cita dan harapan mereka di masa depan, serta

merupakan suatu masa dimana mereka mulai mencari dan

mengenali jati diri dan kepribadian mereka. Di samping itu juga

nantinya diharapkan akan menjadi sosok generasi yang

bertanggung jawab terhadap masa depan pembangunan bangsa

dan agamanya di masa depan.

3. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa

Ada beberapa faktor-faktor penyebab timbulnya kenakalan siswa.

Hasil wawancara penulis dengan para guru SMA Negeri 1 Kampunglaut

sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Keluarga bagian contoh terkecil dalam masyarakat merupakan

lingkungan pendidikan pertama dan utama dalam menanamkan nilai-

nilai ajaran agama dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan

perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan oleh orang tua

terhadap anaknya. Pendidikan agama dianggap paling penting karena

sangat erat kaitannya dengan keadaan akhlak siswa. Jika fungsi

keagamaan dapat dijalankan, maka keluarga tersebut akan mampu

merealisasikan norma agama dalam kehidupan sehari-hari dan di

lingkungan masyarakat. Akhlak adalah hasil dari pendidikan agama

134

Wawancara dengan Siswa kelas XII SMA N 1 Kampunglaut Cilacap, tanggal 02

Maret 2020.

84

yang baik. Pendidikan akhlak dalam keluarga dilakukan dengan

contoh dan teladan dari orang tua. Sebaliknya pula factor keluarga

juga bisa berpengaruh terhadap kenakalan siswa di sekolah. Bapak

Suharli, S.Pd mengatakan: Faktor keluarga bisa mempengaruhi anak

berbuat nakal, hal itu dikarenakan: pertama, kurang harmonisnya

hubungan keluarga antara ayah dan ibu sehingga tidak terjalin

komunikasi dengan anak. Kedua, kurang kasih sayang sehingga kalau

si anak ada masalah tidak curhat kepada orangtua tapi ia mencari

teman, kemungkinan teman yang salah, contohnya anak yang orang

tuanya sibuk bekerja seharian dari pagi hingga malam. Ketiga,

minimnya pengamalan agama di keluarga, contoh yang ringan saja

ketika anak berangkat sekolah tidak mencium tangan orang tua dan

mengucapkan salam. Hal ini terlihat sepele tetapi sangat penting untuk

membentuk akhlak anak.135

Selain itu Bapak Muhtar. M.Pd.I menerangkan, “kebanyakan

siswa yang masuk ke sekolah ini orang tuanya bekerja dari pagi

hingga sore bahkan ada yang sampai malam sebagai nelayan sehingga

tidak punya waktu untuk anaknya.”136

Sebagaimana penulis mewawancarai beberapa orang siswa, di

antaranya mereka mengatakan, “mama dan papa pulang kerjanya

malam, jarang jumpa, saya pun malas belajar, gak ada yang

ngajarin”.137

Siswa yang lainnya mengatakan, “orang tua saya sudah

bercerai dan saya tinggal bersama kakek, karena merasa sepi dan

bosan di rumah saya selalu ke warnet bermain game”.138

135

Wawancara dengan Bapak Suharli, S.Pd, Guru BK SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 20 Februari 2020 136

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I, Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 20 Februari 2020. 137

Wawancara dengan Siswa kelas XI SMA N 1 Kampunglaut Cilacap, tanggal 02

Maret 2020. 138

Wawancara dengan Siswa kelas XII SMA N 1 Kampunglaut Cilacap, tanggal 02

Maret 2020.

85

b. Faktor Sekolah

Sekolah sebagai sarana pendidikan dan lembaga kedua setelah

keluarga tentunya memegang peranan yang tidak kalah penting,

seorang anak apabila sudah sampai di lingkungan sekolah, tugas

pendidikannya sepenuhnya sudah menjadi tanggung jawab guru.

Peran sekolah adalah membantu mendidik dan membimbing serta

mengarahkan tingkah laku peserta didik yang dibawanya dari

lingkungan keluarga. Bimbingan, arahan dan masukan yang diperoleh

dalam keluarga diharapkan akan dapat membentuk mental dan

perilaku peserta didik agar menjadi orang yang berguna bagi

masyarakat,bangsa dan agama.

Pengaruh lingkungan sekolah juga bisa menjadi penyebab

timbulnya kenakalan siswa, apabila sekolah dan komponen yang ada

di dalamnya tidak mampu berperan dan berfungsi sebagaimana

mestinya. Misalnya pelaksanaan tata tertib belum berjalan dengan

baik, sarana dan prasarana kurang memadai, kedisiplinan pengelolaan

sekolah belum berjalan dengan baik dan lain-lain. SMA Negeri 1

Kampunglaut mempunyai lingkungan yang baik bagi pendidikan,

selain lokasinya yang jauh dari kebisingan suara kendaraan, tetapi

juga kedisiplinan di sekolah ini sudah berjalan dengan baik. Pengaruh

lingkungan sekolah khususnya SMA Negeri 1 Kampunglaut terhadap

tindak kenakalan yang dilakukan siswa sangat sedikit. Bapak Muhtar,

M.Pd.I mengatakan: Lingkungan sekolah ini sekarang sudah semakin

kondusif, seperti yang saya perhatikan selama mengajar di sini

dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Sikap disiplin dan

KBM (kegiatan belajar mengajar) yang bagus, tapi walaupun sudah

begitu disiplinnya tetap masih ada saja siswa yang nakal, hal itu

karena siswa hanya delapan jam berada di sekolah selainnya lebih

banyak berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.139

139

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I, Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 20 Februari 2020.

86

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan dalam masyarakat merupakan faktor yang

terpenting dalam mempengaruhi proses pembentukan mental dan pola

pikir siswa yang dapat menyebabkan timbulnya kenakalan siswa.

Faktor pergaulan dan adaptasi juga sangat berpengaruh terhadap

terjadinya kenakalan siswa. Bapak Drs. Sukoya, M.Or mengatakan:

Walaupun di rumah anaknya bagus tetapi kalau lingkungannya tidak

mendukung itupun sangat berbahaya, karena lingkungan itu lebih

tajam pengaruhnya dibandingkan dengan pengaruh di sekolah.

Apalagi lingkungan disekitar kampunglaut masih marak dengan

perjudian, kejawen dan sebagainya. Dua komponen antara keluarga

dan lingkungan itu sangat mempengaruhi kepribadian anak. Apalagi

keadaan sekarang ini budaya anak tinggal di kota selalu mengarah

seperti budaya pergaulan bebas. Kalau dulu seorang laki-laki dan

perempuan berboncengan tanpa ada ikatan suami istri atau muhrimnya

itu sangat tabu, tapi sekarang itu sudah membudaya, tiap lingkungan

ada dan bukan lagi tabu.140

Dari penjelasan kepala sekolah di atas dipahami bahwa

seorang anak yang kurang mendapat pendidikan akhlak dari

keluarganya maka kurang tertanam jiwa keberagamaannya dan

mereka tidak bisa membedakan antara perbuatan yang baik dan buruk,

mereka akan mencari kesenangan dengan teman-temannya yang

kurang baik sehingga mereka akan terbawa ke dalam arus pergaulan

yang kurang baik.

4. Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam penanggulangan Kenakalan

Siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Dari hasil observasi penulis, internalisasi pendidikan akhlak yang

dilakukan di SMA Negeri 1 Kampunglaut adalah sebagai berikut:

140

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Pd, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 02 Maret 2020.

87

a. Pebdidikan Akhlak Terhadap Allah Swt

Setiap hari siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut memulai

kegiatan belajar mengajar dengan berdoa yang kemudian dilanjutkan

dengan membaca Alquran. Tidak hanya itu, guru juga mewajibkan

siswanya untuk menghafal surat-surat pendek pada juz 30yang

diprogramkan 1 tahun selesai. Pada saat jam istirahat pertama, siswa

juga dianjurkan untuk melaksanakan shalat dhuha. Kemudian pada

saat tiba waktu shalat zuhur siswa diwajibkan shalat berjama‟ah di

mushalla sekolah yang dipimpin oleh setiap kelas yang bergiliran

dengan pengawasan para guru-guru. Dimana setiap siswa wajib

mengisi jurnal sholat serta jurnal tadarus harian siswa yang sudah

disiapkan.

b. Pembinaan Akhlak Terhadap Sesama

SMA Negeri 1 Kampunglaut dalam pembinaan akhlak sering

membiasakan kepada siswa apabila bertemu guru, teman atau

siapapun di lingkungan sekolah mengucapkan salam, bertindak dan

berucap dengan sopan dan baik terhadap guru, dan sesama siswa,

sopan ketika berjalan melewati orang yang lebih tua, tidak berteriak

dan memotong pembicaraan ketika berbicara, mengucap salam

ketika memasuki ruangan kelas, mengucap terima kasih atas

pemberian orang lain.

c. Pembinaan Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Salah satu kedisiplinan yang diterapkan di SMA Negeri 1

Kampunglaut adalah berpakaian dan berpenampilan rapi untuk

penampilan siswa, tidak diperbolehkan menyemir atau mewarnai

rambut dan harus memotong rambut dengan rapi bagi laki-laki. Bagi

siswa perempuan berpakaian menutup aurat, tidak mengenakan

pakaian ketat dan transparan. Membaca doa sebelum makan,

menggunakan tangan kanan, tidak berdiri, tidak mubazir, tidak

berserakan. Membuang sampah pada tempatnya. Selain itu kegiatan-

kegiatan lain yang dapat mendukung dalam pembentukan akhlak

88

misalnya kegiatan ekstrakurikuler, antara lain pencak silat dan

kesenian menari bagi siswa sehingga dapat melatih keterampilan dan

ketahanan diri mereka, juga menanamkan pada diri siswa agar tidak

sombong, dan melatih serta mendidik siswa agar berani tampil ke

depan.

SMA Negeri 1 Kampunglaut merupakan salah satu sekolah

yang menekankan perlunya pendidikan pembinaan akhlak bagi

seorang siswa. Semua pegurus struktur organisasi pada sekolah

mendukung untuk dilakukan pembinaan akhlak bagi siswa sehingga

nanti siswa menjadi murid yang cerdas secara intelektual, emosional

dan spritual. Wawancara dengan kepala sekolah, “pendidikan akhlak

sesuatu yang sangat penting dilaksanakan pada era sekarang ini,

terutama pada era iptek, yaitu era ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jadi pendidikan akhlak diperlukan untuk menyikapi itu”.141

Pendidikan akhlak yang dilakukan oleh sekolah harus

mendapat dukungan dari keluarga siswa dan lingkungannya. Dalam

hal ini pihak SMA Negeri 1 Kampunglaut menyadari hal tersebut,

sehingga perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan akhlak

di lingkungan sekolah. Kebijakan yang dilakukan adalah terbagi

kepada dua bentuk, yaitu pembinaan akhlak secara umum yang

berlaku di lingkungan sekolah dan pendidikan akhlak yang berlaku

di dalam kelas. Pendidikan akhlak yang berlaku secara umum itu

melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses pendidikan di

lingkungan sekolah yaitu siswa, semua guru bidang studi dan

pegawai serta kepala sekolah. Mereka itu semua terlibat langsung

dengan pembinaan akhlak di lingkungan sekolah. Setiap pihak yang

terlibat untuk pembinaan akhlak harus selalu mengacu kepada

kedisiplinan, baik itu guru, pegawai dan siswa. Ini merupakan model

pembelajaran yang sangat sesuai dengan teori pendidikan Islam yang

141

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya,M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 02 Maret 2020.

89

lebih dikenal dengan teori uswatun hasanah atau dalam teori

pendidikan disebut dengan imitasi.

Pendidikan akhlak yang dilaksanaan di SMA Negeri 1

Kampunglaut sebenarnya terintegrasi pada semua mata pelajaran,

baik yang bersifat umum maupun agama, kegiatan di dalam kelas

maupun di luar kelas. Upaya menghadapi kenakalan siswa

memerlukan penanganan dan perhatian yang khusus baik oleh orang

tua maupun guru di sekolah. Suatu kenakalan apabila dibiarkan

berlarut-larut hal itu akan menjadi lebih parah dan susah

dihilangkan. Kenakalan yang terjadi di SMA Negeri 1 Kampunglaut

seperti merokok, ribut di kelas ketika pelajaran berlangsung dan

memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang berlaku meskipun

jenis kuantitas dan kualitas jenis kenakalan tersebut tergolong ringan

tetapi hal itu harus secepatnya ditangani supaya tidak menjadi

kenakalan yang lebih berat.

Setelah mengadakan wawancara selama penelitian di SMA

Negeri 1 Kampunglaut, kenakalan tersebut langsung mendapat

penanganan dan perhatian dari pihak sekolah. Dari hasil wawancara

penulis dengan kepala sekolah, guru BK dan juga para guru

diperoleh keterangan sebagai berikut:

1) Memakai Seragam Tidak Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku

Jenis kenakalan ini masih terlihat saat penulis mengadakan

observasi. Sebagian siswa putri masih banyak memakai jilbab

masih terlihat rambutnya, siswa laki-laki masih didapat ada yang

mengeluarkan baju, begitu juga dengan kelengkapan atribut masih

ada siswa yang tidak memakainya. Bapak Muhtar, M.Pd.I selaku

guru PAI mengatakan: “setiap sehabis baris-berbaris, sebelum

masuk kelas, setiap siswa diperiksa kerapian pakaiannya. Siswa

90

yang belum rapi tidak dibenarkan masuk kelas, tetapi setelah jam

istirahat ada saja siswa yang kembali mengeluarkan bajunya”.142

Tetapi sebagai pendidik para guru selalu menanamkan nilai

kedisiplinan kepada siswa tentang kedisiplinan waktu,

kedisiplinan belajar dan kedisiplinan berpakaian. Dari itu dapat

kita lihat bahwa menanamkan nilai agama dengan menutup aurat

kepada siswa suatu jalan agar siswa terhindar dari berpakaian

yang tidak senonoh, pelecehan, dan pemerkosaan.

2) Kenakalan Bertengkar

Kenakalan bertengkar ini disebabkan latar belakang siswa

yang berbeda, membuatnya berbeda pula dalam bersikap. Seorang

guru harus sebisa mungkin menyatukan perbedaan siswa ini. Ibu

Slamet Riyadi, M.Pd guru kelas XII mengatakan: “untuk

menghadapi kenakalan bertengkar ini perlu dibuat kerja sama

antara siswa, baik dalam bidang olah raga, keagamaan, kegiatan

sosial, dan memberikan motivasi dan reward atas kegiatan

bermanfaat yang dilakukannya”.143

3) Kenakalan Bolos/Tidak Masuk Sekolah

Siswa tidak masuk sekolah tanpa alasan sudah biasa dan

sering kita jumpai hampir di setiap sekolah. Tetapi kalau

kenakalan ini dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan

ditakutkan siswa akan kehilangan minat sekolah dan bisa saja

mengakibatkan siswa berhenti sekolah. Selaku wali kelas yang

pernah siswanya bolos, Ibu Pratiwi Kusuma Dewi,S.Pd.

mengatakan: Siswa saya pernah ada yang bolos sekolah tanpa ada

keterangan, siswa tersebut saya panggil ke kantor dan saya tanya

alasannya tidak masuk sekolah. Saya buat perjanjian jika dia

mengulanginya akan saya beri surat panggilan kepada orang tua.

142

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I, Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 02 Maret 2020. 143

Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi,M.Pd, Wali kelas XII SMA N 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 04 Maret 2020.

91

Dan untuk siswa yang beralasan sakit ataupun ada urusan

keluarga, saya akan mencari tahu dan datang ke rumahnya apa

penyebab kenapa dia tidak masuk sekolah. Untuk menghadapi

kenakalan ini, guru akan memberikan bimbingan, nasehat serta

memberi motivasi supaya siswa lebih rajin masuk sekolah.

Disamping itu guru juga hendaknya menciptakan suasana

pembelajaran yang tidak membosankan agar siswa tidak jenuh

dan senang dan rajin untuk sekolah.144

Untuk menghadapi siswa yang tidak masuk sekolah/bolos

wali kelas juga bekerja sama dengan guru BK. Dari hasil

wawancara dengan guru BK diperoleh keterangan sebagai

berikut: Untuk menghadapi anak yang tidak masuk sekolah/bolos,

mereka dipanggil ke ruang BK setelah itu mereka ditanya kenapa

tidak sekolah dan mereka diminta membuat pernyataan bahwa

mereka tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, kalau masih

mengulangi lagi pihak sekolah akan mengunjungi rumahnya

untuk mencari tahu kepada keluarganya. Untuk membuat anak

senang ke sekolah yaitu dengan memotivasi mereka dengan

menyalurkan minat dan bakat mereka kepada kegiatan yang

disenanginya seperti kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, silat,

sepak bola, basket, dan rohis.145

Sedangkan penjelasan Bapak Drs. Sukoya, M.Or

mengatakan, “untuk menghadapi masalah ini kita lebih dahulu

mencari tahu alas an kenapa siswa tersebut tidak masuk sekolah,

dengan menanyakan lewat teman dekatnya atau guru wali kelas

datang langsung ke rumahnya, setelah itu siswa diberi bimbingan

dan pengarahan supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi”.146

144

Wawancara dengan Ibu Pratiwi Kusuma Dewi,S.Pd, Wali Kelas SMA N 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 04 Maret 2020. 145

Wawancara dengan Bapak Suharli, S.Pd, Guru BK Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 04 Maret 2020. 146

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, Kepala SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 04 Maret 2020.

92

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pihak sekolah

benar - benar memperhatikan siswanya, ketika siswa tidak masuk

sekolah maka pihak sekolah berusaha mencari tahu alas an kenapa

siswa tidak masuk sekolah sampai dengan mengadakan

kunjungan rumah untuk mengetahui keadaan siswa yang

sebenarnya dan wali kelas senantiasa memberikan arahan dan

nasehat kepada siswa yang tidak masuk sekolah untuk merubah

perbuatannya. Selain itu guru BK juga memotivasi siswanya

melalui kegiatan-kegiatan yang disukai siswa tersebut.

4) Kenakalan Melawan Guru

Perbuatan yang tidak mempunyai nilai-nilai Islam

menunjukkan perilaku yang tidak berakhlak dan tidak beradab.

Selain itu masa remaja bagi siswa adalah masa transisi untuk

mencari jati diri. Maka dari itu guru perlu memberikan

pemahaman bahwa guru adalah pengganti orang tua di sekolah,

yang akan membimbing dan mendidik anak ke arah yang benar.

Ibu Pratiwi Kusuma Dewi, S.Pd mengatakan: “siswa yang berani

melawan guru seharusnya diberikan bimbingan dan nasehat, juga

berikan reward dan punishment atas apa yang diperbuatnya, agar

ia merasa diterima, diperhatikan, disayangi yang mungkin saja

tidak ia dapatkan di lingkungannya, sehingga ia tidak melakukan

kesalahan itu lagi”.147

5) Kenakalan Pacaran

Jenis kenakalan pacaran ini sudah membudaya dalam

masyarakat kita, sepintas hal ini terlihat sepele tapi itu adalah hal

yang sangat vital untuk diperhatikan bagi para orang tua dan

masyarakat. Penting kiranya untuk membangun akidah yang

benar agar siswa tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Hasil

wawancara yang dilakukan dengan wali kelas dapat disimpulkan

147

Wawancara dengan Ibu Pratiwi Kusuma Dewi, S.Pd, Wali kelas SMA N 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 04 Maret 2020.

93

kenakalan pacaran ini tidak bisa seutuhnya di atasi pihak sekolah,

dikarenakan hal ini tidak begitu terlihat di lingkungan sekolah,

melainkan sepenuhnya terjadi di luar sekolah, sehingga perlu

kerja sama para orang tua untuk mengontrol anaknya agar tidak

sampai melewati batas.

6) Kenakalan Merokok

Drs. Sukoya, M.Or juga selaku guru olah raga mengatakan:

Usaha-usaha yang kami lakukan untuk mencegah supaya siswa

tidak merokok yaitu dengan membuat pelajaran kesehatan

jasmani dengan memberikan tugas makalah kepada siswa tentang

bahaya rokok dari segi kesehatan dan ekonomi saat jam pelajaran

olah raga, begitu juga dengan bahaya narkoba, minuman keras,

serta pelajaran tentang hidup sehat yang lain.148

Bapak Drs. Sukoya, M.Or mengatakan: Untuk menghadapi

kenakalan merokok ini, kami menciptakan lingkungan sekolah ini

lingkungan bebas rokok. Seluruh orang yang berada di

lingkungan sekolah, baik itu guru, siswa, dan pegawai lainnya

seperti cleaning service dan satpam dan bahkan jika ada tamu

yang datangpun tidak diperbolehkan merokok.149

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pembinaan yang

dilakukan oleh pihak sekolah bertujuan untuk menghadapi kenakalan

yang terjadi dan memperbaiki tingkah laku siswa menjadi lebih baik.

Meskipun kenakalan tersebut lebih banyak dilakukan di luar sekolah,

pihak sekolah tetap bertanggung jawab untuk menghadapi kenakalan

tersebut.

148

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Or, Guru Olah Raga SMA N 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 04 Maret 2020. 149

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 04 Maret 2020.

94

a. Pendidikan Akhlak Siswa dalam Kegiatan Intrakurikuler di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Dalam penelitian yang penulis lakukan di SMA Negeri 1

Kampunglaut, sang penulis menemukan secara umum sistem

pendidikan dan sistem pembinaan terhadap siswanya terbagi dalam

dua kelompok yaitu kelompok kegiatan intrakurikuler dan kelompok

kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut penulis simpulkan dari

mempelajari dokumen-dokumen yang ada di SMA Negeri 1

Kampunglaut. Hal ini dipertegas oleh penjelasan yang disampaikan

oleh Bapak Drs. Sukoya,M.Or yang menyatakan bahwa: Dalam

pelaksanaan pendidikan khususnya proses kegiatan belajar mengajar

termasuk pembinaan akhlak, kami secara umum melaksanakan dua

kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan

ekstrakurikuler. Dimana kedua kegiatan tersebut saling mendukung

dalam mencapai tujuan pendidikan, hanya waktu pelaksanaannya yang

berbeda. Adapun kegiatan intrakurikuler dilaksanakan pada jam

pelajaran, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar

jam pelajaran.150

Dalam kegiatan intrakurikuler SMA Negeri 1 Kampunglaut

telah menyusun dan menerapkan beberapa program kegiatan yang

nantinya dilaksanakan oleh setiap guru. Program kegiatan

intrakurikuler tersebut terangkum atau terbagi secara teratur dalam

bidang-bidang studi yang akan disampaikan atau diajarkan oleh guru.

Beberapa mata pelajaran atau bidang studi tersebut merupakan

kegiatan intrakurikuler di SMA Negeri 1 Kampunglaut. Dimana

penyampai dari materi-materi tersebut adalah masing-masing guru

yang menguasai bidangnya, sehingga dengan hal tersebut terjadilah

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas dengan efektif dan

efesien. Dalam kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses pembinaan

150

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya, M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 04 Maret 2020.

95

guru kepada siswa. Guru merupakan faktor yang paling penting dalam

proses pembinaan ini. Dan sejauh ini berdasarkan hasil pengamatan

penulis, guru-guru di SMA N 1 Kampunglaut Cilacap memiliki

kemampuan mendidik yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan

hampir semua guru yang mengajar sesuai dengan latar belakang

pendidikan bidang studi yang dikuasainya. Sehingga dengan demikian

masing-masing guru tampak lebih menguasai materi yang diampu

(diajarkan), dalam kata lain para guru-guru tersebut dapat menguasai

bahan ajar dengan baik. Selanjutnya dari data mata pelajaran yang

disusun dan direncanakan oleh SMA Negeri 1 Kampunglaut yang

dipersiapkan untuk diajarkan kepada para siswanya.

Guru merupakan faktor yang penting dalam sebuah proses

pembinaan akhlak siswa. Sebagaimana salah satu komponen dalam

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru memiliki posisi yang sangat

menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi dan peranan

utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan

mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran. Dengan demikian tentu

dapat dipahami bahwa guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai

ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum di

sekolah. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh

profesionalisme guru menjalankan tugasnya. Berkaitan dengan guru

ini, Bapak Drs. Sukoya,M.Or menjelaskan bahwa: Walaupun sekolah

kita didaerah terpencil tetapi Dalam merekrut tenaga pendidik (guru),

sekolah melakukannya dengan cukup selektif, tidak sembarangan

orang dapat diterima untuk menjadi seorang guru di madrasah ini. Hal

tersebut kami lakukan karena kami sadar sepenuhnya guru adalah

komponen yang sangat penting dalam sebuah proses pendidikan.

Peranan guru sangat vital dalam pendidikan, salah dalam memilih dan

menempatkan seorang guru akan berdampak pada tidak tercapainya

tujuan pendidikan. Oleh karena itulah kami hanya memilih dan

96

menyeleksi guru-guru yang memang benar-benar menguasai dan ahli

pada bidangnya masing-masing.151

Pada sisi yang lain guru juga merupakan pemberi nasehat dan

teladan bagi anak didiknya, sehingga dengan hal itu merupakan faktor

yang sangat penting bagi setiap guru untuk memiliki kemampuan

dalam memberikan pembinaan akhlak yang baik. Guru juga

diharapkan bisa menjadi teladan yang baik bagi semua anak didiknya.

Sebab guru merupakan sentral perhatian bagi seluruh muridnya, baik

pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) maupun di luar proses

belajar mengajar di kelas. Oleh Karena itu guru merupakan pihak yang

paling bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian dan

karakter siswa khususnya di lingkungan sekolah.

Melihat kondisi tersebut, sangat disadari bahwa betapa penting

peran guru dalam proses pendidikan. Berhasil atau gagalnya

pembinaan terhadap anak didik pada proses pendidikan tergantung

kualitas guru dalam mendidik siswanya. Semakin baik pendidikan

yang dilakukan guru terhadap siswanya maka akan semakin baik pula

pendidikan yang diterima siswa. Dan sebaliknya seburuk apa

pendidikan yang diberikan oleh seorang guru terhadap siswanya maka

akan seburuk itu pula pendidikan yang akan diterima siswa.

Pendidikan akhlak siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut menjadi

sangat penting atau urgen karena siswa pada umumnya berada pada

masa transisi, baik fisik, sosial, maupun emosional berada pada

kondisi yang rawan. Karena pada taraf transisi seperti ini diharapkan

semua pihak berperan aktif dalam pembinaan akhlak siswa, tidak

hanya di lingkungan sekolah akan tetapi juga di luar lingkungan

sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan Bapak Drs.Sukoya, M.Or, beliau

menjelaskan: Bahwa kegiatan pendidikan akhlak siswa dalam kegiatan

151

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya,M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 11 Maret 2020.

97

intrakurikuler SMA Negeri 1 Kampunglaut sudah berjalan, karena

setiap guru bidang studi menginginkan siswanya berperilaku baik

dengan menunjukkan sifat-sifat dan sikap yang menghormati guru dan

serius dalam belajar. Disamping itu guru-guru di sini wajib

memasukkan kurikulum berkarakter pada setiap pelajaran yang

disampaikannya, artinya setiap guru diwajibkan memberi bimbingan

dan pembinaan karakter/akhlak yang baik kepada siswa. Dan

waktunya diserahkan kepada masing-masing guru kapan mau

menyampaikan pendidikan akhlak tersebut, mau di awal pelajaran, di

tengah pelajaran atau di akhir pelajaran.152

Sementara itu menurut Bapak Muhtar, M..Pd.I menyampaikan

bahwa: Pembinaan akhlak siswa di SMA ini sudah berlangsung sejak

awal sekolah ini mulai dibuka dan beroperasional sebagai lembaga

pendidikan, khususnya pada kegiatan intrakurikuler. Guru yang

mengajar di sini semuanya diwajibkan dan dianjurkan agar senantiasa

memberikan nasehat akan kebaikan pada setiap kali masuk ke dalam

kelas tanpa terkecuali. Baik guru-guru yang mengajarkan bidang studi

umum terlebih lagi guru yang mengajarkan bidang studi agama, dan

Alhamdulillah hal tersebut tetap berjalan dengan baik sampai hari

ini.153

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa guru di

SMA Negeri 1 Kampunglaut menyatakan bahwa pendidikan akhlak

yang dilakukan kepada siswa beragam. Ada yang melakukan

pembinaan akhlak dengan cara menyampaikan nasehat-nasehat

kepada siswanya, ada pula yang melakukan pembinaan akhlak dengan

cara menampilkan keluhuran budi pekerti, ada pula yang memberikan

contoh-contoh kepada siswanya. Pemahaman yang keliru dalam

pendidikan akhlak siswa bisa berdampak yang tidak baik dalam

152

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya,M.Pd, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 11 Maret 2020. 153

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 11 Maret 2020.

98

pembentukan karakter siswa sehingga selalu melakukan kesalahan

yang sama dalam setiap harinya. Berdasarkan hasil observasi penulis

pada tanggal 20 Februari 2020, ternyata masih ada terlihat siswa yang

melanggar peraturan seperti, membuang sampah tidak pada

tempatnya, terlambat melaksanakan shalat berjamaah. Berkaitan

dengan hal ini menurut keterangan Bapak Slamet Riyadi, M.Pd selaku

wali kelas menjelaskan: “hal itu biasanya disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya, minimnya kepedulian siswa terhadap peraturan

sekolah, kebiasaan yang dibawa dari lingkungan tempat tinggal,

karena pengaruh teman, serta mungkin ada juga pengaruh karena

melihat ada guru yang kebetulan melakukan tindakan yang kurang

sesuai dengan aturan yang ada”.154

Siswa yang melakukan pelanggaran biasanya akan diberikan

sanksi. Menurut Bapak Suharli, S.Pd mengatakan: Dalam penerapan

aturan dan pemberian sanksi, hal yang sangat perlu diperhatikan

adalah adanya niat yang tulus dari semua komponen bahwa aturan

yang dibuat itu benar-benar untuk kemaslahatan bersama, dan

berkaitan dengan sanksi, hal ini harus ada pemahaman bahwa fungsi

sanksi tersebut sebenarnya bukan untuk menganiaya seseorang, akan

tetapi hanya untuk memberikan peringatan serta efek jera sehingga

siapa yang telah mendapatkan sanksi atau hukuman tersebut ia tidak

akan mengulanginya kembali, oleh karena itu berkaitan dengan itu

semua yang paling diperlukan adalah kesadaran dari semua pihak

untuk dengan ikhlas hati mengikutinya. Dan untuk mencapai hal itu

tentu semua pihak harus paham tentang hakikat aturan dan sanksi itu

diadakan.155

Peraturan dan tata tertib dijadikan sebagai landasan bagi guru

dan pihak sekolah dalam memberikan sanksi kepada para siswa yang

154

Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi,M.Pd Wali Kelas SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 13 Maret 2020. 155

Wawancara dengan Bapak Suharli, S.Pd, Guru BK SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 13 Maret 2020.

99

melanggar peraturan, sehingga dengan hal tersebut diharapkan proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat berjalan dengan baik dan

lancar. Dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan

mendidik seperti memberi reward, memuji, menegur, menghukum,

atau memberi nasehat. Tindakan guru tersebut berarti mendorong

siswa belajar atau memberikan motivasi. Siswa tertarik belajar karena

ingin memperoleh hadiah atau menghindari hukuman. Sanksi dan

hukuman dalam proses pembinaan akhlak harus ada, namun sanksi

saja tidak cukup, harus ada perimbangan yaitu dengan memberikan

hadiah. Hadiah yang penulis maksud dalam hal ini bukan berupa

bingkisan atau sebuah tropy, akan tetapi sebuah penghargaan kepada

siswa yang memiliki akhlak terpuji (mulia) seperti pujian, atau

perlakuan khusus lainnya. Sehingga dengan demikian siswa akan

termotivasi untuk melakukan tindakan yang terpuji atau akhlak yang

mulia.

b. Pendidikan Akhlak Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Di

SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1

Kampunglaut antara lain seperti: Pramuka, ROHIS, PMR, Teater,

English Study Club, Sepak Bola, Bola Volly, Badminton, Bola

Basket, Takraw, Pencak Silat, Seni Tari, dan lain-lain.

Semua program ini bertujuan untuk membina siswa agar bisa

mengembangkan kepribadian siswa, mengembangkan keilmuan siswa,

mengembangkan keterampilan siswa, mengembangkan kemampun

siswa serta membentuk perilaku dan akhlak siswa. Semua program-

program tersebut terjadwal dengan baik dan tetap di bawah bimbingan

guru-guru. Semua kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pendidikan akhlak siswa dalam

kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kampunglaut sangat terasa

manfaatnya bagi siswa-siswi bagi pembentukan karakter dan

kepribadian mereka, sebab dalam kegiatan tersebut mereka langsung

100

mempraktekkan teori-teori yang disampaikan oleh guru dalam kelas,

seperti tentang shalat berjamaah, tata sopan santun baik berpakaian,

berbicara, bersikap dan sebagainya, termasuk pada kegiatan olahraga,

mereka dituntut untuk memiliki sikap serius, pantang menyerah,

bertanggung jawab, saling menghormati dan saling menghargai. Pada

pembahasan ini akan dijelaskan hasil data observasi wawancara dan

dokumentasi sebagai hasil penelitian lapangan.

5. Hambatan dalam Internalisasi Pendidikan Akhlak Siswa di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Dari wawancara bersama informan kepala sekolah, guru BK dan

para guru tentang mengendalikan kenakalan siswa di SMA Negeri 1

Kampunglaut, tentu didapat ada dukungan dan hambatan. Dari hasil

pelaksanaan penelitian mengenai pembinaan akhlak di SMA Negeri 1

Kampunglaut, ditemukan beberapa kendala yang dianggap dapat

berpengaruh negatif terhadap pembinaan perilaku positif siswa, antara

lain:

a. Faktor Guru

Selama pengamatan penulis di lapangan, masih ada sebagian

guru yang memiliki pemahaman bahwa pembinaan akhlak siswa itu

hanya pada saat guru bertugas di dalam kelas, bila di luar kelas itu

bukan lagi tugas dan tanggung jawab guru. Hal itu dipertegas oleh

Kepala Sekolah Bapak Drs. Sukoya,M.Or yang mengatakan bahwa:

“terkadang ada sebagian guru yang merasa bahwa tanggung jawab

mendidik dan membina anak bagi seorang guru itu hanya pada saat

di dalam kelas saja, sedangkan di luar kelas tidak menjadi tanggung

jawab guru yang bersangkutan lagi, akan tetapi itu menjadi tanggung

jawab orang tua siswa”.156

Bapak Suharli, S.Pd mengatakan: “ada guru yang terlalu serius

dalam menyampaikan pembinaan berupa nasehat sehingga terkesan

156

Wawancara dengan Bapak Drs. Sukoya,M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020.

101

kaku yang pada akhirnya ditanggapi dingin oleh siswa, atau

terkadang ada juga guru yang terlalu serius dengan materi pelajaran

yang diajarkan sehingga lupa menyampaikan pembinaan kepada

siswa pada sesi pelajaran hari itu”.157

b. Faktor Orang Tua

Tidak semua orang tua menerima kenyataan kenakalan

anaknya, seharusnya orang tua juga harus bisa menerima keterangan

dari guru dengan mengawasi tingkah laku anak yang berbeda ketika

keluar dari rumah. Kebanyakan orang tua kurang peduli tentang

pengaruh pelajaran yang berbentuk Pendidikan agama Islam. Selain

itu Bapak Muhtar, M.Pd.I selaku Guru PAI SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap menerangkan, “kebanyakan siswa yang masuk

ke sekolah ini orang tuanya bekerja dari pagi hingga sore bahkan ada

yang sampai malam sebagai nelayan sehingga tidak punya waktu

untuk anaknya.”158

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Suharli, S.Pd: “adanya

komunikasi yang terhambat antara guru dan orang tua siswa

terkadang membuat program yang diterapkan guru kepada siswa

sekali -kali disalah mengerti oleh orang tua, hal itu terjadi karena

memang intensitas pertemuan antara guru dan orang tua siswa sangat

jarang dilakukan”.159

c. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi sifat peserta

didik. Lingkungan tempat tinggal peserta didik ada yang baik dan

buruk. Lingkungan yang baik sangat mendukung bagi perkembangan

peserta didik. Akan tetapi lingkungan yang buruk akan sangat

membentuk kenakalan bagi anak yang bergelut di dalamnya.

157

Wawancara dengan Bapak Suharli,S.Pd, Guru BK SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 16 Maret 2020. 158

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I , Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020. 159

Wawancara dengan Bapak Suharli,S.Pd, Guru BK SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 16 Maret 2020.

102

Sebagaimana disampaikan Bapak Muhtar, M.Pd.I: Diantara

kendala pendidikan akhlak siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, pertama, Pengaruh lingkungan pergaulan anak khususnya

lingkungan pergaulan di luar sekolah yang kurang kondusif bagi

pembinaan perilaku siswa. Kedua, Kurang pedulinya sebagian orang

tua dalam membina dan mengembangkan pengajaran akhlak siswa di

rumah. Ketiga, Rendahnya minat belajar pengajaran akhlak pada

sebagian siswa.160

d. Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi memiliki sisi positif dan sisi negatif

bagi penggunanya. Penggunaan teknologi yang sehat akan

memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi aktivitas

manusia. Akan tetapi bagi yang tidak bijak dalam menggunakannya

bisa jadi merusak dan menimbulkan kejahatan bagi penggunanya.

Hal itu juga dikemukakan Bapak Slamet Riyadi, M.Pd selaku wali

kelas XII: “kenakalan yang dilakukan siswa bisa saja di perolehnya

dari melihat tayangan televisi, internet dan media sosial lainnya,

yang siswa tersebut belum matang dalam menyaring informasi yang

didapatnya dari media social tersebut”.161

Meskipun masih ditemui beberapa kendala dalam pelaksanaan

pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, namun

selaku guru-guru pendidik terus berusaha mencarikan solusinya

sehingga kendala tersebut tidak akan terus menjadi hambatan dalam

pembentukan perilaku positif di kalangan siswa. Terhadap beberapa

kendala tersebut perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Drs. Sukoya.M.Or yaitu: “kepada siswa

selalu diberikan pengertian dan nasehat agar memperhatikan

lingkungan pergaulannya di tengah-tengah masyarakat serta

160

Wawancara dengan Bapak Muhtar, M.Pd.I , Guru PAI SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020. 161

Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi,M.Pd, Wali Kelas XII SMA N 1

Kampunglaut Cilacap, tanggal 16 Maret 2020.

103

menjauhi lingkungan pergaulan yang tidak baik, seperti berjudi,

minum-minuman keras, narkoba dan lain sebagainya”.162

Lebih lanjut Bapak Drs. Sukoya,M.Or menjelaskan bahwa

dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi dalam pendidikan

akhlak siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap: Guru selalu

berusaha memberikan sugesti kepada siswa agar mereka dapat

meningkatkan minat dan motivasi belajarnya di sekolah khususnya

minat mengenai pengajaran akhlak dan sekaligus memberikan

pengertian akan arti pentingnya pengajaran akhlak bagi kehidupan

manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial.163

6. Evaluasi Internalisasi Pendidikan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap

Evaluasi yang dilakukan meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik, hanya saja ranah psikomotorik merupakan bagian yang

paling banyak diperhatikan, hal ini karena pendidikan akhlak sangat

terkait dengan pengamalan. Berdasarkan wawancara dengan guru PAI

Bapak Muhtar,M.Pd.I diketahui bahwa evaluasi yang paling penting

adalah evaluasi terhadap perilaku (psikomotorik) siswa: “evaluasi yang

paling penting adalah terhadap perilaku anak. Jika ada anak yang

melakukan pelanggaran, maka pada saat itu kita tegur, kita tanya baik-

baik dan kita beri nasehat, tetapi jika sampai berulang-ulang melakukan

kesalahan yang sama, maka tahap selanjutnya yang kita lakukan adalah

memberikan sanksi.

Hasil penelitian tentang pembinaan akhlak siswa tidak bisa dilihat

hanya pada karakter dan tingkah laku siswa pada saat mereka belajar di

kelas saja, akan tetapi harus dilihat juga ketika mereka berada di luar

kelas serta dalam kehidupan sehari-hari.

162

Wawancara dengan Bapak Drs.Sukoya,M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020. 163

Wawancara dengan Bapak Drs.Sukoya,M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020.

104

Selanjutnya ketika penulis bertanya kepada Bapak Suharli, S.Pd,

berapa persen kira-kira tingkat keberhasilan internalisasi pendidikan

akhlak siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap? Beliau menjawab:

“sekitar 80 %”. Dari mana kira-kira indicator diperoleh persentase

tersebut? Selanjutnya beliau menjawab: “indikatornya kami ambil dari

jumlah atau tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa-siswi

kami, Alhamdulillah sejauh ini pelanggaran yang dilakukan para siswa-

siswi relatif sedikit, dan itupun bukan pelanggaran berat, namun hanya

pelanggaran ringan”.164

Adapun hasil yang dicapai dalam internalisasi pendidikan Akhlak

siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap adalah sebagai berikut:

a. Siswa sudah lebih bersikap baik di lingkungan sekolah, baik kepada

guru teman dan lingkungan sekolah.

b. Pelanggaran sudah jarang terjadi, kalaupun ada hanya pelanggaran

indisipliner seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, atau

berseragam yang kurang lengkap.

c. Guru tidak begitu sering lagi menangani kenakalan yang dibuat oleh

siswa.

d. Terciptanya ketertiban dan kedisiplinan di lingkungan sekolah.

Seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah Bapak Drs.Sukoya,

M.Or: “dengan adanya pendidikan akhlak ini siswa lebih bersikap baik di

sekolah, dan pelanggaran yang terjadipun tidak begitu banyak dan

sering.165

164

Wawancara dengan Bapak Suharli, Guru BK SMA N 1 Kampunglaut Cilacap,

tanggal 16 Maret 2020. 165

Wawancara dengan Bapak Drs.Sukoya, M.Or, Kepala SMA N 1 Kampunglaut

Cilacap, tanggal 16 Maret 2020.

105

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Perencanaan yang dilakukan dalam internalisasi pendidikan akhlak siswa

di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, dimulai dengan mengadakan

rapat para guru dengan merumuskan akhlak-akhlak apa saja yang akan

ditanamkan kepada siswa untuk menghadapi kenakalan siswa.

Selanjutnya rencana tersebut akan diaplikasikan para pendidik kepada

para siswa. Adapun isi perencanaan tersebut diantaranya:

mengidentifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terjadi di SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap, faktor-faktor penyebab kenakalan siswa,

Pendidikan akhlak yang dilakukan, hambatan dan hasil dari Pendidikan

akhlak.

2. Pendidikan akhlak yang dilaksanaan di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap sebenarnya terintegrasi pada semua mata pelajaran, baik yang

bersifat umum maupun agama, kegiatan di dalam kelas maupun di luar

kelas. Secara umum sistem pendidikan dan sistem Pendidikan terhadap

siswanya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kegiatan

intrakurikuler dan kelompok kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan akhlak

yang dilakukan diantaranya:

a. Pendidikan akhlak terhadap Allah Swt

b. Pendidikan akhlak terhadap sesame

c. Pendidikan akhlak terhadap diri sendiri

d. Evaluasi yang dilakukan terhadap Pendidikan akhlak siswa meliputi

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil dari Pendidikan

akhlak siswa sudah terlihat dan berjalan dengan baik, indikatornya

terlihat dari jumlah atau tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh

para siswa sejauh ini relative sedikit, dan itupun bukan pelanggaran

berat, namun hanya pelanggaran ringan.

106

B. Saran

1. Kepada kepala sekolah hendaknya lebih mengembangkan dan memajukan

bentuk internalisasi pendidikan akhlak yang sudah ada, sehingga kualitas

dan kuantitas siswa yang dihasilkan oleh sekolah dapat dibanggakan.

2. Kepada para pendidik SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap harus dapat

membina akhlak dan menanggulangi kenakalan siswa karena siswa yang

ada di sekolah adalah siswa yang dari latar belakang keluarga berbeda-

beda.

3. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

dapat dipertahankan dan sekiranya bisa ditambahkan kegiatan-

kegiatannya.

C. Kata Penutup

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan nikmat iman dan Islam kepada umat-Nya. Shalawat

dan salam semoga tetap tercurah kepada pendidik sejati baginda Nabi Agung

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya. Atas

berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul internalisasi nilai agama Islam pada masyarakat muslim

Tionghoa Banyumas setelah melalui proses panjang, melelahkan dan penuh

rintangan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih

banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis

meminta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kelemahan

yang terdapat pada tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada Dr. M. Misbah,

M.Ag selaku dosen pembimbing tesis, semoga Allah SWT membalasnya

dengan kebaikan yang berlipat. Amiin

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca sekalian. Amiin

REFERENCES

Afton Ilham Ansori, “Pendidikan Akhlak Terpuji dalam Membentuk Karakter

Kepribadian Muslim di Pondok Pesantren Darussalam Banyuwangi “

Skripsi, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2015)

Alqardhawy, Yusuf. 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna.

Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Rasyidin. Falsafah Pendidikan Islam; Membangun Kerangka Ontologi

Epistemologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan. Bandung: Citapustaka

Media Perintis, 2012.

Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:

PT. Golden Trayon Press, cet. 5, 1994.

Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: FIP

IKIP, 1986.

Chaplin, James P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Daradjat, Zakiah. Pendidian Islam dalam keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV.

Ruhama, 1998.

Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan

Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014.

DEPDIKBUD. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balain Pustaka

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, cet. 4,

2003.

Hasan Basri, “Pembinaan akhlak dalam menghadapi Kenakalan siswa di

madrasah tsanawiyah Bukhari muslim yayasan taman perguruan Islam

kecamatan medan baru kota Medan” Tesis, (Medan: UIN Sumatera Utara,

2017)

http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-

penelitian-kualitatif.html, Diakses Tanggal 28 Februari 2020

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/460 Diakses 28

Februari 2020

https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/13162/9426 diakses Tanggal

28 Februari 2020

https://www.gatra.com/detail/news/376931-Waspada-Angka Kriminalitas-di-

Cilacap-Naik-16-Persen-pada-2018. Diakses 03 Januari 2020

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI, 2004.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, cet. 5, 2003.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006).

Mahmud. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Mochammad Shulkhan Badri “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IPIEMS Surabaya” Skripsi

(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2016)

Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988).

Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media

Nana Sudjana, dkk., Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2007).

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011).

Nasution , M. Farid, Pendidikan Anak Bangsa, Bandung: Cita Pustaka, 2009.

Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005.

Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam : Isu-isu Kontemporer tentang

Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Pendidikan Islam : Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan

Keagamaan. Cet. II. Malang : UIN Malang Pres, 2006.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Rahardjo, Mudjia. Agama dan Moralitas : Reaktualisasi Pendidikan Agama di

Masa Transisi, dalam Mudjia Rahardjo (ed), Quo Vadis

Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

Santi Rika Umami “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Santri Putri

Asrama X Hurun Inn Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang” Skripsi

(Jombang: Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 2017)

Simanjuntak, B. Pengantar Kriminologi dan Soiologi. Bandung: Tarsito, 1977.

Sitorus, Masganti. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing,

2012.

Sudarsono. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina Aksara, 1989.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

R&D),(Bandung: Alfabeta, 2009).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002).

Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru, 1986

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 1999).

Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam; Melejitkan Potensi Budaya Islam.

Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009.

Walgito, Bimo. Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency). Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982.

Yatimin, Abdullah. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah,

2007.

Yusuf, Samsul. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2000

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Petunjuk pelaksanaan:

Pedoman wawancara ini dijadikan sebagai panduan dalam melakukan wawancara,

Pedoman wawancara ini bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan situasi dan

kondisi jawaban yang diberikan informan. Selama wawancara berlangsung

peneliti menggunakan HP sebagai alat bantu untuk merekam hasil wawancara

serta alat tulis untuk mencatat hasil wawancara.

A. Wawancara dengan Kepala Sekolah

Hari/tgl : Kamis, 20 Februari 2020

Informan : Drs. Sukoya, M.Or

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Bentuk kenakalan apa saja yang dilakukan siswa di sekolah?

2. Menurut bapak seberapa parah tingkat kenakalan yang dilakukan siswa?

3. Bagaimana tindakan pihak sekolah dalam menghadapi para siswa yang

berbagai macam ragam bentuk kenakalannya?

4. Upaya apa yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan

merokok?

5. Hal apa yang dilakukan ketika ada anak yang bolos sekolah?

6. Kondisi lingkungan yang seperti apa yang bisa membentuk kenakalan bagi

siswa?

7. Upaya apa yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan

siswa?

8. Progam apa yang dilakukan pihak sekolah dalam internalisasi pendidikan

akhlak?

9. Seberapa penting pendidikan akhlak diberikan kepada peserta didik?

10. Bagaimana kriteria yang dilakukan pihak sekolah dalam merekrut tenaga

pendidik?

11. Hambatan apa yang ditemui dalam menjalankan pendidikan akhlak?

B. Wawancara dengan Guru BK

Hari/tgl : Kamis, 20 Februari 2020

Informan : Suharli, S.Pd

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Bentuk kenakalan apa saja yang dilakukan siswa di sekolah?

2. Apakah ada pelanggaran lain dalam bentuk indisipliner yang dilakukan

oleh siswa?

3. Apa faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa?

4. Apakah penyebab kenakalan siswa di lingkungan keluarga dikarenakan

mereka tidak mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang mereka

hadapi?

5. Apakah ada faktor penyebab kenakalan siswa yang lain selain faktor

keluarga dan sekolah?

6. Hal apa yang dilakukan ketika ada anak yang bolos sekolah?

7. Apa yang dilakukan pihak sekolah terhadap siswa yang melakukan

pelanggaran?

8. Hambatan apa yang ditemui dalam menjalankan pendidikan akhlak?

9. Bagaimana hasil dari pendidikan akhlak siswa?

C. Wawancara dengan Guru

Hari/tgl : Rabu, 04 Maret 2020

Informan : Guru

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Kenakalan apa saja yang pernah ibu temui saat mengajar dan apa tindak

lanjut yang ibu lakukan?

2. Seberapa besar pihak sekolah mampu menghadapi kenakalan siswa?

3. Upaya apa yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan

merokok?

4. Hal apa yang dilakukan ketika ada anak yang bolos sekolah?

5. Hal apa yang dilakukan ketika ada anak yang ribut di kelas?

6. Apa yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi siswa yang

melanggar peraturan kerapian berpakaian?

7. Apakah ada siswa yang pernah berani melawan guru ketika diberi

peringatan atas pelanggaran yang dilakukannya?

8. Bagaimana perhatian yang dilakukan terhadap siswa yang suka melawan

guru?

9. Apa faktor penyebab kenakalan siswa?

10. Sejauh mana peran sekolah dalam melakukan pendidikan akhlak?

11. Kenapa masih ada siswa yang melakukan pelanggaran walaupun sudah

dilakukan pendidikan akhlak?

12. Hambatan apa yang ditemui dalam menjalankan pendidikan akhlak?

D. Wawancara dengan Siswa

Hari/tgl : Rabu, 04 Maret 2020

Informan : Siswa

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Pelanggaran/kenakalan apa yang pernah anda perbuat?

2. Bagaimana perhatian orang tua anda dalam memperhatikan keseharian

anda di rumah?

LAMPIRAN 2

PEDOMAN OBSERVASI

Pedoman observasi diperlukan untuk memenuhi keabsahan data dalam penelitian

guna mencapai hasil yang diinginkan. Dalam hal ini peneliti akan menentukan

objek observasi sesuai judul tesis yang akan diteliti dengan memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Tempat/lokasi, dimana pembinaan akhlak berlangsung. Dalam hal ini SMA

Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

2. Aktor, adalah orang-orang yang berperan langsung dalam pembinaan akhlak

di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap.

3. Aktivitas, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi belajar

mengajar yang sedang berlangsung, dalam hal ini kegiatan yang berkaitan

dengan internalisasi pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4. Ruang, yang dimaksud di sini adalah semua sarana dan prasarana yang ada di

SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap yang berkaitan dengan penelitian.

Petunjuk pelaksanaan:

1. Pelaksanaan observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap.

2. Kegiatan observasi dilakukan secara langsung yang bersifat non partisipatif

dengan mempersiapkan pedoman observasi yang fleksibel yang dilakukan

terus menerus, tidak dalam waktu tertentu saja dan menggunakan rekaman

dan kamera.

3. Observasi ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan data yang telah

diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi.

Hari/tgl : Senin, 02 Maret 2020

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

Yang Diamati :

1. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMA Negeri 1

Kampunglaut Cilacap

2. Bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terdapat di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap

3. Kegiatan pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

4. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

LAMPIRAN 3

PEDOMAN STUDI DOKUMEN

1. Dokumen resmi SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap yaitu Profil sekolah,

informasi tentang sejarah berdiri, izin operasional, status/akreditasi, visi, misi,

dan tujuan sekolah

2. Memperoleh data tentang mata pelajaran, Kalender pendidikan sekolah,

Memperoleh data tentang jadwal harian sekolah, program tahunan, program

semester, dan minggu efektif.

3. Data kelembagaan Memperoleh data tentang siswa, sumber daya manusia

(guru dan karyawan), sumber daya material (sarana dan prasarana)

LAMPIRAN 4

HASIL WAWANCARA

Tanggal : 20 Februari -16 Maret 2020

Informan : Drs. Sukoya, M.Or

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Bentuk kenakalan siswa di sekolah dan tingkat kenakalannya

Tingkat kenakalan siswa SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap masih dalam

kategori ringan karena kalau dilihat dari jenis kenakalannya masih seputar

membolos, bertengkar sesama teman, terlambat masuk sekolah, merokok dan

pelanggaran disiplin lainnya. Sementara pelanggaran-pelanggaran berat

apalagi masuk dalam kategori kriminal saat ini belum pernah dijumpai.

2. Tindakan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan siswa yang beragam

Siswa yang masuk di sekolah ini mempunyai latar belakang keluarga yang

berbeda-beda, di sinilah peran guru menanamkan nilai-nilai akhlak, bahwa

guru itu pengganti orang tua ketika dia di sekolah sehingga perasaannya yang

merasa tidak diperdulikan bisa dilupakannya.

3. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan merokok

Untuk menghadapi kenakalan merokok, kami menciptakan lingkungan

sekolah ini lingkungan bebas rokok. Seluruh orang yang berada di lingkungan

sekolah, baik itu guru, siswa, dan pegawai lainnya seperti cleaning service

dan satpam dan bahkan jika ada tamu yang datangpun tidak diperbolehkan

merokok.

4. Penanganan anak yang bolos sekolah

Untuk menghadapi masalah ini kita lebih dahulu mencari tahu alas an kenapa

siswa tersebut tidak masuk sekolah, dengan menanyakan lewat teman

dekatnya atau guru wali kelas datang langsung ke rumahnya, setelah itu siswa

diberi bimbingan dan pengarahan supaya tidak membolos lagi.

5. Kondisi lingkungan yang bisa membentuk kenakalan bagi siswa

Lingkungan pergaulan yang tidak baik, seperti berjudi, minum-minuman

keras, narkoba dan lain sebagainya.

6. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan siswa

Guru selalu berusaha memberikan sugesti kepada siswa agar mereka dapat

meningkatkan minat dan motivasi belajarnya di sekolah khususnya minat

mengenai pengajaran akhlak dan sekaligus memberikan pengertian akan arti

pentingnya pengajaran akhlak bagi kehidupan manusia baik sebagai makhluk

individu maupun sosial.

7. Progam yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk pendidikan akhlak

Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya proses kegiatan belajar mengajar

termasuk pembinaan akhlak, kami secara umum melaksanakan dua kegiatan

pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Dimana

kedua kegiatan tersebut saling mendukung dalam mencapai tujuan

pendidikan, hanya waktu pelaksanaannya yang berbeda. Adapun kegiatan

intrakurikuler dilaksanakan pada jam pelajaran, sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran.

8. Seberapa penting pendidikan akhlak diberikan kepada peserta didik

Pendidikan akhlak sesuatu yang sangat penting dilaksanakan pada era

sekarang ini, terutama pada era iptek, yaitu era ilmu pengetahuan dan

teknologi. Jadi pendidikan akhlak diperlukan untuk menyikapi itu.

9. Kriteria yang dilakukan pihak sekolah dalam merekrut tenaga pendidik

Dalam merekrut tenaga pendidik (guru), madrasah melakukannya dengan

cukup selektif, tidak sembarangan orang dapat diterima untuk menjadi

seorang guru di madrasah ini. Hal tersebut kami lakukan karena kami sadar

sepenuhnya guru adalah komponen yang sangat penting dalam sebuah proses

pendidikan. Peranan guru sangat vital dalam pendidikan, salah dalam memilih

dan menempatkan seorang guru akan berdampak pada tidak tercapainya

tujuan pendidikan. Oleh karena itulah kami hanya memilih dan menyeleksi

guru-guru yang memang benar-benar menguasai dan ahli pada bidangnya

masing-masing.

10. Hambatan yang ditemui dalam menjalankan pendidikan akhlak

Terkadang ada sebagian guru yang merasa bahwa tanggung jawab mendidik

dan membina anak bagi seorang guru itu hanya pada saat di dalam kelas saja,

sedangkan di luar kelas tidak menjadi tanggung jawab guru lagi.

11. Hasil dari pendidikan Akhlak

Dengan adanya pendidikan akhlak, siswa lebih bersikap baik di sekolah, dan

pelanggaran yang terjadipun tidak begitu banyak dan sering.

HASIL WAWANCARA

Tanggal : 20 Februari - 16 Maret 2020

Informan : Suharli, S.Pd

Jabatan : Guru Bimbingan Konseling

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Bentuk kenakalan siswa di sekolah

Pelanggaran yang dilakukan siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap ini

antara lain tidak berpakaian rapi, bolos sekolah, berkelahi, melawan guru,

merokok, membawa handphone, berbuat jahil kepada lawan jenis, pacaran,

berkumpul bersama siswa laki-laki dan perempuan di lingkungan sekolah

pada saat jam istirahat dan membuat kebisingan.

2. Pelanggaran lain dalam bentuk indisipliner yang dilakukan oleh Siswa

Sebagian siswa ada yang tidak memakai sepatu hitam, dan ini sebuah

pelanggaran kerapian berpakaian.

3. Faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa

Faktor penyebab kenakalan siswa itu diantaranya faktor keluarga, sekolah dan

lingkungan yang tidak baik.

4. Penyebab kenakalan siswa di lingkungan keluarga dikarenakan mereka tidak

mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi.

Faktor keluarga bisa mempengaruhi anak berbuat nakal, hal itu dikarenakan:

Pertama, kurang harmonisnya hubungan keluarga antara ayah dan ibu

sehingga tidak terjalin komunikasi dengan anak.

Kedua, kurang kasih sayang sehingga kalau si anak ada masalah tidak curhat

kepada orang tua tapi ia mencari teman, kemungkinan teman yang salah,

contohnya anak yang orang tuanya sibuk bekerja seharian dari pagi hingga

malam.

Ketiga, minimnya pengamalan agama di keluarga, contoh yang ringan saja

ketika anak berangkat sekolah tidak mencium tangan orang tua dan

mengucapkan salam. Hal ini terlihat sepele tetapi sangat penting untuk

membentuk akhlak anak.

5. Faktor penyebab kenakalan siswa selain faktor keluarga dan sekolah

Walaupun di rumah anaknya bagus tetapi kalau lingkungannya tidak

mendukung itupun sangat berbahaya, karena lingkungan itu lebih tajam

pengaruhnya dibandingkan dengan pengaruh di sekolah. Dua komponen

antara keluarga dan lingkungan itu sangat mempengaruhi kepribadian anak.

Apalagi keadaan sekarang ini budaya anak tinggal di kota selalu mengarah

seperti budaya pergaulan bebas. Kebanyakan siswa di sini kurang mendapat

kasih sayang di rumah dikarenakan orang tuanya sibuk bekerja, keluarga yang

kurang harmonis dan juga karena pengaruh teman.

6. Hal yang dilakukan ketika siswa bolos sekolah

Untuk menghadapi anak yang tidak masuk sekolah/bolos, mereka dipanggil

ke ruang BK setelah itu mereka ditanya kenapa tidak sekolah dan mereka

diminta membuat pernyataan bahwa mereka tidak akan mengulangi

perbuatannya lagi, kalau masih mengulangi lagi pihak sekolah akan

mengunjungi rumahnya untuk mencari tahu kepada keluarganya. Untuk

membuat anak senang ke sekolah yaitu dengan memotivasi mereka dengan

menyalurkan minat dan bakat mereka kepada kegiatan yang disenanginya

seperti kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, silat, sepak bola, basket, dan

rohis.

7. Penanganan pihak sekolah terhadap siswa yang melakukan pelanggaran

Siswa yang melakukan pelanggaran biasanya akan diberikan sanksi. Dalam

penerapan aturan dan pemberian sanksi, hal yang sangat perlu diperhatikan

adalah adanya niat yang tulus dari semua komponen bahwa aturan yang

dibuat itu benar-benar untuk kemaslahatan bersama, dan berkaitan dengan

sanksi, hal ini harus ada pemahaman bahwa fungsi sanksi tersebut sebenarnya

bukan untuk menganiaya seseorang, akan tetapi hanya untuk memberikan

peringatan serta efek jera sehingga siapa yang telah mendapatkan sanksi atau

hukuman tersebut ia tidak akan mengulanginya kembali, oleh karena itu

berkaitan dengan itu semua yang paling diperlukan adalah kesadaran dari

semua pihak untuk dengan ikhlas hati mengikutinya. Dan untuk mencapai hal

itu tentu semua pihak harus paham tentang hakikat aturan dan sanksi itu

diadakan.

8. Hambatan yang ditemui dalam menjalankan pembinaan akhlak

Adanya komunikasi yang terhambat antara guru dan orang tua siswa sehingga

terkadang program yang diterapkan guru kepada siswa sekali-kali disalah

mengerti oleh orang tua, hal itu terjadi karena memang intensitas pertemuan

antara guru dan orang tua siswa sangat jarang dilakukan. Selain itu terkadang

masih ada guru yang terlalu serius dalam menyampaikan pembinaan berupa

nasehat sehingga terkesan kaku yang pada akhirnya ditanggapi dingin oleh

siswa, atau terkadang ada juga guru yang terlalu serius dengan materi

pelajaran yang diajarkan sehingga lupa menyampaikan pembinaan kepada

siswa pada sesi pelajaran hari itu.

9. Hasil dari pembinaan akhlak siswa

Hasil dari pembinaan akhlak siswa sudah terlihat dan berjalan dengan baik,

indikatornya terlihat dari jumlah atau tingkat pelanggaran yang dilakukan

oleh para siswa sejauh ini relatif sedikit, dan itupun bukan pelanggaran berat,

namun hanya pelanggaran ringan.

HASIL WAWANCARA

Tanggal : 20 Februari– 16 Maret 2020

Informan : Guru

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Seberapa besar pihak sekolah mampu menghadapi kenakalan siswa

Lingkungan sekolah ini sangat kondusif, peraturannya sangat ketat baik bagi

guru maupun siswa. Sikap disiplin dan KBM (kegiatan belajar mengajar)

yang bagus, tapi walaupun sudah begitu disiplinnya tetap masih ada saja

siswa yang nakal, hal karena siswa hanya delapan jam berada di sekolah

selainnya lebih banyak berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.

2. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan merokok

Usaha-usaha yang kami lakukan untuk mencegah supaya siswa tidak

merokok yaitu dengan membuat pelajaran kesehatan jasmani dengan

memberikan tugas makalah kepada siswa tentang bahaya rokok dari segi

kesehatan dan ekonomi saat jam pelajaran olah raga, begitu juga dengan

bahaya narkoba, minuman keras, serta pelajaran tentang hidup sehat yang

lain.

3. Hal yang dilakukan ketika ada anak yang bolos sekolah

Siswa yang bolos sekolah tanpa ada keterangan, siswa tersebut dipanggil ke

kantor dan ditanya alasannya tidak masuk sekolah. Kemudian dibuat

perjanjian jika mengulanginya lagi akan diberi surat panggilan kepada orang

tua. Dan untuk siswa yang beralasan sakit ataupun ada urusan keluarga, kami

akan mencari tahu dan datang ke rumahnya apa penyebab kenapa dia tidak

masuk sekolah. Untuk menghadapi kenakalan ini, guru akan memberikan

bimbingan, nasehat serta memberi motivasi supaya siswa lebih rajin masuk

sekolah. Disamping itu guru juga hendaknya menciptakan suasana

pembelajaran yang tidak membosankan agar siswa tidak jenuh dan senang

dan rajin untuk sekolah..

4. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi kenakalan

bertengkar

Untuk menghadapi kenakalan bertengkar, perlu dibuat kerja sama antara

siswa, baik dalam bidang olah raga, keagamaan, kegiatan sosial, dan

memberikan motivasi dan reward atas kegiatan bermanfaat yang

dilakukannya.

5. Faktor penyebab kenakalan siswa

Kenakalan yang dilakukan siswa bisa saja timbul dari melihat tayangan

televisi, internet dan media sosial lainnya, yang siswa tersebut belum matang

dalam menyaring informasi yang didapatnya dari media sosial tersebut.

6. Hal yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi siswa yang melanggar

peraturan kerapian berpakaian

Setiap sehabis baris-berbaris, sebelum masuk kelas, setiap siswa diperiksa

kerapian pakaiannya. Siswa yang belum rapi tidak dibenarkan masuk kelas,

tetapi setelah jam istirahat ada saja siswa yang kembali mengeluarkan

bajunya.

7. Siswa yang pernah berani melawan guru ketika diberi peringatan atas

pelanggaran yang dilakukannya

Ada siswa yang pernah dihukum kedapatan membawa handphone lalu siswa

itu melawan dan mengatakan bahwa ia dibolehkan orang tuanya membawa

handphone, kenapa ibu tidak membolehkan saya?.

8. Perhatian yang dilakukan terhadap siswa yang suka melawan guru

Siswa yang berani melawan guru seharusnya diberikan bimbingan dan

nasehat, juga diberikan reward dan punishment atas apa yang diperbuatnya,

agar ia merasa diterima, diperhatikan, disayangi yang mungkin saja tidak ia

dapatkan di lingkungannya, sehingga ia tidak melakukan kesalahan itu lagi.

9. Sejauh mana peran sekolah dalam melakukan pembinaan akhlak

Pembinaan akhlak siswa di SMA ini sudah berlangsung sejak awal madrasah

ini mulai dibuka dan beroperasional sebagai lembaga pendidikan, khususnya

pada kegiatan intrakurikuler. Guru yang mengajar di sini semuanya

diwajibkan dan dianjurkan agar senantiasa memberikan nasehat akan

kebaikan pada setiap kali masuk ke dalam kelas tanpa terkecuali. Baik guru-

guru yang mengajarkan bidang studi umum terlebih lagi guru yang

mengajarkan bidang studi agama, dan Alhamdulillah hal tersebut tetap

berjalan dengan baik sampai hari ini.

10. Penyebab siswa masih melakukan pelanggaran walaupun sudah dilakukan

pembinaan

Hal itu biasanya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, minimnya

kepedulian siswa terhadap peraturan sekolah, kebiasaan yang dibawa dari

lingkungan tempat tinggal, karena pengaruh teman, serta mungkin ada juga

pengaruh karena melihat ada guru yang kebetulan melakukan tindakan yang

kurang sesuai dengan aturan yang ada.

11. Hambatan yang ditemui dalam menjalankan pembinaan akhlak

Diantara kendala pendidikan akhlak siswa di SMA Negeri 1 Kampunglaut

Cilacap, pertama, Pengaruh lingkungan pergaulan anak khususnya

lingkungan pergaulan di luar madrasah yang kurang kondusif bagi pembinaan

perilaku siswa. Kedua, Kurang pedulinya sebagian orang tua dalam membina

dan mengembangkan pengajaran akhlak siswa di rumah. Ketiga, Rendahnya

minat belajar pengajaran akhlak pada sebagian siswa.

HASIL WAWANCARA

Tanggal : 2 – 6 Maret 2020

Informan : Siswa

Tempat : SMA Negeri 1 Kampunglaut Cilacap

1. Pelanggaran/kenakalan yang pernah diperbuat

Saya pernah tidak masuk sekolah alasannya karena malas sama guru mata

pelajarannya, karena gurunya kejam.

Saya pernah merokok tetapi tidak dilakukan di lingkungan sekolah,

melainkan di kantin luar sekolah dan saya sering mengajak teman-teman

untuk merokok dan setelah pulang sekolah biasanya kami membeli rokok dan

terkadang ada teman saya membawa rokok elektrik dan kami biasanya

merokok sambil bergiliran.

2. Perhatian orang tua dalam memperhatikan keseharian anda di rumah

Mama dan papa pulang kerjanya malam, jarang jumpa, saya pun malas

belajar, gak ada yang ngajarin.

Orang tua saya sudah bercerai dan saya tinggal bersama kakek, karena merasa

sepi dan bosan di rumah saya selalu ke warnet bermain game.

DOKUMENTASI INTERNALISASI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA

DI SMA N 1 KAMPUNGLAUT CILACAP

Pembinaan Kepada Siswa Yang Bermasalah

Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam dan Motivasi Siswa

Kegiatan Tadarus Al Qur’an Siswa

Kegiatan Pendidikan Akhlak pada Ekstrakurikuler Siswa

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Zaenal Arif Pujiwantoro

2. NIM : 1617662012

3. Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 19 Desember 1990

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Alamat : Kebokura RT 01 RW 04 Kecamatan Sumpiuh

Kabupaten Banyumas Jawa Tengah

7. Nama Orang Tua :

* Ayah : Ahmad Suyadi

* Ibu : Nur Hamdiyah

8. Status : Menikah

* Istri : Metria Riza Sativa

* Anak : Aisya Syafia Awalia Zain

9. Pendidikan Formal :

a. MI Fathul Ulum Sirau Kemranjen Banyumas Lulus Tahun 2002

b. SMP Negeri 1 Kroya Cilacap Lulus Tahun 2005

c. SMA Negeri 1 Kroya Cilacap Lulus Tahun 2008

d. S1 STAIN Purwokerto Lulus Tahun 2014

e. S2 IAIN Purwokerto Masuk Tahun 2017

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa

menambah serta mengurangi sedikitpun.

Purwokerto, 19 Juni 2020

Yang menyatakan,

Zaenal Arif Pujiwantoro

NIM.1617662012