zoonosis

76
ZOONOTIC DISEASES ( Budi Utomo Dept. IKM-KP FK UNAIR

Upload: budiutom8307

Post on 27-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ZOONOSIS

ZOONOTIC DISEASES(

Budi UtomoDept. IKM-KP FK UNAIR

Page 2: ZOONOSIS

ZOONOTIC DISEASES( PENYAKIT ZOONOSIS )

Definition:WHO "Zoonosis adalah infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia atau sebaliknya”.

Zoonosis mendapat perhatian secara global/ nasional dalam beberapa tahun terakhir baik mengenai epidemiologi, mekanisme transmisi penyakit dari hewan ke manusia, diagnosis, pencegahan dan kontrol.

Page 3: ZOONOSIS

Implikasi ZoonosisDampak terhadap kesehatan masyarakat (kecemasan, ketakutan, kesakitan, bahkan kematian), pembangunan peternakan dan pertanian secara umum, ekonomi, pariwisata, dan konservasi satwa liar.

Kebanyakan agen patogen zoonosis dikategorikan sebagai ancaman bioterorisme potensial oleh CDC Amerika Serikat, misal: hampir semua agen patogen penyebab zoonosis tersebut termasuk kategori A, yaitu antraks, botulismus, plague, tularemia, dan viral hemorrhagic fever (Ebola, Marburg).

Page 4: ZOONOSIS

DAMPAK

Dampak zoonosis dapat terbagi menjadi dua, yaitu dampak langsung dan tidak langsung.

Dampak langsung berhubungan dengan manusia dan kesehatan masyarakat, mulai dari penyakit akut hingga kronis, dari tingkat mortalitas rendah hingga tinggi.

Dampak tidak langsung berkaitan dengan perekonomian rakyat dan keamanan nasional.

Page 5: ZOONOSIS

Dampak zoonosis terhadap manusia atau human capital dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi sumber daya manusia dan produktivitas penduduk.

Zoonosis mengharuskan tindakan pengendalian yang komprehensif, dapat mengakibatkan kepanikan pada masyarakat. Misal: kepanikan takut makan daging karena terjadinya kasus antraks di suatu daerah.

Page 6: ZOONOSIS

• Zoonosis penting di Indonesia yang menjadi masalah kesehatan hewan dan masyarakat saat ini antara lain avian influenza, rabies, antraks, bruselosis, leptospirosis, sistiserkosis, salmonelosis, dan toksoplasmosis.

• Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan zoonosis yang paling efektif adalah pengendalian langsung pada hewan, disamping penerapan pendekatan host-agent-environment dan pendekatan multidisiplin ilmu

Page 7: ZOONOSIS

Zoonoses

• Does NOT include

– Fish and reptile toxins

– Allergies to vertebrates

– Diseases in which animal-derived food serves as a vehicle (e.g. hepatitis A contaminated deli meat)

– Experimentally transmitted diseases

Page 8: ZOONOSIS

Zoonoses

Spectrum of Disease Severity Death = rabies

Severe illness = plague/ pes, ANTHRAX

Chronic illness = tuberculosis bovine

Mild illness = psittacosis

Page 9: ZOONOSIS

Zoonoses: Importance

• Surveillance

– Animals are sentinels

• Prevention and Control

– Animal = key component

– Complications (e.g. Lyme disease)

– Unknown reservoirs (e.g. Ebola)

Page 10: ZOONOSIS

Zoonoses: Etiologic Classification

• Viral

• Bacterial

• Parasitic

• Mycotic

Page 11: ZOONOSIS

Zoonoses: Viral Examples

Colorado tick fever Japanese encephalitis

Ebola Monkeypox

Equine encephalitides (WEE, EEE, VEE)

Nipah

Hantaviruses Rabies*

Hendra Rift Valley fever

Herpesvirus B West Nile virus

Influenza Yellow fever

Page 12: ZOONOSIS

Zoonoses: Bacterial Examples

Anthrax* Plague

Brucellosis Psittacosis

Campylobacteriosis Q fever

Cat-scratch disease Relapsing fevers

Leptospirosis Salmonellosis

Listeriosis

Lyme disease Yersiniosis

Page 13: ZOONOSIS

Zoonoses: Parasitic Examples

PROTOZOAL HELMINTHIC

Trypanosomiasis Baylisascariasis

Babesiosis Cysticercosis

Cryptosporidiosis Hydatidosis

Leishmaniasis Schistosome dermatitis

Giardiasis Trichinosis

Toxoplasmosis Visceral larva migrans and toxocariasis

Page 14: ZOONOSIS

Zoonoses: Mycotic Examples

AspergillosisBlastomycosisCryptococcosis

DermatophytosisHistoplasmosisSporotrichosis

Page 15: ZOONOSIS

Zoonoses - Life Cycle

ORTHOZOONOSES/ DIRECT ZOONOSIS

– May be perpetuated in nature by a single

vertebrate species

– E.g. rabies, brucellosis, anthrax

Page 16: ZOONOSIS

Zoonosis: Rabies Life Cycle

Virus inoculation (bite)

Salivary gland excretion

Page 17: ZOONOSIS

Zoonoses - Maintenance Cycle

CYCLOZOONOSES– Requires more than one vertebrate species but

no invertebrate host

– Most are cestodiases (tapeworm diseases)• Taenia saginata and T. solium require man to be one

of vertebrate hosts

• Others, such as hydatidosis, man is accidentally involved

Page 18: ZOONOSIS

Zoonoses - Life CycleMETAZOONOSES

– Require both vertebrates and invertebrates to complete transmission

– All arboviral infections

• West Nile virus, Saint Louis encephalitis

– Some bacterial diseases

• Plague, many rickettsia

– Some parasitic diseases

• Leishmaniasis, schistosomiasis

Page 19: ZOONOSIS

Zoonoses: Metazoonoses• Invertebrate Host: Mosquitoes

• Vertebrate Host: Birds

• Incidental Hosts:

– HUMANS, horses, amphibians, other mammals

Page 20: ZOONOSIS

Risk Factors• Companion Animal

– Dogs & roundworm

– Rats & Rat Bite Fever

• Occupational

– Animal control workers & rabies

– Wildlife biologists & hantavirus

• Foodborne

– Raw meat & E.coli, Unpasteurized dairy & Listeria

Page 21: ZOONOSIS

• Saprozoonoses. To transmit these infections a non-animal development site or reservoir is required, such as food plants, soil, or other organic material.

• Examples: larva migrans and some of the mycotic diseases.

Page 22: ZOONOSIS

Direction of transmission

Anthropo-zoonoses - penyakit dapat secara bebas berkembang di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia kadang terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari infeksi tetapi tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies, Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.

VII. "Emerging zoonoses“are defined as zoonotic diseases caused either by apparently new agents, or by previously known

Page 23: ZOONOSIS

Zooanthropo-zoonoses : berlangsung secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit manusia dan kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Contoh: tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh Mycobacterium tubercullosis, amoebiasis dan difteri.

Amphixonoses - manusia dan hewan, merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan infeksi tetap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan grup lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis.

Page 24: ZOONOSIS

IV. The probability of disease transmission from animals to man is influenced by several factors:

Length of time the animal is infective. Length of the incubation period in animals.The stability of the agent. Population density of the animals in the colony. Husbandry practices. Maintenance procedures and control of wild rodents and insects. Virulence of the agent. Route of transmission.

Page 25: ZOONOSIS

ANTHRAX• Bersifat zoonosis

• Disebut juga radang limpa, radang kura, malignant pustula, malignant edema, woolsorters disease, charbon disease

• berhubungan sangat erat dg pekerjaan .

• Dikenal sejak zaman mesir kuno, wabah pertama di indonesia tahun 1832 di Kab Kolaka – Sultra

• Endemis di DKI, JABAR, JATENG, NTB,NTT, JAMBI, SUMBAR, SULTRA, SULTENG, dan PAPUA

Page 26: ZOONOSIS

EtiologiAgent Bacillus anthracis, berbentuk batang, berkapsulVirulensi : tergantung toksin dan resistensi hostUkuran 1-2 mm x 5 – 10 mm, non motilMembentuk spora, aktif bila masuk tubuh host.Spora mati : • a)Bila dioven pada suhu 140° c selama 3 – 4 jam• b)Dididihkan pada suhu 100° c selama 10 menit• c) Dengan Otoklaf suhu 120° c tekanan 2 atm selama

30 menit.

Page 27: ZOONOSIS

Morfologi

http://www.gsbs.utmb.edu/microbook/ch015.htm

Page 28: ZOONOSIS

Distribusi Anthrax• PENULARAN MENURUT DAERAH:

• Antraks daerah pertanian(agriculture anthrax): karena pencemaran lingkungan tanah, air, sayuran

• Antraks kawasan industri (industrial anthrax ) : di daerah industri, misal pabrik wool, industri yang menggunakan bahan dari hewan

• Antraks laboratorium : terjadi di laboratorium melalui hewan percobaan kelinci, marmut dan alat – alat laboratorium

Page 29: ZOONOSIS

Anthrax distribution in Indonesia

• Anthrax is distributed geographically in Jakarta, West Java, Central Java, South Sulawesi, Southeast Sulawesi, West and East Nusa Tenggara and East Timor. Skin and intestinal Anthrax types are to be found in Indonesia.

• In 1990 on outbreak of anthrax occurred in Central Java and 7 out of 98 cases were fatal.

Page 30: ZOONOSIS

Jenis anthrax

• Antraks kulit ( bila tidak mendapat pengobatan ) : 5 – 20 % akan meninggal, tergantung luas jaringan kulit yang terinfeksi

• Antraks gastro intestinal : 25 – 75 % dalam waktu kurang 2 hari

• Antraks paru – paru :75 – 90 %

• Antraks meningitis : sangat tinggi mendekati 100%

Page 31: ZOONOSIS

• ANTRAKS KULIT

• Papula → ulcus →vesikula →nekrosis (hitam) disebut malignant pustula sebagai tanda patogonomis antraks.

• pada penderita yang rentan kuman menyebar melalui sirkulasi darah menimbulkan antraks saluran pencernakan, antraks paru ,

• meningitis antraks

Page 32: ZOONOSIS

• ANTRAKS KULIT

• Papula → ulcus →vesikula →nekrosis (hitam) disebut malignant pustula sebagai tanda patogonomis antraks.

• pada penderita yang rentan kuman menyebar melalui sirkulasi darah menimbulkan antraks saluran pencernakan, antraks paru ,

• meningitis antraks

Page 33: ZOONOSIS

Anthrax: Clinical Features• Cutaneous: “malignant pustule”

– most common form

– incubation period: up to 12 days

• mean 5 d with current outbreak

– painless or pruritic papule->ulcer with vesicles (24h)

– eschar

– edemaTextbook of Military Medicine

Page 34: ZOONOSIS

Cutaneous Anthrax • 95% of anthrax infections occur when

the bacterium enters a cut or scratch on the skin due to handling of contaminated animal products or infected animals.

• May also be spread by biting insects that have fed on infected hosts.

• After the spore germinates in skin tissues, toxin production initially results in itchy bump that develops into a vesicle and then painless black ulcer.

http://science.howstuffworks.com/anthrax1.htm

Page 35: ZOONOSIS

Cutaneous Anthrax

CDC, Cutaneous Anthrax—Vesicle Development

Page 36: ZOONOSIS

• ANTRAKS SALURAN PENCERNAKAN

• Kuman/spora→ limfadenitis hemorragik

• Edema pada dinding usus → gangren

Page 37: ZOONOSIS

Gastrointestinal Anthrax

• GI anthrax may follow after the consumption of contaminated, poorly cooked meat.

• There are 2 different forms of GI anthrax:

1) Oral-pharyngeal

2) Abdominal

• Abdominal anthrax is more common than the oral-pharyngeal form.

http://science.howstuffworks.com/anthrax1.htm

Page 38: ZOONOSIS

• ANTRAKS PARU

• Spora → hidung/tenggorokan→ gejala sub klinis.

• Spora → dinding alveoli → pneumonia/ peradangan pleura → trombosis pembuluh darah kapiler paru → gagal paru.

• Produk toksin dari kuman juga mempengaruhi susunan syaraf pusat yang berakibat pada sentrum pernafasan

Page 39: ZOONOSIS

Inhalation Anthrax • The infection begins with the inhalation of the anthrax spore.

• Spores need to be less than 5 microns (millionths of a meter) to reach the alveolus.

• Macrophages lyse and destroy some of the spores.

• Survived spores are transported to lymph nodes.

• At least 2,500 spores have to be inhaled to cause an infection.

Inhalation Anthrax, Introduction, DRP, Armed Forces Institute of Pathology

Page 40: ZOONOSIS

Kewaspadaan dini• Menjelang idul fitri dan idul adha kebutuhan daging

meningkat, sehingga sering terjadi pemotongan hewan tidak lewat rumah potong hewan (RPH)

• Perubahan musim dari kemarau ke musim hujan. permukaan tanah yang tererosi air hujan, maka spora muncul kepermukaan bersama tunas rumput yang kemudian termakan hewan ternak.

Page 41: ZOONOSIS

• PELAPORAN

• Sesuai Undang Undang wabah nomor : 04 tahun 1984 dan permenkes no : 560 tahun 1989, permenkes 1501 tahun 2010, kasus antraks harus dilaporkan dalam 24 jam.

Page 42: ZOONOSIS

• DIAGNOSIS :

• Gejala klinik

• Laboratorium

- mikroskopis

- sediaan hapus dari tempat infeksi :

• Antraks kulit : spesimen dari eksudat lesi

• Antraks paru : sputum atau cairan pleura

Page 43: ZOONOSIS

How is anthrax diagnosed?

• Gram stain

• Culture of B. anthracis from the blood, skin lesions, vesicular fluid, or respiratory secretions

• X-ray and Computed Tomography (CT) scan

• Rapid detection methods

- PCR for detection of nucleic acid

- ELISA assay for antigen detection

- Other immunohistochemical and immunoflourescence

examinations, These are available only at certain labs

Page 44: ZOONOSIS

• Antraks meningitis : pungsi lumbal

• Antraks intestinal : faeses atau cairan ascites

- serologis : ascoli test, fat, elisa

- Biakan

Page 45: ZOONOSIS

TATA CARA PENGAMANAN BARANG DIDUGA MENGANDUNG ANTRAKS

• Jangan membuka lebih lanjut amplop/ bungkusan/ paket yang mengandung bahan diduga antraks.

• Jangan menggoyang atau mengosongkan amplop/ bungkusan/ paket yang diduga mengandung bubuk antraks.

• Hindari semaksimal mungkin bahan yang diduga mengandung kuman antraks tersebar atau tertiup angin atau terhirup.

Page 46: ZOONOSIS

• Gunakan sarung tangan atau masker hidung dan mulut, bila tangan atau badan tercemar bubuk yang diduga mengandung spora antraks , cuci tangan atau mandi dengan sabun dan air yang mengalir.

• Masukkan amplop atau bungkusan seluruhnya kedalam kantong plastik yang kedap udara atau dapat diikat dengan keras, lebih baik bila menggunakan kantong plastik 2 lapis atau lebih.

• Masukkan kantong plastik kedalam wadah kaleng / stoples kaca berikut sarung tangan, masker dan barang – barang lain yang mungkin telah tercemar bakteri antraks dan beri label “ berbahaya jangan dibuka “

Page 47: ZOONOSIS

Bila bubuk yang diduga mengandung antraks tercecer diruangan, dilakukan penutupan dengan handuk yang dibasahi bahan pemutih cucian/ hypocloride.

Letakkan dos dan stoples dalam ruangan yang tidak banyak digunakan oleh orang lain atau ruangan khusus yang terkunci.

Page 48: ZOONOSIS

RABIES

Rabies atau juga dikenal sebagai Lyssa, Tollwut, Hydrophobia dan di Indonesia dikenal dengan Anjing Gila; adalah infeksi viral akut pada susunan saraf ditandai dengan kelumpuhan progresif dan berakhir dengan kematian, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus

Page 49: ZOONOSIS

• Rabies bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia

• Rabies sangat berbahaya. Rabies belum ada obatnya. Apabila gejala klinis sudah timbul, selalu diikuti dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia.

Page 50: ZOONOSIS

• Semua hewan berdarah panas dapat menularkan rabies. Anjing, kucing dan kera/monyet di Indonesia berpotensi menularkan rabies kepada manusia. Lebih dari 90% kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing. Oleh karena itu anjing menjadi objek utama kegiatan pemberantasan rabies.

Page 51: ZOONOSIS

• Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui:

– Luka gigitan hewan penderita rabies

– Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies

Page 52: ZOONOSIS

EPIDEMIOLOGI

• Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 18 Propinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (16.000 kasus gigitan), serta belum diketemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sesingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies baik manusia maupun pada hewan.

Page 53: ZOONOSIS

EPIDEMIOLOGI

• Sampai kini hanya 5 Propinsi di Indonesia bebas historis rabies, yaitu Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Irian Jaya. Sejak tahun 1994 propinsi yang tadinya endemis rabies, telah dibebaskan dari rabies pada anusia pada hewan yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta sampai saat ini ada 18 propinsi yang belum bebas kasus rabies.

• Pada tahun 1998 terjadi outbreak di Kab. Flores Timur, Prop. NTT

Page 54: ZOONOSIS

PATOGENESIS

• Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak.

• Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak

Page 55: ZOONOSIS

PATOGENESIS

• Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan- jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.

Page 56: ZOONOSIS

GEJALA

• 1. Stadium Prodromal

Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari.

• 2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian

disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.

Page 57: ZOONOSIS

GEJALA• 3. Stadium Eksitasi• Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi

dengan gejala hiperhidrosis,• hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. penyakit

mencapai puncaknya, fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi.

• Kontraksi otot Faring dan pernapasan dapat ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau menepuk tangan didekat telinga penderita.

• terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif.

• pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.

Page 58: ZOONOSIS

GEJALA

• 4. Stadium Paralis

• Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi Kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan paresis -otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, ada gejala paresis otot pernafasan.Serum neutralizing antibody pada kasus yang tidak divaksinasi tidak akan terbentuk sampai hari ke vaksin anti tetanus, anti biotik dan pemberian analgetik untuk luka risiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR.

Page 59: ZOONOSIS

PENANGANAN LUKA GIGITANHEWAN MENULAR RABIES

• Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera

• mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah

Page 60: ZOONOSIS

• Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler.

• Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/ vaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik

Page 61: ZOONOSIS

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES

• Hindari kejadian penggigitan

• · Pintu pagar tertuliskan AWAS ANJING GALAK

• · Anjing dirantai ± 2 meter jika rumah tidak berpagar

• · Anjing dibrongsong terutama jika dibawa keluar rumah

• Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, kera/ monyet peliharaan secara teratur setiap tahun

Page 62: ZOONOSIS

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES

• Memberantas, memusnakan atau eliminasi anjing liar atau yang berkeliaran dengan menggunakan umpan, misalnya bakso atau ikan, yang diberi racun. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas berwenang.

• Dilakukan penangkapan ajing liar/berkeliaran ditempat umum selanjutnya dilakukan pembunuhan.

Page 63: ZOONOSIS

PERKEMBANGAN RABIES DI INDONESIA

Penyakit rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Esser tahun 1889 pada seekor kerbau.  Sejak itu kasus-kasus rabies dilaporkan dari daerah dan spesies hewan lain, sedangkan kejadian rabies pada manusia dilaporkan pertama kali oleh E.V. de Haan pada tahun 1894.

Page 64: ZOONOSIS

Setelah PD II, Jawa Barat tercatat sebagai daerah pertama terserang rabies (1948), diikuti Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur (1953); Sumatera Utara, Sangihe-Talaut (1956); Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara (1958); Sumatera Selatan (1959); Aceh (1970); Jambi dan Jogyakarta (1971); Bengkulu, DKI, Sulawesi Tengah (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978), Kalimantan Selatan (1983), dan P. Flores (1997).

Page 65: ZOONOSIS

Pada akhir tahun 1997, wabah rabies muncul di Kabupaten Flores Timur – NTT sebagai akibat pemasukan secara ilegal anjing dari Pulau Buton – Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik rabies.

Page 66: ZOONOSIS

DISTRIBUSI RABIES DI INDONESIA

Page 67: ZOONOSIS

FAKTOR KEJADIAN RABIES DI DAERAH :

1.Kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit rabies, termasuk melakukan vaksinasi pada hewan piaraan agar kebal terhadap virus rabies

2.Kesadaran dan kemauan untuk segera mendapat perawatan/pengobatan setelah mendapat gigitan hewan yang diduga rabies.  Populasi anjing dan kegunaannya bagi masyarakat di suatu daerah

3.Perpindahan penduduk dan lalu lintas penduduk yang padat membatasi ruang gerak hewan.

4.Upaya pemberantasan penyakit rabies telah dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah sehingga daerah bebas rabies di Indonesia makin banyak

Page 68: ZOONOSIS

PENANGGULANGAN RABIES

Basuh luka bekas gigitan dengan air sabun selama 5-10 menit, ether atau chloroform. , kemudian olesi dengan yodium tinctura atau alkohol 70%.  Suntikan antitetanus dan antibiotika dapat diberikan.

Hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapat vaksinasi rabies.

Pada pasien yang mendapat luka gigitan berat (luka jamak, luka dalam dan dekat susunan syaraf pusat) diberikan serum pada hari pertama kemudian diikuti vaksinasi pada hari-hari berikutnya.

Page 69: ZOONOSIS

Melaporkan kejadian penggigitan ke petugas Dinas Peternakan di tingkat kecamatan/kabupaten atau melalui kader

Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan untuk diobservasi maka kepala anjing tersebut dikirimati m ke laboratorium selama 10-14 hari. Jika hewan dalam observasi maka kepala hewan tersebut dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan kepastian diagnosis penyebab kematian.

Apabila dalam masa observasi 14 hari hewan tetap hidup maka hewan divaksinasi anti rabies dan dikembalikan kepada pemilik atau dibunuh bila tidak ada pemiliknya

Page 70: ZOONOSIS
Page 71: ZOONOSIS
Page 72: ZOONOSIS
Page 73: ZOONOSIS
Page 74: ZOONOSIS
Page 75: ZOONOSIS
Page 76: ZOONOSIS