yusneli te.090432

31
PROPOSAL PENELITIAN Nama : YUSNELI Nim : TE. 090432 Fakultas : TARBIYAH Jurusan : TADRIS / BAHASA INGGRIS Judul : MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MENULIS TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN “MAKE A MATCH” DI KELAS IX A DI SMP N 1 MUARA SABAK TIMUR. 1. Latar Belakang Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat, hal ini berarti untuk mengembangkan kepribadian yang dimiliki oleh manusia yang dilakukan sesuai dengan proses pendidikan “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

Upload: fitra-schweint-s

Post on 24-Jul-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal -penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Yusneli Te.090432

PROPOSAL PENELITIAN

Nama : YUSNELI

Nim : TE. 090432

Fakultas : TARBIYAH

Jurusan : TADRIS / BAHASA INGGRIS

Judul : MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MENULIS  TEKS

BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN “MAKE A MATCH”  DI KELAS IX A DI SMP

N 1 MUARA SABAK TIMUR.

1. Latar Belakang

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh manusia

untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat, hal ini

berarti untuk mengembangkan kepribadian yang dimiliki oleh manusia yang dilakukan sesuai

dengan proses pendidikan

“Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat

menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan dirinya secara dekat dalam

kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari

perubahan ini dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan”1

Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak

yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris

(Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi

1 Prof.Dr. Oemar Hamalik, proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,2001. Hlm.79

Page 2: Yusneli Te.090432

pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang 

diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi

individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.

Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan

berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh

unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan

tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing

(menulis)  merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah

bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk

diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh

penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi

sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai

bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering

timbul pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah

retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara

akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam

teks berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus

dikuasai oleh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek

sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk

berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah

penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi

pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :

Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.

Page 3: Yusneli Te.090432

Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk

procedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai

menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan

oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa

masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil

pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan

ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau

gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran

tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif.

Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil

dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sebagai

upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi

pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu

mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip

PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus

dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter,

tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan

menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

Setelah penulis mengamati kegiatan belajar mengajar disekolahan tersebut, penulis ingin

mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan

Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.

Page 4: Yusneli Te.090432

Penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan

Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran

Make a Match di Kelas IX A SMP N 1 MUARA SABAK TIMUR”

2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1) Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a  Match dapat

meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure di Kelas IX

A SMP N 1 Muara Sabak Timur?”

2) Pemecahan Masalah

Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran,

yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang

diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara

ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut manusia dibagi

menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi

yang dibacanya/ dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa

yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan manusia kinestetik, di mana ia akan

sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu

“dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain tersebut melakukan hal tadi

(http://www.medikaholistik.com).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a Match atau

Page 5: Yusneli Te.090432

mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima. Model

Pembelajaran Make a Match merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and

Learning (CTL).

Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran

kontekstual adalah;

(1) real word learning;

(2) mengutamakan pengalaman nyata;

(3) berpikir tingkat tinggi;

(4) berpusat pada siswa;

(5) siswa aktif, kritis dan kreatif;

(6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;

(7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction;

(8) memecahkan masalah;

(9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton;

(10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri

harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran

terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak

membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan

pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat

dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara

bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari

maupun pengalaman dalam lingkungan.

Page 6: Yusneli Te.090432

3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula dan

mengingat keterbatasan, kemampuan dan waktu yang penulis miliki, serta agar

penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka perlu dilakukan pembatasan

masalah, yaitu:

1. Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure

2. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dalam belajar

bahasa inggris di kelas Sembilan di Sekolah Menegah Pertama Negri 1 Muara

Sabak Timur.

3. Menggunakan model pembelajaran Make A Match yang merupakan implementasi

dari metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 

1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure.

2. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien

dan menyenangkan.

3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan

mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis.

5. Manfaat Penelitian

a.    Manfaat bagi Peneliti

Page 7: Yusneli Te.090432

1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk

meningkatkan kompetensi menulis siswa.

2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.  

3. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna

mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik dan meningkatakan kualitas

profesionalisme guru.

b.    Manfaat Bagi Siswa

1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika

dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,

lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam

teks berbentuk procedure

2. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar. 

3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana 

4. Meningkatkan kompetensi menulis dan prestasi belajar Bahasa Inggris.

c.    Manfaat Bagi Sekolah

Melalui model pembelajaran make a match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa

Inggris di SMP N 1 Muara Sabak Timur.

6 Kerangka Teori

Sebagai upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam

penyusunan penelitian, di bawah ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional yang

digunakan penulis.

Page 8: Yusneli Te.090432

a. Kemampuan siswa dalam menyusun teks

Siswa mampu mengimplementasikan ide dan gagasannya dalam menyusun kalimat

acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.

b. Procedure text

Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah-

langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38).

c. Model Pembelajaran Make a Match

Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang

dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

6. Metodologi Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Selanjutnya penelitian ini

akan ditulis secara deskripsi. Ruang lingkup penelitian ini adalah

mengenai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis  Teks

Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran Make A Match  Di

Kelas IX A Di SMP N 1 Muara Sabak Timur.

2. Jenis Dan Sumber Data

a. Jenis Data

Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah

terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Page 9: Yusneli Te.090432

“Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya”2

“Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari individu-

individu yang diselidiki atau data tangan pertama yang dilakukan dengan

mengadakan kuliah kerja (kerja lapangan=fieldwork) yang berupa “case study”

atau pencacahan lenngkap.”3

Data ini berupa informasi atau keterangan yang berkenaan dan

langsung berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitioan ini.

2) Data Sekunder

“Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan

oleh orang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.”4

Data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sejarah dan letak georafis Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara

Sabak Timur.

b. Struktur organisasi Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak

Timur.

c. Keadaan guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara

Sabak Timur.

d. Fasalitas (sarana dan prasarana) yang ada di Sekolah Menengah Pertama

Negri 1 Muara Sabak Timur.

e. Kurikulum yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara

Sabak Timur.

b. Sumber Data

2 Iqbal Hasan, analisys data penelitian dengan statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara,2006, hal 193 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 234 Iqbal Hasan, analisys data penelitian dengan statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara,2006,hal 19

Page 10: Yusneli Te.090432

“sumber data adalah subjek darimana data diperoleh”5

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari:

a. Orang, sebagai sumber data karena metode dalam pengumpulan data ini

menggunakan metode wawancara untuk data sejarah dan struktur organisasi

di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak Timur, orang dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bahasa inggris dan siswa kelas IX.

b. Materi, sumber data yang disebut sebagai dokumen dari sekolah.

c. Kejadian, adalah situasi dan kondisi yang peneliti kerjakan.

3. Tempat dan Subjek Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negri

1 Muara Sabak Timur. Penelitian ini dilakukan di sekolah ini karena beberapa

alasan. Pertama, sekolah ini telah menjadikan pelajaran bahasa inggris sebagai

salah satu pelajaran yang pokok, mengikuti kurikulum nasional. Kedua, peneliti

pernah bersekolah disekolah tersebut hingga sedikit banyaknya peneliti

mengetahui program pembelajaran yang diajarkan disekolah tersebut.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bahasa inggris

dan siswa. Subjek penelitian ini menggunakan sumber primer pada penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi

5 Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, Jakarta: Rineka Cipta,2006. Hal 129

Page 11: Yusneli Te.090432

“Pengamatan/observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.”6

“Observasi diartiakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.”7

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris dan korelasinya kepada

siswa yang menerima pelajaran.

b. Wawancara

“Wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan menunjukkan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Cirri utama

wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi

dan sumbernya.”8

Wawancara yang peneliti lakukan disini adalah wawancara yang

bersifat bebes terpimpin, maksudnya adalah peneliti membawa pedoman ketika

wawancara berlangsung, yaitu pertanyaan secara garis besar tentang hal-hal

yang akan ditanyakan oleh peneliti. Wawancara dalam penelitian ini digunaka

untuk mendapatkan data dengan cara bertatap muka secara langsung dengan

sumber data. Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang

keadaan Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak Timur, struktur

organisasi, sejarah sekolah dan juga metode yang guru Bahasa Inggris gunakan

dalam mengajar penulisan teks berbentuk prosedur Bahasa Inggris. Teknik ini

merupaka informasi tambahan yang digunakan untuk menguatkan penelitian

dengan teknik observasi.

6 Anas Sudijono, pengantar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2006,hal 767 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 1588 Nurul Zuriah. Metodologi penelitian social dan pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2005. Hal 20

Page 12: Yusneli Te.090432

c. Dokumentasi

“Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, majalah, catatan

harian dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.”9

“Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya

berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

langgar dan sebagainya”10

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data pada penelitian ini, penulis memperhatikan suatu data

yakni data yang bersifat kualitatif. Untuk data yang bersifat kualitatif atau data yang

bersifat non angka dari liputan-liputan hasil observasi, wawancara serta telaah

pustaka, selanjutnya penulis menganalisa dengan menggunakan kerangka berfikir.

Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Domain

Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau

pengertian yang bersifat umum dan relativ menyeluruh apa yang tercakup

disuatu fokus atau pokok permasalahan yang tengah dihadapi.11

Pada bagian ini yang akan dianalisa adalah domain yaitu gambaran

umum tentang kemampuan guru dalam menterjemahkan dan menyusun kalimat

dalam bahasa Inggris di SMP N 1 Muara Sabak Timur.

b. Analisis Taksonomi

9 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 18110 Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, Jakarta: Rineka Cipta,2006. Hal 23611 Faisal Sanafiah,(1990),penelitian kuantitatif, Dasar-dasar aplikasi IKIP Malang: YA-3 Malang.

Page 13: Yusneli Te.090432

Analisis taksonomi adalah fokus penelitian yang ditetapkan terbatas

pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendiskripsikan atau

menjelaskan penomena atau fokus yang menjadi sasaran semula dalam

penelitian.12

Melalui analisis ini penulis gunakan untuk menganalisa fokus yang

menjadi sasaran penelitian yaitu menjelaskan secara mendalam tentang faktor-

faktor yang menjadi kesuliatan guru dalam menterjemahkan dan menyusun

kalimat dalam bahasa Inggris.

c. Analisis kompensial

Analisis kompensial adalah analisis yang dilakukan setelah penelitian

mempunyai cukup banyak fakta atau informasi dari hasil wawancara atau

observasi yang melacak kontrak-kontrak antar warga suatu domain.13

Analisis ini penulis gunakan untuk menganalisa data yang kontraks

antara data yang satu dengan data yang lain, khususnya data yang diperoleh dari

lapangan yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dengan analisis ini,

seluruh data yang diperoleh melalui wawancara dilapanngan dianalisis untuk

mengambil kesimpulan.

7 Kajian Pustaka

a. Teks Procedure

Teks procedure merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre yang dipelajari di

tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah-

langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks

12 Ibid, hal 9813 Ibid, hal 103

Page 14: Yusneli Te.090432

procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu

barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory.

Teks procedure umumnya memiliki struktur : 

1. Goal, tujuan kegiatan,

2. Materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu barang/melakukan

suatu aktifitas yang sifatnya opsional, 

3. Steps, serangkaian langkah.

b. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan

bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya

terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),

sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk

mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontekstual

karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin

tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru

yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar

dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa

termotivasi untuk belajar.  Mulyasa (2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan

belajar dalam pembelajaran kontekstual; 

Page 15: Yusneli Te.090432

1. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru

akting  di depan kelas, siswa menonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru

mengarahkan; 

2. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan

baru mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; 

3. Umpan balik amat penting bagi siswa;  

4. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 

c. Cooperative Learning (CL)

Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang

mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan

mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan

tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat,

percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut 

Anita  Lie (1:10)  ada  tiga  hal  yang  perlu diperhatikan dalam cooperative learning, : 

Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas

Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat

orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar

karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri

seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya

sendiri.

Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam

pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan

kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan

Page 16: Yusneli Te.090432

tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh

siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut

antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi

tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan

penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan

(tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan

berkompromi (tingkat mahir).

 Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti.

Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama,

belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat

pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk

pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya.

Penulis sepakat bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam

pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap terlalu berat jika

akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMP N 1 Muara Sabak Timur Kelas IX A.

Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa

mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

model pembelajaran Make A Match.

d. Model Pembelajaran Make a Match

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model

pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah

satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik

Page 17: Yusneli Te.090432

yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas

waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran

(1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah

penerapan metode make a match sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu

yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat

berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat

prosedur B dan seterusnya.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah

disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang

cocok.

9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Page 18: Yusneli Te.090432

e. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran Writing agar dapat

menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode

pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik

Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan

bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan model pembelajaran Make a Match.

Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna

Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-

langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu

yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat

berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat

procedure B dan seterusnya.

4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah

disepakati bersama.

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya, demikian seterusnya.

Page 19: Yusneli Te.090432

7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang

cocok.

8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Page 20: Yusneli Te.090432

Daftar Pustaka

Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006

Drs.Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997

Drs.Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997

Faisal Sanafiah,(1990), Penelitian Kuantitatif, Dasar-dasar Aplikasi IKIP Malang: YA-3

Malang.

Iqbal Hasan, Analisys Data Penelitian dengan Statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara, 2006

Nurul Zuriah. Metodologi Penelitian Social dan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Prof.Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta,

2006.

Anonym, http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/14. on march 17,2012.15:07

Brislin, 1976